KEBIJAKAN REDAKSIONAL INDOSIAR PADA PROGRAM PATROLI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh AYU AMELIA NIM : 109051100020
KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
KEBIJAKAN REDAKSIONAL II\DOSIAR PADA PROGRAM PATROLI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwatr Dan Ihnu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
0leh
AYU AMELIA
NIM:
109051100020
NIP : 197506062007 101001
KONSENTRASI JLIRNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLA]\{ NEGERI SYARTF HTDAYATULLAII
JAKARTA 2013
PENGESAHAI{ PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KEBIJKAN REDAKSIONAL INDOSIAR PADA PROGRAM PATROLI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jal<arta pada 15 Januari2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada program Studi Konsentrasi Jurnalistik. Jal<arta, l5 Januari 2014
Sidang Munaqlasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Ade Rina Farida. M.Si NIP: 1 977 05 132007 0120 t B
822r99803200t
Anggota
Penguji I
Penguji
NIP:
NIP:
19750 6062007 101 00
I
1
II
97 105201999032002
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar srata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 24 Desember 2013
Ayu Amelia
ii
ABSTRAK Ayu Amelia 109051100020 Kebijakan Redaksional Indosiar pada Program Patroli Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk tajuk rencana. Dalam sebuah program berita pasti memiliki kebijakan redaksi karena Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempuyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi keranjang sampah yang memuat apa saja. Dan kebijakan redaksi yang dimaksud disini adalah kebijakan redaksi dalam penayangan program berita Patroli. Merujuk pada pernyataan diatas. Peneliti melakukan penelitian di stasiun televisi Indosiar dan mengkhususkannya pada program Patroli. Dan merumuskan pertanyaan sebagai berikut. Seperti apa konsep berita pada program Patroli? Dan bagaimana kebijakan redaksi Indosiar terhadap penayangan program Patroli? Patroli lebih dikenal sebagai tayangan berita kriminal. Berita kriminal atau kekerasan boleh jadi berdampal negatif bagi penonton. Namun, ada pakar yang berpendapat, tayangan kekarasan yang disajikan televisi bisa menjadi katarsis atau penyaluran hasrat agresif dalam diri manusia sehingga justru menjadikan penonton tidak melakukan kekerasan. Menurut teori katarsis itu, dengan menonton kekerasan di media massa, hasrat agresif pemirsa sudah tersalurkan sehingga mereka tak perlu lagi melakukan kekerasan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Dimana penulis ingin mengetahui bagaimana konsep berita pada program Patroli dan bagaimana kebijakan redaksi Indosiar sendiri terhadap penayangan Program Patroli dari hasil wawancara dengan eksekutif produser program Patroli yaitu Fitri Diani. Dan penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran. Gambaran ini bisa berupa dokumentasi atau video cuplikan berita Patroli. Maka dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Patroli itu lebih dikenal sebagai tayanga berita kriminal dengan itu kebijakan redaksi dalam sebuah penayangan berita sangat penting. Karena dalam suatu pemberitaan bukan saja peristiwa yang penting tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Bila tidak ada kebijakan redaksi maka dapat dipastikan beritanya tidak konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi keranjang sampah yang memuat apa saja.
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kebijakan Redaksional Indosiar pada Program Patroli” yang merupakan bagian dari tugas penulis sebagai akademisi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya pada program studi Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat beserta salam yang tak henti-henti dan selalu tercurah limpahkan kehadirat baginda besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah hingga jaman yang intelektualitas dan modern seperti sekarang ini. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang selama ini telah banyak sekali membantu penulis dalam menyelesaikanskripsi ini sampai akhir. Sebagai bentuk penghargaan yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam merampungkan skripsi ini,maka izinkanlah penulis mengungkapkan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. H. Arief Subhan, MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs. Wahidin Saputra, MA.
iv
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Rubiyanah, MA serta Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Ade Rina Farida, M.Si yang telah banyak meluangkan waktunya untuk menyelesaikan kuliah. 3. Dosen Pembimbing skripsi, Ade Masturi, MA yang telah menyediakan waktu serta kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan lancar. 4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan pengalaman yang sangat berharga. 5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan yang baik untuk menunjang penyusunan skripsi ini sampai akhir. 6. Kedua Orangtua penulis Ayahanda Sudardah dan Ibunda tercinta Siti Maisaroh yang sudah memberikan kasih sayangnya yang begitu besar dan begitu tulusnya dan selalu memberikan semangatnya kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi sampai akhir dengan segala perjuangan dan ujian yang begitu dahsyatnya yang Allah SWT berikan. 7. Fitri Diani, Eksekutif Produser News Departmen PT. Indosiar Visual Mandiri terima kasih atas kesempatannya sehingga Penulis bisa melakukan wawancara (interview) dengan Beliau. 8. Mohammad Yusuf S.sos,asisten ahli Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) terima kasih atas kesempatannya sehingga penulis bisa melakukan wawancara (interview) dengan Beliau.
v
9. Buat adik-adikku Astrid, Desnos, Aisy, Afied serta sepupuku Reza Fahlevi terima kasih buat dukungan dan motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabatku Nurjanah (Enji) dan temen-temen Jurnalistik A angkatan 2009 khususnya Uyang Agustina dan Iit Septyaningsih thank’s so much….buat semangat dan kerjasamanya. 11. Teman-teman KKN Cibitung Beriman 2012. Pengalaman yang tak terlupakan saat kita bersama tinggal 1 bulan lamanya adalah pengalaman yang sangat berharga. Miss you all the best tim KKN Cibitung Beriman. 12. Semua pihak yang sudah membantu penyelesaian skripsi ini, dan yang tak tertuliskan satu persatu pada intinya penulis mohon maaf dan terimakasih yang tak terhingga, semoga Tuhan membalas semuanya. Amien. Dengan berakhirnya penulisan skripsi ini, semoga tidak menjadi akhir dari kreasi dan prestasi penulis untuk seterusnya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya dikarenakan penulisan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun, semoga penulisan ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca. Amien ya robbal alamien…. Ciputat, 24 Desember 2013
Ayu Amelia
vi
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. ABSTRAK ........................................................................................................ KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
ii iii iv vii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... C. Tujuan Penelitian ....................................................................... D. Metodologi Penelitian ................................................................ E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ F. Sistematika Penulisan ................................................................
1 8 9 10 13 15
LANDASAN TEORI A. Kebijakan Redaksional ............................................................... 1. Pengertian Kebijakan Redaksional ...................................... 2. Konsep Kebijakan Media Massa .......................................... B. Penyajian Program Berita .......................................................... 1. Pengertian Berita .................................................................. 2. Jenis dan Nilai Berita ........................................................... 3. Etika Penayangan Program Berita .......................................
17 17 19 20 20 23 30
GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI INDOSIAR DAN PROGRAM PATROLI A. Stasiun Televisi Indosiar ............................................................ 1. Sejarah Berdirinya Indosiar dan Perkembangan Indosiar .... 2. Visi dan Misi Indosiar .......................................................... 3. Konsep Program Indosiar ..................................................... 4. Target Audiens Indosiar .......................................................
39 39 41 42 42
B. Program Berita Patroli Indosiar ................................................. 1. Sejarah Singkat Program Patroli .......................................... 2. Visi dan Misi Program Patroli ............................................. 3. Konsep Program Patroli ....................................................... 4. Susunan Redaksi Patroli .......................................................
43 43 45 46 47
ANALISA KEBIJAKAN REDAKSIONAL INDOSIAR PADA PROGRAM PATROLI A. Konsep Berita Patroli ................................................................. 49 B. Kebijakan Redaksi Indosiar dalam Penayangan Program Patroli ......................................................................................... 52 C. Analisis Kebijakan Tayangan Berita Patroli .............................. 55
vii
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................. 67 B. Saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Kehendak rakyat dan Pemerintah Indonesia untuk mengadakan medium televisi merupakan loncatan besar bangsa Indonesia dalam usaha mewujudkan cita-cita nasional. Keputusan yang memiliki wawasan jauh ke depan. Bermula dengan lahirnya ketetapan MPRS No.II/MPRS/1960, yang menyebutkan pada Bab 1, Pasal 18, bahwa Pembangunan siaran televisi untuk keperluan pendidikan, yang dalam tahap pertama dibatasi pada tempat-tempat yang ada pada Universitas Indonesia. Atas dasar inilah, pemerintah pada tahun 1961 memutuskan untuk mengadakan
media
televisi.
Keputusan
ini
segera
diusul
dengan
diterbitkannya SK Menpen No. 20/SK/M/61 tertanggal 25 Juli 1961 tentang Pembentukan Panitia Persiapan Televisi disingkat P2TV. Kepmenpen ini berlaku surat mulai 1 Juli 1961. Berhasilnya
pembangunan
bangsa
dan
negara
mendorong
perkembangan penyiaran televisi di Indonesia. Untuk menampung hal tersebut, diterbitkan Kepmenpen No. 190A/Kep/Menpen/1987 tentang Siaran Saluran Terbatas/SSTTVRI, yang memberi peluang kepada pihak swasta nasional untuk menyelenggarakan siaran televisi swasta di Indonesia. Selanjutnya diterbitkan Kepmenpen RI No. III/Kep./Menpen/1990
1
2 Tanggal 24 Juli 1990 tentang Penyiaran Televisi di Indonesia, yang mengelompokkan televisi swasta menjadi dua kategori, yaitu Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Umum (SPTSU) yang diizinkan menyelenggarakan siaran lokal tanpa decoder dan Stasiun Penyiaran Televisi Swasta Pendidikan (SPTSP) yang diizinkan menyelenggarakan siaran nasional.1 Televisi
merupakan
media
komunikasi
modern,
yang
dalam
perkembangannya televisi menjadi barang pokok atau kebutuhan pokok sebab dalam kenyataannya setiap individu mempunyai televisi. Di era tahun kemerdekaan hingga era tahun 1990-an televisi menjadi barang yang sangat mewah, dapat dibayangkan dalam satu kampung biasanya hanya ada satu pesawat televisi yang hanya dimiliki oleh seorang Kepala Desa.2 Tak
terbantahkan
lagi
dan
tak
terbendungkan
lagi
bahwa
perkembangan industri siaran televisi sudah sangat pesat perkembangannya, hingga tak seorang pun mampu membendung laju siaran televisi kecuali dengan mematikan pesawat TV dan berhenti menonton. Bayangkan di Indonesia saat ini telah memiliki ratusan stasiun TV swasta dari televisi publik hingga televisi berlangganan, ini semua mempunyai dampak yang baik dan juga dampak buruk. Dampak positifnya sajian menu acara lebih bervariasi dan menjadikan industri baru bagi para broadcaster muda yang ingin membuat program acara TV. Dampak negatifnya adalah siaran televisi menjadi sangat tidak terkendali karena hampir semua stasiun TV menginginkan keuntungan (profit) dari program acara yang disiarkan. Sehingga bukan lagi kualitas
1
Hidajanto Djamal&Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi, Prenada Media Group.2011.h.30 2 Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama, News,&Sport, (Jakarta: PT.Grasindo.2013).h.4
3 program acara yang dikejar tetapi hanyalah keuntungan (profit) uang semata. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat membuat dunia terasa makin kecil dan transparan serta makin terasa cepat berubah. Apalagi dengan adanya isu globalisasi, batas-batas yang selama ini membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi makin tipis dan kabur. Bahkan saat ini informasi telah menjadi komoditi yang memiliki arti ekonomis, politis maupun strategis. Sehingga penguasaan dalam bidang informasi dan komunikasi ini sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia agar dapat maju dan berkembang tidak ketinggalan oleh bangsa lain di dunia. Media informasi TV merupakan media yang sangat efektif karena kandungan informasi yang ada dalam TV gambar/visual jauh lebih besar dari pada media lainnya seperti media cetak dan radio. Di Indonesia selain perlu dibangun banyak stasiun pemancar televisi sebagai sarana siaran juga harus dapat membuat program acara televisi yang dapat mempererat persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa, memberikan informasi yang cepat dan benar dan sebagai wahana hiburan serta untuk mencerdaskan bangsa. Siaran TV memiliki arti dan fungsi yang sangat penting untuk penyampain informasi dari pemerintah maupun dari sumber-sember yang lain untuk kepentingan nasional maupun regional. Informasi tersebut berupa berita-berita kemajuan diseluruh wilayah Nusantara, sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan dan memotivasi masyarakat untuk membangun daerahnya. Produksi program acara televisi baik drama, nondrama dan news dapat diwujudkan dalam bentuk pengembangan kesenian, budaya, dan pendidikan
4 serta lainnya yang mampu memberikan pilihan-pilihan lain bagi penonton televisi untuk kepentingan bersama. Upaya membendung budaya asing (western) tidaklah mudah, usaha lain untuk menyaring budaya asing adalah dengan terus mempelajari ilmu pengetahuan di bidang informasi dan komunikasi seperti broadcast televisi mengingat zaman “perang informasi” telah dimulai. Berbagai macam program acara dikemas dalam berbagai bentuk diantaranya: film, dokumenter, sinetron, reality show, variety show, talk show, komedi
situasi
(sitcom)
dan
lain-lain
yang
tentunya
menghibur,
menginformasikan, mendidik serta unik dan menarik. Namun bangsa yang begitu kaya akan keanekaragaman bentuk seni, budaya dan bahasa masih tertinggal jauh dari peradaban dunia modern yang menjunjung nilai-nilai budaya bangsanya sendiri.3 Dan Program Acara Televisi News inilah yang diera sekarang menarik perhatian khalayak, para pemilik stasiun TV bertarung memperebutkan jam tayang. Semuanya dalam rangka merebut
perhatian penonton,
dan
mendapatkan rating tinggi. Akhirnya muncul jargon baru bahwa selain acara musik dan lain-lain ternyata acara berita pun sekarang telah menjadi komoditas baru bagi industri televisi, yang hingga kini belum mampu ada yang mengontrol. Walaupun sebenarnya jika diperhatikan, tayangan-tayangan berita tersebut hampir semuanya seragam. Artinya, kalau seseorang menonton “Liputan 6: SCTV” pada prinsipnya sama saja dengan menonton “Topik:
3
Ibid., h.15
5 ANTV”, atau “Seputar Indonesia: RCTI”, “Kabar: TV One”, “Patroli: Indosiar”, “Reportase: Trans TV”, “Redaksi: Trans 7, “Berita Global: Global TV”, “Metro News: Metro TV”, “Lintas 5: TPI (sekarang MNCTV) dan lainlain. Pada saat itulah tayangan berita di televisi hanya menjadi kontinitas yang menjemukan. Karena sifatnya yang straight news (info sesaat), maka sering berita-berita di televisi menjadi kurang lengkap. Orang hanya mendengar berita “anu”. Sementara “ada apa di balik berita anu” tidak dijelaskan. Situasi ini menjadi perhatian para kreator televisi untuk mencoba membuat tayangan program acara yang lebih bersifat depth reporting (laporan mendalam) berupa investigasi.4 Budaya menonton televisi memang sudah menjadi konsumsi masyarakat. Tak peduli di desa atau di kota. Tak peduli kalangan atas atau menengah dan bawah. Kini mereka menjadikan televisi sebagai kebutuhan pokok. Dalam arti ritme kehidupan masyarakat lama kelamaan terpengaruh tayangan televisi. Tayangan dengan tayangan beritanya sudah menjadi bagian dari kehidupan. Dengan sifatnya yang immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. Ketika terjadi invasi Amerika dan sekutunya atas Irak hampir setiap orang ingin melihat perkembangannya lewat televisi. TV-7, Metro, ANTV, dan SCTV yang sengaja menayangkan kondisi di Irak lewat jaringan TV Al-Jazeera dan Al-Arabiya, Abu Dhabi TV serta CNN. Pidato orang nomor satu yang diburu Brush, yakni Saddam Hussein, paling tidak memberikan gambaran akurat
4
Ibid., h.33
6 tentang kondisi di Irak pada saat itu. Demikian juga dengan pemberitaan seputar perlakuan tawanan Amerika oleh tentara Irak. Berita ini menjadi media propaganda Irak. Seolaholah Irak ingin wanti-wanti agar tentara Irak yang ditawan Amerika dan sekutunya dapat diperlakukan sesuai dengan konvensi Janewa. Semua dapat dilihat dan disaksikan secara langsung lengkap dengan suara dan suasana di Irak. Semua orang tertuju pada berita Irak, karena semua menganggap bahwa Amerika terlalu arogan. Hanya demi ambisi pribadi Bush untuk menangkap dan menggulingkan Saddam harus menyengsarakan rakyat sipil Irak, termasuk anak-anak, ibu-ibu dan para orang tua. Mereka terusir dari kampung halamannya. Menurut J.B Wahyudi, ilmu jurnalistik hanya ada satu, tetapi penerapannya ke dalam bentuk karya jurnalistik dapat melalui media massa cetak dan elektronik/penyiaran. Penyajian melalui media massa cetak harus disesuaikan dengan sifat fisik medianya. Demikian juga penyajian melalui media massa elektronik, dengan tujuan agar isi pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh khalayak.5 Tayangan berita di televisi semakin beragam. Ditambah lagi acara infotainment (news gossip) yang mencoba mengangkat berita dan peristiwa seputar artis dan selebriti. Hampir semua televisi menampilkan acara infotainment. Dan acara ini pun saling menjejal jam tayang, hingga bisa dibilang acara infotainment ini adalah ciri khas broadcast TV Indonesia, sebab di negara biang tumbuhnya broadcast yakni Amerika dan Inggris tidak 5
Askurifai Baskin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media. 2006.h.59
7 ada acara infotainment adanya news gossip. Berbeda dengan acara pemberitaan (News & Sport), infotainment lebih banyak digarap oleh Production house (PH) yang menjadi mitra stasiun televisi. Meskipun kini banyak stasiun televisi yang membuat acara infotainment diproduksi oleh inhouse misalnya Insert Investigasi di Trans TV, Go Show di RCTI, WAS WAS di SCTV dan lain sebagainya. Inilah abad dimana setiap orang telah menjadi dekat dengan dunia televisi.6 Tayangan kekerasan di media televisi, akhir-akhir ini tidak hanya dijumpai dalam tayangan sinetron atau film-film cerita lepas yang diangkat atas dasar sebuah sekenario. Kini tayangan kekerasan itu sudah merambah ke program-program berita, sebagai tayangan yang hanya didasarkan atas laporan sebuah fakta dan data, tanpa opini maupun improvisasi. Berita televisi sebagai program yang hanya didasarkan atas temuan fakta dan data yang benar-benar terjadi, merupakan program yang harus dijaga tingkat kepercayaannya di mata publik. Sebab tayangan ini akan memiliki pengaruh yang besar bagi mereka. Adegan kekerasan yang selama ini ditayangkan dalam program berita ternyata lebih “berbahaya” dari pada program lain seperti film atau sinetron. Jika dalam tayangan film atau sinetron kekerasan itu bisa dijelaskan, sebagai sebuah adegan atas tuntutan sebuah skenario, sementara pada program berita, adegan kekerasan itu betul-betul nyata dan terjadi di suatu tempat. Salah satu program berita kriminalitas adalah program Patroli di Indosiar. Patroli mengudara pada tahun 1997. Selama mengudara tayangan Patroli disiarkan pada siang hari antara pukul 11.00-12.00 WIB (Waktu 6
Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama, News,&Sport, (Jakarta: PT.Grasindo.2013).h.34
8 Indonesia Barat). Program Patroli ini lahir dari keprihatinan akan maraknya kriminalitas yang terjadi di tengah masyarakat dan perlu menjadi perhatian khusus. Dan hingga saat ini program Patroli menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1 (Satu) berdasarkan data AC Nielsen.7 Menurut Fitri Diani (Eksekutif Produser), selama Patroli mengudara tidak pernah terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat Patroli dilarang mengudara, Program berita Patroli menayangkan berita secara profesional. Meski demikian program Patroli juga pernah “terpeleset” dan dianggap melanggar rambu-rambu atas sebuah penayangan. Contohnya misalnya terkait munculnya gambar kekerasan (misalnya pada saat tawuran). Seharusnya gambar kekerasan tersebut atau gambar yang mengerikan diupayakan tidak ditayangkan atau bisa saja ditayangkan tapi gambar tersebut harus diblur.8 Dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik meneliti dengan judul penelitian “Kebijakan Redaksional Indosiar pada Program Patroli”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar tidak terlalu luas dalam pengelolaan data, maka penelitian ini dibatasi pada konsep berita Patroli serta kebijakan redaksi pada stasiun televisi Indosiar. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana konsep berita patroli pada stasiun televisi Indosiar? 7
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013 Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013
8
9 b. Bagaimana kebijakan redaksional Indosiar dalam penayangan berita Patroli?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari sekian pertanyaan yang diajukan di atas, peneliti memiliki tujuan penelitian sebagai berikut: a. Ingin mengetahui bagaimana konsep berita patroli pada stasiun televisi Indosiar. b. Ingin mengetahui bagaimana kebijakan redaksi Indosiar dalam penayangan berita patroli. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada bagian Ilmu Jurnalistik dalam konsep penyajian berita patroli dalam sebuah media televisi. b. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah: 1) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi komunikasi, terlebih Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta Jurusan Konsentrasi Jurnalistik agar lebih mengetahui bagaimana konsep penyajian berita patroli dalam sebuah media televisi serta kebijakan seperti apa yang harus diambil dalam pemilihan berita yang layak dan tidak layak muat.
10 2) Agar para mahasiswa dapat mengetahui bagaimana konsep berita patroli dan penyajiannya pada stasiun televisi Indosiar. 3) Untuk melengkapi penelusuran koleksi skripsi dalam bidang konsep berita patroli dan penyajiannya pada stasiun televisi Indosiar pada perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi sehubungan dengan belum adanya penelitian khusus terhadap konsep berita patroli dan penyajiannya pada stasiun televisi Indosiar.
D. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan sejumlah data, baik yang tertulis maupun lisan dari orang-orang serta tingkah laku yang diamati. Dalam hal ini individu atau organisasi harus dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan. Artinya tidak boleh diisolasikan ke dalam variable atau hipotesis. Penelitian kualitatif dikemukakan dari sisi lainnya bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Ternyata definisi ini hanya mempersoalkan satu metode yaitu wawancara terbuka, sedangkan yang terpenting dari definisi ini mempersoalkan apa yang diteliti yaitu upaya memahami sikap, pandangan perasaan dan perilaku individu maupun sekelompok orang. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur
11 analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.9 Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis dan teori. Jadi dalam penelitian kualitatif melakukan analisis data untuk membangun hipotesis.10 Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif. Namun demikian kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator, atau mengurai masalah, atau memahami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu, dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.11 Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis atau model deskriptif, yang bertujuan memberikan gambaran gambaran ini bisa berupa dokumentasi atau video cuplikan berita Patroli dari hasil wawancara penulis dengan Fitri Diani Eksekutif Produser program Patroli. 9
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Cetakan keduapuluh dua, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset,2006),h.6 10 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.h.3 11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif DAN R&D, Cetakan Kesebelas, Bandung: Alfabeta,2010.hlm.25
12 1. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data Adapun teknik dan pengumpulan data, peneliti menggunakan caracara seperti: a. Dokumentasi : caranya mengumpulkan dokumen-dokumen terkait dengan masalah yang diteliti serta dokumen pendukung lainnya yang relevan dengan subtansi penelitian. b. Wawancara mendalam: mewawancarai key informan yang relevan dengan subtansi masalah penelitian. Adapun wawancara dilakukan dengan redaksi Indosiar yaitu Fitri Diani (Eksekutif Produser), dan Mohammad Yusuf S.Sos (Asisten Ahli Komisi Penyiaran Indonesia). c. Observasi langsung: dalam penelitian media metode pengamatan atau observasi yang dilakukan adalah melakukan kunjungan ke redaksi Indosiar. Terhitung dari bulan Juni hingga bulan Desember 2013. 2. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh akan dianalisis melalui tiga alur kegiatan yang akan dilakukan secara bersamaan, yakni melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Reduksi data merupakan sebuah proses penelitian, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Data kualitatif disederhanakan atau ditransformasikan dalam aneka ragam cara, seperti seleksi dan penyortiran ketat ringkasan atau uraian singkat penggolongan dengan mencari pola yang lebih luas. Penyajian data merupakan susunan sekumpulan informasi yang
13 memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Analisa data kualitatif mulai dengan mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti akan menarik kesimpulankesimpulan secara longgar, tetap terbuka dan skeptis namun kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan tersebut diverifikasi selama proses penelitian melalui peninjauan atau pemikiran kembali pada catatan lapangan secara terperinci dan seksama, bertukar pikiran dengan informan peneliti. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya sehingga membentuk validitasnya. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah stasiun televisi Indosiar. Sedangkan objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah kebijakan redaksi Indosiar terhadap penayangan program Patroli. 4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi dimana program Patroli pada Stasiun televisi Indosiar diproduksi, yaitu di SCTV Tower-Senayan City, 12th Floor, Jl. Asia Afrika Lot, 19, Jakarta 10270.
E. Tinjauan Pustaka Berdasarkan pengamatan langsung peneliti di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, mengenai skripsi yang membahas
14 kebijakan redaksi terhadap program berita. Peneliti meninjau pada skripsiskripsi yang sudah ada yang berkaitan dengan judul yang dianalisis peneliti. Pertama, skripsi karya Ahmad Zakaria yang berjudul “Kebijakan Redaksional Surat Kabar Republika dalam Penulisan Berita pada Rubrik Internasional” yang membahas bagaimana kebijakan redaksi tersebut dapat diketahui dari proses-proses kerja yang dilaksanakan redaktur internasional, dan bagaimana kebijakan redaksi republika sendiri dalam menentukan tulisan berita yang layak dan tidak layak muat. Kedua,
skripsi
karya
Nurhasanah
yang
berjudul
“Kebijakan
Redaksional Surat Kabar Media Indonesia Penulisan Editorial” yang membahas kebijakan redaksi tersebut tidak lepas dari ke lima faktor menurut skema hierarchy of influence yaitu faktor level individu, level rutinitas media, level organisasi, level ekstramedia, serta yang paling kuat mempengaruhi isi editorial adalah ideologi media. Dimana ideologi media ini mampu mengarahkan redaksi dalam membuat kebijakan. Ketiga, skripsi karya Achmad Yani yang berjudul “Kebijakan Redaksional Annida Online pada Kanal Citizen Journalism” yang membahas bagaimana penerapan kebijakan redaksi pada Annida Online, sehingga informasi dapat diakses tepat waktu demi memenuhi kebutuhan khalayak luas akan informasi yang akurat. Tentu saja ini berbeda dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Karena peneliti melakukan penelitian tentang Kebijakan Redaksional Indosiar Pada Program Patroli.
15 Dengan demikian, keyakinan peneliti dalam menyusun tugas akhir ini menjadi sangat berharga untuk menambah khazanah tentang media. Selain itu dengan melakukan penelitian ini bisa menambah referensi buat perpustakaan fakultas dan perpustakaan umum yang berada di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokkan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut: BAB I
Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, serta Sistematika Penulisan.
BAB II
Bab ini menjelaskan tentang pegertian kebijakan redaksional dan Konsep Kebijakan Media Massa. Selain itu dalam bab ini juga menjelaskan pengertian berita, jenis dan nilai nilai berita, dan etika penayangan program berita.
BAB III Bab ini berisi gambaran umum stasiun televisi Indosiar dan program patroli. Peneliti akan membahas tentang sejarah berdirinya Indosiar dan membahas konsep berita patroli. BAB IV
Merupakan bab analisa dan temuan kebijakan redaksional Indosiar dan penyajian konsep berita patroli. Bab ini membahas hasil dari
16 temuan data dan analisis data yang peneliti lakukan terhadap stasiun televisi Indosiar sebagai objek penelitian. BAB V
Bab ini merupakan penutup dari penelitian ini yang berisikan Kesimpulan dan Saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kebijakan Redaksional 1. Pengertian Kebijakan Redaksional Produk jurnalisme (berita), tidak dapat dipisahkan dari kebijakan redaksional yang ada dalam newsroom, termasuk penghayatan nilai-nilai jurnalisme yang dianut oleh redaktur dan jurnalis di lapangan. Kebijakan redaksi adalah pedoman (baik tertulis maupun tidak tertulis), yang menjadi buku suci redaksi dalam mengelola news room (mulai dari menentukan isu liputan, angle liputan, memilih narasumber, penugasan, sampai format tulisan dan sebagainya). Dengan kata lain, kebijakan redaksi (editorial policy) merupakan kaidah bagi setiap langkah operasional pemberitaan.1 Kebijakan Redaksional (Editorial Policy) bisa disebut juga sebagai ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah, atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media. Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk tajuk rencana.
1
Sumber:http://buntomi.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi-persmedan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/(diakses 06 Maret 2007)
17
18 Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempuyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi keranjang sampah yang memuat apa saja. Media massa yang beritanya tidak konsisten itu tidak akan mendapat kredibilitas yang tinggi di mata khalayak. Padahal besar tidaknya pengaruh suatu media massa tidak semata-mata pada jumlah oplahnya atau banyaknya pendengar atau penontonnya, tetapi juga kredibilitasnya.2 Kebijakan redaksi juga ditentukan oleh pemilik lembaga media massa yang bersangkutan. Setiap lembaga media massa ada pemiliknya dan dia memiliki berbagai kepentingan yang harus dijaga, seperti kepentingan bisnis, politik dan sosial. Kepentingan bisnis misalnya dia memiliki kegiatan bisnis di tempat lain; dan kepentingan sosial misalnya dia menjadi pengurus partai politik atau anggota lembaga legislatif; dan kepentingan
sosial
misalnya
dia
menjadi
pengurus
organisasi
kemasyarakatan (ormas), lembaga swadaya masyarakat (LSM), yayasan, dan sebagainya. Kebijakan redaksi yang juga sangat penting dalam media massa adalah tajuk rencana. Tajuk rencana merupakan kebijakan redaksi yang berisi sikap media massa yang ditulis secara terpisah dan berita yang disiarkan oleh media massa yang bersangkutan. 2
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005).h.150
19 Malah sikap redaksi yang dituangkan dalam pemberitaan jauh lebih berpengaruh dari pada tajuk rencana, karena sikap redaksi itu dapat mendorong media massa untuk hanya memberitakan peristiwa yang sesuai dengan sikap dan pandangan pimpinan media massa yang bersangkutan. Dengan demikian, kebijakan redaksi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pemberitaan, baik sebagai sikap redaksi yang menjadi pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa atau pernyataan maupun sikap redaksi yang dituangkan dalam bentuk tajuk rencana.3 2. Konsep Kebijakan Media Massa Sesungguhnya
kebijakan
media
massa
termasuk
kebijakan
komunikasi, sebagai kebijakan komunikasi, kebijakan media massa merupakan kebijakan publik. Itulah sebabnya kebijakan media massa harus memiliki paling tidak lima kriteria, yaitu: (i) memiliki tujuan tertentu; (ii) berisi tindakan pejabat pemerintah; (iii) memperlihatkan apa yang akan dilakukan pemerintah; (iv) bisa bersifat positif atau negatif; dan (v) bersifat memaksa (otoritatif). Konteks kebijakan media massa adalah keterkaitan kebijakan tersebut dengan sesuatu yang melingkupi dirinya, misalnya ekonomi politik, politik komunikasi dan sebagainya. Konteks ini begitu penting. Begitu pentingnya, sehingga ia bisa menentukan domain kebijakan media massa. Domain kebijakan media massa bermakna muatan nilai yang dikandung kebijakan tersebut, seperti globalisasi, ekonomi global dan 3
Ibid., h.156
20 sebagainya. Ia bisa disebut sebagai konteks kebijakan media massa.4 Karena media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang lebih luas.5
B. Penyajian Program Berita 1. Pengertian Berita News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.6 Begitu banyak definisi berita atau “news” yang dapat diketahui dari berbagai literatur, yang satu sama lain berbeda disebabkan pandangan-pandangannya dari sudut yang berbeda.7 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita. Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak peristiwa. Tetapi peristiwa yang diberitakan tergantung pada beberapa hal, antara lain: a. Aktualitas 4
http://ikuii.files.wordpress.com/2008/02/handout-_2-konsep-dasar-kebijakan-mediamassa.pdf (diakses Februari 2008) 5 H.Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009).h.160 6 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbioasa Rekatama Media, 2005).h.64 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT.Citra Aditya Bakti,2003.h.130
21 b. Jarak (dekat jauhnya) peristiwa dari khalayak (pembaca, pendengar, penonton) c. Penting tidaknya orang/figur yang diberitakan d. Keluarbiasaan peristiwa e. Akibat yang mungkin ditimbulkan berita itu f. Konflik dalam peristiwa g. Perilaku seks h. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan i. Emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa j. Humor yang terkandung dalam peristiwa8 Berita televisi senantiasa mengandung dua unsur, yaitu gambar dan narasi. Namun demikian, kekuatan berita televisi terletak pada gambar. Narasi bersifat mendukung atau menjelaskan gambar. Jangan menuliskan narasi secara persis sama dengan gambar, jangan menuliskan narasi yang tidak ada gambarnya. Jika harus menuliskan narasi yang tak ada gambarnya, tulislah narasi atau itu pada lead. Meski kekuatan berita televisi ada pada gambar, seorang jurnalis tidak boleh mengabaikan narasi. Banyak gambar yang membutuhkan narasi untuk menjelaskannya. Karena itu, jangan anggap enteng menulis narasi. Confusius berkata, “Easy writing, hard listening. Hard writing, easy listening.” Jika seorang jurnalis menulis narasi berita televisi secara “asal-asalan”,
pemirsa
akan
sulit
mendengar
atau
mencernanya.
Sebaliknya, jika sorang jurnalis sunguh-sungguh ketika menulis narasi,
8
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005).h.55
22 pemirsa akan lebih mudah mendengar, mencerna atau memahaminya. Dengan begitu, berita televisi merupakan perpaduan antara gambar dan narasi. Namun, dalam memadukan keduanya, narasi harus mengikuti atau berdasarkan pada gambar, inilah yang disebut write to pictures.Agar dapat menerapkan prinsip write to pictures, seorang jurnalis harus mem preview gambar sebelum menulis berita televisi.9 Semua berita adalah informasi, tetapi tidak semua informasi adalah berita, karena berita adalah informasi yang mengandung nilai berita yang telah diolah sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada pada ilmu jurnalistik, dan yang sudah disajikan kepada khlayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik. Realitas di tengah masyarakat, seperti peristiwa, pendapat, masalah hangat, dan masalah unik akan menghasilkan fakta, dan hanya uraian fakta yang mengandung nilai berita serta yang sudah disajikan melalui media massa periodik yang dapat disebut sebagai berita.10 Masyarakat banyak sekali menerima informasi setiap hari, misalnya: tetangga saya akan hajatan minggu depan, saudara saya masuk rumah sakit, para pekerja memperbaiki jalan yang rusak parah di lingkungan saya dan seterusnya. Namun apakah semua informasi tersebut adalah berita yang dapat disiarkan media massa. Dalam hal ini berita adalah informasi tetapi tidak semua informasi adalah berita. Lantas informasi seperti apa yang dapat dijadikan berita. Masyarakat dapat mendefinisikan bahwa berita adalah informasi yang penting dan atau 9
Usman Ks, Television News Reporting & Writing,Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.45 J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT.Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.27 10
23 menarik bagi khalayak audien.11 Sesuatu peristiwa, kejadian, gagasan dan fakta betapapun aktualnya, betapapun menariknya, betapapun pentingnya jika tidak dilaporkan atau diberitakan dan tidak disampaikan kepada umum untuk diketahui umum bukanlah berita.12 2. Jenis dan Nilai Berita Dalam dunia jurnalistik tidak jauh berbeda. Seorang wartawan pemula misalnya, tidak akan mampu menulis pelaporan investigatif. Jenis laporan seperti itu hanya bisa dikuasai dan dilakukan oleh wartawan senior tingkat advance. Kebanyakan jurnalis hanya menguasai tingkat elementary dan tingkat intermediate. Sedikit sekali yang menguasai tingkat advance. Dalam dunia jurnalistik, berita berdasarkan jenisnya dapat dibagi kedalam tiga kelompok itu: elementary, intermediate, advance. Berita elementary mencakup pelaporan berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive news report). Berita intermediate meliputi pelaporan berita interpretatif (interpretative news report) dan pelaporan karangankhas (feature story report). Sedangkan untuk kelompok advance menunjuk pada pelaporan penyelidikan (investigative reporting), dan penulis tajuk rencana (editorial writing).13 Berita, baik berita elementary, intermediate, maupun advance, berfungsi hanya menyajikan fakta dan atau pendapat secara informatif, 11
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, 2010.h.7 Sedia Willing Bagus, Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita, CV.Mini Jaya Abadi,1996.h.19 13 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbioasa Rekatama Media, 2005).h.68 12
24 faktual, dan aktual. Disajikan secepatnya atau tidak kepada khalayak, sangat tergantung dari nilai berita yang dikandungnya. Meskipun ada jenis berita yang penyajiannya kepada khalayak tidak terikat pada waktu karena nilai berita yang dikandungnya kurang kuat, filosofi jurnalistik harus dipegang teguh, yaitu kecepatan dan ketetapan isi pesan.14 Program
informasi
di
televisi,
sesuai
dengan
namanya,
memberikan banyak informasi untuk memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap sesuatu hal. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi, program informasi tidak hanya melulu program berita di mana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk talk show (perbincangan) misalnya wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).15 Berdasarkan jarak atau jauh dekatnya suatu kejadian dengan tempat publikasinya. Berita dapat dibagi atas: a. Berita Lokal : yaitu berita-berita sekitar tempat publikasinya. Misalnya kalau surat kabarnya terbit di Jakarta maka itu ialah beritaberita sekitar Ibukota. Surat kabar Jawa Timur berita-berita di sekitar wilayah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Timur.
14
J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.28 15 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, 2010.h.25
25 b. Berita Regional : berita-berita dari satu wilayah atau kawasan teretentu dari suatu negara di mana surat kabar tersebut terbit. c. Berita Nasional : berita-berita yang mencakup kejadian yang memiliki dampak yang cukup luas dari satu negara tempat sebuah surat kabar bersangkutan terbit. d. Berita
Internasional
:
berita-berita
yang
cakupan
wilayah
pengaruhnya jarak lebih luas yang dapat saja meliputi beberapa kawasan atau negara tapi juga seluruh dunia Sejalan dengan sistem pemerintahan dan kondisi geografis negara saat ini, maka masyarakat juga mengenal istilah berita daerah, berita nasional, dan berita internasional. Berita daerah selalu diartikan dengan berita-berita yang terjadi di luar ibukota. Berita nasional bisa terjadi pula di daerah asal pengaruh atau dampaknya mencakup seluruh negara (nasional).16 Dari definisi tentang berita, masyarakat bisa merentang detil unsurunsur berita yang menjadi nilai berita. Unsur-unsur ini penting karena menjadikan suatu berita bernilai. Seorang wartawan meliput suatu peristiwa atau pendapat karena peristiwa atau pendapat itu bernilai berita. Makin banyak nilai berita yang terkandung dalam suatu berita, makin menarik atau makin bernilai berita tersebut. Nilai-nilai berita yang akan dijelaskan berikut sesungguhnya juga berlaku untuk media cetak. Untuk berita televisi, nilai-nilai berita tersebut tidak ada artinya tanpa gambar. Berikut nilai-nilai berita tersebut dalam
16
Sedia Willing Bagus, Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita, CV.Mini Jaya Abadi,1996.h.27
26 konteks berita televisi. a. Aktual, segera (timeliness) Aktualitas dalam berita televisi dihitung berdasarkan dimensi waktu yang lebih dekat dibanding media cetak. Jika aktualisasi berita koran adalah 1 x 24 jam, maka aktualitas berita televisi adalah per detik. “Per detik” tentu bersifat simbolis untuk menggambarkan betapa ketatnya aktualitas berita televisi. Makin cepat ditayangkan, makin aktual berita televisi sehingga makin tinggi nilainya. Breaking news, live report, headline news atau laporan terkini merupakan sarana untuk mencapai nilai aktualitas suatu berita televisi. Tetapi, seperti disebutkan sebelumnya, gambar dalam berita televisi bisa menjadikan peristiwa atau berita lawas menjadi seolah aktual. b. Berguna (impact) Berita televisi harus berguna atau memberi pengaruh bagi penonton atau pemirsa. Dengan kekuatan gambarnya, berita televisi, menurut banyak pakar, punya pengaruh yang lebih besar dibandingkan berita media cetak. Berita televisi tentu saja bisa berdampak positif atau negatif. Berita kriminal atau kekerasan boleh jadi berdampak negatif bagi penonton. Namun, ada pakar yang berpendapat, kekerasan yang disajikan televisi bisa menjadi katarsis atau penyaluran hasrat agresif dalam diri manusia sehingga justru menjadikan penonton tidak melakukan kekerasan. Menurut teori katarsis itu, dengan menonton kekerasan di media massa, hasrat agresif pemirsa sudah tersalurkan sehingga mereka tak
27 perlu lagi melakukan kekerasan. Berita tsunami di Aceh tentu berdampak positif, anatara lain membuat orang terkejut hatinya membantu korban. c. Menonjol (prominent) Berita televisi harus menonjol atau punya magnitude sehingga bisa menarik perhatian penonton. Berita tentang tsunami Aceh yang menimbulkan begitu banyak korban tentu merupakan berita menonjol dan menarik penonton di Indonesia, bahkan dunia. Dengan kekuatan gambarnya, berita televisi tentu lebih menonjol dibandingkan berita media cetak. Misalkan, koran dan televisi sama-sama menyajikan berita tsunami Aceh, tentu berita televisi lebih menonjol karena kekuatan gambarnya dibanding koran. d. Kedekatan (proximity) Berita tentang unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di Istana Negara tentu lebih menarik bagi pemirsa di Indonesia. Namun, kedekatan tidak hanya bermakna fisik atau geografis, juga bermakna psikologis. Misalnya, berita konflik Timur Tengah tentu menarik sebagian besar penonton di Indonesia karena kesamaan agama. Gambar dalam berita televisi bisa membuat penonton merasa makin dekat dengan suatu peristiwa. e. Konflik (conflict) Konflik, mulai konflik rumah tangga, selebritas, hingga perang, senantiasa menarik perhatian. Apalagi, jika konflik tersebut misalnya bentrokan antara mahasiswa dengan polisi saat unjuk rasa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), ada gambarnya, orang tentu makin
28 tertarik menyaksikannya. f. Sedang Menjadi Pembicaraan (currency) Publik tentu punya agenda atau bahan pembicaraan setiap harinya. Dalam teori komunikasi, inilah yang disebut agenda publik. Ketika pemerintah
menaikkan
harga
BBM,
misalnya,
publik
tentu
membicarakannya. Bukan saja membicarakan, publik boleh jadi turun ke jalan, berdemo memprotes kenaikkan harga BBM itu. Televisi harus meliputnya karena ini akan menarik perhatian penonton; publik tentu tertarik dengan agenda mereka. Namun demikian, televisi tidak melulu harus mengekor dengan agenda publik. Jika hanya memberitakan agenda publik, televisi hanya melakukan news gathering. Televisi harus menjadi pelopor dengan memberitakan suatu agenda yang mungkin luput dari pembicaraan atau perhatian publik. Televisi bisa mendesain suatu isu untuk menjadi berita, dan inilah yang disebut news making. Menurut teori komunikasi, televisi yang mempraktikkan news making adalah sedang membuat agenda, jika menarik dan menyangkut kepentingan publik, penonton tentu akan tertarik dengan agenda media yang menjadi berita itu. Intinya adalah, angkatlah berita yang menjadi pembicaraan publik, angkatlah berita yang menyentuh kepentingan publik. Dengan kekuatan gambarnya, berita televisi akan lebih besar kemungkinannya menjadi pembicaraan publik dibanding berita media cetak. g. Mengandung Unsur Manusiawi (human interest) Tidak ada kisah yang paling menarik selain kisah tentang manusia.
29 Berita televisi yang baik adalah berita yang mengandung unsur manusiawi, human interest. Jika Anda menulis suatu peristiwa menjadi berita televisi, tulislah pertama-tama tentang dampak peristiwa atau kejadian tersebut terhadap manusia.17 Berkaitan itu, ada beberapa pendapat sesuatu bisa dikategorikannya mempunyai nilai berita. Johan Galtung and Marie Holmboe Ruge (1995) pernah memberikan kriteria sebagai berikut; Frequency, Negativity, Unexpectedness,
Unambiguity,
Personalization,
Meaningfulness,
Reference to elite nations, Reference to elite persons, Conflict, Contiunity, Consonance, dan Composition. Sementara itu, bagi Bell A. (1991) nilai berita meliputi; Competition, Cooptation,Prefabrication, Predictability. Selanjutnya, Ashadi Siregar (1982) juga pernah menyodorkan sesuatu dikatakan mempunyai nilai berita sebagai berikut; significance (penting), magnitude (besar), timelines (waktu), proximity (dekat), prominance (tenar), human interest (manusiawi).18 Nilai berita antara lain ditentukan oleh jarak antara penonton dan peristiwa. Makin dekat peristiwa itu dengan penonton, maka makin perlu diberitakan secara terperinci. Misalnya kalau ada pesawat jatuh di luar negeri, maka cukup diberitakan bahwa ada pesawat jatuh, nama maskapainya, tempat jatuh, kota keberangkatan dan tujuan, jumlah penumpang dan awaknya yang menjadi korban, dan nama-nama mereka tidak perlu disebut satu per satu, karena lebih dekat dengan penonton, dan mungkin sebagian besar keluarganya tinggal di Indonesia dan tentu ingin
17
Usman Ks, Television News Reporting & Writing,Penerbit Ghalia Indonesia,2009.h.20 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, PT Raja Grafindo Persada.2009.h.52
18
30 tahu nasibnya.19 3. Etika Penayangan Program Berita Frederick
Shook,
dalam
buku
Television
News
Writing,
mendefinisikan etika sebagai aturan tentang kehidupan dan perilaku pribadi atau aturan yang terkait dengan pekerjaan atau profesi. Dalam dunia jurnalistik, kita mengenal istilah etika jurnalistik. Bedasarkan definisi etika tersebut, etika jurnalistik bisa didefinisikan sebagai seperangkat aturan yang terkait dengan pekerjaan jurnalistik yang berlaku bagi pekerja pers atau media. Barbara
MacKinnon,
dalam
buku
Ethics:
Theory
and
Contemporary Issues, mendefinisikan etika sebagai serangkaian nilai dan prinsip yang harus dipatuhi oleh individu atau kelompok. Dengan demikian, etika jurnalistik adalah serangkaian nilai dan prinsip yang harus dipatuhi oleh individu jurnalis atau pers/media. Etika media massa yang juga menonjol dan amat penting peranannya dalam perkembangan media massa di Indonesia adalah etika penyiaran. Peraturan yang dikategorikan sebagai etika penyiaran di sini adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berdasarkan Keputusan KPI Nomor 009/SK/KPI/8/2004. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika karena menurut L.J.van Apeldoorn semua peraturan yang mengandung petunjuk bagaimana manusia hendaknya bertingkah laku, jadi peraturan-peraturan yang menimbulkan kewajiban19
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indoneisa, 2005).h.77
31 kewajiban bagi manusia disebut etika. Karena itu, etika meliputi peraturan-peraturan tentang agama, kesusilaan, hukum, dan adat. Selain itu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika, karena ada satu faktor mendasar yang tidak dipenuhi oleh peraturan itu untuk disebut peraturan hukum, yaitu bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tidak pasti bisa dilaksanakan, sedang salah satu ciri peraturan hukum ialah bahwa ia harus pasti bisa dilaksanakan. Itulah yang disebut kepastian hukum.20 Pelanggaran etika biasanya membawa konsekuensi atau sanksi sosial. Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik biasanya dilakukan oleh dewan pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan perusahaan pers. Dalam konteks ini, pelanggaran etika bisa mendatangkan kerugian media di mata publik. Sebagai contoh, ketidakakuratan berita dalam suatu media menyebabkan media tersebut harus melakukan ralat, dan ini sedikit banyaknya akan mengurangi kredibilitas media bersangkutan di mata publik. Sebagaimana sudah diungkapkan, pada gilirannya media akan kehilangan audiens. Namun, pelanggaran etika juga bisa mendatangkan konsekuensi atau sanksi legal. Pelanggaran hak-hak pribadi narasumber bisa membuat narasumber menyomasi media. Jika tuntutan dalam somasi itu tak dipenuhi, narasumber bisa membawa kasus ini ke pengadilan.21 Dalam 20
menjalankan
tugasnya,
stasiun
televisi
mempunyai
Sudirman Tebba, Etika Media Massa Indonesia, Pustaka Irvan. 2008.h.119 Usman Ks, Television News Reporting & Writing, Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.104
21
32 kebijakan redaksi nya sendiri agar penayangan programnya mengacu pada peraturan yang ada. Di Indonesia saat ini banyak organisasi wartawan. Karena itu, kode etik jurnalistik juga berbagai macam, antara lain kode etik jurnalistik televisi Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, dan kode etik jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Untuk menegakkan martabat, integritas, dan mutu Jurnalis Televisi Indonesia, serta bertumpu kepada kepercayaan masyarakat, dengan ini Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menetapkan Kode Etik Jurnalis Televisi, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh jurnalis Televisi Indonesia. Jurnalis Televisi Indonesia mengumpulkan dan menyajikan berita yang benar dan menarik minat masyarakat secara jujur dan bertanggung jawab. a. Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 :Kode Etik Jurnalis Televisi adalah pedoman perilaku jurnalis televisi dalam melaksanakan profesinya. b. Bab 2 Kepribadian Pasal 2 :Jurnalis Televisi Indonesia adalah pribadi mandiri dan bebas dari benturan kepentingan, baik yang nyata maupun terselubung. Pasal 3 :Jurnalis Televisi Indonesia menyajikan berita secara akurat, jujur dan berimbang, dengan mempertimbangkan hati nurani. Pasal 4 :Jurnalis Televisi Indonesia tidak menerima suap dan menyalahgunakan profesinya. c. Bab 3 Cara Pemberitaan Pasal 5 :Dalam menayangkan sumber dan bahan berita secara akurat,
33 jujur dan berimbang, Jurnalis Televisi Indonesia : 1) Selalu mengevaluasi informasi semata-mata berdasarkan kelayakan berita, menolak sensasi, berita menyesatkan, memutar balikkan fakta, fitnah,cabul dan sadis. 2) Tidak
menayangkan
materi
gambar
maupun
suara
yang
menyesatkan pemirsa. 3) Tidak merekayasa peristiwa, gambar maupun suara untuk dijadikan berita. 4) Menghindari berita yang memungkinkan benturan yang berkaitan dengan masalah SARA. 5) Menyatakan secara jelas berita-berita yang bersifat fakta, analisis, komentar dan opini. 6) Tidak mencampur-adukkan antara berita dengan advertorial. 7) Mencabut
atau
meralat
pada
kesempatan
pertama
setiap
pemberitaan yang tidak akurat dan memberikan kesempatan hak jawab secara proporsional bagi pihak yang dirugikan. 8) Menyajikan berita dengan menggunakan bahasa dan gambar yang santun dan patut, serta tidak melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. 9) Menghormati embargo dan off the record. Pasal 6 :Jurnalis Televisi Indonesia menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. Pasal 7 :Jurnalis Televisi Indonesia dalam memberitakan kejahatan susila dan kejahatan anak dibawah umur, wajib menyamarkan identitas wajah dan suara tersangka maupun korban. Pasal 8 :Jurnalis Televisi Indonesia menempuh cara yang tidak tercela
34 untuk memperoleh bahan berita. Pasal 9 :Jurnalis Televisi Indonesia hanya menyiarkan bahan berita dari stasiun lain dengan izin. Pasal 10 :Jurnalis Televisi Indonesia menunjukkan identitas kepada sumber berita pada saat menjalankan tugasnya. d. Bab 4 Sumber Berita Pasal 11 :Jurnalis Televisi Indonesia menghargai harkat dan martabat serta hak pribadi sumber berita. Pasal 12 :Jurnalis Televisi Indonesia melindungi sumber berita yang tidak bersedia diungkap jati dirinya. Pasal 13 :Jurnalis Televisi Indonesia memperhatikan kredibilitas dan kompetensi sumber berita. e. Bab 5 Kekuatan Kode Etik Pasal 14 :Kode Etik Jurnalis Televisi ini secara moral mengikat setiap Jurnalis Televisi Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI).22 Kode etik jurnalis televisi ini ditetapkan kembali dalam Kongres ke2 IJTI pada tanggal 27 Oktober 2002, dan dikukuhkan kembali dengan perubahan seperlunya pada kongres ke-3 IJTI di Jakarta pada 22 Juli 2005. Jadi wartawan televisi harus menjiwai kode etik jurnalistik. Dalam menjalankan profesinya, ketaatan terhadap kode etik jurnalistik dari seorang wartawan televisi harus sudah ada dalam naluri. Jika seorang wartawan melakukan kesalahan dan dia adalah orang pertama yang mengetahui bahwa dia salah maka wartawan tersebut seharusnya langsung 22
http://nurul.blog.undip.ac.id/files/2009/09/kode-etik-jurnalistik-televisiindonesia.pdf(diakses September 2009)
35 meminta maaf. Kode
etik
jurnalistik
dibuat
untuk
menghindari
terjadinya
malpraktek atau penyalahgunaan profesi, menghindari persaingan tidak sehat, melindungi pelaksanaan tugas profesi dan sebagai salah satu “alat” masyarakat memahami profesi wartawan. Terdapat empat asas kode etik jurnalistik yang harus dipenuhi oleh wartawan TV, yaitu asas profesionalisme, demokratis, moralitas dan supremasi hukum. Profesionalisme berkaitan dengan berita yang akurat, jelas dan teruji. Berkaitan dengan moralitas wartawan tidak boleh beritikad buruk, tidak berprasangka dan diskriminatif, menghormati privacy, tidak membuat berita secara cabul dan sadis, serta dapat mengakui kesalahan. Untuk memenuhi asas demokratis wartawan harus dapat menghasilkan berita berimbang, independen, serta melayani hak jawab dan hak koreksi. Selain itu wartawan juga harus mentaati hukum dengan tidak melakukan plagiat,
menghormati
prinsip
praduga
tak
bersalah,
tidak
menyalahgunakan profesi dan memiliki hak tolak.23 Di dunia penyiaran, penyajian berita dapat dilakukan oleh penyiar berita maupun oleh reporter. Paling ideal adalah jika seorang penyiar berita bertindak sekaligus sebagai reporter, yang lazim disebut sebagai newscasters. Akan tetapi tidak semua reporter dapat menjadi penyiar berita, sedangkan semua penyiar berita dapat menjadi reporter. Untuk menjadi penyiar berita, seorang reporter harus memiliki persyaratan khusus di bidang penampilan dan volume suara.24
23
www.arsipberita.com J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.33 24
36 Dalam penayang program berita stasiun televisi harus mematuhi Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) yang diatur oleh sebuah lembaga yang disebut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dan yang dibahas disini adalah rambu-rambu yang harus ditaati dalam penayang program berita Patroli. Ada beberapa rambu umum yang harus benar-benar ditaati, yaitu: a. Tidak menayangkan adegan asusila/mesum. b. Gambar
yang
mengerikan/menjijikkan
serta
gambar
jenazah
diupayakan tidak ditayangkan atau ditayangkan tetapi diblur. c. Produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program ditayangkan. d. Tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat membangkitkan perasaan trauma. Untuk menegakkan ketentuan hukum yang diataur dalam undangundang penyiaran maka diatur pula sanksi terhadap pelanggaran ketentuan itu. Selain itu undang-undang penyiaran juga mengatur ketentuan pidana bagi yang melanggar ketentuan hukum yang ditetapkan dalam undangundang ini. Ketentuan pidana dalam UU No: 24 Tahun 1997 jauh lebih rinci dari pada ketentuan pidana alam UU No: 32 Tahun 2002. Mungkin ini karena UU No: 24 Tahun 1997 dibuat di zaman Orde Baru yang otoriter, sedang UU No: 32 Tahun 2002 dibuat di era reformasi yang lebih demokratis.25 Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya 25
Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional, Penerbit Pustaka Irvan, 2007.h.143
37 tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat. Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hakhak masyarakat diperlukan suatu landasan moral/etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas
wartawan.
Atas
dasar
itu,
wartwawan
Indonesia
menetapkan Kode Etik: a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. b. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat. d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan susila. e. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak meyalahkan profesi. f. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan. g. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab.
38 Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk itu.26
26
Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, PT Raja Grafindo Persada, 2009.h.315
BAB III GAMBARAN UMUM STASIUN TELEVISI INDOSIAR DAN PROGRAM PATROLI
A. Stasiun Televisi Indosiar 1. Sejarah Berdirinya Indosiar dan Perkembangan Indosiar Stasiun televisi Indosiar merupakan stasiun televisi swasta di Indonesia. Awal mula kemunculan PT Indosiar Karya Media Tbk (“IDKM”) di dirikan dengan nama PT Indovisual Citra Persada pada tanggal 19 Juli 1991. Seiring berjalannya waktu IDKM mengubah namanya menjadi PT Indosiar Karya Media pada tanggal 20 Agustus 2003. Dan pada tanggal 04 Oktober 2004 IDKM menjadi induk usaha dari PT Indosiar Mandiri Visual (“Anak Perusahaan”) dengan kepemilikan saham 99,99%. IDKM pun mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan simbol IDKM. Pada tanggal 13 Mei 2011 PT Elang Mahkota Teknologi Tbk ("Emtek") melakukan pembelian 551.708.684 saham IDKM yang dimiliki oleh PT Prima Visualindo ("PV"). Pembelian saham ini diikuti dengan Penawaran Tender Wajib terhadap seluruh sisa saham IDKM yang dimiliki Publik. Dan setelah pembelian saham ini di adakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, IDKM menyetujui antara lain perubahan sususan anggota dewan komisaris dan direksi pada tanggal 28 Juni 2011. Periode Penarawan Tender ini Wajib atas 1.473.905.135 saham IDKM berakhir. Jumlah seluruh saham IDKM yang dimiliki oleh Emtek setelah Penawaran Tender adalah 1.717.044.055 atau mewakili 84,77%
39
40 dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh IDKM pada tanggal 13 juli 2011. Dan pada tanggal 08 Oktober 2012 terjadi Pemecahan nilai nominal saham IDKM stock split yaitu 1 saham dipecah menjadi 5 saham baru, sehingga jumlah lembar saham berubah dari 2.025.613.819 lembar saham menjadi 10.128.069.095 lembar saham. Setelah terjadi pemecahan nilai nominal saham, pada tanggal 05 April 2013 diadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Surya Citra Media (“SCM”) dan IDKM. Dan IDKM pun mengakhiri perdagangan saham nya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 25 April 2013. Kemudian SCM dan IDKM pun di nyatakan bergabung secara efektif pada tanggal 01 Mei 2013. Di sini juga dibahas tentang PT Indosiar Visual Mandiri (“Anak Perusahaan”) berdiri sebagai badan hukum pada tanggal 19 Juli 1991. Anak perusahaan ini mulai mengudara sebagai stasiun televisi nasional pada tanggal 11 Januari 1995. Dan pada tanggal 12 Maret 2001 anak perusahaan ini melakukan penawaran umum saham perdana dan mencatatkan saham nya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (“BEJ dan BES”) yang sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia. Anak perusahaan ini pun mulai menerbitkan obligasi dengan nama obligasi 1 Indosiar tahun 2003 dengan tingkat bunga tetap 12,8% pertahun untuk jangka waktu 5 tahun pada tanggal 08 Agustus 2003. Dan pada tanggal 04 Oktober 2004 anak perusahaan ini menjadi anak perusahaan PT Indosiar Karya Media Tbk dan melakukan delisting dari BEJ dan BES. Ditahun 2009 anak perusahaan berinvestasi pada 22 anak perusahaan dalam rangka implementasi Sistem Stasiun Jaringan secara
41 bertahap. Dan pada tanggal 01 Mei 2013 anak perusahaan menjadi anak perusahaan Surya Citra Media (SCM). Stasiun Televisi Indosiar mulai mengudara pada tanggal 11 Januari 1996. Indosiar memiliki 34 transmisi di seluruh Indonesia yang menjangkau 188 Kota/Kabupaten dan 25 Propinsi (75,758% wilayah Indonesia), yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Tegal, Banyumas, Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Jember, Denpasar, Medan, Palembang, Lampung, Makassar, Manado, Pontianak, Balikpapan, Banjarmasin, Padang, Pekanbaru, Jambi, Jayapura, Pacitan, Cirebon, Pangkal Pinang, Ambon, Bengkulu, Situbondo, Garut, Kupang, Bukit tinggi, Batam.1 2. Visi dan Misi Indosiar Visi dari stasiun televisi Indosiar yaitu Menjadi stasiun televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house production, kreativitas, dan sumber daya manusia yang handal. Sedangkan Misi dari stasiun televisi Indosiar di sini yaitu Futuristic adalah Berorientasi maju dengan terobosan baru. Innovative yaitu
Menjadi
trensetter
dengan
ide
orisinil.
Satisfactoryyaitu
Mengutamakan kepuasan stakeholders. Yang terakhir Humanity yaitu Perduli terhadap lingkungan sekitar.2 Yang di maksud visi dan misi yang di tuliskan di atas ialah diharapkan agar stasiun televisi indosiar bisa menjadi stasiun televisi yang
1
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni
2013
2
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni
2013
42 terkemuka selalu menanyangkan tayangan-tayangan yang berkualitas dan menjadi stasiun televisi nomor satu di hati para pemirsanya. 3. Konsep Program Indosiar Konsep program Indosiar sendiri yaitu merujuk pada visi dan misi perusahaan. Yaitu Berusaha maju dengan terobossan baru, menelurkan program-program dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa dan peduli pada lingkungan serta keadaan masyarakat. Jadi dari konsep yang di miliki oleh stasiun televisi Indosiar itu Indosiar
selalu
berusaha
menayangkan
program-program
yang
berkualiatas salah satu programnya yang dibahas di sini adalah program patroli. Program patroli ini masih menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen.3 4. Target Audiens Indosiar Target audiens Indosiar idealnya adalah seluruh penonton televisi merupakan target audiens dari stasiun televisi. Namun, secara realistis Indosiar juga harus melihat seperti apa karakteristik pemirsa setianya. Sehingga program yang ada diupayakan membuat pemirsa setia bertahan, tetapi juga menjangkau pemirsa-pemirsa televisi lainnya. Karakteristik penonton Indosiar, berdasarkan penelitian AC Nielsen, umumnya adalah kelas B_C_D. Kelas B-C-D tersebut merupakan kelas menengah, umumnya wanita, usia bervariasi antara 30-50 tahun.4
3
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni
2013
4
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni
2013
43 B. Program Berita Patroli Indosiar 1. Sejarah Singkat Program Patroli Patroli merupakan salah satu program berita kriminalitas yang di tayangkan oleh stasiun televisi Indosiar. Patroli mulai mengudara pada tahun 1997. Selama mengudara, tayangan Patroli disiarkan pada siang hari antara pukul 11.00–12.00 WIB (Waktu Indonesia Barat). Program Patroli lahir dari keprihatinan akan maraknya kriminalitas di tengah masyarakat dan perlu menjadi perhatian khusus. Hingga saat ini Patroli masih menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen. Program Patroli merupakan program berita kriminalitas yang mendapat respon baik dari masyarakat. Karena sejauh ini belum pernah terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli di larang mengudara. Karena Penayangan Patroli ini diharapkan masyarakat kian sadar dan selalu waspada akan maraknya kriminalitas dan tindak kejahatan sehingga harus lebih berhati-hati. Dalam penayangnya redaksi punya kebijakan agar penayangan Patroli harus mengacu pada aturan yang ada. Program apa pun yang di produksi divisi news
harus sesuai dengan kebijakan redaksi tidak
terkecuali program Patroli. Kebijakan redaksi itu dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news. Ada rambu-rambu umum yang harus ditaati, yaitu: a. Tidak menayangkan adegan asusila/mesum.
44 b. Gambar
yang
mengerikan/menjijikkan
serta
gambar
jenazah
diupayakan tidak ditayangkan atau ditayangkan tetapi diblur. c. Produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program ditayangkan. d. Tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat membangkitkan perasaan trauma.5 Maksud 4 (empat) point rambu umum tersebut. Pertama, dengan tidak menayangkan adegan asusila atau mesum, maksud adegan asusila atau mesum itu, yaitu berupa tayangan yang tidak senonoh contohnya seperti video asusila yang melibatkan artis Ariel dan Luna Maya, karena dampaknya sangat membawa pengaruh buruk bagi masyarakat. Jadi program Patroli benar-benar harus mentaati rambu-rambu yang telah ditentukan. Kedua, yaitu dengan tidak menayangkan gambar yang menjijikkan atau mengerikan serta gambar jenazah, maksud gambar mengerikan atau menjijikkan di sini yaitu seperti gambar-gambar mayat yang sudah membusuk, jelas itu sangat menjijikkan dampaknya pun sangat tidak baik bagi para pemirsanya, mungkin bisa saja ditayangkan tetapi gambar tersebut harus diblur. Ketiga, yaitu produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program ditayangkan. Jadi produser tersebut harus benar-benar teliti dalam menentukan berita yang layak dimuat dan yang tidak layat dimuat. Untuk mengembangkan berita harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bagi pemirsa. Dalam rapat mingguan di redaksi, selalu ada analisis dari pihak riset (Research dan
5
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni
2013
45 Development) Indosiar yang memberi masukkan tentang berita mana saja yang kira-kira diminati oleh kalangan penonton dan berita mana saja yang kurang diminati. Selain itu juga ada analisis tentang berita yang patut dikembangkan. Keempat, yaitu dengan tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat membangkitkan perasaan trauma, contohnya seperti kasus yang dialami oleh anak dari pasangan artis Nassar dan Musdalifah
yang
dimana
anaknya
menjadi
korban
penculikkan,
seharusnya anak tersebut tidak diwawancarai atau ditanya-tanya seputar penculikkan karena itu bisa membuat perasaan si anak ketakutan dan trauma, tentu dampaknya sangat tidak baik untuk si anak karena dapat mengganggu kekuatan mentalnya. Kebijakan redaksi pemberitaan Indosiar pada dasarnya harus sejalan dengan hukum dan peraturan pemerintah termasuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang telah membuat rambu-rambu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). KPI selama ini selalu memantau jika ada pelanggaran atas P3SPS dan memberikan teguran jika memang ada materi yang dianggap menyalahi ketentuan. 2. Visi dan Misi Program Patroli Visi dan Misi program Patroli yaitu mengacu pada visi dan misi perusahaan. Yaitu visi dari program Patroli ini adalah menjadi program televisi terkemuka dengan tayangan yang berkualitas, kreatif dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Sedangkan misi dari program Patroli sendiri adalah Berorientasi maju menjadi trensetter dengan ide orisinil. Mengutamakan kepuasan pemirsa, serta peduli terhadap lingkungan sekitar. Sebagai tayangan
46 program berita, Patroli juga harus patuh pada rambu-rambu kode etik jurnalistik, Undang-Undang (UU) Pokok Pers dan juga Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran.6 Maksud visi dan misi program patroli yang dituliskan diatas ialah diharapkan agar program Patroli selalu bisa menyajikan tayangantayangan yang berkualitas dan kreatif, serta selalu bisa menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1(satu) di hati masyarakat. Agar masyarakat selalu berhati-hati dengan peristiwa kriminalitas dan tindak kejahatan yang kian marak terjadi. 3. Konsep Program Patroli Konsep program berita Patroli adalah mengutamakan peristiwa dan kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat. Penayangan Patroli diharapkan membuat masyarakat kian sadar dan waspada akan tindak kejahatan sehingga lebih berhati-hati. Konsep program Patroli ditelurkan oleh manajemen Indosiar pada 1996 ketika masih dikelola PT. Prima Visualindo melalui PT. Indosiar Karya Media Tbk (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (saat itu Bursa Efek Jakarta). Pada 13 Mei2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk dibeli oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk yang merupakan pemilik SCTV (melalui PT Surya Citra Media) dan O Channel. Sehingga ketiga stasiun televisi itu berada dalam satu pengendalian. Program Patroli bukan melulu berita kriminalitas meskipun 6
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni
2013
47 peristiwa kriminalitas mendominasi tayangan program Patroli. Patroli menampilkan berita peristiwa di tengah masyarakat termasuk peristiwa kriminalitas. Penayangan Patroli juga diharapkan jadi pembelajaran bagi masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak kejahatan yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi hukuman. Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil di masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak, termasuk pemerintah dan aparat penegak hukum. Secara khusus tidak ada kerjasama antara patroli dengan tim kepolisian dalam arti hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisian menjalin kerjasama. Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber dan media massa pada umumnya.7 4. Susunan Redaksi Patroli Redaksi Patroli adalah bagian dari susunan redaksi Indosiar. a. Pemimpin Redaksi : Nurjaman Mochtar b. Wakil Pemimpin Redaksi : Moh. Gafar Yudtadi c. Penanggung Jawab Pemberitaan : Indria Purnama Hadi d. Eksekutif Produser : Fitri Diani e. Produser online : Nur Fuad – Medy Trianto (Produser Online adalah produser yang bertugas menyusun rundown dan bertanggung jawab atas penayangan berita dalam program Patroli).8
7
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni
2013
8
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni
2013
48
Berikut bagan sususan redaksi Patroli: Pemimpin Redaksi
Wakil Pemimpin Redaksi
Penanggung
Penanggung
Penanggung Jawab
Jawab
Jawab Teknis
Pemberitaan
Tampilan/Show Produser Eksekutif Program Patroli
Koordinator Produser Liputan Patroli
Tim Pendukung Produksi : Presenter, Editor, Tim Grafis, Pengarah Acara, Tim Teknis Studio, Dokumentasi a.
Tim Peliput: Reporter,Juru Kammera,
ON AIR
9
9
Kontributor
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar, 25 Juni 2013
BAB IV ANALISA KEBIJAKAN REDAKSIONAL INDOSIAR PADA PROGRAM PATROLI
A. Konsep Berita Patroli Konsep dari berita Patroli itu sendiri adalah mengutamakan peristiwa dan kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat. Program Patroli ini lahir dari keprihatinan akan maraknya kriminalitas yang terjadi di tengah masyarakat dan perlu menjadi perhatian khusus. Konsep program Patroli ini ditelurkan oleh manajemen Indosiar pada 1996 ketika masih dikelola PT. Prima Visualindo melalui PT. Indosiar Karya Media Tbk (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (saat itu Bursa Efek Jakarta). Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk dibeli oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk yang merupakan pemilik SCTV (melalui PT Surya Citra Media) dan O Channel. Sehingga ketiga stasiun televisi itu berada dalam satu pengendalian. Dalam menyusun konsep berita kriminalitas terlebih dahulu harus mempertimbangkan unsur 5W+1H serta kecepatan. Di tengah persaingan media massa yang ketat, kecepatan menjadi syarat penting dalam menyusun berita. Selain itu dari sisi rundown juga harus mempertimbangkan unsur audio atau video. Artinya untuk berita televisi, gambar punya pengaruh yang sangat kuat karena ketertarikan pemirsa atas suatu berita tertentu, harus dibangun dari awal. Sehingga pemilihan gambar-gambar menarik tentu harus dikedepankan pula.
49
50 Cara menyusun rundown adalah dengan mempertimbangkan bahwa pemirsa harus menonton dari awal sampai akhir. Dalam konsep berita televisi, harus mempertimbangkan nilai berita sekaligus show atau bagaimana menyampaikan program berita ke hadapan pemirsa. Sehingga, berita menarik harus disebar ke dalam segmen-segmen yang ada. Untuk program Patroli ada 3 (tiga) segmen berita. Biasanya, kami menyusun berita tergantung dari kekuatan gambar maupun kekuatan berita tersebut. Sehingga di seluruh segmen, tetap ada berita yang menarik untuk disimak pemirsa. Penyusun rundown adalah produser online dibantu oleh produser offline yang bertugas mengedit berita-berita yang masuk dalam rundown. Selain menyusun rundown, produser online bertugas menyusun materi naskah untuk presenter dan juga memimpin siaran saat berada di panel room. Untuk memperoleh berita kriminalitas, seorang jurnalis memang harus hunting atau reportase mencari sember-sumber informasi tentang adanya kasus-kasus kriminalitas. Karena itu kedekatan dengan sumber-sumber berita menjadi penting. Misalnya dengan kepolisian, petugas kamar jenazah, sopir ambulans, dan sumber-sumber tak resmi lain di lapangan. Namun ada kalanya berita kriminalitas itu dikembangkan dari peristiwa yang sudah terjadi. Misalnya ketika ada kasus pembunuhan Holly, maka wartawan harus mengejar, siapa pelakunya, apa motifnya, dan seterusnya. Untuk mendapatkan berita kriminalitas, tidak ada kriteria khusus, dan yang penting berita tersebut mengandung unsur pelanggaran pidana atau perdata. Namun yang perlu diingat, Patroli tidak semata memuat berita kriminalitas. Patroli juga memuat beragam peristiwa. Misalnya banjir, kecelakaan, bencana, dan lain-lain.
51 Untuk mengembangkan berita itu sendiri harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bagi pemirsa. Dalam rapat mingguan di redaksi, selalu ada analisis dari pihak riset (Research dan Development) Indosiar yang memberi masukkan tentang berita mana saja yang kira-kira diminati oleh kalangan penonton dan berita mana saja yang kurang diminati. Selain itu juga ada analisis tentang berita yang patut dikembangkan. Dalam edisi ramadhan program Patroli menayangkan konsep yang berbeda dengan menambahkan ceramah atau pesan-pesan ustadz di akhir segmen program Patroli. Namun pesan ustadz ini tidak seterusnya ditayangkan. Tetapi pesan ustadz ini hanya ditayangkan pada bulan Ramadhan, disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat dimana mayoritas penonton Patroli adalah umat Islam. Pesan ustadz tersebut sifatnya sebagai bentuk untuk mengingatkan masyarakat bahwa kejahatan atau kriminalitas itu bukan untuk ditiru, tetapi untuk diambil hikmah dan langkah pencegahannya. Di luar Ramadhan kami rasa kurang tepat jika terus menerus menampilkan sosok ustadz, karena pemirsa berasal dari kalangan agama yang beragam. Saat ceramah ustadz di segmen akhir program Patroli ditayangkan ratingnya mengalami penurunan. Masyarakat sepertinya masih lebih suka dengan gaya nasehat menghibur seperti yang pernah ditampilkan di RCTI (Bang Napi). Sehingga segmen ceramah ustadz sulit dipertahankan dalam jangka waktu panjang karena berdasarkan survei, kurang diminati pemirsa. Secara khusus tidak ada kerjasama antara patroli dengan tim kepolisian dalam arti hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisian menjalin kerjasama. Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber dan media
52 massa pada umumnya.1 Jadi Program Patroli bukan melulu berita kriminalitas meskipun peristiwa kriminalitas mendominasi tayangan program Patroli. Patroli menampilkan berita peristiwa di tengah masyarakat termasuk peristiwa kriminalitas. Sehingga Patroli lebih di kenal sebagai tayangan berita kriminalitas. Dan terbukti hingga saat ini Patroli masih menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen. Dengan adanya Program Patroli diharapkan membuat masyarakat kian sadar dan waspada akan tindak kejahatan sehingga dapat lebih berhati-hati. Penayangan Patroli juga diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak kejahatan yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi hukuman. Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil di masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak, termasuk pemerintah dan aparat penegak hukum.
B. Kebijakan Redaksi Indosiar dalam Penayangan Program Patroli Kebijakan redaksi dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news. Dalam hal ini redaksi punya kebijakan agar penayangan Patroli harus mengacu pada aturan yang ada. Ada beberapa rambu yang harus benar-benar ditaati, yaitu: 1. Tidak menayangkan adegan asusila atau mesum.
1
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar 25 Juni 2013
53 2. Gambar yang mengerikan atau menjijikkan serta gambar jenazah diupayakan tidak ditayangkan atau tetap ditayangkan tetapi diblur. 3. Produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program ditayangkan. 4. Tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat membangkitkan trauma.2 Maksud 4 (empat) point rambu umum tersebut. Pertama, dengan tidak menayangkan adegan asusila atau mesum, maksud adegan asusila atau mesum itu, berupa tayangan yang tidak senonoh contohnya seperti video asusila yang melibatkan artis Ariel dan Luna Maya, karena dampaknya sangat membawa pengaruh buruk bagi masyarakat. Jadi program Patroli benar-benar harus mentaati rambu-rambu yang telah ditentukan. Kedua, yaitu dengan tidak menayangkan gambar yang menjijikkan atau mengerikan serta gambar jenazah, maksud gambar mengerikan atau menjijikkan di sini yaitu seperti gambar-gambar mayat yang sudah membusuk, jelas itu sangat menjijikkan dampaknya pun sangat tidak baik bagi para pemirsanya, mungkin bisa saja ditayangkan tetapi gambar tersebut harus diblur. Ketiga, yaitu produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program ditayangkan. Jadi produser tersebut harus benar-benar teliti dalam menentukan berita yang layak dimuat dan yang tidak layat dimuat. Untuk mengembangkan berita harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bagi pemirsa. Dalam rapat mingguan di redaksi, selalu ada analisis dari pihak riset (Research dan Development) Indosiar yang memberi masukkan tentang berita mana saja
2
Wawancara pribadi dengan Fitri Diani (Eksekutif Produser), Jakarta: Indosiar 25 Juni 2013
54 yang kira-kira diminati oleh kalangan penonton dan berita mana saja yang kurang diminati. Selain itu juga ada analisis tentang berita yang patut dikembangkan. Keempat, yaitu dengan tidak mewawancarai anak tentang sebuah peristiwa yang dapat membangkitkan perasaan trauma, contohnya seperti kasus yang dialami oleh anak dari pasangan artis Nassar dan Musdalifah yang dimana anaknya menjadi korban penculikkan, seharusnya anak tersebut tidak diwawancarai atau ditanya-tanya seputar penculikkan karena itu bisa membuat perasaan si anak ketakutan dan trauma, tentu dampaknya sangat tidak baik untuk si anak karena dapat mengganggu kekuatan mentalnya. Rapat redaksi sangat menentukan berita mana saja yang akan diambil. Namun,
pemikiran
berita
mana
saja
yang
diambil
tentu
dengan
mempertimbangkan sejumlah faktor, misalnya unsur kedekatan dengan pemirsa (sesuai riset AC Nielsen), seberapa besar dampak dari pemberitaan tersebut bagi pemirsa, serta mempertimbangkan juga nilai berita yang terkandung di dalamnya. Kebijakan redaksi pemberitaan Indosiar pada dasarnya harus sejalan dengan hukum dan peraturan pemerintah termasuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang telah membuat rambu-rambu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). KPI selama ini selalu memantau jika ada pelanggaran atas P3SPS dan memberikan teguran jika memang ada materi yang dianggap menyalahi ketentuan. Sebagai tayangan program berita, Patroli harus patuh pada ramburambu kode etik jurnalistik, UU pokok pers dan juga Pedoman Perilaku
55 Penyiaran dan Standar Program Siaran. Namun meski sudah berupaya menayangkan berita secara profesional, tak urung program Patroli juga pernah “terpeleset” dan di anggap melanggar rambu-rambu atas sebuah penayangan. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pernah beberapa kali melayangkan teguran, misalnya terkait munculnya gambar kekerasan (misalnya pada saat tawuran). Tetapi sejauh ini belum pernah terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli dilarang mengudara.
C. Analisis Kebijakan Tayangan Berita Patroli Pada bab ini peneliti akan menganalisis kebijakan redaksi pada penayangan program patroli. Produk jurnalisme (berita), tidak dapat dipisahkan dari kebijakan redaksional yang ada dalam newsroom, termasuk penghayatan nilai-nilai jurnalisme yang dianut oleh redaktur dan jurnalis di lapangan. Kebijakan redaksi adalah pedoman (baik tertulis maupun tidak tertulis), yang menjadi buku suci redaksi dalam mengelola news room (mulai dari menentukan isu liputan, angle liputan, memilih narasumber, penugasan, sampai format tulisan dan sebagainya). Dengan kata lain, kebijakan redaksi (editorial policy) merupakan kaidah bagi setiap langkah operasional pemberitaan.3 Kebijakan Redaksional (Editorial Policy) bisa disebut juga sebagai ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita 3
Sumber:http://buntomi.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksi-persmedan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/(diakses 06 Maret 2007)
56 atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah, atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media. Kebijakan redaksi juga ditentukan oleh pemilik lembaga media massa yang bersangkutan. Setiap lembaga media massa ada pemiliknya dan dia memiliki berbagai kepentingan yang harus dijaga, seperti kepentingan bisnis, politik dan sosial.4 Dan kebijakan redaksi yang dibahas disini adalah kebijakan redaksional Indosiar dalam penayangan berita Patroli. Sebagai tayangan program berita, Patroli harus patuh pada rambu-rambu kode etik jurnalistik, UU pokok pers dan juga Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Dalam menjalankan tugasnya, stasiun televisi mempunyai kebijakan redaksinya sendiri agar penayangan programnya mengacu pada peraturan yang ada. Di Indonesia saat ini banyak organisasi wartawan. Karena itu, kode etik jurnalistik juga berbagai macam, antara lain kode etik jurnalistik televisi Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, dan kode etik jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Dan yang dibahas di sini adalah kode etik jurnalistik televisi Indonesia yang terdiri atas 5 bab dan 14 pasal. Dalam kode etik ini antara lain ditegaskan bahwa jurnalis televisi Indonesia menyajikan berita secara akurat, jujur dan berimbang dengan mempertimbangkan hati nurani (Pasal 3). Kemudian dikatakan bahwa jurnalis televisi Indonesia tidak menerima suap dan
4
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia,2005).h 156
57 menyalahgunakan profesinya (Pasal 4).5 Etika media massa yang juga menonjol dan amat penting peranannya dalam perkembangan media massa di Indonesia adalah etika penyiaran. Peraturan yang dikategorikan sebagai etika penyiaran di sini adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran yang dibuat oleh Komisi Penyiaran
Indonesia
(KPI)
berdasarkan
Keputusan
KPI
Nomor
009/SK/KPI/8/2004. Pedoman
Perilaku
Penyiaran
dan
Standar
Program
Siaran
dikategorikan sebagai etika karena menurut L.J.van Apeldoorn semua peraturan yang mengandung petunjuk bagaimana manusia hendaknya bertingkah laku, jadi peraturan-peraturan yang menimbulkan kewajibankewajiban bagi manusia disebut etika. Karena itu, etika meliputi peraturanperaturan tentang agama, kesusilaan, hukum, dan adat. Selain itu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dikategorikan sebagai etika, karena ada satu faktor mendasar yang tidak dipenuhi oleh peraturan itu untuk disebut peraturan hukum, yaitu bahwa Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran tidak pasti bisa dilaksanakan, sedang salah satu ciri peraturan hukum ialah bahwa ia harus pasti bisa dilaksanakan. Itulah yang disebut kepastian hukum.6 Pelanggaran etika biasanya membawa konsekuensi atau sanksi sosial. Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik biasanya dilakukan oleh dewan pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers. Dalam konteks ini, 5
Ibid.,h.136 Sudirman Tebba, Etika Media Massa Indonesia, Pustaka Irvan. 2008.h.119
6
58 pelanggaran etika bisa mendatangkan kerugian media di mata publik. Sebagai contoh, ketidakakuratan berita dalam suatu media menyebabkan media tersebut harus melakukan ralat, dan ini sedikit banyaknya akan mengurangi kredibilitas media bersangkutan di mata publik. Sebagaimana sudah diungkapkan, pada gilirannya media akan kehilangan audiens. Namun, pelanggaran etika juga bisa mendatangkan konsekuensi atau sanksi legal. Pelanggaran hak-hak pribadi narasumber bisa membuat narasumber menyomasi media. Jika tuntutan dalam somasi itu tak dipenuhi, narasumber bisa membawa kasus ini ke pengadilan.7 Di dunia penyiaran, penyajian berita dapat dilakukan oleh penyiar berita maupun oleh reporter. Paling ideal adalah jika seorang penyiar berita bertindak sekaligus sebagai reporter, yang lazim disebut sebagai newscasters. Akan tetapi tidak semua reporter dapat menjadi penyiar berita, sedangkan semua penyiar berita dapat menjadi reporter. Untuk menjadi penyiar berita, seorang reporter harus memiliki persyaratan khusus di bidang penampilan dan volume suara.8 Untuk menegakkan ketentuan hukum yang diataur dalam undangundang penyiaran maka diatur pula sanksi terhadap pelanggaran ketentuan itu. Selain itu undang-undang penyiaran juga mengatur ketentuan pidana bagi yang melanggar ketentuan hukum yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Ketentuan pidana dalam UU No: 24 Tahun 1997 jauh lebih rinci dari pada ketentuan pidana alam UU No: 32 Tahun 2002. Mungkin ini karena UU No: 24 Tahun 1997 dibuat di zaman Orde Baru yang otoriter, sedang UU No: 32 7
Usman Ks, Television News Reporting & Writing, Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.104 J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT Pustaka Utama Grafiti, 1996.h.33 8
59 Tahun 2002 dibuat di era reformasi yang lebih demokratis.9 Tayangan kekerasan di media televisi, akhir-akhir ini tidak hanya dijumpai dalam tayangan sinetron atau film-film cerita lepas yang diangkat atas dasar sebuah sekenario. Kini tayangan kekerasan itu sudah merambah ke program-program berita, sebagai tayangan yang hanya didasarkan atas laporan sebuah fakta dan data, tanpa opini maupun improvisasi. Berita televisi sebagai program yang hanya didasarkan atas temuan fakta dan data yang benar-benar terjadi, merupakan program yang harus dijaga tingkat kepercayaannya di mata publik. Sebab tayangan ini akan memiliki pengaruh yang besar bagi mereka. Adegan kekerasan yang selama ini ditayangkan dalam program berita ternyata lebih “berbahaya” dari pada program lain seperti film atau sinetron. Jika dalam tayangan film atau sinetron kekerasan itu bisa dijelaskan, sebagai sebuah adegan atas tuntutan sebuah skenario, sementara pada program berita, adegan kekerasan itu betul-betul nyata dan terjadi di suatu tempat. Tayangan kekerasan dalam berita televisi telah melanggar batas-batas ketentuan dalam undang-undang, aturan kode etik jurnalistik dan kode etik penyiaran, bahkan menyimpang dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers, wartawan Indonesia menyadari adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat.
9
Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional, Penerbit Pustaka Irvan, 2002.h.143
60 Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat diperlukan suatu landasan moral/etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartwawan Indonesia menetapkan Kode Etik: 1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar. 2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi. 3. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi, serta tidak melakukan plagiat. 4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi
yang bersifat dusta,
fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebut identitas korban kejahatan susila. 5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap, dan tidak meyalahkan profesi. 6. Wartawan Indonesia memiliki Hak Tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai kesepakatan. 7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab. Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh organisasi yang dibentuk untuk itu.10
10
Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, PT Raja Grafindo Persada. 2009.h.315
61 Dalam penayangannya redaksi punya kebijakan agar penayangan Patroli harus mengacu pada aturan yang ada. Program apa pun yang di produksi divisi news harus sesuai dengan kebijakan redaksi tidak terkecuali program Patroli. Kebijakan redaksi itu dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news. Hasil temuan lapangan menunjukkan, para pekerja bidang pemberitaan televisi (Produser, Reporter, Juru kamera dan Editor), telah memahami kode etik tersebut. Mereka berusaha menerapkan kode etik tersebut dalam tayangan berita televisi yang dibuatnya. Namun,
meski
sudah
berupaya
menayangkan
berita
secara
professional, tak urung program Patroli juga pernah “terpeleset” dan dianggap melanggar rambu-rambu atas sebuah penayangan. Komisi Penyiaran Indonesia beberapa kali melayangkan teguran, misalnya terkait munculnya gambar kekerasan (misalnya saat tawuran). Sejauh ini belum pernah terjadi keluhan pemirsa atau complain nara sumber yang sangat berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli dilarang mengudara. Semua berita adalah informasi, tetapi tidak semua informasi adalah berita, karena berita adalah informasi yang mengandung nilai berita yang telah diolah sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada pada ilmu jurnalistik, dan sudah disajikan kepada khlayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik.
Realitas di tengah masyarakat, seperti peristiwa, pendapat, masalah hangat, dan masalah unik akan menghasilkan fakta, dan hanya uraian fakta
62 yang mengandung nilai berita serta yang sudah disajikan melalui media massa periodik yang dapat disebut sebagai berita.11 Dengan adanya penayangan Patroli juga diharapkan jadi pembelajaran bagi masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak kejahatan yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi hukuman. Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil di masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak, termasuk pemerintah dan aparat penegak hukum. Jadi dalam hal ini Kebijakan redaksi sangat berpengaruh karena kebijakan redaksi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pemberitaan, baik sebagai sikap redaksi yang menjadi pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa atau pernyataan maupun sikap redaksi yang dituangkan dalam bentuk tajuk rencana. Kebijakan redaksi itu juga penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi seperti keranjang sampah yang dapat memuat apa saja. Media massa yang beritanya tidak konsisten itu tidak akan mendapat kredibilitas yang tinggi di mata khalayak. Padahal besar tidaknya pengaruh suatu media massa tidak semata-mata pada jumlah oplahnya atau banyaknya pendengar atau penontonnya, tetapi juga kredibilitasnya. 11
J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, PT.Pustaka Utama Grafiti, 1996.hlm.27
63 Selain peristiwa itu menarik dan penting yang terjadi dikehidupan masyarakat sehari-hari itu sangat banyak, sehingga tidak memungkinkan semua peristiwa itu disiarkan. Karena itu, harus disaring dan untuk menyaringnya harus ada dasar pertimbangan yang ditetapkan bersama oleh pengelola lembaga media massa yang menyiarkan berita. Karena itu, disiarkan tidaknya suatu peristiwa tidak semata-mata karena menarik dan pentingnya suatu peristiwa dan pernyataan itu, tetapi juga karena sesuai tidaknya kebijaksanaan redaksi suatu lembaga media massa yang menyiarkan peristiwa itu.12 Program berita Patroli merupakan tayangan berita kriminalitas yang mendapat respon baik di tengah masyarakat. Program Patroli selalu berusaha menjadi program televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas, kreatif, dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan berorientasi maju, menjadi trensetter dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa, serta peduli terhadap lingkungan sekitar. Tak terbantahkan dan tak terbendungkan lagi bahwa perkembangan industri siaran televisi sudah sangat pesat perkembangannya, hingga tak seorang pun mampu membendung laju siaran televisi kecuali dengan mematikan pesawat TV dan berhenti menonton.13 Program acara televisi News inilah yang di era sekarang menarik perhatian khalayak, para pemilik stasiun televisi bertarung memperebutkan jam tayang. Semuanya dalam rangka merebut perhatian penonton, dan mendapatkan rating tinggi. Akhirnya muncul jargon baru bahwa selain acara 12
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat:Kalam Indonesia, 2005).h 150 Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara NonDrama,News,Sport, PT.Grasindo,2013.h.15 13
64 musik dan lain-lain ternyata acara berita pun sekarang telah menjadi komoditas baru bagi industri televisi, yang hingga kini belum mampu ada yang mengontrol. Berita televisi senantiasa mengandung dua unsur, yaitu gambar dan narasi. Namun demikian, kekuatan berita televisi terletak pada gambar. Narasi bersifat mendukung atau menjelaskan gambar. Jangan menuliskan narasi secara persis sama dengan gambar, jangan menuliskan narasi yang tidak ada gambarnya. Jika harus menuliskan narasi yang tak ada gambarnya, tulislah narasi atau itu pada lead. Meski kekuatan berita televisi ada pada gambar, seorang wartawan tidak boleh mengabaikan narasi. Banyak gambar yang membutuhkan narasi untuk menjelaskannya. Karena itu, jangan anggap enteng menulis narasi. Confusius berkata, “Easy writing, hard listening. Hard writing, easy listening.” Jika seorang wartawan menulis narasi berita televisi secara “asalasalan”, pemirsa akan sulit mendengar atau mencernanya. Sebaliknya, jika seorang wartawan sunguh-sungguh ketika menulis narasi, pemirsa akan lebih mudah mendengar, mencerna atau memahaminya. Dengan begitu, berita televisi merupakan perpaduan antara gambar dan narasi. Namun, dalam memadukan keduanya, narasi harus mengikuti atau berdasarkan pada gambar, inilah yang disebut write to pictures. Agar dapat menerapkan prinsip write to pictures, seorang wartawan harus mem preview gambar sebelum menulis berita televisi.14 Walaupun sebenarnya jika diperhatikan, tayangan-tayangan berita
14
Usman Ks, Television News Reporting & Writing,Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.h.45
65 tersebut hampir semuanya seragam. Artinya, kalau masyarakat menonton “Liputan 6” pada prinsipnya sama saja dengan menonton “Topik: ANTV”, atau “Seputar Indonesia: RCTI”, “Kabar: TV One”, “Patroli: Indosiar”, “Reportase: Trans TV”, “Redaksi: Trans 7, “Berita Global: Global TV”, “Metro News: Metro TV”, “Lintas 5: TPI (sekarang MNC tv) dll. Pada saat itulah tayangan berita di televisi hanya menjadi kontinitas yang menjemukan. Karena sifatnya yang straight news (info sesaat), maka sering berita-berita di televisi menjadi kurang lengkap. Orang hanya mendengar berita “anu”. Sementara “ada apa di balik berita anu” tidak dijelaskan. Situasi ini menjadi perhatian para kreator televisi untuk mencoba membuat tayangan program acara yang lebih bersifat depth reporting (laporan mendalam) berupa investigasi.15 Berita Patroli umumnya lebih menayangkan berita kriminalitas, tayangan berita kriminalitas inilah yang membedakan berita Patroli dengan program berita lainnya. Konsep dari berita Patroli pun lebih mengutamakan peristiwa dan kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat. Terbukti hingga saat ini Patroli masih menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen. Masyarakat banyak sekali menerima informasi setiap hari, misalnya: tetangga saya akan hajatan minggu depan, saudara saya masuk rumah sakit, para pekerja memperbaiki jalan yang rusak parah di lingkungan saya dan seterusnya. Namun apakah semua informasi tersebut adalah berita yang dapat disiarkan media massa. Dalam hal ini berita adalah informasi tetapi tidak 15
Anton Mabruri KN, Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara NonDrama,News,Sport,PT.Grasindo,2013.h.33
66 semua informasi adalah berita. Lantas informasi seperti apa yang dapat dijadikan berita. Masyarakat dapat mendefinisikan bahwa berita adalah informasi yang penting dan atau menarik bagi khalayak audien.16 Sesuatu peristiwa, kejadian, gagasan dan fakta betapapun aktualnya, betapapun menariknya, betapapun pentingnya jika tidak dilaporkan atau diberitakan dan tidak disampaikan kepada umum untuk diketahui umum bukanlah berita.17 Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.
16
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Prenada Media Group, 2010.h.7 Sedia Willing Bagus, Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita, CV.Mini Jaya Abadi,1996.h.19 17
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Konsep dari program Patroli itu lebih mengutamakan kasus dan peristiwa kriminalitas yang terjadi di tengah masyarakat. Namun yang menariknya program Patroli lebih dikenal sebagai tayangan berita kriminalitas, tayangan berita kriminalitas ini lah yang membedakan tayangan berita Patroli dengan tayangan program berita lainnya. Dalam menyusun konsep berita kriminalitas terlebih harus mempertimbangkan unsur 5W+1H serta kecepatan. Di tengah persaingan media massa yang ketat, kecepatan menjadi syarat penting dalam menyusun berita. Untuk memperoleh berita kriminalitas itu seorang jurnalis harus hunting dan reportase mencari sumber-sumber informasi tentang adanya kasus-kasus kriminalitas. Karena itu kedekatan dengan sumber-sumber berita menjadi penting. Secara khusus tidak ada kerjasama antara Patroli dengan tim kepolisian dalam arti hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisisan menjalin kerjasama. Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber dan media massa pada umumnya. Dalam program Patroli tidak ada kriteria khusus untuk mendapatkan berita kriminalitas, yang paling penting berita tersebut mengandung unsur pelanggaran hukum pidana dan perdata. Namun yang perlu diingat
program
Patroli
tidak selalu
menayangkan berita
kriminalitas, Patroli juga menayangkan berita beragam seperti banjir, kecelakaan, bencana, dan lain-lain. Dalam edisi ramadhan program Patroli menayangkan konsep yang berbeda dengan menambahkan ceramah atau
67
68
pesan-pesan ustadz di akhir segmen program Patroli. Namun pesan ustadz ini tidak seterusnya ditayangkan. Tetapi pesan atau ceramah ustadz ini hanya ditayangkan pada bulan Ramadhan, disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat dimana mayoritas penonton program Patroli adalah umat Islam. Pesan ustadz tersebut sifatnya sebagai bentuk untuk mengingatkan masyarakat bahwa kejahatan atau kriminalitas itu bukan untuk ditiru, tetapi untuk diambil hikmah dan langkah pencegahannya. 2. Stasiun televisi Indosiar memiliki kebijakan redaksi agar penayangan program Patroli mengacu pada rambu-rambu yang ada. Kebijakan redaksi ini dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news. Dalam hal ini kebijakan redaksi sangat penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia menjadi seperti keranjang sampah yang dapat memuat apa saja.
B. Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam program berita Patroli di Indosiar, maka ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan diantaranya: 1. Dalam
penayangan
program
berita
Patroli
hendaknya
lebih
memperhatikan rambu-rambu yang berlaku serta Pedoman Perilaku
69
Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). Agar bisa menayangkan berita secara profesional. 2. Dengan adanya tayangan berita kriminalitas pada program Patroli diharapkan agar bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak dari kejahatan yang dibuat itu sendiri harus dipertanggung jawabkan. 3. Penulis sedikit memberi masukan atau saran kepada team news Patroli Indosiar agar mampu mempertahankan tayangan yang berkualitas, teraktual, tajam dan terpercaya. Dan tetap menjadi tayangan berita kriminalitas nomor 1 (satu) berdasarkan data AC Nielsen.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Praktis Menulis Berita. CV.Mini Jaya Abadi, 1996. Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Effendy, Uchjana, Onong. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT.Citra Aditya Bakti, 2003. http://dampakmediaelektronikterhadapremaja.blogspot.com/2010/06/perkembang an-media-elektronik-televisi_16.html (diakses Juni 2010) http://ikuii.files.wordpress.com/2008/02/handout-_2-konsep-dasar-kebijakanmedia-massa.pdf (diakses Februari 2008) http://my.opera.com/bandungpro/blog/2012/09/28/perkembangan-media-beritatelevisi (diakses 28 September 2012) http://pandri-16.blogspot.com/2012/01/sejarah-berdiri-televisi-indosiar.html (diakses Januari 2012) http://pustaka.unpad.ac.id/archives/94087/ (diakses September 2009) http://nurul.blog.undip.ac.id/files/2009/09/kode-etik-jurnalistik-televisiindonesia.pdf (diakses September 2009) Irawan, Soeharto. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Rosdakarya, 2004. KN, Mabruri, Anton. Manajemen Produksi Program Acara TV Format Acara Non-Drama, News, dan Sport. Jakarta: PT.Grasindo, 2013. Ks, Usman. Television News Reporting & Writing. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009. Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Cetakan keduapuluh dua, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006. Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir. Prenada Media Group, 2010. Nurudin, Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2009. Rohim, Syaiful. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta. 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif DAN R&D, Cetakan 70
71 Kesebelas, Bandung: Alfabeta. 2010. Sumber:http://buntomi.wordpress.com/2007/03/06/menelaah-kebijakan-redaksipers-medan-dalam-memberitakan-isu-hivaids/ (diakses 06 Maret 2007) Sumadiria, Haris, AS. Jurnalistik Indonesi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005. Tebba, Sudirman. Hukum Media Massa Nasional. Penerbit Pustaka Irvan, 2007. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Tebba, Sudirman. Etika Media Massa Indonesia. Ciputat: Penerbit Pustaka Irvan, 2008. Wahyudi, J.B. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. PT.Pustaka Utama Grafiti, 1996. www.arsipberita.com
LAMPIRAN WAWANCARA Tanggal
: 25 Juni 2013
Nama Nara Sumber
: Fitri Diani
Jabatan
: Eksekutif Produser
Bagaimana sejarah berdirinya dan perkembangan Indosiar? Sejarah PT Indosiar Karya Media Tbk ("IDKM"). 19 Juli 1991
: PT Indosiar Karya Media Tbk didirikan dengan nama PT Indovisual Citra Persada.
20 Agustus 2003 : IDKM mengubah nama menjadi PT Indosiar Karya Media. 4 Oktober 2004
: IDKM menjadi induk usaha dari PT Indosiar Visual Mandiri dengan kepemilikan 99,99%.
4 Oktober 2004
: IDKM mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan simbol IDKM.
13 Mei 2011
: PT Elang Mahkota Teknologi Tbk ("Emtek") melakukan pembelian 551.708.684 saham IDKM yang dimiliki oleh PT Prima Visualindo ("PV"). Pembelian saham ini diikuti dengan Penawaran Tender Wajib terhadap seluruh sisa saham IDKM yang dimiliki Publik.
28 Juni 2011
: Rapat
Umum
Pemegang
Saham
Tahunan
IDKM
menyetujui antara lain perubahan susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi. 13 Juli 2011
: Periode Penarawan Tender Wajib atas 1.473.905.135 saham IDKM berakhir. Jumlah seluruh saham IDKM yang dimiliki oleh Emtek setelah Penawaran Tender adalah 1.717.044.055 atau mewakili 84,77% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh IDKM.
8 Okt 2012
: Pemecahan nilai nominal saham IDKM stock split yaitu 1 saham dipecah menjadi 5 saham baru, sehingga jumlah lembar saham berubah dari 2.025.613.819 lembar saham menjadi 10.128.069.095 lembar saham.
5 April 2013
: Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa SCM dan IDKM.
25 April 2013
: Tanggal perdagangan terakhir saham IDKM di Bursa Efek Indonesia.
1 Mei 2013
: Efektifnya Penggabungan SCM dan IDKM.
Sejarah PT Indosiar Visual Mandiri ("Anak Perusahaan") 19 Juli 1991 : Anak Perusahaan berdiri sebagai badan hukum. 11 Januari 1995 : Anak
Perusahaan
nasional.
mulai
mengudara
sebagai
televisi
12 Maret 2001 : Anak Perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya ("BEJ" dan "BES") (sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia). 8 Agustus 2003 : Anak Perusahaan menerbitkan obligasi dengan nama Obligasi I Indosiar Tahun 2003 dengan tingkat bunga tetap 12,8% per tahun untuk jangka waktu 5 tahun. 4 Oktober 2004 : Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan PT Indosiar Karya Media Tbk dan melakukan delisting dari BEJ dan BES. 2009 : Anak Perusahaan berinvestasi pada 22 anak perusahaan dalam rangka implementasi Sistem Stasiun Jaringan secara bertahap. 1 Mei 2013 : Anak Perusahaan menjadi anak perusahaan SCM.
Stasiun Televisi Indosiar mulai mengudara pada 11 Januari 1996. Indosiar memiliki 34 transmisi di seluruh Indonesia yang menjangkau 188 Kota/Kabupaten dan 25 Propinsi (75,758% wilayah Indonesia), yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Tegal, Banyumas, Surabaya, Malang, Kediri, Madiun, Jember, Denpasar, Medan, Palembang, Lampung, Makassar, Manado, Pontianak, Balikpapan, Banjarmasin, Padang, Pekanbaru, Jambi, Jayapura, Pacitan, Cirebon,
Pangkal Pinang, Ambon, Bengkulu, Situbondo, Garut, Kupang, Bukit tinggi, Batam. Apa visi dan misi Indosiar? VISI Menjadi stasiun televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house production, kreativitas, dan sumber daya manusia yang handal. MISI
Futuristic merupakan Berorientasi maju dengan terobosan baru.
Innovative merupakan Menjadi trensetter dengan ide orisinil.
Satisfactory merupakan Mengutamakan kepuasan stakeholders.
Humanity merupakan Peduli terhadap lingkungan sekitar.
Bagaimana konsep program Indosiar? Konsep program Indosiar merujuk pada visi misi perusahaan. Berusaha maju dengan terobossan baru, menelurkan program-program dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa dan peduli pada lingkungan serta keadaan masyarakat. Kepada siapa saja target-target audience Indosiar? Idealnya, seluruh penonton televisi merupakan target audiens dari stasiun televise. Namun, secara realistis Indosiar juga harus melihat seperti apa karakteristik pemirsa setianya. Sehingga program yang ada diupayakan membuat pemirsa setia bertahan, tetapi juga menjangkau pemirsa-pemirsa tv lainnya.
Karakteristik penonton Indosiar, berdasarkan penelitian AC Nielsen, umumnya adalah kelas B_C_D. Kelas B-C-D tersebut merupakan kelas menengah, umumnya wanita, usia bervariasi antara 30-50 tahun. Bagaimana sejarah singkat program patroli? Patroli mengudara tahun 1997. Selama mengudara, tayangan Patroli disiarkan pada siang hari antara pukul 11 – 12 wib. Program Patroli lahir dari keprihatinan akan maraknya kriminalitas di tengah masyarakat dan perlu menjadi perhatian khusus. Hingga saat ini Patroli masih menjadi tayangan berita kriminal nomor satu (berdasarkan data AC Nielsen). Apa visi dan misi program patroli? Visi – misi program Patroli mengacu pada visi misi perusahaan. Visi -> Menjadi program televisi terkemuka dengan tayangan berkualitas, kreatif, dan didukung oleh sumber daya manusia yang handal. Misi -> Berorientasi maju, menjadi trensetter dengan ide orisinil, mengutamakan kepuasan pemirsa, serta peduli terhadap lingkungan sekitar. Sebagai tayangan program berita, Patroli juga harus patuh pada rambu-rambu kode etik jurnalistik, UU Pokok Pers dan juga Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Bagaimana konsep program berita patroli? Konsep program berita Patroli adalah mengutamakan peristiwa dan kasus kriminalitas yang dekat dengan masyarakat. Penayangan Patroli diharapkan membuat masyarakat kian sadar dan waspada akan tindak kejahatan sehingga lebih berhati-hati.
Penayangan Patroli juga diharapkan jadi pembelajaran bagi masyarakat agar tidak melakukan tindak kejahatan, karena dampak kejahatan yang dibuat harus ditanggung oleh pelaku, misalnya dijatuhi hukuman. Penayangan program Patroli juga menjadi cerminan kondisi riil di masyarakat yang sudah selayaknya jadi perhatian seluruh pihak, termasuk pemerintah dan aparat penegak hukum. Kira-kira pernah ada atau tidak tayangan-tayangan patroli yang melanggar atau mendapat kritikan dari masyarakat? Sejauh ini belum pernah terjadi keluhan pemirsa/complain nara sumber yang sangat berat hingga berujung ke ranah hukum dan membuat program Patroli dilarang mengudara. Namun, meski sudah berupaya menayangkan berita secara professional, tak urung program Patroli juga pernah “terpeleset” dan dianggap melanggar rambu-rambu atas sebuah penayangan. Komisi Penyiaran Indonesia beberapa kali melayangkan teguran, misalnya terkait munculnya gambar kekerasan (misalnya saat tawuran). Teguran ini bisa ditelaah di website KPI. Ada kerja sama khusus atau tidak antara redaksi patroli dengan tim kepolisian? Secara khusus tidak ada kerjasama dalam arti hitam di atas putih bahwa tim Patroli dan kepolisian menjalin kerjasama. Kerjasama yang terjalin adalah seperti nara sumber dan media massa pada umumnya.
Bagaimana kebijakan redaksi Indosiar sendiri terhadap penayangan program patroli? Redaksi punya kebijakan agar penayangan Patroli harus mengacu pada aturan yang ada. Ada beberapa rambu umum yang harus benar-benar ditaati, yaitu: 1. Tidak menayangkan adegan asusila/mesum. 2. Gambar yang mengerikan/menjijikkan serta gambar jenazah diupayakan tidak ditayangkan atau ditayangkan tetapi diblur. 3. Produser harus teliti dan melakukan cek dan ricek sebelum program ditayangkan. 4. Tidak
mewawancarai
anak
tentang
sebuah
peristiwa
yang
dapat
membangkitkan perasaan trauma. Apakah segmen akhir dari program patroli yaitu segmen ustadz menyampaikan pesan-pesan hanya ada di saat bulan ramadhan saja? Apa alasannya? Pesan ustadz hanya ditayangkan di awal Ramadhan, disesuaikan dengan kondisi yang terjadi di masyarakat dimana mayoritas penonton Patroli adalah umat Islam. Pesan ustad tersebut sifatnya sebagai bentuk untuk mengingatkan masyarakat bahwa kejahatan atau kriminalitas itu bukan untuk ditiru, tetapi untuk diambil hikmah dan langkah pencegahannya. Di luar Ramadhan kami rasa kurang tepat jika terus menerus menampilkan sosok ustad, karena pemirsa berasal dari kalangan agama yang beragam. Saat ceramah ustadz di segmen akhir program Patroli ditayangkan ratingnya mengalami penurunan. Masyarakat sepertinya masih lebih suka dengan gaya nasehat menghibur seperti yang pernah ditampilkan
di RCTI (Bang Napi). Sehingga segmen ceramah ustadz sulit dipertahankan dalam jangka waktu panjang karena berdasarkan survei, kurang diminati pemirsa. Dengan kebijakan redaksi yang sudah ada apakah program Patroli ini sudah sesuai dengan kebijakan redaksi tersebut? Program apapun yang diproduksi divisi news harus sesuai dengan kebijakan redaksi tidak terkecuali Patroli. Siapa yang membuat kebijakan redaksi tersebut dan apa yang mendasari kebijakan redaksi itu? Kebijakan redaksi dibuat atas dasar usulan yang diajukan ke forum rapat. Dari forum rapat kemudian direstui oleh pimpinan news. Siapa yang membuat konsep berita patroli itu sehingga menjadi berita kriminal? Program Patroli bukan melulu berita kriminal meskipun peristiwa kriminal mendominasi tayangan program Patroli. Patroli menampilkan berita peristiwa di tengah masyarakat termasuk peristiwa kriminal. Konsep program Patroli ditelurkan oleh manajemen Indosiar pada 1996 ketika masih dikelola PT. Prima Visualindo melalui PT. Indosiar Karya Media Tbk (sebelumnya PT. Indovisual Citra Persada) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (saat itu Bursa Efek Jakarta). Pada 13 Mei 2011, mayoritas saham PT. Indosiar Karya Media Tbk dibeli oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk yang merupakan pemilik SCTV (melalui PT Surya Citra Media) dan O Channel. Sehingga ketiga stasiun televisi itu berada dalam satu pengendalian.
Apakah kebijakan redaksi Indosiar sudah sejalan dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)? Kebijakan redaksi pemberitaan Indosiar pada dasarnya harus sejalan dengan hukum dan peraturan pemerintah termasuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang telah membuat rambu-rambu Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS). KPI selama ini selalu memantau jika ada pelanggaran atas P3SPS dan memberikan teguran jika memang ada materi yang dianggap menyalahi ketentuan. Landasan kebijakan Indosiar tentang pemberitaan itu dari mana? Hasil rapat redaksi. Rapat redaksi sangat menentukan berita mana saja yang akan diambil. Namun, pemikiran berita mana saja yang diambil tentu dengan mempertimbangkan sejumlah faktor, misalnya unsur kedekatan dengan pemirsa (sesuai riset AC Nielsen), seberapa besar dampak dari pemberitaan tersebut bagi pemirsa, serta mempertimbangkan juga nilai berita yang terkandung di dalamnya. Bagaimana tata cara dalam menyusun konsep berita kriminal? Mempertimbangkan unsur 5W+1H serta kecepatan. Di tengah persaingan media massa yang ketat, kecepatan menjadi syarat penting dalam menyusun berita. Selain itu dari sisi rundown juga harus mempertimbangkan unsur audio atau video. Artinya untuk berita televisi, gambar punya pengaruh yang sangat kuat karena ketertarikan pemirsa atas suatu berita tertentu, harus dibangun dari awal. Sehingga pemilihan gambar-gambar menarik tentu harus dikedepankan pula.
Cara menyusun rundown adalah dengan mempertimbangkan bahwa pemirsa harus menonton dari awal sampai akhir. Dalam konsep berita televisi, harus
mempertimbangkan
nilai
berita
sekaligus
show
atau
bagaimana
menyampaikan program berita ke hadapan pemirsa. Sehingga, berita menarik harus disebar ke dalam segmen-segmen yang ada. Untuk program Patroli ada 3 (tiga) segmen berita. Biasanya, kami menyusun berita tergantung dari kekuatan gambar maupun kekuatan berita tersebut. Sehingga di seluruh segmen, tetap ada berita yang menarik untuk disimak pemirsa. Penyusun rundown adalah produser online dibantu oleh produser offline yang bertugas mengedit berita-berita yang masuk dalam rundown. Selain menyusun rundown, produser online bertugas menyusun materi naskah untuk presenter dan juga memimpin siaran saat berada di panel room. Kira-kira pertimbangan apa yang dilakukan dalam menentukan macammacam berita kriminal? Apakah pertimbangan tersebut sesuai kondisi di lapangan atau sudah ditentukan harus mencari berita kriminal tertentu? Untuk memperoleh berita kriminal, seorang jurnalis memang harus hunting atau reportase mencari sember-sumber informasi tentang adanya kasuskasus kriminal. Karena itu kedekatan dengan sumber-sumber berita menjadi penting. Misalnya dengan kepolisian, petugas kamar jenazah, sopir ambulans, dan sumber-sumber tak resmi lain di lapangan. Namun ada kalanya berita kriminal itu dikembangkan dari peristiwa yang sudah terjadi. Misalnya ketika ada kasus pembunuhan Holly, maka wartawan harus mengejar, siapa pelakunya, apa motifnya, dan seterusnya. Untuk mendapat berita kriminal, tidak ada kriteria khusus, dan yang penting berita tersebut mengandung unsur pelanggaran pidana
atau perdata. Namun yang perlu diingat, Patroli tidak semata berita kriminal. Patroli juga memuat beragam peristiwa. Misalnya banjir, kecelakaan, bencana, dll. Apa saja konsep berita patroli dalam mengembangkan pemberitaan kriminal? Untuk mengembangkan berita harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan bagi pemirsa. Dalam rapat mingguan di redaksi, selalu ada analisis dari pihak riset (Research dan Development) Indosiar yang memberi masukkan tentang berita mana saja yang kira-kira diminati oleh kalangan penonton dan berita mana saja yang kurang diminati. Selain itu juga ada analisis tentang berita yang patut dikembangkan. Bagaiman susunan redaksi Patroli? Redaksi Patroli adalah bagian dari susunan redaksi Indosiar. Pemimpin Redaksi : Nurjaman Mochtar Wakil Pemimpin Redaksi : Moh. Gafar Yudtadi Penanggung Jawab Pemberitaan : Indria Purnama Hadi Eksekutif Produser : Fitri Diani Produser online : Nur Fuad – Medy Trianto (Produser Online adalah produser yang bertugas menyusun rundown dan bertanggung jawab atas penayangan berita dalam program Patroli).
Pemimpin Redaksi
Wakil Pemimpin Redaksi
Penanggung
Penanggung
Penanggung Jawab
Jawab
Jawab Teknis
Pemberitaan
Tampilan/Show Produser Eksekutif Program Patroli
Koordinator Produser Liputan Patroli
Tim Pendukung Produksi : Presenter, Editor, Tim Grafis, Pengarah Acara, Tim Teknis Studio, Dokumentasi
Tim Peliput: Reporter,Juru Kammera,
ON AIR
Kontributor
LAMPIRAN WAWANCARA
Tanggal
: 09 Desember 2013
Nara Sumber : Mohammad Yusuf S.sos Jabatan
: Asisten Ahli Komisi Penyiaran Indonesia Pusat
Kira-kira apakah pernah ada keluhan pemirsa tentang berita kriminal Patroli di Indosiar? Tidak ada. Apakah kebijakan redaksi Indosiar sudah sejalan atau belum dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)? Sampai saat ini kita belum tahu bagaimana kebijakan Indosiar terhadap program Patroli. Karena tidak ada kewajiban lembaga penyiaran (Patroli) melaporkan kebijakan programnya. Ada atau tidak aturan atau kode etik yang lebih khusus tentang berita kriminal? Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memiliki regulasi umum yang bernama Pedoman Perilaku Penyiaran (PPP) dan Standar Program Siaran (SPS). Peraturan ini berlaku untuk seluruh desk atau departement program siaran. KPI tidak secara khusus mengatur tentang desk atau departement program siaran. Kira-kira apa saja etika atau kode etik jurnalistik televisi itu? Banyak, itu semua sudah kami tuangkan di PPP dan SPS Apakah kebijakan redaksi Indosiar sudah sejalan dengan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia)? Kami belum tahu kebijakan redaksi Indosiar, jadi kami tidak bisa menjawab.
iffimg
TOP CRIME NEWS Totgd:il|5+ Petud:2W 2013
2 86t8 3 SrOr(
2 3
AU$R S|DIX
2 BUSIA I SoX
1.O
E,O
o.1
s,0
D5
o,f
4,5
159
0.3
?,a
lvM 3n MlW
563 s U
o,7
tvM sfl MilCV
489 373 134
1,0 0,8 0,3
316
swM M|w w
1.? 0,5
8,3 20,7 6,9
Mrrch
2 3
s@
austl SlDtt
2 AU$R 3 StE(
rNM M(ry
2 3
324 sfl Mf,CW 1{
BUSTR StDtX
r&
1,0
7,4
o,7 0.3
t7,L t0.0
0,6
as 8,2
0,3
4,5
0,7 03
6.0 7 3
lune 2 3
AUSIR StDtX
i PAiRO!1 2 AU!€R 3 S|UK
Aug6t @*dryw@sqno' 1 8Us€R 2 lArROli 3 StDtK
: ? 3 4
PAlR4l BUSTR S'Dl( ?Arcil ffiM
t,o
J,A
0.1
144
0,4
4.9
421 d 253
4,9 0.4 O.s
l'a &1
w iSM M{ffV
s 458 245
1.0 qS 0,5
IVM SCW MNla MM
523 330 152 93
1,1 0,1 0.3 0,2
rvM scru MNn vM
51? 307 203 19
1,1 0,6 0,4 0.3
IVM 5C1V MilCiV vM
549 376 230 s6
sn MW
32f 173
rVM Sfl MN@
7,4
17,3 a,O
9.4
9,0 14,7 9,3 3,9
Octobar 2 I 4
SUSIR SlDtK
PATRO!
UUM
6,7
8,8 a.5 1.1
Norember 2 q6tR 3 StDr( 4 PATROII ULAM
I,A
6,5
0,8
15,5
0,5 0.4
Dgcamber
2 SUSR I lr0(
stlv 304 MNCW 252 vM 172
0.6 0.5 04
14,0 8.6
75
::m:::::': :: ::: :::'. nE-f ,ge;2at M.@,rAagdhd'6. M' -frnat.dra.adld m*tiai;cw n&nhdttpd$fif_q1
,.':'
.
'l:- r:'l
DEPARTENTUNAGAMA
frNrvERsrras rsLAM NEGERT (utr\r) SYARIF HIDAYATT]LI,AH JAI(ARTA FAKI]LTAS ILMU DAICWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Jl. Ir Juanda no. 95 Ciputat l5412Indonesia Tlpffax: (021\7472728174703580 E-mail:
[email protected]
Nomor: Istimewa Lamp : 1(Satu)Berkas
Hal
: Permohonan Pengajuan
Judul Skripsi
Kepada Yth.
Ketua Jryw{nKonsentrasi Jurnalistik Fakultasfimri Dalwah dan Ilmu Komunikasi di Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera teriring doa dan sernoga BapaMbu senantiasa dalam lindungan maghfirah Allah Swt, amin. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
Ayu Amelia
NIM
109051 100020
Fakultas Jurusan Semester
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik
VIII
Bermaksud rnengajukan proposal skripsi dengan judul:"Kebijakan Redaksional Indosiar Pada Program Patroli t'. Sebagai pertimbangan, berikut sa-ya lampirkan:
a. b.
Proposal skripsi Daftar pustaka
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas segala perhatian BapaMbu saya haturkan terima kasih.
Pemohon
NIlv{. 10905i i00020
:
:
. : ..KEMENTERtrAN"AGAMA uNTvEBSITAS,ISLAM NEGERI (UIN) ,' ' sYARlr'HtpevarurlAH IAKARTA
:
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepo/Fax z (Vz\ 7A3T?A
Jl.Ir. H. Juanda No.95 CipuaflS4l2lndonesia
Nomor
: Un.0llF5/tr(M.U3D$L
/
7
[email protected]
Website : wwwJdkuinjakarta.aci4 E-mail :
[email protected]
/2013
Jakarta,f/ Mei 2ol3
Larnp :1(satu)bundel
Hal
: Bimbingan Skripsi Kepada Yth.
Ade Masturi, MA Dosen Fakultas Ilmu Dakwatr dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayaflrllah Jakarta
Assalamu' ataihtm Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Ayu Amelia
Nama NomorPokok Junrsan/I(onsentrasi
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / Jurnalistik
Semester
VM
Judul Skripsi
K-ebijakan Redaksional Indosiar pada Program Patroli.
109051 100020
Kami harap kesediaannya membimbing mahasiswa tersebut dalam penlrrsunan dan penyelesaian skripsiny a pada waktu yang tidak terlalu lama. Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami mengucapka4 terima kasih. lllas s al amu' al aikum Wr.
Wrb.
Bidang Akademik
5 idin Saputra, D96a3 I 0011 Tembusan: L . Dekan
Z. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Faicultas llinii Dak-waii cian iirni,, Kor.iunikasi
''':KEIvIENTERIAN AGAMA' UNIVERSITAS ISTAM NEGERI qry) SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA
FAIOLTAS ILMU DAK9VAH DAN II,MU KOMUNIKASI Telepon/Fax: (V27)743828
Jl. Ir.
tt
Nomor : Un.0l/F5lKM.0l.3/3088/201 Larnp. : -
Hal
:
/
Website : www.fdkuinjakarta'ac.i4
tuanda No. 95 Ciputat 15412Indonesia
747Br58{J
Email : dakwah@fdlcutnjakarta'rJd
Jakartq l0 Mei 2013
3
PenelitianAMawancara Kepada Yth. Bpgian Redaksi Patroli Indosiar Cc. Bagian Humas
As s alamu'
alaihtm W,n Wb.
nmu Dengan hormat,bersama ini kami sampaikan batrwa mahasiswa fakuttas, Dakwah aan nmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini, Nama Nomor Pokok Jurusan/Konsentrasi Semester
Ayu Amelia 109051 100020
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / Jurnalistik
VIII
bermaksud melaksanakan penelitiair/wawancara untuk bahan penulisan skripsi berjudul Kebijakan Redalaioial Indosiar pada Program Patroli. Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada BapaMbr:/Sdr' -kiran'ya berkenan menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan peneliti anlwawancara dimaksud.
Demikian, atas perhatian dan perkenannya keimi mengucapkan terima kasihr. IV'as
s
alamu' al aikum Wr.'Ylrb.
f Subhan, MA 9660110 199303 Tembusan: 1. Bagian Humas Indosiar 2. Pembantu Dekan Bidang Akademik 3. Ketua I''onsentra-si iurnaiistik Fakuitas ihrr'-r Dakw'ah cla-n Ihru Komunikasi
KEMENTNRIAN AGAMA IINIYERSITAS ISLAM NEGERI (UIT9 SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telepon/Fan : (021) 7432728 I 74703580
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2Indonesia
Nomor Lampiran Hal
un.o I/FS/P
Y.OO.S
Website: www. fdkuiniakana-ac.id- E-mail :
[email protected]
tfi p
Jakarta,
/2013
f{OWober2}l3
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth, Pimpinan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
di Tempat As s al amu' al aikum Wr. lYb.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwatr dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menerangkan bahwa: Nama
Ayu Amelia
Nomor Pokok
109051 100020
Tempat/Tanggal Lahir Semester Jurusan/Konsentrasi Alamat Telp.
Tangerang, l5 Februari l99l D( (Sembilan) Komunikasi dan Penyiaran Islarn / Jurnalistik Kp. Parung Kored RT 00i/002 No. 38 083806873 I 56
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kornunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjuciul Kebijakan Redalcsional Indosiar pada Program
Patroli.
itu, dimohon kiranya
Bapak/Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan Sehubungan dengan
dimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih. Ws s
al amu' al aikum Wr. Wb.
Subhan, irtlA 1lC 199301 1 004 Tembusan
l. Wakil Dekan Bidang Akademik 2. Ka/Sekprodi Jurnalistik
PT INDOSIAR VISUAL MANDIRI
INDOSIAR
NATIONAL TELEVISION BROADCASTING STAfl ON
-
Jakarta, 24 September 2013
KEPADA YTH. KETUA JURUSAN JURNALISTIK inrulins onr<wnn DAN KoMUNIKAST UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA SURAT KETERANGAN Yang bertanda tangan dibawah ini
Nama Jabatan
: :
Fitri Diani Eksekutif Produser News Departmen PT. Indosiar Visual Mandiri
Bersama ini menerangkan bahwa
ii{
:
:
Nama
Ayu Amelia
NIM Jurusan Fakultas
10905110002C
Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta
Telah melakukan penelitian di News Departemen, PT Indosiar Visual ManCiri dengan " Keb'rjakan Redaksional Indosiar Pada Program Patroli"
,:,",,tema
i.
De
,ikianlah Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan semestinya.
Dibuatdi.-
,
rP a t
-,
ii., ,
,
, ::' .,'"
:Jakai'ta , ,..,r
r'\ i:3 .B-'t /:t\ f':.' i_r r;1 iu l -tr tJ'., iNDSSIAF
Fitri
Dlani
:
Eksekutif Produser
ff l:,,.:,:,','5":'l''-e a.,O O i,,.
O . .'
- Damai No. 11 Daan Mogot, Jakarta 11510 - INDONESIA Telp. I (62-21) 567-2222, Sbe-eaaa, Fax: (62-21) 565-5756
Jl
Qhttn;llwvw:tiruo'Sibi:b'om ,
r.":
tt
il
. ,''t:'
,
,r:
..' ,,
1r: ,'"1'
,1,