BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1
Kesimpulan Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia pada tahun 1950
dan ekonominya sebagian besar tergantung pada bantuan ekonomi AS. Tetapi sekarang Korea Selatan adalah salah satu dari Empat Macan Asia Timur atau yang dikenal dengan “The Four Tigers”. Hal itu dikarenakan kekuatan ekonominya yang sangat besar dalam mempengaruhi perekonomian dunia. Kebangkitan perekonomian Korea Selatan yang sungguh menakjubkan tersebut, ternyata salah satunya dipengaruhi oleh power yang dimilikinya, khususnya melalui soft power-nya dibandingkan hard power-nya. Kemudian soft power tersebut juga digunakan untuk mendapatkan pengaruh yang lebih besar selain di kawasannya, Asia Timur. Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk menggambarkan bagaimana peran soft power Korea Selatan dalam hubungannya dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik, terkait juga dengan kebangkitan ekonominya. Hubungan Korea Selatan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik ini dijelaskan melalui beberapa kerjasama regionalisme yang keberadaanya cukup siginifikan di tingkat internasional. Berdasarkan penjelasan teoretis dan data-data yang telah didapat, baik data primer maupun sekunder dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa kesimpulan sebagai berikut:
100
101
1.
Kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut, ada dua periode yang cukup penting untuk mencapai keadaan ekonominya yang sekarang. Pertama, kehancuran yang dialami Korea Selatan akibat Perang Korea selama 3 tahun, menyebabkan Korea Selatan menjadi salah satu negara termiskin di dunia, membuat Korea Selatan harus segera bangkit dari keterpurukannya. Pada tahun 1960, ekonominya mulai berubah dengan strategi pemerintah di bawah Park Chung-Hee melalui rencana pembangunan ekonomi lima tahun, yang dimulai pada tahun 1962. Sejak saat itu, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan terus membaik hingga tahun 1990an. Kemudian periode kedua yaitu ketika Korea Selatan kembali mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997-1998, yang biasa dikenal dengan krisis ekonomi Asia. Pada saat krisis itu juga, Korea Selatan berhasil keluar dari cengkeraman krisis dengan cepat dan kembali mencetak rekor sebagai negara kedua yang mencapai pemulihan ekonomi tercepat setelah Filipina.
2.
Soft power yang dimiliki Korea Selatan digunakan juga dalam meningkatkan pengaruhnya dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik melalui beberapa kerjasama regionalisme, seperti APEC, ASEAN+3 (APT), dan ARF. Di dalam kerjasama regionalisme APEC, Korea Selatan bertemu dengan negara-negara dari kawasan lainnya, tidak hanya dari kawasan Asia Pasifik, tetapi ada juga dari kawasan lain, seperti Amerika Serikat, Rusia, Peru, Chili, dan lain-lain. APEC sebagai suatu wadah
102
kerjasama regionalisme ekonomi di kawasan Asia Pasifik, melihat dimensi ekonomi mempunyai peran yang tak kalah pentingnya dari dimensi politik. Kerjasama ini bersifat tidak mengikat (non-binding) dan mengacu pada prinsip-prinsip WTO. Dalam forum ini, Korea Selatan memberikan sumbangan dana yang cukup besar tiap tahunnya. Kemudian dalam ASEAN+3, bertemulah tiga negara besar dari kawasan Asia Timur, yaitu Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Munculnya kerjasama ASEAN+3 dipicu oleh adanya krisis ekonomi Asia yang telah menimbulkan kesadaran akan pentingnya menggalang kerjasama dengan negara-negara besar di wilayah Asia Timur. Masuknya Korea Selatan dalam ASEAN+3 ini semakin memberi kesempatan bagi Korea Selatan untuk dapat menyeimbangkan kekuatannya (balance of power) dengan dua negara besar Asia Timur lainnya, yaitu Cina dan Jepang. Kerjasama regionalisme terakhir yaitu ARF. Kerjasama regionalisme ini merupakan bentuk kerjasama keamanan antara negara-negara ASEAN dan lainnya, yang berkontribusi pada keamanan dan kestabilan kawasan secara lebih luas di Asia Pasifik. ARF memang bukanlah kerjasama ekonomi, tetapi kerjasama ini dianggap cukup penting juga karena banyaknya permasalahan keamanan di kawasan yang perlu ditangani. Terlebih lagi, dalam forum ini ada Korea Utara, yang masih memiliki konflik keamanan dengan Korea Selatan hingga saat ini. Dalam forum ini, soft power Korea Selatan harus memainkan peran yang penting, terkait permasalahannya dengan Korea Utara tersebut. Bagaimana Korea Selatan bisa mempengaruhi negara-negara lain di APEC
103
tersebut melalui soft power-nya, supaya dapat membantu untuk menciptakan perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. 3.
Korea Selatan menggunakan instrumen-instrumen soft power-nya seperti perdagangan, investasi asing langsung (FDI), dan kebudayaan, untuk dapat mencapai kepentingan nasionalnya dan melakukan balance of power terutama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Perdagangan Korea Selatan berjalan cukup baik hingga quarter ke-3 tahun 2012, meskipun growth rate perdagangannya menurun. Mayoritas mitra dagang ekspor dan impor terbesar Korea Selatan adalah negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Kemudian untuk outflow FDI, kawasan tujuan FDI terbesar adalah kawasan Asia. Instrumen soft power terakhir yaitu melalui kebudayaan, seperti contohnya banyak masyarakat Indonesia yang sangat menyukai musik-musik pop Korea, lagu, dance, film, drama TV, dan lainlain. Banyaknya artis dan penyanyi yang berkunjung di negara-negara kawasan Asia Pasifik, bertujuan untuk melakukan promosi album baru mereka, drama TV, jumpa fans, dan masih banyak lagi. Mereka melakukan hal-hal tersebut supaya kebudayaan populer (popular culture) mereka lebih dikenal oleh mayarakat asing, khususnya Asia Pasifik. Hal ini menunjukkan bahwa Korea Selatan menggunakan instrumen-instrumen soft power-nya untuk meningkatkan hubungannya dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.
4.
Secara
keseluruhan,
instrumen-instrumen
soft
power
tersebut
menimbulkan dampak atau pengaruh yang cukup besar bagi negara-negara
104
di kawasan Asia Pasifik, seperti misalnya dalam hal perekonomian dan kebudayaan. Bantuan dan pinjaman-pinjaman dana yang diberikan oleh Korea Selatan sangat membantu pembangunan dan perekonomian bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik, seperti proyek konstruksi, perbaikan infrastruktur, dan masih banyak lagi. Selain itu, dampak kebudayaan Korea Selatan juga tidak kalah besarnya, seperti misalnya di Indonesia banyak terdapat band-band imitasi Korea Selatan (SMASH, Cherrybelle). Boyband dan girlband tersebut meniru gaya band-band Korea, seperti gaya rambut, pakaian, aksesoris, alat-alat kecantikan (kosmetik), dan lain-lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan Korea Selatan telah memasuki kebudayaan lokal negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan kebudayaan tersebut dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di kawasan Asia Pasifik.
5.2
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai kebangkitan
perekonomian Korea Selatan dan bagaimana Korea Selatan menggunakan soft power-nya dalam meningkatkan hubungannya dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik, tampaknya Korea Selatan dapat memanfaatkan soft power yang dimilikinya tersebut dengan baik. Tetapi Korea Selatan tidak boleh berdiam diri begitu saja, tanpa melakukan usaha-usaha lagi, karena jika suatu power tidak dipertahankan dengan baik, maka kualitas power tersebut bisa menurun dan
105
bahkan hilang. Adapun beberapa saran yang diberikan penulis untuk Korea Selatan supaya tetap dapat mempertahankan eksistensinya antara lain: 1.
Pemerintah Korea Selatan harus mengembangkan kebudayaan Korea Selatan lebih lanjut, yang merupakan salah satu instrument soft powernya. Unsur kebudayaan yang harus ditingkatkan disini, yaitu mengenai bahasa Korea (Hangeul). Mungkin banyak masyarakat asing yang tidak ingin sekedar bisa membaca atau menulis Hangeul, tetapi juga ingin mendalaminya lebih jauh. Hal ini bisa dilakukan melalui kerjasama dari Pemerintah Korea Selatan dengan negara-negara asing untuk membuka jurusan bahasa Korea di universitas-universitas negara asing tersebut. Kemudian bisa juga dengan memberikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat asing yang ingin belajar dan mendalami bahasa Korea di Korea Selatan secara langsung. Seperti contohnya banyak masyarakat Indonesia yang mendalami bahasa Mandarin di Beijing, karena ketertarikan mereka dan akses-akses yang mudah dari pemerintah kedua negara (Indonesia-Cina). Kemudahan akses ini bisa didapatkan melalui kerjasama, panduan, dan bantuan informasi dari universitas-universitas negara asing bersangkutan dan terutama dari pemerintah Korea Selatan.
2.
Korea Selatan harus meningkatkan growth rate perdagangannya, karena berdasarkan data yg didapat sampai quarter ke-3 tahun 2012, growth rate perdagangan Korea Selatan mengalami penurunan. Meskipun trade balance-nya surplus, penurunan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Pemerintah harus melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan growth
106
rate perdagangan, seperti meningkatkan kualitas produk, menjaga kestabilan harga, meningkatkan faktor-faktor produksi, dan lain-lain. Tingkat pertumbuhan (growth rate) perdagangan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, dan teknologi, karena biaya produksi suatu barang berdasarkan faktor-faktor produksi tersebut dan harga suatu barang akan sangat menentukan aktivitas ekspor-impor suatu negara. Jadi untuk meningkatkan growth rate perdagangan, pemerintah juga harus memperhatikan faktor-faktor produksi tersebut. 3.
Pemerintah Korea Selatan jangan hanya fokus untuk meningkatkan outflow FDI ke luar negeri, tetapi inflow FDI juga perlu ditingkatkan karena inflow FDI dan outflow FDI sama pentingnya bagi perekonomian nasional. Untuk meningkatkan inflow FDI, pemerintah dapat menciptakan iklim investasi yang lebih menarik bagi investor-investor asing, seperti menjaga kestabilan politik dan ekonomi domestik, memberikan tax holiday bagi para investor, membuat peraturan-peraturan atau kebijakan ekonomi yang menguntungkan bagi investor, dan masih banyak lagi. Kestabilan politik dan ekonomi adalah faktor utama bagi seorang investor sebelum melakukan investasi, karena jika keadaan politik dan ekonomi suatu negara tidak stabil maka investor tidak akan merasa aman untuk berinvestasi. Peraturan untuk investasi asing (FDI) juga harus jelas, karena hal itu menunjukkan adanya kepastian hukum di negara tersebut. Kebijakan ekonomi yang menguntungkan bagi investor misalnya tidak ada
107
perlakuan diskriminasi dari pemerintah Korea Selatan terhadap modal asing yang diberikan oleh investor. 4.
Pemerintah Korea Selatan harus lebih berhati-hati dengan outflow FDI yang dilakukan, jangan hanya memikirkan keuntungan jangka pendek, tetapi juga jangka panjang. Dengan banyaknya outflow FDI tersebut, diperlukan ketelitian yang lebih besar untuk mengetahui keadaan negara penerima investasi (host country), seperti misalnya kestabilan politik dan ekonomi, kepastian hukum, peraturan-peraturan mengenai FDI, dan lainlain.