KECENDERUNGAN HIDROMETEOROLOGI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM Oleh : Ruminta Laboratorium Klimatologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 Alamat e-mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian terhadap kecenderungan hidrometeorologi telah dilakukan di daerah aliran sungai Citarum bagian hulu, Jawa Barat. Penelitian tersebut menggunakan data bulanan hasil observasi curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban, dan limpasan dari Januari 1968 hingga Desember 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kecenderungan (rasio odd) curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban, dan limpasan masing-masing adalah -3.64, 3.88, 4.21, dan -1.11. Curah hujan dan limpasan cenderung menurun masing-masing sebesar -3.64% dan -1.11%. Penurunan curah hujan dan limpasan terutama disebabkan oleh adanya penurunan pembentukan awan dan hujan sebagai akibat dari perubahan iklim global. Evapotranspirasi dan kelembaban udara cenderung meningkat masing-masing sebesar 3.88% dan 4.21%. Peningkatan evapotranspirasi dan kelembaban udara tersebut di sebabkan oleh tingginya pemindahan uap air dari permukaan ke atmosfer akibat dari peningkatan lahan pemukiman dan industri yang sangat signifikan. Kata kunci : variabilitas, rasio odd, curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban, limpasan
TREND OF HYDROMETEOROLOGY IN THE CITARUM RIVER BASIN Astract A study on trends of the hydrometeorology had been carried out in the Upper Citarum River Basin, West Java. The investigations based on monthly observations data of the rainfall, evapotranspiration, humidity, and runoff from January 1968 to December 2000. The results indicated that odds ratio of the rainfall, evapotranspiration, humidity, and runoff are -3.64, 3.88, 4.21, and -1.11 respectively. The rainfall and runoff had been decreased by about -3.64% and -1.11% respectively. The decreasing trend in the rainfall and runoff had controlled mainly by the decreasing of the clouds and rains formation as a consequence of the global climate change. On the other hand, the evapotranspiration and air humidity had been increased by about 3.88% and 4.21% respectively. The increasing trend in the evapotranspiration and air humidity had influenced by the increasing of the water vapour removal from vegetation lands surface to the atmosphere as a result of the significant growth of the urban and industrial areas. Key words : variability, odds ratio, rainfall, evapotranspirastion, humidity, runoff
PENDAHULUAN Perubahan iklim global telah mempengaruhi hampir semua komponen hidrometeorologi termasuk curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban udara, dan limpasan (Burn, 1998; Gan, 1998, Yu, et al., 2002). Kajian mengenai curah hujan di Asia Tenggara pada 60 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup signifikan (Cheng et al., 2004; Yue et al., 2002). Hasil penelitian yang sama juga ditemukan di wilayah tropis lainnya yaitu Sahel Afrika (Leon, 2002). Penurunan karakteristik curah hujan tersebut berdampak langsung pada komponen hidrometeorologi, manajemen air, pertanian, dan ekosistem lainnya. Kajian lain mengenai kecenderungan limpasan telah dilakukan di Asia Tengggara pada 30 tahun terakhir (Dutha and Herath, 2003). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa limpasan di wilayah tersebut cenderung meningkat secara signifikan. Hal ini berbeda dengan limpasan di daerah Eropa yang cenderung menurun atau bahkan tidak mengalami perubahan karena konservasi hutannya cukup baik (Mudelsee et al., 2003; Ercan and Serdar, 2004). Sementara itu, air tanah mempunyai kecenderungan menurun (Gutry, 2003). Indikasi adanya perubahan komponen hidrometeorologi di Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika tersebut, tentu tidak dapat digeneralisasi untuk luasan wilayah yang lebih kecil misalnya daerah aliran sungai Citarum. Perubahan komponen hidrometeorologi di wilayah aliran sungai Citarum bisa sejalan tetapi juga bisa berbeda dengan yang ada di daerah lainnya seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Xua et al. (2001). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa curah hujan dari tahun 1950 hingga 1987 di daerah aliran sungai Citarum cenderung meningkat walaupun besarannya tidak signifikan. Namun demikian penelitian tersebut tentu akan menghasilkan indikasi lain apabila menggunakan data curah hujan yang terbaru.
Fakta menunjukkan bahwa kecenderungan hidrometeorologi berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Tetapi pada umumnya hasil kajian kecenderungan
hidrometeorologi di beberapa wilayah memberikan bukti bahwa ada penurunan yang signifikan untuk periode terakhir ini, terutama pada curah hujan dan limpasan (Karl, et al., 1999; Zu, 2001). Hal tersebut banyak dikaitkan dengan adanya fakta bahwa telah terjadi perubahan iklim baik secara lokal maupun global dan pergeseran penggunaan lahan yang pada beberapa tahun terakhir ini sangat drastis (Shinjiro et al., 2000; Braud, et al., 2001). Di samping itu menurut Burn and Hag (2003), perubahan komponen hidrometeorologi tersebut dapat dipacu oleh adanya fenomena global seperti ENSO. Analisis kecenderungan pada data observasi hidrometeorologi dapat menyediakan informasi mengenai karakteristik dan besarnya variasi hidrometeorologi selama periode waktu tertentu. Disamping itu dapat pula melihat kecenderungan jangka panjang munculnya fenomena iklim yang ekstrim dan langka, misalnya curah hujan tinggi, banjir, dan kekeringan (Xua, et al., 2003). Namun demikian dalam menginterpretasi kecenderungan komponen hidrometeorologi harus hati-hati. Karena terkadang dalam mengkaji kecenderungan jangka panjang dari data observasi hidrometeorologi sering mengalami kesulitan akibat adanya variasi stokastik dalam data tersebut sehingga dapat mengurangi keakuratan dalam pengukurannya (Frei and Schar, 2000).
Ada dua
kesulitan dalam menginterpretasi hasil analisis kecenderungan. Pertama, pendugaan kecenderungan diperoleh sebagai signal jangka panjang padahal nilai tersebut ditentukan oleh adanya variasi stokastik dalam data. Kedua, adanya kecenderungan jangka panjang dalam data hidrometeorologi terkadang sulit diidentifikasi akibat adanya variasi jangka pendek (variasi stokastik). Dengan demikian adanya variasi stokastik dapat membatasi akurasi penentuan kecenderungan hidrometeorologi. Kesalahan
interpretasi terhadap hasil analisis kecenderungan hidrometerologi dapat dikurangi dengan menggunakan metode analisis yang tepat misalnya regresi logistik linier. Model statistik tersebut menggunakan distribusi eksponensial. Kajian kecenderungan hidrometerologi dilakukan di daerah aliran sungai (DAS) Citarum mengingat daerah ini merupakan daerah tangkapan air hujan yang terluas di wilayah Jawa Barat yaitu 6.000 km2. DAS tersebut mempunyai peranan yang sangat penting sebagai penyedia air bagi 3 pembangkit listrik tenaga air (Saguling, Cirata, dan Jatiluhur) dan pemasok utama air bagi rumah tangga, pertanian, dan industri di kawasan Jakarta dan pantai utara Jawa Barat. Akan tetapi DAS Citarum sangat rawan banjir dan kekeringan (Karsidi, 1998; Supriyo et al., 1999; Fares and Ikhwan, 2001; Fares, 2003), tingkat erosi dan sedimentasi (Kusmandari, 1994; Wihardini, 1999) serta degradasi kualitas airnya sangat tinggi (Kirchhof, 1993; Terangna, 1995; 1997; Soetrisno, 1998). Mengingat hal tersebut perlu kajian yang mendalam mengenai kecenderungan hidrometeorologi di DAS Citarum, sebagai masukan dalam perencanaan dan pengelolaan DAS tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji arah dan besarnya perubahan hidrometeorologi di DAS Citarum agar memperoleh informasi dinamika komponen hidrometeorologi sebagai masukan bagi kebijakan pengelolaan tata air dan tata guna lahan di DAS tersebut.
BAHAN DAN METODOLOGI 1. Tempat dan Basis Data Penelitian dilakukan di DAS Citarum bagian hulu (6o43’-7o04’LS dan 107o15’107o55’BT) dengan luas 4.500 km2 (Gambar 1). DAS Citarum terbagi dalam 7 Sub
DAS, yaitu Cisangkuy, Ciwidey, Ciminyak, Cihaur, Cikapundung, Citarik, dan Cirasta. Penelitian menggunakan data sekunder curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban, dan limpasan bulanan selama 33 tahun (Januari 1968 hingga Desember 2000) hasil observasi di DAS Citarum.
Laut Jawa
Lautan Hindia
Gambar 1. Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu (Sumber : http://www.bsri.msu.edu/trfic/roducts/ seasia_products/indonesia/ citarumwatershed.html)
2. Metode Arah dan besarnya kecenderungan hidrometeorologi daerah aliran sungai Citarum diidentifikasi dengan mengguna-kan dua metode yaitu: analisis regresi logistik linier (distribusi eksponensial) dan analisis variabilitas. Analisis regresi logistik linier digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya perubahan komponen hidrometeo-rologi pada periode waktu tertentu. Sedangkan analisis variabilitas digunakan untuk mengetahui dinamika rata-rata dan koefisien variasi komponen hidrometeologi.
a. Analisis Kecenderungan Model statistik regresi logistik linier dapat digunakan untuk menghitung nilai kecenderungan pada deret waktu hidrometeorologi. Model statistik tersebut menerapkan teori distribusi binomial. Model kecenderungan logistik menggambarkan bentuk transformasi dari nilai yang diharapkan (probabilitas suatu kejadian, π ) sebagai fungsi linier dari waktu yang dinyatakan sebagai berikut,
η (π ) = α + β .t
(1)
dengan α = intersepsi garis regresi, β = koefisien persamaan regresi, π = probabitas kejadian, η = fungsi hubungan monotonik, dan t = waktu. Prinsip dasar dari fungsi hubungan monotonik adalah bentuk transformasi dari kisaran nilai π (probabilitas suatu kejadian) antara 0 hingga 1 ke dalam sumbu real, untuk menjamin kesesuaian dengan model linier pada persamaan di atas.
Fungsi
hubungan monotonik pada model regresi logistik di atas dihitung menggunakan persamaan 2. Variasi temporal dari nilai harapan kejadian dari proses hidrometeo-rologi dihitung dari persamaan 3. Besarnya nilai kecenderungan ditentukan dari parameter β yang diekspresikan oleh rasio odd (θ) dan dinyatakan oleh persamaan 4. ⎛ π ⎞ ⎟ ⎝1−π ⎠
η (π ) = log⎜ π (t ,α , β ) =
exp(α + β .t ) (1 + exp(α + β .t ))
⎛ π (t2 ) ⎞ ⎜⎜ ⎟ 1 − π (t2 ) ⎟⎠ ⎝ θ= = exp[β .(t2 − t1 )] ⎛ π (t1 ) ⎞ ⎜⎜ ⎟⎟ ⎝ 1 − π (t1 ) ⎠
(2)
(3)
(4)
dengan α = intersepsi garis regresi, β = koefisien persamaan regresi, π = probabitas kejadian, η = fungsi hubungan monotonik, θ = rasio odd, dan t = waktu. Rasio odd menggambarkan perubahan relatif dalam rasio antara suatu kejadian terhadap non kejadian selama periode t1 hingga t2 dan merupakan fungsi exponensial dari panjang periode tersebut. Dalam kasus kejadian yang sangat langka (π<<1), persamaan di atas mengestimasi nilai kecenderungan exponensial dan rasio odd (θ) menggambarkan perubahan fraksional dari probabilitas kejadian sangat langka dari awal hingga akhir pada periode tersebut.
b. Analisis Variabilitas Analisis variabilitas komponen hidrometeorologi menggunakan koefisien keragaman yang dinyatakan oleh persamaan berikut.
⎛S⎞ CV = ⎜ ⎟ x100% ⎝Y ⎠
(5)
1
⎡ Σ(Yt − Y ) 2 ⎤ 2 S=⎢ ⎥ ⎣ (n − 1) ⎦
Y=
(6)
ΣYt n
(7)
_
dengan Cv = koefisien variasi, S = standar deviasi, Yt = nilai Y yang ke-t, Y = nilai rata-rata Y, n = banyaknya nilai Y yang dianalisis, Y = deret waktu hidrometeorologi Dinamika rata-rata dan koefisien variasi komponen hidrometeorologi dapat dikaji dengan menganalisis rata-rata dan koefisien variasi pergeseran data (moving average) untuk selang 108 bulanan.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kecenderungan Hidrometeorologi Arah dan nilai kecenderungan komponen hidrometeorologi bulanan di daerah aliran sungai Citarum ditunjukkan pada Tabel 1. Curah hujan bulanan cenderung turun Nilai rasio odd (θ ) curah hujan bulanan adalah -3.64,
pada periode 1968-2000.
menunjukkan bahwa pada periode 1968-2000 curah hujan bulanan mengalami penurunan sebesar 3.64% (Gambar 2). Fakta ini sejalan dengan hasil penelitian Yue et
al. (2002), Leon (2002), dan Cheng et al. (2004) di beberapa tempat lain. Penurunan curah hujan bulanan berkaitan dengan adanya penurunan pembentukan awan dan hujan sebagai akibat dari perubahan iklim global. Namun demikian penurunan curah hujan tersebut juga tidak terlepas dari adanya fakta bahwa telah terjadi perubahan faktor lokal. Di daerah aliran sungai Citarum lelah terjadi penurunan luas hutan dan peningkatan kawasan industri serta perubahan tata guna lahan. Perubahan tata guna lahan di daerah tersebut tersebut memperlihatkan bahwa luas hutan berkurang 21%, lahan pertanian menurun 44%, dan pemukiman dan industri meningkat 146% (Karsidi, 1998; Fahmudin and Wahyunto, 2003).
Penurunan luas hutan menyebabkan lemahnya fungsi hutan
sebagai pemicu terjadinya proses konveksi sehingga pembentukan awan dan hujan konvektif dapat berkurang. Tabel 1. Rasio Odd (θ) Hidrometeorologi
θ
Curah Hujan
Evapotranspirasi
Kelembaban
Limpasan
-3.64
3.88
4.21
-1.11
Evapotranspirasi bulanan menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Nilai rasio odd (θ) evapotranspirasi bulanan adalah 3.88 berarti pada periode 1968-2000
evapotranspirasi
bulanan
mengalami
peningkatan
sebesar
3.88%.
Kenaikan
evapotranspirasi ini lebih disebabkan oleh adanya kenaikan lahan pemukiman dan industri di daerah aliran sungai citarum yang sangat tinggi yaitu 146%. Walaupun ada penurunan hutan sebesar 21% yang dapat menurunkan transpirasi tetapi pengaruhnya kurang kuat dibanding kenaikan lahan pemukiman dan industri yang dapat meningkatkan evaporasi jauh lebih besar. Sehingga secara keseluruhan gabungan evaporasi dan transpirasi (evapotranspirasi) tersebut di daerah aliran sungai Citarum mengalami kenaikan. Kelembaban udara bulanan menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Nilai
θ
kelembaban bulanan adalah 4.21 berarti pada periode 1968-2000 kelembaban
bulanan mengalami peningkatan sebesar 4.21%. Peningkatan kelembaban udara di daerah aliran sungai Citarum terutama dikendalikan oleh pemindahan uap air total dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi ke atmosfer. Besarnya pemindahan uap air tersebut menunjukkan tingginya evapotranspirasi. Jadi ada keselarasan antara kelembaban dan evapotrasnpirasi. Karena evapotranspirasi di daerah tersebut mengalami peningkatan, maka kelembaban udara juga mengalami peningkatan. Sementara itu limpasan bulanan cenderung agak menurun pada periode tersebut. Nilai θ limpasan bulanan adalah -1.11.
Artinya bahwa selama periode tersebut
limpasan bulanan mengalami penurunan sebesar 1.11 %. Penurunan limpasan bulanan ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan curah hujan. Secara teoritis adanya penurunan luas hutan di daerah tersebut dapat menurunkan kapasitas penyimpanan air (air intersepsi dan absorpsi) sehingga menyebabkan limpasan meningkat. Menurut Widiati (1998) telah terjadi penurunan kapasitas penyimpanan air (water retention) di daerah aliran sungai Citarum bagian hulu dari 0.092 pada tahun 1969 menjadi 0.077
pada tahun 2000. Tetapi pengaruh peningkatan limpasan akibat penurunan kapasitas penyimpanan air tersebut dampaknya tidak dapat melebihi pengaruh penurunan curah hujan yang cukup besar. Sehingga secara keseluruhan limpasan di saerah tersebut mengalami penurunan.
Gambar 2 . Kecenderungan Hidrometoerologi Bulanan DAS Citarum.
Komponen hidrometeorologi bulanan di daerah aliran sungai Citarum mengalami kecenderungan yang berbeda dan sangat berkaitan dengan adanya perubahan tata guna lahan, pertumbuhan pemukimaan dan industri, penurunan luas hutan, dan lain-lain (Santoso and Warrick, 2003). Tetapi perubahan lingkungan tersebut bukan satu-satunya pengendali kecenderungan komponen hidrometeorologi di daerah tersebut. Hal ini bisa dipahami mengingat proses hidrometeorologi di daerah tersebut sangat terbuka terhadap perubahan iklim dan dinamika perubahan fenomena Global, seperti yang diindikasikan oleh hasil penelitian Shinjiro et al.(2000) dan Braud, et al.(2001). Kecenderungan komponen hidrometeorologi dapat dipacu oleh adanya ENSO. Kecenderungan untuk kejadian-kejadian curah hujan dan limpasan bulanan dengan periode ulang 1, 3, 6, dan 12 bulan (π-1 =1, 3, 6, dan 12) masing-masing ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4.
Gambar 3. Probabilitas Kecenderungan Curah Hujan.
Kejadian-kejadian curah hujan dan limpasan bulanan dengan periode ulang makin pendek mempunyai nilai rasio odd makin kecil. Dengan kata lain untuk kejadian-
kejadian curah hujan dan limpasan dengan periode ulang lebih panjang mempunyai kecenderungan turun yang lebih besar.
Gambar 4. Probabilitas Kecenderungan Limpasan.
2. Variabilitas Hidrometeorologi Dinamika rata-rata dan koefisien variasi komponen hidrometeorologi bulanan (untuk rataan 108 bulanan) ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6.
Rata-rata curah hujan
bulanan cenderung turun pada periode 1972-1991 kemudian naik lagi pada periode 1991-1996. Nilai terendah dari rata-rata curah hujan bersamaan dengan terjadinya ElNino kuat tahun 1991. Sementara itu koefisien variasi curah hujan bulanan cenderung naik pada periode 1972-1991 dan turun pada periode 1991-1996. Nilai tertinggi dari koefisien variasi curah hujan bersamaan dengan terjadinya El-Nino kuat tahun 1987.
Pola dinamika rata-rata dan koefisien curah hujan adalah berlawanan hal ini mengindikasikan
bahwa
curah
hujan
bulanan
cenderung turun akan tetapi
variabilitasnya makin besar. Hasil penelitian ini selajan kecenderungan curah hujan global seperti yang diindikasikan dari hasil penelitian Akinremi dan Mc Ginn (1998).
Curah Hujan
Curah Hujan
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi
Gambar 5. Dinamika Variabilitas Curah Hujan dan Evapotranspirasi
Kelembaban
Kelembaban
Limpasan
Limpasan
Gambar 6. Dinamika Variabilitas Kelembaban dan Limpasan
Rata-rata dan koefisien variasi evapotranspirasi bulanan mempunyai pola dinamika yang hampir sama yaitu cenderung naik pada periode 1972-1996. Fakta ini mengindikasikan bahwa evapotranspirasi bulanan cenderung naik dan variabilitasnya
makin tinggi. Nilai tertinggi dari koefisien variasi evapotranspirasi bersamaan dengan terjadinya tahun Normal pada 1989. Kelembaban bulanan cenderung sedikit naik pada periode 1972-1996. Dinamika koefisien variasi kelembaban bulanan cenderung naik tajam pada periode 1972-1993. Fakta ini mengindikasikan bahwa kelembaban bulanan cenderung agak naik dan variabilitasnya makin tinggi. Sementara itu limpasan bulanan cenderung agak turun pada periode 1972-1996. Nilai terendah rata-rata limpasan dengan terjadinya El-Nino tahun 1987.
Dinamika koefisien variasi limpasan bulanan sangat bervariasi pada
periode 1972-1996. Fakta ini mengindikasikan bahwa limpasan bulanan cenderung sedikit turun dan variabilitasnya sangat dinamis seperti yang diindikasikan hasil penelitian serupa di daerah lain seperti aliran sungai Rio Pueco (Molnar and Ramirez, 2000). Hasil kajian rata-rata dan koefisien variasi komponen hidrometeorologi ini dapat menghasilkan indikasi yang sama dengan hasil kajian kecenderungan komponen tersebut dengan menggunakan analisisi regresi logistik linier.
Curah hujan dan
limpasan mempunyai kecenderungan turun sedangkan evapotranspirasi dan kelembaban udara cenderung meningkat.
KESIMPULAN Hasil kajian kecenderungan komponen hidrometeorologi bulanan di daerah aliran sungai Citarum dapat menghasilkan kesimpulan yaitu curah hujan dan limpasan cenderung menurun. Nilai penurunannya masing-masing adalah -3.64% dan -1.11%. Penurunan curah hujan dan limpasan berkaitan oleh adanya penurunan pembentukan awan dan hujan di daerah tersebut sebagi konsekwensi adanya perubahan iklim global.
Sementara itu evapotranspirasi dan kelembaban udara cenderung mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3.88% dan 4.21%. Peningkatan ke dua komponen hidrometeorologi tersebut berkaitan dengan adanya fakta bahwa telah terjadi peningkatan lahan pemukiman dan industri yang sangat drastis, sehingga pemindahan uap air total dari permukaan ke atmosfer meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Akinremi, O.O and S.M. McGinn. 2003. Precipitation Trends on the Canadian Prairies. Journal of Climate, 12(10), 2996-3003. Braud, I., A.J.I., J. Zuluaga, L. Fornero, and A. Pedrani. 2001. Vegetation Influence on Runoff and Sediment Yield in the Andes Region: Observation and Modelling. Journal of Hydrology, 254(1-4), 124-144. Burn, D.H. 1998. Hydrologic Effect of Climate Change in West-Central Canada. Journal of Hydrometeorology, 160, 53-70. Burn, D.H. and Hag E. 2002. Detection of Hydrologic Trends and Variability. Journal of Hydrology, 255(1-4), 107-122. Cheng, K., Hsu, H., Tsa, M., Chang, K., and Lee, R. 2004. Test and Analysis of Trend Existence in Rainfall Data. Journal of Hidrology, Vol. 259, 254-271. Dutha, D. and Herath, S. 2003. Trend of Floods in Asia and Floods Risk Management with Integrated River Basin Approach. Procceding of the First International Conference of Asia-Pasific Hydrology and water Resources Association, Kyoto, Japan, pp 821-826. Ercan, K. and Serdar, K. 2004. Trend Analysis of Streamflow in Turkey. Journal of Hydrology, 289(1-4), 128-144. Fahmuddin, A. and Wahyunto. 2003. Evaluation of Flood Mitigation Functions of Several Land Use System in Selected Areas of West Java, Indonesia. Proceedings of EOCD Expert Meeting on Land Conservation Indicators, 13-15 May, 2003. Kyoto, Japan. Fares, Y.R. and M. Ikhwan. 2001. Conceptual Modeling for Management of the Citarum Basins, Indonesia. Journal of Environmental Hydrology, 9, paper 10. Fares, Y.R. 2003. Water Resources Management in Tropical River Catch-ments. Journal of Environmental Hydrology, 11, paper 14.
Frei, C. and C. Schar. 2000. Detection Probability of Trends in Rare Events: Theory and Application to Heavy Precipitation in the Alpine Region. Journal of Climate, 14, 1568-1584. Gan, T.Y. 1998. Hydroclimatic Trends and Possible Climatic Warning in the Canadian Prairies. Water Resources Research, 34(11), 3009-3015. Gutry, K.,M. 2003. Long-term Tendencies of Water Circulation in the Protected Lowland Lasica River Catchment. Ecohydrology and Hydrobiology, 3(3), 351358. Karl, T.T., R.W. Knigth, and P. Plumer. 1999. Trend in High Frequency Climate Variability in the Twentieth Century. Nature, 377, 217-220. Karsidi, A. 1998. Land Use–land Cover Changes (Indonesia Case Study). Land Use/Cover Change-Data and Information System (LUCC-DIS) Workshop, 13-18 August 1998. Kirchhof, W. 1993. Water Quality Management for Optimization of the System of the Citarum River Basin. Final Report, Forschungsinstitut fur Wasser und Abfallwirtschaft an Der RWTH Aachen, Aachen, Germany. Kusmandari, A. 1994. Estimation of Erosion and Sediment Yield in Forest and Agroforestry Areas in Citarum, West Java, Indonesia : Application of the AGNPS Model. University of Waterloo. Leon, D.R. 2002. Tropical Rainfall Trends and the Indirect Aerosol Effect. Journal of Climate, 15(15), 2103-2116. Molnar, P. and J.A. Ramirez. 2000. Recent Trends in Precipitation and streamflow in the Rio Puerco. Journal of Climatic, 14(10), 2317-2328. Mudelsee, M., Bornge, M., tetzlaff, G., and Grunewald, U. 2003. No Upward Trend in the Occurrence of the Extreme Floods in Central Europe. Nature, 125(6954), 166-169. Santoso, H. and R. Warrick. 2003. An Integrated System INDOCLIM for Examining the Impacts of Changes in Land Use and Climate on the Quantity and Variability of Stremflows in the Upper Citarum River Basin, Indonesia. Environment Informatics Archives, Volume 1, 175-189. Shinjiro, k., Taikan, O. and Katumi, M. 2000. Impact of Deforestation on Regional Pricipitation over the Indochina Peninsula. Jorunal of Hydrology, 2(1), 51-70. Soetrisno, S. 1998. Impacts of Urban and Industrial Development on Groundwater, Bandung, West Java, Indonesia. http://www.geocities.com/Eureka/Gold/1577/ paper_list_eng.html.
Supriyo, A., Bambang, S. and Soetrisno, S. 1999. Aquifer Storage and Recovery for Water Conservation in Bandung Basin. 2nd CGS National Short Course on ASR, Adelaide, 27-29 October 1999. Terangna, N. 1995. Water Quality Conservation for the Citarum River in West Java. Wat. Sci. Tech Vol.31, No.9, pp.1-10, IAWQ, Great Britain. Terangna, N. 1997. The Status of Water Quality, Pollution Control Planning at the Citarum River Basin. Proceedings of Workshop on Water Quality R & D (Indonesia–Australia), Bandung, Indonesia. Widiati, A. 1998. Analisis perubahan fungsi ruang hidrology terhadap keseimbangan air, Studi Kasus Cekungan Bandung. Thesis Magister, Institut Teknologi Bandung, Bandung Wihardini, D., Teubner, M., Dandy, G. and Rasser, P. 1999. Water resources Management of the Citarum River Basin, Indonesia. Water 99-Joint Congress, Brisbane-July 1999. Xua, Z.X., K. Takeuchi, and H. Ishidaira. 2001. Precipitation Variation due to Climatic Change in Southeast Asia and The Pacific Region. Proceeding : Inter-national Symposium On Achievement Of IHP V In Hyrology Research, 399-413. Xua, Z.X., K. Takeuchi, and H. Ishidaira. 2003. Monotonic Trend and Step Chenges in Japanese Precipitation. Journal of Hydrology, 279((1-4), 144-150. Yu, P., Yang, T., and Wua, C. 2002. Impact Climate Change on Water Resources in Southern Taiwan. Journal of Hydrology, 260(1-4), 161-175. Yue, S., Pilon, P., and Cavadias, G. 2002. Power of the Mann-Kendal and Spearman’s Rho Test for Detecting Monotonic Trend in Hydrology Series. Journal of Hidrology, Vol. 259, 254-271.