Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tak hanya memiliki fasilitas akademik yang menunjang kegiatan belajar mahasiswa, tetapi juga berbagai fasilitas pendukung yang unik. Salah satu fasilitas penunjang unik yang dimiliki oleh FKH UNAIR adalah kebun binatang mini. Layaknya kebun binatang pada umumnya, instalasi satwa itu dihuni oleh tiga hewan yang berbeda. Di FKH UNAIR, hewan-hewan yang dipiara itu adalah iguana (Iguana iguana), kucing (Felis catus), dan ular (Boa constrictor imperator). Secara rinci, iguana yang dimiliki terdiri dari 11 ekor iguana dewasa, 8 ekor anak iguana, dan 11 telur iguana. Hewan ular terdiri dari 2 pasang jantan dan 2 pasang betina. Kucing yang dipelihara juga terbilang belasan. Hewan-hewan itu sebagian berasal dari milik mahasiswa yang menaruh minat terhadap hewan-hewan melata. Contohnya, iguana. “Awalnya, karena ada minat dari mahasiswa FKH yang juga bergabung dengan komunitas lain di luar. Mereka ingin mendirikan suatu mini zoo yang ada di kampus. Akhirnya, kita berdiskusi dengan teman-teman lain dan dosen. Dan, usul kita diterima,” tutur Fajar, salah satu perintis penangkaran iguana. Dalam pemeliharaan iguana, mahasiswa secara bergantian memberi makan sayur-sayuran sejenis kangkung, sawi, dan kecambah. Setiap harinya, kebutuhan pangan sebelas ekor iguana dicukupi dengan 20 ikat kecil kangkung, dan kecambah seharga Rp5ibu – Rp10 ribu. Terkadang, mahasiswa juga memberikan wortel kepada iguana.
Iguana-iguana yang dipelihara oleh FKH UNAIR. (Foto: Alifian Sukma) Lain iguana, lain pula dengan ular. Menurut Fajar, salah satu keuntungan dalam memelihara ular adalah jadwal makan dan buang kotoran yang tidak perlu setiap hari. “Kita bisa ninggal sewaktu-waktu. Ular makannya kan dua minggu sekali. Makannya tikus gede yang putih itu satu ekor. Itu cukup dua minggu. Jadi, kita tidak perlu perawatan setiap hari seperti iguana yang harus kita kasih makan. Kalau mau buang kotoran itu sekitar sepuluh hari sekali,” tutur Fajar. Fajar mengatakan, keempat ekor itu membawa gen albino. Sehingga, jika dikawinkan, mereka akan menghasilkan anakan yang albino juga. Ular yang dipelihara memiliki panjang sekitar 150 sentimeter. Kedua pasang ular itu ditaruh di dalam sebuah lemari kaca berukuran 2,5 meter. Begitu pula dengan hewan piaraan seperti kucing. Menurut Reza Indra Pahlevy, selaku Ketua Divisi Pet pada Kelompok Minat dan Profesi Veteriner Pet and Wild Animal, kelompoknya kini tengah memelihara belasan kucing yang berkeliaran di sekitar kampus.
Program memelihara kucing liar itu baru berjalan sejak awal Mei 2016. Belasan kucing itu ditempatkan di tiga home range (daerah jelajah), yakni di salah satu sudut lantai dua, di lantai satu yang berdekatan dengan kandang iguana, dan di sudut hall lantai satu. “Untuk merawat kucing ini, kita sediakan home range dulu. Awalnya, kita lakukan pengenalan selama dua minggu. Baru mereka akan menetap di sini biar kucingnya nggak explore, atau cari pasangan di luar kampus,” tutur Reza. Pada daerah jelajah, kucing disediakan rumah kayu, tempat makan dan minum, serta bak pasir. Secara teori, daerah jelajah juga merupakan sumber makan bagi hewan. Reza mengatakan, di daerah jelajah di sudut hall lantai satu, ada satu kucing pejantan dan enam kucing betina.
Salah satu spot yang sengaja disiapkan untuk kucing liar yang dipelihara oleh FKH (Foto: Alifian Sukma) “Ada bak pasir untuk menampung kotoran kucing agar kucing itu punya insting kalau buang kotoran, ya, di pasir. Ada tempat
air minum dan makanan. Kenapa tempat makanan agak lebar (nampan, red), karena kita melatih agar kucing itu tidak bertengkar. Karena di sini banyak keluhan kucing jantan sama jantan bertengkar,” imbuh Reza. Tingkatkan kompetensi Melihat mahasiswa yang begitu menyayangi hewan, Wakil Dekan II FKH UNAIR Dr. Mufasirin, drh., M.Si, mengatakan bahwa pimpinan FKH bangga dengan keaktifan anak didiknya. “Mereka memiliki kompetensi tidak hanya pada hewan-hewan domestik tetapi juga hewan liar. Ini merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh dokter hewan lulusan UNAIR,” tutur Mufasirin. Menurutnya, keberadaan kelompok minat cukup penting dalam mewadahi minat mahasiswa. Bagi Mufasirin, mahasiswa tidak hanya wajib menjalani kurikulum pendidikan yang telah diatur, tetapi juga harus mengembangkan kemampuan diri melalui kelompok minat. Sebagai pimpinan, ia juga mendukung kegiatan mahasiswa, salah satunya melalui fasilitas tempat, pendanaan, dan kegiatan diskusi. Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Libatkan Mahasiswa, FKH UNAIR Ternakkan Iguana Hingga Belasan Ekor UNAIR NEWS – Iguana adalah salah satu kelompok hewan reptil yang berasal dari negara kawasan Amerika Latin. Meski demikian, karena kecocokan iklim dan cuaca, tak ada salahnya
mengembangbiakkan iguana di Indonesia. Atas nama hobi dan pengembangan ilmu pengetahuan, iguana juga bisa ditangkar di lingkungan kampus. Fajar Dany Prabayudha, drh., adalah salah satu perintis penangkaran iguana (Iguana iguana) di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR). Kini, FKH UNAIR telah memiliki 11 ekor iguana dewasa, 8 ekor anak iguana, dan 11 telur iguana. Belasan ekor iguana itu dimiliki oleh pihak fakultas (5 ekor), dan mahasiswa (6 ekor). Karena iguana memiliki anakan, maka jumlah anakan itu dibagi setara dengan pemilik. “Kalau siklus reproduksi iguana tidak sulit sama sekali. Di Indonesia, bisa setahun dua kali. Setelah pendirian kandang diresmikan sejak Januari 2016, tiga betina bertelur pada 21 Maret 2016, dan menetas 15 Juni 2016 kemarin,” tutur Fajar. Penangkaran iguana terbentuk karena saran mahasiswa yang bergabung dengan kelompok minat reptil, baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Cita-cita mereka sama, yaitu ingin mendirikan kebun binatang mini di kampus. Pada saat kru News Room berkunjung ke kandang iguana berukuran 4,5 meter x 4,5 meter di FKH UNAIR, ditemui sebelas ekor iguana dewasa bertengger dan melata, sambil sesekali mengerlipkan mata sayunya. Kandang tersebut berisikan beberapa tanaman hijau berdahan, rumput, dan kubangan air.
Telur-telur iguana dalam masa inkubasi yang disimpan dalam wadah plastik. (Foto: Alifian Sukma) “Perlu untuk iguana exercise, tempat bertelur berupa pasir, dan lain-lain. Perlu diperhatikan juga adanya dahan di dalam kandang untuk panjatan iguana. Karena iguana akan merasa nyaman jika berada pada dahan yang lebih tinggi,” tutur Fajar. Di FKH, ada dua spesies iguana yang ditangkar, yaitu iguana hijau dan merah. Namun, anakan iguana ditaruh secara terpisah dengan induknya. “Anakan memang ditaruh sendiri. Takutnya, kalau pejantan yang dewasa terlalu dominan, bisa jadi digigit dan diburu,” tutur Fajar. Libatkan mahasiswa Dalam merawat iguana, Fajar bersama mahasiswa lainnya secara bergantian memberikan suplai makanan kepada hewan herbivora tersebut. “Karena ini dari mahasiswa dan untuk mahasiwa, maka yang support makanan, ya, mahasiswa. Misalnya, Senin dan Selasa, (yang memberi makan) adalah mahasiswa angkatan 2013. Giliran Rabu dan Kamis, mahasiswa angkatan 2014. Jadi setiap
hari ada kontak dengan mahasiswa,” tutur Fajar yang kini melanjutkan pendidikan spesialis dokter hewan. Karena tergolong herbivora, mahasiswa biasanya memberi makan sayur-sayuran sejenis kangkung, sawi, dan kecambah. Kebutuhan pangan sebelas ekor iguana dicukupi dengan 20 ikat kecil kangkung, dan kecambah seharga Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu. Kadang-kadang, mahasiswa juga memberikan wortel kepada hewan bersisik dan berpaku ini. Pemberian makan ini cukup dilakukan selama sekali sehari. Dalam keseharian, iguana juga butuh berjemur. Semakin besar iguana, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk berjemur. Waktu yang dibutuhkan bersifat relative, karena bergantung kebutuhan dan metabolisme iguana. Di kampus FKH, karena kandang berlokasi di luar ruangan, iguana bisa mengatur sendiri kebutuhan terhadap panas sinar matahari. Fajar mengatakan, tidak ada kendala yang berarti ketika menangkar iguana. Menurutnya, iguana adalah hewan yang cepat beradaptasi dengan manusia. Terlebih, iguana yang dibiakkan di kampus FKH bukanlah keturunan terdekat dari iguana yang berasal dari Amerika Latin.
Salah satu dari belasan iguana yang baru menetas dan diletakkan di dalam kotak inkubator yang ada di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Foto: Alifian Sukma) “Ini hasil tangkaran yang sebelumnya sudah ditangkarkan di Indonesia. Jadi, bukan asli Amerika Latin banget. Kalau yang di Amerika Latin mungkin menggigit,” kata Fajar. Keberadaan iguana di kampus FKH juga dimanfaatkan oleh mahasiswa demi kebutuhan studi. Mahasiswa dapat memanfaatkan iguana untuk mengamati siklus reproduksi, berahi, maupun dalam keadaan sakit. Mahasiswa yang sedang praktikum juga diperbolehkan untuk mengambil sampel pada iguana yang diternak di kampus. Fajar juga berpesan dua hal yang perlu diperhatikan kepada para penangkar iguana di luar kampus. Pertama adalah waktu. Menurut Fajar, pemilik iguana harus menyisihkan waktu untuk memelihara iguana. “Harus punya waktu dulu karena iguana ini butuh berjemur dari pagi sampai siang,” saran Fajar. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah kandang. “Jangan beli
(iguana) dulu, kemudian baru punya kandang. Iguana memang mudah perawatannya tidak serumit hewan lainnya,” imbuh Fajar. Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila