NATIONAL ENERGY COUNCIL
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL UNTUK MENUJU KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN ENERGI. “Peran Forum Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia” disampaikan oleh: Tumiran Anggota Dewan Energi Nasional 2014-2019 Pendiri Fortei, Ketua Tim Pakar Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia Pada Pertemuan; Forum Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia Untan, Pontianak, 10-11 Nopember 2015 1
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Energi dan Kehidupan Dalam kehidupan modern, energi sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Berbagai aktifitas manusia sangat tergantung terhadap ketersediaan sumber daya energi, yaitu untuk keperluan transportasi, mendukung administrasi perkantoran, penerangan, perhotelan, mendukung keperluan pendidikan, mendukung jalannya administrasi pemerintahan, penggerak mesin-mesin di industri, dan pemenuhan bahan baku industri.
Berbagai aktifitas kehidupan dengan ketersediaan energi 2
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Energy Demand Growth Energy Consumed
Factors affecting demand growth
Energy Consumed
Energy Consumed
Energy Consumed
• • • • • •
Economic growth Population Growth Industrial Growth and creating job Offices, building, apartement and hotel growth Better social welfare Culture lifestyle change Year 3
NATIONAL ENERGY COUNCIL
World Energy Demand World economic growth is clearly linked to the increasing availability of energy sources. Three fuels, oil, coal and natural gas dominate the world’s primary energy market. According to IEA in 2011, world marketed energy consumption grows by 53 percent from 2008 to 2035. Total world energy use rises from 505 quadrillion British thermal units (Btu) in 2008 to 619 quadrillion Btu in 2020 and 770 quadrillion Btu in 2035.Much of the growth in energy consumption occurs in countries outside the Organization for Economic Cooperation and Development (non-OECD nations), where demand is driven by strong long-term economic growth. Energy use in non-OECD nations increases by 85 percent in the Reference case, as compared with an increase of 18 percent for the OECD economies 4
NATIONAL ENERGY COUNCIL
WORLD ENERGY GROWTH DEMAND
5
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Primary energy demand, 2035 (Mtoe) China is the main driver of increasing energy demand in the current decade, but India takes over in the 2020s as the principal source of growth
Europe
Non-OECD Asia
Middle 1 050 East Brazil 480
8%
Latin America
5%
Eurasia
65% 4%
OECD
1 030
1 540
440
Japan
Southeast 1 000 Asia (Indonesia 36%)
India
Africa
Africa
8%
China 4 060
2 240
Middle East
10%
1 370
1 710
United States
Share of global growth 2012-2035
Eurasia
Growth in global energy demand 1987-2011
Gas
2011-2035
Coal Renewables
Fossil Fuel still become main resources to full fill the world energy demand
Today's share of fossil fuels in the global mix, at 82%, is the same as it was 25 years ago; the strong rise of renewables only reduces this to around 75% in 2035 Source: World Energy Outlook, IEA, 2014
Oil Nuclear 500
1 000
1 500
2 000
2 500
3 000 Mtoe
6
NATIONAL ENERGY COUNCIL
CADANGAN ENERGI ASEAN NEGARA Brunei Indonesia Malaysia Myanmar Thailand Vietnam Singapura Kamboja Filipina TOTAL
GAS (TCF) 10,2 103,3 46,8 7,8 10,1 21,8 199,9
Minyak (Miliar Barel) 1,1 3,7 3,7 0,4 4,4 13,4
Batubara (Juta Ton) 5.529 1.239 150 6.918
Sumber: BP Statistical Review 2013
Cadangan gas negara ASEAN sebesar 3% dari cadangan gas dunia dengan rasio Reserve/production (R/P) sebesar 27 tahun. Cadangan minyak negara ASEAN sebesar 0,8% dari cadangan minyak dunia dengan rasio Reserve/production (R/P) sebesar 15 tahun. Cadangan batubara negara ASEAN sebesar 0,8% dari cadangan batubara dunia dengan rasio Reserve/production (R/P) sebesar 15 tahun. 7
NATIONAL ENERGY COUNCIL
KORELASI GDP DAN KONSUMSI LISTRIK NEGARA ASEAN Status 2011
Sumber: IEA, 2013
8
KONDISI UMUM ENERGI NASIONAL
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Kapasitas Pembangkit
Energy Mix 2013Renewable Natural Total energy Gas 5% primer 194 18% MTOE Menjadi Negara net oil importer sejak 2006
5% 5%
KELISTRIKAN NASIONAL 2014
PLN
Pemakaian Listrik
IPP
Oil
2…
6%
PPU
70% 1…
46% 31%
4…
33%
Coal
+ Total kapasitas terpasang pembangkit sebesar 53.585 MW
Ketergantungan terhadap energi fosil menyebabkan Ketahanan Energi menjadi rentan PENGGUNAAN ENERGI PER SEKTOR 2013*
+ Produksi tenaga listrik sebesar 228 TWh (PLN & IPP)
Rumah Tangga Industri
+ Konsumsi tenaga listrik sebesar 199 TWh + Pangsa BBM di pembangkit sebesar 11.7%
Bisnis
+ Rasio elektrifikasi nasional sebesar 84.35%
ENERGI FOSIL SEBAGAI KOMODITAS (2014) 12,3
2,8 3,7
33,9 10,1
Raw Material Other Commercial Households Industry
37,2
*) diluar penggunaan biomassa di rumah tangga
48%
Transportation
GAS BUMI Produksi 1.221 MMSCFD 48% dari produksi di export
83% BATUBARA
Produksi 435 juta ton 83% dari produksi di export 9
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Situasi dan Kondisi Ke energian Nasional
10
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Kondisi Ke Energian Nasional dan Tantangan yang dihadapi 1) 2) 3)
4) 5) 6)
7)
8)
Tata kelola energi saat ini belum memberi nilai tambah ekonomi optimal, dan masih berorientasi ekspor; Penggunaan energi di berbagai sektor masih belum efisien; Kecenderungan meningkatnya ketergantungan terhadap energi fosil yang belum dapat diimbangi secara memadai oleh peningkatan penyediaannya, sementara pemanfaatan energi non-fosil masih relatif kecil; Keterbatasan infrastruktur yang menghambat proses distribusi energi dari sumber-sumber energi ke penggunamenyebabkanadanya kesenjangan di dalam penyediaan energi; Masih rendahnya tingkat investasi yang diakibatkan oleh resiko investasi di sektor energi yang masih tinggi; Harga energi yang belum berada pada nilai keekonomian dan kurang tepatnya penerapan subsidi pada beberapa jenis energi, menyebabkan terhambatnya pengembangan berbagai jenis energi alternatif baru dan terbarukan yang berdampak terhadap keterbatasan finansial pembangunan infrastruktur energi; Rendahnya penguasaan teknologi di sektor energi dan lemahnya keberpihakkan terhadap produk teknologi nasional menyebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap teknologi impor; Masih rendahnya akses masyarakat terhadap energi (infrastruktur listrik masih belum baik, infrsatruktur gas juga masih belum baik); 11
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Kondisi Ke Energian Nasional dan Tantangan yang dihadapi 8. Pengelolaan energi yang belum sepenuhnya menerapkan prinsip berkelanjutan; 9. Keterbatasan anggaran, dan kemampuan SDM dan capaian pengembangan energi yang hampir jalan di tempat; 10. Arah riset pengembangan sektor energi belum terencana dan terintegrasi secara baik dan banyak hasil riset yang tidak bisa mendukung arah pengembangan enegi; 11. Infrastruktur kelistrikan nasional yang masih belum baik (kehandalan sistem rendah) belum mampu mendukung transformasi nilai tambah optimal, dan tata kelolanya yang belum efisien; 12. Pengembangan infrastruktur energi nasional belum didukung oleh industri komponen nasional yang kuat dan sangat tergantung pada komponen impor; 13. Indonesia belum memiliki cadangan penyangga dan cadangan strategis energi nasional.
12
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Pengelolaan Energi Nasional 1. Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945, pemanfaatan sumber daya energi untuk kepentingan Nasional, secara jelas telah di jabarkan pada pasar 33, ayat 3 : ” bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat ”. 2. Sebagai implementasi pasal 33 tersebut, pengelolaan energi nasional dijabarkan pada UU Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi. 3. Selain UU Nomor 30 tahun 2007 tersebut, sebelumnya sudah terdapat berbagai peraturan dan perundang - undangang yang juga mengatur pengelolaan sektor energi, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
i) UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, ii) UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, iii) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025, iv) UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; v) UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas bumi, vi) UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran dan vii) UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
13
NATIONAL ENERGY COUNCIL
STRUKTUR ORGANISASI DEWAN ENERGI NASIONAL PIMPINAN Ketua : Presiden Wakil Ketua : Wakil Presiden Ketua Harian : Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
ANGGOTA Unsur Pemerintah
Unsur Pemangku Kepentingan
1. Menteri Keuangan
1. Dr. Ir. Tumiran, M.Eng (Akademisi)
2. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas
2. Dr.Ir. Andang Bachtiar, M.Sc. (Teknologi )
3. Menteri Perhubungan 4. Menteri Perindustrian 5. Menteri Pertanian 6. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 7. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
3. Ir. Achdiat Atmawinata (Industri) 4. Prof. Dr.Ir. Syamsir Abduh (Konsumen) 5. Prof.Ir.Rinaldy Dalimi, M.Sc.,Ph.D. (Akademisi) 6. Ir. Abadi Poernomo, Dipl.Geoth.En.Tech., (Industri) 7. Dr. A.Sonny Keraf (Lingkungan Hidup) 8. Ir. Dwi Hary Soeryadi, M.MT (Konsumen) 14
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Dukungan Politik Kebijakan Energi Nasional
15
15
NATIONAL ENERGY COUNCIL
DEWAN ENERGI NASIONAL
Pasal 1 angka 26 UU No. 30/2007 “Dewan Energi Nasional adalah suatu lembaga bersifat nasional, mandiri, dan tetap, yang bertanggung jawab atas kebijakan energi nasional”
TUGAS DEN (Pasal 12 Ayat (2) UU No. 30/2007)
D E N
MERANCANG DAN MERUMUSKAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL* MENETAPKAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL (RUEN)* * MENETAPKAN LANGKAHLANGKAH PENANGGULANGAN KONDISI KRISIS DAN DARURAT ENERGI MENGAWASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN BIDANG ENERGI YANG BERSIFAT LINTAS SEKTOR
KEN disetujui DPR 28 Januari 2014, ditetapkan Presiden RI melalui PP 79/2014 tanggal 17 Oktober 2014
TUJUAN KEN TERWUJUDNYA KEMANDIRIAN DAN KETAHANAN ENERGI GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN NASIONAL BERKELANJUTAN
**) RUEN disusun oleh Pemerintah: akan segera di tetapkan untuk menjadi Perpres: TELAH DISERAHKAN KE den
16
NATIONAL ENERGY COUNCIL
KEBIJAKAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL INISITIF DPR Melahirkan UU Energi No 30/2007. sebagai lendasan pembentukan Dewan Energi Nasional dan penyusunan Kebijakan energi nasional 1. 2. 3. 4. 5. 6.
UU No. 21/2014 tentang Panas Bumi UU No. 30/2009 tentang Ketenagalistrikan UU No. 4/2009 tentang Minerba UU No. 17/2007 tentang RPJPN UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi UU No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran
UU No. 30/2007 Tentang Energi
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL (KEN): Substansi KEN mendapatkan Persetujuan DPR PP No. 79 Tahun 2014
Perpress No. 1 Tahun 2014: pedoman penyusunan Ruen dan Rued
RUEN :Disusun pemeritah dan ditetapkan oleh DEN
RUED Kabupaten/Kota
RUED Propinsi
RUKN RUPTL Kepmen ESDM No : 4092 K/21/MEM/2013
17
LANDASAN HUKUM PERENCANAAN BIDANG ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN [1/2]
NATIONAL ENERGY COUNCIL
UU 30/2007 (Energi)
UU 30/2009 (Ketenagalistrikan)
PP 79/2014 (Kebijakan Energi Nasional-KEN) Pasal 11 ayat (2) Kebijakan Energi Nasional ditetapkan oleh Pemerintah dengan Persetujuan DPR
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) Pasal 12 ayat (2b) Dewan Energi Nasional bertugas menetapkan RUEN
Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) [Kepmen ESDM No. 2682.K/21/MEM/2008]
Pasal 7 ayat (1) RUKN disusun berdasarkan pada KEN dan ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan DPR RI
PP 14/2012 jo PP 23/2014 (Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik)
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) [RUPTL PT PLN (Persero) - Kepmen ESDM No. 0074 K/21/MEM/2015]
Pasal 8 Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dilaksanakan sesuai dengan RUK dan RUPTL 18
18
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Landasan Filosofis Pengelolaan Energi Nasional 1.
Undang Undang Energi no. 30 tahun 2007 adalah untuk menuju kemandirian dan ketahanan energi nasional yang berdaulat. KEN yang telah disusun didasarkan atas asas kemanfaatan, rasionalitas, efisiensi berkeadilan, peningkatan nilai tambah, keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup, ketahanan nasional, dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional.
1.
Tujuan pengelolaan energi sendiri seperti dicantumkan pada Bab II pasal 3 UU Nomor 30 Tahun 2007, diantaranya : i. ii. iii. iv. v. vi. vii.
tercapainya kemandirian pengelolaan energi nasional, terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri maupun di luar negeri, ... terjaminnya pengelolaan pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelenjutan, tercapainya akses masyarakat yang tidak mampu, tercapainya pengembangan kemampuan industri energi dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup. 19
NATIONAL ENERGY COUNCIL
TARGET BAURAN ENERGI SAMPAI DENGAN 2050 Energi Baru dan Terbarukan Minyak Bumi Gas Bumi Batubara
115 GW
Total Energi: 400 MTOE
35 GW 2015
2019
2025
Pembangkit: 115 GW Konsumsi Energi: 1.4 TOE/kap Konsumsi Listrik: 2.500 KWh/kap
90 GW
2013 Total Energi: 194 MTOE Pembangkit: 51 GW Konsumsi Energi: 0.8 TOE/kap Konsumsi Listrik: 776 KWh/kap
Total Energi: 1.000 MTOE Pembangkit: 430 GW Konsumsi Energi: 3.2 TOE/kap Konsumsi Listrik: 7.000 KWh/kap
2050
430 GW
20
20
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Proyeksi Bauran Energi Nasional BAURAN ENERGI (Energy mix) Energi Total (total) Minyak (oil) Gas (Gas) Batubara (Coal) Total EBT (new and renewable energy) Biomassa Biofuel (Bio fuel) Biomassa Sampah (Waste) Panas Bumi (geothermal) Energi air (hydro) Energi Laut (tidal wave) Energi Surya (solar pv) ET Lainnya (Angin) (wind and others) Energi Baru (Nuklir, CBM dan lainnya) (nuclear, cbm, others(
2015
2020
2025
2030
2040
2050
215 84 47 62
290 93 64 84
380 95 84 114
480 106 110 144
740 155 178 200
980 196 235 245
22
49
87
120
207
304
6 4 9 2 0 0
9 7 23 5 0 0
18 19 27 10 0 0
22 25 31 12 1 1
44 52 36 13 2 11
76 63 57 20 4 17
0
0
0
0
1
1
0
5
12
27
48
67 21
NATIONAL ENERGY COUNCIL
BAURAN ENERGI (Energy mix)
2015
2020
2025
2030
2040
2050
Energi Total (total) Minyak (Oil) Gas (Gas) Batubara (Coal)
215 39% 22% 29%
290 32% 22% 29%
380 25% 22% 30%
480 22% 23% 30%
740 21% 24% 27%
980 20% 24% 25%
Total EBT (total new and renwable)
10%
17%
23%
25%
28%
31%
Biomassa Biofuel (Bio fuel) Biomassa Sampah (Bio mass) Panas Bumi (geothermal) Energi air (hydro) Energi Laut (tidal wave) Energi Surya (solar pv)
2.8% 2.0% 4.3% 0.9% 0.0% 0.0%
3.1% 2.3% 8.1% 1.7% 0.1% 0.1%
4.7% 5.1% 7.1% 2.7% 0.1% 0.1%
4.5% 5.3% 6.5% 2.6% 0.2% 0.3%
5.9% 7.0% 4.9% 1.8% 0.3% 1.5%
7.8% 6.4% 5.8% 2.0% 0.4% 1.7%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.1%
0.1%
0.0%
1.6%
3.2%
5.6%
6.5%
6.8%
ET Lainnya (Angin) (wind and others) Energi Baru (Nuklir, CBM dan lainnya) (nuclear, cbm others)
22
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Proyeksi Kebutuhan Minyak, Gas dan Batubara BAURAN ENERGI
2015
2020
2025
2030
2040
2050
Energi Total (MTOE)
215
290
380
480
740
980
39%
32%
25%
22%
21%
20%
Volume (MTOE)
84
93
95
106
155
196
Volume (M Barrel))
622
688
703
784
1147
1450
22%
22%
22%
23%
24%
24%
47
64
84
110
178
235
1,84
2,51
3,29
4,31
6,98
9,21
29%
29%
30%
30%
27%
25%
Volume (MTOE)
62
84
114
144
200
245
Volume (M Ton))
186
252
342
432
600
735
Minyak (oil) share
Gas share Volume (MTOE) Volume (TCF) Batubara share
23
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Kebijakan Energi Nasional
Kebijakan Utama A. B. C. D.
Ketersediaan Energi Untuk Kebutuhan Nasional Perioritas Pengembangan Energi Pemanfaatan Sumber Daya Energi, CadanganEnergiNasional
Kebijakan Pendukung A. B. C. D. E. F.
Konservasi dan Diversifikasi Energi, Lingkungan dan Keselamatan, Harga, Subsidi dan Insentif Energi, Infrastruktur, Akses Masyarakat dan Industri Energi, Penelitian dan Pengembangan Energi, dan Kelembagaan
24
NATIONAL ENERGY COUNCIL
PENJELASAN ATAS ARAH ARAH KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL a. Kebijakan Ketersediaan Energi mengatur jaminan pasokan energi nasional, melalui peningkatan cadangan terbukti energi fosil, rasionalisasi ekspor gas dan batubara, optimalisasi sistem produksi, transportasi dan distribusi energi; b. Kebijakan Prioritas Penyediaan Energi mengatur penggunaan energi terbarukan, meminimalkan minyak bumi, mengoptimalkan gas bumi dan energi baru, batubara sebagai andalan dan pengaman pasokan energi nasional, dan pemanfaatan energi nuklir untuk mendukung keamanan pasokan energi nasional dalam skala besar dengan mempertimbangkan faktor keamanan secara ketat; c. Kebijakan Pemanfaatan Sumber Daya Energi Nasional mengatur tentang pemanfaatan sumber daya energi berdasarkan pertimbangan kapasitas; keberlanjutan, keekonomian, dan dampak lingkungan hidup; d. Kebijakan Cadangan Energi Nasional mengatur tentang jaminan ketahanan energi nasional guna mengatasi terjadinya kondisi krisis dan darurat energi baik yang disebabkan oleh alam ataupun stabilitas kondisi geopolitik dunia; e. Kebijakan Konservasi dan Diversifikasi mengatur tentang pemanfaatan sumber daya energi dengan tetap menjaga konservasi sumberdaya energi, meningkatkan kualitas nilai dan keaneragaman sumber daya energi; 25
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Lanjutan...... f. Kebijakan Lingkungan dan Keselamatan mengatur keselarasan pengelolaan energi nasional dengan arah pembangunan nasional berkelanjutan, pelestarian sumbedaya alam, dan pengendalian lingkungan; g. Kebijakan Harga, Subsidi dan Insentif Energi mengatur tentang harga, subsidi dan insentif energi dalam rangka menjamin penyediaan dan pengusahaan energi dengan tetap memperhatikan kemampuan masyarakat; h. Kebijakan Infrastruktur dan Industri Energi mengatur peningkatan infrastruktur energi dan mendorong penguatan industri energi nasional; i. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Energi mengatur peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Badan Usaha dalam meningkatkan penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi energi sampai tahap komersial; j. Kebijakan Kelembagaan dan Pendanaan mengatur penguatan sistem kelembagaan dan birokrasi dalam pengelolaan energi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya; 26
NATIONAL ENERGY COUNCIL
PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLAAN ENERGI
ENERGI = STATE REVENUE?
ENERGI: • MODAL PENGGERAK PEREKONOMIAN • POLITICAL BARGAINING
27
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Energi dan Nilai Tambah Nasional Menghasilkan multiplier efect ekonomi
Sumer daya energi, dan Energi tersedia
Mengashilkan pajak, Menghasilkan barang barang yang mengurangi ketergantungan terhadap import dan kemungkinan peluang eksport.
Bila sumber daya energi tersedia dengan cukup, misalnya batubara dan gas dapat dipergunakan untuk pembangkit litsrik. Adanya pemabngkit listrik akan mendorong tumbuhnya industri yang menyerap tenaga kerja dan menghasilkan produk produk yang memberi nilai tambah. Bila sumber daya energi tidak tersedia, maka penciptaan laangan kerja yang mendorong substitusi teknologi dan nilai tambah tidak akan terjadi
28
NATIONAL ENERGY COUNCIL
ENERGI, INFRASTRUKTUR, TEKNOLOGI, LITBANG & PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
ENERGY SUPPLY
ENERGY TRANSFORMATION
• Renewable • Oil • Gas • Coal
ENERGY DEMAND • Industry • Transportation • Commercial • Household
•Refining •Power Plant
Creating Job : man Power, competitiveness Nasional INFRASTRUCTURE
TECHNOLOGY
Tanpa dukungan penelitian dan pengembangan (R&D) maka penyediaan pertumbuhan kebutuhan energi akan terganggu: sangat tergantung impor sehingga pembangunan berkelanjutan tidak akan tercapai 2929
NATIONAL ENERGY COUNCIL
KONTRIBUSI ENERGI/LISTRIK DI SEKTOR INDUSTRI Energi Fosil dan Non Fosil: kelistrikan
Syarat Infrastruktur Listrik Kontribusi Energi Listrik (5-15)%
Cukup, Handal, Berkualitas Tax
Sumber daya Alam 1 Sumber daya Alam 2 Sumber daya Alam 3
SWASTA (85-95)% PRODUKSI PENGOLAHAN
Produk Nilai Tambah
Multiplier
Tax
Salary
PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA Teknologi
Added Value Transformasi Brainware & Skill Teknologi
SDM Listrik Tidak Cukup dan tidak handal dan kualitas jelek ??,
NOTHING 30
NATIONAL ENERGY COUNCIL
SEKTOR KETENAGALISTRIKAN
Kapasitas (GW) Investment
2014
2025
2050
53
115
430 = 600 BU$
Teknologi/R&D SDM 31
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Perbandingan Konsumsi Listrik (kWh/kapita) 10,5 8,1
Konsumsi Listrik per Kapita Negara-negara Asia (dalam MWh)
No
Negara
Kapasitas Terpasang (MW)
Jumlah Penduduk (Dalam Ribu)
1
Thailand
53.854,3
66.785
2
Indonesia
47.753,94
247.000
3
Malaysia
28.531,7
29.240
4
Vietnam
24.537,01
90.796
5
Filipina
16.907
96.707
6
Singapura
10.750
5.303
7
Myanmar
3.591
52.797
8
Laos
3.023
6.646
9
Brunei
759
412
10
Kamboja
587,71
14.865
7,2 5,8 4,4
3,7 1,3
0,8
0,8
0,4
0,7
Philippine s
Pakistan
India
Indonesia
Vietnam
Thailand
China
Malaysia
Hongkong
Japan
Singapore
South Korea
2
2,3
Konsumsi listrik per kapita Indonesia per 2014 merupakan salah satu yang terendah diantara negara-negara di Asia
Dibandingkan negara-negara ASEAN, konsumsi per kapita Indonesia berada di urutan ke-5 setelah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam
Kapasitas terpasang Indonesia per 2012 sebesar 47.753 MW merupakan ke-2 terbesar di ASEAN.
Sumber: Konsumsi per kapita: Business Monitor International (BMI), 2014 Kapasitas terpasang: U.S Energy Information Administration, 2012 Data penduduk: World Health Organization, United Nation 2012
32
32
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Indikator Ketenagalistrikan
Indikator Populasi
Satuan Juta Satuan
GDP/Kapita Populasi Rumah Tangga Kapasitas Terpasang
Konsumsi
Rasio Elektrifikasi
Thailand
Singapore
Brazil
5,47
6,34 Malaysia
US$Juta
3.603 252,2
10.828 30,19
5.560 67,22
56.288 5,47
11.613 202
Juta MW
64,32 53.535
6,34 25.390
20,30 32.600
1,20 10.250
57,32 113.700
US$
3.603
10.828
5.560
56.288
11.613
53.535
25.390
32.600
10.250
113.700
865
4.313
2.479
86,4
97
98
kWh/kapita
%
%
865
86,4
4.313 97
20,30 Singapore Thailand
202
64,32 Indonesia
Konsumsi kWh/kapita Kapasitas Terpasang MW Listrik/Kapita Rasio Listrik/Kapita Elektrifikasi
Malaysia
Juta 252,2 30,19 67,22 Indikator Ketenagalistrikan
Rumah Tangga Indikator
GDP/Kapita
Indonesia
2.479 98
1,20 Brazil
8.690
8.690 100
100
57,32
2.509
2.509
93
93
Catatan: • 8,5Catatan: Juta rumah tangga, 2.519 desa dan 136 kecamatan belum memperoleh akses listrik • 8,5 Juta rumah tangga, 2.519 desa dan 136 kecamatan belum memperoleh akses listrik • Konsumsi listrik/kapita Indonesia hanya sepersepuluh dari Singapura dan seperlima dari • Konsumsi listrik/kapita Indonesia hanya sepersepuluh dari Singapura dan seperlima dari Malaysia. Hal ini menyebabkan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, serta Malaysia. Hal ini menyebabkan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, serta kenyamanan masih rendah kenyamanan masih rendah • Selama 5 tahun terakhir pertumbuhan mencapai3,13,1 juta tahun. • Selama 5 tahun terakhir pertumbuhanpelanggan pelanggan mencapai juta perper tahun. Kementerian ESDM Republik Indonesia
Kementerian ESDM Republik Indonesia
4 33
33
4
Kondisi Sistem Kelistrikan Nasional (27 Agustus 2015)
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Aceh Sumut (SBU) 1.837 MW 1,52 %
STATUS:
Kaltim 449 MW 0,74 %
: 8 Normal (Cadangan cukup) : 5 Siaga (Cad. lebih kecil dr pembangkit terbesar) : 10 Defisit (Pemadaman sebagian bergilir)
Kondisi Sistem Kelistrikan Nasional (27 Agustus 2015)
Batam
Aceh Sumut294 (SBU) MW 1.837 MW 21,48 % 1,52 %
Tj. Pinang 52 MW 2,67 %
Batam 294 MW 21,48 %
Tj. Pinang Bangka 52 MW 127 MW 2,67 %
STATUS:
Kaltim 449 MW 0,74 %
Palu 99 MW -11,00 %
27,48 %
Bangka 127 MW 27,48 %
Kalbar 359 MW -5,86 %
Palu 99 MW -11,00 %
Kalbar 359 MW -5,86 %
Sumbar Riau Jambi (SBT) 1.333Sumbar MW Riau Jambi (SBT) -0,051.333 % MW -0,05 %
Ternate + Maluku : 8 Normal (Cadangan cukup) : 5 Siaga (Cad. lebih kecilIsolated dr pembangkit terbesar) Sulutgo : 10 Defisit (Pemadaman89 sebagian MW bergilir) Sorong + Papua
309 MW 11,58 % -18,75 % Ternate + Maluku
Kendari 69 MW -11,21 % Kendari
Sorong + Papua Isolated 200 MW 14,31 %
Jayapura 68 MW -2,93 %
Jayapura 68 MW -2,93 %
69 MW -11,21 %
Belitung 33 MW Belitung 18,41 % 33 MW 18,41 %
Sumsel Bengkulu Sumsel Bengkulu Lampung (SBS) Lampung (SBS) 1.698 MW 1.698 MW -2,44-2,44 % %
Kalselteng
519 MW Kalselteng 519 MW% -4,68 -4,68 %
Sulawesi Selatan + Sulawesi Selatan + Poso-Tentena Poso-Tentena 884 MW 884 MW % 24,8924,89 %
Lombok Lombok 193 MW -7,37 % 193 MW
-7,37 %
Ambon 48 MW 39,22 %
Ambon 48 MW 39,22 %
Kupang Kupang 42 MW -14,10 % 42 MW
Jawa Bali
Jawa Bali 23.132 MW 23.132 4,94MW % 4,94 %
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Isolated 89 MW 11,58 %
Sulutgo 309 MW -18,75 %
Isolated 200 MW 14,31 %
Bima Sumbawa 68 MW Bima Sumbawa 4,93 %
68 MW 4,93 %
NTT Isolated 85 MW NTT Isolated 6,79 %
85 MW 6,79 %
-14,10 %
3 34
34 Kementerian ESDM Republik Indonesia
3
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Kondisi Kelistrikan Sistem Besar Saat Beban Puncak Tertinggi (Agustus 2015)
35 6,8
-3,2
68
JAYAPURA (5%)
65
64
6,3
50 14,73
42
-10,47
100
89 70
76
AMBON (30%)
54 6,9
61
-11,01
193
182
SORONG (20%)
PALU (11%)
KENDARI SULAWESI SELATAN(11%) (20%)
JAWA BALI (15%)
Keterangan : (*) 1. Sistem dikatakan defisit jika pada saat beban puncak tertinggi, daya mampu kurang LOMBOK (dari beban puncak 6%) 2. Sistem dikatakan siaga jika cadangan daya lebih kecil daripada daya mampu unit pembangkit terbesar di sistem tersebut (*) Khusus Jawa 3. Sistem dikatakan normal jika cadangan daya lebih besar daripada daya mampu putar unit pembangkit terbesar di sistem tersebut
25 -3,5
21
-38,4
322
23 24,64
48
POSO (105%)
905 183,7
1.089
-43,71
478
434 23.213 3.379
26.592
3,78
37
BELITUNG (10%)
TERNATE (14%)
372 31
403
-26,8
281
254
-3,7
BARITO (9%)
40
129 21,84
150
283
61,04
299 57
54
-40,25
3.047
TJ. PINANG (6%)
SBST (1%)
BANGKA (17%)
MAHAKAM (8%)
KHATULISTIWA (10%)
-5,7
29
23
NIAS (-20%)
3.007
SULUTGO (12%)
BATAM (20%)
360
47
1.837
1.884
SBU (3%)
LEGEND: KUPANG (13%) Bali cadangan
DM : Daya Mampu/Pasokan 35 BP : Beban Puncak 35 CAD : Balance/Cadangan
NATIONAL ENERGY COUNCIL
PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI NASIONAL Pemanfaatan minyak bumi hanya untuk transportasi dan komersial, yang memang tidak dan/atau belum bisa digantikan dengan Energi atau Sumber Energi lainnya. Pemanfaatan sumber energi gas bumi untuk industri, ketenagalistrikan, rumah tangga, dan transportasi, diutamakan untuk pemanfaatan yang memiliki nilai tambah paling tinggi. Pemanfaatan Sumber Energi batubara untuk ketenaglistrikan dan industri. Pemerintah mengatur harga batubara dalam negeri sampai terbentuknya pasar yang efisien. 36
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Kegiatan Ekonomi Program 35.000 MW*
Investasi : 72.942 Juta USD**
291 pembangkit
732 transmisi (75.000 set tower)
1.375 unit Gardu Induk
301.300 km konduktor aluminium 2.600 set trafo 3,5 juta ton baja (profil dan pipa luar pembangkit) Tenaga Kerja
Langsung: 650 Ribu Tak Langsung : 3 Juta * **
TKDN
~40% dari Investasi (~29,2 Juta USD)
Perkiraan belum termasuk kebutuhan dana untuk tanah, Interest During Construction (IDC) dan pajak-pajak
37
37
Sebaran dan Kapasitas Pembangkit, Transmisi, Gardu NATIONAL Jumlah ENERGY COUNCIL Induk dan Perkiraan Kebutuhan Pendanaan Sumatera 11.327 MW
Juta USD
76 Pembangkit 14.282
Kalimantan
Juta USD
2.852 MW
40 Pembangkit
4.000
210 Transmisi
3.840
7.883 kms
68 Transmisi
1.122
32.406 MVA 398 Gardu Induk
2.475
3.910 MVA 115 Gardu Induk
324
19.305 kms
Total Indonesia
291 Pembangkit 53.663
46.597 kms
732 Transmisi 10.893
Total
Juta USD
4.159 MW
83 Pembangkit
5.434
7.207 kms
90 Transmisi
1.169
5.620 MVA 165 Gardu Induk
412
Juta USD
42.940 MW
108.789 MVA 1.375 Gardu Induk
Sulawesi & Nusa Tenggara
8.386
Jawa-Bali
Juta USD
Maluku & Papua
Juta USD
72.942*
23.863 MW
49 Pembangkit
28.955
739 MW
43 Pembangkit
992
*belum termasuk kebutuhan dana untuk tanah, Interest During Construction (IDC) dan pajak-pajak
11.185 kms
349 Transmisi
4.615
1.017 kms
15 Transmisi
148
66.083 MVA 672 Gardu Induk
5.114
770 MVA
25 Gardu Induk
61
Legenda:
MW: Megawatt
kms: Kilometer-sirkuit
MVA: Mega-volt ampere
38
38
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Bagaimana RUEN (RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL)
SEBAGAI RENCANA AKSI IMPLEMENTASI KEN
39
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Langkah Strategis DEN 6.
1. 2.
3.
4. 5.
12.
13. 14.
Mendorong Percepatan penyelesaian RUEN, RUED sebagai acuan implementasi KEN Mendorong Penataan Ekspor Gas dan batubara dan orientasi untuk domestik, dengan menciptakan pasar domestik yang efisien Mendorong Percepatan pembangunan infrastruktur listrik dan Migas dan mendorong pemanfaatan teknologi dalam negeri. Percepat akses masyarakat terhadap energi (kususnya listrik dan Gas) Mendorong Pengurangan Subsidi secara bertahap (listrik dan BBM) dan manfaatkannya untuk akselerasi infratruktur, mendorong penciptaan lapangan kerja baru
7.
8.
9.
10.
11.
Mendorong Penguatan industri domestik pendukung infrastruktur energi dan peningkatan nilai tambah. Mendorong percepatan pemanfaatan biofuel dengan mengalihkan subsidi import BBM Mendorong Percepatan pengembangan EBT (panel surya, geothermal hydro dan penguatan industri pendukung Mendorong Penguatan pengembangan
Penelitian
dan
Mendorong implementasi Meningkatkan cadangan terbukti untuk energi fosil, yaitu minyak dan gas Mendorong segera terealisasinya adanya cadanga penyangga dan cadangan strategis Nasional,
Mendorong Menyempurnakan tata kelola energi, hulu dan hilir, agar terjadi sinkronisasi kebijakan dan implementasi Menyempurnakan tata kelola pelaku bisnis energi dengan orientasi penguatan perusahaan nasional, 40 Meningkatkan Fungsi Pengawasan Implementasi KEN, RUEN dan RUED Untuk Jangka Menengah dan Jangka Panjang,
NATIONAL ENERGY COUNCIL
EBT UNTUK KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN ENERGI
23% tahun 2025
Nuklir : ???
31% tahun 2050
Solar PV
Biofuel Hydro
Pengelolaan energi berkelanjutan
Waste to energ y
Kepedulian aspek lingkungan dan mendukung ketahanan energi
Minyak
Batubara Gas
Geotherm al Wind Energy Tidal Energy Untuk akselerasi implementasi, perlu dukungan : 1. Riset dan pengembangan 2. Kebijakan yang komprehenship, 3. Sinergis pemerintah pusat dan daerah (sesuai kewenangan yang dimiliki), 4. Perubahan aspek sosial dan budaya, 5. Dorongan munculnya penguatan industri domestik 41
NATIONAL ENERGY COUNCIL
RENEWABLE ENERGY DEVELOPMENT BARRIERS 23% in 2025
Socio-culutural
Limited public awareness of renewable energy technologies
R&D and supporting domestic industry Inadequate investment in technical research and development, limited support from domestic industry
Financing
There is a high initial unit cost of equipment and maintenance
Governence coordination and consistency in policy to be improved
42
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Peran Riset Implementasi KEN
Kebijakan Energi Nasional : PP 79/2014
a) g)
h) i)
Tujuan dan Sasaran Pasal 5:
Mewujudkan Kemandirian
dan Ketahanan Energi Nasional untuk mendukung pembangunan nasional Berkelanjutan Pasal 6: mewujudkan kemandiririan dan ketahahan energi
Sumber daya energi tidak dijadikan komoditas ekspor semata, tetapi sebagai modal pembangunan nasional, Ri agar mandiri Pengembangngan kemampuan teknologi, industri energi, dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan meningkatkan sumber daya manusia, Terciptanya lapangan kerja danidup Terjaganya fungsi lingkungan h
43
NATIONAL ENERGY COUNCIL
KEN terkait dengan Penelitian dan Pengembangan Pasal 25: Ayat: 1.
Kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi energi diarahkan untk mendukung Industri Energi Nasional, 2. Dana kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan teknologi energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di fasilitasi sampai kepada tahap skala komersial oleh : a. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya; dan b. Badan Usaha. 3. Pemerintah dan / atau Pemerintah daerah mendorong terciptanya iklim pemanfaatan dan keberpihakan terhadap hasil penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi Energi Nasional, 4. Pemerintah dan / atau Pemerintah Daerah melakukan penguatan bidang penelitian, pengembangan, dan penerapan Energi palaing sedikit melalui : a. Penyiapan dan peningkatan kemampuan SDM dalam penguasaan dN penerapan Teknologi serta keselamatan di bidang energi; dan / atau, b. Peningkatan penguasaan teknologi dalam negeri melalui penelitian dan pengembangan, dan penerapan teknologi energi yang efisien.
44
NATIONAL ENERGY COUNCIL
Terima kasih
45