KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI KAWASAN WISATA ALAM LEMBAH CILENGKRANG TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI
YENTI KUMALA SARI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI KAWASAN WISATA ALAM LEMBAH CILENGKRANG TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI
YENTI KUMALA SARI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdata Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
RINGKASAN YENTI KUMALA SARI. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai. Dibimbing oleh LIN NURIAH GINOGA dan BURHANUDDIN MASYUD. Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki nilai penting sebagai penyerbuk, mangsa bagi hewan pemakan serangga dan indikator kualitas lingkungan. Lembah Cilengkrang merupakan salah satu dari kawasan wisata alam Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), memiliki kondisi yang mendukung sebagai habitat kupu-kupu. Komponen habitat yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk hidup meliputi komponen fisik dan biotik habitat. Komponen fisik yang berperan penting yaitu suhu, kelembaban, cahaya matahari dan keberadaan sumber air, sedangkan faktor biotik yaitu ketersedian tumbuhan sebagai sumber pakan dan tempat berlindung (shelter). Penelitian keanekaragaman hayati telah banyak dilakukan di Lembah Cilengkrang, tetapi belum memiliki data keanekaragaman kupu-kupu, sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk menambah data keanekaragaman hayati dan menjadi acuan pengelolaan kawasan wisata alam Lembah Cilengkrang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keanekaragaman kupu-kupu dan menganalisis perbedaan tingkat kekayaan, keragaman, kemerataan dan kesamaan jenis kupukupu pada tipe habitat terestrial dan riparian. Penelitian ini di lakukan pada bulan April hingga Mei 2012. Data yang di ambil diantaranya data keanekaragaman kupu-kupu dan karakteristik habitat meliputi faktor fisik dan biotik habitat. Keanekaragaman kupu-kupu diketahui dengan menggunakan metode transek di sepanjang jalur wisata yang dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur tipe habitat terestrial dan riparian. Pengambilan data kupu-kupu dilakukan pada pagi hari (08.00-12.00) dan sore hari (15.00-17.00) dengan lima kali pengulangan di masing-masing tipe habitat. Keanekaragaman dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman (H’), indeks kekayaan (Dmg), indeks kemerataan (E), dominansi dan indeks kesamaan jenis (Sj). Kupu-kupu yang ditemukan sebanyak 95 jenis dengan jumlah individu sebanyak 2044 individu dari lima famili, yaitu Papilionidae (9 jenis), Pieridae (10 jenis), Nymphalidae (46 jenis), Lycaenidae (14 jenis) dan Hesperidae (16 jenis). Dari total jumlah jenis kupu-kupu yang ditemukan, diantaranya terdapat dua jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah melalui PP No. 7 Tahun 1999 dan termasuk dalam Apendix II CITES, yaitu Troides helena dan Troides cuneifera. Habitat riparian memiliki kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan yang lebih tinggi dari pada habitat terestrial. Perbedaan keanekaragaman kupu-kupu dapat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun biotik habitat seperti keberadaan tumbuhan pakan dan sumber air. Kata kunci : Keanekaragaman, kupu-kupu, Lembah Cilengkrang, TNGC
SUMMARY YENTI KUMALA SARI. Biodiversity of Butterflies in Lembah Cilengkrang Gunung Ciremai National Park. Under supervision of LIN NURIAH GINOGA and BURHANUDDIN MASYUD. Butterfly is a types of insects that have significant value as pollinators, prey for insectivorous and indicators of environmental quality. Lembah Cilengkrang is one of the natural attractions of Gunung Ciremai National Park (GCNP), which has suitable conditions as a butterfly habitat. Habitat components which required by the butterfly to life includes physical components and biotic habitat. The physical components play an important role, namely temperature, humidity, sunlight and the presence of water, while biotic factors are the availability of plants as sources of food and shelter. Biodiversity studies have been carried out in the Lembah Cilengkrang, but the diversiy data of butterflies have not been done yet, so this research needs to be done in order to add the biodiversity data and as the reference for area management of nature tourism in Lembah Cilengkrang. The purpose of this study was to identify the diversity of butterflies and analyze the differences in the level of richness, diversity, evenness and similarity of butterfly on terrestrial and riparian habitat. The research was done in April and May 2012. The collected data including butterfly diversity and habitat characteristics include physical factors and biotic habitat. Diversity of butterflies are known by using transects methods along the tour route which divided into two paths namely terrestrial and riparian habitat path. Buttefly data was collected in the morning (8:00 to 12:00) and afternoon (15:00 to 17:00) with five repetitions of each habitat type. Diversity was calculated using diversity index (H '), richness index (Dmg), evenness index (E), dominance and similarity types index (Sj). Butterflies were found as many as 95 species with a number of individuals as much as 2044 individuals from five families, namely Papilionidae (9 species), Pieridae (10 species), Nymphalidae (46 species), Lycaenidae (14 species) and Hesperidae (16 species). Among the total number of butterfly species founded, there were two types of butterflies which protected by the government through PP. 7 of 1999 and included in Appendix II of CITES, namely Troides helena and Troides cuneifera. Riparian habitat has higher richness, diversity and evenness than terrestrial habitats. Differences of butterfly diversity can be influenced by physical factor and biotic habitats where feed plants and water sources presence. Keywords: Biodiversity, butterflies, Lembah Cilengkrang, GCNP
PERNYATAAN Dengan
ini
saya
menyatakan
bahwa
skripsi
yang
berjudul
“Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Yenti Kumala Sari E34080089
Judul Skripsi Nama NIM
: Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai : Yenti Kumala Sari : E34080089
Menyetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Lin Nuriah Ginoga, M.Si NIP. 19651116 199203 2 001
Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS NIP. 19581121 198603 1 003
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS
NIP. 19580915 198403 1003
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian penulis yang dilakukan sejak bulan Mei hingga April 2012 dengan judul “Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai” di bawah bimbingan Ir. Lin Nuriah Ginoga, M.Si dan Dr. Ir. Burhanuddin Masyud M.S. Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman kupu-kupu di Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai dan menganalisis tingkat kekayaan, keanekaragaman, kemerataan dan kesamaan jenis kupu-kupu di masing-masing habitat di Lembah Cilengkrang. Hasil Penelitian ini di harapkan dapat menjadi data dasar keanekaragaman kupu-kupu dan menjadi landasan untuk pertimbangan pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dan Kawasan Wisata Alam Lembah cilengkrang pada khususnya. Semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Akhir kata, terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doa dalam penyusunan karya ini.
Bogor, Februari 2013
Yenti Kumala Sari E34080089
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Dumai, Provinsi Riau pada tanggal 17 Januari 1992. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan keluarga Bpk Syahridul Amin dan Ibu Erlina. Pendidikan formal penulis dimulai di SD Negeri 013 Pematang Binjai, Kabupaten Rokan Hilir lulus pada tahun 2002. Tahun 2005 Penulis lulus dari SMP Negeri 3 Kota Dumai, kemudian penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir. Pada tahun 2008 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dengan pilihan program mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota dalam Kelompok Pemerhati Goa (KPG) “Hira” dan sebagai partisipan di Kelompok Pemerhati Kupu-Kupu (KPK) “Sarpedon”, serta tergabung dalam UKM Voli IPB. Semasa kuliah penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar Alam Leuweung Sancang dan CA Gunung Kamojang pada tahun 2010. Pada Tahun 2011 Penulis mengikuti Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), kemudian pada tahun 2012 Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Wasur Kabupaten Merauke. Kegiatan lapang yang pernah penulis ikuti yaitu Eksplorasi Flora dan Fauna Indonesia (RAFLESIA) HIMAKOVA pada tahun 2009 di CA Gunung Burangrang dan Studi Konservasi Lingkungan “SURILI” HIMAKOVA pada tahun 2010 di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama penyusunan dan penyelesaian skripsi ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Ibu Ir. Lin Nuriah Ginoga, Msi dan Bapak Dr.Ir. Burhanuddin Masyud, MS selaku pembimbing skripsi penulis. Terima kasih atas kesabaran, bimbingan, ilmu dan waktu yang tercurahkan kepada penulis.
2.
Kedua orang tua penulis yang tercinta Bapak Syahridul Amin dan Ibu Erlina, yang telah memberikan kasih sayang, dorongan, semangat dan doanya kepada penulis.
3.
Keluarga Besar Ibu Nani Rosnaini, terima kasih atas semua kebaikan dan bantuan, dan memberikan kesempatan kepada penulis menjadi bagian dari keluarga selama penulis tinggal di Kuningan.
4.
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai, kepada Pak Taufik dan Teh Nisa terima kasih atas segala bantuannya sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.
5.
KOMPEPAR Lembah Cilengkrang, yang telah memberikan rasa nyaman dan aman selama di lapangan, kepada Pak Mulyadi terima kasih atas segala bantuannya.
6.
Teman-teman dari Fahutan UNIKU, Ian Mardiana, Evi dan Mega, Tidak lupa juga untuk Trisna dan Lulu, terima kasih telah menyempatkan diri untuk membantu penulis selama pengambilan data di lapangan.
7.
Terima kasih untuk Laurio Leonald yang selalu memberikan semangat dan dukungannya selama ini.
8.
Para sahabatku Dyah Puspitaloka dan Rosselina Cindy Kautsar, terima kasih atas semangatnya dan telah menjadi teman yang paling berkesan bagi penulis selama ini.
9.
Teman-teman Kostan putri Pondok Rizki Bara I, terima kasih atas bantuan dan semangatnya. Cucun, Mulyana, Kak Yusi, Mbak ina yang telah sudi berbagi kesusahan di saat penulis membutuhkan.
10. Teman-teman seperjuangan dari Laboratorium Konservasi Eksitu Satwaliar. Rahayu Widiastuti, Debora Fretty Marpaung, Nazmi Khairina Nur, Nararya Gunadarma dan Meidilaga. 11. Keluarga besar HIMAKOVA, Teman-teman se-angkatan 45 “Edelweiss”, terimakasih atas kebersamaan, persahabatan dan doa semuanya. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ..................................................................................................
i
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian ....................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-Kupu ............................................................ 2.2 Manfaat Kupu-Kupu................................................................. 2.3 Upaya Konservasi Kupu-kupu .................................................
3 11 11
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ..................................................................... 3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 3.3 Jenis Data ................................................................................ 3.4 Metode Pengambilan Data ...................................................... 3.5 Analisis Data ...........................................................................
12 13 13 13 16
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kawasan ...................................................................... 4.2 Letak dan Luas ......................................................................... 4.3 Topografi .................................................................................. 4.4 Tanah ....................................................................................... 4.5 Iklim ......................................................................................... 4.6 Hidrologi .................................................................................. 4.7 Fauna ........................................................................................ 4.8 Flora..........................................................................................
20 21 22 22 22 22 22 23
BAB II
BAB 5
BAB 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Habitat ......................................................................... 5.2 Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu .......................................... 5.3 Hubungan Kondisi Habitat dengan Keanekaragaman Kupu-kupu ................................................................................ 5.4 Upaya Konservasi Kupu-kupu .................................................
24 33 39 43
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ............................................................................... 6.2 Saran .........................................................................................
44 44
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
45
LAMPIRAN ...................................................................................................
48
ii
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1
Fase perkembangan kupu-kupu ................................................................
8
2
Metode pengambilan dan keluaran (output) yang dihasilkan ...................
13
3
Data jenis vegetasi yang mendominasi di habitat terestrial ......................
25
4
Data jenis vegetasi yang mendominasi di habitat riparian .......................
26
5
Jumlah jenis dan kerapatan pada masing-masing tingkat vegetasi ...........
27
6
Jumlah jenis tumbuhan pakan larva, kupu dan shelter di masing-masing habitat….………………………………………………
28
Satwa pemangsa, satwa pesaing dan satwa yang diuntungkan dengan keberadaan kupu-kupu pada masing-masing habitat ................................
29
8
Nilai Leaf Area Index (LAI) pada masing-masing habitat .......................
31
9
Kisaran LAI (unitless) pada hutan tropis ..................................................
31
10 Jumlah jenis dan individu kupu-kupu pada kedua tipe habitat .................
35
11 Perbandingan tingkat Kekayaan (Dmg), Keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E) kupu-kupu di masing-masing habitat .............................
37
12 Jenis kupu-kupu diminan dan subdominan di masing-masing habitat. ....
38
7
iii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1
Perbedaan antena kupu-kupu dan ngengat ................................................
3
2
Bagian tubuh kupu-kupu ...........................................................................
6
3
Siklus hidup kupu-kupu ............................................................................
7
4
Peta jalur penelitian ..................................................................................
12
5
Sketsa jalur inventarisasi kupu-kupu dengan metode transek .................
14
6
Sketsa tata letak petak contoh dengan metode garis berpetak ..................
15
7
Peta lokasi penelitian ................................................................................
21
8
Jalur penelitian ..........................................................................................
24
9
Fluktuasi rata-rata suhu dan kelembaban pada range waktu yang berbeda di masing-masing habitat ............................................................
30
10 Kondisi tajuk area terbuka di masing-masing habitat ...............................
32
11 Aktivitas kupu-kupu berjemur di bawah sinar matahari ...........................
32
12 Sumber air pada masing-habitat ..............................................................
33
13 Jenis kupu-kupu yang dilindungi Undang-Undang ..................................
34
14 Troides helena pada tumbuhan kaliandra .................................................
35
15 Food trap dengan umpan pisang busuk ...................................................
36
16 Aktifitas puddling kupu-kupu ...................................................................
41
iv
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1
Hasil analisis vegetasi tingkat pohon pada habitat terestrial ....................
48
2
Hasil analisis vegetasi tingkat tiang pada habitat terestrial ......................
49
3
Hasil analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat terestrial .................
50
4
Hasil analisis vegetasi tingkat semai pada habitat terestrial .....................
52
5
Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada habitat terestrial ........................................................................................
53
6
Hasil analisis vegetasi tingkat pohon pada habitat riparian ......................
55
7
Hasil analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat riparian ...................
56
8
Hasil analisis vegetasi tingkat tiang pada habitat riparian ........................
57
9
Hasil analisis vegetasi tingkat semai pada habitat riparian .......................
58
10 Hasil analisis vegetasi tingkat tumbuhan bawah pada habitat riparian ..........................................................................................
59
11 Daftar jenis tumbuhan di kedua habitat dan fungsi sebagai Pakan dan shelter. .....................................................................................
60
12 Jumlah jenis kupu-kupu di kedua habitat .................................................
63
13 Keanekaragaman kupu-kupu di habitat terestrial .....................................
66
14 Keanekaragaman kupu-kupu di habitat riparian .......................................
68
15 Tumbuhan pakan larva kupu-kupu ............................................................
70
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga dari ordo Lepidoptera
yang memiliki bentuk dan pola warna yang indah dengan sayap yang ditutupi sisik-sisik halus yang bervariasi. Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki nilai penting sebagai penyerbuk (polinator) dan mangsa bagi hewan pemakan serangga (Hammond & Miller 1998). Kupu-kupu juga dapat dijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan, karena mereka sangat sensitif terhadap perubahan suhu, kelembaban dan tingkat cahaya (Boonvanno et al. 2000). Lembah Cilengkrang termasuk salah satu dari kawasan wisata alam Taman Nasional Gunung Ciremai. Selain memiliki daya tarik dari dua air terjun, aliran sungai Cilengkrang dan sumber pemandian air panas alami, Lembah Cilengkrang merupakan kawasan yang memiliki potensi keragaman hayati yang tinggi. Sejumlah spesies endemik serta satwa yang merupakan salah satu indikator kesehatan hutan di Pulau Jawa seperti Spizaetus bartelsi dapat ditemukan di kawasan Lembah Cilengkrang. Komponen habitat yang dibutuhkan oleh kupukupu untuk hidup meliputi komponen fisik dan biotik habitat. Komponen fisik yang berperan penting yaitu suhu, kelembaban, cahaya matahari dan keberadaan sumber air, sedangkan faktor biotik yaitu ketersedian tumbuhan sebagai sumber pakan dan tempat berlindung (shelter). Ekosistem Lembah Cilengkrang memiliki kondisi alam yang mendukung sebagai habitat kupu-kupu, karena terdapatnya aliran sungai, lahan terbuka, serta udara yang sejuk dan bersih. Kupu-kupu juga memiliki nilai estetika yang dapat dijadikan atraksi wisata merupakan potensi yang dapat mendukung daya tarik wisata alam Lembah Cilengkrang. Penelitian keanekaragaman hayati telah banyak dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai seperti burung, mamalia, tumbuhan berguna dan lainnya, tetapi data keanekaragaman kupu-kupu pada kawasan taman nasional ini masih sangat sedikit, penelitian keanekaragaman kupu-kupu yang dilakukan di Lembah Cilengkrang dapat menambah data keanekaragaman hayati yang ada
2
pada kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, serta dapat berguna bagi pengelolaan kawasan wisata alam Lembah Cilengkrang. 1.2
Tujuan Penelitian Penelitian keanekaragaman jenis kupu-kupu di Lembah Cilengkrang
Taman Nasional Gunung Ciremai bertujuan untuk : 1.
Mengidentifikasi keanekaragaman kupu-kupu pada tipe habitat riparian dan terestrial di Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai.
2.
Menganalisis perbedaan tingkat kekayaan, keragaman, kemerataan, dan kesamaan jenis kupu-kupu pada tipe habitat riparian dan terestrial.
1.3
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian keanekaragaman jenis kupu-kupu di Lembah
Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai adalah untuk : 1.
Menambah data keanekaragaman hayati khususnya kupu-kupu di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.
2.
Pertimbangan pengelolaan kawasan wisata alam Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai.
3.
Menambah wawasan mengenai keanekaragaman kupu-kupu yang ada di Indonesia, khususnya di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Bioekologi Kupu-Kupu
2.1.1
Taksonomi Secara taksonomi, klasifikasi kupu-kupu termasuk dalam Kingdom
Animalia, Phylum Arthopoda, Class Insecta, Ordo Lepidoptera, Sub Ordo Rhopalocera. Selain kupu-kupu, ordo Lepidoptera juga termasuk ngengat (Borror et al. 1992). Kupu-kupu dan ngengat merupakan serangga yang memiliki sayap, tubuh beruas-ruas dan kaki tiga pasang (Noerdjito & Aswari 2003). Kupu-kupu berbeda dengan ngengat dalam beberapa hal. Kupu-kupu bersifat diurnal, sedangkan ngengat bersifat nokturnal (Smart 1975; Latimer et al. 2000). Bentuk dan corak warna kupu-kupu menarik, sedangkan ngengat mempunyai warna kusam dan gelap. Tubuh kupu-kupu halus dan ramping, sedangkan ngengat cenderung bulat dan kasar (Latimer et al. 2000). Antena kupukupu ramping dan membulat di ujung, sedangkan ngengat berbentuk rambut, setaseus atau plumose (Borror et al. 1992). Pada saat hinggap, sayap kupu-kupu umumnya menutup, sedangkan ngengat terbuka. Ulat atau larva ngengat mempunyai kaki semu kurang dari lima pasang, sedangkan larva kupu-kupu mempunyai lima pasang kaki semu (Stanek 1992 diacu dalam Noerdjito & Aswari 2003). Perbedaan kupu-kupu dan ngengat berdasarkan bentuk antenanya dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar 1).
A Gambar 1
B
Perbedaan antena kupu-kupu (a) dan ngengat (b) (Triplehorn & Johnson 2005 diacu dalam Efendi 2009).
4
Pembagian kupu-kupu berdasarkan prosiding Symposium of the Royal Entimology Society of London pada tahun 1984 yaitu terbagi menjadi dua super famili yaitu Papilionodea mencakup famili Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Lycaenidae dan Hesperiodea mencakup famili Hesperidae (Rod & Ken 1999). A.
Papilionidae Famili Papilionidae disebut juga sebagai kupu-kupu ekor burung walet
atau swallow tail, karena mempunyai satu atau lebih perpanjangan seperti ekor pada sisi sayap belakang, namun tidak seluruh jenis Papilionidae memiliki ciri seperti itu (Borror et al. 1992). Anggota famili ini berukuran sedang sampai besar, biasanya berwarna menarik seperti merah, kuning, hijau dengan kombinasi hitam dan putih (Peggie & Amir 2006). Kupu-kupu Papilionidae pada beberapa jenis memiliki warna yang berbeda pada jenis kelamin yang berbeda (Borror et al. 1992). Vegetasi yang merupakan pakan ulatnya, antara lain berasal dari famili Aristolochiaceae, Annonaceae dan Lauraceae (Vane et al. 1984). B.
Pieridae Famili Pieridae disebut juga sebagai kupu-kupu ujung oranye, kupu-kupu
putih, dan kupu-kupu belerang (Borror et al. 1992). Kupu-kupu ini berukuran sedang 19-69 mm, berwarna kuning atau putih dengan campuran warna gelap (Garth 1988). Kupu-kupu ini tidak memiliki perpanjangan sayap yang menyerupai ekor. Kupu-kupu betina umumnya berwarna lebih gelap dan dapat dengan mudah dibedakan dari yang jantan (Peggie & Amir 2006). Vegetasi yang merupakan pakan ulatnya, antara lain berasal dari famili Fabaceae, Santalaceae dan Lauraceae (Vane et al. 1984). C.
Nymphalidae Famili Nymphalidae disebut juga dengan kupu-kupu berkaki sikat, kupu-
kupu ini memiliki tungkai depan yang menyusut, tidak ada kuku-kuku dan hanya memakai tungkai tengah dan tungkai belakang untuk berjalan (Borror et al. 1992). Menurut Garth (1988), ciri-ciri dari famili ini memiliki ukuran tubuh kecil hingga besar 28-84 mm. Warna kupu-kupu sangat bervariasi umunya coklat, oranye, kuning dan hitam (Peggie & Amir 2006). Vegetasi yang merupakan pakan ulatnya, antara lain berasal dari famili Arecaceae, Gramineae, Verbenaceae dan Moraceae (Vane et al. 1984).
5
D.
Lycaenidae Famili Lycaenidae disebut juga sebagai kupu-kupu tembaga, kupu-kupu
bergaris rambut (Borror et al. 1992). Kupu-kupu ini memiliki ciri-ciri tubuh ramping, berwarna cerah, sungut-sungut biasanya dilingkari dengan warna putih, dan terdapat sebuah garis sisik-sisik putih yang mengelilingi mata (Borror et al. 1992). Menurut Garth (1988) famili Lycaenidae memiliki ukuran tubuh yang kecil 13-44 mm, antena timbul dari lekukan di sudut atas kedua mata, pada kupu-kupu jantan kaki depan mengecil, sedangkan pada betina memiliki kaki yang lengkap. Anggota famili ini biasanya berwarna biru, ungu, atau oranye dengan bercak metalik, hitam, atau putih. Banyak jenis mempunyai ekor sebagai perpanjangan sayap belakang (Peggie & Amir 2006).Vegetasi yang merupakan pakan ulatnya, antara lain berasal dari famili Fagaceae dan Myrtaceae (Vane et al. 1984). E.
Hesperidae Famili hesperidae dikenal dengan sebutan “skippers” (Rod & Ken 1999).
Famili ini memiliki ciri-ciri terbang dengan cepat dan simpang siur dengan tubuh yang kecil dan gemuk (Borror et al. 1992). Sayap umumnya berwarna cokelat dengan bercak putih atau kuning (Peggie & Amir 2006). Menurut (Garth 1988) jenis kupu-kupu memiliki ukuran tubuh sedang 19-52 mm, ukuran kepala lebar, dengan jarak antena yang berjauhan. Vegetasi yang merupakan pakan ulatnya, antara lain berasal dari famili Myristiceae, Lauraceae dan Combretaceae (Vane et al. 1984). 2.1.2
Morfologi Tubuh kupu-kupu dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu caput, toraks, dan
abdomen (Noerdjito & Aswari 2003). Pada bagian caput terdapat antena, mata, dan alat mulut pengisap (haustellate) dalam bentuk probosis yang berfungsi untuk menghisap nektar, probosis dibentuk dari galea, yaitu maksila yang terbentuk secara longitudinal, panjang, dan melingkar (Borror et al. 1992). Antena dapat digerakkan kesegala arah, lembut seperti benang dan dilengkapi dengan sel-sel saraf yang berfungsi sebagai alat pencium dan peraba (Noerdjito & Aswari 2003).
6
Toraks
kupu-kupu
merupakan
tempat
melekatnya
caput
yang
dihubungkan oleh selaput tipis yang merupakan leher sehingga caput dapat digerakkan (Noerdjito & Aswari 2003). Pada bagian toraks terdapat dua pasang sayap (Smart 1975) dan tiga pasang tungkai (Borror et al. 1992). Bagian sayap kupu-kupu biasanya berbentuk hampir segitiga, dengan sayap belakang yang agak membulat namun beberapa famili kupu-kupu sangat bervariasi. Sayap kupu-kupu ditutupi oleh sisik-sisik halus, yang membuat sayap kupu-kupu berwarna-warni. Sayap merupakan organ yang terpenting bagi pergerakan kupu-kupu
berupa
selaput tipis dan dilengkapi denga vena-vena sehingga memperkuat melekatnya sayap pada toraks (Noerdjito & Aswari 2003). Bentuk dari rangka-rangka sayap dapat dijadikan ciri-ciri dalam mengidentifikasi kupu-kupu (Borror et al. 1992). Abdomen kupu-kupu terdiri dari tiga hingga sepuluh ruas abdomen (Borror et al. 1992). Pada sisi-sisi bagian perut terdapat enam hingga tujuh pasang spirakel. Di dalam abdomen terdapat alat pencernaan, jantung, organ ekskresi dan ruas terakhir mengalami modifikasi menjadi alat kelamin (Noerdjito & Aswari 2003). Berikut merupakan gambar bagian dari tubuh kupu-kupu (Gambar 2).
Gambar 2 Bagian tubuh kupu-kupu. (Sumber: Smart 1975)
7
2.1.2
Siklus hidup kupu-kupu Menurut Noerdjito dan Aswari (2003) siklus hidup kupu-kupu dijalani
dalam empat fase, yaitu fase telur, fase larva, fase kepompong (pupa) dan imago (dewasa). Siklus hidup kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Siklus hidup kupu-kupu. (Sumber: Smart 1975)
Siklus hidup kupu-kupu berawal dari telur hasil perkawinan kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina. Telur dapat ditemukan di bawah permukaan daun inangnnya. Pada fase larva atau ulat merupakan fase yang bisanya memakan daun dari tanaman inangnya. Larva mengalami beberapa kali tahapan moulthing sepanjang hidupnya, yaitu proses pengelupasan dan pergantian kulit yang disebut fase instar. Proses untuk menjadi pupa didahului oleh adanya moulthing pada instar terakhir. Kulit pupa yang baru berganti ini masih basah dan lunak. Lebih kurang satu minggu kulit pupa akan mengeras yang disebut dengan fase pupa dan dalam waktu tertentu lahirlah imago. Sehari setelah menetas, imago sudah dapat melakukan kopulasi. Keterangan mengenai fase perkembangan kupu-kupu lebih jelasnya tersaji dalam Tabel 1.
8
Tabel 1 Fase perkembangan kupu-kupu Fase Perkembangan Perkawinan Masa persiapan telur Telur Larva Kepompong Kupu-kupu (Sumber: Sihombing 1999)
2.1.3
Waktu 6-8 jam 3-5 hari 10-16 hari 14-21 hari 21-28 hari 21-28 hari
Habitat Dalam suatu habitat memungkinkan hidup beberapa jenis kupu-kupu, ada
yang memiliki anggota yang sangat besar dan ada pula yang terdiri dari beberapa individu saja. Semua individu-individu jenis di dalam habitat tersebut membentuk suatu populasi untuk mempertahankan hidupnya. Setiap jenis kupukupu betina dewasa dapat menghasilkan telur dalam jumlah besar selama hidupnya tetapi sebagian kecil saja yang berhasil mencapai dewasa. Kematian (mortalitas) dan kelahiran (natalitas) terjadi dalam setiap tahap dalam siklus hidupnya, hal ini menjaga keseimbangan populasi tersebut. Smart (1975) menyatakan bahwa keteraturan ukuran populasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dependen (saling tergantung) dan faktor independen (tidak saling tergantung). Faktor dependen adalah faktor yang memiliki ketergantungan terhadap individu yang ada dalam habitat, misalnya ketersediaan sumberdaya (pakan dan ruang). Faktor independen ialah faktor yang berpengaruh sama kuat dalam suatu populasi, tanpa memperhatikan jumlah dari satwa yang ada, misalnya iklim. Menurut Sihombing (1999), faktor dependen lebih banyak berperan sehingga dapat disimpulkan bahwa kelimpahan kupu-kupu ditentukan oleh ciri bawaan individu dan faktor-faktor lingkungan. Parameter lingkungan yang mempengaruhi keberadaan kupu-kupu yaitu suhu, kelembaban, cahaya matahari dan ketersediaan air (Indriyani 2010). Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi tersebut dibagi menjadi faktor biotik dan fisik. Faktor biotik meliputi vegetasi dan hewan lain pada suatu habitat dan faktor fisik meliputi suhu, kelembaban, sumber air, dan radiasi matahari.
9
A.
Faktor biotik
A.1
Vegetasi Kehidupan kupu-kupu sangat dipengaruhi dengan keberadaan vegetasi.
Beberapa jenis kupu-kupu dapat ditemukan dalam hutan sekunder dan lahan terbuka. Selama siklus hidupnya kupu-kupu memerlukan lebih dari satu jenis vegetasi, yaitu vegetasi tempat berkembangnya telur dan larva dapat berbeda dengan vegetasi sumber pakan pada saat dewasanya (Indrawan 2007). Kupu-kupu memiliki hubungan timbal balik dengan habitatnya atau vegetasinya. Kupu-kupu bergantung hidupnya pada vegetasi yang tumbuh disekitar lingkungan dalam hal sumber pakan dan pelindung (shelter), sedangkan vegetasi tergantung pada kupukupu dan satwa lainnya dalam hal penyerbukan tanaman (Tampubolon 2001). A.2
Satwa lain Keberhasilan suatu populasi juga bergantung dengan keberadaan satwa
lain dan spesies itu sendiri. Pada tahap larva, kupu-kupu merupakan herbivora yang akan berkompetisi dengan herbivora lain untuk ketersediaan tanaman pakan pada habitat tertentu (Smart 1975). Semua tahapan siklus hidup kupu-kupu rentan terhadap serangan predator seperti serangga lain serta laba-laba atau vertebrata seperti burung, reptil, dan mamalia kecil. Tampubolon (2001) menyebutkan bahwa hubungan kupu-kupu dan satwa lainnya adalah dengan adanya kupu-kupu sebagai penyerbuk tanaman yang berguna bagi satwa lainnya. B.
Faktor fisik
B.1
Suhu dan kelembaban Kupu-kupu merupakan hewan berdarah dingin, suhu tubuh mereka di
pengaruhi oleh suhu lingkungannya. Termoregulasi suhu tubuh kupu-kupu dapat dilakukan dengan merentangkan sayapnya pada sinar matahari (basking) ketika udara dingin (Glassberg 1999). Ketika udara terlalu panas, kupu-kupu akan mencari tempat berlindung dari matahari, terbang mencari daerah yang lembab dan dingin (Scott 1986). Suhu dan kelembaban penting bagi kupu-kupu, menurut Scott (1986) kupu-kupu dapat terbang di udara dengan suhu antara 16-42°C, tetapi mereka dapat menunjukan penyimpangan perilaku jika suhu terlalu ekstrim karena suhu optimum tubuh kupu-kupu yaitu 28-38°C. Perubahan suhu yang ekstrim dapat menyebabkan kematian pada kupu-kupu (Smart 1975). Kelembaban
10
penting bagi kupu-kupu dalam menetaskan telur kupu-kupu yang membutuhkan kelembaban yang sesuai, jika kelembaban terlalu tinggi akan menghambat perkembangan telur (Mikula 1997). B.3
Sumber air Sumber air merupakan hal yang sangat penting bagi kupu-kupu. Kupu-
kupu dewasa aktif mencari air, yang dibutuhkan sama seperti nektar. Pada fase larva kupu-kupu akan menggigit batang tanaman basah ketika membutuhkan air (Mikula 1997). Kupu-kupu tertarik dengan sumber air seperti genangan lumpur, daerah yang basah dan berpasir yang menyediakan garam atau mineral yang di butuhkan oleh kupu-kupu utuk melakukan pelumpuran (puddling) (Knodel et al. 2004). Kupu-kupu menyerap natrium dan protein pada saat puddling yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi kupu-kupu dan merupakan perilaku eksklusif kupu-kupu jantan untuk mentransfer sejumlah besar natrium untuk betina pada saat perkawinan (Boggs & Dau 2004). B.4
Radiasi matahari Kupu-kupu
menggunakan
radiasi
matahari
untuk
berjemur
dan
menghangatkan tubuh mereka sebelum terbang, sayap kupu-kupu dapat bertindak sebagai pengumpul tenaga surya (Bowen 2002). Pada saat berjemur dibawah sinar matahari sayap kupu-kupu akan direntangkan lebar-lebar, sehingga maksimum sayap terkena matahari. Apabila cuaca terlalu panas kupu-kupu akan berteduh, jika tidak ada tempat maka mereka akan menutup sayap mereka sehingga sedikit mungkin terkena sinar matahari. 2.1.4
Pakan Pakan kupu-kupu dewasa berasal dari berbagai substrat yang mengandung
gula dan atau zat-zat mineral seperti nektar bunga, buah-buahan, madu, getah pohon, lumpur, bangkai dan kotoran (Boggs & Dau 2004). Menurut Devries (1988) sumber pakan dari kupu-kupu dapat berasal dari nektar dan buah. Buahbuahan yang disukai biasanya adalah sari dari buah-buahan yang membusuk. Pakan kupu-kupu pada fase larva hanya berasal dari daun tumbuhan berbunga atau pohon, sedangkan pada fase pupa kupu-kupu tidak makan dan minum sejak mulut dan anusnya terbungkus, pupa hanya dapat melakukan respirasi melalui spirakel (Smart 1975).
11
2.2
Manfaat Kupu-Kupu Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang memiliki manfaat
ekologis dan ekonomis. Menurut Sihombing (1999), manfaat dari kupu-kupu antara lain: 1.
Membantu penyerbukan tanaman, misalnya Papilio iswara, Euploea callithoe dan Ornitopthera spp.
2.
Bahan penelitian biologis dan genetik
3.
Rekreasi (dipelihara dalam kandang untuk ditonton)
4.
Manfaat keindahan (hiasan dinding, meja, tatakan gelas, dompet, tirai, dan penindih kertas)
5.
Bahan industri, misalnya ngengat sutera (Bombyx mori)
6.
Sumber protein, misalnya kupu-kupu pisang (Eryonata thrax), larva kupukupu dewasa yang dianggap sebagai hidangan enak di Mexico
7. 2.3
Koleksi Upaya Konservasi Kupu-Kupu Salah satu upaya agar spesies kupu-kupu tidak punah adalah konservasi.
Konservasi adalah usaha pengelolaan sumberdaya alam hayati (SDAH) dan ekosistemnya dengan berasaskan pelestarian dan pemanfaatannya secara serasi dan seimbang sehingga dapat mendukung kesejahteraan masyarakat (Widada 2004). Konservasi dapat dilakukan dengan perlindungan sistem penyangga kehidupan, memelihara keragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari SDA dan ekosistemnya. Perlindungan sistem penyangga dilakukan dengan menetapkan wilayah yang dilindungi. Wilayah yang dilindungi pemanfaatannya harus memenuhi ketetapan yang diatur oleh instansi terkait. Pemeliharaan keragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dilakukan dengan menjaga keanekaragaman jenis yang meliputi unsur-unsur biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi. Secara umum upaya pelestarian setiap jenis kupu-kupu dapat ditempuh melalui cara pembinaan habitat, pembinaan populasi, law enforcement, budidaya dan pemanfaatan yang lestari (Simbolon & Iswari 1990).
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang
Taman Nasional Gunung Ciremai. Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2012. Lokasi yang diamati adalah daerah sepanjang jalur wisata yang dibagi ke dalam dua habitat, yaitu habitat terestrial (dari batas masuk kawasan hingga camping ground) dan riparian (sepanjang aliran sungai menuju Curug Sawer). Peta jalur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. PETA JALUR PENELITIAN KAWASAN WISATA ALAM LEMBAH CILENGKRANG TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI
Gambar 4 Peta jalur penelitian.
13
3.2
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini yaitu jaring kupu-kupu,
trap kupu-kupu, jarum suntik, kertas papilot, kotak spesimen, alat tulis, kompas, Field guide kupu-kupu, jam tangan, kamera, pitameter, termometer dry-wet, hemispherical view, golok dan tali. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70% dan kapur barus. 3.3
Jenis Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : 1.
Data primer, yaitu data yang didapat langsung di lapangan yang meliputi data keanekaragaman jenis kupu-kupu, dan karakteristik habitat (faktor fisik dan biotik)
2.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi literatur dan informasi yang ada di lapangan serta instansi terkait.
3.4
Metode Pengambilan Data Penentuan transek atau jalur pengamatan dilakukan searah dengan jalur
wisata yang dibagi menjadi dua tipe habitat, yaitu jalur tipe habitat riparian dan jalur tipe habitat terestrial. Masing-masing titik pengamatan dicatat titik koordinat geografisnya untuk mengetahui titik lokasi penelitian. Metode pengambilan data beserta keluaran (output) yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Metode pengambilan dan keluaran (output) yang dihasilkan. No 1
Jenis Data Keanekaragaman kupu-kupu - Kekayaan jenis Keanekaragaman jenis Kemerataan Dominansi -
2
3
Metode pengambilandata Line transek
Indeks kekayaan margaleft Indeks Shanon-Wiener Indeks Kemerataan Kriteria dominansi VanHelvoort Koefisien Jaccard
Kesamaan jenis
Faktor biotik habitat Vegetasi Hewan lain
Faktor fisik habitat Suhu Kelembaban Sumber air Radiasi matahari
Keluaran (output)
Garis berpetak Observasi lapang, studi literatur
Indeks Nilai Penting Hubungan kupu-kupu dan hewan lainnya
Termometer Termometer dry-wet Observasi lapang Hemispherical view
Gambaran kondisi fisik di masing-masing tipe habitat habitat.
14
3.4.1
Metode pengambilan data keanekaragaman kupu-kupu Pengambilan data kupu-kupu dilakukan dengan metode transek dengan
jalur transek searah dengan jalur wisata. Panjang jalur transek disesuaikan dengan kondisi lapangan dan lebar jalur transek yaitu 20 meter (Gambar 5). Jumlah plot pengambilan data habitat terestrial yaitu 22 plot dengan panjang transek 660 meter dan habitat riparian 26 plot dengan panjang transek 780 meter.
Gambar 5 Sketsa jalur inventarisasi kupu-kupu dengan metode transek. Penangkapan kupu-kupu dilakukan dengan mengikuti arah dan panjang transek pada jalur pengamatan. Penangkapan kupu-kupu dengan menggunakan jaring dilakukan pada pukul 08.00-12.00 dan 15.00 – 17.00 WIB dengan kondisi cuaca yang cerah. Penangkapan kupu-kupu dengan menggunakan food trap yang diletakkan pada plot-plot yang dipilih secara acak, pengambilan kupu-kupu yang terperangkap dilakukan setiap hari pada waktu pengamatan. Setelah tertangkap, kupu-kupu tersebut lalu diidentifikasi dan ditabulasikan berdasarkan jenis, jumlah yang ditemukan, waktu dan lokasi ditemukan. Seluruh kupu-kupu yang tertangkap hanya 1 atau 2 spesimen pada setiap jenisnya yang diambil untuk diawetkan, dengan menyuntikan alkohol 70% pada bagian thorax sebanyak 3 tetes. Setelah itu spesimen dimasukan ke dalam kertas papilot supaya spesimen tetap utuh dan bisa diidentifikasi dengan menggunakan field guide book.
15
3.4.2
Metode pengambilan data karakteristik habitat
A.
Faktor biotik
A.1
Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui kondisi vegetasi pada
habitat kupu-kupu. Kegiatan ini bermanfaat untuk mengetahui angka nilai penting. Angka ini dapat digunakan sebagai parameter tumbuhan untuk mengetahui tingkat dominasi suatu jenis tumbuhan pada suatu daerah. Metode yang digunakan adalah metode garis berpetak. Data yang dikumpulkan untuk tingkat semai dan pancang hanya jenis dan jumlah individu. Untuk tingkat tiang dan pohon adalah jenis pohon, jumlah individu tiap jenis dan diameter setinggi dada. Bentuk jalur berpetak untuk inventarisasi tumbuhan dapat dilihat pada Gambar 6.
Keterangan : a b c d e
= Pengukuran pada tingkat semai (2 m x 2 m) = Pengukuran pada tingkat pancang (5 m x 5 m) = Pengukuran pada tingkat tiang (10 m x 10 m) = Pengukuran pada tingkat pohon (20 m x 20 m) = Arah Jalur
Gambar 6 Sketsa tata letak petak contoh dengan metode garis berpetak. A.2
Satwa lain Data satwa lain didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan,
searah dengan jalur pengamatan kupu-kupu. Data yang diambil adalah jenis dan lokasi. Jenis satwa dikelompokkan meliputi satwa pemangsa kupu-kupu, satwa pesaing dan satwa yang diuntungkan dengan adanya kupu-kupu.
16
B.
Faktor fisik
B.1
Suhu dan kelembaban Pengambilan data suhu dan kelembaban dilakukan pada lima titik yang
memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing habitat dengan menggunakan termometer dry-wet. Data suhu dan kelembaban diambil pada pagi, siang dan sore hari yaitu pada pukul 08.00-10.00 WIB, 11.00-13.00 WIB, dan 15.00-16.00 WIB. B.2
Sumber air Pengambilan data sumber air dilakukan dengan mengamati keberadaan
sumber air, bentuk (air mengalir atau tergenang) dan kondisi sumber air pada lokasi penelitian. B.3
Radiasi matahari Data radiasi matahari didapatkan dengan menggunakan hemispherical
view, dengan mengetahui kondisi tutupan tajuk dari nilai LAI (Leaf Area Index) pada masing-masing habitat. Pengambilan foto tajuk dilakukan di setiap kondisi yang berbeda pada masing-masing habitat. 3.5 Analisis Data 3.5.1
Kekayaan jenis Kekayaan jenis (Species richness) adalah jumlah jenis dalam suatu luasan
areal tertentu. Indeks yang digunakan adalah Indeks Kekayaan Margalef (Ludwig & Reynolds 1988) dengan persamaan: D mg = Keterangan: D mg S N Ln
= Indeks kekayaan jenis = Jumlah total jenis yang teramati = Jumlah individu yang teramati = Logaritma natural.
(S-1) Ln N
17
3.5.2
Keanekaragaman jenis (H’) Perhitungan indeks keanekaragaman jenis dilakukan dengan menggunakan
Indeks Shannon-Wiener dengan persamaan (Ludwig & Reynolds 1988) : H' = – ∑ (Pi ln Pi) ni N
Pi = Keterangan : H’ Pi ni N
= Indeks Keanekaragaman = Proporsi jenis – i terhadap total individu semua jenis = Jumlah individu ke-i = Jumlah individu seluruh jenis.
3.5.3
Kemerataan (E) Indeks kemerataan (Index of Eveness) berfungsi untuk mengetahui
kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas yang dijumpai. Kemerataan menunjukkan derajat kemerataan kelimpahan individu antar jenis. Apabila setiap individu memiliki jumlah individu yang sama, maka komunitas tersebut mempunyai nilai kemerataan maksimal (Indeks = 1), dan jika nilai kemerataan kecil (mendekati 0), maka dalam komunitas tersebut terdapat jenis dominan, subdominan dan non-dominan karena kelimpahan individu antar jenis dalam komunitas tersebut tidak merata. Persamaannya yaitu (Ludwig & Reynolds 1988): E = H’/ln S Keterangan : E = indeks kemerataan H’ = keanekaragaman jenis kupu-kupu ln = Logaritma natural S = jumlah jenis.
3.5.4
Dominansi Penentuan nilai dominansi berfungsi untuk menentukan atau menetapkan
jenis kupu-kupu yang dominan, sub-dominan atau tidak dominan dalam suatu jalur pengamatan. Rumus yang digunakan adalah rumus dominasi menurut Helvoort (1981) diacu dalam Dewi (2005):
18
Di =
ni N
X 100%
Keterangan : Di ni N
= indeks dominansi suatu jenis kupu-kupu = jumlah individu suatu jenis kupu-kupu = jumlah individu dari seluruh jenis kupu-kupu
Kriteria dominansi Helvoort: Di = 0 – 2 % jenis tidak dominan Di = 2 – 5 % jenis sub-dominan Di = >5 % jenis dominan.
3.5.5
Kesamaan jenis (IS) Koefisien kesamaan jenis (similarity coefficient) digunakan untuk
mengetahui nilai kesamaan jenis antar habitat. Persamaan yang digunakan yaitu koeffisien Jaccard (Krebs 1978): Sj =
A A+B+C
Keterangan : Sj A B C
3.5.6
= indeks kesamaan antara dua komunitas = jumlah jenis yang umum di komunitas A dan B = jumlah jenis yang hanya ditemukan di komunitas A = jumlah jenis yang hanya ditemukan di komunitas B.
Uji t-student Keanekaragaman jenis kupu-kupu antara habitat terestrial dan riparian
dapat dibandingkan dengan menggunakan uji-t. Menurut Hutcheson (1970), tahapan-tahapan yang dilakukan dalam uji t statistik adalah sebagai berikut: Langkah 1. Variasi pendugaan Indeks Shannon ∑ pi (ln pi)² -(∑ pi ln pi)² N Langkah 2. Menduga t hitung var (H')
thitung =
=
+
H1’ – H2’ (Var H1’ + Var H2’) ½
Langkah 3. Menentukan derajat bebas df =
(Var H1’ + Var H2’)² ((Var H1’) ²/N1) + (VarH2’)²/N2))
S–1 2N²
19
Langkah 4. Menyusun hipotesis H0:
tidak ada perbedaan keanekaragaman spesies antara habitat terestrial dan riparian.
H1:
terdapat perbedaan keanekaragaman spesies antara habitat terestrial dan riparian .
Langkah 5. Pengambilan keputusan Jika t hitung < t tabel, maka terima H0 dan jika t hitung > t tabel, maka tolak H0 dan terima H1. 3.5.7
Analisis vegetasi Kelimpahan jenis vegetasi diketahui berdasarkan Indeks Nilai Penting
(INP). INP suatu jenis dalam komunitas tumbuhan memperlihatkan tingkat peranan jenis-jenis tersebut dalam suatu komunitas. INP ditentukan menggunakan tiga parameter kuantitatif yang akan memberikan gambaran komposisi tumbuhan dari habitat yaitu Kerapatan Relatif, Dominasi Relatif, dan Frekunsi Relatif. Rumusan INP adalah sebagai berikut (Indriyanto 2006) : Kerapatan
=
jumlah individu dalam setiap plot luas plot contoh
Kerapatan Relatif
=
jumlah individu suatu jenis jumlah individu semua jenis
Dominasi
=
luas bidang dasar suatu jenis luas plot contoh
Dominasi Relatif
=
dominasi jenis-jenis jumlah dominasi jenis
Frekuensi Jenis
=
jumlah titik yang ada suatu jenis jumlah semua titik
Frekuensi Relatif
=
frekuensi jenis jumlah frekuensi jenis
Indeks Nilai Penting
= KR + FR + DR
x 100%
x 100%
x 100%
x 100%
20
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1
Sejarah Kawasan Pada tahun 1941 Kawasan Gunung Ciremai merupakan kawasan hutan
lindung yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan fungsi utama pengaturan tata air, pencegah erosi, sedimentasi, longsor, banjir dan bencana alam akibat letusan gunung merapi, menjaga kesuburan tanah areal di bawahnya dan kelestarian flora dan fauna di dalam ekosistemnya. Seiring dengan perkembangan periode pengelolaan hutan di Indonesia, pada tanggal 10 Maret 1978, Kawasan Hutan Gunung Ciremai telah ditunjuk menjadi hutan produksi wilayah kerja unit produksi (Unit III) Perum Perhutani dengan SK Menteri Pertanian Nomor 143/Kpts/Um/3/1978. Perubahan status kawasan menjadi hutan produksi menyebabkan terganggunya fungsi utama kawasan Gunung Ciremai karena terdapat pengelolaan tanah secara intensif dan penebangan hutan alam yang diganti dengan pohon pinus sehingga mengurangi habitat tumbuhan dan satwa liar. Pada tanggal 4 Juli 2003 Kawasan Hutan Gunung Ciremai yang dikelola Perum Perhutani berubah status menjadi Hutan Lindung Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. 195/Kpts-II/2003. Kawasan Hutan Lindung Gunung Ciremai kemudian mengalami perubahan fungsi menjadi taman nasional dengan dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kawasan hutan lindung Gunung Ciremai menjadi taman nasional. Pada tanggal 30 Desember 2004 dilakukan penunjukan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Barat II sebagai pengelola Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) hingga terbentuknya organisasi Taman Nasional Gunung Ciremai berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK. 140/IV/Set-3/2004.
21
4.2
Letak dan Luas Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) memiliki ketinggian 3.078
mdpl.
Berdasarkan
letak
geografisnya,
TNGC
berada
pada
koordinat
108o28’0”BT–108021’35”BT dan 6o50’25”LS–6o58’26”LS. Sebelum berubah fungsi menjadi taman nasional, kawasan hutan Gunung Ciremai memiliki luas sekitar 15.859,17 ha. Kawasan ini tersebar pada wilayah administratif Kabupaten Kuningan seluas 8.931,27 ha dan Kabupaten Majelengka seluas 6.927,90 ha. Setelah berubah fungsi, luas areal yang ditunjuk sebagai taman nasional sekitar 15.500 ha. Secara administratif, kawasan TNGC tersebar pada 2 wilayah kabupaten. Sebelah Barat berada pada wilayah Kabupaten Majalengka, dan sebelah Timur berada pada wilayah Kabupaten Kuningan. Pada wilayah Kabupaten Kuningan, TNGC berbatasan dengan 25 desa dari 7 kecamatan. Pada wilayah Kabupaten Majalengka, TNGC berbatasan 20 desa dari 7 kecamatan (BKSDA Jabar II 2006). Lokasi penelitian berada di wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) II Kabupaten Kuningan, termasuk dalam resort Jalaksana (Gambar 7).
Gambar 7 Peta lokasi penelitian.
22
4.3
Topografi Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki kondisi topografi yang
bervariasi, mulai dari landai sampai curam. Menurut BKSDA Jabar II (2006), kemiringan lahan yang termasuk landai (0–8%) hanya 26,52%, dan di atas 8% sebesar 73,48%. 4.4
Tanah Kawasan TNGC memiliki jenis tanah yang beragam. Tanah regosol coklat
kelabu, asosiasi regosol kelabu, regosol coklat kelabu dan latosol menyebar mulai dari puncak Gunung Ciremai sampai bagian lahan yang landai di Kecamatan Jalaksana dan sebagian Kecamatan Mandirancan. Asosiasi andosol coklat dan regosol menyebar pada daerah-daerah tinggi, yaitu di sekeliling puncak Gunung Ciremai. Kelompok latosol coklat, latosol coklat kemerahan menyebar pada dearah-daerah yang lebih rendah, dan cenderung merata di setiap wilayah (BKSDA Jabar II 2006). 4.5
Iklim Tipe iklim di kawasan TNGC tergolong kedalam tipe iklim B dan C.Rata-
rata curah hujan per tahun di kawasan ini berkisar 2.000–4.000 mm/tahun. Temperatur bulanan berkisar 18–22o C. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan Tenggara, kecuali pada bulan April sampai dengan Juli bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan antara 3–6 knot; satu knot setara dengan 1.285 m/jam (BKSDA Jabar II 2006). 4.6
Hidrologi Sistem hidrogeologi kawasan TNGC didominasi oleh sistem akuifer
endapan vulkanik dari Gunung Ciremai. Berdasarkan geomorfologi dan litologi, karakteristik akuifer kawasan TNGC dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu: (a) Akuifer kurang produktif pada lereng puncak Ciremai, (b) Akuifer sangat produktif, pada lereng badan Gunung Ciremai, dan (c) Akuifer produksi sedang - rendah, pada kaki Gunung Ciremai. 4.7
Fauna TNGC merupakan habitat bagi satwa liar seperti mamalia, burung, reptil,
dan lainnya. Penelitian mamalia yang dilakukan oleh Maharadatunkamsi & Maryati (2008), mencatat sebanyak 22 jenis mamalia kecil yang hidup di kawasan
23
TNGC, dan 3 jenis diantaranya endemik jawa yaitu tikus duri (Maxomys bartelsi), tikus pohon (Niviventer lepturus) dan cucurut (Crocidura orientalis). Jenis yang paling banyak adalah kelompok kelelawar pemakan buah dan serangga (11 jenis), dan sisanya adalah tikus (7 jenis), cecurut (3 jenis), dan tupai (1 jenis). Untuk kelompok mamalia besar, menurut Gunawan et al. (2008), terdapat sebanyak 9 jenis, yakni kukang jawa (Nycticebus javanicus), surili (Presbytis aygula), lutung budeng (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), babi hutan (Susscrofa), kijang muncak (Muntiacus muntjac), musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), dan macan tutul (Panthera pardus). Kawasan TNGC memiliki 20 jenis burung, dan 2 jenis diantaranya terancam punah yaitu cica matahari (Crocias albonotatus) dan poksai kuda (Garrulax rufrifons) serta 2 jenis burung berstatus rentan, yaitu ciung mungkal jawa (Cochoa azurea) dan celepuk jawa (Otus angelinae). TNGC memiliki 43 jenis reptil, yang terdiri dari 16 jenis katak, 18 jenis kadal dan bengkarung, dan 9 jenis ular, diantaranya terdapat dua jenis katak endemik Jawa, yakni Huia masonii dan Microhyla achatina (Riyanto 2008). Kawasan TNGC dapat ditemukan 48 jenis keong darat (Heryanto 2008), dan 38 jenis kumbang sungut panjang, Cerambycidae (Noerdjito 2008). 4.8
Flora Kondisi vegetasi di kawasan TNGC sebagian besar terdiri dari vegetasi
hutan alam, dan sebagian kecil terdiri dari vegetasi hutan tanaman. Pada areal bekas hutan produksi, jenis tumbuhan yang dominan adalah pinus (Pinus merkusii). Jenis tumbuhan yang dijumpai diantaranya kitandu (Fragraera blumii), kipulusan (Villubrunes rubescens), kalimorot (Castanopsis javanica), mara (Macaranga denticulata), kikeper (Engelhardia spicata), tangogo (Castanopsis tungurut), pasang (Lithocarpus sundaicus), janitri (Elaeocarpus stipularis), pasang bodas (Lithocarpus spicatus), saninten (Castanopsis argentea), kiara (Ficus sp), ki jalantir (Eurya acuminata), hamberang (Ficus cf. Padana). Selain jenis-jenis
tersebut,
terdapat
juga
tumbuhan
langka
seperti
lampeni
(Ardisiacymosa DC.), kakaduan (Platea latifolia Blume), Villebrunea rubescens, Prunus javanica, dan Symplocos theaefoli (Suwandhi 2001).
24
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Kondisi Habitat Tipe habitat di lokasi penelitian terbagi menjadi dua tipe habitat yaitu
terestrial dan riparian. Kondisi jalur penelitian di kedua tipe habitat dapat dilihat pada Gambar 8.
a
b
Gambar 8 Jalur penelitian (a. Tipe habitat terestrial, b. Tipe habitat riparian). Kedua tipe habitat memiliki karakteristik yang berbeda. Tipe vegetasi pada habitat terestrial berupa hutan tanaman yang di dominasi oleh pinus (Pinus mercusii), kayu afrika (Maesopsis eminii), kopi (Coffea robusta) dan alpukat (Persea americana). Tipe vegetasi pada habitat riparian berupa hutan sekunder. Vegetasi yang mendominasi habitat riparian yaitu kareumbi (Homalanthus populneus), pulus (Laportea stimulans), beringin (Ficus sp) dan kaliandra (Calliandra sp). Sepanjang jalur riparian terdapat aliran Sungai Cilengkrang, selain itu terdapat sumber pemandian air panas alami dan dua buah air terjun yaitu Curuk Sabuk dan Curug Sawer. Habitat merupakan satu kesatuan kawasan yang dapat menjamin segala kebutuhan hidup baik makanan, air, udara bersih, garam mineral, tempat berlindung dan berkembang biak. Menurut Smart (1975), kemampuan suatu habitat yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan hidup dari kupu-kupu mengakibatkan dalam suatu habitat tertentu memungkinkan hidup beberapa jenis kupu-kupu, ada yang memiliki anggota yang sangat besar dan ada pula yang terdiri dari beberapa individu saja.
25
5.1.1
Faktor biotik habitat
A.
Vegetasi Berdasarkan hasil analisis vegetasi, diketahui jenis-jenis yang dominan di
masing-masing habitat Jenis vegetasi yang mendominasi di habitat terrestrial dan fungsi bagi kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 3, dan jenis-jenis vegetasi dominan dan fungsi bagi kupu-kupu pada habitat riparian dapat dilihat di Tabel 4. Tabel 3 Data jenis vegetasi yang mendominasi di habitat terestrial No 1
2
3
4
5
Tingkat vegetasi Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Nama lokal
Nama ilmiah
Famili
INP (%)
Fungsi
Kayu afrika
Maesopsis eminii
Rhamnaceae
95,57
PS
Ki padesa
Brucea amarissima
Simaroubaceae
16,78
S
Ki seueur
Antidesma tetrandum
Euphorbiaceae
14,30
PS
Ki huut
Antidesma montanum
Euphorbiaceae
12,43
PS
Ki teja
Cinnamomum inners
Lauraceae
10,56
PS
Kopi
Coffea robusta
Rubiaceae
48,46
PS
Mara
Macaranga tanarius
Euphorbiaceae
17,24
S
Ki honje
Pittosporum ferrugineum
Pittosporaceae
8,80
S
Alpukat
Persea americana
Lauraceae
7,97
PS
Huru
Litsea sp
Lauraceae
7,97
PS
Alpukat
Persea americana
Lauraceae
47,62
PS
Nangsi
Villebruna rubescens
Urticaceae
35,67
PS
Huru
Litsea sp
Lauraceae
20,39
PS
Bintinu
Melochia umbellata
Sterculiaceae
19,48
S
Gintung
Bischovia javanica
Euphorbiaceae
17,83
PS
Pinus
Pinus mercusii
Pinaceae
125,6
S
Kayu afrika
Maesopsis eminii
Rhamnaceae
46,57
PS
Alpukat
Persea americana
Lauraceae
28,05
PS
Kemiri
Aleurites moluccana
Euphorbiaceae
21,85
PS
Sanggabuana
*
-
12,74
S
Rambatan
Mikania micrantha
Asteraceae
24,90
PS
Balakacida
*
-
13,99
S
Jampang kuda
Cyrtococcum oxyphyllum
Poaceae
13,82
PS
Jampang piit
Panicum colonum
Poaceae
13,46
PS
Asteraceae
13,14
PS
Badotan Ageratum conyzoides Keterangan : P (Pakan), S (Shelter), PS (Pakan dan Shelter). *Nama ilmiah tidak diketahui
26
Tabel 4 Data jenis vegetasi yang mendominasi di habitat riparian No 1
2
3
4
5
Tingkat vegetasi Semai
Pancang
Tiang
Pohon
Tumbuhan bawah
Nama lokal
INP
Nama ilmiah
Famili
Kareumbi
Homalanthus populneus
Euphorbiaceae
40,99
PS
Bingbin
Pinanga coronateae
Arecaceae
30,64
PS
Huru leutak
Litsea sp.
Lauraceae
27,94
PS
Pulus
Laportea stimulans
Urticacea
26,10
PS
Ki rawai
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
15,18
PS
Pulus
Laportea stimulans
Urticacea
57,50
PS
Nangsi
Villebruna rubescens
Urticaceae
25,83
PS
Ki rawai
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
21,67
PS
Gompong
Scefflera aromatica
Araliaceae
19,17
S
Huru leutak
Litsea sp
Lauraceae
10,83
PS
Pulus
Laportea stimulans
Urticacea
78,48
PS
Kondang
Ficus variegeta
Moraceae
66,91
PS
Binuang
Octomeles sumatrana
Datiscaceae
39,69
S
Walen
Ficus ribes.
Moraceae
25,70
PS
Beunying
Ficus fistulosa
Moraceae
23,48
PS
Kondang
Ficus variegeta
Moraceae
63,14
PS
Pulai
Alstonia scholaris
Apocynaceae
34,93
PS
Dadap
Erythrina lithosperma
Fabaceae
30,00
PS
Binuang
Octomeles sumatrana
Datiscaceae
26,69
S
Pulus
Laportea stimulans
Urticacea
24,39
PS
Kaliandra putih
Calliandra tetragona
Fabaceae
26,39
PS
Kaliandra merah
Calliandra calothyrsus
Fabaceae
23,88
PS
Balakacida
*
-
21,13
S
Rambatan
Mikania micrantha
Asteraceae
19,10
PS
Badotan
Ageratum conyzoides
Asteraceae
18,41
PS
Keterangan : P (Pakan), S (Shelter), PS (Pakan dan Shelter). * Nama ilmiah tidak diketahui
(%)
Fungsi
27
Tumbuhan yang paling mendominasi di habitat terrestrial pada tingkat semai yaitu kayu afrika (Maesopsis eminii) dengan INP 95,57 %, pada tingkat pancang yaitu kopi (Coffea robusta) dengan INP 48,46 %, pada tingkat tiang yaitu alpukat (Persea americana) dengan INP 47,62 %, pada tingkat pohon yaitu pinus (Pinus mercusii) dengan INP 125,61% dan tumbuhan bawah yang paling mendominasi yaitu rambatan (Mikania micrantha) dengan INP 24,90%. Di habitat riparian tumbuhan yang paling mendominasi pada tingkat semai yaitu kareumbi (Homalantus populneus) dengan INP 40,99%, pada tingkat pancang yaitu pulus (Laportea stimulans) dengan INP 57,50%, pada tingkat tiang yaitu pulus (Laportea stimulans) dengan INP 78,48%, pada tingkat pohon yaitu kondang (Ficus variegeta) dengan INP 63,14% dan yang paling mendominasi di tumbuhan bawah yaitu kaliandra putih (Calliandra tetragona) 26,39%. Hasil analisis vegetasi mendapatkan 104 jenis tumbuhan dari 46 famili yang tersebar pada bebagai stadium pertumbuhan. Habitat terestrial memiliki jumlah jenis vegetasi lebih banyak daripada habitat riparian yaitu 82 jenis dari 36 famili, sedangkan pada habitat riparian terdapat 51 jenis dari 23 famili. Jumlah jenis dan kerapatan pada masing-masing tingkat vegetasi dapat dilihat di Tabel 5 dan hasil analisis vegetasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1-10. Tabel 5 Jumlah jenis dan kerapatan pada masing-masing tingkat vegetasi Tipe habitat
Tingkat vegetasi
Jumlah jenis
Terestrial
Pohon Tiang Pancang Semai Tumbuhan bawah
15 22 29 14 34
Kerapatan (ind/ha) 175 420 3320 26750 293000
Riparian
Pohon Tiang Pancang Semai Tumbuhan bawah
18 11 11 11 20
97,5 260 960 11750 109750
Tumbuhan dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk mendukung kehidupannya baik sebagai sumber pakan maupun sebagai tempat berlindung (shelter). Tumbuhan pakan kupu-kupu dibagi dalam dua bagian yaitu pakan larva dan pakan kupu-kupu dewasa. Tumbuhan pakan larva juga bisa disebut sebagai tumbuhan inang yaitu tumbuhan yang digunakan oleh kupu-kupu untuk bertelur hingga telur
28
menetas menjadi larva. Pakan kupu-kupu dewasa yaitu berasal dari nektar tumbuhan berbunga. Tumbuhan juga sangat berguna bagi kupu-kupu sebagai tempat berlindung (shelter) dari hujan, panas, serangan predator dan tempat kupukupu hinggap beristirahat. Berdasarkan pengamatan di masing-masing jalur pengamatan, jumlah total jenis tumbuhan pakan dan shelter dapat dilihat pada Tabel 6. Total jenis tumbuhan pakan yang ditemukan di kedua habitat yaitu 78 jenis diantaranya merupakan 68 jenis tanaman pakan larva (Lampiran 15). Habitat terestrial memiliki jumlah tumbuhan pakan larva, pakan kupu dan shelter yang lebih banyak dari pada habitat riparian. Tabel 6 Jumlah jenis tumbuhan pakan larva, kupu dan shelter di masing-masing habitat Habitat Terestrial Riparian Total
B.
Tumbuhan pakan larva 52 32 68
Tumbuhan pakan kupu 11 10 14
Tumbuhan shelter 67 37 86
Satwa lain Kupu-kupu di dalam ekosistemnya akan membentuk interaksi dengan
satwa lainnya. Interaksi yang terbentuk oleh jenis-jenis tersebut dapat berupa persaingan, pemangsaan dan komensalisme. Menurut Smart (1975) semua tahapan siklus hidup kupu-kupu rentan terhadap serangan predator seperti labalaba, serangga lainnya atau vertebrata seperti burung, reptil dan mamalia kecil. Satwa predator atau pemangsa kupu-kupu yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu burung pemakan serangga seperti burung srigunting kelabu dan jinjing batu, capung, kadal dan laba-laba. Satwa pesaing kupu-kupu yaitu burung madu, dan lebah. Persaingan yang terjadi yaitu persaingan terhadap pakan yang bersumber dari nektar tumbuhan bunga. Satwa yang diuntungkan terhadap keberadaan kupu-kupu yaitu burung pemakan buah seperti burung gelatik batu dan tekukur biasa, musang, monyet ekor panjang, lutung, surili. Keuntungan satwa tersebut dari kupu-kupu yaitu fungsi kupu-kupu sebagai polinator yang membantu penyerbukan tumbuhan untuk menghasilkan buah yang menjadi pakan satwa lainnya. Jenis-jenis satwa yang ditemukan dan hubungannya dengan kupukupu dapat dilihat pada Tabel 7.
29
Tabel 7 Satwa pemangsa, satwa pesaing dan satwa yang diuntungkan dengan keberadaan kupu-kupu pada masing-masing habitat Kelas Mammalia
Jenis satwa
Nama ilmiah
Habitat A
B
Satwa
Satwa
Satwa
pemangsa
pesaing
diuntungkan
Monyet ekor panjang
Macaca fascicularis
√
√
√
Lutung
Trachypitechus auratus
√
√
√
Surili
Presbtytis comata
√
√
√ √
Paradoxurus Musang luwak
hermaproditus
√
√
Reptilia
Kadal kebun
Mabuya multifasciata
√
√
√
Aves
Cabai jawa
Dicaeum trochileum
√
√
√
Kacamata biasa
Zosterops palpebrosus
√
√
Dicrurus leucophaeus
√
√
√
hitam
Dicrucus macrocercus
√
√
√
Tekukur biasa
Streptopelia chinensis
√
Gelatik batu
Parus major
√
Jinjing batu
Hemipus hirundinaceus
Cinenen pisang
Orthotomus atrogularis
√
√
cokelat
Prinia polycrhoa
√
√
Bondol jawa
Lonchura leucogastroides
√
Poksai kuda
Garrulax rufifrons
√
√
Meninting kecil
Enicurus velatus
√
√
√
Srigunting kelabu Srigunting √ √
√
√
√
√
Perenjak √
√ √
Madu sepah
Insecta
Arachnida
raja
Aethopyga siparaja
√
√
Madu sriganti
Nectarinia jugularis
√
√
Cucak kutilang
Pycnonotus aurigaster
Capung
Orthetrum Sabina
Lebah madu
Laba-laba
√
√
√
√
√
Apis cerana
√
√
Argiope aemula
√
√
√
√ √
30
5.1.2
Faktor fisik habitat
A.
Suhu dan kelembaban udara Berdasarkan pengukuran faktor fisik habitat dilapangan, didapatkan suhu
dan kelembaban udara pada masing-masing habitat. Suhu udara rata-rata habitat terestrial yaitu 26,3° C dengan kelembaban relatif 77% dan suhu udara rata-rata habitat riparian 25,6° C dengan kelembaban relatif 80%. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara pada range waktu yang berbeda di masing-masing habitat dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 9 Fluktuasi rata-rata suhu dan kelembaban udara pada range waktu yang berbeda di masing-masing habitat. Fluktuasi suhu udara pada range waktu yang berbeda-beda akan mempengaruhi aktivitas kupu-kupu. Siang hari saat cuaca panas pada pukul 11.00-13.00 WIB kupu-kupu banyak terlihat melakukan aktivitas berjemur (basking). Kupu-kupu merupakan hewan berdarah dingin dan harus menaikkan panas tubuh mereka dari sumber eksternal dengan cara berjemur di bawah matahari (Mikula 1997). Menurut Scott (1986) kupu-kupu dapat terbang di udara dengan suhu antara 16-42° C, tetapi mereka dapat menunjukan penyimpangan perilaku jika suhu terlalu ekstrim karena suhu optimum tubuh kupu-kupu yaitu 2838° C. Menurut Sari (2008), faktor lingkungan yang memiliki kelimpahan jenis dan individu kupu-kupu tertinggi ditemukan pada kisaran suhu 18-35° C dan kelembaban 72-91%.
31
B.
Radiasi matahari dan keberadaan ruang terbuka Radiasi matahari merupakan faktor fisik yang sangat penting dalam
mendukung kehidupan kupu-kupu. Kupu-kupu menggunakan radiasi matahari untuk berjemur dan menghangatkan tubuh mereka. Radiasi matahari pada masingmasing habitat dapat dilihat dari kondisi tutupan tajuk yang diperoleh dari nilai Leaf Area Index (LAI) pada masing-masing habitat. Semakin besar nilai LAI menggambarkan tutupan tajuk yang semakin rapat dan intensitas radiasi matahari yang menembus tajuk semakin sedikit (Tabel 8). Tabel 8 Nilai Leaf Area Index (LAI) pada masing-masing habitat No 1 2
Habitat Terestrial Riparian
Jumlah plot 5 5
Selang LAI 0,721 – 1,583 0,766 – 2,482
Habitat terestrial memiliki selang nilai LAI 0,721 – 1,583 dan habitat riparian 0,766 – 2,482. Habitat terestrial memiliki nilai selang LAI yang lebih kecil daripada habitat riparian yang menunjukan bahwa di habitat riparian terdapat kondisi vegetasi yang bertajuk lebih rapat daripada habitat terestrial. Habitat terestrial memiliki tipe vegetasi hutan tanaman, sedangkan habitat riparian memiliki tipe vegetasi berupa hutan sekunder. Turner et al. (1999) dalam studi yang dilakukan pada berbagai tipe vegetasi hutan tropis dan areal tanaman (kebun) memperoleh kisaran nilai LAI seperti Tabel 9. Tabel 9 Kisaran LAI pada hutan tropis Tipe vegetasi Hutan bervegetasi rendah terbakar Hutan bervegetasi rendah Hutan alami primer Hutan conifer Kebun Hutan konifer (muda) Hutan konifer (tua) Sumber : Turner et al (1999) diacu dalam Djumhaer (2003)
Kisaran LAI 2,5 – 6,3 2,5 – 3,2 4,4 – 8,4 1,4 – 3,9 1,0 – 3,3 5,3 – 9,6 7,9 – 13,0
Habitat terestrial dan riparian masing-masing memiliki ruang terbuka yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk melakukan aktivitasnya seperti basking. Kondisi tutupan tajuk yang terbuka pada masing-masing habitat dapat dilihat pada Gambar 10 dan aktivitas kupu-kupu yang sedang berjemur di bawah sinar matahari (basking) dapat dilihat pada Gambar 11. Di sekitar ruang terbuka ini sering terlihat aktivitas kupu-kupu yang sedang berjemur dan merupakan plot
32
pengamatan dengan intensitas bertemu kupu-kupu yang besar, karena kupu-kupu menyukai tempat yang terbuka.
a
b
Gambar 10 Kondisi tajuk area terbuka di masing-masing habitat (a. habitat terestrial, b. habitat riparian).
a
b
c
d
Gambar 11 Aktivitas kupu-kupu yang sedang berjemur di bawah sinar matahari (basking) (a. Ypthima pandocus, b. Tanaecia palguna, c. Helioporus epicles, d. Acraea issoria).
33
C.
Sumber air Sumber air sangat berperan penting dalam mendukung kehidupan kupu-
kupu. Kedua habitat memiliki perbedaan yang sangat jauh terhadap keberadaan sumber air. Sumber air di habitat terestrial jarang ditemukan, hanya terdapat satu buah sumber air dari kolam pos penjagaan tiket masuk kawasan wisata yang berukuran + 2,5m x 2m dengan kondisi air yang mengalir (Gambar 12a). Kondisi fisik habitat di riparian menunjukan perbedaan dengan habitat terrestrial, yakni khas dengan keberadaan sumber air di sepanjang jalur wisata yaitu sungai Cilengkrang (Gambar 12b), juga terdapat dua buah air terjun yaitu Curug Sabuk dan Curug Sawer, serta terdapat pula sumber air panas alami yang disalurkan menggunakan selang ke kolam pemandian air panas.
a Gambar 12 5.2
b
Sumber air pada masing-habitat (a. habitat terestrial, b. Habitat riparian).
Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Jumlah total jenis kupu-kupu yang ditemukan di Kawasan Wisata Alam
Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai adalah sebanyak 95 jenis dengan jumlah individu sebanyak 2044 individu dari lima famili, yaitu Papilionidae (9 jenis), Pieridae (10 jenis), Nymphalidae (46 jenis), Lycaenidae (14 jenis) dan Hesperidae (16 jenis). Jumlah jenis dan individu yang ditemukan di lokasi penelitian lebih banyak dibandingkan penelitian keanekaragaman kupukupu di Taman Nasional Tanjung Puting oleh Indriani (2010) yang melaporkan terdapat 76 jenis kupu-kupu dari lima famili dan famili yang paling dominan
34
yaitu famili Nymphalidae. Efendi (2009) melaporkan keanekaragaman kupu-kupu di Taman Nasional Gunung Halimun Salak terdapat 61 jenis dengan 7032 individu dari lima famili dan famili yang paling dominan yaitu famili Nymphalidae. Keanekaragaman kupu-kupu lebih tinggi pada penelitian Sumah (2012) di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yaitu terdapat 144 jenis dari 6.802 individu kupu-kupu yang tergolong dalam empat famili dan Nymphalidae juga merupakan famili dengan jumlah jenis terbanyak. Famili Nymphalidae merupakan famili dengan jumlah jenis dan individu paling banyak. Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu yang mempunyai anggota paling besar dan penyebaran luas dibandingkan dengan lainnya (Smart 1975). Dari total jumlah 95 jenis kupu-kupu yang ditemukan, diantaranya terdapat dua jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah melalui PP No. 7 Tahun 1999 dan termasuk dalam Apendix II CITES, yaitu Troides helena dan Troides cuneifera (Gambar 13). Troides Helena dan Troides cuneifera biasanya dijumpai pada siang hari saat cuaca panas. Jenis kupu-kupu raja ini biasanya terbang tinggi di sekitar area terbuka pada habitat riparian, dan mengitari tumbuhan kaliandra yang sedang berbunga (Gambar 14) dan beberapa kali ditemukan sedang melakukan perkawinan (mating).
Gambar 13
a b Jenis kupu-kupu yang dilindungi Undang-Undang (a. Troides cuneifera, b. Troides helena).
35
Gambar 14 Troides helena pada tumbuhan kaliandra. Jumlah jenis kupu-kupu yang ditemukan di habitat riparian lebih banyak dari pada jumlah jenis di habitat terestrial. Total kupu-kupu yang ditemukan di habitat terestrial yaitu 71 jenis kupu-kupu dengan total individu sebanyak 1137 individu, sedangkan di habitat riparian ditemukan sebanyak 77 jenis kupu-kupu dengan total individu sebanyak 907 individu (Lampiran 12). Jumlah jenis kupukupu lebih banyak ditemukan di habitat riparian sedangkan jumlah individu lebih banyak di habitat terrestrial, hal ini disebabkan oleh jumlah jenis dan individu dari famili Nymphalidae di terestrial lebih banyak daripada di riparian, sedangkan di riparian lebih banyak terdapat jenis dari famili Lycaenidae dan Hesperidae dengan jumlah individu yang lebih sedikit. Jumlah jenis dan individu pada kedua tipe habitat dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Jumlah jenis dan individu kupu-kupu pada kedua tipe habitat Famili
Jumlah jenis Terestrial Riparian
Jumlah individu
Papilionodae
8
8
Terestrial 101
Pieridae
7
9
238
58
Nymphalidae
38
34
662
297
Lycaenidae
11
13
119
367
Hesperidae
7
13
17
29
Total
71
77
1137
907
Riparian 156
36
Penangkapan kupu-kupu dilakukan menggunakan jaring kupu-kupu dan food trap. Food trap digunakan untuk mengantisipasi kupu-kupu yang susah ditangkap dan tidak terjangkau jika melakukan penangkapan dengan jaring. Adapun umpan pakan yang di gunakan yaitu pisang busuk, madu dan urin. Trap diletakkan di berbagai kondisi lingkungan, seperti pinggiran sungai, tempat terbuka, dan semak yang mewakili kondisi habitat pada setiap jalurnya. Jenis kupu-kupu yang ditemukan menggunakan perangkap dengan umpan pisang busuk yaitu Melanitis leda (11 individu), Mycalesis horsfieldi (34 individu), Mycalesis janardana (12 individu), Tanaecia trigerta (1 individu) dan Stibochiona coresia (17 individu). Jenis kupu-kupu yang ditemukan menggunakan perangkap dengan umpan madu yaitu Mycalesis horsfieldi (7 individu) dan Melanitis leda (4 individu) dan jenis kupu-kupu yang ditemukan menggunakan trap dengan umpan urin hanya satu jenis kupu-kupu yaitu Udara akasa, jenis ini merupakan jenis yang aktif mencari sumber mineral di pasir dan bebatuan basah di pinggir sungai, menurut Pyle dan Hughes (1992) kupu-kupu dari
famili
Lycaenidae memang menyukai genangan air dan lumpur. Umpan pisang busuk merupakan umpan yang paling banyak di datangi oleh kupu-kupu, dan semua jenis yang mengunjungi umpan pisang busuk berasal dari famili Nymphalidae (Gambar 15), hal ini sesuai dengan pernyataan Pyle dan Hughes (1992) bahwa kupu-kupu dari famili Nymphalidae menyukai buah-buahan busuk dan getah tumbuhan.
Gambar 15 Food trap dengan umpan pisang busuk.
37
5.2.1
Tingkat kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan kupu-kupu Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui tingkat kekayaan,
keanekaragaman dan kemerataan kupu-kupu di masing-masing habitat seperti pada Tabel 11. Tabel 11 Perbandingan tingkat Kekayaan (Dmg), Keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E) kupu-kupu di masing-masing habitat Habitat Terestrial Riparian
Jumlah jenis 71 76
Jumlah individu 1137 907
Dmg
H’
E
9,95 11,16
3,04 3,43
0,71 0,79
Perbedaan keanekaragaman kupu-kupu dapat dilihat dari nilai analisis data kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan. Habitat riparian memiliki kekayaan dan keanekaragaman jenis yang lebih tinggi daripada habitat terestrial, hal ini diperkuat dengan di lakukannya uji t-student yang membandingkan parameter keanekaragaman
jenis
Shannon
(H’)
pada
masing-masing
habitat
dan
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara keanekaragaman di habitat terestrial dan riparian. Berdasarkan nilai indeks yang mendekati kemerataan maksimal (E mendekati 1), maka kelimpahan individu jenis kupukupu di habitat terestrial dan riparian merata. Menurut Efendi (2009), semakin besar nilai kemerataan jenis kupu-kupu, maka penyebaran jenis kupu-kupu merata dan tidak ditemukan dominasi oleh jenis kupu-kupu tertentu. Semakin kecil nilai kemerataan jenis, maka penyebaran jenis tidak merata dan terjadi dominasi oleh jenis kupu-kupu tertentu. Keanekaragaman kupu-kupu pada kedua habitat secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. 5.2.2
Dominansi Dominansi berfungsi untuk menentukan jenis kupu-kupu yang dominan,
sub-dominan dan non-dominan. Walaupun kelimpahan individu jenis kupu-kupu di habitat terestrial dan riparian merata, tetapi dominansi jenis kupu-kupu yang non dominan pada setiap tipe habitatnnya terdapat lebih besar dari 50%. Dominansi dapat dilihat dari jumlah individu jenis, semakin tinggi jumlah individu jenis maka jenis tersebut akan semakin dominan. Habitat terestrial terdapat 4,23% jenis kupu-kupu dominan, 8,45% sub-dominan dan 87,32% jenis non-dominan dan di habitat riparian terdapat 7,89% jenis kupu-kupu dominan,
38
9,21% jenis sub-dominan dan 82,89% jenis non-dominan. Jenis kupu-kupu dominan dan sub-dominan di masing-masing habitat dapat dilihat pada tabel 12 dan dominansi kupu-kupu secara lengkap tersaji pada Lampiran 13 dan 14. Tabel 12 Jenis kupu-kupu dominan dan sub-dominan di masing-masing habitat Tipe habitat
Kategori dominansi Jenis kupu-kupu dominan Jenis kupu-kupu sub-dominan
Terestrial
Jamides celeno (4,66%)
Ypthima pandocus (24,10%)
Euploea eunice (3,52%)
Delias belisama (15,48%)
Graphium sarpedon (3,17%)
Mycalesis horsfieldi (9,27%)
Mycalesis janardana (2,73) Euploea mulciber (2,46%) Junonia iphita (2,37%) Riparian
Papilio memnon (4,85%)
Ypthima pandocus (10,80%)
Papilio helenus (4,63%)
Jamides celeno (10,36%)
Pithecops corvus (4,41%)
Udara akasa (7,50%)
Delias belisama (3,64%)
Junonia iphita (6,17%)
Graphium sarpedon (2,76%)
Prosotas nora (5,62%)
Acytolepys puspa (2,32%)
Ionolice helicon (5,18%)
Euploea mulciber (2,21%)
5.2.3
Kesamaan jenis Berdasarkan hasil perhitungan, indeks kesamaan jenis antar dua komunitas
habitat terestrial dan habitat riparian yaitu 0,56. Nilai ini menunjukan bahwa terdapat 56% jenis kupu-kupu yang sama pada habitat riparian dan terestrial dari total jumlah jenis pada kedua habitat (53 jenis yang sama pada kedua habitat dari total 95 jenis). Jumlah jenis yang hanya ditemukan di habitat terestrial yaitu 18 jenis , dan jumlah jenis yang hanya ditemukan di habitat riparian yaitu 23 jenis. Jenis Papilio paris dari famili Papilionidae yang hanya ditemukan di habitat riparian sering terlihat hinggap di tepian sungai pada bebebatuan basah, begitu juga jenis Cyrestis luthea, Polyura atthamas dan Libythea myrrha dari famili Nymphalidae juga sering ditemukan pada bebatuan dan pasir di tepian sungai dan sekitar kolam pemandian air panas yang merupakan areal terbuka. Jenis Euploea eunice yang hanya ditemukan di habitat terestrial banyak ditemukan beraktivitas di pohon alpukat yang sedang berbunga bersama dengan genus Euploea lainnya.
39
Genus Euploea lebih banyak ditemukan di habitat terestrial, sedangkan di habitat riparian hanya ditemukan beberapa individu saja. Sari (2008) juga mengungkapkan hal yang sama dalam penelitiannya bahwa Papilio paris hanya di temukan di sekitar telaga dan Euploea eunice hanya di temukan di tepian hutan. 5.3
Hubungan Kondisi Habitat dengan Keanekaragaman Kupu-Kupu Habitat terestrial dan riparian memiliki karakteristik yang berbeda, hal ini
mempengaruhi adanya perbedaan keberadaan jenis kupu-kupu antara kedua habitat, karena kemampuan masing-masing habitat untuk memenuhi kebutuhan hidup kupu-kupu berbeda-beda. Berdasarkan nilai indeks kekayaan dan keanekaragaman, habitat riparian memiliki kekayaan dan keanekaragaman jenis yang lebih tinggi daripada habitat terestrial. Habitat riparian memiliki jalur yang lebih panjang daripada habitat terestrial, tetapi keanekaragaman jenis kupu-kupu tidak dipengaruhi oleh panjang jalur melainkan dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor biotik habitat yang memiliki kondisi yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan hidup kupu-kupu. Faktor fisik habitat seperti suhu, kelembaban dan cahaya matahari tidak menunjukan kondisi yang jauh berbeda antara kedua habitat. Habitat terestrial memiliki suhu 26,28°C dengan kelembaban 77% dan habitat riparian memiliki suhu 25,64°C dengan kelembaban 80,33%. Lembah Cilengkrang memiliki suhu lingkungan yang optimum untuk mendukung kehidupan kupu-kupu, karena kupukupu membutuhkan suhu lingkungan 16-42 °C untuk terbang dan suhu tubuh 2838°C (Scott 1986). Cahaya matahari erat hubungannya dengan ketersediaan ruang terbuka, pada kondisi tajuk yang terbuka distribusi cahaya akan lebih banyak masuk ke lantai hutan. Kedua tipe habitat sama-sama memiliki ruang terbuka yang penting bagi kupu-kupu untuk melakukan aktivitasnya. Sumah (2012) menyebutkan bahwa hubungan parameter lingkungan dengan individu kupu-kupu menunjukkan bahwa intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap keanekaragaman kupu-kupu, tetapi pada dasarnya kupu-kupu memerlukan cahaya matahari untuk berjemur karena mereka adalah hewan berdarah dingin yang harus menghangatkan tubuh mereka dengan cara berjemur (basking) di bawah sinar matahari (Glassberg 1999).
40
Kondisi habitat yang jelas berbeda di kedua habitat yaitu keberadaan sumber air. Sumber air berperan penting bagi kupu-kupu karena kupu-kupu dewasa aktif mencari air yang dibutuhkan sama pentingnya dengan nektar. Habitat riparian memiliki sumber air dari Sungai Cilengkrang yang mengalir disepanjang jalur wisata, kemudian terdapat dua buah air terjun yaitu Curug Sabuk dan Curug Sawer serta terdapat pula sumber pemandian air panas, sedangkan di habitat terestrial hanya memiliki satu sumber air, yaitu berupa kolam berukuran + 2,5m x 2 m di depan pos tiket masuk kawasan wisata dengan kondisi air yang dialiri melalui sebuah pipa. Perbedaan keberadaan sumber air di kedua habitat dapat mempengaruhi keberadaan jenis kupu-kupu. Kupu-kupu aktif mencari sumber air di habitat riparian dan banyak ditemukan pada pasir dan bebatuan di sekitar sungai dan sekitar kolam pemandian air panas saat melakukan pelumpuran (puddling). Menurut Knodel et al. (2004), kupu-kupu tertarik dengan sumber air seperti genangan lumpur, daerah yang basah dan berpasir yang menyediakan garam atau mineral yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk melakukan pelumpuran (puddling). Kupu-kupu menyerap natrium dan protein pada saat puddling yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi kupu-kupu dan merupakan perilaku eksklusif kupu-kupu jantan untuk mentransfer sejumlah besar natrium untuk betina pada saat kawin sebagai hadiah perkawinan (Boggs & Dau 2004). Jenis-jenis yang terlihat melakukan aktivitas puddling yaitu Papilio paris, Graphium sarpedon, Prioneris autothisbe, Polyura athamas, Chirestis nivea, Libythea myrrha, Euploea eunice, Udara akasa, Caleta roxus, Jamides alecto, Jamides celeno, Ionolice helicon, Prosotas nora dan Prosotas dubiosa. Jenis yang paling banyak terlihat melakukan puddling yaitu jenis kupu-kupu dari famili Lycaenidae, hal ini sesuai dengan pernyataan Pyle & Hughes (1992), bahwa kupukupu dari famili Lycaenidae menyukai habitat yang tergenang air dan berlumpur untuk melakukan puddling. Aktifitas puddling kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 16.
41
a
b
c
d
e
f
g h i Gambar 16 Aktifitas puddling kupu-kupu (a. Papilio paris, b. Chirestis nivea, c. Libythea myrrha, d. Prioneris autothisbe, e. Euploea eunice, f. Udara akasa, g. Caleta roxus, h. Graphium sarpedon, i. Polyura athamas). Menurut Indriyani (2010), keberadaan tumbuhan pakan dan sumber air mempengaruhi keanekaragaman kupu-kupu, semakin banyak tumbuhan pakan maka keanekaragaman
kupu-kupu semakin tinggi. Penelitian ini tidak
menunjukkan kesimpulan yang sama, bahwa keanekaragaman kupu-kupu tertinggi terdapat pada habitat yang memiliki tumbuhan pakan yang lebih sedikit, tetapi memiliki sumber air yang lebih banyak. Keanekaragaman jenis kupu-kupu tidak hanya dipengaruhi oleh tumbuhan sebagai sumber pakan tetapi keberadaan sumber air juga sangat mempengaruhi karena kupu-kupu membutuhkan air sama pentingnya dengan kebutuhan terhadap nektar. Ketersediaan tanaman pakan memiliki peranan penting terhadap kupukupu. Tanaman pakan bagi kupu-kupu dewasa yaitu berasal dari tumbuhan berbunga yang menghasilkan nektar. Pada saat penelitian terdapat beberapa jenis tumbuhan yang sedang berbunga dan sering dikunjungi oleh kupu-kupu, diantaranya seperti jenis kaliandra putih (Calliandra tetragona) dan kalindra
42
merah (Calliandra calothyrsus), jenis ini merupakan tumbuhan yang memiliki INP tertinggi dihabitat riparian yaitu 26,39% dan 23,88%. Tumbuhan kaliandra terlihat sering dikunjungi oleh Troides Helena dan Troides cuneifera, sedangkan pada habitat terestrial jenis Troides Helena dan Troides cuneifera tidak banyak ditemukan, hal ini dapat disebabkan pakan dari tumbuhan berbunga seperti tumbuhan kaliandra di habitat terestrial tidak banyak ditemukan. Tanaman yang ditemukan sedang berbunga di habitat terestrial diantaranya yaitu alpukat (Persea americana), tembelekan (lantana camara) dan badotan (Ageratum conyzoides). Alpukat merupakan jenis yang memiliki INP tertinggi di habitat terestrial pada tingkat pancang, dan sering terlihat dikunjungi oleh kupu-kupu genus Delias dan Euploea yang merupakan salah satu jenis kupu-kupu dominan dan sub-dominan di habitat terestrial . Total jenis kupu-kupu yang ditemukan 95 jenis dari lima famili, Nymphalidae merupakan famili dengan jumlah jenis dan individu terbanyak. Dalam susunan taksonomi ordo Lepidoptera, famili Nymphalidae mempunyai genus yang terbanyak dengan jumlah 13 genus (Vane et al. 1984). Kondisi seperti ini mempengaruhi jenis vegetasi yang digunakan sebagai sumber pakan larva lebih beragam dan merata. Jenis vegetasi pakan dari famili Nymphalidae yang ditemukan
bervariasi
yaitu
dari
famili
Anacardiaceae,
Annonaceae,
Euphorbiaceae, Melastomacaceae, Mimosaceae, Moraceae, Poaceae, Rubiaceae, Sapindaceae dan Urticaceae (Vane et al. 1984). Habitat terstrial memiliki jumlah jenis dan individu famili Nymphalidae yang lebih banyak daripada habitat riparian, hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh keberadaan tumbuhan pakan Nymphalidae di habitat terestrial lebih banyak daripada riparian. Sebagai contoh, tumbuhan pakan larva Nymphalidae dari famili Poaceae di habitat terestrial lebih banyak daripada riparian dan termasuk jenis tumbuhan yang mendominasi dihabitat terestrial.
43
5.4
Upaya Konservasi Kupu-Kupu Secara umum upaya pelestarian setiap jenis kupu-kupu dapat ditempuh
melalui cara pembinaan habitat, pembinaan populasi, law enforcement, budidaya dan pemanfaatan yang lestari (Simbolon & Iswari 1990). Upaya untuk melestarikan keanekaragaman jenis kupu-kupu di kawasan wisata alam Lembah Cilengkrang dapat ditempuh melalui pembinaan habitat dengan menjaga unsurunsur fisik dan biotik habitat kupu-kupu yang mendukung semua kebutuhan hidup kupu-kupu, seperti ketersediaan sumber air dan vegetasi yang dibutuhkan oleh kupu-kupu baik sebagai pakan maupun shelter. Kawasan Lembah Cilengkrang saat ini belum di ketahui adanya masyarakat yang melakukan perburuan kupukupu, namun untuk menghindari adanya perburuan, maka pemantauan atau monitoring kupu-kupu perlu di lakukan secara berkala. Upaya konservasi mencakup tiga aspek yaitu perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan. Pemanfaatan yang lestari dapat melalui penelitian, pendidikan, wisata dan rekreasi. Kawasan Lembah Cilengkrang merupakan kawasan wisata alam yang ramai didatangi pengunjung dari berbagai kalangan, kupu-kupu dapat dijadikan sebagai objek menarik untuk meningkatkan pengetahuan dan memberikan pendidikan konservasi kepada pengunjung. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan menjadikan kupu-kupu sebagai obyek interpretasi di kawasan wisata alam Lembah Cilengkrang. Media interpretasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pengunjung dapat melalui interpreter dan juga papan interpretasi yang berisikan pengenalan jenis kupu-kupu dan ajakan untuk melestarikannya. Papan interpretasi dapat diletakkan di lokasi yang strategis seperti di lokasi jalur yang cukup luas dan banyak ditemukan aktivitas kupu-kupu. Lokasi stragetis yang dapat di rekomendasikan untuk peletakkan papan interpretasi yaitu di jalur sekitar pos pembelian tiket masuk kawasan dan jalur sekitar mushola, karena selain memiliki ruang yang cukup luas, pengunjung juga sering beristirahat di tempat ini, selain itu lokasi ini juga merupakan salah satu plot yang paling banyak di temukan kupukupu. Diharapkan, dengan demikian dapat membantu meningkatkan kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap nilai penting untuk melestarikan kupu-kupu dan ekosistemnya.
44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan
1.
Kupu-kupu yang ditemukan di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang Taman Nasional Gunung Ciremai sebanyak 95 jenis dengan jumlah individu 2044 individu dari lima famili, yaitu Papilionidae (9 jenis), Pieridae (10 jenis), Nymphalidae (46 jenis), Lycaenidae (14 jenis) dan Hesperidae (16 jenis). Dari total jumlah jenis kupu-kupu yang ditemukan, diantaranya terdapat dua jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah melalui PP No. 7 Tahun 1999 dan termasuk dalam Apendix II CITES, yaitu Troides helena dan Troides cuneifera.
2.
Habitat riparian memiliki kekayaan, keanekaragaman dan kemerataan jenis kupu-kupu yang lebih tinggi dari pada habitat terestrial. Perbedaan keanekaragaman kupu-kupu dapat dipengaruhi oleh faktor fisik maupun biotik habitat.
6.2
Saran
1.
Pemeliharaan keanekaragaman kupu-kupu dapat dilakukan dengan menjaga unsur-unsur fisik dan biotik habitat serta melakukan monitoring kupu-kupu.
2.
Kupu-kupu dapat dijadikan sebagai atraksi wisata di Kawasan Wisata Alam Lembah Cilengkrang berupa butterfly watching. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebaran, aktivitas dan perilaku kupu-kupu di Lembah Cilengkrang.
3.
Sebagai salah satu fungsi kawasan pelestarian alam untuk pendidikan, maka perlu dibuatkan papan interpretasi kupu-kupu, yang berisi pengenalan jenis kupu-kupu dan ajakan untuk melestarikannya sehingga menarik perhatian pengunjung dan dapat meningkatkan pengetahuan serta memberikan pendidikan koservasi kepada pengunjung.
4.
Pembuatan buku panduan lapang praktis kupu-kupu (field guide) kawasan wisata alam Lembah Cilengkrang maupun Taman Nasional Gunung Ciremai secara umumnya.
45
DAFTAR PUSTAKA Boggs CL, Dau B. 2004. Behaviour resource specialization in puddling lepidoptera. Department of Biological Sciences. Stanford University Entomol 33(4). Boonvanno K, Watanasit S, Permkam S. 2000. Butterfly diversity at Ton Nga Chang wildlife sanctuary. Songkhla Province. Southern Thailand. Science Asia 26: 105-110. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Bowen LT. 2002. Butterflies in Your Backyard. North Carolina State University: North Carolina Cooperative Extension Service. Devries PJ. 1988. Stratification of fruit-feeding nymphalid butterflies in a Costa Rican rainforest. Journal of Research on the Lepidoptera 26: 98–108. Dewi TS. 2005. Kajian keanekaragaman jenis burung di berbagai tipe lanskap hutan tanaman pinus. [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Djumhaer M. 2003. Pendugaan leaf area index dan luas bidang dasar tegakan menggunakan landsat 7 ETM+ (Studi kasus di Kabupaten Bungo Propinsi Jambi). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Efendi MA. 2009. Keragaman kupu-kupu (Lepidoptera : Dytrisia) di kawasan hutan koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat. [Tesis]. Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Garth JS. 1988. California Butterflies (California Natural History Guides). Callifornia: University of California Press. Glassberg J. 1999. Butterflies Through Binoculars: The East a Field Guide to the Butterflies of Eastern North America. USA: Oxford University Press. Gunawan, Kartono AP, Maryanti I. 2008. Keanekaragaman mamalia besar berdasarkan ketinggian tempat di Taman Nasional Gunung Cirmeai. Jurnal Biologi Indonesia 4(5):321-324. Hammond C, Miller JC. 1998. Comparison of the biodiversity of lepidoptera within three forested ecosystem. Annals of the Etnomological Society of the America. 91 (3): 320-325. Heryanto. 2008. Ekologi keong darat di Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Biologi Indonesia 4(5): 359-370. Hutcheson K. 1970. A Test for Comparing diversities based on the shannon formula. Journal of Theoretical Biology 29: 151-154. Indrawan M, Primack RB, Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta:: Yayasan Obor Indonesia
46
Indriyani Y. 2010. Keanekaragaman jenis kupu-kupu pada beberapa tipe habitat di Pondok Ambung Taman Nasional Tanjung Putting Kalimantan Tengah. [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara Knodel JJ, Fauske GM, Smith RC. 2004. Butterfly Gardening in North Dakota.. North Dakota State University. Fargo North Dakota. Krebs CJ. 1978. Ecological Methodology. New York : Harperdan Row Publishers. Latimer JP, Peterson VM, Nolting KS. 2000. Young Naturalist Guide to Butterflies. New York : Houghton mifflin company. Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology : A Primer on Methods and Computing. New York : John Wilwy and Sons. Maharadatunkamsi, Maryati. 2008. Komunitas mamalia kecil di berbagai habitat pada jalur Apuy dan Linggarjati Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Biologi Indonesia 4(5): 309-320. Mikula R. 1997. Garden Butterflies of North America. Canada: Willow Creek Press. Noerdjito WA. 2008. Struktur Komunitas kumbang sungut panjang (Cleoptera: Cambicidae) di Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Biologi Indonesia 4(5): 371-384 Noerdjito WA, Aswari P. 2003. Metode Survei dan Pemantauan Populasi Satwa: Seri Keempat Kupu-kupu Papilionidae. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI Cibinong. Peggie D, Amir M. 2006. Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanic Garden – Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun Raya Bogor. Tokyo: Bidang Zoologi. Pusat Penelitian Biologi. LIPI Cibinong dan Nagao Natural Environment Foundation. Pyle RM, Hughes SA.1992. Handbook for Butterfly Watchers. New York: Houghton Mifflin Harcourt. Riyanto A. 2008. Komunitas herpetofauna di Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia 4(5):349-358. Rod PM, Ken PM. 1999. Butterflies of the World. Hongkong: Blandford Press. Sari D. 2008. Keanekaragaman kupu-kupu di kawasan Telaga Warna Cisarua Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Scott J. 1986. The Butterflies of North America: A Natural History and Field Guide. USA: Oxford University Press. Sihombing, DTH. 1999. Satwa Harapan I: Pengantar Ilmu dan Tehnologi Budidaya. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.
47
Simbolon K, Iswari A. 1990. Jenis Kupu-kupu yang Dilindungi Undang-undang di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA). Departemen Kehutanan RI. Smart P. 1975. The Illustrated Encyclopedia of The Butterfly World. London: Salamander Books Ltd. Sumah ASW. 2012. Biodiversitas kupu-kupu superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) Di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. [Tesis]. Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Suwandhi I. 2001. Studi dendrologi flora pohon penyusun hutan pegunungan zona montana Gunung Ceremai, Jawa Barat. [Tesis]. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada. Tampubolon AB. 2001. Keanekaragaman jenis kupu-kupu di berbagai tipe lanskap (Studi kasus Desa Galudra, Mangunkerta, dan Sejambe, Kabupaten Cianjur). [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Vane RI, Wright, Ackery PR . 1984. The Biology of Butterflies, Symposium of the Royal Entomological Society of London Number 11. London: Academic Press. Widada. 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun bagi masyarakat [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Wilson M. 2008. 101 Butterflies of Indonesias Lowlands With their Life Cycles and Plant Foods to Aid Conservation. Jakarta: Yellow Dot Publishing.
48
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil analisis vegetasi tingkat pohon pada habitat terestrial Jenis vegetasi
Famili
∑ Individu
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
*Sanggabuana
-
2
0.27761
5
2.86%
0.2
6.67%
0.694024
3.21%
12.74%
Aleurites moluccana
Euphorbiaceae
4
0.242345
10
5.71%
0.4
13.33%
0.605862
2.81%
21.85%
Artocarpus heterophyllus
Moraceae
2
0.039773
5
2.86%
0.2
6.67%
0.099434
0.46%
9.98%
Bischovia javanica
Euphorbiaceae
2
0.112987
5
2.86%
0.2
6.67%
0.282469
1.31%
10.83%
Evodia latifolia
Rutaceae
1
0.074951
2.5
1.43%
0.1
3.33%
0.187376
0.87%
5.63%
Ficus firiens
Moraceae
1
0.08126
2.5
1.43%
0.1
3.33%
0.203149
0.94%
5.70%
Ficus fistulosa
Moraceae
1
0.031616
2.5
1.43%
0.1
3.33%
0.079041
0.37%
5.13%
Ficus variegeta
Moraceae
1
0.031616
2.5
1.43%
0.1
3.33%
0.079041
0.37%
5.13%
Litsea sp.
Lauraceae
2
0.108718
5
2.86%
0.1
3.33%
0.271794
1.26%
7.45%
Maesopsis eminii
Rhamnaceae
14
1.142843
35
20.00%
0.4
13.33%
2.857108
13.23%
46.57%
Palaquium javense
Sapotaceae
1
0.031616
2.5
1.43%
0.1
3.33%
0.079041
0.37%
5.13%
Persea americana
Lauraceae
7
0.40719
17.5
10.00%
0.4
13.33%
1.017975
4.71%
28.05%
Phoebe exelsa
Lauraceae
1
0.008675
2.5
1.43%
0.1
3.33%
0.021687
0.10%
4.86%
Pinus mercusii Pittosporum ferrugineum
Pinaceae Pittosporaceae
30 1
5.995362 0.049715
75 2.5
42.86% 1.43%
0.4 0.1
13.33% 3.33%
14.98841 0.124287
69.42% 0.58%
125.61% 5.34%
60
7.300756
175
100%
3
100%
21.59069
100%
300%
Jumlah *Nama ilmiah tidak diketahui
48
Lampiran 2. Hasil analisis vegetasi tingkat tiang pada habitat terestrial Jenis vegetasi
Famili
∑ individu
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
*Sanggabuana
-
1
0.030621
10
2.38%
0.1
3.57%
0.306207
4.18%
10.14%
Aglaia sp
Meliaceae
1
0.010905
10
2.38%
0.1
3.57%
0.109052
1.49%
7.44%
Antidesma Montanum
Euphorbiaceae
1
0.010324
10
2.38%
0.1
3.57%
0.103237
1.41%
7.36%
Artocarpus heterophyllus
Moraceae
1
0.008675
10
2.38%
0.1
3.57%
0.086748
1.19%
7.14%
Artocarpus sp
Moraceae
1
0.008157
10
2.38%
0.1
3.57%
0.08157
1.11%
7.07%
Bischovia javanica
Euphorbiaceae
2
0.043406
20
4.76%
0.2
7.14%
0.434059
5.93%
17.83%
Dysoxilum nutans
Urticaceae
2
0.036006
20
4.76%
0.1
3.57%
0.360056
4.92%
13.25%
Ficus firiens
Moraceae
1
0.02154
10
2.38%
0.1
3.57%
0.215396
2.94%
8.89%
Ficus fistulosa
Moraceae
1
0.023228
10
2.38%
0.1
3.57%
0.232284
3.17%
9.13%
Ficus variegeta
Moraceae
2
0.035209
20
4.76%
0.1
3.57%
0.35209
4.81%
13.14%
Glochidion arborescen
Euphorbiaceae
2
0.053594
20
4.76%
0.1
3.57%
0.535942
7.32%
15.65%
Litsea sp.
Lauraceae
3
0.070808
30
7.14%
0.1
3.57%
0.708084
9.67%
20.39%
Maesopsis eminii
Rhamnaceae
1
0.030621
10
2.38%
0.1
3.57%
0.306207
4.18%
10.14%
Mangifera indica
Anacardiaceae
2
0.017915
20
4.76%
0.1
3.57%
0.179152
2.45%
10.78%
Melia azedarach
Meliaceae
1
0.008157
10
2.38%
0.1
3.57%
0.08157
1.11%
7.07%
Melochia umbellata
Sterculiaceae
3
0.064133
30
7.14%
0.1
3.57%
0.64133
8.76%
19.48%
Michelia velutina
Magnoliaceae
1
0.009209
10
2.38%
0.1
3.57%
0.092085
1.26%
7.21%
Persea americana
Lauraceae
7
0.122045
70
16.67%
0.4
14.29%
1.220446
16.67%
47.62%
Lauraceae
1
0.014052
10
2.38%
0.1
3.57%
0.140517
1.92%
7.87%
Pittosporaceae
1
0.024981
10
2.38%
0.1
3.57%
0.249809
3.41%
9.37%
Swietinia mahagoni
Meliaceae
1
0.010324
10
2.38%
0.1
3.57%
0.103237
1.41%
7.36%
Villebruna rubescens
Urticaceae
6
0.078105
60
14.29%
0.3
10.71%
0.781051
10.67%
420
100.00%
2.8
100.00%
7.320129
100.00%
35.67% 300.00%
Jumlah
42
0.732013
49
Phoebe exelsa Pittosporum ferrugineum
Lampiran 3. Hasil analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat terestrial Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
K
KR
F
FR
INP
*Ki asem
-
2
80
2.41%
0.1
2.78%
5.19%
*Poncangan
-
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Acemena acuminatissima
Myrtaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Aglaia sp
Meliaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Antidesma Montanum
Euphorbiaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Artocarpus sp
Moraceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Cinnamomum inners
Lauraceae
2
80
2.41%
0.2
5.56%
7.97%
Coffea robusta
Rubiaceae
31
1240
37.35%
0.4
11.11%
48.46%
Dialium indium
Fabaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Durio zibethinus
Bombacaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Dysoxylum amooroides
Meliaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Evodia latifolia
Rutaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Ficus ribes
Moraceae
2
80
2.41%
0.2
5.56%
7.97%
Litsea glutinosa
Lauraceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Litsea sp
Lauraceae
2
80
2.41%
0.2
5.56%
7.97%
Macaranga tanarius
Euphorbiaceae
12
480
14.46%
0.1
2.78%
17.24%
Manilkara zapota
Sapotaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Paraserientehes lebbeck
Fabaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Persea americana
Lauraceae
2
80
2.41%
0.2
5.56%
7.97%
Phoebe exelsa
Lauraceae
2
80
2.41%
0.1
2.78%
5.19%
50
Lampiran 3. Hasil analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat terestrial (Lanjutan) Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
K
KR
F
FR
INP
Polyathia longifolia
Annonaceae
2
80
2.41%
0.1
2.78%
5.19%
Psidium guajava
Myrtaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Rhodamnia cinerea
Myrtaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Scefflera aromatica Swietinia mahagoni
Araliaceae
1
40
1.20%
0.1
2.78%
3.98%
Meliaceae
2
80
2.41%
0.1
2.78%
5.19%
Villebruna rubescens
Urticaceae Apocynaceae
2 1
80 40
2.41% 1.20%
0.1 0.1
2.78% 2.78%
5.19% 3.98%
83
3320
100.00%
3.6
100.00%
200.00%
Voacanga foetida Jumlah * Nama ilmiah tidak diketahui
51
Lampiran 4. Hasil analisis vegetasi tingkat semai pada habitat terestrial Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
K
KR
F
FR
INP
Antidesma montanum
Euphorbiaceae
2
500
1.87%
0.1
4.35%
6.22%
Antidesma tetrandum
Euphorbiaceae
1
250
0.93%
0.1
4.35%
5.28%
Bischovia javanica
Euphorbiaceae
4
1000
3.74%
0.3
13.04%
16.78%
Brucea amarissima
Simarubaceae
1
250
0.93%
0.1
4.35%
5.28%
Cinnamomum inners
Lauraceae
1
250
0.93%
0.1
4.35%
5.28%
Dysoxilum nutans
Urticaceae
1
250
0.93%
0.1
4.35%
5.28%
Ficus fistulosa
Moraceae
4
1000
3.74%
0.2
8.70%
12.43%
Ficus ribes
Moraceae
1
250
0.93%
0.1
4.35%
5.28%
Homalanthus populneus
Euphorbiaceae
1
250
0.93%
0.1
4.35%
5.28%
Litsea sp.
Lauraceae
2
500
1.87%
0.2
8.70%
10.56%
Macaranga tanarius
Euphorbiaceae
1
250
0.93%
0.1
4.35%
5.28%
Maesopsis eminii
Rhamnaceae
79
19750
73.83%
0.5
21.74%
95.57%
Pteudoran themum
Acanthaceae
6
1500
5.61%
0.2
8.70%
14.30%
Scefflera aromatica
Araliaceae
3
750
2.80%
0.1
4.35%
7.15%
107
26750
100.00%
2.3
100.00%
200.00%
Jumlah
52
Lampiran 5. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada habitat terestrial Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
plot
l plot
K
KR
F
FR
INP
*Balakacida
-
97
6
0.004
24250
8.28%
0.6
5.71%
13.99%
Ageratum conyzoides
Asteraceae
87
6
0.004
21750
7.42%
0.6
5.71%
13.14%
Calliandra tetragona
Fabaceae
24
2
0.004
6000
2.05%
0.2
1.90%
3.95%
Capparis odorata
Caparidaceae
27
5
0.004
6750
2.30%
0.5
4.76%
7.07%
Centella asiatica
Umbelliferae
22
2
0.004
5500
1.88%
0.2
1.90%
3.78%
Cleome rutidosperma
Capparidaceae
1
1
0.004
250
0.09%
0.1
0.95%
1.04%
Clidemia hirta
Melastomacaceae
43
6
0.004
10750
3.67%
0.6
5.71%
9.38%
Coffea robusta
Rubiaceae
35
2
0.004
8750
2.99%
0.2
1.90%
4.89%
Commelina diffusa
Commelinaceae
31
3
0.004
7750
2.65%
0.3
2.86%
5.50%
Costus specious
Zingiberaceae
1
1
0.004
250
0.09%
0.1
0.95%
1.04%
Cyrtococcum oxyphyllum
Poaceae
95
6
0.004
23750
8.11%
0.6
5.71%
13.82%
Elephantopus scaber
Asteraceae
32
5
0.004
8000
2.73%
0.5
4.76%
7.49%
Emelia sonchifolia
Asteraceae
1
1
0.004
250
0.09%
0.1
0.95%
1.04%
Erechtites valerianifolia
Asteraceae
8
3
0.004
2000
0.68%
0.3
2.86%
3.54%
Eupatorium inulifolium
Asteraceae
30
5
0.004
7500
2.56%
0.5
4.76%
7.32%
Hyptis brevipes
Lamiaceae
71
6
0.004
17750
6.06%
0.6
5.71%
11.77%
Hyptisrhomboidea
Lamiaceae
18
2
0.004
4500
1.54%
0.2
1.90%
3.44%
Lantana camara
Verbenaceae
39
3
0.004
9750
3.33%
0.3
2.86%
6.18%
Lasianthus capitatus
Rubiaceae
4
2
0.004
1000
0.34%
0.2
1.90%
2.25%
Lasianthus inodurus * Nama ilmiah tidak diketahui
Rubiaceae
1
1
0.004
250
0.09%
0.1
0.95%
1.04%
53
Lampiran 5. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada habitat terestrial (Lanjutan) Jenis vegetasi
Famili
Mikania micrantha Mimosa pudica
Asteraceae Mimosaceae
Nepholerpis bisserata
Polypodiaceae
Oxalis Corniculata
Oxalidaceae
Panicum colonum
Poaceae
Phaleria macrocarpa
Thymelaceae
Phylanthus niruri
Euphorbiaceae
Physalis angulata
∑Individu
plot
l plot
K
KR
F
FR
INP
236 3
5 1
0.004 0.004
59000 750
20.14% 0.26%
0.5 0.1
4.76% 0.95%
24.90% 1.21%
2
1
0.004
500
0.17%
0.1
0.95%
1.12%
25
4
0.004
6250
2.13%
0.4
3.81%
5.94%
102
5
0.004
25500
8.70%
0.5
4.76%
13.46%
1
1
0.004
250
0.09%
0.1
0.95%
1.04%
6
1
0.004
1500
0.51%
0.1
0.95%
1.46%
Solanaceae
20
5
0.004
5000
1.71%
0.5
4.76%
6.47%
Portula oleraceae
Portulaceae
67
5
0.004
16750
5.72%
0.5
4.76%
10.48%
Setaria palmifolia
Poaceae
19
3
0.004
4750
1.62%
0.3
2.86%
4.48%
Sida rhombifolia
Malvaceae
11
2
0.004
2750
0.94%
0.2
1.90%
2.84%
Solanum torvum
Solanaceae
4
1
0.004
1000
0.34%
0.1
0.95%
1.29%
Stachytarpheta jamaicensis
Verbenaceae
8
2
0.004
2000
0.68%
0.2
1.90%
2.59%
Terenna incerta
Rubiaceae
1
1
0.004
250
0.09%
0.1
0.95%
1.04%
293000
0.09%
0.1
0.95%
1.04%
Jumlah
1172
54
Lampiran 6. Hasil analisis vegetasi tingkat pohon pada habitat riparian Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
Caryota mitis
Arecaceae
2
1131.8665
5
5.13%
0.2
6.67%
2829.6663
3.98%
15.78%
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
4
748.5499
10
10.26%
0.2
6.67%
1871.3748
2.64%
19.56%
Aglaia sp
Meliaceae
1
326.28096
2.5
2.56%
0.1
3.33%
815.70241
1.15%
7.05%
Alstonia scholaris
Apocynaceae
4
4168.9224
10
10.26%
0.3
10.00%
10422.306
14.68%
34.93%
Artocarpus elasticus
Moraceae
2
704.57865
5
5.13%
0.2
6.67%
1761.4466
2.48%
14.28%
Ellatostachys verucosa
Sapindaceae
1
336.55686
2.5
2.56%
0.1
3.33%
841.39214
1.18%
7.08%
Erythrina lithosperma
Fabaceae
2
6116.8887
5
5.13%
0.1
3.33%
15292.222
21.53%
30.00%
Ficus alba
Moraceae
1
379.25358
2.5
2.56%
0.1
3.33%
948.13396
1.34%
7.23%
Ficus fistulosa
Moraceae
1
346.99206
2.5
2.56%
0.1
3.33%
867.48016
1.22%
7.12%
Ficus indica
Moraceae
1
346.99206
2.5
2.56%
0.1
3.33%
867.48016
1.22%
7.12%
Ficus ribes
Moraceae
1
326.28096
2.5
2.56%
0.1
3.33%
815.70241
1.15%
7.05%
Ficus variegeta
Moraceae
9
7592.2431
22.5
23.08%
0.4
13.33%
18980.608
26.73%
63.14%
Laportea stimulans
Urticacea
3
1902.402
7.5
7.69%
0.3
10.00%
4756.0049
6.70%
24.39%
Lithocarpus sundaicus
Fagaceae
1
379.25358
2.5
2.56%
0.1
3.33%
948.13396
1.34%
7.23%
Litsea glutinosa
Lauraceae
1
368.34043
2.5
2.56%
0.1
3.33%
920.85107
1.30%
7.19%
Octomeles sumatrana
Datiscaceae
3
2557.1944
7.5
7.69%
0.3
10.00%
6392.9861
9.00%
26.69%
Trema orientale
Ulmaceae
1
316.16407
2.5
2.56%
0.1
3.33%
790.41018
1.11%
7.01%
Vernonia arborea
Asteraceae
1
357.58659
2.5
2.56%
0.1
3.33%
893.96647
1.26%
7.16%
39
28406.347
97.5
100.00%
3
100.00%
71015.867
100.00%
300.00%
Jumlah
55
Lampiran 7. Hasil analisis vegetasi tingkat tiang pada habitat riparian Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
LBDS
K
KR
F
FR
D
DR
INP
*hanjawar
-
1
0.009209
10
3.85%
0.1
4.76%
0.092085
2.04%
10.65%
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
1
0.013391
10
3.85%
0.1
4.76%
0.133906
2.96%
11.57%
Arthrophyllum diversifolium
Araliaceae
1
0.013391
10
3.85%
0.1
4.76%
0.133906
2.96%
11.57%
Ficus fistulosa
Moraceae
2
0.028335
20
7.69%
0.2
9.52%
0.283345
6.27%
23.48%
Ficus ribes
Moraceae
2
0.038371
20
7.69%
0.2
9.52%
0.383714
8.49%
25.70%
Ficus variegeta
Moraceae
7
0.116166
70
26.92%
0.3
14.29%
1.161658
25.70%
66.91%
Laportea stimulans
Urticacea
6
0.142836
60
23.08%
0.5
23.81%
1.428355
31.60%
78.48%
Octomeles sumatrana
Datiscaceae
3
0.062683
30
11.54%
0.3
14.29%
0.626832
13.87%
39.69%
Scefflera aromatica
Araliaceae
1
0.009758
10
3.85%
0.1
4.76%
0.097582
2.16%
10.77%
Schima wallichii
Theaceae
1
0.009758
10
3.85%
0.1
4.76%
0.097582
2.16%
10.77%
Vernonia arborea
Asteraceae
1
0.008157
10
3.85%
0.1
4.76%
0.08157
1.80%
10.41%
26
0.452054
260
100%
2.1
100%
4.520535
100%
300%
Jumlah * Nama ilmiah tidak diketahui
56
Lampiran 8. Hasil analisis vegetasi tingkat pancang pada habitat riparian Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
K
KR
F
FR
INP
*ki asem
-
1
40
4%
0.1
7%
11%
*pedem
-
1
40
4%
0.1
7%
11%
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
2
80
8%
0.2
13%
22%
Alstonia scholaris
Apocynaceae
1
40
4%
0.1
7%
11%
Glochidion cyrtostylum
Euphorbiaceae
1
40
4%
0.1
7%
11%
Laportea stimulans
Urticacea
9
360
38%
0.3
20%
58%
Litsea glutinosa
Lauraceae
1
40
4%
0.1
7%
11%
Litsea sanguinolenta
Lauraceae
1
40
4%
0.1
7%
11%
Litsea sp
Lauraceae
1
40
4%
0.1
7%
11%
Scefflera aromatica
Araliaceae
3
120
13%
0.1
7%
19%
Villebruna rubescens
Urticaceae
3
120
13%
0.2
13%
26%
24
960
100.00%
1.5
100.00%
200.00%
Jumlah * Nama ilmiah tidak diketahui
57
Lampiran 9. Hasil analisis vegetasi tingkat semai pada habitat riparian Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
K
KR
F
FR
INP
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
4
1000
8.51%
0.1
6.67%
15.18%
Aglaia sp
Meliaceae
2
500
4.26%
0.1
6.67%
10.92%
Evodia latifolia
Rutaceae
3
750
6.38%
0.1
6.67%
13.05%
Ficus variegeta
Moraceae
1
250
2.13%
0.1
6.67%
8.79%
Glochidion cyrtostylum
Euphorbiaceae
1
250
2.13%
0.1
6.67%
8.79%
Homalanthus populneus
Euphorbiaceae
13
3250
27.66%
0.2
13.33%
40.99%
Laportea stimulans
Urticacea
6
1500
12.77%
0.2
13.33%
26.10%
Litsea sp.
Lauraceae
10
2500
21.28%
0.1
6.67%
27.94%
Palaquium javense
Sapotaceae
1
250
2.13%
0.1
6.67%
8.79%
Pinanga coronateae
Arecaceae
5
1250
10.64%
0.3
20.00%
30.64%
Villebruna rubescens
Urticaceae
1
250
2.13%
0.1
6.67%
8.79%
47
11750
2.13%
1.5
100.00%
200.00%
Jumlah
58
Lampiran 10. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada habitat riparian Jenis vegetasi
Famili
∑Individu
K
KR
F
FR
INP
*balakacida
-
44
11000
10.02%
0.7
11.11%
21.13%
Epippremum
Arecaceae
37
9250
8.43%
0.3
4.76%
13.19%
Physalis angulata
Solanaceae
5
1250
1.14%
0.5
7.94%
9.08%
Capparis odorata
Capparidaceae
13
3250
2.96%
0.3
4.76%
7.72%
Setaria palmifolia
Poaceae
11
2750
2.51%
0.3
4.76%
7.27%
Portula oleraceae
Portulaceae
1
250
0.23%
0.1
1.59%
1.82%
Ageratum conyzoides
Asteraceae
46
11500
10.48%
0.5
7.94%
18.41%
Begonia robusta
Begoniaceae
2
500
0.46%
0.1
1.59%
2.04%
Calliandra calothyrsus
Fabaceae
70
17500
15.95%
0.5
7.94%
23.88%
Calliandra tetragona
Fabaceae
88
22000
20.05%
0.4
6.35%
26.39%
Clidemia hirta
Melastomacaceae
17
4250
3.87%
0.4
6.35%
10.22%
Costus specious
Zingiberacea
3
750
0.68%
0.3
4.76%
5.45%
Cyrtococcum oxyphyllum
Poaceae
7
1750
1.59%
0.1
1.59%
3.18%
Elephantopus scaber
Asteraceae
9
2250
2.05%
0.5
7.94%
9.99%
Erechtites valerianifolia
Asteraceae
8
2000
1.82%
0.3
4.76%
6.58%
Hyptis brevipes
Lamiaceae
3
750
0.68%
0.2
3.17%
3.86%
Mikania micrantha
Asteraceae
49
12250
11.16%
0.5
7.94%
19.10%
Panicum colonum
Poaceae
9
2250
2.05%
0.1
1.59%
3.64%
Pedilanthus pringlei
Euphorbiaceae
1
250
0.23%
0.1
1.59%
1.82%
Sida rhombifolia
Malvaceae
16
4000
3.64%
0.1
1.59%
5.23%
439
109750
100.00%
6.3
100.00%
200.00%
Jumlah * Nama ilmiah tidak diketahui
59
60
Lampiran 11. Jenis tumbuhan di kedua habitat dan fungsi sebagai pakan dan shelter. No
Jenis vegetasi
Famili
Fungsi
Terestrial
1
Pteudoran themum
2
Riparian
Acanthaceae
PS
√
Mangifera indica
Anacardiaceae
PS
√
3
Polyathia longifolia
Annonaceae
PS
√
4
Alstonia scholaris
Apocynaceae
PS
5
Voacanga foetia
Apocynaceae
S
√
6
Scefflera aromatica
Araliaceae
S
√
7
Caryota mitis
Arecaceae
S
√
8
Pinanga coronateae
Arecaceae
PS
√
9
Epippremum pinnatum
Arecaceae
P
√
10
Ageratum conyzoides
Asteraceae
P
√
11
Dysoxylum amooroides
Asteraceae
PS
√
12
Elephantopus scaber
Asteraceae
P
√
13
Emelia sonchifolia
Asteraceae
PS
√
14
Erechtites valerianifolia
Asteraceae
P
√
15
Eupatorium inulifolium
Asteraceae
P
√
16
Mikania micrantha
Asteraceae
P
√
17
Vernonia arborea
Asteraceae
PS
√
18
Begonia robusta
Begoniaceae
S
√
19
Durio zibethinus
Bombacaceae
PS
√
20
Cleome rutidosperma
Capparidaceae
P
√
21
Capparis odorata
Capparidaceae
P
√
22
Commelina diffusa
Commelinaceae
S
√
23
Octomeles sumatrana
Datiscaceae
S
24
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
PS
√
25
Aleurites moluccana
Euphorbiaceae
PS
√
26
Antidesma montanum
Euphorbiaceae
PS
√
27
Antidesma tetrandum
Euphorbiaceae
PS
√
28
Bischovia javanica
Euphorbiaceae
PS
√
29
Glochidion arborescen
Euphorbiaceae
PS
√
30
Glochidion cyrtostylum
Euphorbiaceae
PS
31
Homalanthus populneus
Euphorbiaceae
PS
√
32
Macaranga tanarius
Euphorbiaceae
PS
√
33
Pedilanthus pringlei
Euphorbiaceae
P
34
Phylanthus niruri
Euphorbiaceae
PS
35
Calliandra calothyrsus
Fabaceae
PS
36
Calliandra tetragona
Fabaceae
PS
√
37
Dialium indium
Fabaceae
PS
√
38
Erythrina lithosperma
Fabaceae
PS
39
Paraserientehes lebbeck
Fabaceae
PS
40
Lithocarpus sundaicus
Fagaceae
PS
41
Hyptis brevipes
Lamiaceae
S
√ √
√ √ √ √
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
61
Lampiran 11. Jenis tumbuhan di kedua habitat dan fungsi sebagai pakan dan shelter. (Lanjutan) No
Jenis vegetasi
Famili
Fungsi
Terestrial
42
Hyptis rhomboidea
43
Riparian
Lamiaceae
S
√
Cinnamomum inners
Lauraceae
PS
√
44
Litsea glutinosa
Lauraceae
PS
√
45
Litsea sanguinolenta
Lauraceae
PS
46
Litsea sp
Lauraceae
PS
√
47
Persea americana
Lauraceae
PS
√
48
Phoebe exelsa
Lauraceae
PS
√
49
Michelia velutina
Magnoliaceae
PS
√
50
Sida rhombifolia
Malvaceae
P
√
√
51
Clidemia hirta
Melastomacaceae
P
√
√
52
Aglaia sp
Meliaceae
S
√
√
53
Melia azedarach
Meliaceae
PS
√
54
Swietinia mahagoni
Meliaceae
S
√
55
Mimosa pudica
Mimosaceae
PS
√
56
Artocarpus elasticus
Moraceae
PS
57
Artocarpus heterophyllus
Moraceae
PS
√
58
Artocarpus sp
Moraceae
PS
√
59
Ficus alba
Moraceae
PS
60
Ficus firiens
Moraceae
PS
√
61
Ficus fistulosa
Moraceae
PS
√
62
Ficus indica
Moraceae
PS
63
Ficus ribes
Moraceae
PS
√
√
64
Ficus variegeta
Moraceae
PS
√
√
65
Acemena acuminatissima
Myrtaceae
PS
√
66
Psidium guajava
Myrtaceae
PS
√
67
Rhodamnia cinerea
Myrtaceae
PS
√
68
Oxalis Corniculata
Oxalidaceae
S
√
69
Pinus mercusii
Pinaceae
S
√
70
Pittosporum ferrugineum
Pittosporaceae
S
√
71
Cyrtococcum oxyphyllum
Poaceae
P
√
√
72
Panicum colonum
Poaceae
PS
√
√
73
Setaria palmifolia
Poaceae
P
√
√
74
Nepholerpis bisserata
Polypodiaceae
S
√
75
Portula oleraceae
Portulaceae
P
√
76
Maesopsis eminii
Rhamnaceae
PS
√
77
Coffea robusta
Rubiaceae
PS
√
78
Evodia latifolia
Rubiaceae
PS
√
79
Lasianthus capitatus
Rubiaceae
P
√
80
Lasianthus inodurus
Rubiaceae
P
√
81
Terenna incerta
Rubiaceae
PS
√
82
Ellatostachys verucosa
Sapindaceae
PS
√ √ √
√
√ √ √
√
√
√
62
Lampiran 11. Jenis tumbuhan di kedua habitat dan fungsi sebagai pakan dan shelter. (Lanjutan) No
Jenis vegetasi
Famili
Fungsi
Terestrial
83
Manilkara zapota
84
Palaquium javense
85
Sapotaceae
PS
√
Sapotaceae
S
√
Brucea amarissima
Simarubaceae
S
√
86
Solanum torvum
Solanaceae
S
√
87
Melochia umbellata
Sterculiaceae
S
√
88
Schima wallichii
Theaceae
PS
89
Phaleria macrocarpa
Thymelaceae
S
90
Trema orientale
Ulmaceae
PS
91
Centella asiatica
Umbelliferae
S
√
92
Physalis angulata
Solanaceae
P
√
93
Dysoxilum nutans
Urticaceae
PS
√
94
Laportea stimulans
Urticaceae
PS
95
Villebruna rubescens
Urticaceae
PS
√
96
Lantana camara
Verbenaceae
PS
√
97
Stachytarpheta jamaicensis
Verbenaceae
PS
√
98
Costus specious
Zingiberaceae
P
√
√
√
√
√
√ √ √ √ √
99
*Balakacida
-
S
100
*Hanjawar
-
S
101
*Ki asem
-
S
102
*Pedem
-
S
103
*Poncangan
-
S
√
-
S
√
104 *Sanggabuana *Nama botani jenis tidak diketahui
Riparian
√
√ √
√ √
63
Lampiran 12. Jumlah jenis kupu-kupu di kedua habitat No
Jenis kupu-kupu
Famili
Terestrial
Riparian
Total
1
Graphium Agamemnon
Papilionodae
4
4
8
2 3
Graphium sarpedon
Papilionodae
36
25
61
Pachliopta aristolochiae
Papilionodae
1
0
1
4
Papilio demolion
Papilionodae
12
2
14
5
Papilio helenus
Papilionodae
16
42
58
6
Papilio memnon
Papilionodae
22
44
66
7
Papilio paris
Papilionodae
0
5
5
8
Troides cuneifera
Papilionodae
5
18
23
9
Troides Helena
Papilionodae
5
16
21
10
Appias nero
Pieridae
0
1
1
11
Appias pandione
Pieridae
0
1
1
12
Belonois java
Pieridae
4
4
8
13
Delias belisam
Pieridae
176
33
209
14
Delias hyparete
Pieridae
19
5
24
15
Eurema blanda
Pieridae
16
5
21
16
Eurema hecabe
Pieridae
10
0
10
17
Eurema sari
Pieridae
11
5
16
18
Leptosia nina
Pieridae
2
1
3
19
Prioneris autothisbe
Pieridae
0
3
3
20
Acraea issoria
Nymphalidae
0
11
11
21
Amathuxidia taenia
Nymphalidae
1
0
1
22
Amnosia decora
Nymphalidae
0
1
1
23
Athyma nefte
Nymphalidae
1
1
2
24
Cethosia penthesilea
Nymphalidae
0
2
2
25
Cyrestis luthea
Nymphalidae
0
6
6
26
Cyrestis nivea
Nymphalidae
1
3
4
27
Danaus melanippus
Nymphalidae
2
0
2
28
Discophora celinde
Nymphalidae
1
0
1
29
Euploea eyndhovii
Nymphalidae
0
1
1
30
Euploea sylvester
Nymphalidae
3
0
3
31
Doleschalia bisaltide
Nymphalidae
2
0
2
32
Elimnias casiphone
Nymphalidae
1
0
1
33
Euploea eleusina
Nymphalidae
13
4
17
34
Euploea eunice
Nymphalidae
40
3
43
35
Euploea midamus
Nymphalidae
3
2
5
36
Euploea modesta
Nymphalidae
3
0
3
37
Euploea mulciber
Nymphalidae
28
20
48
38
Euthalia adonia
Nymphalidae
1
2
3
39
Euthalia monina
Nymphalidae
15
3
18
40
Faunis canens
Nymphalidae
17
11
28
64
Lampiran 12. Jumlah jenis kupu-kupu di kedua habitat (Lanjutan) No
Jenis kupu-kupu
Famili
Terestrial
Riparian
Jumlah
41
Hypolimnas bolina
Nymphalidae
2
3
5
42
Junonia erigone
Nymphalidae
1
0
1
43
Junonia iphita
Nymphalidae
27
56
83
44
Lethe confusa
Nymphalidae
2
0
2
45
Libythea myrrha
Nymphalidae
0
5
5
46
Melanitis leda
Nymphalidae
19
1
20
47
Moduza procris
Nymphalidae
3
1
4
48
Mycalesis horsfieldi
Nymphalidae
105
9
114
49
Mycalesis janardana
Nymphalidae
31
1
32
50
Neptis clinia
Nymphalidae
2
0
2
51
Neptis hylas
Nymphalidae
11
2
13
52
Neptis vikasi
Nymphalidae
11
1
12
53
Polyura athamas
Nymphalidae
0
17
17
54
Rhinopalpa polynice
Nymphalidae
1
2
3
55
Rohana parisatis
Nymphalidae
8
6
14
56
Stibochiona coresia
Nymphalidae
9
4
13
57
Symbrenthia anna
Nymphalidae
1
2
3
58
Symbrenthia hypatia
Nymphalidae
0
1
1
59
Symbrenthia hypselis
Nymphalidae
3
11
14
60
Tanaecia palguna
Nymphalidae
2
0
2
61
Tanaecia trigerta
Nymphalidae
10
1
11
62
Tirumala limniace
Nymphalidae
6
0
6
63
Vagrans egista
Nymphalidae
1
5
6
64
Ypthima pandocus
Nymphalidae
274
98
372
65
Zemeros flegyas
Nymphalidae
1
1
2
66
Acytolepis puspa
Lycaenidae
0
21
21
67
Caleta roxus
Lycaenidae
4
2
6
68
Helioporus epicles
Lycaenidae
3
12
15
69
Ionolice helicon
Lycaenidae
2
47
49
70
Jamides alecto
Lycaenidae
1
18
19
71
Jamides celeno
Lycaenidae
53
94
147
72
Miletus biggsii
Lycaenidae
1
1
2
73
Miletus gaesa
Lycaenidae
2
0
2
74
Miletus leos
Lycaenidae
0
1
1
75
Miletus symethus
Lycaenidae
3
1
4
76
Pithecops corvus
Lycaenidae
0
40
40
77
Prosotas dubiosa
Lycaenidae
13
11
24
78
Prosotas nora
Lycaenidae
17
51
68
79
Udara akasa
Lycaenidae
20
68
88
80
Ancitroides nigrita
Hesperidae
1
0
1
65
Lampiran 12. Jumlah jenis kupu-kupu di kedua habitat (Lanjutan) No
Jenis kupu-kupu
Famili
Terestrial
Riparian
Jumlah
81
Bibasis sena
Hesperidae
2
1
3
82 83
Borbo cinnara
Hesperidae
0
5
5
Choaspes subcaudata
Hesperidae
1
0
1
84
Hasora badra
Hesperidae
1
0
1
85
Korithaialos rubecula
Hesperidae
0
1
1
86
Matapa aria
Hesperidae
0
1
1
87
Notocrypta paralysos
Hesperidae
0
3
3
88
Pelopedias conjunctus
Hesperidae
0
5
5
89
Potanthus omaha
Hesperidae
0
1
1
90
Pseudecoladenia dan
Hesperidae
2
5
7
91
Suastus gremius
Hesperidae
1
1
2
92
Tagiades japetus
Hesperidae
0
1
1
93
Tagiades ultra
Hesperidae
9
1
10
94
Taractocera archias
Hesperidae
0
3
3
95
Telicota colon
Hesperidae
0
1
1
Jumlah individu
1137
907
2044
Jumllah spesies
71
77
95
66
Lampiran 13. Keanekaragaman kupu-kupu di habitat terestrial ∑Ind
pi
Lnpi
D
Papilionodae
4
01.003518
-56.498.541
0.003518
Graphium sarpedon
Papilionodae
36
0.0316623
-34.526.296
0.0316623
Pachliopta aristolochiae
Papilionodae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
4
Papilio demolion
Papilionodae
12
0.0105541
-45.512.418
0.0105541
5
Papilio helenus
Papilionodae
16
0.0140721
-42.635.598
0.0140721
6
Papilio memnon
Papilionodae
22
0.0193492
-3.945.106
0.0193492
7
Troides cuneifera
Papilionodae
5
0.0043975
-54.267.106
0.0043975
8
Troides helena
Papilionodae
5
0.0043975
-54.267.106
0.0043975
9
Belonois java
Pieridae
4
0.003518
-56.498.541
0.003518
10
Delias belisama
Pieridae
176
0.1547933
-18.656.645
0.1547933
11
Delias hyparete
Pieridae
19
0.0167106
-40.917.095
0.0167106
12
Eurema blanda
Pieridae
16
0.0140721
-42.635.598
0.0140721
13
Eurema hecabe
Pieridae
10
0.0087951
-47.335.634
0.0087951
14
Eurema sari
Pieridae
11
0.0096746
-46.382.532
0.0096746
15
Leptosia nina
Pieridae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
16
Amathuxidia taenia
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
17
Athyma nefte
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
18
Cyrestis nivea
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
19
Danaus melanippus
Nymphalidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
20
Discophora celinde
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
21
Doleschalia bisaltide
Nymphalidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
22
Elimnias casiphone
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
23
Euploea eleusina
Nymphalidae
13
0.0114336
-44.711.991
0.0114336
24
Euploea Eunice
Nymphalidae
40
0.0351803
-3.347.269
0.0351803
25
Euploea midamus
Nymphalidae
3
0.0026385
-59.375.362
0.0026385
26
Euploea modesta
Nymphalidae
3
0.0026385
-59.375.362
0.0026385
27
Euploea mulciber
Nymphalidae
28
0.0246262
-3.703.944
0.0246262
28
Euploea sylvester
Nymphalidae
3
0.0026385
-59.375.362
0.0026385
29
Euthalia adonia
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
30
Euthalia monina
Nymphalidae
15
0.0131926
-43.280.983
0.0131926
31
Faunis canens
Nymphalidae
17
0.0149516
-42.029.351
0.0149516
32
Hypolimnas bolina
Nymphalidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
33
Junonia erigone
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
34
Junonia iphita
Nymphalidae
27
0.0237467
-37.403.116
0.0237467
35
Lethe confuse
Nymphalidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
36
Melanitis leda
Nymphalidae
19
0.0167106
-40.917.095
0.0167106
37
Moduza procris
Nymphalidae
3
0.0026385
-59.375.362
0.0026385
38
Mycalesis horsfieldi
Nymphalidae
105
0.0923483
-23.821.881
0.0923483
39
Mycalesis janardana
Nymphalidae
31
0.0272647
-36.021.613
0.0272647
40
Neptis clinia
Nymphalidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
No.
Jenis kupu-kupu
Famili
1
Graphium agamemnon
2 3
67
Lampiran 13. Keanekaragaman kupu-kupu di habitat terestrial (Lanjutan) ∑Ind
pi
lnpi
D
Nymphalidae
11
0.0096746
-46.382.532
0.0096746
Neptis vikasi
Nymphalidae
11
0.0096746
-46.382.532
0.0096746
Rhinopalpa polynice
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
44
Rohana parisatis
Nymphalidae
8
0.0070361
-4.956.707
0.0070361
45
Stibochiona coresia
Nymphalidae
9
0.0079156
-48.389.239
0.0079156
46
Symbrenthia anna
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
47
Symbrenthia hypselis
Nymphalidae
3
0.0026385
-59.375.362
0.0026385
48
Tanaecia palguna
Nymphalidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
49
Tanaecia trigerta
Nymphalidae
10
0.0087951
-47.335.634
0.0087951
50
Tirumala limniace
Nymphalidae
6
0.005277
-5.244.389
0.005277
51
Vagrans egista
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
52
Ypthima pandocus
Nymphalidae
274
0.240985
-14.230.204
0.240985
53
Zemeros flegyas
Nymphalidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
54
Caleta roxus
Lycaenidae
4
0.003518
-56.498.541
0.003518
55
Helioporus epicles
Lycaenidae
3
0.0026385
-59.375.362
0.0026385
56
Ionolice helicon
Lycaenidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
57
Jamides alecto
Lycaenidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
58
Jamides celeno
Lycaenidae
53
0.0466139
-30.658.566
0.0466139
59
Miletus biggsi
Lycaenidae
3
0.0026385
-59.375.362
0.0026385
60
Miletus gaesa
Lycaenidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
61
Miletus leos
Lycaenidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
62
Prosotas dubiosa
Lycaenidae
13
0.0114336
-44.711.991
0.0114336
63
Prosotas nora
Lycaenidae
17
0.0149516
-42.029.351
0.0149516
64
Udara akasa
Lycaenidae
20
0.0175901
-40.404.162
0.0175901
65
Ancitroides nigrita
Hesperidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
66
Bibasis sena
Hesperidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
67
Choaspes subcaudata
Hesperidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
68
Hasora badra
Hesperidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
69
Pseudecoladenia dan
Hesperidae
2
0.001759
-63.430.013
0.001759
70
Suastus gremius
Hesperidae
1
0.0008795
-70.361.485
0.0008795
71
Tagiades ultra
Hesperidae
9
0.0079156
-48.389.239
0.0079156
No.
Jenis kupu-kupu
Famili
41
Neptis hylas
42 43
Jumlah individu
1137
Jumlah jenis
71
Kekayaan (Dmg)
9.95
Keanekaragaman (H')
3.05
Kemerataan (E)
0.71
68
Lampiran 14. Keanekaragaman kupu-kupu di habitat riparian ∑Ind
pi
lnpi
D
Papilionodae Papilionodae
4 25
0.00441 0.027563
-54.238.481 -35.912.666
0.0044101 0.0275634
Papilio demolion
Papilionodae
2
0.002205
-61.169.953
0.0022051
4
Papilio helenus
Papilionodae
42
0.046307
-30.724.728
0.0463065
5
Papilio memnon
Papilionodae
44
0.048512
-30.259.528
0.0485116
No
Jenis kupu-kupu
Famili
1 2
Graphium agamemnon Graphium sarpedon
3
6
Papilio paris
Papilionodae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
7
Troides cuneifera
Papilionodae
18
0.019846
-39.197.707
0.0198456
8
Troides helena
Papilionodae
16
0.017641
-40.375.537
0.0176406
9
Appias nero
Pieridae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
10
Appias pandione
Pieridae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
11
Belonois java
Pieridae
4
0.00441
-54.238.481
0.0044101
12
Delias belisama
Pieridae
33
0.036384
-33.136.349
0.0363837
13
Delias hyparete
Pieridae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
14
Eurema blanda
Pieridae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
15
Eurema sari
Pieridae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
16
Leptosia nina
Pieridae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
17
Prosotas nora
Pieridae
51
0.056229
-28.783.168
0.0562293
18
Euploea eyndhovii
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
19
Acraea issoria
Nymphalidae
11
0.012128
-44.122.472
0.0121279
20
Amnosia decora
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
21
Athyma nefte
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
22
Cethosia penthesilea
Nymphalidae
2
0.002205
-61.169.953
0.0022051
23
Cyrestis luthea
Nymphalidae
6
0.006615
-5.018.383
0.0066152
24
Cyrestis nivea
Nymphalidae
3
0.003308
-57.115.302
0.0033076
25
Euploea eleusina
Nymphalidae
4
0.00441
-54.238.481
0.0044101
26
Euploea eunice
Nymphalidae
3
0.003308
-57.115.302
0.0033076
27
Euploea midamus
Nymphalidae
2
0.002205
-61.169.953
0.0022051
28
Euploea mulciber
Nymphalidae
20
0.022051
-38.144.102
0.0220507
29
Euthalia adonia
Nymphalidae
2
0.002205
-61.169.953
0.0022051
30
Euthalia monina
Nymphalidae
3
0.003308
-57.115.302
0.0033076
31
Faunis canens
Nymphalidae
11
0.012128
-44.122.472
0.0121279
32
Hypolimnas bolina
Nymphalidae
3
0.003308
-57.115.302
0.0033076
33
Junonia iphita
Nymphalidae
56
0.061742
-27.847.908
0.061742
34
Libythea myrrha
Nymphalidae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
35
Melanitis leda
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
36
Moduza procris
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
37
Mycalesis horsfieldi
Nymphalidae
9
0.009923
-46.129.179
0.0099228
38
Mycalesis janardana
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
39
Neptis hylas
Nymphalidae
2
0.002205
-61.169.953
0.0022051
40
Neptis vikasi
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
41
Polyura athamas
Nymphalidae
17
0.018743
-39.769.291
0.0187431
69
Lampiran 14. Keanekaragaman kupu-kupu di habitat riparian (Lanjutan) ∑Ind
No
Jenis kupu-kupu
Famili
lnpi
D
42
Rhinopalpa polynice
Nymphalidae
2
0.002205
-61.169.953
0.0022051
43
Rohana parisatis
Nymphalidae
6
44
Stibochiona coresia
Nymphalidae
4
0.006615
-5.018.383
0.0066152
0.00441
-54.238.481
0.0044101
45
Symbrenthia anna
Nymphalidae
2
0.002205
-61.169.953
0.0022051
46
Symbrenthia hypatia
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
47 48
Symbrenthia hypselis
Nymphalidae
11
0.012128
-44.122.472
0.0121279
Tanaecia trigerta
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
49
Vagrans egista
Nymphalidae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
50
Ypthima pandocus
Nymphalidae
98
0.108049
-2.225.175
0.1080485
51
Zemeros flegyas
Nymphalidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
52
Miletus leos
Lycaenidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
53
Milletus biggsii
Lycaenidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
54
Acytolepis puspa
Lycaenidae
21
0.023153
-376.562
0.0231533
55
Caleta roxus
Lycaenidae
2
0.002205
-61.169.953
0.0022051
56
Helioporus epicles
Lycaenidae
12
0.01323
-43.252.358
0.0132304
57
Ionolice helicon
Lycaenidae
47
0.051819
-29.599.948
0.0518192
58
Jamides alecto
Lycaenidae
18
0.019846
-39.197.707
0.0198456
59
Jamides celeno
Lycaenidae
94
0.103638
-22.668.477
0.1036384
60
Miletus symethus
Lycaenidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
61
Pithecops corvus
Lycaenidae
40
0.044101
-3.121.263
0.0441014
62
Prioneris autothisbe
Lycaenidae
3
0.003308
-57.115.302
0.0033076
63
Prosotas dubiosa
Lycaenidae
11
0.012128
-44.122.472
0.0121279
64
Udara akasa
Lycaenidae
68
0.074972
-25.906.347
0.0749724
65
Matapa aria
Hesperidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
66
Suastus gremius
Hesperidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
67
Potanthus omaha
Hesperidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
68
Pelopedias conjunctus
Hesperidae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
69
Tagiades japetus
Hesperidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
70
Bibasis sena
Hesperidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
71
Borbo cinnara
Hesperidae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
72
Korithaialos rubecula
Hesperidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
73
Notocrypta paralysos
Hesperidae
3
0.003308
-57.115.302
0.0033076
74
Pseudecoladenia dan
Hesperidae
5
0.005513
-52.007.045
0.0055127
75
Tagiades ultra
Hesperidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
76
Taractocera archias
Hesperidae
3
0.003308
-57.115.302
0.0033076
77
Telicota colon
Hesperidae
1
0.001103
-68.101.425
0.0011025
Jumlah individu
907
Jumlah jenis
77
Kekayaan (Dmg)
11.16
Keanekaragaman (H')
3.43
Kemerataan (E)
0.79
pi
70
Lampiran 15. Tumbuhan pakan larva kupu-kupu No
Jenis
Famili
Terestrial
Kupu-kupu yang memanfaatkan
Riparian Famili
Jenis
1
Pteudoran themum
Acanthaceae
√
Nymphalidae
Junonia sp.
Doleschallia bisaltide
2
Mangifera indica
Anacardiaceae
√
Nymphalidae
Euthalia monina
Lexias paradalis
3
Polyathia longifolia
Annonaceae
√
Papilionidae
Graphium agamemnon
4
Alstonia scholaris
Apocynaceae
√
Nymphalidae
Euploea sp.
5
Pinanga coronateae
Arecaceae
√
Nymphalidae
6
Ageratum conyzoides
Asteraceae
√
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
7
Dysoxylum amooroides
Asteraceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
8
Elephantopus scaber
Asteraceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
9
Emelia sonchifolia
Asteraceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
10
Erechtites valerianifolia
Asteraceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
11
Eupatorium inulifolium
Asteraceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
12
Mikania micrantha
Asteraceae
√
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
13
Vernonia arborea
Asteraceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
14
Durio zibethinus
Bombacaceae
√
Hesperidae
15
Cleome rutidosperma
Capparidaceae
√
Pieridae
16
Acalypha caturus
Euphorbiaceae
√
17
Aleurites moluccana
Euphorbiaceae
√
Nymphalidae
18
Antidesma montanum
Euphorbiaceae
√
Nymphalidae
19
Antidesma tetrandum
Euphorbiaceae
√
Nymphalidae
20
Bischovia javanica
Euphorbiaceae
√
Nymphalidae
21
Glochidion arborescen
Euphorbiaceae
√
Nymphalidae
Athyma nefte
22
Glochidion cyrtostylum
Euphorbiaceae
Nymphalidae
Athyma nefte
√ √
√
√
Delias sp.
Nymphalidae
70
Sumber : Peggie (2006), Wilson (2008)
Lampiran 15. Tumbuhan pakan larva kupu-kupu (Lanjutan) No
Jenis
Famili
Terestrial
Kupu-kupu yang memanfaatkan
Riparian Famili
23
Homalanthus populneus
Euphorbiaceae
√
24
Macaranga tanarius
Euphorbiaceae
√
25
Pedilanthus pringlei
Euphorbiaceae
26
Phylanthus niruri
Euphorbiaceae
27
Calliandra calothyrsus
Fabaceae
28
Calliandra tetragona
Fabaceae
√
29
Dialium indium
Fabaceae
√
30
Erythrina lithosperma
Fabaceae
31
Paraserientehes lebbeck
Fabaceae
32
Lithocarpus sundaicus
Fagaceae
33
Cinnamomum inners
Lauraceae
√
34
Litsea glutinosa
Lauraceae
√
35
Litsea sanguinolenta
Lauraceae
36
Litsea sp
Lauraceae
√
37
Persea americana
Lauraceae
√
38
Phoebe exelsa
Lauraceae
39
Michelia velutina
40 41
√
Jenis
Nymphalidae Nymphalidae
√ √
Nymphalidae Nymphalidae
√
Pieridae, Hesperidae
Polyura sp.
Hasora badra
√
Pieridae, Hesperidae
Polyura sp.
Hasora badra
Pieridae, Hesperidae
Polyura sp.
Hasora badra
Pieridae, Hesperidae
Polyura sp.
Hasora badra
Pieridae, Hesperidae
Polyura sp.
Hasora badra
Papilionidae, Nymphalidae
Graphium sarpedon
Polyura sp.
√
Papilionidae, Nymphalidae
Graphium sarpedon
Polyura sp.
√
Papilionidae, Nymphalidae
Graphium sarpedon
Polyura sp.
√
Papilionidae, Nymphalidae
Graphium sarpedon
Polyura sp.
Papilionidae, Nymphalidae
Graphium sarpedon
Polyura sp.
√
Papilionidae, Nymphalidae
Graphium sarpedon
Polyura sp.
Magnoliaceae
√
Papilionidae
Graphium agamemnon
Sida rhombifolia
Malvaceae
√
Hesperidae
Hypolimnas bolina
Mimosa pudica
Mimosaceae
√
Hesperidae
Taractocera archias
42
Artocarpus elasticus
Moraceae
Nymphalidae
Euploea sp.
Doleschallia bisaltide
43
Artocarpus heterophyllus
Moraceae
√
Nymphalidae
Euploea sp.
Doleschallia bisaltide
44 45
Artocarpus sp
Moraceae
√
Nymphalidae
Euploea sp.
Doleschallia bisaltide
Ficus alba
Moraceae
Nymphalidae
Euploea sp.
Cyrestis nivea
√ √
√ √
√
Lycaenidae
71
Sumber : Peggie (2006), Wilson (2008)
√
Lampiran 15. Tumbuhan pakan larva kupu-kupu (Lanjutan) No
Jenis
Famili
Terestrial
Kupu-kupu yang memanfaatkan
Riparian Famili
46
Ficus firiens
Moraceae
√
47
Ficus fistulosa
Moraceae
√
48
Ficus indica
Moraceae
49
Ficus ribes
Moraceae
50
Ficus variegeta
51 52
Jenis
Nymphalidae
Euploea sp.
Cyrestis nivea
√
Nymphalidae
Euploea sp.
Cyrestis nivea
√
Nymphalidae
Euploea sp.
Cyrestis nivea
√
√
Nymphalidae
Euploea sp.
Cyrestis nivea
Moraceae
√
√
Nymphalidae
Euploea sp.
Cyrestis nivea
Acemena acuminatissima
Myrtaceae
√
Lycaenidae, Hesperidae
Psidium guajava
Myrtaceae
√
Lycaenidae, Hesperidae
53
Rhodamnia cinerea
Myrtaceae
√
Lycaenidae, Hesperidae
54
Cyrtococcum oxyphyllum
Poaceae
√
√
Nymphalidae, Hesperidae
Melanitis leda
Taractocera archias
55
Panicum colonum
Poaceae
√
√
Nymphalidae, Hesperidae
Melanitis leda
Taractocera archias
56
Maesopsis eminii
Rhamnaceae
√
Lycaenidae
57
Coffea robusta
Rubiaceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
Moduza procris
58
Evodia latifolia
Rubiaceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
Moduza procris
59
Lasianthus capitatus
Rubiaceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
Moduza procris
60
Terenna incerta
Rubiaceae
√
Nymphalidae
Hypolimnas bolina
Moduza procris
61
Ellatostachys verucosa
Sapindaceae
√
Nymphalidae, Lycaenidae
Euthalia sp.
62
Trema orientale
Ulmaceae
√
Nymphalidae
63
Dysoxilum nutans
Urticaceae
64
Laportea stimulans
Urticaceae
65
Villebruna rubescens
Urticaceae
√
66
Lantana camara
Verbenaceae
√
67
Stachytarpheta jamaicensis
Verbenaceae
√
68
Costus specious
Zingiberaceae
√
√
Nymphalidae
Doleschallia bisaltide
√
Nymphalidae
Doleschallia bisaltide
√
Nymphalidae
Doleschallia bisaltide
Lycaenidae Lycaenidae √
Hesperidae
Bibasis sena
72
Sumber : Peggie (2006), Wilson (2008)
√
Sumber : Peggie (2006), Wilson (2008)