KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KASUR KAPUK DALAM PE'MBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TES IS DiaJukan Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesailcan studi pada Magister Perencanaan Kebijakan Publik Universitas Indonesia
Oleh:
M. IRFAN TAUFIK NPM: 0606036970
MAGISTER PERENCANAAN KEBIJAKAN PUBUK fAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK,2007
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: M. Irfan Taufik
Tempat/tanggal
lahir
: Metro, 15 Januari 1977
NPM
: 0606036970
Judul Tesis
: Kebijakan Pengembangan Industri Kecil Kasur Kapuk Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Di Kabupaten Lampung Timur
Depok,
Desember 2007 Menyetujui Pembimbing
(Hera Susanti, SE, M.Sc)
Mengetahui Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Ketua,
(Dr. B. Raksaka Mahi) NIP. 131 923 199
Chi Non
Lana~ iJserifiu dimufai Jati fang~ pertama,
pijai.pn anat t4ntJ8a i.§seratu.sJuea amiufai tfari analtangaa pertama
1(prya ifmiali ini i.}ltuju~n(ep
)lyanarula (afm))lmir Syarijutfdin !Nyerupa tfan
!Mama (J)ra. (l(pfiana yane tercinta
serta semua
Sautfam~sa.Ulfa~yane ~ayan9
STATEMENT Of AUTHORSHIP "Sava yar.g bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis terlarnpir adaah murni hasil pekerjaan saya sendiri. Tldak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa menyebutkan sumbernya". Materi inl tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk tests pada mata ajaran lain cecuall saya menyatakan dengan jelas bahwa save menyatakan rnenggunakannya. Saya memaharni bahwa tesis ini depat diperbanyak untuk tujuan mendeteksi acanva plagiarisrne''. Narr.a
M. Irfan tauflk
NPM
0606036970
Judul rests
Kebijakan Pengembangan
dan dikomunikasikan
Industrl
Keen Kasur
Kapuk Dalam Pemberdayaan Ekonoml Rakyat di Kabupaten Lampung Timur Dosen Pemblmblng
Hera Susantl, SE.,M.Sc.
Depok, 10 Desember 2007
A8STRAK KE81JAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KASUR KAPUK DAI.AM PEMBERDAYMN EKONOMI RAKYAT DI KASUPATEN LAMf>UNG TIMUR
Oleh: M. IRFAN TAUFIK 0606036970
Sektor usaha kecil-menengan (Ul<M) adalah sekter yan9 mcmlllki fungsl strategls secara ekonornt, sosial dan polltls. Secara ekonoml, usaha kecil menyedlakan barang dan jasa bi!91 konsumen berdaya bell rendah sampal ~dang dan membertken kontribusl besar pada perorenan d~visa negara. Melalui procluk-produk manufaktur maupun hasil kerajJnan, usaha kecil-menengah menyumbang separoh pertumbuhan ekonorrs Indonesia. Secara sostal politls, fungsi sektor usaha kecil sangat penting karena potensl elamiahnya dalam hal penyercipan tenaga kerja serta upava pengentasan kemiskinan. Otonomi daerah yang berlaku sejak awal 2001 memberikan kesempatan kepada daerah untuk memiliki kewenangan otonorni dalam wujud secara luas, nyata d~m .bertanggungjawab kepada daerah. Hal lnl sangat memungkinkan kepada daerah untuk mengembangkan sektcr usaha kecil-menengah dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Kabupaten Lampung Timur yang dibentuk berdasarkan Undanguni;l<1ng Nemer 12 Tahun 1999, dtresmtkan paoa tanggat 27 April 1999 dengan pusat p€mer!ntahan di Kota Sukadana adalah p.emekaran darl Kabupaten Lampung Tengah sebagal kabupaten lnduk. Sebagal implementasi darl otonomi daerah, Kabupaten Lampung Timur dituntut untuk leblh mandiri d9l;im seg.ila ha! termasuk dalam hal pembangunan daerah yang di dasarkan pada pendayagunaan potensi lokal untuk mcmbetikan manfaat sebesar-besamya bagl masyarakat dengan memperhatikan vis! dan misl pembangunan daerah, termasuk pilihan dalam hal pengembangan lndustri kedl-menengah di Kabupaten Lampung Timur. Salah satu usaha kecil yang dikembangkan oleh masyarakat di Kecamatan Betenghari Kabupaten Lampung Timur adalah industri kecll kasur kapuk, Kasur kapuk merupakan kebutuhan rumah tangga utama yang banyak dlpakai oleh hampir seluruh masyarakat balk di perdesaan
maupun di perkataan. Awalnya, kasur kapuk yang diproduksi hanya untuk memenuhi keperluan sendiri. Kini, kasur kapuk produksi Kecamatan Batanghari telah diproduksi secara komersial untuk memenuhi kebutuhan lokal Lampung Timur dan sekitarnya, bahkan telah menjangkau hampir seluruh wilayah Proprnsi Lampung dan sebagian wilayah Sum;itera Selatan. Dengan peralatan sederhana dan dengan tenaga kerja lokal yang umumnya kaum ibu, industri kecil kasur kapuk ini dijadikan alternatif usaha dalam pemberdayaan ekonoml masyarakat Kecamatan Batanghari sekltarnya di kahupaten Lampung Timur, karena mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak darl warga sekitar sehingga dapat dijadlkan sebagal penggerak perekonomian masyarakat. Tetapi dart hasil identifikasi permasalahan melalui pengamatan langsung di lapangan ataupun melalui wawancara dengan berbagal sumber balk itu dart unsur pengusaha kasur kapuk yang tergabung dalam anssn pengusaha kasur kapuk Kecamatan Batangharl Kabupaten Lampung Timur, dan Pemerintah Kabupaten Lampung Timur dalam hal ini mela/ul Dlnas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasl l
ermasalahan utama yang menghambat pengembangan lndustri kecil kasur kapuk di Kabupaten !,.ampung Timur; 2).Mengetahul pihak~plhak yang berperan dalam upaya pengembangan lndustri kecil kasur kapuk di l
Dari kerangka Backward Process mcnunjukkan bahwa kurangnya modal sebagai kendara utama dalam pengembangan industri kecil kasur kapuk. Kurangnya akses subselctor lni terhadap aspek permodalan menyebabkan terbatasnva kemampuan rnereka menlngkatkan skala usahanya. Sedangkan dari hasil in depth interviewdan FOG menunjukkan bahwa kendafa bagi usana kecll kasur kapuk bukan hanya modal tetapi juga kesulitan bahan baku kapuk. llarga kapuk randu mumi yang mahal menyebabkan para pengusaha menggunakan oplok (liml>ah tekstil yang dlolah kembali) sebagai bahan pengganti kapuk, schingga mutu produk menjadi rendah dan hanya diminatl oleh keklmpolc menengah ke bawah. Berdasarkan anansts gabungan seiuruh responden pada model Forward Process, pemerlnt.ah daerah rnerupakan pelaku yang pallng besar peranannya dalam pengembangan lndustrl kecil kasur kapuk di l
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allilh SWT, atas berkat rldho, rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulisan tesis
Kebijakan Pengembangan lndustri
yang berjudul
Kapuk Dalam
Keen Kasur
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Di Kabupaten
Lampung Timur lni dapat diselcsaikan. Tesis ini disusun untuk memcnuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik
F<1kultas
kekurangannya
Ekonoml
Universitas
mudah-mudahan
pemil
berarti
Indonesia,
dapat
dengan
memberlkan
segala
sumbangan
bagl l<ebijakan pengembangan
el
kcrakyatan di Kabupaten Lampung Timur. Pcnulis menyadari sepenuhnye bahwa oalarn penulisan tesis inl tidak akan dapat berjalan lancar tanpa bantuan, dorongan semangat, saran
dan
pendapat
datl
berbagai
pihak.
Untuk
semua
itu
perkenankanlah penulis menyampaikan terirna kasih dan penghargaan kcpada: 1. Bapak Satono selaku Bupati Kabuparen Lampung Timut dan Bapak Drs. Bahromi Saad selaku Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Timur yang telah memberikan izin kesempatan tugas belajar S2 Program MPKP· FEUI ini.
2. Ibu Hera Susanti Se, M.Sc selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu,
piklran
dan
bimbingannya
hingga
terselesaikannya tesis ini. 3. Bapak Dr. B. Raksaka Mahi sebagal Plrnpinan Program MPKPFEUI, para pengelola, dosen dan seluruh stat akademlka pada
Program
Studl MPKP-FEUl yang telah memberikan tuntunan,
arahan dan ;lmu pengetahuan menempuh proses studi ini. 4. Bapak
Kepala
serta
Pusbindikl<1tren
pelayanan
Bappenas,
memberikan kesempatan untuk mengikuti belajar S-2 pada program studi inl,
selama
yang
telah
program
tugas
5. Bapak Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur, Bapak Ir. Teguh Pujianto (Kepala Seksl
Industri
Kimia
dan
Aneka
Dinas
Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur),
dan
Bapak Edy Susilo (Kepala Seksi Penelltlan dan Pengembangan Dinas Perlndustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten
Lampung
yang
Timur),
telah
membantu
wawancara, dlskust tentang industri data primer dan sekunder.
dalam
proses
kecil serta pengambilan
6. Bapak S<1tumln selaku Ketua Kelompok Arisan Pengusaha Kasur Kecamatan
Batanghari
Kabu1>aten
Lampung Tlrnur
beserta
anggota arisan pengusaha yang telah membantu selama proses wawancara, diskusi dan FGD. 7. Mama, Kak Pipit dan Adik A~if atas semua dorongan dan doanya, yang penuh suka cita dan ketabahan dengan irlngan do'anya yang tulus selama penulis mengikutr pendidikan tugas belajar inl. B. Rekan-rekan senaslb seperjuangan pada MPKP-FEUI angkatan XV Pagi Salemba, Mb' Epi (n1akasih nolong;n Expert Choice-nya en buku catatannya) en The Bulogs-nya (Mb' Mut en Uda trut, makasih
belejer di
bulognya),
Ogo (temen
~perjuangan
bimbingan Bu Hera), Nana (kalo gak ke rumah Mb' Epi EC-nya masih error),
Mb' Ana en l
Muh (temen satu kost),
Salemba Tengah Club plus Mas Aji, Mas Rully (kapan nonton di mcgaria lagi), Moli, Mb' Wld, Mb' Ida, Mb' Nurul, Dori, Gusti, Deni,
sesama "pengguna EC di Tests" (Mbak Asri dan Endang),
yang telah banyak memberikan sumbang saran pada penulis. 9. ~Mahadew;ku" .
10, Mail, dalam
Kur, Acil dan teman-teman
di Metro atas dorongan moril
penvelesatan tests, (Mail makasln printernva).
11.Serta kepada sernua plhak yang tetan membantu penulis dari awal hingga akhir studi. Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempumaan
dan
dan kekurancen. terbuka
bersedia
tidak mustahil di dalamnya rerdapat kelemahan
untuk itu, penu/is dengan lapang dada dan tangan menerima
segala
kritik
dan
saran
demi
kesempumaan tulisan ini. SemQga Allah memberkati klta sernua.
Depok,
Desember 2007
Penulls
DAFTAR lSI
Daftar Jsi
. ii
Daftar Tabel Daftar Gambar
, .. . .
iU
Daftar Lamplran
BAB I
iv
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1
1.2. ldentifikasi Masaiah
.. .• .. .. . .. .. .. .. .. .. .. • .. •• .. .. •
7
1.3. Rumusan Masalah
9
1.4. Tujuan P~nelltian..............................................
10
1.5. Hipotesis . . •• . . . . . •. •. •••.•••••..•..
10
.. . . . . . . . .. . . . . .. . . • . . .• . • . . •• . .. . . . ••
1.6. Metode Penelitian
10
1.7. Ruang Lingkup Penelitlan
11
1.8. Sistematika Penulisan
BAB II
,•
.•
12
TlNJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kedl..............................................................
15
2.1.1 Tantangan dan Masalah
18
2.1.2 Strategi ~berdayaan Usaha Kecil
21
2.2. Analytical Hierarchy Process (AHP} • .. .. . . .. ••
.. .. .• .. .. • .. •• 24
2.2.1. Penyusunan Model AHP
26
2.2.2. AHP Untuk Hodel Perencanaan
30
2.2.3. Model Proyeksi (Forward Process}...................
31
2.2.4. Model Perencanaan (Backward Process).......... 31
BAB JU
2.2.5. Hubungan Forward dan Backward Process.......
32
2 .3. Hastl Penelitian Terdahulu . ... .. •• .. .. • .. .. .. . .. .. .. .. . . . .. . . .. .. ..
32
GAMBARAN UMUM INDUSTRI KECIL KASUR KAPUK 3.1. Kabupaten Lampung Timur........................................ 3. 2. Kondisi Sosial Ekonoml •• ...... •. •. .. • .. ••
• .. .. .. ..
36
.. .. .. .. . . 38
3.3. Pola Usaha Industri Kecil Kasur Kapuk
40
3.4. Tahap-tahap Pembuatan Kasur
42
3.4.1.
Penggendera:n Kain .... .... .. ... . . . . .. . . .. . . . . . .. . . .. . . ... . 42
3.4.2.
Penglsian Kasur can Pemasaran
45
3.4.3.
Proses Penjemuran........................................
48
3.5. Permasalahan BA81V
usana
Kasur
52
ANAUSIS HASIL PENEUTIAN DAN PEMBAHASAN KEBJJAKAN PENGEMBANGAN
INDUSTRI KECIL KASUR KAPUK
4.1.
Penyusunan Hlrarki
4.2.
Definisl Konsep Hirarki
.. ..
61
. .. .. .. 62
4.2.1. Hlrarki Forward..............................................
62
4.2.2. Hlrarkl Backward............................................
68
4.3. Penyusunan Kulsloner..............................................
72
4.3.1.Penentuan Responden
72
4.3.2. Slntesa Hasn
74
4.4. Hasll Analisa dan Pembahasan
75
4.4.1. Anallsls Model Proyeksl (Rlrward Process).........
75
4.4.2. Analisls Model Perencanaan (Back.ward Process)
80
4.4.2.l
Prior1tas Sl<enario...................................
81
4.4.2.2
Priorltas Kenda la....................................
82
4.4.2.3
Prlcrltes Pelc:1Jcu
83
4.4.2.4 Prtorltas Kebljak.an .. . .. .. .. . 4.4.3. Analisis Sensitivitas..
. • .. . . . ..
. 84
. .. . . .. .. ..
4.4.3.1 Analisrs Sensltivitas Pada Forward Process
90 9-0
4.4.3.2 Anallsis Sensltivitas Pada Backward
Process BABV
92
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpllfan..............................
94
5.2. Saran dan Rekomendasi Kebijakan
96
Daftar Pustaka tarnplren-Larnptran
DAFTAR TABEL
1.1. Jumlah Unit Usaha UKM dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Indonesia, Tahun 2002 - 2006 1.2.
.
..••.. .. . . . . . .• .. . . . . .
. . . . . . .• ..
2
Kontribusi Sel
oasar
Harga Konstan 2000, tahun 2001 - 2005 {Juta rupiah)........
6
3.1. Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nila! Investasi dan Nila! Produksi Kabupaten Lampung Timur Tahun 2002 - 2005
.• .. .. . .
39
3.2. Kontnousi Sektor Industrl dan Industrl Kecil Dalam PDRB Kabupaten Lampung Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2001 - 2005.. 3.3.
Daftar Nama Pengusaha Kasur Kapuk Di Kecamatan Bata119hari Kabu paten lampung Timur
3.4
39 •.
42
Ringlcasan Permasalahan lndustri Kecil kasur Kapuk di Kabupaten
Lampung Timur.......................................................................
58
4.1. Daftar Responden AHP 4.2. Hasil Sintesa Akhir Backward Process
73 .. ..
..
.
.
BO
DAFTAR GAMBAR
1.1.
Kerangka Pemikiran
,
2.1.
Hubungan Forward Process dan Baekward Process.......................
13 32
3.1. Kasur-kasur Yang Sedang Menumpuk Di Gudang
41
3.2.
Contoh-contoh Motif Kain Penutup Kasur
44
3.3,
Para Pekerja Sedang Mengisi Oplok
45
3.4. Oplok Sebagi:li Bahan Pengganti Kapuk 3.5. Peralatan Sederhana Berupa Pipa/Paralon dan Kayu Untuk
46
Memasukkan Kapuk Ke Dalam Kain............................................ 3.6.
47
Sepeda Motor Yang Dipergunakan Untuk Berkeliling Membawa ~·....... ••.. . . . 48
Kasur .•......................................................................
3.7, Kasur dan Banta I Guling Yang Sudah Jadi Dan Sedang Di1emur
48
3.8. Proses Penjcmuran Kasur..............
49
3. 9. Kasur Dengan Isi Oplok Kualitas Sedang .. .. .. .. .. ..
.. . .
.. •
. . .. 49
3. LO. Kasur AmbaJ Dengan Isi Oplok Kualitas Bagus
50
3.11. Santai Guling Dengan lsi Ati Kapuk
51
3.12. Bahan Pengisi Santai Guling ~Ati Kapuk*
51
3.1.3. Contoh-contoh Variasi Motif Produk Olahan Dengan Bahan Baku Kapuk Randu
55
3.14. Problem Tree Pengcmbangan Industri Kectl Kasur Kapuk
59
3.15. Problem Solution Pengembangan Industri Kecil Kasur Kapuk
GO
4.1.
Hirarki Forward Process .. . .. •• ..
•• .. . .. .. .. •
. .. .. . 67
4.2.
Hirarki Backward Process.........................................................
71
4.3.
Hasil Sintesa Akhir Forward Process
79
4.4.
Hasii Sintesa Akhlr Backward Process Unsur Pemerlntah •• .. • .. .. .. •. . 86
4.5.
Hasil Sintesa Akhlr Backward Process Unsur Pengusaha. •. •.
4.6.
Hasil Slntesa Akhir Backward
4.7.
Hasil Sintesa Akhir Backward Process Unsur Masyarakat
4.8.
Analisis Sensltivitas Pada Model Forward Process .. .. ... .
Process Unsur
.•••
•. .• • 87
Perbankan
88 89 ••
90
4.9.
Analisis Sensitivitas Model Forward Process Oengan Bobot Prioritas Terbesar Pelaku Pengusaha Kasur . ..
.. . . . .
91
4.10. Analisis Sensitivitas Model Backward Process Pada Unsur Pengusaha .. • .. .. .. . . . .. .. .. .. . .. . . .. • . .... . • .. .. .. .. • .. • ... . . . . . . . . . .. .. .. . .. . . . . • .. • 92 4.11. Analisis Sensittvitas Model Backward Process Pada Unsur Pengusaha Dengan Bobot Prioritas Terbesar Skenario Produk Serkualitas Ekspor
93
DAFTAR LAMPI RAN
1.
Ringkasan Pertanyaan dan Hastl FGD Di Kelompok Arisan Pengusaha Kasur
2.
Kulsioner AHP (Analytical Hierarchy Process)
3. Sintesa Akhir Model Forward Process 4. Sintesa Akhlr Model Backward Process
BABI
PENDAHULUAN
1.1
Uitar Belakang Krlsis ekonomi yang melanda IndQnesfa pada pertengahan tahun
1997 telah menyebabkan jatuhnya
ekonomi
nasional khususnya
usaha-usaha skala besar pada semua sektor termasuk lndustrl, jasa dan perdagangan. Tetapi sek.tor usaha k.ecil-menengah (UKM) dan koperasf justru mampu bertahan di antara usaha-usaha besar yang berguguran dan bahkan menjadi penyelamat perekonomlan naslonal hlngga tldak jatuh pada keadaan yang lebih parah. Kontrlbusl sektor inl pasca krlsis pada ekonornl nasional pun cukup sfgniflk;in.
Pada tahun 2002 jumlah UKM tercatat 41,3 juta unit
usana atau 99,99 persen darl keseluruhan unit us11h11 ekonoml yang ada, dengan penyerapan tenaga k.erja sebesar 68,28 juta pekerja atau 88,7 persen dari seluruh tenaga kerja. Tahun 2003 jumlah tersebut meningkat sebesar 2,7 persen menjadi 42,4 juta unit usahe, dengan penyerapan tenaga kerja menjadl 79,40 jute pekerta atau meningkat 15,7 persen dibandingl
tenaga kerja lebih rendah
dibanding tahun 2003 sebesar 79,06 juta pekerja.' Sementara dalam dua tahun terakhir jurnlah UKM tercatat sebanyak 47,1 juta unit usaha dengan penyerapan tenaga k.erja sebesar 83,2 juta pekerja pada tahun 2005. Sedangkan pada tahun 2006 mengalamr peningkatan jumlah UKM sebesar 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen dari total unit usaha di Indonesia dengan 1
lndikalor Makro UKM di 1.odooesia, d.n BPS 2002 - '.2004
penyerapan tenaga kerja sebeser 85,41 juta
pekerja atau 96,1B
persen dari total tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007).
Tabel 1.1 lumlah Unit Usaha UKM dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia, Tahun 2002 - 2006 Unit Usaha
Tenaga Kerja
fiuta unit}
( iuta oranal
2002 ·-···
41.30
68.28
2003
42.40
79.40
2004
43.22 47.10
79.06
Tahun
2005
83.23
85.40 48.90 2006 Sumber : Perkembang1U1 lnn1A:ator Makra UKM di Indonesia. dar1 BPS. 2007.
Pada tahun 2006 kontribusi sektor UKM dalam penclptaan nilai tambah naslonal sebesar 1.778,75 triliun rupiah atau S3,3 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2006 atas dasar harga ber1aku sebesar 3.338,19 triliun rupiah. Apablla dibandingkan tahun 2005 nilai PDB UKM meninglcat 287,69 triliun rupiah atau setara 19,3 persen di mana sektor UKM memberikan kontribusi sebesar 1.491,06 triliun rupiah atau 53,54 persen dar1 total PDB tahun 2005 atas dasar harga berlaku sebesar 2.784,96 triliun rupiah (BPS, 2007). Sekarang setelah Indonesia secara perlahan melepaskan dlrl dari jeratan krisis ekonomi, sektor usaha kec:il-menengahmempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunanekonomi pada hakekatnya merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penlngkatan dan
pemerataan pendapatan.
Pembangunan ekonomi dilaksanakan berdasarkan pada slstem ekonomi kerakyatan dan pengembangan sektor unggulan, terutama yang banyak menyerap tenaga kerja
yang didukung dengan
peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan tek:nologl, untuk memperkuat
landasan pembangunan yang
berkelanjutan
dan
meningkatkan daya saing serta berorlentasi pada globallsaslekonomi.
2
Perk:embangan sektor useha kecil-menengah dlawali melalui proses industrialisa!>i di mengakibatkan
Indonesia sejak
transforrnasl
struktural
Pelita I di
yang telah
Indonesia.
Pola
perturnbuhan ekonomi secara sektorel di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara, di
rnana terjadi
penurunan kontribusi
sektor
pertanian (sektor primer), sernentara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat (Kuncoro, 2000). Pergeseran per an dari sel
ekonoml
dengan
memberikan
pekerjaan bagl para pelakunya.
(UKM) untuk mejadi
keuntungan ekonorni
dan
Dari sisl potensinya, sel
kecil-menengah memlllki prospek. yang sangat balk. Hal ini merupakan sesuatu yang nyata, karena tidak sedikit perusahaan yang menjadl besar justru berawal darl usaha keen, Mlsalnya, dari home Industry menjadl lndustrl besar. Pengalaman Taiwan sebagal perbandlngan, justru menunjukkan ekonomlnya dapat tumbuh pesat karena dltopang oleh sejumlah usaha kecll
dan menengah
yang dlsebut
community
based
Industry.
Perkembangan
lndustrl modem di Taiwan, yang sukses menembus
pasar global,
ternyata
dltopang
oleh
kontlibusl
usaha kecil dan
menengah yang dlnamik (Kuncoro, 2000). Menurut
Mudrajad Kuncoro dalam
"Strategi
Pemberdayaan
Usaha Kecil di Indonesia", setldaknya terdapat tlga alasan untuk mengembangkan industri kecil : 1. lndustrl kecil dan rumah taogga menyerap banyak tcnaga kerja.
Kecenderungan
rnenverap banyak
tenaga kerja
umumnya membuat banyak lndustri kecil dan rumah tangga juga intensif dalam menggunakan sumber daya alam lokal. Oengan lokasinya banyak diperdesaan,
pertumbuhan
industli kecil dan rumah tangga akan menimbulkan darnpak positif
terhadap
peningkatan
jumlah
tenaga
kerja,
3
pengurangan distribusi
jumlah
kemiskinan,
pendapatan,
dan
pemerataan
pembangunan
dalam
ekonomi
di
perdesaan. 2. Industri kecil dan rumah tangga memegang peranan penting dalam ekspor non-migas. Nilai barang non migas produksi UKM yang
dlekspor
ke luar
negeri
mengalami
sedikit
peningkatan dari Rp 110.3 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 122.19 triliun pada tahun 2006 atau 20,1% terhadap total ekspor nonmigas nastonal (BPS, 2007).
3. Adanya urgensi untuk struktur
ekonomi yang berbentuk
piramida di mana pada dasar piramida didominasi oleh usaha skala menengah dan kecil yang beroperasi dalam iklim yang sangat kompetitif,
hambatan masuk rendah, margin
keuntungan rendah, dan tingkat drop-out tinggi. Disadari akan begitu besarnya peran UKM dalam perekonomlan nasional, maupun dalam penyerapan tenaga kerja dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, maka pemerintah melalui undangundang No 5 tahun 1999, memberi batasan terhadap UKM yaitu untuk usaha keen adalah usaha yang : a. Memilll
c. Miii k warga
Indonesia;
d. Berdiri sendirl, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan. Dengan batasan tersebut, maka diharapkan peranan pemcrintah maupun masyarakat dapat memberikan perhatian yang beser untuk mendorong
pengembangannya.
Pengembangan
UKM
melalui
pendekatan pemberdayaan usaha, pertu memperhatikan aspek sosial dan budaya di maslng-maslng daerah, mengingat usaha kedl dan menengah pada umumnya h.lmbuh dart masyarakat secara langsung,
4
Disamping
itu
upaya
pengernbangan
UKM
dcngan
mensinergikannya dengan inOustri besar melalui pola kernnraan, juga akan rnemperkoat Partisipasi
struktur ekonomi baik nasional maupun daerah.
pihak
atau
terkait
stakeholders
perlu
terus
ditumbuhkembangkan agar Ul
daerah untuk
dalam wujud secera daerah.
Hal
mengembangkan
lni
luas,
sangat
memiliki kewenangan otonomi
nyata dan bertanggungjawab memungkinkan
kepada
kepada
daerah untuk
sektor usaha kecil-menengah dalam pemberdayaan
ekonomi kerakyatan. Kabupaten Lampung Timur merupakan kabupaten baru hasll pemekaran
dar1
kabupaten
lnduk
Lampung Tengah berdasarkan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999, dan diresmiltan pada tanggal
27 April 1999 dengan pusat pemerintahan di Kota Sukadana. Sampal tahun 2005 di Kabupaten Lampung Timur tercatat 4.111 unit usaha dibldang
lndustri
dengan
penverapan tenaga kerja 12.265 pekerja
(BPS, 2006). Kontribusl usaha kecil-menengah
(UKM) Kabupaten Lampi.mg
Timur mengalami penlngkatan selama lima tahun terakhir. Pctda tahun
2001 share sektor UKM Lampung Timur sebesar 51,517 milyar rupiah atau 1.78 persen dart total PDRB 2001 atas dasar harga konstan 2000 sebesar 2.883,4 sebesar
milyar
rupiah.
Dan tahun 2005 share sektor UKM
66,16 mllyar rupiah etau 1.85 persen dari total PDRB 2005
atas dasar harga konstan 2000 sebesar 3,564,9 milyar rupiah (BPS,
2006).
5
Tabel 1.2 Kontribusi Sektor UKM Dalam PDRB Kabupaten Lampung Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000,
Taihun2001 - 2005 ( juta rupiah), adalah:
-··- ··Kontribusi UKM Total PDRB Persentase 51,517 2.883-407 1-79 54,787 3.350.115 1-64 J.521.992 2003 57,605 1.64 3.553.614 1-71 2004 60,821 2005 66,160 3.564.949 -·-· 1.86 Sumber : Lampung Timur Dalam Allgka2006, diotah
~.
-·
Tahun 2001 2002
Salah satu usaha masverakat
kecil-menengah
yang dil<embangan
oleh
di Kabupaten tarnpung Timur adalah mdustrt kecll kasur
kapuk yang berpusat di Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Kasur kapuk merupakan kebutuhan rumah tangga utama yang banyak dlpakai oleh hamplr selurvh masyarakat balk di perdesaan
rnaopun di perkotaan. untuk memenuhl Kecamatan
Awalnya,
kaperluan
B11tangharl
kasur kapuk yang dlprocluksl hanya
sendiri.
telah
Kini, kasur kapuk produksl
dlproduksl
secera komerslal
untuk
memenuhl kebutuhan lokal l.ampung Timur dan sekltamya, bahkan telah menjangkau
hampir seluruh wllayah Propfnsl Lampe.mg dan
sebaglan wllayah Sumatero Sclatan. Dengan peralatan sederhana dan dengan tenaga kerja lokal yang urnurnnva
kaum ibu, lndustri kecil
kasur kapuk lnl dijadikan altematif usaha
dalam pemberdayaan
ekonoml masyarakat Kecamatan BatanghariPada mulanya kegiatan usaha kasur kapuk inl dllakukan secara turun-ternurun
sebagai
useha
keluarga,
dengan
para
pekerja
umumnya kaum iau yang masih memillkl hubungan kekerabatan di antara mereka. Dengan mengandalkan bahan oaku kapuk randu yang biasanya diperoleh dari sekitar wilayah di Kabupaten Lampung Timur, usaha
yang dimulai
berkembang menjadf
sejak
tahun
kelompok
1980-an
industri
ini
kecil
sekarang kasur
sudah
kapuk
dan
tergabung dalam kelompok arisan pengusaha kasur kapul< l<ecamatan Batanghari dan mampu menyerap tenaga kerja hlngga mencapal leblh dari 900 orang per barl.
6
1.2
Ident1fikasi Masalah lndustri kecil kasur kapuk di Kabupaten Lampung Tlrnur telah
ada dan berkembang sejak wilayah Lampung Timur masih t>erada pada Kabupaten
lampung
Tengah,
yaitu
sekitar
tahun
BO-an
hingga
sekarang telah berkembang, dan mengelompok di wilayah kecamatan Batanghari, terutama di desa Banjarrejo 38 A. Para pengusaha kasur ini membentuk
kelompok arisan pengusaha
kasur kapuk Lampung
Timur yang bertemu setiap bulannya secara bergiliran.2 Kelompok arisan pengusaha kasur kapuk di Kabupaten L.ampung Timur ini terdirl dari 10 pengusat\a kecil kasur kapuk3 atau disebut dengan "bos" oleh pekerjanya yang masing-masing rata mempekerjakan
pengusaha
rata-
10 - 20 orang pekerja tergantung dari jumlah
pesanan atau target kasur yang akan diproduksi.
Hampir 80% lebih
para pekerja terdlr1 dari kaum perempuan lokal yang biasanya rnaslh memiliki hubungan
kekerabatan antara pemilik usaha dengan pekerja.
Sedangkan untuk pemasaran dUakukan dengan dua cara yaitu : 1. Dengan bersepeda atau sepeda motor, berkeliling membawa 2 - 3 buah kasur, dan umumnya adalah kaum lakl-laki. nap pengusaha
kasur kapuk rata-rata mempekerjakan
5 - 10
orang setiap hari untuk berkeliling. 2. Tergantung Biasanya
pesanan dengan banyak
menggunakan
pesanan dari
pedagang
mobll plkap. lokal di pasar
sekltar wilayah Kabupatcn Lampung Timur, Kota Metro dan Kabupaten Lamp1.1ng Tengah, bahkan menjangkau sel:>agian wilayah Sumatera Selatan dan Jambl
(umumnya pesanan
dari toko langganan untuk jumlah sedang hingga mencapai 50 unit).
2 Kelcmpok an.,,..., i.ni biasaya berkumpul pada tanwJ 10 setiap bl11Jlnnya hergilirsn mtar anggQtll, membehas ttnwig u,,aha kastr bjn>k dan ocputar permasalahnnya serta b«rsilaturabmi ant# anggowiya dan kel uarga. 'Di Ke=natan Balmlghari ler~ 15 cnnii: p•og11saba kecil kasur kaput. atpi banya LO orang p<:agusoha }'llllg ltlrgabung dalam kclompok 2lri$all JX>!!gu•oba kasur kapuk.
7
Bahan beku kasur kapuk adalah kapuk randu (ceiba pentandra) yang diperoleh dari sekitar wilayah Kabupaten L.ampungTimur. Untuk saat ini banan baku kapuk randu dengan kualitas baik sangat sulit diperoleh dan harganya sangat mahal.
4
Kapuk randu sangat mahal
karena serat-serat kapuk bila dilihat dengan mlkroskop tampak bagai pipa bundar yang begitu halus dan berdinding tipis yang mengandung
nun.
Dengan kondisi serat yang demikian, sifatnya menjadi elastls,
berdaya apung di air, serta mampu menahan keluar masuknya hawa panes maupun dingin.
Sehlngga bila sudah diproses menjadi kasur
dan dipakai pada malam heri I cuaca dlngin akan terasa hangat, sedang bila dipakai pada muslm kering tldak terasa panes." Untuk
menyiasatinya
memproduksl merupakan
kasur
serat
para kapas
pengusaha dengan
kapuk
kapuk
oaoten
yang
slsa produksi industri tekstll atau blasa dlsebut oplok.
Oplok inl blasa
dlbell darl pabrlk tekstll di Bandung Jawa Barat
berbarengan pada saat membell kaln penutup kasur. blasanya
kasur
sudah
tersedla dalam
bentuk
press-an
Op/ok-optck lnl dan
umumnya
harganya jauh leblh murah darl kapuk randu. Mesklpun kemudlan oplok-oplok lnl harus dlolah lagl dengan cara dlhancurkan dalam mesln tleser (mesin pengglllng padl yang dlmodlflkas1 dengan
tambahan
ptseu-pisau panjang untuk mempermudah penghancuran oplok} serta dljemur agar mengernbang. Kasur dengan daripada
yang
berbahan baku
kalangan menengah blasanya
bahan baku kapuk randu dijual lebih oplok,
dan pemlnatnva
ke atas. Untuk membedakannya
rnahal
blasanva
di pasaran
gu\ungan kasur dengan bahan baku kapuk randu bila
ditegakkan mampu berdlri tegak lurus. Sebaliknya bila tldak msa tegak lurus atau roboh serta terasa lebih berat daripada kasur kapuk murni berarti kasur itu diisi dengan bahan t.ambahan. ' Poh.on randu sebegai peogbasil baban baku l!apuk. di Lampung Tl1111r lid&k dibudidayakan dan ban ya sebagai tajar Tada atJW fl"negak balallg Jada. Sementara kebun lada di LamJ)UD.g Timur saat iu.i ~udah bauyak. berkurang, •ehinggn pasokan kapuk saogat lerhelas semenlata waha kasur kll))llk tef1J3 berproduk.si setiap hori. ' Bed.a Kasur Spanynl Oengato lpos.comlkasur kapukJ
8
Untuk masalah modal para pengusaha kasur kapuk masih mengandalkan kredtt dari Bank Perkredit.an Rakyat (Bi:lnk Eka Bumi Artha) Kota Metro yang sudah cukup lama menjadi mitra bagi para pengusaha kasur kapuk di Kabupaten Lampung Timur. Kendala yang selama ini menghambat perkembangan industri kecil kasur kapuk di Kabupaten Lampung Timur adalahi.: 1. Belum ada pembinaan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Timur
dalam
Perdagangan
hal ini Dlnas Koperasl Perlndustrian terutama
dalam
mengatasi
masalah
kekurangan modal, peningkatan ketrampilan pekerja menlngkatkan
dan
kualltas produksl kasur kapuknya,
untuk dan
sulitnya mendapatkan bahan baku randu yang berkualitas. 2. Belum ada program untuk mempromoslkan produksi
Lampung
Timur
melalui
kasur kapuk
Badan Promosi
dan
Invesl:asi Daerah yang setiap satu tahun sekall melakukan kegliltan promosi bersama hasil industri dan kerajinan se· Sumatera.
i.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identlflkasl
permasalahan di
atas, maka dapat dibuat rumusan masalah yang mencakup semua
aspek tersebut, yaitu : 1. Apa permasalahan utama yang menghambat pengembangan industri kecil kasur kapuk di Kabupaten Lampung limur.
2. Siapa Stake Holder yang berperan paling dominan dalam pengembangan
industri
kecil
kasur
kapuk
di
Kilbupaten
t.ampung Timur. 3. Kebijakan apa yang pertu dlambil dalam upaya pengembangan lndustri kecil kasur kapuk di Kabupaten Lampung llmur.
•Has.ii wawan~ dcngan Pak Satumin (1retua arisan pengusahakasur) daft Kepala Desa Banjarrejo Kecamatan .llatanghari ~ Lampwag Timur.
9
Tujuan Penelltian
1.4
Tujuan dari penelitian ini adatan :
perrnasatahen
1. Mengetahui
pengembangan lndustrl
utama
yang
rnenghambat
kecil kasur kapuk di Kabupaten
Lampung Timur. 2. Mengetahui
pihak-pihak
pengembangan
yang
industri
berperan
dalam
upaya
kecil kasur kapuk di Kabupaten
Lampung Timur melalui Stake Holder Analysis.
3. Merumuskan kebijakan pengembangan
yang perlu diambil dalam
upaya
industri kecil kasur kapuk sebagai sarana
pemberdevean
ekonoml
rakyat
di
Kabupeten
lampung
Timur. 1,5
Hlpotesis Berdasi:irl
tujvan penelitlan,
maka hlpotesls penelitlan
lnl
adalah:
1. Dlduga kekurangan modal merupakan permasalahan utama
dalam
pcngembangan industri kccll kasur kapuk di Kabupaten Lampung Timur. 2. Dlduga
Pernerintah
Kabupaterl
Lampung
limur adalah pelaku
utama yang paling domlnan dalarn pengelnbangan
lndustri kecil
kasur kapuk di Kabupaten Lampung Timur. 3. Diduga perlu adanya kebijakan pembinaan usaha dan peningkatan ketrampilan para pengusaha oleh Pernerintah Kabupaten lampung Timur
dalam
pengembangan
lndustrl
keen
kasur
kapuk
di
Kabupaten Lampung Timur. 1.6
Metode Penelltlan Data yang digunakan dalam penelltlan lnl adalah data primer
dan data sekunder.
Data primer didapatkan
melalui wawancara
berstruktur (menggunakan kuisioner) dan tak berstruktur (wawancara mendalam
I
In dept11 Interview)
dengan berbagai sumber
yang
10
berkaitan dengan industri keen kasur kapuk di Kabupaten L.ampung Timur_ Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai dokumentasi pada Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten
Lampung Timur dan BPS Kabupaten t.arnpunq Timur serta literatur pendukung lainnya. Pada tahap awal pengumpulan data dilakukan Focused Group Discussion (FGD) yang merupakan kelanjutan dari in depth interview untuk inventarisasi permasalahan secara lebih detail. Pada tahap inl dllakukan percakapan dan diskusi beberapa orang yang dianggap mengetahui perkembanqan industri kecil kasur kapuk di Kabupaten Lampung Timur, terutama
pada kelompok arisan pengusaha kasur
kapuk di l<ecamatan Batangharl Kabupaten L..ampung Tlrnur. Sifat percakapan atau diskusl lebih ditujukan untuk memperoleh kebenaran dari informasi yang telah diperoleh serarna tahap pengamatan. Nemun dapat juga
diperoleh
infurmasi
lain
yang
mendukung
jalannya
?enelitianTahap selanjutnya
adalah analisis
data
dengan Analytical
Hierarchy Process (AHP) 1.1ntuk menentukan prie>rltas kebijakan yang perlu dlarnbil untulc pengembangan industri kecll kasur kapuk, Input utama dari AHP adalah persepsi responden yang dianggap ahli (expert) dan mengerti tentang
permasalahan industtl
kecil kasur kapuk di
Kabupaten Lampung Timur. Pengolahan data menggunakan model
Backward-Forward Process dengan bantuan software Expert Choice 2000 2nd Edition. 1.7
RuangLingkupPenelitlan Penelitian ini akan difokuskan pada kelompok usaha industri
kecil kasur kapuk di Kabupaten lampung
Timur yang terpusat
di
Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
11
1.8
Sistematika Penulisan
Pada Bab I, berisi tentang latar belakang, identlfikasi masalah, rumusan masafah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelltlan, , ruang lingkup, slstematlka penulisan dan kerangka pemikiran. Bab II, akan diuralkan tinjauan 1iteratur, teorl-tecri yang berkaitan dengan usaha kecil, tantangan dan masalah, Analytical Hierarchy Process (AHP) dan teori-teorinya, model proyeksi (Forward Process) den model perencanaan (Backward Process), serta beberapa
hasll penelitian terdahulu. Bab III berlsikan mengenai gambaran umum penelitlan, kondisi social ekonomi, kondisl serta gambaran ekonomi para pekerja, serte pola usaha yang dijalankan oleh kelompok usana kasur kapuk. Bab IV, akan berisikan anallsa/pembahasan tentang hasll penelitian mengenai upaya pengembangan usaha kasur kapuk. Kemudian, penuns juga akan mencoba memberikan beberapa pemikiran dan penilaian dari pengamatan dan analisa data. Bab V ini berislkan kesimpulan atas pcnelitian yang telah dilakukan. Selaln ltu, terdapat juga rekomendasi kebijakan atas apa yang menjadi masalah.
12
i-lARAPAN
Ekonomi Kerakyatan dan Ekonoml Lok al
FAKTA -
I
Perkembe1n9anUsaha Kecll Kasur Kapuk di Kecamatan Batangharl Belum Ada Pemblnaan Dari Pemda
.
_,,
l. Mengetahui
TUJUAN:
permasalahan utama yang menghllmbat pengembangan industri kecll kasur kapuk di Kabupaten L.ampung Timur. 2. Mengetahul pihak-pihak yang berperen dalam upeye pengembangan industr1 kecll kasur kapuk di Kabupaten Lampyng Timur melalul Stake Holder Analysls. 3. Merumuskan kebijakan yang perlu diambil dalam upaya pengembangan lndustri kecil kasur kapuk sebagal sarana pemberdayaan ekonomi rakyat di l
HIPOTESA:
l. Diduga kekurangan modal rrierupakan permasalahan utama
Ll
AHP
.
FGD
Kajian
Kebijakan
Gambar1.1 kerangka Pemikiran 13
BAB II TlNJAUAN PUSTAKA
Sektor
usaha
kecil
mernilikf
fu09si
yang strategis
secara
ekonomi, sostal dan politis. secara ekonomi, usaha kecil menyediakan barang dan jasa bagi konsumen berdaya beli rendah sampai sedang dan membertkan
kontribusl besar pada perolehan devisa negara.
Melalui produk-produk manufaktur maupun hasil kerajinan, usaha kecil menyumbang separoh pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara sosial potltls, fungsi sektor usaha kecil sa09at penting datam hal penverapan sektor tenaga kerja sert.a upaya pengentasan kemlskinan. Selain itu usaha
kedl
sebagai
sarana
untuk
membangkitkan
ekonomi
kerakyatan. Sektor usaha kecil sangat berperan penting saat pasca krisis ekonoml
melanda Indonesia,
l<arena
pada saat usaha besar dan
konglomerasi masih menata usahanya kemba.11 atau merestrukturisasi usahanya,
usaha kecll
dan menengah justru
Kemampuan usaha kecil mampu
terus
berproduksl,
bertahan dan terus berproduksl
karena selama ini usaha kecil dan menengah tldak tergantung pada bahan baku lmpor. Sehlngga saat harga bahan baku imper melambung sejalan dcngan meiemahnya
nllai tukar rupiah, usaha kecil terus
berproduksl dengan harga relatif stabll karena menggunakan bahan baku lokal. Pilihan untuk mengandalkan usaha kecil dalam upaya pemullhan ekonomi di Indonesia dengan sendirinya berlmplikasi pada kebutuhan untuk
membangun
strategi
dan
penguatan
usaha
kecil
yang
kornonerenslr, Beberapa strategl yang dilakukan antara lain dengan melalul: 1) Mengembangkan usaha rnlkro, kecll dan menengah dan koperasi melalui pendptaan iklim usaha yang kondusif, peningkatan
akses kepada sumber daya produktif,
pengembangan
kewirausahaan
dan pengusaha keen, menengah dan besar berkeunggulan 2) Memacu peningkatan
daya saing melalui
pengembangan
industri
kompetitif,
kemampuan
ilmu
peningkatan
kompetitif;
pengembangan
penguatan
pengetahuan
institusi teknologi
ekspor,
pasar
dan
(Rahman,
2006}.
2.1 Usaha Kecil Secara deflnisi suatu perusahaan atau usaha disebut industri apablla perusahaan atau usaha tersebut melakukan kegiatan yang mengubah bahan mentah atau barang setengah jadi atau barang yang kurang nilainya menjadl barang jadi atau barang yang leblh tlnggi nilalnya dengan maksud untuk mcndekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir. menggunakan
Keglatan perusahaan atau useha industrl lnl dapat
mesm, bahan klmla, dan tangan untuk melakukan
pengubahan tersebut. 7 Pada tahun 1977, SBA (Small Bussines Administration), suatu lembaga khusus di Amerika Serlkat yang menanganl dan membantu memecahkan permasalahan batas-batas
pengusaha
lndustri
kecil menetapkan
tertentu bagl ukuran suatu jenls usaha
menglmplementaslkan
program-ptogramnya
untuk dapat
secara optimal.
Suatu
bantuan baru dapat dlberlkan , jlka suatu lndustrl memllikl ukuranukuran (Irianto, 1996) : 1. Industrl/usaha
eceran (retail) dapat diklaslflkasikan sebagal
industrl kecil bila : volume penjuafan pertahunnya berkisar antara
2
sampai
7 juta
dollar
AS,
penerimaan
usaha
pertahurmya tldak melebihi 1 juta dollar AS; 2. Industri jasa pelayanan (service) : volume penjualan dan penerimaan usaha per tahun sama dengan industri eceran;
?
Potret lndu:stri Kecll dan Kerajinan Rumah Tangga 2001. Business News,
Maret 2004. Vol : Xl VIlL No : 7035
15
3. Usaha grosir/perkulakan (wholeso(e) ; volume peojualan antara 9,5 sarnpat 22 juta dollar AS per tahun, dan penerimaan usaha tidak melebihi 5 juta dollar AS; 4. Pabrik industri (manufacturing)
: jumlah pekerja tidak melebihi
angka 250 orang;
5. Jasa konstruksi
(construction)
: jumlah
pendapatan atau
penerimaan usaha tidak melebihl 5 juta dollar AS selama tiga tahun pertama berusaha;
6. Usaha transportasl dan jasa pergudangan (transportation and warehousing) : penerimaan usaha per tahun tidak melebihi 1 juta dollar AS. Dari ukuran-ukuran kuantitatif terhadap beberapa bentuk usaha tersebut,
suatu deflnisi baru bagi industrl kecll dapat ditemukan.
kuantltatif tersebut dapat
Namun demikian, apakah ukuran-ukuran
disesuaikan dengan kondisi di Indonesia? Tentu saja tidak karena sccara umum kondisi perekonomian di Amerika Serikat sangat [auh berbeda bila dibandingkan dengan konnisi perekonomian di Indonesia. Oleh karena itu beberapa lembaga pemerlntah Indonesia membuat patokan atau standar dikategorikan
yang menggolongkan
sebagai "industri
suatu lndustri
dapat
kedl". Ukuran yang dlpergunakan
mengacu pada jumlah pekeria, permodalan, dan pemilikan (Irianto,
1996). Saat
ini
perusahaan
atau
usaha
industri
menurut
BPS
dikelompokkan menjadi 4 {empat) kelompok berdasarkan pada jumlah tenaga kerjanya; 1. Industri Rumah Tangga, tenaga kerja l s.d 4 orang
2. Industri Kecll, tenaga kerja 5 s.d 19 orang 3. lndustrl Sedang, tenaga ketja 20 s.d 99 orang 4. Industri Besar, tenaga kerja 100 orang atau lel>ih Departemen
Perdagangan
dan
Petindustrian
batasan usaha kecil dengan membedakannya
memberikan
menjadi
kelompok
industri kecil dan perdagangan kecil. lndustri kecil adalah kelompok
16
usana yang memlliki
investasi peralatan
di bawah Rp. 70 juta,
investasi per tenaga kerja rnakstmal Rp, 625 ribu, jumlah tenaga kerja 20 orang, serta memiliki aset perusahaan tidak lebih dari Rp. 100 juta. Perdagangan kecil digolongkan sebagai perusaheen yang bergerak dibidang
perdagangan atau jasa
komersial
yang memiliki
modal
kurang dari Rp. 80 juta dan perusahaan yang bergerak di bidang usaha produksi atau industri yang memiliki modal maksimal Rp. 200 juta. Undang-undang No. 9 tahun 1999, memberi batasan terhadap UKM yaitu usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan (aset} bersfh Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, hasll penjualan tahunan (omzet) mlllk
warga
Indonesia,
berdlri
paling banyak Rp. 1 rnilyar,
sendlrl,
bukan
merupakan
anak
perusahaan atau cabang perusahaan. DI pemer1ntah
samplng
BPS dan Departemen
Perlndustrlan,
instansl
lain juga menetapkan stander tertentu. Bank Indonesia
(Bl) mlsalnya, pada tahun 1975 rnenetapkan suatu lndustrl berskala keen jlka kekayaan netto tfdak melebihi Rp 20 juta dan blaya makslmal untuk setu k11\I perputaran usaha hanya sampal Rp S juta.Kemudlan pada tahun 1980 Bl mengeluarkan ketentuan laln yaknl modal berslh
tldak termasuk tanah dan bangunan yang ditempati industri kecil tldak melebihl angka Rp 40 juta. Sementara modal bersihnya (khususnya untuk jasa konstruksl) tidak melebihi Rp 100 juta (Irlanto, 1996). Kemudian, pada tanun 1990 BI menetapkan lndustri berskala keen jika nilai asset tidak
termesuk nilal tanah dan bangunan
berjumlah tidak me/ebihi Rp 600 juta. Dalam hal pemilikan, BI juga rnenetapkan bahwa sektor usaha keen minimal 50 persen modal usaha harus dirniliki oleh pribumi,
dan sebagian penqurus badan usaha
tersebut adalah pribumi. Di luar ketentuan ini, badan usaha berapapun ukurannya
dan
bagaimanapun
bentuknya
tidak
dapat
dian99ap
sebagal industri kecil (tnento, 1996).
17
Kendau terdapat beberapa definisi mengenai usaha kecil namun usaha kecil mempunyai
karakteristik
yang hampir seragam, vaitu
(Kuncoro, 2000) : 1. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang
admlnistrasi dan operast. Kebanyakanlndustrl kecll dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pegelola perusabaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga
dan kerabat dekatnya. 2. Rendahnya akses mdustn kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal scndiri atau sumber-sumber laln sepertl keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan rentenir. 3. Sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyalnya status badan hukum. Leblh dari 90 persen merupakan perusahaanperorangan yang tidak berakta notaris. 4. Hampir sepertiga baglan dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman, dan tembakau (ISIC31), diikuti oleh kelompok barang galian bukan logam (ISIC36), industri tekstil (ISIC32), dan industri kayu,
bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumah tangga {151C33).
2.1.1 Tantangan dan MasalaH Pengembangan usaha kecil menghadapl beberapa kendala seperti tlngl
baik. secere
spesifik mesalah mendasar yang dlhadapl
pengusanakeen ada/ah (Kuncoro, 2000) : 1. Kelemahandalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar.
18
2. Kelemahan
dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk
rnernperoleh jalur terhadap sumber-sumber perrnodaian.
3. Kelemahan
di bidang organisasi dan manajemen surnoer daya
manusia. 4. Keterbatasan jaringcm usaha kerjasarna antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran).
5. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
6. Pembinaan yang te!ah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepen:ayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil. Kemudian
garis
secara
besar
tantangan
yang
ditiadapi
pengusaha kecil dapat dibagi dalam dua kategori (Kuncoro, 2000) :
l. Bagi usaha kecil dengan omset kurang dari Rp 50 juta umumnya tantangan
yang
kelangsungan
dihooapl
hidup
adalah
oagarmana
menjaga
usahanya. Bagi mereka umumnya
asal
dapat berjualan dengan "aman" sudah cukup, Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang beser untuk ekspansi produksi. Biasanya
modal
cashflow saja.
sekecar
diperlukan
membantu
keiancaran
Modal umumnya diperoleh dari BPR-BPR, BKK,
dan TPSP {Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-KUD). 2. Bagi usaha kccil dengan omset antara 50 juta hingga R.p 1
rnnvar, tantangan yang dihadapi Jauh lebih kornpleks. Umumnya mereka mulai
memikirl
untuk melakukan ekspanst usaha
lebih lanjut. Urutan prioritas permasalahan usaha kecil jenis ini adalah : a) Salum dimilikinya dan
sistcm administrasi keuangan
manajemen
dipisahkannya
yang
baik
kepemllikan
karena
dan
belum
pengelolaan
perusanaan. b) Masalah membuat
bagalmana stud!
menyusun
kelayel
proposal
untuk
dan
memperoleh
19
pinjaman
baik dari bank maupun modal venture
karena
l<ebanyakan
usaha
kecil
mengeluh
berbelitnya prosedur mendapatkan kredlt, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai
terlalu tinggi. c) Masalah
menyusun
perencanaan
bisnis
karena
persaingan dalam rnerebut pasar semakin ketat. d) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar
dikuasai
oleh perusahaan I
grup bisnis
tertentu dan selera konsurnen cepat berubah. e) Masalah memperoleh bahan baku tervtama karena adanya persaingan yang ketat dalam rnenoapatkan bahan baku, bahan baku berlcualitas rendah, dan tin9ginya harga bahan baku. () Masalah
pemaikan kualitas barang dan efislensi
terutema bagi yang sudah menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar d/l
permasalahan mendasar dan tantangan
diatas, nampak bahwa usaha kecll berada dalam kbndisi dan postsi permasalahan
yang sanqat komeleks. apabila
ada persoalan perrnodalan
yang
dan
terlcait
peluang
dengan pasar.
tersebut membutuhkan
pendekatan
tidak
aspek
hanva
melihat
dtural paling tldak
kemampuan Kompleksitas
teknis
usaha,
permasalahan
yang komprehensif pula, yaknl
usana
saja,
tetapi
harus
dilihat
permasalahan secara terintegrasi. Program
Pengembangan
dilakukan berbagai pihak,
Usaha
Ke<:il-Mikro,
telah
banyak
baik BUMN, Lembaga donor, LSM, Swasta
20
dan Penerintah. dtsebutxan
Bahkan
bahwa
dalam dokumen rencana Pernbanqunan
usane
kecil
menjadi
secara
umum
salah
satu
kebijakan
priorttas
pembangunan.
Meskipun
pemerintah
terhadap usaha
keel] telah ada, tetapi secara efektif belum benar-
benar dilakukan, sebagaimana
ditemukan dalam penelitian AKATIGA
bahwa
pengembangan
"berbagai
program
disalurkan pemerintah
usaha
kecil
yang
hampir tak dapat dirasakan efektlfttasnva".
Tidak efektifnya program karena terbatas pada dukungan kredit dan adanya praktek-praktek
penyimpangan
dalam penyaluran
dams
program. Terlepas
dari
2 alasan yang menjadikan
efektif, sebenarnya ada masalah mendasar usaha
kecil-rnikro,
Berbagai
plhak
program
tidak
yang terkait dengan
nampaknya
lupa
dan
"rnenqatarnl kesultterr' untuk mellhat masalah yang berbellt darl 2. subyek tersebut, dan
inilah
awal dari kegagalan program, yaitu
tidak mencoba untuk mengurai / analisis pokok permasalahan yang dihadapi
usaha
kecil·mikro.
mempetakan permasalahan efektifitas
Kesalahan
awal
rnernehami
dan
usaha keen, akan berdarnpak terhadap
program tidak saja kegagalan
program
tetapi
bisa
membawa
misi
menjadi pukulan balik bagi usaha keel! itu sendiri. 2.1.2 Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil Industri
kecil
pemerataan yaitu
dalam
perkembangannya
dengan penyebaran kegiatan usaha, peningkatan
partlsipasi bagl golongan ekonoml lemah, perluasan kesempatan kerja dan dengan pemanfaatan
potensl ekonomi terbatas. Dalam rangka
menunjang pembangunan daerah, rnaka pembangunan industri kecll disebarluaskan
ke
seluruh
wilayah
melalui
penetapan
pusat
pertumbuhan industri kecil, seperti sentra industri, atau lingkungan industrl. Hanya saja strategl dalam pemberdayaan usaha kecil saat inl belum menemukan formula yang tepat. Cukup banyak upaya pembinaan dan pemberdayaan usaha kecil yang dilakukan
oleh
lcmbaga-lembaga
yang
concem
dengan
21
pengembangan sering
usaha kecil. Hanya saja. upaya pernbinaan usana kecil
tumpang
persepsi
tindih
mengenai
dan
usaha
dilakukan kccil
sendiri-sendiri.
pede
gilirannya
Perbedaan menyebabkan
pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector oriented, di mana masinq-masinq instansi pembina menekankan pada sektor atau bldang binaannya sendiri-sendlri. ketidakefektifan keberhasllan
arah
A.kibatnya terjadi dua hal, yaitu :
pembinaan
dan
tidak
adanya
indikator
yang seragam, karena masing-masing instansi pembina
berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan krlteria yang telah mereka tetapkan sendiri (Kuncoro, 2000). Pengembangan
Usaha
hakekatnya merupakan dan
masvarakat,
Kedl
dan
tanggungjawab
Dengan
Menengah
(UKM)
pada
bersama antara pemerlntah
rnencerrnan permasalahan
oleh UKM, maka kedepan perlu diupayakan
yang dihadapi
hal-hal sebagal berikut
(Hafsah, 2004) :
1. Penciptaan Iklim Usaha Yang Kondusif Pemerintah per1u mengupayalcan terdptanya iklim usaha yang kondusif
antara
keamanan
lain dengan mengusahakan
ketentraman dan
berusaha serta penyederhanaan
prosedur perijlnan
usaha, keringanan pajak dan sebagainya. 2. Bantuan Permodalan Pemerintah pertu mempertuas bantauan kredit khusus dengan syarat-syarat
yang
tldak
memberatkan
membantu peningkatan permodalannya, jasa finanslal
bagi
UKM,
untuk
baik itu melalui sektor
formal, sektor jasa finansial
informal,
skema
penjaminan, leasing dan dana modal venture. 3. Perllndungan
Usaha
Jenis·jenls usaha tertentu terutama jenis usaha tradisional yang merupakan
usaha
mendapatkan
perllndungan
undang-undang
golongan
ekonomi
lemah,
harus
dar1 pemerintah, balk itu melalul
maupun peraturan pemerintah yang bermuara
kepade sallng menguntungkan (win-win solution}.
22
4. Pengernbangan Kemitraan Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri
maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoll dalam usena. Disamping itu juga untuk rnernperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnls yang lebih eflsien. Dengan demikian UKM akan mempunyal kekuatan
dalam bersatnq
dengan pelaku blsnis lalnnya, balk dari dalam maupun luar negeri. 5.
Pelati han Pemerintah
perlu meningkatl:an
pelatihan bagi UKM baik
dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampllannya
dalam pengembangan
usahanve. Disamping ltu juga perlu dlberl kesempatan untuk menerapkan
hasil
mempraktekkan
teori
pelatlhan melalul
di
lapangan
pengembangan
untuk
kemitraan
rintisan. 6.
Membentuk Lembaga Khusus Per1u dibangun suatu lembaga yang knusus bertanggung jawab
datam
mengk.oordinasikan semua
kegiatan
yang
berkaitan dengan upaya penumbuhkembangan UKM dan juga berfungsi untuk
mencarl solusi dalam
rangka rnenqatasl
permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapl oleh UKM.
7.
Mengembangl
mempercepat
proses kemitraan
antara
UKM
dengan usaha besar diperlukan media khusus datarn upaya mempromosikan produl<-produk yang dihasilkan. Disamplng itu perlu juga dfadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya.
23
8.
Mengembangkan Perlu
Kerjasama
yang Setara
eoanva kerlasama atau koordinasl yang serasi antara
pemerintah dengan dunia usaha {UKM) untuk menginventarisir berbagai isu-isu rnutakhir yang terl
usana, 5aleh Affif ya119
pada Kabioet
Pembangunan VI dipercaya
menjadi Menteri Koordinator Ekonomi, Pembangunan memberi
pemyataan
Keuangan yang
dan
harus
Pengawasan
disadari banyak
pihak yang berkompeten (Kuncoro,2000) : "Kita semua juga (harus) menyadari bahwa sektor usaha kecil memiliki peranan yang penting dalam rnenjawab tantangantantangan pembangunan, yaitu perluasan tenaga kerja bagl angkatan kerja yang terus bertambah jurnlahnva, penlngkatan penghasilan masyarakat secera lebih rnerata, dan peningkatan ekspor. Oleh karena itu, klta harus memelihara komttrnen yang besar terhadap upaya meni09katkan sektor usaha kecil."
2.2
Analytical Hierarchy Process (AHP) Proses pengambilan kepotusan
dalam
otak
manusla
pada
dasarnya adalah memilih suatu altematif dari sekian banyak altematif berdasarkan
sejumlah
kriterla
darl
suatu
permasalahan.
Proses
tersebut akan membentuk suatu hirarld proses pengambilan keputusan yang
bersifat
flexible
dan tergantu09
pada kompleksitas
suatu
persoalan yang dlhadapi dan daya lrritis si pcngambil keputusan. Analytical Hierarchy model
pengambilan
menutupl
semua
Process (AftP) adalah salah satu bentuk
keputusan
kekurangan
l<eputusan sebelurnnva.
yang dari
pade
dasernva berusaha
model-model
pengambllan
Peralatan utama dari model lni adalah sebuah
hlrarki fungslonal dengan input utamanva persepsi manusia. Den9an hirarki, suatu masalah yang l
ketompok-ketompcknva
dan
kemudian
kelornpok-kelompok
tersebut diatur menjadl suatu bentuk hirarkl (Permadi, 1992).
AHP dikembangkan oleh Thomas L Saaty, Profesor matematlka dari University of Pittsburgh, l>S. Menurut Saaty, pengertian dasar AHP
24
adalah sebuah metode yang digunakan untuk memecah masalah yang kornpteks,
situasi
yang
tldak
tersrruktur
komponen; menyusun bagian-bagian
menjadi
bagian
atau
atau variabP.1-variabel ke daiam
sebuah urutan hkarki; rnemberikao nilai angka (bobot) seba9ai ukuran subyektif
terhadap
pentlngnya
penilaian untuk menentukan
suatu
variabel;
dan
mensintesis
variabel mana yang memiliki pnontas
tertinggi dan mempengaruhi hasil darl sebuah sltuasi (Saaty, 1993). Metode pemecahan
Analytical masalah
menggabungkan
dengan
terhadap
cara
Process menawarkan
metode
sederhana,
dengan
berpikir
Pendekatan Sistemik dan Pendekatan Deduktit"
dengan cara menstruktur bagian-bagian
Hieram:hy
yang
suatu si.<;tem serta lingkungannya dalam
saling
bagian-bagian
berinteraksi
tersebut
lalu
dengan
melakukan membuat
sintesa peringkat
pengaruh bagian-bagian tersebut tefhadap sistem secara keseluruhan (Riyanto. 2006). Dalam suatu susunan hirarki AHP, variabel atau komponen diberikan
bobot secara
numerik
(angka) dengan membandingkan
antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dengan demikian
vartabei yang mendapat nilai tertinggi dalam akhir proses analisa akan menjadi pilihan (keputusan) terbaik. AHP juga dapat digunakan untuk
mencari solusi atas berbagai masalah strategis sepertl penentuan prioritas,
memilih
alternatit
dari
sekian
pilihan,
menentukan
persyaratan, rnenentukan sumber daya yang tepat, mengukur kinerja proyek dan juga memecahkan masalah konflik. Input utama clari AHP adalah persepsi manusia yang dianggap ahli (expert).
Kriteria ~ahU- dalam hal ini bahwa orang tersebut
mengerti benar pennasalahan yang cf1Ctjukan, merasekan akibat suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Ada beberapa
keunggulan AHP jika
dibandingkan
dengan
metode lain (Permadl, 1992), yartu: lebib dwu tDlpa po:Ju me!lgCl'li -detail~)Pu.debtai DeM!jf(lnemablmi~ beur bagim-begian dmi SU8lll sislcm Wllul[ dopa! meogeni mj& sisllm kaelandw!)
• Paidetatan Sisteaiil: (memahami peooalan-
~
25
1. Dapat melibatkan banyak variabel pengambilan l<eputusan, baik kuantitatif maupun kualitatif, 2. Input utama diperoleh dari pelaku yang terlibat, sehingga data berslfat primer, 3. Mampu memer.ahkan rnasalan yang bersifat multi tujuan dan multi krlteria, bahkan tcrkadanq den9an kriteria dan tujuan yang saling berlawanan,
4. Inkonsistensi pengisian persepsi responden dapat terukur, 5. Merupakan model analisis yang mampu diterapkan dalam pendekatan yang melibatkan berbagai unsur atau elemen petaku (manusla) yang terl
demlkian
AHP juga memillki
beberapa
kelemahan
(Yektlnlngslh, 2006 ), yaltu : 1. Belum ada krlterla tentang ~ahliN sebagalmana yang dlsebut dlatas.
Sehlngga
maslh
banyak
yang
mempertanyakan
valldasi persepsl atau pendapat "ahll",
2. Adanya tlngkat kera9u-ra9uan yang tlnggl pada masyarakat, karena umumnya manusla cenderung untuk percaya oada Justiflkasl kuantitatif. Namun dalam hal lni tidak sepenuhnya mampu dlbuktlkan dengan cara demlklan,
sehingga banyek
orang meragukan akurasl dari pemanfaatan model ini. 2.2.1 Penyusunan Model AHP Dalam proses bekerjanya
metode
AHP perlu
diperhatikan
aksiorna-aksioma yang dlmilil
Pelanggaran darl setiap aksioma berakibl:\t tidak validnya
model yang dipakai (Permadi,1992). Terdapat empat buah aksioma yang narus diperhatikao di dalam model AHP, yaitu:
26
1. Aks1oma 1: Resipro~I Comparison, Artlnya pen9ambil preferensinya
kepotusan harus mampu menyatakan
dengan memenuhi syarat reslprokel, yaitu bila
A lcbih disukai dari pa
l/x bila
dibandingkan A.
2. Alcsioma 2; Homogenity, Artinya
preferensi
seseorang
dari
elemen
hirarki harus
satu sama Jain dan dinyatakan dalam skala
dlbandingkan
terbatas. Andaikan kondisi ini tidak terpenuhl, maka elemen yang
dlbandingkan
Mak
homogenous
sehingga
perlu
dibentuk cluster atau elemen baru.
3, Aksioma 3: Independence, Suatu preferensi dlnyatakan bahwa kriteria tida k dipengaruhi oleh a\tematif kriterla yang lain, tetapi dipengaruhi secara objective dan bersifat menyeluruh. Oengan kata lain, dalam perbandingan antar elemen, di satu level dlpengaruhi oleh elemen·elemen
di
atasnya.
Dengan
demikian
pola
ketergantungan atau pengaruh dalam model AHP selaras ke atas. 4, Aksioma 4: Expectations; Maksudnya dalam
rangka
mencapai tujuan pengambilan
keputusan, struktur hfrarki AHP diasumsfkan lengkap. asumsi tldak dipenuhl,
maka pengambil
Bila
keputusan tidak
memakat kriteria atau pilihan yang tetsedia.
Dalam menye\esaikan pririsip
yang
harus
(decompositions),
persoalan dengan AHP, ada beberapa
dlpahami,
diancaranya
adalah:
dekornpcslsl
penilaian perbandingan (comperetive judgement),
sintesa prioritas (synthesis of prior/Cy) dan kcnststenst logis (logical consistency) (Mulyono, 2000).
a. Decompositions Yaitu memecah
persoatan
yang utuh menjadi unsur-unsur,
tahap inl dilakukan setelah mendefinlsikan persoalan. Dalam proses ini
27
akan
diperoleh
suatu
atau
beberapa
tingkatan
dalam
hirarki.
Dekomposisi atau penvusunan hlrarki merupakan baglan terpencing dalam model AHP karena nilai validitas dan keampuhan model teruji. Dengan demikian bentul< hirarld yang kurang sesuai sesual akan menghasilkan model AHP yang kurang bermanfaal meski diisi oleh seorang ekspert yang kompeten dalam bidangnya. Sec:ara dekomposisi
terpisah,
Permadi
(penyusunan
hirarkl)
(1992)
menyebutkan
mencakup
tiga
proses
bahwa yang
berurutan dan saling berhubungan, yaitu identiftkasi level dan elemen, deflnlsl
konsep dan formulasi
ditunjukkan
hubungan
dekomposlsi.
pertanyaan.
antara
Dalam bagan di atas
lcetiga komponen
tersebut
Langkah pertama adalah mengidentifikasi
dalam
level-level
dalam elemen yang akan ditempatkan dalam suatu level. Kemudian semua level dan elemen tadi didefinisikan dan dlpakat dalam tahap formulasi pertanyaan. Jika pembuat hirarki mengalami kesulitan dalam membuat pertanyaan,
maka sernua level dan konsep tadi
harus
direvisi.
b. Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian relatif dua elemen pada suatu tingl:at tertentu berkaltan dengan tingkat di etasnva, Penilaian ini merupakan intl AHP, karena ra akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil darl penelitian ini akan tampak lebih jelas bila
disajikan
dalam
comoerteo«.
bentuk
matriks
yang
disebut
matriks pairwise
Pertanyaan yang btasa dlajukan dalarn penvusunan skala
kepentingan adalah: Elemen mana yang lebih penting/ disukai dan berapa kali lebih penting/ disukai? Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua
elemen, seorang yang memberi jawaban perlu pengertian menyeluruh tenlang elemen yang dibandlngkandan relevansinya terhadap krlteria ablu tujuan yang akan dikaji. Para pengambil keputusan menterjemahkanseluruh persepsi dan lnformasi yang tersedia kedalam perbandingan sepasang elemen, dengan menggunakan skala sebagai berlkut :
2B
Sl
== Sama Penting (equal tmponsnce)
Skala 3
== Sedikit lebih penting (moderate importance)
Skala S
= Lebih penting (essentiaVstrong importance)
Skala 7
= Sangat lebih penting (very strong importance)
Skala 9
= sangat penting (extreme importance)
Sedangkan skala 2, 4, 6, 8 merupakan nilai antara (intermediate values) diantara penilaian diatas. Dari perbandingan tersebut dibuat matril<S pairwise comparison (matrik A).
itu perbandingan
Disamping menghasilkan
angka
dua
elemen yang sama akan
1, yang artinya sama penting. Dua elemen
berbeda dapat saja dinilai sama penting. Jika tcrdapat n elemen, maka akan diperoleh metrtks pairwise comparison nxn. Banyaknya penllaian yang diperlukan
dalarn menyusun matrikS inl adalah n(n-1)/2
karena
matriksnya resiprokal dan elemen-elemen sama dengan 1. e,
Synthesis of Priority Dari setlap
Eigenvector-nya
matrlks pairwise
comparison,
kemudian
untuk mendepatkan tocet priority.
pairwise comparison
terdapat
dlcart
Karena metrtks
dalam setiap trngkat,
maka untul<
mendapatkan global priority harus dilakukan slntesa diantara local prloritv. Prosedur melakuk.an slntesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan
elemen-elemen
menunit
kepentingan
relatlf
metalui
prosedur slntesa dlnamakan priority setting.
d. Logical Co"sistency Konslstensl memitiki dua rnskna, Pertama, obyek-obyek seruoa dapat dikelompokkan
def\gan keseragaman dan relevansi.
sesuet
Kedua, menyangkut tingkat
hubungan amer obyek yang dldasarkan
pad a kriteria tertentu. Karena input didasarkan pada persepsi logis dan pengetahuan manusia yang terbatas, yang perasaan dan intuis]
juga dipengaruhi
responden,
oleh pengalaman,
maka bisa dlmungkinkan
terjadi
ketldak konststenan dalam membandingkan berbagal elemen.
29
Hingga seat ini belurn terdapat batasan yang jelas dan terukur mengenai tingkat konsistensi yang layak dlterima, namun pendekatan umum
yang
sering
digunalcan
menyebutkan
bahwa
tingkat
inkonsistensi yang dapat diterima sebalknya kurang dari 10%.
2.2.2 AHP Untuk Model Perencanaan Model perencanaan yang dibentuk dengan Analytlcal Hierarchy Process (AHP) mempunyai ciri-ciri pada penekanan peranan penting dari pengalaman dan intuisl calarn pengambilan keputusan sehingga menjadikan
AHP suatu
sitem
yang menghasilkan
output
yang
diinginkan. Oengan menghasilkan output seperti itu malca AHP sesuai untuk dlgunakan sendiri adalah
sebagai
model perencenean karena perencanaan
seranckaran
al
dllnginkan (Permadi, 1992). Bentuk hlrarld dalam AHP yang fleksibel dan peka terhadap perubahan memun9kinkan
d!masulckannya lebih darl satu tujuan dan
kritena seoagal eiemen dari hirarld. Tujuan maupun kriteria yang satu sama lain mungkin saling t>ertentangan atau menimbulkan trade-off dapat disatukan dalam satu level dan satu hirarki. Y2m9 penting di sin\ adalah seberapa beser bobot darl masing-masing tujuan atau kriterla menurut respcnden. Dengan adanya multi tujuan dan multi kriteria tersebut dan bobot masing-ma~ng maka bisa didapatl
yang lebih
tepat dan mencakup semua permasalahan
(Permadi, 1992). Seperti dengan model perencan&an pada umumnya maka model perencanaan proyeksi
dengan
(Forward
AHP juga merupakan gal:>ungan Process)
dan
model
perencanaan
dari
model
(Backward
Process). Model proyeksi bermalcsud untuk memperklrakan
kondisi
masa
terjadi
depan
yang
kelihatannya
mungkin
atau
layak
berdasarkan kondisi yang ada atau sedang berjalan. Sedangkan model perencanaan bertujuan menentukan untuk
mencapai
tujuan
lcebijakSanaan yang dlperfukan
yang diinginkan
di masa depan.
Untuk
tercapalnya perencanaan yang lebih efektlf, kedua model di atas depat
30
Cligabungkan di mana pertama-tama kondisi yang diinginkan di masa depan
ditentukan
melalui
model
proyeksi
dan
berikutnya
kebijaksanaan yang diperlukan untuk mencapainya ditentukan dalam model
perencanean.
Bentuk
dari
model
proyeksi
dan
model
perencanaan tersebut tidak hares slmetris (Permadi, 1992).
2.2.J Model Proyeksi {Fol"llllard Procus) Hirarkl standar dari model proyeksi (Forward Process) terditi dari 4 level terrnasuk goal {tujuan) yaitu menentukan kondlsi masa depan sutu permasalahan yang menempati level teratas.
Level 2 diisi
oleh para pelaku atau aktor yang berperan atau ikut mempengaruhl dalam permasalahan tersebut, Setlap pelaku tersebut
mempunyal
aktivitas, kebijaksanaan atau tindakan masing-masing yang tercantum di level 3. Kebijaksanaan atau aktivitas tersebut adalah yang sedang atau sudah mereka
kerjakan
pada saet dibuat
model.
Dengan
mendasarkan pada hal-hal tersebut, pada level 4 terdapat beberapa skenarlo atau target di masa depan yang mungkin terjadi. Dalam hirarki Forward Process ini terdapat hubungan tak sempurna antara level 2 dan 3 sedangkan yang lainnya hubungan sernpurna.
2.2.4 Model Perencanaan <•ackWard Process) Model perencanaan ten:llri darl 5 level di mana level teratas merupakan tujuan
yaitu masa depan yang dllnglnkan dari suatu
permasalahan. Pada level 2 terdapat slcenarlo-skenario atau targettarget
yang diinginkan yang mungkin sama dengan level 4 pada
forward process. Berikutnya pada level 3 terdapat masalah-masalah yang diperkirakan akan menghambat pencapaian target
yang
dlinginkan. Sedangkan pada level 4 terdapat pelaku atau aktor yang berperan atau berpengaruh dalam pencapaian target. Elemen pada level ini sama dengan level 2 forward process. Pada level terakhir dan sek.aligus hasil akhlr suatu proses perencanaan adalah kebijaksanaankebijaksanaan yang diperlukan untuk target yang diinglnkan tersebut. Elemen pada level inl berbeda dengan level 3 forward process meskipun namanya mungkin sama-sama kebijaksanaan. Pada forward
31
process yang dievaluesl
adalah
dampak dari kebijaksenaen yang ada
terhadap skenario sedangkan pada b<JCKward process kebijaksaanaan yang dihasilkan harus dievaluasi
lagi pacla forward process berikutnya.
2.2.s Hubungan Forward dan Badcward Process Proses perencanaan
atau Forward Process dapat belangsung
berkall-kali dengan beberapa modifi\casi pada hirarkinya, terutama pada level 3 forward sebagal pengaruh dari level 5 backward proses sebelumnya.
Pada
proses
bertkutnva,
biasanya
elemen
yang
rnendapat bobot kecll dihilangkan sehlngga makin lama elemen yang dibandingkan maktn sedlkit sampai didapatkan suatu keadaan yang stabil,
dimana
urutan
elemen tldak
berubah
lag1
mesklpun
ada
Peoguhubung utama kedua proses
modikfikasi pada level di atasnya. tersebut adalah skenario.
Forward Process
Proyel<sl rnasa depan
l
Kondlsl sekarang
Perbandingan
Masa Depan
perbandingan
Kondisi seharusnya
Ma!ia Depan yg diinginkan
Backward process
Garnoar 2.1 Hubungan Forwitftl Process dan Backward Process 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian
tentang
pengemban9an
industrl
kecil
umumnya
mellhat karakteristik yang sarna pada industrl kecil, yaitu : kekuranqan
32
modal, sulitnya mendapatkan bahan baku serta lemahnya pemasaran. Terdapat dua poia
ekstrem dalarn kegiatan usaha lcecil, yaitu :
penqusaha industri
kecil
yang
bekerja
berpretensi untuk mengembangkan
secara "semben" tanpa
usaha mereka lebih jauh, can
sebaoran lalnnve justru mempunyai aspirasi dan motivasi yang relatif tinggi untuk berkembang (Saleh, terdahulu yang rnernbahas
1986). Beberapa hasil penelitian
tentang
permasalahan
industri kecil
antara lain : Hasil
penennan
permasalahan
Qodri (2006) menyebutkan terdapat empat
utama
yang
menghambat
perkembangan
lndustri
kerajinan kain tapls sebagal usaha kecil di Bandar Lampung, yaitu : pengelolaan
usaha
yang kurang professional,
kurang permodalan,
belum adanva hale paten, dan lemahnya pemasaran produk. Dari hasil anallsis
dengan menggunakan
ket"angka model Forward-Backward
Process Analytlca/ Hlerarchy Process (AHP) dlperoleh pelaku utama yang palJng berperan yaltu Pemerlntah Daerah Kota Bandar Lampung. Sementara skenarlo yang dlperoleh darl model Forward P~ss adalah lndustri Kerajlnan Sebagai Penggerak Ekonomi Daerah. Sedangkan
prtorltas kebljakan darl model Back.ward Process adalah Pemblnaan dan Perlfndungan Usaha. Dalam penelitlan
Yektiningslh
(2006) yang febfh melihat peran
jender dalam komunltas l)i!mbatik di Kota Tegcil mcnunjukk
jawab
dan
dapat
porsi terbesar sebagar pihak meningkatkan taraf
hidup
pembatik Tegalan. Hasil analisis dengan kerangka model Backward Process Analytical Hierarchy Process (AHP) memperlihatkan adanya kendaksesuatan oersepsl antara pemerintah dan pembatik. Pemertntah (dan institusi
lain
pendukungnya)
menganggap
kendala terbesar
adalah permodalan, maka kebijakan yang muncul lebih diprioritaskan pada pernbertan
modal.
kendala yang lebih sehingga kebijakan lebih
luas.
Sementara Pembatlk justru menganggap
penting
adalah
kurangnya
informasl pasar,
yang diharapkan adalah membuka paser yang
Akibatnya,
suntikan
m00a!
darl
Pemerlntah
tldak
33
menamboh output prccukst, Penyebabnya, pembatik tidak mengetahui pesar lain untuk menvaturkan ke~bihan produksinya. Dengan skenario yang dipilih yaitu Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga maka pendekatan pemberdayaan perempuan akan sangat bermanfaat bagi pengembangan IKRT Batik karena masatah yang dihadapi sangat spesiflk dan komplelcs. Langkah strategis yang perlu dllakukan adalah pengambilan
Jika
kaum perernpuan dalam setiap proses
di lingkungan
kebijakan
Musrenbangkel, perempuan
melibatkan bukan hanya
mereka, misalnya
sebagai
melalui
wakil dari orqanlsasl khas
seperti PKK, tapi sebagai pengusaha kecll yang berpotenst.
pcngrajin
batik
yakin
produktif yang potenstat,
bahwa kegiatannya
adalah
kegiatan
maka motlvasl kerja pun lebih besar.
Sementara catam penelitlan
Imelda (2007),
bahwa pengusaha
industrt kecil sebagai fokus sentral dalam pemberdayaan menunjukkan keberdayaan
dirlnya
dengan
potensl yang dimllfkinya. sendlri
dart
berangkat
memalcsimalkan
pemanfaatan segala
Mereka mencoba mendirikan lndustrl kecil keberanlan
bermodalkan
ketrampllan
dan
penqalarnan usaha lndustn kecll serta tabungan yang disisfhkan darl penghas\lannya
selama
mengandung nilat-nilai dan
bekerja.
ekonomt,
keluarganya.
Pengembangan
lndustrl
kecil
sostat dan budaya bagi masyarakat
Nilai-ni\ai
ekonorms
meliputi
peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan keluarga serta kelangsungan hldup keluarga dan usahanva. harkat dan martabat
Nilai-nila!
pengusaha
sostal memuat aspek penlngkatan
iodustri kecil serta status sosial yang
semula sebagai pekerja mcnjadi masyarakat yang rnernilikl industn sendiri. Sedangkan nilai-nilai
budaya dltunjukkan dengan adanya
keberanian, sernanqat juang, ketja keras, kreativitas dan produktlvitas serta adanya kemauan untuk belajar. Irzan dipublikasikan utama
Azhary sebagai
yang melandaSi
Saleh
(1986}
dalam
buku menyebutkan
penelitiannya
yang
bahwa seian satu alasan
pentingnya berbagai
usaha pengembangan
industrl l<ecil dan kerajtnan rumah tangga adalah potensi alamiahnya
34
yang
besar
dalam
kesempatan kerja,
memberi
aodil
bagi
penyelesatan
rnaselah
Di Indonesia, tampaknva wawasan ini tetap dapat
diterima sebagai suatu dasar pemikiran yang memang menampakkan relevanslnva
deng<m masalah kependuduken
yang rawan
dan kronls.
ekonoml",
tingkat
dan
ketenagakerjaan
Mernang, Jlka dltlllk dar\ dimensi "tekno-
produldivitas
dari berbagai cabang kegiatan di
subsektor industri keci! ini relatif rendah, bahkan pada umumnya boleh dikatakan
masih
lebih
pertanlan.
Namun,
rendah
dart sisl tlnjau yang berbeda,
ekonoml" dari sektor industri bahwa sebagian
daripada yang tercetat disektor
besar
peng~han
kegiatannya
dlmensi
"soslo-
Indonesia menampakl
beriokasi di daerah perdesaan
denqan sifat dan metode pengusahaan yang tradlslonal, di samping
masih bergantung lcepada pesaran lol
35
I
II
fj I
-
BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI KECIL KASUR KAPUK
3.1 Kabupaten l..itmpung Timur Kabupaten
Lampung
Timur dibentuk
berdasar1
Undan9-
undan9 Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pacla tanggal 27 April 1999 dengan pusat pemerintahan di Kota Sukadana. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur
meliputl 10 Kecarnatan
deftnltlf,
13 kecamatan
pembantu den 232 desa. Selanjutnya dengan ditetapkannya Peraturan Pemerlntah Nomor 46 Tahun 1999, 2(dua} kecamatan pembantu yaltU Kecamatan Pembantu
Margatlga dan
Sekampung
Udlk statusnya
dltlngkatkan menjadl Kecamatan Deftnltlf. Dengan demlk.ian wllayah Kabupaten lampung Timur bertambah 2(dua) kecamatan menjadi 12 kecamatan detlnltlf dan 11 kecamatan pembi:intu dan 232 cese.
seca-a admlnistratlf 1. Sebelah
utara
Kabupaten lampung Tlrnur berbatasan :
berbatasan
dengan
Kecamatan
Rumbla,
Kccamatan Seputlh Surabaya dan Kecamatan Seputih Banyak K~bupaten
Lampung
Tengah,
serta
xecametan
Menggala
Kabupaten Tulang Bawang. 2. Sebelah timur berbetasen dengan Laut Jawa, Propinsi Banten dan OKI Jakarta. 3. Sebelah
selatan
berbatasan
dengan
Kecamatan
Tanjung
Blntang, Kecamatan Ketlbung, Kecamatan Palas, dan Kecamatan Sidomulyo Kabupaten lampung Selatan . 4. Sebelah Barat bertatasan
dengan
Kecamatan
Bantu! den
Kecamatan Metro Raya, Kota MetrC> dan Kecamatan Punggur serta Kecam~tan Seputih Raman Kabupeten lampung Tengah.
Kabupaten
Lampung
Timur rnerupakan
salan satu titik tumbuh
(point of growth) bagi wilayah Lampung bahkan juga Sumatera Bagian Selatan, hal ini didukun9 oleh beberapa faktor ;
1. Berbatasan
langsung
dengan
Pulau
Jawa/lbukota
Jakarta,
sehingga dapat dijadilc:an daerah penyangga lbul
untuk
dikelola pengembangannya. 3. Infrastruktur yang terus dikembangkan. 4. Akses jaringan transportasi utama Trans sumetere dengan pengembangan jalan
untes
Pantai Timur Sumatera.
5. Akses llntas laut langsun!;I ke Jakarta (rencana pembangunan Pelabuhan Maringgal untuk penyeberangan dan c:argo}. 6. Potensl Taman Nasional Way l
eco
tourism ataupun safari wlsata. Dengan demtklan san9at tepat apablla Vlsf Kabupal:Em Lampung Timur "Sebagal Motor Penggerak Perekonorman di Tingkat Reglonaln.~ Dengan adanya potensl yang sedemlk.ian besar, Kabupaten Lampung Timur akan mampu menjadl salah setu pusat pertumbunan dan penggerak perekonomlan baru di wllayah tlmur Proplnsl Lampun9. Mellhat posisinya yang culcup strategls J
potenst cukup prospektlf untuk dll<.embangl
implementasi dari otonoml daerah, Kabupaten Lampung Timur dituntut untuk
lebih
mandiri
dalarn
segala
ha\
termesuk
dalam
hal
pembangunan daerah yang di oasarkan pada pendayagunaan potensl lokal untuk memberikan rnanraat sebesar-besarnya l:>agi masyarakat dengan memperhatikan visl dan misi pembangunan daerah.
• f'rofil l'ropiosi Lampung di1D Kabupoteo di Dalamnya Wikipcdia lndoneoia, Bt:bas Berbahasa lnd.Que~ia hup:!/id. wi.lc ired1a go.id
Enliklopedia
37
Industri kecil rnasyarakat
kasur kapok sebagai alternatif kegfatan usaha
bcrpusat
di Kecamatan
Batanghari
yang
berbatasan
dengan Kota Metro. Kondisi peralihan Kecamatan Batanghari dad rural ke urban menjadikan sebagian masyaral
usaha kecil ini mampu bertahan dan terus
berkembang hlngga sekarang.
Dengan pasar hasil produkslnva yang
didominasi konsumen gGlongan menengah ke bawah, usaha kecil lni dapat terus hidup di ten9ah kesulitan memperoleh bahan bal
Sedangkan
Lampun9
limur
secara rata-rata densitas selama
meningkat, yaitu dari 164 jiwafkm2
Jima tahun
penduduk
(2001
-
2005)
pada tahun 2001 menJadl 173
ji¥1a/km2 pada tahun 2005 (BPS, 2006). Sebagian besar penduduk Kabupaten Lampung Timur menurut hasil data BPS masih bekerja di sektor pertanian. Keadaan ini tidak terlepas dari beberapa
alasan. Pertama,
pertanlan produktlf dl Kabupaten kehidupan masyarakat.
masih konsistennve lahan
Lampung nmur dalam menopang
Kedua, jenis pekerjaan di sektor pertanian
cenderung tidak membutuhkan pendidikan dan ketrampllan
khusus
seperti sektor-sektor lainnya sehingga sangat mudah dJmasuki oleh lapisan penduduk yan~ bermukim di daerah perdesaan. Selain sektor pertanlan sebagai sektor utama di Kabupaten Lampun9
Timur
juga
ditopang
oleh
berbagai
kegiatan
industri
pengolahan termasuk industrl lcecil didalamnya. Tampak dalarn t.abel
3.l jumlah unit usaha di Lampung Timur yang tercatat tahun 2002 -
38
2005 yang
masih didominasi olen industri
hasil pertanian
dan
kehutanan yang umumnya adalah usaha kecil-menengah.
Tabel 3.1 Jumlah Unit Usaha, Tenaga l<erja, Nilai Investasi dan Nilai Pl"oduksi Kabupaten Lampung Timur Tahun 2002 - 2005 Jenis lndustri
Jumlah Unit Tenaga Usaha Kena 2,729 7,775
Tahun
: Industrl Hasll Pertanian · dan Kehutanan (IHPK)
Nilai Investasi
N1lai Produksl
(Juta
(Juta Rn~
R"'
31,155
360,232
238
1,232
3,566
4,252
73,375
1,228,551
4,111 : 12,265 2005 4,103 . 12,162 2004 2003 4,089 13,390 3 a7g 2002 13.104 S11ml>cr: Lamp1111g Timur Dalam Angka 2006
ins.vsz
1,592,352 1,587,567 506,723 496.134
lndustri Logam, Me~ln · dan Elektronlka (ILME)
72
I
lndustri Kimia dan Aneka (IKA)
1,310
!
'
Jumlah
Kontrlbusl Timur
atas
I
sektor lndustrl dalam
dasar
harga
konstan
104,138 50,880 49 733
PDRB Kabupaten tahun
2000
Lampung
menunjukkan
penlngkatan, di mana tahun 2001 sebesar 6.01 persen dan pada tahun
2005
sebesar
kontribusinya
6.08
psrsen.
menunjukkan
Sementara
peningkatan
industrl dalam
kecll
sendiri
PDRB Kabupaten
Lampung Timur atas dasar harga konstan tahun 2000, di mana tahun
2001 sebesar 1. 79 persen dan pada tahun 2005 sebesar 1.86 persen. Tabel 3.2 l
Industri
IKKM
2001 2002 2003
173,325 179,602 187,807 199,054 216.865
51,517 54,787 57,605 60,821 66.160
2004 2005
Total PDRB
!
2,883,407 3,350,115 3,521,992 3,553,614
3.564.949 Sumber : Lampung TimlJI' Do/ammagka 1006.
Persentase Industri IKKM 6.01 1.79
5.36 5.33 5.60 6.08
1.64 1.64 1.71 1.86
39
Industri kecil menengah mempunyai peran cukup besar dalam hal penyerapan tenaga kerja, termasuk di Kabupaten Lampung Timur. Total tenaga kerja yang terserap di sektor industri selama tahun 2005 sebesar 12.265 tenaga kerja,
di mana 7.775 orang diantaranya
bekerja di jenis industrl hasil pertanian dan kehutanan. Salah satu kegiatan
industri kecil pengolahan hasil perteoran
dan kehutanan di Kabupaten Lampung Timur adalah kasur
kapuk
yang
berpusat
di Kecamatan
industri kecil
Batanghari.
Hasil
wawaneara denqan pelaku usaha kecil kasur kapuk tersebut di ketahui bahwa
penyerapan tenaga kerja pada usaha kecil ini cukup besar.
Dari 15 unit usaha kecil
kasur kapuk
yang ada di Kec.amatan
Batanghari Kabupaten Lampung Timur blsa rnempekerjakan hlngga mencapai seribu orang per harl. Usaha
kecil
dlkembangkan,
kasur
kapuk
lni
cukup
potenstat
untuk
karena mesklpun banan baku l
karena
persedlannya
terbatas
dan harganya sangat mahal, tetapi
dengan
ketekunan para pengusaha
kasur kapuk,
usaha inl dapat
bertenan hlngga sekarang. Industrf kecil kasur kapuk dapat dlJadlkan altern1'tlf
usaha masyarakat di Kabupaten l.
dlkembangkan untuk pemberdayaan Kabupaten Lampung Timur.
ekonorn/
masvarakat
di
3.3 Pola Usaha Jndustri Kecil Kasur Kapuk Usaha kasur
kepuk
di Kabupaten Lampung Timur
mulanya
adalah kegiatan yang dilakukan sebagai usaha keluarga untuk mengisi waktu luang. sama lalnnya.
Para pekerja masih memiliki hubungan lcekerabatan satu Dengan
pekerja yang umumnya
kaum psrempuen
sebagai "~ngisi kapuk" del}gan jam kerjanya dari jam 8 pagl hingga jam 4 sore, kadang tidak penuh sefama satu rninggu tergantung pesanan atau jumlah pro
40
Menurut !bu Aspiah {50 tahun), selah seorang pengrajin kasur kapuk di Kecamatan menekJJni
usaha
kasur·kasur
Batanghari
kasur kapuk
tersebut
kapuk randu dengan
diisi kualitas
Kabupaten
Lampung
ini sejak tahun
dengan bahan
baku
80-an.
Pada mulanya
baik sangat sulit dioeroleh
Oleh karena itu usaha kecil pembuatan
menggunakan
bahan
pabrik di Bandun9 sekaligus
ia sudah
kapuk, tetapi saat ini
sangat mahal.
llmbah
Timur,
dan harganya
kasur umumnya
lndustrt tekstil yang biasanya
dibeli dari
membeli kain dan benang kasurnya.
Gambar 3.1 Kasu,...ka~ur Yang S~ang ~numpuk Di Gudang Saat lnl di Kecamatan Batanghari
terdap!'lt
is
pengrajin usaha
kecll kasur kapuk yang tergabung dalam Kelompok Arlsan Pengusaha Kasur Kapuk
artsan
Kabupaten Lampung Timur. M~nurut ketua kelompok
Pak Satumin, dalam wawancara tanggal
23 Juni 2007 anggota
kelompok arisan ltu terdiri dari 10 orang pengrajin, seperti yang terlihat pada tabel 3.6.
41
Tabet 3.3 Daftar Nama Pengusaha Kasur Kapuk Di Kecarnatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur ..
.. ·-
No Nama
Keterangan
l
Saturnin
2
Sabirin
3
Sukarnto
Anggota
4
Sarmun
Anggota
5
Kuntadi
Anggota
6
Edi
Anggota
7
Sukiswan
Anggota
8
Minarnc
Anggota
9
Muyitno
Anggota
10
Tukiran
Anggo ta
11
Wagino
Tldak ikut arisan
12
sutns
Tldak ikut arisan
lJ
Suclpto
Tidak ikut ertsan
14
Kubro
Tldak lkut arlsan
15
Miran
-
1
-
-
Anggota
--
-
·--
. -
Tidalc ikut arlsan
. ..
·-
Ketua Kelompok Ari.c;an Pengusaha Kasur
..
3.4 Tahap-tahap Pembuat<1n Kasur 3.4.lPenggenderan Kain Proses pembuatan
kasur atau bantal
berbahan
isl kapuk
dldahului dengan proses menggender (menjahit kain berbentuk kotakkotak kecil) yang kegiatannya sebenamya terpisah dart usaha kasur itu sendiri. Blasanya ada beberapa orang yang khusus melakukan usaha penggenderan
kain kemudian
dljual kepada para pengusaha
kasur dengan sistem tempo (membayar di belakang) atau tunai, baru kemudlan oleh
para pengusaha diserahkan kepada pekerja pengisi
untuk diisi dengan bahan pengisi kapuk atau limbah tekstif (oplok), Untuk usaha pembuatan kasur di Lampung Timur terdapat dua orang yang melakukan usaha pefl'}genderandan menjadi penggender langganan para penqusaha kasur, yaitu Dasimin dan Amal. Mereka
42
melakukan usaha penggenderan dengan sistem membeli kain secara tunei, digender, kemudian dijual kembali kcpada para pengusaha kasur dalam bentuk kain yang sudah dibentuk kotak-kotak kecil, sudatr dijahit
dan hanya menytsakan lubang untuk
kapuk, Pengusaha genderan
memasukkan
biasanya hanya memperkerjakan
orang pekerja tetapnya yang mcnggender dirumahnya. diberikan telah
5-7
Selebihnya
kepada para tetangga di llngkungan rnereka tinggal dan
dibekali
genderan
bahan
teknik
menggender.
Masing-masing
pengusaha
bisa memperkerjakan hingga lcbih darl 100 orang perhari,
dengan produksi mencapai 200 stel kem genderan per pengusaha genderan,
sehingga tldak kurang dari 400 kain genderan setiap
harinya bisa di kerjakan dan semuanya habis terbeli pengrajin kasur.
oleh para
Kain penutup kasur yang dipergunakan dalam penggenderan biasanya dibeli dari Bandung dengan alasan harganya jauh lebih murah dibandingkan jika membeli dari pasar sekitar Lampung Timur, karena dapat langsung dibeli dari pabriknya.
Dua jenis kain yang
biasanya dibeli yaitu kain kodian dan kain mutu. Kain kodian blasanva digunak;an sebagai bahan penutup kasur I bantal dengan bahan isi limbah tekstil
(oplok),
sedaogkan kain mutu
yang
lebih
mahal
digunakan sebagai bahan penutup kasur / bantal dengan bahan isi kapuk mumi. Tetapi untuk kasur berbahan Isl kapuk murni hanya dibuat berdasarkan pesanan dari perorangan atau permintaan toko saja. Motif kain yang umumnya disukai
adalah "motif kclinci" dan
''motif printing (kembang-kembang) untuk kain kodian dan "motif garis-garis" untuk kain mutu.
43
Gamb•r3.2 Contoh-contoh Motif Kain Penutup Kasur Motif - motif kaln sebenarnya cukup banyak dipasaran, atau jlka pengusaha kasur mau leblh kreatif blsa saja menggunakan
motif -
motif tredlstona I sepertt batik atau tap ls (motif khas Lampung) untuk
DI samplng ltu sebenarnya selaln
leblh memperkaya corak produknya. produk
kasur
dan
bantal
konvenslonal
para
pengusaha
blsa
memodiflkasl produknya dengan berbagal bentuk yang leblh menarlk. Hanya seje yang menjadl permasalahan umumnya
hanya
mampu
menggender
para pekerja genderan
kaln secara konvenslonal,
karena mereka belajar menggender dari or;mg tua atau belajar dari kerabat dan tetangga. kemampuan beberapa
untuk
pengus11ha
Para pekerja genderan
rnemodlflkasi
jahltan
ada yang
berinisiatif
lnl belum dlbekall
genderannya.
Padahal
menginglnkan
adanya
modifikasl pada produknya, sehingga menjadl lebih menarik dan blsa memperluas panqse pasar. Sementara dipergunakan
untuk kasur tantal
/
kasur ambal
kaln yang
adafan kain satin. Tetapi sekarang ini sudah jarang
pengusaha yang membeli
kain satin untuk dijadikan kasur Iantat,
tetapi langsung membeli kasur Jantal yang sudah jadi dari Bogor dan dl.Jual kembali. Hanya kadang-kadang bila pesanan kasur lantai sedang banyak, maka para pengusaha membeli kain satin dalam Jumfah banyak, kemudian digenderkan, baru kemudian diisi dengan
44
bahan oplok. Padahal dari survei yang pcnulis lakukan di Pasar Metro dan Pasar Pekalongan,
dua pasar yang
berdekatan dengan Batanghari umumnya adalah kasur lantai produksi Palembang.
cukup besar
can cukup
kasur lantai yang dijual
3.4.2 Pengisian Kasut dan Pemasaran Tiap - tiap pengrajin umumnya memperkerjakan sebanyak 10 -
20 orang pekerja yang blasanya terbagl menjadi : a. Sebanyak
12 - 15 orang
yang umumnya kaum perempuan
(ibu-ibu), mereka juga dtsebut •pengisi* kanma bekerja mengisl kapuk atau bahan lain seperti oplok dengan tangan dan dibantu aJat sederhana berupa kayu panjang untuk memasukkan kapuk ke dalam kain yang telah digender. Selama bekerja mengisi para pekerja harus menutup hidung mereka dengan kaln karena deeu dari bahan kapuk atau oplok. para
p.ekerja
pengfsi
Ketika ditanyakan kepada
apakah pernah
pemapasan selama menjadi menjawab tldak pernah.
mendapat
pekerja pengisl,
gangguan
mereka semua
Gambar 3.3
Para Pekerja Pengisi Sedang Mengisl Oplok
45'
•
• i..
..
·~.
r-:
Gambar 3.4
Oplok Sebagai Bahan Pengganti Kapuk
Bahan limbah tekstll (oplok) yan~ dibeli dari pabrik di Bandung biasanya dalam bentuk press-<Jn (keras) can beJum blsa langsung dipergunakan sebagai bahan pengisi. Oplok-oplok yang masih keras ltu ditleser (dihancurkan) dahulu kedalam mesin glling gabah yang tel~h dimodiflkasi dengan diberl tambahan pisau-pisau yang agak panJang dan ta jam deng?Jn tujuan agar serat-serat kain yang aga k keras bis11 terpotong dan lebih hancur. Setelah itu hancuran oplok hasil gilingan
tersebut dljemur dlpanas motahari setarna sstu harl penuh agar mengembang. Setelah bener-benar kertng barulah bahan oplok tersebut blsa dipergunakan. Para pengusaha kasur biasanya mempunyai stok oplok dalam jumlah besar yang disimpan digudang.
46
G
kasur di Lampun51 Timur. Dengan
paralon ukuran sedang dan kavu bulat kapuk dapat dengan sehfnggj!I banvak.
cepat
blsa menghemat
atav rotan bahan oplok
dimasukkan kedalam
katn
atau
genderan,
tenagit dan prodisksl k!lsur blsa leblfJ
n. Sel;>anyak .).0 - 15 orang penjaja kas1-1r clengan sepeda atau motor, dilakukan oleh kaum laki-laki (umumnya adalah suam/ dari ibu-Jbu
pengJ:;i l@puk) berkeliling di wiJayah Kabupaten
Lampung Timur hlngga Kota Metro sekitamya, bahkan hingga mencapai sekitarnya
Kabupaten yang
Batanghari. masverakat bulannya.
~ampµng T~ngah
terbiJang
Kadang-kadang kelas
cukup
dan deerah
jaun
darl
Bnmti
Kecamatan
mereka melayani kredit dari
bawah yang pembayarannya diclcll tiap
Menurut beberapa pengusaha kasur, saar ini sudah
jarang penjual
kasur keliling dengan sepeda,
paling yang
bertahan dengan mempergunakan sepeda tidak leblh dari 2-5 orang tiap pengusaha kasur, s.elebihnya menggunakan sepeda motor, apalagi sekarang
cukup mudah mendapatkan kredit
motor rnurah dan banyak jenis plllhannya. Sedangkan untuk melayani perrnintaan dalam jumlah besar dan jarak jaull, tiap
47
pengrajin umumnya memllild minimal satu buah mobil pick up. Biasanya tiap pengusaha kasur telah memiliki /angganan tetap (umumnya toko) yang setiap dua minggu sekaf hingga satu bulan sekali memesan kasur, bantat guling, dan kasur lantai.
G~mbar 3.6 Sepeda Motor Y•ng Dlpergun<\kan Untuk Berkelillng
Membawa Kasur 3.4.3 Proses Penjemuran Se.telah
masing·maslng
jenls
kasur dllsl kemudlan dljemur
dlpanas matahari antara 4-5 jam. Penjemuran ini dilakukan agar kasur dan bantal guflng menjadl !ebih kaleµ d11n permukaannya berslh darl kotoren, karena selama proses penjemuran kasur dan bantat gullng dlpukul-pukut dengan kayu .
. .... --;-~· <": ·:.:. ......
'!
Garnbar 3.7 Kasur dan Santai Guling Y•ng SUdah ladf Dan Sedang Dijemur
48
.
-
-·-. . ~4'"·
... .:. .
Gambar 3.B
Proses Penjemuran Kasur Para pekerja usaha kasur kapuk umumnya hanya menamatkan
pendidikan hingga SMA. Bahkan menurut Pak Satumin banyak dari para pekerja yang tidak tarnat SD. Mereka adalah pekerja dengan upah harian dengan Jam kerja biasanya dari jam 8 pagl hingga jam 4 sore. Dalam wawancara dengan beberapa orang pekerja pengisi pada tanggal 16 luni 2007 merel
dipakai yaitu
oplok biasa dengan kualitas
sedang. Harga jual Rp 110.000 per stet.
Gambar3.9
Kasur Dengan Isl Oplok K!Jalitas Sedang
pc11grojin kasur •>mnmny~ menycbut .lcas11t yaDg sudah jadi scptisll!lg dcngan i~b "satu stel kasur", terdid dari dua ~bar .lwur yang sndah jadi. Karena wmunnya ranjang rerdiri dari
•0 Pora
dua lemb111 bsur.
49
2. l
Bahan yang dipakai yaitu oplok dengan
kualitas bagus. Tetapi menurut para pekerja mereka jarang menerima
"orderen"
mengisi
kasur lantet, karena bos
(sebutan peksrja kepada para pemllik usaha kasur) lebih suka membeli
kemudian dijual kernbali, kecuali bila ada
permintaan dalarn jurntah besar. Harga jual Rp 75.000 yang ukuran kecil, sedangkan ukuran besar Rp 125.000.
Gambar 3,.10 Kasur Ambal Dengan Isl Oplok Kualitas Bagus
3. Santai gullng, penglsl dlupah Rp 4000,· per sepuluh bantal gullng. Battan yang dipakai "ati kapuk" yaitu kapuk randu asalan yang bercernpur
bonggol
randu
kecil-1<.ecil
dan
harganya leblh murah darl kapuk randu murni. Harga jual bantat gullng dengan isl atl kapuk Rp 15.000, sedanqkan dengan bahan lsl kapuk dijual Rp 30.000,-
50
....-------Gambar 3.11 Bantal Guling Dengan 1si "Ati Kapuk"
.
-
<
Gambar3.12 Bahan Peng;si Bantaf Guling "Ati Kapuk" Sementara
untuk kasur yang berisl bahan kapuk randu mumi
tergantung pesanarx Slasanya perorangan atau tol
kesur dengan isi kapuk
murni tanpa campuran.
Harga jual per set kasumya pun cul
Hal ini disebabkan karena bahan baku kapuk
randu sangat mahal dan sulit diperoleh. Para pekeTja inl ada yang meminta upahnya secara harian, mlngguan
atau
!:)ulanan.
Di
mana
reta-reta tiap pengisi mampu
memnuat 5 stel l
sehingga
rste-rata
tlap penglsl mernperoleh
upah perhatl
sebesar Rp 25.000,-.
51
Menurut mcnghasilkan
Pak Satumin
rata-rata
tiap
pengusaha
kasur
bisa
75 - 80 stel kasur per harl. Itu diperoleh dengan asumsi
setiap pengusaha memperkerjakan 15 orang pekerja penglsi per hari. Setiap orang pekerjanya rata-rata menghasilkan 5 stel kasur pernart, Jadi rata-rata total produksi dari 15 peng usaha kasur ada lah 1.125 stel kasur per hari. Sedangkan kasur yang laku terjual per hari bisa mencapai 500 stet per hari, atsu reta-reta per pengusaha mampu menjual 30 stel per hari, dan sisanya disimpan di gudang.
3.5 Permasalahan UsahaKasur Bercfasarkan hasil wawancara langsung (in depth inter11iew) dengan beberapa orang narasumber yang memahaml tentang usaha kecil kasur kapuk di Kecamatan Batanghari l
diidentifikasi.
Uma
orang
narasumber
dalam
in depth
interview ini kemudian dijadikan sebagai responden untuk menjewab pertanyaan
dalam kuisioner AHP pada tahap pengumpulan
data
bertkutnva. Kelima orang narasumber tersebut adalah : Nama Sa tum In
Suklswan
Ir. Teguh Pujlanto
Edy susuo SG Puspito,
S.IP
Jabatan
Mewakili
Ketua Arisan Kelompok Pengusaha Kasur Kee. Batan<1har1 Annnota arisan Kepalit Seksi Ind-,istri Kimia dan Aneka Din as Perlndustrlan, Perdagangan dan Kooerasi Kabuoaten Lamouna Timur Kepala Seksi Penelitlan dan Pengembangan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kooerasi Kabuoaten Lamouna Timur Kepala Desa Banjarejo Kecamatan Batanohari
Pengusaha PenoUSi:lha Pemerintah Pemerintah Masyarakat
Perm11salahan-permasalahan y;:ing bemasll diidentifikasi dalam in depth lntervfew lnl adalah :
1.
Belwn ada perhatlan dan bimbingan dari Pemerintah Daerah kepada para pengusaha k!tsur di umpung Timur. Menurut Kepala Desa Banjarrejo S.G Puspito S.IP persoalan inl
52
sudah sangat sering disampaikan kepada Pak Camat, baik dalarn raker kecamatan
maupun
dengan Pak Camat. lama, berkembang
dalam kesempatan informal lainnya
Usaha kasur di daerahnya sudah ada sejalc sendiri tanpa pembinaan
apalagi bantuan
modal dari Pemda. Hanya rnenurut Pak Pusptto, Pak Camat sudah sering menyampaikan hal ini baik kepaca dlnas terkait yaitu Dinas Perindustrian,
Perda9anga11,
dan
1
ataupun
dalam
kesempatan rakor kabupaten. Semeotara menurut mantan c.amat Batanghari,
Ruslan
Putrawijaya
industri
kasur di Kecamatan
Batanghari mempunyai pot~~ yang cukup bagus, tetapi betum pernah ~dilirikw mapan,
oleh Pemkab.
Pemkab
Sebagai industri yang sudah
seharusnya
rnembertkan
masalah promosi dan pemasaran.
perhatian
dalam
Sementara dalam wawancara
dengan Bapak Purwanto, Kasubbag Tata Usaha Baoan Promosi dan Investasi Daerah (BPIO) l
mempunyal
potensi dan peluanlJ
untuk
mendatangkan
Investor. Sementara usaha - usaha skala kecil tidak pemah dukutsertakan, dalam
padahal usaha-usaha kecil ini memiliki potensi
penyerapan
banvak tenaga
kerj,a dan pengernb;rngan
ekonoml kerakyatan.
2.
Persaingan pemasaran produk dari luar Lampung Timur. Menurut Ibu Aspiah penjual kasur dari Pati masih sering rnasuk ke wilayah l,.ampung sehingga menjadi saingan bagi usaha kasur kapuk
di lampung Timur.
biasanya
Para penjual kasur dari Pati itu
membawa kasur dengan mobil Truk Fuso kemudian
menyewa rumah di suatu daerah hingga \ebih dart satu bulan hlngga tlga bulan. Bahl(an mereka •reta• kasumya
dengan sistem
menyicilkan
kasur-
pembayaran setelah panen (karena
umumnye penjual kasur dart Pati menjual di daerah perdesaan), Tetapi masih menurut
Ibu Asplah pengakuan
darl beberapa
53
konsumennya kalau kasur produksi Lampung limur masih lebih bagus
kualitasnya
dari
kasur-kasur
yang
dibawa
dart
Pati
tersebut, karena kasur produksi Lampung 1imur biasanya lebih tebal dan jahitannya lebih rapl.
3.
Bersaing dengan kasur pegas (springbed) yang semakin mudah dldapat dan harga yang semakin terjangkau. Kasur pegas bahan utamanya blsa terbuat dari lateks ateu busa dan per dengan berbagai variasi jenisnya yang amat beragam. Padahal menurut sebagian orang kasur pegas dianggap panas dan kurang cocok untuk daerah tropis. Tetapi perhatikan saja iklaniklan di media massa atau pada pameran-pameran mebel, kasur pegas terrnasuk barang yan9 paling banyak dipromosil
4.
Semaldn sulitnya memperoleh bahan baku kapuk randu murni. Menurut Pak Satumin sebenamya para pen9usaha kapuk lebih memillh menggunakan kapuk sebagai bahan pengisi kasur, di samping hasilnya lebih bagus dan berkualitas, tentu lebih tahan lama.
Tetapi
membuat
kendala
pengusaha
S!Jlitnya mendapatkan kasur
harus
menggunakan bahan llmbah tekstil, terlebih umumnya
dahulu
sebelum
tennasuk
menyiasatinya
randu, dengan
mesklpun harus diproses
bisa dipergunakan.
Lampung
kapuk
llmur
kapuk
Di L..ampung randu
tldak
dibudidayakan karena bukan tanaman yang menyerap air, tetapl sebagal tanaman liar atau sebagai "tajar ladan , yaitu pohon penegak
atau
tempat
merambatnya
pohon
lada.
Sehingga
persedlaan kapuk selalu kurang dan harganya sangat mahal, sedangkan bila harus mengambil dari Jawa tentu harganya al::an leblh mahal lagi. Masih menurut Pak Satumin usaha kasur di lampung Timur harus rneneu industrt kasur di Pati J~wa Tengah. Oi sana sudah ada pemblnaan yang cukup balk dari Dinas Perdagangan Perlndustrtan dan Koperasl Kabupaten Patl yang menjalin kerja sama dengan Departemen Perdagangan
delarn
54
mernberlkan
b1mbtngan
teknlk
sehingga
kas·.1r
kapuk
yang
dihasilkan berkualitas ekspor. Bahkan telah ada kerjasama antara Pcrnkab Pati dengan Spanyol untuk mengeskpcr kasur ke Negeri Matador tersebut. Bahan baku di Pati bisa terus tercukupi karena selain pohon kaouk randu dibudiclayakan juga kapuk randu Patl adalah kualitas unggul dengan ukuran buahnya besar, pohonnya pendek, bijinya sedlkit, terlalu
lama dijemur,
Sementara
kapuk
kapuknya kerlng sehingga tidak perlu
dan kenka sudah kering tidalc oecah.
randu
di Larnpung
seperti
kapuk
randu
umumnya yaitu buahnya kecil, pohonnya besar, dan ketika kering pecah sehingga kapuknya
harus dijemur febih lama dlpanas
rnatanart. usaha kasur di Lampung Timur umumnya membell kapuk dari daerah Rengas Lampung Tengah.
s.
Mutu Produk Yat11J Rendah Selaln kendi'!la sulitnya
memperoleh bahan baku k.apuk, mutu
produk lndustrt kecil kasur kapuk juga rendah, Karena umumnya yang diproduksi adalah kasur dan bantal guling konvenstonal yang biasa dipakai
orang kebanyakan. Apala'ili dcngan bahan pengisi
oplok sehingga pasar produk hanya un~k kalangan menengah ke bawah. Belum ada pengembangan motif yang leb"1h varlatif dan berrnutu. Rendahnya ketrampilan pekerja dan pasar yang m!!lsih belum jelas menjadi kendala utama. Padahal bila dikembangkan motif yang leblh menar1k menar1k, procuk lndustn ini memllikl potensi ekspor,
Gambar 3.13 Contoh-contoh Varmi M4)tlf Produk Olahan Det19art Bahan Baku Kapuk Randu
55
6.
Pengusaha kasur harus be,_..ing dengan pabrik yang mempergunakan
triplek
batang randu sebagai bahan baku
triplek. PT Andatu di Lampung yang mengolah randu menjadi triplek akhirnya
diadukan
ke DPR.O Propinsi
Lampung karena
akan
semakin menyulitkan pengusaha kasur dalam memperoleh bahan baku kapuk randu,
apalagi pohon randu di Lampung tidak
dibudidayakan tetapi tumbuh secara liar. 7.
Permodalan Modal adalah permasalahan para pengusaha
klasik yang umum menghinggapi
terutama lndustri kecil, oormasuk usaha kecil
kasur kapuk di L..ampung Timur. Rata·rata para pengusaha kasur mengalaml
kesulitan modal untuk mengembangkan usahanya.
Menurut Pak Satumln hamplr semua pengusaha kasur di Lampung Timur
mendapatkan
plnjaman
modal
darl Bank
Perkredltan
Rakyat Bank Eka Bumi Artha Cabang Metro. Karena sudah sejak lama ketlka Pak Satumln
baru merJntls usaha kasur sudah
bermltra dengan Bank Eka Bumi Altha, sehlngga para pcngusaha kasur lalnnya yang hampir seluruhnya hekas pekerja Pak Satumln yang sudah mandirl juga
memlnjam modal darl Bank Eka Bumi
Artha. Tetapl tentu dalam jumlah yang sanagt terbatas, karena bank rnenerapkan prlnsip kemungkinan pengembalian pinjaman oleh para pengusaha berdasarkan skala usahanya. koperasl sebagai wa()ah pengusaha
untuk
meng~mbangkan
para pengusaha
rneningkatkan
juga
jumlah
Ketiadaan
menghambat kredit
untuk
ussihimya. SemenJ;ara menurut Pak saturmn lagi
selama ini belum pernah ada tawaran bantuan modal dari Pemda, justru banyak bank-bank sepertl BRI, Bank Lampung, bahkan BCA datang ke para pengusaha kasur menawarkan plnjaman dana, tetapl selalu dftolak karena alasan di ates, yaitu sudah sejak lama bermttra dengan Bank Eka Bumi Artha. lidak seperti di Pati kemball menurut Pak Satumin lagi,dl sens para pengusaha kasur sudah menjalin kerjasama dengan bank-bank besar, bahkan ada
56
pengusaha kasur yang mampu membangun pabrik pengolahan campuran kapok dan limbah tekstil menjadi kapuk. sintetis, yang tentu kualltasnya lebih bagus dari opfok yang biasa dipakai pengrajin kasur di Lampung Timur. Bahan baku kapuk sintetis itu diperuntukkan
bagi banyak pengrajin
rnereka tidak perlu jauh-jauh
kasur di Patl, sehingga
pergi ke Bandung untul< membell
llmbah tekstil. Sementara ketika ditanyakan tentang berapa ratarata besar modal yang dipinjam dari Bank Eka, hamplr semua pengusaha kasur tidak mau menjawab. Mungkin mereka merasa itu adalah "rahasia perusahaanN.
8.
LabelingProduk Hampir semua kasur produksl L..ampung Timur tidak memiliki label (merk), kecuali kasur kapuk produksl Pak Tuklran yang sudah memiliki pelanggan tetap Supermarket Millenium dan Multi M di Kota Metro dengan merk Randu Alam. Sehingga tidak
bisa
dlbedakan apakah kasur tertentu produksi si A atau si B, karena menurut beberapa pengrajin kasur, biaya untuk mengurus izin pencantuman merk mahal.
Sedangkan para pengrajin
kasur
menurut Pak Satumin maslng-masing sudah memlliki pelanggan mii!sing-masing,
apakah toko
atau
perorangan
untuk
dljual
kembali.
57
Secara ringkas hasil wawancara disajikan dalam label berikut : Tabel 3.4 R.ingkasan Permasalahen Indu5tri Keen Kasur Kapuk di Kabupaten Lampung Timur Pematlan Pemda
l.
Befum ade pembinaan dan bimbingan dari Pemerintah Oaerah Kat>upaten Lampung Timur.
2. Tldak pemah diikutsertakan dalam kegiatan promosi daerah Persaingan Produk
.
--
3. Bersaing dengan produk dari Pati
..
4. Bersaing dengan kasur busa yang semakin mudah dldapat dengan motif yang rnenarik
Bahan Baku dan Mutu Produk Rendah
5. Sulit memperoleh bahan baku kapuk randu, liarganya mahal. Di Lampung kapuk randu tidak dibudldayakan. Sehlngga mutu produk rendah.
Permodalan
6. Kurangnya modal untuk mengembangkan
usehanve.
. _.,._..,.. ..
58
.t=
.,
;.:: ~
.. -. E Q)
"' .! -
~ .c !! .0 0 Q) >
..
_, .E
I
I
59
-· -
l
IL____
l
+--_ ____.I
60
SABIV ANAUSIS HASll. PENELiTIAN DAN PEMBAHASAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IND\JSTRI KECIL KASUR KASUR 4.1 Penyusunan Hirarlci Hirarki merupakan bagian yang sangat pentin9 dar\ model .A.HP karena merupakan alat mendasar dari pikiran manusia untuk memberi penllaian pendapat secara lebih sedernane. yang lcompleks
dapat dengan
menjadi berbagai
mudah
Dengan hirarki, sistem
dipahami,
karena
elemen yang menjadi e\emen-elemen
dipecah
pokoknya,
kemudian menyusun elemen tersebot secara hirarki (Qodrl, 2006). Penyusunan hirarki ini harus sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan.
Oleh karena itu identifikasi awal permasalahan, baik
itu dari wawancara langsung dengan berbagal sumber sepertl instansi pemerintah akademisi
terkait, yang
pengusaha,
maupun
unsur
masyarakat
benar-benar paham tentang permasalahan
sangat rnenentukan
dan
menjadi
baik tldal
Meski dikatakan bahwa hirarkl adalah alat yang pallng mudah untuk memahaml masalah yanQ kompleks dimana diuraikan dalam
elemen-elemen,
masalah tersebut
menyusun elemen secara hirarkis
dan akhirnya melakukan penilaian, namun sesungguhnya menyusun hirarl
ini menggunakan
yang disusun
setelah
melalul survei
langsung
rnetakukan
model Backward-Forward Process identifil
awal permasalahan
ke lapangan serta wawancara dan dlskus!
dengan beberapa narasumber.
4.2 Definisi J
model proyeksi atau FoJWard Process yang terdiri Level teretes merupakan'
tujuan utama hirarki
yaitu
masa depan pengembangan industri kecil kesur l
level
berpengaruh,
dua
tcrlibat
pengembangan
terdapat
fHl/aku~pelilku yang
langsung
clan
cukup
dianggap
dominan
dalam
industri kedl kasur kapuk di Kal:>upaten Lampung
Timur, yaitu : i. Pemerintah Ka'Oupaten Lampung Timur yang mencakup instansiinstansi yang terkait dengan pengembangan usaha kectl yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindag} dan Sadan Perencanaan dan
Pembangunan
Daerah (Bappeda)
Kabupaten
Lampung Timur. 2. Pengusaha industri kedl kasur kapuk di Kabupaten Lampung Timur, mereka
tergabung
dalam
kelompok
arisan
pengusaha
kasur
Kecamatan Batangharl Kabupaten lampung Timur.
3. Perbankan/l.emba9a
Keuangan
yan9
ikut
atau
mempunyal
kelnglnan untuk memajukan usaha kecil di Kabupaten Lampung Timur dalam se\uruh
hal bantuan permodalan. Dart nasn survey hampir
pengusaha
kasur di Kecamatan Batanghari Kabupaten
Lampung Timur mendapatl
Artha Metro. 4. Mitra Usaha, baik swasta, perorangan maupun lembaga-lembaga non pemerintah lalnnva. Pelaku Penggenderan kain dan pemasarars adalah mitra usaha utama bag! para pengusaha kasur. Pada level 3 d\uraikan keglatan-kegiatan oleh masing-masing pelaku.
Berdasarkan
permasalahan yang diuraikan
pada bab 3,
62
keg!atan utama yang terkait dengan peran Pemerintah Kabupaten Lampung Timur adalah : l. Pengembangan Iklim usana dan Kelembagaan Dengan
potcnsi
kabupaten
menyerap
per1u
banyak
melakukan
lcelembagaan pada usaha
tenaga
kerja pemerintah
pen9emban911n iklim kecil pembuatan
kasur
usaha dan kaouk
ini.
Tujuannya agar usaha kecil ini dapat lebih maju dan berkembang
serte didukung manajemen dan pengelolaan keuangan lebih baik dan rapi.11 2. Blmblngan dan Pelatihan Serti:I Standar Mutu Hasil produksi usaha kecil kasur ini sejak awal ~hanya itu-itu
saja"(menurut Pak Sukiswan, salah seorang pengusaha kesur), sehingga pemerintah periu men9ad<1kan bimbingan dan pclatihan kepada para pekerja usaha kasur kapuk agar mutu produk bisa ditingkatkan.
Oalam hal ini dimungldnkan dilakukan kerja sama
dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati yang labih maju dalern hal useha pembuatan kasur kapuk.l2
3. Promosi Produk dan Pemasaran Produk-produk dari usaha kecll kasur kapuk Kecamatan Batanghari selama
in\ hanya
dipasarkan
secara tradisional,
yaitu
dijual
berkeliling baik dengan sepeda, motor atau mobil dengan sistem
"door to door". semencere masing-maslng pengusaha mempunyal toko pelanggan sendiri·sendiri yang menjual produknva. Bantuan mempromosikan
produk
dan
membuka
akses
pemerintah tentu ekan membantu meningkatkan
paser
oleh
penjualan hasil
produk pengusaha kasur kapuk. 4. Mengatasl Kesulitan Bahan Baku Sulitnya memperoleh banan baku kapul< randu perlu mendapat perhatlan pemerintah. Upaya peningkatan mutu produk tentu akan 11
Usaha lr.ecil umumnya dijalankall den~ pola «one Mao Show¥, pe11c.ttatao 'l.c:uangau dilskukan secara lrtldisioMJ,dan belllm lid.a mll!lajeme11pengclo!Mn secara ra1>i. -(IllCl)unt\ Jr.Teguh Prijanto (Ka~ie Industri Kimia clan Anaa Disperind~ Kab. Larnpung Timur) 12 Ptndap81 dari Bepalc Edy Susilo, Kasie Ll!bang Dlsperindagkup I
53
sla-sia jlka tetap
mempertahankan
penggunaan
ooto«
sebagai
bahan pengisi kasur. Para pen9u$Sha industri kedl kasur kapuk mernpunvai 3 (tiga) kegiatan utama yang perlu dilakukan, yaitu:
1. Pengembangan Produk Perlu ada usaha untuk mengembangkan produk dengan berbagai ragam motif dan variasi.
Dengan motif yang lebih menarik tentu
akan menarik minat kelompok ekonomi menengah ke atas untuk menggunalcan kasur kapuk. 2. Penlngkatan Kualltas Produk dan Labeling Variasi motif tentu harus dibarengl dengan peningkatan kualitas produk secera kcseluruhan, baik itu kain penutupnya, bahan ISinya, maupun penggenderan kainnya, dan dlbarengi dengan pemberian label/merk pada ttap-tlap produk untuk membedakan produk naptlap pengusaha. 3. Peningkatan Ketrampilan Tenaga Kerja Untul< meningkatkan mutu produk tcntu dlperluken peningkatan ketrampilan
tenaga
maupun pengisi
Jtu pekerja penggender kaln Pola shan"tfg dengan saling rnernbaqt
kerja,
kapuk.
balk
k~trampilan antar pekerja dapat dlterapkan. Sementara
dari
pihak
Perbankan
I
Lembaga
Keuangan
mempunyai 2 (dua) kegiatan, yaitU: 1. Kemudahan Pinjaman Modal Modal diperlukan
olen
pengusaha
kasur
kapuk.
untuk
lebih
mengembangkan usahanya. Saik itu digunakan untuk menarnbah jumlah tenaga kerja atau armada pengangkutan seperti mobil pick· up untuk memperluas wilayah pemasaran.
2. Kredit Usaha Kecil Kredit usaha kedl leblh dimaksudklln untuk pengembangan usaha yang sudah ada maupun ~I yang sedang merintis usana dan memerlukan modal.
64
Sedangkan
dari kalangan
Mitra Usaha mempunyai
2 (dual
kegiatan, yaitu : 1. Adaptasi Teknologi Produksi Kesulitan mempero\eh nanan balcu sebenarnya sudah btsa diatasi oleh para pengusaha kasur kapuk dengan memanfaatkan Jimbah tekstil
yang kemudian
diolah dengan
perontok gabah) dengan menamt>ah
memodifikasi tieser (atat pisau-pisau panjang. Tetapi
sayangnya kasur berbahan isi oplok hasil olahan tersebut kurang diminati
masyarakat kalangan menengah ke atas.
Sementara di
Kabupaten Pati Jawa Tengah sudah ada pengusaha yang mampu membuat kapul< sintetls dengan telmologi yang leblh maju. Jika teknologi lni dapat d\adaptasl oleh para pengusaha kasur kapuk di Lampung Timur tentu akan mengurangi kendala kekurangan bahan baku sekaligus meningkatkan mutu produk.
2. Perluasan Kerjasama Usaha Slstem bapak angkat menurut beberapa pengusaha dlyakinl akan mampu mengembangkan
usaha kedl kasur kapuk dl Kat>upaten
lampung Timur. lika ada pengusaha dengan kemampuan
modal
leblh besar memberlkan order dengan motif yang leblh vartatlf, ditambah
pelatihan
ketrampllan kepada para pekerja termasvk para
penggender kain, tentu akan menjadikan usaha kecil kasur kapuk ini teblh maju can berkembang. Pada level 4 diberiKan dlmungkinkc:m
3 (tiga) alternatif skenarlo yang
dalam upaya peningkatan dan pengembangan usaha
l<ecil kasur kapuk, yaitu:
1. Pengembangan Usaha Pengembangan
usaha dalam pengertian kemampuan rnengelola
kegiatan usaha kasur lcapuk Jebil\ besar. Bagaimana menambah jumlah produksl per hannva, yang berartl juga menambah jumlah tenaga kerja. Kemudian dllkuli dengan penambahan jumlah tenaga pemasaran (penjaja keliling seoeoa dan motor) serta menambah armada mobil pick-up. Dlfkuti pula dengan manajemen usaha yang
65
lebih rapt, d1 mana setarna in\ rata-rata pengusaha kasur kapuk dengan pendidikan yang
relatif
rendah
hanya
menerapkan
manajemen usahe secara tradisional.
2, PengembanganProduk l.ebih Variatif Motif dan vanast produk lndustrl kecil kasur kapuk sebenarnya dapat lebih dikembangkan lagi dengan mengikuti trend di pasaran. Karena selarna ini hanya memproduksi kasur kapuk, bantal dan guling dengan motif konvensionaL Padahal banyak sekali motifmotif dan variasi menarlk tetapl selama lnl belum pernah dicoba diproduksi. Hal ini terkendala ketrampilan tenaga kerja yang masih terbatas membuat kasur korwensional, dana yang terbetas, serta pasar yang belum terbuka seperti di kota-kota beser yang terdapat mal-mal
besar
yang
menjual
vartasl
produk-produk
olahan
berbahan baku kapuk, sepertl mlsalnya : bantal tenun, bantal santat, bantal kursl slwlr, dan bantal Jantal. 3, Produk Berkualitas Ekspor Kasur atau varian produksl lafnnya yang berbahan baku kapuk murnl memlllkl pentandra)
potensl untuk dlekspor. Slfat kapuk randu (celba
dengan serat-serer
kapuk. yang
blla
dlllhat
dengan
mlkroskop tampalc bagal plpa bundar yang begltu hal\lS dan berolndlng tlpis yang mengandung lllin. Dengan kondisl serat yang demlklan, sifatnya menjadl etestts, berdaya apung di air, serta mampu menahan keluar masuknya nawa panas maupun dlngln.
Sehlngga blla sudah
diproses menjadi kasur dan dipakai pada malam hari / cuaca dlngin menjadi hangat, sedang bila dlpakai pada musim kering tidak terasa penas."
Beberapa negara Eropa seperti Spanyol sangat menyukai
kasur dengan bahan baku kapuk. Beberapa pengusaha kasur kapuk di Kabupaten Pati pemah mendapatkan pesanan dari Spanyol untuk membuat kasur kapuk dengan spesifikasi dan stander tertentu.
u .Beda Klll!Ur Spanyol Dtmgan Kasur KapUk RandlL Harian Komi>as. Ruhn!: E.konomi. Scniil, 29 Juli 2002. b!!p:/!www. kompllll.COrnJimsU• kl!il!!ll.:'
66
Masa Depan Pent;embangan Industn Kecil Kasur Ka;iuk
level l TuJUall
1 Pem'!:nntah
le'1el 2
Pengusaha Kasur Kapok
taten
Pelak11
Lam Tim
Pengembangan
-
11<11m usana can kelembagaan
I
...
51mbin9an dan Pelat1han Serta
f-
::;tandar Mutu
-
Promo.;I prnduk dan i>emasaran
Mitra Usaha
Perbar~n/
Lernba9a Keua19an
Peoga"nbangan pmduk
-
Kemudatian Pinjaman Modal
Pen 1 ll!)kolall
-
Kredit Usaha Kec:il
Kuali\.>s Pn>dUlt een labelln!I
-
-
MaptaSI
Teknolog1
P-odul<SI
PerluMal\
K•'J4••ma Usaha
Per llllQlalt8n Ketrampjan
Tef189i1~
MengataS1 Kesul1tan
Bohan Baku
I
I t..evet· 4
5kenario
Pengembangan
PefM}emba119an Produk Lebh Vanabf
Usaha
I Produk Berkuatitas Ekspor
L--
Gambar 4.1
Hirarki ForwardProcess
67
4.2.2 Hirarki Backward Hirarki Backward Process dari pengembangan industri kasur kapuk terdiri dari lima level. hirarkl
l<ecil
Level pertama adalah tujuan
(Goal) yaitu Pengembangan industri kec:il fca:surkapuk
yang diinginkan
dlrriasa mendatang.
Level kedua merupakan
skenario-skenarlo yang diinginkan di masa depan yang mana level ini diasurnsikan sama dengan level terak.hir darl forward process. Level ketiga merupakan masalah-masalah akan
menghambat pencapaian
yang diperkirakan
skenario-skenario
yang diinginkan.
Berdasarkan hasi\ identifikasi lapangan, wawancara dengan berbagai sumber seperti : pengusaha kasur kapuk, para pekerja (penggender, pengisi, dan penjual kasur kellllng)
dan dfskusl dengan pegawal Dinas
Perindustnen, Perda9angan dan Koperasl Kabupaten Lampung Timur
sorta wal
perl<embangan
lndustri
keen kasur
utama
kapuk lnl.
Masalah-masalah tersebut antara lain: 1. Kurangnya Modal Pada umumnya
perusenaen
usaha kecil merupakan usaha perorangan atau
yang sifatnya tertutup,
yang
mengandalkan
pada
modal darl sf pemllik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal plnjaman darl bank atau lembaga lceuangan lainnya juga dengan nilai yang terbatas, karena bank menerapkan kehati-hatlan dan
proporsionalitas
delam
memberikan
pmjarnan
uang
berdasarkan rasio kemungkinan pengemballan plnjaman oleh unit usaha kecll. 2. Kesulitan Bahan Baku Kapuk Pohon randu sebagai penghasil kaouk randu terutama di Lampung tumbuh secara liar dan ttdak dibudidayakan, kebanyakan sebagai tajar lada atau tumbuhan penegak untuk rambatan tanaman lada, Sementara mengapa
sifatnya
yang tldak menyerap
air sebaqal faktor
pohon randu tidak dlbudidayakan. Berbeda dengan di
daerah Pati Jawa Tengah yang sudah dibudidayakan dan varietas
68
pohon randu yang ditanam berjenis unggul dengan ukuran buahnva besar, pononnva pendek, bijinya sedikit, kapuknva kering sehlngga tidak perlu terialu lama dijemur, dan ketilca sudah kering tidak pecah. Sementara kapuk randu di Lampung seperti kapuk randu umumnya yaitu buahnya kecil, pohonnya besar, oan ketika kering pecah sehingga
kapuknya
harus
dijemur
lebih lama dipanas
konsumen pengguna
produk usaha kasur
matahari. 14 3. Kualitas Produk Rendah Selama ini rata-rata
kapuk L.ampu!'lg Timur adalah golongan menen911h ke bawah. Hal fnl dlsebabkan
kasur produksi Kecamatan
Batanghari Kabupaten
Lampung Timur berbahan isi optok; atau carnpuran oplok dengan kapuk.
Kecuall ada pesanan dari pe.rorangan atau toko untuk
memakal kapuk
murni,
tetapi dengan harga jual mahal karena
banen baku kapuk sangat sulit dlperoleh dan mahal harganya. Sehlngga konsumen
dari golongan menengah ke atas lebih marnllth
kasur busa atau kasur pcgas. Padahal kasur dengan bahan baku kapuk leblh sehat serta lebih nyaman. 4. Kurangnya Tnovasi Pengembangan Motif Produx Rata-rata para pengusaha l<.asur kapuk di Kecamatan Batanghari Kabupaten
Lampung Timur hanya memprbduksi kesur dan bantal
konvensional
"yang bentuknya ttu-itu Sd}aN (umumnya kasur tldur
atau bantal guling biasa yang umum dipakai orang kebanyakan). Mereka
tidak
atau
belum pemah
meneoba rnelakukan inovasl
dengan variasi motif tert:entu yang lebih menarik. Keterbatasan ketrampilan tenaga kerja (mulai dari penggender hingga pengisi) dan ditambah kekhawatiran pengusaha kasur akan sulitnya menjual dipasaran menjadi kendala utarna. Level keempat adalah pelaku-pelaku yang berpengaruh dalam pencapalan skenario, di mana pelaku pada backward process tersebut sama dengan dengan pelaku yang ada pada level dua forward process. " Hasil V.'\\wtmCl!11 dengaa Pllk Sammin, "Bat•ngbari Kabupa~n LampW\g Tintur
an.anpcng~
kasur kop<1k di \;Qcomatan
69
Para pelaku lni diharapkan dapat bertan9gun9jawab terhadap masa depan
subsektor
ini
dan
mempunyai
kemampuan
dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang d1hadapi. Pada le\lcl terakhir yaitu level lima berisikan kebijaksanaankebijaksanaan yang diang9ap mampu masalah yang aca sekaligus Oalam hal
ini, terdapat
pengembangan
mencapai skenario yang diinginkan.
4 (empat)
industri
da/am mengatasi masa!ah-
kedl
kebijaksanaan utama
kasur
kapuk.
dalam
Kebijaksanaan-
kebljaksanaan tersebut antara lain: 1. Pembinaan Usaha dan Peningkatan Ketrampilan Kebijaksanaan ini
dilakukan untuk mengembangkan usaha keci!
melalui pembinaan usaha yang intensif dalam berbagai aspek
(manajerial,
teknis,
motivasi,
pernasaran)
dan
memberikan
pelarihan meningkatkan ketrampilan para pekerja. 2. l<emudahan Bahan Baku Kapuk Kebijaksanaan lni dimaksudkao
untuk memudahkan
pengusaha
mendapatl
mengimpor kapuk dari Jawa,
membuat kapuk slntetis, dan membudidayakan pohon randu. 3. Pengembangan Kemltraan dan Koperasf Dalam hal pengembangan usana mitra usaoa dianggap mempunyai
paran penting terutama mitra usaha yang memilik! modal kemudian mempunyai
akses
pasar
memberikan
order dengan
kualitas
tertentu dan motif tertentu dltambah dengan pelatihan ketrarnouan kepada
para pekerja.
Sementara d~ngan usaha yang sudah
berl<embang sepertl sekaranq dan jumlah tenaga kerja yang besar, sudah sepantasnya dibentuk koperasi bagi para pekerja kesoren. ss 4. Perluasan Akses Pasar Pasar produk yang teroatas d1 mana penjualan umumnya dilakul
sistem "door to door".
" Menlll'UI Pale Saturn in dan Pat S~ (pmgusaba .ktsur kaput) ciLH:ila memben!Ulc lmperasi yang dipenurtukkall tenu13ma bagi para peketja kasa.' slJdah sejalclama, tmpi terke<1dala SDM ~gtendah.
70
Sementara witayah
oernasaran pun masih rerbatas
di sekitar
Lampung dan somarera Selatan. Pasar Jawa (terutama Jakarta) yang cukup potenslal selama ini dikuasai kasur produksi Pati Jawa Tengah,
5. Modifikasi Produk Kebijaksanaan ini bertujuan agar produk usaha kecll dapat lebih bervarlasl,
Sehing9a
tidak
hanya
kesur
dan
bantal
guling
konvenstonet yang diprcduksi tetapi jenis-jenis kasur dan bantal gullng yang lebih menarik lainnya. Leval ,G9al
i·
Pen9emban9an [ndustrl Kecrl Kasur Kapuk
I
I Pen9emba11gan Level
2 .
Pengembanoan l>roduk Leb•ll Vllriat1f
U$aha
~f'l!IYI()
• l(eqd<)t.l.
K~ulltan ~hM Bal<•
Kurangnya Modal
I
motif produk
Rendah
I Pcngusaho Kasur
-
Kapuk
1-'erb&nkan
-
'-
I Kebl)aksariaari
pengemt>angsn
l
lbmTu'n
Pernb1naan Usoho l\
K.ureingnya 1novas•
l
gepuk
~emerintah Kobul)6ten
l.<>V!'I S
El<spor
-
I Lelfel 3
Produk Berkul!lllt&s
peuiogkatan ket/ilmpllan
I
Mitra
usana
.__
I 1
Kernudahan B•h•n Daku Kaput
PQngemba-
Perluasan
K~1n1traan
Pasor
ngan
dan KoperaSI
Akses
I
I
Mod~ikao1 Prodttk
Gambar 4.2 Hlrarki Backward Process
71
4.3
Penyusunan Kuisioner Persepsi expert
dijaring
melalui pengisian kuisloner yang
dijadikan data primer dalarn analisa. Kuisioner disusun berdasarkan struktur
hirarki
yang
telah
disusun
terlebih
dahulu
dengan
membandingkan masing-masing elemen secara berpasang-pasangan. Masih ada kelernahan pokok penqurnpulan responden ml, karena pilihan yang kaluar akan didominasi oleh seseorang.
Guna mengatasi
kesulltan teknis penyaringan data tersebut dllakukan penyampalan langsung
kutsloner
beserta
penjelasan
yang
dlperlukan
kepada
responden. Menglngat kesibukan para responden, maka penglsian kuisloner dllakukan secara terpisah. ekurst
dengan
dllakukan
tlngkat
penglslan
Agar mendapatkan hasil pengisian yang mkoststenst
kulsloner
yang
rendah,
terleblh dahulu
maka
dibertkan
tentang tata cara atau prosedur penglslan kulsloner. penglslan
kulsloner,
penelltl
turut mendamplngl
sebelum penjelasan
Dalam setiap
responden
untuk
memastlkan bahwa responden mengertl prosedur penglslan dan materl pertanyaan. Tlngkat pendldlkan yang berbeda juga tnenjadl kendala dalam memberlken penjelasan pengislan kulsloner. Pengusaha kesur kapuk umumnya berpendldlkan
rendah, tetapl memlllki pengalaman
leblh
dari sepuluh tahun dlllam bldang usaha kecll kasur kapuk. Oleh karena itu sebelum rnelakukan
pengisian
kulsloncr
tcrlcblh dahulu dlajak
berdiskusi tentang usaha kecil kasur kapuk. Sehlngga setelah persepsi sl pengusaha kasur sudah terbentuk, baru masuk ke dalam pengisian kuisioner.
4.3.1 Penentuan Responden Pemillhan responden dalam
AHP dllakukan
berdasarkan
pertimbangan bahwa responden adalah pelaku baik indlvldu atau lembaga yang dfanggap mengertl permasalahan yang teriadl dan mempunyai kemampuan dalam pembuatan kebijakan atau memberi
72
masukan
kepada
Pengusaha
Kasur,
dan
para
pengambil
Perbankan/
Masyarakat.
kebijakan
yaitu
Lembaga Keuangan,
Pemilihan
expert
didasarkan
Pemerintah,
Perguruan
pada
Tinggi
penguasaan
mereka tcrhadap masalah yang sedang dicari strategi kebijakannya. Sementara penentuan jumlah expert yang disyaratkan sebagai personal yang memberikan sangat relatif.
Satu
penllalan pada kulstoner AHP sebenarnya
expert yang benar-benar
orang
menguasai
permasalahan bisa saja memberikan hasil penilaian yang lebih baik dibanding
yang jumlahnya
permasalahan. penilaian
lebih
menguasal
Namun apabila respondennya tertalu sedikit, blsa saja
yang diberikan bias maka basil analisa keseluruhan menjadl
kurang baik. jumlahnya
Untuk menghindarl
hal tersebut expert yang dipilih
tidak terlalu sedlkit sehingga apabRa ada pennajan yang
agak janggal dapat dlnetralkan expert.
banyak tapi kurang
Pada penelitian
ini
dengan penilaian rata-rata sejumlah
jumlah expert yang diminta
pcnilaian
tcrhadap kuisioner AHP sebanyak 12 orang, dengan rincian seperti pada Tabet 4.1
Tabel. 4.1
Daft.ar Responderi AH P
Responden
No 1
Kepala
Seksi
Penelitian
Dinas Perindustrian,
dan
Unsur Pengembangan
Pemerintah
Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Lampung Timur
i
Kepala
Seksi
Industri
Kimia dan Aneka Dinas f>emerlntah Perdagangan Koperasi dan
Perlndustrian,
Kabupaten Lampung Timur
3
Kepala Bidang Pengendalian Bappeda Kabupaten
Pemerintah
Lampung Timur 4
Staf
Sub
Bag!an
Pengembangan
BagIan
Pemerintah
Perekonomian Setdakab Lampung Timur
73
s
......... . ". -· ..... -, .... Sekretaris Badan Promosl dan Investasi Daerah Pemerintah (BPID) Kabupaten Lampung Timur
.
..........
6
Ketua
Arisan
Kecamatan
Pengusaha Kecil Kasur
Batanghari
Kabupaten
Kapuk Pengusaha
Lampung
Kasur
Timur 7
Anggota Arisan Pengusaha Keel! Kasur Kapuk Pengusaha Kecamatan
Batanghari
Kabupaten
L.ampung Kasur
Timur (pengusaha kasur kapuk dari golongan muda) 8
Penjual Keli ling Kasur Oengan Sepeda Motor
Pekerja usana Kasur
9
l
10
Bagian Unit Usaha Koperasl Slmpan Mutiara
Mandiri
Kecamatan
Pinjam
Lem bag a
Pekalongan Keuangan
Kabupaten Lampung Timur 11 -·· .
12
..
Kepala Desa Banjarrejo Kecamatan Batanghart
Masyarakat
kabupaten L.ampung Timur Dosen STKIP PGRl Metro Kabupaten L.ampung Akademisi Timur/ Aktivis Perempuan Masyarekat
I
4.3.2 Slnten Hasil Hasil penglslan kulsloner dihitung
dengan metode st.atistik
menggunakan rata-rata dari seluruh hasil kuesioner yang dlsebarkan pada expert. Dalam penelitlan ini digunakan dua macam peratarataan, yc:ing pertama pada forward process dengan mencart rata-rata darl seluruh unsur responden, sehingga diperoleh penllalan gabungan. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai rata-rata seluruh unsur inl ada/ah:
74
Yaitu : a., = penilaian gabungan (penilalan akhir) a1
""
penilaian reta-reta responclen (skala l/9 - 9)
n ;: banyaknya responden Kemudian pada backward process di hitung rata-rata pada setiap unsur responden.
P.alam penelltlan
ini responden menjadi 4
unsur, yaltu pemerintah, pengusaha, perbankan, dan masyarakat. Hasll reta-rata lni yang l<emudlan dijadikan sebagai hasil skala akhlr pengislan
kuestoner.
Anglea rata-rata lni yang dlolah datarn
perhitungan dengan menggunakan Edition yang akan dibahas
Soltw11re Expert Choice 2000 2nd
kemudlan
mendapatkan haslt yang dlharapkan,
dalam penelltlan
lnl.
untuk
dllakukan anallsa sensltlvltas
terhadap hasll prrontas, dengan cara trial dan error pada maslngmasing
faktor.
Melalui
kecenderungannya
analisa
sensit!vitas
lnl
dapat
dlllhat
sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap
pergeseran prtorkas. 4.4
Hasil Analisa dan Pembahasan
4.4.l Analisis Model Proyeksl (Forward Process) Berdasarkan
hasil
pengolahan
data pada
model forward
process, jlka dilihat .dart angka Inronsitency Index, dimana lndeks lnkonsistensinya sebesar 3%, sehingga secara keseluruhen semua responden memberikan persepsi dengan tingkat konsistensi yang baik, hal inl dltandai dengan angka indek inkonsistensinya pada taraf yang wajar yang bernilai dibawah 10%. Pemerintah
Daerah Kabupaten Lampung Timur
pada
forw11rd process dlanggap pelaku yang memililci prlontas paling tlnggl dalam pengembangan industri kedl kasur kapuk dimana dalam hal ini dlwakl/i
oleh
Dlnas
Perlndustriilll,
Perdagangan
dan
Koperasl
75
(Disperindagkop),
yang merupakan leading sector dari subsektor inii
dengan bobot (0,372). SElama ini memberikan industrl
Pemerintah
perhatian
Kabupaten
Lampung
terhadap perkembangan
Timur
belum
dan pertumbuhan
kecil di Kabupaten Lampung Tlrnur. Padahal industri
kecil
memiliki potensi alamiahnya yang besar dalam rnemben andil bagi penvelesalan masalah kesempatan kerja. Sebagai kabupaten baru, Lampung
Timur
seharusnya
lebih
memberikan
perhatlan
besar
terhadap pertumbuhan industri kecil di daerah ini. Pada level tiga kegiatan dengan prioritas utama yang dilal
bobot {0,127). dan
standar
Kegiatan penting lainnya adalah blmbingan pelatlhan mutu
dengan
bobot
sebesar
(0,109).
pengembangan lklim usaha dan kelembagaan pada
Kegiatan
prlorltas ketlga
dengan bobot sebesar (0.098). Sedangkan keglat:an dengan prloritas terakhlr ada1ah mengatasl kesulltan bahan baku kapuk dengan bobot
sebesar (0.039). Selama lndustrt kecll dllakukan.
lnl di
keglatan
untuk untuk
Lampung llmur
mempromoslkan
memang
maslh
belum
produk sering
Badan Promos! dan Investasl Daerah (BPID) Kabupaten
L.ampung llmur leblh memprioritaskan pada promos! potensl lampung Timur yang blsa menarlk Investor besar. Padahal blla usaha kedl menengah dlberll@n pembinaan oleh Pemerintah Ki!l:>VPaten juga akan bisa menghasllkan devisa seandainya produk ya.ng dihasilkan mampu
di ekspor. Pengusaha industri kecil
menempati urutan kedua pelaku
d!llam pengembangan tndustri kecil kasur kapuk dengan bobot sebesar (0.333)
dengan keglatan pengembangan produk sebagai kcglatan
utama
dengan
bertujuan
agar
bobot
sebesar
pengusaha
(0.175).
kasur
kapuk
Pengembangan lebih
varlatif
protluk dalam
mernprodukst hasil usahanya. Selama ini produk yang dlhasilkan hanya berupa kasur, bantal-guling
dengan motif sederhana, tfdak pemah
76
terfikirkan oleh para pengusaha untuk memproduksi dengan motif atau vartast yang lebih menarik sehingga mampu menarik pangsa pasar jauh lebih besar. Peran pelaku
Perbankan/ Lembaga Keuangan berada pada
prioritas ketiga dengan
bobot sebesar (0.183).
Peran perbankan
I
lembaga keuangan sangat penting dalam penyaluran kredit bantuan modal
bagl
usaha
kedl
dengan
kegiatan
utama
Kemudahan
Pinjaman Modal dengan bobot sebesar (0.160). Pelaku ssbesar
Mitra Usaha pada pliOritas terakhlr
{0.111).
Prioritas
kegiatan
utamanya
dengan bobot yaitu
perluasan
kerjasama usaha dengan bobot sebesar (0,068). Peran mitra usaha dalam hal lnl penggenderan kein masih dianggap merupakan baglan dari proses usaha pembuatan kernitraen rnelelaui
kasur kapulc iru sendlri.
sistem bapak angkat
mungkln
Program
perlu dilakukan
untuk memperluas dan mening~n usaha keel! kasur kapuk. Dengan memperhatikan
keadaan yang ada sekarang dimana
kegiatan promos! produk dan pemasaran merupakan aktivitas/kegiatan utama, make diharapkan industri kecil kasur kapuk dalam lima tahun mendatang
dapat
Hengembangkan Usehanya sebagal skenario
utama dengan mengelola kegiatan usaha kasur kapuknya rnenjadl lebih besar. Di mana jumlah produksl per harinya dapat ditingkatkan, yang berartl juga menambah jumlah tenaga kerja. Kemudian diikuti dengan penambahan
jumlah tenagt1
pernasaran (penjaja
kellllng
seoeda dan motor) serta menambah armada mobil pick-up, diikuti pula dengan manajemen usaha yang Jebih rapl. Disamping skenario utama tersebut, skenario
\ainnya yang
menjadi harapan dalam pengemtµingan im;lustri kedl kasur kapuk ini acaleh Mengembangkan Produk L.ebihVariatif. Meskipun menurut beberapa pengusaha
kasur skenario tersebut adalah skenario yang
pesimistis karena mereka mengganggap bahwa rata-rata pengusaha kasur sudah cukup puas dengctn kondlsf usahanya seperti sekarang inl. Apalagi bahan baku kapuk mumr sangat sullt dlperoleh, seandainyapun
77
memproduksi kasur atau jenis lainnya seperti bantal guling dengan model yang lebih variatif dan menarik jika temp mcnggunakan bahan pengisl oplok akan tetap kurang diminati kalangan menengah ke atas. Sementara skenario Prociuk Berkualitas Ekspor merupakan prioritas terakhir dalam pengembangan industri kecil kasur kapuk. Menurut Pak Satumin masih jauh untuk pengusaha kecil industri kasur kapuk di Kabupaten
berkualitas ekspor. kurangnya
Lampung Timur jika produknya ditlngkatkan
modal,
Kesulitan
ketrampilan
bahan baku kapuk,
dan
pekerja untuk memproduksi kasur dengan
standar ekspor masih merupakan kendala besar. Sehingga dari kerangka forward process tersebut dlatas dapat dlslmpulkan
bahwa
skenarlo
pengembangan industri kecil
yang
paling
realistis
dalam
kesur kapuk llma tahun mendatang
adalah "Pengembangan Usaha"', yaitu kemampuan mengelola
kegiatan usaha kasur k•puk lebih besar dengan manajemen yang leblh rapi.
78
Masa Depal'I f>en9emban9an lndustri Kec1( Kasur Kapu
Lever 1 Tu1uar.
I
I
l(abupaien I.am Tim 0,372
Pen9embangan rkllm usaha oen kele-nbeg..an
~
0,093 &mblngM dan relabhanSerti>
uvel 3
Keg Iatan
r-
ShndorHutu
,_
0,109
,...
t>romosi
Pemaiiaren 0,127
-
-
Pengembangan produk
-
0,111
I Kemudahan PlnJaman Modal 0,16
Penlngkatan
Kredil Usaha Kec1I
KuaUtas Produk tldfo 1.abeilng
-
Adaptaso Tel<nologi Produl<sl
0,175
0,043
0,023
P!tnlngknan
ll:etntmp\lan
Tenaga Kelja 0,089
Menoatas Kesuhtan s..~an
Baku Kapuk 0,039
I Le'lel 4 Skenario
Mitra Usaha
0,183
0,069
orodukdan
I
l'>ort>an""'1/ L.embaga Keuangan
I
I -
-
Pengu~ciha Kasur KaptJk 0,333
Pemerlnt&h
Level 2 Pelaku
l
I
I
Pengembang
Pengembongon
ProOuk tebih Varlatll
Usaha
0,540
·-
Produk Berkualitas
0,290
Ekspor 0,173
.. ···~
Gamba.. 4.3
Hasil Slntesa Akhir Forward Process
79
4.4.2
Analisis Model Perencanaan (Backward Process) Serdasarl
pengotahan data pada model backward
process per unsur responden, jika dilihat dart angka Inconsit:ency Index, dimana
indeks
inkonsistensi
seluruhnya
di bawah
10%.
Sehlngga secara keseluruhan semua responden memberikan persepsi dengan tingkat
konsistensl yang baik. Secara lebih lengkap hasil
persepsi masing·maslng responden disajikan dalam tabel 4.2.
Tabea4.2 H•sll Sintesa Akhir Backward Process Prioritas overall Inconsistency
Slntesa uloru.f Dart Unsur Res ncneen Pemerlntali Pengus aha Perhanl
0.01
0.04
0.07
0.610
0.252
0.689 0.208
C).51$
0.227
0.491 0.372
0.139
0.L04
0.207
O.L38
0.5S7 O.J79
0.643 0.J.66
0.554
0.498
0.161
0.103
0.104
0.063
0.123
0.08?
0.105
0.222
0.325 0.244
0.213
0.251
0.151 0.407 0.189
0.2.92 0.167 p,)04 0.230
0.265
0.438
0.132
0.151
0.
0.207
0.231 0.110
0.124 0.088
SKenano • Pengembangan usehe • Pengembangan Produk Leblh Variatlf • Prociuk Berkualltas Ekspor
il\•n11•N11
• Kurangnya Modal • K"91.1l1tan Pl)han Baku Kapuk • Kuallta~ Prociuk Rendah • Kurangnva Inovasi Pengembangan Motif Produk
0.237
0.2J8
Pei.ak&l
• • • •
Pemde Pengusatia Perbankan Mitra usana
KeblJakiiil ··
0.161
0.142 ..
0.185
0.4,3 0.11l
- ...
• Pemblnaan Us.aha &. 0.377 0.414 Peningketan Ketrampilan • KemudahanBahan Baku 0.180 0.128 Kap!-Jk • Pangembangan 0.239 0.228 Kemitra<1n&. Koperasi • Perluasan Akses Pasar 0.126 0.118 • Modlnkasl Prociuk 0.077 0.106 Sumher: llG$U pengvlah<J11 data anallsa per W13W' ruponden. 1007
80
4.4.2.1 Prioritas Skenatio Pada Analisis
Bad<ward Process, skeneno yang dipakai adalah
sama dengan
skenario pada Forward Process, Sebagaimana terlihat
dalam tabel
4.1,
mayoritas
responden memilih
Usaha sebagai
skenario
mengembangkan
industri kecil kasur kapuk. Terlihat dari tingginya
bobot yang diberikan dan Masyarakat
yang
aken
Pengembangan
dilakukan
oleh Pemerintah (0.610},
(0.491).
sebagal
Pengusaha (0.689)
Namun unsur Perbankan lebih menyukai
skenario Pengembangan Prociuk Lebih Varlatif sebesar {0.515). pilihan
ini
Alasan yang dikemukakan
adalah,
pro
")ika lcblh
luas
pengusaha
variatif
dan
menengah ke bawah
bertambah
Pengembangan
usaha
seperti yang diungkapkan bahwa rate-rata
hari ini dapat menjual memproduksi seluruhnya.
lebih
dari golongan
menengah
ke atas,
mutu produk. lebih
alasan
menyukai
yang sangat
dalam wawancara
para pengusaha
mengembangkan
tidak hanya
kasur
dengan
pihak Perbankan atas
mampu
tetapi juga golongan
pengusaha
dengan bobot
maka pangsa pasar produknva
dengan catatan dllkuti peningkatan Unsur
upaya
skenario sederhana,
dengan Pak Satumln
l.'asur berfiklr bagaimana mereka
semua pro
dari
hari
inl
serta
laku
ter.)ual
Sementara, unsur pemerlntah, pengusaha dan masyaralcat lebih menyukai
Pengembangan Prociuk lebfh Vartatif sebagal prtorttas
kedua dengan
maslng·masing
bobot unsur
Pemerintah
(0.252),
Pcngusaha (0.208), dan Masyarakat (0.372). Hal ini dielasari anggapan bahwa ketrampllan membuat kasur pe.n9emban9an untuk
konvensional.
masih
Sehingga
rendah, sangat
hanya sulit
terbiasa
melakukan
produk yang lebih variatif, kecuali adanya pelatihan
meningkatkan
perbankan
para pekerja
memilih
dan
menambah
skenario
ketrampilan.
hngemba!lgan
Sedangkan
Usaha
sebagai
alternatif kedua dengan bobot sebesar (0.227).
81
4.4.2.2 Prioritas Kendala Untuk
mencapai
skenario
di
atas
terdapat
permasalahan utama yang perlu mencapetkan perhatian.
beberapa Masalah
yang sangat dirasakan mendesak dan clapat menghambat keberhasilan pengembangan
industri kecil kasur kapuk adalah
masalah masih
Kurangnya Permocbilan yang dlmlliki oleh usaha kecil kasur kapuk, Semua resoonden memillh masalah kurangnya modal s'lbagai masalah utama yang harus dlselesail
dengan bobot dari unsur Pemerintah
{0.537),
(0.643),
pengusaha
masyarakat {0.498).
kasur
pert>ankan
(0.554),
dan
Masalah permodalan merupakan masalah klaslk
yang umumnya dlhadapl oleh usaha skala kecil.
Kurangnya akses
subsektor ini terhadap aspek permodalan menyebabkan tert>atasnya kemampuan mereka mentngkatlcan skala usahanya. Hal lalnnya juga adalah kecilnya output dan modal usaha yang tldak terpisah dari keuangan keluarga. Akibatnya profesionalltas usaha tidak tercapai.
Seperti
yang
pemah dlungkapkan oleh Ir. Teguh
Puj!anto, Kasie Industri Klmla dan Aneka yang menyebutkan "One M8n
Show• dalam lndustri kecil, di mana tldak ada pernlsahan enters keuangan untuk u~siha dan untuk kt=luarg.,, sehingga menjadl trdak Ietes
berapa keuntungan
yang
pengusaha hanya membukukan
catatannya secara sederha, seperti
kata Pak Satumin para pengusaha hanya mencatat berapa jumlah kasur yang dibawa penjual
keliling, berapa yang kembali, berarti
sejumlah ltulah yang faku dengan uang setoran sesuai harga dari pengusaha. Pemenntah,
Pengusaha
dan
Perbankan
memllih
kendala
Kesulitan Bahan Baku Kapuk sebagai priorltas kedua yang harus ditangani
dengan maslng-maslng bobot unsur Pemerintah (0.179),
Pengusaha (0.166),
dan Perbankan (0.237). Kapuk merupakan behan
baku utama dalam industri kedl kasur kapuk, meskipun pengusaha menyiasati sulitnya mendapatlahan baku kapuk randu murni ditambah
dengan harga
yang
mahal dengan menggunakan limbah
82
tekstil yang diolah kembali untuk dijadikan
bahan pengisi pcngganti
kapuk, namun mutu hasil produksi menjadi kurang bagus. Sementara jika tersedia kapuk raneu dalam jumlah banyak dengan harga yang terjangkau
maka
pengusaha dapat meningkatkan
mutu produknya
menjadi lebih baik dan memperluas pasar kepada kelompok menengah ke atas.
Sedangkan
Pengembangan
unsur masyarakat melihat Kurangnya Inovasi
Motif Produk sebagai attematif kedua dengan bobot
sebesar (0.222). 4.4.2.3 Priot'itas PeJaku Pelaku yang dianggap paling dapat mengatasi kendala-kendala tersebut diatas adalah Pemerintah Kabupaten Lampung Timur dan
Perbankan. Unsur Pemerlntah Kabupaten Lampung Timur memilih Pemkab Lampung Timur sebagai pelalw utama dalam mengatasi kendala-kendala
yang ada dengan bobot sebesar {0.323). Sedangkan
unsur Pengusaha,
Perbankan, dan Masyarakat memllih Perbankan
sebaqat pelaku
utama datarn
dengan
yang
bobot
mengatasi kendala-kendala
diberikan
oleh
maslng·masing
yang ada unsur
yaitu
Pengusaha (0.493), Pcrbankan (0.407), dan Masyarakat (0.304). Adanya Pemerintah
anggapan
pengusaha
kasur
kapuk
bahwa
Kabupaten Lampung nmur belum memberikan perhatian
terhadap perkernbanqan unsur
oleh
pengusaha
usaha kecil di Lampung Timur menjadikan
memilih
Perbankan
leblh
berperan,
terutarna
masalah kurangya modal. ~gitu ju~ alas{ln dart pihak perbankan dan rnasverakat. Pak SatumJn sebagal ketua ansan Kelompok Pengusaha Kasur Kecamatan Batanghari l
usahanya tentu dibutuhkan tambahan
modal, Meskipun selama ini para pengusaha kasur memlnjam modal dari BPR Eka Bumi Artha tetapi dengan jum!ah yang terbatas. Selanjutnya
unsur
Pengusaha,
Perbanlcan
dan
Masyarakat
memifih Pemerintah Kallupaten Lampung Timur sebagal prioritas kedua dalam
mengatasi
kendale-kendala
yang ada dengan bobot
moslng-masing sebesar Pengusaha (0.213), Perbankan (0.251), dan
83
Masyarakat
(0.292).
Sulitnya
mendapatkan
bahan
baku
kapuk
dianggap merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Lampung Timur. Betum dibudidayakannya pohon randu sepertrl yang dilakukan
di Kabupaten Pati sebagai sentra industri kaser kapuk di Indonesia seharusnya menjadi salah satu prioritas kebijakan Pemkab L..ampung Timur dalam usaha pengembangan industri kecil kasur kapuk. Tentu saja diharapkan adanya slnergl kebljakan antar dinas terkait, seperti antara Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dengan Dinas Perkebunan dan Kehutanan dalam pengembangan budi daya pohon kapuk randu.
4.4.:Z.4 Prioritas Kebijakan Pada level 5, kebijakan yang dianggap paling penting oleh semua reseoncen adalah Pembinaan Usaha dan Pentngkatan
Ketrampilan dengan masing-masing bobot oleh unsur Pemerintah (0.377), Pengusaha (0.414), Perbankan (0.265) dan Masyarakat (0.398). Selunuh responoen menganggap bahwa indutsri kecil kasur kapuk ini perlu mennapatken perhatian dan pembinaan darl Pemkab L.ampung Timur,
terutama
Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan
Koperasi. Sedangkan peningkatan ketrampilan mutlak dlperi1Jkan agar mutu produk yang dihasilkan men}adl lebih baik. Selanjutnya
kebljakan
Kemitraan
Pengembangan
dan
Koperasi dipilih sebagai alternatif kedua oleh seluruh responden dengan
masing-masing
Pengusaha (0.228),
bobot
oleh
Pcmerintah
(D.239),
dan Masyarakat
(0.207).
unsur
Perbankan {0.242),
Kemitraan selama lnl belum beljalan dengan baik eatam industri kecil kasur kapuk di L.ampung Timur. Kemitraan yang ada selama ini sebenarnya lebih merupakan rangkaian proses dalam industri
kecil
kasur kapuk itu sendiri, yaltu dengan penggender kain. Menurut beberapa pengusaha merska sangat senang jika ada pengusaha kasur berskala besar, dengan modal besar sorta mcmlllkl memberlkan order membuat kasur dengan motif
akses pasar
dan standar mutu
84
tertentu, ditambah dengan pelatihan kepada
para peng9ender kain
dan pekerja pengisi kapuk. Sementara koperasi dianggap penting karena merupakan wadah bagi para pengusa kasur kapuk sekauqus bagi para pekerja kasuran, begitu istilah Pak Satumin. Sebenarnya beliau bercita-cita mulia sejak lama mendirikan koperasl yang dikhususkan bagi para pekerja kssuren tersebut
dengan
bos-tos
kasur sebagal
anggota
pendtrmva.
Tujuannya agar koperasi tersebut bisa menyediakan barang-barang keeutuhen pekok bagi para pekerjanya dengan harga murah dan bagi
para pskerja blsa meminjam uang di koperasi tersebut dengan bunga yang sangat rendah. pendataan
oleh Dinas
Koperasl
tersebut juga bisa mempermudah
Perindustrian,
Pcrdagangan
dan
Koperasl
Kabupaten Larnpunq Timur. Hanya sepertl yang pernah dlungkapkan oleh Pak Satumln bahwa kurangnya SDM yang memadal
menjadl
kendala belum terbentuknya koperasi tersebut. Sementara kebljakan Perluasan Ak&es Pasar dipilih oleh unsur Perbankan sebegal altematlf kebljakan ketlga dengan bobot sebesar
(0.231).
Sedangkan
responden
lainnya
memlllh
kebljakan
Kem,.idahan Bahan ~ku K•puk sebagal altemf)tlf kebljakan ketlga dengan
maslng-rnaslng
bobot
oleh
unsur
Pemerintah
(0.180),
Pengusaha (0.126), dan Masyarakat (0.151). Unsur Pengusaha leblh memilih
Kemudahan Bahan
Baku Kapuk daripada Perluasan Akses
Pasar karena menganggap bahwa selama inl mereka rnerese teleh cukup dengan pasar untuk rnenjual produk mereka. Meskipun rnereka memiliki kelnginan agar pasar penjualan produk mereka bisa diper1uas lagl, tetapi semua itu tentu akan sulit jika mereka tetap menggunakan limbah tekstii sebagai bahan pengisi pengganti kapuk karena mutu produl< mereka tetap rendah dan kurang diminati kalangan menengah ke atas.
85
Level 1 Goal
Peagembangan Industrt Ke<:il Kasur
Level 2 Skenario
3 Kenelala Level
Be r'l
Lebih Va11at>I
Pn)duk
o,a10
I
Pro(luk
Pengembilngan
Pengembangan Usaha
Kapu<
0,252
0,139
-
.. Kesulftan
B;lh;>n Baku
Kurangnya Modal
Kapuk
0,537
Kualitas Produl< Rendall
pengembangan
0,161
o.iza
0,179
l(urangrrye lnovasi
rr6tif prodiJk
I Level4 Pelaku
I
Pemel1Jlta-
Pengusaha
LamTir.1
Kapuk
0,323
0,244
Ka ll'Jpaten
Perbankan
l
~
I leYel S
KeblJ•k.xi0<1an
Pembl""" n USlllha &
penlngkatan ketramp~an 0,377
kemudM!on
Pengembo-
KaptJk
Kemio-aan
-BMv
09"0 dan
0,180
Mitra
usaha
Koperas; 0,239
0,142
0.161
I
I_ PetlU»san Ak>es
Moc:llllkasl l'roduk
0,128
0,077
Pasar
Gambar 4.4 Hasil Sjntesa Akhir BackwardProcess U11aurl>emerintah
86
Pengemb<111gan Industr1 Kec1I Kasur Kapuk
Level 1
Goal
-· Level
2
Skenario
Usaha
Prociuk Lebill var1abr
0,689
0,208
ILevel3 Kendal a
Produk Berkuahtas
Pengembangan
PengembangaA
·--
0,104
Kesulililn
Kuahtas Produk
Bahan Baku Kapuk
Kurangllya
Modal 0,643
Ekspor
Kuran9nya
1nova$l
Rendah
perigemllangan mobf produk
0,103
0,087
0,166
I Level 4 Pelaku
Pemenntah Kabupaten f..amllm
I
Pengusaha Kasur
Perhankan
Mitra Usal\a
0,185
D,49J
0,111
Kapuk
0,213
I
L_
Level S Keb<jal<Sanaan
P~b1naan lJsaha &
Kemuclohon
pen1ng12tan
ea11~n Baku l
0,414
0,128
ketrempilan
...
Pengerma·
ngan
Kemitraan
dan
Kos><>,.,,sl 0,228
Petluasan Akses P'asar
McxHtlkaSI Produk
o.11s
0,106
Gambar4.5
Hasil Si1•t sa Akhir Backward Process Unsur Pengusaha
87
Le·1el l Goal
P«119embangan lndustri Keal Kasur Kapuk
Level 2 Sl<enario
p~
U$<>h
P.,ngem!>aogan Produl< Lebih Var1atlf
Proouk Berkualitas El<spor
0.227
0,515
0,207
I level3
Kenoala
.
-
1 Kualltas
Kal)UI(
Rendah
1novas1 oengemban~n
0,104
0,105
-8al
Kurangnya
I
Kurangnya
ICesulilan
Modal
0,554
Proauk
0,237
motlf pnlduk
I Level 4 P<:laku
Pemennlah Kabupaten
1..am11m
I
Pengusaha Kasur Knpuk
Perbankan
0,151
0,407
0,25l
Levels
l(eb1Jaksanaan
~nlngt
0,189
I
I Pembi11aon usaha I'<
Mitra Usaha
Kemuclallan
Bal>an Baku Kapuk
ketr.!rnpJl3n D,265
0,132 '--·
l'Sl'}emDa-
ngan K.emrtraan O..n Koi>era•r 0,24Z
Perluasan
Akses Pasar
0,231
Ho<11frkaS1 Prcdolt
0,110
Gambar4.6 Hasil Sintesa Akhir Backward Process Unsur Perbankan
88
Pengembangan Industrl Kecil Kasur Kap1.11<
Level 1 Goal
Level
2
Skenario
Produk
Pengembangan Usaha
Pe"!jeml:langan Produk l.l!bill Vanatrf
Berkualitas
0,491
0,172
O,l38
Ek.spor
.
I Level 3 Kendal a
Kesulit2lo
Kurangnya Modal
l
Dahan Baku kapuk
0,4911
Rendah
l
0,063
0,222
0,216
moor pmduk
I level4 Aollalcu
l'emenntllh Kabupoten
I
I Pengu$llhll
Kasur
umTim
Kapuk
0,292
0,167
Perbankan
Mitra
Usaha 0,230
j)..J!O'
I Level 5 KebiJoksanaan
PembJnaan
a
Usaha pcnongkalan ketrampllan
0.438
Kemudallan Ballon Baku Kapuk
0.151
Pengembangon
Kern1traan
dan
Ko~sl 0,207
l'erluasan Aklies
I j110d1Mlcasi Produk
Pasar
0,088
0,124
··-
Gambar4.7 Hasll Sintesa Akhlr Backward Process Unsur Masyaritkat
89
4.4.3 Analisis Sensitivitas Analisis sensitfvitas dapat dipakai untuk melihat sensitivitas dari prioritas,
apabila ada sedikit
perubahan
pada penilaian.
diharapkan adalah prioritas yang tidak terlalu
Yang
berfluktuasi, apabila
ada sedikit perubahan penllaian.
JJka dikaitkan dengan suatu periode
waktu maka dapat
dikatakan bailwil i!nalisis sensitivitas adillah unsur dinamls darl sebuah hirarki, artinya penil<Jian yang dilakukan pertama kall dipertahankan untuk suatu jangka waktu tertentu, dan jika ada perubahan kebijakan atau tindakan cukup dllakukan dengan analisis sensitivltas untuk
mellhat dampak yang terjact, 4.4.3.1 Analisis Sensitivitas Pada Forward Process Berdasarkan pengolahan data dengan Expert Choice 2000 2nd Edition
pada forward process dlperoleh hasil bahwa peteku utama
dalam pengembangan industri keen kasur kapuk di Kabupaten Lampung Timur adalah
Pemerlntah Kabupaten Lampung Timur
dengan bobot 0.372, sedangkan skenario yang dlpilih adalah pengembangan usaha dengan bobot 0.540.
----------------------··----Dynamic sensitivity for nodes below: Goal: Masa Depan Pengembangan lndustri Kecil Ka$yr Kapuk ~.2% ,...,,de (G; .172) [: ;;:;-:-:·;'~·: I 33.3%P-al>a
1.-... :. J
1,,-;.··· .· , .. L:.........:....
18.3%P,,.mnkan(G:
l
M-ll'Jt.Pet1gtmban91n Usaha
1111111111111111111rnnu111111111111111111mm 11111 m ~8.J%P°"9-'19"A
mmm
PtodukLeblhV•rl:oUt
.1831
r.::-...::J 11.Hr. 1111111'3 Usa~ IG:.111) D
Gambar4.8
Analisls Sensitivitas Pada Model Forward Process
90
Jika oiasurnsikan mana
pengusaha
prioritas sebesar (0.110)
terjadi perubahan cnontas peran pelaku di
kasur
menjadi
(0.598),
dan terakhir
prioritas utama
kemudian
pemda
(dengan
(0.225),
bobot
perbenkan
mitra usaha (0.067), ternyata tioak terjadi
perubahan yang menyolok pada alternatif skenario
yang diambil,
sebab Pengembangan Usaha tetao pada prioritas pertarna mendapat bobot terbesar (0.516),
kemudian
Pengembangan
Produk Leblh
Variatif (0.305). serta terakhir Produk Bef'kualltas EksPor (0.179). Dynamic s~nsttivlty for nodes ~Cow: Goal: Masa Depan Pengembangan !ndustri Kecil Kasur Kapuk 22. 5% Pemdl (G: ~~
Gambar4.9 Analisa SensitNitas Model Forward Process Dengan Bobot
Prioritas Tert>esar PeJalcuPengusaha Kasur
Dari hasil
simulasl
pa
process di atas dapat disimpulkan bahwa hirarki yang dibentuk untuk forward process kurang sensltif terhadap perubahan-perubahan pada elemen-elemen pada level dua dan empat.
Perubahan prioritas peran
pada pelaku manapun dan seberapapun besarnya, t!dak akan merubah urutan susunan prioritas skeneno, tetapl hanya merubah bobot pada maslng-maslng
skenario. Skenario
Pengemban9an
Usaha tetap
pada prioritas teratas dengan bobot (0.516), diikutl dengan skenarto Pengembangan Prociuk Leblb Yariatif dengan bobot (0.305), dan pr!orltas terakhir skenario Produk Berkualitas Ekspor dengan bobot
(0.179).
91
4.4.3.:Z Analisis sensitivitas
Pada Backward Process
Dari gambar 4.10 dapat dilihat
skenario
utama dari hasil
pengolahan data model backward process pada unsur pengusaha
adalah Pengembangan Usaha dengan bobot sebesar (0.689), kemudian Pengembangan Prociuk leblh Variatlf (0.208), dan yang terakhir Produk Berkualitas Ekspor (0.104), sedangkan kebijakan yang
diambil
adalah Pembinaan Usaha dan Penfngkatan
Ketrampilan dengan bobot sebesar {0.412), Pengembangan Kemitraan dan Koperasi (0.227), Kemudahan Dahan Baku Kapuk (0.132),
Perluasan
Akses Pasar (0.122), dan yang terakhir
Modifikasi Produk (0.108). Dynamic Sensitivity for nodes below: Goal: Pengembangan Kec:il Kasm- Kapuk
Gambar4.10 An~lisis sensitivitas Model Backward Process Pada unsur Pengusaha Dari gambar 4.11
dapat dilihat jika diasumsikan terjadi
perubahan pada skenario dimana Produk
Berkualitas Ekspor
menjadi b9bot utarna (dengan bobot prioritas sebeser 0.749), kemudian
Pengembangan
Usaha
(0.193)
dan
terakhir
Pengembangan Produk Lebih Yarlatif (0.058}. Ternyata tidak terjadi perubahan yang menyolok pada alternatif l<ebijakan yang diambil, sebab pembinaan usaha dan penlngkatan ketrampilan tetap mendapat
bobot
terbesar
(0.414),
kemudtan
pengembangan
92
kemitraan
dan koperasi
{0.225),
kemudahan
bahan baku kapuk
(0.133), dan yang terakhir modifikasi produk (0.107). Dynamk Sensitivity for nodes below; Goal: Pengembangan Industrl Kecil KaSUI" Kiipuk
I
19. J%..P~n""n Usaha (L: .619)
•. ~
6.8% Ptngomb•ngai Pro
0
T4.9% l>roduk Bto1u,.l!IH Eupor (L: .1t4)
~
:··
:· .:.:..:......... '. ... ,"'~.
..::J
12.1% Port.-Al<MSP-•
§
"""
1U% ltodlftk.. l Proclv~
WM'SM
G•nib11r 4.11 Am11tslsSenslttvlhls Model llac:kward Process Pada UMUr Pengusalla Dengan Bobot .Priorit11a Tertlesar Skertarlo Produk Berku•llts Ekspor
Dari simulasl
tersebut, dapat dislmpulkan
bahwa
apapun
skenario yang akan dljalankan untuk mcngembangkan industrl k.ecll kasur kapuk, kebijakan yang memllikl prtorttas tertlnggl sebagal hasi/ penelitian
lnl
adalah
Pembinaan
Usaha
dan
Peningkatan
Ketrampilan . Industri kecil kasur kapuk sclama ini masih dljalankan dengan pola tradisional dan manajemen yang kurang rapl, Sementara tingkat ketrampuan para pekerjapun masih kurang, di mana hanya terbiasa membuat kasur konvensional dan tanpa vartasi motif, corak, serta bentuknya.
Usaha meningkatl
ketrampilan pekerja
akan
rneningkatkan mutu produk. sehingga produk yang dihasilkan menjadl lebih bagus dan berkualitas.
93
BABV l<ESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
KEBilAKAN
5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambll setelah rnelekukan penelitian adalah:
1. Permasalahan utama dari pengembangan industri kecil kasur kapuk di Kabupaten Lampung Timur adalah kurangnya modal. Kurangnya akses subsektor ini terbatasnya
temadap aspek permoda!an
kemampuan
meningkatkan
sk:ala
para pengusaha
usahanya.
menyebabkan
kasur kapuk
Sementara
untuk
dari hasil in depth
interview dan FOG rnenunjukkan bahwa kendala bagi usaha kecil kasur kapuk bukan hanya modal tetapi juga kcsulitan bahan baku kapuk, Harga kapuk randu muml yang mahal menyebabkan para pengusaha rnenggunakan oplok (limbah tekstil yang dlolah kembali) sebagai bahan pengganti kapuk, sehingga mutu produk menjadi rendah dan hanya diminati oleh kelompok menengah ke bawah. 2. Untuk rnengembangkan industri kecil kasur kapuk pelalcu uti:lma yang paling dominan perenennva adalah pihak perbankan. Yang menank pada Forward Process seluruh responden memilih Pemda seoogai petake utama, sedangkan pada Backward Process tiga unsur
responden
masyarakat
yaitu
memilih
unsur
pengusaha,
perbanlcan sebagai
perbankan,
dan
pelaku utama dalam
pengembangan lndustrl kecil lcasur kapuk di Kabupaten Lampung 'Timur, dan hanya unsur pemerintah yang
memllih Pemda sebctgai
pelaku utamanya. Perbedaan persepsl inilah yang dimungkJnkan menjadi kapuk
penyebab kurang berkembangnya di
Lampung
Timur.
Pemerintah
industli
kecil kasur
menganggap
sudah
memberikan Dinas
pernanan pada perkembangan industri kecil melalui
Perindustrian,
Lampung
Timur
Perdagangan
sebagai
dan
Kabupaten
Koperast
leading sectomvs, sementara para
pengusaha menganggap Pemda be/um memberikan perhatian pada perkernbanqan industri kecil kasur kapuk karena belum pernah ada program bantuan modal den peteunan penlngkatan ketrampllan bagi para oekerja dari pemerintah. Para !?engusaha berpendapat mereka
selama
ini
"berjuang
sendlri»
dalam
membeserkan
usahanya tanpa campur tangan dari pemerintah. 3. Kebijakan yang menjadi industrl
kecil
Penlngkatan
kasur
prioritas utama dalam pengembangan
kapuk
Ketrampilan.
Dinas Perindustrlan,
adalah
Pembinaan
Usaha
Peran aktif dari pemerintah melalui
Perdagangan dan Koperasi sangat dibutuhkan
untuk lebih mernbenkan pembinaan pada usaha-usatia kecil yang sebenarnya
memiliki
penverapan tenaga kerja. kebijakan adalah oleh seluruh
responden.
potensi alamlah
berskala
dalarn
hal
Sementara alternatif kedua prioritas
Pengembangan
memang diperlulcan
dan
Kemitraan dan Koperasl clipilih
Program kemitraan bagi usaha kecil
untul< pengembangan
industri kecil kasur
kapuk di lampung Timur . Peranan pihak mitra usaha tidalc hanya terbatas pada bantuan permodalan, tetapi juga diharapkan dapat membantu
meningkatkan
program-program lainnya serta teknologi. 4. Skenario yang
menjadi
pemasaran
produk-produk,
serta
seperti pembinaan manajemen useha,
prioritas
utama dalam penqernbanqan
industri keci! kasur kapuk adalah skenario "Pengembangan Usaha•, dengan pengertlan
mengelola
kegiatan usaha kasur kapuknya
menjadi lebih besar, dan manajernan usaha yang lebih repr.
95
5.2 Saran dan Rekomendasi Kebijakan
1. Kendala kurangnya modal bagi pengusaha kasur kapuk lebih disebabkan sulitnya akses usaha kccil seperti usaha kasur kapuk terhadap lembaga keuangan.
Peran pemerintah seharusnya lebih
besar seoagai fasilitatcr antara lembaga keuangan dengan para pengusaha kecil di Lampung Timur. Di samping itu perlu adanya usaha dari
Pemerintah
kapuk, Salah
untuk
mengatasi kesuliton
bahan baku
satunya dengan melakukan budidaya pohon randu
sebagai penghasll kapuk antara Dinas
randu. Perlu adanya saling kerjasama
Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi dengan
Dinas Perkebunan dan Kehutanan. 2. Prioritas
utama
kebijakan
adalah
Pemblnaan
Usaha
dan
Penlngkatan Ketrampilan, di sini peran pemerintah dengan leading
sector Dinas Perlndustr1an, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten L..ampung Timur sangat dibutuhkan.
Perlu dijalin kerjasama dengan
pihak-pihak lain yang berkompeten dalam pengembangan industri kecil kasur kapuk. Misalnya dan Perdagangan kupuk
terbesar
kerjasama dengan Dinas Perindustriao
Kabupaten Pati sebagai sentra industri kasur
In
di
terutsma
kerjasama
oa/am
peningkatan ketrampilan para pengusaha kasur dan pekerjanya.
3. Harus ada upaya
dari pei19usaha kasur untuk menlngkatkan
usahanya dengan memperbailci manajemen esahanva menjadl lebih baik sesuai dengan skenano pcogembangan usaha. Harus ada pemisahan keuangan antara modal usaha dengan kebutuhan
roman
tangga agar manajemen keuangan usaha menjadi jelas dan teratur. 4. Pengusaha
kasur
pengembangan
kapuk
usaha
selama
kasur kapuk
ini
hanya
fokus
dari Supply Side,
dalam pertu
diimbangi dengan melihat Dem6oo Side untuk mempertuas peluang pasar. Dalam hal in! peningkatan mutu produk sangat diperlul
modlflkasi motif produk menjadi lebih rnenarik,
Kerjasama dengan pelaku usaha fumiture ataupun pengraJln kain
96
tapls (kain
tradisional L..ampung)
schingga dihasilkan motif-motif
mungkin dapat dilakukan,
maupun desain menarik dari
produk berbahan baku kepuk,
97
DAFTAR PUSTAKA Bahan Buku: Badan Pusat St:atistik (BPS). Lampung Timur Datam Angka 2006. Kabupaten Lampung Timur. Badan Pusat Statitik (BPS) Lampung "Timur. 2005. PublikBsi Potensi Desa 2005 Kabupaten Lampung Timur. Badan Pusat Statistik (BPS). Jakarta. Profil Kependudukan Provins/ Lampung 2000. Katalog BPS : 3201.18. Hafsah, Mohammad Jafar. 2004. Upaya Pengembangan Usaha Keef/ dan Menengah. Infokop Nomor 25 Tahun XX. Irianto, Jusuf. 1996. Industrl Keel/ Da/am Perspek.tlf Pemblnaan den Pengembangan. Surabaya. Penerblt Alrlangga University Press. Kuncoro, MudraJad. 2000. Usaha Keel/ DI Indonesia : Profll, Masalah dan Str11tegl Pemberdayaan. Mawdsley,
Nick dkk. 2005. Pembangunan Ekonoml Lokal, Sumber Tematls (Laporan Jndependen).
Daya Alam aen Penghldupan. Kajlan
Mulyono, Sri, 2000. Peramalan Btsnts aen Ekonometrlka, Edisl I, BPFE, Yogyakarta.
Permadl S, Bambang. 1992. "AHP". PAU-EK-UI. Departemen Pendidlkan dan Kebudayaan Pusat Antar Unlversitas - Studt Ekonomi Unlversitas Indonesia. · Rlyanto. 2006. Analytical Hierarchy Process (AHP). Bahan Ajar Metode Pengambilan Keputusan Program MPKP FE - UI. Saaty, Thomas L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin: Proses Hirarkl Ana/itik Untuk Pen911mbilan Keputusan Datam Situasl rang Komp/eks. PT Pustaka Blnaman Pressindo.
Sadra, I Made dkk. 2006. ProfiJ Proyek Investasi Kabupaten Lampung Timur. Badan Promosi dan Investast Daerah Kabupaten Lampung Timur.
Saleh, lrsan Azhary. 1986. lndustri Kecil, Sebuet: Tinjauan dan Perbandingan. Jakarta. LP3ES (lembaga ?ene!itian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi don Sosial).
Sri Susilo, Y. Dan P Didit Krisoadewara. 2006. Strategi 5urvWi11 Industri Kedf Pasca Gempa Bumi : Kasus Pada Beberapa lndustri di Propinsl Daerah lstimewa Yogy<Jkarta. Makalah Seminar Akademlk Ekonomi lit 2006. Tambunan, Tulus, 2006. Keadflan f>alam Ekonomi. Kadin - Indonesia.
JETRO.
Todaro, Michael P dan Stephen C. Smitti. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Tetjemahan). Edisl Kedefapan. Penerbit Erlangga. Taligan, Robinson. 2005. Ekonoml Regional. Teen aen Apfikasi. fdisi Revisi. Penerbit Bumi Aksara. 187 halaman. -----
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBU} 2000. Monografi Desa Banjarrejo t
Kecamatan Batanghari
_____ Potret Industri Kecfl dan Kerajinan Rumah Tangga 2001. Business News, Maret 2004. Vol : XLVIJJ. No : 7035
Bahan Tesis : Adi Wiyanto, Darmawan. 2002. Dampak Program Kemitraan Terhadap
Perkembangan Industri l<edl Furniture di DK!. Jakarta. (Tests). MPKP FE UL Imelda. 2007, Pemberdayaan Hasyarak.at Pengusaha Industrt Kecil di Kelurahan Tondo Kecamatan Palu Timur Kota Palu. Malang. {Tesis). MAP FIA Unbraw.
Nuryanto, Rulli. 2001. Analisls ~ktor Usaha Industri Keci/ Dalam Kerangka Pembinaan Industri DI Indonesia. Jakarta. (Tests). MPKP FE UI. Qodri. 2006. Analis/s Strategi Pengembangan lndustrt Kerajinan Dafam Pemberriayaan Ekooomi Rakyat (Stud/ Kasus Industr: Ksrajinan Kain Tapis di Kota Bandar Lampung). Jakarta (Tests), MPKP FE ut, Rahman, fahrlan. 2006. Pemberdayaan Usatia Kedf (Stud! Pada Usaha Te/ur Asin di Kelurallan Margasarl, Kecamatan Margltclnta Kota Bandung Jawa Barat). Malanq. (Tesis). MAP FIA Unbraw.
Yektiningsih, Novie. 2006. Upaya Meningkatkan Taraf Hldup Perempuen Pembatik Melalui Peran )ender (Studi Kasus Pada Komunltas Pembatik Tulis Kata Tega/}. Jakarta (Tesis). MPKP FE UI. Yuniarsih, Ita. 2005. Analisis Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah (Tlnjauan Program Pendukung Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah - P2MPD di Kecamatan Seputih Mstaram - Kabupaten Lampung Tengah) Jakarta {Tesls). MPJ
Bahan Internet : Abidin, wawan E. Seki/as Wajah Industrl Keel/. Rubrik Ekonomi Harlan Pikiran Rakyat. Kamls, 03 Maret 2005. btto:l/www.pjkjran-rakyat.com/cetak/0305/03/0519.htm Peneiptaan Lapangan Kerja Melalui Pengembangan Industri, Usaha Mikro Kecfi Menengah dan Koperasi (UMKM-K) Berbasls Teknopreneur, Makalah Pada Seminar 06 Desember 2004 htto: /lwww. ia-itb.comlindex.ohp. Pola Pembinaan Usaha Kecil, Menengah dan Koperas/ Dalam Rangka Otonoml Daerah. Dfsajikan pada Seminar Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, Departemen Koperasi dan PKM, Nopember 2002. Badan Kerjasama Kabupaten Seluruh Indonesia. Dapat diakses pada http://www. bkksi.or. id Potensi UKN Sangat Besar. Rubrik Ekonomi Harian Pikiran Rakyat http://www.pjkjran-rakyat.com/cetak/1204/Q~06!)6.htm Profil
Propinsi Lampun9 can Kabupaten di Dalamnya Wikipedia ind!)nesla, Enslklppedia B~b;;is Berbsihasa Indonesia http: /lid. wikipedia. go. id Perkembangan Indikl!lltor Menengah di Indonesia. 2007. http: //www. kadin-Indonesja.or. jd
------
Makro
Usaha
Kecil
Beda l
Lampiran - Lampiran
Lampiran 1.
Ringkasan Pertanyaan dan Hasil FGD di Kelompok Arisan Pengusaha Kasur
Ringkasan Pertanyaan dan Hasil FGD di Kelompok Arisen
Pengusaha Kasur
Pertanyaan Hasil Diskusi r:,.Ba_g_a...,.im_a_n_a--p-e-ra-n---,P""""e_m_e_n..,...n.,..tah-:-+=Pe-m----=d-a--se----=-1a_m_a--,i, - belum Daerah
usaha
dalam
kecil
perkembangan
kasur
kapuk
memberilcan
perhatian,
di pemoinaan rnapun bantuan modal
Lampung Timur?
bagi
perkembangan
Lampung
di
kasvran
Bahkan sejak Tengah
masih Pemda.
dengan
Lampung ada
Bos-bos
modal
memmjarn
kemJJdlan
Timur.
pernah
belum
perhatian dari
kssur
usaha
sendirl · ke
rnengembangkan
bank
sendlri
usahanya • . Apa sebenamya yang dibutuhkan Pengusaha kasur membutuhkan
para pengusaha kesur di Lampung modal Timur?
lebih
besar
supaya
usahartya blsa lebih maju. Kalau
pekerja tentu mbllyar
nambah
0119kos leblh banyak. Terus bikinan butuh
kasumya
hasil
harus dijual leb!h banyak
pick up
$Upaya bls11 dibawa ke daerah yang leoih jeun,
Selaln yang
modal
apalagl
paling
pengusaha kasur?
klra-ktra
Sebenarnya kapuk, karena kapuk
dibutuhkan mahal.
Penyebabnya
sulit
mendapatkan kapuk randu. Paling
bulan · juge
Agustus-September. langsung
Itu
habis diborong
pengusaha kasur yang ada di
Lampung perorangan
Timur. yang
Belum
lagi
biasa dapat
pesanen untuk mbikln kasur di
---·
-Jadi gak cukup.Memang
--------·ji-umah. selama
ini
untuk
pengusaha limbah
ngakalinnya
pake
tekstil
oplok,
dari
yaitu
pabrik
di
Bandung yang diolah lagt dengan cara
dlhaluskan
tieser,
dengan
alat
padi
yang
penghancur
dlmodifikasl
dengan
piseu-ptseu tajam.
menambah Sebab oplok
ltu dibeli dalam bentuk
keras.
Setelah
pressen,
dihancurkan
dengan tleser kemudlan dijemur
panas
rnetahan
merigembang,
supsya
baru
bisa
dlpergunakan. Menurut klri:i·klra
para
pengusaha
langkah
yang
kasur,
Sebenarnya
pertu meras~
kaml bos-bos kasur
cukup dengan
sudah
dlambll agar masalah kelangkaan
kondlsl sekarang.
bah11n bal
produksl ada tervs tlap harl. Terus laku,
tetap
walaupun
rata-rata
Us&ha lancer,
ada
yang
bell,
pake oplok. Memang pembellnya
golongan menengah
dart
ke bawah.
Kah1u orang kaya sih sudah pada pake spring bed. Tapl maslh ada sih yang pesan kasur dengan lsi kapuk murni.Biasanya kami earl kapuk, harganya mahal, makanya hitrga jtml kasur dengan kapuk murnl mahal juga, btse 3x lipat dengan kasur isl oPlok. Mestinya pemda nglkutln kayak Pati. Di sana potion randu ditanam, ada
-·----
-----·----
perkebunannya,
gak
seperti
di
sini. Di sinl randu cuma tejar teae, penegak
pohon lada. Atau ada
lcerjasama
dengan
pihak
lain
(swasta) yang punya duit, bangun pabrlk kapuk sintetis, seperti di
Pati. DI sini mana mungkin, it!J butuh modal beser, Seandainya
ada bos keeur
punya dult
banvak,
order
bikln
yang
terus kaSih
kssur tapi
Ya paSti mau. Tapi sf bos tadi, kasih
pe!atihan
dulu
dengan l)en9usahanya
ke
dengan
motif yang agak sulit tapi bagus pekerjanya. hasllnya,
klra-klra
penguS
Terutama penggenclemya, karena selama lni
kasur di Lampung Timur bersedla baik ltu bos kesur, penggender, atau tldak?
dan peng;sJ cuma mengertl cara blkln kasur btasa, itu ju9a turun-
ternurun, belajar dari orang tua, Tapi pasamya harus jelas, Jang.an
sudah dibuat nanti tidak laku atau tldak tahu dl mana menjualnya, Karena sefama ini kami menjual produk c!engan
doo«, berlcellflng
sistem
door to
dengan
motor
atau sepeda. Tapi sekara1'1g sudah · jara1'19 pake sepeda, kebanyakan
Katau mobll,
motor.
umumnya
pick up untuk pesanan yang jauhJauh,
kadang-kadang
sampai
fljlnjit, bilhkan Siilmpai Sumatera Selatan. 1-:-:------:-:-:---:--:--:---;-:-t~:------,:-:--:-----:---:-~
Kenapa cuma dlbentuk artsan, kok Sebenamya sudah lama, terutama
gale: dibentuk koperasi?
saya {Pak Satumin, ketua artsan kelonipok
pengusaha
kasur
I
~~~~~~~~~---r-:--~~:------:::-:-~--;----:-----;-~~-~
kecamatan Batanghari, lampung
Timur,
nerkelnqlnan
membuat
suatu
koperasi
yang tujuarmya
agar
supaya
semua
kasuran
pekerja
blsa memperoleh bahan
murah,
kernudian
blsa
pinjam
uang dengan bunga yang sangat rendah.
Tetapi
terkendala
selama
SDM
yang
ini
rendah,
rata-rata pengusaha kasur di slnl tidak
tamat
SD.
{Sukiswan,
Cuma
saleh
pengusaha
tamat
Iwan
seorang
y;mg
kasur
muda) yan9
masih
SMA.
Jadl
sementara ini keinglnan rnembuat koperasi masih dltunda dulu. 6erapa upah rata-rata pekerja7
TerganJ:ung
dari
jenis
yang
dibikin. Kalau kasur kellnd limball (kasur
dengan
kaln bergambar
kel!nci dan bahan Isl oplok) dlupah Rp 5000,- per stel. Satu stel itu
sepasang kasur, jadi dua buah. K.alau
tantai Lebih
kssur ambal atau
kasur
dupah Rp 7500,- perbuah. mahal
karena
susah
menglsinya, motif kotaknya kecllkeol. Banta! atau guling R.p 4000,per sepvluh yang
buah.
memlnta
mlngguan,
I
pokck dengan harga '
kebutuhan
atau
Merek<1 ada
upah
harian,
bulanan.
Tapi
umumnya upah bulanan, supaya
besar dapatnya.
Kalau rata-rata
I
tiap pengisi bisa membuat 5
stef
perhari, berarti per hart reta-rata diupah
Rp
25.000,-.
Setiap
, pengusaha memperkerjakan 10 · 15 orang per hari bahkan lebih . kalau lagi banyak order pesanan. Ambll rata-rata 15 orang x Rp 25.000,-
=
Rp 375.000,-/hari.
Dalam sebulan gak penuh kerja. Karena setiap Jumat libur. Minggu juga kadang-kadang libur. Ambil rata-rata 20 hari setiap bulan, berarti tiap pengusaha membayar upah pengisl Rp 375.000,- x 20 hari = ~ 7.S00.000,-/bulan. Sedangkan untuk penjual kelillng mereka ambll berapa laku berapa, sisanya dipulangl
setoran
harga
ambil,
terserah dia mau jual herapa. Misalnya kasur kelincl limbah per stel Rp 110.000,-, dla mau jual Rp 300.000 di Ivar ya gak apa-apa, asal laku. Menurut
para pengusaha apa Usaha kesuren
alasan
sehingga
lni menyerap
seharusnya banyak tenaga kerja. Dari mulai
Pemda rnernbertkan perhatian dan penggenderan, pengisi, penjual pemblnaan kepada usar,a kssuren kellllng, belum lagi kalau ada lni?
pesanan
dari
peror.mgan.
Penggenderan per harl saja bisa memperkerjakan leblh dari 200 orang perhari per penggender.
~------------~-M.,...e-mang_g_a-_,k-,--ke-11..,...·a_d_i_s_a-tu-tempat, tapi
umumnya datang kerumah
penggender
terus
ambll
kain
de119an benang, mereka kerja di rumah maslng-masing.
Ada dua
penggender besar, yaitu Daslmln dan Amal, berarti sekitar 400-an
yang nggender. Yang ngisi, 15
=
225
kellling
15
pengusaha x 15 pekerja orang/
hari.
Yang
pengusaha x 20 = 300. Itu belum termasuk
yang
keliling dengan
tapi gak begltu banvak,
mobil,
Berarti sekltar 400 + 225 + 300 = 925
orang,
hampir
seribu-an
orang yang aktif di usaha kasuran
per harlnya. Selama lnl cuma bikln kasur .blasa,
Sepertinya untuk pengusaha kasur
l
di Lampung Timur masih jauhlah,
kasur yang bagus motifnya, terus
yang pasti kendala modal. Pinjam
dieksPQr gimana?
' bank banyak
juga
gak
bisa
banyak-
Dibatasl. Ke<:uali Pemda
pinjamin dult atau kasih modal besar, mungkln blsa. Kalau ekspor
menurut kami masih mimpilah, tapi ya siapa tahu, Untuk besok-besok, apa ldra-kira harapan
para
untuk usahanya?
pengusaha
Usahanya tambah rnaju, Semakln ·
kasur banyak bisa produksi kasur, terus laku. Gak neko-neko l11h.
Lampiran 2.
Kuisioner AHP (Analitycal Hierarchy Process)
Kuisioner AHP M. Jrfan Tauflk (Staf Dlnas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lampung Timur, sedang menempuh studi di Program Maglster Perencanaan Kebijakan Publlk Universil3s Indonesia) Scktor
usaha
kecil
memllikl fungsl
yang strategls secara
ekonoml, sosiel dan politis. Secara ekonoml, usaha kecil menyedlakan barang dan jasa bagi konsumen berdaya beli rendcth sampal sedang dan memberlkan
konttibusi
besar pada
perolehan
devisa negara.
Melalul produk-produk manufaktur maupun hasil kerajinan, usaha kecil menyumbang separoh pertumbuhan ekonomi Indonesia. Secara sosial pohtts, flingsi sektor usaha kecll sjlngat penting datam hal penyerapan selctor tenaga kerja serta upava pengentasan kemiskinan.
Selaln itu
usana kei:JI sebagal sarana untuk membangkltkan ekonomf kerakyatan. Plllhan untuk mengandalkan usaha kecil dalam upaya pemulihan ekonoml di Jndonesli:i dengan sendlrinya berlmpllka:;I pada kebutuhan untuk
membangun
strategl
dan
penguatan
usaha
kecll
yang
kompherenslf. Beberapa strategl yang dllakukan antara lain dengan melalul:
1) Mengembangkan
usena mlkro, kecll dan menengah dan
koperasl melalul penciptaan ikllm usaha yang konduslf, penlngkatan akses kepada sumbsr daya produktif, pengembangan
kewlrausahaan
dan pengusaha kecil, menengah dan besar berkeunggulan kompetitlf; 2) Memacu penlngkatan daya saing rnelalul pengembangan pengembangan
industrt
kompetitif, penguatan
instltusi
ekspor,
pasar dan
peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan teknologl. Kabupaten L..ampung Timur yang dibentuk berdasarkan Undang· undang Nomor 12 Tahun 1999, diresmikan pada tanggal 27 April 1999 dengan pusat pemerintahan di Kata Sukadana adaiah pemekaran dari Kabupaten Lampung Tengah sebagai kabupaten lnduk. Merupakan salah satu kabupaten di prol)insi Lampung yang memlllkl potensi cukup prospektif untuk dikembangkan. otonoml daerah, Kabueaten lampung
Sebagai implementasi
Timur dituntut
untuk
darl leblh
mandiri dalam segala hal termasuk dalam hal pembangunan daerah yang
di
dasarkan
rnembenkan
pada
pendayagunaan
manfaat sebesar-besamya
potensl
bagi
lokal
masyarakat
untul< dengan
memperhatlkan visi dan misi pembangunan daerah. Dengan adanya potensi yang sedemikian besar, Kabupaten Lampung Timur akan mampu
menjadi
salah satu pusat pertumbuhan
dan penggerak
perekonomian baru di wilayah timur Propinsl Lampung.
lndustri kecil
kasur
kapuk
Batanghari Kabul)aten lampung
yang
berlokasi
di Kecamatan
Timur sebenatnya memiliki potensi
cukup baik untuk dikembangkan. Industri kedl ini mampu menyerap
tenaga kerja cukup
banyak
sehlngga
dapat
dijadikan
sebagal
penggerak perekonomlan masyarakat. Tetapl sayangnya belum l>anyak pihak baik swast:a maupun
akademisl
yang tertarik
itu
dari pemerintah,
dengan pengembangan
industri keen khususnya di Kabupaten L..ampung Timur.
Oleh karena
itulah ketika ada kesempatan melanJutkan studi di program
Maf,Jlster
Perencanaan Kebijakan Publik (MPl
sebagal
bagian
darl
masyarakat
Lampung
Timur
merasa
terpanggil untuk melaJ
bertokasi
di Kecamatan Batanghari. Dalam proses penullsan tesis dengan judul
Kebijakan Pengembangan lndustri Kec:il Kasur Kapuk
Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat DI Kabupaten l.ampung Timur. diperiukan data primer dengan menyebarkan melengkapl data-data yang ada.
kuisioner untuk
sekunder yang didapat dari literatur-llteratur
Kuisloner in! didasarkan pada hirarki yang dibuat berdasark:an J)ada identifikasl awal berupa wawancara terstruktur dengan berbagal sumber yang terkait langsung dan survei langsung ke lapangan. Terlma kaslh. M. Jrfan Tauflk
HP: 08197934971
leYeil l Tujuah
Ma:;., Ocpan Pengeml>angan lmlustrt Keol Kasur Kapuk
Pemerlntah Kobupaten lllmTlfll
l.eV
Pal~u
-
''1-~J':f: · 1<~1~tan·.
..
Pen9embar1gan I kJ~m usaha da n
ketembagaan
Blmb1noan clan Pltlat1han Serta Statldar Hutu
,_
produk dan
,_
Menoot•s•
Pert>anka.1f Lembaga Keuangan
~nlunyan jllldtlk
-
l'!nlnglca~ KU<Jlltas Pn:>duk dan Labeling
'-
Kasur Kapuk
I-
...
Promos I
Ten9
Pemasaran
S~aJ1o
Kemuaanan
Mitra usena
-
PinJam«n Modal
Kr edit Usa ha
...
Kec11
l'!ninokatan K~n
Ker)a
Kesul~tan Bahan llllku
I Level.-..
I
Pengusaha
Pengembangan Usaha
I Pen99mban51an """'"" L.eblh Vanatif
~bar4.:l
Hirarkl Forward Process
~
I Proauk Serkualitas
Ekspor
Adapras1
Tekn-Ole<JI Produksi
Perluasan
Ker)asama Usaha
Level 1
Pengembangan
Goal·
Industn Ke<:il Kasur Kepux
I
Pengembangan
Usaha
LINel 3· t::en
I
I
i
XesulitM l(apul{
I Kurangnya tnovasi
pengembongan motif produk
ltendah
I PEngusaha
Kab111119IP.n umTim
Kasur
Pemb1naan Usaha &
I I
~mngkatan
~
I
l>crbankan
l(apuk
l
I l<etrampllan
Ekspor
Preduk
I
· Keb1ial)3~naan.
n.
Be u ah tas
Kua!il:as
Bahan Baku
Kurangnya Modal
Pemenntah
· ·u.~cs
Produk
Pel>g@mbangan l>roduk Lebtb Vanat•f
I Pen!;J!'~ngan Kcmttraan dan Kopera5'
-
Gambar4.2 Hlrarld Backward l>ro~e$s
Mitra Usaha
~.
PerJuasan ~ P!lsar
l
Mod1flkasl
Pro(luk
Identitas
Expert Crespondeo}
Nama Pekerjaan Alamat Rumah Telp/ HP Alamat Kant°'
:
"KUIS%ONER INI HANYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sl!MATA, DAN nDAk AKAN DIPUBLIKASIKAN UNTUK UMUM, SEGALA ISi KUISIONER INI AKAN TEIUAMIN KERAHASIAANNYA. n PETUNJUK PENGISIAN KUESJON!!!R 1. 1Jntuk memberi ken penllalan terhadap elemen-elemen permasalahan dart sellap level yang sedang ditelitl priorltasnya, penUalan dlnyatakan dalam sketa numeric (skala 1 hlngga 9), dengan menggunakan skata sebagDI berikut: Skala 1 = sama pentlngnya (eQual lrnportence) Skal• 3 = sedlklt leblh pentlng (moderate lml'()rt:ance of one over another) Skala 5 • leblh pentlng (essential Importance) Sula 7 .. jeun leblh pentlng ( demonstr!'te!l Importance) Sula P -= 6"ngat lebth pentlng {ext~me Importance) Sbl• 2, 4, 6, dnn 8 adalah nllal anl'!lra (Intermediate values). Raslprokal Nllal keballkan
=
2. Kulsloner lnl menggunakan metode rangklng untuk menllal besarnya pengaruh antara satu hel dengan hal lalnnya {berl tanda sllang pada kotek yang anda plllh).
3. llka elemen pada kolom sebeten kiri leblh pentln9 darl elemen pada kolom sebelah kanan,
nilal perbandlngan lnl dllslkan pada l
4. Jawablah tl.ap-tiap perbandlngan pada masin9-mastng memberi tanda silang (x) atau tanda lln9kaJan (0).
pertenvaen di setlap bagh:m dengan
KUISIONER I.
Pelaku/aktor
FORWARD PROCESS (MODEL PROYEKSI}
yang menentukan m11s11 depan industri kecil kasur kapuk
1. Dalom melakukan proyeksi lndustri kecil kasur kapuk untuk masa yang akan datang, maka pelaku-pelaku mana yang dapat di percaya melakukan proyeksi tersebut? ,.......-.-··
Krlterla PemerintahDaerah PemenntahDaerah PemerintahDaerah Penausaha PenoLJsaha Perbankan
II.
9 ~
8
7 7 7 7
• 8
9
"' aa
"
9
6 8 15 15 6
3 2 3 2 3 2
:s
' 2 : 2 : 2 ' ' 2 4 2 3 4
l l l 1
3 2
4 4 5 4
e
B 1
BO BOT
32 il zl :
4 4 4
!
'
1
2
..
'
5 5 '
'
5 '
9 i>enausaha 9 Perbankan 1 Mitra Usaha 9 Peri>ankan 9 Mitra Usaha 5 ..Mitra usana
[
8 8
7 B
I
5
Kriteria
'
-
5•
8
Ii 7 I
5
Keglatan/Kebijaksanaan yang sudah atau sedang dllakukan saat lnl oleh pelaku
2. ApaJ:>ila PemMlntah
Kabupaten Lampung Timur sebagal pelaku utama dalam memproyeksi masa depan lndustrl kectl kasur kapuk, maka kegiatan mana yang lebih pentJng?
Krlterla Pengembanganlkhm usana dan kelembaQaan
9
Pengembangan ikllm usaha dan kelembaoaan
8
~ 8
4
7 •
•: 3 2
'
Pen9embangan ildim
~
8
81mb1ngan dan Pelatlhan serta standar mutu Blmbingandan Pelatlhan
~
a
7 6 5 4
"
8
7 II
8
7 8 ! 4
usaha den kelemba9aan
serta standar mutu Promosi produk dan
'
eemasaran
BO BOT
3 2 1 2 34
7 B ,
12 3 4
'
51 •
6 5 4 J 2 I Z :; 4 5 I 1
s
3
,,.
3 2
a
~amasaran
!
MengetesiKesulitan BahanBaku
I 2 3 4 !!: ' 7 B ·s P..Omosi produk dan· oemasarall
3 2 12 3 4 5 '
4
Kriterla
8! Blmblngandan Pelabhan serte i;tandar mutu • 8l Promosiprodul(dan
5 •
7 '
! Mengatasi KesulitiJn
1 2 3 .. 5 8 7 '
O Men9ataS1 Kesulltan
8ahan B
3. Apablla Pengusaha Jndustli Keen Kasur Kapuk sebagai pelaku utama dalam memproyeksi masa depan lndustri kecil kasur kapuk, maka kegiat<m rnana yang leblh penting?
Pengembangan produk
,
8
· Pen9emban9an produk
9
a :
Kriterla
Penlngkatan kuulltas aroduk dan labellna
'
7.
BO BOT
'
4
3 2 1 2 ; 4
5
!
4
:
2
1 2 3 4
5 4
8 • 6 l 4
.
2
I 2 :J 4 5
II
I
4
Kriteria
7 •
!
l
!
I
l
;
I
P~nlngkatan kuallta$ nroduk dan labellna Peningkaten ketrampilan
tenaaa kena
Peningkaten kelrampilan tenaaa
kena
4. Apabifa Perbankan I Lembaga Keuangan sebagal pelaku utama dalam memproyeksi masa depan lndustri kecil kasur kapuk, ma~_a keglatan m.anayang
Kriterla Kemudahan modal
pinjaman
0 8
lebih penting7
krlterla
9 Kredtt Usaha Kecll
5. Apabila Mitra Usaha sebagai pel11ku utama dalam memproyeksl masa depan industrl kecil kasur kapuk, maka kegiatan mana yang leblh pentlng? Adaptaslteknologi roduksl
9 8
Krlterta
'II Perluasan kerjasama
usaha
III.
Skenario yang m.ungkin terjadi berdasarkan pada kegiatan / kebijaksanaan yang dilakukan oleh pelaku datam menentukan masa depan industri kecil kasur kapuk
6. sereasarken paca keg1atan Pengembangan
Iklim
Usa"a dan Kelembagaan yang yang penting sebagai proyeks1 mesa depan? (Pengembangan Usaba dalam pengertian kemampuan mengelola keglatan usaha kasur kapuk lebih besar, dan manajemen usaha lebih rapl)
Daera", maka skeneno mana
dllakukan oleh Pemerintah
...
Kriteria l>engembangan Usaha
9
8
7 6
Pengembangan Usaha
~
8
'
Pe119embenganProduk leb1h Var1atlr
g
8 ' 6 5 4 J 2 1 2 3 4 S I ~8
BOBOT
l 2 l : 3 4 5 c 7!
5 4
6 5 4
3 2 l .l 3 4
s '
Krltetla
Pengembangan Produk L.ebih Variatif 7 I !I Produk berf
ekscor
9 Produk berkualitas
ekS"Of
7. Berdasarkan pacfa keg1atan Blmblngan dan Pelatlhan Serta Standar Mutu yang dilakukan oleh Pemertntah D
Krlterla Pengembangan Usaha
9
8
6
s
4
3 2
1 2 ; 4
Penoembangan Usaha
g
B
6
!
1 2 3; 4 5 G 7
I
!
-- ~
•
3 2
8
7 61-! 4
3 2
l • 3 4 5 l 71
!
i>engembangan Prodiik Lebfh
Varlatif
BOBOT
s
l
Kriterla
' 1 • Pengembangan
-.
Prociuk Leblh Variatlf Prociuk l:lerkualitas
ekSDOI"
lifoduk berkuaf1tas ·
ekscor
8. Berdasarkan pada kegiatan Promosl Prociuk dan Pemasaran yang dllakukan oleh Pemerlntah Daerah, maka skenario mane yang penting sebagal proyeksl masa depan? Kritt;fia_
.
8080T
Pengembangan Usaha
9
Pengeinbangaii \Jsalia
~- 8 . 6 s 4 ·3 2.
Pengembangan Produk l.eb1h Variat1f
a
8
! 4
IS
'
IS
5 "
• 31 4 5. I
l
3 2
•
.
••
Kriterla
71 s Pengembangan
Produk Lebih Variatif c : "i . -g Produk flerkualltas
4 5
3 2 1 2 3 4 5
I
elcs"Of
. 'I
!
..
Pmduk berkuatitas el<soor
9- Berdasarl:an pacla keglatan Hengatasl Kesulitan Bahan Baku yang dllakukan oleh Pemerintah Daerah, maka skenario mana yang penting sebagai proyeksi masa depan? !Criteria Pengemba~gan Usaba 1-- .•..
918
'
Pengembangan Usah<>
9
Pengemt>angan Produk Leblh Variatif
918 7j 6
8
BO BOT
IS '4
7 '
3 2 11 2 ; 4 51
! 4 !
3 2
4 3 2
~ 2 3 4
11 :
s c
l 4 5 '
I !
Krlteria
P
7 I 9 Produk berkualltas
eksmr
71
1 Pro!luk berkualitas
cks-r
10. Ben:lasarkan pada ke9i<1tan Pengembangan Prociuk yang dllakykan oleh Pengusaha Kasur Kapuk, maka skenarlo mane yang penting sebagal proyeksi masa depan? .... .Krlterla BOBOT Krlterla Pengembangan useha
9
8
7 6
usana
9
8
'
Pj!n911m!)anQan
Pengemban9on Produk Leb1h Variatlf
"
8
! 4
; 2
15 5 4 3 6 5 4
:z
:s z
1 2
:s
4 5
1 2 l 4. l
•
.
I
5,,
4 5 i
'
7 I 71
9 Pengembangan Produk 1 ,.hlfl Vanatif 1 Produk berf
exseor
I
'
Produk berkualltas
e1cs~r
1 L. Berdasarkan pada kegiatan Peningkatan Kualibls Produk dan Labeling yang dilakukan oteh Pengusaha Kasur Kapuk, maka skenario mana yang penting seoagai proyeksi masa depan? Pen9emban9an
usena
,
8
Pen9embangan
Usaha
9
8 l 6 !
4
3
2
'
.
Pengembangan Varlat1f
ProcuK Leb1h
19
8 J 6 ! 4
'
2
I
l
Kriterla
8080T 6 5 4 J 2 1 •
,
l
4 51 E ;
•
4
Krlteria
Pengembangari Produk Lebih Variat1f 7 8 9 Produk berkualJtas eksoor
!
s e
7, 9
516
.l 4
,.
Produk bcrkualitas
eksoor
- -
12. Berdasarkan pada kegiatan Penlngkatan Ketrampilan Tenaga Kerja yang dilakukan oleh
Pengu111ha Kasur Kapuk,
m;;ika skenariQ
depan?
Kriteria Pengembangan Usaha
9 8
Pengembangao Usaha
9
II
J
Pengembangan Produk Lebih Var1at1f
9
8
J
..
s
8
mana yang penting sebagai proyeksl masa
~BOT
5 •
7 8 !
.
.. 4
5 I
7 8 9 Produk berkuantas
:
4
5 6
., l
~ 2 l •
l
5 I 4
;t 2
l
•
6 ! 4
J
l
•
2
Krlteria
,
Pengembangan Produk Leb1h Variatff,_
ekspor
Produl( berkualitas ekstv>f
.-
13. Berdasarkan pada keglatan Kemudehen Plnj•man Modal yang dllakukan oJeh Perb•nkan/Lembaga Keuangan, maka skenario mana yang pentlng sebagal proyeksi masa depan? KrtMirla Pengembanqan usaha PengembDngan Usaha Pengembangan V•rl~tlf
Prnduk· Leblh
14. BcrdoS<:Jrkan
pada
Perllankan/Lembilga masa depan? Kriterla
• s
I
4
l
2 l
:
4 5 4
!
'
ii :
""
I
.
•
,
' ' ..
2 J
Krlterla Pengembengan Produk Lebth VMl..tlf 9 Produk berkualltai
'
I 7 I
I
;
I
•
., 8
t
ekseor
Produk berkualltas
eksf)or
kegiatan Kredlt Usa ha Kec:il yang dllakukan oleh Keuilngan, maka skenano mana yang pentlng sebaga1 proyeksl
.. 9
Pengembangan Usaha
~
Produk Leblh ...
J
l
Pengt:!mbangan Us~ha
Pengembangan Variat;f
3 :i 1 :
I
. '•
.
4
9
I'
.. 8
:
.
3 2
6 ! 4
2
!
5
BOBOT
•, ' ' .. • i '
l l
J
4 9 I
1'
J
4 5 I
'
4 5
: 2 J •
l
'
Krtteria Peng em banga n Produk Lehih Variatif ! Produk berkUDllU.s I
I
7 '
eksuur
8
•
! Produk berkuaHtas
ekspor
15. Berdasarkan p11da kegiatan Adaptasi Teknologi Produksl yang dllakukan oleh Mitra Usaha, maka skenarto mana yang pentirig sebagai proyeksi mesa depan? Krltelta Pengembarigen Usaha
1
9 I
II !
"
~
4
3 2 l
Pen9emban9an Usaha
,
a
Pengembangan ProdJJk Leblh
9
8 ; 6 ! 4 '
Variatif
6
!
:
·-
aoaoT 2 l
2
;
'
. :
l
' '
4
s
•
1
Pengeml>angan
6 7
I
'
Produk Leblh Variatif Prociuk berkualltas
4 5 4 ;
-
Kriteria
,
4 5 '
' '
eksoor
Produk berkua lttas eksnnr
16. Berdasarkan pada kf!giatan Pertuasan Kerjasaina Usaha yany d1lakukan oleh Mitra Usaha, maka skenano mane yang penting sebagal proveksi masa depan>
r---··
Krlterl;i
•
~6
Pengembangan Usaha
8
7 II
Pengembangan Produk Leb1h .. ~
8
'
Pengembangan usena
Variat1f
!I
r
5' 4 l
4
6 ! 4
' '
~
BO BOT
2 1 l J 4 5 2
l
ll 'i 2
.
Kriteria
·-
7 I !1 Pengemba1lgdn Prc>du.k tebin Variat1f ~ 4 5 • ! Prlldu~ berkuahtas ' el<soor l 4 5 • 1 I Produk berkuentas eksnor t
',
KUISIONER BACKWARD PROCESS (MODEL PERENCANAAN) I. Skenario-slcenario yang dliginkan dalarn pengembangan lndustri kecil kasur kapuk 1. Dalam Pengembilngan Jndustri Kecil skenarto manakah yang diinginkan? Krlt•ria Pen9emban9an usaha
9
Pengembangan Usaha
ii 8
Pen9embangan Pro
g
8 ; •
'
8
Kasur kapuk yang dunglnkan d1 masa mendatang, llOBOT
! 4 .
6
l
:z
4
:
I ~
:z
6 l 4 3
•
' . ''
2
4 5 • 7
'!
5 •
a
4
7
_!Criteria
9 Pengembangan Produk lebih Variatif s Produk berkualltas
eksoor
Ii 7 8 1 Produk berkual1tas
4 5
eksoor
Masalah-masaJahyang ~enghambat Pe'flcapajan skenario yang diinginkan
II.
2. Apabila skenencnya adalal) Pengembangan Usalla, (dalam pengertian kemampuan mengelola keglatan usaha kasur kapuk lebih besar dan manajemen usaha leblh rapi) masalah mana yang lebih pentlng ditangalli? .. · --Krihiria'· · .. llOBOT -- .. ·- Krlterla t
.
,
Kurangnya Modal
!I
9
Kurangnya Moctal
9
8 • 6
6
4 4
:
Kesulttan Bahan Baku Kanuk Kesui1tan Sat>an Baku Kapuk
19 8
Kuelltlls l'roduk Rendall
19 8 '
..
. ·---
-
6 ! 4
a
9
•
l
..
2
'
'
•
6 i
I .
2
5 •
KaDuk 9 Kl.lal itas !>roduk Rendall
7B
l
•
l
4
5 l '
.
: ~
4
5
I !
s
Kurangnya lnovas1 Pengcmbar>g111l Motlf Produk Kualitas Produlc Rendah
l
2
•
2 . • l 4 5 • ; J P Ki.rmng nya Inovasr
l
4
4
I
' I
'
2
l
l
•
...
4
s '
•
I
·9
i>roduk
-
.
f>engembangan Motif Produk Kuri>r!gnya Inovasi PengembaRgim Motif
3. Apablla skenarionya adalah Pengembanjja11 Prociuk lebih V•riatlf, meseteh rnana yang leblh pentlng ditangani?
Krlurfa Kurangny~ Modal
9 8
;
Kurahgnya Modlll
9
8
7 6
Kurangnya Modal
9
B 7 6
4 ~"T 2 -: : 3 4 5 I !
'
!
4 4
Kesulltan Sahan Baku l
9
8
9
8
1
15
l
4
Kualitas Protluk Rendall
p 8
'
6
'
4
l
'
.
6 l 4
2 .
.
2
'
.z
2
Kriterla
'
: 4 5 '
j
1 i
4 5 E
2
' .
..
: : ! 4 5
l l
:
'
:
3 4
4
5
J
;
I;
''
•
Kan!J..k Kualitas Produk Rendah
j
!
e
! IC"rangnya lnovasi
I
l
9 KesulJtan Bahan Baku
s
Pengemban9an Motif Produk KuaUtas Prodl.lk Rendah
! Kurangnya Incivasl Pengembangan Hotif l>roduk j • Kurangnya lnovasi Penge mbanga n Motif Produk
4. Apabila
skenanonva
adalah
pentin9 ditanganl?
Kriterla
. -'·"-
s ·-
Produk lerkuarttas Ekspor, m;isa!ah mana yang leblh
Kuraignya Model
9
Kurangnya Mot;lal
19
8 l 6
Kurangnya Modal
19
8
.
KesuJJtan Bahan Baku Kaouk J<esul1tan Bahan Baku Kapuk
II
Ill
1 IS
19
xueucas Produk Rendah
6 !
:
4
.
••
l
--··---·
s 6!"7
I
9 Kualitas Produk R.endah
s
I
;
4
6 .! 4 ; 2 -l • J
4
..
4 ; 2
!
.
4
2
l
J
, •,s
t
_;
e
i
8
4 ' 2 1 :z .J 4. 5 E '
!
' '
Kurangnya Ino\laSI Penqe.nbangan Mobf Produk 7 I II Kurangnya lnova&I rengem ba ngao Motif Produk
'
.i
J 6 l 4 l 2 ;
KanuJc
II KurC111gnya Inovasf Pengembangan Mot•f Produk I ' Kualitas ProdUI< Rendah
__ 1._
8 J 6
Kriterla
9 Kesulrtan Batlan Baku
5
!
,:
I
4
Pera11 Pelaku I aktor permasalahan yang ada
ID.
s.
9
-· -ll080T
4 5 l
dan kemampuannya untuk
menanggulangi
Dalam menghadapl masalah Kurangnya Modal, maka Pel•ku / aktor mana leblh penting bertanggung jawab menyelesaikan masa/ah ter~but? Krlteriil
Pemenntah Daeran Pemenntiih Oaerah Pemenntah Daerah Penausaha 0..M
....
h.
Parnankan
• '•• ••
DOISOT
:z
6 • 4
II
•
, 2
6 • 4
e II i'"· s '
II
:
4
'
:
;a
4
Krtterla
4 5 I 7 I "i P!!llnusaha 4 5 I 7 • II Perbankan 4 5 7 ' Mitni USll hA .. Pflrbankan 5 Mitre UHha 4 5 I Mitra ""fl:)a
' ~ l 2
4 4
.
•
' 2
•
6. Oalam menghadapi masalah IC•sulttan Bahan B•ku k11puk, maka P'elaku / •ktor mana Jebih pentlfl9 bertanggung Jawab menyelesalkan masalah tersebut? Krit4irl11 Pemerintah Oaerah ntah Daerah Pemerlntah Daerah Penausaha Penft·~aha
Perbanl
'• ... . ' • ·- • '' ' . ' I
II Ill I ,
6 6
I !
ti
~
! !
'
BO BOT
4 : 2 : 2
•
4
2 J l •
4
l
!
l
:
1 l :
11Crl••r111
3 4 $ I J l 4 5 •
I I
'
'.
:
4
5 I
4
s·
'
4
5
l l
4
5
l
! Penau
Perbankan Mi!Ta u~aha Perbenken ! Mitra Usaha 9 Mitra Usah~
'
Oalam menghadapi masalah Kualitas Produk Rendah, meke Pelaku / •ktor mana tebih pentfng menyelesaikan masalah tersebut?
Kritaria Peffierllitah baerah
Pemerintati oaerah Pemertntah Oa
Peri>ankan
.. 9
8
·a
l
6
·7 6 II 7 6
8 I
•
6
7 6 7 s
! !
!
BOBOT l
4 4
.
A
4
A
.
2 2
2 2
• : :z
.
:
l
.
l
"
. • 1.1 ~ l
i l
4 5
. '4 :
s
4
5
9 Mitra Usaha
I
5 i J 5 "
t
t
l
Krlterla .....
ii Pennusaha 5 Perbankan !
I
!
J I I
Part>ailican
~itra Usaha i>lltrl!J!~h.a
8. Dalam menghadapi rnasateh Kurangnya rnovasi Pengembangan Motif Produk, maka Pelaku mana l1!bih penting bertanggung jawab menveteseikan mesetan tersebut> Kriteria · Pe'Ylenntah oaeren
... ,......
J Pemenntah Daerah
Pemerintah Daerah ; Pengusaha i />entJusaha Perbankan
IV.
·-
-
BOBOT
'ire -,
l 6 ' 4 ""2 ~ if ' 6 ' 4 "! 2 ' 9 8 ~ 6 i 4 ~2 I 3· 2 i i I 8 4 ~ ~ 8 ; Iii i 4 3. 2 . : ID 8 ~ 6 ! 4 JI 2 I
'
: j J ;
'
'
Kriteria
4 5 ~ 7 . .P.e.nausaha 4 5 J ; '~~ Perbankari 4 s • ; 8! 9 M•tra usaha
...
..
'
4
: l
5
I
7
a: 9
5 5
I I
l
.; '
Pertiankan Mitra u~aha l .. 9 Mitra Usaha
Kebijaksanaan/Kegiatan Yilll9 dianggi:ip ampuh untuk mengatasi masalah yang ada sekaligus mencapai skenarlo yang diinginkan?
9. Berdasarkan
pelaku Pemetintah Daerall, terdapat serangkaian k~bljaks-naan dapat diambil untuk mengatasi masalatv'kendala yang ada? .. ···~~·---· Kriteria BOBOT Krlterla
----
' •
Pembinaan Usaha rJan .P!!!)ingk
Kanulc
Kemudehan ilahan Saku K!lDUI( Kemudahan Bahan Baku
~
10. Berdasarkan serangkaian
ada?
8
!
• ' • .
•
e
6
:
6 I
•
1 :
. :
'
2
I
, J •
4 l :t
I
'
4
7 6 :
4 l 2 l '
1 II !
4
II ! ~
'3
8 I 4
: 2 a •
!I
8
; 8
! 4
;
•
II
i
! 4
'
Ii
' ..
~ ~
~ 2
4
' 8 ! 4
'• ' • • '
l
Pengembangan Kemttraan dan J
8
1
2
J
2
l
' 2
S
4
.
.
l
• l 4
Pengem l>angan Kem ltraa n dan K"""'aS1 I Per)uasan Akses Pasar
. ' l
• • Modllikas1 Produk
a'
l
• 9 Pe.rJuasan Aksel; Pasar
I
1 •
I! Modilikaso
l
j
5 ' 5
; 4 J
l
"1odifikasl Pnxluk
..
. '
J
!
,'
4
-
. ' '
S,,
J 4
I
.
5 '
3 4
•
Kemudahan Bahan Baku Kanul( 7 8 I Pe11gembangan K~mltraan dan Kooerasl ' 9 Perfuasan Akses Pasar
s •
4
: 4 5
'
J I
I
yang
5 '
'
Produk
Modlflkas1 Produk
-
kemernpuen pelaku Pengusaha Jndustri keen kasur kapuk, tardapat kabljaks1maan yang dapat diambll untuk mengatasl maselah/kendala yang
Krlterla · Pembinaan usane dan
9
II
l
Pemblnaan usena dan 8 Peninokatan K~tran1oilan Pemblnaan dan - ~ Peninokatan Ketramo1lan Pembinaan Usah• dan
8
' 6
Penl~katan KetramcHan
Usaha
8
! 4 !
4
'
I !
Pengembangan Kemotraan
I l
•
4
II
4
2
l •
'
4
' 4
2
1 '
4 5 I l J 9 Pengembangan Kemitraan
I
4
;z
'
I •
:
4
i
4
:
2
l
:
.
4
4 :
2
l
.
'
5 ' • 4 5 I :
:a •
'
'
4
Kemudahan Ballan Baku
i
8
; 6
~
8
6
•
8 7 I
~
8 7
& :
'
8
II ! 4
Perluasan Akses Pasar
: 2 l 2 • 4 5 '
.'
~r~ria
Kemudahan Bahan Baku Kaouk
•• .J ~
7
Pengembangan Kemttraan dan Ko,,...,.sl
1
l 2 '
6 !
8
Pengembangan Kemltraan dan Ko,,..rasi
4 5 '
lt
'
"
~nulc.
BoBOT
B
Peninakatan !(et.r:ar.noilan Kaouk Kemudahan tlatJan Baku Kaouk Kemudallan BahCln Baku
:
~ 8
'
' &
~
i
'
l
2
2
'
S
I
'
!
s '
7
I
• l
'
' 5 6
5
dan Kocerasi
I
l
• . Perluasifo
• Mod iiikasi Prociuk dan Kooerasl
I
'
J
I
I
I ModiflkaSI Prociuk
I
'
'
-
.Akses Pasa r
Per~uasan Akses Pasar
-
9 Mod ift kasi Prociuk ·Pertuasa n Akses Pa~r
Modlft kasi Produk
...
11. Berdasarkan kemampuan pelaku Perbank.an/ ~aga Keuangan, terdepat $erangkaian kebljaksanaan yang dapat diambil untuk mengatasl masalah/kendala yang ada?
Kriterla
9 Pemblnaan Usaha dan Peninakatan Ketramo1lan Pembinaan usana dan Peninakatan Ketrarnmian Pembinaan Usaha dar. II' Peninakatan Ketranml1an Pembinaan Usaha dan ~ Peninn~atan Ketrampllan Kemudal'lan 6ahan Bllku Kaouk Kemudahan BahUk Kemudahan 6ah;in ~k!l ii
,
"
-
;
6
8
'
6 S4
8
'
6
a
'
'
8
'
8
80BOT
.
2 '
4 5
.
2
:
. '
'
2
l
:
;
6 ! 4
3;
2
'
:
.
5
3 2
5 4
..
.
6 ! 4 l
2
l
' '
t
I '
8
• 6
ii
8
•
9
8
• 6 5
9
8
; 6 !
Kaouk
Pengembangan Kem1tl'aan dan Kooeresi Pen9emban9an ,_KemJtraan dan Kooerasl Perluasan Akses Pasar
,.
8
!
'
'
Kriteria
'
!I kemudahan Bahan Baku l ' Kaouk 4 5 I 1 • ?engembangan Kemitraan dan Koaeras1 4 5 I : Pertuasan Akses Pasar '
'
4 5 ' 4
'
5
. -··
9 Mcxlifikas1 Produk
I
·-·
'
Pengembangan Kemitraan dan Kooerasl 4 5 ~ 7 !!I !I Perluasan Aksas Pasar I
! 4 5 • 7 ' !I Modifikasl Produk
4 ' 2 1!! : l 4 5 I ; e ~ Perluasan Akses Pasar
6 !
' ' , 4
2
l
1p
l
I ~
Modlflkasi Produk
l
J 4 S I 1 I 1
Hod lflkas• Produk
:
4 5
I ;
-
17. ~rdasarkan kemampuan pelaku Mitra Usalta, tercapat serangkaian kebijaksanaan yang dapat dlaml)il untuk mengatasi masalah/kend~ yang ada?
-
Kriteria
BOBOT
9 8 • .6 ! 4 • 2 Pembmaan U5'1ha can Penlnakatan l<etramruJan g 8 Pembinaan Usaha dan 2 • 6 ! l'enlnokatan Ketramoilan Pembioaan Usaha da n 6 ~ 4 z Peninalca~J!-~~r.a_mrnlan Pemblnaan Usaha dan 6 ! 4 2 ~ 8 Penlnakatan Ketramollan Kemudahan l)ahan BaKu 9 II I 6 5 4 ~ 2 ~Ka~.l<
"'
Kaouk
Kemudahan Bahan Bai
19
Pengemba ngan Kemltnian dan Kouerasl Pi!ni;iembangan 1<em1traan dan Kooera5' Per1uasan Akses Pasar
~
l
"' '
' ..
8
'
'6
• .
:
6
: l
4
5 ,
l
:
5 6 I
l
;
'
4 4
dan Kooerasl :; 6. 7 I I l'erluasan Akses Pasar
i 4 .5 ! ;
I
'
.
'
'
.
4 ' :z 4
•
2
I
'
• 6 l 4
'
2
1 :
51
8
• 6
:
2
i
Kenuk
I ! Pen9embangan Kemitraan
..
Modifikasl J>roduk
81
4 S I 1 I
~ngembangan Kemitraan ' · dan Ko""rasi
:
I
'
J>ertua$8'1-'kses Pasar
4 5 ~ ;
'
1
Modifikasi Praduk
5 4
81
Perluasen Akses PaSi!lr
4
s·
.
'
•
I ;
g
!
Krlterla
8 1 Kerr.uda·~an Bahan Baku
l
5 I
4 5 •
•
• '
MoitiF.'kiisi Produ1c
2i • 4 5 •
'
'
Modifikast i>roduk
:
i
'
!
..
-
Lampiran 3.
Sintesa Akhir Model Forward Process
AA
AB AC AD
AE
. Pengusaha . J'ert>ankan . Mitra ussna
Pernerintah dae-ah Pernenntah da.erah Pcl'llenntah d&erat1
Pengusa~.a PenqusaN1
Per.>atikan t
AF
9efbanbn
B8
Pengembangan iktim usaha &. ke-1~g.aen P~mb3ngan •kilm us.aha & ke!emba:g.aan P~mbangan ddim usaN a k.Cl•mbGgaan et1mbiigan &. p&IJnan serta stahl;S.ar mut1.1 a1mbi\gan fl Pdlal'Jhan serta st&ttOar Ml.St:.i
BC 8D
BE BF
BG
c::
~ln)bW)Qan a ~~t1ha1 sen.a mnrlitor mut\J PromO&ll Produk !Ii Pemat&ran
.
. .
a. Pe11aseren
Protnos• Pr;iduk
Heu~
llC~ltal'l
~han IS.ak11 'ltap1,1k
.......... -k e. """"'..~
Mef081:&S1Xew!bA 88han Baku KaoooS( H~t.1&l l<eosu11an 80Mn S.lcu KeS'Uk
~ni~atan
kuallbs produk dan label~g
. . .
00
~mudWn
~njamanmoca&I
.
l("'t -
EE
Ad•pta51 te-logl
.
PcriUOls.:>A k.e:l'J&SbMa "Saha
Ff
l>e09'mDangan US.ho Pengam""gan U$oh;i
co CE
FG FH
fengemt>.:t~rt ProGUk
l>e•uemt>o119•npn>duk
l)rOdukSI
f.l'engtmbanj)lft Pf'Mluk ~h
~ginUsaho
Hit HI HJ
Foleo'obo•lli!l u .. "" l'ellQemi..nllOll U...hll
1l
JK
V..-tatif
.
GG GH GI
n
. .
~""' Pe~mbltvan
. .
.
"1'oduk leblh VetiMJt
Pengembilf19¥1 Usaha Pen~ernba"°"" Usaha Pe!lilemOi>ngal>-.. leb
v.,-
.
-.iembonganUSllho
.
NN
9en9~nu
NO
Ptf'l9em~n
Produt lebih Vatlatlf .. 11a
Pencl!m-• u..i..
E""i-
....,9e0>bo
....... n.por
Dertin.ali~s !kspol"
l>engerrbongenl'roduk lK>il1 Ve"8dl .......,,_ El<spor Produk Derku&«lt3s Eksf)Ol
P~ul<-llla£
9!Qcluk Lfbli VaMtlf lk
Penflefftban(l.Jn
. .
ihnoeinl>onGon ~
_,_
-·k-llta•-
. P.r<>dlk~s .
Penoembang.a" Useha Pen~ni>a• l'IWvkl.cbh Vonotil
MM MN MNO
-
.
Pa."19eft'lben9an U$8tia Perigemb&noal'I Us:aha ~ill)tmbtngM Prociuk Leb!h tva'1odf
LN
---fl<spot
l"O
LL
LM
P"1oemlllnoan Prociuk1"bih Vanallf
.
Penl)
.
. .
. .
t~Raet ketjG:
l(etfl
. Penoetnbanaatl
KK KL
l(M
iPeninSbf;an kdntmpion
. . -'1oQJk
U$ali• Pl'Wuk l.eblh VMmf
Prttl~~bangan
l'tnlngkatan kuavtooproduk
Prnct1.1S< IJ?b1h VW11~
Ei<spor
P'enoembanQ.tn Produk l.e.b1h Variaut Produk ~tit.ls Ekspor PnxJuk &erkual!IM Ek$0or
Pt:nOtfl')b&I')~ Pl'Cduk t.eb1h Varlat.(
Produk8cri
Ptnoembanga" Produk tRbth V•nW Prociuk krkualb.$ O;,;,PQr "'Vduk llerlluo1hl fl<spor
-k
NP
~bang•n
Pradul< l.el>t!I Vorl.. 11
.
00
Pe~•gon
USeha
()fl
Peog..-llOA• U..ho
. Penotm>ang&nPnwtu~ t.Olh V>... df . tleft.."Uo- El<spc< . ,,_k llelkuo- E<SpOr
OQ Pf'
PQ PR
Pu>Qc~n
-
Lcb!h V.Oauf
. .
~~embangan U..he Penoemb••O'fl U..,,a PenSJOmbGRiUI P~k
QQ QR
P4'111emb3<1QM'I Usall•
~
r.n.-blntll"
l.eb1hV•oo"r
"""110ml>lngan Usaha 1'1oe!Ukl.el>lll V-1
. .
. .
P••O""i>MOM i..l>lh VM1..,, ll'cdl.lk ~~to>•~~ l'fOCIUk -lltAIS l!icspor Pet151:em'8ng1n Prad"I< Leb1h v.n.nar
Ptodulc &et~u•ll"'5 Ekspor Pmlu~ llell
..
..s,. "'.
-
~
Ui:ijJ::;g~
:
~~~~8~
3
a) ...iM rri'6
....
-'"'l'V't"JMN
0
-.,
.l:l .... N
~ ~
"'
-
~ON...i
VCl:lli,<'l~
ogo .... oo o o"'u' u eii ,.j .J ci c;i N
~~~~~~
rllOOOOO
0("')0Vl00
i:ii:i,...oo"' lllC,,... Of'\f
~
"' IO
~
~~&l888 fl'JU\ L"t 0
-!~"'!~
G>ooc ~
NN
g
~00000
.t u-.an o o ::! "OOOr'r--:-i If' c:
,f
...
N-i..OOM..O
o
t:::i•o~oo
~OOOOg QQO""OQ
Q ci N 'If
N..t~ON..f
1ncogr;a.., NOV) ON
"-(i~
0 .... 0,...0Q
000000
B c
...
000000
1i ....
....
ooco...;~ 0"10000 0 ... 01.noo
q~q~q~
-"
ll').-111'1.-.~0
ci cO NC
~r4NctNll>
Q
.,,,...., oo ....
~O~O•rrS O·~OOg
...
gggggg
ggg~gg
liJ lQ 8
E
,..M\IS..ONN...;
oooogo ~~qq
.,.N90)NVN
.."'
N..;'fiON~·
.Q
001;1000
oocooo
~N.fN.,-*r-i
OC...i
8 N"' "' "'
t""i '6N
coo ~~q N
Noo
888 0 "'8"'0 1il goo • -=! ~ ,...; o;...; 888 tl'i ..0 N _..;'° N ~ ~ '°
~~&
OOQ
Ooc ~qc;
000 000
"'"""
Ii! 8 8
\0
000 0011')
0
\l)fl'id
.......
0 0,.,
..;
d
..
,.,
0
q
0 0
"!
"'
o"'o 0 q N "' 000 ~ "'
"! 0
0
.... 0
"! 0
ooo
.... v- ~ QQO
~ ~ C?
L'? ~ ~
.,
ON.-
ciN-i
~~:q g.~~ """ ~oo
0 ... "' ONN
..iOO
g"'"' NN ~co
£188 ogc ~ • t;?
COQ
QOO
ON
...
.-
r-•
"' "!
0 0
"' c;;o,,:
0 "' "' GNN
0
000 000
,.., .. 8
_; 0 0
:>i
~
go" ,,,_ ...-l ci 0
r-, ....
....
QN•
.....
coo M c6 ti
<'l
··-
., 0 0
888 ri "6 N
M\Qt'
-
"'"'"' "'..., ..f do <WiOO OC)
0"' ...
....
~oo NlllO
coo oco
88~
,.; "' .,.j
N....tQ
OON
ggg
"1,.., ....
~~,..,
~~~ _, N N
MM..t
::c ::c
000
<><:>O
ogo 0 0
000
~'6N
gs~ aS ..t a
'-'00 0011\
•c-to
000
Pi~N
coon -i N ci
00.:;i
"'""'
8 N"' c:i ci ~ "'0
gee
.Q~ N .......
N
..
888
og.., 0 ..., 8 8 i:l ,.,) ..10 M ....; c;i
,..; ..; ci
to)'°
N
oon ~~~
OOM
000
-
000 OQO
0"'
MOO
~cici
NOci
O'lOO
QOO OOQ
... 0"'
q~~ f'l IP N
0
-NN
cog U>O
0
..0 ..: ci
~l.ll,..;
11:88
0
00~ 00•
oo
:Q~~
ogo0
Noc
coo ~ -it "'
<-l ,ON
..,
NOO
o .. ..,
n
~t"f~
~ ..j ..j
..:. ~.,;
..
"!
°' I."\
888 888 -i &n Lri ~ ui Lti
....
c:i Q
QOO
~~~
M
~gg
ON._:
"'
"'
OOM
OO<'l
....... OON 000
CU>4n
~QO
0 0"'
(?")~
0 0 0
M~r.i
,..;u; N
"'<0 N
"'? "1 "'! coo
"'00
.-iCQ
N
ci~oD 0 0,., p\ ""1 ci
dN..;
C?~C¥'! ,.., ... 0
O~.:
go0"' ...
~ ... Q
NNO
"'co ,,.~o
~~~
8 5: lil
"'00
ci ~N
.-
OCN
....;oc
ggg
888 Nq~
000 000
... ...i"" ...........
...; ..4 .....
:::Q~
l:i ..."' :.t % ..... ..... :!5 :z .....
~zO
ooo
qqC?
c
~ ~
~~~~~~
a>u:a"'""I!> maa m.:oa:::a 881!1
0 0
w
...
it fZ iE
gG~
V ........... M...........
~
........
.. ... "'0 ... N
....... "' ... "' "' - .... """ .,_,., ......... "'"'"'
l.
0 ........ ~ .. U"llD
z c
..
., !' ....
!~l
- ..
"Q)d'IO.-IN
In
...,
N
..
-
.. ..
"'
°'
-t in ui
r(
,;
NCO :cg~ N 00 "' '" ~.,, ,NV .: ci"" ""'"" o:i o; ~ t\l ..o~ ......... - N N
0 N M N
ooo
".-
"j
C!
0
OOT""i.-iNN
ooo
In
0
~
0
U'J U"I 0
c
-
0
.... .-tN ....
-i
,..i N
000 000
'It.
qqry
... "'
.........
~~~~C?~ "" ,... ....
..........
...
0
0
c:;j
~~N
c -i
"!
"' 0
;oNt.O
ogo 0 0
0"'
000 000
d
ON"'
Cl
..
......... rw1 0 lnO
o"'
"
0 ... "' OM.-<
0
N
"'
...t ni ..i
ON-
0 0
0
88S:
0"'
-
.,.;
OOM
000
"0 888 .. -i ..j
"'
tO ~ i:;i
~ t4
d
'-l
0
00 ... oo~ C?~C?~~"? .,..ONQN,..._ c3.,..; Q
~~0000 ""l.l)VJOO
'°~0
g 0,., o ....
111
........... "' ....... "' .... "' -t N N Ni•\..-
~ ~ ;t
N
0".., "' ... ..,
0
..:
~~~ co-
ri
gccooo 0011'1~0
Q
0 0
o)-f
"'00008
.C!
""'8 -o
0,_.M
ogo..-.-..r-1 Nt;JOOC o-t..;.- • ..;
"'
"-
0-iONQQ
... ........ "'0 ~~~"'
0
M"'
c:icidci~..;
C~ 0'""0C 1;>..--111.-1U"lO
....
C'if ~ "!
""!
l.l'IPtlllNQO
o ..tOOciOM
........... "' """" "'4M.-1
~
........... uq "'-o 0.......:°"'- N"' 0"'.., ...... "'_ ..,.... ..: ~ '° ci "'NCO o\ ..... ,..: ....... N "' ,...
...
OOt-tt~
... ....,int:ioo XI ,... cid 0 N..; N :E
...
..... ~
N• .-...oo ~"1 ~ll1"!
P1
.....
al,........ ......... ,0 ::i:"' \0 M ... _
0 (l'lo r.1~00
~...tNN""~
~
-...
.~
-o
!i! ~
"'
NNN
....
(C
MPl~
"'
0
.... "' ... M "l
........
:£ :i: ~
·.b ..... co
.., .... "' N
.... ..
.,. ...
..
"',,; " ; ...,..; N
Oor...
.... c;i c>
""" ....
ooo ooo ~ Yi Ill
~~~
000 "'" 0 ON..t
000 lllOO
N~..j
ai Nl'>N
0 0.., 0 ........
0 0"
-
...'° "' ,.;... OCD<>'
OV\..,
~"! 0~
..,. 00
NO
oog ~q.
000
000
~88
- ......
"'"' ..........
QQ~
"'oo ci,... -i
tSN..,:
o--
N ..t
Q
2~~
0,...,...
.... ci 0
... 00
~ C? ~
000 000
~~& .,. ......
888
goo
ogo
ogo 0 0 ,... ~roi ooo OQO
... " ...
~
.~Q
'f'~
.~
N•N
ggg
gg15
ogo Q 0 ~M~
oog 00
00
N~"' r-) ~
0 C3 00
8 888
N,.;~
NN...;
ooo oo .... .;.,..;o
~~5!
In C> 0
ooo """'"' P'imri
ooo Ma'M
00~
goo .C"?~
000
S!~~ .........
000 OOQ
0<:><:>
000
rti .0 ri
rwi'6N
2: 00.
8"'0' oo ~ft
z
N
oog ~::1~ 8~~ -¢ ..j .:. NOD NOO
...........
.z: z
H
888 0ooo0"
ggg
ogo 4=! • q
~~ul
N.j~
~ON
.f .1
- ~"' 000
~ .j-~
M~N
.,f
~
.... o ..
N "1 (>
N~N
c ....... ~~~ U': '° co ~; ;;j ~~~
0 0" ...
"'0"' ......-
""" ''"' N r1 "' ...-
"1 N " Cl)
: .. r-i .-i
1'NO
rl
"' "' 0 tiDN
"' "' ... QC> 0
000
000
NN.C c!J 0
8 .,0
..; N 0
000
N...;N ooo
g~:g
..."'~ ...... ......... ... ..,.... ......... "'~
"' " "' lil ....
.......
...."'
.......
-
Ill
Syn1l1<•sss of Loaf Nodes wllll Respect to GOAL D1~tn~ubv& Moomd•
l..EVEI. 3
LEVEL4
03n .:>tngemb&n91n •ti.•1m ~aha
&K•MWs•on
OOIM!
~bera.an U...., l'IDouc 1-eCih Vanabl F'mdut Beri
B1mb1nqan & pellllihen l8fta •landar mulu
0.109
u..,,.
l'llngernbel"l)lill
Prodoll Lebt1 Varatt Pn>dul -..llbc
0.06 0.028 0021
"""""""' °"i.. Pn>dul< lAINI Vanalf"
0.037
Etapot
PromO
0.127
Ussha
P•ucM-.a
....
B'.$pof
Mon;1lllal K-n Bok• Kopul<
f'efl-
Sohln
o.oo&
"'ng..-.ao
U&aha
-"'*
-Ldlil>VPIO
P,.ning1<.ai.1n Ku-~
Dan Laboltlg
0.175
0.1189
-·--·
Pengombonl>OO U..ho ""!lluk IJ>olll Vadalll Ekapot
Penl!ilkatan l(etramp!lan Tcna9e
KerJ•
--lta•
0.089
Peng..,.ttangon USaha Prociukl..eMl Vafialil Ebpor
o. 153 KemlJCbr\anP"Jaman Mod•I
0.15
PIM)Ge!!ll)angan lll«ha
Pnid'* lebi"oV~a.mi.Ebpor Krodlt U....ha Kedl
0024
0.022 0011 0.008
E;kOJ>Of
0111 Ad-&iTelinolo\ll ~I
0043
l'll"!l-.ng•n uPrO<M< .._
Valiit111
Pri><Mtl!eflwalllae El<spor
""'""'""
KooJ••&'M Utal1a
o.~
0.0$9 0.031
o.oos 0.022 0.014
0.042 0.(129
0.018
0.096
O~t
oou
0 023 ~91rbir1Q1nUsallQ Prud&Ac l.ob
Mitra u.. m
0.066
0333 l'ellgem~ U...ha Proclut l..llbll VRnaijt ProcM- ... l!M El<sJ)Of
Pa~n
o.(16
0.0Z4 0 015
lJNha ~ i.el>lh V.nd( l'l'odut Bettueltlal 8-r
0068 ~..,
0.014 0006
o.oos
o.~4 0.013 0007 0.038
o.oro 0.010
Lampiran 4.
Sintesa Akhir Model Backward Process
....
- - - -an
I
xe
.... ·-·
3 l'CAOtll'bt111t11n h'oalllt 1.-.Dlll VtrloDt
2 DD s 00 3 00
5 Klftf'Wlf"'l'IHOClll
• l(.o/-1',.in 1!1111n S.W..1(1fU{ • MMlllCIS l'IOCllll( llW.O~
lOO
900 I 00
.......~...... """'·
61(~1'y•M'""•
• 10.1~1tQll)"llmN1s; PcnocmDolil'l\I,., ~1tProc1111< ·Ko.o.lli..PM"l
1 KeP.ilr.lli.&o~n lllCll lOpo1• 8 Keuhlll11INN1n lkku ·~·
• 1C1.rnt1Q~1nov.lSIP1111911~..wlfl'l'o!l11k • IWrwl\)'fYol(ll0-1 l'ellOU-.a,M Nn11f11 .......,~
9 IC.llllt.as fl'OClllt flot'd»I
M1Jit•
10 ICl.l'1119ny1 11 1tonno11Y• .. >0• 1i «~119n1• "'"ai tl lltllllll~ll ~ .... l
~~It •
14 ~1111t.11&o!Wn
• 11.llRPOllyfl l~Hl~llan91111 M~Pwolult • IW1••1\1n"oi....,-~wn1t.o1111111111 MJO(koc!IAI
15
).M).
• (11:9JlltM\ tlltwl
IC.ti""
«11.,""'' l"W>ll: r.eno11t
16 JC11.,,.,,,.. tloclol 17 lt111'P'l!lf1Yi.. 0481 18 1(11~,. MOdll
• 1(........
~ l(oput ZO KeNlllaBWIWIl6lw !Opil\ 21 IWltltlit "•11k l'MltlMl
Z2 P4'ntl'lmit llffl'9n
• 1'151;,IA
2! ~m.lt dllGBll 24 PeTWrll'Ofl d&fl'llll
28iPeN,l1£8'1& 27·Pel't9111<3n
• Mltf».....,_
28 P9mer1Mb" dMra"
• ~iehl
~l'J:D'M:rl~ll~ll
• llettellka&
-·--
"i'
•
43-- ·.. ..
...
•
,1'' (-*""'" w.. .... ~(*"'-*l\9n
~ "'900Wllll'OW~•
'dlrcmlllowll UM"- • .....,,"V~l(ti:rfm .... n Sf ......,,~..,.,..,. t. ,.... .... «... ef!V)llofl
se ""1'1Nf1'VNN •""*1~•·~ S9 !hMllMMU-.l ""*'1i...~ 60 1~.ri.11 DINtlltbl "•k
JM~'
...... ~
.........
""''lo"
1.f«Wv~ ltttl'Wl'O&t,
,0 ~lltBWIM8ebl._... 'l 11:-.ldelwn~~bpult
1% -.n•11t11.hler\.-.K;113 ~bl11t9nlo.c.,""-'1t6~ 74 ~knoen
15 ,__
"
k4""9e11fll ~
~,..,.
.....,.IGQlll Ke(~·· ,. ,.,,.,.11..,.,.. ......... ,~ 7'
Pwll~U'Mlle'~~llen 11 ...,.,~ U..ht ..
"~~119neet..lMUW..M ~·-~---.."'1"9-- ll:WM'I,.. ¥l Kan.sti.n ~WM
82: n.rn~ltl\llt~ &J Pw!f-Mnoen
K411'o/\ ICl~lt
~"°llofM~•·~
M 8S""""'-Ah•
kutclioM11•~
PM.t•
• ~Nlnj!M (•Miii'~ fl
l'.t!M!N:SI
.........
"~_.. .. ~ .....
. '"""'._.l'!\V:lllk
• ~
...... ~
IW\it" Oilui M.H1*
.......
1(-~ll(
·tf\11$111Gel~ • ~bollO .. Kell!IJmnt~
-~~~
• Moil!!• ~ult
......
.. ,.,.
.,,......llln e.i- BtlW 1(1,.. ,....,_ ... ..._~A10A11411..i "-'11net1 Aloe9 l"¥;t '4GCllMWI flrirc.duk
-----
-~·,_.,.,., .,....,.,,.~ .......
........
I 00 l 00 i.00
40D 800 20) • 0) 2.., 1.00 2.00 2.00
0.50 t 00 2.oo 2 00 1.00
·~"""°"·
-~..,,.,_" ~~Alual,..,,
• 00 ).00
1.00
-~"U.._,,.r
• • • •
•.eo '00 0 50 >DO
.. ~
,,.. 4.00
4.0o 4.00 OS~ 1.00 1.00 l 00
'w 100
0.2!
013 05'
00< Z.DC
~ :io s ,0
9.)0 '\,XI
3.:10 '00 O.lS
•CO 21 ll 2.00 20.50 18.11
4.t:O
0 so 10.61 I 00 1) 50 2 00 14 25
...
1.00
2.00 4.00
1.00 4.00 0.25
I.DO 1.00
14.00
.. D .19.M '00 10 .so
1.00
.... .... 4.00
a.oo
200
.ll 00 2.00 19.00 400 12.11 ·)SO 89'
1 00
8.00
'T"t•I ftata2 Invert
<
1.00 8.00 5 oo 6.00 I 00 013
8.00
0.11 J.00
.... ....
I 00
0 2S 0" o SD
4.1))
0.1
' 'DD
1 00 0 13 013 lGO
I ...
800 013 1.0< 8.00
0.11 100
1.00 4.00 8 00 8.00 400 I 00
l.00
e.so
'"
a ..
30.0C 1.00
7 11 'g~
I 00 4.2S 2.00 13.SO 4.00
• so
22.00
JSO
).00 1~00
(l,l): D.2$
100
l • .t L
S.25
27.00
•.oo
27.11 8.00 28.00
0.20
0.13
) lJ 1.00 100
a.so
0,.
D.13 0.11 011
..,.
0.14
•.oo
.... MO t.00 8.00 0.1~ J.00
o.sc
9.00
1.00 8.00 8.00 I 00
9.00
013
J.00 I 00
?.Do
Oil 011 100 1.00 9.00 9.00
JOO
Mo
1.00 G.00 4.00 0.00
o.so
1.00 MO
9.00
4.00
1.00
o.50 l 00
....
1.00
1.00
0.11 0.)3
0.1:\
,,.,
2.0(
0.11 o.i.i
O,JJ '00 I.OD I.DO 3.00 9.00
0.20 7.00 9.A)CJ
D.11 0.11
IOI 0.11 1.,.
D.11
"·" 3.00
0,SI (I.JS
t 00
o.so
•••
..,.
0.2S
o.2s
Z.00
I 00
a.oo t.00 l 00
1.00
s..so 32.00
.... I.IS
e.so
....
0.5<)
0.00 900
200 2a.oo 19.10 • OI) Z0.•6
1.00
•.oo tpo J.00 I.DO
o.17
1.00
2.00
2.00
....... .... .... .... •oo 1.00
0.25 0 l3
•·.00
....
1A<>
JA2
::.18
• 70 3.80
14)
..... 2.70
O.l.2:
r.es .....
toe· .. D<
)0.1)(1 J),)(J
,"
25..)()
11.2• 2.(M; &.11 11.'4
o.50
.... .
1.10
D.45
2.2<1
o.as
• 00
o.u
I ...
1.30
§.CO
uo 0.71
).\lO
4.09
'10 I<~
1.ll l.33
1.ss
:r.JJ
2.00 I) 13
263
J.oo • sy
1.1111
0.5'
0.25
o.u
050
1.00 J,.J3
o.so 600
3.00 0.]J 1.00 1.00
,... )00
I.oil 2.00 o.33 2.0G
O.ll CJ 17 1.00 0.17
6.0C I 00 0.17
10.:;3 9.6J t1 ..., lS.50
'00 18.00 050 l3.6]
'·°" '"'" ,,.. I.OD
4.67
1.00
2200 4.5(1
Z.00 1,,()0 2.00 17.0<
0.2S
o.so
1.:12
J.oe:
0.50 2 95 i.00 u.oi 2.0!) la.DO 1.00 21.00 2.00 l.:JO
·...~ us
.... ~.l4
7.36 $.$7 l0.l7 2.00 12 11 4.00 u.17
o.ts
8.00 2.00
t.J 11
113' 1.11
.... 2
$,6'
:.oo
0.1' J.00 o.1J 0 17
,,.,
•> °"'°
3 ..SO
on
'·""
S
0 50
600 I 00
''
o.ss
1.no 1j,$,) 2.00 17 so
1.00
t.2<;
200 lSOO 2.2•
0.1'
MO
I.SS
I.JS
0.17
1.00
177 0.65 0 79
0.74
0.8l
1.00 I.DO
a.oo a oo
)80 ,.,
:t.'1\
0.1)
9.00
• 20
t.tG
0.12
O.)J
l.li 2.70 2.9S
0.10
0 I) 1.00 OJ3 f.00 L.llO 0.13
t.00
423 4 ID l.52
1.29
0.21
H.00 3.88 1,90
e.se
'""
2 LO
....
t0.17
100 0.21
0.1! 0.19
2 ••
5.60 201 HO 018
20
nso
1.00 0.11
0.00
I 00 0:13
'00
..... ""''
.. .u...i.,.,...
·--
J.00
J 00
2.00 SOD
A.a..._
• K-1111111
·).t 1
J.00 O.tl
Ml
• ~&lllMotliJIMll'A* • Pwlua.;111
).11
1.00 OM
l.00 6.DO
. MNn(- fWd11k . ~Pl'tdll·
6'7 l"Wl'I..,..,, Mlle 0. ~~ 1<.ltA/noll•fl ff ~~ Mlle' '°"*VkltWI
. ...,....._, """"'"'
• Nriuc-~,_H'
l'Wti•"" ~ ,_,
66 l'Wn~
·~Abd~
· ""*m"11911'111.9"11"'1' K'91'1q• . ;trmu-NGc.P-.. • Mocllf'lwl llmcllllt
61 ~~n.-..&eWll.OQQk 6Z IC~ll..,._Dlhakepull 6J IWIQMIOOl'IOenKtTillnefl.~5' ~ "91(~H•n ~ ..I0'.. 116 Kllp!IHI 6S
JI
,. ICl!.mucll~ .. IWI k!rN ~ • 1'11!19Clntallfili'I(~··~·
·~Abe& ...... • M>dlllir.l ~ • l"ttl1111Hn..._,Atse1 • htX!lnW ~ • ...01nw Pll)oM(
lfiNJ'l ..... ICajlll( ~titbcw-~fl:
IAlO
.... .... o.n
. "''°"
WM!••
53
OJ) 2.00
\i .. l\a .. Nitti \lwit!•
"'-•1111'"11 ua~ • hn•ne1a111~•~11 •7 IWllOlllN'l '1wlll •l'Wl•~twu1tl(V1r.t1.,._n 48 '9!111!MWI "-"li,glQtln IWlfalll~lll•11 4t '-"'l>!nw.'1 ~ • Alrl•~i...t..11 l!'..1,.mp111n 'SO l(..,......,fW!, W\tll M.u .. II*
1 00 1 DO 2 00 '00 I 0(
....
o.so o.u
• PMlw'\k.n
48 ~(lafl
t.00 0.3J
2.00
• lltrc.oli#I • Mitri l»l\t
..............
0.11 0.11 1.00
J.00 '0(
• #lor'Out.lhf
4J ~tlll OMtlfl
200
60D 200
l.DC
• HIO'it UIM'll
11("'9~
8 DO
•.O<)
800 200 1.00
e, ,,
.......
:)9 fl"ert»llkll~
0 50
0.11
9.00 s 00 0.11
).00 !.DO JOO 200 20<> 1.00
.. F'Wlllnt.ln .. Mitri UWI• .. rwtiint.t1'
o.n
D 1l DSG I 00
)00
l 00 4 DO
• ~1t.onbn "ltr.>UNM • Mltn IJQlw
2.00 D so
, <)O
0.50
U&ll'll
J 4.00
000
1.00
1.)0
• Jlritrtl&11lain • Milli IJW\a
,.. '-"elln!MI41iilltl 35 Pemeilntafl diet.th 3&~rit:the!Sril'I
J DO a 00
1.00
·M~l/lt_.,.
,.,,,_ .......,,.
•uo 9.00
e.so
-~~(
......
2.00
1.00
~"'' 1(1p.Ait
Pf.oul llW~~·llO'Nlll ~r.m1111no1• ttixlrrrroduk IWlllllll$ Proclut ~ ~ll'l<mlM~~·NOCllPrt>duk ~tnow.ll~lHot:lfl'm*lt
· • · •
30 Jh.imerll'QI\ d81#•11 i1~iw
'
·"""'*
"""""
• ICl.Ntttm
2S F'el!Mlta
•
Mowt~u\:
• K1161tmf'nca..d:RlllWllll
19 ICa&llfl»C\ ~
•
Pf:Mirir1toh
300 600
2
•
.
Plt>l)tll'lll
1 ht!U~IW)t<· U5611.1o
'1 Pr..'!9••r \l~•.a
J
.
~lUJ.IOlr~
..
,..,
1.07
l.11 1.92 3.5J J.10
)60
2 73
..,. • 4<)
'·'"' ......
o.2t 0.62
. ., 0.5
3.10 J.69 l.20 0.89 t.4) 1.11 >.03
2.42 2.83 2.62 2.~~ 1.•
,,. I.II
1.62
1.~9
i.l.)
....
i"ertarr:-
1
--
)
2
~ll(l-l\.tilu/111
,,,....,,,
- f'ot~-b;i..,,.,,,.,,,h;kWiil .Cl)lll
"""'""
~,,,.mf
400
0
• K11n1~....,.. lfl0¥in• Pe110-ten91n MoN' P·~''" • 1C.1111n9W(~ (Ill',.._ hrlu1mlwinp~ N<#\fP"'4u( ~SllOW'I"OGfffflllti
900 200 400 200
- "-lltAll ~II
4.00
HOll;il
1t111111Qnii.
s.-. . .
• l(Uflltllll l'loclllt..,.,.....
,.,.,,.,.11 .. ~11
• KYllllllll\111~
aei.:-11¥;11~ Wri... 12 ~r.nonwi~
tl Kawat.-n ~a... 1.c. ~un
K.i~ e.tJ, l(.lpult
~n
....
• • •
---
• Pill91Mhl
...........
lt~~m,lltn
~ua"' ~ '-nl~~"~i..e
l!eMn 8llVI ll.ll>\lk kh•H M.11 Ji:elllll< ii: ~ e;,~ .... ~ ... ~· bJ llM~·•9111' IC'«nlt._ .. (OllCftlll ~1 ~-•
~
'5
l'Wl1Cfftlef0.WI •-11~t.11.@:Js~
... """"'""''
• Me'.dlll~
~k
• ...,,__,,N.wit ..... ,
·--....
• ICllN.ldlllall ~ .. i.:. Ktf#l - ~f19tR(•mll'"nlK-.wl •Pe/111-...i ...... • Noclf\lcml ~Ilk • ~titMm~•K:t4>tt•I -Ptr111-11A\.llllf~r
e...
.
.._...,......,,...,.,.
·Pllr1V_ll......_
--~l'IV41
-~~"'
·"9rlllWllAba""9r ·M:Kll~U91~
~ ""'""""'-
• "lllltlilOllnQJfl IC~
;e ""*''*"";Malle l~bt.tn
9111 llC•llllln91t t
K••:wl
-~ ........._
. "°'*~-
~ ,..,.,.,_.J_4.~lngU1¥!1 ("-l'ftXI.-. ~Q «£'1nudtllan ~hlu IClllUk Ft c.o..vdtllent;iliil\ ..... tr..P11ll 8l~.llCl4fllnltllen telm lOlll!lt i) ~~b.llltM """'"'-'• koofl'•
~: I.
2700 27.00
27.00 1.00 ).00 1,)0 ).00 1..:io lOO
...... ............
fnd11k l\ll.,,..~4.1(-.ni•
D.11 8.00
"'"
1"1.50
1.2$
•.oo a oo
6-00
1.00
0.13
1.00 1.00 '00
.... .... °"' .... 1.00
1.00 0.2.S 1.00 1.00
050
on
O.ll
0~7
• 00
o.iJ
1.00 l.00 '13 1.00
030
? . .13
7.00
•.oo
400
700
7.0()
1.00
•n o.so
s.eo
Q.DO 2.11
].ll
~:
·Mocllll'... I~ ~i:"trtveen,..,_..._,
1.00
I 00
7.6~
....
'"
900
•.oo 1.00 r.ec 1.DC
Ml 2.45
l.00 O•C '57 273 0.46
I 42
2.2)
2 20
Z.72
2.-li
5.3>
2.f.7
..,.,
2.5()
4.67· 117 Z.00
,
0.>l 0.71
1.l< J.41
0.18 2.67 U9 0.4J l.32 0.10 142 2.-13 7 17 2.}9 66~ i.z1
.,. "' ...,
.
"'
....
17 O<
:;:,47
'7>
1).00 1.00 J,0(
100 5.00 I 00 7.00 02: 1.00 us l.OQ O.~! 5. 8.2S 1.00 s.oo 0 ll o:u 1.00 1.00 2.2! 0.2! 1.00 1.D< us 1.00 1.00 c.13 z.1, 100 1.00 1.00 4.00 100 4.00 l 00 o.n 5.13
us
... 5.1:j ,.00.
... ..
? "
0.1 ..
J.JJ
t.00 J700 7.)0 9.00 17.00 1.00 O.l? 142 1.00 :.oo l.00 1.00 :.oo J.00 l.DO •.oo 11,00 1.00
1.00
C:.14
..... ... , 1.20
1.00
•.oo
. ,.._Alaur..-
• Modlll• "'". -~GAl~llli.
2.00
i.37
•••oo
... .... ....
, P&~Mlb91\o•IC.9n~(~
AlGtW,.,...
o.oo
•.o<>
....
1 l1)
1.20
I. \1 ),OQ
0.5() 7 50 HO J.4,00 • 50 l so lW MO
0.1'1
2.00 {1,8)
o ..
0.11 0.r<) J.C)(
5.6! 3.13
••• 1.00
o.to l 00 20<
s so
1.-a
1~ 1.DO 7.ilo 1.00
0.2(
H> I 3' \ ll I 00
070
6.00 9.00 200 •OO 200
100
• 1<9/11\Mlwilfllen 8"°1QOull . Pe~
0"' 1 00
l.ll
1.ll
100 0.70 t>.::t:s 60<
1.00 J.00 I.OD 100 1.00
1.00
.....
• Mvc11ru. .._.....•• A'tdu• itenmp\l.ln
'·""
o.2s
11 ~
·h~MMt ..... ,.,,.~ f'n>clllk
,., ,.,,.,b,~\llMlle•"-lklfllnlllCttlWlls'e:i 7i """~ JNl'll t. ~ .. i.t.l l~~-
.. ~Ml'l.-.!Wolll~t.•0.,....,1 SS' ""'*- "~ ,_.
• Fu yv; ._
G.00
~.oo
0.50
• ~dilflt~~lllltv~
;sll'i:rl1_..,.,.......,
,,..
6.00
... ~I
•8 PwllhlMnUH~. ~.-. .. ic.nm11H•11 69 l'lll:lllltl11C1e11~.,"""*"'-.."~mpl1M 8e1-8'"" ~
I 00
1 00
1.00
"~lllMt~URlwta l'tnl~ke\fnK•lncVCll.tn 67""'"'"'"""I.Alla fl Ptnl111t'AU~Kctr.wp11~11
71 ~ .... ,,... D- .... 1141"" ~" '
. ~~·--·""119"'"
·f'~f'W411k
j9 ~ ~O
11
~piik
- "-'1~.n""'*Pf>W
~t•n
s oo
0.11
0.17
'l lCls'l"'4~~11M11~11• !JJ:11,W-.,Mhl!Wt M\9111411111111.tit.*
s_p ~J'lllMl'I..,,.,,..
l 00. 3.00 ••2 1.00· 3(0 ll.00 'Jl(l 020·
0.11
~t'g
49 ~un IJNnt •hn•nttlabnt:dl'Mlfol~n $0 l(f;l'llitllhsililMn fWlw •tPl'r
I' ~o UJtlle & Pt:nl119ktn1t1("""'1''*11 ~1Pt1n~11 us:.M • PM!foWnKenm111!111
l 00 OA2
1.00
0.17
• PIMrtttM~"'-1 • HOlll"-i ~!Ill • ~~M!Wnlt'l'l11\ .. ~I
MV4 ""-
1.00 020
1.00 '.00 1.00
'00 l.OC
• ll'Mn'*"-lllMn ....
t1iw ......
2
1.00
4f PiifknQA
li(fml''""
••• •••so
~.oo
1.00
7 l\ 1.67
s 3,
017
• NIW Ut:llW .. .....,, \1#"4
$4 SS ~u.-
1.00 t.00
• 13
•OO 16.:7
9.00 16.SO 9.00 1700 1.00 10 eo t.00
'
4 33
4 ::13 SOD
9.00
9.00
• hltlenQi.
~...,..11.""~ e "'°"""''
6.11
~ .:JJ
6 6/ 2.DO
200 ll.00 • 00 15 00 600 1700 l.OO HO 200 • 00 I OC 3.00
),00
• Mitri l.JNtw
'a
1.00
G.Ll 1.00
700 •DO
1.00
9.00
9.0(
Ulilll•
~ •en1t11nt1n Mer•" •3""1"9~
47 ,_..., .. 111 Uu/116.ltnlntlatw\ It...,.."-' ~ ,_,., .. n lht/W • itt11l1111.._,. tl'totinffrM
•.00
s •)0
2 00 2.00
......
... ~IMhl
ll'IU"lllfili..
.....
U>O 19JO 6.0C l2olO
.............
40~lllldN1•1'1
.. Jlilnl~
e.sc
l.00
z oc • oc
l 22 l.OO l.OQ 011 l.11 I 00 1900 1.00 0.11 1t.11 1.00 o.11 a.ii
• 1111•• lt.11111
• MllM VAii!.
46jtwNt1,_.~
700 >.DO 1.00
20<·
1.00 1.00
·~111(.oll
... '1"9naUMN
1,0()
l 00 1 00 I 00
I.DO
• Mttntsallt
....... ~h
7 00 1 DO I DO I DO
. ,.
Total ~.til Invert:
•
4,00 •OW 800 20 oo
.... .. ........ .......
...... \1411•
38 Pit/lo~Uhl ~' Ptrt»'llr.M
7 00
7 00
0" 050 1.00
100 • 00
~tllf-11\t
Ml PfrM1n\11h "'"" ,,, 9'olw)~H'lt
2.¢0
7.)0 7.)0 7.00
1.00 0 II
• 'tltl3 IJ:lblle
~4iiWll'I ........4'1W!dt'9h
400
LOO
'00
............
,, ~\IN"' ...........
2{,(l
'00 I 00
e.u
Piertienqn MIQ'a U9¥1io ~kctn 111Da USll\a
- 1'11tlll UllA"•
)2
10
HClUI IMll;l
,.,.....,..MYMll'elljlC'Mkllf•llMqOijf'K14ul
• Pef'Qlball~
28 ~Ul'I dli11A1t 29 P4mtl'1Mdl'I IWNll 30 Peme1-l'l llftnlll
•1~
lllMIClllll
~
• K»twrQ,.._)IWhlAll ~Mntlln
JI Pellg~M
•
~~1'ttoul Pnld11k
• 1(............
Zdf'llll',lia.ellll
•
'M111'
lfl(JYM•ftrltnoc:nlwi1191t1'6:dlf~I
• ~~lmwtl
27 rtroan~n
~
\ 00
• Ka&illl\11 f.aN~a-. ~k a.1111,11 •
22 Prttniort/lloll dMnl' J3 PffneM\ifl dlll!nlt 2•~1.tl'idtnll 1S f'tll
...
• 00
. ...;.,iu. PncU
M:icla .........
I~ Knulbl\~ ~.-~ ..:.,,...t '11: ., ......... -9-1» ..:.poM 21 ic..1111.111P«A.~1>.A1111a11
?
~Ilk
·K11~PllNl11k~
• """'n~
J6•11~M:ICI•
17 J(~(a 10~
.....
AOO
- "'"""""" l'llWIM ~·" • KlllMQI'~ IA0..11,i ~w~n foklu' i-.:luk • 1C111i~lllvNll Piiinoe111N1ntM1 ~
IS kleall•
•
l.00
• Kr.111111.Vl&.111111 fofli\lJ IY0.1k • 1<11.:e1n l'lodllkA~
11 ICtnll!)~
•
•.oo
c~,
S ~n1119n~ kOAil 7 lrMillll•ll 8ill&n .,._ Kll1111k 8 Xallllllltl&lll1n !Wlu1 •spuk
•
O<'IWollt.
l'el'l"U~lii 7
f 400
Va1el'(
~'Od"k M·•y<1llt.. O::::.pc1
.a K1til110n14 l'odod
,
-
PBt6AN::IJHGAN
No t 1>ron9tll'b.>nQ'n ~ .. ,, .. 2 1>1>n911... ~1101n Vs.11111
7..S8 $.67
5.67 0.-17 212 1.00 1.00
3.67
4.33 1.00
....
,,,3
2 (41 2.(o<
"·''
0 75 0.71
I 00 I 71 1.11
1.JJ 1 )l 1.-11
ko3e . ~ A.UB'".Nn
"'
'
.1
,.,,9C'•nbenjlan
~~u.~
·hoofWt~~ -~~lltlrlDcsco
"'(l(lull t.eDln '/<1111111 f
"'°"'*'
.,~
4 (ur..AQ.. .,.• !t.l,...,P'J'l'l;'I~
6
........ ~ -~..,..,~ -~
(1ora•10r1Y• N011;>1
, '"""!Ur.,.....~ • lnlriq .......... ,,, ; . ..,-...:.__.
••W.:
7 i:-11nn &lilloilil .. ia. ·--8 (•ullt.n &.111"1 8tlllu 9 IWMnf JlrodutRend~
l
lU lunri')nye MXll 11 w..:.1
nirane~
• lllMIUI ...
f•IMlll &.:ta. k11,u1e
• ~
IS ll11•ll~PllDOl!k~
•
•
J6t\.l,...1'11"llOUI r.1 ~a'10!W
.
d••n._
...._,......___
. *t
,._,.cu"...,.!'I
~· ,..inttft1t.n a....an 2t JO ........ rlrtal\d~"I JJ~~
3~-~.
:!A~o.tAb JS PwNIWlr..11 !Mfth
-~"""'"
40 hmenntM d"'11!
....... ,.11... "
""1!11H ........... n. ~,... .... ~
''
Jlrfl1111t111 .. 1Ul•ll•to1'9nt"QIMolM
A.
'"""piwif\
,._,.,.au.. .:.-....,...,. l'tt'rlmOll•A
~so ~'*"'"~ ll fltllll ltatwll
lt"'1mpil~n
1' .....
51 K•m-1';111 ~ ..... lq(.uft Sl: ~11911611*! WM llAfM'
Si~m•ne•11~""'"'~
"",.....,.. .... , -:..w.,_ ·~' S5 .-.. ...- •• 11-..,.. ,... S6 Jrt:ml:illl911fl ,,.,.,.,,.. ""' •..,.._... ~"co S1 J'elnlll!INn UUW • "9il,.lub11 ICttnm~n 5'1 ..W. a PIMogktWn -.:'-'•nOlliln
...._.."f'M
$9 -~~-~~~ 60 IW!IU~lltll &II~ e.W l.lpilir 61 KWl'll.ldbn ~A ei,u t..pull N W.na.. Keouk
....
~em.J!I.._
k••11•t-
fS ,.,.,..,_,,~'"h-:.o.
66 """"'~•" ~1119 .t Ptn1noir..t. l(-.,.pati. t;1 !toflNll""n UUlll i l"tnl~IWll'attKclnmoll~A «ii Pem!JIMiM u.4w l ""lfaban Kf!4119llu f9 fWll'*- UWWi l ""*llQWd x.sran~ ~mullallen ~ 91b.l lleplAI
"71 ~"""••e.a. ••111111 1\9'¥1.411._n tal\a11 8lllw ii:e.ut
n ~..,..,.,. ~-· .. taOC1111•
74. '°i"UEMIJCiihjMWllmltfwlt.~I 7~j!'tflllllenA_ ......... 75 "9ntllMlll '*lie l 1'11 ..............
_..,,, ....,,
t~-'
,., ...,.~ UWIW!l~ 71 ....., ....... .,_. 8 l'lnl1t11Mt111 it~ 79 P't~IWll ~
6 Pt-nln!lbllll) CelnmpllJO to~Nn .. "'91\a.a~ e1 ~ ......,_.,.n ••11 .... k.epoA( 81 l(Clftuda!*I 0.11,tft "'*'~I.It 6)
~~·l(......_ .. 11.o,......
Ptrll.l_,,...,,._
·--__.... --~--~----....... ·.......... ~---~ .... ...._
~.~
·~pl'~·~
r...-
84 ~li.s-<•m1t411..,a~1
................ ."""' ......,....~ .. ~-
...
........... ~ h~A._.,_,.....,._ ................. ,.,...... ,..
..........,....
.·-.... • ~ftOqla
·-- ~·~ .o ... ,_~...,. ....
.~
3SO 1.00 1.00 267 '!00
D 33
5"
...... ,.,... .. ~
~._..._
--------
-~ ... . ,...,.....,.,.,.., • ,..,._ll'AllMos...
100
2 00
4.00 9.00 6.00 700 9.00 J006
5.00 5.00 !.l>l I DD
2.00
300
e.oo a.oo
1)00
40<· 1 Ill)
050
9.DC 2.00 1.5()
050
1.00 0.2) 1,0) 0.2·)
100 0.11
200 0.11
017
0.)1
1.00
DSO O.OD
1 SD Jc.oo
s.oo 5.00 s.oo
400 , .ee SJIO 13.00 Z.00 7.00 2.00 ).00 O.lJ 1.)J 0.11 I II
).00
o.:u 025
l
1.001
,., 4.,00 0.50
MO
O.JO 2.00 0 •.25
o, .,
2.0i)
o.so 0.21
2.00
050 0.13
2.00 025 2.DD
O.ll
2.00 2.0D
D.17 0.SO 0.51)
"' •.ooo 1.00
.o.so... 4.00
t.00
0.11 1.00 4.00 &.00 9.00 4.00
Ou
.....
0.17
••Q)
0.3) l..OJ
.... .,,. I.I>)
0.2.S J.00
o.so
5.00 1 50
• so
•.so
l DD 075 0.75
.... 1 Ol
0.7S
a.11 0.75 7.00
....
J50 150 0.61
o.st
..:uo,, 0.40
2"
tl.15 0.31
.
lfiO
.,,
1.0D
2.::u:
2.25 l SG
'50
2.ll 033
5.4'S J.33
s.• s
1.3.)
I.SO J.)'!
...
J.61
'·''
3.20
2.47
O,li)
s.»
'·.a,1359 1,13
Ol•
..~.>O...
Ill
O>w
.., .,, o.u ..., .... 7.?)
u;
6.$0
1.:>0
)2Q
D.23
l.OD
>.OD
s.oa
>.oo
,.,...
1.50
O.Q
O !O
O.t~
1.IO
•l3
0.1)
2001
017 0 5D 'DD
150
...oo·
a.so 1.00 0.1..1 0.S7 on e.se 0.33
1.SO
oso
• 50 3 so
'90
13Df)
'00
0.2., 500
·..-......-
. """'--'
7.00
Ho HO
s ec
5 DD
3 00
b.O:> 11.00 , I))
r.eo
l.DB
6.00
6 O>
5.00 5 00 1 00 l 00
1 ••
11.oc
1 00
..,. ....
............ ,_,..... ...,... . ......,,.,....,. _...,,_. . ~,....
. ""':10.....,.
6 1i
2.()() 200
oso
~
.~
&00
1.00
l DO
100 S.00
• *"81Qs1 ,,.. ..
.. "'"'•
'""
1 S()
0.67
) 1;
1 00
100
))
·~ ·~· ~ ........... ._,. ~·~·~
133
6.00
SOD
l<&ta2 Invert
2 OD
.. . ..
• h ... ,,......,......e.,c.,.
• '91V(W .........
SDO
c.,o
..
·~ . ........._
017
1.00 1.00 1.00
UMf'w,
·-
0 ,,
s.oe
· ,.._.,..Ibo
63 Perii~~·~-~""-'I
as
Ulillll
• Mlft '..IAf\lo
•t ....,,._, VMN
12
Mcldf'fl'.llM\
• Mnuuti ..
•S ••t.i..11wn
n
;•
• Jlwti;.l'lllQl9
4) ..... Ql.-UM
"
•
"""'*
--4 --
...... ._
4t)hm.1'111Mt! OMrlh ~•-.ii.nd.nl'l
•t
$4 "( ... .,..,..
... ,.,'
............ """"~ ............. .......... . .._
rltl'.a"dMl"llll
)1~~ )8 f'tll(I._ ...
.,
~
._
• ""'
1( .......
...
. Hm""'at
)l P.tOtinNn
•
.......
·.·-.-... ~---~
2' .2:' twolnltiln
•
---...........
•• ._.
.-._,
~~safla
J~ ....
lls~Md'~ .... \j rt
-~--w.e
22 "'8mer1nw ~ l'eMrilQr Oi~h
7
•• .,.....
• """'~)-..:I
11 -~llblh d~eAh
<
...........
-·-~..........-.........
"'""4'
_
...
-~~,,...,.. . ~ .... lffflll.
llllttllOn;• MOclll 19 MMt lh\111 ~It: )'l "-ct-... ..._ Mii ~p.it tl ~ f'rdJk
" .... ...
~
Rc.s.:llt
. te9J!b-. l;alra,.-..&..
i• ICl:IM-
•
••
0 l)
1 OG
. C.-.aia111p~~*6'1t•'
a..... •~"u 1Wpu1o
t 4 •-111nin
....
("~~
12 l't&o!W"Q,.,.O "I-I 1) -...;1111...,
.... u..~
'total
••
A
l ~e....cot11»•~11.) l Pl!11<9•111r...io•n lHIN
'
1' Peibi!>i"tJw,,..
CIFAlv.NnlHG.&et
l.25 0 t2 11)
0.1?
133 ).io 2.<0 4 !!O
'·°"
o.so e.oo •.OD
200
133
t.So
1.00
225
0.67 1.1)
).uu 150 0.1S Gi>
0 l8 3.13
9.50 0.63
O.Jl
HS
2.13
•••
l:.67
z.so
"" l.00
3.20
. .. . ., · ~ .... ~:~ ••• .... •.oo 1.00 <.OD ... D
C·.50 Q.33 0.13
oso 0..50 • 0\) 1.00
•oo
8.0()
UDO
2.U
Q.29
1.M S.00
8.00 lOO
6.CIO
:Z.OC> 1.00
2.SI
'·"
13.00 1.11 1.50
•.oo Mil
200
o.so
• Oil
. ... 600
2.00 11.00 4.00 8.Q)
'
4.00 0.42
2.<4-0
• 17
0. O.SD
•o~
200 l.00
1.00
. .. J.00
l 25
'·~ •••
...
0.75 3.00
J.lS 5 50
J.71 1.$)
...-.........
H,ltSU,, W...,, kUr:$1-Qftfet iUOcWMD ~
... c Pe1:a........" 1
N:>
UNSO• MAIVAIRAKAT "
I ""'"~lil~UoUa";o
-- .....
2 ~Jtirl;.,,,.,.11U~IYo 3 ""'JCllllll
2
-~w.--~ "'**-flta'br
'I 10.1Q11111r-<1'lodtl :. ""'~'llllfr4~
....... .~
7 ._
.._
81!'1W> •ill\ll .(tj".llk
8 ~II Q
l
1D
&llo., IC•P-JI
0.htll
•~~u.- ~ .... ~.,--.wit
• IWf~&ow. ·~~
-~-....
e....
2iO h-Mlts 8''\#1 ll•po.lr 21 llMlll2'~~"
................., ..
34 9ehrlnra11i ,....,, 35 F'eMe'lnDll ·laeral' la:.~tmd.9n!I YJ ..........
l"lltWOltl"'"'
4' "t1111)1-"'*1.J1c111nokalllirlr•~,....rt SO <Muloiilltn Man. ta.i .:.pull
l
51 Mlllulall~fl a.itr.u'l l!illru Kii~ Sl ~~Mulapuli:
Sl~111Cc.1lllfrl'Ur•-..r• S4 ,..--~·IO!Jlrln-
ss .... -...~~ 10
S6
~8 ...,.,...11~-~ £9 6l 61 Q
'3 6' 11
..... dllkatml~
~np..Jl:•lllllnld·~
"no~."'~" • .....,..' ""'-n ~
Aia. ~
U..
61,..~u..1111,~n~
" ........... 11 .... 196........._1-.m-. 19 .......__ w •• .,..npu11 7~............ 11~!(-k
?l ~11a.rr. ..... 1ai ...... 73 l'llnlltim~lllnlll'MI·~
1.J fvOd•JlliOQltl~ 75' Nan.._
""'•n
7G
"""°''*"' U111N a ""*'8-.in~laoi
11 ,__._"
U-.
7't ~
l.111.olNa ... tip1i'9a l.m11J19.. ll
7'SI
.......... ,..~~-
ea~
"--P'"P
8llNr: .,.., ... ,...
e1~~a1uic.~11
12
13 l"'UIO-~ a.t .._. e5 """--
..,.
a.Jw JCwi.tr; IDlll!AMl &.KIJ,.. Jewnin.i 6 l((lxn,i
-.
• ..._._
·~~._.. -~~
...-- ......... ,_
• , r:11
.
.............
t •• , -----·~
~.--.....___. ·~~,.__ . ..__.!I ~---
.......,,, ......
• ,...,,,uJW<Mdlil&
.
·..-................... -.-·.. ----'---~·. ..... .,. . ...... e..w.. .... ~
.......... ._,..,.
·"c1QCt110•~·~
. ......,.
• lkdi8'Wl'ft9&
ll;llOO:IWI
6~
-·---·-----
~ .··-,......Al:s"'c 5,.,..
·--.
~..... Pl!llltrtMllM :C<mlido- ll4illiWI '"' ... K.ii:u<
66 ~I~ .7
.. ~
~•Piw11~1'-.q111p11"" ,_.,.,_UMIMil~butlll~
S1
--·---
.......
-~--..w.-.. -~----.
'411111 & fit:o'IH'lllw"lll t(on
41 ......._an llMh•" M;e)IWl'!Dllilll 48 ~nlblfto•,,...~~11-
.,....,_~...,~ ., . ......_ ,.,..
--·----• JIGUCillllf~
., .....
4 • ...,.,..~
~Jib-.~
. h'*-
313 306
... •••
• 00
i.so
~.00
'·'i; 0.19
..._ ,,._.
533
e.oo •.oo
400 8.00 16 0() 2.CN! 100
1 00 200 • 00
....
2.00
8.00 l>O 2 00 2.25
••so
O.SI) 0 25
on
0.38
OU
...
1.50 2.00
0.13
4.00 s.eo 8 00 1.. 00 2.00 l.llC l DO 4.00 0 s• 4 •.50 o zs 0.311
1 90 0,ll
6'10 .100
700 :; 13
3.S<
o.se 1.00 O.Jl s.oo e.zs
H3 113
MO
....
16.00
'00
200
.... ....
I 2S
063
0.63 lOO
0.)1 1 •• 250
Ho
0.7S.
133
O.S!I 1.00
1.71
•OC B.00 t 00
200
4.0(·
8.0C :t.2.S 0.19
1.00 0.31 O.S6
825
413
(}.25 0.25
1.·XI D.63
125
0 50
z.oo
4.00
500
0.50
1.00 !.00 0 17 1.110 017
0.17 1.00 c..11
<.oo
D.11
l.00 0.t,
6.00
g_oo
0.11
&.0)
0.17
16.<)(>
l.17
2.llC
o.so ~.oo
loO
1.00 3.00
1.0()
LOO 2.0C 1.00 4.00
0.l?: 200
6.17 6.50 2.00
2.SD
J.00
4.00
4.00-
6.(0
1.00
2 00
'·oo. e:.oo 8..00 id.OO o.so o.:s 0 7S e.ee
. ... 2.00
-4.00 8.00
1.00
'·°"
60(>
3.00 2.00 JOO
o.so· 3.00 I 00
1.00
~-00 D.33
i.as
.
300
1.00 • 00
""
038
uo
400
.
l.OD
o.st> o.so D.SO
"'
""" •.oo
1.00
1.00
0$)
2.00
0.25
•-00
O.SI> 2.00
0 3J
1.00
J• 2.SO 1.50
2.00
.
4.50 ),!1-0
s.oo 3.50
3 2S. 1.15
us
l.SO
O.?S D.15
7.00
3.SO
>oo
s.oo 11 00 o.s 1.so J.:SO 6.00
2.00 11.00 1)3
2.67
•••
""" ., 650 \,)]
3.00
2.00
9.00 11.00 10.00
l.OO
•-DO
325 •OD
11.00
<.OO
l 71
s.oo
16 (» '·00
&.0)
600
JOI
3 0()
J, 9.00 0.25 J.00
3.00
so
... ••• 017
6.~
1 0()
03J
3..)tr
200 4..00 8.00 2.00
.... .... '.... z.eo
D 17
• 17 1.00 10.00
2.00
0 so 050
....
0 33 700 1.t1. 0 33
. ., ... ..o,,.,..
161> i
e.ec
12.00
1.00
3 20 l 78
uoc o.oo
2.(1) 1000
000
$.).S
'~
~-00
1.01)
a.oo
...........
ol$ ~n1qi,.
I 5(1.
6i5 613
... .... . "' ·-~~
·Mint~
... ~Sin~
•.ao $.00
0.!3 1.00 1.00
·--· -----
daet...
'12 Plm91ntlin d""1ih <13 Fffoi-tv
'00 o 13
I.JO 1.·lO 1.00
...... ._
3 oo
B 00 16.oo 200 3.00 200 • 00 050 450 n 25 DJS
.,., s.oo
·Miba~
39 Pette:ikiln
•.l)Q
8.00
....... -.
.)9~"""'-
'00
1.00
---·-----
33 PmiM'*Jl'I
0.25 OIJ
0.13
........... ..... -.
:'I,~._,_
"'4lk
lhi;.MOlltPModok
_-...... _ ,_ -~
lll~,. .... 29 ~"'111
"'111111-
......... -
_,. .,._
26 Jleft9usallri 21 ""'11iiikll'I
.. &
""""'
• """'OIDIJGQ
JS ~UWNI
•
Opt:
-_-
~J~ll~l'l~h ,.... ~tllb.S.t ... !'I
41 ~nQI)
...-McrC~
...._..
-~~
22. """'•ll1Ull1 <11111:1'11h
•
....... ~
0
.~ ~ • ,,........,. ,.,...,.. . ~ """""'--.......,..
Od19 KoitUir &111111..,u11.ip.tt ia~
•
,
. ~iw.,....
17 IC:llWll) ..11 "'"""'
'
a
.... . ~~~---Pnlclia
""....,......HOd.,
......
2:oc
1 00 2.00
M(Q"~
.....
00
,00 600
•••
~
• ~,,...._.•~
t
"*~ ..
. c...,.~~M:ul''""""' • ICOoillle,,.... bidM
1~ ~'-""'9JUltfleflQoll
u;
......... .,...
. K-ae-e.a....,
IU~•Ml:dill
11 ICU""U""~.. ~I ll lld~•lb!"i 13 r.eu11UQe.aw a... caouk 14 l'aUI..,. ~lqf. IUai t..pUll:
•
.............,.,.......
. ...,_~~
611~~
1.2
M a e t ot~I · ll.atal lnveti 11 12,__,l'-,~,.l..-d-~
1 00 2.50
~.5 0.2:5 D.7S 1.75
1.SO
l.S3
J.?J
.... 131
300
ho
0.67
J.50
Pemda
Pengembangan Motif Produk
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Pengembang.an Produk Lebih Variatif
0.007 Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk PePgembangan Kemitraan & Koperasi Periuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.004 0.001 0.001 0.001 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Per gembangan Kemitraan & Koperasi Penluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.009 0.008 0.007 0.004 0.002
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen:gembangan Kemitraan & Koperasi P-erluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.000 0.002 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilaa Kem.udahan Bahan Baku Kap.uk Pen9embangan .Kemitraan & .Koperasi Per1uas.an Akses Pasar Modi~k13pi f>rS>gµk
0.002 0.003 0.003 0.001 0.901
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan &. Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.026 0.008 0.007 0.006 0.003
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Mo
0.004 0.003 0.003 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perfuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.022 0.005 0.023 0.009 0.006
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Baban Baku Kap.uk Pengemb.angan .Kemitr.aan & Koperasi Penuasan Akses Pasar Modifikasi Pr~,,tk
0.003 0.004 0.00.3 0.002 0.001
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Penuasan Akses Pasar Moclifikasl Produk
0.010 0.003 0.003 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Perfuasan Akses Pasar Moalifikasi Produk
0.002 0.001 0.001 0.001 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampllan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen_gembangan Kemltraan & Koperasi Perluasan Mses P.asar Modifikasl Produk
0.002 0.002 0.002 0.001 0.001
P~mbinaan l)saf:l.a ~ Penlng~tan K~tra.mpi_l13_n Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Perf1uasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.001 0.000 0.000 0.000
O.Q3
0.006
0.011
0.252 Kurangnya Modal
0.140 Pemda
Peng us aha
Perbankan
Mitra Usaha
Kesulitan Bahan Baku Kapuk
9.934
Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
K1.1alitas PrQduk Rend ah
0.05
0.013
0.065
0.012
0.019
0.005
0.003
0.007
0.03 P~m~.a
Pengusaha
0.003
0.018
Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Mc1difikasi Produk
0.006 0.005 0.004 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pe!luasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Penuasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.001 0.002 0.001 0.001 0.001
P.embinaan Usaha & Peningkatan Ketrampllan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Penuasan Akses Pasar Modifikasi Prpduk
0.003 0.001 .0.001 0.001 0.000
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.008 0.007 0.007 0.003 0.002
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Periuasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.002 0.000 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.003 0.002 0.001 0.001
Pembioaan Usaha & P.eningkatao Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Per1uasan Aks~.s Pasar Moolifik;i~i P.r:o9uk
0.011 0.003 O.OQ3 O.Q03
Pembinaan Usaha & Peningkatan. Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modiflkasl Produk
0.002 0.001 0.001 0.001 0.000
Perr binaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen!1embangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.009 0.002 0.010 0.004 0.003
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Penuembangan Kemitraan & Koperasl Per1uasan Akses Pasar Modifikasi Produlc
0.001 0.002 0.001 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen11embaogan Kemitraao & Koperasl Pertuasan Akses Pas.ar Modifiltasl Pf'Q
0.005 0.001 0.001 0.001 .Q.001
P~ll)bi.l)San P~hil ~ P~ingka~n K.!!tr:ampilan Kemudahan Bahan Baku Kap!Jk PelllJ1emban.9an Kemitraan & Koperasl Per1uasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.091 0.001 0.001 0.000 0.000
Pembinaan
Perbankan
Mitra Usaha
Kurangnya lnovasi Pengembangan Motif Produk
Ketrampilan
0.003
0.006
0.047 Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Produk Berkualitas Ekspor
Usaha & Peningkatan
0.006
0.026
0.005
0.01
0.139 Kurangnya Modal
0.058 Pemda
Pengusaha
Perbankan
MitraUsaha
Kesulitan .Bahan Baku Kapuk
0.000
0.021
0.005
0.027
0.005
0.017 Pemda
Pengusat:ia
Pertiankan
0.991
0.009
0.003
0.001
Mitra Usaha
Kualitas Produk Rend ah
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modilikasi Produk
0.001 0.001 0.001 0.000 0.000
Pernblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Moclifikasi Produk
0.002 0.001 0.001 0.001 0.000
Pembi!)aan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembaogan Kemitraan & Koperasl Pertuasan Akses Pasar ~~lifik?.~I Produk
0.008 0.006 0.006 0.003 0.00~
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Peogembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Moolifikasi Produk
0.001 0.001 0.001 0.001 0.000
Pembinaan Usaha & Penlngkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.002 0.002 0.001 0.001
Perribinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.001 0.000 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifika~I Produk
0.004 0.003 0.003 0.002 0.001
Pembin!'lan Usaha & Pe.ning~~tal) Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen.uemban~an Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Penoembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Mod,fikasi Produk
0.001 0.001 0.001 0.001 0.001
0.004
0.041 Pemda
Pengusaha
Perban~(!n
Mitra Usaha
Kurangnya lnovasi Pengembangan Motif Produk
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Periuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.005
0.025
0.004
0.008
0.023 Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
0.003
0.013
0.903
0.005
Pengembangan
Pemda
0.008
Motif Produk
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Penge_mbangan Produk Lebih Variatif
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pe11uasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.004 0.002 0.001 0.001 0.001
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.004 0.003 0.009 0.005 0.006
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Moclifikasl Produk
0.003 0.001 0.002 0.001 0.000
P.embinaan Usaba & Peningkata11 Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kap.Uk Pen.Jembangan Kemitraan & Koperasi Per1 uasen Ak~ Pasar Mo(jifikasl Pro~!Jk
0.005 0.002 0.003 0.003 0.00~
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pe~1embangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.006 0.003 0.001 0.002 0.001
Pemlbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modrlikasl Produk
0.002 0.001 0.004 0.002 0.003
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan ·Bahan Baku Kapuk Peng-embangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.046 0.008 0.023 0.007 0.007
Pemhinaan Usaba & Peningkatan Ketrampilan Kemudahao Bahan Baku Kapuk Pengemb.angan Kemitr.aan & Koperasi Perluasan Akses Pasar MQ
0.004 0.002 0.002 0.002 0.002
Pemb naan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Periuasan Akses Pasar Modiffi(asi Prociuk
0.010 0.006 0.003 0.003 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengernbangan Kemltraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifi•iaSI Produk
0.000 0.000 0.001 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan KetrampHan Kemud'.ahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Pertua!1an Akses Pasar -Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.-000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengernbangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifik-3si Produk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
P~binaan 1,1~.~ & Pen\ngk_!ltan Ketra.mpil~n Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemltraan & Koperasl Per1uasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.9J:!.2 0.001 0.000 0.000 0.000
0.027
0.006
0.013
0.208 Kurangnya Modal
0.129 Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
K!!sulitan _1;3ah.;m Baku Kapuk
0.013
0.092
0.012
!).031 Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Kv.a.lilas PrQd1,1k Rend ah
0.013
0.023
0.003
0.003
0.003
.0.0.24 .Pemct.a
Pengusaha
0.9()3
0.015
Synthesis of Leaf Nodes with Respect to GOAL Distributive Mode OVERALL INCONSISTENCY INDEX= 0.01 Unsur Pengusaha LEVE!-2
Pengembangan
LEVEL 3
Usaha
LEVEL 4
LEVEL 5
0.689 Kurangnya Modal
0.448 Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Ke!).ulit11.n Bah_!ln Bak(! Kap(!k
P~mda
Perbankan
Mitra Usaha
0.020 0.011 0.005 0.005 0.003
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Ken~udahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Ak.ses Pasar Modifikasi Produk
0.007 0.004 0.014 0.009 0.010
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen11embangan Kemitraan & Koperasl Perluasan Akses Pasar Mochfikasl Produk
0.16 0.028 0.079 0.025 0.025
Pemlbinaan .Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembaogan Kemitraan & Koperasl Pe.r1uasan Akses ~asar M~ijjka~j frQduk
0.015 0.006 0.008 0,008 0.Q()6
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengombangan Kemitraan & Koperasi Penuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.039 0.022 0.01 0.01 0.006
Pembfnaan Usaha & Peningkalan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifiltasi Produk
0.002 0.001 0.003 0.002 0.002
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudlahan Bahan ·Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Per1uanan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.005 0.001 0.002 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Peduasan Akses Pasar ModifikHsi Produk
0.003 0.001 0.002 .0.001 0.001
P~bin.a;m _l,l§Sh_a !]. Peningk11.tan Ketrampllan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengemball_9an Kemltraan & Koperasl Perluasan Akses Pasar Modlfikasl Produk
0.905 0.003 0.001 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengemhangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.007 0.004 0.014 0.008 0.009
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampllan Kemudahan Sahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Perluasan Aitses Pasar Modlfikasl Produk
0.004 0.001 0.002 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudah1m -Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per.luasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.004 0.001 0.002 0.002 0.001
0.044
0.317
0.043
0.!)87
0.01
0.01
0.01
0.071 P.emda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Kurangnya lnovasi
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Petluasan Akses Pasar M0tjifikasl Produk
0.116
Pengusaha
Ku~litas Produk Rend ah
0.044
0.054
0.01
0.043
0.008
0.-01
Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.001 0.005 0.003 0.003
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemilraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.001 0.000
P.embinaan Usaha & .Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1 uasan Akses Pasar Modifikasi .Produk
0.002 0.001 0,000 O.OQO 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Peng)embangan Kemitraan & Koperast Per1i.i asan Akses Pasar ModrHkasi Prociuk
0.002 0.001 0.004 0.002 0.003
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Peng.:1mbangan Kemilraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemuclahan Bahan Baku Kapuk Pe~1mbangan Kemitraan & Koperasi Per1u01san Akses Pasar Modifi'kasi Prociuk
0.002 0.001 0.001 0.001 0.001
Pembillaan Usaha & P.eningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Ke.mitraan & Koperasi Penuasan Akses Pasar M.O:d~kal!i PfO!illk.
0.003 0.002 0.001 0.Q01
.9-PP.9
Pembil1'aan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemud12han Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemltraan & Koperasi Periuasan Akses Pasar Modifikasi Prociuk
0.001 0.001 0.002 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Penlngkatan Ketrampilan Kemudc;1han Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemltraan & Koperasl Pertuasan Akses Pasar Moclifikasl Prociuk
0.024 0.004 0.012 0.004 0.004
Pembincian Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudanan Bahan Baku Kapuk Pengemf>angan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Madifikai>i Proouk
0.002 0.001 0.001 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemltraaa & Koperasi Pertuasan Akses Pasar MQdtfi~.asi Prociuk
0.006 0.004 0.002
Pen:ibi.lJ!l.an µsah~ & P~ningk11~n Kel)'~mpila.n Kemudah;1n Bahan Baku Kapuk Pengembirngan Kemltraan & Koperasl Per1uasan Akses Pasar Modifikasl Prociuk
0.99() 0.000 0.001 0.000 0.000
Pembinaan
Perbankan
Mitra Usaha
Kurangnya lnovasi Pengembangan Motif Produk
Pemda
Perbankan
Mitra Usaha
roduk Berkualitas :kspor
Ketrampilan
0.003
0.009
0.023
Pengusaha
1
Usaha & Peningkatan
0.003
0.012
0.003
0.006
0.104 Kurangnya Modal
0.066 Pemda
Pengl,l!)ah11
Perbankan
MitraUsaha
Kesulitan Bahan Baku Kapuk
0.006
o_.900
0.047
0.006
0.0~9 Pemda
Pengusaha
Perbankan
0.014
o.api
0.002
D._002 O.OQ1
Mitra Usaha
Kualitas Prociuk Rend ah
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Moclifikasl Prociuk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
P.embinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraao & Koperasi Per11,1a_san Akses Pasar M<>9ifik~si Prociuk
0.00:1 0.000 0.002 O.Q01 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Penuembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Moclilikasi Produk
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Kelrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk .Pengumbangan Kemitraan & Koperasi Pertu<1san Akses Pasar Moclifikasl Prociuk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Penlngkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan .KemilrBan & Koperasi Per1ua>an Akses Pasar MOdifikasl Pr<>9uk
0.001 0.000 0.002 0,001 0 ..001
Pem~ina!ln µ!!?ha & Peningj(atan K~tramp_ih::!n Kemudahan Bahan Baku K~puk Pengernbangan Kemitraan & Koperasi Per1uas;an Akses Pasar Modifikasi Prociuk
0.9()1 0.000 0.000 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Penuasan Akses Pas.ar Modifikasi Prociuk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
0.002
0.008 Pemda
Pengusaha
Perban_~!ln
Mitra Usaha
Kurangnya lnovasi Pengembangan Motif Produk
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Knmudahan Bahan Baku Kapuk PE!ngembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
O.o1
Pemda
Pengusaha
P~r!)anklll)
Mitra Usaha
0.001
0.005
!l.001
0.001
0.001
0.005
0.001
0.002
Synthesis of Leaf Nodes with Respect to GOAL Distributive Mode OVERALL INCONSISTENCY INDEX = 0.04 Unsur Perbankan LEVEL 3
LEVEL2
Pengembangan Usaha
LEVEL 4
LEVEL 5
0.227 Kurangnya Modal
0.16 Pemda
t
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
K~ul~~ B
0.0§! P~mda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Kualitas Produk Rendah
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pe11uasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.002 0.002 0.009 0.003
Pernblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per'uasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.003 0.006 0.002 0.003 0.002
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perlluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.028 0.006 0.048 0.010 0.014
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen~1embangao KemJtr.aan .& Koperasi Per:IL1asan Akses Pasar Modifik3si Produk
0.007 0.003 0.006 0_003 O.QP1
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Peng:imbangan Kemitraan & Koperasi PerlUi~san Akses Pasar Modifikasl Produk
0.003 0.004 0.003 0.019 0.005
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengumbangan Kemitraan & Koperasi Penuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.003 0.001 0.001 0.001
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kernitraan & Koperasl Perlua$an Akses Pasar Modifi.-.asi Produk
0.001 0.000 0.002 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengernbangan Kemitraan & Koperasi Per.lua!;an Akses Pasar Modifik:1si Produk
0.004 0.001 0.003 0.001 0.000
Pemp\na~n !JS!ih!I & P~f\lngk_;itan Ketr;impllan K~mudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Parluasan Aicses Pasar Modifikasi Produk
0.09() 0.001 0.001 0.003 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perfuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.003 0.001 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikat;I Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk l?engembangan Kemitraan & Koperasl P.eituasan Akses Pasar Modiflkasi Produk
0.003 0~001 0.003 0.001 0.000
0.017
0.106
0.02
o.~
0.007
0.005
O.Q1
0.02.6 Pemc;ta
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Kurangnya lnovasl
0.017
0.035
0.006
0.008
0.003
0.009
Pengembangan
Pemda
0.009
Motif Produk
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
_Pengembang_an P_f"9(iuk Lebih Variatlf
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
0.001 0.004 0.001 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kernitraan & Koper.asi P-ertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Peogem.bangan .Kemitraan & Koperasi Per:tuas.~n Akses Pasar M!)(lifik~.s;iPr9(1uk
0.005 0.002 0.004 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Penuembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.003 0.002 0.015 0.004
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Penpembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.004 0.01 0.003 0.005 0.004
Pemloinaan Usana & Peningkatan Ketrampiian Kemudahan ·Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modrfikasi Produk
0.086 0.015 0.043 0.014 0.013
Pemhinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahaa Bahan Baku Kapuk P.engeoob.angan Kemitraan & Koperasl Pertuasan Akses Pasar M9{li1i.kasi P_rpP1,1k
0.011 0.004 0.0~ {,l.005 0.002
Pembinaan Usaha & Penin_gkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Peng•~mbangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Alcses Pasar Modifikasi Produk
0.008 0.001 0.009 0.053 0.015
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengumbangan Kemitraan & Koperasl Per1uasan Akses Pasar Modifikas.i Produk
0.003 0.008 0.003 0.004 0.003
Pembinaan Usaha &. Peningkatan KetrampHan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perfuasaa Mses Pasar Mcdifikasl Produk
0.008 0.001 0.004 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampllan Kemutiaban Bahan Baku Kapuk Pengembaogan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar ModifiJcasl Produl<
0.01 0.004 0.009 0.004 0.001
Pembinaan !J~~-a ~ P~_ni.ngk.i!l~nKetr~mpiJ.!1.n Kemuclahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Per1ua:san Akses Pasar Modifi•;asl Produk
9.901
0.002
0.014
0.027
0.027
O.H1
0.032
o.~5\J Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
~Llalita$ PrQd.uk Rend~h
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.258 Pemda
K!!.l)IJlitan Bah_a.n Baku Kapuk
0.001 0.001 0.001 0.005 0.001
0.009
0.515 Kurangnya Modal
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.096
0.021
0.015
.0.028
.0.057 .P~mdii
Pengusaha
0.Q13
0.019
0.002 0.001 0.007 0.002
Perbankan
Mitra Usaha
Kurangnya lnovasi Peng.embangan Motif Produk
Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Mo1~ifikasi Produk
0.003 0.007 0.002 0.004 0003
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.003 0.001 0.001 0.000 0.000
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Moclifikasi Produk
0.007 0.003 0.006 0.003 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengemba.ngan Kern.itraan & Koperasi Perluasan Ak~s Pasar Moc!ifil(a$1 Produk
0.001 0.001
.0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketram_pilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.004 0.001 0.002 0.002
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Penqembangan Kemitraan & Koperasl Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen!)embangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.006 0.002 0.-005 0.002 0,001
Pembinaan Usaha .& Penlngkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Bairn Kap.uk .Pensiemb.angan Kemitr.aan .& Koperasi Perl.ui;ts.al) Als.$05 Pasar M~i~_kai;I Pf9!.lu.~
0.001 0.002 0.001 O.QO~
!l.90~
Pem[oinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Keml!ldahan Bahan Baku Kapuk Peng1embangan Kemitraan & Koperasi Periuasan Akses Pasar Modilikasl Produk
0.002 0.005 0.002 0.003 0.002
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Mod~1ikasi Produk
0.024 0.005 0.041 0.009 0.012
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modi1ikasi Produk
0.006 0.002 0.005 0.002 0.001
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi P.ertuasan Akses P.as.ar Modifikasi Pl'.()d1,1k
0.001 .0.002 0.001 .0.007 0.00.2
P~mbl,l)a!n V~hil & P!!ning~fi!im K!!~!lfl)Pil;!n Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pe~gHmbanqan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modiflkasi Produk
0.990
0.006
0.02
0.041 P.emda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Produk Berkualitas Ekspor
Pernbinaan
0.01
O.QO() O.OQ2
0.011
0.003
0.016
0.207 Kurangnya Modal
0.136 Pemda
Pengusaha
Perbankan
MitraUsaha
Kesulitan .Bahan Baku Kapuk
0.014
o_.914
0.09
0.017
0.021 Pemda
P~ng_1,1saha
Perbankan
0.013
0.()9~
0.002
0.001 0.000 0.001
0.000
Mitra Usaha
Kualitas Produk Rendah
Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0 001 0.001 0.001 0.001 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan KemudahaA Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar .Motdifikasi Produk
0.000 0.001 0.000 0.003 0.001
P.ernbinaan .Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan .Bahan Bak.u Kapuk Pengembangan .K~itraan & Koperasi Perlua,sa.n Akses Pa,s
0.001 0.003 0.001 Q.QQ1 O.Q01
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pen.gembangan Kemltraan & Koperasl Per1uasan Akses Pasar Moclifikasi Produk
0.001 0.000 0.001 0.000 0.000
Pernbinaan Usatra & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemltraan & Koperasl Perluasan Akses Pasar Mod!ifikasl Produk
0.003 0.001 0.002 0.001 0.000
Pembinaan L:lsaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Ballan Baku Kapuk Pen11embangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modiflkasl P.roduk
0.001 0.001 0.001 -0.004 0 ..001
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Penoembangan .Kemitraan & Koperasi
0.001 0.003 0.001
ty1o<;li~k.asi Pr~1,1.k
0.001
0.004
0.021 Pemda
Pe.ngusaha
P~rbank_an
Mitra Usaha
Kurangnya lnovasl Pengembangan Motif Produk
Pembinaan
0.005
0.007
9.002
0.007
0.029 Pemda
Pengusaha
0.007
0.008
Perfuasan Mses Paser P~r!>.al'\k.;in
Mitra Usaha
0,-,902
o,ooi
P15!ryi'\)ina1m l,J!)!ih!! & P~.nl_ng.~_at.a"K~~mp.il11n Kemudahan Bahan Bak.u Kapuk Pen.~1emban1;1an Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0,991
Pembinaan Usaha & Penlngkatan Ketrampitan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.004 0.002 0.004 0.002 0.001
0.000 0.00.1 0.000 0.000
0.012
Synthesis of Leaf Nodes with Respect to GOAL Distributive Mode OVERALL INCONSISTENCY INDEX= 0.07 Unsur Masyarakat LEVEL 3
LEVE~ 2
Pengembangan Usaha
LEVEL4
LEVEL 5
0.491 Kurangnya Modal
0.244 Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Ke.s.1,ililfin Bam-in ~ak1,1 Ka_p1.,1k
0.162
0.03
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan 8. Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.012 0.005 0.002 0.005 0.002
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.010 0.003 0.009 0.002 0.001
Pernblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengemb!lflgan Kemitraan & Koperasi PerJuasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.084 0.026 0.02 0.013 0.019
Pembinaan Usaba & Peningkatan Ketrampilan Kemudahao.Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan .& .Kope.r.asi Pe.r1u.asan Akses Pasar MQd1i1ik.as.iPr:Q9uk
0.01 0.003 0.011
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk · Pe1111embangan Kemitraan & Koperasi Per1iJasan Akses Pasar Modjfikasi Produk
0.033 0.015 0.006 0.014 0.007
Pem'binaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pene1embangan Kemitraan & Koperasl Per11.iasan Akses Pasar Modllikasi Produk
0.003 0.001 0.003 0.001 0.000
Peml>inaan Usaha & Peningkatan Ketrampitan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pefluasan Akses .Pasar Modilikasi Produk
0.005 e.001 0.001 0.001 -0.001
Pemblnaan Usaha & l?eningkatan Ketrampilan Kem1.11dahan Bahan Baku Kapuk Peng1Wlbangan Kemitraan & Koperasi Per:luasan Akses Pasar Mooffikasi Pro.d.u.k
0.005 0.001 0.005 .0.002 0.001
P~P!n.~!in l,I~ 8. P~ning_kJi.tan ~~~rampil~n Kemudahan Bahan Baku Kapuk Penge1mbangan i<emitraan & i
0.9!)3 0.901 0.000 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasanAkses Pasar Modifiltasi Produk
0.007 0.003 0.007 0.002 0.001
Pembi11aan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudlahan Bahan Baku Kapuk Pengeinbangan Kemitraan & Koperasi .Per1uai1an Akses .Pasar Modifikasi Produk
0.002 0.000 0.000 0.000
Pembir1aan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi P.ertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
-0.001 0-000 0.001 0.000 0.000
0.003 p.OQ3
P~m~a
Perbankan
Mitra Usaha
0.009
0.009
0.015
0.031 .P.emda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Kurangnya tnovasi
0.026
!).107
Pengusaha
Kualitas Produk R~nc;lah
0.026
0.109
0.006
0.019
0.003
0.-003
0.000
Pengembangan
Pemda
Motif Produk
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
J>engembangan Prociuk Lebih Variatif
0.012
Pengusaha
Pertankan
Mitra Usaha
9.-981
Pernda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Kl!a.litas PrQd.1,1k Rend?h
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Mo,-Oifikasi Produk
0.011 0.004 0.01 0.003 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi P-erluasan Akses Pasar Modifikasi .Prociuk
0.005 0.002 0.001 0.001 0.001
P.embinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilao Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperast Peifuasan l\k~ Pasar Modi~k.asi Pr9~uk
0.02 0.006 0.021 O.OOQ 0.005
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan K.emudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar M0
0.028 0.012 0.005 0.011 0.006
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Mollifikasi Prociuk
0.007 0.002 0.006 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemt:Jdahan Bahan Baku Kapuk PengembaAgan Kemitraan & Keperasi Periuasan Akses Pasar Modffikasi Prociuk
0.037 0.011 0.009 0.006 .0.009
P.embinaan Usaha & Penlngkatan Ketrampilan Kemudahaa Ballan .Baku Kap.uk pengemb.angan .Kemitr:aan .& Koperasi Per1uasan Mses Pasar .M~lifl.~a.si Pr9<Juk
0.012 0.003 0.012 0.004 O,.QO~
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Periuasan Akses Pasar Modifikasi Prociuk
0.025 0.011 0.004 0.01 0.005
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modlfikasi Produk
0.003 0.001 0.003 0.001 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pennembangan Kemitraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Mooffikasi Prociuk
0.004 0.001 0.001 0.001 0.001
Pembina.an Usaha & l?eningkatan .KetrampUan Kemudabar.i Bahan Baku Kapuk Penuembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Mocli1fikasi PrQduk
0.004 0.001 0.0().4 0.001 0.001
P~mbi.naan l,li;~-~.a~ P~ning~t~n ~~.trampil~Jl Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengiembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Alcses Pasar Moclilikasi Prociuk
0.002 0.001 0.000 0.001 0.000
0.01
0.058
0.185 Pemda
Ke_s!.Jlitan .13ah_an Baku Kapuk
0.005 0.002 0.001 0.002 0 .. 001
0.029
op2 Kurangnya Modal
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.062
0.018
0.071
0.034
0.056
0.007
0.001
.0.0~1
0.0.2.3 Pem<;t;;i
Pengusaha
o.p04
0.014
Perbankan
Mitra Usaha
Kurangnya .lnovasi Pengembangan Motif Produk
Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pe1gembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.005 0.002 0.005 0.001 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkalan Kelrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasen Akses Pasar Modifikasi Produk
0.007 0.003 0.006 0.003 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembanga.nKemitraan & Koperasi Penuasan Ak~ PaS<Jr ~odifikasl Prpduk
0.004 0.002 0.001 0.002 0.001
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar Mooifikasf Prociuk
0.008 0.003 0.008 0.002 0.001
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Perlua.san Akses Pasar M0t:lifikasi Produk
0.004 0.001 0.001 0.001 0.001
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasi Pertuasan Akses Pasar Modifikasi Produk
0.015 0.004 0.016 0.005 0.004
Pembinaan Usaha & P.eningkatao Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengernbangan Kemitraan & Koperasi Perlµa5;,in Ak.ses Pasar Mpdifjk;isi Prod4k
0.010 0.005 0.002 0.004
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketram.pilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Perluasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.002 0.001 0.002 0.001 0.000
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemltraan & Koperasi Per1uasan Akses Pasar Moclifikasi Produk
0.014 0.004 0.003 0.002 0.003
Pembinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan -Bahan Baku Kapuk Pengembangan Kemitraan & Koperasl Perluasan Akses Pasar Mooifikasi Preduk
0.004 0.001 0.005 0.002 0.001
Pernbinaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pen11embangan Kemitraaa & Koper:asi Pertu.asan Akses Pasar Modi.1il~asi PrQd.uk
0.009 0.004 0.002 0.004 .0.002
Pembina~.n ~S{lha & P~nlngkat!ln K.W~rQpila.n Kemudahan Bahan Baku Kapµk Perl!gembangan Kemttraa.n & Koperasl Pertuasan Akses Pasar MOtdifikasi Produk
0.991 0.000 0.001 0.000 0.000
0.002
0.002
0.062 Pemda
0.009
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
Produk Berkualitas Ekspor
Pernbinaan
0.022
0.007
0.044
0.138 Kurangnya Modal
0.069 Pemda
0.023
Pengusah!I
Perbankan
Mitra Usaha
Kesulitan .f3ahan Baku Kapuk
0.901
0.026
0.012
0.03 Pemda
o.ooa
0.021
Pengusaha
Perbankan
o -,o.o~
0.003
------
Mitra Usaha
Kualitas Produk Rendah
Usaha & Penlngkatan Ketrampilan Kernudahan Bahan Baku Kapuk Pungembangan Kemitraan & Koperasl Pm1uasan Ak.sesPasar Modifikasl Produk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
Pemblnaan Usaha & Peningkalan Ketrampilan KemuoahanBahan Baku Kapuk PengembanganKemitraan & Koperasi Perluasan Akses Pasar M<>difikasl Produk
0.001 0.000 0.002 0.000 0.000
Pemblnaan Usaha & Peningkatan Ketrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk PengembanganKemitraan & Koperasi Per1uasanAkses Pasar Mcidifikasi Produk
0.001 0.000 0.000 0.000 0.000
P.embinaan Usaha & PenlngkataoKetrampilan KemudahanBahan Baku Kapuk PengernbanganKemitraan & Koperasi PelifuasanAkses Pasar Modifik~sl Produk
0.002 0.001 0.002 0.QOO 0.900
PembinaanUsaha & PeningkatanKetrampilan KemudahanBahan Baku Kapuk PengembanganKemitraan & Koperasi PertuasanAkses Pasar Modifikasi Produk
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
PernbinaanUsaha & PeningkatanKetrampilan Kemudahan Bahan Baku Kapuk PengembanganKemitraan & Koperasi PerluasanAkses Pasar Modifikasi Produk
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
PembinaanUsaha & Peningkalan Ketrampilan KemudahanBahan Baku Kapuk PengembanganKemitraan & Koperasl Per1uasanAkses Pasar Mocrifikasl Produk
0.001 0.001 0.000 0.001 0.000
P.embinaanUsaha & PeningkatanKetrampilan Kelfludahan Bahao Baku Kap.uk PengembanganKemitraan & Koperasi Per1uasanAltses Pasar ~odifikasl Produk
0.003 0.001 0.003 O.OOl 0-.000
PemblnaanUs!J~?. & Penlng_k!)tanKe~mpilan KemudahanBahan Baku Kapuk PenuembanganKemitraan & Koperasi Per1uasanAkses Pasar Modlfikasl Produk
0.001 O.OOo 0.000 0.000 0.000
Peml>inaan Usaha & PeningkatanKetrampilan KemudahanBahan Baku Kapuk Peng,embanganKemitraan& Koperasi Per1uasan Akses Pasar Modifikasl Produk
0.006 0.002 0.006 0.002 0.001
0.004
0.009 Pemda
Pengusaha
Kurangnya lnovasi Pengembangan Motif Produk
Pombinaan
0.002
0.005
Perban.~.an
9.001
Mitra Usaha
0.001
0.031 Pemda
Pengusaha
Perbankan
Mitra Usaha
0.003
0.008
0.9()3
0.016