MANAJEMEN REDAKSIONAL PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM RADAR CIREBON (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon Periode Januari-Mei 2013)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Strata Satu Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Oleh: M. IRFAN FAZRYANSYAH 107100009
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Muhammad Irfan Fazryansyah
NPM
: 107100009
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis saya yang berjudul “Manajemen Redaksional Pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon (Studi Deskriptif Kualitatif Manajemen Redaksional Pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon Periode Januari-Mei 2013) adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum di ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau di kutif dari karya yang di terbitkan maupun tidak di terbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan di cantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Cirebon Mei 2013 Yang membuat pernyataan
MUHAMMAD IRFAN FAZRIANSYAH NPM : 107100009
ABSTRAK
Pada era reformasi yang ditandai dengan maraknya media massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik, sangatlah membantu dalam kehidupan manusia untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman, dan informasi dalam volume yang relatif besar.. Peneliti menitikberatkan pada media massa cetak berbentuk surat kabar, khususnya Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon yang merupakan salah satu dari sekian pers lokal yang terbit di Indonesia. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui Perencanaan manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. (2) Untuk mengetahui pengorganisasian manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. (3)Untuk mengetahui penggerakan dalam manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon mulai dari peliputan,penulisan hingga penyuntingan.(4) Untuk mengetahui pengawasan dalam manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. Metode penelitian ini adalah deskriptip kualitatif. Data yang di kumpulkan menggunakan wawancara langsug, obervasi dan studi kepustakaan. Wawancara dilakukan kepada pemimpin redaksi, redaktur dan wartawan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara, observasi serta studi kepustakaan yag dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) Pada tahap perencanaan yang ada di bidang redaksional Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon telah terencana dengan baik, hal ini terlihat dari terlaksananya rapat perencanaan liputan atau rapat redaksi. (2) Pada tahap pengorganisasian manajemen redaksional Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon, telah terbentuk struktur organisasi dengan jabatan dan tugas masing-masing personil. (3) Tahap penggerakan merupakan tahap yang sangat penting dalam manajemen redaksional di Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon, karena dengan adanya penggerakan, proses pengelolaan materi pemberitaan berjalan dengan lancar, mulai dari proses peliputan, penulisan, sampai pada penyuntingan (editing) naskah berita. (4) Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon dilakukan dalam bentuk pengarahan langsung terhadap wartawan saat naskah beritanya diedit oleh redaktur masih mengalami kekurangan data.
PERSEMBAHAN
Persembahanku :
Karya ini kudedikkasikan Untuk kedua orang tua tersayang Alm. Edi Suherdi dan Entin Sutinah Untuk keluarga besar tercinta, Sahabat,dan teman-teman.
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohiim Assalammu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirrobbil ‘alamiin segala puji hanya pantas disanjungkan untuk-Nya karena atas daya, upaya serta izin-Nya penneliti dapat menyelesaikan karya penyusunan sripsi yang berjudul Manajemen Redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. Penulis hanyalah manusia biasa, banyak kekurangan dan sangat membutuhkan bantuan orang sekitar untuk mencapai suatu tujuan, terlebih lagi dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, dalam kata pengantar ini peneliti akan mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam merampungkan karya akhir ini. Rasa terima kasih ini diberikan kepada: 1. Dr. H. Djakaria Machmud, SE., SH., M.Si selaku Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. 2. Dr. Hj. Heriyani Agustina, Dra., MM., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. 3. Farida Nurfalah, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I dan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. 4. Moh. Sutarjo, Drs., M.Si selaku wakil dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon dan selaku
dosen pembimbing I dalam penyusunan skripsi. 5. Sri Wulandari, S.Sos., M.Si., selaku wakil dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. 6. Indah Kurniawati, S.Sos., M.Si selaku sekretaris jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon. 7. Nuruzzaman, S.Ag., M.Si selaku dosen Pembimbing II dalam penyusunan skripsi. 8. Seluruh dosen Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, terimakasih atas atas bimbingan dan masukannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu. 9. Alm. Edi Suherdi dan Entin Sutinah selaku orang tua peneliti yang telah memberikan do’a sehingga peneliti semangat dalam menyusun skripsi ini. 10. Heriyah Fatimah dan Sugeng Riyadi selaku kakak peneliti yang selalu memberikan semangat utuk terselesainya skripsi ini. 11. Yanto S Utomo selaku direktur utama Radar Cirebon Group yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Iing Casdirin selaku Pemimpin Redaksi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon yang telah memberikan masukan saran akan terselesikannya penyusunan skripsi ini. 13. Rusdi selaku Redaktur Pelaksana Surat Kabar Harian Umum Radar
Cirebon
yang
memberikan
dukungan
dan
semangat
dalam
penyusunan skripsi ini. 14. Para Redaktur, Wartawan (Ida Ayu Komang, Mike Dwisetawati, Dedi Haryadi, Moh. Junaedi) dan layouter Surat Kabar HarianUmum Radar Cirebon yang banyak membantu dalam terselesainya penyusunan skripsi ini. 15. Nindia Sabathini yang selalu memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi. 16. Teman-teman Ilmu Komunikasi (Nikita Agusti Kartika, Yuti Faziyati, Rina Mariana, iwan Junaedi) yang bersama menyusun skripsi. 17. Teman-teman KSM KLISE Fotografi klub ( Tajudi Faza, S.Sos, Heru Setiawan, Ayang Igiovani, Dien Ikhtamala, Okri Riyan, Ilmi Yan Faunas, Josa Hemarizki, Anisa Hakim, dan yang lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu) makasih atas semangat yang di berikan. 18. Kedai kopi Widita dan teman-teman yang setia menemani bagadang saat mengerjakan ( Handi Wibawa, Ahmad Faiz Fahlevi, Taufik, Khidir Duchan, Rana Fotografi)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan .......................................................................................... i Lembar pernyataan .......................................................................................... ii Abstrak ............................................................................................................. iii Persembahan ..................................................................................................... iv Kata pengantar .................................................................................................. v Daftar Isi........................................................................................................... viii Daftar Tabel ..................................................................................................... xi Daftar lampiran ................................................................................................. Biodata Peneliti................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 4 1.3. Identifikasi Masalah........................................................................ 4 1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 1.5. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 5 1.6. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 6 1.6.1. Komunikasi Massa ................................................................ 6 1.6.2. Media Massa (Mass media) ................................................... 9 1.6.3. Jurnalistik ............................................................................. 12 1.7. Definisi dan Konsep Parameter Penelitian....................................... 14
1.7.1. Surat Kabar ........................................................................... 14 1.7.1.1 Fungsi Surat Kabar..................................................... 14 1.7.1.2 Karakteristik Surat Kabar ........................................... 15 1.7.2. Manajemen Redaksional ....................................................... 17 1.7.2.1. Pengertian Manajemen Redaksional .......................... 17 1.7.2.2. Tahapan Manajemen Redaksional ............................. 19 1.8. Metode Penelitian ........................................................................... 22 1.8.1. Metode Penelitian ................................................................. 22 1.8.2. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 23 1.8.3. Teknik Pengujian Keabsahan Data ........................................ 24 1.8.4. Teknik Analisis Data ............................................................. 27 1.9. Lokasi dan Jadwal Penelitian .......................................................... 28 1.9.1 Lokasi Penelitian.................................................................... 28 1.9.2 Jadwal Penelitian ................................................................... 29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Massa ....................................................................... 30 2.2. Media Massa (Mass Media) .......................................................... 34 2.3. Jurnalistik ..................................................................................... 38 2.4. Manajemen Redaksional ............................................................... 39 2.4.1. Manajemen ......................................................................... 39 2.4.2. Redaksi ............................................................................... 40 2.4.3. Manajemen Redaksional ..................................................... 41
2.5. Surat Kabar ..................................................................................... 67 2.5.1. Fungsi Surat Kabar ............................................................. 68 2.5.2. Karakteristik Surat Kabar .................................................... 69 2.6. Berita .............................................................................................. 71 2.6.1.Jenis dan Nilai-nilai Berita ................................................... 71
BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................ 76
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan .................................................................................... 82 4.2. Pengorganisasian............................................................................. 87 4.3 Penggerakan .................................................................................... 95 4.4. Pengawasan .................................................................................... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 113 5.2. Saran............................................................................................... 114 DAPTAR PUSTAKA ....................................................................................... 118 LAMPIRAN .................................................................................................... 121
DAFTAR TABEL
Tabel 9.2 Jadwal Penelitian ............................................................................. 31 Bagan 1. . Staffing Bidang Redaksional ............................................................. 48 Bagan 2. Teknik Penulisan Berita ..................................................................... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumen foto rapat redaksi .............................................................................. 127 Dokumen foto peliutan...................................................................................... 127 Dokumen foto penulisan ................................................................................... 128 Dokumen foto penyntingan .............................................................................. 128
BIODATA
Nama
: Muhammad Irfan Fazryansyah
Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 22 Maret 1988 Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan raya Karang asem No. 10 Rt/Rw 03/01 Dusun 1 Kecamatan Karangwareng Kabupaten Cirebon.
Telepon/HP
: 085220285017
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan TK Nusa Indak Karangasem
Lulus Tahun 1997
SD Negeri 1 Karangasem
Lulus Tahun 2003
SMP Negeri 1 Karangsembung
Lulus Tahun 2006
SMA Negeri 1 Lemahabang
Lulus Tahun 2009
Universitas Swadaya Gunung Jati
Tahun Ajaran 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu media massa di tuntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar terjadi. Maksudnya dengan gambar realitas yang ada di benak khalayak tidaklah bias karena informasi media tidak kontekstual dengan realita. Pada era reformasi yang ditandai dengan maraknya media massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik, sangat membantu dalam kehidupan manusia untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman, dan informasi dalam volume yang relatif besar. Dengan adanya media, mata dan hati manusia akan lebih terbuka untuk mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di belahan dunia, baik melalui media massa cetak maupun media massa elektronik. Berbeda dengan media massa lainnya seperti televisi dan radio, media massa cetak merupakan media massa pertama yang dikenal manusia sebagai media yang memiliki ciri-ciri komunikasi massa, yaitu proses komunikasinya satu arah, komunikatornya melembaga dan heterogen, serta pesannya bersifat umum. Oleh karena itu kata pers yang melekat pada media massa cetak kemudian digeneralisasikan untuk menyebut media massa pada umumnya.
Media massa cetak berbentuk surat kabar, tabloid, majalah, dan buletin, selain memiliki ciri-ciri komunikasi massa sebagai ciri umum, juga memiliki ciri-ciri khusus, yaitu: 1) Daya tampungnya tinggi, memiliki peluang untuk menambah halaman, 2) Daya dokumentasinya tinggi, mudah disimpan atau diperbanyak, dan 3) Jaringan distribusinya terbatas, karena sifatnya literer. Memproduksi suatu penerbitan pers, masing-masing bidang (bidang redaksional, bidang cetak, dan bidang usaha) mempunyai tanggungjawab, peran serta tujuan yang sama. Oleh Karena itu manajemen penerbitan pers harus mampu menciptakan, memelihara, dan menerapkan sistem kerja yang proporsional dalam menumbuh-kembangkan rasa kebersamaan diantara sesama personil di sebuah organisasi atau perusahaan. Berkaitan dengan manajemen redaksional, Surat Kabar Harian Umum Radar Cirabon yang diterbitkan PT Wahana Semesta Cirebon (Group Jawa Pos), cukup lihai dalam mengolah materi pemberitaan yang sedemikian rupa, sehingga menjadi produk jurnalistik dalam bentuk berita yang menarik dan lebih mudah dipahami oleh khalayak pembaca. Keahlian tersebut tampak dalam kreatifitasnya menampilkan kejelasan gambar atau foto, membuat caption (keterangan gambar), menyajikan grafis, menampilkan head line yang menarik, memilih kosa kata, dan menyusun kalimat dalam beritanya dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Uniknya, meskipun Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon
tergolong pers lokal, namun kehadirannya disambut hangat oleh masyarakat Pantura, khususnya wilayah III Cirebon. Hal ini demi memenuhi kebutuhan akan informasi, pendidikan, berita, dan hiburan, sehingga. Berbagai berita yang termuat dalam Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon tidak hanya meliputi peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kota Cirebon saja, melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di wilayah III Cirebon seperti, Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka dan Indramayu . Dalam hal ini tentunya diperlukan manajemen redaksional yang dapat menjaga kualitas produk "Radar Cirebon”. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas harus mempertimbangkan beberapa aspek. Adapun pertimbangan yang digunakan bisa menyangkut aspek apakah tulisan atau berita itu bernilai berita atau tidak, menarik tidaknya bagi pembaca, dan menjaga corak politik yang dianut penerbit pers tersebut, serta memperhatikan bahasa, akurasi, dan kebenaran tulisan beritanya agar tidak terjadi salah cetak. Dengan demikian, penelitian ini mencoba untuk melihat dan mendeskripsikan manajemen redaksional yang dilakukan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon periode Januari-Mei 2013 sebagai media massa cetak yang mampu memberikan atau menyajikan informasi dalam bentuk berita yang menjadi kebutuhan khalayak pembaca.
1.2 Rumusan Masalah Berbagai permasalahan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan: “Bagaimana manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon?”
1.3 Identifikasi Masalah Setelah melihat membaca perumusan masalah diatas dapat di tarik sebuah identifikasi masalah yang ada didalam judul penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana Perencanaan manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon? 2. Bagaimana Pengorganisasian manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon? 3. Bagaimana Penggerakan dalam manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon mulai dari peliputan,penulisan hingga penyuntingan? 4. Bagaimana Pengawasan dalam manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Perencanaan manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon.
2. Untuk mengetahui pengorganisasian manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. 3. Untuk mengetahui penggerakan dalam manajemen redaksional pada Surat
Kabar
Harian
Umum
Radar
Cirebon
mulai
dari
peliputan,penulisan hingga penyuntingan. 4. Untuk mengetahui pengawasan dalam manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon.
1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan terutama dalam bidang manajemen pers dan sebagai bahan masukan dalam pengembangan pengelolaan manajemen redaksional pada media massa cetak. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif dan masukan bagi para pembaca untuk menemukan isi yang disajikan sebagai bahan rujukan. Selain itu dapat dijadikan sebagai
bahan
pertimbangan
bagi
Radar
Cirebon
dalam
pengambilan kebijakan manajemen redaksionalnya untuk masa yang akan datang.
1.6 Kerangka Pemikiran 1.6.1. Komunikasi Massa Komunikasi
massa adalah proses komunikasi melalui media
massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Media yang digunakan dalam komunikasi massa ini meliputi surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film. (Effendy,2002 : 20) Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Adapun karakteristik komunikasi massa adalah: a. Komunikasi massa bersifat umum, bahwa pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang b. Komunikan bersifat heterogen, bahwa massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan, dan pengaruh c. Media massa menimbulkan keserempakan. Yaitu keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
d. Hubungan
komunikan-komunikator
bersifat
non-pribadi
karena
komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. (Effendy, 2000:79). Meskipun setiap individu dalam masyarakat memiliki dunia persepsi dan pengalaman yang berbeda, namun kadang diperlukan persepsi yang sama terhadap suatu realitas tertentu sehingga membentuk kehidupan sosial yang baik. Disinilah media massa berperan mengarahkan dan membentuk persepsi dan interpretasi masyarakat yang benar sehingga tercipta kehidupan sosial yang baik. Dalam proses komunikasi massa peran media massa sangat penting. Media massa sebagai sebuah sarana atau media dimana pesan akan disalurkan dan disebarluaskan pada khalayak menurut Effendy, (2002:217). “Media massa (Mass media) yaitu media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif banyak secara bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan sebagainya”.
Ada lima jenis media masa yang dikenal sebagai "The big five of mass media" yaitu televisi, film, radio, majalah dan koran dengan fungsi komunikasi yang saling melengkapi yaitu Social function bersifat sosiologis dan Individual Function dalam bukunya Effendy. 1. Social Function, yaitu fungsi komunikasi massa terhadap masyarakat, mencakup pengawasan lingkungan, korelasi antar
bagian di dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya, sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai dan hiburan. 2. Individual function, yaitu fungsi komunikasi massa terhadap individu, mencakup pengawasan atau pencarian informasi, mengembangkan konsep diri, memfasilitasi dalam hubungan sosial, substitusi dalam hubungan sosial, membantu melegakan emosi, sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan, dan bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi. Dampak pesan pada media massa meliputi dampak kognitif, afektif, dan konatif. Dampak pesan media massa yang berupa polapola tindakan, kegiatan atau perilaku yang dapat diamati, adalah dampak pesan media massa yang telah sampai pada tahap konatif. Secara teoritis dampak pesan media massa biasanya hanya sampai pada tahap kognitif dan afektif, tetapi ada beberapa kondisi yang menyebabkan dampak pesan media massa sampai pada tahap konatif yaitu : a. Exposure (Jangkauan pengenaan), jika sebagian besar khlayak telah ter-expose oleh media massa b. Kredibilitas, jika pesan media massa mempunyai kredibilitas yang tinggi dimata khalayaknya dalam arti kebenarannya dapat dipercaya.
c. Konsonasi, jika isi informasi yang disampaikan oleh beberapa media massa baik materi, arah serta orientasinya maupun dalam hal waktu, frekuensi dan cara penyajiannya sama atau serupa. d. Signifikansi, jika materi pesan media masa signifikan dalam arti berkaitan secara langsung dengan kepentingan dan kebutuhan khalayak. e. Sensitif, jika materi dan penyajian pesan media massa menyentuh hal-hal yang sensitif. f. Situasi
kritis,
jika
ada
ketidakstabilan
struktural
yang
menyebabkan masyarakat berada dalam situasi kritis. g. Dukungan komunikasi antar pribadi, jika informasi melaui media massa menjadi topik pembicaraan, karena didukung oleh komunikasi antar pribadi. (Effendy, 2002: 31).
1.6.2. Media Massa (Mass media) Media senantiasa menjadi pusat perhatian dalam membahas komunikasi
massa
manapun.
Melalui
media,
pesan-pesan
dapat
disebarluaskan ke berbagai penjuru, dapat mempengaruhi, sekaligus mencerminkan budaya masyarakat dimana media tersebut hadir. Cara pandang media dalam menyajikan realitas sangat dipengaruhi oleh sistem politik yang berlaku pada masanya. Hal ini dapat terlihat dari hasil liputan media dalam mengangkat suatu realitas sosial. Kata media tentu saja
menyiratkan arti “ mediasi” atau sebagai perantara karena keberadaanya diantara audiens dan dunia sekitarnya (lingkungan). Denis Mc Quail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (1996: 27) misalnya menyebutkan beberapa perumpamaan untuk menjelaskan gagasan tersebut: “Media, misalnya merupakan jendela yang memungkinkan kita dapat melihat apa yang ada diluar lingkungan langsung kita, sebagai penterjemah yang dapat membantu kita memahami pengalaman baik langsung maupun secara simbolik, sebagai landasan atau pembawa informasi bagi para audiens dalam menentukan sikap, sebagai rambu-rambu yang yang memberikan instruksi dan arahan, penyaring bagian-bagian dari pengalaman, sekaligus menitikberatkan pada bagian yang lain, sebagai cermin yang memantulkan bayangan kita kembali pada kita sendiri dan sebagai penghalang yang merintangi kebenaran itu sendiri”. Media Massa (Mass media) yaitu media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif banyak secara bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan sebagainya (Effendy, 2002:217). Adapun fungsi media massa adalah: 1. Menyiarkan informasi, sebab masyarakat membeli media massa memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia ini. 2. Mendidik, artinya media massa menyajikan pesan-pesan atau tulisantulisan yang mengandung pengetahuan, serta sekaligus dijadikan media pendidikan massa.
3. Menghibur, biasanya media massa menyajikan rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan 4. Mempengaruhi, melalui fungsi ini media massa memegang peranan penting dalam tatanan kehidupan masyarakat. Salah satu media massa yang berkemampuan memikat perhatian khalayak secara serentak (simultaneous) dan serentak (instantaneous) adalah pers.
Pers merupakan media yang paling sering menimbulkan
masalah dalam semua bidang kehidupan dan semakin lama semakin canggih akibat perkembangan teknologi, sehingga senantiasa memerlukan pengkajian yang seksama. Pers memiliki ciri khas dibandingkan media massa lainnya. Bukan hanya sifatnya yang merupakan media cetak, tetapi khalayak yang diterpanya bersifat aktif, tidak pasif seperti kalau mereka diterpa media radio, televisi, dan film. Pesan melalui media pers diungkap dengan huruf-huruf mati, yang baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya (mental set) secara aktif. Kelebihan pers lainnya ialah bahwa media cetak dapat didokumentasikan, dikaji ulang, dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, dan dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi.
Dampak komunikasi massa dalam tulisan ini akan dilihat dari dua aspek yaitu dampak yang berkaitan dengan media secara fisik dan dampak yang berkaitan dengan pesan media massa. Adapun dampak media massa sebagai Obyek Fisik:
1.
Dampak Ekonomis, dimana
kehadiran media massa dapat
menggerakkan usaha dalam berbagai sektor seperti produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. 2. Dampak Sosial, dimana status pemilik (memiliki televisi atau radio, berlangganan surat kabar atau majalah) secara tidak langsung meningkat dengan kepemilikan media massa. 3. Dampak pada penjadwalan kegiatan, dimana kegiatan sehari-hari khalayak dapat berubah dengan hadirnya media massa, misalnya jadwal tidur seseorang ,menjadi larut, karena ia selalu menonton tayangan televisi "Buletin Malam’. 4. Sebagai
penyaluran
perasaan
tertentu,
dimana
tanpa
mempersoalkan pesan yang disampaikan media massa orang menonton televisi atau memutar gelombang radio hanya untuk menghilangkan rasa kecewa, sedih, bosan atau perasaan lain (Effendy, 2002:137).
Dukungan komunikasi antar pribadi, jika informasi melaui media massa menjadi topik pembicaraan, karena didukung oleh komunikasi antar pribadi.
1.6.3. Jurnalistik Jurnalisme merupakan keseluruhan proses dari pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan penyiaran berita (Effendy,2000:95). Sedang kegiatan jurnalistik merupakan keseluruhan proses mulai dari mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi berupa berita atau pendapat kepada khalayak pembaca. Menurut Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang pers: “Bahwa Kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”. Dasarnya inti dari jurnalistik adalah adanya suatu fakta yang direkonstruksi kembali oleh wartawan atau lembaga media yang disampaikan pada masyarakat luas. Dalam merekonstruksi suatu fakta, wartawan maupun media juga harus menginterpretasikan fakta atau realitas sosial yang diperolehnya dengan benar dan sejelas mungkin. Selanjutnya masyarakatlah yang berhak menginterpretasikan berita dan memberikan konteks tertentu atas informasi yang diterimanya. Wartawan maupun media massa harus mampu merangsang masyarakat untuk menginterpretasikan berita yang ada di surat kabar dan memberinya konteks. Hal itu bisa terjadi bila berita yang disajikan oleh media massa memiliki nilai sosial dan menguntungkan bagi kepentingan umum. Suatu nilai sosial dapat terpenuhi apabila media mampu mengakomodasikan kepentingan masyarakat dengan berita dan informasi yang disampaikannya.
1.7. Definisi dan Parameter Konsep Penelitian 1.7.1.1. Surat Kabar Pada awalnya surat kabar tumbuh secara bertahap dan sederhana, berbentuk lembaran-lembaran kertas yang dipublikasikan secara lokal. Saat ini produksinya serba mekanik, berjangka, dan mengandung berita yang sangat bervariasi dengan sistem organisasi serta mekanisme yang mapan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : ”surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas bertuliskan beritaberita, dan sebagainya” (2000:872).
Menurut Assegaf dalam buku Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Komunikasi (2000:142) surat kabar adalah: “penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang dicetak terbit secara tetap atau periodik dan akan dijual untuk umum”. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Komunikasi mengatakan: “surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isi aktual dan universal, mengenai apa saja dan dari mana saja diseluruh dunia yang mengandung nilai berita untuk diketahui khalayak pembaca”.
1.7.1.2. Fungsi Surat Kabar Menurut Mubardjo (2008:98), secara kontemporer surat kabar mempunyai fungsi utama dan fungsi sekunder, yaitu : 1. Fungsi Utama Surat Kabar
a. To inform, yaitu menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara, dan dunia. b. To Comment, yaitu mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya kedalam focus berita. c. To Provide, yaitu menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media. 2. Fungsi Sekunder Surat Kabar a. Untuk
kampanye
proyek-proyek
yang
bersifat
kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu. b. Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita-cerita khusus. c. Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi, dan memperjuangkan hak.
1.7.1.3. Karakteristik Surat Kabar Karl Bashwitz seperti dalm bukunya Effendy menjelaskan beberapa karakteristik surat kabar sebagai berikut: 1. Publisitas adalah penyebaran pada publik atau khalayak. salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang
tersebar di berbagai tempat, karena pesan tersebut sangat penting untuk ketahui umum, atau menarik bagi khalayak pada umumnya. dengan demikian, semua aktivitas menusia yang mengakut kepentingan umum adalah layak untuk disebarluaskan. 2. Periodesitas menunjukan pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media massa khususnya surat kabar. Setiap hari manusia selalu membutuhkan informasi. Bagi penerbit surat kabar, selama ada dana dan tenaga yang terampil, tidaklah sulit untuk menerbitkan surat kabar secara periodik.. 3. Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dan dari seluruh dunia. Dengan demikian atau surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan, dan 1ain-1ain. Selain itu, lingkup kegiatannya bersifat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Jadi, apabila penerbitan (sekalipun bentuknya seperti surat kabar) yang hanya memuat atau berisi salah satu aspek saja, maka penerbitan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar.
4. Aktualitas menunjuk pada “kekinian” atau terbaru dan masih hangat. Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan, karena khalayak pun memerlukan informasi yang paling baru. 5. Terdokumentasikan, dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap pentmg untuk diarsipkan atau di buat kliping. Misalnya karena berita tersebut berkajtan dengan instansinya, atau artikel itu bermanfaat Untuk rnenambah pengetahuannya. (Effendi, 2002:154-155)
1.7.2 Manajemen Redaksional 1.7.2.1. Pengertian Manajemen Redaksional Manajemen dilihat dari bahasanya berasal dari bahasa Inggris management, yang semula dari bahasa Italia manaj (iare), bersumber dari bahasa latin mamis, yang artinya tangan. Management atau manaj (iare) berarti memimpin, membimbing, dan mengatur. George R. Terry mendefinisikan manajemen sebagai berikut:
dari
“Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Berdasarkan definisi di atas, manajemen diartikan sebagai proses. Dengan demikian manajemen merupakan cara sistematis untuk melakukan suatu pekerjaan di sebuah organisasi atau perusahaan yang pada umumnya berkaitan dengan kerja tim (team work) untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sedangkan pengertian redaksional dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah sifat atau cara menyusun kata-kata dalam suatu kalimat yang dibuat sedemikian rupa sehingga menarik para pembaca. Dalam teori manajemen pers, bidang redaksional merupakan jantung sebuah media massa. Adapun definisi manajemen
redaksional
adalah
proses
pengelolaan
materi
pemberitaan melalui tahap-tahap perencanaan, pengorganisasian, penggarakan, dan pengawasan, yang mencakup proses peliputan, penulisan, sampai pada penyuntingan (editing). Menurut Sam Abede Pareno yang di kutif Djuroto dalam bukunya Manajemen Penerbitan Pers, definisi manajemen redaksional adalah: “Penerapan fungsi-fungsi manajemen melalui tindakan-tindakan planning, organizing, actuating, dan controlling dalam pengelolaan materi pemberitaan”. Bidang redaksional memiliki keunikan pola kerja, namun bukan berarti tanpa kepastian. Berbagai waktu kerja redaksional
disesuaikan dengan karakteristik dan potensi media massa yang menjadi saluran pemberitaannya. Pola kerja bidang redaksional memuat
penataan
pekerja
berita
yang
merencanakan,
melaksanakan, dan menghasilkan "peristiwa" yang diberitakan, sehingga jajaran ini disibukkan oleh proses rapat redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat atau peristiwa mana yang ditangguhkan. Dengan demikian, dalam manajemen redaksional yang paling penting menurut penulis adalah meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang mencakup proses peliputan, penulisan, dan penyuntingan (editing), yang kemudian disebut
dengan tahapan
manajemen redaksional
(Djuroto, (2002: 18).
1.7.2.2. Tahapan Manajemen Redaksional Dalam memproduksi materi pemberitaan yang berkualitas, menurut Conrand C. Fink yang di kutip Djuroto: “Kekuatan dan daya tarik sebuah media cetak dimata pembaca adalah terletak pada berita dan informasi yang disajikan. Sebelum disajikan, terlebih dahulu melalui proses yang terdiri dari tahapan yang telah dipersiapkan, dan menjadi tanggungjawab bidang redaksional beserta unsur-unsur yang terkait di dalamnya dalam mengelola penerbitan tersebut”. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Tahap perencanaan dalam manajemen redaksional untuk surat
kabar
harian
adalah
penentuan
kebijaksanaan
isian
pemberitaan untuk esok pagi, dan membahas berita-berita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Proses pencarian dan penciptaan berita dimulai di ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi atau rapat perencanaan berita. Rapat biasanya diselenggarakan sore atau malam hari, yang dihadiri beberapa
redaktur
dan
pemimpin
redaksi.
Rapat
proyeksi
diusahakan singkat, tidak lebih dari 60 menit dan diselenggarakan secara rutin. Dalam rapat proyeksi, setiap reporter atau wartawan mengajukan usulan liputan. 2) Pengorganisasian Tahap pengorganisasian dalam manajemen redaksional adalah penyusunan struktur organisasi dan pembagian tugas pekerjaan serta penempatan orang berikut jabatannya di dalam struktur organisasi. Pada proses redaksional terdapat staffing yang berfungsi untuk melaksanakan aktifitas redaksional. Fungsi staffing adalah menempatkan orang-orang yang terlibat langsung ke dalam unit kerja bidang redaksional, yang merupakan fungsi vital karena menyangkut ‘sang pelaksana’ . 3) Penggerakan Tahap penggerakan dalam manajemen redaksional adalah aktivitas
yang
menggerakkan
orang-orang
beserta
fasilitas
penunjangnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu
menghasilkan produk jurnalistik. Aktifitas tersebut meliputi peliputan, penulisan, dan penyunting berita. a) Peliputan Proses peliputan dalam manajemen redaksional adalah mencari berita (news hunting), atau meliput bahan berita. b) Penulisan Penulisan berita biasanya menggunakan teknik melaporkan (to report), yang merujuk pada pola piramida terbalik (inverted pyramid), dan mengacu pada rumusan 5W+1H. c) Penyuntingan Penyuntingan
naskah
atau
editing
adalah
sebuah
proses
memperbaiki atau menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut editor atau redaktur. 4). Pengawasan Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja bidang redaksional telah sesuai dengan rencana semula atau tidak.
Parameter Konsep Variabel Konsep
Manajeman
Dimensi
Parameter
a. Perencanaan
-Kebijaksanaan isian pemberitaan
b. Pengorganisasian
-Penyusunan struktur organisasi
Redaksional
dan pembagian tugas
c. Penggerkan
-Peliputan -Penulisan -Penyuntingan
-Pelaksanaan d. pengawasan
kerja
bidang
redaksional telah sesuai dengan rencana
1.8. Metode penelitian 1.8.1. Metode Penelitian Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos”
yang
mempunyai arti jalan atau cara. Dalam kaitannya dengan penelitian adalah cara kerja yang berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan fakta-fakta.
Penelitian ini mengacu pada penelitian jenis kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari individu atau kelompok yang prilakunya diamati. Sedangkan ditinjau dari sifatnya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu. Adapun pihak yang dijadikan Informan dan sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber. Dalam hal ini adalah Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi, dan staf bidang redaksional. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan atau dokumen Harian Radar Cirebon. Sedangkan fokus penelitian adalah pada manajemen redaksional Surat Kabar Harian Radar Cirebon.
1.8.2. Teknik Pengumpulan Data Sedangkan untuk pengumpulan data, berdasarkan metode yang mempunyai relevansi dengan rancangan kualitatif di antaranya adalah: a.
Observasi Metode observasi (pengamatan)
yang dimaksudkan adalah
observasi yang dilakukan secara sistematis, bukan observasi sambilan. Dalam observasi ini dilakukan secara wajar dan sebenarnya tanpa
usaha
yang
disengaja
untuk
mempengaruhi,
mengatur
atau
memanipulasi. Jenis observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipan, sehingga diharapkan dapat mengumpulkan keterangan (data) yang sebanyak-banyaknya dalam lingkup penelitian. b. Interview Interview atau wawancara adalah suatu metode pengambilan data dengan proses tanya jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara berpedoman terpimpin, menentukan
sendiri
urutan
dan
juga
yaitu pewawancara
pembahasannya
selama
wawancara, sesuai petunjuk umum wawancara yaitu peneliti lebih dulu menyusun dan merumuskan pokok pertanyaan yang terkait dengan manajemen redaksional sebagai bahan wawancara. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperkuat dan memperoleh data mengenai manajemen redaksional Surat Kabar Harian Radar Cirebon.
1.8.3. Teknik Pengujian Keabsahan Data Pengumpulan data kualitatif sering mengandung bias. Maka dari itu, untuk membuat penelitian kualitatif semakin valid, maka dibutuhkan teknik
pemeriksaan keabsahan (trustworthiness) melalui triangulasi
(Moleong,
2002:173). Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya. Menurut Moloeng (2007:330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (Moloeng, 2007:330) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Berikut ialah penjelasan mengenai jenis-jenis triangulasi (Moleong, 2002:178): a. Triangulasi sumber ialah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. b. Triangulasi metode, terdapat dua strategi, yakni pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data & pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Triangulasi penyidik adalah memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan
data. Cara lain ialah membandingkan hasil
pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainnya. d. Triangulasi teori, yakni memeriksa derajat kepercayaan dengan teori , satu atau bisa lebih. Menurut Koentjoro memberikan empat alasan perlunya penggunaan metode triangulasi, yakni : a. Konsep kebenaran dan kelemahan penggunaan metode tertentu dalam pengumpulan data. b. Untuk memahami fenomena sosial dan konstruksi psikologis perlu digunakan lebih dari satu metode. c. Validitas metode triangulasi sangat tinggi. d. Kelenturan peneliti subjek yang diteliti dan metode atau alat pengumpul data yang tersaji lewat triangulasi akan mampu menembus kebuntuan dan keterbatasan penggunaan metode tertentu. Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut diambil benang merah yang menghubungkan di antara keduannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan akan melengkapi dalam memperoleh data primer dan skunder, observasi dan
interview digunakan untuk menjaring data primer yang berkaitan dengan manajemen redaksional, sementara observasi di lapangan dengan studi dokumentasi digunakan untuk menjaring data skunder tentang peliputan suatu berita.
1.8.4. Teknik Analisis Data
Tahap analisis data merupakan upaya mencari dan menyusun secara sistematis catatan hasil wawancara, observasi dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman tentang realitas yang ada untuk menarik kesimpulan.
Analisis data dilakukan dengan mengikuti beberapa cara
yaitu: reduksi data, sajian data dan mengambil kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan cara menyederhanakan data ke dalam konsep-konsep dan ciri-ciri yang melekat padanya, yang disebut dengan analisis dominan. Penyederhanaan data, konsep dan ciri-cirinya disajikan dalam uraian verbal, kemudian disimpulkan dengan temuan di lapangan setelah dikonfirmasi dengan teori yang relevan. Sedangkan untuk menjaga validitas data, peneliti menggunakan empat criteria yaitu: credibility (derajat
kepercayaan),
transferability
(peralihan),
(kebergantungan) dan conformability (kepastian).
dependability
1.9. Lokasi dan Jadwal Penelitian
1.9.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Harian Umum Radar Cirebon yang beralamat di Jalan Perjuangan No.9 Kota Cirebon Telp. 0231-483531.
1.9.2 Jadwal Penelitian Peneliti melakukan penelitian yang dimulai pada bulan Maret 2013 hingga bulan Mei 2013, Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian akhir. Dan meminta data saat peneliti membutuhkannya.
Jadwal Penelitian No. Jenis Kegiatan
I.
Tahun
2013
Bulan
Februari
Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
TAHAP PERSIAPAN 1. Studi literatur 2. Pengamatan 3. Penyusunan dan Bimbingan Proposal 4. Seminar proposal
II.
TAHAP PELAKSANAAN 1. Observasi 2. Wawancara 3. Pengolahan data 4. Penyusunan dan bimbingan draft skripsi
III.
TAHAP AKHIR 1. Seminar Draft 2. Sidang skripsi
Maret
April
Mei
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Massa
Istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang artinya sama. Kata sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi dapat dikatakan bahwa secara mendasar komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai pesan yang disampaikan. Sebenarnya hakekat komunikasi tidak terbatas hanya pada kesamaan makna tetapi juga harus memiliki sifat persuasif. Dimana orang yang diajak berkomunikasi (komunikan) dapat menerima suatu paham atau keyakinan dan mau melakukan suatu perbuatan atau merespon atas apa yang telah diterimanya tersebut. Untuk
memahami
pengertian
komunikasi
sehingga
dapat
dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan “ Who Says What In Which Channel To Whom whit What Effect ? “.
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunkasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : a. komunikator (communicator, source, sender) b. Pesan (Message) c. Media (channel, media) d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) e. Efek (effect, impact, influence) Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. (Effendy, 2002; 10) Komunikasi
massa adalah proses komunikasi melalui media
massa, jelasnya merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Media yang digunakan dalam komunikasi massa ini meliputi surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film. (Effendy,2002 : 20) Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Adapun karakteristik komunikasi massa adalah: d. Komunikasi massa bersifat umum, bahwa pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. e. Komunikan bersifat heterogen, bahwa massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang
bertempat tinggal dalam kondisi yang berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan, dan pengaruh. f. Media massa menimbulkan keserempakan. Yaitu keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. g. Hubungan
komunikan-komunikator
bersifat
non-pribadi
karena
komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. (Effendy, 2000:79). Meskipun setiap individu dalam masyarakat memiliki dunia persepsi dan pengalaman yang berbeda, namun kadang diperlukan persepsi yang sama terhadap suatu realitas tertentu sehingga membentuk kehidupan sosial yang baik. Disinilah media massa berperan mengarahkan dan membentuk persepsi dan interpretasi masyarakat yang benar sehingga tercipta kehidupan sosial yang baik. Proses komunikasi massa peran media massa sangat penting. Media massa sebagai sebuah sarana atau media dimana pesan akan disalurkan dan disebarluaskan pada khalayak. Menurut Effendy Media massa (Mass media) yaitu:
“Media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif banyak secara bersamasama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan sebagainya”. Ada lima jenis media masa yang dikenal sebagai "The big five of mass media" yaitu televisi, film, radio, majalah dan koran dengan fungsi komunikasi yang saling melengkapi yaitu Social function bersifat sosiologis dan Individual Function. 3. Social Function, yaitu fungsi komunikasi massa terhadap masyarakat, mencakup pengawasan lingkungan, korelasi antar bagian di dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya, sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai dan hiburan. 4. Individual function, yaitu fungsi komunikasi massa terhadap individu, mencakup pengawasan atau pencarian informasi, mengembangkan konsep diri, memfasilitasi dalam hubungan sosial, substitusi dalam hubungan sosial, membantu melegakan emosi, sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan, dan bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi. Dampak pesan pada media massa meliputi dampak kognitif, afektif, dan konatif. Dampak pesan media massa yang berupa pola-pola tindakan, kegiatan atau perilaku yang dapat diamati, adalah dampak pesan media massa yang telah sampai pada tahap konatif. Secara teoritis dampak pesan media massa biasanya hanya sampai pada tahap kognitif dan afektif, tetapi
ada beberapa kondisi yang menyebabkan dampak pesan media massa sampai pada tahap konatif yaitu : h. Exposure (Jangkauan pengenaan), jika sebagian besar khlayak telah ter-expose oleh media massa. i.
Kredibilitas, jika pesan media massa mempunyai kredibilitas yang tinggi dimata khalayaknya dalam arti kebenarannya dapat dipercaya.
j.
Konsonasi, jika isi informasi yang disampaikan oleh beberapa media massa baik materi, arah serta orientasinya maupun dalam hal waktu, frekuensi dan cara penyajiannya sama atau serupa.
k. Signifikansi, jika materi pesan media masa signifikan dalam arti berkaitan secara langsung dengan kepentingan dan kebutuhan khalayak. l.
Sensitif, jika materi dan penyajian pesan media massa menyentuh halhal yang sensitif.
m. Situasi kritis, jika ada ketidakstabilan struktural yang menyebabkan masyarakat berada dalam situasi kritis. n. Dukungan komunikasi antar pribadi, jika informasi melaui media massa menjadi topik pembicaraan, karena didukung oleh komunikasi antar pribadi. (Effendy, 2002: 31).
2.2. Media Massa (Mass media) Media senantiasa menjadi pusat perhatian dalam membahas komunikasi
massa
manapun.
Melalui
media,
pesan-pesan
dapat
disebarluaskan ke berbagai penjuru, dapat mempengaruhi, sekaligus mencerminkan budaya masyarakat dimana media tersebut hadir. Cara pandang media dalam menyajikan realitas sangat dipengaruhi oleh sistem politik yang berlaku pada masanya. Hal ini dapat terlihat dari hasil liputan media dalam mengangkat suatu realitas sosial. Kata media tentu saja menyiratkan arti “mediasi” atau sebagai perantara karena keberadaanya diantara audiens dan dunia sekitarnya (lingkungan). Denis Mc Quail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa misalnya menyebutkan beberapa perumpamaan untuk menjelaskan gagasan tersebut. “Media, misalnya merupakan jendela yang memungkinkan kita dapat melihat apa yang ada diluar lingkungan langsung kita, sebagai penterjemah yang dapat membantu kita memahami pengalaman baik langsung maupun secara simbolik, sebagai landasan atau pembawa informasi bagi para audiens dalam menentukan sikap, sebagai ramburambu yang yang memberikan instruksi dan arahan, penyaring bagian bagian dari pengalaman, sekaligus menitikberatkan pada bagian yang lain, sebagai cermin yang memantulkan bayangan kita kembali pada kita sendiri dan sebagai penghalang yang merintangi kebenaran itu sendiri.” Media Massa (Mass media) yaitu media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif banyak secara bersama-sama pada saat yang sama memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio siaran, televisi siaran, dan sebagainya (Effendy, 1989:217). Adapun fungsi media massa adalah:
5. Menyiarkan informasi, sebab masyarakat membeli media massa memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia ini. 6. Mendidik, artinya media massa menyajikan pesan-pesan atau tulisantulisan yang mengandung pengetahuan, serta sekaligus dijadikan media pendidikan massa. 7. Menghibur, biasanya media massa menyajikan rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan 8. Mempengaruhi, melalui fungsi ini media massa memegang peranan penting dalam tatanan kehidupan masyarakat. Salah satu media massa yang berkemampuan memikat perhatian khalayak secara serentak (simultaneous) dan serentak (instantaneous) adalah pers.
Pers merupakan media yang paling sering menimbulkan
masalah dalam semua bidang kehidupan dan semakin lama semakin canggih akibat perkembangan teknologi, sehingga senantiasa memerlukan pengkajian yang seksama. Pers memiliki ciri khas dibandingkan media massa lainnya. Bukan hanya sifatnya yang merupakan media cetak, tetapi khalayak yang diterpanya bersifat aktif, tidak pasif seperti kalau mereka diterpa media radio, televisi, dan film. Pesan melalui media pers diungkap dengan huruf-huruf mati, yang baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya (mental set) secara aktif. Kelebihan pers lainnya ialah bahwa media cetak dapat didokumentasikan, dikaji ulang,
dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, dan dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi. Dampak komunikasi massa dalam tulisan ini akan dilihat dari dua aspek yaitu dampak yang berkaitan dengan media secara fisik dan dampak yang berkaitan dengan pesan media massa. Adapun dampak media massa sebagai Obyek Fisik:
5. Dampak Ekonomis,
dimana
kehadiran
media
massa dapat
menggerakkan usaha dalam berbagai sektor seperti produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. 6. Dampak Sosial, dimana status pemilik (memiliki televisi atau radio, berlangganan surat kabar atau majalah) secara tidak langsung meningkat dengan kepemilikan media massa. 7. Dampak pada penjadwalan kegiatan, dimana kegiatan sehari-hari khalayak dapat berubah dengan hadirnya media massa, misalnya jadwal tidur seseorang ,menjadi larut, karena ia selalu menonton tayangan televisi "Buletin Malam" 8. Sebagai penyaluran perasaan tertentu, dimana tanpa mempersoalkan pesan yang disampaikan media massa orang menonton televisi atau memutar gelombang radio hanya untuk menghilangkan rasa kecewa, sedih, bosan atau perasaan lain.
2.3. Jurnalistik Jurnalisme merupakan keseluruhan proses dari pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan penyiaran berita (Effendy,1993:95). Sedang kegiatan jurnalistik merupakan keseluruhan proses mulai dari mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi berupa berita atau pendapat kepada khalayak pembaca. Menurut Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang pers: “Bahwa kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”. Pada dasarnya inti dari jurnalistik adalah adanya suatu fakta yang direkonstruksi kembali oleh wartawan atau lembaga media yang disampaikan pada masyarakat luas. Dalam merekonstruksi suatu fakta, wartawan maupun media juga harus menginterpretasikan fakta atau realitas sosial yang diperolehnya dengan benar dan sejelas mungkin. Selanjutnya masyarakatlah yang berhak menginterpretasikan berita dan memberikan konteks tertentu atas informasi yang diterimanya. Wartawan maupun media massa harus mampu merangsang masyarakat untuk menginterpretasikan berita yang ada di surat kabar dan memberinya konteks. Hal itu bisa terjadi bila berita yang disajikan oleh media massa memiliki nilai sosial dan menguntungkan bagi kepentingan umum. Suatu nilai sosial dapat terpenuhi apabila media mampu
mengakomodasikan kepentingan masyarakat dengan berita dan informasi yang disampaikannya.
2.4. Manajemen Redaksional 2.4.1. Manajemen Manajemen berasal dari kata kerja ‘ manage ’ yang berarti memimpin, menangani, mengatur, membimbing. Kata manajemen juga berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement , yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. George Terry yang di kutif M. Manullah Efendy dalam buku Dasar-dasar Manajemen mendefinisikan: “Manajemen sebagai sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain”. Henry Fayol memberikan definisi yang hampir senada.Baginya, manajemen ialah: “Proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan, sumber daya, sumber dana, dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerak, pengawasan, dan penilaian”. Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran ( goals ) Secara operasional dapat didefinisikan bahwa manajemen
ialah
proses
mengkoordinasikan,
mengintegrasikan,
menyederhanakan, dan mensinkronisasikan ( coordination, integration, simplification, synchronization / CISS) sumber daya manusia, material, dan metode ( men, materials, methods / 3M). Dari beberapa definisi di atas, dapat
disimpulkan
bahwa
manajemen
ialah
proses
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan memanfaatkan sumber daya manusia, sumber daya alam serta sumber-sumber lainnya dengan dikepalai oleh seorang manajer yang bertugas untuk mengarahkan para stafnya (M. Manullah Efendy, 2002:34). Manajemen diartikan juga sebagai proses. Dengan demikian manajemen merupakan cara sistematis untuk melakukan suatu pekerjaan di sebuah organisasi atau perusahaan yang pada umumnya berkaitan dengan kerja tim (team work) untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Totok Djuroto, 2002:23).
2.4.2. Redaksi Redaksi ialah bagian atau sekumpulan orang dalam sebuah organisasi perusahaan media massa (cetak, elektronik,
online ) yang
bertugas untuk menolak atau mengizinkan pemuatan sebuah tulisan atau berita melalui berbagai pertimbangan, di antaranya ialah bentuk tulisan berupa berita atau bukan, bahasa, akurasi, dan kebenaran tulisan. Dari definisi di atas, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa redaksi ialah sekumpulan orang tim atau tim kerja ( team work ) dalam sebuah organisasi
media massa yang bekerja sama dan bersinergi untuk mencapai tujuan bersama yang tugas utamanya ialah mempertimbangkan atau memilih berita mana yang layak muat dan tidak layak muat baik dari segi bahasa, akurasi maupun kebenaran tulisan. Kesemuanya itu akan dipertimbangkan oleh redaktur pada sebuah media (Totok Djuroto, 2002:68). Sedangkan pengertian redaksional dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah: “Sifat atau cara menyusun kata-kata dalam suatu kalimat yang dibuat sedemikian rupa sehingga menarik para pembaca. Dalam teori manajemen pers, bidang redaksional merupakan jantung sebuah media massa”.
1.4.3. Manajemen Redaksional Adapun definisi manajemen redaksional adalah proses pengelolaan materi pemberitaan melalui tahap-tahap perencanaan, pengorganisasian, penggarakan, dan pengawasan, yang mencakup proses peliputan, penulisan, sampai pada penyuntingan (editing) Totok Djuroto (2002: 67). Menurut Sam Abede Pareno di kutip Totok Djuroto, definisi manajemen redaksional adalah: “Penerapan fungsi-fungsi manajemen melalui tindakantindakan planning, organizing, actuating, dan controlling dalam pengelolaan materi pemberitaan”. Bidang redaksional memiliki keunikan pola kerja, namun bukan berarti tanpa kepastian. Berbagai waktu kerja redaksional disesuaikan dengan karakteristik dan potensi media massa yang menjadi saluran pemberitaannya. Pola kerja bidang redaksional
memuat
penataan
pekerja
berita
yang
merencanakan,
melaksanakan, dan menghasilkan "peristiwa" yang diberitakan, sehingga jajaran ini disibukkan oleh proses rapat redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat atau peristiwa mana yang ditangguhkan. Dengan demikian, dalam manajemen redaksional yang paling penting menurut penulis adalah meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang mencakup proses peliputan, penulisan, dan penyuntingan (editing), yang kemudian disebut dengan tahapan manajemen redaksional. Dalam memproduksi materi pemberitaan yang berkualitas, menurut Conrand C. Fink yang di kutip Totok Djuroto dalam bukunya Manajemen Penerbitan Pers, kekuatan dan daya tarik sebuah media cetak dimata pembaca adalah terletak pada berita dan informasi yang disajikan. Sebelum disajikan, terlebih dahulu melalui proses yang terdiri dari tahapan yang telah dipersiapkan, dan menjadi tanggungjawab bidang redaksional beserta unsur-unsur yang terkait di dalamnya dalam mengelola penerbitan tersebut. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perencanaan Tahap perencanaan dalam manajemen redaksional untuk surat kabar harian adalah penentuan kebijaksanaan
isian pemberitaan untuk esok pagi, dan membahas beritaberita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Proses pencarian dan penciptaan berita dimulai di ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi atau rapat perencanaan berita. Rapat biasanya diselenggarakan sore atau malam hari, yang dihadiri beberapa redaktur dan pemimpin redaksi. Rapat proyeksi diusahakan singkat, tidak lebih dari 60 menit dan diselenggarakan secara rutin. Dalam rapat proyeksi, setiap reporter atau wartawan mengajukan usulan liputan. 2) Pengorganisasian Tahap
pengorganisasian
dalam
manajemen
redaksional adalah penyusunan struktur organisasi dan pembagian tugas pekerjaan serta penempatan orang berikut jabatannya di dalam struktur organisasi. Pada proses redaksional
terdapat
staffing
yang
berfungsi
untuk
melaksanakan aktifitas redaksional. Fungsi staffing adalah menempatkan orang-orang yang terlibat langsung ke dalam unit kerja bidang redaksional, yang merupakan fungsi vital karena menyangkut ‘sang pelaksana’ . Berikut staffing dari surat kabar.
Bagan 1. Staffing Bidang Redaksional
Pemimpin Redaksi
Sekretaris Redaksi
Redaksi Pelaksana
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Wartawan/ Reporte/ Koresponden
Penjelasan: a) Pemimpin
Redaksi
adalah
orang
pertama
yang
bertanggungjawab terhadap bidang redaksional (semua isi penerbitan pers). Intinya, baik dan buruk isi pemberitaan pada penerbitannya tergantung pada ketajaman Pemimpin Redaksi
dalam
pemberitaannya.
mencari
dan
memilih
materi
b) Sekretaris Redaksi adalah pembantu Pemimpin Redaksi dalam hal administrasi keredaksian. c) Redaktur Pelaksana (Managing Editor) adalah jabatan yang dibentuk untuk membantu Pemimpin Redaksi dalam tugas keredaksian sehari-hari. d) Redaktur (Editor) adalah petugas yang bertanggungjawab terhadap isi halaman surat kabar. Ada Redaktur bidang (hukum, politik, ekonomi, budaya, olahraga dan lainlain). Ada Redaktur halaman, misalnya; halaman 1 (umum), 2 (Kabupaten), 3 (daerah), 4 (nasional), 5 (opini) dan sebagainya. e) Wartawan (Reporter) adalah seseorang yang bertugas mencari,
mengumpulkan,
dan
mengolah
informasi
menjadi berita, untuk dipublikasikan melalui media massa. f) Koresponden (Stringer) adalah seseorang yang berdomisili di suatu daerah yang diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers di luar daerah atau di luar negeri, untuk menjalankan tugas kewartawanannya. Biasanya lebih dikenal dengan sebutan wartawan pembantu. Dengan adanya struktur dan pembagian tugas dalam bidang
redaksional,
maka
produk
jurnalistik
yang
dihasilkan akan lebih berkualitas dan dapat menarik minat baca masyarakat. 3) Penggerakan Tahap penggerakan dalam manajemen redaksional adalah aktivitas yang menggerakkan orang-orang beserta fasilitas penunjangnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu menghasilkan produk jurnalistik. Aktifitas tersebut meliputi peliputan, penulisan, dan penyunting berita. a) Peliputan Proses peliputan dalam manajemen redaksional adalah mencari berita (news hunting), atau meliput bahan berita. Aktivitas meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi redaksi. Dalam meliput berita terdapat tiga teknik, yaitu reportase, wawancara, dan riset kepustakaan (studi literatur). 1. Reportase,
adalah
meliput
langsung
kegiatan ke
jurnalistik
lapangan.
berupa
Wartawan
mendatangi langsung tempat kejadian peristiwa, mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut.
2. Wawancara (interview), adalah kegiatan tanyajawab yang dilakukan wartawan (reporter) dengan narasumber untuk memperoleh informasi menarik dan penting, serta menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin. 3. Riset kepustakaan (studi literatur), adalah teknik peliputan atau pengumpulan data dengan mencari kliping koran, membaca buku atau menggunakan fasilitas search engine di internet. Dalam aktivitas peliputan, akhir-akhir ini banyak media massa cetak yang tidak hanya menugaskan wartawan atau reporter saja untuk meliput berita, akan tetapi wartawan
foto
atau
fotografer
juga
diikut-sertakan
menyadari akan pentingnya dokumentasi. Para fotografer diberi keleluasaan untuk memotret, menyajikan rincianrincian gambar yang sesuai dengan berita untuk melengkapi sebuah naskah berita. b) Penulisan Penulisan berita biasanya menggunakan teknik melaporkan (to report), yang merujuk pada pola piramida terbalik (inverted pyramid), dan mengacu pada rumusan 5W+1H.
1. Pola piramida terbalik Dalam teknik
melaporkan (to report),
wartawan atau reporter tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulis. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya (das sain), bukan laporan tentang bagaimana seharusnya (das sollen). Dengan piramida terbalik berarti pesan disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf pertama, kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci
pada
paragraf-
paragraf
berikutnya.
Rumusanya: semakin ke bawah semakin tidak penting. Berikut gambaran penulisan berita dengan menggunakan pola piramida terbalik.
Bagan 2. Teknik Penulisan Berita
Head Line/ Judul Berita
LEAD
Sangat penting
Teras Berita
BRIDGE Perangkai
penting
BODDY Tubuh Berita
Cukup Penting
Leght Kaki Berita
Kurang penting
Date Line Titimangsa
Mengenai penulisan teras berita, ada 10 pedoman yang dikeluarkan PWI Pusat, yaitu: a.
Teras
berita
harus
mencerminkan
pokok
terpenting berita. Paragraf pertama sebaiknya jangan melebihi tiga kalimat. b.
Teras berita jangan mengandung lebih dari antara 30-45 perkataan.
c.
Teras berita harus ditulis dengan baik, sehingga mudah
ditangkap
dan
cepat
dimengerti,
kalimatnya singkat, satu gagasan dalam satu kalimat, dan dibolehkan memuat lebih dari satu unsur 3A-3M. d.
Hal-hal
yang
tidak
begitu
mendesak,
hendaknya dimuat dalam tubuh berita. e.
Teras berita sebaiknya mengutamakan unsur apa.
f.
Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa.
g.
Teras
berita
jangan
menggunakan
unsur
bilamana, kecuali unsur itu bermakna khusus dalam berita. h.
Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya unsur tempat dahulu, kemudian disusul oleh unsur waktu.
i.
Unsur bilamana dan unsur mengapa diuraikan dalam tubuh berita.
j.
Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation lead), asalkan kutipan itu tidak suatu kalimat yang panjang.
Sedangkan bagan di atas dapat digunakan sebagai rujukan semua jenis berita, kecuali feature. Jenis-jenis berita antara lain:
a. Straight news (berita langsung) yaitu berita yang informasinya diperoleh langsung dari narasumber. Biasanya diungkap dalam bentuk pemaparan, dan penulisannya mengutamakan aktualitas informasinya. b. Investigative news (penggalian berita) yaitu berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian (penyelidikan) dari berbagai sumber. Berita bermula dari adanya isu (data
mentah).
Penulisannya
memusatkan
pada
sejumlah masalah (kontroversi). c. Explanatory news (pengungkapan berita) yaitu berita yang menjelaskan, artinya data yang disajikan lebih banyak diuraikan dari pada diungkap secara langsung, dan penulisannya bisa dipadukan antara fakta dan opini (argumentasi). d. Interpretative news (penjelasan berita) yaitu berita yang penyajiannya merupakan gabungan dari fakta dan interpretasi,
penulis
boleh
memasukkan
uraian
(komentar) yang ada kaitannya dengan data yang diperoleh dari peristiwa yang dilihatnya. e. Depth news (pengembangan berita) yaitu berita yang penulisannya bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang peristiwa fenomenal (aktual), dan berita
berasal dari adanya sebuah berita yang masih belum selesai pengungkapannya dan dilanjutkan kembali. f. Feature (karangan khas) yaitu berita yang penulisan dan penyajiannya menggunakan teknik mengisahkan dalam bentuk naratif berdasarkan fakta, dan penulisannya lebih bergantung pada gaya bahasa yang ringan dan menghibur.
2. Rumusan 5W+1H Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+1H, agar berita menjadi lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik. Setiap peristiwa yang dilaporkan, harus terdapat enam unsur dasar, yaitu what (peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak), who (siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu), when (kapan peristiwa itu terjadi), where (dimana peristiwa itu terjadi), why (mengapa peristiwa itu sampai terjadi), dan how (bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara menanggulangi peristiwa itu). Dalam konteks Indonesia, para praktisi jurnalistik kerap menambahkan satu unsur lagi yaitu aman (safety, S), sehingga rumusannya
menjadi 5W+1H(1S). Maksudnya, berita apa pun yang
dipublikasikan,
diyakini
tidak
akan
menimbulkan dampak negatif bagi media massa bersangkutan dan masyarakat serta pemerintah. Selain itu, berita yang ditulis juga harus mempunyai nilai berita (news value),
yang
sekaligus menjadi “karaktetistik utama” sebuah berita dapat dipublika sikan (layak muat). Adapun nilai berita ditentukan oleh beberapa faktor: unusualness (sesuatu yang luar biasa, menarik), newness (segala sesuatu yang baru), impact segala sesuatu
yang
berdampak
luas),
timeliness
(peristiwa yang sedang atau baru terjadi, tepat waktu),
dan
conflict
(segala
sesuatu
yang
mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan). Kriteria umum nilai berita tersebut, bisa menjadi rukun iman para reporter dan editor dalam dunia jurnalistik.
c) Penyuntingan Penyuntingan naskah atau editing adalah sebuah proses memperbaiki atau menyempurnakan tulisan secara
redaksional dan substansial. Pelakunya disebut editor atau redaktur. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis, mudah dipahami, dan tidak rancu. Selain kata dan kalimat harus benar ejaan atau cara penulisannya, juga harus benar-benar mempunyai arti dan enak dibaca. Sedangkan secara substansial, editor harus memperhatikan fakta dan data agar tetap terjaga keakuratan dan kebenarannya. Selain itu harus memperhatikan sistematika penulisan dan memperhatikan apakah isi tulisan dapat dipahami pembaca atau malah membingungkan. Wajah atau gaya pemberitaan sebuah penerbitan pers umumnya bergantung pada keahlian dan kreativitas para redakturnya
dalam
proses
menyunting.
Kegiatan
penyuntingan pada dasarnya mencakup hal-hal berikut: 1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual. 2. Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda baca, tatabahasa, ejaan, angka, nama, dan alamat. 3. Menyesuaikan naskah dengan gaya surat kabar yang bersangkutan. 4. Mengetatkan tulisan, membuat satu kata melakukan pekerjaan tiga atau empat kata, menjadikan satu kalimat menyatakan fakta-fakta yang terdapat dalam satu
paragraf, dan menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia. 5. Menjaga agar tidak sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memuakkan (bad taste). 6. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul (sub judul), bila diperlukan. 7. Menulis judul untuk berita yang bersangkutan agar menarik. 8. Menulis caption (keterangan gambar) untuk foto dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan naskah yang disunting. 9.
Setelah edisi naik cetak, menelaah koran tersebut secermat mungkin
sebagai
perlindungan
lebih
lanjut
terhadap
kesalahan dan melakukan perbaikan jika deadline masih memungkinkan. Dengan demikian, menyunting tidak sematamata memotong (cutting) naskah agar cukup "pas" masuk dalam kolom (space) yang tersedia, tetapi juga membuat tulisan yang enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual.
4. Pengawasan Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja
bidang redaksional telah sesuai dengan rencana semula atau tidak. Tahap pengawasan dalam bidang redaksional merupakan kegiatan penting karena adanya evaluasi dan penyuntingan hasil aktivitas sebuah berita yang akan diterbitkan. Pada tahap pengawasan hasil kerja bidang redaksional akan disesuaikan dengan konsep berita dan kriteria umum nilai berita yang berlaku universal. Artinya tidak hanya berlaku untuk surat kabar, tabloid dan majalah saja tetapi juga berlaku untuk radio, televisi, film, dan bahkan media on line internet. Pengawasan ini sangat penting dilakukan untuk menjaga isi rubrik agar tidak keluar dari koridor atau kaidah jurnalistik.
Menurut Stefanus Akim, dalam artikelnya Manajemen Keredaksian
yang
di
akses
pada
19
April
2013
di
http://stefanusakim.multiply.com/journal/item/19/manajemen_kered aksian, manajemen redaksi adalah: “Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan orang-orang dengan tujuan membantu mencapai tujuan organisasi (pers), individual dan masyarakat”. Dalam manajemen media, ada beberapa pembagian manajemen agar setiap departemen fokus menjalankan tugas masing-masing. Pembagian beberapa manajemen itu ialah bagian redaksional,
produksi
maupun
bisnis.
Bagian
redaksional
merupakan bagian yang mengurus pemberitaan. Bagian ini dipimpin oleh pemimpin redaksi yang pekerjaannya terkait pencarian dan penyampaian berita. Jajaran ini disibukkan oleh rapat redaksi yang akan membahas berita mana yang akan diangkat dan ditangguhkan. Terkait delapan fungsi manajemen redaksi menurut Stefanus Akim ini diawali dengan fungsi perencanaan, dimana setiap fungsi manajemen selalu didahulukan dengan sebuah perencanaan. Perencanaan yang baik, tentu akan menghasilkan output yang baik pula. Berikut ini akan dipaparkan delapan fungsi manajemen redaksi dalam sebuah media massa. 1. Fungsi Perencanaan Perencanaan ialah semua kegiatan yang dimulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan proses pencarian berita. Dalam perencanaan ini terjadi proses interaksi dan kreativitas manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia. Baik buruknya proses produksi akan sangat ditentukan Stefanus Akim “Manajemen Keredaksian,” oleh sebuah perencanaan yang dikonsep di atas kertas ( outline ) berupa pembagian tugas pencarian berita hingga berita siap siar dalam rapat redaksi. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan ialah kegiatan merencanakan sesuatu untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, perencanaan mencakup semua kegiatan yang dimulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan proses pencarian berita. Proses perencanaan dan penetapan mencakup langkahlangkah sebagai berikut: 1) Menetapkan peran dan misi, yaitu menentukan sifat dan ruang lingkup tugas yang hendak dilaksanakan. 2) Menentukan wilayah sasaran, yaitu menentukan di mana pengelola media penyiaran harus mencurahkan waktu, tenaga dan keahlian yang dimiliki. 3) Mengidenktifikasi dan menentukan indikator efektivitas ( indicators of effectiveness ) dari setiap pekerjaan yang dilakukan. 4) Memilih dan menentukan sasaran atau hasil yang ingin dicapai. 5) Mempersiapkan rencana tindakan yang terdiri dari langkahlangkah sebagai berikut: a) Menentukan urutan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. b) Penjadwalan ( scheduling ) menentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau sasaran. c) Anggaran ( budgeting ) menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
d) Pertanggungjawaban—menetapkan
siapa yang akan
mengawasi pemenuhan tujuan yaitu pihak yang menyatakan tujuan sudah tercapai atau belum. e) Menguji dan merevisi rencana sementara ( tentative plan ). 6) Membangun pengawasan, yaitu memastikan tujuan akan terpenuhi. 7) Komunikasi-menentukan
komunikasi
organisasi
yang
diperlukan untuk mencapai pemahaman serta komitmen pada enam langkah sebelumnya. 8) Pelaksanaan-persetujuan
mengenai
komitmen
untuk
menjalankan upaya yang telah ditentukan, pendekatan apa yang paling baik, dan siapa saja yang terlibat.
2. Fungsi Pengorganisasian Fungsi
kedua
Pengorganisasian
(
ialah
fungsi
organizing
)
pengorganisasian. merupakan
proses
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan sturuktur organisasi adalah departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi
ialah
pengelompokkan
kegiatan-
kegiatan kerja suatu organisasi agar seluruh kegiatan yang sejenis dapat saling berhubungan dan dikerjakan bersama. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengorganisasian ialah proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, dan sumbersumber. Hasil dari fungsi pengorganisasian ialah struktur organisasi. Melalui struktur organisasi tersebutlah para tim redaksi bekerja sesuai posisinya. Pada Umumnya, media penyiaran komersil memiliki departemen sebagai berikut: 1) Departemen Pemasaran. Departemen ini fokus dalam menangani kegitan yang terkait dengan pemasaran dan mempromosikan program maupun segala kegiatan kepada beberapa pihak atau partner kerja. 2) Departemen Program. Departemen ini bertanggung jawab untuk merencanakan, memilih, menjadwalkan dan membuat program. 3) Departemen Berita. Departemen ini dipimpin oleh seorang
pemimpin
redaksi.
Departemen
berita
bertanggung jawab terhadap produksi program berita, olahraga, documenter dan program-program yang terkait dengan keperntingan khalayak. 4) Departemen Teknik. Departemen ini bertanggung jawab penuh terhadap segala hal yang terkait dengan peralatan
siaran agar program atau berita dapat disiarkan. Jika dalam media tv para staf teknik mengoperasikan peralatan di control room , maka dalam media online , staf
teknik
biasanya
disebut
IT
(
Information
Technology ) dan focus mengurusi tampilan ( layout ) website Media. 5) Departemen Bisnis. Departemen bisnis melaksanakan berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan bisnis. Bekerja sama dengan beberapa pihak terkait masalah periklanan.
3. Fungsi Pengarahan Setelah fungsi pengorganisasian dapat berjalan secara sistematis dan terarah, maka fungsi selanjutnya yang perlu dijalankan ialah fungsi pengarahan. Fungsi pengarahan berarti fungsi yang dijalankan pada media massa berupa pengarahan seorang pemimpin agar para stafnya bersedia melaksanakan tugas dan memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif sehingga timbul saling pengertian, kepercayaan yang baik, menumbuhkembangkan disiplin kerja dan rasa saling memiliki. Dari definisi tersebut, ringkasnya pengarahan adalah komunikasi persuasive untuk memotivasi bawahan agar
bersedia bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan produktivitas dari para bawahan. Fungsi pengarahan sangat penting dalam sebuah organisasi media untuk menciptakan hubungan yang baik antara seorang manajer dengan bawahannya untuk melaksanakan tugas yang sejalan dengan visi dan misi media itu sendiri.
4. Fungsi Pengawasan Setelah fungsi pengarahan berjalan dengan baik, maka fungsi selanjutnya ialah fungsi pengawasan ( controlling ). Fungsi pengawasan dalam media massa meliputi persiapan suatu standar kuantitas dan kualitas hasil kerja, baik berbentuk produk,
pelaksanaan
tugas
(tupoksi)
setiap
jabatan,
menyeleksi produk, mengawasi penjualan yang diberikan perusahaan organisasi dalam usaha pencapaian tujuan, produktivitas, dan terciptanya citra yang positif. Robert J. Mockler yang di kutif Totok Djuroto pada bukunya
Manajemen
Penerbitan
Pers
(2002:
96),
memberikan definisi yang hampir senada seputar pengawasan. Menurut Mockler, pengawasan ialah: “Suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan- penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan ialah fungsi yang dijalankan pada setiap departemen di sebuah organisasi media untuk mengawasi jalannya
setiap
kegiatan.
Semua
itu
diawasi
guna
menghasilkan yang terbaik untuk media tersebut.
5.
Fungsi Pengembangan Fungsi kelima ialah fungsi pengembangan. Fungsi pengembangan ialah kegiatan yang terus menerus dilakukan ( continued actuating ) untuk mengembangkan dua elemen besar media massa, yaitu:
content
(isi berita) dan staf
redaksi itu sendiri. Fungsi pengembangan ini biasanya dilakukan
oleh
Divisi
Litbang
(Penelitian
dan
Pengembangan). Ringkasnya, fungsi pengembangan ialah fungsi yang idealnya harus dijalankan oleh organisasi media agar bagaimana media itu dapat berkembang baik dalam lingkup intern maupun ekstern. Setelah berkembang dengan baik, perlu kiranya dipikirkan kembali bagaimana media itu dapat bersaing secara sehat.
6. Fungsi Kompensasi Fungsi selanjutnya setelah fungsi pengembangan ialah fungsi kompensasi. Kompensasi sendiri adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja karyawan tersebut. Perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada para pekerja terlebih dahulu melakukan penghitungan kinerja dengan membuat system penilaian. Sistem tersebut umumnya berisi kriteria penilaian setiap pegawai. Kompensasi yang baik akan memberi beberapa efek positif pada sebuah perusahaan sebagai berikut: 1) Mendapatkan karyawan berkualitas baik. 2) Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang. 3) Memikat pelamar kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada. 4) Mudah dalam pelaksanaan dalam administrasi maupun aspek hukumnya. 5) Memiliki keunggulan lebih dari pesaing / competitor Menurut
Morissan
(2008:
76),
jenis
kompensasi yang diberikan pada karyawan terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: 1) Imbalan ektrinsik. Imbalan ektrinsik ialah imbalan
yang diberikan kepada seorang karyawan yang berbentuk materi (uang), seperti gaji, upah, honor, bonus, komisi dan lainnya. 2) Imbalan intrinsik. Imbalan intrinsik ialah imbalan yang bentuknya sebagai benefit atau tunjangan pelengkap. Imbalan intrinsik contohnya seperti uang cuti, uang makan, uang transportasi, asuransi, jaminan sosial tenaga kerja, uang pensiun, rekreasi, beasiswa melanjutkan kuliah dan lain sebagainya. Definisi di atas memberikan gambaran bahwa fungsi kompensasi ialah fungsi yang dijalankan oleh atasan untuk dapat memberikan kompensasi, baik berupa materi maupun nonmateri kepada bawahannya sesuai dengan apa yang telah ia usahakan untuk perusahaan tersebut. Biasanya, sebuah perusahaan memiliki indikator penilaian untuk memacu kinerja karyawan agar lebih baik. Hal ini penting karena jika tidak ada sebuah indikator, khawatir para karyawan akan melaksanakan tugas mereka dengan tidak maksimal. Dalam hal ini, masalah profesionalitas seorang karyawan memang tidak dapat dibohongi.
7. Fungsi Integrasi Setelah fungsi kompensasi, selanjutnya ialah fungsi integrasi. Fungsi integrasi idealnya dimiliki oleh sebuah organisasi media massa. Integrasi sendiri memiliki dua pengertian, yaitu pengendalian terhadap konflik dalam suatu sistem sosial tertentu dan membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Fungsi integrasi dalam organisasi media dalam lingkup yang kecil difokuskan kepada hubungan antara satu staf dengan staf yang lain. Sedangkan untuk lingkup yang lebih besar ialah hubungan antara manajer dengan bawahan maupun pimpinan media dengan pimpinan media lain untuk dapat berintegrasi, menjalin kerjasama dan bersinergi dengan baik. Fungsi integrasi juga dirasa patut dijalankan dalam organisasi media agar media itu dapat dikenal khalayak luas. 8. Fungsi Pemeliharaan Fungsi yang terakhir adalah fungsi pemeliharaan. Pemeliharaan
orang-
orang
(
staffing
),
meliputi
menentukan persyaratan personil yang akan dipekerjakan, merekrut calon karyawan, menentukan
job description
dan persyaratan teknis suatu pekerjaan, melakukan penilaian dan pelatihan termasuk pengembangan kualitas
dan kuantitas karyawan sebagai acuan untuk penyusunan setiap fungsi dalam manajemen. Tupoksi (pembagian) tugas ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing karyawan. Semua kegiatan baik pada bagian redaksi maupun perusahaan dipimpin oleh seorang pemimpin umum.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa fungsi pemeliharaan ialah fungsi yang dijalankan oleh seorang manajer agar para staf dapat bekerja dengan maksimal, dengan pembagian tugas yang adil. Dalam manajemen redaksi media cetak, yang perlu diperhatikan ialah penampilan ( cover ) pada setiap penerbitan. Jika sistem cetak mengutamakan tampilan dan kertas.
2.5 Surat Kabar Pada awalnya surat kabar tumbuh secara bertahap dan sederhana, berbentuk lembaran-lembaran kertas yang dipublikasikan secara lokal. Saat ini produksinya serba mekanik, berjangka, dan mengandung berita yang sangat bervariasi dengan sistem organisasi serta mekanisme yang mapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): “Surat kabar adalah lembaran-lembaran kertas bertuliskan beritaberita, dan sebagainya” (2000:872).
Menurut Assegaf dalam buku Effendy Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Komunikasi, surat kabar adalah: “Penerbitan yang berupa lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang dicetak terbit secara tetap atau periodik dan akan dijual untuk umum”. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Komunikasi mengatakan: “Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isi aktual dan universal, mengenai apa saja dan dari mana saja diseluruh dunia yang mengandung nilai berita untuk diketahui khalayak pembaca”.
2.5.1. Fungsi Surat Kabar Menurut Mubardjo (2008:98), secara kontemporer surat kabar mempunyai fungsi utama dan fungsi sekunder, yaitu : 1. Fungsi Utama Surat Kabar d. To inform, yaitu menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara, dan dunia. e. To Comment, yaitu mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya kedalam focus berita. f. To Provide, yaitu menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media. 2. Fungsi Sekunder Surat Kabar
d. Untuk
kampanye
proyek-proyek
yang
bersifat
kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu. e. Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun dan cerita-cerita khusus. f. Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi, dan memperjuangkan hak.
2.5.2. Karakteristik Surat Kabar Karl Bashwitz seperti dalam bukunya Effendy menjelaskan beberapa karakteristik surat kabar sebagai berikut: 6. Publisitas adalah penyebaran pada publik atau khalayak. salah satu karakteristik komunikasi massa adalah pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar di berbagai tempat, karena pesan tersebut sangat penting untuk ketahui umum, atau menarik bagi khalayak pada umumnya. dengan demikian, semua aktivitas menusia yang mengakut kepentingan umum adalah layak untuk disebarluaskan. 7. Periodesitas menunjukan pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media massa khususnya surat kabar. Setiap hari manusia selalu membutuhkan informasi. Bagi
penerbit surat kabar, selama ada dana dan tenaga yang terampil, tidaklah sulit untuk menerbitkan surat kabar secara periodik.. 8. Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dan dari seluruh dunia. Dengan demikian atau surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan, dan 1ain-1ain. Selain itu, lingkup kegiatannya bersifat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Jadi, apabila penerbitan (sekalipun bentuknya seperti surat kabar) yang hanya memuat atau berisi salah satu aspek saja, maka penerbitan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai surat kabar. 9. Aktualitas menunjuk pada “kekinian” atau terbaru dan masih hangat. Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan, karena khalayak pun memerlukan informasi yang paling baru. 10. Terdokumentasikan, dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap pentmg untuk diarsipkan atau di buat kliping. Misalnya karena berita tersebut berkajtan dengan
instansinya, atau artikel itu bermanfaat Untuk rnenambah pengetahuannya. (Effendi, 2004:154-155)
2.6.Berita Menurut Hikmat Kusumaningrat (2006: 146) berita ialah: “informasi aktual mengenai fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang. Sedangkan Sudirman Tebba memberikan definisi berbeda seputar berita. Menurutnya berita ialah jalan cerita mengenai suatu peristiwa”. Asep Syamsul Romli (2005:31) juga disebutkan bahwa berita ialah: “Laporan peristiwa yang memenuhi keempat unsur yaitu cepat, nyata, penting dan menarik”. Dari beragam definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa berita ialah informasi aktual mengenai fakta dan opini dengan memperhitungkan beberapa unsur yaitu, kedekatan ( proximity ) geografis antara khalayak dengan peristiwa, keterkenalan ( prominence ), kriminal ( criminal ), seks ( sex ) dan dampak ( consequence ).
2.6.1. Jenis dan Nilai-nilai Berita a. Jenis berita Menjadi beberapa macam, tergantung dari sudut pandang seseorang melihatnya, yaitu: 1) Sifat kejadian, 2) Cakupan isi berita, dan
3) Bentuk penyajian berita Dilihat dari segi sifat kejadiannya, ada berita terduga (perayaan hari besar Nasional) dan berita tak terduga (kebakaran, tanah longsor, banjir). Dilihat dari segi cakupan isi berita, berita terbagi menjadi berita politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, dan lain sebagainya.Sedangkan jika dilihat dari segi bentuk penyajiannya, berita digolongkan menjadi dua, yaitu hard news atau soft news (Hikmat Kusumaningrat, 2006: 175).
b. Nilai Berita 1) Nilai Berita Menurut Pandangan Lama Dalam Schediasma Curiosum de Lectione Novellarum , Christian Weise mengemukakan pada tahun 1676 bahwa dalam memilih berita harus dipisahkan antara yang benar dan yang palsu (Sudirman Tebba, 2005:56). Menurut Tobias Peucer, nilai berita menurut pandangan lama ialah: a) Tanda-tanda yang tidak lazim (ketidaklaziman), b) Berbagai jenis perubahan sosial dan pemerintahan, c) Masalah-masalah gereja dan keterpelajaran (Sudirman Tebba, 2005:58). Kasper Steiler berpendapat bahwa penulis berita di surat
kabar haruslah “orang yang dapat menceritakan hal-hal penting dan menjauhkan diri dari hal-hal sepele”. Seperti yang dikemukakan oleh J. Wilke dalam tulisannya “ Wie das Bild der Welt seinen Zusammenhang verlor ,” Steiler juga mengungkapkan bahwa nilainilai berita ialah kebaruan, kedekatan (
proximity ) geografis,
implikasi dan keterkenalan ( prominence ), maupun negativism (Sudirman Tebba, 2005:59). 2) Nilai Berita Menurut Pandangan Modern Berita menurut pandangan modern dihubungkan kepada wartawan Amerika Serikat, Walter Lippman pada awal abad lalu. Menurutnya, berita dinilai sebagai berita jika ada unsur kejelasan ( clarity ) tentang peristiwannya, unsure kejutan ( surprise ), unsur kedekatan ( proximity ) secara geografis, serta ada dampak ( impact ) dan konflik personalnya (Sudirman Tebba, 2005:56). Sedangkan menurut Hikmat dan Purnama Kusumaningrat (2005:143) nilai berita menurut pandangan modern ialah sebagai berikut: a. Aktualitas ( Timeliness ); Bagi sebuah surat kabar, semakin aktual berita beritanya, semakin tinggi pula nilai beritanya. b. Kedekatan ( Proximity ); Peristiwa yang mengandung unsur kedekatan geografis dengan pembaca, tentu akan sangat menarik perhatian pembaca tersebut. c. Keterkenalan ( Prominence ); jika yang diberitakan itu
cukup dikenal khalayak massa, berita itu pun semakin menarik. d. Dampak ( Consequence ); Konsep dampak dalam nilai berita juga berperan penting. e. Human Interest 1). Ketegangan ( Suspense ); Semakin tinggi tingkat ketegangan
berita,
maka
berita
tersebut
semakin menarik untuk dibaca. 2). Ketidaklaziman ( Unusualness ); Kejadian yang tidak lazim atau sesuatu yang aneh akan memiliki daya tarik untuk dibaca. 3). Minat Pribadi ( Personal Interest ); Berita itu ada terkadang karena adanya hasrat atau minat pribadi dari khalayak. 4). Konflik ( Conflict ); Peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan terkadang turut membuat pembaca tergugah. 5). Simpati ( Sympathy ); Pemberitaan mengenai seorang anak bocah berusia enam tahun di tengah hutan yang telah merawat ibunya yang cacat bertahun-tahun tentu akan mengundang simpati khalayak. 6)
Kemajuan ( Progress ); “Kereta api monorel
akan dibangun di Jakarta untuk mengurangi kemacetan”. Pemberitaan mengenai kemajuan tanah air akan menarik pembaca untuk turut mengetahui. 7)
Seks ( Sex ); Contoh: Pemberitaan mengenai perkosaan yang dilakukan kakek terhadap anak di bawah umur.
8) Usia ( Age ); Contoh: Anak balita berusia lima tahun dapat memainkan alat musik, atau anak terkecil di dunia berumur 35 tahun. 9) Binatang ( Animals ); pemberitaan aneh seputar binatang. 10)
Humor ( Humor ); pemberitaan yang mengundang tawa bagi pembaca.
11) Magnitude ; magnitude hampir senada dengan ketidaklaziman, namun magnitude melahirkan dampak yang cukup besar. Misalnya peristiwa tsunami di Aceh yang menyebabkan kematian ratusan orang.
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Perusahaan Harian Umum radar Cirebon kini merupakan surat kabar daerah yang terbesar di wilayah pentura Jawa Barat, tepetnya Ciayumajakuning (kota/kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan). Itulah yang membuat Koran yang terbit pertama pada 20 Desember 1999 ini di juluki “kekuatan dari utara” soalnya selama ini koran-koran kuat selalu datang dari Bandug (selatan) dan Jakarta (Barat ) yang menyerbu wilayah III Cirebon. Dengan tampilnya Radar Cirebon, Pantura Jawa Barat kini memiliki Koran yang representative dan menjadi acuan serta kebanggaan masyarakat Cirebon dan seitarnya. Bahkan kini radar cirebon sudah menjadi inspirasi masa depan masyarakat luas. Wilayah III Cirebon memang membutuhkan sebuah Koran harian yang terpercaya, yang mampu menjawab tantangan era globalisasi. Juga harus mampu menjadi motor bisnis dan ekonomi daerah. Radar Cirebon telah menjawab tantangan tersebut. Dengan selalu menampilkan beritaberita yang aktual dan terpercaya, Radar Cirebon benar-benar siap menjadi inspirasi masa depan dan kebanggaan wong Cirebon dan sekitarya. Probisnis visinya selain sebagai Koran idealis, Radar Cirebon juga tampil
sebagai Koran probisnis. Menampilkan berbagai informasi tentang ekonomi bisnis, financial baik lokal, nasional, maupun internasional. Selain rubrikasi halaman, radar Cirebon pun mempunyai sesi Koran dan suplemen yang menyajikan berita sangat lengkap dibutuhkan masyarakat. Beberapa rubrikasi halaman yang menjadi andalan adalah, Cirebon Metropolis, Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kuningan, indramayu, Majalengka, Insiden 24 jam (kriminal), Kota Wali, Bahasa Cirebon, Komunikasi Bisnis, Politika, Wacana, Radar Sport, Selebritis, Sosialita, Town Square, China Town, Home, Life and Healty, Community, Xpresi. Selain itu, Radar Cirebon juga mempunyai sesi Koran dan suplemen. Di setiap kabupaten, Radar Cirebon menerbitkan satu Koran sendiri. Seperti Radar Kuningan yang terbit 12 halaman menyajikan berita yang lengkap dan actual. Radar Indramayu mengupas berita indramayu dengan porsi lebih banyak. Begitu pun Radar Majalengka, menyajikan Koran tersebut menjadi panduan masyarakat setempat. Radar Cirebon juga tetap member porsi besar untuk anak dengan tetap rutin menerbitkan Radar Junior dengan bentuk tabloid 8 halaman sebagai suplemen Radar Cirebon edisi Minggu. Dalam kurun waktu 12 tahun Radar Cirebon terus melebarkn sayapnya. Sejumlah Koran bermunculan dan menjadi yang terbesar di ilayah masing-masing. Seperti di Jawa Tengah, terbit magelang Ekspres,
Radar Banyumas, Kebumen Eksres, Radar Pekalongan dan Radar Tegal. Di Jawa Barat, ada Radar Tasikmalaya, Radar Garut, Sumedang Ekspres, Bandung Ekspres, Cianjur Ekspres, Pasundan Espres, Cikarang Ekspres dan Rayat Cirebon. Kemudian di Propinsi banten ada Radar banten, Banten raya Pos dan Tanggerang Ekspres. Manajemen Group dikelola oleh manajemen professional di bawah naungan PT Wahana Semesta Cirebon (Group Jawa Pos). Manajemen ini telah terbukti berhasil mengelola lebih dari 180 perusahaan pers di seluruh Indonesia. Nama penerbitan
: Radar Cirebon
Penerbitan
: PT Wahana Semesta
Spesifikasi
:
-
Jumlah halaman : 24-28 halaman
-
Periode terbit
: 7 kali dalam seminggu
-
Ukuran kertas
: lebar 350 mm, tinggi 560 mm (Junior Broadshet).
-
Ukuran halaman : lebar 320,5 mm, tinggi 540 mm
-
Jumlah kolom 7, jarak antar kolom 3 mm halaman dalam, halaman luar 4 mm.
Ukuran perkolom
:
1 kolom
= 43 mm
3 kololm
= 136 mm
5 kolom
= 229 mm
7 kolom
= 323 mm
2 kololm
= 90 mm
4 kolom
= 183 mm
6 kolom
= 264 mm
Wilayah edar Ciayumajakuning kota/ kabupaten Cirebon(40%), Indramayu (27,9%), Kuningan (23%), Majalengka (9,1%). Alamat kantor Pusat: Graha Pena Radar Cirebon Jl. Perjuagan No. 9 Kota Cirebon Telepon : (0231) 483531, 483532, Fax: 483533 Perwkilan Jakarta : Kompleks Widuri Indah Blok A-3 Jl. Palmerah Barat No. 353 Jakarta 12210 Telepon: (021)5330976, 5333321 Fax: 5322629. Memasuki tahun ke 12 Radar Cirebon memasuki era baru kantor yang ketik pertama terbit dulu masih sangat sederhna di kawasan Pangeran Drajat, kemudian pindah ke lokasi lebih elit di kawasan Setiabudi kini telah memasuki kawasan yang lebih nyaman di Jalan Prjuangan No. 9 Berdiri di atas Tanah Seluas 6.000 meter persegi kantor Radar Cirebon
memiliki 4 gedung utama yang tersinergis satu gedung baru 4 lantai, tempat seluruh aktivitas jurnalistik, bisnis dan percetakan beroperasi. Dengan semangat baru, kini seluruh jajaran Radar Cirebon siap menginspirasi masa depan masyarakat. Masa depan yang cerah, demokratis dan sejahtera. Di mana kemerdekaan pers tegak degan kokohnya serta industri pers berdiri dengan sehat dan bermartabat. Semua itu kemajuan daerah dan warganya.
BAB IV PEMBAHASAN
Memproses sebuah isu menjadi berita yang menarik. Ada beberapa elemen yang harus diperhatikan, salah satu di antaranya yaitu fungsi manajemen ( function of management ) yang dijalankan oleh media itu sendiri, baik cetak, elektronik (Totok Djuroto, 2006: 96). Dalam sebuah media cetak mencari berita, menuliskan, mengedit naskah, hingga informasi, Pencari berita pada media catak dituntut bagaimana ia dapat mencari dan menuliskan berita dalam waktu yang relatif singkat dengan gaya bahasa berita langsung ( straight news ), tidak bertele-tele, singkat, dan jelas dengan data tentative yang didapat dari lapangan. Hal tersebut dilakukan karena saat ini sebagian orang membutuhkan informasi yang cepat dan akurat. Jika fungsi manajemen tidak dijalankan dengan baik, tentulah akan terjadi penumpukan kewajiban pada setiap bagian. Jika terjadi demikian, maka akan mengakibatkan lambannya informasi yang didapat oleh khalayak. Pada dasarnya, fungsi manajemen pada media catak yang dijalankan dengan sistematis dan terarah, akan menghasilkan produk (berita) yang baik, siap untuk menjadi suatu berita yang menarik pada Surat kabar harian Radar Cirebon . Berita-berita itu didapat dari dua sumber yaitu kantor berita dan reportase para wartawan di lapangan. Manajemen keredaksian mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan,
dan
pengawasan
terhadap
pengadaan,
pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan orang-orang dengan tujuan membantu mencapai tujuan organisasi (pers), individual, dan masyarakat.
(Stefanus Akim, http://stefanusakim.multiply.com/journal/item/19/ manajemen keredaksian, di akses pada 19 April 2013 21:32:36) Terkait dengan definisi di atas, berikut akan dijelaskan lebih dalam lagi bagaimana penerapan delapan fungsi manajemen keredaksian yang dijalankan oleh Harian Umum Radar Cirebon, baik dari fungsi perencanaan hingga berita siap di terbitkan.
4.1. Perencanaan
Harian Umum Radar Cirebon ialah organisasi media Cetak yang telah mengandalkan teknologi baik dalam hubungan antar staf redaksi maupun dalam memproses berita hingga berita siap Terbit. Dalam perkembangan awalnya, Perkembangan pun terus dilakukan media ini, maka Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon pun dapat benar-benar menjalankan fungsi manajemen media dengan sistematis dan terarah, terlebih kepada fungsi perencanaan. Sebagai media cetak, Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon tentu menjalani fungsi perencanaan. Menekankan harus bertatap muka setiap harinya. Kita lebih mengandalkan teknologi untuk berinteraksi antar redaksi. Rapat di adakan setiap hari pada pagi dan sore hari. Rapat itulah yang wajib dihadiri oleh seluruh reporter. Tahap perencanaan dalam manajemen redaksional untuk surat kabar harian adalah penentuan kebijaksanaan isian pemberitaan untuk esok
pagi, dan membahas berita-berita yang perlu ditindaklanjuti. Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Prinsip ini berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Proses pencarian dan penciptaan berita dimulai di ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi atau rapat perencanaan berita. Rapat biasanya diselenggarakan pagi dan sore atau malam hari, yang dihadiri beberapa redaktur dan pemimpin redaksi. Rapat proyeksi diusahakan singkat, tidak lebih dari 60 menit dan diselenggarakan secara rutin. Dalam rapat proyeksi, setiap reporter atau wartawan mengajukan usulan liputan. Perencanaan akan dibahas mengenai pembagian tugas peliputan dan jumlah yang diutus untuk meliput berita tersebut. Dalam fungsi perencanaan, sebagaimana telah diurai pada bab sebelumnya, merupakan kegiatan yang dimulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan proses pencarian berita. Begitu pun pada Harian Umum Radar Crebon, menurut Redaktur pelaksana Rusdi, “Fungsi perencanaan menempati bagian terpenting dalam proses penyajian berita, karena menentukan brita yang akan di sajikan esok hari. Pembagian tugas menurut desk masing-masing rubric dibagi dalam proses perencanaan di proyeksi harian yang di terapkan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon.”. Fungsi perencanaan, disebutkan bahwa dalam rapat redaksi rutinan, terjadi proses interaksi dan kreativitas para staf redaksi Baik buruknya proses produksi berita juga sangat ditentukan oleh perencanaan yang dikonsep di atas kertas ( outline ) berupa pembagian tugas pencarian berita hingga berita siap terbit.
Proses perencanaan ada beberapa langkah yang harus dilalui. Sebagaimana yang telah diurai, proses perencanaan dan penetapan mencakup beberapa langkah, berikut ialah pengaplikasiannya pada Harian Umum Radar Crebon: 1) Menetapkan peran dan misi. Dalam masalah visi dan misi, Harian Umum Radar Crebon mengedepankan misi sebagai Koran diwilayah III Cirebon yang membutuhkan sebuah Koran harian yang terpercaya, yang mampu menjawab tantangan era globalisasi bersamaan dengan visinya yang probisnis.. 2) Menentukan wilayah sasaran. Wilayah sasaran Harian Umum Radar Crebon, ditujukan untuk masyarakat Pantura dan Wilayah III Cirebon. 3) Tim Redaksi Harian Umum Radar Cirebon juga mengidenktifikasi dan menentukan indikator efektivitas ( indicators of effectiveness ) dari setiap pekerjaan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. 4) Menentukan hasil yang ingin dicapai Harian Umum Radar Cirebon berupa rencana yang harus dicapai dalam jangka panjang dengan selalu berinovasi. 5) Tim Redaksi
Harian Umum Radar Cirebon juga mempersiapkan
rencana tindakan yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: a) Menentukan urutan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Tindakan ini lebih ditegaskan saat rapat redaksi. b) Penjadwalan ( scheduling ) menentukan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau sasaran. Harian Umum Radar Cirebon
menentukan penjadwalan dan penugasan untuk para reporter yang tergabung ke dalam newsroom agar mereka melaksanakan tugas peliputannya. c) Anggaran ( budgeting ) menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Harian Umum Radar Cirebon juga memperhitungkan dengan cermat masalah iklan masuk dan biaya- biaya lainnya seperti penugasan pemimpin redaksi maupun reporter untuk mengikuti perkembangan yang terjadi. d) Pertanggungjawaban, menetapkan siapa yang akan mengawasi pemenuhan tujuan yaitu pihak yang menyatakan tujuan sudah tercapai atau belum. e) Menguji dan merevisi rencana sementara ( tentative plan ). Tidak ada penerapannya pada Harian Umum Radar Cirebon. f) Membangun pengawasan, yaitu memastikan tujuan akan terpenuhi. Pengawasan secara detail hanya dilakukan oleh Kepala Bagian Marketing dan Pemimpin Redaksi Harian Umum Radar Cirebon. Kepala Bagian Marketing fokus pada masalah iklan, sedangkan redaksi fokus pada masalah pemberitaan. g) Komunikasi-komunikasi organisasi yang digunakan oleh Iing Casdirin sebagai pemimpin redaksi , terhadap para bawahannya tergolong cukup baik, sehingga para stafnya melakukan tugasnya dengan hati yang ikhlas dan senang. h) Pelaksanaan, Tim Redaksi Harian Umum Radar Cirebon
juga
membuat persetujuan mengenai komitmen untuk menjalankan apa yang telah ditentukan. Upaya ini dilakukan namun tidak dalam betuk tertulis. Seperti diungkapkan Redaktur Pelaksana Rusdi menjelaskan: “Fungsi perencanaannya tim redaksi harus berkumpul jam 08.00 WIB setiap harinya untuk merencanakan pembagian tugas dan berita apa saja yang harus mereka liput, para tim redaksi pun menggunakan alat komunikasi ( handphone ) untuk berkurdinasi seteh itu jam 16.00 WIB memberikan pelaporan peliputan dalam meja rapat redaksi dan menulisnya setelah pelaporan selesai. Para staf redaksi Harian Umum Radar Cirebon tetap mengadakan rapat redaksi formil. Rapat itu biasanya dilakukan sebulan dua kali dan wajib dihadiri oleh seluruh reporter yang bertugas dan membahas mengenai bagaimana isi berita Harian Umum Radar Cirebon ke depannya dan evaluasi kinerja para reporter”. Pertemuan tatap muka akan merencanakan berita apa saja yang akan mereka liput lengkap beserta penugasan dari Pemimpin Redaksi Harian Umum Radar Cirebon Iing Casdirin, selaku Pemimpin Redaksi Harian Umum Radar Cirebon bertugas mengarahkan dan memberikan tugas peliputan sesuai dengan job masing-masing dengan tetap memantau kinerja para reporternya, adapun peristiwa-peristiwa yang tidak terduga yang sifatnya actual wartawan harus cepat mendapatkan informasi tentang kejadian tersebut dengan segera meliputnya. Seusai rapat redaksi selesai, biasanya para reporter segera menuju lokasi masing-masing dan harus kembali lagi ke kantor redaksi. Setelah berhasil meliput berita yang didapat di lapangan. Untuk masalah rapat redaksi sore, untuk membahas angle mana yang akan sajikan ke depannya. Rapat itu juga wajib dihadiri oleh semua reporter yang bertugas. Dalam rapat sore wartawan melaporkan data yang
telah di liput pada redakturnya dan membahas yang menarik yang akan di angkat dalam pengolahan berita. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, pertama fungsi perencanaan yang diterapkan pada Harian Umum Radar Cirebon dapat dikatakan bagus dan maksimal. Bagus, karena pertama perencanaan itu tetap ada. Kedua , perencanaan yang disusun pada akhirnya akan dijalani oleh setiap reporter yang bertugas di lapangan untuk meliput berita, terbukti dengan mampunya tim redaksi untuk memproduksi sekitar 200250 berita perharinya. Ketiga , perencanaan yang diterapkan oleh pemimpin redaksi, namun pemimpin redaksi cukup memerintahkan berita mana yang harus reporter liput. Sedangkan maksimalnya karena ada jadwal tertulis perihal rapat rutinan. karena bertemu tatap muka akan lebih terlihat ketegasan dan kesigapan reporter dibandingkan dengan memerintah menggunakan alat komunikasi semata.
4.2 Pengorganisasian
Tahap pengorganisasian dalam manajemen redaksional adalah penyusunan struktur organisasi dan pembagian tugas pekerjaan serta penempatan orang berikut jabatannya di dalam struktur organisasi. Pada proses redaksional terdapat staffing yang berfungsi untuk melaksanakan aktifitas redaksional (Totok Djuroto, 2006: 117).. Fungsi pengorganisasian yang diterapkan dalam Harian Umum
Radar Cirebon masih dijalankan secara normatif seperti media massa pada umumnya. menurut Pemimpin Redaksi Iing Casdirin: “Perbedaan signifikannya terletak pada panduan untuk memonitor kinerja para staf redaksi, berupa tingkat kedisiplinan yang tinggi. Hal dapat mempengaruhi fungsi pengorganisasian dalam yang dijalani pemimpin redaksi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon kepada para bawahan. Kita menggunakan Corporate Performance Management (CPM). Corporate Performance management (CPM) adalah usaha untuk mendapat hasil yang lebih baik, baik bagi organisasi, tim maupun individual dengan memahami dan memanaj performance dalam kerangka tujuan, standar dan kompetensi yang terencana dan telah disepakati bersama. CPM ini adalah standar untuk memonitor fungsi organisasi. Intinya adalah untuk memonitor. Misalnya, marketing itu dianggap bagus sekali jika bisa mendapatkan revenue 15 Milyar pertahun”. Artinya disini untuk memonitor wartawan yang telah di berikan tugas di proses perencanaa di ukur dari mereka dapat melaksanakannya, dengan membawa data yang akan di olah sesuai dengan proyeksi. Karena tanggungjawab di tuntup penuh dalam melaksanakan tugas yang di berikan dengan itu tujuan dari perencanaan dalam redaksional bias tercapai sesuai dengan yang di inginkan. Namun kalau bagian pemberitaan, redaktur mempunyai indikator sendiri, misalnya kecepatan pengiriman berita, kekuatan narasumber, dan bagus buruknya teks berita. Seperti yang telah diurai pada bab sebelumnya, media penyiaran komersil, baik cetak, elektronik maupun online memiliki beberapa departemen atau bagian, yaitu sebagai berikut: 1) Departemen Pemasaran. Departemen ini fokus dalam menangani kegitan yang terkait dengan pemasaran dan mempromosikan program maupun segala kegiatan kepada beberapa pihak atau partner kerja. Dalam Surat Kabar Harian Umum Radar
Cirebon,
departemen pemasaran dikepalai oleh
Syahbana
yang bertanggung jawab penuh terhadap iklan yang hendak masuk. 2)
Departemen Program. Departemen ini tidak ada karena departemen ini sama seperti departemen berita yang sepaket dengan Rubrik mana yang hadir di Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon.
3)
Departemen Berita. Departemen ini dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi. Departemen berita bertanggung jawab terhadap produksi program berita, olahraga, dokumenter dan program-program yang terkait dengan kepentingan khalayak. Dalam
Harian Umum Radar Cirebon, departemen berita
langsung ditangani oleh redaktur dengan persetujuan pemimpin redaksi untuk kemudian dipilih mana yang layak Terbit. 4) Departemen Teknik. Departemen ini bertanggung jawab penuh terhadap segala hal yang terkait dengan peralatan siaran agar program atau berita dapat disiarkan. Jika dalam media tv para staf teknik mengoperasikan peralatan di control room , maka dalam Harian Umum Radar Cirebon layouter fokus mengurusi tampilan ( layout ) tersebut. Dalam fungsi pengorganisasian, mungkin akan berbeda antara satu perusahaan media satu dengan media lainnya. Namun tujuannya satu, agar kinerja para staf redaksi dapat termonitor dengan baik. berkumpul untuk
bertatap muka mengedepnkan
kedisiplinan terus ditingkatkan secara
maksimal. Dalam kesehariannya, Harian Umum Radar Cirebon memakai sistem Corporate Performance Management (CPM) sebagai pedoman untuk memonitor kinerja para staf redaksi Harian Umum Radar Cirebon. Di dalam CPM itulah terdapat peraturan yang harus dilaksanakan oleh para pimpinan, karyawan dari tingkat atas hingga bawah. Fungsi utama Corporate Performance Management
(CPM) ialah untuk memonitor
semua fungsi organisasi dalam Harian Umum Radar Cirebon. Selain untuk memonitor, redaktur
Harian Umum Radar Cirebon
dengan mengacu
kepada CPM mempunyai indikator (penilaian) untuk para reporter itu sendiri. Sedangkan untuk redaktur, Kepala Redaksi atau Bagian Operasional, terdapat beberapa orang (tim) lagi di atasnya untuk menilai kinerja mereka, begitu seterusnya. Sebagi media cetak, Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon mempunyai dua fungsi besar yaitu fungsi melayani dan fungsi bisnis. Fungsi melayani berarti Harian Umum Radar Cirebon wajib memberikan pelayanan yang baik yang dalam hal ini memberitakan sesuatu dengan berimbang dan sesuai fakta. Sedangkan fungsi bisnisnya, Harian Umum Radar Cirebon juga tetap menerima iklan yang masuk ke dalam koran mereka tanpa harus berat sebelah dan netral (imparsialitas). Artinya, selama iklan itu baik dan menguntungkan, maka Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon akan meresponsnya dan menerima dengan baik. Kebijakan ini diambil agar tidak hanya pendapatan yang diperoleh,
namun juga sesuai dengan ideologi, visi, maupun misi media Cetak yang probisnis. Selain itu, iklan yang hendak masuk terlebih dahulu dikoordinasikan dengan pihak pusat Harian Umum Radar Cirebon agar dapat ditentukan layak terima atau tidak. Dalam fungsi pengorganisasian, output yang dihasilkan ialah suatu struktur organisasi agar pembagian tugas lebih fokus Oleh karenanya, di bawah ini akan dideskripsikan bagaimana struktur organisasi pada Harian Umum Radar Cirebon. Harian Umum Radar Cirebon dikepalai oleh seorang Pemimpin Redaksi . Pemred saat ini adalah Iing Casdirin. Pemred bertanggung jawab untuk memantau seluruh kinerja para stafnya juga bersedia membantu segala kesulitan yang mungkin ditemui oleh setiap karyawannya. Di bawah Pemred Harian Umum Radar Cirebon Kepala Bagian Redaksi. Kepala Bagian Operasional dipimpin oleh Rusdi, bertanggung jawab penuh terhadap segala hal yang berkaitan dengan pemberitaan. Dengan kata lain, Rusdi berkewajiban meriset tulisan mana yang layak. Selanjutnya, Kepala Bagian Redaksi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon yang bertanggung jawab penuh terhadap semua hal yang berkaitan dengan redaksi (isi berita). Arif juga berkewajiban untuk mengingatkan para stafnya agar tidak lamban dalam bekerja, hal ini penting agar beritaberita pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon bias berimbang. Rusdi membawahi semua reporter yang bertugas. Reporter inilah yang terkumpul ke dalam news room Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon untuk mencari dan menghimpun berita lalu menuliskan untuk kemudian
dikirim ke redaktur. Dalam Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon juga tentu ada beberapa orang yang bertanggung jawab atas tampilan ( layout) Harian Surat Kabar Umum Radar Cirebon. Selain kerja sama, kalau dari tim Layout Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon di kepalai oleh Asep Brd. layout bertugas men design Koran Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon (enak dilihat) serta nyaman dibaca bagi seluruh pembca. Sebagai media Cetak, Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon juga melaksanakan fungsi bisnis untuk mendapatkan pendapatan yang meningkat. Pemilihan iklan yang masuk tersebut bukan hanya berdasar karena royalti yang didapat. Namun, seluruhnya telah memenuhi syarat dan sesuai dengan visi misi Harian Umum Radar Cirebon. Kesemuanya telah dipilih dengan pertimbangan total dan maksimal. Pemilihan iklan partai pun bukan karena Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon berpihak pada partai tersebut, namun iklan-iklan itulah yang dirasa memenuhi persyaratan dan tidak keluar dari jalur visi dan misi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. Selain iklan di atas, Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon juga menjalin kerja sama dengan jenis iklan lain, misalnya iklan makanan, minuman, bank, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya, jika pengiklan itu hendak masuk namun tidak sesuai dengan persyaratan yang diajukan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon dan tidak sesuai dengan visi misi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon, maka akan ditolak dengan cara sewajarnya, meskipun
income yang didapat begitu besar. Itulah, dalam hal ini tingkat keidealisan suatu media dipertaruhkan. Dengan kata lain, Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon bukan hanya ingin meraup keuntungan sebanyak mungkin, namun juga bagaimana keuntungan itu diperoleh dengan cara yang baik. Penilaian kinerja wartawan bisa dilihat dan dinilai. Nilainya itu setiap tulisan dan tiap bulan diakumulasi, belum lagi performance secara umum. Misalnya, wartawan ini nggak pernah datang ke kantor, rapat nggak pernah ikut, rapat koordinasi nggak pernah datang. Menurut Rusdi, Ketidakjujuran para reporter akan dapat diketahui dengan kedisiplinan mereka mengirim berita. Jadi, jika ada reporter yang mengaku dirinya sibuk dan tidak dapat meliput, itu akan dapat diketahui dari data intensitas mereka mengirim berita kepada para redakturnya dalam sebulan. Kedisiplinan inilah yang akan dinilai. Menurut Rusdi, masalah produktivitas memang tak dapat dibohongi. Hal itu pulalah yang menyebabkan kenaikan kompensasi dapat diraih jika karyawan berusaha untuk memenuhi indikator. Misalnya dalam pengiriman berita, semua itu ada indikatornya, berupa kecepatan, kekuatan narasumber dan redaksi teks. Seperti yang telah diurai sebelumnya, setelah kinerja staf redaksi termonitor melalui CPM , maka pimpinan mereka menggunakan CPM untuk memonitornya. Sehingga tingkat kedisiplinan menghadiri rapat, mengirim berita, performa keseharian di kantor redaksi, redaksi berita yang dikirim kepada redaktur mereka masing-masing dan lain sebagainya menjadi pertimbangan yang sangat mempengaruhi
kenaikan kompensasi maupun jabatan untuk para staf Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. Indikator tiap-tiap desk berbeda. Bagian redaksi berkaitan dengan pengiriman berita, maka dalam bagian operasional, misalnya, bagian ini berkaitan dengan pendapatan pertahun. Dari uraian di atas, maka berikut ini akan dipaparkan mengenai deskripsi penilaian dari redaktur untuk para reporter beserta indikatornya: 1.
Intensitas mengirim berita
2.
Kerapihan
3.
Kehadiran rapat bulanan
4.
Redaksi teks berita
Keempat faktor di atas selanjutnya akan dikalkulasikan untuk kemudian ditetapkan berapa kompensasi bulanan yang patut diperoleh. Karena panduan CPM inilah tindak nepotisme sulit terjadi. Nepotisme yang dimaksud di sini ialah jika ada seorang staf yang diterima karena ia memiliki sanak saudara atau pun sebagainya, kompensasi mereka akan kecil jika kinerja mereka kurang baik. Begitupun sebaliknya, kompensasi mereka pun akan besar jika kinerja mereka bagus dengan kedisiplinan yang tinggi. Kompensasi tersebut diperoleh dengan berbeda-beda tiap bulannya karena kembali kepada kinerja perbulan mereka. Jika kita kembali kepada teori, menurut Totok Djuroto dalam bukunya Manajemen Penerbitan Pers , struktur organisasi sebuah media itu terbagi atas dua bagian besar yaitu bagian bisnis dan redaksi. Bagian bisnis ialah tugas seorang kepala bagian marketing,
sedangkan bagian redaksi bertugas untuk memproduksi berita. Setelah kepala bagian redaksi, di bawah mereka ada redaktur yang bertugas mengedit berita dan para reporter yang bertugas. Dari uraian panjang lebar di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pengorganisasian Harian Umum Radar Cirebon sudah tergolong dengan baik, sebab telah Harian Umum Radar Cirebon
telah berpedoman pada
Corporate Performance
Management . Selain itu, fungsi pengorganisasian juga telah termonitor yang menyebabkan kinerja reporter selalu terpantau dan kemudian akan dinilai.
4.3 Penggerakan
Tahap penggerakan dalam manajemen redaksional adalah aktivitas yang menggerakkan orang-orang beserta fasilitas penunjangnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, yaitu menghasilkan produk jurnalistik. Aktifitas tersebut meliputi peliputan, penulisan, dan penyunting berita. Penggerakan berarti fungsi yang dijalankan pada media massa berupa pengarahan seorang pemimpin agar para stafnya bersedia melaksanakan tugas, mendorong dan memotivasi bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif, khususnya dalam metode komunikasi dari atas ke bawah atau sebaliknya, sehingga timbul saling pengertian yang baik serta menumbuhkembangkan disiplin kerja dan
rasa saling memiliki. Begitu pula dengan tim redaksi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon. Fungsi penggerakan menjadi penting bagi sebuah media massa karena setiap media idealnya mempunyai ideologi maupun visi misi masing-masing. Jika fungsi penggerakan dapat diterapkan secara terarah, maka para staf redaksi akan mengerti betul akan tujuan media yang mereka naungi termasuk menyusun redaksi berita yang mereka liput. Proses peliputan dalam manajemen redaksional adalah mencari berita (news hunting), atau meliput bahan berita. Aktivitas meliput berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat proyeksi redaksi. Dalam meliput berita terdapat tiga teknik, yaitu reportase, wawancara, dan riset kepustakaan (studi literatur). Seorang reporter/wartawan Surat Kabar
Harian Umum Radar
Cirebon akan mencari suatu data untuk didajikan berita dengan mengacu pada proyeksi yang sudah di berikan pada rapat redaksi pagi. Jika akan mengangkat isu yang sedang hangat terjadi sorang wartwan mencari data dengan reportase pada pihak yang terkait, bisa juga mengambil dari literature yang sudah ada. Adapun seorang wartawan menemui suatu peristiwa yang terjadi dari info ataupun proyeksi redaktur, seorang reporter/wartawan mencari data wawancara dengan pihak yang terlibat dalam kejadian atau peristiwa yang terjadi. Pengolahan data seperti berita isu membutuhkan ketepatan dengan nara sumber yang terkait, jika tidak akurat bias menjadi kendala dalam proses peliputan. Ini menjadi hambatan yang sering terjadi di lapangan
Menurut wartawan Surat Kabar Harian Radar Cirebon Ida Ayu Komang yang bertugas di bagian Kota Cirebon dalam desk kedinasan dan kebijakan pemerintah menuturkan : “Hal yang paling menjadi kendala dalam peliputan adalah menemui nara sumber yang terkait dengan isu yang sedang di bahas, seperti kebijakan, orang yang di jadikan narasumber seperti kepala dinas biasanya susah untuk di temui dan jika di temui enggan memberikan komentar terhadap isu yang terkait. Maka proses pendekatan perlu kepada narasumber untuk mendapatkan data, jika susah di temui menghubungi lewat telepon menjadi cara terakhir untuk mengkonfirmasi isu yang berkembang”. Proses peliputan seperti isu membutuhkan suatu teknik pendekatan terhadap nara sumber yang terkait untuk bias mendapatkan data. Kemampuan seorang wartawan dituntut bisa melakukan hal pandai melakukan pendekatan agar narasumber bisa memberikan keterangan untuk isu yang sedang di angkat. Dalam peliputan peristiwa yang tidak terduga bisa melakukan pendekatan pihak terkait dengan peristiwa seperti saksi jika meliput suatu kejadian misalnya kebakaran. Peliputan suatu peristiwa yang tidak terduga menjadi proses yang harus segera di lakukan dindakan mencari data terkait. Misalnya suatu peristiwa kebakaran yang terjadi, seorang wartawan harus sigap dalam melakukan tindakan jika ada info terjadi kejadian kebakaran. Info yang di dapat harus segera di cek seperti mendatangi tempat kejadian. Jika benar terjadi hal yang pertama adalah mengambil gambar tempat kejadian. Aktivitas peliputan, akhir-akhir ini banyak media massa cetak yang tidak hanya menugaskan wartawan atau reporter saja untuk meliput berita, akan tetapi wartawan foto atau fotografer juga diikutsertakan di Surat
Kabar Harian Umum radar Cirebon karena menyadari akan pentingnya dokumentasi. Para fotografer diberi keleluasaan untuk memotret, menyajikan rincian-rincian gambar yang sesuai dengan berita untuk melengkapi sebuah naskah berita yang sudah diarahkan kepada wartawan dan fotografer. Menurut Dedi Haryadi wartawan Kriminal Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon: “Meliput kejadian seperti kebakaran yang pertma di lakukan adalah datang ke lokasi kejadian memastikan info yang terjadi benar apa salah, mengambil gambar dengan segera saat peristiwa terjadi dan mencari data seperti mewawancarai saksi kejadian, dan pihak seperti pemadam kebakaran yang memadamkan api dengan bertanga sebab dari peristiwa terjadi, sampai akibat peristiwa tersebut”.
Selanjutnya setelah seorang reporter/wartawan mendapatkan data dalam suatu peliputan, data tersebut di olah dalam kegiatan penulisan suatu berita. Penulisan berita biasanya menggunakan teknik melaporkan (to report), yang merujuk pada pola piramida terbalik (inverted pyramid), dan mengacu pada rumusan 5W+1H. Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+1H, agar berita menjadi lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik. Setiap peristiwa yang dilaporkan, harus terdapat enam unsur dasar, yaitu what (peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak), who (siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu), when (kapan peristiwa itu terjadi), where (dimana peristiwa itu terjadi), why (mengapa peristiwa itu sampai terjadi), dan how (bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara menanggulangi peristiwa itu). Dalam konteks Indonesia,
para praktisi jurnalistik kerap menambahkan satu unsur lagi yaitu aman (safety, S), sehingga rumusannya menjadi 5W+1H(1S). Maksudnya, berita apa pun yang dipublikasikan, diyakini tidak akan menimbulkan dampak negatif bagi media massa bersangkutan dan masyarakat serta pemerintah. Teknik melaporkan (to report), reporter/wartawan Surat Kabar Harian Radar Cirebon tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulis. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya (das sain), bukan laporan tentang bagaimana seharusnya (das sollen). Reporter/wartawan Radar Cirebon melaporkan liputan dengan menulisnya di ruang redaksi dengan data yang di dapat menggunakan bahasa yang lugas seperti dalam teknik piramida terbalik berarti pesan disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf pertama, kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf- paragraf berikutnya. Setelah pelaporan suatu liputan itu di ketik oleh seorang Reporter/wartawan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon naskah di kirim dengan menggunajan jaringan yang ada di computer yang terhubung dengan redaktur, karena proses penyuntingan akan dilakukan. Penyuntingan
naskah
atau
editing
adalah
sebuah
proses
memperbaiki atau menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut editor atau redaktur. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis, mudah dipahami, dan tidak rancu. Selain kata dan kalimat harus benar ejaan atau cara
penulisannya, juga harus benar-benar mempunyai arti dan enak dibaca. Sedangkan secara substansial, editor harus memperhatikan fakta dan data agar tetap terjaga keakuratan dan kebenarannya. Menurut redaktur Surat Kabar Harian Radar Cirebon Rusdi yang selaku Redaktur Pelaksana juga mengungkapkan: “Penyuntingan dalam hal ini proses editor dilakukan seorang redaktur akan memeriksa setiap tulisan wartawan yang masuk untuk diedit secara keseluruhan, terutama penngambilan judul. Dalam penentuan judul suatu brita harus menarik dengan memperharikan angle berita yang di ambil, judul harus mengandung unsure ketertarikan, agar pembaca lebih penasaran membaca suatu berita yang disajikan. Dari pengambilan judul yg menarik seorang pembaca penasan dengan isi yang di sajikan dalam berita, sehingga tulisan yang tersedia di kolom yang tersedia akan dibaca dengan detail”. Berita yang di terbkan harus memperhatikan nilai, sehingga berita yang disajikan layak untuk di terbitkan. Dengan acuan standar nilai suatu berita. Surat Kabar Harian Umum Radar Ciebon pun mempunyai standar (alat ukur) berita yang layak untuk di terbitkan, Rusdi menjelaskan : “Aktualitas ( Timeliness ),semakin aktual sebuah berita akan semakin bagus dan menarik karna kejadian masih hangat di bicarakan, kedekatan ( Proximity ) kejadian sekitar Cirebon akan lebih di utamakan karena Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebonmengedepankan berita Lokal, keterkenalan ( Prominence ) yang diberitakan itu cukup dikenal khalayak massa, berita itu pun semakin menarik seperti tokoh-tokoh pemerintahan di wilayah Cirebon,dampak ( Consequence ); berita yang mempunyai dampak dalam nilai berita juga berperan penting, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah yang di keluarkan untuk msyarakat, karena media perperan sebagai control social, dan tentunya tidak ketinggalan berita yang mengandung unsur Human Interest seperti permasalahan social, lifestyle”.
Tahap Penggerakan erat kaitannya dengan pengarahan, Pengarahan disini erat kaitannya dengan tanggung jawab seorang kepala perusahaan
terhadap para bawahannya. Fungsi menggerakan tertuju pada karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka. Menurut Morissan fungsi pengarahan, ada empat komponen yang terkandung dalam fungsi pengarahan, yaitu: 1. Motivasi. Semakin tinggi tingkat kepuasan karyawan, maka karyawan memberikan kontribusi terbaiknya untuk mencapai tujuan. Dalam perjalanan panjangnya, pemimpin redaksi Harian Umum Radar Cirebon selalu berusaha memotivasi karyawannya agar bekerja lebih baik dan maksimal. Tidak hanya pemimpin redaksi, sesama karyawan satu dengan yang lain pun demikian. Bahkan dengan
Office Boy
sekalipun.
Mereka saling memotivasi agar dapat memberikan yang terbaik untuk perusahaan. 2.
Komunikasi . Komunikasi adalah cara yang digunakan pimpinan agar karyawan mengetahui tujuan yang akan dicapai organisasinya. Dalam Harian Umum Radar Cirebon, karena motivasi dijalankan secara aktif baik dari pemimpin redaksi sampai staf tingkat bawah, maka komunikasi pun demikian. Pemimpin Redaksi Harian Umum Radar Cirebon Iing,selalu mengingatkan para stafnya. Begitu pun staf yang lain, juga saling mengingatkan dengan pendekatan komunikasi yang santun.
3. Kepemimpinan . Kepemimpinan merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk memengaruhi orang lain agar bekerja untuk mencapai tujuan. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial didefinisikan sebagai proses pengarahan pada kegitan-kegiatan
dari sekelompok
anggota yang
saling
berhubungan tugasnya. Dalam hal kepemimpinan, Iing selaku pemimpin
redaksi
mencoba
untuk
menjauhi
gaya
kepemimpinan yang kurang baik, karena akan menyebabkan karyawannya tidak nyaman. 4.
Pelatihan.
Pelatihan dalam suatu organisasi biasanya
diberikan kepada karyawan yang baru lulus ( fresh graduate ) agar lebih menguasai teknik penyiaran dan visi misi media tersebut. Begitu pun dengan Harian Umum Radar Cirebon, pelatihan (training) untuk karyawan yang baru masuk dilaksanakan agar mereka faham betul akan visi dan misi Harian Umum Radar Cirebon.
Selain itu, pelatihan atau
berbagai workshop media cetak untuk meningkatkan kualitas Harian Umum Radar Cirebon agar lebih baik lagi selalu dilakukan untuk memberikan yang terbaik bagi khalayak setia Harian Umum Radar Cirebon. Penggerakan dalam suatu media dilakukan secara berbeda-beda. Ada yang setiap kinerja terus menerus diarahkan, namun ada pula pengarahan tidak selalu dilaksanakan, namun tetap termonitor. Dalam hal ini, Harian Umum Radar Cirebon termasuk ciri yang kedua. Karena media
ini tidak selalu memberikan pengarahan, namun dalam hal tertentu, misalnya perencanaan peliputan berita, maka pemimpin redaksi wajib mengarahi reporternya. Redaktur pun demikian, ia wajib memberikan pengarahan tentang bagaimana redaksi yang baik untuk proses peliputan berita berikutnya. Fungsi pengarahan yang diterapkan pada Harian Umum Radar Cirebon, sudah termasuk ke dalam fungsi pengorganisasian. Artinya, fungsi penggerakan pun pada Harian Umum Radar Cirebon ditekankan pada reporter baru yang ingin menjadi reporter tetap Harian Umum Radar Cirebon untuk intens mengikuti masa training selama 3 bulan. Masa training ini digunakan untuk mengarahkan para reporter baru agar faham akan visi dan misi Harian Umum Radar Cirebon. Selebihnya, pengarahan terus dilakukan seiring pekerjaan itu sedang maupun akan dilaksanakan. Selain itu, masa training yang ditujukan untuk reporter baru, selain menjelaskan secara mengenai visi misi dan ideology Harian Umum Radar Cirebon, juga akan dilatih bagaimana menyusun angle yang biasa diterapkan Harian Umum Radar Cirebon yaitu mengedepankan dan memblow up berita dari sisi permasalahan yang terjadi di Wilayah Cirebon, bagaimana menulis berita yang berimbang dan tidak berpihak, hingga berita siap terbit. Pengarahan juga diterapkan saat rapat redaksi oleh pemimpin redaksi mengenai berita mana yang harus mereka liput, juga menyangkut angle mana yang harus ditentukan, dan mana yang harus diabaikan. Rapat redaksi ini juga ditentukan berapa reporter yang akan diutus
dalam menghimpun berita. Jumlah yang diutus dalam meliput berita tergantung pada tingkat kesulitan peliputan dan besarnya event. Misalnya, jika berita sea games , maka yang diutus bisa mencapai tujuh sampai delapan reporter. Sedangkan untuk event yang tidak terlalu besar, cukup mengutus dua atau bahkan seorang saja. Fungsi penggerakan pada media cetak juga ditekankan untuk para reporter baru, pengarahan itu bertujuan agar reporter baru itu tidak salah jalan dan tidak salah persepsi mengenai visi dan misi Harian Umum Radar Cirebon itu sendiri yang mengedepankan asas modern dan keprofesionalan. Pengarahan seperti di atas itu dirasa perlu menurut Rusdi sebagai kordinator lapangan Harian Umum Radar Cirebon: “Karena tentunya, Harian Umum Radar Cirebon pasti berbeda dengan media lainnya yang tumbuh di Indonesia. Jika para reporter baru tidak diberikan pengetahuan secara dalam mengenai Harian Umum Radar Cirebon, ia pun akan salah langkah dan tak menutup kemungkinan akan membuat redaksi berita yang keluar dari sisi prinsip. Karena, selalu mengutamakan sisi menarik dalam setiap berita yang mereka tampilkan. Itulah satu alasan mengapa motto Harian Umum Radar Cirebon maju bersama Koran juara”. Artinya, untukmasyarakan
informasi pantura
yang dan
disajikan
Wilayah
III
lebih Cirebon
diutamakan yang
akan
menyongsong era globalisasi dengan informasi yang terpercaya. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi penggerakan pada Harian Umum Radar Cirebon sudah cukup baik sebab fungsi penggerakan tetap ada secara berkala. Namun pada intinya, pengarahan tetap dijalankan, khusus untuk reporter yang baru masuk untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Harian Umum Radar Cirebon, dan pengarahan terhadap
proses peliputan berita tetap dilaksanakan agar produksi berita dapat dilakukan terus menerus dan tidak terhenti. Begitu pun pengarahan bagi para staf yang bukan termasuk dalam tim redaksi, office boy misalnya. Mereka tetap diarahkan agar dapat bekerja dengan baik, maksimal dan perasaan yang ikhlas dan nyaman.
4.4. Pengawasan
Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja bidang redaksional telah sesuai dengan rencana semula atau tidak. Tahap pengawasan dalam bidang redaksional merupakan kegiatan penting karena adanya evaluasi dan penyuntingan hasil aktivitas sebuah berita yang akan diterbitkan. Pada tahap pengawasan hasil kerja bidang redaksional akan disesuaikan dengan konsep berita dan kriteria umum nilai berita yang berlaku universal. Fungsi pengawasan dalam Harian Umum Radar Cirebon dilakukan oleh seluruh departemen. Dengan kata lain, seluruh staf memiliki tanggung jawab untuk mengawasi jalannya aktivitas pemberitaan sehari-hari, meskipun pengawasan yang vital dilaksanakan penuh oleh Kepala Bagian Marketing Syahbana, untuk mengawasi jalannya periklanan, dan Pemimpin Redaksi Harian Umum Radar Cirebon Iing Casdirin untuk mengawasi seluruh kegiatan proses penyajian berita. Seperti yang telah diurai pada bab sebelumnya, pengawasan ialah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang
telah
ditetapkan
sebelumnya,
menentukan
dan
mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuantujuan perusahaan. Pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efektif. Dalam media cetak dapat tercermin dalam jumlah pembaca perhari yang mencakup komentar maupun bentuk komplain pembaca, berita tersebut juga dalam hal mengenai tingkat penjualan iklan, yang harganya tentu harus sesuai dengan keputusan bersama. Pengawasan terhadap jalannya kegiatan yang sudah terjadwal secara sistematis dalam sebuah media massa perlu diawasi oleh beberapa tim pengawas, atau pun seorang pengawas ahli. Pengawasan tersebut adakalanya dilaksanakan secara bersamaan, maupun dengan satu orang saja. Pada hakikatnya, pengawasan dalam media massa sangatlah vital. Jika pengawasan itu tidak dilaksanakan, tentunya fungsi-fungsi yang lain tidak akan berjalan secara maksimal. Fungsi pengawasan sangatlah penting dalam keberadaan sebuah media massa. Karena dalam sebuah organisasi media massa, harus ada beberapa orang yang mengawasi jalannya kegiatan. Kegiatan menghimpun berita, kegiatan penerimaan iklan, pemberian
kompenasi, penerimaan reporter dan pekerja baru, dan lain sebagainya yang berhubungan langsung dengan media massa. Begitu pula dengan fungsi Harian Umum Radar Cirebon. Fungsi manajemen dalam hal pengawasan pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon Menurut pemimpin Redaksi Iing Casdirin: “Mempunyai tujuan agar semua lini tetap on track , kerja sama tetap terjalin dengan baik, dan yang lebih utama, hubungan antar staf satu dengan lainnya tetap berhubungan baik. Fungsi pengawasan juga dilakukan oleh Kepala Bagian Operasional atau redaktur pelaksana Harian Umum Radar Cirebon dalam melayani masyarakat dan bisnis agar tidak berat sebelah. Artinya segala kegiatan yang dijalani harus proporsional”. Kegiatan pengawasan di atas tergambar pada penerimaan iklan yang telah penulis paparkan di atas. Harian Umum Radar Cirebon mempunyai niatan yang sama yaitu agar semua kerja sama yang telah terjalin maupun akan terjalin tetap dapat diawasi dengan baik. Semua terlaksana secara proporsional dan seimbang, karena jika tidak seimbang maka akan terciptalah ketidakharmonisan dan fungsi pengawasan yang kurang baik.. Fungsi pengawasan di sini dilakukan agar semua lini tetap on track
dan bisnis juga jalan. Jadi jangan sampai bisnis jalan tapi
pemberitaan tidak. Atau pemberitaan jalan, bisnis tidak.. Dua-duanya harus proporsional. Fungsi pengawasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi melayani dan fungsi bisnis. Fungsi melayani, karena Harian Umum Radar Cirebon ialah media massa penyampai informasi, sudah tentu Harian Umum Radar Cirebon harus melayani para pembacanya dengan baik berupa penyajian berita dengan bahasa sebaik mungkin dan tidak terkesan
berpihak, mendengar masukan mereka, dan bersedia untuk berubah ke arah yang lebih baik jika itu keinginan khalayak pecintanya. Perubahan itu tercermin dari tampilan ( layout ) Harian Umum Radar Cirebon yang sudah berkali-kali menambah rubrik, karena selain ingin memenuhi keinginan masyarakat, Harian Umum Radar Cirebon pun tak ingin tertinggal dengan kecanggihan teknologi yang tengah terjadi. Itulah satu bentuk inovasi dari Harian Umum Radar Cirebon
yang selalu ingin memenuhi keinginan
pembacanya. Selain itu Harian Umum Radar Cirebon pun memberikan kesempatan agar pembaca memberikan kritik dan sarannya guna perubahan bagi Harian Umum Radar Cirebon
ke arah yang lebih baik. Secara
perlahan namun pasti, semua saran itu diterima dan akan direalisasikan jika saran tersebut dapat membuat perubahan baik dari segi isi dan tampilan Harian Umum Radar Cirebon. Tentunya masukan dan kritik dari masyarakat itulah sangat berguna untuk Harian Umum Radar Cirebon dan kemudian diawasi secara berkesinambungan. Pengawasan Untuk isi berita, Harian Umum Radar Cirebon juga selalu mengawasi dalam kegiatan memproses berita, yaitu memproduksi berita, menyiarkan berita, dan mengevaluasi berita. Ketiga kegiatan tersebut terus dilakukan secara kontinyu agar tugas memproduksi berita tidak terhenti di tengah jalan. Pengawasan dalam kegiatan memproduksi berita, dipimpin oleh seorang redaktur karena ia adalah orang yang paling bertanggung jawab untuk isi berita secara keseluruhan.
Pemimpin Redaksi Surat Kabar Harian Radar Cirebn Iing Casdirin mengemukakan pengawasan dalam isi berita sangat penting yaitu: “Kegiatan menyiarkan berita pun demikian harus secara keseluruhan mendapat pengawasan. Berita yang telah dikirim oleh reporter dan diedit oleh redaktur mereka tidak serta merta disiarkan. Masih banyak tingkatan lagi yang harus dipenuhi, yaitu penyeleksian berita. Kegiatan penyeleksian seputar berita mana yang layak dan tidak layak dipublikasikan tergantung pada redaktur Harian Umum Radar Cirebon”. Tiap berita yang telah siar dievaluasi lagi dan dicari apa kekurangannya. Hal ini terus dilakukan agar media ini makin berkualitas. Setelah berita selesai diseleksi, berita pun siap dipublikasikan untuk selanjutnya dibaca oleh khalayak luas. Pemublikasian berita tersebut selanjutnya akan dievaluasi mengenai apa saja kekurangannya.
Angle
mana yang kurang cocok, dan bagian mana untuk berita selanjutnya yang lebih ditonjolkan. Begitu seterusnya. Hal tersebut dilakukan agar menghasilkan isi berita Harian Umum Radar Cirebon yang berkualitas dan mampu menginformasikan kepada khalayak mengenai kejadian yang sebenarnya. Dalam pemberitaan isu atau pun kebijakan harus secara detail dan di kroscek kebenarannya, siapa yang menjadi sumber yang berkompeten dalam hal pemberitaan isu, pengemasan pesannya pun harus di perhatikan agar informasi yang tersampaikan tidak simpang siur. Fungsi bisnis pun harus mendapat pengawasan, Harian Umum Radar Cirebon
mempertimbangkan kembali mengenai pengiklan yang
masuk. Seperti yang telah dipaparkan penulis, jika iklan itu layak dijadikan partner kerja dan sesuai dengan visi, profesional dan modern yang diusung Harian Umum Radar Cirebon, iklan itu patut dipublikasikan.
Namun jika tidak, Harian Umum Radar Cirebon
berhak
menolaknya. Selain itu, persaingan media yang kian ketat menyebabkan Harian Umum Radar Cirebon berusaha untuk memperbagus tampilan dan isi berita. Karena persaingan itulah Harian Umum Radar Cirebon selalu mencoba menghadirkan sesuatu yang baru, berinovasi dan terus menyajikan berita yang layak baca. Namun, persaingan yang demikian pesat itu tidak serta merta menjadikan Harian Umum Radar Cirebon menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pembaca yang banyak, Harian Umum Radar Cirebon tetap bersaing secara sehat dengan pesaingpesaing media cetak lainnya yang juga turut melakukan berbagai inovasi. Paparan di atas melukiskan bahwa fungsi pengawasan di Harian Umum Radar Cirebon telah tergolong baik karena tugas mengawasi dilakukan secara terus menerus.
Kepala bagian marketing mengawasi
jalannya kegiatan pasokan iklan yang hendak bekerja sama dengan Harian Umum Radar Cirebon. Sedangkan bagian redaksi, lebih tepatnya kepala bagian redaksi juga turut mengawasi jalannya proses peliputan berita, pengiriman berita, redaksi bahasa berita (mengedit naskah dari para reporter maupun berita yang didapat dari beberapa kantor berita dunia semisal Jawa pos, AFP, AP, REUTERS). Hal ini dilakukannagar bagaimana berita dapat dibaca dan dimengerti dengan baik hingga akhirnya berita siap akses, sehingga khalayak dapat segera mengetahui informasi terbaru. Pengembangan pasti dilakukan oleh tiap media massa dengan cara
yang berbeda. Begitu pula dengan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon . Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon selalu berinovasi karena kita media Cetak. Kita juga selalu mengikuti perkembangan. Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon selalu berusaha memberikan inovasi pengembangan tampilan dan pengembangan staf. Dari statemen tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengembangan yang diterapkan pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon terdiri atas dua bagian yaitu: Pengembangan dalam bentuk content (isi) dan pengembangan staf. Untuk pengembangan dalam bentuk content (isi), Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon melakukan berbagai perubahan dalam isi rubric seperti penambahan rubrik yang bernuansa life style, pengembangan dalam isi berita, dan evaluasi berita yang telah dibuat. Dalam perkembangannya. Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon pun juga selalu mendengar keluhan dan permintaan pencintanya. Sebagai media cetak yang telah dapat mempertahankan eksistensinya selama belasan tahun, Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon juga terus melakukan pengembangan untuk para stafnya. Beberapa di antaranya untuk mengikuti workshop mengenai perkembangan media
cetak. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa fungsi pengembangan pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon sudah tergolong bagus. Karena, pengembangan tampilan isi dan pengembangan para staf terus dilakukan. Pengembangan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap produk berita Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon, mengingat
pembaca tak hanya dari kalangan domestik wilyah pantura dan wilayah III Cirebon, juga meningkatkan jumlah pembaca sehingga mereka tidak merasa bosan dan monoton jika informasi dan tampilan yang disajikan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon tanpa sebuah inovasi berarti. Setiap perusahaan idealnya sangat menginginkan kesejahteraan bagi para stafnya. Tujuan itu berfungsi agar para staf merasa kerasan, tidak beralih ke perusahaan lain, dan memiliki sense of belonging yang tinggi. Bentuk kesejahteraan itu tercermin dari besarnya kompensasi yang didapat dari para staf dalam perusahaan tersebut. Namun, besar kecilnya kompensasi biasanya dipengaruhi oleh beberapa komponen, salah satunya tingkat kedisiplinan staf itu sendiri. Tingkat kedisiplinan itu akan dinilai dan nantinya akan diperhitungkan berapa kompensasi yang diperoleh. Begitu pun dengan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon bahwa kompensasi adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja karyawan tersebut pada organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik maupun non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada perusahaan tempat ia bekerja. Perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada para pekerja terlebih dahulu melakukan penghitungan kinerja dengan membuat sistem penilaian kinerja yang adil dalam hal ini pun pengawasan terhadap karyawan perlu dilakukan. Sistem tersebut umumnya berisi kriteria penilaian setiap pegawai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Sebuah perusahaan media tentunya ingin selalu mempertahankan eksistensi mereka dalam dunia penyajian informasi yang baik, berimbang dan tidak berpihak. Untuk mencapai target tersebut, ada beberapa cara yang harus ditempuh. Maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada tahap perencanaan yang ada di bidang redaksional Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon telah terencana dengan baik, hal ini terlihat dari terlaksananya rapat perencanaan liputan atau rapat redaksi. Secara garis besar, dalam rapat tersebut menyangkut dua hal, yaitu penentuan liputan dan pembagian tugas para wartawan dalam meliput berita. 2. Pada tahap pengorganisasian manajemen redaksional Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon, telah terbentuk struktur organisasi dengan jabatan dan tugas masing-masing personil. Dalam proses pengelolaan materi pemberitaan, yang paling berperan di bidang redaksioanl Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon adalah pemimpin redaksi, hal ini terlihat dari tugas pemimpin redaksi yang merangkap menjadi redaktur. 3. Tahap penggerakan merupakan tahap yang sangat penting dalam manajemen redaksional di Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon,
karena
dengan
adanya
penggerakan,
proses
pengelolaan
materi
pemberitaan berjalan dengan lancar, mulai dari proses peliputan, penulisan, sampai pada penyuntingan (editing) naskah berita. Dalam hal ini tidak terlepas dari adanya fasilitas yang telah disediakan oleh perusahaan, adanya pengarahan dari pemimpin redaksi dan koordinator peliputan, dan terjalinnya komunikasi antar staf bidang redaksional dalam menjalankan tugas keredaksionalan. 4. Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon
dilakukan dalam bentuk pengarahan
langsung terhadap wartawan saat naskah beritanya diedit oleh redaktur masih mengalami kekurangan data. Selain itu, diadakan pertemuanpertemuan seperti rapat evaluasi kerja. Dalam rapat tersebut, juga membahas masalah-masalah yang dihadapi oleh bidang redaksional dan kendala- kendala yang dialami oleh wartawan dalam melaksanakan tugas, sehingga akan dibahas dan dicarikan solusinya. Selanjutnya pemimpin umum mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kelancaran proses redaksional. 4.2.Saran Setelah meneliti dan menganalisis data mengenai manajemen redaksional pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon, penulis ingin memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajemen redaksional Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon, antara lain adalah:
1. Dalam hal perwajahan, sebaiknya pembaharuan agar lebih variatif, dalam hal ini peambahan rurik yang menaik menjadi unsure yang perlu diperhatikan, selain berita-berita peristiwa dan isu,masalah human interest juga perlu di tingkatkan untuk menambah rubric baru yang menarik sehingga perwajahan lebih bervariatit dan beragam. 2. Untuk masalah kuantitas tim redaksi, sebaiknya tim redaksi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon ditambah jumlahnya. Sebab, tim redaksi yang lebih banyak memungkinkan akan terlaksananya penerapan fungsi manajemen redaksi pada Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon yang lebih baik lagi, dalam hal ini redaktur focus untuk membawahi desk masing-masing tidak tercabang menangani desk suatu rubric berita. 3. Terakhir, dalam hal kepemimpinan, sudah cukup baik, namun akan lebih baik lagi jika pemimpin redaksi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon dapat lebih tegas namun tetap santun dalam mengarahkan para stafnya. Pergantian pemimpin redaksi juga nampaknya ditentukan berapa tahun sekali untuk peningkatan kualitas dan pengembangan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon di masa yang akan datang. 4. Perlunya peningkatan evaluasi kualitas dan kuantitas, baik dari segi materi pemberitaan maupun kerja dari masing-masing personil di bidang redaksional, dan menerapkan kedisiplinan dalam menjalankan tugas keredaksionalan.
5. DAFTAR PUSTAKA 6. 7. Alwi, Fuadi M, Foto Jurnalistik, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2004. 8. Amsyah, Zulkifli. Manajemen Sistem Informasi . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005. 9. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000. 10. Djuroto, Totok, Manajemen Penerbitan Pers, cet. III, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. 11. Effendy, Onong U, Dinamika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. 12. Effendy, Onong U, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002,. 13. Effendy, M. Manullah, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002. 14. Eko Indrajit, Richardus. Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informas i. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001. 15. Hasibuan, Malayu. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah . Jakarta: Bumi Aksara, 2005. 16. Herujito, Yayat. Dasar-dasar Manajemen . Jakarta: PT. Grasindo, 2001.
17. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi . Jakarta: Kencana Media: 2006. 18. Kusumaningrat, Hikmat. Kusumaningrat, purnama. Jurnalistik Teori dan praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. 19. M. Romli, Asep Samsul, Jurnalistik Praktis, cet VI, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. 20. Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik . Jakarta: UII Press, 2005. 21. Maleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 22. McQuail, D, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Bandung, 1996. 23. Morissan. Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio dan Televisi . Jakarta: PT. Ramdina Prakarsa, 2005. 24. Mubardjo. Strategi Manajemen Media Cetak . Jakarta: PT. Duta Karya Swasta, 2008. 25. Mumford, Alan. Mencetak Manajer Andal Melalui Coaching dan Monitoring . Jakarta: PT. Pustaka, 2003. 26. Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. 27. Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relation & Media Komunikasi . Bandung: Rosdakarya, 2005. 28. Santana, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer . Jakarta: Yayasan Obor, 2005.
29. Siagian, Sondang. Sistem Informasi Manajemen . Jakarta: Bumi Aksara, 2006. 30. Syamsul M. Romli, Asep. Jurnalistik Praktis . Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. 31. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru . Jakarta: Kalam Indonesia, 2005. 32. Uchjana Effendy, Onong. Human Relations dan Public Relations . Bandung: Mandar Maju, 1993. 33. Sumber lain : 34. Profil Company Radar Cirebon 35. Undang-undang Republik Indonesia No 40 tentang pers tahun 1999 36. Stefanus Akim, http://stefanusakim.multiply.com/journal/item/19/ manajemen keredaksian, di akses pada 19 April 2013 21:32:36
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara A. Pemimpin Umum 1. Bagaimana sejarah berdirinya Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon? “Koran Radar Cirebon terbit pertama pada 20 Desember 1999 sebagai representative dan menjadi acuan serta kebanggaan masyarakat Cirebon dan seitarnya. Bahkan kini radar cirebon sudah menjadi inspirasi masa depan masyarakat luas. Wilayah III Cirebon memang membutuhkan sebuah Koran harian yang terpercaya, yang mampu menjawab tantangan era globalisasi. Juga harus mampu menjadi motor bisnis dan ekonomi daerah”. 2. Apa visi dan misi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon? “Misinya Wilayah III Cirebon memang membutuhkan sebuah Koran harian yang terpercaya, yang mampu menjawab tantangan era globalisasi. Juga harus mampu menjadi motor bisnis dan ekonomi daerah Probisnis visinya selain sebagai Koran idealis, Radar Cirebon juga tampil sebagai Koran probisnis. Menampilkan berbagai informasi tentang ekonomi bisnis, financial baik lokal, nasional, maupun internasional.” B. Pemimpin Redaksi
Perencanaan (planning) 1. Apakah
dalam
pencarian
berita
selalu
dilakukan
perencanaan? “Benar, selalu dilakukan perencanaan, dalam hal ini perencanaan dilakukan pada rapat redaksi yang dilakukan di pagi hari dan sore hari” 2. Bagaimana melakukan perencanaan? “pada rapat redaksi di lakukan pemaparan tentang berita yang harus di liput dengan menugaskan setiap wartawan sesuai dengan desknya” 3. Bagaimana dengan berita yang sifatnya tidak diduga? “sesuai dengan desknya wartawan di beri tanggung jawab jika terjadi atau mendapat info tentang peristiwa mereka harus mengecek kelokasi dan segera meliputnya” 4. Kapan rapat perencanaan itu dilakukan? “kalo setiap harinya pagi dan sore, setiap bulannya 2 kali”. 5. Siapa saja yang hadir dalam rapat perencanaan tersebut? “Pemred, para redatur, wartawan dan layouter”. Organisasi (organizing) 1. Seperti apakah pengorganisasian (struktur organisasi) di bidang redaksional dan tugas masing-masing personil?
“stukturnya redaksi tentunya Pemimpin redaksi menjadi jabatan tertinggi di dalam redaksional yang membawahi redaktur wartawan, layouter, dan bertanggung jawab atas pelaksanaan redaksional” 2. Apakah dalam pembagian tugas disesuaikan dengan keahlian para personil? “Tentunya, keahlian menjadi alat untuk dapat mudah mendapatkan suatu data saat liputan, maka dari itu di sesuaikan dengan kemampuan seperti pengetahuan” Penggerakan (actuating) 1. Aktifitas apa yang dilakukan dalam tahap penggerakan? “dalam penggerakan peliputan, penulisan, dan penyuntingan itu yang eru di perhatikan dalam penggerakan”. 2. Bagaimana sistem pelaksanaannya? “peliputan yang bertugal adalah wartawan yang sudah di proyeksikan oleh masing-masing redakturnya sesuai desk dalam rapat redaksi, penulisan setelan proses peliputan penulisan dilakukan di ruang redaksi radar setelah peliputan,penyuntingan atau proses edit dilakukan oleh redatur setelah penulisan elah dilakukan”.
3. Apa saja sarana dan prasarana yang dapat menunjang penggerakan di bidang redaksional? “sarana wartawan dibekali dengan kamera untuk mengambil gambar,book note untuk mencatat data, biasanya menggunakan hp untuk merekam pada saat wawancara, computer”. Pengawasan (controlling) 1. Apa
ada
tindakan
pengawasan
terhadap
materi
pemberitaan? “dengan mengedit pada proses penyuntingan oelh redaktur dengan memperhatikan tulisan”. 2. Seperti apa bentuk dari pengawasan tersebut? “sesuai dengan kaidah ketentuan dari suatu nilai berita”. 3. Kapan pengawasan tersebut dilakukan? “pada saat proses penulisan dan penuntingan dilakukan yaitu pada sore hari setelah proses liputan. C. Wartawan (Reporter) Peliputan (reporting) 1. Bagaimana teknik peliputan berita yang dilakukan para wartawan?
“melaksanakan peliputa sesuai dengan proyeksi pada rapar redaksi”. 2. Bagaimana mekanisme melakukan peliputan berita yang sifatnya tidak terduga? “ datang ketempat kejadian, cek benar atau salah mengambil gambar dan mewawancarai pihak terkait”. 3. Apa kendala yang sering dialami dalam melakukan peliputan? “ kendalanya dalam pencarian sumber pada berita mengenai isu nara sumber kadang susah di temui dan enggan membeikan komentar”. 4. Bagaimana untuk mengatasi masalah tersebut? “melakukan pendekatan secara personal, meminta kontaknya agar bisa di konfirmasi lewat telepon”. Penulisan (writing) 1. Bagaimana teknik penulisan berita yang menjadi ketentuan selama ini? “menggunakan 5w+1h, unsure itu yang menjadi dasar kita dalam melakukan penulisan agar berita menjadi lengkap”. 2. Jenis berita apa yang menjadi andalan para wartawan?
“peristiwayang terjadi di wilayah Cirebon, isu, serta kebijakan dan lifestyle”. 3. Mengapa memilih jenis berita tersebut? “karena kita Koran local pasti memuat semua peristiwa yang terjadi di Cirebon, dan rubric itu yang biasanya paling sering di baca oleh pembaca”. 4. Kapan dan dimana aktivitas tersebut dilakukan? “Di kantor setelah peliputan”. D. Redaktur (Editor) Penyuntingan (editing) 1. Bagaimana proses editing untuk naskah berita? “ tulisan yang sudah dibuat oleh wartawan kami edit dari penulisan, angle, faragraf dan sebagainya”. 2. Apa saja yang perlu diedit sehingga naskah berita layak diterbitkan? “sesuai kaidahnya berita jika aktual harus mengandung unsure 5w 1h, sehingga berita menjadi menarik”. 3. Bagaimana cara membuat judul yang menarik dan menempatkan naskah berita pada kolom (space) yang tersedia?
“memperhatikan masalah yang di liput dengan mengambil angle yang akan di angkat sehigga menarik pembaca untuk mendapatkan info dalam berita tersebut”. 4. Apa standar (alat ukur) berita yang layak untuk diterbitkan? “Sesuai dengan kaidah nilai berita yang menyangkut aktual, kedekatan, keterkenalan human interest”.
DOKUMEN FOTO
Foto rapat redaksi Rapat Redaksi Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon
Proses Peliputan, Seorang Wartawan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon terlihat melakukan perekaman untuk mengambil data wawancara.
Proses peliputan, seorang wartawan Radar Cirebon saat mewawancarai untuk mengambil data dalam proses peliputan.
Proses Peliputan, Seorang Wartawan Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon terlihat melakukan perekaman untuk mengambil data wawancara
Proses penulisan dan penyuntingan di Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon.
Proses penulisan dan penyuntingan di Surat Kabar Harian Umum Radar Cirebon