KEBERADAAN PASAR NAGARI SISAWAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 1998-2013 Felia Siska1 Zusmelia2 Meri Erawati3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT Issues that were examined in this study is about Pasar Nagari Sisawah In Sijunjung Regency in 19982013. In 1998,, visitors in Pasar nagari Sisawah was very crowded, many merchans who came from outside Sisawah village traded to this market by using a four-wheel vehidcle, watercraft and also by walking. Since 2000, this market it made as centre of community’s economy, entertainment facilities, gathering public facilities began to empty by visitors. As for issues that concern in this study are first ; how the history pasar nagari Sisawah in Sijunjung regency. Second ; how the development of pasar nagari Sisawah in 1998-2013. Third ; How society’s view of Sisawah market in 1998-2013. Historical society is the using method. First, Heuristic or stages of collecting data to obtain a variety of relevan source utilize, after obtaining data, Internal and external critism conducted by testing of authenticity and validity of the data, is it relevant or not. And the fourth presentation of research results in scientific writing and thesis. From the result of this study can be concluded that the development of pasar nagari Sisawah is devided into two periods, in 1998-2005 and 2006-2013. In 1998-2005, it has six permanent inns with crowded merchants and visitors, both from Sisawah village and other regions, and management of the market was under “he density of indegenous Village” (Kerapatan Adat Nagari) and then in zool it managed by village under the Department of industry and trade cooperative (Dinas Kopperindag) Sijunjung regency. In 2006-2013 period, pasar nagari Sisawah inns renovated in 2006, 2007, 2009, and 2013, but there was a decrease of merchants and visitors. It caused by appearance of Ambek and Senggol bazaar in Sisawah Village. Society view about pasar nagari Sisawah was studied in two periods, in 1998-2005 and 2006-2013. At first period, society view about pasar nagari Sisawah existence showed by needs of the community to the market was very high whereas at s at second period, pasar Sisawaht existence for people/society just as economic needs only or there was a change of society’s view to the pasar nagari Sisawah existence.
Keyword : Pasar Nagari Sisawah existence, Ekonomic commpunity, development
1
Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 2
PENDAHULUAN Pasar nagari merupakan sub sistem dari sistem sosial ekonomi masyarakat nagari sejak dahulu sampai sekarang di wilayah Minangkabau.4 Bagi masyarakat Minangkabau, pasar nagari bukan hanya sekedar tempat transaksi jual beli semata, tetapi juga banyak memiliki fungsi sosial dan budaya tersendiri sesuai dengan adat istiadat dan tradisi masing-masing daerah, serta memiliki kekuatan yang sangat mengikat dan daya saing dengan menonjolkan fitur-fitur keunikan yang dimiliki masing-masing pasar, begitu juga dengan Pasar Nagari Sisawah Kabupaten Sijunjung. Keberadaan Pasar Nagari Sisawah mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang berujung terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa terlihat dengan lancarnya berbagai kegiatan di Nagari Sisawah, adat istiadat sangat kental dengan nuansa alam Nagari Sisawah. Sebab pondasi utama adalah silaturahmi masyarakat, hal bisa dilakukan masyarakat pada waktu pertemuan pasar nagari, bertukar kabar, memberikan undangan pesta, kenduri, serta sebagai hiburan bersama. Namun, Permasalahan pasar nagari ini mulai terlihat gejalanya sejak tahun 2004-2005, pasar tidak lagi bisa menjanjikan kesejahteraan untuk masyarakat dan pedagangnya karena pengunjungnya sudah semakin sepi, tidak diminati, bahkan banyak dari pedagang-pedagang tidak lagi berjualan di pasar nagari, hal ini dapat diketahui dari jumlah karcis dan pemasukan pasar per minggu yang semakin berkurang.5 Selain pasar nagari juga ada pasarpasar “Ambek”6 di jorong-jorong Nagari Sisawah, keberadaannya mulai terlihat sejak tahun 2005, seiring dengan sepinya pasar nagari. Pasar Ambek terus mengalami perkembangan baik itu dari sisi pedagang dan pembeli.
4
Zusmelia, Ketahanan (Persistence) Pasar Nagari di Minangkabau dalam Ekonomi Dunia: Kasus Pasar Kayu Manis (Cassiavera) di Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat. (Bogor: Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor,2007), hal.135 5 Wawancara dengan Rafles selaku Kepala Jorong Rumbai, tanggal 10 februari 2014 6 Pasar Ambek merupakan pasar kaget yang tidak resmi pendiriannya, hanya terdiri dari pedagang-pedagang perantara yang singgah. Biasanya pasar ambek ini dilaksanakan sekali seminggu, jam 07.00-10.00 wib pagi sebelum penduduk berbelanja ke pasar nagari, di setiap jorong Nagari Sisawah ada pasar ambek kecuali jorong Koto Sisawah, karena jorong ini dekat dengan pasar nagari. Untuk pasar Senggol, lama pasarnya dari jam 07.00 wib sampai jam 13.00 wib, apalagi sejak semakin berkembang, pedagang dan pembeli ramai menjelang sore.
Batasan Masalah Batasan temporalnya adalah dari tahun 1998-2013. Tahun 1998 dijadikan sebagai batasan awal karena tahun 1998 pasar nagari Sisawah mengalami kemajuan dilihat dari sisi pedagang dan pengunjung yang ramai dari berbagai wilayah. Sedangkan tahun 2013 dijadikan batas akhir karena tahun ini ada penambahan los Pasar Nagari Sisawah, padahal kondisi pasar semakin sepi. Sejak tahun 2006 pasar nagari Sisawah menunjukkan penurunan baik dari segi pengunjung maupun pedagang, walaupun sudah terlihat gejalanya kemunduran tersebut sejak tahun 2005. Kondisi seperti ini semakin parah dari tahun ke tahun, namun uniknya walaupun pengunjung pasar semakin sedikit, tahun 2013 ini dibangun los pasar baru untuk membenahi sarana bangunan pasar nagari. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut 1. Bagaimana sejarah berdirinya pasar nagari Sisawah Kabupaten Sijunjung ? 2. Bagaimana perkembangan Pasar Nagari Sisawah Kabupaten Sijunjung tahun 19982013? 3. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap keberadaan Pasar Nagari Sisawah Kabupaten Sijunjung tahun 1998-2013? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulisan ini bertujuan untuk : 1. Mendeskripsikan sejarah berdirinya pasar nagari Sisawah kabupaten Sijunjung. 2. Mendeskripsikan perkembangan pasar Nagari Sisawah kabupaten Sijunjung tahun 19982013 3. Mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap keberadaan Pasar Nagari Sisawah Kabupaten Sijunjung tahun 1998-2013 Kerangka Konseptual Pasar menurut Geertz merupakan suatu pranata ekonomi dan sekaligus tata cara hidup, suatu gaya umum, dan sebuah kegiatan ekonomi yang mencakup seluruh aspek masyarakat dan suatu dunia sosial budaya. Pasar tidak saja sebuah kegiatan ekonomi, tapi juga sebuah dunia yang mencerminkan kehidupan sosial budaya suatu masyarakat didalamnya.7 Pasar nagari ada dua jenis yaitu pasar nagari dan pasar sarikat. Pasar serikat merupakan pasar yang dikelola bersama-sama oleh beberapa nagari. 7
Febri Yanti, Sejarah Pasar Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Periode Orde Baru, (Padang : Skripsi Prodi Sejarah STKIP PGRI Sumatera barat, 2006), hal. 8
Pasar Nagari adalah pasar yang dimiliki satu nagari dan dikelola oleh nagari itu sendiri. Berdasarkan Perda Propinsi Sumatera Barat No : 9/2000 ada lima jenis pasar dalam perundangundangan yakni : a. Pasar Jorong adalah pasar yang dimiliki satu jorong atau lebih b. Pasar Nagari (Pasar A) adalah pasar yang dimiliki oleh satu nagari c. Pasar Serikat (Pasar B) adalah pasar yang dimilki oleh dua nagari atau lebih d. Pasar Daerah (Pasar C) adalah pasar yang dimiliki oleh pemerintah daerah e. Pasar Swasta adalah pasar yang bukan pasar jorong, pasar nagari, pasar serikat dan pasar daerah. Menurut Slater dan Tonkiss, Ciri/karakteristik pasar sebagai sebuah marketplace: a. Pasar sebagai tempat berlangsungnya komunikasi seperti komunikasi politik, sosial, religi, bahkan terminalogi komersil b. Pasar sebagi tempat sentralisasi social c. Pasar sebagai kompleksitas hubungan localurban govermance d. Pasar sebagai hubungan kultural, identitas dan kekuasaan local e. Pasar sebagai sistem/tempat yang memiliki ukuran tersendiri (highly regulated) f. Pasar sebagai milik orang banyak/umum (publicness), dimana semua orang dapat diakses kesana, tapi sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.8 Menurut Perda Propinsi Sumatera Barat No.9 Pasal 1 Tahun 2000, Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat dalam propinsi Sumatera Barat, yang terdiri dari himpunan beberapa suku yang mempunyai wilayah yang tertentu batasbatasnya, mempunyai harta kekayaan sendiri, berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya dan memiilih pimpinan pemerintahannya.9 Penulisan Keberadaan Pasar Nagari Sisawah termasuk dalam kajian sejarah sosial dan ekonomi.. Bahwa sejarah ekonomi adalah usaha manusia selama berabad-abad untuk memenuhi keinginan materialnya yang merupakan rangkaian untuk
8
Zusmelia. 2007. Ketahanan (Persistence) Pasar Nagari di Minangkabau dalam Ekonomi Dunia: Kasus Pasar Kayu Manis (Cassiavera) di Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat. Bogor: Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor 9 Asnawi, Nagari, Desa, dan Nagari : Kronologis, Dinamika dan Revitalisasi Pemerintahan Nagari Kearah Peningkatan Mutu Layanan Kepada Masyarakat, (Padang : Sukabina Press, 2012), hal.24-25
mendapatkan kepuasan serta pengumpulan dan penggunaan kekayaan.10 Studi Relevan Studi yang relevan dengan penelitian ini adalah skripsi yang ditulis Irja Eka Putri (2012) dengan judul “Perkembangan Pasar Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Tahun 1967-2011. Penelitian Febri Yanti (2006) dengan judul “Sejarah Pasar Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Periode Orde Baru. Disertasi Zusmelia (2007) dengan judul “ Ketahanan (Persistence) Pasar Nagari Minangkabau : Kasus Pasar Kayu Manis (Cassiavera) Di Kabupaten Tanah Datar dan Agam Sumatera Barat, dan skripsi yang ditulis oleh Ratna Sari (2012) dengan judul “Pasar Nagari Sungai Rumbai (1982-2011) Perbedaan yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti mengkaji tentang Keberadaan Pasar Nagari Sisawah Kabupaten Sijunjung Tahun 1998-2013. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Sejarah, yang memiliki empat tahap ; yang pertama Heuristik merupakan tahap pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai sumber yang mendukung penelitian ini, baik sumber primer maupun sekunder. Tahap Kedua, kritik sumber, bukti-bukti sejarah adalah kumpulan fakta-fakta atau informasi-informasi sejarah yang sudah diuji kebenarannya melalui proses validasi yang dalam ilmu sejarah disebut Kritik Sumber.11 Tahap ketiga, interpretasi yang berarti menafsirkan atau memberikan makna kepada fakta-fakta (facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences).12 Tahap keempat yaitu Historiografi yakni penyajian data dan hasil penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau skripsi. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Sisawah Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung. Penelitian dilakukan dengan mengumkumpulkan arsip tentang pasar nagari Sisawah dari dinas Kopprindag, Kantor Camat Sumpur Kudus, Kantor Wali Nagari Sisawah, KAN, dan Pengurus Pasar. Selain itu data juga diperoleh melalui wawancara dengan pedagang dan pengunjung pasar, pengurus pasar nagari, wali nagari beserta jajaran, unsur ninik mamak dan tokoh masyarakat di nagari Sisawah. 10
Mestika Zed dan Emizal Amri, Ikhtisar Sejarah Sosial dan Ekonomi (Padang: FPIPS IKIP, 1999), hal.54 11 Daliman A, Metode Penelitian Sejarah, (Yokyakarta : Ombak, 2002), hal.66 12 Ibid, hal.81
Waktu penelitiannya dari tanggal 20 Januari 2014 sampai tanggal 28 Februari 2014. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pasar Nagari Sisawah Tahun 1998-2005 Pasar nagari merupakan bagian dari pasar tradisional yang dikelola oleh KAN pada masa Orde Baru, pembangunan sarana dan prasarana pasar dialokasikan dari dana kas pasar dan bantuan pemerintah. Los permanen pertama pasar Sisawah didirikan tahun 1978 dengan ukuran 16 x 4 meter, diisi 6 petak pedagang, tiap petak diselingi dengan tonggak kayu sebagai penopang. Los ini terletak ditengah-tengah lokasi pasar Sisawah. Los tersebut pada awalnya diisi oleh pedagang emas, pedagang pakaian dan penjual makanan. Tahun 1985 dibangun los tambahan, ukuran panjang hampir sama dengan los sebelumnya, tetapi los ini dibuat dua petak satu atap. Sehingga bisa memuat lebih banyak pedagang. Tahun 1998 dibangun los tambahan. Los ini dibangun dengan dana kas pasar Sisawah dengan ukuran 16 x 4 meter, sejajar dengan los yang dibangun tahun 1985. Perkembangan pasar makin ramai, sehingga tahun 1999 dibangun satu los lagi. Kemudian tahun 2004 dilakukan renovasi terhadap los pasar. Berdasarkan hasil temuan penulis dilapangan, jenis pedagang di pasar nagari Sisawah terdapat dua jenis yakni kelompok pedagang yang membayar retribusi dan pedagang tidak membayar retribusi. Kelompok pedagang yang membayar retribusi pasar, yang berjualan di pasar nagari Sisawah dari tahun 1998 – 2005, hasl bisa diketahui dari jumlah karcis yang laku terjual. Pedagang kelompok kedua adalah pedagang yang terdiri dari penjual hasil pertanian, biasanya adalah petani sekitar Nagari Sisawah yang menjual hasil ladang dan kebunnya.13 Mereka menjual hasi kebunnya tidak dikenakan karcis atau retribusi pasar. Pedagang tidak menyewa los atau tempat, hanya menggelar dagangannya ditepi-tepi los dan di layang-layang,14 Mengenai jumlah pedagang non retribusi tidak ada data yang membuktikannya karena tidak tercatat sebagai pedagang tetap, biasanya mereka berdagang ketika musim panen saja, kemudian digantikan lagi oleh yang lainnnya, biasanya berkisar antara 10 – 25 orang pedagang
cabai rawit dan hasil ladang lainnya setiap minggunya.15 Dari segi pengunjung, tahun 1998 pengunjung pasar nagari ramai, hal ini diketahui dengan banyaknya pedagang yang berjualan di pasar nagari. Hasil penelitian penulis sepanjang tahun 1998 – 2013, tahun 1998 merupakan pedagang terbanyak yakni 160 orang pedagang16. Pengunjung pasar nagari Sisawah yang paling dominan adalah seluruh masyarakat Nagari Sisawah ditambah pedagang dari Durian Gadang kecamatan Sijunjung dan penduduk nagari Tamparungo. Lembaga yang bertanggung terhadap kelangsungan pasar nagari adalah Kerapatan Adat Nagari, dengan membentuk badan pengawasan Pasar serta pengurus Pasar, sedangkan pemerintah hanya sebagai badan pengawas dengan sistem koordinasi.17 Sejak dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang ketentuan pokok pemerintahan Nagari/Desa, kemudian ditindak lanjuti Perda Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Nomor 22 tahun 2001 tentang pemerintahan Nagari. Pemerintahan desa kembali ke pemerintahan nagari, seiring dengan itu perubahan sistem pemerintahan tersebut tanggung jawab pengolahan pasar juga mengalami perubahan, sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, bahwa pengelolaan aset nagari dikelola oleh Nagari, termasuk pasar nagari. Untuk sistem kepengurusan pasar di nagari Sisawah, diambil dari unsur pemuda, ninik mamak, tokoh masyarakat, lembaga nagari, dan pemerintah Nagari.18 Perkembangan Pasar Nagari Sisawah Tahun 2006-2013 Setelah renovasi los pasar nagari Sisawah tahun 2004, maka tahun 2006 juga kembali merenovasi bangunan Pasar Nagari, bangunannya selain untuk los juga untuk sarana olahraga Bulu Tangkis atau dibuat gedung. Tahun berikutnya, yakni tahun 2007 dilakukan renovasi terhadap bangunan pasar yang sudah lama, disebelah los yang dibangun tahun 2006. Alokasi dana pembuatannya dari dana daun.19 Renovasi terakhir dilakukan pada bulan Juni 2013. Alokasi dana juga 15
13
Wawancara dengan Mardiana, pedagang Pisang dan Kelapa di Pasar nagari Sisawah sejak tahun 1993 sampai sekarang, tanggal 23 Januari 2014.
Wawancara dengan Sahar Drajat selaku pengrus pasar nagari Sisawah tahun 2001-2010, tanggal 16 Februari 2014 16 Arsip Pribadi Darmawati A.md, selaku Bendahara Pasar 17 Wawancara dengan Sahar Drajat, selaku pengurus Pasar pada tanggal 26 Februari 2014. 18 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 19 Dana yang dialokasikan untuk membangun sarana dan prasarana di suatu daerah.
berasal dari bantuan dinas Koperindag. Hasil wawancara dengan pemerintah nagari dan pengurus pasar, mereka sangat berharap dengan semakin bagus los-los pasar, masyarakat kembali berminat untuk berbelanja di pasar nagari Sisawah. Berdasarkan tabel penjualan karcis tahun 2006-2009 dapat diketahui bahwa jumlah pengunjung pasar nagari Sisawah mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan tahun 2009, sedangkan jumlah pedagang retribusi paling rendah tahun 2007. Untuk tahun 2006 - 2007, dapat dianalisa berdasarkan realita dilapangan bahwa berkurangnya karcis terjual di pasar nagari berkaitan dengan renovasi Los Pasar Nagari selama dua tahun berturut-turut, tentu akan mempengaruhi pendapat pasar karena los yang di renovasi tidak bisa ditempati. Mengenai kondisi pengunjung pasar Nagari berdasarkan dilihat dari deskripsi jumlah pedagang diatas, bisa digambarkan kebiasaan masyarakat Sisawah yang menghabiskan waktu seharian dipasar sudah mulai pudar karena banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya masyarakat sudah memiliki kendaraan sendiri sehingga pulang tidak harus nunggu teman dan pulang jalan kaki, masyarakat jarang berbelanja ke pasar nagari. Berdasarkan data penjualan karcis tahun 2009 2010 karcis banyak terjual, akan tetapi penulis mengasumsikan untuk mengunjung tetap berkurang dari tahun ke tahun, karena sifat pengunjung telah berubah menjadi pelanggan, mereka berbelanja ke pasar hanya untuk membeli kebutuhan yang telah dicanangkan dari rumah tanpa ada niat untuk berlama-lama di dalam pasar. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pedagang dan pengunjung Pasar Ambek dan Pasar Senggol, serta pengurus pasar Nagari, dari tahun 2005 sudah mulai berkurang dan semakin berkurang sampai 2013 ini. Pengakuan masyarakat Simawik, mereka sangat jarang mengunjungi pasar Nagari sejak ada Pasar Senggol karena bisa lebih menghemat ongkos (naik ojek kepasar nagari dari Simawik tahun 2010 Rp.10.000 dan tahun 2013 Rp. 15.000) dan tidak menghabiskan waktu serta satu alasan lagi karena barang yang dijual di pasar nagari sama jenisnya dengan barang yang dijual pasar Senggol serta harganya tidak jauh berbeda, terkadang lebih murah ketimbang di pasar nagari.20 Dilihat dari segi pengelolaan pasar nagari Sisawah, periode tahun 2006-2013 ini ada tiga periode pengurus pasar nagari. Pengurus pasar nagari periode 2004-2008 dibentuk oleh wali nagari, penetapan pengurus pasar ini ditetapkan oleh bupati. Sehingga periodesasi waktunya tidak sama dengan periode waktu yang dibagi
20
Wawancara dengan Rika Wati, pengunjung pasar Ambek dan Pasar Senggol tanggal 27 Februari 2014.
berdasarkan perkembangan Pasar Nagari Sisawah tahun 1998-2005 dan 2005-2013. Pembentukan kepengurusan dan badan pengawas pasar nagari Sisawah periode 2013 – 2019, periode waktunya melebihi dari pembatasan waktu penelitian penulis yang hanya sampai tahun 2013. Hal ini dicantumkan sebagai gambaran dan perbandingan dengan kepengurusan sebelum serta sebagai pertanda bahwa pasar nagari masih ada sampai tahun 2013 walaupun kondisinya sudah hampir mati. Pasar ini juga diharapkan samapi tahun 2019 masih tetap ada dan bisa kembali ramai dikunjungi oleh masyarakat. Kemunculan Pasar Ambek di Jorong-Jorong Nagari Sisawah Perkembangan teknologi dan transportasi serta berbagai kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah Negara Indonesia berupa Pasar bebas, ternyata sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pasar-pasar tradisional termasuk pasar nagari Sisawah. Sebelum jalan lancar, penduduk di jorong-jorong berbelanja satu-satunya hanya ke pasar nagari atau ketergantungan kepada pasar nagari 100 %, mereka pergi bersama-sama dengan jalan kaki dari jorong masing-masing sejauh 7 km untuk sampai di pasar nagari. Setelah transportasi lancar, penduduk bisa menggunakan kendaraan sendiri, pedagang-pedagang keliling dengan mudah menjangkau pemukiman penduduk di jorong-jorong, sehingga kebutuhan masyarakat lebih mudah memperolenya. Pasar Ambek atau Pasar Senggol istilah masyarakat Sisawah merupakan dampak dari kondisi diatas. Keberadaan pasar Ambek atau pasar kaget senggol ini ada dua macam : 1. Pasar Senggol Pasar pertama ini disebut pasar Senggol21, yakni yang ada di Jorong Simawik dan sebagian di jorong Rumbai. Pada awalnya perkumpulanperkumpulan masyarakat per jorong sudah ada, yang mereka namakan Pajak,22 karena pada umumnya keramaian dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk mencari keuntungan,
21
Istilah pasar senggol muncul karena arena pasar yang kecil, sedangkan pembeli dan penjualnya banyak sehingga pembeli dengan pembeli sering bersentuhan atau bersenggolan, sehingga masyarakat menamakan pasar kaget ini dengan nama pasar senggol. Penamaan ini mengisyaratkan bahwa pasar ini sangat ramai dikunjungi masyarakat sekitar. 22 Kedai atau tempat yang digunakan untuk melakukan perkumpulan, biasanya dari malam minggu sudah mulai ramai sampai hari minggu, untuk hari minggu tempat persinggahan sementara bagi masyarakat yang akan berbelanja ke pasar nagari
dalam tanda kutip untuk mendapatkan uang, salah satu caranya yaitu dengan berdagang. 2. Pasar Ambek Istilah pasar ambek pertama kali muncul seiring dengan berkembangnya pasar-pasar kaget di jorong-jorong nagari Sisawah, karena istilah ini ditujukan kepada pasar-pasar kaget tersebut. Asal kata dari pasar ambek yakni “ambek” artinya Hambat atau menghalangi. Jadi, pasar yang terbentuk dengan menghentikan sementara pedagang yang hendak berdagang ke pasar Nagari Sisawah, pasar ini terbentuk dipersimpangan jalan atau ditepi jalan menuju pasar Nagari Sisawah. Pasar seperi ini terdapat di Jorong Sungai tampang, tempatnya di Simpang Sungai Sarik dan tepi jalan Sungai Tampang.23 Pasar ini ramainya dua kali, yakni pagi hari menjelang pasar nagari dan sore hari setelah menggelar dagangannya di Pasar Nagari, biasanya pedagang-pedagang ini menggunakan mobil barang. Keberadaan pasar Ambek ini hampir sama perkembangannya dengan pasar Senggol di jorong Simawik dan Jorong Rumbai, pada awalnya hanya perkumpulan pagi minggu menjelang berbelanja ke pasar nagari, namun lama-kelaman berkembang menjadi tempat ramai dikunjungi pedagang. Pengaruh Keberadaan pasar Ambek/Senggol terhadap Pasar Nagari Pengaruh adanya pasar Ambek dan pasar senggol terhadap kelangsungan pasar nagari, terlihat dengan berkurangnya pengunjung pasar nagari, baik dari sisi pembeli maupun dari pedagang. Penduduk tidak lagi tergantung pada pasar Nagari, mereka bisa membeli kebutuhan sehari di pasar-pasar kaget yang ada di jorong masing-masing, pengecualian untuk jorong Koto Baru dan Koto Sisawah karena berada di pusat pasar Nagari. Pengaruh dari sisi pendapatan pasar sangat terlihat karena dengan semakin sedikitnya pengunjung, otomatis pedagang enggan berjualan, nantinya berdampak pada berkurangnya pemasukan ke kas Nagari. Pengaruh sepinya pasar Nagari dan bermunculan pasar-pasar kecil yang tidak resmi di jorong-jorong nagari Sisawah membawa permasalahan, timbulnya gesekan antara jorongjorong ini dengan pemerintahan pusat nagari dan lembaga adat nagari. Pihak pasar nagari Sisawah beranggapan bahwa penyebab berkurangnya pengunjung pasar nagari karena adanya pasar-pasar ambek di jorong, masyarakat jorong menolak tuduhan tersebut, sehingga muncul gesekangesekan yang semakin pemperkeruh permasalahan. Pasar yang paling dipermasalahkan adalah pasar Senggol jorong Simawik, dengan alasan sejak 23
Wawancara dengan Yonnefrison, selaku wali jorong Sungai Tampang pada tanggal 23 Februari 2014
adanya pasar Senggol penduduk Simawik tidak ada yang berbelanja ke pasar nagari dan pasar Senggol ini telah menunjukkan perkembangan pasar dengan adanya layang-layang dan pedagang luar yang banyak. Pandangan Masyarakat Terhadap Keberadaan Pasar Nagari Sisawah Dari Tahun 1998-2013 Berdasarkan hasil wawancara diatas terlihat sangat jelas, bahwa pengunjung pasar nagari tidak hanya terdiri dari orang tua saja yang berbelanja kebutuhan ruma tangga. Akan tetapi kaum muda juga berbondong-bondong untuk mengunjungi pasar nagari, sebab di pasar berbagai hal bisa dilakukan, mulai dari bertemu teman, mencari informasi atau bertukar informasi. Tradisi seperti ini masih berlangsung sampai tahun 2000an, tingkat ketergantungan pasar terhadap pasar masih sangat tinggi, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Bentuk proses interaksi yang terjadi di pasar nagari berupa pertemuan strategis masyarakat antar jorong di Nagari Sisawah. Dengan adanya pasar nagari sebagai penghubung masyarakat sekenagarian Sisawah sehingga komunikasi terjalin lancar, kerukunan terjaga, kegiatan yang bersifat nagari bisa dilaksanakan dan mensukseskannya secara bersama-sama. Sebagai salah satu bentuknya, gotong royong nagari, dulunya rutin dilaksanakan sekali satu bulan, baik itu dalam rangka memperbaiki jalan, maupun membersihkan kebun kakao milik nagari. Pasar nagari Sisawah adalah satu-satunya tempat bagi petani pribumi untuk memasar hasil panennya, karena dipicu akses transportasi yang kurang memadai, logikanya jika diangkut ke pasar Tanjung Ampalu atau pasar Kumanis akan memakan waktu dan biaya transportasi yang sangat tinggi. Sehingga pada umumnya penduduk disekitar nagari Sisawah menjual hasil kebun, sawah, dan ladangnya di pasar Nagari Sisawah. 24 Pada tahun-tahun berikutnya, kondisi ini masih terus berlanjut. Keberadaan pasar nagari dan peranannya bagi masyarakat tidak berpengaruh terhadap perubahan atau peralihan dari pemerintah desa menuju pemerintah nagari pada tahun 2000 dan diterapkan peraturan ini di nagari Sisawah tahun 2001. Secara administrasi aset negara termasuk pasar dikembalikan ke nagari atau menjadi aset nagari25 Seiring perkembangan zaman dan perubahan pola kehidupan masyarakat, pasar nagari tidak lagi menjadi tujuan akhir pekan masyarakat 24
Wawancara dengan Naswir, selaku Mantan Ketua KAN di Nagari Sisawah, pada tanggal 23 Februari 2014 25 Wawancara dengan Nainunas Rajo Bilang (alm), selaku mantan Wali Nagari Sisawah, tanggal 25 Oktober 2013
dan tingkat ketergantungan masyarakat semakin menipis terhadap kebutuhan yang disediakan di pasar nagari. Masyarakat semakin jarang bertemu, memilih dengan berbagai kesibukan masingmasing, sehingga hubungan persaudaraan dan rasa saling menghargai juga mulai terkikis. Bahkan ada tidak lagi saling mengenal satu dengan yang lainnya. Kondisi ini berhubungan dengan salah satu fungsi pasar nagari pada masa silam adalah sebagai ajang percarian jodoh atau tempat permainan para pemuda-pemudi, pada hari minggu para bujangan dan gadis menjadikan pasar nagari sebagai tongkrongan, bermain bersama. Sehingga tidak hanya golongan tua yang menjaga kerukunan, tetapi golongan muda juga menjaga persatuan dengan saling berinteraksi antar pemuda jorong, dan ajang pertemuan ini hanya satu kali dalam seminggu, kecuali kalau ada kegiatan yang dilaksanakan nagari. Berdasarkan hasil penelitian penulis, Semenjak semakin sepinya pengunjung pasar nagari, penduduk tidak punya tempat pertemuan dengan antar penduduk, rasa individualisme semakin terlihat, kebersamaan sangat jarang. Interaksi itu terjalin tidak hanya penduduk antar jorong tetapi penduduk satu jorongpun juga lancar komunikasinya, karena biasanya masyarakat pergi ke pasar dengan jalan kaki secara bersama-sama dan beriring-iring, barang belanja dijunjung dengan ketidiang. Sejak jalan bagus, kendaraan sudah mulai banyak, masyarakat sudah mulai menggunakan ojek pergi kepasar, kemudian pada umumnya penduduk sudah memiliki motor atau kendaraan, tujuan pasarnya tidak banyak lagi ke pasar nagari.26 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perkembangan pasar Nagari Sisawah dibagi menjadi dua periode yakni tahun 1998-2005 dan 2006-2013. Tahun 1998-2005, memiliki los permanen sebanyak enam buah dengan kondisi pedagang dan pengunjung ramai baik dari jorongjorong nagari Sisawah maupun dari wilayah lain, serta pengelolaan pasar tahun 1998 dibawah Kerapatan Adat Nagari (KAN), kemudian tahun 2001 dikelola oleh nagari dibawah Dinas Koperindag Kabupaten Sijunjung. Periode tahun 2006-2013, bangunan los pasar nagari Sisawah direnovasi tahun 2006, 2007, 2009 dan 2013, namun pedagang dan pengunjung pasar mengalami penurunan atau sepi. Hal ini dipengaruhi oleh kemunculan pasar Ambek dan Senggol di jorongjorong nagari Sisawah. Pandangan masyarakat terhadap keberadaan pasar nagari dikaji dalam dua 26
Wawancara dengan Dariman, selaku pedagang pasar Senggol pada tanggal 26 Januari 2014
periode, yakni tahun 1998-2005 dan tahun 20062013. Pada periode pertama, pandangan masyarakat terhadap keberadaan pasar nagari diperlihatkan dengan kebutuhan masyarakat terhadap pasar nagari sangat tinggi. Sedangkan pada periode kedua, keberadaan pasar nagari bagi masyarakat hanya sebagai kebutuhan ekonomi saja atau terjadi perubahan pandangan masyarakat terhadap keberadaan pasar nagari. Saran Berdasarkan kesimpulan tentang Keberadaan Pasar Nagari dan Pengaruhnya Bagi Masyarakat Nagari Sisawah tahun 1998-2013, maka penulis mengemukakan beberapa saran untuk mempertahankan keberadaan pasar nagari Sisawah sehingga bisa berkembang seperti pasar nagari lainnya di kabupaten Sijunjung : 1. Untuk mempertahankan keberadaan pasar nagari Sisawah. Maka, seharusnya dibentuk unit usaha yang dijalankan oleh pengurus pasar dengan menjual barang-barang atau kerajinan tangan yang menjadi ciri khas setiap jorong. Contoh Jorong Kabun Tudung Sulam Emas, jorong Simawik adalah Tanggung, Kahayan, sehingga ciri khas pasar nagari Sisawah tidak hilang dan bisa dijadikan ikon nagari untuk menarik peminat pengunjung pasar serta dipromosikan pada acara festival-festival di kabupaten Sijunjung dengan mengusung tematema tertentu. 2. Untuk mempertahankan pandangan positif masyarakat terhadap keberadaan pasar nagari, maka dibuat aturan tentang pelaksanaan hari pasar nagari dengan pasar Ambek/Senggol. Pasar nagari dilaksanakan pada hari biasanya yakni hari minggu, pasar Ambek dan Senggol dilaksanakan di hari lain berdasarkan kesepakatan dan pasar ini juga bisa diberdayakan oleh dinas Koperindag dengan membangun los permanen. DAFTAR PUSTAKA Asnawi. (2012). Nagari, Desa, dan Nagari : Kronologis, Dinamika dan Revitalisasi Pemerintahan Nagari Kearah Peningkatan Mutu Layanan Kepada Masyarakat. Padang : Sukabina Press. Daliman A. (2002). Metode Penelitian Sejarah. Yokyakarta : Ombak. Damsar. (2005). Sosiologi Pasar. Laboratorium FISIP Unand.
Padang :
Data Pasar Serikat dan Pasar Nagari Sisawah Kabupaten Sijunjung tahun 1998, 2004, 2005 2007, 2013
Febri Yanti (2006). Sejarah Pasar Nagari Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Periode Orde Baru. Skripsi, tidak dipublikasikan. STKIP PGRI Sumatera Barat H.S.M. Delly, dkk. (1990). Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Sumatera Barat. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Irja Eka Putri. (2012). “ Perkembangan Pasar Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Malintang Kabupaten Pasaman Tahun 19672011”. Skripsi tidak diterbitkan. STKIP PGRI Sumatera Barat. Louis Gottschalk. (1989). Jakarta : UI Press
Mengerti Sejarah.
Mestika Zed dan Emizal Amri. (1999). Ikhtisar Sejarah Sosial dan Ekonomi. Padang: FPIPS IKIP. SK Pengurus Pasar Nagari Sisawah 2004 -2008, 2008-2011, 2013-2019 Perda Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari Perda Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Nomor 22 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari. Permendagri Nomor 42 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pasar Desa Permenperdag Nomor 53 tahun 2008 tentang Pedomaan Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Tokoh Modern. Permenperdag Nomor 48 Tahun 2013 tentang Pedoman pembangunan dan Pengelolaan Sarana Distribusi Perdagangan. Keputusan Bupati Sijunjung Nomor 188 tahun 2012 tentang Penetapan Status dan Klasifikasi Pasar di Kabupaten Sijunjung. Peraturan Bupati Sijunjung Nomor 12 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Pasar. Ratna Sari. 2012. “Pasar Nagari Sungai Rumbai (1982-2011)” . Skripsi tidak diterbitkan. STKIP PGRI Sumatera Barat. Rekapitulasi Karcis Pasar Nagari Sisawah tahun 2006 - 2013
Sartono kartodirdjo. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Zusmelia. (2007). Ketahanan (Persistence) Pasar Nagari di Minangkabau dalam Ekonomi Dunia: Kasus Pasar Kayu Manis (Cassiavera) di Minangkabau, Provinsi Sumatera Barat. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.