Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
EFIKASI DIRI, HARGA DIRI, KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA REMAJA SELF-EFFICACY, SELF-ESTEEM, HARMONIOUS FAMILY WITH TENDENCY OF ADOLESCENCES SUBSTANCE ABUSE Nofrans Eka Saputra Lecturer of Nursery Program (Undergraduate) STIKBA Jambi
ABSTRACT Background: Drug use among teenagers has been a problem in the field of education. Some teens are involved with drugs has the relatively young age. Objective: This study aim to know the correlation between self-efficacy, self-esteem, harmonious of family with tendency involved of substance abuse at adolescents in the city of Jambi. The subject of this study were male and female high school students in the City of Jambi. The total number of the subject were 346. Method: Data is collected through questionaires. While data analytical method with regression technique. Results: The research findings show that there is correlation between self efficacy, self-esteem, harmonious of family with tendency of substance abuse at adolescents (24%). Self-efficacy has a relationship with tendency of substance abuse with a correlation coefficient of -0.135 with siginifikansi of 0.006 with p <0.01. Self-esteem have a relationship with tendency of substance abuse with a correlation coefficient of -0.107 with a significance of 0.023 with p> 0.05. Keywords: Tendency of Adolescent Subtances Abuse, Self Efficacy, Self Esteem, Harmonious Family PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah mengikuti deklarasi paradigma pembangunan global (Millenium Development Goals) 2015. Salah satu yang menjadi cita-cita pembangunan milenium tersebut adalah meningkatkan kualitas masyarakat, khususnya di bidang kesehatan (MGDs News, 2008). Problem utama bidang kesehatan yang paling menonjol adalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Renwiek et al, 1996). Hal tersebut dikarenakan bahwa penyalahgunaan napza merupakan salah satu faktor yang berkontribusi besar dalam penyebaran penyakit HIV dan AIDS (MGDs News, 2008).
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
Secara empiris, Provinsi Jambi masuk peringkat enam besar di Indonesia sebagai daerah pengguna narkoba. Pengguna narkoba di Jambi tercatat sebanyak 50.420 orang. Angka tersebut naik dari 44.627 pengguna dari data 2008. Data tersebut diperoleh dari hasil penelitian (survey) BNN bersama Universitas Indonesia dengan sampel usia produktif 1059 tahun (Jambi Independent, 2011). Dampak dari penyalahgunaan napza adalah hilangnya generasi muda yang potensial dan berkualitas. Kepolisian Daerah (Polda) Jambi telah mengungkap sejumlah kasus penyalahgunaan napza. Menurut jenis pendidikannya, beberapa pelaku merupakan remaja, antaralain sebanyak 36 siswa SD (Sekolah Dasar), 75 siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama),
Page 1
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
213 siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) dan 5 Mahasiswa Perguruan Tinggi (radartanjab-news.com, 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja cenderung mudah terjerumus dalam penyalahgunaan napza, khususnya pada siswa SMA. Secara teoritis, masa remaja merupakan suatu masa transisi yang unik dan penuh dinamika dalam proses kehidupan individu. Pada usia remaja individu juga sering memperlihatkan perilaku yang ambigu. Satu sisi remaja ingin menampilkan dirinya sebagai sosok individu yang mandiri tanpa ada campur tangan orangtua atau orang dewasa lainnya, namun sisi lain masih ingin mendapat perhatian dan bimbingan penuh dari orangtua maupun orang dewasa di sekitarnya. Erikson sebagai salah satu tokoh psikologi perkembangan menyebutkan bahwa masa remaja (12-20 tahun) berada pada tahap pembentukan identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity confusion) (Santrock, 1995; Desmita, 2006). Pada masa tersebut, remaja dihadapkan pada penemuan diri yang unik dengan peran yang penting dalam hidup. Steinberg (2002) menjelaskan banyak remaja yang berjuang untuk mencapai identitas diri dengan mencoba menggunakan zat adiktif, guna untuk mencoba perilaku dan ide baru agar mendapatkan pengakuan. Ogden (2000) menyatakan bahwa penggunaan dan penyalahgunaan napza merupakan bagian penting dalam kehidupan sebagian besar remaja sehingga sebagian dari mereka mencoba berbagai zat adiktif. Pada masa ini, remaja yang berperan sebagai siswa dihadapkan dengan tugastugas sekolah yang menuntut dirinya untuk mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik. Remaja diharapkan memiliki efikasi diri yang tinggi. Artinya siswa diharapkan memiliki keyakinan atas kemampuanya pribadi untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan sukses, sehingga akan meningkatkan keyakinannya saat menghadapi tugas
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
berikutnya. Sebaliknya, individu yang sebelumnya gagal akan merasa tidak mampu sehingga menurunkan keyakinannya saat menghadapi tugas berikutnya (Bandura, 1997). Remaja yang memiliki rasa takut, kecemasan, dan stres, akan gagal menyelesaikan tugas. Kegagalan tersebut akan membuat individu merasa tidak mampu dan tidak yakin untuk menghadapi tugas selanjutnya, sehinggacenderung menyerah tak berdaya sebelum melaksanakan tugas tersebut (Bandura, 1997). Perasaan takut gagal dalam melaksanakan tugas cenderung mendorong siswa untuk menyalahgunakan napza (HyunHee & Maurice, 1996); Kinard & Webster (2010). Hal tersebut dilakukan sebagai pelampiasan kekecewaan terhadap ketidakmampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan. Efikasi diri, bukan satu-satunya kondisi psikologis yang mampu mempengaruhi kecenderungan seorang remaja untuk terlibat penyalahgunaan napza. Clements, et al (2004) menjelaskan bahwa individu dengan harga diri rendah berhubungan dengan meningkatnya penggunaan obat terlarang. Penelitian yang dilakukan oleh Mecca, et al (1989) menemukan bahwa individu dengan harga diri rendah merasa meningkat keyakinan diri dan hubungan sosialnya ketika mereka mengkonsumsi napza. Menurut Rosen, et al (dalam Safaria, 2007) menjelaskan bahwa orang dengan harga diri rendah memiliki ketakutan lebih tinggi ketika menghadapi ancaman/masalah dibandingkan dengan orang yang memiliki harga yang tinggi. Kedua, orang dengan harga diri rendah menganggap diri mereka sendiri sebagai orang-orang yang kurang memiliki keterampilan yang baik untuk menangani suatu masalah. Kondisi keluarga yang disharmony (tidak harmonis) juga menjadi faktor kontribusi bagi terjadinya penyalahgunaan napza (Carver et al, 2006). Kematian orang tua, perceraian, hubungan kedua orang tua yang tidak harmonis, hubungan orang tua
Page 2
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
dengan anak yang tidak sehat, suasana rumah tangga yang tegang tanpa kehangatan, orang tua sibuk dan jarang dirumah, ternyata juga berkontribusi mendorong anak terjerumus dalam penyalahgunaan napza (Rutter, 1990). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk membuktikan hubungan antara efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluargadengan kecenderungan penyalahgunaan napza pada remaja. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi untuk membuktikan hipotesis penelitian. Subjek penelitian ini adalah remaja laki-laki dan perempuan siswa Sekolah Menengah Atasdi Kota Jambi tahun ajaran 2011-2012. 1. Skala Penelitian Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan skala, yaitu skala efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga, dan kecenderungan penyalahgunaan napza. Skala kecenderungan penyalahgunaan napza disusun berdasarkan pendapat beberapa peneliti lainya, yang menjabarkan mengenai jenis-jenis napza yang sering disalahgunakan(Safaria, 2007), seperti: kelompok penenang syaraf, yaitu alkohol, transkuiliser, sedative, narkotika (opiat) seperti candu, morfin, heroin. Kelompok perangsang syaraf misalnya amphetamin, kokain, dan kafein. Kelompok halusinogen misalnya LSD, jamur, kecubung, dan pala. Kelompok cannabis misalnya ganja, haisis, dan mariyuana. Kelompok inhalansia misalnya lem, aseton minyak cat, bensin, karbol,dan eter. Pada skala ini pilihan jawaban dibuat 4 pilihan. Pada aitem favourable, pilihan S (Seringkali) mendapat skor 4, K (Kadangkadang) mendapat skor 3, J (Jarang) mendapat skor 2, dan TP (Tidak Pernah) mendapat skor 1. Pada aitem unfavourable, pilihan S (Seringkali) mendapat skor 1, K (Kadang-kadang) mendapat skor 2, J
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
(Jarang) mendapat skor 3, dan TP (Tidak Pernah) mendapat skor 4. Skala efikasi diri pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan pendapat Bandura (1997) yang menjelaskan tiga dimensi efikasi diri, yakni tingkat tugas (level). Luas bidang tugas (generality), tingkat kekuatan (strength). Pada aitem favourable, pilihan S (Sangat Sesuai) mendapat skor 4, S (Sesuai) mendapat skor 3, TS (TidakSesuai) mendapat skor 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat skor 1. Pada aitem unfavourable, pilihan SS (Sangat Sesuai) mendapat skor 1, S (Sesuai) mendapat skor 2, TS (Tidak Sesuai) mendapat skor 3, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat skor 4. Skala harga diri dalam penelitian ini dikembangkan dari pendapat Coopersmith (dalam Robinson and Shaver, 1973), yaitu pengabaian atau keberartian diri, kepemimpinan-prestasi, orangtua-keluarga, asertivitas. Pada skala ini pilihan jawaban dibuat 4 pilihan.Pada aitem favourable, pilihan S (Sangat Sesuai) mendapat skor 4, S (Sesuai) mendapat skor 3, TS (TidakSesuai) mendapat skor 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat skor 1. Pada aitem unfavourable, pilihan SS (Sangat Sesuai) mendapat skor 1, S (Sesuai) mendapat skor 2, TS (Tidak Sesuai) mendapat skor 3, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat skor 4. Skala keharmonisan keluarga yang disusun dengan mengembangkan pendapat Stinnet dan DeFrain (dalam Hawari, 1996) dalam menjelaskan karakter keluarga harmonis, yaitu kehidupan beragama dalam keluarga,mempunyai waktu bersama antara sesama anggota keluarga,mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, saling menghargai antar sesama anggota keluarga,kualitas dan kuantitas konflik yang minim, adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga. Pada skala ini pilihan jawaban dibuat 4 pilihan. Pada aitem favourable, pilihan S (Sangat Sesuai) mendapat skor 4, S (Sesuai) mendapat skor 3, TS (Tidak Sesuai)
Page 3
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
mendapat skor 2, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat skor 1. Pada aitem unfavourable, pilihan SS (Sangat Sesuai) mendapat skor 1, S (Sesuai) mendapat skor 2, TS (Tidak Sesuai) mendapat skor 3, dan STS (Sangat Tidak Sesuai) mendapat skor 4. 2. Reliabilitas dan Validitas Skala Penelitian Pada penelitian ini, aitem setiap skala ditelaahdengan mendiskusikan bersama orang-orang yang kompeten (professional Judgment)sehingga mampu menjadi alat ukur yang lebih valid. Sedangkan untuk menguji reliabilitas skala penelitian, peneliti menggunakan bantuanprogram SPSS 16 forWindows. Adapun hasil uji reliabilitas masing-masing skala dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Realibilitas dan Validitas Skala Penelitian Variabel Kecenderungan Penyalahgunaan Napza Efikasi Diri Harga Diri Keharmonisan Keluarga
Jumlah Item Valid
Sig
Ket
24
0,861
Reliabel
40 32
0,948 0,820
Reliabel Reliabel
36
0,992
Reliabel
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini berjumlah 58 orang yang telah memenuhi persyaratan karakteristik subjek penelitian. Subjek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 159 orang (46 %), dan perempuan berjumlah sebesar 187 orang (54 %). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.
2. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data penelitian bertujuan untuk memberi gambaran mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek yang diberikan pengukuran, sehingga dapat berfungsi sebagai informasi mengenai keadaan subjek pada variabel yang diteliti. Berdasarkan data subjek penelitian diperoleh data pada tiap-tiap variabel adalah sebagai berikut : Tabel 3. Deskripsi Data Penelitian Variabel Kecenderungan Penyalahgunaan Napza Efikasi diri Harga Diri Keharmonisan Keluarga
Min 24
Max 63
Mean 43.0116
SD 11.20869
40 69 71
160 128 144
121.9046 95.9277 115.8179
17.32936 13.51834 16.88731
1. Skor Variabel Kecenderungan Penyalahgunaan Napza Pada penelitian ini kategorisasi tentang tinggi, rendah dan sedang skor subjek ditentukan dari posisinya dalam distribusi normal. Suatu distribusi normal terdiri dari enam area dalam satuan standar deviasi. Tiga disebelah kiri rerata yang bertanda negatif (-1SD, -2SD dan -3SD) dan tiga di sebelah kanan yang bertanda positif (+1SD, +2SD, +3SD). 5 kategorisasi tersebut yaitu kurang dari -1.5 SD berarti sangat rendah, lebih dari -1.5SD sampai dengan kurang dari - 0.5SD berarti rendah, lebih mulai dari -0.5SD sampai kurang dari +0.5SD termasuk kelompok sedang, lebih dari 0.5SD sampai dengan 1.5SD termasuk kelompok tinggi dan terakhir lebih dari 1.5SD berarti masuk kategorisasi sangat tinggi.
Tabel 2. Deskripsi subjek berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki 159 46 Perempuan 187 54 Jumlah 346 100
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
Page 4
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
Tabel
4.
Kategori Skor Variabel Kecenderungan Penyalahgunaan Napza
Deviasi Standar X = -1,5 SD -1,5 SD = X = -0,5 SD
-0,5 SD = X = 0,5 SD 0,5 SD = X = 1,5 SD
X = 1,5 SD Jumlah
Kate gori SR R S T ST
Subjek N % 40 11,5 72 20,7 116 33,5 94 27,3 24 7 346 100
Tabel kategorisasi di atas menunjukkan subjek tersebar pada seluruhkategori. Subjek dengan kategori kecenderungan penyalahgunaan napza sangat rendahberjumlah 40 subjek (11,5 %), subjek dengan kategori rendah ada 72 subjek (20,7%), subjek dengan kategori sedang berjumlah 116 subjek (33,5%), subjek dengan kategori tinggi berjumlah 94 (27,3%), untuk kategori sangat tinggi ada 24 subjek (7%). 2. Skor Variabel Efikasi Diri Kategorisasi dengan menggunakan model distribusi normal menghasilkan respon subjek sebagai berikut :
3. Skor Variabel Harga Diri Kategorisasi dengan menggunakan model distribusi normal menghasilkan respon subjek sebagai berikut : Tabel 6. Kategori Skor Variabel Harga Diri Deviasi Standar X = -1,5 SD -1,5 SD = X = -0,5 SD -0,5 SD = X = 0,5 SD 0,5 SD = X = 1,5 SD X = 1,5 SD
Tabel kategorisasi diatas menunjukkan subjek tersebar pada seluruhkategori. Subjek dengan kategori harga diri sangat rendahberjumlah 20 subjek (5,9 %), subjek dengan kategori rendah ada 101 subjek (29,3%), subjek dengan kategori sedang berjumlah 126 subjek (36,3%), subjek dengan dengan kategori tinggi sebanyak 66 subjek (19,9%), untuk kategori sangat tinggi ada 33 subjek (8,6 %). Tabel
Tabel 5. Kategori Skor Variabel Efikasi Diri Deviasi Standar X = -1,5 SD -1,5 SD = X = -0,5 SD -0,5 SD = X = 0,5 SD 0,5 SD = X = 1,5 SD X = 1,5 SD Jumlah
Kate gori SR
Subjek N % 346 3,6
R
346
28
S T ST
346 346 346 346
38,1 22,1 8,2 100
Tabel kategorisasi diatas menunjukan subjek tersebar pada seluruhkategori. Subjek dengan kategori efikasi diri sangat rendahberjumlah 12 subjek (3,6 %), subjek dengan kategori rendah ada 97 subjek (28%), subjek dengan kategori sedang berjumlah 132 subjek (38,1%), subjek dengan dengan kategori tinggi berjumlah 76 (22,1%), untuk kategori sangat tinggi ada 29 subjek (8,2%).
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
Subjek N % 20 5,9 101 29,3 126 36,5 66 19,9 33 8,6
Kate gori SR R S T ST
7.
Kategori Skor Variabel Keharmonisan Keluarga
Deviasi Standar
Kategori
X = -1,5 SD -1,5 SD = X = -0,5 SD -0,5 SD = X = 0,5 SD 0,5 SD = X = 1,5 SD X = 1,5 SD Jumlah
SR R S T ST
Subjek N % 34 10,1 78 26,5 113 32,4 101 29,2 20 5,8 346 100
Tabel kategorisasi diatas menunjukan subjek tersebar pada seluruhkategori. Subjek dengan kategori keharmonisan keluarga sangat rendahberjumlah 34 subjek (10,1 %), subjek dengan kategori rendah ada 78 subjek (26,5 %), subjek dengan kategori sedang berjumlah 113 subjek (32,4%), subjek dengan dengan kategori tinggi101 subjek (29,2%), untuk kategori sangat tinggi ada 20 subjek (5,8 %).
Page 5
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
Hasil Uji Asumsi 1. Uji asumsi normalitas Uji normalitas dilakukan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS 16 forWindows. Kaidah uji normalitas dinyatakan normal jika probabilitas lebih besar atau sama dengan 0,05 (p > 0,05). Hasil Uji Normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 8. Uji Normalitas Variabel Kecenderungan Penyalahgunaan Napza Efikasi Diri Harga Diri Keharmonisan Keluarga
K-SZ
Sig
Ket
1,264
0,082
Normal
1,189 1,251
0,118 0,088
Normal Normal
1,094
0,182
Normal
2. Uji Linearitas Kaidah uji linearitas dikatakan linear jika probabilitas lebih kecil dari 0,05 (p <0,05). Hasil uji linearitas secara lengkap dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini : Tabel 9. Uji Linearitas Variabel F Efikasi Diri 6,382 Harga Diri 3,922 Keharmonisan 0,366 Keluarga Variabel Tergantung Penyalahgunaan Napza
Sig 0,012 0,049 0,546 :
Ket Linear Linear Tidak Linear
adalah 24 % ; dengan skor F sebesar 2,837. 2. Hubungan antara efikasi diri dengan kecenderungan penyalahgunaan napza menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0,135 dengan signifikansi sebesar 0,006 dengan p<0,01 yang berarti variabel efikasi diri memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan variabel kecenderungan penyalahgunaan napza. Dengan demikian hipotesis minor pertama diterima 3. Hubungan antara harga diri dengan kecenderungan penyalahgunaan napza menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0,107 dengan signifikansi sebesar 0,023 dengan p>0,05 yang berarti variabel harga diri memiliki hubungan signifikansi dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Dengan demikian hipotesis minor kedua diterima. 4. Hubungan antara keharmonisan keluarga dengan kecenderungan penyalahgunaan napza menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0,033 dengan siginfikansi sebesar 0,268 dengan p>0,05 yang berarti variabel keharmonisan keluarga tidak memiliki hubungan signifikan dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Dengan demikian hipotesis minor ketiga ditolak.
Kecenderungan
Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Hubungan antara efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga dengan dengan kecenderungan penyalahgunaan napza menunjukkan koefisien regresi (R) sebesar 0,156 dengan p<0,05. Artinya ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Hal tersebut menunjukan bahwa hipotesis mayor diterima. Sumbangan efektif ketiga variabel tersebut secara bersama-sama
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
PEMBAHASAN Berdasarkan skor variabel kecenderungan penyalahgunaan napza diketahui bahwa jumlah subjek penelitian yang berada dalam kategori sangat rendah dan rendahsebanyak 112 subjek (32,2 %). Sedangkan subjek yang berada dalam kategori tinggi dan sangat tinggi berjumlah 118 (34, 4 %). Hal tersebut menjelaskan bahwa sebesar 34, 4 %dari 346 subjek penelitian memiliki potensi untuk cenderung terlibat dalam penyalahgunaan napza. Data tersebut dikemukakan terlebih dahulu sebagai dasar uraian beberapa hipotesis penelitian. Penelitian ini mencoba memprediksi kecenderungan penyalahgunaan napza
Page 6
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
dengan menggunakan tiga variabel prediktor yaitu efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga. Dengan demikian penelitian ini akan menjawab empat hipotesis penelitian. Hipotesis pertama adalah ada hubungan antara efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga dengan kecenderungan penyalahgunaan napza.Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama diketahui bahwa ada hubungan secara bersama-sama antara variabel efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi (R) sebesar 0,156 dengan p<0,05. Artinya ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis mayor diterima. Sumbangan efektif ketiga variabel tersebut secara bersama-sama adalah 24%. Hipotesis minor pertama adalah ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Berdasarkan hasil nilai koefisien korelasi sebesar -0,135 dengan signifikansi sebesar 0,006 dengan p<0,01 yang berarti variabel efikasi diri memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan variabel kecenderungan penyalahgunaan napza. Dengan demikian hipotesis minor pertama diterima. Hasil penelitian ini juga senada dari penelitian yang dilakukan oleh HyunHee & Maurice (1996); Kinard & Webster (2010) yang menemukan bahwa efikasi diri merupakan salah satu konstruks psikologis yang memiliki hubungan kuat dengan penggunaan obat terlarang pada remaja. Senada hal tersebut Hansen dkk (dalam Young, Oei, Crook, 1990) menemukan bahwa efikasi diri merupakan variabel yang kuat untuk memprediksi penggunaan napza dan alkohol pada remaja. Hasil penelitian inijuga menemukan bahwa sebanyak 105 subjek (30, 3 %) berada dalam kategori tinggi dan sangat tinggi dalam skor variabel efikasi diri. Hal
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
ini mengindikasikan bahwa terdapat 105 subjek penelitian memilikikeyakinan atas kemampuanya pribadi untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang dibebankan kepada mereka dengan baik. Sebanyak 105 subjek tersebut juga tidak merasakan ketakutan terhadap kegagalan yang akan mereka terima dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Hal ini yang membantu mereka untuk tidak melampiaskan kekecewaan dengan menggunakan napza. Skor efikasi diri yang tinggi dan sangat tinggi dari 105 subjek penelitian tersebut juga mengindikasi bahwa sebanyak 105 subjek penelitian mampu memberikan penilaian menyangkut tingkatan tugas yang harus diselesaikan oleh mereka, baik dari tugas yang sederhana, sedang, sampai tugas yang membutuhkan usaha dan tenaga yang maksimal. Sebanyak 105 subjek penelitian juga mampu melakukan beberapa tugas dalam bidang yang berbeda dalam satu waktu. Hal ini terkait dengan kemantapan mereka terhadap keyakinannya, sehingga membuat mereka cenderung pantang menyerah, ulet, dalam meningkatkan usahanya dalam menghadapi rintangan, dibandingkan dengan subjek penelitian yang berefikasi diri rendah dan sangat rendah sebanyak 109 (31,6 %). Secara empiris, setiap Sekolah Menengah Atas di Kota Jambi mengharapkan siswa-siswanya mampu mendapatkan hasil akademik yang baik, sehingga dapat lulus tepat waktu. Hal tersebut terlihat dengan upaya yang dilakukan oleh beberapa pihak sekolah untuk menunjang keberhasilan siswa tersebut. Beberapa sekolah menyusun kegiatan belajar yang dipenuhi dengan tugas-tugas di sekolah bahkan pekerjaan rumah dari guru, bahkan ada sekolah yang mengharapkan dan mewajibkan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekstra seperti les-les bahkan kegiatan lainnya. Sisi lain, berdasarkan data wawancara yang dilakukan dengan beberapa siswa menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang diperuntukkan bagi
Page 7
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
siswa tersebut sebenarnya terkadang membuat siswa merasa tertekan. Siswa merasakan jenuh untuk selalu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pelajaran, yang sebenarnya tidak henti-hentinya mereka lakukan dari pagi hari sampai malam hari. Misalnya belajar didalam kelas pada pagi hari, siang hari harus les, dan malam hari harus mengerjakan perkejaan rumah yang diperintah oleh guru bidang studi. Hal ini yang membuat siswa harus berupaya lebih keras menghadapi rutinitas yang mereka laksanakan setiap hari. Berdasarkan hal tersebut pula dapat disimpulkan bahwa 105 subjek penelitian tersebut merupakan siswa-siswa yang memiliki keyakinan terhadap upaya keras yang mereka lakukan dalam mengikuti setiap kegiatan belajar mengajar tersebut. Siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang siap bahkan berpeluang lebih besar dalam mencapai keberhasilan disaat menghadapi rintangan tugasyang lebih berat dalam kegiatan belajar. Hipotesis minor kedua adalah ada hubungan negatif antara harga diri dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Nilai koefisien korelasi sebesar -0,107 dengan signifikansi sebesar 0,023 dengan p>0,05 yang berarti variabel harga diri memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Dengan demikian hipotesis minor keduaditerima. Hasil penelitian ini senada dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Geckil & Dündar (2011) yang menunjukkan bahwa harga diri remaja memiliki hubungan dengan penggunaan obat terlarang dan alkohol yang termasuk dalam salah satu bentuk dari perilaku berisiko pada remaja. Sisi lain Wild dkk (2004) menemukan bahwa harga diri remaja saat berada di sekolah juga memiliki hubungan dengan penggunaan obat terlarang dan alkohol. Hasil penelitian juga menunjukan bahwasebanyak 99 (28,5%) subjek berada dalam kategori harga diri tinggi dan sangat tinggi dalam variabel skor harga diri. Hal
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
ini mengindikasikan sebanyak 99 subjek penelitian memiliki kemampuan evaluasi yang baik mengenai setiap hal yang diterimanya dari hasil interaksinya dengan lingkungan, baik itu berupa penerimaan, penolakan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Skor harga diri yang tinggi dan sangat tinggi dari 99 subjek penelitian juga menjelaskan bahwa sebanyak 99 subjek penelitian merasakan keberartian diri mereka dalam lingkungannya baik itu dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal itu yang mendorong mereka untuk mampu mengontrol diri dalam berinisiatif untuk mencapai prestasi sehingga terhindar dari napza. Sisi lainsebanyak 99 subjek juga memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik dalam lingkungannya, selain dikarenakan adanya kebanggaan diri yang baik, mereka juga memiliki kemampuan untuk menyatakan keinginan, perasaan dan keyakinan secara langsung, jujur, dan dengan cara yang kepada orang lain. Hal ini yang membuat mereka terhindar dari penyalahgunaan napza, dibandingan subjek yang berharga diri rendah dan sangat rendah sebanyak 121 subjek (35,2 %). Subjek yang memiliki harga diri rendah tentu akan memiliki dampak negatif bagi dirinya. Remaja tersebut akan memiliki tingkat ketakutan yang lebih tinggi ketika menghadapi masalah/ ancaman dibandingkan dengan subjek yang memiliki kategori tinggi. Subjek yang memiliki harga diri rendah juga menganggap bahwa diri mereka bukan orang-orang yang memiliki keterampilan yang baik (Rosen, dkk (1992) dalam Safaria, 2007). Hal ini yang membuat mereka cenderung terlibat dalam penyalahgunaan napza.
Page 8
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
KESIMPULAN Berdasarkan teori, dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga memiliki hubungan signifikan dengan kecenderungan penyalahgunaan napza pada remaja. Hal ini menunjukkan bahwa efikasi diri, harga diri, keharmonisan keluarga secara bersamasama mempunyai hubungan dengan kecenderungan penyalahgunaan napza pada remaja. Sumbangan efektif ketiga variabel tersebut secara bersama-sama adalah 24 %. 2. Sebanyak 118 subjek penelitian (34, 4 %) dari 346 subjek memiliki potensi untuk cenderung terlibat dalam penyalahgunaan napza. Hal tersebut dikarenakan skor dari 118 subjek penelitian tersebut berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi. 3. Efikasi diri memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan variabelkecenderunganpenyalahgunaan napza. Artinya semakin tinggi efikasi diri maka semakin rendah kecenderungan penyalahgunaan napza pada remaja. Sebanyak 105 subjek (30, 3 %) berada dalam kategori tinggi dan sangat tinggi dalam skor variabel efikasi diri, sehingga dapat menjelaskan bahwa 105 subjek penelitian tersebut memiliki kemampuan untuk tidak berhubungan dengan penyalahgunaan napza. 4. Harga diri memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kecenderungan penyalahgunaan napza. Artinya semakin tinggi harga diri maka semakin rendah kecenderungan penyalahgunaan napza pada remaja. Sebanyak 99 (28,5%) subjek berada dalam kategori harga diri tinggi dan sangat tinggi dalam variabel skor harga diri. DAFTAR PUSTAKA 1. MGDs News., 2008. Promoting MGDs and Human Development in Indonesia. http://www/Targetmdgs.org. Diunduh 4 Maret 2010
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
10.
11.
12.
13.
Renwiek, R., Brown, I., Nagler, M. 1996, Quality of Life in Health Promotion andRehabilitation, Conceptual Approaches, Issues, and Applications. ThousandOaks, Calofornia: Sage Publications Jambi 6 Besar Penggunan Narkoba. Jambi Independent. Terbit hari Kamis, 27 Oktober 2011 Polda Jambi Ungkap 205 Kasus Narkoba. radartanjab-news.com, 2011. Diakses 03Januari 2011 Santrock. J. W. 1995. Life Span Development (5th Ed). Medison : Wm. C. Brown & Benchmark, Inc Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung : Penerbit Rosdakarya Steinberg, L. 2002. Adolescence. Sixth Edition. Boston: McGraw-Hill, Inc Ogden, J. 2000.Health Psychology: A Text Book. Second Edition Buckingham,Philadephia: Open University Press. Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman. HyunHee, C & Maurice, E. 1996. Patterns of adolescent involvement in problem behaviors: Relationship to self-efficacy, social competence, and live events. American Journal of Community Psychology; Dec 1996; 24, 6; ProQuest Research Library. pg. 771 Kinard, B. R & Webster, C. 2010. The Effects of Advertising, Social Influences, and Self-Efficacy on Adolescent Tobacco Use and Alcohol Consumption. The Journal of Consumer Affairs, Vol. 44, No. 1, 2010. ISSN 0022-0078 Clements, C. M., Sabourin, C. M., Spiby, L. 2004. Dysphoria and Hopelessness Following Battering: The Role of Perceived Control, Coping, and Self-Esteem. Journal of Family Violence, Vol. 19, No. 1, February 2004. Mecca, A.M., Smelser, N.J., Vas Concallos, P.J. 1989. The Social
Page 9
Efikasi Diri, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Napza pada Remaja
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Imfortance ofSelf Esteem. Barkeley: University of California Press. Safaria, T. 2007. Kecenderungan Terlibat Penyalahgunaan Napza Ditinjau dari Tingkat Religiusitas, Regulasi Emosi, Keharmonisan Keluarga, Motivasi Berprestasi, Harga Diri, Pengaruh Negatif Kelompok Sebaya pada Remaja Kodya Yogyakarta. Jurnal Humanitas. Vol. 4, No. 1. Hal 13-24. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Carver, V., Reinert, B., Range, L. M. 2006. Early Adolescent and AntiTobacco Messages from School, Community, Media, Physicians and Parents. Journal of Child & Adolescent Substance Abuse. Vol 15 (4). Rutter, M. 1980. Parent Child Separation, Psychological Effect on The Children. New Direction in Children Psychopatology. Vol 1. New Yor : International University Press Robinson. J. P & Sharver, P. R. 1973. Measures of Social Psychological Attitudes. Michigan : Institute for Social Research. The Institute of Michigan Hawari, D. 1996. Konsep Islam Memerangi Aids dan NAPZA. Yogyakarta: DharmaBhakti Prima Yasa. Young, R. McD., Oie T. P S., Crook, G. M. 1990. Development of a Drinking Self-Efficacy Questionnaire. Journal of Psychopathology and Behavioral Assessment, VoL 13. Geckil, E & Dündar, Ö. 2011. Turkish Adolescent Health Risk Behaviors and Self Esteem. Social Behavior and Personality. 39(2), 219-228. Wild, L. G., Flisher. A. J., Bhana, A., Lombards. C. 2004. Associations among adolescent risk behaviours and self-esteem in six domains. Journal of Child Psychology and Psychiatry 45:8, pp 1454–1467.
Jurnal Akademika Baiturrahim Vol. 2 No. 1
Page 10