BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan tidak hanya dinilai dari hasil akhir, tetapi proses. Banyak orang yang mendapatkan hasil yang baik tanpa menjalani proses yang baik dan benar. Proses yang baik dan benar hampir selalu melalui perjalanan yang panjang, sukar, dan berliku-liku. Namun proses inilah yang menjadi pembelajaran terpenting dalam membangun karakter dan hanya orang-orang yang memiliki karakter yang berkualitas yang benar-benar mau bertahan dan dapat melalui proses tersebut. Demikianlah skripsi, karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis (KBBI), dikatakan berhasil tidak hanya dilihat dari nilai akhir yang diberikan pada bobot 6 SKS saja. Jika keberhasilan skripsi hanya dilihat dari nilainya saja, maka integritas bukanlah harga yang harus dimiliki. Skripsi dikatakan berhasil saat peneliti mengerti dan memahami tujuan dan manfaat
dari dilakukannya penelitian.
Skripsi dikerjakan bukan untuk
mendapatkan nilai A pada mata kuliah skripsi, bukan pula sekedar memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana seperti yang selalu tertera pada sampul depan skripsi. Tujuan penulisan skripsi adalah agar mahasiswa dapat berpikir logis, analitis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan
Universitas Sumatera Utara
dan menuangkan hasil pemikiran dan penelitian tersebut secara sistematis dan terstruktur (http://www.Infoskripsi.com). Skripsi adalah bukti integritas mahasiswa, implementasi ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi, karya tertinggi mahasiswa S1 yang melibatkan rasa dan karsa serta kemampuan intelijen dan emosional mahasiswa. Sebagai bukti integritas serta implementasi teoritis akhir mahasiswa, skripsi bermanfaat untuk memberikan dedikasi kepada masyarakat dengan seluruh ilmu yang diperoleh mahasiswa selama di perguruan tinggi. Manfaat ini juga tertera dalam tridarma perguruan tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat. Untuk manfaat inilah, proses yang baik dan benar adalah kunci keberhasilan skripsi. Hasil akhir baik berupa nilai memuaskan, sangat memuaskan, maupun pujian dan pengakuan dari orang-orang adalah bonus dari proses yang telah dilalui dengan baik dan benar. Namun, sangat disayangkan banyak mahasiswa yang lupa, pura-pura lupa, atau memang tidak lupa karena sama sekali tidak mengerti manfaat skripsi pada kodratnya. Skripsi dipandang sebagai beban dan halangan besar yang harus dilewati secepat mungkin agar bisa maju, bukan lagi sebagai dedikasi terbaik yang sudah seharusnya diberikan kepada masyarakat pada akhir pengabdian seorang mahasiswa. Proses tidak lagi berharga bahkan hampir tidak terlintas dalam benak mahasiswa. Yang dipikirkan mahasiswa hanyalah cara paling instan dan mulus untuk selesai sampai bab akhir. Yang lebih memalukan lagi, mahasiswa menginginkan cara termudah dengan nilai tertinggi, waktu tercepat, dan pujian dari banyak orang tanpa mempedulikan nilai guna penelitiannya bagi masyarakat. Inilah produk sarjana yang diproduksi perguruan tinggi. Mahasiswa dengan mental yang sebenarnya belum siap untuk sarjana
Universitas Sumatera Utara
dengan
kalimat
penutup
‘Jangan
lupakan
almamater’
dengan
bangga
didistribusikan ke masyarakat untuk memajukan nama bangsa dan negara. Yang menjadi pertanyaannya adalah ‘Mengapa ini semua bisa terjadi?’ dan ‘Mengapa hal ini bisa tergilas dari pandangan dunia pendidikan disaat semua birokrat pendidikan berlomba-lomba untuk memperbaiki kualitas pendidikan institusinya?’ Salah satu hal yang sangat berkaitan dengan proses pengerjaan skripsi yang mengikutsertakan mahasiswa dan perguruan tinggi adalah bimbingan skripsi. Bimbingan skripsi makna dasarnya adalah bimbingan dalam proses skripsi. Beberapa proses dalam pengerjaan skripsi antara lain mahasiswa yang tidak fokus pada judul penelitiannya, bingung terhadap latar belakang masalah, kurang mengerti terhadap teori-teori yang akan digunakan, kurang memahami metodologi penelitian, bahkan sering kali timbul masalah saat mengumpulkan data, kesulitan dalam menganalisis data, dan kerumitan dalam membahas data secara sistematis dan terstruktur dan berbagai hal lainnya dalam proses penyelesaian skripsi yang tidak hanya menguji kecerdasan intelijen mahasiswa namun menguji kecerdasan emosional mahasiswa juga. Dengan adanya kondisi seperti ini, bimbingan skripsi adalah metode yang tepat untuk mencapai hasil maksimal dan berkualitas dari hasil penelitian ilmiah mahasiswa. Sebenarnya bimbingan skripsi memiliki peran penting dalam proses pengerjaan skripsi. Namun peran itu kurang dianggap penting oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Bimbingan skripsi hanya dilihat sebagai formalitas, seperti tempat persetujuan dari dosen pembimbing untuk melangkah ke bab berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
Seharusnya pemaknaan seperti ini adalah penghinaan bagi dosen pembimbing karena ilmu yang dimiliki serta perannya sebagai pembimbing bukan hanya sekedar berguna untuk paraf saja. Sayangnya, dosen pembimbing juga kurang menyadari atau seolah-olah tidak menyadari keberadaan mahasiswa yang kurang memahami tujuan penulisan skripsi. Berhasil atau tidaknya skripsi adalah tanggung jawab dari mahasiswa yang melakukan penelitian tersebut. Namun keberhasilan skripsi juga dipengaruhi oleh lingkungan mahasiswa. Ketika motivasi internal mahasiswa dalam proses penyusunan skripsi menurun, motivasi eksternal dari lingkungan sangat dibutuhkan. Dan dosen pembimbing skripsi adalah bagian dari lingkungan mahasiswa tersebut. Dengan kata lain, keberhasilan skripsi juga merupakan tanggung jawab dosen pembimbing yang notabene adalah utusan dari perguruan tinggi agar secara langsung membimbing mahasiswa. Dosen pembimbing skripsi mempunyai peran membimbing mahasiswa agar mahasiswa memahami etika penelitian ilmiah terutama yang menyangkut plagiarisme dan sikap ilmiah, menetapkan masalah penelitian, menelusuri literatur, menyusun usul penelitian, mampu menerapkan teknik presentasi yang baik,
mampu
menulis
skripsi,
mampu
melakukan
ujian
lisan
saat
mempertanggungjawabkan hasil pengerjaan skripsinya di hadapan dosen penguji (http://www.eng.unri.ac.id). Oleh sebab itu, peranan dosen pembimbing saat bimbingan skripsi sangatlah penting dalam mendukung mahasiswa dalam penelitian dan proses pengerjaan skripsinya. Melalui bimbingan skripsi, dosen pembimbing skripsi bertanggung jawab untuk membimbing mahasiswa sehingga mahasiswa mengerti etika penelitian ilmiah, tidak mengalami tekanan mental
Universitas Sumatera Utara
dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi, serta menghasilkan skripsi yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun fenomena yang ditemukan adalah penyebab kecemasan yang dialami mahasiswa tingkat akhir bukan hanya karena kerumitan proses penelitian ilmiah yang akan dihadapi, tetapi juga karena kekhawatiran mahasiswa terhadap dosen yang membimbing mahasiswa dalam bimbingan skripsi serta terhadap metode bimbingan skripsi dosen tersebut. Mahasiswa mengalami ketidakpastian terhadap
karakter
dosen
yang
akan
membimbing
mereka.
Mahasiswa
mengharapkan untuk dibimbing oleh dosen tertentu yang sesuai dengan karakternya dan merasa cemas jika mendapatkan dosen pembimbing yang di kalangan mahasiswa telah mendapatkan label ’kejam, kaku, perfeksionis, sangat mendominasi, dan banyak permintaan’. Kecemasan dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa berpengaruh terhadap interaksi komunikasi antarpribadi mahasiswa dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi. Dalam proses bimbingan skripsi, semua mahasiswa selalu mengalami kecemasan dan ketidakpastian. Namun yang menjadi perhatian adalah tidak semua mahasiswa dapat mengatasi kecemasan dan ketidakpastiannya dalam bimbingan skripsi. Salah satu contoh mahasiswa yang tidak mampu mengatasi kecemasan dan ketidakpastian dalam dirinya adalah mahasiswa yang memohon kepada departemen untuk mengganti dosen pembimbingnya saat dia mengetahui dosen pembimbingnya adalah seorang dosen yang tidak sesuai dengan karakternya. Mahasiswa ini dikatakan tidak dapat mengatasi kecemasan dan ketidakpastiannya
Universitas Sumatera Utara
karena dia memutuskan untuk tidak melakukan interaksi komunikasi dengan dosen pembimbingnya. Kecemasan dan ketidakpastian yang sangat tinggi dan tidak dapat diatasi membuat individu membatasi dirinya berkomunikasi dengan individu lainnya. Kecemasan dan ketidakpastian jika tidak dapat diatasi oleh mahasiswa, maka akan mengalami peningkatan. Kecemasan dan ketidakpastian yang semakin meningkat dapat menghambat komunikasi antarpribadi dosen pembimbing dan mahasiswa dalam bimbingan skripsi. Salah
satu
kelebihan
komunikasi
antarpribadi
yaitu
komunikasi
antarpribadi selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan proses tersebut mengakibatkan keterpengaruhan diantara individu-individu pelaku komunikasi antarpribadi. Proses komunikasi yang bersifat psikologis ini yang menyebabkan komunikasi antarpribadi sangat berperan terhadap psikologi individu-individu
pelaku
komunikasi.
Komunikasi
antarpribadi
dapat
mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral khalayaknya. Interaksi dosen pembimbing dengan mahasiswa dalam bimbingan skripsi memerlukan peranan komunikasi antarpribadi yang dapat mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya. Peranan dosen pembimbing diharapkan mampu mengurangi permasalahan yang akan dialami mahasiswa dalam proses pengerjaan skripsi, namun terdapat kondisi riil dimana dosen pembimbing skripsi menjadi salah satu permasalahan bagi mahasiswa dalam proses pengerjaan skripsinya. Mahasiswa merasa khawatir bila akan bertemu dengan dosen pembimbingnya dan mengalami kecemasan
Universitas Sumatera Utara
berkomunikasi saat bimbingan skripsi. Bahkan kekuatiran tersebut membuat mahasiswa menjadikan atau menganggap hal yang wajar bila bimbingan skripsi hanya sebagai pertemuan untuk persetujuan tiap bab, bukan untuk berdiskusi atau mendapatkan pengarahan dari dosen pembimbing. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan skripsi di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU. Pemilihan lokasi penelitian di FISIP USU dilakukan karena pada fakultas inilah ditemukan beberapa kasus kecemasan mahasiswa dalam interaksi komunikasi dengan dosen dalam bimbingan skripsi dikarenakan dosen pembimbing skripsi yang tidak sesuai dengan harapan mahasiswa. Bila melihat pada salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, maka yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi, serta bagaimana komunikasi antarpribadi yang terjadi antara dosen pembimbing dengan mahasiswa dalam bimbingan skripsi di FISIP USU. Penelitian ini setidaknya dapat
membantu
dalam
memperoleh pengetahuan
mengenai
bagaimana selama ini subjek penelitian membangun komunikasi antarpribadinya dan sejauhmana hal ini berpengaruh terhadap proses penyelesaian dan hasil tugas akhir mahasiswa tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti fenomena kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi pada mahasiswa FISIP USU.
Universitas Sumatera Utara
I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah interaksi komunikasi antarpribadi dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa dalam bimbingan skripsi? -
Apakah persepsi mahasiswa terhadap dosen pembimbingnya dalam bimbingan skripsi?
-
Apakah mahasiswa terbuka untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan dosen pembimbingnya?
-
Apakah mahasiswa merasakan perasaan capek, marah, sedih, atau senang dosen pembimbingnya?
-
Apakah mahasiswa menilai dosen pembimbingnya secara positif?
-
Apakah terdapat kesamaan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing?
2. Bagaimanakah
kecemasan
berkomunikasi
dan
ketidakpastian
mahasiswa dalam pengalaman interaksi komunikasi mereka dengan dosen pembimbing dalam tahap penunjukan, perkenalan, dan personal bimbingan skripsi? -
Apakah mahasiswa merasa antusias atau cemas dalam tahap penunjukan, perkenalan, maupun tahap personal selama proses bimbingan skripsi?
Universitas Sumatera Utara
-
Apakah kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa meningkat atau menurun dari satu tahap menuju tahap selanjutnya selama proses bimbingan skripsi?
3. Faktor-faktor apakah yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya fenomena pengalaman
kecemasan interaksi
dan
ketidakpastian
komunikasi
mahasiswa
antarpribadi
dengan
dalam dosen
pembimbing dalam bimbingan skripsi?
I.3. Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah: 1. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi kasus sebagai metode riset peneliti. 2. Yang menjadi perhatian peneliti adalah kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi. 3. Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 4. Penelitian terbatas pada mahasiswa S1 Reguler yang sedang mengerjakan tugas akhir dan melakukan bimbingan skripsi.
Universitas Sumatera Utara
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi komunikasi antarpribadi dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa dalam bimbingan skripsi. 2. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian mahasiswa dalam pengalaman interaksi komunikasi mereka dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi. 3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya fenomena kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam pengalaman interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi. I.4.2. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian kualitatif dalam bidang ilmu komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antarpribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi. c. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bersama dalam memahami konteks komunikasi antarpribadi dalam bimbingan skripsi yang terjadi di sekitar kita. I.5. Kerangka Teori I.5.1. Komunikasi Antarpribadi Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial dan lain sebagainya. Semua ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan di dalam lingkungan, komunikasi, frekuensi pertemuan, jenis relasi mutu dari interaksi-interaksi di antara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Menurut Lasswell dalam bukunya ”The Structure and function of Communication in Society”, cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what effect (Rakhmat, 2002). Ciri khas komunikasi interpersonal ini ialah sifatnya dua arah atau timbal balik (two ways traffic communication). Di dalam komunikasi interpersonal, komunikator dan komunikan saling berganti fungsi. Menurut Joseph A.Devito, ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan (openness), empati
Universitas Sumatera Utara
(empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality). (Liliweri, 1991:13) I.5.2 Communication Apprehension Tingkat kecemasan ataupun ketakutan individu yang berkaitan dengan komunikasi yang sedang atau yang akan dilakukan dengan orang lain dinamakan dengan Communication Apprehension (CA). CA merupakan perilaku yang biasa dan normal karena setiap individu mengalaminya, namun tidak semua individu dapat mengatasi hal ini sehingga dapat mengganggu komunikasi individu tersebut dengan orang lain. Patterson dan Ritts dalam penelitiannya mengemukakan beberapa parameter yang menunjukkan komunikator mengalami kecemasan sosial dan komunikasi. Menurut mereka kecemasan sosial dan komunikasi memiliki aspek fisik, aspek tingkah laku, serta aspek kognitif. Terkait dengan pemikiran negatif, Patterson dan Rits mengemukakan: ”Negative thinking can lead to anxious self-perception that keeps a person from considering all of the information and cues in the environment”. (Pemikiran negatif menyebabkan seseorang menjadi terlalu khawatir dengan dirinya sendiri sehingga ia harus memperhitungkan segala informasi dan gejala yang muncul dari lingkungan di sekitarnya). Hal ini menyebabkan proses dan pengolahan informasi yang normal terganggu yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungannya. (Morrisan, 2010:9) Joseph A. Devito (Devito, 2001:81-82) menuliskan faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi, antara lain: a. Derajat Evaluasi b. Subordinate status c. Degree of conspicuousness d. Degree of unpredictability e. Degree of dissimilarity f. Prior success and failures g. Lack of communication skills and experience
Universitas Sumatera Utara
I.5.3. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory) Teori pengurangan ketidakpastian atau Uncertainty Reduction Theory (URT) pertama sekali dikembangkan oleh Berger dan Calabrese pada tahun 1975. Tujuan Berger dan Calabrese dalam membangun teori ini adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang-orang yang baru saling mengenal yang terlibat dalam percakapan. Teori pengurangan ketidakpastian membahas proses dasar bagaimana kita memperoleh pengetahuan mengenai orang lain melalui interaksi komunikasi. (Morissan, 2010: 86) Berger dan Calabrese menuliskan tujuh aksioma ketidakpastian, yakni: a.ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal b.pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi c.ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah d.ketidakpastian tinggi, keintiman komunikasi rendah e. ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi f.kesamaan mengurangi ketidakpastian g.ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah (Morrisan, 2010:93)
I.6. Kerangka Konsep Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama ( Bungin, 2001:73) Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta
Universitas Sumatera Utara
perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40). Maka konsep operasional yang akan diteliti adalah: Kecemasan Berkomunikasi dan Ketidakpastian Mahasiswa dalam Komunikasi Antarpribadi dengan Dosen Pembimbing dalam Bimbingan Skripsi I.7. Operasionalisasi Konsep Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka konsep operasional tersebut dijadikan acuan untuk memecahkan masalah. Agar konsep operasional tersebut dapat membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, maka dioperasionalkan sebagai berikut: Konsep Operasional
Operasionalisasi Konsep
Komunikasi Antar Pribadi 1.Komunikasi antarpribadi Mahasiswa Bimbingan dan efektif Dosen Pembimbing Skripsi a. Keterbukaan (Openness)
yang
b. Empati (Empathy) -
Turut merasakan orang lain
perasaan
-
Terlibat aktif melalui ekspresi wajah dan gerak
c. Dukungan (Supportiveness) - Situasi yang terbuka untuk mendukung berlangsungnya komunikasi efektif. d. Rasa positif (Positiveness) -
Penilaian positif komunikator pada komunikan
Universitas Sumatera Utara
-
Sikap positif karena suasana yang menyenangkan
e. Kesamaan (Equality) -
Memperlakukan orang secara horizontal demokrasi
lain dan
-
Mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat.
Faktor Pengaruh dan Eksplorasi 1. Uncertainty Reduction Theory Komunikasi Antarpribadi
a.ketidakpastian tinggi, komunikasi verbal b.pernyataan nonverbal ketidakpastian tinggi
mendorong rendah,
c.ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah d.ketidakpastian tinggi, komunikasi rendah e.ketidakpastian tinggi
tinggi,
keakraban resiprositas
f.kesamaan mengurangi ketidakpastian g.ketidakpastian rendah
tinggi,
kesukaan
2. Communication Apprehension a.Parameter kecemasan berkomunikasi -
Aspek fisik
-
Aspek tingkah laku
-
Aspek kognitif
b.Faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi -
Derajat Evaluasi
-
Subordinate status
-
Degree of conspicuousness
Universitas Sumatera Utara
-
Degree of unpredictability
-
Degree of dissimilarity
-
Prior success and failures
-
Lack of communication skills and experience
I.8 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yamg akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Komunikasi Antar Pribadi Dosen Pembimbing Skripsi dan Mahasiswa Bimbingan a. Keterbukaan (Openness) Keterbukaan dosen pembimbing dalam menerima mahasiswa tersebut sebagai seseorang yang akan dibimbingnya, dan keterbukaan mahasiswa menerima dosen sebagai pembimbingnya. Serta keterbukaan untuk saling memberikan informasi yang membantu penyelesaian tugas akhir.
Universitas Sumatera Utara
b. Empati Sikap menerima atau tidak menerima dalam membentuk konsep diri yang positif dan meningkatkan motivasi mahasiswa. c. Dukungan (Supportiveness) Perhatian dan kepercayaan dosen pembimbing terhadap mahasiswa bimbingannya. d. Rasa positif Perasaan dan pikiran yang positif serta optimis akan kemampuan mahasiswa bimbingannya baik IQ maupun EQ. e. Kesamaan (Equality) Memberi pengertian bahwa dosen pembimbing menerima mahasiswa bimbingannya, dan sebaliknya. 2. Faktor pengaruh dan eksplorasi komunikasi antarpribadi a. Uncertainty Reduction Theory -
ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal Ketidakpastian tinggi pada tahap masukan/ tahap perkenalan, mendorong peningkatan komunikasi verbal antara dosen pembimbing dan mahasiswa.
-
pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap awal interaksi komunikasi antarpribadi dalam bimbingan skripsi, ketika ungkapan nonverbal meningkat maka tingkat ketidakpastian menurun. -
ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah Ketidakpastian yang tinggi pada mahasiswa terhadap dosen pembimbing akan meningkatkan upaya untuk mencari informasi mengenai perilaku dosen pembimbing.
-
ketidakpastian tinggi,keintiman komunikasi rendah Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam hubungan dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa menyebabkan turunnya tingkat keintiman isi komunikasi.
-
ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi Semakin sedikit informasi yang diberikan oleh mahasiswa maka dosen pembimbing akan melakukan hal yang serupa, dan sebaliknya.
-
kesamaan mengurangi ketidakpastian Kesamaan antara dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa akan mengurangi ketidakpastian.
-
ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah Ketidakpastian yang meningkat antara dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa akan mengurangi perasaan tertarik.
Universitas Sumatera Utara
b. Communication Apprehension -
Parameter kecemasan berkomunikasi 1. Aspek fisik Kecemasan berkomunikasi yang terlihat dari fisik individu seperti denyut jantung atau wajah yang memerah karena malu 2. Aspek tingkah laku Kecemasan berkomunikasi yang terlihat dari tingkah laku individu seperti penghindaran dan perlindungan diri. 3. Aspek kognitif Kecemasan berkomunikasi yang dapat dilihat dari kerangka berpikir individu seperti terlalu fokus pada diri sendiri (self-focus) serta timbulnya pemikiran negatif.
-
Faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi 1. Derajat Evaluasi Semakin tinggi mahasiswa merasa dirinya sedang dievaluasi, maka kecemasan akan semakin meningkat. 2. Subordinate status Saat
mahasiswa
merasa
bahwa
dosen pembimbing
memiliki
pengetahuan yang jauh lebih luas dari mahasiswa bahkan mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat mengejarnya, maka kecemasan berkomunikasi akan semakin meningkat. 3. Degree of conspicuousness Semakin
mencolok
seorang
mahasiswa,
maka
kecemasan
berkomunikasi akan semakin tinggi. 4. Degree of unpredictability Semakin banyak situasi tak terduga, maka semakin besar tingkat kecemasan. 5. Degree of dissimilarity Saat mahasiswa merasakan sedikit persamaan, maka akan terjadi kecemasan berkomunikasi. 6. Prior success and failures Keberhasilan atau kegagalan mahasiswa di satu situasi dalam bimbingan skripsi akan berpengaruh terhadap respon mahasiswa pada bimbingan selanjutnya. 7. Lack of communication skills and experience Kurangnya
kemampuan
dan
pengalaman
mahasiswa
akan
menyebabkan kecemasan berkomunikasi, terutama jika mahasiswa tidak berusaha untuk meningkatkan kemampuannya.
Universitas Sumatera Utara