Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… KEDISIPLINAN DAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DALAM MENGANTARKAN PESERTA DIDIK MENJADI MANUSIA SEUTUHNYA Yanti Devi Wijaya1
[email protected] ABSTRACT To achieve success is not as easy as turning the palm of the hand, for success requires struggle and discipline. Discipline is not easily applied to students who are in conditions that are less supportive. Studens are cadres of the nation that will hold the baton on the way society, the nation and the state, then to the survival of the nation and the country needed men who have strong character, so it is necessary for the formation of character through habituation learners with a wide range of activities. With various activities that have been applied to the author where the author works, the authors hope to lead learners to be perfect human being (human character). One of the keys to it, then it affects one to apply the theory of Ki Hajar Dewantara, that educators must be able to "Ing Ngarso Tulodo Sung, Associate Ing Mangun Karso, Tut Handayani.Semboyan Wuri means in front of good example, in the middle capable of stimulating and at the rear provide a boost. Keywords: discipline, learning model, human character ABSTRAK Untuk meraih sukses tidak semudah membalik telapak tangan, untuk sukses membutuhkan perjuangan dan kedisiplinan. Kedisiplinan tidaklah mudah diterapkan pada peserta didik yang berada pada kondisi yang kurang mendukung. Peserta didik adalah kader bangsa yang akan memegang tongkat estafet dalam perjalanan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, maka untuk kelangsungan bangsa dan negara dibutuhkan manusia-manusia yang memiliki karakter yang kuat, sehingga perlu untuk pembentukkan karakter melalui pembiasaan pada peserta didik dengan berbagai macam kegiatan. Dengan berbagai macam pemikiran yang telah penulis terapkan pada tempat penulis bekerja, penulis berharap dapat mengantarkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya. Salah satu kunci untuk itu, maka sangatlah berpengaruh salah satu penerapkan teori Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidik haruslah bisa menjadi “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.Semboyan
1
Dosen Pada Program Studi Ilmu Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 58
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… tersebut berarti di depan menjadi teladan, di tengah mampu membangkitkan semangat, dan di belakang memberikan dorongan. Kata Kunci: kedisiplinan, model pembelajaran, manusia seutuhnya PENDAHULUAN SMK Negeri Wongsorejo adalah sekolah menengah kejuruan yang berlokasi di Jalan PB. Sudirman No. 17, Desa Wongsorejo, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, yang awal berdirinya berdasarkan Surat Keputusan Bupati Banyuwangi No. 145 Tahun 2013 tertanggal 29 Desember 2013 tentang Sekolah Menengah Kejuruan Kecil (SMK Terpadu) di SLTP Negeri Wongsorejo.Pada tahun 2007 SMK Kecil itu menjadi SMK Negeri Wongsorejo dengan Surat Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor 188/329/KEP/429.012/2007 tertanggal 17 Juli 2007. Pada saat pertama kali penulis bertugas di SMK Negeri Wongsorejo, kondisi sekolah masih memiliki 2(dua) ruang kelas, 1(satu) ruang bengkel otomotif dengan ruang instruktur yang sekaligus menjadi ruang kantor, dengan 4(empat) rombongan belajar, satu guru PNS (Kepala Sekolah), satu tenaga tata usaha, dan yang lainnya tenaga guru tidak tetap. Karena hanya memiliki 2(dua) ruang kelas, untuk sementara sambil menunggu penyelesaian pembangunan ruang kelas baru, maka 2(dua) rombel peserta didik dikirim pada dunia usaha/dunia industri (DU/DI) untuk melaksanakan proses pembelajaran lapangan yang dikenal istilah praktik kerja industri (Prakerin). Dan pernah pada saat kami memiliki enam rombel peserta didik,
dengan terpaksa kami meminjam aula SMP Negeri 1 Wongsorejo untuk pembelajaran, dengan menggunakan skat triplek digunakan oleh dua rombel tanpa menggunakan meja dan kursi. Pada saat awal penulis mengajar di SMK Negeri Wongsorejo, tahun 2006, pukul 07.00 penulis masuk di kelas, ada beberapa peserta didik yang sampai di sekolah pada pukul 08.30, dan saat dikonfirmasi, kebanyakan jawaban mereka bangun kesiangan. Dan kondisi ini berlangsung sering, meskipun sudah diberikan sanksi hukuman bagi yang terlambat. Ada pula peserta didik yang setiap hari Jumat dan Sabtu selalu tidak hadir di sekolah, sehingga tingkat ketidakhadiran mereka (alpha) sangat tinggi, dan saat dikonfirmasi ternyata penjelasan mereka karena tidak memiliki seragam sekolah pramuka. Karena pada awal berdirinya SMK ini belum memiliki banyak tenaga kerja, maka pada awal penulis bekerja di SMK ini, penulis berpengalaman membantu tidak hanya mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan bidang akademik penulis, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan saja, tetapi juga pernah mengajar mata pelajaran Seni Budaya, dan apabila ada guru yang tidak hadir atau cuti, maka saya juga membantu untuk melayani siswa pada mapel bahasa Inggris dan juga Olahraga. Sekitar tahun 2006 – 2010, tingkat drop out siswa SMK Negeri Wongsorejo cukup memprihatinkan, karena beberapa penyebab drop out adalah pola pikir masyarakat (orang tua
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 59
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… dan siswa) yang kurang mendukung pada pendidikan formal seperti SMK, yaitu dengan adanya pemikiran tidak usah sekolah tinggi-tinggi orang tua saya juga sudah bisa bekerja, bisa sukses, dan adanya penikahan dini. Hingga pada saat penulis mendapat kesempatan dalam pertemuan PKK di Kecamatan Wongsorejo, penulis diberi waktu untuk mengisi acara, penulis isi dengan sosialisasi Hukum Perkawinan dengan maksud memberi kontribusi untuk menambah pengetahuan dan membuka pola pikir masyarakat untuk tidak menikahkan anak-anak mereka pada usia dini. Dari kondisi tersebut, pada tahun 2007, dengan permasalahan yang sangat kompleks, dan dengan latar belakang penulis yang mantan karyawan notaris/PPAT, Kepala Sekolah menginstruksikan kepada penulis untuk membuat proposal guna mendapatkan lahan untuk pembangunan SMK Negeri Wongsorejo. Dengan proses yang cukup rumit, termasuk berjalan ke rumah penduduk satu per satu untuk menanda tangankan surat pernyataan pembebasan lahan, akhirnya SMK Negeri Wongsorejo mendapatkan lahan kurang lebih 2ha di sebelah Barat dari SMP Negeri 1 Wongsorejo. Dari perolehan lahan tersebut kemudian kami membuat proposal Unit Sekolah Baru sehingga sekarang berdiri dan berkembang SMK Negeri Wongsorejo yang sudah terdiri dari 24 (duapuluh empat) rombongan belajar dengan jumlah ruang kelas 24 (duapuluh empat), satu bengkel otomotif, satu laboratorium akuntansi, satu laboratorium busana butik, satu laboratorium teknologi pengolahan hasil pertanian, satu laboratorium
KKPI, dan berbagai sarana penunjang lainnya. Dari kondisi di atas ternyata sangat berkaitan sekali antara kondisi sekolah, baik itu dari segi prasarana dan sarana sekolah, sumber daya manusia (pendidik dan tenaga kependidikan),dan pola pikir masyarakat, terhadap proses pembelajaran. Dan hal ini pasti akan berpengaruh pula terhadap keberhasilan dari pendidikan. Tujuan pendidikan, mengacu pada tujuan Negara yang terdapat pada Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini mencakup segala aspek, bukan hanya intelektualnya, tetapi juga dari segi spiritual, emosional, fisikal, maupun yang lain, sehingga pada intinya adalah membentuk manusia seutuhnya, termasuk kecakapan hidup baik skill maupun soft skill. Tujuan tersebut merupakan tugas yang penting dan tidak mudah, tidak akan tercapai tanpa didukung oleh berbagai aspek terkait, baik prasarana dan sarana sekolah, juga sumber daya manusia yang menanganinya Dari berbagai uraian diatas, untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka penulis mengangkat beberapa aspek yang juga sangat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran, yaitu tentang kedisiplinan dan penerapan model pembelajaran dalam mengantarkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya.
RUMUSAN MASALAH Dari uraian yang penulis paparkan di atas penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 60
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… 1.
Bagaimana cara meningkatkan kedisiplinan siswa di SMK Negeri Wongsorejo? 2. Bagaimana cara meningkatkan aktivitas dan mengembangkan kepribadian siswa dalam pembelajaran? Kedua permasalahan tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran dalam mengantarkan peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH 1. Cara meningkatkan kedisiplinan siswa di SMK Negeri Wongsorejo Dari rumusan masalah yang pertama tentang meningkatkan kedisiplinan siswa di SMK Negeri Wongsorejo, penulis memiliki pemikiran yang merupakan pengalaman dan strategi yang telah diterapkan di SMK Negeri Wongsorejo antara lain sebagai berikut: - Keteladanan dari guru - Kerjasama antar warga sekolah - Kegiatan sekolah Kegiatan harian Kegiatan mingguan Kegiatan semesteran Kegiatan tahunan Kegiatan ekstrakurikuler - Peningkatan kinerja OSIS 2. Cara meningkatkan aktivitas siswa dan mengembangkan kepribadian peserta didik dalam pembelajaran Dari rumusan masalah yang kedua penulis memiliki pemikiran yang merupakan pengalaman yang pernah dilakukan oleh penulis dalam pembelajaran untuk
meningkatkanaktivitas dan mengembangkan kepribadian peserta didik dalam pembelajaran antara lain dengan penerapan modelpembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot, antara lain dengan menerapkan metode “tutor sebaya” dan “joyfull learning” Secara lebih lengkap mengenai strategi pemecahan masalah dan penerapannya akan penulis uraikan lebih rinci pada bab pembahasan. PEMBAHASAN Cara meningkatkan kedisiplinan peserta didik di SMK Negeri Wongsorejo Kedisiplinan berarti mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat, yang berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku, yang tujuannya menurut Maman Rachman (1999:83) adalah: 1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang; 2. Mendorong siswa melakukan perilaku yang baik dan benar; 3. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah; Menurut teori penguatan dan modifikasi perilaku, seseorang cenderung mengikuti perilaku yang menguntungkan dirinya, jadi perilaku seseorang dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu dari dalam dan dari luar.
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 61
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… Mengutip teori Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.Semboyan tersebut berarti di depan menjadi teladan, di tengah mampu membangkitkan semangat, dan di belakang memberikan dorongan. Dari uraian di atas guru yang selalu berkomunikasi dengan peserta didik di sekolah merupakan pemberi kontribusi terbesar dalam pembentukan disiplin peserta didik, yang harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya. Masalah kedisiplinan adalah hal yang penting, karena kedisiplinan ini memberikan kontribusi yang besar terhadap berjalannya proses pembelajaran di kelas dengan baik, yang juga pasti akan memberikan kontribusi bagi kemajuan sekolah. Menurut Brown dan Brown (1973:115) penyebab perilaku peserta didik yang indisiplin bisa dikelompokkan sebagai berikut: 1) Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru; 2) Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin; 3) Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa, siswa yang berasal dari keluarga yang broken home; 4) Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksible, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses pembelajaran pada khususnya dan
dalam proses pendidikan pada umumnya. Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003:5) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu: 1. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka; 2. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa; 3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku salah; 4. Klarifikasi nilai; guru membantu siswa dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri; 5. Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah; 6. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan 7. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan; 8. Modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 62
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif; 9. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Dari berbagai kajian teori di atas menjadikan alasan mengapa penulis memilih strategi pemecahan masalah meningkatakan kedisiplinan peserta didik di SMK Negeri Wongsorejo sebagai berikut: 1) Keteladanan dari Guru mengutip pemeo Jawa, “guru, kudu bisa diguguhlan ditiru”, maksudnya bahwa menjadi seorang guru itu harus bisa diturut kata-katanya dan ditiru segala tingkah lakunya, maka menjadi seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya; ini merupakan langkah yang paling efektif untuk menanamkan kedisiplinan pada peserta didik. 2) Kerjasama antar warga sekolah Untuk dapat menerapkan kedisiplinan di sekolah perlu adanya kerja sama antar semua warga sekolah, tidak bisa hanya dilakukan oleh sebagian guru saja, atau hanya oleh kepala sekolah, tapi perlu komitmen dan dukungan nyata dari semua warga sekolah, termasuk petugas keamanan sekolah maupun caraka; Contoh sederhana jika salah satu guru sering datang terlambat dan tidak pernah mendapat teguran dari kepala sekolah pada setiap
pelaksanaan upacara bendera hari Senin, maka ini akan menyulitkan guru yang berdisiplin dalam menertibkan siswa pada saat upacara dan akan berdampak pada hal-hal yang lainnya termasuk kedisiplinan peserta didik di kelas; Begitu juga caraka atau petugas keamanan (security) sekolah, mereka juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kedisiplinan di sekolah. Pembelajaran tidak akan dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang direncanakan apabila caraka terlambat datang dan membuka kunci ruang-ruang pembelajaran atau ruang kantor. Security yang membiarkan siswa datang terlambat juga akan memberi kontribusi terhadap indisiplin peserta didik, sementara petugas BP/BK menangani dengan tegas peserta didik yang terlambat hadir di sekolah; Pengawasan secara komprehensif sejak sebelum jam pembelajaran, selama jam pembelajaran, selama jam istirahat, sampai dengan jam pulang sekolah; Penerapan razia setiap bulan oleh guru, BK/BP, OSIS dan Kesiswaan; Penerapan reward dan punishment; Jadi pada dasarnya semua penerapan langkah strategi penanganan ketidakdisiplinan peserta didik ini adalah
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 63
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… tanggung jawab bersama semua warga sekolah. 3) Kegiatan sekolah Peningkatan kedisiplinan peserta didik juga dilakukan dengan kegiatan-kegiatan sekolah sebagai berikut: - Kegiatan harian: Kegiatan harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kedispilnan peserta didik antara lain mulai awal kegiatan sampai pulang sekolah Ada beberapa tindakan yang bisa diterapkan: Selalu ada guru dan petugas yang menyambut kehadiran peserta didik di gerbang sekolah sebelum jam pembelajaran dimulai, hal ini akan efektif membuat peserta didik segan untuk datang terlambat, dan juga dapat mengatasi peserta didik yang terlambat secara efektif langsung tertangkap tangan sehingga lebih mudah untuk menanganinya. Kegiatan kebersihan rutin Ini adalah kegiatan rutin semua warga sekolah, yaitu semua petugas membersihkan tempat kerja masing-masing sebelum jam pembelajaran, termasuk kegiatan rutin siswa piket kelas.
-
-
-
-
Membaca asma’ul husnah bersama bagi siswa yang beragama muslim sebelum mulai pembelajaran yang dipandu secara terpusat. Pelaksanaan pembelajaran Pelaksanaan proses pembelajaran oleh peserta didik, guru, dan semua petugas yang lain sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masingmasinghingga proses pembelajaran berakhir. Semua kegiatan harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab Kegiatan Mingguan Pelatihan peningkatan kedisiplinan ini dilakukan dengan kegiatan antara lain pelaksanaan upacara bendera, jumat taqwa, jumat bersih Kegiatan Semesteran Melalui kegiatan lomba antar kelas (kebersihan kelas, tari tambang, dan lain lain) Kegiatan Tahunan Melalui kegiatan upacara bendera 17 Agustus dan upacara hari pendidikan nasional untuk meningkatkan disiplin diri dan nasionalisme Kegiatan Ekstrakurikuler Dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, maka dapat melatih kebiasaan
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 64
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… peserta didik untuk berdisiplin waktu, kegiatan, dan juga pengembangan kepribadian 4) Peningkatan Kinerja OSIS a. Kedisiplinan peserta didik juga dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja OSIS dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, seperti persiapan upacara setiap hari Senin, membantu guru piket, membantu program (SAS) Siswa Asuh Sebaya, membantu pelaksanaan razia dan lain-lain; b. Pengurus dan anggota OSIS harus bisa menjadi teladan bagi peserta didik yang lain. Cara meningkatkan aktivitas dan mengembangkan kepribadian peserta didik dalam pembelajaran Manusia, menurut Aristoteles, adalah zoon politicon. Manusia adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, yang tidak terlepas dari individu yang lain, tidak dapat hidup tanpa pertolongan orang lain di sekitarnya. Manusia mempunyai latar belakang, kemampuan dan tujuan serta harapan yang berbeda. Karena perbedaan itu, maka manusia dapat saling asah, asih dan asuh. Pembelajaran kooperatif (bersifat kerja sama) dapat menciptakan interaksi yang saling asah (mencerdaskan), sehingga sumber belajar bagi siswa tidak hanya guru dan bahan ajar, tetapi juga sesama siswa. Siswa atau peserta didik adalah anak didik yang menjadi sasaran tujuan utama yang sebenarnya ingin menjadi manusia yang diinginkan dari tujuan pendidikan (Tim Dosen FIPIKIP Malang, 1980). Hakekat anak didik atau peserta didik adalah insan yang
perlu mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat dua kegiatan yang sinergis, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan/atau afektif. Persoalannya, bagaimana mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran mau dan senang belajar? Karena itu, guru harus merancang kegiatan belajar secara aktif, baik fisik maupun mental. Siswa akan belajar secara aktif kalau rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan siswa, baik secara sukarela maupun terpaksa, menuntut siswa melakukan kegiatan belajar. Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara aktif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, ada korelasi signifikan antara kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa. Mengaktifkan kegiatan belajar siswa berarti menuntut kreativitas dan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. (Marno, M.Pd. dan M. Idris, S.Si.; 149;2008) Pengertian metode Joyful Learning (JFL) adalah metode belajar cepat dan tepat serta menyenangkan untuk mengimbangi kerja otak kiri dan otak kanan agar dapat berkembang secara maksimal (Chatarinacatur, 2009). Metode ini disebut metode belajar cepat, karena dengan metode
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 65
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… Joyful Learning (JFL) dapat mempercepat penguasaan dan pemahaman materi pelajaran yang dipelajari, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk belajar lebih cepat. Materi pelajaran yang sulit dibuat menjadi mudah, sederhana/tidak bertele-tele sehingga tidak terjadi kejenuhan dalam belajar. Keberhasilan belajar kita tidak ditentukan/diukur lamanya kita duduk di belakang meja belajar, tetapi ditentukan oleh kualitas cara belajar kita. Pembelajaran yang menyenangkan sebenarnya merupakan strategi, konsep dan praktik pembelajaran yang merupakan sinergi dari pembelajaran bermakna, pembelajaran kontekstual, teori konstruktivisme, pembelajaran aktif (active learning) dan psikologi perkembangan anak. Dengan demikian walaupun esensinya sama, bahkan metodologi pembelajaran yang dipilih juga sama, tetap ada spesifikasi yang berbeda terkait dengan penekanan konseptualnya yang relevan dengan perkembangan moral dan kejiwaan anak. Anak akan bersemangat dan gembira dalam belajar karena mereka tahu apa makna dan gunanya belajar, karena belajar sesuai dengan minat dan hobinya (meaningful learning) karena mereka dapat memadukan konsep pembelajaran yang sedang dipelajarinya dengan kehidupan seharihari. (Anwar Holil, 2009). Menurut Dave Meier, yang dikutip oleh Pusat Studi Belajar Dit. PSMA, bahwa menyenangkan bukan berarti membuat suasana kelas menjadi ribut, hura-hura dan meriah, tetapi harus dimaknai sebagai seperangkat prosedur menciptakan kegembiraan yang direncanakan. Prosedur ini akan membangkitkan
minat siswa, membuat mereka bersemangat untuk terlibat penuh selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian, akan terserap makna, pemahaman, dan nilai-nilai sikap yang membahagiakan pada diri mereka. Siswa dapat belajar dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya (contextual teaching and learning). Mereka juga bergembira dalam belajar karena memulainya dari sesuatu yang telah dimilikinya sendiri, sehingga timbul rasa “PD” (percaya diri) dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri-ciri perkembangan fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena atmosfer pembelajaran yang sesuai kepentingannya dan diciptakannya sendiri. Dalam hal ini, sampai kira-kira anak-anak berusia remaja, pembelajaran yang menyenangkan akan seiring dengan belajar sambil bermain, yang mau tidak mau akan mengajak peserta didik untuk aktif. Sambil bermain mereka aktif belajar dan sambil belajar mereka aktif bermain. Dalam bermain mereka mendapatkan hikmah esensi suatu pengetahuan dan keterampilan, sambil belajar mereka melakukan refreshing agar kondisi kejiwaan mereka tidak dalam suasana tegang terus-menerus. Tidak ada metode standar untuk pembelajaran yang menyenangkan ini. Setiap guru sesuai dengan konteks kelas dan perkembangan usia mental siswa dapat memilah dan memilih
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 66
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… metode yang sesuai atau bahkan metode yang diciptakannya sendiri. (Anwar Holil, 2009). Dari uraian di atas menjadi alasan penulis untuk memilih strategi penyelesaian masalah meningkatkan aktivitas dan mengembangkan kepribadian peserta didik dengan penerapan model pembelajaran yang aktif, inovetif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot, antara lain dengan metode “tutor sebaya” dan “joyfull learning”. Hasil atau Dampak yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih Dengan penerapan kegiatan untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik terurai di atas hasil atau dampak yang dicapai adalah meningkatnya kedisiplinan peserta didik pada SMK Negeri Wongsorejo antara lain: - pelaksanaan upacara yang sudah lebih baik sejak tahun 2011 sampai dengan sekarang, meskipun belum maksimal - pemakaian seragam sekolah yang sudah lebih tertib - pelaksanaan tugas sekolah yang sudah lebih disiplin, baik memulai dan mengakhiri pembelajaran, maupun dalam hal mengerjakan tugas sekolah oleh siswa Pelaksanaan strategi ini pun berdampak positif pada lembaga sekolah, yang mendapatkan penilaian bagus dari masyarakat berdasarkan hasil angket dari orang tua siswa dan DU/DI, yang berdampak pada meningkatnya jumlah pendaftar di SMK Negeri Wongsorejo, menurunnya tingkat drop out karena menikah dini. Dalam penerapan model pembelajaran tutor sebaya dan joyfull learning dapat memperoleh hasil
meningkatnya keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, dan berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa, serta membentuk kepribadian siswa dalam hal kerja sama, kepedulian, tanggung jawab, ketekunan, toleransi, yang juga dapat mengasah empati. Dengan adanya perbaikanperbaikan yang sudah dilakukan di berbagai bidang pada akhirnya dapat mengantarkan lulusan SMK Negeri Wongsorejo juga dapat bersaing di dunia usaha dan dunia industri, antara lain ada beberapa lulusan yang telah menjadi dan sedang dalam pendidikan pramugari/pramugara, menjadi polisi/polwan, bekerja di perbankan, berwirausaha dan lain-lain. Ini menandakan, bahwa SMK Negeri Wongsorejo berhasil tidak hanya dalam hal out put-nya (lulusan yang kompeten) tetapi juga out come-nya (dapat diterima dan bersaing di dunia kerja). Kendala Dalam melaksanakan kegiatan guna meningkatkan kedisiplinan peserta didik dan meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran tentu tidak mudah dan pasti ada beberapa kendala yaitu antara lain sebagai berikut: Kendala dalam meningkatkan kedisiplinan siswa - kurangnya dukungan dan komitmen dari sebagian warga sekolah - kurangnya dukungan dan komitmen dari siswa dan orang tua siswa Kendala dalam meningkatkan aktivitas siswa - kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru - kurangnya komitmen siswa dan orang tua siswa
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 67
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… - kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran Faktor Pendukung Keberhasilan penerapan strategi pemecahan masalah di atas tidak terlepas dari kontribusi semua pihak, warga sekolah dan juga faktorfaktor pendukung antara lain sebagai berikut: - Terdapatnya keteladanan dari sebagian besar warga sekolah, terutama top manajemen; - Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran ”paikem gembrot” (pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot); - Terdapat komitmen dan intake dari beberapa siswa yang kompeten. Alternatif dan Pengembangan Dalam rangka mengantarkan peserta didik yang cerdas dan menjadi manusia seutuhnya, dapat pula dikembangkan hal-hal sebagai berikut: - Mengembangkan bakat minat siswa dengan mengikutsertakan pada kompetisi-kompetisi baik akademik, maupun non akademik - Pemberian reward bagi warga sekolah yang berprestasi di berbagai aspek: - Piagam peringkat kelas setiap semester - Penghargaan bagi siswa dan guru teladan tingkat sekolah setiap tahun pada hardiknas - Pengadaan in house training secara berkala bagi guru untuk meningkatkan kompetensi guru, baik dengan instruktur dari sekolah sendiri maupun mendatangkan
-
-
-
instruktur dari luar sekolah dan/atau stakeholder Pengadaan kegiatan anjang sana antar guru/warga sekolah untuk mempererat tali silaturrahmi dan kekeluargaan warga sekolah, yang akan mendukung iklim sekolah Mengembangkan komunikasi guru dengan orang tua, sekolah dengan DU/DI dan/atau stakeholder Mengembangkan kewirausahaan, yang dapat diterapkan dengan setiap mapel berbasis kewirausahaan (kalau memungkinkan), asal didukung oleh top manajemen Mengembangkan softskill dengan peduli lingkungan, dengan keterampilan daur ulang, yang juga merupakan pengembangan kewirausahaan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL Rumusan Simpulan Kedisiplinan adalah salah satu kunci dari kesuksesan. Untuk dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah perlu kerja sama secara komprehensif antar semua warga sekolah dalam berbagai macam kegiatan Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ideal perlu diterapkan berbagai macam metode pembelajaran yang dapat memotivasi meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa, antara lain dapat diterapkan metode tutor sebaya dan joyfull learning. Rumusan Rekomendasi Operasional Dalam rangka menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Eropa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebaiknya lebih mengedepankan pada
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 68
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… ”berbasis kewirausahaan”. Dengan meningkatkan kompetensi guru semua mata pelajaran pada kewirausahaan dan mengembangkan kegiatan UPJ (Unit Produksi Jurusan), tanpa meninggalkan pemupukan kepribadian peserta didik melalui berbagai kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1980, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, IKIP Malang Press, Malang. Sardiman, A.M., 1987, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, C.V. Rajawali, Jakarta. Drs.
Bambang Marhijanto, 1999, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Terbit Terang, Surabaya.
Dr. Hobri, M.Pd., 2007, Penelitian Tindakan Kelas (PTK),Untuk Guru dan Praktisi, UPTD Balai Pengembangan Pendidikan (BPP) Dinas Pendidikan Kabupaten Jember. Trianto, S.Pd., M.Pd. 2007, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta. Marno, M.Pd. dan M. Idris, S.Si., 2008, Stategi dan Metode Pengajaran, Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
Drs. Aston L. Toruan, S.H., 2007, Laporan Penelitian Tindakan Kelas-PKn, tersedia (online): http://dediwitagama.wordpres s.com/2008/01/31/ laporanpenelitian-tindakan-kelas-pkn/ Yanti Devi Wijaya, 2009, Laporan Penelitian, Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pendekatan “Tutor Sebaya” Dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Estándar Kompetensi Menganalisis Budaya Demokrasi Menuju Masyarakat Madani pada Kelas XI Teknik Mekanik Otomotif 1 SMK Negeri Wongsorejo Tahun Pembelajaran 2008/2009. Yanti Devi Wijaya, 2009, Laporan Penelitian, Meningkatkan Keaktifan dan Kreatifitas serta Hasil Belajar Siswa Dalam Teknik Membentuk Karya Seni RUpa Terapan Trimatra Gerabah Melalui Pendekatan Joyful Learning Mata Pelajaran Seni Budaya pada Siswa Kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri Wongsorejo Tahun Pembelajaran 2008/2009. Siap-sekolah.com, artikel, Cara Meningkatkan Disiplin Siswa di Sekolah, tersedia (online): http://10609396.siapsekolah.com/artikel/carameningkatkan-disiplin-siswadi-sekolah, 23 Pebruari 2015.
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 69
Kedisiplinan Dan Penerapan Model Pembelajaran Dalam Mengantarkan Peserta Didik… Akhmad Sudradjat, Disiplin Siswa di Sekolah, tersedia (online): https://akhmadsudrajat.wordp ress.com/2008/04/04/disiplinsiswa-di-sekolah, 23 Pebruari 2015.
Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.12 No.35 Agustus 2015
Page 70