menyontek diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,253 p<0,05, dan koefisien korelasi r sebesar 0,362 p<0,05 untuk hubungan antara motivasi diri dengan kecenderungan menyontek. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecenderungan menyontek dan terdapat hubungan negatif antara motivasi diri dengan kecenderungan menyontek. Adapun sumbangan efektif yang diberikan prediktor kepercayaan diri sebesar 0,88% dan motivasi diri sebesar 12,26%.
KECENDERUNGAN MENYONTEK DALAM KAITANNYA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI DIRI PADA PELAJAR SMK PGRI 1 PACITAN JAWA TIMUR Triyan Kurniasari Aryani, Thulus Hidayat, Arista Adi Nugroho Program Studi Psikologi FK UNS Abstrak Kecenderungan menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari-hari. Hal ini terjadi karena proses imitasi dan akan terus terjadi secara turun-temurun jika tidak ada perhatian dan perbaikan terhadap sistem. Dalam hal ini, faktor tinggi rendahnya kepercayaan diri dan motivasi diri yang dimiliki oleh setiap individu khususnya para pelajar berperan penting dalam keberhasilan akademiknya. Individu dengan kepercayaan diri dan motivasi diri yang rendah dinilai memiliki kecenderungan menyontek lebih besar dibanding pelajar yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi diri yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan motivasi diri dengan kecenderungan menyontek, hubungan kepercayaan diri dengan kecenderungan menyontek, dan hubungan motivasi diri dengan kecenderungan menyontek. Penelitian ini menggunakan populasi seluruh pelajar SMK PGRI I Pacitan Jawa Timur. Sampel berjumlah 90 pelajar. Teknik pengambilan sampelnya adalah cluster random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi simultan dan korelasi Pearson Product moment dengan bantuan komputer program SPSS for MS windows versi 16. Berdasarkan perhitungan analisis data diperoleh hasil uji simultan p-value 0,002<0,05, artinya signifikan, sedangkan F hitung 6,583 > dari F tabel 3,09, artinya signifikan dengan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,131 atau 13,1%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu kepercayaan diri dan motivasi diri secara bersama-sama memiliki hubungan signifikan pada kecenderungan menyontek para pelajar. Sedangkan untuk hubungan antara kepercayaan diri dengan kecenderungan
Kata kunci : Kepercayaan diri, motivasi diri, kecenderungan menyontek. A. Pendahuluan Salah satu bentuk tindakan negatif yang dilakukan oleh pelajar dalam proses pembelajaran adalah menyontek. Menyontek merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar
sehari-hari,
tetapi
jarang
mendapat
pembahasan dalam wacana pendidikan di negara Indonesia. Anderman & Hicks (1995; dalam Anderman,
Griesinger,
mengemukakan
bahwa
&
Westerfield, fakta
1998)
menunjukkan
menyontek adalah kebiasaan yang sering terjadi pada pelajar. Sejumlah penelitian yang telah didapat menunjukan bahwa pelajar SMA lebih banyak dan lebih terlihat dibanding disekolah dasar. Fenomena ini
makin
diperparah
dengan
kecenderungan
menyontek yang sering terjadi ketika pelaksanaan ujian baik ujian semester maupun kenaikan kelas. Menurut Irawati (2008) keleluasaan peserta didik untuk menyontek dengan cara berlomba menempati tempat duduk tertentu, menggunakan peluang ketika pengawas lengah, membuat catatan-catatan di kertas kecil berisi salinan pelajaran, rumus ditangan, dapat pula dengan mencuri jawaban teman, serta bekerja 22
membuat
bagaimana individu memperjuangkan targetnya,
kesepakatan terlebih dahulu dan membuat kode-
sekuat apa individu itu mampu mengatasi masalah
kode tertentu merupakan bentuk kecurangan yang
yang muncul, dan setangguh apa individu itu
sering terjadi saat pelaksanaan ujian. Bila hal ini
mampu menghadapi kegagalannya.
sama
dengan
teman
dengan
cara
merupakan suatu realita empiris berarti ujian
Pada dasarnya motivasi merupakan salah
menciptakan budaya tidak jujur dalam sistem
satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi
pendidikan nasional. Kejujuran sangat diperlukan
keberhasilan seorang individu. Menurut Purwanto
untuk mendukung perubahan budaya itu sehingga
(1990) motivasi termasuk dalam faktor individual.
menjadi bersifat permanen. Dari sini tampak bahwa
Faktor individual adalah faktor yang ada pada diri
masalah menyontek sesungguhnya adalah isu lama
individu itu sendiri, misalnya kematangan atau
yang tetap aktual dibicarakan dalam sistem dunia
pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
pendidikan di Indonesia bahkan diseluruh dunia.
pribadi. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa
dan
faktor
Percaya diri memiliki peranan penting
adanya motivasi memudahkan individu dalam
dalam menentukan perilaku individu. Bagaimana
menentukan harapan atau cita-cita pada masa yang
individu
atas
akan datang. Kebutuhan meraih prestasi merupakan
kemampuan yang dimiliki tampak dari seluruh
salah satu motif yang berperan penting pada
perilakunya.
2002)
individu. Memiliki motivasi diri untuk mencapai
mengemukakan bahwa kepercayaan diri diawali
prestasi yang tinggi akan mendorong individu fokus
dengan pengenalan fisik, bagaimana individu
pada pencapaian tujuan. Lobel dan Levanon (1988)
menilai
menyarankan
memandang
dirinya,
Kumara
dirinya,
menilai
(Shofiah,
menerima
atau
menolaknya.
bahwa
seorang
individu
perlu
Selanjutnya hal tersebut akan menimbulkan rasa
didorong untuk lebih percaya pada penguatan
puas atau sebaliknya rasa rendah diri dan kecewa
internal dan berpandangan positif pada diri untuk
yang
perkembangan
mengurangi timbulnya kecurangan dalam hal
mentalnya. Kepercayaan diri timbul sejalan dengan
akademik. Individu yang memiliki motivasi diri
proses waktu yang tumbuh berkembang pada diri
yang tinggi dalam mencapai tujuannya, ketika
seorang individu melalui proses belajar. Dari
menghadapi masalah akan melakukan tindakan-
pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa
tindakan
percaya diri merupakan bagian dari alam bawah
masalahnya,
sadar yang hanya terpengaruh oleh hal-hal yang
memiliki motivasi yang rendah akan cenderung
bersifat emosional dan perasaan.
bermalas-malasan dan bertindak negatif.
akan
Albert
mempengaruhi
Bandura
sedangkan
untuk bagi
memecahkan individu
yang
Menyontek yang telah menjadi kebiasaan
mengemukakan bahwa kepercayaan diri yang bagus
akan berakibat negatif bagi diri pelajar sendiri
memiliki kontribusi besar terhadap motivasi. Hal ini
maupun dalam skala yang lebih luas. Banyaknya
mencakup
individu
teman sebaya yang menyontek menyebabkan
merumuskan tujuan atau target untuk dirinya,
pelajar berpikir bahwa menyontek adalah tindakan
lain:
Arief,
positif
2008)
antara
(dalam
yang
bagaimana
23
yang wajar dilakukan demi mencapai hasil yang
mental seseorang, bukan merupakan sifat bawaan,
diinginkan. Pelajar yang terbiasa menyontek akan
tetapi merupakan hasil pengaruh yang didapatkan
senang
seorang individu dari hasil interaksi dengan
menggantungkan
pencapaian
hasil
belajarnya pada orang lain atau sarana tertentu dan
lingkungan (Alhadza, 2004).
bukan hanya pada kemampuan dirinya sendiri.
Pada hasil Diskusi Kelompok Terarah yang
Selain itu sikap masyarakat yang permisif terhadap
dilakukan oleh Dewi (2000) pada penelitian
kecurangan-kecurangan kecil yang dilakukan sejak
kepercayaan diri dan kecenderungan menyontek
dini seperti menyontek merupakan akar dari
menghasikan
permasalahan moral yang lebih besar (Sutrisno,
mengungkap
1999; dalam Haryono, 2001). Dengan menyontek,
menyontek yang dilakukan oleh pelajar. Indikator
bukan memberikan motivasi diri untuk belajar.
tersebut meliputi: (a) bertanya pada teman saat
Namun,
bermalas-malasan
ujian, (b) melihat jawaban teman saat ujian, (c)
tanpa mau berusaha sendiri. Oleh karena hal
menjawab soal ujian bukan dari pikiran sendiri, (d)
tersebut, untuk menghindari tindakan menyontek
melihat catatan saat ujian, (e) menggunakan kode-
diperlukan sebuah sistem belajar sendiri yang dibuat
kode tertentu untuk saling tukar jawaban saat ujian,
oleh pelajar itu sendiri agar yakin akan kemampuan
(f) menyatakan rumus untuk menjawab soal ujian,
yang dimiliki serta mampu menarik memotivasi
(g) meniru jawaban teman pada saat ujian, (h)
dirinya untuk berusaha sendiri akan kemampuan
mencari kepastian jawaban yang benar dari teman
yang dimilikinya.
saat ujian, (i) menyatakan cara menjawab soal ujian
membiarkan
teman
mengetahui
hubungan
indikator
bentuk-bentuk
yang
mampu
kecenderungan
pada teman, (j) melihat rangkuman materi saat
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: a. Untuk
sepuluh
ujian.
antara
Menurut Smith (dalam Alhadza, 2004)
kepercayaan diri dan motivasi diri dengan
mengemukakan
kecenderungan menyontek pada pelajar.
bahwa
keputusan
moral
dan
b. Untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri
motivasi untuk mencapai prestasi atau ketakutan
dengan kecenderungan menyontek pada pelajar.
untuk gagal menjadi alasan yang signifikan seorang
c. Untuk mengetahui hubungan motivasi diri
individu cenderung melakukan menyontek. Adapun
dengan kecenderungan menyontek pada pelajar.
alasan tersebut meliputi: a. Terpengaruh
B. Dasar Teori
teman
melakukan
kecurangan meskipun pada awalnya tidak
1. Kecenderungan Menyontek Kecenderungan
melihat
menyontek
berniat melakukannya. merupakan
b. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan
keinginan bertindak curang dalam tes melalui
ujian terlalu membuku sehingga memaksa
pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara
peserta harus menghafal kata demi kata dari
tidak sah (Sujana dan Wulan, 1994). Menyontek
buku teks.
adalah salah satu wujud perilaku dan ekspresi 24
individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa
c. Merasa guru kurang adil dan diskriminatif
kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Berikut
dalam pemberian nilai.
beberapa cara menumbuhkan rasa percaya diri yang
d. Adanya peluang karena pengawasan yang tidak
dikemukakan oleh Rini (2002), yaitu: (a) evaluasi diri
ketat.
secara obyektif, (b) memberi penghargaan yang jujur
e. Takut gagal.
terhadap diri, (c) Positive thinking, (d) menggunakan
f. Ingin menperoleh nilai tinggi tetapi tanpa
self-affirmation, (e) berani mengambil resiko, (f) belajar
diimbangi dengan belajar keras.
mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan, dan (g)
g. Tidak percaya diri. Sudah belajar teratur tetapi
menetapkan tujuan yang realistik.
khawatir akan lupa, sehingga mengantisipasinya 3. Motivasi diri
dengan membawa catatan kecil.
Motivasi diri merupakan dorongan dan
h. Terlalu cemas menghadapi ujian.
kekuatan yang berasal dari dalam diri individu
i. Yakin bahwa guru tidak akan memeriksa tugas pengalaman
untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin
sebelumnya sehingga bermaksud mengelabui
dicapainya, apabila seorang individu menyenangi
guru.
sesuatu maka akan terdorong untuk melakukan
2. Kepercayaan diri
kegiatan tersebut, dan motivasi sebagai dorongan
yang
diberikan
berdasarkan
Individu yang sehat memiliki percaya diri
dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
yang memadai. Percaya diri berarti yakin akan
laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
kemampuannya
suatu
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang
pekerjaan dan masalah. Dengan percaya diri,
sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena
individu merasa dirinya berharga dan memiliki
itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas
kemampuan
motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan
untuk
menyelesaikan
menjalani
kehidupan,
motivasi yang mendasarinya (Uno, 2007).
mempertimbangkan berbagai pilihan dan membuat keputusan sendiri (Lie, 2003). Kepercayaan diri
Adapun aspek-aspek motivasi yang penting
sebagai salah satu aspek kepribadian yang diperoleh
dimiliki ada pada diri setiap individu sebagai
seseorang
berikut (Sardiman, 1992):
kepribadian
dari
pengalaman
tersebut
berupa
hidupnya. keyakinan
Aspek
a. Tekun menghadapi tugas
akan
Sikap individu yang dapat bekerja terus-menerus
kemampuan diri sendiri sehingga tidak terpengaruh
dalam waktu yang lama, dan tidak pernah berhenti
pada orang lain, mampu bertindak sesuai kehendak
sebelum pekerjaan yang dikerjakakan selesai.
dan penuh kesadaran, cukup berhati-hati dalam
b. Ulet menghadapi kesulitan
bertindak, optimis, toleran dan bertanggung jawab
Sikap individu yang mampu menghadapi kesulitan
atas apa yang dilakukannya (Lauster, 1997).
serta tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang
berprestasi sebaik mungkin.
proporsional maka individu harus memulainya dari diri
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya
masalah
25
Sikap individu yang cepat mereaksi dan lekas
1. Sampel Penelitian
bertindak terhadap berbagai masalah dihadapannya.
Sampel penelitian ini merupakan pelajar putra
d. Lebih senang bekerja mandiri
maupun putri berjumlah 92 orang yang diambil secara
Sikap individu bertindak tanpa menggantungkan diri
acak dengan teknik cluster random sampling dari seluruh
pada orang lain.
kelas baik kelas 1, 2, maupun 3 SMK PGRI I Pacitan
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
Jawa Timur. Namun, data yang dapat dianalisis
Sikap individu yang mencerminkan lebih senang
sebanyak 90 karena 2 diantaranya dinyatakan rusak.
melakukan berbagai aktivitas yang baru, bukan hal-
Data terkumpul pada bulan Desember 2008.
hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu
2. Alat ukur
saja, sehingga kurang kreatif bagi dirinya. f.
Pada penelitian ini menggunakan dua model
Dapat mempertahankan pendapatnya
skala, yakni model alat ukur skala likert dan model alat
Sikap individu yang mempertahankan pendapatnya
ukur skala diferensi semantik. Sistem penilaian skala
bila yakin akan sesuatu.
kepercayaan diri dan motivasi diri ini menggunakan
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini
model skala Likert, yakni penentuan nilai skala dengan
Sikap individu yakin mampu bertindak sesuai hal
cara yang sederhana berskala lima. Skala tersebut
yang
dikelompokkan
diyakini
dan
penuh
kesadaran
dalam
menghadapi segala hal tentang dirinya.
dalam pernyataan
favourable
dan
unfavourable dengan 5 alternatif jawaban, yaitu Sangat
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju
Sikap individu bertindak kritis dalam mengatasi
(TS), Sangat Tidak Setuju (STS) yang diberi bobot 5
kesulitan
dapat
sampai 1 untuk pernyataan favorable dan sebaliknya
memutuskan sendiri jalan keluar yang tepat
(bobot 1 sampai 5 untuk pernyataan unfavorable).
yang
dihadapi,
serta
Sedangkan
menurut dirinya.
menggunakan
C. Metode Penelitian
variabel
skala
diferensi
semantik
ini 5
yang ada pada setiap kontinum skala. Bagian paling kiri
penelitian ini berusaha menemukan hubungan dengan
model
menyontek
penilaian terhadap suatu stimulus menurut kata sifat
dengan pendekatan deskriptif korelasional, artinya
bebas
kecenderungan
kontinum. Responden langsung memberikan bobot
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
variabel
skala
bernilai 5 berarti favorable. Bagian paling kanan bernilai
tergantung
1 menunjukkan unfavorable, dan bagian netral dengan
berdasarkan fakta empirik yang ada. Melalui
nilai 3. Skor respoden secara keseluruhan diperoleh
pengolahan data secara statistik diharapkan dapat
dengan
diketahui hubungan antara ketiga variabel yang
kontinum.
skor
masing-masing
variabel motivasi diri memiliki 49 aitem, dan variabel
penelitian ini adalah: :
kecenderungan menyontek memiliki 50 aitem. Uji
Kecenderungan
validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi
Menyontek 2. Variabel Bebas
menjumlahkan
Variabel kepercayaan diri memiliki 41 aitem,
diteliti. Variabel penelitian yang digunakan dalam
1. Variabel Tergantung
cara
product moment. Hasil Indeks korelasi aitem skor aitem
: Kepercayaan diri
dengan skor total aitem (rix) dinyatakan dalam corrected
Motivasi diri
item total correlation dengan bantuan komputer program
26
SPSS for MS windows versi 16. Validitas alat ukur
2. Gambaran Umum
kepercayaan diri berkisar antara 0,317 sampai dengan
Skala kepercayaan diri akan dikategorikan
0,746. Validitas alat ukur motivasi diri berkisar antara
untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek.
0,305 samapai dengan 0,863 dan untuk validitas alat
Skor minimal yang diperolaeh subjek adalah 41 X 1
ukur kecenderungan menyontek berkisar antara 0,308
= 41 dan skor maksimal yang dapat diperoleh
sampai dengan 0,694. Sedangkan reliabilitas skala kepercayaan
diri
ditunjukkan
dengan
subjek adalah 41 X 5= 205. Maka jarak sebarannya
menghitung
adalah 205 -41 = 164 dan setiap satuan deviasi
Cronbach’s Alpha sebesar 0,935, motivasi diri sebesar
standartnya bernilai 164:6,0 =27,33, sedangkan
0,951, dan kecenderungan menyontek sebesar 0,941.
rerata hipotetiknya adlah 41 X 3=123. Apabila
3. Teknik analisis Data yang diperoleh melalui pengisian ketiga
subjek digolongkan dalam 5 kategorisasi. Dari
skala diolah secara statistik dengan menggunakan teknik
kategori skala kepercaan diri seperti terlihat pada
analisis regresi dua prediktor uji simultan, sedangkan
tabel, dapat dilihat bahwa subjek secara umum
untuk mengetahui masing-masing hubungan variabel
memiliki tingkat kepercaan diri yang tinggi.
bebas dengan variabel tergantung menggunakan korelasi Pearson
Product
Moment.
Semua
Skala motivasi diri akan dikategorikan untuk
penghitungan
mengetahui tinggi rendahnya nilai subjek. Skor
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.00 for
minimal yang diperoleh subjek adalah 49 X 1 = 49
Windows.
dan skor maksimal yang dapat diperoleh subjek
D. Hasil dan Pembahasan
adalah 49 X 5 = 245. Maka jarak sebarannya adalah
1. Pelaksanaan Penelitian
245 – 49 = 196 dan setiap satuan deviasi
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6-10
standartnya bernilai 196:6,0 =32,67 sedangkan
Desember 2008 dengan cara peneliti memberikan
rerata hipotetiknya adalah 49 X 3 = 147. Apabila
skala kepercayan diri, skala motivasi diri, dan skala
subjek digolongkan dalam 5 kategorisasi. Dari
kecenderungan menyontek secara klasikal dan
kategori skala motivasi diri seperti terlihat pada
langsung kepada sampel penelitian. Pembagian
tabel, dapat dilihat bahwa subjek secara umum
skala dilakukan secara langsung oleh peneliti di
memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
ruang kelas masing-masing. Sebelum mengisi skala,
Skala
kecenderungan
menyontek
akan
peneliti menerangkan cara pengisian skala agar
dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya
subjek tidak keliru dalam proses pengisian skala
nilai subjek. Skor minimal yang diperoleh subjek
nantinya. Subjek megisi skala membutuhkan waktu
adalah 50X1 = 50 dan skor maksimal yang dapat
sekitar 1 jam pelajaran atau 45 menit. Dari 92
diperoleh subjek adalah 50 X 5 = 250. Maka jarak
eksemplar yang dibagikan pada subjek, seluruhnya
sebarannya adalah 250 - 50 = 200 dan setiap satuan
terkumpul kembali. Namun, hanya 90 eksemplar
deviasi
yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Setelah
sedangkan rerata hipotetinya adalah 50 X 3 = 150.
semua
Apabila subjek digolongkan dalam 5 kategorisasi.
data
terkumpul
selanjutnya
dilakukan
skoring.
standartnya
bernilai
200:6,0
=33,33
Dari kategori skala kecenderungan menyontek 27
seperti terlihat pada tabel, dapat dilihat bahwa
Hal
subjek
kepercayaan diri, motivasi diri dan kecenderungan
secara
umum
memiliki
tingkat
ini
berarti
bahwa
data
pada
variabel
menyontek memiliki sebaran yang normal dan
kecenderungan menyontek yang rendah.
sampel dalam penelitian dapat mewakili populasi.
3. Hasil Uji Asumsi
b. Uji linieritas hubungan
a. Uji normalitas sebaran
Pengujian
Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk
linieritas
dimaksudkan
untuk
mengetahui apakah dalam variabel yang diteliti
mengetahui linieritas hubungan antara variabel
berdistribusi normal atau tidak. Hal ini berarti
bebas dengan variabel tergantung, selain itu uji
bahwa uji normalitas diperlukan untuk menjawab
linieritas ini juga diharapkan dapat mengetahui taraf
pertanyaan apakah syarat sampel yang representatif
signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan
terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat
tersebut. Apabila penyimpangan yang ditemukan
digeneralisasi pada populasi (Hadi, 2000). Uji
tidak signifikan, maka hubungan antara variabel
normalitas sebaran ini menggunakan teknik one
bebas dengan variabel tergantung adalah linier
sample Kolmogorov-Smirnov test (ks-z) yang
(Hadi,
dikatakan normal jika p (asym sig (2-tailed)) > 0,05.
menggunakan teknik compare means test for
Hasil uji normalitas sebaran terhadap ketiga
linierity. Berdasarkan hasil pengujian linieritas
variabel akan dijelaskan sebagai berikut:
variabel kepercayaan diri dengan kecenderungan
2000).
Uji
linieritas
hubungan
ini
variabel
menyontek diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,363
kepercayaan diri, nilai ks-z adalah 0,648 dengan
dengan probabilitas sebesar 0,152>0,05 adalah
asym
linear.
1) Hasil
uji
sig
normalitas
(2-tailed)
sebaran
0,795>0,05
termasuk
kategori normal.
Motivasi
diri
dengan
kecenderungan
menyontek diperoleh Fbeda sebesar 0,868 dengan
2) Hasil uji normalitas sebaran variabel motivasi
nilai probabilitas sebesar 0,684>0,05 adalah linear.
diri, nilai ks-z adalah 0,514 dengan asym sig (2-
Berdasarkan uji linieritas yang dilakukan dapat
tailed) 0,955>0,05 termasuk kategori normal.
disimpulkan bahwa asumsi linier dalam penelitian
3) Hasil
uji
normalitas
sebaran
variabel
ini terpenuhi. Tabel 2. Uji Linieritas
kecenderungan menyontek, nilai ks-z adalah 0,747 dengan asym sig (2-tailed) 0,633>0,05 termasuk kategori normal.
Variabel Kepercayaan diri dengan kecenderungan menyontek Motivasi diri dengan kecenderungan menyontek
Tabel 1. Uji Normalitas Variabel Kepercayaan diri Motivasi diri Kecenderungan menyontek
KS-Z 0,648
P 0,795
Keterangan Normal
0,514 0,747
0,955 0,633
Normal Normal
28
Fbeda 1,363
P 0,152
Keterangan Linier
0,868
0,684
Linier
Dari hasil analisa diperoleh bahwa penyebaran
c. Uji autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi
residual adalah tidak teratur. Hal tersebut dapat
dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan
dilihat lampiran G yakni pada plot yang terpencar
dirinya sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau
dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan hasil
nilai periode sesudahnya. Untuk menguji adanya
demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah
otokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji DW
modelregresi
(Durbin-Watson). Cara membaca hasil analisa yakni
heteroskedastisitas.
dengan kriteria pengambilan jika nilai DW = 2,
e. Uji multikolinieritas
terbebas
dari
asumsi
klasik
maka tidak terjadi autokorelai sempurna sebagai
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji
rule of tumb (aturan ringkas) jika nilai DW diantara
ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
1,5 sampai 2,5 maka data tidak mengalami
(independen) satu dengan variabel bebas lainnya.
autokorelasi. Tetapi, jika nilai DW sampai 1,5
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
disebut memiliki autokelasi positif, dan jika DW>
problem Multikolenieritas. Pedoman suatu model
2,5 sampai 4 disebut autokoreladi negatif (Nugroho,
regresi yang bebas Multiko adalah koefisien
2005). Hasil analisa output SPSS tabel model
korelasi antar variabel independent haruslah lemah.
summary menunjukkan nilai DW (Durbin-Watson)
Jika
sebesar
dapat
Multikolinieritas. Deteksi multikolinieritas dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah keraguan
dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dalam masalah autokorelasi.
tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang
d. Uji heteroskedastisitas
dari 0,1. selain itu dapat dilihat pula dari nilai
Uji
1,989.
Dengan
hasil
heteroskedastisitas
tersebut
dilakukan
Korelasi
kuat,
maka
terjadi
problem
koefisien korelasi antar masing-masing variabel
untuk
mengetahui bahwa varians dari residual dari satu
independen
kurang
pengamatan ke pengamatan lain. Cara memprediksi
dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinierits
ada tidaknya heterokedastisitas, dapat dilihat dari
(Nugroho, 2005). Dari hasil uji melalui VIF pada
pola gambar Scatterplot yang menyatakan model
hasil output SPSS tabel coefficients masing-masing
regresi tidak terdapat gejala heteroskedastiitas jika:
variabel independent memiliki VIF sebesar 2,282
1) Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah
dengan
nilai
dari
tolerance
0,70,
0,438.
maka
maka
dapat
dapat
dinyatakan model regresi terbebas dari asumsi
atau di sekitar angka 0.
klasik multikolinieritas.
2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah saja. 3) Penyebaran membentuk
titik-titik pola
data
tidak
bergelombang
boleh
4. Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan perhitungan regresi uji simultan
melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
pada hipotesis pertama diperoleh hasil menunjukkan F-
4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak
reg=6,583 p<0,01 dengan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,131 atau 13,1%. Hal ini menunjukkan bahwa
berpola (Nugroho, 2005). 29
kepercayaan diri dan motivasi diri secara bersama-sama
kepercayaan diri dengan kecenderungan menyontek
memberikan peran terhadap kecenderungan menyontek
menyatakan adanya hubungan negatif (rx1y) sebesar
pada pelajar. Berdasarkan hasil perhitungan analisis
-0,253
regresi tersebut maka hipotesis pertama yang diajukan
menyatakan terdapat hubungan negatif antara
dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat
kepercayaan
hubungan antara kepercayaan diri dan motivasi diri
mengetahui
korelasi
apakah
kedua
variabel
bebas
diri
hipotesis
dengan
kedua
yang
kecenderungan
pendapat yang dikemukakan oleh Levine dan Satz
masing-masing
(dalam Sujana, 1994), bahwa pelajar menyontek
variabel bebas terhadap variabel tergantung, perlu dihitung
Jadi,
menyontek, diterima. Hasil tersebut sejalan dengan
dengan kecenderungan menyontek. Untuk
p<0,05.
karena
tersebut
memiliki
kepercayaan
yang
minimal
berhubungan atau tidak yakni dengan teknik korelasi
terhadap kemampuan diri sendiri. Seseorang yang
Pearson Product Moment. Ternyata dari perhitungan
memiliki kepercayaan diri yang rendah akan merasa
korelasi antara variabel kepercayaan diri dengan
tidak
kecenderungan
adanya
menghadapi masalah (Rakhmat, 1994). Begitu juga
hubungan negatif (rx1y) sebesar -0,253 p<0,05. Jadi,
dengan pelajar yang memiliki kepercayaan diri yang
hipotesis kedua yang menyatakan terdapat hubungan
rendah, apabila dihadapkan pada masalah dalam
menyontek
menyatakan
negatif antara kepercayaan diri dengan kecenderungan
yakin
terhadap
kemampuannya
dalam
ujian akan berusaha mencari penguat dari pihak lain
menyontek, diterima. Sedangkan hasil hipotesis ketiga,
seperti teman-temannya dengan cara bertanya, atau
menunjukkan nilai koefisien korelasi antara variabel
dapat juga dari buku-buku dan catatan-catatan yang
motivasi diri dengan kecenderungan menyontek (rx2y)
telah dipersiapkan sebelumnya (Dewi, 2000).
menyatakan adanya hubungan negatif sebesar -0,362 p<0,05. Maka, hipotesis ketiga yang menyatakan
Catatan-catatan tersebut dapat dibuat dikertas kecil-
terdapat hubungan negatif antara motivasi diri dengan
kecil, rumus ditangan, di kerah baju, atau dengan
kecenderungan menyontek, diterima. Artinya semakin
mencuri jawaban teman (Irawati, 2008).
tinggi
motivasi
diri
maka
semakin
rendah
Hasil analisis hipotesis ketiga, menunjukkan
kecenderungan menyontek.
nilai koefisien korelasi antara variabel motivasi diri dengan
5. Pembahasan
hubungan
kepercayaan kecenderungan
diri
yang
signifikan
dan
motivasi
dengan
pada
pelajar.
menyontek
menyontek
(rx2y)
menyatakan adanya hubungan negatif sebesar -
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
kecenderungan
0,362
antara
p<0,05.
Maka,
hipotesis
ketiga
yang
menyatakan terdapat hubungan negatif antara motivasi diri dengan kecenderungan menyontek, diterima. Artinya semakin tinggi motivasi diri maka
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas dapat
semakin rendah kecenderungan menyontek. Hal ini
dikatakan bahwa faktor kepercayaan diri dan
menunjukkan semakin besar motivasi yang dimiliki
motivasi diri dapat digunakan sebagai prediktor
oleh setiap individu, semakin tinggi hasil belajar
untuk memprediksi kecenderungan menyontek.
yang dicapai karena motivasi menentukan intensitas
Hasil analisis hipotesis kedua menunjukkan
usaha pelajar atau dengan kata lain perilaku yang
bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel 30
intensif dianggap sebagai hasil dari tingkat motivasi
timbulnya
kecurangan
dalam
hal
akademik.
yang lebih tinggi (Nasution, 1982).
Individu yang memiliki motivasi diri yang tinggi kategorisasi
dalam mencapai tujuannya, ketika menghadapi
menunjukkan tingkat motivasi diri pelajar SMK
masalah akan melakukan tindakan-tindakan yang
PGRI I Pacitan Jawa Timur secara umum termasuk
positif untuk memecahkan masalahnya, sedangkan
kategori tinggi atau positif sebesar 50% yakni
bagi individu yang memiliki motivasi yang rendah
dengan rerata empirik sebesar 174,90 dan rerata
akan cenderung bermalas-malasan dan bertindak
hipotetik sebesar 147. Hasil penelitian ini diperkuat
negatif.
Hasil
analisis
data
dan
dengan teori yang dikemukakan oleh Winkel (1992)
Peranan atau sumbangan efektif kepercayaan
yang menyatakan bahwa peranan khas dari motivasi
diri dengan kecenderungan menyontek sebesar
adalah mempengaruhi kuat lemahnya semangat
0,88% dan peranan atau sumbangan efektif motivasi
belajar.
diri terhadap kecenderungan menyontek sebesar Bagi seorang pelajar tolak ukur keberhasilan
12,26%. Total sumbangan efektif sebesar 13,1%
dalam meraih prestasi diukur dengan memperoleh
yang ini berarti masih terdapat 86,9% variabel-
nilai yang tinggi. Semakin besar harapan pelajar
variabel lain yang mempengaruhi kecenderungan
meraih prestasi yang diinginkan dan semakin kecil
menyontek selain kepercayaan diri dan motivasi diri
potensi yang dimiliki oleh pelajar tersebut maka
seperti faktor psikologis, faktor moral, dan faktor
semakin besar hasrat dan kemungkinan untuk
situasional.
melakukan tindakan negatif, misalnya tindakan
Hasil analisa data dan kategorisasi tingkat
menyontek. Menurut Gibson (dalam Dewi, 2000)
kecenderungan menyontek pada pelajar SMK PGRI
ketakutan akan kegagalan meraih prestasi menjadi
I Pacitan secara umum tergolong rendah dimana
penguat negatif yang menyebabkan percaya diri
hasil kategorisasi menunjukkan sebesar 33,33%
seseorang
dengan rerata empirik sebesar 120,17 dan rerata
menjadi
menurun.
Pelajar
dengan
kepercayaan diri yang rendah akan menunjukkan
hipotetik sebesar 150.
sikap pesimis terhadap kemampuan dirinya. Pelajar yang
demikian
kemampuannya
ini sendiri
tidak
E. Penutup
mempercayai
sehingga
1. Kesimpulan
akhirnya
Berdasarkan
hasil
analisis
data
dan
melakukan tindakan menyontek sebagai cara untuk
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
menghindari kegagalan (Levine dan Satz; dalam
a. Ada
Sujana, 1994).
hubungan
yang
signifikan
antara
kepercayaan diri dan motivasi diri dengan
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
kecenderungan menyontek pada pelajar.
Lobel dan Levanon (1988), menyarankan bahwa
b. Ada hubungan negatif yang signifikan antara
seorang individu khususnya pelajar perlu didorong
kepercayaan
untuk lebih percaya pada penguatan internal dan
menyontek pada pelajar. Artinya semakin tinggi
berpandangan positif pada diri untuk mengurangi 31
diri
dengan
kecenderungan
kepercayaan
diri
maka
semakin
1) Diharapkan para pelajar dapat meningkatkan
rendah
kepercayaan
kecenderungan menyontek pada pelajar.
antara motivasi diri dengan kecenderungan
membentengi
menyontek pada pelajar. Artinya semakin tinggi
menyontek.
diri
maka
semakin
motivasi
yang
diri
dari
keinginan
2) Diharapkan para pelajar dapat memahami
rendah
kondisi diri atas kemampuan yang dimiliki,
kecenderungan menyontek. d. Kepercayaan diri
dan
tergolong tinggi, sehingga sehingga mampu
c. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan
motivasi
diri
apabila
pada subjek penelitian
merasa
kepercayaan
diri
dan
motivasi diri rendah maka disarankan
tergolong tinggi.
melakukan bimbingan dengan guru maupun
e. Motivasi diri pada subjek penelitian tergolong
guru BK agar memperoleh arahan dan
tinggi. f. Kecenderungan
menyontek
pada
bimbingan.
subjek
b. Bagi Guru dan Guru Bimbingan Konseling
penelitian tergolong rendah.
1) Diharapkan
g. Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap
guru dan
kecenderungan menyontek sebesar 0,88% dan
konseling
peranan atau sumbangan efektif motivasi diri
memberikan arahan kepada anak didiknya
terhadap kecenderungan menyontek sebesar
ketika kepercayaan diri dan motivasi diri
12,26%. Total sumbangan efektif sebesar 13,1%
menurun. 2) Diharapkan
yang ini berarti masih terdapat 86,9% variabel-
dapat
guru bimbingan
membimbing
guru dan
dan
guru bimbingan
mempengaruhi
konseling dapat membimbing anak didik
kecenderungan menyontek selain kepercayaan
dalam pengembangan kepribadian pelajar
diri dan motivasi diri seperti :
agar memiliki kepercayaan diri dan motivasi
1) Faktor psikologis dan moral individu seperti
diri yang tinggi. Hal ini dapat dilakukan
variabel
lain
yang
dengan cara mengembangkan sistem belajar
kecemasan, tekanan, dan konsep diri. seperti
mengajar yang komunikatif dua arah melalui
pemberian punishment (hukuman) untuk
berdiskusi, memberikan tugas yang sifatnya
pelajar yang ketahuan menyontek, pengaruh
bervariasi dan memberikan kesempatan pada
kelompok, dan posisi tempat duduk pelajar
pelajar untuk bebas mengeluarkan pendapat.
ketika ujian.
Dengan demikian motivasi dalam diri
2) Faktor
situasional
di
sekolah
pelajar tumbuh dan berkembang dengan
2. Saran
baik.
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
3) Dalam ujian, diharapkan sebaiknya para
dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :
guru
a. Bagi Pelajar
berorientasi pada proses pemahaman pelajar
32
memilih
bentuk
soal
tes
yang
menyontek-cheating-didunia.pendidikan.html. diakses pada 1 April 2008.
dalam mencerna soal tes tersebut, bukan sekedar hafalan. c. Bagi peneliti lain
Anderman, E. M., Griesinger, T., & Westerfield, G. 1998. Motivation and Cheating During Early Adolescence. Journal of Educational Psychology. Vol 90. No. 1. 84-93
1) Penelitian ini hanya meninjau sebagian hubungan
saja
sehingga
bagi
peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian yang sama diharapkan agar
Arief. 2008. Percaya diri Dalam Menulis. Pikiran Rakyat Vol 11 januari 2007 Tersedia dalam http://www.radiospin.net/archives/author /arief/> on February 26th, 2008. diakses pada 03 September 2008.
memperhatikan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi kecenderungan menyontek seperti
faktor
psikologis,
yakni
underpresure, kecemasan, harga diri, dan konsep diri serta faktor situasional, yakni
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
punishment bagi pelajar yang ketahuan menyontek.
———— . 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2) Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan bagaimana cara menumbuhkan
————. 2005. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar Offset; Yogyakarta.
motivasi diri pada diri pelajar. Hal ini penting mengingat bahwa individu yang
Benabou, R. & Tirole, J. 1999. Self Confidence: Intrapersonal Strategies. Journal of Economic.Vol Dec 1999, 1-49.
bersangkutan dapat mengatasi kondisi yang sedang dialami. 3) Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat
———. 2002. Self Confidence and Personal Motivation. Journal of Economics. By the President and Fellows of Harvard College and the Massachusetts Institute of Technology. Vol August 2002, 871915
memperluas populasi dan memperbanyak sampel, agar ruang lingkup penelitian menjadi lebih luas dan mencapai proporsi yang seimbang sehingga kesimpulan yang diperoleh
lebih
komprehensif,
serta
Brophy, J. E. 1998. Motivating Student to Learn. United States of America: The McGraw-Hill Companies.
menggunakan subjek dari tingkat pendidikan lain karena perilaku dikatakan
terjadi
menyontek dapat disemua
Cox, D. H. 2003. About Teaching and Learning at Memorial. The News. Vol. 6 Number 2 Winter. School of Social Work, Memorial University of Newfoundland
tingkat
pendidikan. Daftar Pustaka
Dewi, R. K. 2000. Kepercayaan diri dan Kecenderungan Menyontek. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Alhadza. A. 2004. Masalah Menyontek (Cheating) di dunia Pendidikan. Tersedia pada http://www.asmi.ac.id/jurnal masalah33
Psikodimensia. Kajian Ilmiah Psikologi. Vol. 2 No. 1. ISSN 1441-6073. hal 1016. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Segjapranata.
Direzkia, Y. 2005. Antara Cheating dan White Crimers. Jurnal Seumike. Jurnal Triwulan The Aceh Institute. Vol 1. hal 7. Tersedia pada http://www.acehinstitute.org/Jurnal Seumike Edisi Indonesia.pdf. diakses pada 12 Juni 2008.
Irawati, I. 2008. Budaya Menyontek di Kalangan Pelajar. Vol 30 Juni 2008. Tersedia dalam www.kabarindonesia.com. diakses pada 1 September 2008.
Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kartono, K. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
Editorial Media Indonesia. 2007. Tradisi Menyontek dalam Dunia Pendidikan. Tersedia pada http://www.Editorial Malam.Media-Indonesia.com. diakses pada 19 November 2008.
Lauster, P. 1997. Tes Kepribadian. Jakarta: PT. Gaya Media Pratama. Lie, A. 2003. 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak. jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Gismondi, A. 2006. The Downside of the Internet: Cheating and Technology in Higher Education. Journal of College & Character. Vol 7. No. 5. June 2006. University of Florida.
Lobel, T. E., & Levanon, I. 1988. Self-Esteem, Need for Approval, and Cheating Behavior in Children. Journal of Educational Psychology. Vol 80 No. 1. 122-123.
Hadi, S. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi offset. ———. 2004. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Andi offset.
Mahendra, M. 2005. Pendidikan Kebiasaan Siswa Menyontek. Tersedia dalam http://www.pendidikansalatiga.net. diakses pada 1 April 2008.
———. 2004. Metodologi Research Jilid 3. Yogyakarta: Andi offset
Nasution, S. 1984. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara Jakarta.
Nugraha, E. 2006. Menyontek Pintu Gerbang Korupsi?. Banjarmasin Post. Vol 11 Juli 2006. Tersedia dalam http://www.indomedia.com/bpost/07200 6/11/opini.htm. diakses pada 1 April 2008.
Hambly, K. 1992. Bagaimana meningkatkan Rasa percaya Diri (terjemahan FX. Budiyanto). Jakarta: Arcan. Hamalik, O. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo offset.
Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi offset.
Handoko, M. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius.
Poerwadarminto, W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Haryono, W., Hardjanta, G., & Eriyani P. 2001. Perilaku Menyontek ditinjau dari Persepsi Terhadap Intensitas Kompetisi dalam Kelas dan Kebutuhan Berprestasi. 34
Purwanto, M. P., N. M., Drs. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Psikologi Universitas Yogyakarta.
Gadjah
Mada
Supratiknya, dkk. 2000. Peran Psikologi di Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Psikologi UGM.
Rakasiwi, A. 2007. Nyontek, Masuk Kategori ”Kriminologi”.Tersedia dalam http://klipingut.wordpress.com/pikiranraky at/2007/06/23/nyontek.diakses pada 2 April 2008.
Suryabrata, S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Rakhmat, J. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV. Remaja Karya
———. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Reynolds, P. L., & Symons, S. 2001. Motivational Variables and Children’s Text Search. Journal of Educational Psychology. Vol 93. No. 1. 14-22
Tyas, R. A. 2003. Pentingnya Rasa Percaya Diri. Tersedia dalam http://percayadiri.asmakmalaikat.com/penti ngnya_rasa_percaya_diri.htm. diakses pada 1 April 2008.
Rini, J. F. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri. Tersedia dalam http://www.epsikologi.com/memupuk rasa percaya diri.html. diakses pada 22 Juni 2007.
Uno,
H. B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Varvel Jr, V. E. 2005. Pointers and Clickers: Honesty in Online Education. Journal of ION’s Technology Tip of The Month. Vol 6 (1) 2005. Tersedia dalam http://www.ion.uillinois.edu. diakses pada 1 September 2008.
Rohani dan Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka cipta. Sabri, M. A. 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Winarsunu, T. 2004. Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press.
Sardiman, A. M. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali. Shinn, G. 2003. The Miracle Motivation (terjemahan Ir. Hari Suminto). Batam Centre: Interaksara.
Winkel, W. S. 1992. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.
Shofiah, V. 2002. Hubungan Kepercayaan diri dan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Universitas Islam batik Surakarta Tahun Akademik 2000/2001. Thesis (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Sujana, Y. E, dan Wulan, R. 1994. Hubungan antara Kecenderungan Pusat Kendali dengan Intensi Menyontek. Jurnal Psikologi. Vol 21. No. 2, 1-8 ISSN 02158884. hal 1-8. Yogyakarta: Fakultas
35