KESESUAIAN TANAH TERHADAP HASIL TANAMAN KAKAO (KOPI COKLAT) DI NAGARI SIBAKUR KECAMATAN TANJUNG GADANG KABUPATEN SIJUNJUNG JURNAL
Diajukan Sebagai Salah satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)
DARMIYUS YULITA NIM : 09030124
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Dasrizal, MP
Leni Zahara, S.Pd, MP
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)PGRI SUMATRA BARAT PADANG 2013
Land Suitability toward the result of Cacao crop (Chocolate Coffee) In Nagari Sibakur Tanjung Gadang district of Sijunjung regency By: Darmiyus Yulita 1), Dasrizal 2), Leni Zahara3) 1
2,3
) Student Education Geography STKIP PGRI West Sumatra ) Lecturer in Geography Education STKIP PGRI West Sumatra ABSTRACT
The researched was conducted with the purposes of 1) determine the effect of land suitable for cocoa crops (coffee, chocolate). 2) determine the ones where the land suitable for cocoa crops (coffee, chocolate) in Nagari Sibakur. And samples taken only 4 units of land onlySampling technique based on determination same sample point, which represents the population of the study area. Reason retrieval with this method because they on the same land unit has assumed the same characteristics as well, so that the same unit of land form mentioned can represent by land units. Data analysis was the quantitative descriptive analysis in the form of tables of comparison between soil characteristics (texture, effective soil depth, drainage, soil pH, organic matter, and slope) compared with the level of suitability of land for cocoa plants.The results showed that: There were 1) differences in the texture of the ground effect, effective soil depth, drainage, pH, organic matter and slope. At every land unit that is in Nagari Sibakur, there are inhibiting factor and supporting factors to resultfor cocoa crop 2) The presence of the suitability of land for crop diversity cocoa (chocolate coffee) in Nagari Tanjung Gadang district of Sijunjung regency. Land units with very suitable conditions for cocoa crops (coffee brown) are in units of the natural levee landform plains (V2) with land units V2.II.kc.g.Pod, (V3) slope foothills V3.III.kc.g . Pod, fluvial plains (F2) F2.II.kc.Pkcs.Pod, (F3) F3.III.kc.Pkcs.Pod alluvial terraces.
Key words: Crop Cocoa (Chocolate Kapi), Land Unit and Land Suitability
PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki daratan yang cukup luas. Indonesia itu, iklim dan tingkat kesuburan tanah sebagian besar masih dalam kondisi bagus, namun semua itu belum mampu di manfaatkan secara optimal, sehingga kesejahteraan rakyat masih rendah. Lahan yang luas dan subur seharusnya dapat dijadikan sebagai sektor unggulan dalam bidang pertanian dengan cara yang baik dan arif. Pembangunan pertanian yang dilaksanakan tidak hanya berorientasi pada komoditi tanaman saja, dalam usaha mengoptimalkan penggunaan lahan yang berwawasan lingkungan dan meningkatkan produktifitas lahan pertanian, maka perlu dilakukan berbagai usaha terutama yang berkaitan dengan manusia, setor pertanian masih memiliki peluang untuk ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya asalkan ada kemauan dari petani. Tanaman kakao atau cokelat telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, tetapi baru menjadi komoditi yang sangat penting sejak tahun 1951. Jenis yang pertama sekali ditanam di Indonesia Criollo, yaitu di daerah Sulawesi Utara yang berasal dari Venezuela. Pada tahun 1888 diperkenalkan bahan tanaman Java Criollo asal Venezuela yang bahan dasarnya adalah kakao asal Sulawesi Utara tersebut, sebagai bahan tanaman tertua untuk mendapatkan bahan tanaman unggul. Sebelumnya pada tahun 1880, juga diperkenalkan bahan tanaman jenis forestero asal Venezuela untuk maksud yang sama.
Perkebunan kakao mengalami perkembangan sangat pesat sejak awal tahun 1880-an dan pada tahun 2012, produksi kakao di Indonesia tercatat sebanyak 903.092 ton pertahun yang sebagian besar perkebunan di kelola oleh pertanian rakyat. Pada tahun 2010 hasil tanaman kakao di Indonesia sebanyak 773,703 ton. Tahun 2011 hasil tanaman kakao di Indonesia makin bertambah tercatat sebanyak 828.252 ton dan pada tahun 2012 hasil kakao tercatat sebanyak 870.539 ton. Secara keseluruhan selama rentang waktu 2010-2012 tingkat hasil tanaman kakao meningkat 5% setiap tahunnya. Pemerintah Pusat sudah mencanangkan Sumatera Barat sebagai sentra produksi kakao di Kawasan Indonesia Barat. Untuk itu, Pemerintah Sumatera Barat telah mentargetkan areal pertanaman kakao seluas 108.000 hektar pada tahun 2010 produksi rata-rata kakao petani hanya 600 kg/ha/tahun, pada 2011 menjadi 900 kg/ha/tahun, dan selama 2012 ditargetkan sekitar 1,2 ton/ha/tahun. Keunggulan Sumatera Barat untuk pengembangan kakao didukung kesesuaian agroekosistem, tingginya minat masyarakat berbuddaya kakao, dan luasnya areal perkebunan kelapa sebagai tanaman pelindung permanen. Bagi tanaman kakao, pelindung merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan produktivitas yang optimal. Penerapan teknologi budidaya tanaman kakao pada gawang perkebunan kelapa secara tepat dan intensif akan menghasilkan biji
kering >2 ton/ha/tahun dan umur panen bisa mencapai >30 tahun. Topografi lahan di Kabupaten Sijunjung bervariasi dengan kemiringan lahan 15 sampai 40% dengan tanah podzolik merah kuning, keadaan lahan dan jenis tanah ditambah cenderung lebih banyak musim kering dalam setahun membuat usaha pertanian intensif kurang cocok di usahakan di kabupaten sijunjung, selain itu keadaan topografi yang kurang menguntungkan (berbukit, bergelombang) serta banyaknya kantong-kantong perbukitan terpencil mengakibatkan infrastuktur lebih tinggi dibanding dengan daerah lain yang mempunyai topografi wilayah datar. Nagari Sibakur tanaman kakao merupakan salah satu komoditas yang diusahakan sebagai usaha oleh petani. Pada setiap 1 hektare (Ha) lahan bibit kakao di tanam sebanyak ± 200 batang, dan hasil panennya menghasilkan sekitar ± 23 kg perminggu. Satu hari hasil panen tanaman kakao ± 2 kg sampai dengan 3 kg perhari. Dalam 1 tahun hasil panen tanaman kakao 300 kg pertahun. Hasil ini sungguh jauh dari yang diharapkan, dimana optimalnya produksi tanaman kakao 2 - 4 ton/ ha ( Siregar, dkk, 2006 ). Berdasarkan observasi awal yang penelitian lakukan di lapangan tanaman kakao yang tumbuh di daerah Nagari Sibakur kurang baik dan menghasilkan buah yang di buktikan dengan adanya beberapa tanaman kakao yang tidak bisa buahnya menjadi besar atau kerdil. Ini di duga karena di sebabkan oleh tekstur tanah,
drainase, kedalamn efektif tanah, pH tanah dan kemiringan lereng Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kesesuaain Tanah Terhadap Hasil Tanaman Kakao (kopi coklat) di
Nagari
Tanjung
Sibakur Gadang
Kecamatan Kabupaten
Sijunjung” METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan masalah, maka jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan gejala-gejala, fakta-fakta dan sifat pada daerah penelitan, menerangkan variable-variabel yang telah di ajukan dengan maksud gambaran mengenai keadaan yang ada pada daerah penelitian a. Batas Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan yang menjadi area dalam penelitian ini adalah seluruh satuan lahan yang ada terdapat di Nagari Sibakur. b. Penentukan Titik Sampel Titik
sampel
ditunjuk
berdasarkan satuan lahan yang dapat mewakili populasi daerah penelitian.
Tabel.III.3: Sampel Penelitian Pada
Berdasarkan perumusan masalah,
Satuan Lahan No 1
Satuan Lahan V2.II.kc.g.Pod
Keterangan Tanggul alam 2 F2.II.kc.Pkcs.Pod Teras aluvial 3 V3.III.kc.g.Pod Lereng kaki vulkanik 4 F3.III.kc.Pkcs.Pod Perbukitan vulkanik Sumber : Peta sampel penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Daerah Penelitian Daerah
penelitian
secara 0
astronomis terletak antara 0 50' 12" dan 00 54' 12" Lintang Selatan dan 1010 0
05' 31" dan 101 09' 31" Bujur Timur. Nagari Sibakur Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten Sjunjung, memiliki batas-batas sebagai berikut: - Sebelah
Utara
berbatasan
dengan kenagarian pulasan - Sebelah
Selatan
berbatasan
dengan kenagarian langki - Sebelah Barat berbatsan dengan kenagarian langki - Sebelah
Timur
B. PEMBAHASAN
berbatasan
dengan kecamatan lubuk tarok Nagari sibakur mempunyai luas 11,800 Km2. Memiliki 3 jorong yaitu: jorong Lubuk Talang , jorong Bancah Sibakur dan Jorong Koto Sibakur. Secara umum daerah penelitian memiliki topografi yang kasar. Wilayahnya sangat bervariasi antara daratan dan perbukitan.
tujuan dan hasil penelitian di atas, maka sub bab ini akan dikemukakan pembahasan penelitian sebagai berikut: Karakteristik tanah (tekstur, kedalaman efektif tanah, drainase, Ph tanah, bahan organik dan kemiringan lereng) untuk tanaman kakao (kopi coklat) pada satuan lahan yang terdapat di Nagari Sibakur. Berdasarkan analisis tekstur tanah
diperoleh
dari
hasil
uji
laboratorium seperti yang tersaji pada tabel
IV.3
diatas,
Tanah
memiliki tekstur tanah berpasir
yang
liat dan liat
tergolong pada kategori
lahan yang baik F2.II.kc.Pcks.Pod dan
agak
jelek
V2.II.kc.g.Pod,
pada
lahan
V3.III.kc.Pkcs.Pod,
F3.III.kc.Pkcs.Pod
untuk
kakao berdasarkan kriteria
tanaman kelas
tekstur menurut (Soetanto dalam Aji, 1996). Tanah yang bersifat agak halus meliputi liat dan liat berpasir kurang sesuai untuk tanaman kakao terdapat pada satuan lahan
V2.II.kc.g.Pod,
F2.II kc.Pkcs.Pod, V3.III.Kc.g.Pod, F3.III.kc.Pcks.Pod. Berdasarkan hasil pengukuran dilapangan tentang kedalaman tanah pada tabel IV.4. diatas maka dapat diketahui bahwa kedalaman tanah pada masing-masing sampel penelitian dikategorikan baik pada satuan lahan
V2.II.kc.g.Pod,
F2.II.kc.Pkcs.Pod,
kurang sesuia untuk tanaman kakao
V3.III.kc.g.Pod,
F3.III.kc.Pkcs.Pod.
yang terdapat pada satuan lahan
menurut (hermon dan khairani, 2009).
V2.II.kc.g.Pod,
Kedalaman efektif tanah yang sesuai
V3.III.kc.g.Pod, F3.III.kc.Pkcs.Pod.
untuk tanaman kakao berkisar antara
Berdasarkan hasil pengukuran bahan organik dalam tanah yang diperoleh dari analisis laboratorium untuk masing-masing satuan lahan penelitian seperti yang tersaji pada tabel IV.7 diatas yaitu 2,487%, 6,850%, 2,873%, dan 2,108%, dikategorikan sangat baik dengan rentangan kandungan bahan organik besar dari >3,4% untuk tanaman kakao, berdasarkan kelas dan kriteria menurut (Soetanto dalam Aji, 1996). Bahan organik sangat sesuai untuk tanaman kakao terdapat pada satuan lahanV2.II.kc.g.Pod, F2.II.kc.Pcks.Pod dan V3.III.kc.g.Pod, F3.III.kc.Pkcs.Pod. Berdasarkan hasil pengukuran
100-150 cm terdapat lahan
pada satuan V2.II.kc.g.Pod,
F2.II.kc.Pkcs.Pod,
V3.III.kc.g.Pod,
F3.III.kc.Pkcs.Pod. Berdasarkan pengamatan profil tanah pada tabel IV.5 diatas maka dapat diketahui bahwa drainase tanah pada masing-masing sampel penelitian yaitu cepat - sangat cepat dan sedang cepat terdapat pada satuan lahan V2.II.kc.g.Pod, F2.II.kc.Pkcs.Pod, V3.III.kc.g.Pod, F3.III.kc.Pkcs.Pod. tergolong pada kategori lahan yang sangat baik dan baik untuk tanaman kakao, berdasarkan kriteria dan kelas drainase menurut (Soetanto dalam Aji, 1996). Drainase cukup sesuai untuk tanaman kakao dikategorikan baik pada satuan lahan V2.II.kc.g.Pod, F2.II.kc.Pkcs.Pod, V3.III.kc.g.Pod, F3.III.kc.Pkcs.Pod. Berdasarkan hasil pengukuran
dilapangan
F2.II.kc.Pkcs.Pod,
dan
hasil
pencocokan
dengan peta lereng seperti yang tersaji pada
tabel
IV.8
lahan
dengan
kemiringan lereng 16-45 % tergolong agak jelek dan jelek untuk tanaman
pH tanah yang diperoleh dari analisis
kakao berdasarkan kelas kemiringan
laboratorium
masing-masing
lereng menurut (Soetanto dalam Aji,
satuan lahan penelitian seperti yang
1996). Kemiringan lereng kurang
tersaji pada tabel IV.6 diatas diperoleh
sesuai untuk tanamana kakao yang
pHnya yaitu 5,50%, 5,61%, 5,10%,
terdapat
5,27% tergolong pada kategori sedang
V2.II.kc.g.Pod,
diperoleh dari rentangan pH antara
V3.III.Kc.g.Pod, F3.III.kc.Pcks.Pod.
5,0-6,0%
untuk
untuk
tanaman
kakao,
berdasarkan kelas dan kriteria menurut (Hardjowigono
dan
Widiatmaka,
2001). Tanah yang bersifat masam
pada
satuan F2.II
lahan
kc.Pkcs.Pod,
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
maka dapat di simpulkan sebagai berikut: 1.
5. Karakteristik tanah berdasarkan bahan
organik
ditemukan
Karakteristik tanah berdasarkan
dikategorikan
sesuai
untuk
tekstur tanah ditemukan dalam
pertumbuhan
tanaman
kakao
kurang
sesuai
pada bahan organik kadar dan
tanaman
kandungan bahan organik dalam
kakao yaitu agak jelek dan baik
tanah sangat baik pada kriteria 2
63,74 pada kelas tekstur tanah
- 5.
kategorikan untuk
pertumbuhan
terdapat tanah yang liat dan liat berpasir.
6. Karekteristik tanah berdasarkan kemiringan lereng ditemukan
2. Karakteristik tanah kedalaman
dikategorikan
kurang
sesuai
tanah berdasarkan kedalaman
untuk
efektif di temukan dikategorikan
kakao, kemiringan lereng agak
sesuai
pertumbuhan
jelek 15 - 45 dengan kriteria
kedalaman
agak miring atau bergelombang.
untuk
tanaman
kakao,
tanah berkisar antara 100 cm – 130 cm terdiri dari katergori yaitu baik yaitu 100 cm – 150 cm. 3. Karakteristik tanah berdasarkan drainase
ditemukan
di
kategorikan
sesuai
untuk
pertumbuhan
tanaman
kakao
drainase berkisar cepat-sangat cepat dan sedang-cepat 4. Karakteristik tanah berdasarkan reaksi tanah ( pH) ditemukan dikategorikan
kurang
untuk
pertumbuhan
kakao,
reaksi
berkisar
5.10
sesuai tanaman
tanah –
5,61
(
pH) yang
berkisar baik 7,0-7,5 dan agak jelek 7,6 – 8,0
pertumbuhan
SARAN 1. Hendaknya
para
tanaman
petani
kakao
dalam memilih lahan yang akan di Tanami
untuk
kakao
dapat
memperhatikan faktor-faktor yang mendukung dan faktor-faktor yang menghambat
perkembangan
tanaman kakao. 2. Untuk
lahan
yang
memiliki
kemiringan lereng >15% dapat ditanami kakao dengan membuat teras(terasering). 3. Saran untuk pemerintah didaerah penelitian
agar
memberi
penyuluhan kepada para petani untuk menanani tanaman kakao pada satuan lahan dengan kategori sesuai, dan agak sesuai, tidak
sesuai
yang
belum
ditanammi
kakao. 4. Berdasarkan
faktor-faktor
penghambat yang terdapat di derah penelitian Pertanian
hendaknya dapat
Dinas
mengarahkan
kepada para petani agar melakukan pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman kakao, dan memehami budi daya tanaman kakao. DAFTAR PUSTAKA Danil Syaputra (2012). Studi Tentang Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum)DiKecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci.(skripsi) Hermon,Dedi.(2006).“Buku Ajar Geografi Tanah”. Padang: Jurusan Geografi FIS http://id.wikipedia.org/wiki/kakao Kristanto, Aji.2004.”Panduan Budidaya Kakao”.Agromedia Pustaka, Jakarta.