Jurnal Keuangan &Bisnis Volume 2 No. 3, November 2010
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMOTIVASI WANITA BERWIRAUSAHA (STUDI PADA PENGUSAHA SALON KECANTIKAN DI KECAMATAN MEDAN TEMBUNG) Sanputri Selfy Alumni STIE Harapan Ani Murwani Muhar (
[email protected]) Dosen Tetap STIE Harapan Medan Audia Junita (
[email protected]) Dosen Kopertis Wilayah I dpk. STIE Harapan Medan ABSTRACT Women play an important role in all aspects of life of the nation. Now it has a lot of progress that we see from various fields, Indonesian women have been able to enter employment and create jobs for others. It can be seen from many salon which was opened by the women in the district of Medan Tembung. Awareness of the factors that motivate women to entrepreneurship will provide important lessons to be able to continue doing business. The purpose of this study was to determine the factors that motivate women entrepreneurs as a beauty salon enterpreneurs in Medan District Tembung. Awareness of the factors that motivate women enterpreneurs will provide important lessons to be able to continue doing business. This type of research was descriptive study. This study uses primary data sources are collected using a questionnaire. The study describes the factors that motivate women's entrepreneurship are the independence factor, capital, emotional and educational factors. Of the four factors that motivate the entrepreneurship of women, the factors of capital is the most dominant factor motivating women's entrepreneurship. While the emotional factor is the lowest factor in motivating women entrepreneurship. Keywords : Women Enterpreneur, Independence, Capital, Emotional, Educational PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 dan dilanjutkan pada krisis global pada pertengahan tahun 2008 lalu memberi pelajaran berharga tentang kekuatan bangunan struktur usaha di Indonesia. Banyak perusahaan–perusahaan di Indonesia tidak mampu bertahan dalam menghadapi imbas krisis moneter ini. Akibat dari kurs tukar mata uang asing yang melonjak tinggi menyebabkan banyak perusahaan tidak dapat lagi menutupi biaya operasional perusahaan, sehingga banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan. Tingkat pengangguran yang tinggi memerlukan kreatifitas dari setiap individu untuk tidak mengandalkan pekerjaan dari
orang lain melainkan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri yang dapat menyerap tenaga kerja yang ada dan menghidupkan kembali roda perekonomian Indonesia. Usaha kecil dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat untuk dapat dijadikan pilihan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, karena perusahaan skala kecil mampu bertahan dari krisis global yang melanda Indonesia. Tumbuh dan berkembangnya perekonomian di suatu negara tidak terlepas dari peran para pengusaha swasta besar, menengah maupun kecil. Tumbuh dan berkembangnya barang dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia, tidak mungkin tanpa adanya peran dari entrepreneur (wirausaha). Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang begitu banyak dan perputaran uang yang besar dan cepat, tidak mungkin tanpa adanya peran
2010
Sanputri Selfy
dari entrepreneur (wirausaha). Hal ini menunjukkan bahwa peranan wirausahawan atau masyarakat sangat penting dan strategis dalam memicu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara. (www.google.com, 2009) Menurut Suryana (2006: 2) kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sedangkan menurut Kasmir (2009: 15) wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang selalu memberi keuntungan. Jiwa kewirausahaan mendorong minat seseorang untuk mendirikan dan mengelola usaha secara maksimal. Pengembangan sistem ekonomi yang memberi peluang bagi usaha–usaha kecil untuk berkiprah dalam perekonomian nasional, akan mendorong tumbuhnya perekonomian yang berbasis wirausaha, yang selanjutnya akan mendorong tumbuhnya usaha–usaha baru. Kesempatan ini dapat diambil pelaku– pelaku usaha lokal yang biasanya memulai usahanya secara mandiri dengan modal sendiri maupun modal bersama. Majunya perekonomian Indonesia saat ini dalam bidang wirausaha tidak hanya dimiliki oleh para lelaki tetapi sejak adanya emansipasi wanita, wanita pun mulai tergerak untuk membuat suatu usaha yang dapat dijadikan tumpuan hidupnya kelak atau sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai kehidupan keluarganya serta sebagai bukti bahwa wanita mampu berdiri dikaki sendiri. Dahulu wanita hanya dianggap sebagai makhluk lemah yang tidak bisa melakukan sesuatu. Kebebasan wanita dalam melahirkan pemikiran–pemikiran dan bekerja ataupun berusaha sangat dibatasi dengan norma–norma dan adat istiadat yang dibuat oleh orang–orang yang tidak mempercayai bahwa wanita bisa membuat sesuatu yang luar biasa. Hampir dalam segala hal perempuan di tempatkan sebagai subordinat atau pelengkap sedangkan laki–laki adalah superior atau orang yang paling di utamakan.
Kesadaran akan resiko dan ketidakpastian dalam hidup menyadarkan wanita untuk berbisnis. Badai krisis moneter dan kasus dalam keluarga memberi pelajaran pada kaum ibu untuk mempersiapkan masa depan. Banyak sektor kehidupan dimana wanita sudah dapat bebas bekerja dan bersaing dengan kaum laki–laki, dapat disebutkan kewirausahaan (entrepreneurship), sebagai salah satu yang menjadi pilihan bagi wanita untuk pembuktian dirinya bahwa wanita mampu berusaha adalah menciptakan usaha kecil. Sudah sangat banyak wanita yang menjadi pengusaha dari sejak tingkat mikro, kecil, menengah, dan besar, dengan maksud untuk membantu suami mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, untuk faktor kemandirian atau sebagai realisasi atas pengetahuan yang didapat sewaktu menjalani pendidikan. Seorang wirausaha utamanya tidak termotivasi oleh financial insentive, tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan yang tidak sesuai, disamping guna menemukan arti baru bagi kehidupannya. Faktor motivasi wirausaha wanita tersebut adalah The Feminist Refugee yaitu para wanita yang merasa telah mendapatkan perlakuan diskriminatif dibandingkan kaum laki–laki, baik dalam sistem pendidikan, lingkungan perusahaan, maupun dalam masyarakat, akan berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu mendirikan perusahaan sendiri. Menurut Lupiyodi (2004: 18) faktor motivasi yang lainnya adalah The housewife refugee yaitu para ibu rumah tangga yang pada awalnya sibuk mengurus anak dan rumah tangganya akan mencoba membantu suaminya dalam hal keuangan karena kebutuhan–kebutuhan anak– anak yang semakin dewasa semakin besar. Di sisi lain, risiko dalam mengelola bisnis adalah menyita waktu, maka dari itu kepandaian dalam membagi waktu antara urusan bisnis dan keluarga harus dijaga dengan baik. Mengenai lokasi usaha, disarankan sebaiknya tidak jauh dari tempat tinggal sehingga waktunya tidak habis diluar dan para wanita sebaiknya memilih jenis usaha yang tidak jauh dengan aktivitas yang disukai. (www.google.com, 2009) Wanita cenderung memilih usaha yang sesuai dengan hobi pengusaha wanita untuk memulai suatu usaha. Salon kecantikan adalah salah satu alternatif usaha yang disukai oleh para wanita, karena wanita umumnya suka merawat rambut dan tubuh mereka. Fenomena ini dibuktikan dengan banyaknya salon yang 259
258 – 269
Jurnal Keuangan & Bisnis
ada di jalan–jalan besar maupun di gang-gang kecil. Usaha salon kecantikan adalah suatu usaha jasa yang menyediakan jasa menggunting rambut wanita atau pria, tata rias serta tempat untuk merawat diri. Salon kecantikan adalah salah satu usaha dalam wujud informal. Sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, selain untuk menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Pada umumnya sektor informal sering dianggap lebih mampu bertahan hidup (survive) dibandingkan sektor usaha lain. Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif lebih independent atau tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mampu beradaptasi dengan usahanya. (www.petra.ac.id, 2009) Beberapa usaha salon kecantikan beroperasi di Kecamatan Medan tembung, dimana merupakan salah satu kecamatan yang banyak dilalui kendaraan yang melintas sepanjang hari. Di Kecamatan itu banyak beroperasi berbagai jenis usaha, dari toko kelontong, kue (bakery), toko ponsel, toko baju, showroom motor, sampai toko–toko yang menjual jasa seperti jasa memperbaiki kendaraan (bengkel) dan salon–salon kecantikan wanita. Penulis melakukan penelitian di Salon kecantikan yang berada di Kecamatan Medan Tembung.
November
wirausahawan yang ingin mencoba untuk berwirausaha 2. Sebagai bahan referensi yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang. KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Martondang dengan judul penelitian “Analisis Faktor–Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil “ pada tahun 2006, diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang paling umum dijumpai dari para wirausahawan untuk memulai usaha kecil adalah tension modalities (modal pemaksa). Penelitian yang dilakukan oleh Erin Karina Sitepu dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Menghambat Women Entrepreneurship Dalam Berwirausaha (Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan)” pada tahun 2008, diperoleh kesimpulan bahwa dari lima faktor yang dianggap sebagai penghambat women entrepreneurship dalam berwirausaha, hanya empat yang di anggap sebagai penghambat women entrepreneurship dalam berwirausaha (Karina, 2008: 68). Adapun faktor–faktor penghambat tersebut adalah faktor kewanitaan, faktor sosial budaya dan adat istiadat, faktor administrasi dan faktor pendidikan. Faktor emosional dianggap tidak menjadi penghambat dalam berwirausaha karena seluruh responden merasa bahwa mereka selalu bersifat rasional dalam pengambilan keputusan. Selain itu, elemen–elemen emosional yang muncul pada saat bekerja tidak mempengaruhi hubungan dengan karyawan secara pribadi. Hal ini yang membuat penulis mengambil kesimpulan bahwa faktor emosional bukan merupakan faktor penghambat women entrepreneurship dalam berwirausaha.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka permasalahan yang ingin dibahas adalah seberapa besar persentase faktor kemandirian, modal, emosional dan pendidikan dalam memotivasi wanita berwirausaha. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya persentase faktor kemandirian, modal, emosional dan pendidikan yang memotivasi wanita berwirausaha.
Wirausaha Istilah wirausaha ini berasal dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go–between (Suryana, 2006: 15). Sebagai contoh dari pengertian go– between atau perantara yang dimaksudkan dalam istilah bahasa Perancis, entrepreneur adalah pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke Timur jauh.
Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan dalam berwirausaha dan sebagai bahan masukan kepada para calon
260
2010
Sanputri Selfy
Dia setuju menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntungan sebesar 22,5 % termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa–apa sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung resiko besar. Pada saat pelayaran tiba di tujuan dan barang dagangan dijual maka si pemilik modal menerima keuntungan lebih dari 75 % sedangkan si pedagang menerima keuntungan yang lebih kecil. Pada dewasa ini kewirausahaan (entrepreneurship) diartikan orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia mengambil resiko pribadi dalam menentukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi–potensi yang ada dalam dirinya untuk mengenali produk, mengelola, dan menentukan cara untuk produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya. (Suryana, 2006: 25) Menurut Suryana (2006: 18) dari beberapa konsep ada 6 hakikat penting kewirausahaan sebagai berikut yaitu : 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Sanusi, 1994) 2. kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different ) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer, 1996). 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start–up) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997) 5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang inovatif (innovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih. 6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber–sumber melalui cara–cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan yang kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko. Meredith dalam Suryana (2006: 24), mengemukakan ciri– ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut :
Tabel 1 Ciri–ciri dan Watak Kewirausahaan Percaya Diri
Ciri–ciri
Berorientasi pada tugas dan hasil Pengambilan resiko dan suka tantangan Kepemimpinan Keorisinilan Berorientasi ke depan Sumber : Suryana, 2006: 24
Watak Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, energik dan inisiatif. Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar. Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik. Inovatif dan kreatif serta fleksibel Pandangan ke depan, perspektif
261
258 – 269
Jurnal Keuangan & Bisnis
November
yang telah digariskan oleh syariat Islam. Termasuk di dalamnya aspek halal atau haram, wajib atau sunat dan harus atau makruhnya. Dengan berlandaskan dasar– dasar dan ruang lingkup ciri–cirinya, nyata bahwa tujuan ekonomi Islam adalah bersifat ibadah dan melaksanakannya berarti sebagian dari ibadah yang menyeluruh.
Pandangan Terhadap Kewirausahaan Menurut Sukirno (2004: 369) definisi dan pandangan terhadap kewirausahaan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, psikologi dan sosiologi. Seorang yang bertekad untuk berkecimpung di bidang perusahaan dapat didorong oleh keinginan sendiri (psikologi) yang didasarkan oleh bentuk dan cara berpikir. Keputusan seseorang untuk berdagang juga didasarkan oleh kebutuhan ekonomi dan karena adanya masyarakat di sekelilingnya yang menjadi potensi langganannya. Berikut adalah pandangan–pandangan tentang kewirausahaan mengikuti perspektif yang berbeda yaitu menurut bidang ekonomi, psikologi, sosiologi, serta menurut Islam (Sukirno, 2004: 370). 1. Perspektif Kewirausahaan Bidang Ekonomi Dari sudut pandang bidang ekonomi, kewirausahaan adalah sebagian dari input atau faktor produksi selain bahan mentah ialah harga, biaya untuk tanah ialah sewa dan biaya untuk modal ialah bunga. Untuk seorang wirausaha ganjarannya (nilai atau perolehannya) adalah keuntungan. Keuntungan adalah ganti rugi yang di bayar karena resiko yang diambil oleh wirausaha. 2. Perspektif Kewirausahaan Bidang Psikologi Didalam bidang Psikologi, sifat kewirausahaan dikaitkan dengan perilaku diri yang lebih cenderung kepada fokus dari dalam diri (dimana keberhasilan dicapai dari hasil kekuatan dan usaha diri, bukannya karena faktor nasib). Ini termasuk sifat–sifat pribadi seperti tekun, rajin, inovatif, kreatif dan semangat yang terus menerus berkembang untuk bersikap independent. 3. Perspektif Kewirausahaan Bidang Sosiologi Seorang wirausaha dari sudut pandang pengkaji sosial ialah seorang oportunis yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya. Seorang wirausaha adalah orang yang pandai bergaul, mempengaruhi masyarakat untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang ditawarkan olehnya sangat berguna untuk masyarakat. 4. Perspektif Kewirausahaan Menurut Islam Kesemuanya kegiatan manusia haruslah di hubungkan dengan pemiliknya. Amalan ekonomi di dalam semua cabangnya termasuk mengelola perusahaan dan segala aktivitas yang berkaitan dengan-Nya hendaklah berlandaskan etika dan peraturan
Berbagai Macam Profil Wirausaha Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008: 26), jika diperhatikan entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini maka di jumpai berbagai macam profil. 1. Young Entrepreneur Orang–orang muda mengambil bagian dalam memulai bisnis. Didorong kekecewaan akan prospek pada perusahaan pemerintah dan keinginan untuk memiliki peluanng menentukan nasib mereka sendiri, banyak generasi muda lebih memilih kewirausahaan sebagai jalur karir mereka. 2. Women Enterpreneur Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor–faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi keluarga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya. 3. Minority Entrepreneur Kaum minoritas di Negara kita Indonesia kurang memiliki kesempatan kerja dilapangan pemerintahan sebagaimana layaknya warga Negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari– hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah, mereka juga berniat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis ini semakin lama semakin maju, dan arena mereka membentuk organisasi minoritas di kota–kota tertentu. 4. Immigrant Entrepreneur Kaum pedagang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersikap non formal yang dimulai dari berdagang kecil–kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah. 5. Part Time Entrepreneur 262
2010
Sanputri Selfy
Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar. Bekerja paruh waktu tidak mengorbankan pekerjaan di bidang lain misalnya seorang pegawai pada sebuah kantor bermaksud mengembangkan hobinya untuk berdagang atau mengembangkan hobi yang menarik. Hobi ini akhirnya mendapat keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini beralih profesi, dan berhenti menjadi pegawai dan beralih bisnis yang merupakan hobinya. 6. Home–Based Entrepreneur pula ibu–ibu rumah tangga yang memulai kegiatan bisnisnya dari rumah tangga misalnya ibu–ibu yang pandai membuat kue dan aneka masakan, mengirim kue–kue ke toko eceran di tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha catering banyak dimulai dari rumah tangga yang bisa masak, kemudian usaha ini berkembang melayani pesanan untuk pesta. 7. Family–owned Busineess Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis cabang dan usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dahulu oleh Bapak setelah usaha Bapak ini maju dibuka cabang baru dan di kelola Ibu. Kedua perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing–masing usahanya ini bisa dikembangkan atau dipimpin oleh anak– anak mereka. Dalam keadaan sulitnya lapangan pekerjaan pada saat ini maka kegiatan ini perlu dikembangkan. 8. Copreneurs Corpreneurs adalah pasangan wirausaha yang bekerja sama–sama sebagai pemilik bersama dari usaha mereka. Corpreneurs di buat dengan cara menciptakan pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing– masing orang. Orang–orang yang ahli di bidang ini diangkat menjadi penanggung jawab divisi tertentu dari bisnis–bisnis yang sudah ada.
pelopor dalam menawarkan peluang di bidang ekonomi baik kewirausahaan maupun pekerjaan. Dikatakan bahwa “Kewirausahaan telah bersifat unisex seperti celana jeans, dimana di sini wanita dapat mengembangkan impian maupun harapan terbesarnya”. Semakin banyak wanita yang menyadari bahwa menjadi wirausaha adalah cara terbaik untuk menembus dominasi laki–laki yang menghambat peningkatan karir waktu ke puncak organisasi melalui bisnis mereka sendiri ( Zimmerer dan Scarborough, 2008: 29). Faktanya, wanita yang membuka bisnis 2,4 kali lebih banyak daripada pria. Meskipun bisnis yang di buka oleh wanita cenderung lebih kecil dari yang di buka pria, tetapi dampaknya sama sekali tidak kecil. Perusahaan–perusahaan yang dimiliki wanita memperkerjakan lebih dari 15,5 juta karyawan atau 35 persen lebih banyak dari semua karyawan fortune 500 di seluruh dunia. Wanita memiliki 36 persen dari semua bisnis. Meskipun bisnis mereka cenderung tumbuh lebih lambat daripada perusahaan yang dimiliki pria, wanita pemilik bisnis memiliki daya hidup lebih tinggi daripada keseluruhan bisnis. Meskipun 72 persen bisnis yang dimiliki wanita terpusat dalam bidang eceran dan jasa, wirausahawan wanita berkembang dalam industri yang sebelumnya dikuasai oleh laki–laki , seperti pabrik, konstruksi, transportasi, dan pertanian. (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 30) Faktor-Faktor Yang Memotivasi Wanita Berwirausaha Faktor-faktor yang mendorong wanita berwirausaha antara lain : (Zimmerer dan Scarborough, 2008: 31) 1. Faktor Kemandirian Sebagai seorang wanita, ada kalanya wanita ini dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini karena wanita ingin menunjukkan jika tanpa laki–laki Dia dapat bertahan hidup dengan keahlian yang dia punya yang direalisasikan menjadi suatu usaha yang dapat menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Walaupun tidak memungkiri keahlian laki–laki dalam bekerja, tetapi wanita juga ingin menunjukkan bahwa mereka dapat mengerjakan apapun yang dikerjakan oleh pria . 2. Faktor Modal
Wirausahawan Wanita (Women Entrepreneur ) Menurut Zimmerer dan Scarborough (2008: 27), meskipun telah diperjuangkan selama bertahun–tahun secara legislatif, wanita tetap mengalami diskriminasi di tempat kerja. Meskipun demikian, bisnis kecil telah menjadi 263
258 – 269
Jurnal Keuangan & Bisnis
Dalam pembuatan usaha maka wanita biasanya melihat berapa modal yang mereka punya untuk membuat suatu usaha, biasanya semakin banyak modal yang mereka miliki untuk pembuatan suatu usaha maka semakin terencana dan matanglah pemikiran untuk rencana pembuatan usaha ini. 3. Faktor Emosional Faktor emosional yang dimiliki wanita, dapat mempengaruhi dirinya untuk melakukan sesuatu yang berguna baginya maupun keluarga. Hal ini karena dalam diri seorang wanita memiliki keinginan untuk dapat berdiri sendiri maupun untuk bisa mempraktekkan teori–teori yang diikutinya melalui pendidikan formal maupun informal yang diinginkannya. Selain itu wanita juga mempunyai keinginan untuk membantu keuangan keluarga yaitu dengan membuka usaha. 4. Faktor Pendidikan Faktor pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang memotivasi wanita untuk berwirausaha karena banyak wanita–wanita yang tidak dapat melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi tetapi mengikuti pendidikan informal seperti kursus–kursus yang dapat mengasah keterampilan mereka, sehingga ilmu yang mereka dapat di pendidikan informal dapat mereka jadikan modal untuk membuat suatu usaha. Begitu bagi wanita–wanita yang memiliki pendidikan tinggi, mereka akan berpikir kembali untuk menggunakan ijazah perguruan tinggi mereka untuk bekerja di kantor–kantor yang mempunyai waktu bekerja “from eight to five“ atau dari jam delapan hingga jam 5 sore, ini dikarenakan mereka juga nantinya harus mengurusi rumah tangga dan anak–anak mereka, yang tidak dapat mereka lakukan jika mereka bekerja di kantor–kantor dari pagi hingga sore.
November
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Populasi adalah objek yang mempunyai karakterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun populasi dalam penelitian ini ditujukan pada salon kecantikan yaitu 71 salon kecantikan. Sampel Menurut Sugiyono (2005:46) sampel adalah bagian dari jumlah populasi dan karakterisitk yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan sampel secara sederhana. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin (Umar, 2008:78) sebagai berikut:
n
N 1 N .e 2
Dimana : n = Jumlah sampel N = Ukuran Populasi e = taraf kesalahan yaitu 10 % atau 0.01 Populasi (N) berjumlah 71 salon kecantikan, sehingga jumlah sampel adalah:
n
71 1 (71.0,12 )
= 41,52 atau 41 salon kecantikan Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang terpilih. Data ini diperoleh dengan menggunakan metode penyebaran kuesioner. Definisi Operasional Variabel Berikut definisi dari variabel dan indikatornya. Keseluruhan variabel diukur dengan menggunakanskala likert 5 titik, dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yaitu secara deskriptif. Penelitian Deskriptif (Descriptive research) merupakan penelitian terhadap masalahmasalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Tujuan peneltian deskriptif adalah menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan status subjek yang diteliti (Umar, 2008: 34).
Teknik Analisis Data Setelah data dikumpulkan maka penulis menganalisanya dengan menggunakan statistik deskriptif.
264
2010
Sanputri Selfy
Variabel Faktor Kemandirian
Faktor Modal
Faktor Emosional Faktor Pendidikan
Tabel 2 Definisi Operasionalisasi Variabel Definisi Indikator Kemampuan untuk mengandalkan 1. Kemampuan menjalankan diri sendiri dalam upaya usaha sendiri menciptakan lapangan pekerjaan 2. Kemampuan menghadapi baru tanpa harus bergantung dari tantangan orang lain. 3. Keberanian menerima resiko Faktor finansial pada wanita yang 1. Jumlah modal mempunyai modal yang cukup 2. Sumber modal untuk mendirikan suatu usaha 3. Fungsi modal Tindakan pribadi seseorang yang mampu mempengaruhi emosinya dalam mengambil keputusan untuk memilih usaha kecil. Faktor tingkat pendidikan formal dan keahlian serta teknikteknik yang diperoleh wanita pengusaha dalam memilih usaha kecil
1. Dorongan dari dalam diri sendiri 2. Membantu keuangan keluarga 3. Menyalurkan bakat 1. Tingkat pendidikan 2. Pelatihan nonformal 3. Pengetahuan bisnis
Kecamatan Medan Tembung. Data pribadi responden yang terdiri dari usia, status, dan pendidikan terakhir dapat dilihat pada table berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Pribadi Responden Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha wanita salon kecantikan di
Tabel 3 Komposisi Pengusaha Wanita Berdasarkan Data Pribadi No
Uraian
1.
Usia
2.
Status
3.
Pendidikan
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Kategori Di bawah 20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun Diatas 50 tahun Menikah Belum Menikah SD SMP SMU Diploma S1 (Sarjana) S2 (Pasca Sarjana) S3 (Doktor)
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berusia di antara 21-30 tahun sebanyak 13 responden atau 31,71 %, usia 3140 tahun sebanyak 18 responden atau 43,90 %, usia 41-50 tahun sebanyak 9 respobnden atau 21,96 % dan di atas usia 50 tahun sebanyak 1
Jumlah Nominal (orang) 0 13 18 9 1 34 7 0 4 29 2 6 0 0
% 0 31,71 43,90 21,96 2,43 82,93 17,07 0 9,75 70,73 4,88 14,64 0 0
respoden atau 2,43 %. Dari keseluruhan responden ada sebanyak 34 responden atau 82,93 % yang menikah dan sebanyak 7 responden atau 17,07 % responden yang belum menikah. Dari tingkat pendidikan SMP ada 4 respoden atau 9,75 %, SMU 29 responden atau
265
258 – 269
Jurnal Keuangan & Bisnis
70,73 %, Diploma 2 responden atau 4,88 % dan Sarjana 6 responden atau 14,64 %.
Profil Responden memberikan gambaran mengenai daya tahan responden (salon) untuk tetap eksis dan berkembang serta jumlah pekerja yang dimiliki oleh responden.
Profil Responden
No.
1.
2.
November
Tabel 4 Profil Responden Pengusaha Wanita Salon Kecantikan di Kecamatan Medan Tembung Jumlah Responden Uraian Kategori Nominal (orang) % 1 Orang 12 29,28 2 Orang 10 24,39 Jumlah Pekerja 3 Orang 7 17,07 4 Orang 5 12,19 > 5 Orang 7 17,07 <10 Tahun 28 68,29 Lama Beroperasi 10-20 Tahun 10 24,39 Diatas 20 Tahun 3 7,32
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Pada Tabel 4 menunjukkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh masing-masing responden beraneka ragam jumlahnya. Responden yang memiliki pekerja lebih dari 5 orang sebanyak 7 responden atau 17,07 %, responden yang memiliki pekerja 4 orang sebanyak 5 responden atau 12,09 %, responden yang memiliki pekerja 3 orang sebanyak 7 responden atau 17,07 %, responden yang memiliki pekerja 2 orang sebanyak 10 responden atau 24,39 % dan responden yang memiliki pekerja 1 orang sebanyak 12 responden orang atau 29,28 %. Sebagian besar responden telah beroperasi kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 27
responden (67,5%), yang beroperasi antara 1020 tahun yaitu sebanyak 10 responden (25%), dan yang beroperasi lebih dari 20 tahun yaitu sebanyak 3 responden (7,5%). Penilaian Responden Terhadap Variabel Faktor - Faktor Yang Memotivasi Wanita Berwirausaha Secara ringkas deskripsi jawaban responden terhadap faktor kemandirian, modal, emosional dan pendidikan dalam memotivasi wanita berwirausaha dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5 Deskripsi Faktor-faktor Yang Memotivasi Wanita Berwirausaha Rata-Rata Statisitk Faktor Per – indikator Total Kemandirian: 1. Kemampuan menjalankan usaha sendiri 4,60 4,49 2. Kemampuan menghadapi tantangan 4,43 3. Keberanian menerima resiko 4,43 Modal: 1. Jumlah modal 4,78 4,54 2. Sumber modal 4,43 3. Fungsi modal 4,41 Emosional: 1. Dorongan dari dalam diri sendiri 4,43 3,34 2. Membantu keuangan keluarga 4,80 3. Menyalurkan bakat 4,26 Pendidikan : 1. Tingkat pendidikan 5 4,45 2. Pelatihan nonformal 4,85 3. Pengetahuan bisnis 4,53
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
266
2010
Sanputri Selfy
Dari data di atas kita dapat mengetahui perkembangan usaha salon kecantikan sudah mengalami perkembangan pesat di dalam dunia usaha khususnya di kota Medan. Faktorfaktor yang memotivasi wanita berwirausaha adalah faktor kemandirian, faktor modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan. Faktor-faktor tersebut dilakukan setiap pengusaha untuk menunjang kesuksesan dan keberhasilan usaha mereka.
keberadaan modal tersebut adalah jumlah modal dan fungsi modal adalah hal yang paling penting untuk dibicarakan. Kondisi ini memberikan masukan berfikir bahwa keberadaan modal tidak hanya terdepan tetapi hal yang sangat membutuhkan pemikiran serius di dalam mengelola modal yang telah ada. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari tabel Deskripsi Faktor-faktor yang Memotivasi Wanita Berwirausaha, total ratarata statistik dari faktor kemandirian adalah 4,49, faktor modal 4,54, faktor emosional 3,34 dan faktor pendidikan 4,45. Dari keempat faktor tersebut, faktor modal merupakan faktor yang paling dominan memotivasi wanita berwirausaha sedangkan faktor emosional merupakan faktor yang paling kecil dalam memotivasi wanita berwirausaha.
Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang memotivasi wanita berwirausaha adalah faktor kemandirian, faktor modal, faktor emosional, dan faktor pendidikan. Faktor-faktor tersebut dilakukan setiap pengusaha untuk menunjang kesuksesan dan keberhasilan usaha mereka. 2. Dari tabel Deskripsi Faktor-faktor yang Memotivasi Wanita Berwirausaha, total rata-rata statistik dari faktor kemandirian adalah 4,49, faktor modal 4,54, faktor emosional 3,34 dan faktor pendidikan 4,45.
Faktor modal merupakan faktor yang tertinggi rata-rata statistik dibandingkan dengan faktor kemandirian, emosional dan pendidikan. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa modal kerja di dalam melakukan usaha secara mandiri merupakan faktor utamanya. Namun, secara individual, faktor “pelatihan non formal dan ingin membantu orang tua” adalah faktor-faktor yang secara berurutan mwrupakan faktor tertinggi yang memotivasi responden untuk mau melakukan wirausaha yang bergerak di bidang penyediaan jasa salon kecantikan. Pada sisi lainnya, masalah penyaluran bakat sebagai motivator untuk maunya seorang individu melakukan wirausaha adalah faktor yang paling sangat tidak menentukan. Kenyataan ini menunjukan bahwa bakat tidak menjamin untuk maunya responden bekerja secara berwirausaha. Berdasar pembahasan tersebut, tampak bahwa secara keseluruhan dan berurutan, faktor-faktor yang mempengaruhi responden untuk berwirausaha adalah faktor modal, faktor kemandirian, faktor pendidikan, dan emosional. Hasil perhitungan secara statistika tersebut menunjukan bahwa seorang yang ingin berwirausaha akan senantiasa melihat kondisi keuangannya untuk pertama kalinya. Oleh karenanya, keberadaan modal menjadi hal yan terdepan di dalam melakukan kewirausahaan untuk membangun diri secara individu serta menciptakan lapangan pekerjaan. Sebagai konsekuensi dari
3. Dari keempat faktor tersebut, faktor modal merupakan faktor yang paling dominan memotivasi wanita berwirausaha sedangkan faktor emosional merupakan faktor yang paling kecil dalam memotivasi wanita berwirausaha. Saran 1. Salon-salon kecantikan yang sudah beroperasi lama selama bertahun-tahun hendaknya menambah fasilitas dan kenyamanan tempat salon, agar konsumen menjadi lebih loyal kepada salon kecantikan tersebut. 2. Bagi para wanita muda disarankan untuk memulai suatu usaha baru tidak hanya salon kecantikan untuk dapat memperoleh suatu keuntungan maupun untuk melatih diri sendiri menjadi mandiri serta menciptakan lapangan kerja bagi orang lain tanpa takut akan kegagalan, karena kegagalan sesungguhnya merupakan kesuksesan yang tertunda. 3. Faktor emosional yang dimiliki wanita berasal dari dorongan dalam diri sendiri, yang mempengaruhi wanita memiliki keinginan untuk dapat berdiri sendiri.
267
258 – 269
Jurnal Keuangan & Bisnis
November
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kedelapan. Penerbit Alfabeta, Bandung.
4. Faktor pendidikan dapat menjadi salah satu faktor yang memotivasi wanita untuk berwirausaha karena banyak wanita yang tidak dapat melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi tetapi mengikuti pendidikan informal sehingga ilmu yang mereka dapat di pendidikan informal dapat mereka jadikan modal untuk membuat suatu usaha.
Sukirno, Sadono, (2004). Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Penerbit: Prenada Media, Jakarta. Suryana, (2006). Kewirausahaan: Pedoman Praktis ; Kiat dan Proses Menuju Sukses, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat meneruskan dan mengembangkan penelitian ini pada masa yang akan datang, melalui penelitian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor lain yang mendorong wanita memilih berwirausaha pada salonsalon kecantikan. Peneliti juga berharap melalui penelitian selanjutnya dapat dihasilkan suatu gambaran yang lebih signifikan mengenai faktor-faktor yang mendorong wanita memilih berwirausaha pada salon kecantikan
Umar,. Husein, (2008). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Penerbit : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. google.com. “Resiko Kewirausahaan”, Tanggal Akses 11 Oktober 2009. www. petra.ac.id. “Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima “Th. Agung M Harsiwi”, Tanggal Akses 11 Oktober 2009. www. pemkomedan.go.id. “Peta Pulau Sumatera”, Tanggal Akses 30 Januari 2010.. www.
6. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang tidak hanya terbatas kepada usaha salon kecantikan tetapi juga kepada usaha-usaha lain yang ada di Medan ini seperti makanan atau penjahit baju.
www.medanmap.com. “Peta Kecamatan Medan Tembung”, Tanggal Akses 31 Januari 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Zimmerer, Thomas dan Scarborough, (2008). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
Kasmir, (2009). Kewirausahaan. Penerbit: PT. Raja Grafindo, Jakarta Karina, (2008). Analisis Fakttor – faktor yang menghambat Women Entrepreneur Dalam Berwirausaha ( Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha salon Di Jalan Sei Mencirim Medan ).Medan: Perpustakaan Ekonomi USU.( Tidak Dipublikasikan ). Lupiyoadi, Rambat, (2004). Entrepreneurship From Mindset To Strategy. Edisi Kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sitepu, Erin Karina. (2008). Analisis Faktor – faktor yang Menghambat Women Entrepreneur Dalam Berwirausaha ( Studi Kasus Pada Wanita Pengusaha Salon Di Jalan Sei Mencirim Medan ). Medan : Perpustakaan Ekonomi USU. (Tidak Dipublikasikan). 268