KEEFEKTIFAN CAMPURAN MAHKOTA DEWA, JINTEN HITAM DAN KUNYIT PUTIH PADA HIPERTENSI (DI DUSUN PANDANSARI KEC. PURWOASRI KAB. KEDIRI TAHUN 2010) Suryono Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri
Hypertension is a condition in which blood pressure is persistently its systolic above 140 mmHg, diastole above 90 mmHg. In certain stages of hypertension can cause complications such as stroke, myocardial infarction, chronic kidney disease and ensepalopati. The purpose of this study is to determine the effectiveness of mixed Mahkota Dewa, Jinten hitam and kunyit putih on hypertension. The research design used in this research is pre experimental a group with pre and post treatment approaches. The population was all patients with hypertension in the sub village of Pandansari district of Purwoasri, research sample was part of hypertension patients in sub-village of Pandansari, district of Purwoasri Kediri regency amount to 15 people. Analysis of data with t- test with two paired sample was conducted by comparing blood pressure before and after treatment, that analyzed inferential were processed with SPSS software 14 to determine the average and standard defiasi. The result show that the respondents consisted of 15 people there is a decrease of blood pressure systole levels of 151,33 mmHg to 134 mmHg, blood pressure diastole levels of 90,33mmHg to 82,67 mmHg in other word the blood pressure systole levels decreased by 11,5 % and blood pressure diastole 8,5 %. From the above results it is recommended that consumption of a mixture of Mahkota dewa, Jinten hitam and kunyit putih beneficial to decrease blood pressure in hypertension patients. Keywords : Mahkota dewa, jinten hitam, kunyit putih, hypertension Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang kronis yang mengancam secara global bagi kesehatan. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi, merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan tekanan darah dalam tubuh. Hipertensi sering juga disebut sebagai pemicu dan penyebab berbagai penyakit lain yang akhirnya berujung pada kematian. Berdasarkan statistik tingkat mortalitas (kematian) di Indonesia, didapat sebesar 40% kematian dipicu dan berawal dari tekanan darah tinggi (Filbert, 2001). Data WHO menyebutkan, jumlah penderita hipertensi di dunia tahun 2000 adalah 60,4 juta dan diperkirakan sebanyak 107,3 juta pada tahun 2025 (terjadi peningkatan sebesar 56%) di Cina pada tahun 2000 sebanyak 98,5 juta orang menderita hipertensi dan tahun 2025 diperkirakan menjadi 151,7 juta (kenaikan sebasar 65%) sedangkan dibagian lain di Asia tercacat tahun 2000 sebesar 38,4 juta penderita hipertensi dan tahun 2025 sebesar 67,3 juta (kenaikan sebesar 57%). Di
Jurnal AKP
Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6 – 15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya (Filbert, 2001). Sedangkan dari data Puskesmas Pembantu Desa Pandansari selama tiga bulan terakhir didapatkan 75 penderita hipertensi di Dusun Pandansari atau sekitar 7,9% dari seluruh penduduk Dusun Pandansari (Oktober, 2010). Di era globalisasi ini, dibidang teknologi mengalami kemajuan yang cukup pesat, terutama dibidang kedokteran dan farmakologi. Sekarang ini sudah banyak macam dan ragam obat untuk penyakit hipertensi yang ditelah di produksi dan di konsumsi. Namun pengobatan hipertensi dengan obat-obatan seperti itu ternyata relatif mahal, sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat menengah kebawah. Obatobatan yang merupakan hasil produksi pabrik tersebut ternyata masih ada yang menimbulkan efek samping. Depresi, insomnia dan bronkospasma adalah contoh dari
19
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012
efek samping yang dapat timbul akibat konsumsi obat-obatan tersebut (Filbert, 2000). Jika hipertensi tidak mendapat terapi yang benar dan tepat tidak tertutup kemungkinan akan timbul berbagai macam komplikasi seperti stroke, infark miokardium,gagal ginjal kronik dan ensepalopati (Mansjoer,1999). Selain dengan cara farmakologis menggunakan obat-obatan, pengobatan hipertensi dapat dilakukan secara non farmakologis. Sepertihalnya dengan berolah raga dan menjaga pola makan meliputi pengurangan asupan kalori, terutama bagi penderita yang mengalami kegemukan, membatasi asupan garam, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayuran. Sebenarnya ada alternatif yang lebih alamiah dan murah yang dapat kita gunakan untuk terapi hipertensi.salah satunya adalah dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan obat yang sudah tersedia di alam yaitu dengan mencampurkan tumbuh-tumbuhan mahkota dewa, jinten hitam, dan kunyit putih. Ketiganya memiliki masing-masing kandungan kimia berserta khasiatnya yang sudah diketahui masyarakat dan sudah terbukti melalui beberapa penelitian ilmiah untuk hipertensi ( W.P Winarto). Pilihan menggunakan ketiganya dikarenakan hipertensi sendiri disebabkan oleh banyak faktor. Jadi menggunakan atau mengendalikan satu jenis tumbuhan obat tentunya kurang efektif untuk mengatasi semua faktor penyebab hipertensi. penggabungan tumbuh-tumbuhan obat ini sendiri tidak dapat dilakukan asal-asalan. Kita harus mengetahui karakteristik kandungan kimia masingmasing bahan, agar kandungan-kandungan kimia yang dimiliki masing-masing jenis tumbuhan obat tidak saling menghilangkan (W.P Winarto, 2004). Atas dasar uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan merumuskan dalam judul Keefektifan Campuran Mahkota Dewa, Jinten Hitam dan Kunyit Putih pada Hipertensi. Dengan mengkonsumsi campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih tekanan darah pada penderita hipertensi dapat diturunkan dan distabilkan dalam keadaan normal. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Keefektifan Campuran Mahkota Dewa, Jinten Hitam Dan Kunyit Putih Pada Hipertensi ...
“Apakah campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih efektif pada hipertensi di Dusun Pandansari, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri?“ Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis keefektifan campuran mahkota dewa, jinten hitam, dan kunyit putih pada hipertensi di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tekanan darah responden sebelum diberikan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari, Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. b. Mengidentifikasi rentang tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole sebelum dan setelah diberikan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. c. Menganalisis pengaruh keefektifan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pra eksperimental (one group pre–post design) artinya pada rancangan ini dilakukan observasi terhadap satu kelompok sampel pada waktu sebelum dan sesudah perlakuan (intervensi). Variabel dalam penelitian ini adalah campuran mahkota dewa, jiten hitam dan kunyit putih sebagai variabel independen dan Hipertensi sebagai variabel dependen. Penelitian dilaksanakan di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri pada tanggal 19-25 April 2010. Populasi pada penelitian ini berjumlah 75 orang penderita hipertensi. Sample dalam penelitian ini berjumlah 15 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria (inklusi dan eksklusi) yaitu dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pada Penelitian ini, untuk mengetahui variabel independen yaitu campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih digunakan alat ukur gelas ukur volume 300 cc dan variabel dependen yaitu hipertensi (tekanan darah) digunakan alat ukur tekanan darah berupa lembar observasi, spigmomanometer dan stetoskop. Dengan
20
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012
melakukan pengukuran tekanan darah pada hipertensi derajat I. Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengukuran tekanan darah sebelum diberikan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih. Hasil pengukuran tersebut dicatat dalam lembar observasi. Selanjutnya diberikan perlakuan dengan memberikan campuran ketiganya selama tujuh hari sesuai dosis yang telah ditentukan. Dalam tujuh hari tersebut, setiap harinya dilakukan pengukuran tekanan darah dan dicatat dalam lembar observasi. Pengukuran tersebut pada saat sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan pada responden yang tidak merokok dan mengkonsumsi kafein selama 30 menit sebelum pengukuran, beristirahat tenang selama lima menit sebelum pengukuran, responden duduk dengan kedua lengan bebas setinggi jantung dan disangga. Data yang telah terkumpul melalui pengukuran tekanan darah pada sampel yang telah ditetapkan, selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding), tabulating dan scoring. Pada penelitian ini menggunakan tekhnik analisis inferensial, untuk analisis statistik post test menggunakan Uji T Dua Sampel Berpasangan.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Selera Mengkonsumsi Garam
Hasil Penelitian Data Umum a. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan Hipertensi
Berdasarkan diagram di atas, dari 15 responden dalam penelitian ini semua responden memiliki tekanan darah sistole antara 145-155 mmHg atau dengan kata lain tekanan darah pada semua responden masuk dalam kategori hipertensi derajat I dimana tekanan darah sistole berkisar 140-159 mmHg. b. Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Tingkat Tekanan Darah Diastole Pre Test
ya, ada 66.7%
Tingkat
Senang 100%
Berdasarkan diagram di atas, sebanyak 100% atau 15 responden dalam penelitian ini senang mengkonsumsi garam atau makanan olahan lain yang asin. Data Khusus a. Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Tingkat Tekanan Darah Sistole Pre Test 13% 40%
145 mmHg
150 mmHg
47%
155 mmHg
13%
tidak ada 33.3%
13%
47%
Berdasarkan diagram di atas, dari 15 responden dalam penelitian ini 66,7% atau sebanyak 10 responden memiliki riwayat keturunan hipertensi.
27% 80 mmHg
85 mmHg
90 mmHg
95 mmHg
Berdasarkan diagram di atas, dari 15 responden dalam penelitian ini tidak semua responden dengan hipertensi sistole mengalami hipertensi diastole. Dimana tekanan darah diastole berkisar antara 90 -
Jurnal AKP
21
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012
99 mmHg. 13,3% atau 2 responden dengan tekanan darah diastole 80 mmHg dan 13,3% atau 2 responden dengan tekanan darah diastole 85 mmHg. c. Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Tingkat Tekanan Darah Sistole Post Test Hari VII 6%
6%
e. Hasil Analisis Mean Tekanan Darah Sistole dan Diastole Pre Test 90.33 mmHg 151.33 mmHg
12%
sistole 35%
41% 80 mmHg 140 mmHg
130 mmHg 150 mmHg
Diagram di atas menunjukkan besar mean tekanan darah pre test pada 15 responden. Rata-rata tekanan darah sistole 151,33 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole 90,33 mmHg. Hal tersebut menunjukkan rata-rata tekanan darah sistole pada 15 responden masuk dalam kategori hipertensi sistole derajat I (149-155 mmHg) dan rata-rata tekanan darah diastole pada 15 responden masuk dalam kategori hipertensi diastole derajat I (90-99 mmHg).
135 mmHg
Berdasarkan diagram di atas, setelah diberikan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih selama tujuh hari berturut-turut tekanan darah sistole pada 15 responden tidak semuanya menurun, 6,7% atau 1 responden dengan tekanan darh sistole 140 mmHg dan 6,7% atau 1 responden dengan tekanan darah sistole 150 mmHg. Dapat diartikan tekanan darah sistole 13 responden masuk dalam kategori tidak hipertensi setelah diberikan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih.
diastole
f.
Hasil Analisis Mean Tekanan Darah Sistole dan Diastole Post Test 82.67 mmHg 134 mmHg
d. Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Tingkat Tekanan Darah Diastole Post Test Hari VII 7%
sistole
40%
Diagram di atas menunjukkan besar mean tekanan darah post test pada 15 responden. Rata-rata tekanan darah sistole 134 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole 82,67 mmHg. Hal tersebut menunjukkan rata-rata tekanan darah sistole pada 15 responden masuk dalam kategori tidak hipertensi,dimana tekanan darah sistole <149 mmHg dan tekanan darah diastole pada < 90 mmHg.
53%
80 mmHg
85 mmHg
90 mmHg
Berdasarkan diagram di atas, setelah diberikan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih selama tujuh hari berturut-turut tekanan darah diastole pada 15 responden tidak semuanya menurun, 6,7% atau 1 responden dengan tekanan darh diastole 90 mmHg. Dapat diartikan tekanan darah diastole 14 responden masuk dalam kategori tidak hipertensi setelah diberikan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih.
Keefektifan Campuran Mahkota Dewa, Jinten Hitam Dan Kunyit Putih Pada Hipertensi ...
diastole
Pembahasan 1. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum mengkonsumsi campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri.
22
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012
Sebelum pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih besar mean atau rata-rata tekanan darah sistole responden sebesar 151,33 mmHg, besar mean atau ratarata tekanan darah diastole 90,33 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg, diastole diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Suddart, 2002). Didalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk memperhatahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Berdasarkan kecepatan reaksinya,sistem kontrol tesebut di bedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi kurang cepat dan bereaksi dalam jangka panjang. Reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera. Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotesin dan vasopresin termasuk sistem kontrol yang bereaksi kurang cepat. Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal. Jadi terlihat bahwa sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai oleh sistem yang bereaksi cepat diikuti oleh sistem yang beraksi kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang. Pada tahap awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini di sebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang meningkat. Disisilain pada hipertensi terjadi perubahan autoregulasi dan sebagai penyebab awal perubahan ini adalah retensi garam oleh ginjal. Mengenai perubahan di ginjal ini terjadi penurunan filtrasi pada ginjal dapat terjadi
Jurnal AKP
secara kongentinal atau didapat. Sampai sekarang masih tetap dianut pendapat bahwa hipertensi disebabkan oleh banyak faktor (E. Susalit, E. J. Kapojos, H. R Lubis, 2001). Dari uraian fakta dan teori diatas peneliti berpedapat bahwa hipertensi adalah suatu penyakit dimana tekanan darah sistole diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastole diatas 90 mmHg, hal ini menunjukkan bahwa hasil penghukuran tekanan darah pada 15 responden sebelum perlakuan terbukti menderita hipertensi, karena setelah peneliti melakukan pengukuran pada pada responden menggunakan spigmomanometer tekanan darah sistole 15 responden diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastole 11 responden diatas 90 mmHg. Dan setelah dilakukan analisis tekanan darah sistole ratarata sebelum perlakuan 151,33 mmHg, tekanan darah diastole rata-rata sebelum perlakuan 90,33 mmHg.Terjadinya penyakit hipertensi ini dikarenakan sebagian besar responden mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi hal ini dapat dilihat pada diagram 4.5 yang sebagian besar responden menjawab mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi. Penyebab yang lain adalah semua responden dalam penelitian ini senang mengkonsumsi garam atau makanan olahan yang asin hal ini dapat dilihat pada diagram 4.6 yang semua responden menjawab senang mengkonsumsi garam atau makanan olahan yang asin. Mekanisme terjadinya peningkatan tekanan darah sangat dipengaruhi oleh curah jantung yang meningkat dan diikuti tahanan perifer yang juga meningkat yang disebabkan oleh berbagai faktor resiko maupun faktor penyebab. Jika asupan Na tinggi maka akan menyebabkan retensi Na pada ginjal sehingga menyebabkan volume cairan dalam tubuh meningkat dan menyebabkan kontruksi vena. Keadaan ini mengakibatkan curah jantung mengalami peningkatan. Sesuai teoeri yang ada jika curah jantung meningkat maka akan diikuti peningkatan tahanan perifer sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Apabila seseorang memiliki riwayat keturunan hipertensi maka didalam tubuhnya akan terjadi perubahan membran sel yang menyebabkan kontriksi fungsional sel-sel tubuh sehingga mengakibatkan peningkatan tahanan perifer. Dapat disimpulkan asupan Na yang tinggi disertai adanya faktor keturunan hipertensi dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Bila tekanan
23
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012
darah responden tetap diatas normal (tekanan darah sistole > 140 mmHg, tekanan Darah diastole > 90 mmHg) dalam kurun waktu yang lama maka akan menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke,gagal ginjal kronis,infark miokardium dan ensefalopati. 2. Mengidentifikasi tekanan darah setelah mengkonsumsi campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Setelah pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih menunjukkan besar mean atau rata-rata tekanan darah sistole 134 mmHg,besar mean atau ratarata tekanan darah diastole 82,67 mmHg. Buah mahkota dewa memiliki kandungan kimia berupa saponin yang berfungsi mengurangi penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan flavonoid yang berfungsi mencegah emboli (W. P. Winarto,2003). Jinten hitam memiliki kandungan kimia berupa potassium tryptohan sebagai anti hipertensi, hederagenin yang berfungsi menjaga viskositas darah dan kelenturan pembuluh darah serta mampu membakar lemak berlebih, magnesium yang berfungsi mengatur aktifitas otot jantung, phytosterosis yang mampu menghambat penyerapan kolesterol, dan asparagine sebagai diuretik (Fuad Fitriawan, 2008). Kunyit putih memiliki kandungan kimia berupa saponin, flavonoid dan minyak atsiri. Minyak atsiri pada kunyit putih mampu mengoptimalkan fungsi metabolisme dalam tubuh pada penderita hipertensi yang tidak berjalan optimal, salah satunya yaitu penumpukan kadar Natrium dalam darah. Kandungan kimia yang terdapat pada mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Sardhi Duryanto, 2003). Tekanan darah pada responden terbukti mengalami penurunan setelah mengkonsumsi campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih. Tekanan darah sistole dari 151,33 mmHg (pre test) menjadi134 mmHg (post test), tekanan darah diastole dari 90,33 mmHg (pre test) menjadi 82,67 mmHg (post test). Hal tersebut dikarenakan buah mahkota dewa memiliki kandungan kimia berupa Saponin Keefektifan Campuran Mahkota Dewa, Jinten Hitam Dan Kunyit Putih Pada Hipertensi ...
yang berfungsi mengurangi penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan flavonoid yang berfungsi mencegah emboli. Sehingga viskositas darah dan pembuluh darah dapat terjaga. Jinten hitam memiliki kandungan kimia berupa potassium tryptohan sebagai anti hipertensi, hederagenin yang berfungsi menjaga viskositas darah dan kelenturan pembuluh darah serta mampu membakar lemak berlebih, selain itu terdapat pula kandungan magnesium yang berfungsi mengatur aktivitas otot jantung, phytosterosis yang mampu menghambat penyerapan kolesterol dan asparagine sebagai diuretik. Jinten hitam mampu menjaga viskositas darah dan pembuluh darah selain itu juga mampu mengoptimalkan kerja jantung sehingga curah jantung tetap dalam keadaan stabil. Jinten hitam juga dapat menurunkan kadar Na dalam tubuh yang berlebih dengan kemampuannya bekerja sebagai diuretik. Kunyit putih memiliki kandungan kimia berupa saponin, flovanoid dan minyak atsiri. Minyak Atsiri pada kunyit putih mampu mengoptimalkan fungsi metabolisme dalam tubuh. Diketahui bahwa pada hipertensi fungsi metabolisme tidak berjalan dengan baik, terdapat penumpukan kadar Na dalam darah salah satunya, penumpukan kadar lemak dalam pembuluh darah dan lain sebagainya . Dengan terkontrolnya darah, pembuluh darah, jantung dan fungsi metabolisme dalam tubuh maka curah jantung dan tahanan perifer yang berperan penting dalam siklus tekanan darah yang semula tinggi dapat diturunkan. Melalui proses pengaturan tekanan darah yang ada dalam tubuh manusia disertai faktor-faktor pendukung terkontrolnya tekanan darah,tekanan darah yang semula diatas normal dapat diturunkan. Inilah yang menyebabkan penurunan tekanan darah pada responden setelah pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih. 3. Mengidentifikasi rentang tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole sebelum dan setelah pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Terjadi penurunan tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole setelah pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih yaitu tekanan darah sistole dari 151,33 mmHg (pre test) menjadi134 mmHg (post test),tekanan darah
24
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012
diastole dari 90,33 mmHg (pre test) menjadi 82,67 mmHg (post test). Analisis yang digunakan untuk mengetahui rentang penurunan tekanan darah adalah dengan menggunakan analisis Uji T Dua Sampel Berpasangan. Didapatkan hasil untuk rentang tekanan darah sistole sebelum dan sesudah perlakuan dengan Confidence Interval Lower sebesar 14,398 mmHg dan Upper sebesar 20,269 mmHg. Untuk rentang tekanan darah diastole sebelum dan sesudah perlakuan dengan Confidence Interval Lower sebesar 4,550 mmHg dan Upper sebesar 10,783 mmHg. Jadi interval penurunan tekanan darah sistole antara 14,389 mmHg sampai 20,2669 mmHg atau sekitar 11,5 %, interval penurunan tekanan darah diastole antara 4,550 mmHg sampai 10,783 mmHg atau sekitar 8,5 %. Salah satu penelitian oleh B. Mahendra, kandungan kimia yang terdapat pada mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Banyak ramuan campuran mahkota dewa dengan tanaman obat lainnya, salah satunya adalah dengan jinten hitam dan kunyit putih. Mahkota dewa 100 mg, jinten hitam 100 mg dan kunyit putih 200 mg yang diseduh dengan air panas sebanyak 300 cc yang diminum tiap dua kali sehari yang diberikan 5– 7 hari pada 56 pasien menghasilkan penurunan tekanan darah sistole antara 10-15 % dan tekanan darah diastole antara 7–11,5 %. Dari hasil fakta dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa besar penurunan tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya. Rentang tekanan darah mengalami penurunan yaitu tekanan darah sistole dari 151,33 mmHg (pre test) menjadi134 mmHg (post test) dan jika diprosentasekan mengalami penurunan sebesar 11,5%. Tekanan darah diastole dari 90,33 mmHg (pre test) menjadi 82,67 mmHg (post test) dan jika diprosentasekan mengalami penurunan sebesar 8,5%. Hal tersebut dikarenakan pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih yang diseduh dengan air panas 300 cc yang diminum dua kali dalam sehari dalam 7 hari berturutturut.
Jurnal AKP
4. Menganalisis pengaruh keefektifan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Berdasarkan uji statistik Uji T Dua Sampel Berpasangan dengan software SPSS 14 yang digunakan untuk analisis tekanan darah responden sebelum dan setelah perlakuan dengan tingkat signifikan (α = 0,05), diperoleh p = 0,000 yang berarti H0 ditolak, berarti ada pengaruh pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih pada hipertensi. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya). Dan tahanan perifer mimiliki beberapa faktor penentu antara lain (1) Viskositas darah, semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan terhadap aliran darah dan peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas, (2) panjang pembuluh, semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah, (3) radius pembuluh, tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh darah sampai pangkat ke empatnya (Lindsey, 2008). Buah mahkota dewa memiliki kandungan kimia berupa saponin yang berfungsi mengurangi penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan flavonoid yang berfungsi mencegah emboli (W. P. Winarto, 2003). Jinten hitam memiliki kandungan kimia berupa potassium tryptohan sebagai anti hipertensi, hederagenin yang berfungsi menjaga viskositas darah dan kelenturan pembuluh darah serta mampu membakar lemak berlebih, magnesium yang berfungsi mengatur aktifitas otot jantung, phytosterosis yang mampu menghambat penyerapan kolesterol, dan asparagine sebagai diuretik (Fuad Fitriawan, 2008).Kunyit putih memiliki kandungan kimia berupa saponin, flavonoid dan minyak atsiri. Minyak atsiri pada kunyit putih mampu mengoptimalkan fungsi metabolisme dalam tubuh pada penderita hipertensi yang tidak berjalan optimal, salah satunya yaitu penumpukan kadar Natrium dalam darah. Kandungan kimia yang terdapat pada mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih mampu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Sardhi Duryanto,2003).
25
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012
Berdasarkan hasil analisis antara fakta dan teori diatas tersebut dapat disimpulkan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih mampu mengontrol faktor darah, pembuluh darah, jantung dan fungsi metabolisme dalam tubuh maka curah jantung dan tahanan perifer yang berperan penting dalam siklus tekanan darah yang semula tinggi dapat diturunkan melalui sistem pengaturan tekanan darah didalam tubuh manusia. Meskipun pada dasarnya mekanisme terjadinya hipertensi sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pengaruh konsumsi campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih pada hipertensi di Dusun Pandansari Kec. Purwoasri Kab. Kediri. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Keefektifan Campuran Mahkota Dewa, Jinten Hitam dan Kunyit Putih pada Hipertensi dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Identifikasi tekanan darah sebelum pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Hasil dari responden adalah responden dengan hipertensi derajat I di Dusun Pandansari Kec. Purwoasri Kab. Kediri, dengan tekanan darah sistole ratarata 151,33 mmHg dan tekanan darah diastole rata-rata 90,33 mmHg. 2. Identifikasi tekanan darah setelah pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih pada 15 responden dalam kurun waktu 7 hari berturut-turut, tekanan darah sistole mengalami penurunan rata-rata adalah dari 151,33 mmHg (pre test) menjadi134 mmHg (post test) dan tekanan darah diastole mengalami penurunan rata-rata dari 90,33 mmHg (pre test) menjadi 82,67 mmHg (post test). 3. Identifikasi rentang tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole sebelum dan setelah pemberian campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih di Dusun Pandansari Keefektifan Campuran Mahkota Dewa, Jinten Hitam Dan Kunyit Putih Pada Hipertensi ...
Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Tekanan darah mengalami penurunan rata-rata yaitu tekanan darah sistole dari 151,33 mmHg (pre test) menjadi134 mmHg (post test) atau terjadi penurunan sebesar 11,5%. Tekanan darah diastole dari 90,33 mmHg (pre test) menjadi 82,67 mmHg (post test) atau terjadi penurunan sebesar 8,5%. 4. Campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih terbukti dapat menurunkan tekanan darah dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau dari penurunan rata-rata tekanan darah sistole dari 151,33 mmHg (pre test) menjadi134 mmHg (post test) penurunan sebesar 11,5%. Tekanan darah diastole dari 90,33 mmHg (pre test) menjadi 82,67 mmHg (post test) penurunan sebesar 8,5%. Saran 1. Bagi Responden dan Masyarakat Responden dan masyarakat bisa tahu dan mau menggunakan terapi campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih sebagai salah satu terapi alternatif yang dapat dipilih untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah secara alami dan lebih aman. 2. Bagi Tempat Penelitian Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Dusun Pandansari Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri dengan cara penyuluhan salah satunya agar masyarakat lebih menyadari bahaya akibat hipertensi dan pentingnya pengobatan sedini mungkin dalam kurun waktu tertentu (jangka panjang) dengan tidak mengeluarkan biaya yang tinggi, yaitu dengan pemanfaatan tumbuhan obat berupa campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih. 3. Bagi Institusi Pendidikan Untuk tetap melanjutkan atau lebih mengembangkan studi penelitian eksperimental yang ada. Salah satunya yaitu studi eksperimental mengenai keefektifan campuran mahkota dewa, jinten hitam dan kunyit putih pada hipertensi yang telah diketahui dan terbukti manfaatnya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Cari terus inovasi terbaru dibidang kesehatan khususnya. Perbanyaklah referensi dalam melakukan penelitian dan gunakan alat ukur yang validitasnya benar-benar terjamin.
26
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012
Fitriawan, Fuad. (2008). Jinten Hitam. www.google.co.id (download.25 oktober 2009 )
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). www.google.co.id 2009 )
Kunyit Putih. (download.25 oktober
Amelia, Agung. (2006). Mahkota Dewa Sebagai Obat Ditinjau Dalam Kedokteran. www.google.com (download. 26 oktober 2009 ) Arikunto, S.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Azzam.(2009).Penelitian Seputar Habatussauda. www.google.com (download.27 Oktober 2009) Danang. (2009). Konsep Dasar Hipertensi. www.google.com (download. 15 oktober 2009 ) Duryatno, Sardhi. (2003). Aneka Ramuan Berkhasiat dari Temu-temuan. Bogor : Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara Filbert. (2001). Masalah Hipertensi. www.google.co.id (download.23 oktober 2009 )
Lindsey. (2008). Konsep Tekanan Darah. www.google.co.id (download.23 oktober 2009 ) Notoatmodjo, S.(2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2003).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Mahendra, B. (2005). Mahkota Dewa. www.google.co.id (download.25 oktober 2009 ) Mansjoer. (1999). Hipertensi . www.google.co.id (download.23 oktober 2009 ) Suddart & Brunner. (2001).Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Susalit, E dkk.(2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta : EGC Windono. (2002 ). Penelitian Kunyit Putih. www.google.co.id (download.27 oktober 2009 ) Winarta,W.P. (2004). Mahkota Dewa Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta : Penebar Surabaya
Jurnal AKP
27
Vol. 3 No. 1, 1 Januari – 30 Juni 2012