271A
PENGGUNAAN RAK BAMBU DALAM PENGANGKUTAN BIBIT SENGON DENGAN TRUK Ruskandi 1
K
eberhasilan pertanaman di lapangan salah satunya ditentukan oleh mutu bibit yang digunakan. Untuk membangun usaha perkebunan atau kehutanan dalam skala luas diperlukan bibit dalam jumlah banyak dengan mutu yang baik, yaitu bibit segar, daun tidak rontok, batang utuh, serta bebas hama dan penyakit. Luasnya areal yang akan ditanami menyebabkan bibit yang diperlukan cukup banyak. Dalam hal ini pengangkutan menjadi kendala yang utama. Untuk menjaga agar bibit tetap dalam kondisi baik dan siap tanam, maka pengangkutan bibit dari lahan persemaian ke areal pertanaman memerlukan alat dan cara angkut yang baik. Metode pengangkutan bibit yang banyak dilakukan oleh petani adalah dengan cara dipikul atau digotong. Pengangkutan seperti ini hanya cocok untuk jarak angkut pendek, karena apabila bibit yang dipindahkan banyak dan jarak tempuh cukup jauh, maka diperlukan biaya yang besar dan waktu yang lama. Pengangkutan bibit untuk jarak tempuh yang jauh umumnya menggunakan truk. Dalam mengangkut bibit, polibag biasanya hanya ditumpuk, sehingga bibit banyak yang rusak dan biaya menjadi lebih mahal. Salah satu metode alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam pengangkutan atau pengiriman bibit jarak jauh dan dalam jumlah besar adalah dengan pembuatan rak sederhana. Rak dibuat dari bambu dan dipasang di dalam bak truk. Bahan-bahannya bisa digunakan berulang-ulang, mudah didapat, dan dapat dikerjakan sendiri oleh sebagian besar petani. Dengan menggunakan metode ini diharapkan bibit yang terangkut lebih banyak, sehingga biaya lebih murah. Tanaman bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang baik antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, dibentuk, dan mudah dikerjakan serta ringan. Selain itu, harga bambu relatif murah dan banyak ditemukan di sekitar pemukiman di pedesaan. Penggunaan rak dari bambu dan penyusunan bibit yang baik diharapkan akan turut mensukseskan program pengembangan tanaman perkebunan dan kehutanan terutama melalui efisiensi dan efektivitas
1
Asisten Teknisi Litkayasa pada Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon, PArungkuda, Sukabumi, 43357. Telp. (0266) 531241
Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002
pengangkutan bibit. Tujuan pembuatan rak sederhana dari bambu adalah untuk menghemat biaya serta mengurangi kerusakan bibit tanaman perkebunan/kehutanan dalam pengangkutan bibit dengan truk.
BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Instalasi Loka Penelitian Polatanam Kelapa Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat, pada bulan Oktober-Desember 2001. Bahan utama untuk pembuatan rak ini adalah 15 batang bambu petung (Dendrocalamus asper) dengan diameter 10-11 cm, 5 batang bambu atter (Gigantochloa atter) dengan diameter 5-6 cm, serta satu batang bambu untuk tali pengikat yaitu bambu tali (Gigantochloa apus Kurz). Bambu yang digunakan dipilih yang tua dan lurus, kecuali untuk tali pengikat dipilih yang setengah tua. Bahan lainnya adalah satu lembar papan dengan panjang 2 m dan lebar 20 cm, 0,5 kg paku reng 2,5 cm, 0,5 kg paku lakop 7 cm, dan tambang 20 m. Alat yang digunakn adalah gergaji potong, tambang plastik, palu (martil), dan golok.
Cara Pembuatan Rak dibuat dua susun, sehingga menjadi tiga susun apabila diperhitungkan bak truk sebagai susun yang pertama. Kendaraan truk yang dimaksud dalam tulisan ini adalah truk colt diesel ukuran bak panjang 4 m, lebar 1,80 m, dan tinggi 1.50 cm. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan tiang rak menggunakan bambu petung diameter 10-11 cm. Bambu dipotong menjadi 10 buah sepanjang 150 cm, masing-masing untuk bagian kiri 5 buah dan kanan 5 buah. Selanjutnya, bambu dilubangi untuk pemasangan slup, dari bambu atter yang diameternya lebih kecil yaitu 56 cm, agar tiang kuat menahan beban di atasnya dan bisa digeser-geser. Lubang dibuat dua buah dengan jarak tiap 50 cm (Gambar 1). 2. Slup dibuat dari bambu atter dengan panjang 4 m sebanyak 4 buah, untuk bagian kiri 2 buah dan kanan 2 buah. Untuk sisi lebar dibuat sepanjang 180 cm, masing-masing untuk 51
Lubang untuk slup
50 cm
150 cm
Tiang dari bambu petung
Gambar 4.
Gambar 1. Posisi lubang pada tiang rak bambu dua susun.
bagian depan dan belakang. Slup dimasukkan ke dalam lubang yang ada kemudian dipaku menggunakan paku lakop ukuran 7 cm. Jarak tiang yang satu dengan yang lain pada satu sisi adalah 100 cm (Gambar 2). 3. Palang penahan untuk memperkuat ebek dibuat dari bambu petung dibelah dua, dengan panjang 180 cm. Tiap susunan rak dengan panjang 4 m dibutuhkan 12 bilah bambu, sehingga untuk dua susun dibutuhkan 24 bilah. Posisi palang penahan pada rak bambu disajikan pada Gambar 3. 4. Ebek dibuat dari bambu yang dibelah-belah dengan lebar 5 cm dan panjang 180 cm. Ukuran ebek adalah 100 cm x 180 cm dengan memakai bilahan bambu kurang lebih 25 bilah (Gambar 4). Ebek digunakan sebagai alas penyimpanan bibit yang akan dikirim dan diletakkan pada palang penahan. Satu susun rak diperlukan 4 buah ebek.
Pemasangan Rak dan Penyusunan Bibit Sengon Pemasangan rak dilakukan bersamaan dengan penyusunan bibit dengan urutan sebagai berikut: z
z
z
z
Gambar 2. z
Tiang yang telah dipasang slup diikat pada bagian pinggir bak truk dengan menggunakan tambang hingga kuat tidak mudah bergeser. Bibit sengon disusun pada dasar bak truk. Penyusunan bibit diusahakan tidak terlalu panjang, cukup 100 cm agar memudahkan dalam penyusunan berikutnya. Adapun lebarnya disesuaikan dengan lebar bak truk yaitu 180 cm. Penyusunan dimulai dari depan bak. Pemasangan tiga buah palang penahan ebek sepanjang 100 cm dengan jarak dari palang yang satu ke palang lain kurang lebih 50 cm. Palang kemudian diikat dengan tali dari bambu. Apabila sudah kuat, dilanjutkan dengan pemasangan ebek di atas palang penahan. Pengikatan dilakukan sama seperti pada pengikatan palang penahan dengan menggunakan tali dari bambu. Penyusunan bibit sengon pada rak pertama (bawah) dari depan bak kendaraan, dilanjutkan dengan pada rak kedua dan seterusnya dengan cara sama dengan pada rak pertama. Penyusunan paling atas ebek kedelapan digunakan papan sebagai penyekat agar bibit sengon tidak berhamburan jika terjadi goncangan yang keras selama di perjalanan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya pembuatan rak bambu sederhana disajikan pada Tabel 1. Jumlah biaya keseluruhan Rp 197.000 terdiri atas biaya bahan Rp 117.000 dan biaya upah Rp 80.000.
Gambar 3.
52
Bibit sengon yang dapat diangkut menggunakan rak dua susun dengan delapan ebek pada bak truk berukuran 4 m x 1,8 m cm dengan polibag ukuran 7 cm x 10 cm sebanyak 5.568 bibit. Bila menggunakan polibag ukuran 10 cm x 10 cm Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002
Tabel 1. Biaya pembuatan rak bambu sederhana Uraian
Jumlah (Rp)
Bahan Bambu petung 15 batang @ Rp 5.000 Bambu atter 5 batang @ Rp 3.000 Bambu tali @ Rp 2000 Papan (20 cm x 2 m) 1 lembar @ Rp 6.000 Paku reng 0,5 kg @ Rp 8.000 Paku lakop 0,5 kg @ Rp 6.000 Tambang 20 m @ Rp 500 Jumlah biaya bahan Upah 2 orang 2 hari kerja @ Rp 20.000 To t a l
75.000 15.000 4.000 6.000 4.000 3.000 10.000 17.000 80.000 197.000
mencapai 2.772 bibit, ukuran 15 cm x 25 cm tersusun 1.440 bibit, dan 20 cm x 20 cm tersusun 900 bibit. Pada pengangkutan dengan rak bambu, bibit yang rusak pada polibag ukuran 7 cm x 10 cm mencapai 224 bibit atau 4,02%, pada polibag ukuran 10 cm x 10 cm rusak 97 bibit atau 3,50%, dan pada polibag ukuran 15 cm x 25 cm yang rusak 36 bibit atau 4,00% (Tabel 3). Bila diangkut tanpa menggunakan
rak bambu, satu truk mampu mengangkut 2.936 bibit pada polibag ukuran 7 cm x 10 cm dengan bibit yang rusak mencapai 425 bibit atau 14,48%, sedangkan dengan polibag ukuran 10 cm x 10 cm terangkut 1.505 bibit dengan kerusakan 214 bibit atau 14,22%.
KESIMPULAN Rak sederhana dari bambu dapat dijadikan alat bantu alternatif dalam pengangkutan bibit sengon, karena bahannya mudah didapat, cara pembuatannya mudah, dan dapat digunakan berulang-ulang. Kelebihan bambu adalah cukup kuat, mudah dikerjakan, dan cukup ringan sehingga memudahkan waktu memasang dan membongkarnya pada bak truk. Jumlah bibit sengon dalam polibag yang dapat diangkut menggunakan rak bambu dalam pengangkutan dengan truk adalah, untuk polibag ukuran 7 cm x 10 cm sebanyak 5.568 bibit, polibag ukuran 10 cm x 10 cm 2.772 bibit, polibag ukuran 15 cm x 25 cm 1.440 bibit, dan polibag ukuran 20 cm x 20 cm sebanyak 900 bibit. Kerusakan bibit dapat ditekan dari 14,2214,48% menjadi 3,50-4,02%.
Tabel 2. Jumlah bibit sengon dalam polibag yang dapat diangkut satu truk Ukuran polibag
Pada bak kendaraan
Pada dua susun rak
Jumlah
DAFTAR PUSTAKA
7 cm x 10 cm 10 cm x 10 cm 15 cm x 25 cm 20 cm x 20 cm
1.856 924 480 300
3.712 1.848 960 600
5.568 2.772 1.440 900
Alrasjid, H. 1998. Teknik Penanaman Rotan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. No. 102: 6-10.
Tabel 3. Jumlah bibit sengon yang rusak pada pengangkutan dengan menggunakan rak bambu Ukuran polibag 7 cm x 10 cm 10 cm x 10 cm 15 cm x 25 cm 20 cm x 20 cm
Bibit diangkut 5 568 2 772 1 440 900
Bibit rusak
Persentase
224 97 45 36
Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002
4,02 3,50 3,13 4,00
Krisdianto, G. Sumarni, dan A. Ismanto, 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu. Pusat Penelitian Hasil Hutan, Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan, Bogor. hlm. 29. Prajadinata, S. dan Masano. 1998. Teknik penanaman sengon (Albizia Falcataria L. Fosberg). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. No. 97: 67. Sutiono, 1992. Teknik budidaya tanaman bambu. Informasi Teknik No. 35. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Bogor. hlm. 58.
53
54
Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002
Lampiran 1. Jenis bambu di Indonesia Nama botani Arundinaria japanica Sieb & Zuc ex Stend. Bambusa arundinacea (Retz) Willd. Bambusa atra Lindl. Bambusa balcooa Roxb. Bambusa blumeana Bl.ex Schul.f. Bambusa glaucescens (Willd) Sieb ex Monro. Bambusa harsfieldii Munro. Bambusapolymorpha Munro. Bambusatulda Munro. Bambusavulgaris Schard. Denrocalamus asper. Denrocalamus giganteus Munro. Denrocalamus strictur (Roxb) Ness. Denrocalamus scandens O.K. Gigantochloa apus Kurz. Gigantochloa atroviolacea Gigantochloa atter Gigantochloa achmadii Widjaja. Gigantochloa hasskarliana Gigantochloa levis (Blanco) Merr. Gigantochloa manggong Widjaja. Gigantochloa nigrocillata Kurz. Gigantochloa prurien Gigantochloapsedoarundinaceae Gigantochloaridleyi Holtum. Gigantochloa robusta Kurz. Gigantochloa waryi Gamle. Melacanna bacifera (Roxb) Kurz. Nastus elegantissimus (Hassk) Holt. Phyllostachiys aurea A&Ch.Riviere. Schizotachyum blunei Ness. Schizotachyum brachycladum Kurz.
Nama lokasi
Schizotachyum candatum Backer ex Heyne Schizotachyum lima (Balnco) Merr. Schizotachyum longipiculata Kurz.
pring ori Loleba bambu duri bambu pagar, cendani bambu embong awi ampel, haur bambu petung bambu sembilang bambu batu bambu cangkoreh,kedalan bambu apus, tali bambu hitam, wulung bambu ater,jawa benel, buluh bambu apus bambu lengka tali bambu suluk bambu manggong bambu lengka, terung terasi buluh rengen bambu andong,gambang surat tiyang kaas bambu mayan, temen serit buluh dabo bambu eul-eul bambu uncea bambu wuluh tamiang buluh nehe,awi buluh, ute wanat, tomula buluh bungkok bambu toi bambu jalur
Schizotachyumzollingeri Stend Thrysostachys siamensis Gamle.
bambu jala,cakeutreuk -
Daerah ditemukan Jawa Jawa, Sulawesi Maliku Jawa Jawa, Sulawesi, usaTenggara Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa, Sumatera, Kalimantan, Maluku Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Jawa Sumatera Jawa, Bali, Sumatera Kalimantan Jawa Jawa Sumatera Jawa Bali Jawa, Bali, Sumatera Sumatera Jawa Jawa Jawa Jawa, Nusa Tenggara Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku Sumatera Sulawesi Maluku, Irian Jaya Jawa, Sumatera, Kalimantan Jawa, Sumatera Jawa
Sumber : Sutiyono (1992).
Buletin Teknik Pertanian Vol. 7. Nomor 2, 2002
55