KEBERADAAN ALAT MUSIK GORDANG SAMBILAN PADA MASYARAKAT MANDAILING DI KELURAHAN BANDAR SELAMAT KECAMATAN MEDAN TEMBUNG Yose Helvin Sibuea 061222510058 Abstrak Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif yang dilakukan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung yang dimulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2012 dan objek penelitian ini adalah personil Group Musik Gordang Sambilan 9 orang, pembuat Gordang Sambilan 2 orang, Penatua Adat 1 orang dan Masyarakat 5 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, study kepustakaan, wawancara dan pendokumentasian. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data tentang Keberadaan Alat Musik Gordang Sambilan pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung serta mengadakan wawancara dengan Penatua Adat dan juga beberapa masyarakat.Setelah melakukan analisis data maka di dapat kesimpulan bahwa keberadaan dan bentuk musik Gordang Sambilan saat ini dapat dikatakann memprihatinkan karena kesenian warisan leluhur ini kurang begitu dilestarikan. Hal ini dapat kita lihat dengan terbatasnya pemain musik Sordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Faktor yang membuat keseniaan ini kurang eksis karena masuknya alat-alat musik modern seperti gitar, drum, keyboard, dan alat musik modern lainnya, sehingga para generasi muda cenderung lebih suka untuk mempelajari alatalat musik modern. Disamping itu, kurang dilestarikannyaalat musik Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung dikarenakan kurangnya dukungan atau bantuan dari pemerintah setempat. Padahal alat musik Gordang Sambilan adalah salah satu ikon kesenian masyarakat Mandailing. Kata Kunci : Keberadaan Gordang Sambilan PENDAHULUAN Masyarakat Mandailing adalah salah satu etnis yang ada di Sumatera Utara yang mempunyai beragam instrumen musik salah satunya adalah Gordang Sambilan. Adapun komponen musiknya yang terdiri dari: momongan (jenis gong yang paling besar sampai terkecil contohnya tawak-tawak, gong, doal, cenang, talempong, tali sasayak), gendang, suling. 21
Suku Mandailing yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung merupakan masyarakat yang berimigrasi dari daerah asalnya yaitu Kabupaten Mandailing Natal. Mereka berimigrasi dengan membawa segala bentuk budaya dan kesenian yang merupakan warisan nenek moyang, budaya ini telah berjalan secara turun-temurun dan dilaksanakan dengan ketentuan dari adat yang telah berlaku bagi mereka, salah satunya adalah Gordang Sambilan. Alat musik Gordang Sambilan merupakan alat musik yang tergolong dalam jenis alat musik pukul yang dimainkan secara kelompok oleh empat atau lima orang dibawah seorang pemimpin yang disebut panjangati. Dalam pertunjukan alat musik Gordang Sambilan ini biasanya dilengkapi dengan alat musik lainnya misalnya momongan, gendang, suling. Namun seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan dan bentuk musik Gordang Sambilan saat ini dapat dikatakan memprihatinkan karena keseniaan warisan leluhur ini kurang begitu dilestarikan. Salah satu faktor yang membuat kesenian ini leluhur ini kurang eksis karena masuknya alat-alat musik modern seperti gitar, drum, keyboard, dan alat musik modern lainnya, sehingga para generasi muda cenderung lebih suka untuk mempelajari alat-alat musik modern. Disamping itu, kurang dilestarikannya alat musik Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung dikarenakan kurangnya dukungan atau bantuan dari pemerintah setempat. Padahal alat musik Gordang Sambilan adalah salah satu ikon kesenian masyarakat Mandailing. Pada saat ini keberadaan instrumen tradisional Mandailing terancam punah, hal ini disebabkan karena masyarakat lebih memilih instrumen barat untuk dimainkan dalam upacara adat mereka sehingga alat musik tradisional Mandailing dianggap sebagai bumbu pelengkap alat musik barat. Penyebab lainnya adalah orang Mandailing yang sudah menjadi makmur yang sering membiayai upacara adat dalam bentuk musik modern misalnya, dengan mendatangkan alat musik band dan artis ternama. Mereka membawa estetis kosmopolitan yang adakalanya melawan estetis tradisi. Perkembangan zaman identik dengan nilai mengenai kemajuan, pendidikan dan kemakmuran yang sering di ekspresikan dengan apa yang dianggap modern. Misalnya sekarang dipesta atau upacara adat seolah-olah musik group keyboard yang memainkan lagu poco-poco lebih laris dan dihargai daripada dengan menggunakan alat musik gordang Gordang Sambilan. Pesta perkawinan yang modern tidak lagi dianggap lengkap tanpa musik keyboard atau alat tiup yang memainkan lagu pop Mandailing atau pop barat. Istilah gordang sering disebut sebagai gendang atau gondang, dan sambilan adalah Sembilan berarti gordang sambilan tersebut terdiri dari sembilan buah gendang yang tersusun berurutan dari yang terbesar hingga terkecil. Menurut Lubis (2001:23) gordang merupakan suatu istilah yang terdiri dari beberapa pengertian diantaranya: a. Gordang sebagai ansambel atau permainan musik secara bersama seperti gordang sambilan. b. Gordang sebagai reportoar atau nama-nama lagu, seperti gordang sihutur sanggul, gordang siboru uluan, dan sebagainya. c. Gordang sebagai kepunyaan sebagai konteks dalihan natolu, seperti mora, boru, dan kahanggi. d. Gordang sebagai nama kelompok instrumen musik, seperti uninguningan umumnya juga disebut sebagai gordang 22
e. Gordang sebagai nama satu instrumen musik (Toba: gondang, Karo: gendang) Biasanya gordang sambilan tersebut diperagakan secara kelompok oleh empat atau lima orang di bawah seorang pemimpin yang disebut panjangati (pimpinan ansambel gordang sambilan). Keberadaan alat musik gordang sambilan yang terletak di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung sudah tidak diketahui lagi oleh masyarakat Mandailing umumnya. Faktor yang mempengaruhi masyarakat mandailing tidak mengetahui tentang alat musik gordang sambilan adalah karena semakin majunya teknologi yang menghasilkan alat-alat musik modern seperti keyboard, gitar elektrik dan alat musik modern lainnya. Sehingga mengakibatkan masyarakat dan generasi muda mandailing tidak lagi mengenal dan mempertahankan alat musik tradisional seperti gordang sambilan dan lebih terpengaruh dengan kemajuan teknologi modern Berdasarkan hal di atas, penulis ingin membuat penelitian yang membahas tentang keberadaan alat-alat musik Mandailing khususnya Gordang Sambilan dengan judul “Keberadaan Alat musik Gordang Sambilan pada masyarakat Mandailing di kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung”. . ISI A. Sejarah Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamata n Medan Tembung Di jalan Letda Sujono, Gg. Jawa, saya menjumpai seorang tokoh adat sebagai orang pertama kali mendirikan rumah di daerah itu ataau “sipukka huta” yang bernama Lukman Lubis yang saat ini sudah berumur 81 tahun. Dia mengetahui bagaimana sejarah asal mulanya gordang Sambilan. Adapun yang diceritakan oleh Lukman Lubis (wawancara dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2012) ini adalah sebagai berikut : asal mula gordang sambilan ada 2 penafsiran. Pertama gordang sambilan merupakan wujud dari sembilan raja di Huta Pungkut. Angka sembilan melambangkan sembilan raja yang saat itu berkuasa di tanah Mandailing yakni, raja Nasution, raja Pulungan, raja Rangkuti, raja Hasibuan, raja Lubis, raja Matondang, raja Parinduri, raja Daulay, dan raja Batubara. Kedua, gordang Sambilan menjelaskan jumlah gordang atau gendang seperti masa kerajaan dalam pemukulan gordang sambilan harus berjumlah sembilan orang yang terdiri dari naposo bulung (kaum muda), anak boru, kahanggi, serta seorang raja”. Dari cerita diatas, dapat diartikan gordang sambilan memiliki penamaan yang berdasarkan ukuran. Adapun ukuran gordang yang terbesar disebut jangat. Jangat ini terdiri dari dua buah gendang terbesar, selanjutnya adalah kudongkudong, sama seperti jangat, kudong-Kudong ini terdiri dari dua buah gendang, adapun gordang selanjutnya disebut dengan padua, lalu gordang berikutnya adalah patolu, penyebutan kedua gordang tersebut mewakili empat buah gendang, masing- masing dua buah gendang padua dan dua buah gendang patolu, yang terakhir pada susunan gordang sambilan adalah enek-enek, yang berjumlah satu buah gendang.
23
B. Keberadaan Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung Menurut Lubis (wawancara dilakukan pada tangal 7 agustus 2012) mengatakan bahwa : “alat musik gordang sambilan pada masyarakat Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung sudah ada sejak tahun 1940-an. Etnis mandailing yang bertempat tingal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung merupakan masyarakat Mandailing yang berpindah dari daerah asalnya Mandailing Natal (Madina). Mereka berimigrasi dengan membawa segala bentuk budaya dan kesenian yang merupakan warisan nenek moyang, budaya ini telah berjalan secara turun-temurun dan dilaksanakan dengan ketentuan dari adat yang berlaku bagi masyarakat Mandailing yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. Masyarakat Mandailing yang ada di kelurahan Bandar Selamat Kecamatan medan Tembung, secara turuntemurun membawa segala bentuk budaya yang merupakan warisan nenek moyang mereka yang salah satunya adalah gordang sambilan. Gordang Sambilan merupakan alat musik yang terdiri dari sembilan buah gendang dengan ukuran yang relatif sangat besar dan panjang. Ukuran besar dan panjangnya kesembilan gendang tersebut bertingkat , mulai dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Tabung resonator gordang sambilan terbuat dari kayu yang dilubangi dan salah satu ujung lubangnya (bagian kepalanya) ditutup dengan membran yang terbuat dari kulit lembu yang ditegangkan dengan rotan sebagai alat pengikatnya. Untuk membunyikan gordang sambilan digunakan kayu pemukul. Instrumen ini hanya sebagai pembawa ritem pada ansambel (uninguningan) pada gordang sambilan. Klasifikasi instrumen ini termasuk dalam kelompok membranophone. Di Kelurahan Bandar Selamat Secamatan Medan Tembung ada seorang yang dapat memainkan serta membuat alat musik gordang sambilan yaitu Bapak Ishak Jamal Lubis. Menurut Bapak Ishak Lubis “alat musik gordang sambilan adalah salah satu alat musik yang unik yang dimiliki masyarakat Mandailing, namun sayang tidak banyak orang yang mengenal dan memainkan alat musik gordang sambilan ini seperti alat musik pukul lainnya”. Musik tradisional gordang sambilan digunakan pada acara-acara adat suku Mandailing misalnya dalam upacara adat Horja Godang. Gordang sambilan umumnya dipertunjukkan atau dipertontonkan sebagai sarana hiburan, komunikasi untuk kaum kerabat, ritual terhadap sang pencipta. Pada upacara adat, alat musik Gordang Sambilan sangat dibutuhkan karena setiap pihak yang ingin menyampaikan ucapan sukacita. C. Bentuk Pe rtunjukan Gordang Sambilan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung Dari hasil wawancara pada tanggal 3 Agustus 2012 dengan pimpinan komunitas gordang sambilan Bapak Syafaruddin Batubara, komunitas ini mengisi acara sekaligus mendapat penghargaan antara lain sebagai berikut : 1. Mengisi acara di Sopo Sio Parsarimpunan, Hutapungkut Jae pada acara peresmian PDIM (Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Mandailing) pada bulan Juli 2010. 2. Menjadi pengisi acara dalam acara arak-arakan penghargaan Kota Medan sebagai kota Adipura pada tahun 2012. 24
3. Menjadi pengisi acara dalam acara penyambutan Bapak Surya Paloh di Hotel Tiara, Medan pada bulan Mei 2012. 4. Menjadi pengisi acara dalam acara pembukaan Pekan Flora-Flori Nasional bulan Juni 2012. Seperti gambar berikut: 5. Mengisi acara pembukaan MUNAS VIII dan Jambore Nasional XIV Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia di Aula Martabe Kantor Gubernur Sumatera Utara, Medan pada bulan juli 2012. Selain menjadi pengisi acara diberbagai acara, komunitas Gordang Sambilan ini juga berperan dalam acara adat. Contohnya adalah acara upacara kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, upacara memasuki rumah baru. Pertunjukan gordang sambilan tidak hanya sebatas mengisi acara saja, tetapi juga memperkenalkan kepada orang banyak khususnya masyarakat Mandailing yang ada di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung bahwa gordang sambilan merupakan salah satu ikon kesenian masyarakat Mandailing. Sebagai bentuk kesenian masyarakat Mandailing, gordang sambilan dipergunakan dalam berbagai jenis acara atau pertunjukan, baik secara ritual maupun dalam bentuk hiburan. Adapun bentuk acara tersebut adalah dalam upacara adat perkawinan, hari Raya Idul Fitri, penyambutan Tamu, dan lain- lain. D. Instrumen Musik Gordang Sambilan Instrumen musik tradisional Mandailing disebut dengan sebutan uninguningan, artinya keseluruhan instrumen musik tradisional Mandailing baik yang ditiup maupun yang dipukul yang terdiri dari: 1. Gordang Sambilan Gordang sambilan adalah gendang besar yang terdiri dari sembilan gendang yang disusun mulai dari yang terbesar hingga terkecil. 2. Mongmongan Mongmongan adalah sejenis gong yang paling besar sampai yang terkecil bertangga turun sebagai berikut:Tawak-tawak, Gong, Doal, Cenang, Talempong, Tali sasayak. 3. Suling Suling adalah jenis alat musik tiup yang terbuat dari bambu, dimana pada bagian bambu dilubangi agar menghasilkan bunyi. Suling ini digunakan sebagai pembawa melodi. E. Proses Pembuatan Gordang Sambilan Proses pembuatan gordang sambilan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: 1. Pemilihan Batang Pohon Menurut Bapak Lubis (wawancara pada tanggal 2 Agustus 2012) mengatakan untuk membuat gordang sambilan batang pohon yang dipakai adalah jenis batang pohon ingul (suren). Batang pohon ingul di pilih karena tidak mudah retak dan tahan lama. 2. Pemotongan dan Pengukuran Batang Pohon Setelah pemilihan batang pohon, tahap selanjutnya adalah pemotongan batang pohon. Batang pohon dipotong dengan gergaji. Panjang batang pohon yang diperlukan untuk membuat seperangkat alat musik gordang sambilan kira-kira 20 25
meter, lalu batang pohon dengan sembilan potongan sesuai dengan nama dan ukuran yang berbeda mulai gordang yang terbesar hingga terkecil. 3. Pengikisan Kulit Batang Pohon Tahap berikutnya adalah pengikisan batang pohon. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kualitas sisi batang pohon, dimana sisinya harus bagus tanpa ada bagian batang pohon yang lapuk atau busuk. 4. Penguakan/Pembuatan Lubang Resonator Tahap selanjutnya adalah tahap penguakan pembuatan lubang resonator. Pembuatan lubang resonator ini dilakukan dengan menggunakan alat secara manual yaitu tumbilang, pahat (tuhil) dan martil. 5. Proses Pengecatan Batang Pohon Setelah selesai penguakan lubang pohon, maka tahap selanjutnya adalah proses pengecatan. Pengecatan ini dilakukan supaya bekas pengikisan dan warna hitam pada kulit kayu tertutupi. Selain itu juga agar terlihat indah dan rapi. 6. Huling- huling (kulit) Huling-huling merupakan kulit yang digunakan untuk membran gordang sambilan sebagai penghasil suara. Kulit yang biasa digunakan untuk membran gordang sambilan adalah kulit lembu. Kulit sangat berpengaruh terhadap suara gordang sambilan. Biasanya kulit ini didapatkan dari pesta atau dari rumah potong hewan. 7. Pembuatan Pembaling Pembaling terbuat dari kayu ingul yang diselipkan pada bagian kulit yang telah dilubangi. Pembaling berfungsi sebagai pengait rotan ke bagian kulit. Cara pembuatan pembaling dilakukan dengan cara memotong kayu ingul tersebut sepanjang 10 cm dan membentuk bagian kedua ujungnya agak runcing dengan diameter dibagian tengah 1 cm dan di kedua ujungnya berdiameter 0,5 cm yang diarsir berbentuk pensil. 8. Laman Gordang (penutup Gordang) Dalam unsur penyusunan gordang sambilan terdapat laman yang berfungsi sebagai penutup bagian bawah gordang sambilan, yang terbuat dari kayu ingul. Penutup atau laman yang digunakan harus sesuai dengan ukuran diameter yang dimiliki gordang tersebut. 9. Tali Alat musik gordang sambilan terbuat dari kayu, tali yang digunakan untuk memadukan antara Laman bagian bawah gordang sambilan dan kulit pada bagian atasnya adalah tali yang terbuat dari rotan. 10. Proses Perekatan Kulit, Tabung Resonator dan Laman Gordang Tahap berikutnya adalah proses perekatan antara kulit dengan tabung resonator. Sebelum kulit dipadukan dengan tabung resonator, terlebih dahulu dimasukkan pembaling ke lubang kulit yang telah dilubangi. Setelah itu baru kulit direkatkan ke tabung resonator gordang. A. Tanggapan Masyarakat Mandailing terhadap alat musik Gordang Sambilan Tanggapan masyarakat Mandailing terhadap alat musik gordang sambilan (wawancara dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2012) adalah: 1. Alat musik gordang sambilan merupakan alat musik tradisional Mandailing yang digunakan masyarakat sebagai sarana komunikasai, ritual dan hiburan. 26
2. Alat musik gordang sambilan merupakan alat musik yang harus tetap dilestarikan dan dijaga agar tetap dapat dikenal dan dapat juga menjadi motivasi bagi generasi muda untuk mempelajari musik tradisional Mandailing. 3. Dalam acara ritual maupun adat gordang sambilan digunakan untuk mempererat ikatan kekerabatan masyarakat. Penulis juga mewawancarai pemuda dan pemudi setempat yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2012, berbagai alasan yang diutarakan untuk tidak mempelajari musik gordang sambilan diantaranya: 1. Musik gordang sambilan hanya untuk kalangan orang tua. 2. Tidak ada sarana pengadaan proses belajar mengajar musik gordang sambilan. 3. Bentuk penyajian gordang sambilan terlalu monoton. 4. Tujuan pangadaan musik gordang sambilan hanya pada saat tertentu. Disamping itu, masyarakat menerima musik modern, khususnya penggunaan keyboard pada acara adat yang berasal dari budaya asing dan yang paling mendasar adalah faktor informasi, terutama melalui siaran televisi. Bahkan setelah masuknya instrumen keyboard dalam upacara adat Mandailing, musik Tradisional gordang sambilan seolah-olah ditinggalkan oleh masyarakat Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung. A. PENUTUP Dari hasil penelitian dan pembahasan pada sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Alat musik gordang sambilan adalah alat musik tradisional yang merupakan salah satu ciri khas kebudayaan suku Mandailing. 2. Masyarakat Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung tidak banyak yang dapat memainkan alat musik gordang sambilan. 3. Gordang sambilan merupakan alat musik yang tergolong dalam jenis musik pukul yang dimainkan secara kelompok oleh empat atau lima orang dibawah seorang pimpinan yang disebut panjangati. 4. Generasi muda suku Mandailing di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung tidak banyak yang mengenal alat musik gordang sambilan. 5. Keberadaan alat musik gordang Sambilan tidak dilestarikan karena semakin majunya teknologi modern yang mengahasilkan alat musik modern seperti keyboard, gitar electric dan lain- lain. 6. Alat musik gordang sambilan merupakan alat musik tradisional Mandailing yang digunakan masyarakat sebagai sarana komunikasi, ritual dan hiburan. Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Diharapkan pada seniman batak Mandailing yang mengenal instrumen gordang sambilan supaya dapat memberikan sumbangsih pengetahuan tentang alat musik gordang sambilan Kepada generasi muda agar alat musik tradisional ini dapat dipertahankan sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Diharapkan kepada masyarakat Mandailing agar dapat mempertahankan alat musik gordang sambilan khususnya generasi muda. 3. Diharapkan pemerintah agar lebih peduli dalam pelestarian alat musik tradisional gordang sambilan agar tidak punah seiring perkembangan zaman. 27
4. Penulis berharap hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat menjadi pedoman untuk peneliti berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Bahdin.2005. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka. Daminto.2004. Kerangka Teoritis Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka. Hadari.2004. Penelitian Kualitatif. Bandung: Gramedia Pustaka. Hadeli. 2006. Metode Penelitian Kependidikan. Padang: Quantum Teaching. Hendry, Sandra.2010. Peranan Alat musik Tradisional Gong Dalam Tarian Sumazau Di Kampung Kebudayaan Monsopiad Penampang Sabah Malaysia. Skripsi. FBS UNIMED Hidayat, Azis Alimut. 2007. Metode Penelitian Dan Teknik Analisa data. Surabaya: Salemba media. Leach, Maria. 2001. The new book of knowledge. New York: Glolier, Inc Lexy, J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Lubis H. Syahmerdan.2001. Adat Hangoluan Mandailing, Medan: Perpustakaan Daerah Sumut. Maryeani. 2005. Metode Penelitan Kebudayaan, Jakarta: Bumi Aksara. Nasution. 2005. Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman, Medan: Forkala Propinsi Sumatera Utara. Purba, Mauly. 2004. Fungsi Sosial Ensambel Gordang sambilan Pada Masyarakat Mandailing di Desa Tamiang Kecamatan kota Nopan, Kabupaten Tapanuli Selatan. Medan: Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Pulungan, Muhammad.2006. Musik Tradisional Mandailing Pada Acara Adat Horja Godang di Kelurahan bandar Selamat Kecamatan medan Tembung. Skripsi. FBS UNIMED. Simamora, Lindu. 2011. Keberadaan Alat Musik Talatoit Pada Masyarakat Batak Toba di Desa Tomok Kabupaten Samosir. Skripsi. FBS UNIMED Soeharto, M. 1992. Kamus Musik, Jakarta: gramedia Widia Sarana Indonesia. Sugiyono.2008. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Alfabeta Sugiyono.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Alfabeta Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan, Yogyakarta: Bumi Aksara. Supranto.2004. Metodologi Penelitian Kependidikan, Bandung: Publishing House. Supranto.2005. Proposal Penelitian dan Contoh, Jakarta: Universitas Indonesia Suragin.2004.. Kerangka teoretis Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka. Wardyantanta.2006. Metode Penelitian Kependidikan, Bandung: Pustaka Jaya. (http://tano-mandailing.blogspot.com/2012/08/gordang-dalam-masyarakatmandailing.html)
28