Program
:
Judul RPI Koordinator Judul Kegiatan
: : :
Sub Judul Kegiatan
:
Pelaksana Kegiatan
:
Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Agroforestry Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan Pembangunan Hutan Analisis Sosial dan Kebijakan Pembangunan HT Pola Agroforestry Jenis Kayu Bawang Efendi Agus Waluyo, S.Hut., M.Ec.Dev.,MA. Ari Nurlia, S.Hut
ABSTRAK Hutan rakyat kayu bawang telah dikembangkan secara turun menurun di wilayah pengembangan aslinya yaitu Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah dan telah menyebar ke berbagai wilayah di kabupaten sekitarnya yang ada di Propinsi Bengkulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi pengembangan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu serta merumuskan strategi yang tepat bagi pengembangan hutan rakyat kayu bawang berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Mukomuko dan Kabupaten Rejang Lebong dengan menggunakan analsisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats). Hasil penelitian menunjukkan Faktor kekuatan utama yang mempengaruhi pengembangan hutan rakyat kayu bawang adalah kayu bawang yang mempunyai kualitas tinggi dengan nilai pengaruh 0, 7432, faktor kelemahan utama yang harus diminimalkan adalah tanaman kehutanan merupakan investasi jangka panjang dengan nilai pengaruh 0,7048, faktor peluang utama yang harus dimanfaatkan adalah kebutuhan kayu yang terus meningkat dengan nilai pengaruh 0,8222 dan faktor ancaman utama yang harus diatasi adalah ketidakpastian usaha dengan nilai pengaruh 0,4926.Strategi yang paling sesuai dilakukan dalam rangka pengembangan kayu bawang adalah strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menangkap peluang-peluang yang ada. Kata Kunci:
Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.
A.
Latar Belakang Budidaya tanaman berkayu telah lama dilakukan oleh masyarakat terutama di Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah. Mereka mengembangkan jenis kayu lokal yaitu kayu bawang secara tradisional turun temurun dengan pola agroforestry. Di wilayah ini hampir semua masyarakat petani mengembangkan kayu bawang di kebunnya pada saat memulai kebun yang baru. Kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) merupakan pohon penghasil kayu pertukangan unggulan Propinsi Bengkulu. Tanaman ini mampu tumbuh pada jenis tanah Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang
119
Alluvial dan Podsolik Merah Kuning serta tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang spesifik. Sebaran ketinggian topografi antara 0-1.000 meter dari permukan laut (mdpl) merupakan tempat tumbuh kayu ini (Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkulu Utara, 2004). Hasil penelitian Martin, et.al. (2005) menyatakan bahwa kayu bawang bagi masyarakat telah menjadi komoditas budidaya tradisional yang tetap dipertahankan. Motivasi masyarakat menanam kayu bawang di wilayah tradisionalnya sedang sampai tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kebutuhan kayu di masa yang akan datang semakin meningkat, perasaan puas terhadap usaha perkayuan dan keinginan untuk mempertahankan pohon (Martin dan Gale, 2009). Pada dekade 1990-an jenis ini dipromosikan secara luas oleh pemerintah sebagai tanaman rehabilitasi dan pengkayaan jenis hutan rakyat. Pada saat itu minat masyarakat yang tinggi untuk menanam kayu bawang didukung pemerintah melalui beragam promosi dan penyediaan bibit sehingga mampu menyebar hampir ke seluruh wilayah Provinsi Bengkulu. Sejak awal tahun 2000-an, jenis kayu bawang digunakan secara luas di luar habitat tradisionalnya dalam program rehabilitasi hutan dan lahan serta pengembangan hutan rakyat. Provinsi Bengkulu telah menetapkan jenis tanaman ini sebagai jenis unggulan dan akan dikembangkan hingga mencapai luas tegakan kayu bawang 10.000 ha pada tahun 2008 (Apriyanto, 2003). Saat ini kayu bawang telah menyebar ke bergagai kabupaten sekitarnya. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Waluyo dan Nurlia (2013) menggambarkan tingkat penyebaran kayu bawang terbesar di Kabupaten Seluma dengan persentase 81,75% dan terendah di Kabupaten Rejang Lebong dengan persentase 34,5%. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas tergambar bahwa pengembangan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu memiliki peluang yang bagus namun menghadapi berbagai kendala. Oleh karena itu diperlukan strategi yang tepat untuk pengembangan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu, (2) menganalisis dan mengembangkan strategi-strategi serta menentukan strategi prioritas pengembangan hutan rakyat kayu bawang di Propinsi Bengkulu yang direkomendasikan untuk dilaksanakan di Propinsi Bengkulu. C. Metodologi 1. Pengumpulan Data Data dikumpulkan dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam (in depth Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang
120
interview) terhadap responden yang menjadi unit analisis penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah para pakar (key person) yang dipilih secara sengaja dengan menggunakan metode purposive sampling. Unit Responden dalam penelitian ini adalah wakil dari Stakeholder yang mengetahui dan terlibat langsung dalam program HTR. Sampel responden adalah bagian dari institusi yang terkait dengan pengambilan kebijakan dan strategi pengembangan Kayu Bawang di Kabupaten Muko-muko dan Kab. Rejang Lebong. Pengambilan sampel atau teknik sampling dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan responden paling mengetahui (expert) mengenai persoalan pengembangan kayu. 2. Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threaths). Perangkat analisis data yang digunakan adalah Internal Factor Analysis Strategy (IFAS) dan External Factor Analysis Strategy (EFAS), Diagram SWOT dan Matriks SWOT. Matriks IFAS dan matriks EFAS digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal serta mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman, kemudian dilakukan pembobotan. D. Hasil Yang Telah di Capai D.1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Berdasarkan hasil pengamatan langsung, hasil wawancara dan pengisian kueisioner oleh responden dapat dirumuskan beberapa isu strategis baik internal maupun eksternal. Isu strategis internal meliputi kekuatan dan kelemahan, sedangkan isu strategis eksternal meliputi peluang dan ancaman. 1. Kekuatan Faktor-faktor kekuatan yang berpengaruh terhadap pengembangan kayu bawang dan nilai pengaruhnya di sajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Faktor-faktor Kekuatan dan Nilainya No
Faktor
1 2 3 4
Kayu bawang mempunyai kualitas tinggi Kesesuaian tempat tumbuh Ketersediaan areal yang luas Budidaya Kayu Bawang Kurang Intensif dibanding usaha tani lainnya Kebiasaan Masyarakat menanam kayu secara Turun Temurun Kayu Bawang mempunyai Fungsi tata air
5 6 Total
Bobot
Rating
0.1911 0.1711 0.1811 0.1678
3.8889 3.7778 3.5556 3.6667
Nilai Pengaruh 0.7432 0.6464 0.6440 0.6152
0.1533
3.3333
0.5111
0.1344
3.2222
0.4332 3.5931
Sumber: Data Primer Penelitian 2014, diolah
Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang
121
2.
Kelemahan Faktor-faktor kelemahan yang berpengaruh terhadap pengembangan kayu bawang dan nilai pengaruhnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Faktor-faktor Kelemahan dan Nilainya No 1 2 3 4 5 6
Faktor Menanam tanaman kehutanan merupakan investasi jangka panjang Pembibitan masih terbatas Sumber daya keuangan terbatas/ modal terbatas Latar belakang pendidikan masyarakat sekitar hutan rendah Hanya berorientasi pada bantuan dari Pemerintah Kurangnya tenaga pendamping/ Penyuluh
Bobot
Rating
0.1922
3.6667
Nilai Pengaruh 0.7048
0.1789 0.1711
3.8889 3.8889
0.6957 0.6654
0.1633
3.4444
0.5626
0.1678
3.3333
0.5593
0.1289
3.3333
0.4296
Total
3.6174
Sumber: Data Primer Penelitian 2014, diolah
3.
Peluang Faktor-faktor peluang yang berpengaruh terhadap pengembangan kayu bawang dan nilai pengaruhnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Faktor-faktor Peluang dan Nilainya No 1 2 3 4 5
Faktor Kebutuhan kayu terus meningkat Ketersediaan pasar kayu bawang Dukungan Pemerintah baik Pusat maupun Daerah Ketertarikan masyarakat terhadap tanaman kehutanan tinggi Masih Banyak lahan kosong dalam keadaan kritis dan lahan terkantar
Bobot
Rating
0.2467 0.2267 0.2022
3.3333 3.0000 3.0000
Nilai Pengaruh 0.8222 0.6800 0.6067
0.1756
2.5556
0.4486
0.1489
2.3333
0.3474
Total
2.9049
Sumber: Data Primer Penelitian 2014, diolah
4.
Ancaman Faktor-faktor ancaman yang berpengaruh terhadap pengembangan kayu bawang dan nilai pengaruhnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Faktor-faktor Ancaman dan Nilainya No 1 2 3 4 5
Faktor Ketidakpastian usaha Pengetahuan masyarakat masih kurang Semakin meluasnya usaha perkebunan sawit. Hama, penyakit tanaman dan kebakaran Konflik masyarakat dengan pengusaha perkebunan
Total
Bobot 0.2111 0.2067 0.2811 0.1478 0.1444
Rating 2.3333 2.2222 1.5556 2.6667 2.3333
Nilai Pengaruh 0.4926 0.4593 0.4373 0.3941 0.3370 2.1202
Sumber: Data Primer Penelitian 2014, diolah
Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang
122
D.2. Strategi Pengembangan Kayu Bawang 1. Diagram SWOT Berdasarkan selisih total nilai pengaruh unsur internal (kekuatan dan kelemahan) 3, 5931 – 3, 6174 yakni – 0,0243 dan selisih total nilai pengaruh unsur eksternal (peluang dan ancaman) 2,9049 – 2,1202 yakni 0,7847 maka dapat disusun diagram SWOT seperti disajikan pada Gambar 1. Pada diagram tersebut menunjukkan bahwa pengembangan kayu bawang di Kabupaten Mukomuko dan Kabupaten Rejang Lebong berada pada Sel 3. Menurut Pearce dan Robinson (2007) pada sel 3 menunjukkan bahwa pengembangan kayu bawang mempunyai situasi yang kurang menguntungkan karena meskipun peluang dikembangkannya sangat besar tetapi mempunyai banyak kelemahan. Sedangkan Rangkuti (2013) menerangkan bahwa pada Sel 3 harus menerapkan strategi WO (Weakness – Opportunity), yaitu menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Peluang / Opportunity 0,8 (O)
(-0,0243; 0,7847)
0,7 Sel
Sel
0,6
3
1
0,5 0,4
Kelemahan / Weakness (W) 0,1
-0,5 -0,4 - 0,3 -0,2 -
0,3 -0,1 0,2 -0,2 0,1
Sel 4 Gambar 1. Diagram SWOT
-0,3 -0,4
Kekuatan
/
Strength (S) 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Sel
2 Ancaman / Threat Pengembangan Kayu Bawang (T)
2.
Matriks SWOT Matriks SWOT menjelaskan secara rinci bagaimana peluang dan ancaman terhadap pengembangan kayu bawang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks SWOT ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi SO, ST, WO dan WT. Sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya strategi yang tepat untuk digunakan dalam pengembangan hutan rakyat kayu bawang adalah strategi WO. Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang
123
Tabel 5. Matriks SWOT pengembangan kayu bawang UNSUR KEKUATAN (S) INTERNAL S1. Kayu bawang mempunyai kualitas tinggi S2. Kesesuaian tempat tumbuh S3. Ketersediaan areal yang luas S4. Budidaya Kayu Bawang Kurang Intensif dibanding usaha tani lainnya UNSUR S5. Kebiasaan Masyarakat EKSTERNAL menanam kayu secara Turun Temurun S6. Kayu Bawang mempunyai Fungsi tata air PELUANG (O) STRATEGI SO O1. Kebutuhan kayu terus Memperlebar jaringan meningkat pemasaran (S1, O1, O2) O2. Ketersediaan pasar kayu Memperluas area bawang pengembangan hutan O3. Dukungan Pemerintah rakyat dengan baik Pusat maupun memanfaatkan lahan Daerah krirtis dan terlantar (S, O4. Ketertarikan masyarakat O3, O4, O5) terhadap tanaman kehutanan tinggi O5. Masih Banyak lahan kosong dalam keadaan kritis dan lahan terkantar ANCAMAN (T) STRATEGI ST T1. Ketidakpastian usaha Pengembangan kelembagaan T2. Pengetahuan masyarakat pasar yang dapat mendukung masih kurang usaha kehutanan (S1, T1, T2, T3. Semakin meluasnya T3) usaha perkebunan sawit. T4. Hama, penyakit tanaman dan kebakaran T5. Konflik masyarakat dengan pengusaha perkebunan
KELEMAHAN (W) W1. Menanam tanaman kehutanan merupakan investasi jangka panjang W2. Pembibitan masih terbatas W3. Sumber daya keuangan terbatas/ modal terbatas W4. Latar belakang pendidikan masyarakat sekitar hutan rendah W5. Hanya berorientasi pada bantuan dari Pemerintah W6. Kurangnya tenaga pendamping/penyuluh STRATEGI WO Meningkatkan teknologi pembibitan terutama dari pembibitan vegetative (W2, W4, O4)
Menambah jumlah tenaga penyuluh kehutanan di lapangan (W, O3)
STRATEGI WT Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait serta pemberdayaan kelembagaan masyarakat (W3, W4, W5, T3, T5)
E. Kesimpulan dan Rekomendasi Pengembangan kayu bawang di kabupaten Mukomuko dan kabupaten Rejang Lebong dipengaruhi oleh unsur internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (Peluang dan ancaman). Faktor kekuatan utama yang mempengaruhinya adalah kayu bawang yang mempunyai kualitas tinggi dengan nilai pengaruh 0,7432 sedangkan faktor kelemahan utama yang harus diminimalkan adalah tanaman kehutanan merupakan investasi jangka panjang dengan nilai pengaruh Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang
124
0,7048. Faktor peluang utama yang harus dimanfaatkan adalah kebutuhan kayu yang terus meningkat dengan nilai pengaruh 0,8222 dan faktor ancaman utama yang harus diatasi adalah ketidakpastian usaha dengan nilai pengaruh 0,4926. Strategi yang paling sesuai dilakukan dalam rangka pengembangan kayu bawang adalah strategi WO (Weakness – Opportunity), yakni menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menangkap peluang-peluang yang ada. Strategi tersebut dapat dilakukan dengan Meningkatkan teknologi pembibitan terutama dari pembibitan vegetatif dan menambah jumlah tenaga penyuluh kehutanan di lapangan Foto Kegiatan
Laporan Kegiatan Tahun 2014 - Buku II BPK Palembang
125