OPTIMASI DOSIS GRANUL INSTAN EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA DAN DAUN SALAM SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN Monica Prabawati1, Min Rahminiwati2 dan Erni Rustiani3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor.
1,2&3
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rejimen dosis yang optimum dari sediaan granul instan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam sebagai antihiperglikemik pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan. Hewan uji yang digunakan, sejumlah 20 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok kontrol positif diberi Metformin 50mg/kg BB, kelompok dosis I diberi granul instan secara oral dengan dosis 90mg/200 g BB satu kali sehari, kelompok dosis II diberi granul instan secara oral dengan dosis 90 mg/200 g BB dua kali sehari dan, kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian granul instan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam dengan dosis 90mg/200g BB dua kali sehari dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus putih jantan sebesar 67,08% dan lebih optimum dibandingkan pemberian dosis 90mg/200g BB satu kali sehari dengan waktu pengobatan efektif pada hari ke-18. Kata Kunci : Antihiperglikemik, Granul Instan, Mahkota Dewa, Daun Salam
ABSTRACT The research was aimed to determine the optimum dosage regimen of the instant granules mahkota dewa fruit extract and salam leaf as antihyperglycemic on white male rats of Sprague dawley strain induced by alloxan. Research was conducted in 20 rats male that were divided into 4 group. Each treatment group consisted of 5 rats. Positive control group was given Metformin orally with a dose 50 mg/kg BB, Group I given instant granules with a dose 90mg/200g BB once a day, Group II given instant granules with a dose 90mg/200g BB twice a day and, negative control without treatment. The result showed instant granules mahkota dewa fruit extract and salam leaf with a dose 90mg/200g BB twice a day can decrease blood glucose level is 67,08% and more optimum compared a dose 90mg/200g BB once a day with effective treatment on day 18. Keyword : Antihyperglycemic, Instant Granules, Mahkota Dewa, Salam Leaf
kuat bila dibandingkan dengan Glibenklamid (2 mg/kg BB) dan mula kerja serta masa kerja ekstrak daging buah mahkota dewa lebih lambat (Dewoto et al., 2009). Tanaman salam bagian daunnya dapat digunakan untuk pengobatan diabetes mellitus (Studiawan dan Mulja, 2005). Ekstrak etanolik 30% dan 70% daun salam terlihat memberikan efek penurunan kadar gula darah pada kelinci setelah mendapat pembebanan glukosa (Wahyono dan Susanti, 2008). Berdasarkan data tersebut maka Asih (2013), membuat formulasi sediaan granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam masing-masing 5,6% dan 2,6% dengan perbedaan pemanis. Formula dengan pemanis sukralosa 0,5% menjadi formula yang paling disukai oleh panelis. Hasil uji praklinik yang dilakukan oleh Wulandari (2014), tikus diabetes yang diinduksi aloksan dapat berpotensi sebagai antihiperglikemik dengan efektivitas terbaik diperoleh dari dosis 900mg/200g BB dibandingkan dengan dosis 90mg/200g BB pemberian dalam satu kali sehari.
PENDAHULUAN Diabetes mellitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sebagai akibat kelainan fungsi insulin. Kelainan fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh selsel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999). Menurut kriteria diagnostik PERKENI (2006), seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl dan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl (Suryo, 2014). Tanaman obat yang berpotensi sebagai antidiabetes antara lain mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] dan salam (Syzygium polyanthum Wight.). Ekstrak daging buah mahkota dewa yang diberikan peroral pada kelinci mempunyai dosis efektif untuk antidiabetes yaitu 462,8 mg/kg BB. Tetapi potensinya tidak lebih 1
Penurunan aktivitas antihiperglikemik mulai terjadi pada hari ke-14, namun efek terbaik dicapai pada hari ke-26 (Wulandari, 2014). Dosis terbaik terlalu tinggi bila dikonversi untuk manusia maka perlu dikaji penggunaan dosis normal sebagai antihiperglikemik dengan rejimen dosis yang efektif. Pemberian dosis tunggal setiap hari sudah terbukti khasiatnya, namun khasiat pemberian ekstrak dosis berulang sehari dua kali belum pernah diteliti. Perubahan rejimen dosis granul instan yang akan dilakukan adalah membandingkan rejimen dosis asli 90mg/200g BB tikus untuk satu kali pemberian dalam sehari dan dosis 90mg/200g BB tikus untuk dua kali pemberian dalam sehari. Tikus yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) galur Sprague Dawley umur 3-3,5 bulan dengan bobot badan sekitar 200 gram. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan obat tradisional antidiabetes dari bahan alam, yaitu daging buah mahkota dewa dan daun salam. Adanya penelitian ini dimaksudkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan obat tradisional khususnya obat-obat antihiperglikemik yang telah dilakukan optimasi melalui pengujian praklinik pada hewan untuk menentukan keamanan dan khasiatnya, sehingga granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam ini dapat menjadi alternatif terapi bahan alam diabetes mellitus yang dapat mengurangi penggunaan obatobat sintetis.
Pembuatan Ekstrak Kering Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Salam Serbuk simplisia kering daging buah mahkota dewa dan serbuk simplisia kering daun salam masing-masing ditimbang. Kemudian dimaserasi daging buah mahkota dewa dengan etanol 70% dan daun salam dengan etanol 30 % selama enam hari dengan perbandingan 1:10, kemudian disaring, lalu residu dimaserasi lagi. Pekerjaan tersebut dilakukan berulang, sehingga secara keseluruhan maserasi dilakukan selama 6 kali. Masing-masing filtrat yang diperoleh dievaporasi dibuat ekstrak kering dengan vakum evaporasi (OGAWA®). Analisis Karakteristik Serbuk Simplisia dan Ekstrak Kering a. Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air simplisia dan ekstrak dilakukan dengan menggunakan Moisture Balance yaitu dengan cara menyalakan tombol on/off terlebih dahulu, kemudian di set progam, akurasi dan temperatur sesuai dengan simplisia yang akan diuji, lalu ditara. Ditimbang simplisia/ekstrak sebanyak 1 g (akurasi rendah) atau 5 g (akurasi sedang), simplisia/ekstrak disimpan di atas punch, diratakan sampai menutupi permukaan punch lalu ditutup, setelah 10 menit proses selesai maka persen kadar air dari simplisia akan tertera secara otomatis. Kemudian catat kadar yang tertera pada alat. Kadar air simplisia/ekstrak pada umumnya yaitu tidak lebih dari 5 %. Penetapan kadar air dilakukan duplo. b. Analisis Fitokimia Uji Saponin Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia/ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam masing-masing dimasukan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik (jika zat yang diperiksa berupa sediaan cair, diencerkan 1 mL sediaan yang diperiksa dengan 10 ml air dan dikocok kuat-kuat selama 10 menit), terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang. (DepKes RI, 1980). Uji Tanin Sebanyak 20 mg serbuk simplisia/ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam masing-masing ditambah etanol sampai sampel terendam semuanya. Kemudian sebanyak 1 mL larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna hijau kebiruan (Sangi, dkk., 2008). Uji Flavonoid Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia/ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam, masing-masing sari dengan 10 mL metanol P selama 10 menit. Disaring panas dengan 10 mL air. Setelah dingin ditambahkan 5 mL eter minyak
METODE PENELITIAN Pengumpulan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah mahkota dewa tua yang diperoleh dari daerah Cimanggu, Bogor dan daun salam tua yang diperoleh dari daerah Ciapus, Bogor. Pembuatan Serbuk Simplisia Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Salam Daging buah mahkota dewa tua yang berwarna merah dan daun salam tua yang berwarna hijau dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Daun salam dikeringkan dalam oven pada suhu kurang lebih 40oC, sementara untuk buah mahkota dewa sebelum dikeringkan pada suhu kurang lebih 40oC diiris 1mm-2mm terlebih dahulu. Simplisia kering dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin tercemar pada saat pengovenan (sortasi kering). Selanjutnya simplisia kering digrinder menjadi simplisia serbuk dan diayak menggunakan ayakan mesh 30 sehingga diperoleh simplisia serbuk, simplisia serbuk disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat (Asih, 2013).
2
tanah P, dikocok hati-hati, didiamkan, diambil lapisan metanol, diuapkan pada suhu 40oC dibawah tekanan. Sisa dilarutkan dalam 5 mL etil asetat P, disaring. 1. Diuapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL sampai 2 mL etanol 95% P, ditambahkan 500 mg serbuk seng dan 2 mL asam klorida 2 N, didiamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10 mL asam klorida pekat P, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif, menunjukan adanya flavonoid. 2. Diuapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1 mL etanol 95% P, ditambahkan 100 mg serbuk magnesium P dan ditambahkan 10 mL asam klorida pekat P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu, menunjukan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning, jingga, menunjukan adanya flavon, kalkon dan auron. 3. Diuapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan, dibasahkan sisa dengan aseton P, ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus asam oksalat P, dipanaskan hati-hati di atas tangas air dan hindari pemanasan yang berlebihan. Dicampur sisa yang diperoleh dengan 10 mL eter P. Diamati dengan sinar ultraviolet 364 nm, larutan berfluoresensi kuning intensif menunjukan adanya flavonoid (DepKes RI, 1980). Uji Alkaloid Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia/ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam masing-masing ditambah dengan 1 mL HCl 2 N, dan 9 ml air suling, kemudian dipanaskan selama 2 menit, dinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk test alkaloida sebagai berikut: a. Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi Bouchardat, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna coklat sampai hitam. b. Filtrat sebanyak 1 mL ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna merah atau jingga. c. Filtrat sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan menggumpal berwarna putih atau kuning (DepKes, 1980). Pembuatan Granul Instan Ekstrak Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Salam Granul instan dibuat sesuai dengan formula terbaik yang mengacu pada penelitian Asih (2013) yaitu,
Tabel 1. Formula Terbaik Asih, 2013 Bahan Formula terbaik (%) Ekstrak kering daging buah 5,6 mahkota dewa Ekstrak kering daun salam 2,6 PVP 3 Laktosa 88,3 Sukralosa 0,5 Essence 20 tetes Ket : Berat 1 sachet = 5 g ** Penimbangan laktosa dilakukan setelah seluruh formula dihitung.
Semua bahan diayak dengan ayakan mesh 30, ditimbang sesuai formula yang akan dibuat kemudian dibuat larutan pengikat dengan cara menambahkan air hangat (kurang lebih 50oC) ke dalam wadah gelas yang berisi PVP sambil diaduk dengan homogenizer sehingga terbentuk larutan jernih diamkan semalam. Ekstrak kering daun salam, ekstrak kering buah mahkota dewa dan laktosa (pengisi) dicampurkan ke dalam wadah sampai homogen. Larutan pengikat ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam adonan tadi hingga menjadi massa basah, kemudian ditambahkan pemanis dan essence, diaduk sampai homogen. Massa yang basah diayak menggunakan ayakan mesh 12 dan disimpan pada nampan beralaskan kain batis kemudian dioven suhu 40-50º C hingga setengah kering, kemudian diayak dengan mesh 16. Massa yang setengah kering disimpan pada nampan beralaskan kain batis dan dikeringkan pada oven suhu 40-50º C semalaman hingga terbentuk granul kering, kemudian dikemas. Evaluasi Mutu Granul Instan a. Kadar Air Penetapan kadar air granul instan dilakukan sama seperti peneteapan kadar air simplisia dan ekstrak. b. Waktu Alir Granul Waktu aliran granul dilakukan dengan sebanyak 100 g granul dilewatkan ke dalam corong dihitung waktunya sampai masa granul melewati corong, kemudian dicatat waktunya. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Perhitungan daya aliran granul dilakukan menggunakan rumus: M f = T Keterangan: f = Daya aliran (gram/detik) M = Massa Granul (gram) T = Waktu (detik)
Tabel 2. Tipe Aliran Berdasarkan Harga Daya Alir Harga daya alir (f)
Keterangan
>10 4 – 10 1,4 – 4 <1,4
Bebas mengalir Mudah mengalir Kohesif Sangat kohesif
Sumber : Aulton, 1988
3
Penetapan Kadar Flavonoid Total Penetapan kadar flavonoid total dilakukan terhadap ekstrak kering daging buah mahkota dewa, ekstrak kering daun salam, dan granul instan. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Kuersetin Sebanyak 10 mL larutan standar kuersetin dalam metanol konsentrasi 10 ppm dimasukkan dalam labu ukur 50 mL, ditambah 1 mL AlCl310%, 1 mL Natrium Asetat 1 M dan air suling sampai batas. Dikocok homogen lalu dibiarkan selama 30 menit, diukur absorbannya pada panjang gelombang 380-780 nm dengan menggunakan spektrofotometer (Saifudin dkk., 2011). Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Sebanyak 10 mL larutan standar kuersetin konsentasi 10 ppm dimasukkan dalam labu ukur 50 mL, ditambah 1 mL AlCl3 10%, 1 mL Natrium asetat 1 M dan air suling sampai batas. Kemudian dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu kamar. Serapan di ukur pada panjang gelombang maksimum pada 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit, sehingga didapat waktu optimum yang stabil (Saifudin dkk., 2011). Pembuatan Kurva Standar Kuersetin Dibuat deret standar kuersetin 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm dari larutan 100 ppm, Sebanyak 1, 2, 3, 4, 5 ml larutan standar 100 ppm dipipet ke dalam labu ukur 50 ml. Selanjutnya ditambahkan aquadest kira-kira 30 mL, 1 mL AlCl310%, 1 mL Natrium asetat 1 M dan diencerkan dengan air suling sampai batas. Dikocok homogen lalu dibiarkan selama waktu optimum, diukur absorbannya pada panjang gelombang maksimal. Pengukuran absorban diatas dibuat kurva antara konsentrasi larutan standar kuersetin dengan nilai absorban yang diperoleh dan akan dihasilkan persamaan regresi linier (y = bx + a ). Persamaan regresi ini untuk menghitung kadar ekstrak (ppm) dengan memasukkan absorban ekstrak sebagai nilai y ke dalam persamaan (Saifudin dkk., 2011). Penentuan Kadar Flavonoid Total Ditimbang 0,05 g ekstrak kering daging buah mahkota dewa, ekstrak kering daun salam dan granul instan. Masing-masing dilarutkan dengan metanol PA sampai 50 mL. Dipipet sebanyak 10 mL dari masing-masing ekstrak kedalam labu ukur 50 mL lalu ditambahkan aquadest kira-kira 20 mL, 1 mL AlCl310%, 1 mL Na asetat 1 M dan air suling sampai batas. Dikocok homogen lalu dibiarkan selama waktu optimum, lalu serapan diukur pada panjang gelombang maksimal. Absorban yang dihasilkan dimasukkan kedalam persamaan regresi dari kurva standar kuersetin, kemudian dihitung kadar flavonoid total (Saifudin dkk., 2011).
Pemeliharaan Hewan Coba Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley berumur 3-3,5 bulan dengan bobot sekitar 200 g. Sebanyak 20 ekor tikus dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Kandang berbentuk kotak plastik dengan tutup kawat. Pencucian box kandang dan penggantian serbuk kayu dilakukan setiap seminggu dua kali agar kondisi kandang tetap kering dan sehat. Selama penelitian semua kelompok tikus diberi pakan pellet tipe 512 dan minum secara ad libitum. Penetapan Dosis Penetapan dosis tikus pada pemberian aloksan adalah 150 mg/kg BB yang mengacu pada penelitian Wulandari (2014), menggunakan dosis aloksan sebesar 200mg/kg BB terjadi peningkatan kadar gula darah yang tinggi mencapai 300 mg/dl dalam 4 hari dan pada pada penelitian Siregar (2013), dosis aloksan sebesar 120mg/kg BB waktu peningkatan kadar gula darah yang terlalu lama yaitu pada hari ke-7. Pemberian dosis granul instan pada hewan coba disesuaikan dengan penelitian Wulandari, (2014) yaitu dosis asli 90 mg/200g BB dalam satu kali dan dua kali pemberian sehari melalui rute oral menggunakan sonde. Parameter Penelitian Parameter Utama Parameter utama dalam penelitian ini adalah kadar gula darah tikus yang telah dipuasakan sebelumnya selama 12 jam. Parameter Penunjang Parameter penunjang yang diukur pada penelitian ini adalah bobot badan, jumlah pakan dan air minum yang dikonsumsi selama penelitian. Parameter penunjang diperlukan untuk mengetahui gejala diabetes mellitus pada tikus putih jantan. Pengujian In Vivo Induksi Aloksan Sebelum diinduksi dengan aloksan, tikus dipuasakan dahulu selama 12 jam dan hanya diberi air minum. Kemudian diukur kadar gula darah puasanya. Setelah dilakukan pengukuran, tikus diinjeksi aloksan 150 mg/kg BB secara intraperitoneal. Tikus yang telah diinduksi dengan Aloksan dibiarkan selama 5 hari menunggu adanya kenaikan gula darah. Hanya tikus dengan kadar gula darah ≥200 mg/dl atau kadar gula darah puasa ≥126 mg/dl yang digunakan dalam penelitian ini. Pemberian Granul Instan Pada Hewan Coba Setelah hewan coba diinduksi aloksan dan kadar gula darahnya mencapai ≥200 mg /dl hewan coba tersebut dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus:
4
1. Kelompok I Kontrol positif yang diberi metformin dengan dosis 50mg/kg BB secara oral. 2. Kelompok II Granul instan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam dalam air suling dengan dosis 90mg/200g BB secara oral untuk satu kali pemberian dalam sehari (pagi hari). 3. Kelompok III Granul instan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam dalam air suling dengan dosis 90mg/200g BB secara oral dengan dua kali pemberian dalam sehari (pagi dan siang hari). 4. Kelompok IV Kontrol negatif hanya diberikan pakan dan air minum tanpa diberikan suatu perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembuatan Simplisia Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Salam Daging buah mahkota dewa tua yang digunakan berasal dari Cimanggu, Bogor dan daun salam tua yang digunakan berasal dari Ciapus, Bogor. Buah mahkota dewa yang siap panen berwarna merah terang. Pemanenan yang terlambat menyebabkan penurunan kualitas karena akan terjadi perombakan bahan aktif yang terdapat di dalam buah mahkota dewa menjadi zat lain. Selain itu tekstur buah menjadi lembek dan buah menjadi lebih cepat busuk. Pemanenan daun salam dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis. Pemanenan daun salam yang terlalu muda atau terlalu tua dikhawatirkan kandungan zat aktif telah menurun. Dipilih daun salam pada lembar ke 4-6 dari pucuk. Daun salam yang ada pada posisi tersebut dianggap memiliki kandungan zat aktif yang paling baik (Syahroni, 2010). Besarnya rendemen simplisia daging buah mahkota dewa yang diperoleh yaitu 10%. Sedangkan besarnya rendemen simplisia daun salam yang diperoleh sebesar 32,85%.
Pengukuran Kadar Gula Darah Pengambilan sampel darah melalui ekor tikus dilakukan setelah 6 hari perlakuan pemberian granul. Sebelum ekor tikus dilukai, pisau bedah disterilisasi dengan alkohol 70%. Darah diambil dari ekor tikus dengan cara melukainya kemudian diteteskan pada strip yang dipasang pada glukometer Eassy Touch® untuk dilihat kadar glukosa darahnya. Ekor tikus dioleskan larutan antiseptik untuk menghindari infeksi. Pengamatan kadar glukosa darah dilakukan setelah aklimatisasi, pada hari -5 sebelum induksi aloksan, hari ke-0 (setelah induksi aloksan dan sebagai awal dimulainya pengobatan), 6, 12, 18, 24 dan 30 setelah pengobatan. Kadar glukosa darah dinyatakan dalam mg/dl.
Ekstrak Kering Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Salam Ekstraksi simplisia daging buah mahkota dewa dan daun salam, masing-masing dilakukan dengan metode maserasi. Simplisia daging buah mahkota dewa direndam dengan pelarut etanol 70% dan simplisia daun salam direndam dengan pelarut etanol 30%. Etanol merupakan pelarut organik yang mampu mengekstrak senyawa metabolit sekunder. Proses perendaman dilakukan 1x24 jam selama 6 hari dengan perbandingan antar sampel dan pelarut 1:10. Dibutuhkan 6 kali pengulangan agar seluruh metabolit sekunder yang ada dalam simplisia dapat terekstrak. Filtrat yang sudah terkumpul lalu diuapkan dengan menggunakan alat rotary vaccum evaporator hingga terbentuk ekstrak kering. Ekstrak daging buah mahkota dewa dan ekstrak daun salam samasama berwarna coklat.
Analisis Data Untuk memperoleh suatu kesimpulan mengenai antihiperglikemik dari sediaan granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam pada tikus putih jantan, maka data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam untuk rancangan acak lengkap faktorial. Faktor A adalah perbedaan dosis (kontrol +, dosis 90mg/200g BB satu kali sehari, dosis @90mg/200g BB dua kali sehari, dan kontrol - ) dan faktor B adalah lama waktu pengobatan (0, 6, 12, 18, 24 dan 30 hari), sehingga diperoleh kombinasi perlakuan 4x6 yaitu 24 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 5 kali. Analisis varian faktorial menggunakan rancangan dasar RAL pola Faktorial (4x6). Hasil analisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.
Hasil Analisis Karakteristik Serbuk Simplisia dan Ekstrak Kering Hasil pengujian kadar air pada serbuk simplisia daging buah mahkota dewa yaitu 4,690% dan kadar air pada serbuk simplisia daun salam 6,610% menunjukan bahwa serbuk simplisia memenuhi syarat secara umum bahwa tidak boleh lebih dari 10% (DepKes RI, 2000). Pengeringan sampai kadar airnya kurang dari 10% bertujuan untuk mengurangi kandungan air dalam bahan. Kandungan air yang tinggi dalam suatu bahan dapat mendorong terjadinya reaksi enzimatik yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan kimia. Perubahan komposisi kimia terutama pada 5
senyawa-senyawa berkhasiat dapat menurunkan mutu simplisia yang dihasilkan. Kandungan air yang tinggi merupakan media bagi tumbuhnya mikroorganisme atau jamur yang dapat mencemari bahan (Ma’mun, dkk., 2006). Identifikasi metabolit sekunder dengan metode uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder dalam suatu bahan secara kualitatif. Uji fitokimia dilakukan pada serbuk simplisia dan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam.
kimia lain. Simplisia dan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam sama-sama mengandung flavonoid. Hasil positif saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa. Gugus hidrofil dan hidrofob bertindak sebagai permukaan aktif dalam pembentukan busa. Saponin bersifat polar dan dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air, hal ini menandakan bahwa dalam simplisia dan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam mengandung saponin. Uji penentuan tanin terjadi karena tanin yang bersifat polar akan larut dalam etanol yang bersifat polar. Penambahan FeCl3 berfungsi sebagai sumber atom pusat, dimana tanin merupakan ligan yang membutuhkan atom pusat untuk membentuk kompleks yang stabil, sehingga terbentuklah kompleks antara atom pusat Fe3+ dengan ligan tanin. Uji positif adalah terbentuk warna kehijauan, baik pengujian pada simplisia atau ekstrak, keduannya menunjukan hasil positif. Hasil pengujian kadar air pada ekstrak kering daging buah mahkota dewa didapatkan hasil rataratanya yaitu sebesar 3,230%. Sedangkan untuk kadar air ekstrak kering daun salam didapatkan hasil 2,065%.
Tabel 3. Hasil Analisis Fitokimia Golongan Senyawa Alkaloid Bouchardat LP Mayer LP Dragendorff LP Flavonoid Saponin Tanin
Hasil Analisis Simplisia dan Ekstrak Mahkota Dewa Daun Salam + + + + + +
+ + + + + +
Keterangan : + : mengandung metabolit sekunder
Hasil positif alkaloid ditunjukkan oleh ketiga pereaksi yaitu Bouchardat LP, Mayer LP dan, Dragendorff LP. Reaksi dengan pereaksi Mayer LP (HgCl2 + KI) menunjukan adanya endapan putih pada uji alkaloid. Diduga bahwa endapan putih tersebut merupakan kompleks kalium-alkaloid. Atom nitrogen pada alkaloid mempunyai pasangan elektron bebas dan akan bereaksi dengan ion logam K+ dari pereaksi Mayer (McMurry, 2004). Reaksi menggunakan perekasi Dragendorff, bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan bismut (III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismuth sedangkan pada pereaksi Bouchardat terbentuk endapan coklat yang diduga kalium alkaloid (Shevla, 1990). Baik pada simplisia maupun ekstrak daging buah mahlota dewa dan daun salam, masing-masing positif mengandung alkaloid. Penentuan uji flavonoid dilakukan dengan menambahkan serbuk Mg dan larutan HCl pada filtrat. Pada proses penambahan ini terjadi reaksi eksoterm yaitu reaksi yang melepaskan panas yang ditandai dengan terbentuknya gelembunggelembung gas dan pelepasan kalor pada permukaan tabung reaksi. Gelembung gas yang terbentuk ini adalah gas H2. Produk yang dihasilkan pada reaksi ini adalah MgCl2 dan H2. MgCl+ akan bereaksi dengan gugus karbonil pada flavon yang mengalami resonansi, sehingga akan terbentuk ikatan baru yaitu pelepasan ikatan rangkap dan pembentukan gugus hidroksil. Reaksi yang terjadi merupakan pembentukan ikatan baru dimana adanya MgCl+ mampu melarutkan flavon sehingga flavonoid dapat dipisahkan dari golongan
Hasil Pembuatan dan Evaluasi Mutu Granul Instan Ekstrak Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Salam a. Kadar Air Granul Pengujian kadar air dilakukan sebanyak tiga kali, sehingga diperoleh rata-rata sebesar 1,06% yang menunjukan bahwa kadar air tersebut memenuhi persyaratan berdasarkan standar yang ditetapkan SNI (1996) nilai kadar air untuk minuman tradisional maksimal 3%. Hal ini dipengaruhi bahan dalam formula yang bersifat tidak higroskopis. Pengujian kadar air pada granul ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air pada granul karena air dapat mempengaruhi lamanya penyimpanan granul. Kadar air pada granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam mengalami penurunan setelah pemanasan, hal ini disebabkan terjadi penguapan selama proses pemanasan. Suhu air yang meningkat pada bahan saat pemanasan mengakibatkan jumlah molekul air menurun, ikatan hidrogen akan putus dan tekanan uap air melebihi tekanan atmosfer, akibatnya molekul terlepas dari permukaan dan menjadi gas (Winarno, 1997) b. Waktu Alir Granul Uji alur granul ini menggunakan alat Flow meter dengan diameter corong 65 cm. Hasil dari pengujian granul nilai daya alir dilakukan sebanyak tiga kali dengan rerata sebesar 2,830 (g/det) yang menunjukkan bahwa granul instan bersifat kohesif. Berdasarkan persyaratan daya alir menurut Aulton 6
(1988), harga daya alir kohesif dinyatakan pada rentang 1,4 – 4. Granul yang bersifat kohesif ini diduga dipengaruhi oleh sifat permukaan granul, bentuk granul, kelembaban granul dan ketidakseragaman ukuran granul. Semakin kecil ukuran granul akan meningkatkan daya kohesifnya, sehingga granul akan mudah menggumpal dan sulit mengalir (Fassihi dan Kanfer, 1986).
berbanding lurus dengan konsentrasi dan mengikuti persamaan regresi linear. Tabel 4. Kadar Flavonoid Total Sampel Ekstrak daging buah mahkota dewa Ekstrak daun salam Granul instan
Hasil Analisis Kadar Flavonoid Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Analisis kandungan total flavanoid dari ekstrak kering daging buah mahkota dewa, ekstrak kering daun salam dan, granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan ekstrak daun salam menggunakan Spektrofotometer UVVis. Analisis kadar flavonoid dilakukan dengan menggunakan alumunium chloride (AlCl3), standar yang digunakan adalah kuersetin. Kuersetin merupakan salah satu jenis flavonoid yang umum digunakan sebagai standar dalam penentuan kadar flavonoid, yang secara biologis amat kuat, memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi (Agestiawaji dan Sugrani, 2009). Larutan standar kuersetin diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang λ 380-780 nm dalam 10 ppm. Berdasarkan analisis spektra kurva panjang gelombang maksimum dari kuersetin yaitu 430 nm dengan absorbansi sebesar 0,278. Waktu inkubasi optimum ditentukan pada suhu kamar menggunakan panjang gelombang maksimum 430 nm pada waktu ke-5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit. Waktu optimum yang stabil yaitu pada menit ke-20 dengan absorbansi sebesar 0,344. Kurva kalibrasi digunakan untuk mencapai ketelusuran pengukuran, menentukan kebenaran konvensional nilai yang ditunjukkan instrumen dan sampel yang diukur. Kurva kalibrasi diperoleh dengan membuat larutan standar kuersetin, tujuan pembuatan larutan standar untuk mengukur tingkat ketelitian data. Berdasarkan hasil penentuan absorbansi larutan standar kuersetin kurva kalibrasi larutan standar berupa grafik kurva konsentrasi (ppm) dan absorbansi dengan persamaan regresi liniear y = 0,1353x-0,0265 dengan koefisien korelasi (R2) adalah 0,959. Kurva kalibrasi menunjukan bahwa konsentrasi mampu menerangkan absorbansi sebesar 95,90% dan sekitar 4,1% diterangkan oleh faktor lain. Hasil pengukuran absorbansi larutan standar pada berbagai konsentrasi diperoleh hubungan yang linear antara absorbansi dengan konsentrasi yang ditunjukkan dengan pengukuran liniearitas sebesar 0,959. Besarnya liniearitas ini mendekati nilai satu sehingga dapat dinyatakan bahwa absorbansi merupakan fungsi yang besarnya
A 0,5630
ppm 3,9652
Kadar flavonoid (%) 1,9015
0,2812
1,8824
0,9202
0,1577
0,9696
0,4682
Berdasarkan pengukuran, teramati konsentrasi flavonoid pada ekstrak daging buah mahkota dewa terbaca pada kisaran 3,9652 ppm sedangkan pada ekstrak daun salam terbaca pada kisaran 1,8824 ppm. Pengukuran kadar flavonoid total dalam sampel dihitung berdasarkan konsentrasi. Kadar flavonoid total terendah terdapat pada granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam sebesar 0,4682% dibandingkan dengan kedua sampel lainnya. Kombinasi ekstrak dalam granul instan menunjukkan kandungan total flavonoid lebih sedikit, hal ini dikarenakan granul instan berada dalam campuran bahan tambahan lainnya. Pengujian In Vivo Bobot Badan Tikus Pengukuran bobot badan tikus dihitung selama aklimatisasi 2 minggu dan selama proses pengobatan. Rerata bobot badan dari hari -5 sebelum diinduksi dan hari ke-0 dimulainya pengobatan sampai hari ke-30 selama perlakuan menunjukkan adanya perubahan pada setiap kelompok perlakuan. Terlihat bahwa tikus hiperglikemia mengalami penurunan bobot badan. Salah satu gejala yang khas dari kelainan metabolisme seperti pada diabetes adalah kehilangan bobot badan padahal nafsu makan sangat baik. Keadaan ini adalah akibat glukosa tidak dapat dimetabolisme dengan cepat menjadi energi yang dibutuhkan tubuh sehingga terjadi depresi sel lemak dan protein untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh tersebut (Tjokroprawiro, 1999; Widowati, 2003). Setelah perlakuan pemberian sediaan herbal granul instan selama 30 hari, bobot badan rerata tikus pada dosis 1 (90mg/200g BB1 kali pengobatan/hari) dan dosis 2 (90mg/200g BB 2 kali pengobatan/hari) mengalami peningkatan pada hari ke-18 sampai hari ke-30 dibandingkan dengan kontrol negatif (keadaan hiperglikemia tanpa pengobatan). Hasil analisa statistik terhadap data yang diperoleh dengan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Duncan memberikan informasi mengenai adanya pengaruh perbedaan bermakna kelompok kontrol positif, herbal dosis 1 (90mg/200g BB1 kali pengobatan/hari), dosis 2 (90mg/200g BB 2 kali pengobatan/hari) dengan kelompok kontrol negatif terhadap bobot badan. 7
Bobot badan herbal dosis 1 berbeda nyata dengan dosis 2, sedangkan bobot badan dosis 1memberikan pengaruh yang sama terhadap kontrol positif, walaupun pada hari ke-18 mengalami kenaikan bobot badan pada dosis 1. Kelompok kontrol negatif berbeda nyata terhadap dosis 1, dosis 2 dan kontrol positif. Berdasarkan hasil pengukuran, tikus kontrol positif dan kontrol negatif bobot badannya samasama menurun. Tikus kontrol positif bobot badannya menurun karena pengobatan menggunakan metformin yang kerjanya menekan nafsu makan, sedangkan tikus kontrol negatif tidak diberi pengobatan sehingga tetap dalam keadaan hiperglikemik yang menyebabkan bobot badan berangsur-angsur menurun. Berdasarkan analisis statistik, ada perbedaan pengaruh sangat nyata lama pemberian terhadap perubahan bobot badan tikus. Kelompok tikus diabetes dengan perlakuan herbal dosis 1 (90mg/200g BB 1 kali pengobatan/hari) dan dosis 2 (90mg/200g BB 2 kali pengobatan/hari) terjadi penurunan bobot badan dari hari ke-0 dimulainya pengobatan sampai hari ke-12 tetapi tikus mengalami kenaikan bobot badan pada hari ke-18 sampai hari ke-30. Pemberian granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam diduga dapat mengontrol berat badan. Kemampuan dalam mengontrol berat badan ini diduga terjadi karena adanya kombinasi antara penurunan laju pengosongan lambung dan senyawa antioksidan seperti tanin dan flavonoid. Kecepatan laju pengosongan lambung yang menurun akan memberikan efek kenyang dan mempengaruhi penyerapan sari-sari makanan oleh usus halus, sehingga pelepasan glukosa ke dalam darah lebih lambat dan memperlambat rasa lapar yang timbul serta mencegah penumpukan lemak dan air di dalam tubuh (Hlebowicz J, 2007). Berdasarkan uji lanjut Duncan, penurunan bobot badan pada hari ke-12, 18, 24, dan 30 memberikan pengaruh yang relatif sama dan berbeda dengan bobot badan hari ke-0 dan hari ke6. Bobot badan pada hari ke-0 dan ke-6 memberikan pengaruh yang relatif sama.
Beberapa gejala klinis dari penderita diabetes melitus adalah poliuri (volume urin meningkat), polidipsi (peningkatan rasa haus), dan polifagi (peningkatan rasa lapar) (Ranakusuma, 1992). Gejala awal diabetes melitus berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai di atas 160 mg/dL, maka glukosa akan dikeluarkan melalui urin (Sherwood, 2001). Semua kelompok perlakuan tikus pada hari ke-0 (awal pengobatan) saat dalam keadaan hiperglikemik tikus mengalami poliuri, hal ini disebabkan jumlah glukosa yang difiltrasi melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi, glukosa akan timbul di urin sehingga terjadi glukosuri (Sherwood, 2001). Gejala polifagi dan polidipsi terlihat dari kenaikan jumlah konsumsi makan dan minum setiap kelompok perlakuan pada hari ke-0 saat dimulainya pengobatan. Tikus yang diobati dengan menggunakan metformin ataupun granul instan daging buah mahkota dewa dan daun salam jumlah konsumsi makan dan minum cenderung mengalami penurunan. Sementara tikus yang tidak diberi pengobatan (kontrol negatif) konsumsi makan dan minum terus meningkat sampai hari ke-30.
Gambar 2. Grafik Perubahan Jumlah Makan Tikus Selama Penelitian
Gambar 3. Grafik Perubahan Jumlah Minum Tikus Selama Penelitian
Hasil Induksi Aloksan Pada Tikus Putih Jantan Sprague Dawley Hari ke-0 (keadaan hiperglikemik), kadar glukosa darah pada perlakuan kontrol positif, dosis 1 (1 kali pengobatan/hari), dosis 2 (2 kali pengobatan/hari) dan kontrol negatif mengalami peningkatan, hal ini disebabkan pengaruh aloksan
Gambar 1. Grafik Bobot Badan Tikus Selama Pengobatan
8
menimbulkan hiperglikemik yang permanen dalam waktu tiga sampai lima hari (Suharmiati, 2003). Dosis aloksan yang digunakan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari (2014), menunjukkan bahwa aloksan dengan dosis 200mg/kg BB kadar glukosa darah tikus mencapai >300mg/dl dan didasari pula oleh penelitian Siregar (2013), aloksan yang diberikan dengan dosis 120mg/kg BB namun keadaan hiperglikemik baru dapat dicapai setelah 7 hari induksi dengan aloksan secara intraperitonial. Pengecekan kadar gula darah dilakukan sebelum induksi untuk mengetahui kadar gula darah normal dan pasca induksi pada hari -5. Keadaan fisiologis tikus yang berbeda mempengaruhi kenaikan kadar gula darah, sehingga kadar gula darah setiap tikus tidak sama rata namun tetap dalam keadaan hiperglikemia. Pasca induksi aloksan (150mg/kg BB), kadar gula darah pada hari -5 meningkat sebesar 72,735% dari rata-rata keseluruhan kelompok perlakuan.
perlakuan) memiliki perbedaan pengaruh sangat nyata kelompok perlakuan terhadap penurunan kadar gula darah tikus. Kelompok kontrol positif mulai menunjukkan penurunan kadar gula darah pada hari ke-6. Perlakuan herbal dosis 1 mengalami penurunan yang signifikan pada hari ke-12, sedangkan perlakuan dosis 2 terjadi penurunan kadar gula darah yang signifikan terjadi pada hari ke-6. Penurunan kadar glukosa darah tikus dengan perlakuan herbal secara signifikan masih lebih kecil dari kontrol positif namun perlakuan K+H12, D1H24, D1H30, D2H18 D2H24 dan, D2H30 masih relatif sama pengaruhnya. Salah satu penyebab terjadinya penurunan kadar gula darah adalah meningkatnya sekresi insulin oleh sel-sel pankreas yang mengalami regenerasi. Regenerasi sel pankreas akibat pemberian buah mahkota dewa telah dilaporkan sebelumnya oleh Fitranti dan Priyo (2010). Berdasarkan gambaran mikroanatomi sel pulau Langerhans tikus putih jantan, regenerasi sel pulau Langerhans pankreas pada tikus penderita diabetes dimulai pada pemberian rebusan buah mahkota dewa kadar 4,5%.
Gambar 4. Diagram Batang Kenaikan Gula Darah Induksi
Hasil Pengujian Sediaan Granul Instan Kombinasi Ekstrak Daging Buah Mahkota Dewa dan Daun Salam Sebagai Anti Hiperglikemik Dosis sediaan granul instan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90mg/200g BB mengacu pada penelitian Asih (2013) dan sebagai dosis asli yang telah dikonversi dari dosis yang telah ditetapkan pada manusia yaitu 5 g perhari. Berdasarkan penelitian Wulandari (2014), dosis 90mg/200g BB satu kali pemberian dalam sehari, tikus mengalami penurunan kadar gula darah yang signifikan pada hari ke-14. Dalam penelitian ini, dosis 1 (90mg/200g BB) yang diberikan satu kali sehari dapat menurunkan kadar gula darah yang signifikan pada hari ke-12. Jika dibandingkan dosis 2 (90mg/200g bb) yang diberikan dua kali sehari, penurunan kadar gula darah terjadi pada hari ke-6, potensinya jauh lebih baik diberikan dua kali dalam sehari untuk menurunkan kadar gula darah. Berdasarkan hasil analisis statistik, kontrol positif (metformin), dosis 1 (90mg/200g BB 1 kali pengobatan/hari), dosis 2 (90mg/200g BB 2 kali pengobatan/hari) dan kontrol negatif (tanpa
Gambar 5. Perubahan Rerata Kadar Gula Darah Berdasarkan Lama Pemberian
Berdasarkan analisis statistik, ada perbedaan pengaruh sangat nyata lama pemberian terhadap penurunan kadar gula darah tikus. Penelitian ini juga dilakukan pengamatan tentang perubahan rerata kadar gula darah yang diihat berdasarkan kelompok perlakuan.
Gambar 6. Perubahan rerata kadar gula darah berdasarkan kelompok perlakuan (hari ke-0 dan hari ke-30)
9
Data tersebut memperlihatkan kelompok kontrol positif mengalami penurunan yang paling besar, sedangkan kelompok kontrol negatif tidak mengalami perubahan perbaikan kadar gula darah. Kenaikan kadar gula darah pada kelompok kontrol negatif yang terjadi terus-menerus dikarenakan adanya degenerasi sel pankreas akibat aloksan. Penurunan kadar gula darah yang terjadi pada tikus dengan terapi metformin (kontrol positif) disebabkan oleh adanya mekanisme spesifik metformin dalam menurunkan kadar glukosa darah. Mekanisme metformin dalam menurunkan kadar glukosa darah meliputi stimulasi glikolisis langsung pada jaringan perifer dengan peningkatan pengeluaran glukosa dari darah, mengurangi glukoneogenesis hati, memperlambat absorbsi glukosa dari darah, pengurangan kadar glukagon dalam plasma dan meningkatkan peningkatan insulin pada reseptor insulin (Katzung, 2007). Berdasarkan analisis statistik, ada perbedaan pengaruh sangat nyata kelompok perlakuan terhadap penurunan kadar gula darah tikus. Penurunan kadar gula darah pada tikus percobaan bervariasi tiap kelompok. Dosis 1 (90mg/200g BB 1 kali pengobatan/hari) mempunyai kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 2 (90mg/200g BB 2 kali pemberian/hari). Kelompok perlakuan masingmasing dapat menurunkan kadar gula darah sebesar 50,50% dan 67,08%. Kontrol positif dapat menurunkan kadar gula darah sebesar 78,42%. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa penurunan gula darah kontrol positif, dosis 2, dosis 1 dan kontrol negatif masing-masing berbeda nyata. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa salah satu kandungan dari simplisia dan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam adalah senyawa golongan flavonoid. Golongan ini terutama yang berada dalam bentuk glikosidanya mempunyai gugus-gugus gula. Dalam penelitian ini, diduga glikosida flavonoid yang terkandung dalam daging buah mahkota dewa dan daun salam tersebut bertindak sebagai penangkap radikal hidroksil seperti halnya amygladin, sehingga dapat mencegah aksi diabetagonik dari aloksan (Studiawan dan Mulja, 2005). Pada senyawa flavonoid, adanya gugus hidroksil pada cincin aromatis, akan mendonasikan atom H pada radikal bebas. Radikal fenoksil flavonoid yang terbentuk kemudian mengalami stabilisasi resonansi oleh sistem ikatan rangkap terkonjugasi sehingga radikal tersebut bersifat kurang reaktif (Zhang, 2005). Senyawa alkaloid berperan menurunkan glukosa darah dengan cara menghambat absorpsi glukosa di usus, meningkatkan transportasi glukosa di dalam darah, merangsang sintesis glikogen dan menghambat sintesis glukosa dengan menghambat enzim glukosa 6-fosfatase, fruktosa 1,6-bifosfatase
serta meningkatkan oksidasi glukosa melalui glukosa 6-fosfat dehidrogenase. Saponin bekerja dengan cara menurunkan absorbsi glukosa di usus, menghambat transporter glukosa Glut-1, meningkatkan pemanfaatan glukosa di jaringan perifer dan penyimpanan glikogen serta peningkatan sensitifitas reseptor insulin di jaringan (Santoso dan Saryono, 2006). Pada perhitungan potensi dosis granul instan terhadap kontrol positif (metformin) didapatkan hasil yang terbaik adalah 85,53% untuk dosis 2 (90mg/200 g BB 2 kali pengobatan/hari). Hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014), penurunan kadar gula darah tikus penderita diabetes yang diinduksi aloksan dengan pemberian granul instan ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam dosis 900mg/200 g BB 1 kali sehari terjadi penurunan sebesar 84,68%. Diketahui bahwa pemberian granul instan dua kali sehari potensinya lebih baik dibandingkan dengan satu kali pemberian dalam sehari. Mulai terjadinya penurunan kadar gula darah ke kondisi normal untuk dosis 2 (90mg/200g BB dua kali pengobatan/hari) terjadi pada hari ke-18, karena itu direkomendasikan untuk melakukan reformulasi sediaan granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam untuk mempercepat durasi pengobatan dengan meningkatkan dosis ekstrak menjadi dua kali dari dosis asli (90mg/200g BB). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan : Pemberian sediaan granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan daun salam dengan dosis 90mg/200g BB dua kali sehari dapat menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan sebesar 67,08% dan lebih optimum dibandingkan pemberian dosis 90mg/200g BB satu kali sehari dengan waktu pengobatan efektif pada hari ke-18. Saran Perlu dilakukan re-formulasi sediaan granul instan kombinasi ekstrak daging buah mahkota dewa dan ekstrak daun salam untuk mempercepat durasi pengobatan dengan meningkatkan dosis ekstrak menjadi 1,5 kalinya. DAFTAR PUSTAKA Agestiawaji, R., Sugrani, A., 2009. Flavonoid (Quercetin), Makalah Kimia Organik Bahan Alam Program S2 Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin
10
Aiache and Guyot-Hermann penerjemah Dr. Widi Soerarti.1982.Farmasetika 2-BIOFARMASIEdisi kedua.University Press: Surabaya.
Kelinci, Dibandingkan Glibenklamid. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta . Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol.6, No.1, Juli 2006.
Ansel HC. dan Shelly. 2004. Kalkulasi Farmasetik Panduan Apoteker.EGC: Jakarta.
Dorfman, L.M. and Adam, 1973. National Standard Reference Data System, NBS, Vol 4, hal. 1-59.
Ardiansah M. dan Kharis.2012. Model Matematika Untuk Penyakit Diabetes Tanpa Faktor Genetik. Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang :Semarang. Jurnal MIPA 35 (1) (2012) ISSN 0215-9945.
Dorlan WAN., 2002. Kamus Kedokteran Dorlan. Edisi 21. Alih Bahasa : Hartanto H. Jakarta : EGC. Fassihi, A. R., and Kanfer, 1986. Effect of Compressibillity and Powder on Tablet Weight Variation, dalam Drug Development and Industria Pharmacy, 22, Marcel Dekker Inc., New York.
Asih R.2013.Formulasi SediaanGranul Instan Kombinasi Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) Dan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Sebagai Antidiabetes Dengan Perbedaan Jenis Pemanis.Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi Universitas Pakuan Bogor : Bogor.
Guyton AC. 1994. Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medical Physiology). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Guyton AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.
Aulton, M. E., 1988, Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design, Churchill Livingstone Inc, New York, Halaman : 600615, 647-667
Helmawati T.2014.Hidup Sehat Diabetes.Notebook:Yogyakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1996. SNI 014371-1996. Cuka Fermentasi. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Jakarta.
Hlebowicz J, Darwiche, Bjorgell, and Olof. 2007. Effect of Apple Cider Vinegar On Delayed Gastric Emptying In Patients With Type I Diabetes Mellitus: A Pilot Study. BMC Gastroenterology 7-46
Cooperstein SJ and Watkins. 1981. Action of Toxic Drugh on Islet Cell: In SJ Cooperstein, Dudley Watkins (ed) The Islet of Langerhands Biochemistry, Physiology, and Pathology ; Academic Press. New York. DepKes RI.1979.Farmakope III.DepKes RI:Jakarta.
Indonesia
Tanpa
Katzung, B.G. 2007. Pancreatic Hormones and Antidiabetic Drugs. In Basic and Clinical Pharmacology 10th Ed 41, 583-705
Edisi
Khan, Abedulla K, Satyanarayana S, Eswar Kumar K, Anupama K. 2012. Pharmacodynamic Drug Interaction of Mexiletine with Metformin in Rats. Research Journal of Pharmaceutical, Biological, and Chemical Sciences July-September 3 : 3 , 905
_________. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. p.77, 185 _________.2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan, 2000 (Keputusan Menteri Kesehatan R.I No: 55/MENKES/SK/I/2000.
Ma’mun, S. Suhirman, F. Manoi, B. S. Sembiring, Tritianingsih, M. Sukmasari, A. Gani, Tjitjah F., D. Kustiwa. 2006. Teknik Pembuatan Simplisia Dan Ekstrak Purwoceng. Laporan Teknis Penelitian. Balai Penelitian Tanaman rempah dan Obat. Hal. 314-324
_________.2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus.Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan : Jakarta.
McMurry, J. dan R.C. Fay. 2004. McMurry Fay Chemistry 4th Edition. Belmont: Pearson Education International.
Dewoto HR., M. Yanti, A. Azalia.2009. Uji Efek Hipoglikemik Daging Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] pada
Nugroho dan Agung.2006. Hewan Percobaan Diabetes Mellitus : Patologi Dan Mekanisme Aksi Diabetogenik.Yogyakarta : Laboratorium 11
Farmakologi dan Toksikologi, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Bagian Ilmu Bahan Alam, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Surabaya:Surabaya. Media Kedokteran Hewan Vol.21, No. 2, Mei 2005.
Pratiwi, V. 2012. Efek Hipoglikemik pada Tikus Wistar Jantan diabetes yang Diinduksi dengan Streptozotocin Pasca Pemberian Cuka Salak (Salacca vinegar). Skripsi. FTPUB. Malang
Tjokroprawiro, A. 1999. Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi. Edisi 3. Gramedia, Jakarta. p. 1–16.
Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB dan Gagas Ulung.2010.Sehat Alami dengan Herbal.Gramedia:Jakarta.
Turner dan Bagnara (1988), Endokrinologi Umum, edisi keenam, Airlangga University Press, Surabaya.
Ranakusuma A.B. 1992. Metabolit Endokrinologi Rongga Mulut. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Wahyono J. dan Susanti.2008. Aktivitas Hipoglikemik Ekstrak Etanolik Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dan Pengaruhnya Terhadap Stimulasi Parasimpatik Pada Kelinci Jantan Yang Dibebani Glukosa. Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fak. Farmasi UGM:Yogyakarta.
Rizmahardian, A.K. 2008. Kaitan antara Metabolisme Karbohidrat dan Diabetes Mellitus, Fakultas MIPA, Universitas Pontianak, Pontianak. Saifudin A., V. Rahayu, dan H.Y. Teruna.2011.Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta. Graha Ilmu.
WHO.1999.Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complication. Departement Noncomunicable Disease Surveillance Geneva.
Sangi, M., R.J.R. Max, El. Henry dan M.A.M. Veronica.2008.Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat Di Kabupaten Minahasa Utara. Chem. Vol. 1, no.1. Manado.
Widowati, L. 2003. Pengaruh Ekstrak Biji Trigonella Foenum-graecum L. Terhadap Kadar Gula Darah, Glutation dan Gambaran Kerusakan Sel-b Pankreas pada Tikus NIDDM. F-MIPA Universitas Indonesia, Prog Studi Kefarmasian. p. 20–21, 66–73.
Santoso J. dan Saryono.2006. Penggunaan Rebusan Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Schff.Boerl) dan Pengaruhnya Terhadap Penurunan Glukosa Darah Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Aloksan.Program Pendidikan Dokter, Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto.
Widyastuti N, Tetri, Shanti. 2006. Teratogenik Ekstrak Buah Mahkota (Phaleria macrocarpa (Schff.Boerl.) Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Winstar. Universitas Sebelas :Surakarta.
Siregar, I.N.S. 2013 . Uji Aktivitas Kombinasi Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) dan Lidah Buaya (Aloe vera(L.)Burm.f.Syn.Aloe barbadensis Mill.) sebagai Antidiabetes pada Tikus Putih Jantan GalurSprague Dawley. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi Universitas Pakuan. Bogor.
Efek Dewa pada Galur Maret
Wijayakusuma,H.2004.Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing.Puspa Sehat:Jakarta. Wulandari, C.2014.Efektivitas Sediaan Granul Instan Kombinasi Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) dan Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Sebagai Antidiabetes Pada Tikus Putih Jantan (Sprague Dawley).Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi Universitas Pakuan:Bogor.
Sherwood L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta, EGC. Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
Zhang, H-Y. 2005. Structure-Activity Relationships and Rational Design Strategies for Radical Scavenging Antioxidants. Current ComputerAided Drug Design 1, 257-273
Studiawan H. dan Mulja.2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun
12