KATA PENGANTAR Penilaian adalah bagian dari kurikulum. Penilaian merupakan alat evaluasi yang berfungsi sebagai gambaran ketercapaian Standar Nasional pendidikan. Penilaian dalam kurikulum 2004 maupun 2013 memiliki cakupan yang sama untuk dinilai, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang dan terintegrasi dalam proses pembelajaran, sehingga dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi untuk setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Implementasi Kurikulum 2013 berimplikasi pada model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik yang harus dilakukan oleh pendidik. Penilaian oleh pendidik tidak hanya berfokus pada penilaian hasil belajar, tetapi juga harus memperhatikan proses penilaian yang sifatnya lebih kualitatif untuk proses perbaikan pembelajaran baik untuk pendidik maupun untuk peserta didik. Instrumen penilaian harus dirancang secara bervariasi sesuai tuntutan dalam kurikulum dan dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yang tepat. Untuk dapat mengembangkan penilaian sesuai tuntutan tersebut, maka dibutuhkan langkah-langkah perencanaan dan pengembangan instrumen penilaian yang tepat yang mengacu pada indikatorindikator pembelajaran dan kompetensi dasarnya. Sehubungan dengan hal di atas, Puspendik – Balitbang Kemendikbud yang bergerak di bidang penilaian, menyempurnakan buku pedoman penilaian hasil belajar yang sudah dikembangkan sebelumnya, sesuai dengan kebijakan baru berkaitan dengan penilaian, sehingga secara umum buku ini dapat dijadikan acuan oleh pendidik dari sekolah-sekolah yang menerapkan kurikulum 2013. Buku ini diharapkan dapat digunakan untuk semua jenjang. Di samping itu, buku pedoman i
ini juga dilengkapi dengan buku pedoman teknis untuk beberapa mata pelajaran pada jenjang SD, SMP, dan SMA yang lebih rinci lagi tentang teknis perancangan, pengembangan dan pengolahan hasil penilaian untuk setiap mata pelajaran. Buku pedoman penilaian hasil belajar ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan oleh para pendidik di lapangan dalam merancang, mengembangkan, dan melaporkan hasil penilaian yang harus dilakukan oleh pendidik di kelas. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat, Prof. Ir Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................ i DAFTAR ISI..........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................1 B. Tujuan Penyusunan Pedoman Penilaian ................................5 C. Ruang Lingkup Pedoman Penilaian ..........................................5 D. Manfaat Pedoman Penilaian.........................................................6 BAB 2 A. B. C. D. BAB 3 A. B. C. D.
STRATEGI DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KELAS........7 Perkembangan Kurikulum............................................................8 Penilaian Otentik (Authentic Assessment)........................ 11 Penilaian Kelas ................................................................................ 12 Kaitan Penilaian Kelas dan Proses Pembelajaran ........... 17 MODEL-MODEL PENILAIAN KELAS ...................................... 20 PENILAIAN SIKAP.......................................................................... 21 PENILAIAN PENGETAHUAN .................................................... 46 PENILAIAN KETERAMPILAN (KINERJA) ........................... 73 PENILAIAN PORTOFOLIO .......................................................... 98
BAB 4 PENGOLAHAN, PELAPORAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN.....................................................................................125 A. Pengolahan Hasil Penilaian .....................................................126 B. Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil Penilaian ...................140
BAB V PENUTUP .......................................................................................149
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
Pedoman Penilaian Kelas oleh Pendidik
A. Latar Belakang Penilaian (assessment) merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, UNESCO menyatakan assessment as a lever to reform education. Istilah penilaian (assessment) sering dipertukarkan secara rancu dengan dua istilah lain, yakni pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Pada hal ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan suatu hirarki. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan sesuatu sejenis yang digunakan sebagai kriteria; penilaian adalah proses menafsirkan dan mendeskripsikan bukti-bukti hasil pengukuran, sedangkan evaluasi adalah kegiatan memutuskan atau menetapkan sesuatu berdasarkan hasil-hasil penilaian. Di abad XXI yang mengalami perkembangan luar biasa dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan transformasi nilai-nilai budaya, menyebabkan penilaian juga mengalami pergeseran paradigma. Penilaian yang dirancang guru tidak bisa hanya terfokus pada penilaian kognitif. Penilaian berbagai keterampilan belajar dan berpikir, literasi, serta kemampuan memecahkan masalah kehidupan nyata dalam rangka membentuk kecakapan hidup justru harus mendapatkan porsi yang lebih banyak. Guru tidak cukup hanya menilai “apa yang diketahui siswa” tetapi juga harus menekankan pada “apa yang dapat dilakukan oleh siswa”. Karena itu penilaian harus bersifat otentik, bukan artifisial; juga harus mencapai level berpikir 1
Pusat Penilaian Pendidikan
tingkat tinggi, yang menuntut berpikir logis, analitis, kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan maslah (problem solving) pada konteks kehidupan nyata. Beberapa pakar pendidikan mensinyalir bahwa proses pembelajaran dan penilaian di sekolah-sekolah kita belum bersifat otentik, karena belum menggunakan konteks kehidupan sehari-hari. Sejumlah pakar pendidikan menyatakan bahwa pembelajaran kita lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, dan hukum, kemudian biasa dihafalkan, bukan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata. Proses pembelajaran seperti di atas menjadi semakin tidak bermakna karena ternyata instrumen penilaian yang digunakan guru bersifat artifisial, tidak bersifat otentik yang menggunakan konteks kehidupan sehari-hari (daily life). Sinyalir para pakar pendidikan di atas sejalan dengan hasil studi internasional TIMSS dan PISA yang menunjukkan bahwa trend kemampuan rata-rata siswa Indonesia selalu di bawah ratarata internasional, umumnya siswa Indonesia hanya mampu mengingat fakta sederhana, terminologi, dan hukum-hukum tetapi belum mampu mengimplementasikannya untuk menjelaskan fenomena di sekitarnya, apalagi memecahkan permasalahan kehidupan nyata. Agar otentik, penilaian harus dirancang tidak hanya dilakukan di akhir proses pembelajaran atau hanya menilai hasil belajar (assessment of learning). Penilaian otentik juga harus dirancang menyatu dengan pembelajaran sehingga penilaian juga merupakan proses belajar (assessment for learning), apalagi jika proses penilaian tersebut dengan melibatkan siswa, maka siswa akan belajar menjadi penilai dirinya sendiri (assessment as learning). Pada hakikatnya, penilai terbaik bagi seorang siswa dalam proses belajar adalah dirinya sendiri. Bila penilaian dilakukan dengan tiga pendekatan di atas (assessment of, for, dan as learning) maka penilaian tidak hanya terfokus pada hasil yang 2
Pusat Penilaian Pendidikan
cenderung berdimensi kognitif, tetapi pasti juga menilai proses yang berdimensi keterampilan dan sikap. Tentu saja untuk menilai banyak dimensi diperlukan berbagai metode dan instrumen penilaian yang sesuai. Tidak ada satu metode penilaian yang mampu menyajikan semuanya. Setiap dimensi memerlukan metode dan instrumen penilaian sesuai karakteristiknya masing-masing. Karena itulah guru, sekolah, dan pemerintah harus merancang sistem penilaian, mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan sesuai prinsip dan aturan yang benar. Apalagi ketika diberlakukan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013 seperti sekarang ini, hadirnya Standar Penilaian sebagai acuan utama dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan hasil penilaian menjadi sangat diperlukan. Dalam implementasinya, Kurikulum 2013 sebenarnya sudah dilengkapi dengan Standar Penilaian Pendidikan sebagaimana dituangkan dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013, Permendikbud Nomor 104 tahun 2013 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan ditunjang lagi dengan Permendikbud Nomor 57 tahun 2014 (tentang Kurikulum 2013 pada jenjang SD/MI), Nomor 58 tahun 2014 (tentang Kurikulum 2013 pada jenjang SMP/MTs), dan Nomor 59 tahun 2014 (tentang Kurikulum 2013 pada jenjang SMA/MA), dan Nomor 60 tahun 2014 (tentang Kurikulum 2013 pada jenjang SMK/MAK). Peraturan-peraturan ini masih terus dikembangkan karena masih terdapat sejumlah inkonsistensi, kekurangjelasan, atau kekuranglengkapan pada aturan-aturan di atas, misalnya tentang konsep dan pelaksanaan penilaian otentik, perumusan kriteria mastery learning, teknik dan instrumen penilaian terutama untuk penilaian sikap, serta cara penskoran dan pelaporan. Munculnya permasalahan tentang penilaian dalam menerapkan kurikulum 2013 menyebabkan permendikbud 104 tentang penilaian dikaji kembali, sehingga direvisi menjadi permendikbud 53 tentang 3
Pusat Penilaian Pendidikan
standar penilaian hasil belajar oleh pendidik dan satuan pendidikan. Inkonsistensi, kekurangjelasan, atau kekuranglengkapan peraturan yang memayungi proses penilaian pendidikan berpotensi menimbulkan kekurangpahaman guru dan pemangku kepentingan terhadap konsep penilaian dan kekurangterampilan mereka mengimplementasikan proses penilaian. Hal ini dapat dilihat dari beberapa data empiris yang menunjukkan kemampuan guru dalam merancang instrumen penilaian sesuai indikator dan kompetensi dasar masih rendah dan instrumen penilaian yang dibuat guru masih dominan mengukur penguasaan pengetahuan, belum menyentuh bagaimana pengetahuan tersebut diterapkan dalam kehidupan nyata. Fakta sejenis dalam skala lebih besar ditunjukkan oleh hasil analisis Direktorat Pembinaan SMP (2014) yang menunjukkan guru-guru SMP di 76 kabupaten/kota dari 29 provinsi di Indonesia yang menguasai konsep penilaian sesuai Kurikulum 2013 baru berkisar 30%-42%, sedangkan yang mampu menerapkan penilaian sesuai Kurikulum 2013 lebih kecil lagi, hanya 25%37%. Berdasarkan deskripsi di atas, puspendik merasa perlu mengembangkan pedoman penilaian untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang lebih rinci dan lengkap yang dilengkapi dengan contoh-contoh yang mudah diadaptasi dan diimplementasikan, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi guru, memandu, dan menjamin terlaksananya proses penilaian yang benar dan berkualitas. Buku pedoman ini berisi panduan untuk pendidik dalam melakukan penilaian kelas yang mencakup aspek afektif, kognitif, dan psikomotor, dan tidak secara khusus mengacu pada kurikulum tertentu, tetapi bersifat sangat umum. Tetapi contoh-contohnya mengacu pada kurikulum 2013 yang digunakan oleh pendidik di beberapa sekolah. 4
Pusat Penilaian Pendidikan
B. Tujuan Penyusunan Pedoman Penilaian Tujuan penyusunan Pedoman Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik adalah: 1. memberikan arah dan kesatuan persepsi terhadap konsep penilaian pada Pendidikan Dasar dan Menengah; 2. memberikan panduan tahap-tahap pengembangan instrumen beserta contohnya untuk penilaian pada Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 3. memberikan panduan dalam mengembangkan instrumen penilaian beserta contoh formatnya, sehingga diperoleh instrumen yang standar dan berkualitas; 4. memberikan panduan analisis hasil penilaian beserta contohnya, untuk penilaian pada Pendidikan Dasar dan Menengah; dan 5. memberikan panduan mekanisme pelaporan capaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga mampu memberikan informasi yang akurat dan akuntabel C. Ruang Lingkup Pedoman Penilaian Sebagaimana diuraikan dalam PP Nomer 19 Tahun 2005 jo PP Nomer 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa penilaian pada Pendidikan Dasar dan Menengah dilakukan oleh: a) pendidik/guru, b) satuan pendidikan (sekolah/madrasah), dan c) pemerintah. Pedoman penilaian ini hanya menguraikan penilaian yang dilakukan oleh pendidik/guru yang dikenal dengan penilaian kelas (classroombased assessment). Pedoman penilaian oleh satuan pendidikan dan oleh pemerintah akan diuraikan pada pedoman tersendiri. Penilaian kelas oleh pendidik mencakup penilaian sikap (attitude), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan 5
Pusat Penilaian Pendidikan
(performance). Di dalam kurikulum 2013 ketiga ranah tersebut tersirat dalam capaian Kompetensi Inti 1 (KI-1): Sikap Spiritual, Kompetensi Inti 2 (KI-2): Sikap Sosial, Kompetensi Inti 3 (KI-3): Pengetahuan, dan Kompetensi Inti 4 (KI-4): Keterampilan. Untuk setiap jenjang pendidikan dikembangkan contoh-contoh instrumen penilaian yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan, misalnya untuk SD/MI instrumen penilaian memperhatikan pembelajaran tematik, sedangkan untuk SMP/MTs memperhatikan pembelajaran terpadu, dan pada jenjang SMA/MA memperhatikan karakteristik masingmasing pembelajaran. D. Manfaat Pedoman Penilaian
Dengan tersusunnya Pedoman Penilaian untuk Pendidikan Dasar dan Menengah ini diharapkan memberikan manfaat: 1. tidak terjadi perbedaan persepsi atau ketidaksinkronan antar bentuk-bentuk penilaian yang dituangkan pada aturan penilaian pada Pendidikan Dasar dan Menengah yang menimbulkan kebingungan di lapangan; 2. tersedia acuan yang operasional bagi guru dalam mengembangkan instrumen penilaian, melakukan penilaian, mengolah, dan melaporkan hasil penilaian secara akurat dan akuntabel; dan 3. tersedia contoh-contoh instrumen penilaian yang standar beserta formatnya sehingga memberikan kemudahan bagi pendidik untuk mengadaptasi atau mengembangkan sendiri instrumen-instrumen yang sejenis.
6
Pusat Penilaian Pendidikan
BAB 2 STRATEGI DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KELAS
Pedoman Penilaian Kelas oleh Pendidik
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, mengamanatkan bahwa pembelajaran pada tingkat dasar dan menengah mengikuti Standar Penilaian. Standar penilaian adalah standar nasional pendidikan berkaitan dengan penilaian pada jenjang tingkat dasar dan menengah yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut penilaian hasil pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Dalam rangka melakukan pembaharuan sistem pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara berkala melakukan penyempurnaan kurikulum nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Upaya penyempurnaan kurikulum ini merupakan respon atas berbagai kritik dan tanggapan terhadap konsep dan implementasi kurikulum 2004 yang dianggap memiliki beberapa kelemahan dan kekurangan, baik dari segi substansi maupun pendekatan dan organisasi kurikulum. Perubahan kurikulum ini juga paralel dengan diterapkannya otonomi pendidikan di tingkat kabupaten dan kota, serta pendekatan manajemen berbasis sekolah (schoolbased management) dan pendidikan berbasis masyarakat (community-based education). Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan kurikulum 2004 yang disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum ini disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Tujuannya adalah untuk mendorong peserta didik agar mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan 7
Pusat Penilaian Pendidikan
pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan tersebut diharapkan peserta didik memiliki kompetensi yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan secara terintegrasi yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga dapat menghadapi berbagai persoalan dan tantangan menghadapi perkembangan abad 21. Implementasi Kurikulum 2013, berimplikasi pada model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian pencapaian kompetensi lebih menekankan pada proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi untuk menentukan sejauhmana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, penilaian pencapaian kompetensi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga mandiri. Penilaian pencapaian kompetensi oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada pendidik agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran berikutnya. A. Perkembangan Kurikulum
Suatu sistem pendidikan membutuhkan suatu standar, serendah apapun suatu standar tetap diperlukan karena berperan sebagai patokan dan sekaligus pemicu untuk memperbaiki kualitas mutu. Dalam konteks pendidikan, standar diperlukan sebagai acuan minimal (dalam hal kompetensi) yang harus dipenuhi oleh seorang lulusan dari suatu lembaga pendidikan sehingga setiap calon lulusan dinilai apakah yang 8
Pusat Penilaian Pendidikan
bersangkutan telah memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan. Penyempurnaan kurikulum 2013 merupakan bagian dari pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dan berimbang. Dalam Kurikulum 2013 Kompetensi Inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dikuasai peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu. Gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dicapai peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills. Kompetensi Inti tersebut berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). Perubahan kurikulum tersebut tidak hanya sekedar penyesuaian substansi materi dan format kurikulum sesuai dengan tuntutan perkembangan, tetapi juga adanya pergeseran paradigma (paradigm shift) dari pendekatan pendidikan yang 9
Pusat Penilaian Pendidikan
berorientasi masukan (input-oriented education) ke pendekatan pendidikan berorientasi hasil atau standar (outcome-based education). Secara lebih sederhana, apa yang harus ditetapkan sebagai kebijakan kurikuler secara nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bergeser dari pertanyaan tentang apa yang harus diajarkan (kurikulum) ke pertanyaan tentang apa yang harus dikuasai anak (standar kompetensi) pada tingkatan dan jenjang pendidikan tertentu. Perubahan paradigm ini berimplikasi pada perubahan penilaiannya yang lebih menekankan pada penilaian selama proses pembelajaran untuk ketercapaian kompetensi peserta didik. Diterapkannya standar kompetensi sebagai acuan dalam proses pendidikan diharapkan semua komponen yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan di semua tingkatan, termasuk peserta didik itu sendiri akan mengarahkan upayanya pada pencapaian standar dimaksud. Diharapkan dengan pendekatan ini pendidik memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus dikuasai anak di setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yang sama memiliki kebebasan yang luas untuk mendesain dan melakukan proses pembelajaran yang ia pandang paling efektif dan efisien untuk mencapai standar tersebut. Dengan demikian, pendidik didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) serta tidak berorientasi pada pencapaian ‘target kurikulum’ semata. Pendekatan standar kompetensi memiliki ciri, antara lain: Adanya visi, misi dan tujuan pendidikan yang disepakati secara bersama di tingkat nasional Adanya standar kompetensi lulusan (exit outcome) yang secara konsisten dan jelas dijabarkan dari tujuan pendidikan Adanya kerangka kurikulum dan silabus yang merupakan artikulasi yang ketat dari kompetensi lulusan Adanya sistem penilaian acuan kriteria (criterion-referenced assessment) dan standar pencapaian (performance standard) yang diterapkan secara konsisten. 10
Pusat Penilaian Pendidikan
Implikasi dari diterapkannya standar kompetensi adalah proses penilaian yang dilakukan oleh pendidik, baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Untuk itu, dalam menerapkan standar kompetensi pendidik harus mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin pengalaman belajar yang terarah, Mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi. B. Penilaian Otentik (Authentic Assessment) Menurut Jon Mueller (2006) penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian dimana peserta didik diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna. Prinsip-prinsip penilaian otentik.
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction), Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah dunia sekolah (school workkind of problems), Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensorimotorik)
11
Pusat Penilaian Pendidikan
C. Penilaian Kelas Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh pendidik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan (standar komptensi, komptensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar). Hasil penilaian berbasis kelas dapat menggambarkan kompetensi dan kemajuan siswa selama di kelas. Dalam penilaian proses dan hasil belajar, terdapat tiga jenis utama penilaian yaitu:
Penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning), terjadi ketika pendidik menggunakan dugaan-dugaan mengenai perkembangan peserta didik sebagai bahan untuk mengembangkan pengajaran mereka (formatif) Penilaian sebagai pembelajaran (assessment as larning) terjadi ketika para peserta didik melakukan refleksi dan mengamati perkembangan pembelajaran mereka sebagai bahan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran mereka dimasa depan (formatif) Penilaian hasil pembelajaran (assessment of learning) terjadi ketika para pendidik menggunakan bukti-bukti dari pembelajaran para peserta didik untuk menilai pencapaian peserta didik atas tujuan-tujuan dan standar-standar pembelajaran (sumatif). Dengan diterapkannya standar kompetensi sebagai acuan dalam proses pembelajaran, pendidik memiliki orientasi yang jelas tentang apa yang harus dikuasai peserta didik di setiap tingkatan dan jenjang, serta pada saat yang sama juga memiliki kebebasan yang luas untuk mendesain dan melakukan proses pembelajaran yang ia pandang paling efektif dan efisien untuk mencapai standar tersebut. 12
Pusat Penilaian Pendidikan
1. Karakteristik Penilaian Kelas Penilaian kelas adalah suatu usaha untuk membangun praktek mengajar yang lebih baik dengan melakukan umpan balik pada pembelajaran peserta didik lebih sistimatik, lebih fleksibel, dan lebih efektif. Pendidik siap menanyakan dan mereaksi pertanyaan peserta didik, memonitor bahasa badan dan ekspresi wajah peserta didik, mengerjakan pekerjaan rumah dan tes peserta didik, dan seterusnya. Penilaian kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistimatik dalam proses pembelajaran di kelas. Berikut adalah karakteristik penilaian kelas. Pusat belajar. Penilaian kelas berfokus perhatian pendidik dan peserta didik pada pengamatan dan perbaikan belajar, dari pada pengamatan dan perbaikan mengajar. Penilaian kelas memberi informasi dan petunjuk bagi pendidik dan peserta didik dalam membuat pertimbangan untuk memperbaiki hasil belajar. Partisipasi aktif peserta didik. Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian kelas memerlukan partisipasi aktif peserta didik. Kerjasama dalam penilaian, peserta didik memperkuat penilaian materi mata pelajaran dan skill dirinya. Pendidik memotivasi peserta didik agar meningkat dengan tiga pertanyaan bagi pendidik: (1) apakah kemampuan dasar dan pengetahuan saya sudah tepat untuk mengajar?; (2) bagaimana saya dapat menemukan bahwa peserta didik sedang belajar?; (3) bagaimana saya dapat membantu peserta didik belajar lebih baik? Karena pendidik bekerja lebih dekat dengan peserta didik untuk menjawab pertanyaan ini, maka pendidik dapat memperbaiki skill mengajarnya. Formatif. Tujuan penilaian kelas adalah untuk memperbaiki mutu belajar peserta didik. Penilaian bukan hanya untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik. 13
Pusat Penilaian Pendidikan
Kontekstual spesifik. Pelaksanaan penilaian kelas adalah jawaban terhadap kebutuhan khusus bagi pendidik dan peserta didik. Kebutuhan khusus berada dalam kontekstual pendidik dan peserta didik yang harus bekerja dengan baik dalam kelas.
Umpan balik. Penilaian kelas adalah suatu alur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Dengan sejumlah TPK, pendidik dan peserta didik dengan cepat dan mudah menggunakan umpan balik dan melakukan saran perbaikan belajar berdasarkan hasil-hasil penilaian. Untuk mengecek pemanfaatan saran tersebut, pimpinan sekolah menggunakan hasil penilaian kelas, dan melanjutkan pengecekan alur umpan balik. Karena pendekatan umpan balik ini dalam kegiatan di kelas setiap hari, maka komunikasi alur hubungan antara pimpinan sekolah, pendidik dan peserta didik dalam KBM akan menjadi lebih efisien dan lebih efektif. 2. Tujuan Penilaian Kelas Tujuan penilaian di kelas oleh pendidik hendaknya diarahkan pada empat (4) tujuan berikut (Chittenden, 1991).
Penelusuran (Keeping track), yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan rencana. Pendidik mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh peserta didik. Pengecekan (Checking-up), yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal pendidik melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang peserta didik telah kuasai dan apa yang belum dikuasai. Pencarian (Finding-out), yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. 14
Pusat Penilaian Pendidikan
Pendidik harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
Penyimpulan (Summing-up), yaitu untuk menyimpulkan apakah peserta didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan pendidik, khususnya pada saat pendidik diminta melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti di akhir semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk rapor peserta didik atau bentuk lainnya. 3. Fungsi Penilaian Kelas
Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistimatis oleh pendidik memiliki fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik.
Fungsi Motivasi, penilaian yang dilakukan oleh pendidik di kelas harus mendorong motivasi peserta didik untuk belajar.
Fungsi Belajar Tuntas, penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar peserta didik.. Fungsi sebagai Indikator Efektivitas Pengajaran, di samping untuk memantau kemajuan belajar peserta didik, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Fungsi Umpan balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh pendidik sebagai bahan umpan balik bagi peserta didik dan pendidik itu sendiri.
15
Pusat Penilaian Pendidikan
4. Prinsip Penilaian Kelas Agar penilaian kelas memenuhi tujuan dan fungsi sebagaimana dijelaskan di atas, perlu diperhatikan hal-hal berikut. Mengacu pada kemampuan (competency referenced), Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah peserta didik telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Materi yang dicakup dalam penilaian kelas harus terkait secara langsung dengan indikator pencapaian kemampuan tersebut. Berkelanjutan (Continuous), Penilaian yang dilakukan di kelas oleh pendidik harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar pendidik selama satu semester dan tahun ajaran.
Didaktis, Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non-tes harus dirancang baik isi, format maupun tata letak (layout) dan tampilannya agar peserta didik menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Menggali Informasi, Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi pendidik untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metoda, teknik, dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas.
Melihat yang benar dan yang salah, Dalam melaksanakan penilaian, pendidik hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan hasil kerja peserta didik secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada peserta didik dan sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan peserta yaitu peserta didik yang memiliki kelebihan kecerdasan, pengetahuan, dan pengalaman sangat mungkin memberikan jawaban dan penyelesain masalah yang tidak tersedia pada bahan yang diajarkan di kelas. Analisis terhadap kesalahan jawaban dan penyelesaian masalah yang diberikan peserta didik sangat berguna untuk menghindari terjadinya 16
Pusat Penilaian Pendidikan
mis-konsepsi dan ketidakjelasan dalam proses pembelajaran. Pendidik harus hendaknya memberikan penekanan terhadap kesalahan-kesalahan yang bersifat umum tersebut.
D. Kaitan Penilaian Kelas dan Proses Pembelajaran
Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses pembelajaran Demikian pula, pembelajaran akan berjalan efektif apabila didukung oleh penilaian kelas yang efektif oleh pendidik. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Kegiatan penilaian harus dipahami sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan. Keterkaitan dan keterpaduan antara penilaian dan pembelajaran dapat digambarkan pada siklus di bawah ini. RENCANA MENGAJAR
ANALISIS &
PROJEK
PENILAIAN Gambar 1 Keterkaitan Penilaian dan Pembelajaran Pada gambar di atas tampak jelas bahwa langkah yang pendidik lakukan dalam rangkaian aktivitas pengajaran meliputi penyusunan rencana mengajar, proses belajar mengajar, penilaian, analisis dan umpan balik. Dalam siklus pembelajaran, hal pertama yang harus dilakukan pendidik adalah menyusun rencana mengajar. Dalam menyusun rencana mengajar ini halhal yang harus dipertimbangkan meliputi rincian kompetensi yang harus dicapai peserta didik, cakupan dan kedalaman materi, 17
Pusat Penilaian Pendidikan
indikator pencapaian kompetensi, pengalaman belajar yang harus dialami peserta didik, persyaratan sarana belajar yang diperlukan, dan metoda serta prosedur untuk menilai ketercapaian kompetensi. Setelah rencana mengajar tersusun dengan baik, pendidik melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai rencana tersebut. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses belajar mengajar ini adalah adanya interaksi yang efektif antara pendidik, peserta didik, dan sumber belajar lainnya sehingga menjamin terjadinya pengalaman belajar yang mengarah ke penguasaan kompetensi oleh peserta didik. Untuk mengetahui dengan pasti ketercapaian kompetensi dimaksud, pendidik harus melakukan penilaian secara terarah dan terprogram. Penilaian harus digunakan sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan sekaligus untuk mengukur efektivitas proses belajar mengajar. Untuk itu, penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang perlu dilakukan dalam perencanaan proses belajar mengajar berikutnya. Dengan demikian, rencana mengajar yang disiapkan pendidik untuk siklus pembelajaran berikutnya harus didasarkan pada hasil dan umpan balik penilaian sebelumnya. Jika ini dilakukan, maka kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sepanjang semester dan tahun pelajaran merupakan rangkaian dari siklus pembelajaran yang saling bersambung. Pembelajaran secara tuntas dan pencapaian kompetensi akan dapat dijamin apabila siklus pembelajaran yang satu terkait dengan siklus pembelajaran berikutnya. Agar tujuan penilaian tersebut tercapai, pendidik harus menggunakan berbagai metoda dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar yang dilaluinya. Oleh sebab itu, pendidik hendaknya memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang 18
Pusat Penilaian Pendidikan
berbagai metode dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan melaksanakan dengan tepat metode dan teknik yang dianggap paling sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran, serta pengalaman belajar yang telah ditetapkan. Di antara metode dimaksud adalah Penilaian Tertulis (paper-pencil) baik soal pilihan maupun uraian; Penilaian Kinerja (performance test) baik Penilaian Produk maupun Penilaian Projek; Penilaian Sikap; dan Portofolio.
19
Pusat Penilaian Pendidikan
BAB 3 MODEL-MODEL PENILAIAN KELAS
Pedoman Penilaian Kelas oleh Pendidik
Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan berhasil atau tidak. Beragam konsep dan metode penilaian sejauh ini telah dilakukanpendidik di sekolah.Konsep dasar penilaian dalam Kurikulum 2013 diarahkan untuk menunjang dan memperkuat pencapaian kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik di abad ke-21, yang menekankan pada penilaian kemampuan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tema pengembangan kurikulum adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), pengetahuan (tahu apa), dan keterampilan (tahu bagaimana). Proses pencapaian ketiga aspek ini perlu dilakukan secara terintegrasi. Penyempurnaan kurikulum bertujuan untuk memberi jawaban terhadap beberapa permasalahan yang melekat pada kurikulum sebelumnya,dan mendorong peserta didik mampu lebih baik dalam mencapai kompetensinya. Pada kutikulum 2013 ketercapaian kompetensi ini dilakukan dengan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan (mempresentasikan)apa yang diperoleh atau diketahui peserta didik. Berdasarkan analisis kemampuan yang dibutuhkan oleh peserta didik di abad ke-21, maka penilaian didesain terutama untuk mendukung proses pembelajaran kreatif. Oleh karena itu, ketika menggunakan penilaian berbentuk tes atau tugas tertentu, maka pendidik hendaknya memberi ruang kreativitas jawaban yang beragam untuk melatih daya kritis dan kreativitas peserta didik. Dengan demikian, tugas yang diberikan tidak didesain 20
Pusat Penilaian Pendidikan
tertutup dalam arti hanya punya satu jawaban yang benar, bahkan pendidik diharapkan dapat mentolerir jawaban yang dianggap “tidak biasa”.Selain itu ekspresi pengetahuan, seni, olahraga, dan lainnya juga harus mendapat ruang dan apresiasi dari pendidik. Selain itu peserta didik juga dilibatkan untuk melakukan penilaian sebagai bagian dari tanggung jawab peserta didik untuk bahan refleksi diri dari kemampuan yang sudah dicapainya. Konsep penilaian yang diajukan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian yang konstruktifatau menunjang pengembangan aspek sikap,pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.Untuk mencapai hal tersebut,pendidik harus menggunakan berbagai model dan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik pengalaman belajar peserta didik. Oleh sebab itu, pendidik hendaknya memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang berbagai metode dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan melaksanakan penilaian dengan tepat melalui metode dan teknik yang dianggap paling sesuai dengan tujuan dan proses pembelajarannya, serta pengalaman belajar yang telah ditetapkan. Berikut ini akan dipaparkan berbagai model danteknik penilaian kelas yang dapat digunakan pendidik dalam menilai aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. A. PENILAIAN SIKAP 1.
Pendidikan Sikap Dalam Perspektif Pendidikan
Sikap menurut konsep psikologi didifinisikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap sesuatu objek (Anastasi, 1982). Sementara Birren et. Al. (1981) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan 21
Pusat Penilaian Pendidikan
hasil evaluasi seseorang terhadap objek, orang, atau masalah tertentu. Sikap menentukan bagaimana kepribadian seseorang diekspresikan. Lebih lanjut Birren menjelaskan bahwa sikap berbeda dengan ciri-ciri atau sifat kepribadian yang dapat didefinisikan sebagai pola kebiasaan atau cara bereaksi terhadap sesuatu. Sikap lebih merupakan "stereotype" seseorang. Oleh karena itu, melalui sikap seseorang, kita dapat mengenal siapa orang itu yang sebenarnya.Penilaian sikap sebagai salah satu bentuk penilaian kelas ditujukan untuk pendidik dalam melakukan pembentukkan dan pembinaan terhadap sikap peserta didik. Dalam perspektif pendidikan, pendidikan sikap merupakan proses holistik yang diarahkan pada berkembangnya sikap dan karakter peserta didik yang dilandasi nilai-nilai dasar yang diperlukan dalam hidupnya sebagai seorang individu, warga negara, dan warga masyarakat global. Sementara sikap dalam konteks pendidikan karakter tidak hanya dibatasi pada pengertian kecenderungan individu baik yang berupa aspekafektif, kognitif, maupun konatif (behavioral tendency), melainkan lebih dimaknai dalam konteks internalisasi nilai, serta pembiasaan dan pembudayaan nilai sebagai landasan untuk bertindak dan berperilaku secara baik dan benar (Bahrul Hayat, 2015). Sebagai proses internalisasi dan pembiasaan serta pembudayaan nilai, pendidikan sikap sosial dan spiritual seringkali menggunakan empat (4) pendekatan secara integratif:1) membuat kurikulum khusus, 2) memberi kesempatan peserta didik untuk beraktivitas sesuai kehidupan nyata, 3) menyisipkan unsur-unsur non-kognitif pada seluruh kurikulum mata pelajaran, dan 4) mengembangkan iklim sekolah dan organisasi sekolah yang mendukung. Integrasi pendidikan sikap pada berbagai mata pelajaran di sekolah harus disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. 22
Pusat Penilaian Pendidikan
Nilai-nilai dasar yang hendak diinternalisasi secara implisit menyatu dengan spirit dari isi mata pelajaran. Pendidikan sikap harus membedakan antara attitude knowledge and reasoning dengan attitude and moral behavior yang merupakan proses pembiasaan. Sebagai contoh, sikap menghormati pendapat teman, menghindari perilaku menyontek, membantu meminjamkan pulpen kepada teman yang kehilangan pulpen, dsb merupakan sikap yang bersifat generik untuk semua mata pelajaran. Tetapi, menjaga kebersihan lingkungan, memelihara dan merawat tanaman di sekolah merupakan sikap spesifik kepedulian lingkungan yang sangat terkait dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Hasil pendidikan sikap harus dipahami sebagai: outcome bukan sebagai output proses pendidikan yang secara instant dapat diniliai oleh pendidik pada setiapkali menyelesaikan suatu proses pembelajaran. proses akumulatif yang bersifat judgmental pendidik terhadap perilaku peserta didik selama periode waktu tertentu (per semester) yang didasarkan pada observasi dan rekaman catatan harian dengan indikator perilaku yang disepakati dan ditetapkan.
Metode dan teknik yang digunakan untuk penilaian sikap (attitude assessment) sebaiknya tidak harus menggunakan metode dan teknis pengukuran sikap (attitude measurement) sebagaimana dikembangkan dalam pendekatan psikometrik. Untuk menilai sikap yang terintegrasi dengan proses pembelajaran, pendidik dapat menggunakan catatan harian pendidik berdasarkan observasi, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi yang berisi pandangan pribadi tentang suatu permasalahan. Pembentukkan sikap peserta didik dapat juga dilakukan dengan penilaian diri, dan penilaian antarteman sebagai bahan refleksi diri peserta didik. Penggunaan skala sikap 23
Pusat Penilaian Pendidikan
(Likert atau diferensial semantik) walaupun tidak disarankan namun tidak menutup kemungkinan pendidik untuk menggunakan teknik pengukuran sikap dengan metode ini apabila sudah memiliki instrumen yang handal dana reliabel. Kurikulum 2013 membagi aspek sikap menjadi dua yaitu (1) sikap spiritual yaitu sikap yang terkait dengan pembentukan perilaku peserta didik sebagai orang yang beriman dan bertakwa, dan (2) sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kedua sikap tersebut saling beririsan seperti gambar berikut ini. Sikap Spiritual
Sikap Sosial
Penilaian terhadap sikap spiritual dapat dilakukan pendidik terhadap hal-hal yang berkaitanmenghargai, menghayati ajaran agama, dannilai-nilai yang terdapat dalam ajaran agama sepertikejujuran, menghormati orang yang lebih tua, menghargai orang lain dan lain-lain. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan penghayatan tidak dapat dilakukan karena bersifat abstrak. Penilaian terhadap sikap sosial dapat dilakukan pendidik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan objek sikap sebagai berikut: (1) sikap yang berhubungan dengan perilaku interpersonal; (2) sikap yang berhubungan dengan kesuksesan akademik; (3) sikap terhadap penerimaan teman sebaya; dan (4) sikap-sikap yang berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik seperti kejujuran, 24
Pusat Penilaian Pendidikan
kedisiplinan, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri. 2.
Pembentukan Sikap
Menurut Klausmeier (1985), ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap yang sesuai dengan kepentingan penerapan dalam dunia pendidikan yaitu: Mengamati dan meniru. Pembelajaran model ini berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Bandura (1977) menyebut proses pembelajaran ini dengan pembelajaran melalui model (learningthroughmodeling). (Menurut Bandura, banyak tingkah laku manusia dipelajari melalui model, yakni dengan mengamati dan meniru tingkah laku atau perbuatan orang lain, terutama orang-orang yang berpengaruh
Menerima penguatan Pembelajaran model ini berlangsung melalui pembiasaan operan, yakni dengan menerima atau tidak menerima atas suatu respon yang ditunjukkan.Penguatan dapat berupa ganjaran (penguatan positif) dan dapat berupa hukuman (penguatan negatif). Dalam proses pembelajaran, pendidik atau orang tua dapat memberikan ganjaran berupa pujian atau hadiah kepada peserta didik yang berbuat sesuai dengan nilai-nilai ideal tertentu, atau sebaliknya memberi hukuman jika tidak berbuat sesuai dengan nilai dan norma yang ada. Menerima informasi verbal Informasi tentang norma tentang objek tertentu dapat diperoleh melalui lisan atau tulisan. Informasi tentang objek tertentu yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya terhadap objek yang bersangkutan. Melakukan pembiasaan dan pengkondisian Pembentukan sikap melalui proses pembiasaan bertujuan agar peserta didik terbiasa memiliki sikap yang diharapkan, 25
Pusat Penilaian Pendidikan
sedangkan dengan pengkondisian pesera didik akan lebih mudah untuk menunjukkan sikap yang diharapkan
3. Objek sikap yang perlu dinilai
Penilaian sikap selama proses pembelajaran secara umum dapat dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai objek sikap antara lain sebagai berikut.
Sikapterhadapmatapelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, pendidik perlu menilai tentang sikap peserta didik terhadap mata pelajaran yang diajarkannya.
Sikapterhadappelajaran.pendidikmataPeserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap pendidik, yang mengajar suatu mata pelajaran. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap pendidik, akan cenderung mengabaikan halhal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap pendidik pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh pendidik tersebut. Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup: suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit peserta didik yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan. Akibatnya mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi terhadap penyerapan materi pelajarannya. 26
Pusat Penilaian Pendidikan
Sikap terhadap pendidik mata pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sifat positif terhadap pendidik yang mengajar mata pelajaran. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap pendidik akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan dan berdampak sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan pendidik tersebut. Sikap terhadap materi pembelajaranyang ada. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran yang diajarkan, sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran. Sikap yang berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri peserta didik melalui materi suatu kompetensi dasar tertentu untuk kepentingan pembinaan sikap spiritual dan sosial.. 4. Sikap yang dinilai Perkembangan sikap dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang diungkapkan dalam bentuk ucapan, cara berpikir, dan perbuatan.
Dalam bentuk ucapan Setiap saat ketika peserta didik menggunakan kata-kata dan kalimat (lisan atau tulisan) yang mencerminkan aspek atau sikap tertentu. Dalam cara berpikir Cara berpikir peserta didik dapat dilihat ketika berbicara dalam komunikasi biasa, dalam menjawab atau menulis jawaban atas suatu pertanyaan. Dalam bentuk perbuatan Bentuk perbuatan terlihat pada mimik ketika berbicara, dalam gerakan ketika melakukan sesuatu, dan dalam tindakan ketika berkomunikasi atau bekerja sama dengan teman, 27
Pusat Penilaian Pendidikan
pendidik, pegawai administrasi dan orang lain yang ada di sekolah.
5. Penilaian Sikap dalam pembelajaran di kelas
Penilaian sikap sosial dan spiritual lebih tepat dinilai dengan pendekatan evaluative judgmentpendidik terhadap perilaku peserta didik melalui salah holistic format: judgment terhadap perilaku peserta didik secara menyeluruh dengan deskripsi yang eksplisit dari perilaku ideal (sangat baik) sampai perilaku kurang ideal (kurang baik) yang mencakup semua aspek sikap yang dinilai. analytic format: judgment terhadap perilaku peserta didik secara rinci untuk aspek sikap yang dinilai dengan indikator perilaku yang eksplisit yang menggambarkan perilaku ideal (sangat baik) sampai perilaku kurang ideal (kurang baik).
Deskripsi perilaku untuk Holistic format (penilaian secara menyeluruh) dan indikator perilaku untuk analytic format (penilaian yang dibuat berdasarkan aspek-aspek tertentu)dirumuskan secara bersama antara pendidik dan sekolah dengan mengacu kepada nilai (values) yang ingin dikembangkan yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan moral peserta didik. Gunakan catatan harian, mingguan, bulanan, ataupun semester pendidik sebagai dasar dalam melakukan pertimbangan penilaiandan catatan pendidik tersebut juga menjadi instrumen dalam pembinaan perilaku peserta didik.
Komunikasikan ringkasan catatan harian pendidik dalam bahasa yang positif kepada peserta didik dan orang tua peserta didik melalui laporan semester dalam rangka mengembangkan perilaku peserta didik ke arah positif.Penilaian sikap peserta 28
Pusat Penilaian Pendidikan
didikdiarahkan pada fungsi pembinaan peserta didik secara individual. Contoh Instrumen
Penilain sikap peserta didik dapat dilakukan pendidik dengan menggunakan lembar observasi (pengamatan), baik observasi tertutup maupun terbuka. Namun untuk melengkapi hasil penilaian sikap tersebut, pendidik juga dapat menggunakan penilaian diri danpenilaian antarteman sebagai penunjang.Untuk memperkaya pengetahuan pendidik tentang instrumen penilaian sikap lainnya, berilut juga akan diuraikan tentang skala Likert dan Skala Diferensiasi Semantik. Berikut akan diuraikan contoh-contoh instrumen yang dapat digunakan pendidik dalam menilai sikap peserta didik. 1. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan instrumen yang dapat digunakan oleh pendidik untuk memudahkan dalam membuat laporan hasil pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap sosial. Catatan pengamatan yang dilakukan pendidik hanya dilakukan pada perilaku peserta didik yang “tidak biasa”. Berdasarkan catatan tersbut pendidik dapat membuat deskripsi penilaian sikap peserta didik yang bersangkutan. Sedangkan bagi peserta didik yang secara umum memperlihatkan sikap yang termasuk kategori berperilaku “baik sekali, baik, cukup,ataupun kurang” pendidik dapat membuat deskripsi untuk masing-masing kategori tersebut dan berikut saran pembinaan (bimbingan) yang akan dilakukan. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati sikap peserta didik di kelas maupun di luar kelasdapat berupa lembar observasi terbuka maupun tertutup.
Observasi terbuka, yaitu pendidik mengamati perilaku secara langsung peserta didik yang diobservasinya. Pendidik dapat mencatat butir-butir inti dari perilaku peserta didik yang diamati secara terbuka. Hasil catatan tersebut kemudian 29
Pusat Penilaian Pendidikan
dikonstruksi kembali di akhir pengamatan. Cara terbaik untuk melalukan observasi ini adalah menyusun catatan sefaktual mungkin dan tidak melakukan interpretasi apa pun sehingga hasil observasi ini valid;
Observasi tertutup yaitu pendidik mengamati peserta didik melalui panduan yang sudah disiapkan sebelum pengamatan. Panduan tersebut dapat berupa rating scale (skala rentang) atau daftar cek dsb.
Dalam melakukan observasi terhadap sikap, hal yang perlu direkam adalah suasana atau keadaan ketika suatu perilaku terekam. Informasi tersebut penting karena perilaku itu terekam dalam suasana bebas tetapi terencana. Suasana terencana yang dimaksud adalah suasana yang tercipta sebagai kegiatan dalam proses pembelajaran yang direncpeserta didikan pendidik, seperti pada proses pembelajaran di kelas atau ulangan. Contoh 1. Lembar Observasi Terbuka Tanggal: Hari: Aspek yang No. Nama peserta Perilaku yang diamati didik ditampilkan 1. Deni Antasari 2. Ahmad Fadli 3. Ana Puspita dst Catatan: Perilaku yang ditampilkan berisikan perilaku yang tidak biasa atau kondisi khusus (bukan yang terjadi seharihari).
30
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh 2. Lembar observasi Tertutup Beri tanda cek pada perilaku peserta didik yang sesuai. No
1 2 3 4
5
6 7
Nama
Aspek yang dinilai Mengembalikan buku teman yang ditemukan di pekarangan sekolah Tidak pernah terlambat masuk sekolah
Mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu
Membela teman yang di bully di sekolah Mengajak teman yang pendiam untuk terlibat pada kegiatan bersama Memberi salam ketika bertemu guru Mengajukan ide-ide kreatif untuk memecahkan persoalan sosial di sekitar lingkungan sekolah
Diani
Hadi
Hendi
Weni
Ya
Kadang Tidak Ya
Kadang Tidak Ya
Kadang Tidak Ya
Kadang Tidak Ya
Kadang Tidak Ya
Kadang Tidak Ya
Kadang Tidak
Keterangan: Dari pernyataan pada aspek yang dinilai bersifat positif/negatif dapat dilihat kecenderungan perilaku peserta didik yang diamati penilaiannya (ya=3, kadang=2, dan tidak=1) 31
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh 3. Lembar Observasi Tertutup Sikap yang dinilai : Sikap jujur , disiplin, tanggung jawab, dan peduli NO.
NAMA
1 1 2 3 4 5 6
Diana
Yulia David Alif Evita Dst
ASPEK YANG DINILAI DISIPLIN TANGGUN G JAWAB
JUJUR 2
v
3
4 v
v v
v
1
2
v v v
3 v
4
v
1 2 3 4
v v
v v
v
PEDULI
1
2
v
3 v v v
Keterangan: 4 = sangat baik (SB); 3 = baik (B); 2 = cukup (C); 1 = kurang (K) Pengamatan dilakukan pada peserta didik yang menunjukkan perilaku sangat baik dan kurang/perlu pembinaan. Tidak perlu semua anak di catat hasil pengamatannya. Anekdotal
Anekdotal adalah catatan yang dibuat pendidik selama melakukan pengamatan terhadap peserta didik pada waktu kegiatan pembelajaran tertentu. Anekdotal biasanya digunakan untuk mencatat perilaku peserta didik yang tidak biasa.
32
Pusat Penilaian Pendidikan
4
v
Contoh Anekdotal Nama Peserta didik Kelas Pelajaran Tempat Deskripsi
: Raka : X1 : Sosiologi : Kelas X1
Ketika pelajaran Sosiologi sedang berlangsung, keadaan kelas ramai karena semua peserta didik sedang berdiskusi tentang interaksi sosial Hanya ada seorang peserta didik bernama Raka yang terlihat melamun dan tidak ikut diskusi dengan temannya.Dia terlihat tidak mempedulikan teman-temannya yang sedang berdiskusi. Padahal dalam mata pelajaran lainnya, Raka adalah peserta didik yang paling aktif kalau ada kegiatan diskusi kelompok ataupun diskusi kelas. Interpretasi Guru
1. Apakah Raka memiliki permasalahan atau mempunyai kesulitan dalam memahami materi yang didiskusikan? 2. Apakah perilaku Raka tersebut sebagai kompensasi terhadap ketidaktertarikannya dalam pelajaran Sosiologi ? Rekomendasi
Penilaian Diridata dan Penilaian Antarteman 1. Lihat perkembangan prestasi belajar Sosiologi Raka
2. Lihat catatan perkembangan perilaku Raka terutama kegiatan
mengikuti 1. Penilaian Diripembelajaran pelajaran lainnya
3. Berbicara secara pribadi dengan Raka serta orang tuanya
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan Jakarta, ………….2015 kekurangan dirinya dalam penguasaan kompetensi yang telah dipelajarinya. Penilaian diri dilakukan untuk kepentingan pengelolaan kegiatan pembelajaran di tingkat kelas. Proses penilaian diri harus berfokus pada proses dan hasil (Pengamat) belajar dapat dilihat pada bagan berikut ini . 33
Pusat Penilaian Pendidikan
REFLEKSI DIRI Apa yang pernah saya pelajari? Bagaimana saya merasakan pelajaran? Apa yang saya temukan setelah saya berbuat?
PENILAIAN FORMATIF DIRI Bagaimana saya belajar lebih baik? Bagaimana saya berkembang? Bagaimana saya berfungsi dalam kelompok? Apa yang masih belum jelas bagi saya? Apa yang saya dapat lakukan lebih mudah?
PENILAIAN SUMATIF DIRI Bagaimana saya telah melakukan? Bagaimana saya telah memperbaiki? Apa kelebihan saya? Apa materi saya untuk berkembang?
TARGET PENCAPAIAN Dalam hal apa saya membutuhkan perbaikan? Apa langkah berikut saya? Bagaimana membantu diri saya? Bagaimana anda membantu saya?
Gambar 2. Refleksi Diri, Penilaian Formatif Diri, Penilaian Sumatif Diri, dan Target Pencapaian Penilaian formatif diri harus melibatkan pertanyaan sebagai berikut, “Bagaimana saya belajar lebih baik?” dan “Bagaimana saya berkembang?” dengan format dan pertanyaan yang melibatkan penilaian diri berfokus lebih pada proses belajar sedang berlangsung. Kelemahan yang ditemukan dalam proses berlangsung tersebut secara otomatis dapat langsung diperbaiki. Setiap akhir suatu program pembelajaran, lebih tepat difokuskan dengan pertanyaan penilaian sumatif diri. Peserta didik harus menyatakan dirinya antara lain:“Bagaimana 34
Pusat Penilaian Pendidikan
saya telah melakukan?”, “Bagaimana saya memperbaiki?”, “Apa kelebihan saya?” Pada proses refleksi peserta didk dapat merancang tujuannya sendiri. Instrumen Penilaian Diri
Instrumen yang dapat digunakan untuk penilaian diri maupun antarteman adalah daftar cek dan skala penilaian (rating scale) dengan teknik sosiometri berbasis kelas. Guru dapat menggunakan salah satu dari keduanya atau menggunakan duaduanya. Instrumen ini digunakan sebagai cross check terhadap hasil penilaian diri yang dilakukan oleh peserta didik.Daftar cek disusun oleh pihak sekolah/pendidik dan dapat diperbaiki atau disempurnakan pada setiap semesternya. Contoh Penilaian Diri Nama Kelas Semester Waktu penilaian
: …………………………………. : …………………………………. : …………………………………. : ………………………………….
Petunjuk: Berilah tanda cek (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. NO 1.
Saya berusaha sungguh-sungguh
3.
Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu
2.
4. 35
PERNYATAAN
belajar
Saya mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian
YA
TIDAK
dengan
Saya mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami Pusat Penilaian Pendidikan
NO
PERNYATAAN
5.
Saya berperan aktif dalam kelompok
7.
Saya selalu membuat catatan hal-hal yang saya anggap penting
6. 8. 9.
YA
TIDAK
Saya menyerahkan tugas tepat waktu Saya merasa menguasasi dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dst
2. Penilaian Antarteman. Penilaian antarteman merupakan bentuk penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terhadap sikap dan perilaku keseharian antarteman. Penilaian antarpeserta didik digunakan untuk mencocokkan persepsi diri peserta didik dengan persepsi temannya serta kenyataan yang ada dan berfungsi sebagai alat konfirmasi terhadap penilaian yang dilakukan oleh guru.Hasil penilaian antarteman digunakan sebagai dasar guru untuk melakukan bimbingan dan motivasi lebih lanjut.Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik. Penilaian antarteman paling baik dilakukan pada saat peserta didik melakukan kegiatan berkelompok.
36
Pusat Penilaian Pendidikan
ContohPenilaian Antarteman. Nama teman yang dinilai Nama penilai Kelas Semester Waktu penilaian
: …………………………………. : …………………………………. : …………………………………. : …………………………………. : ………………………………….
Petunjuk: Berilah tanda cek (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. No.
Pernyataan
1 2
Berperan aktif dalam kelompok
4
Mau bekerja sama dalam kelompok
3 5
Ya
Tidak
Menghormati dan menghargai pendapat orang lain Tidak memaksakan kehendak/pendapatnya
Mengerjakan tugas yang diberikan Dst
Skala sikap
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para pakar untuk mengukur sikap. Dalam panduan ini akan diuraikan dua model saja, yakni Skala Diferensiasi Semantik (Semantic Differential Techniques) dan Skala Likert (Likert Scales). Dua model ini dipilih karena mudah dan bermanfaat untuk diimplementasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran di kelas. Teknik pengembangan dan penggunaan kedua model tersebut akan diuraikan secara lebih rinci dalam bab berikut.
37
Pusat Penilaian Pendidikan
1. Skala Diferensiasi Semantik Skala Diferensiasi Semantik memiliki dua kelebihan dibadingkan dengan berbagai teknik yang lain. Pertama, teknik ini dapat digunakan dalam berbagai bidang. Kedua, teknik ini sederhana dan mudah diimplementasikan dalam pengukuran dan penilaian sikap, termasuk dalam pengukuran dan penilaian sikap peserta didik di kelas. Langkah-langkah pengembangan
Langkah-langkah pengembangan skala dengan teknik ini sebagai berikut.
Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya, misalnya "Mata Pelajaran Biologi". Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya: menarik; penting; menyenangkan; mudah dipelajari; dan sebagainya. Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala. Menentukan rentang skala pasangan bipolar dan penskorannya. Contoh Skala Diferensiasi Semantik
Petunjuk:
SKALA SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN BIOLOGI
Skala sikap ini berhubungan dengan mata pelajaran Biologi yang Anda pelajari di sekolah. Tujuan penggunaan skala sikap ini untuk mengetahui pendapat Anda tentang mata pelajaran tersebut. Berilah tanda cek (V) pada posisi skala yang sesuai dengan pendapat kamu.
38
Pusat Penilaian Pendidikan
SIKAP TERHADAP MATA PELAJARAN BIOLOGI
Contoh di atas adalah skala sikap berkaitan dengan sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Biologi. Apabila berpendapat bahwa mata pelajaran biologi menarik, bermanfaat, banyak pemahaman, dan mudah berikan tanda cek pada interval paling kiri. Sebaliknya, apabila berpendapat membosankan, siasia, banyak hafalan, dan sukar berikan tanda cek pada interval skala paling kanan. Skala tersebut menunjukkan arah semakin kiri semakin menarik, dan arah semakin kanan membosankan. Penskoran dan interpretasi
Penskoran untuk skala tersebut dapat dilakukan dalam rentang 1 sampai dengan 5. Arah paling kiri adalah paling besar, yakni diskor 5, karena menunjukkan sikap paling positif terhadap objek sikap, mata pelajaran Biologi. Arah paling kanan adalah paling kecil, karena menunjukkan sikap paling negatif terhadap mata pelajaran tersebut. Skor maksimum dalam skala tersebut adalah: 4 x 5 = 20; Skor paling rendah adalah: 4 x 1 = 4;
Apabila peserta didik memperoleh skor semakin mendekati angka 4 (skor terendah), dapat diinterpretasikan semakin negatif sikap peserta didik terhadap mata pelajaran 39
Pusat Penilaian Pendidikan
Biologi. Sebaliknya, apabila peserta didik memperoleh skor semakin mendekati angka 20 (skor tertinggi), dapat diinterpretasikan semakin positif sikap peserta didik terhadap mata pelajaran ini. Apabila peserta didik memilih sikap netral terhadap mata pelajaran ini, peserta didik akan memberi tanda cek pada interval skala tengah. Pada interval skala ini skor yang diberikan adalah 3. Dengan demikian, apabila peserta didik memilih sikap netral untuk semua pernyataan sikap (4 pernyataan sikap), maka peserta didik akan memperoleh skor 12. Dengan demikian skor yang diperoleh peserta didik dengan skala tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut. Skor Skor Skor
12 = > 12 = < 12 =
Sikap peserta didik adalah netral. Sikap peserta didik adalah positif. Sikap peserta didik adalah negatif.
Selain interpretasi umum seperti contoh di atas, dapat juga diinterpretasikan berdasarkan pernyataan setiap butir sikap. Misalnya untuk butir pernyataan sikap pertama (menarik-tidak menarik) pada umumnya peserta didik cenderung berpendapat menarik. Namun untuk butir pernyataan sikap keempat (mudah dipelajari-sukar) pada umumnya cenderung berpendapat sukar. Dalam hal ini pendidik perlu memberi perhatian dan menggali faktor-faktor, yang menyebabkan mata pelajaran tersebut dirasakan sukar oleh peserta didik. Selanjutnya malakukan tindak lanjut tertentu, dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Misalnya: perbaikan metodologi pembelajaran, penggunaan alat peraga, dan sebagainya. Seharusnya, karena peserta didik merasa menarik dengan mata pelajaran tersebut, sepatutnya mereka juga akan dapat mempelajarinya dengan mudah. 2. Skala Likert
Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan atau persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala. Skala ini 40
Pusat Penilaian Pendidikan
umumnya digunakan dalam bentuk kuesioner dan seringkali digunakan untuk kepentingan riset berupa survei. Langkah-langkah pengembangan
Langkah-langkah pengembangan Skala Likert (Likert Scales) secar ringkas dapat dirinci sebagai berikut.
Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya. Misalnya "Penghijauan Lingkungan Sekolah". Menyusun kisi-kisi instrumen (skala sikap)
Menulis butir-butir pernyataan, dengan memperhatikan kaidah sebagai berikut. -
41
hindari kalimat yang mengandung banyak interpretasi; rumusan pernyataan hendaknya singkat; satu pernyataan hendaknya hanya mengandung satu pikiran yang lengkap; sedapat mungkin, pernyataan hendaknya dirumuskan dalam kalimat yang sederhana; hindari penggunaan kata-kata: semua, selalu, tidak pernah, dan sejenisnya; hindari pernyatan tentang fakta atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta (misalnya: kebun raya letaknya di bogor). antara pernyataan positif dan pernyataan negatif hendaknya relatif berimbang. setiap pernyataan diikuti dengan skala sikap (bisa genap, misalnya 4 atau 6 dan bisa ganjil, misalnya 5 atau 7).
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh
Petunjuk: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Skala sikap ini berhubungan dengan Penghijauan Lingkungan Sekolah. Tujuan penggunaan skala sikap ini adalah untuk mengetahui pendapat Anda tentang Penghijauan Lingkungan Sekolah. Tidak ada jawaban benar atau salah untuk rangkaian butir soal berikut. Oleh karena itu, jawaban apapun yang Anda berikan tidak memberi pengaruh terhadap nilai mata pelajaran Anda.
Jawablah seluruh butir soal berikut secara spontan dan jujur, sesuai dengan perasaan yang Anda miliki ketika pertama kali Anda membaca butir soalnya! Berilah tanda cek (V) untuk setiap pernyataan pada kolom pilihan sikap yang paling sesuai untuk diri Anda sendiri!
Keterangan pilihan sikap: SS = Sangat Setuju; S = Setuju; N = Netral; TS = Tidak Setuju; dan STS = Sangat Tidak Setuju.
Jawaban Anda yang spontan dan jujur untuk seluruh butir soal berikut sangat bermanfaat bagi perbaikan program pendidikan lingkungan. No. 1. 2.
42
SKALA SIKAP TERHADAP PENGHIJAUAN LINGKUNGAN SEKOLAH
Pernyataan
Usaha penghijauan pekarangan sekolah menyenangkan.
SS
S
Pilihan Sikap N
TS
STS
Penghijauan pekarangan sekolah merupakan usaha Pusat Penilaian Pendidikan
No. 3. 4. 5.
6.
7. 8. 9. 10. 43
Pernyataan
yang kurang bermanfaat.
SS
S
Pilihan Sikap N
TS
STS
Usaha penghijauan itu perlu didukung. Kerja bakti untuk penghijauan itu meresahkan.
Kerja bakti untuk penghijauan menambah keakraban dengan sesama teman. Kerja bakti untuk penghijauan lingkungan sekolah sebaiknya digalakkan.
Urunan dana untuk penghijauan itu tidak memberatkan peserta didik. Urunan dana untuk penghijauan itu memiliki nilai manfaat yang tinggi.
Sebaiknya untuk penghijauan pekarangan sekolah tidak dipungut dana. Apabila di pekarangan sekolah
Pusat Penilaian Pendidikan
No.
11. 12. 13.
14. 15.
Pernyataan
ditanam bungabunga sungguh menyenangkan.
SS
S
Pilihan Sikap N
TS
STS
Tanaman bungabunga di pekarangan sekolah kurang bermanfaat. Anjuran tanaman bunga di pekarangan sekolah perlu dipertegas. Piket penyiraman tanaman bunga di pekarangan sekolah merupakan suatu beban.
Tugas piket penyiraman bunga mendorong hadir di sekolah tepat waktu. Piket penyiraman pekarangan sekolah sebaiknya dihapus saja.
Penskoran dan interpretasi Penskoran untuk skala sikap di atas dapat dilakukan sebagai berikut. Untuk pernyataan positif: SS = 5; S = 4; N = 3; TS = 2; dan STS = 1. Pernyataan positif adalah butir pernyataan no. 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, dan 14. 44
Pusat Penilaian Pendidikan
Untuk pernyataan negatif: SS = 1; S = 2; N = 3; TS = 4; dan STS = 5. Pernyataan positif adalah butir pernyataan no. 2, 4, 9, 11, 12, 13, dan 15.
Dengan demikian, skor maksimum yang dapat dicapai peserta didik untuk skala sikap tersebut adalah 75, yakni 15 (butir pernyataan) x 5 (skor maksimum untuk setiap butir pernyataan).Adapun skor minimum yang dicapai peserta didik adalah 15, yakni 15 (butir pernyataan) x 1 (skor minimum untuk setiap butir pernyataan). Skor yang dicapai oleh peserta didik adalah jumlah dari seluruh angka untuk seluruh penyataan yang direspon atau diberi tanda cek (V).Perbedaan jumlah angka yang dicapai oleh para peserta didik dapat ditafsirkan sebagai perbedaan sikap, positif atau negatif, terhadap penghijauan lingkungan sekolah.Demikian pula perbedaan skor dari seseorang peserta didik dalam test-retest, menunjukkan perkembangan atau perubahan sikap peserta didik yang bersangkutan dari waktu ke waktu. Pemanfaatan Hasil Penilaian Sikap
Hasil pengukuran dan penilaian sikap dalam kelas perlu ditindaklanjuti dan dapat dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut: Pembinaan peserta didik dapat dilakukan baik secara pribadi maupun secara klasikal. Secara pribadi, misalnya bagi peserta didik-peserta didik tertentu yang menonjol sikap negatif dalam hal-hal tertentu, perlu diadakan pembinaan khusus, dengan memberi nasehat, pemahaman yang benar tentang sesuatu hal, atau mungkin perlu pembinaan dari pendidikBimbingan dan Penyuluhan. Pembinaan secara klasikal, dapat dilakukan, apabila secara umum peserta didik memiliki sikap negatif terhadap objek sikap tertentu. Perbaikan proses pembelajaran. Hasil pengukuran dan penilaian sikap dapat dimanfaatkan pula untuk perbaikan proses pembelajaran. Misalnya, secara umum peserta didik menunjukkan sikap negatif terhadap materi pelajaran dan 45
Pusat Penilaian Pendidikan
belum dapat memahami dengan benar konsep-konsep tertentu. Dalam hal ini, pendidik perlu mengkaji lebih mendalam dan mungkin perlu memberikan perhatian khusus dan penekanan-penekanan tertentu dalam proses pembelajaran.
Peningkatan profesionalisme pendidik. Melalui hasil pengukuran dan penilaian sikap, pendidik dapat memperoleh informasi tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berdasarkan persepsi peserta didik. Informasi tersebut sangat bermanfaat dalam rangka mrelakukan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pribadi dan kemampuan profesional pendidik. B. PENILAIAN PENGETAHUAN Penilaian aspek dilakukan dengan menggunakan berbagai bentuk p[enilaian. Dalam menilai aspek ini pendidik diharapkan mampu membuat perencanaan dengan cara mengidentifikasi setiap kompetensi dasar atau materi pembelajaran sebelum menentukan bentuk penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar yang akan diukur. Perencanaan penilaian dilakukakan saat pendidik menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Tes Tertulis
Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites.Tes Tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya diberikan dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu harus merespons dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram, dan lain sebagainya. Bentuk soal tes tertulis dapat dikelompokan menjadi dua yaitu soal objektif dan non objektif. Pada bentuk soal yang objektif peserta 46
Pusat Penilaian Pendidikan
didik dapat 1) memilih jawaban yang sudah disediakan seperti pada bentuk soal pilihan ganda dan benar-salah;, dan menjodohkan; 2) soal yang dengan memberi jawaban secara tertulis, namun jawabannya relatif pasti seperti pada bentuk soal isian, jawaban singkat dan uraian objektif. Sedangkan bentuk soal non objektif adalah soal bentuk uraian non-objektif atau essay (penilaiannya didasarkan pada kriteria tertentu). Tes tertulis dapat digunakan antara lain untuk : mendiagnosiskekuatan dan kelemahan peserta didik;menilai kemampuan peserta didik (pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan); sertifikasi; seleksi, penempatan;mengetahui mutu pendidikan, dll.
Penulisan soal yang menuntut penalaran tinggi
Dalam menulis butir soal, penulis soal umumnya memiliki kecenderungan untuk menulis butir-butir soal yang menuntut perilaku ingatan.Hal ini terjadi karena di samping mudah dalam penulisan soaInya, materi yang hendak ditanyakan juga mudah diperoleh secara langsung dari buku pelajaran.Untuk menulis butir soal yang menuntut penalaran tinggi, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Oleh karena itu dalam penulisan soal yang menuntut penalaran tinggi, disamping dibutuhkan penguasaan materi ajar dan keahlian pendidik dalam menulis soal (kontruksi soal), juga dibutuhkan kreativitas dalam penulisan soal.
Pada prinsipnya penalaran tinggi adalah cara berpikir logis yang tinggi. Berpikir logis yang tinggi sangat diperlukan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab pertanyaan, karena peserta didik perlu menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam situasi baru. Untuk mendapatkan gambaran secara spesifik tentang tingkat kemampuan peserta didik secara individual maupun kelompok, pendidik (penulis soal) dapat menggunakan Standar 47
Pusat Penilaian Pendidikan
Level Kemampuan (Cognitive Domain) yaitu mulai dari level tertinggi sampai yang terendah yaitu level 3 (reasoning), level 2 (applying), dan level 1 (knowing) seperti berikut:
Level 3 : Peserta didik pada level ini memiliki kemampuan penalaran dan logika yang tinggi (Reasoning). Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman yang luas terhadap materi pelajaran, dan dapat menerapkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dalam situasi yang familiar, maupun dengan cara yang berbeda. Dapat menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi gagasan-gagasan dan informasi yang faktual. Dapat menjelaskan hubungan konseptual dan informasi yang faktual Dapat menginterpretasi dan menjelaskan gagasangagasan yang kompleks dalam pelajaran. Dapat mengekspresikan gagasan-gagasan nyata dan akurat dengan menggunakan terminologi yang benar. Dapat memecahkan masalah dengan berbagai cara dan melibatkan banyak variabel. Dapat mendemonstrasikan pemikiran-pemikiran yang original.
48
Pusat Penilaian Pendidikan
Level 2 : Peserta didik pada level ini memiliki kemampuan aplikatif (Applying) Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran dan dapat mengaplikasikan gagasangagasan dan konsep-konsep dalam konteks tertentu. Dapat menginterpretasi dan menganalisis informasi dan data. Dapat memecahkan masalah-masalah rutin dalam pelajaran. Dapat menginterpretasi grafik-grafik, tabel-tabel, dan materi visual lainnya. Dapat mengomunikasikan dengan jelas dan terorganisasi penggunaan terminologi.
Level 1 : Peserta didik pada level ini memiliki kemampuan standar minimum dalam menguasai pelajaran (Knowing)
Memperlihatkan ingatan dan pemahaman dasar terhadap materi pelajaran dan dapat membuat generalisasi yang sederhana. Memperlihatkan tingkatan dasar dalam pemecahan masalah dalam pelajaran, paling tidak dengan satu cara. Memperlihatkan pemahaman dasar terhadap grafik-grafik, label-label, dan materi visual lainnya. Dapat mengomunikasikan fakta-fakta dasar dengan menggunakan terminologi yang sederhana. Dalam penulisan soal yang menuntut penalaran tinggi, penulis soal dapat mengacu pada level 3 dan 2 standar level kemampuan di atas. Selain itu, hal-hal yang juga perlu diperhatikan penulis soal dalam menulis soal berpenalaran tinggi antara lain: 49
Pusat Penilaian Pendidikan
Soal hendaknya menggunakan stimulus. Stimulus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep/gagasan inti permasalahan, dan benar secara fakta. Stimulus dapat berbentuk teks bacaan, paragraf, puisi, penggalan cerita, contoh kasus, gambar, grafik, bagan, foto, daftar kata, simbol, peta film, rekaman, dan sejenisnya. Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilakspeserta didikan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Soal mengukur keterampilan berpikir kritis.
Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah
Kisi-Kisi Penulisan Soal
Sebelum menyusun soal, hendaknya pendidik menyusun kisi-kisi yang berfungsi sebagai pedoman dalam menulis soalsoal yang akan disusun. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan tes, misalnya, kisi-kisi untuk tes seleksi tentunya berbeda dengan kisi-kisi untuk tes prestasi belajar. Kisi-kisi tes prestasi belajar harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: (1) mewakili isi kurikulum/kemampuan yang akan diujikan; (2) komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami; (3) dapat dibuat soalnya sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu komponen identitas dan komponen matriks. Komponen identitas biasanya berisikan identitas jenjang sekolah, mata pelajaran yang diujikan, kurikulum yang diacu, jumlah dan bentuk soal, serta tahun pembuatan kisi-kisi. Sedangkan komponen matriks merupakan penjabaran kompetensi dapat berupa kompetensi dasar atau standar kompetensi lulusan yang akan diujikan, 50
Pusat Penilaian Pendidikan
materi, indikator soal, dan nomor soal. Komponen identitas dicantumkan di bagian atas komponen matriks. Materi dalam kisi-kisi harus sesuai dengan kompetensi yang diujikan. Selain itu materi yang ditulis dalam kisi-kisi, hanya materi yang akan dibuatkan soalnya saja. Indikator soal adalah rumusan yang memuat perilaku peserta didik yang akan diukur dengan menggunakan kata kerja operasional. Adapun kriteria indikator soal yang baik adalah: 1) memuat ciri-ciri kompetensi yang diujikan; 2) memuat satu kata kerja operasional, khusus untuk soal uraian dapat memuat lebih dari satu kata kerja operasional; 3) berkaitan erat dengan materi yang akan diujikan; dan 4) dapat dibuatkan soalnya sesuai dengan bentuk yang telah ditetapkan. Apabila dalam sebuah tes karena keterbatasan jumlah soal, maka perlu dipilih kompetensi dasar yang esensial. Adapun kriteria pemilihan kompetensi dasar yang esensial adalah: 1) merupakan kompetensi dasar lanjutan/pendalaman dari satu kompetensi dasar yang sudah dipelajari sebelumnya; 2) merupakan kompetensi dasar penting yang harus dikuasai peserta didik; 3) merupakan kompetensi dasar yang sering diperlukan untuk mempelajari mata pelajaran lain; 4) merupakan kompetensi dasar yang berkesinambungan yang terdapat pada semua jenjang kelas; dan 5) merupakan kompetensi dasar yang memiliki nilai terapan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penulisan soal tes prestasi belajar, misalnya ulangan harian, tes formatif, sumatif, dan ujian sekolah lainnya, para penulis soal perlu memiliki pengetahuan tentang proses penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator soal. Pengetahuan ini perlu dikuasai karena melalui indikator soal 51
Pusat Penilaian Pendidikan
penulis soal dapat menentukan kemampuan yang hendak diukur.Indikator soal dibuat untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar yang dituntut dalam kurikulum. Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan proses penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator. KOMPETENSI DASAR
MATERI
INDIKATOR SOAL
SOAL
Keterangan diagram: Kompetensi Dasar : Kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik setelah mempelajari materi pelajaran tertentu. Kompetensi dasar ini diambil dari kurikulum Materi
Indikator Soal Soal
: Bahan ajar yang harus dikuasai peserta didik berdasar-kan kompetensi dasar yang akan diukur. Penentuan materi (bahan ajar) yang akan diambil disesuaikan dengan indikator yang akan disusun. : Berisi ciri-ciri perilaku yang dapat diukur sebagai petunjuk untuk membuat soal. : Disusun dibuat.
berdasarkan
indikator
yang
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kesesuaian antara indikator yang disusun dan kompetensi dasar, disarankan untuk melihat kompetensi dasar dan materi yang ada dalam kisikisi.Selain itu dalam penulisan soal terdapat kaidah-kaidah penulisan soal yang perlu diperhatikan yaitu dari segi materi, konstruksi, dan bahasa. 52
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh Kisi-kisi Kompetensi Dasar
Kelas
Materi
Indikator
Bentuk Soal
3.1. Memahami konsep peng-kuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup, dan ling-kungan fisik sekitar sebagai bagian dari observasi, serta pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam pengukuran
VII/1
Besaran pokok dan besaran turunan
Peserta didik dapat mengidentifikasi besaran pokok dan besaran turunan
Pilhan Ganda
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kesesuaian antara indikator yang disusun dan kompetensi dasar, disarankan untuk melihat kompetensi dasar dan materi yang ada dalam kisikisi.Selain itu dalam penulisan soal terdapat kaidah-kaidah penulisan soal yang perlu diperhatikan yaitu dari segi materi, konstruksi, dan bahasa.Berikut adalah kaidah penulisan soal berikut bentuk soalnya.
1. Bentuk Soal Pilihan Ganda
Soal bentuk pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum, setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor).Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik.Berikut adalah keunggulan dan keterbatasan bentuk soal pilihan ganda. 53
Pusat Penilaian Pendidikan
Keunggulan dan keterbatasan Keunggulan bentuk soal pilihan ganda seperti berikut:
1) Mengukur berbagai jenjang kognitif (dari ingatan sampai dengan evaluasi). 2) Penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas dalam suatu tes untuk suatu kelas atau jenjang pendidikan. 3) Bentuk ini sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau yang sifatnya massal, dan hasilnya harus segera diumumkan, seperti Ujian Semester, Ujian Kenaikan Kelas, Ujian Sekolah, dan Ujian Nasional. Keterbatasan bentuk soal pilihan ganda seperti berikut: 1) 2) 3) 4)
Memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya; Sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi; Terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban Tidak seluruh materi dapat diukur dengan bentuk pilihan ganda.
Dengan memahami keunggulan dan keterbatasan bentuk soal Pilihan Ganda diharapkan pembaca dapat menentukan kapan bentuk soal ini tepat digunakan.
Kaidah Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda terdapat kaidah-kaidah yang perlu diperhatikan baik dari segi materi, konstruksi, maupun bahasa seperti berikut ini.
Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator soal dalam kisi-kisi. 2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. 54
Pusat Penilaian Pendidikan
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang berkaitan dengan materi yang ditanyakan. Artinya, apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan tersebut dihilangkan saja. 2) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. 3) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. 4) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. 5) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". 6) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, dan pilihan jawaban berbentuk angka yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. 7) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. 8) Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. 2) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional. 3) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok soal. 55
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh Soal Bentuk Pilihan Ganda Mata Pelajaran : IPA Jenjang : SMP Kelas/Semester : VII/1 Kompetensi Inti : 3 Kompetensi Dasar : 3.1 Memahami konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri, makhluk hidup, dan lingkungan fisik sekitar sebagai bagian dari observasi, serta pentingnya perumusan satuan terstandar (baku) dalam pengukuran. Indikator : peserta didik dapat mengidentifikasi besaran pokok dan besaran turunan. Petunjuk :
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda silang pada huruf di depan jawaban yang Anda anggap paling benar!
Sekelompok peserta didik mengamati sebuah balok dan memperoleh data: panjang 20cm, lebar 10cm, tebal 5cm, massa 500g, warna coklat, dan permukaan kasar. Data tersebut kemudian diolah sehingga memperoleh data pengukuran tak langsung: luas, volume, dan massa jenis balok. Kelompok besaran pokok dan besaran turunan sesuai data tersebut adalah.... A.
B. C. D.
Besaran Masa massa, massa jenis, tebal massa, panjang, volume panjang, lebar, massa lebar, massa, panjang
Besaran Turunan panjang, volume, lebar
lebar, massa jenis, tebal volume, massa jenis, luas luas, volume, massa jenis
Skor: Jawaban benar :=1, Jawaban salah =0 56
Pusat Penilaian Pendidikan
2. Bentuk Soal Dua Pilihan Jawaban (Benar–Salah, YaTidak) Bentuk soal ini menuntut peserta tes untuk memilih dua kemungkinan jawaban. Bentuk kemungkinan jawaban yang sering digunakan adalah benar dan salah atau ya dan tidak. Peserta tes diminta memilih jawaban benar atau salah (ya atau tidak) pada pernyataan yang disajikan.Berikut adalah keunggulan dan keterbatasan bentuk soal dua pilihan jawanan.
Keunggulan dan keterbatasan
Keunggulan bentuk soal dua pilihan adalah seperti berikut: Dapat mengukur berbagai jenjang kemampuan kognitif.
Materi yang diujikan dapat mencakup lingkup materi yang luas (dapat lebih luas dan lebih banyak lingkup materinya daripada yang dicakup oleh bentuk soal Pilihan Ganda).
Jawaban peserta didik dapat diskor dengan mudah, cepat dan objektif (lebih cepat dan lebih mudah daripada Pilihan Ganda). Keterbatasan bentuk soal dua pilihan jawaban seperti berikut:
Probabilitas menebak dengan benar adalah besar, yakni 50%, karena pilihan jawabannya hanya dua, benar dan salah atau ya dan tidak. Bentuk soal ini tidak dapat digunakan untuk menanyakan sesuatu konsep secara utuh karena peserta tes hanya dituntut menjawab benar dan salah, atau ya dan tidak. Apabila jumlah butir soalnya sedikit, indeks daya pembeda butir soal cenderung rendah.
Apabila ragu atau kurang memahami pernyataan soal, peserta tes cenderung memilih jawaban benar. 57
Pusat Penilaian Pendidikan
Kaidah Penulisan Penulis soal bentuk dua pilihan jawaban perlu memperhatikan beberapa kaidah sebagai berikut. 1) Hindari penggunaan kata: terpenting, selalu, tidak pernah, hanya, sebagian besar, dan kata-kata lain yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta tes dalam menjawab. Rumusan butir soal harus jelas, dan pasti benar atau pasti salah.
2) Jumlah rumusan butir soal yang jawabannya benar dan salah hendaknya seimbang. 3) Panjang rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatif sama.
4) Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Misalnya: B B S S, atau B S B S, dan sebagainya. Susunan yang terpola sistematis seperti itu dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar. 5) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku teks. Pengambilan kalimat langsung dari buku teks lebih mendorong peserta didik untuk menghafal daripada memahami dan menguasai konsep dengan baik
Contoh Soal
Petunjuk: Lingkarilah huruf B bila benar, dan S bila salah 1. B – S Kunci : B 58
Penentuan pembagian wilayah waktu di Indonesia mengikuti kesepakatan internasional tahun 1884 yang menetapkan setiap 15 derajat garis bujur selisih waktunya adalah satu jam. Pusat Penilaian Pendidikan
3. Bentuk Soal Menjodohkan Soal bentuk menjodohkan terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur sebelah kiri, biasanya merupakan pernyataan soal atau pernyataan stimulus.Kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan jawaban atau pernyataan respon.Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada lajur sebelah kiri di antara pernyataan yang ditulis pada lajur sebelah kanan.
Bentuk soal menjodohkan cocok untuk menanyakan dua konsep yang berhubungan, seperti nama pengarang dengan judul buku, mata uang dengan negara. Keunggulan dan keterbatasan
Keunggulan bentuk soal menjodohkan adalah seperti berikut:
1) Relatif lebih mudah dalam perumusan butir soal, terutama jika dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda.
2) Ringkas dan ekonomis dilihat dari segi rumusan butir soal dan dari segi cara memberikan jawaban.
3) Dapat dilakukan penskoran dengan mudah, cepat, dan objektif. Keterbatasan bentuk soal menjodohkan adalah seperti berikut:
1) Cenderung mengukur kemampuan mengingat, sehingga kurang tepat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang lebih tinggi. 2) Kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi, karena jumlah pernyataan soal (dalam lajur sebelah kiri) dengan pernyataan jawaban (dalam lajur sebelah kanan) tidak banyak berbeda. 59
Pusat Penilaian Pendidikan
3) Tidak semua materi/konsep dapat dibuatkan bentuk soal menjodohkan.
Kaidah Penulisan Soal Kaidah penulisan soal bentuk menjodohkan adalah seperti berikut:
1) Tulislah seluruh pernyataan dalam lajur kiri dengan materi yang sejenis, dan pernyataan dalam lajur kanan juga sejenis. Dengan kata lain: pernyataan dalam lajur sebelah kiri isinya homogen, demikian juga pernyataan dalam lajur sebelah kanan isinya harus homogen.
2) Tulislah pernyataan jawaban lebih banyak dari pernyataan soal. Hal ini penting, untuk memperkecil probabilitas peserta tes menjawab soal secara menebak dengan benar. Seperti contoh berikut, pernyataan soal yang ada di lajur kiri adalah lima butir, pernyataan jawaban yang ada di lajur kanan adalah tujuh butir.
3) Susunlah jawaban yang berbentuk angka secara berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya. Apabila alternatif jawabannya berupa tanggal dan tahun terjadinya peristiwa, maka susunlah tanggal dan tahun tersebut berurutan secara kronologis, seperti dalam penulisan soal pilihan ganda. 4) Tulislah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan mudah dipahami oleh peserta tes. Oleh karena itu, dalam perumusan kalimat dan penggunaan kosakata perlu memperhatikan perkembangan kemampuan bahasa peserta tes.
60
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh Soal Jodohkanlah ungkapan di sebelah kanan dengan maknanya di sebelah kiri, dengan cara membubuhkan huruf pilihan jawaban di depan pernyataan yang tepat. MAKNA UNGKAPAN
1. 2. 3. 4. 5.
Ibu sedang memasang kancing yang lepas. Anak itu menjadi bahan pembicaraan di kelas. Ayah membawa oleh-oleh dari Jambi. Runa menjadi anak kesayangan ayahnya. Silahkan mengajukan pendapat pribadi.
UNGKAPAN
a. buah hati
b. buah pena c. buah bibir d. buah baju
e. buah pikiran f. buah tangan g. buah pinggang
4. Bentuk Soal Isian/Jawaban singkat Soal isian adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat dengan cara mengisi berupa kata, frase, angka, atau simbol Keunggulan dan keterbatasan
Keunggulan bentuk soal Isian adalah dapat mencakup lingkup materi yang banyak dan dapat diskor dengan mudah, cepat, dan objektif, serta mudah menyusunnya. Sedangkan keterbatasannya adalah cenderung mengukur kemampuan mengingat (simple recall).
61
Pusat Penilaian Pendidikan
Kaidah Penulisan Soal Isian Kaidah penulisan soal bentuk isian adalah seperti berikut: 1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta kalimat singkat dan jelas, sehingga peserta tes dapat memahami dengan mudah. 3) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol, tempat, atau waktu. 4) Soal tidak merupakan kalimat yang dikutip langsung dari buku. 5) Soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.
6) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak dua bagian, supaya tidak membingungkan peserta didik. Contoh Soal 1:
Dalam suatu diskusi kelompok, terjadi perselisihan pendapat, masing-masing bersikeras mempertahankan pendapatnya, bahkan bila dibiarkan akan terjadi perkelahian. Dalam situasi ini, sikap yang sebaiknya dilakukan peserta diskusi adalah…. Kunci : mengusulkan pemungutan suara
62
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh soal 2: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat!
Pemanfaatan lahan pertanian seperti pada gambar di atas dilakukan dengan cara .... Kunci Jawaban: Terasering
5. Bentuk Soal Uraian Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Berdasarkan cara penskorannya, soal bentuk uraian diklasifikasikan atas uraian objektif dan uraian non-objektif. 1) Soal bentuk uraian objektif adalah rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan 63
Pusat Penilaian Pendidikan
pengertian/konsep tertentu, dan dapat diidentifikasi katakata kunci jawabannya, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif.
2) Soal bentuk uraian non-objektif adalah rumusan soal yang menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar dilakukan secara objektif (penskorannya dapat mengandung unsur subjektivitas) tidak dapat diidentifikasi kata-kata kunci jawabannya.
Perbandingan antara soal bentuk Uraian Objektif dan Non- Objektif Pada prinsipnya, perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dan non-objektif terletak pada kepastian penskorannya.Pada soal bentuk objektif, kunci jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas komponen-komponen yang diskor dan berapa besarnya skor untuk setiap komponen). Pada soal bentuk uraian non-objektif skornya dinyatakan dalam bentuk ‘rentang’, karena hal-hal atau komponen yang diskor hanya diuraikan secara garis besar dan berupa kriteria tertentu. Hal tersebut membuka peluang kemungkinan masuknya unsur subjektivitas dari penskor pada waktu melakukan skoring, maka cara penskoran ini disebut penskoran non-objektif.
Keunggulan dan keterbatasan
Keunggulan soal bentuk uraian adalah dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat peserta didik sendiri. 64
Pusat Penilaian Pendidikan
Keterbatasan soal bentuk uraian adalah jumlah materi atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan relatif terbatas, waktu untuk memeriksa jawaban peserta didik cukup lama, penskorannya relatif subjektif terutama untuk soal uraian nonobjektif, dan tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda, karena reliabilitas skor pada soal bentuk uraian sangat tergantung pada penskor tes. Perbandingan antara bentuk soal pilihan ganda dengan uraian dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1. Perbandingan Antara Bentuk Soal Pilihan Ganda dan Uraian Karakteristik
Pilihan Ganda
Penulisan Soal Jumlah Materi/KD yang ditanyakan Aspek atau kemampuan yang diukur oleh satu soal Persiapan Peserta didik
Relatif mudah Terbatas
Relatif sukar Lebih banyak
Penekanannya pada kedalaman materi
Jawaban Peserta didik
Mengorganisasikan jawaban Tidak ada
Lebih menekankan pada keluasan materi atau materinya bervariasi Memilih jawaban
Kecenderungan Menebak Penskoran
65
Uraian
Dapat lebih dari satu
Sukar, lama, kurang konsisten (reliable) dan subjektif
Hanya satu
Ada
Mudah, cepat, sangat konsisten dan objektif
Pusat Penilaian Pendidikan
Kaidah-Kaidah Penulisan Soal Bentuk Uraian Pada dasarnya setiap penulis soal bentuk uraian harus selalu berpedoman pada langkah-langkah atau kaidah-kaidah penulisan soal secara umum, misalnya mengacu pada kisi-kisi tes yang telah dibuat dan tujuan soalnya. Dalam menulis soal bentuk uraian, seorang penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban yang mungkin diberikan oleh peserta didik. Dengan kata lain, ruang lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya.Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan atau terjadinya multi tafsir soal dapat dihindari.Ruang lingkup tersebut juga akan membantu mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran. Secara rinci, beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut. Materi 1) Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator. 2) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang lingkup) harus jelas. 3) Isi materi sesuai dengan petunjuk pengukuran. 4) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas. 66
Pusat Penilaian Pendidikan
Konstruksi 1) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya: siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak. 2) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. 3) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soalnya ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskorannya, besarnya skor bagi setiap komponen, atau rentangan skor yang dapat diperoleh untuk setiap kriteria dalam soal yang bersangkutan. 4) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna. Bahasa
1) Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan katakata) yang sederhana dan komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. 2) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik atau kelompok tertentu. 3) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. 4) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dan tidak berlaku setempat
67
Pusat Penilaian Pendidikan
Penyusunan Pedoman Penskoran Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan tentang: 1) batasan atau kata-kata kunci atau konsep untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal bentuk uraian objektif, 2) kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan, 3) kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal uraian non-objektif, 4) pedoman pemberian skor untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah perumusan kalimat butir soal tersebut. Contoh Soal 1 (Matematika SMP)
Salah satu pembaharuan penanganan limbah pabrik kertas PT“A” daerah limbah dilokasikan pada sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang lebarnya 80 m dan panjangnya 200 m. Peraturan pemerintah mensyaratkan bahwa daerah limbah paling sedikit memiliki luas 10.000 m 2 dan memiliki zona pengamanan dengan lebar serba sama di sekeliling daerah limbah, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
68
Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, perusahaan menetapkan realisasi luas daerah limbah adalah 10.800 m2. 1) Dapatkah pembangunan daerah limbah tersebut direalisasikan pada tanah yang tersedia? 2) Berapa ukuran daerah zona pengaman yang disediakan?
Pusat Penilaian Pendidikan
PedomanPensekoran No.
Kunci Jawaban Diketahui: Ukuran tanah yang tersedia 200 m 80 m Luas daerah limbah menurut peraturan pemerintah minimal 10.000 m2. Kebijakan pimpinan PT “A” menetapkan luas daerah limbah 10.800m2.
1
Penyelesaian
Interpretasimasalahdalam gambar sebagai berikut.
x
1
80 m
LIMBAH x Zona Pengamanan 200m
p adalah panjang tanah yang tersedia l adalah lebar tanah yang tersedia p1 adalah panjang daerah limbah ........................................................................ l1 adalah lebar daerah limbah
Berarti paling tidak ukuran daerah limbah p1 = p – 2 x dan l1 = l – 2 x .................................
69
1 1
Menurut peraturan pemerintah luas daerah limbah minimal 10.000 m2 dan realisasi daerah limbah yang diinginkan 10.800 m2. Pusat Penilaian Pendidikan
Karena daerah limbah berbentuk persegi panjang maka luas daerah limbah dapat dinyatakan L1 = p1l1.............................................................................. = (p – 2 x)( l – 2 x) = pl – (2p + 2l) x + 4 x 2 ....................................... 10.800 = 16.000 – 560 x + 4 x 2.................................
10.800 = 16.000 – 560 x + 4 x 2x 2 – 140 x + 1.300 = 0 ....................... x 2 – 10 x - 130 x + 1.300 = 0 x (x – 10) - 130 (x – 10) = 0................................. (x – 10) (x – 130) = 0 ............................................. (x – 10) = 0 atau (x – 130) = 0 x = 10 atau x = 130 ............................................... Agar memperoleh luas daerah limbah yang diinginkan maka ukuran zona pengaman adalah 10 m. Berarti paling tidak ukuran daerah limbah p1 = p – 2 xdan l1 = l – 2 x .................................... p1 = 200 – 2 (10) dan l1 = 80 – 2 (10).............. p1 = 180 dan l1 = 60 Sehingga ukuran daerah limbah adalah 180m 60m..........
Kesimpulan: Peraturan pemerintah dan kebijakan pimpinan PT Indo Rayon untuk membangun daerah limbah di atas tanah yang tersedia dapat diwujudkan dengan ukuran daerah limbah 180m 60m dan ukuran lebar zona pengaman disekeliling daerah limbah adalah 10 m. Skor Maksimum Nilai=
70
Skor Perolehan 15
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1
1
15
100
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh Soal 2 (IPA SMP) Perhatikan tiga bentuk paruh pada gambar di bawah ini!
Bandingkan ciri dan fungsi paruh yang sesuai dengan jenis makanan burung burung seperti pada gambar, dan sebutkan contohnya! Pedoman penilaian No
Kunci Jawaban
Skor
a. Paruh sangat kuat dengan rahang atas berujung tajam berfungsi untuk merobek mangsanya contohnya elang b. Paruh besar dan panjang, rahang atas melengkung, rahang bawah seperti kantung. berfungsi untuk menangkap ikan dan menahannya supaya tidak dapat meloloskan diri lagi Contohnya burung pelikan
c. Paruh memanjang dan lancip berfungsi untuk menghisap madu bunga Contohnya burung kolibri Skor maksimum
71
1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh soal 3 (Bahasa Indonesia SMP) Tulislah sebuah cerita pendek berdasarkan peristiwa yang pernah kamu alami sebanyak kurang lebih 150 kata.Dalam menulis perhatikan ejaan, tanda baca, struktur kalimat, dan hubungan/keterkaitan (koherensi) antarkalimat. Buatlah judul yang menarik! Pedoman Penilaian NO.
1.
2.
3.
4.
72
ASPEK YANG DINILAI
SKOR
Kesesuaian antara judul dengan isi cerita Judul sesuai dengan isi cerita Judul agak sesuai dengan isi cerita Judul tidak sesuai dengan isi cerita Ketepatan penulisan ejaan Tidak ada kesalahan ejaan Bila ada kesalahan ejaan 1-3 kata Bila ada kesalahan ejaan 4-6 kata Bila ada kesalahan ejaan lebih dari 6 kata Ketepatan penulisan tanda baca Tidak ada kesalahan tanda baca Bila ada kesalahan 1-5 tanda baca Bila ada kesalahan 6-10 tanda baca Bila ada kesalahan lebih dari 10 tanda baca Ketepatan struktur kalimat Semua kalimat memiliki struktur yang tepat Ada 1 kalimat yang strukturnya tidak tepat Ada 2 kalimat yang strukturnya tidak tepat Lebih dari 2 kalimat yang strukturnya tidak tepat
0–2 2 1 0
0–3 3 2 1 0 0–3 3 2 1 0 0–3 3 2 1 0
Pusat Penilaian Pendidikan
5.
Kepaduan antarkalimat Semua kalimat padu Ada 1 kalimat yang tidak padu Ada 2 kalimat yang tidak padu Lebih dari 2 kalimat yang tidak padu
Skor Maksimum
0–3 3 2 1 0 14
C. PENILAIAN KETERAMPILAN (KINERJA) Penilaian keterampilan atau kinerja (performance assessment) adalah penilaian yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Para ahli menggunakan istilah “Performance Assessment” secara berbeda-beda dengan merujuk kepada pendekatan penilaian yang berbeda pula.Menurut Fitzpatrick dan Morison (1971) sebenarnya tidak ada perbedaan yang berarti antara “Performance Assessment” dengan tes lainnya yang dilaksanakan peserta didik di dalam kelas, yang membedakan adalah sejauh mana tes itu dapat mensimulasikan situasi dari kriteria-kriteria yang diharapkan.Sementara menurut Trespeces (1999) “Performance Assessment” adalah berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahamannya dan mengaplikasikan pengetahuan, serta keterampilannya dalam berbagai macam konteks.
Karakteristik Dasar Menurut Maertel (1992), performance assessment mempunyai dua karakteristik dasar yaitupeserta didik diminta untuk (1) mendemontrasikan kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktivitas 73
Pusat Penilaian Pendidikan
(proses/perbuatan/praktik), dan (2)menghasilkan suatu produk, atau kedua-duanya. Dalam hal memilih, apakah yang akan dinilai itu produk atau proses (perbuatan) tergantung pada karakteristik domain yang diukur (Messirh, 1994). Misalnya, dalam bidang seni seperti acting dan menari, proses (perbuatan) dan produknya sama penting. Selanjutnya, dalam creative writing menilai produk adalah fokus yang utama.
Kualitas Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja yang berkualitas harus memperhatikan kriteria berikut: 1) Generability, artinya kinerja peserta didik dalam melakukan tugas yang diberikan pendidik dapat digeneralisasikan dengan tugas-tugas lainnya, terutama bila peserta didik diberi tugas dalam penilaian keterampilan yang berlainan. 2) Authenticity, artinya tugas yang diberikan kepada peserta didik sudah sesuai dengan apa yang sering dihadapinya dalam konteks kehidupan sehari-hari. 3) Multiple foci, artinya tugas yang diberikan kepada peserta didik mengukur lebih dari satu aspek kemampuan yang diinginkan.
4) Teachability, artinya tugas yang diberikan merupakan tugas yang hasilnya relevan dengan yang diajarkan pendidik di kelas.
5) Fairness, artinya tugas yang diberikan sudah adil (fair) untuk semua peserta didik, tidak “bias” untuk semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama, atau status sosial ekonomi. 6) Feasibility, artinya tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh peserta didik, misalnya yang berkaitan dengan faktori biaya, ruangan (tempat), waktu, atau peralatannya. 74
Pusat Penilaian Pendidikan
7) Scorability, artinya tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat diskor dengan akurat dan reliabel. Karena memang salah satu yang sensitif dari penilaian keterampilan atau penilaian kinerja adalah penskorannya.
Langkah-langkah dalam Penilaian Kinerja
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja antara lain adalah: 1) Mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang akan mempengaruhi hasil akhir (output). 2) Menuliskan dan menpendidiktkan semua aspek kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik. 3) Mengusahakan aspek kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak, sehingga semuanya dapat diobservasi selama peserta didik melakspeserta didikan tugas. 4) Mendefinisikan dengan jelas semua aspek kemampuan yang akan diukur. Kemampuan tersebut atau produk yang akan dihasilkan harus dapat diamati (observable). 5) Memeriksa dan membandingkan kembali semua aspek kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan (jika ada pembandingnya).
PenilaianKinerja Dalam melakukan penilaian kinerja digunakan dua metoda/pendekatan, yaitu holistic dananalytic.Metoda holistic digunakan apabila pemberi skor (rater) hanya memberikan satu macam skor atau nilai (single rating) berdasarkan kesan mereka secara keseluruhan dari hasil kinerja peserta didik. Sedangkan 75
Pusat Penilaian Pendidikan
pada metoda analytic pemberi skor (rater) memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek kinerja yang berbeda. Dalam penilaian kinerja dengan metoda analytic dapat menggunakan (1) checklist dan (2) rating scales. 1. Checklist
Penilaian/penskoran menggunakan checklists merupakan cara yang paling sederhana. Melalui cara penskoran ini semua aspek kinerja/perbuatan tertentu dari peserta didik atau produk yang dihasilkan peserta didik dapat diamati oleh penilai atau penskor. Peserta didik akan mendapat skor (centang) jika ia mengerjakan tahapan tertentu dari tugas yang diberikan dan sebaliknya. Jadi metoda checklist hanya memberikan dua kategori penilaian (dichotomous scoring).
Ada beberapa kelemahan dari metoda checklist, yaitu: (1) penilai atau penskor hanya bisa memilih dua pilihan yang absolut, yaitu aspek kinerja teramati dan tidak teramati, jadi tidak ada nilai di tengahnya. (2) sukar sekali untuk menyimpulkan kinerja seseorang dalam satu skor, misalnya untuk mengurutkan kinerja dari beberapa peserta didik. Contoh Soal (Biologi SMA)
Siapkan 2 jenis jamur yang dapat kamu temukan di lingkungan! (1) Buatlah catatan mengenai tempat jamur tersebut ditemukan dan keadaan di sekitarnya yang dapat menjelaskan habitatnya, misalnya: di lingkungan terbuka, lembab, banyak mendapat sinar matahari, di sekitarnya banyak tumbuhan, di air, atau keterangan lain. (2) Amati ciri-ciri morfologi kedua jenis jamur tersebut, meliputi: bentuk, warna, ukuran, bau, dan lain sebagainya. (3) Bila diperlukan, lakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop! (4) Identifikasilah kedua jamur tersebut berdasarkan ciri-ciri morfologinya! 76
Pusat Penilaian Pendidikan
(5) Buatlah gambar atau skema kedua jamur tersebut dan tunjukkan bagian-bagian tubuhnya! (6) Tentukan golongan kedua jamur itu! (7) Tentukan cara reproduksi kedua jamur itu melalui studi pustaka! (8) Buatlah laporan dari hasil pengamatanmu! Contoh pedoman penilaian dengan menggunakan checklist. Nama:
Petunjuk: Berilah tanda centang (V) di depan huruf yang menunjukkan kemampuan peserta didik bila kemampuan itu teramati. I. Persiapan pengamatan jamur _________ A. Bahan dan alat yang diperlukan lengkap. _________ B. Jamur yang dipilih tepat. _________ C. Semua alat dan bahan tersusun rapi untuk mempermudah kerja. _________ D. Catatan mengenai habitat jamur lengkap. _________ E. Langkah-langkah pengamatan telah dibuat dengan tepat II. Pelaksanaan pengamatan jamur _________ A. Ciri-ciri yang diamati jelas _________ B. Ciri-ciri yang diamati lengkap _________ C. Prosedur pengamatan tepat _________ D. Penggunaan alat tepat _________ E. Catatan hasil pengamatan dibuat langsung III. Hasil _________ A. Hasil pengamatan lengkap _________ B. Laporan hasil pengamatan jelas dan lengkap 77
Pusat Penilaian Pendidikan
2. Rating Scale Penilaian kemampuan keterampilan/kinerja dengan cara lain adalah dengan menggunakan rating scale (skala rentang). Walaupun cara ini serupa dengan “checklists”, tetapi “rating scale” memungkinkan penilai atau pemberi skor untuk menilai kemampuan peserta didik secara kontinum (continuous scoring). Contoh pedomanan penilaian dengan menggunakan rating scale (numerical rating scale) Petunjuk: Untuk setiap kemampuan peserta didik, berilah tanda √ berdasarkan kriteria: Skor 4 bila peserta didik melakukan dengan tepat Skor 3 bila peserta didik melakukan kurang tepat Skor 2 bila peserta didik melakukan tidak tepat Skor 1 bila peserta didik tidak melakukan Nama Peserta didik: Aspek yang dinilai A. Persiapan pengamatan jamur 1. Bahan dan alat yang diperlukan lengkap 2. Jamur yang dipilih tepat
3. Semua alat dan bahan tersusun rapi untuk mempermudah kerja 4. Catatan mengenai habitat jamur lengkap 5. Langkah-langkah pengamatan telah dibuat dengan tepat
B. Pelaksanaan pengamatan jamur
78
Pelaksanaan oleh peserta didik (Skor) 1
2
3
4
√ √
√ √
√
Pusat Penilaian Pendidikan
6.
Ciri-ciri yang diamati jelas
8.
Prosedur pengamatan tepat
7. 9.
10.
Ciri-ciri yang diamati lengkap
√
√
Penggunaan alat tepat
C. Hasil
Catatan hasil pengamatan dibuat langsung
11.
Hasil pengamatan lengkap
12.
√
Laporan hasil pengamatan jelas dan lengkap Skor Perolehan Skor Maksimum
Nilai akhir
=
√ √ √ √
6
48
9
√
28
Jumlah skor 100 Total Maksimum
Sumber kesalahan dalam penskoran Penilaian Kinerja Kesukaran yang paling utama ditemukan dalam penilaian keterampilan/kinerja (performance assessment) adalah dalam hal penskorannya.Paling tidak ada tiga sumber kesalahan dalam penskoran penilaian keterampilan (Popham, 1995) yaitu : (1) Masalah dalam instrumen Instrumen pedoman penskoran tidak jelas sehingga sukar untuk digunakan oleh penilai. Selain itu aspek-aspek yang harus dinilai juga sukar untuk diskor, karena aspek-aspek tersebut sukar 79
Pusat Penilaian Pendidikan
untuk diamati (unobservable). Hal yang demikian akan mengakibatkan hasil penskoran menjadi tidak valid dan tidak akurat (tidak reliabel). (2) Masalah prosedural
Prosedur yang digunakan dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja tidak baik sehingga dapat mempengaruhi hasil penskoran.Masalah yang biasanya terjadi adalah pemberi skor (rater) harus menskor aspek-aspek yang terlalu banyak. Bagi rater, makin sedikit aspek yang harus dinilai, makin baik. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa dalam membuat pedoman penskoran, semua aspek penting yang mempengaruhi kualitas hasil akhir harus dicantumkan. Masalah lainnya adalah jumlah rater hanya satu orang, sehingga sukar untuk membuat perbandingan terhadap hasil penskorannya (adjustment). (3) Masalah bias pada pemberi skor
Pemberi skor (rater) cenderung sukar dalam hal menghilangkan masalah “personal bias”. Pada waktu melakukan penskoran terhadap hasil pekerjaan peserta didik, ada kemungkinan rater mempunyai masalah “generosity error”, artinya rater cenderung memberi nilai yang tinggi-tinggi, walaupun kenyataan yang sebenarnya hasil pekerjaan peserta didik tidak baik. Kemungkinan juga rater mempunyai masalah “severity error”, artinya rater cenderung memberi nilai yang rendah-rendah, walaupun kenyataannya hasil pekerjaan peserta didik tersebut baik. Kemungkinan lain, rater juga cenderung dapat memberi skor yang sedang-sedang saja, walaupun kenyataan yang sebenarnya hasil pekerjaan peserta didik ada yang baik dan ada yang tidak baik. Masalah lain adalah adanya kemungkinan rater tertarik atau simpati kepada peserta tes sehingga sukar baginya untuk memberi nilai yang objektif (halo effect).
Bentuk-Bentuk Penilaian Kinerja
Dalam penerapannya di lapangan beberapa penilaian dapat juga dikatagorikan ke dalam penilaian kinerja (performance assessment) yaitu penilaian kinerja yang menghasilkan suatu 80
Pusat Penilaian Pendidikan
produk dinamakan Penilaian Produk (product assessment).Ada pula bentuk tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu, penilaian kinerja semacam ini disebut juga Penilaian Proyek(project assessment).Adapun penjelasan rinci dari kedua bentuk penilaian kinerja tersebut adalah sebagai berikut.
Penilaian Produk Penilaian Produk (hasil kerja peserta didik) adalah penilaian terhadap kualitas hasil karya peserta didik termasuk di dalamnya penilaian terhadap proses pengerjaan karya tersebut. Dalam penilaian produk terdapat dua aspek keterampilan yang dinilai yaitu: 1) Keterampilan peserta didik untuk menggunakan alat serta prosedur kerja dalam menghasilkan suatu karya (praktik); 2) Aspek kualitas teknis dan estetik karya peserta didik.
Penilaian ini biasa dilakukan pada matapelajaran kerajinan tangan dan kesenian, menggambar, praktek di laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),dan matapelajaran produktif di sekolah kejuruan yang hasil akhirnya berupa produk tertentu. Hasil kerja peserta didik yang dimaksud adalah suatu benda yang dibuat misalnya dari kain, kertas, metal, kayu, plastik, keramik, dan hasil karya seni seperti lukisan, gambar, dan patung. Hasil kerja yang berupa aransemen musik, koreografi, karya sastra tidak termasuk hasil kerja yang dimaksud disini..
Penetapan aspek penilaian
Pada proses pembuatan suatu produk, ada tiga tahapan yang harus dilalui peserta didik yaitu tahap persiapan atau perencanaan, tahap produksi, dan tahap akhir. Ketiga tahap itu merupakan suatu proses yang terpadu, sehingga penilaiannya pun harus terpadu. 81
Pusat Penilaian Pendidikan
Berikut adalah contoh penilaian hasil keterampilan peserta didik.
Tahap persiapan: keterampilan peserta didik untuk merancang bentuk hiasan yang akan disulam ; keterampilan membuat gambar dan menyusun bahan yang diperlukan untuk membuat tas;
Tahap produksi: keterampilan untuk memilih motif dan jenis bahan yang cocok untuk gaun pesta; Tahap akhir: keterampilan peserta didik untuk menghasilkan tas yang dapat berfungsi dan sekaligus mengandung aestetika atau indah. Pada tahap ini dinilai juga kemampuan peserta didik untuk mengevaluasi hasil karyanya.
Perencanaan untuk menilai produk Dalam merencanakan penilaian produk, pendidik harus melakukan seleksi terhadap karya yang akan dinilai dengan tujuan untuk menentukan tingkat kompetensi peserta didik. Kriteria tingkat kompetensi peserta didik didasarkan pada tingkat kesulitannya dalam membuat produk. Adapun kriteria tersebut sebagai berikut: 1) Relevan dan mewakili kompetensi yang diukur
Penilaian tingkat kompetensi peserta didik selain didasarkan pada sejumlah karya yang relevan, juga didasarkan pada keseluruhan aspek kompetensi yang diukur. Misalnya, penilaian produk harus didasarkan pada pemahaman dasar teorinya, proses kerjanya/keterampilannya, dan kualitas produknya. Jadi penilaian produk harus komprehensif. 82
Pusat Penilaian Pendidikan
Strategi yang dapat dilakukan untuk memastikan relevansi dan lingkup prroduknya adalah (a) Menentukan jenis tugas yang akan diberikan/dikembangkan kepada peserta didik(yang belum dan sudah terampil); (b) menetapkan tingkatan kompetensi yang akan diukur (setingkat di bawah dan atau setingkat diatasnya); dan (3) menetapkan aspek kompetensi yang akan diukur untuk setiap tahap pengerjaan tugas (tahap persiapan/perencanaan, tahap produksi, dan tahap akhir). 2) Jumlah dan objektivitas produk
Semakin banyak jenis produk yang dinilai untuk masing-masing kompetensi, akan semakin handal kesimpulan yang dihasilkan. Penilaian produk yang objektif adalah penilaian yang tidak dipengaruhi oleh jenis bahan, pilihan karya peserta didik, dan pendidik yang menilai. Agar penilaian objektif, pendidik harus tetap berpegang pada kompetensi atau keterampilan menggunakan alat/bahan dan prosedur kerja yang benar serta kualitas teknis dan estetik karya peserta didik.
Pengelolaan Produk
Dalam menilai produk, pendidik harus mengelola karya peserta didik yang jumlahnya tidak sedikit dan mencatat hasil penilaiannya. Biasanya pendidik sudah merencpeserta didikan jenis produk yang harus dikumpulkan oleh peserta didik selama satu tahun ajaran. Jenis produknya tergantung pada spesifikasi tugas yang diberikan kepada peserta didik. Spesifikasi tugas ini yang dijadikan sebagai dasar penilaian hasil karya peserta didik. Spesifikasi tugas, yang tercantum pada lembar kerja, dapat bersifat umum (tidak rinci) atau bersifat rinci. Spesifikasi tugas yang bersifat umum memberi keleluasaan bagi peserta didik untuk berkreasi.
Spesifikasi tugas sebaiknya berisi hal-hal sebagai berikut: 1) Ada batasan (deskripsi pada lembar kerja tentang bahan/alat kerja apa saja yang dapat digunakan untuk membuat karya tertentu) pada tahap persiapan/perencanaan. Batasan ini 83
Pusat Penilaian Pendidikan
diperlukan untuk membantu peserta didik agar dapat memfokuskan diri pada proses kerja. Selain itu, untuk mempermudah pendidik dalam menilai keterampilan atau aspek kompetensi yang diukur dalam tugas tersebut. 2) Merinci langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik dalam membuat karya tertentu. Hal ini akan membantu peserta didik untuk memfokuskan diri pada langkah-langkah yang akan dinilai. 3) Membuat kriteria penilaian secara jelas. Rincian tentang aspek, kompetensi, langkah/prosedur kerja, kualitas produk yang akan dinilai perlu ditulis secara eksplisit disertai nilainya. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memastikan keadilan dan kehandalan penilaian produk antara lain sebagai berikut:
1) Menggunakan berbagai produk peserta didik untuk menilai satu kompetensi. Agar hasil penilaian dapat memberikan kesimpulan tentang tingkat kompetensi peserta didik secara akurat, penilaian harus didasarkan pada kumpulan beberapa produk peserta didik (portofolio untuk setiap peserta didik), dan bukan hanya berdasar pada satu produk.
2) Membuat rincian/spesifikasi tentang produk yang akan dinilai. 3) Membuat kriteria penilaian (beserta skornya) secara eksplisit, jelas dan rinci dalam hal: aspek, kompetensi, langkah kerja, dan kualitas produk yang akan dinilai.
Metode Penilaian Produk Pendidik sebaiknya menfokuskan diri pada kompetensi produk yang sangat penting saja dan menyimpan serta mencatatnya secara efisien.Beberapa metode yang digunakan pendidik untuk menilai dan mencatat produk/hasil karya peserta didik antara lain: 84
Pusat Penilaian Pendidikan
1) Skala Penilaian Analitis/SPA (Analytic Rating) Skala Penilaian Analitis (SPA) adalah penilaian yang dibuat berdasarkan beberapa aspek pada hasil karya peserta didik.Dalam hal ini pendidik menilai produk peserta didik dari berbagai perspektif atau kriteria.Misalnya, pada jurusan fotografi, foto hasil karya peserta didik dinilai dari segi keterampilan teknis dan kualitas hasil foto secara visual. SPA biasanya digunakan untuk menilai kemampuan pada tahap persiapan/perencanaan dan tahap akhir.Pada kedua tahap tersebut pendidik dapat menilai desain atau hasil kerja peserta didik dari berbagai perspektif atau kriteria.Untuk setiap keterampilan yang diukur, ditentukan beberapa kriteria yang harus dipenuhi.Berikut adalah contoh Skala penilaian Analitis. Contoh.Penggunaan analytic rating di jurusan seni dan desain. No. 1 2 3 4 5 6
Kriteria Pemikiran dan kreatif
ekspresi
Ketekunan dalam riset
yang
Tingkat kemampuan 1 2 3 4 5
Keterampilan teknis
Pemahaman karakteristik dan fungsi dari media yang dipilih Pemahaman dasar-dasar desain Evaluasi diri sendiri
(Sumber: ACER)
Catatan: Skala bergerak dari 1 – 5, skala nilai yang terendah (1) menunjukkan kualitas keterampilan yang rendah, sedang skala nilai yang tinggi (5) menunjukkan kualitas keterampilan yang tinggi.
85
Pusat Penilaian Pendidikan
Ada beberapa cara pencatatan hasil penilaian dalam SPA, yaitu pencatatan dengan menggunakan tiga kategori (rendah – sedang – tinggi), lima kategori (nilai 1 – 5), atau enam kategori (sangat tinggi – tinggi – sedang – rendah – sangat rendah – tidak tampak). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun SPA:
(1) Kriteria yang ditetapkan harus berdasarkan keterampilan yang menjadi tujuan pembelajaran. Semakin mirip antara kriteria dengan keterampilan yang menjadi tujuan pembelajaran, semakin sahih bukti atau data tersebut. Misalnya, tujuan pembelajaran: “Mampu menggunakan elemen, keterampilan, teknik, dan proses seni untuk membentuk karya seni”, penilaiannya dapat dilakukan melalui beberapa tugas dengan kriteria “Dapat mengeksplorasi berbagai teknik dan menentukan satu teknik yang tepat untuk media tertentu”. Kriteria tersebut merupakan contoh perilaku yang mencerminkan keterampilan pada tujuan pembelajaran tersebut. (2) Untuk setiap kategori pada criteria, sebaiknya dibuat deskripsi keterampilan yang diharapkan pada kategori tersebut. 2) Skala Penilaian Holistik/SPH (Holistic Rating)
Skala Penilaian holistik (SPH) adalah penilaian secara menyeluruh terhadap produk.Penilaian holistik biasanya digunakan untuk penilaian pada tahap akhir.Misalnya, penilaian terhadap kualitas produk dan penilaian terhadap kemampuan peserta didik untuk mengevluasi produk/hasil karyanya. Holistic rating terhadap kualitas hasil seni peserta didik: “Sejauh mana hasil seni peserta didik dapat mengkomunikasikan ide peserta didik”. Pendidikdapat membuat skala penilaian yang memiliki interval 0 – 4, dimana masing-masing kategori diikuti deskripsi perilakunya.Berikut adalah contoh Holistic rating. 86
Pusat Penilaian Pendidikan
Sangat tinggi
Hasil karya mengandung pesan yang kuat dengan menggunakan elemen seni yang meyakinkan; keterampilannya prima, dan penyelesaian hasil yang baik.
Baik Punya tujuan yang jelas, menunjukkan penggunaan elemen yang cukup, penyampaian pesan yang memadai.
Cukup Menggunakan elemen seni untuk mengkomunikasikan ide pokok, memiliki keterkaitan antara kesan dengan ide dan tujuan, tetapi tanpa “rasa”.
Rendah Kurang tampak tujuannya, tidak ada keterkaitan antara kesan dengan ide. Tidak tampak Tidak mengandung makna, tidak ada “rasa”, tidak tampak adanya kesan.
3) Checklist (Daftar Cek) Pendidik biasanya menuliskan sejumlah keterampilan yang akan diukur dalam setiap tugas yang diberikan, dan kemudian menilai apakah selama penyelesaian tugas tersebut peserta didik sudah menunjukkan keterampilan yang dimaksud. Jadi dalam checklist hanya dinilai keterampilan yang dapat dilakukan peserta didik (bukan kualitas karya peserta didik).
Bila keterampilan yang akan diukur masih bersifat umum (misalnya mampu merancang bentuk dan menentukan bahan/alat yang diperlukan untuk membuat lampu duduk), pendidik masih mempertimbangkan berapa kali harus melakukan pengamatan dan dalam konteks apa saja pengamatan itu dilakukan. Tetapi bila keterampilan yang akan diukur bersifat spesifik (misalnya menjahit keliman/lipatan pada baju), pendidik harus mempertimbangkan apakah perilaku tersebut merupakan 87
Pusat Penilaian Pendidikan
indikator dari pembelajaran.
keterampilan
yang
diukur
pada
tujuan
Pada waktu menggunakan metode analitis atau holistik, pendidik dapat meminta bantuan orang lain untuk melakukan penilaian, seperti: peserta didik, teman-teman sekelasnya, atau orang tuanya. Penilaian yang dilakukan oleh orang lain akan membantu pendidik memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh pendidik di kelas, seperti kemampuan peserta didik untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil kerjanya. Penilaian dari orang tua akan memberi informasi tentang proses/prosedur kerja di luar konteks sekolah. Misalnya keterampilan peserta didik untuk memasak dan menyajikan makan malam. Dalam melakukan penilaian produk/hasil karya perlu diperhatikan hal berikut:(1) Pedoman penskoran agar dibuat sejelas mungkin supaya skor dari penilai yang berbeda dapat diperbandingkan;(2) Pelatihan untuk pendidik dalam melakukan penilaian. Pendidik harus memiliki konsep yang sama tentang kriteria yang ditetapkan dalam penilaian.
Pelaporan
Penilaian produk dapat digunakan untuk melaporkan prestasi belajar peserta didik. Estimasi tentang prestasi peserta didik akan sahih, handal dan objektif bila bukti yang dijadikan sebagai dasar dalam penilaian berkualitas baik. Kesahihan estimasi itu tergantung pada relevansi antara keterampilan yang diamati pendidik dengan kompetensi yang dilaporkan. Kehandalan estimasi tergantung pada jumlah informasi atau karya peserta didik yang dapat dinilai. Semakin banyak bukti yang dapat dinilai, semakin handal estimasi tersebut. Objektivitas estimasi tergantung pada sejauhmana hasil penilaian dipengaruhi oleh jenis karya yang dipilih peserta didik dan penilai.
88
Pusat Penilaian Pendidikan
1) Pelaporan menggunakan cara holistik Pelaporan prestasi peserta didik dengan menggunakan cara holistik adalah dengan membuat rata-rata nilai dari seluruh karya peserta didik yang dinilai.Misalnya, terdapat 4 tugas yang dinilai. Seorang peserta didik memperoleh nilai sebagai berikut: 3 tugas berada pada level 3, dan 1 tugas berada pada level 4. Kesimpulan yang tepat adalah meletakkan peserta didik pada level 3 bagian atas (yang mendekati level 4). 2) Pelaporan menggunakan checklist
Pelaporan peserta didik dapat juga dilakukan dengan checklist. Bila menggunakan cara ini, pendidik harus dapat menentukan kriteria kapan seorang peserta didik dikatakan sudah kompeten. Apakah cukup menguasai beberapa kemampuan saja, hampir semua kemampuan, atau menguasai semua kemampuan. Biasanya pendidik menggunakan kriteria bahwa untuk dikatakan kompeten pada level tertentu peserta didik harus menguasai semua kemampuan kunci pada level tersebut.
Penilaian Proyek Penilaian Proyek (project assessment) merupakan salah satu bagian dari penilaian kinerja (performance assessment). Penilaian Proyek didefinisikan sebagai penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu. Tugas yang dimaksud adalah suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data, sedangkan periode untuk menyelesaikannya, misalnya, selama dua minggu, satu bulan, satu semester, atau lebih. Penilaian proyek juga dilakukan pada proses dan produk akhirdari tugas tersebut. Baik pada proses maupun produk, penilaian difokuskan sejak peserta didik merencanakan, membuat spesifikasi, mencatat, dan mengestimasi proyek yang akan digarapnya. 89
Pusat Penilaian Pendidikan
Tujuan Penilaian Proyek Pada pembelajaran di kelas, pendidik mungkin menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor keterampilan peserta didik dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis proyek. Dalam konteks ini, peserta didik dapat menunjukkan pengalaman dan pengetahuan tentang suatu topik, memformulasikan pertanyaan, dan menyelidiki topik tersebut antara lain melalui bacaan, wisata, dan wawancara. Kemudian kegiatan tersebut dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik pada waktu bekerja mandiri atau bekerja dalam kelompok. Pendidik juga dapat menggunakan produk suatu proyek untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengomunikasikan temuan-temuan dengan bentuk yang tepat melalui laporan.Apabila proyek digunakan pada penilaian sumatif, fokus biasanya terletak pada produknya.
Perencanaan Penilaian Proyek Dalam perencanaan penilaian proyek terdapat tiga hal yang perlu dipertimbangkan:
(1) Kemampuan pengelolaanyaitujika peserta didik diberi kebebasan yang luas, mereka akan mendapatkan kesulitan dalam memilih topik proyek yang tepat. Mungkin mereka memilih topik yang terlalu luas sehingga sedikit informasi yang dapat ditemukan, dan mungkin juga kurang tepat untuk memperkirakan waktu pengumpulan data dan penulisan laporan. Dengan demikian hendaknya guru memberi pilihan topik proyek untuk peserta didik.
(2) Relevansi yaitu pendidik harus mempertimbangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman pada pembelajaran agar proyek dapat dijadikan sebagai sumber bukti; dan 90
Pusat Penilaian Pendidikan
(3) Keaslian yaitu pendidik perlu mempertimbangkan seberapa besar petunjuk atau dukungan yang telah diberikan pada peserta didik.
Penentuan nilai pada proyek (1) Metode Judgement Penilaian Proyek dapat dilakukan secara holistik maupun analitik pada proses maupun produknya. Secara holistik, nilai tunggal mencerminkan kesan umum, sedangkan secara analitik, nilai diberikan pada beberapa aspek.
(2) Keterbandingan Judgement Pada pembelajaran di kelas, keterbandingan nilai proyek tidaklah begitu penting. Akan tetapi, pendidik tetap harus yakin bahwa nilainya dapat dimengerti peserta didik. Pada situasi yang beresiko tinggi, nilai diberikan oleh penilai yang berbeda dan dengan konsistensi yang tinggi. Bila peserta didik dapat memilih topik yang berbeda, pendidik dapat memberi standar penilaian pada topik yang berbeda tersebut.
Penilaian dengan fokus pada proses
Dalam pembelajaran di kelas, proyek dinilai dari berbagai konteks dan untuk berbagai tujuan, yaitu dari penilaian formatif/diagnostik (yang berupa tugas bersama) hingga penilaian sumatif (yang berupa penelitian individu). Penilaian proyek juga dapat menilai keterampilan maupun pengetahuan yang memerlukan aplikasi, seperti: merencanakan dan mengorganisasikan penelitian, bekerja dalam kelompok, penyelesaian masalah, evaluasi terhadap temuan, dan arahan diri. Adapun manfaat dari kerja proyek adalah untuk menilai kemampuan peserta didik pada waktu melakukan kerja individu maupun kerja kelompok, kemampuan dalam 91
Pusat Penilaian Pendidikan
mengatur/mengorganisasikan waktu dan kemampuan untuk merancang tugas secara berurutan.
Berikut adalah cara-cara menilai keterampilan proyek yang sifatnya lebih umum berfokus pada proses, yaitu: perencanaan penilaian, pembuatan spesifikasi penilaian proyek, cara penilaian dan pencatatan, dan cara melaporkan prestasi. (1) Perencanaan Penilaian
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik pada waktu merencanakan penilaian proyek adalah: (a) adanya kesesuaian dengan kompetensi yang akan diukur; (b) jenis keterampilan yang akan diukur; dan , dan tujuan pembelajaran (dalam kurikulum) dengan aktivitas-aktivitas proyek. Aktivitas inilah yang dijadikan sebagai sumber bukti tercapainya tujuan pembelajaran. Agar aktivitas proyek benarbenar dapat dijadikan bukti, pendidik harus mampu mengelola proyek. Peserta didik jangan diberi keleluasaan mutlak, misalnya, untuk memilih topiknya sendiri (apabila topik terlalu sempit, sukar untuk mendapatkan informasi yang memadai dan waktunya terbatas). (2) Pembuatan Spesifikasi Penilaian Proyek
Pendidik dapat menggunakan sejumlah strategi di dalam membantu peserta didik untuk membuat perencanaan yang efektif dalam kerja proyek, seperti: pemilihan topik, pembuatan diagram tentang topik yang akan diteliti, pembuatan rincian tentang tahapan kerja, dan monitoring terhadap kerja proyek. Pemilihan topik dilakukan berdasarkan petunjuk yang dibuat oleh pendidik. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat memilih topik yang sesuai sehingga topik yang dipilih tidak terlalu luas atau terlalu sempit.Pembuatan diagram tentang topik yang akan diteliti bertujuan untuk mempermudah peserta didik di dalam melihat hubungan antara ide atau topik yang diteliti. 92
Pusat Penilaian Pendidikan
Dalam pembuatan rincian tentang tahapan kerja, proses penelitian skala kecil ini diformulasikan oleh pendidik dengan cara memberikan lembar kerja proyek kepada peserta didik. Tujuannya agar peserta didik dapat membuat kerangka proposal proyek beserta strategi kerjanya. Dengan lembaran ini, peserta didik dapat merencpeserta didikan tahapan-tahapan yang akan dilakukan sebelum mereka memulai penelitian. Selain itu pendidik dapat menilai kemampuan perencanaan proyek yang dibuat peserta didik. Memonitoring kemajuan kerja proyeknya. Terdapat beberapa metode yang digunakan pendidik untuk membantu peserta didik di dalam memonitoring kemajuan kerja proyeknya. Di antara metode tersebut, antara lain: memberikan jadwal untuk masing-masing tahapan, memberikan lembar kemajuan kerja. Sumber perkembangan ini dapat berbentuk checklist yaitu daftar seluruh kegiatan yang harus dilakukan peserta didik. Setiap kali peserta didik selesai melakukan suatu tahapan, pendidik memberi tanda (√) pada tahapan tersebut. (3) Penilaian dan Pencatatan
Mutu dan manfaat informasi yang diperoleh dari pengamatan kerja peserta didik dapat diperbaiki oleh pendidik dengan cara memfokuskan pengamatan pada hasil pembelajaran yang penting dan dengan cara mencatat pengamatan secara sistematik menggunakan ‘checklist’, holistik atau skala penilaian analitik. Informasi tersebut diperoleh pendidik melalui penilaian yang dilakukan oleh peserta didik sendiri, penilaian antar-kelompok peserta didik, atau melalui penilaian yang dilakukan oleh pendidik, peserta didik sendiri, antarpeserta didik, atau antarkelompok peserta didik dengan tujuan untuk membangkitkan semangat mereka di dalam merefleksikan keterampilan umum yang mereka lakukan pada waktu kerja proyek.
93
Pusat Penilaian Pendidikan
(4) Pelaporan Informasi mengenai keterampilan umum peserta didik dapat diperoleh pendidik dari hasil pengamatan proyek.Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk melaporkan prestasi peserta didik maupun untuk monitoring kemajuannya. Dalam monitoring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik, yaitu: membuat perkiraan yang seimbang, mengombinasikan nilai dari proyek dengan nilai proyek lainnya, dan memonitoring perkembangan keterampilan dalam proyek.
Dalam membuat perkiraan yang seimbang proses penilaian prestasi peserta didik dapat dilakukan secara langsung apabila pengamatan dan perkiraan kerja proyek mengukur hasil belajar yang terdapat pada kompetensi yang harus dikuasai. Mengombinasikan nilai proyek dengan nilai lainnyadilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai prestasi peserta didik dalam bidang tertentu. Penggabungan nilai dari beberapa proyek sangat dimungkinkan karena banyaknya keterampilan proyek yang terdapat di dalam pembelajaran, serta memonitor perkembangan keterampilan pada lintas bidang pembelajaran.
Penilaian dengan fokus pada produk akhir
Penilaian proyek yang berfokus pada penilaian produk akhir meliputi: mengumpulkan informasi mengenai subjek, menginterpretasikan data, dan mempresentasikan hasil. Adapun tahapan-tahapan yang harus diperhatikan pendidik meliputi: perencanaan penilaian, spesifikasi hasil proyek, penilaian dan pencatatan, dan pelaporan nilai. 1) Perencanaan Penilaian
Proyek yang digunakan untuk memonitor kemajuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik mengenai materi pembelajaran harus sesuai dengan target kurikulum. Adapun bukti pencapaian diantaranya dapat dilihat 94
Pusat Penilaian Pendidikan
melalui kemampuan pengelolaan proyek: struktur proyek, presentasi laporan proyek, dan laporan peserta didik mengenai materi khusus dari subjeknya.
Apabila struktur proyek terlalu luas dimana peserta didik mempunyai kebebasan yang luas untuk menentukan strukturnya sendiri, mereka akan mengalami kesulitan dalam mendefinisikan topik yang sesuai, mendapatkan informasi (apabila topik proyeknya terlalu sempit), atau di dalam menyelesaikan proyek dengan waktu yang terbatas (yaitu apabila topik proyeknya terlalu luas). Apabila peserta didik diberi keleluasaan untuk menentukan sendiri jenis tugas proyek yang sangat tergantung pada peserta didik lain, maka akan sulit sekali untuk menentukan bagian mana dari laporan yang dibuat oleh peserta didik tersebut. 2) Pembuatan Spesifikasi Hasil Proyek Ada beberapa strategi yang digunakan oleh pendidik untuk membantu peserta didik di dalam menentukan parameter proyek. Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan topik, rincian dari proses proyek, dan monitoring kerja proyek. Disamping itu, juga terdapat beberapa prosedur sistematik yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai proyek sebagai suatu sumber bukti mengenai produk akhir. Adapun prosedur tersebut meliputi: pembatasan pengumpulan data, petunjuk laporan proyek, pengomunikasian kriteria penilaian kepada peserta didik, dan penilaian adanya bantuan dari pihak lain. Pembatasan pengumpulan data Cakupan dan metode pengumpulan data untuk proyek dibatasi oleh pendidik. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk memfokuskan perhatiannya pada kerja proyek dan juga membantu pendidik di dalam menilai keterampilan tertentu sesuai target kurikulum. 95
Pusat Penilaian Pendidikan
Pemberian petunjuk mengenai laporan proyek Petunjuk ini sangat bermanfaat bagi peserta didik di dalam menyiapkan laporan proyek. Di dalam petunjuk ini biasanya sudah terdapat kerangka laporan untuk presentasi beserta gambar/diagram. Dalam hal tertentu, yaitu apabila diperlukan laporan yang cukup panjang, peserta didik diminta untuk menyerahkan kerangkanya terlebih dahulu yang meliputi: rencana laporan dan draft laporan. Pengomunikasian kriteria penilaian kepada peserta didik
Komunikasi ini memungkinkan peserta didik untuk memfokuskan perhatiannya pada proyek sehingga dapat meningkatkan nilai proyek sebagai suatu sumber bukti mengenai kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisa dan menginterpretasikan data, dan mempresentasikan hasil secara efektif.Kadang-kadang kriteria penilaian disertai dengan persentasi dari masing-masing target komponen proyek. Misalnya, suatu proyek di bidang teknik dinilai dengan bobot 80% untuk komponen ‘produk akhir’ dengan rincian: 50% untuk materi laporan dan 30% untuk presentasi laporan. Penilaian adanya bantuan dari pihak lain
Proyek seringkali melibatkan keluarga, pendidik, dan anggota masyarakat lainnya, sehingga untuk mendapatkan penilaian yang valid mengenai prestasi peserta didik dalam bidang tertentu diperlukan bukti yang menyatakan bahwa laporan proyek merupakan hasil kerja dari peserta didik yang bersangkutan.Jadi, dalam hal ini, pendidik harus mempertimbangkan seberapa banyak dukungan yang diterima oleh peserta didik yang bersangkutan di dalam menyelesaikan proyek.Apakah laporan proyek tersebut merupakan hasil dari kerja kelompok?apakah ada dukungan dari luar yang signifikan?
96
Pusat Penilaian Pendidikan
3) Penilaian dan Pencatatan Mutu informasi yang diperoleh dari laporan proyek dapat ditingkatkan dengan cara memfokuskan penilaian pendidik pada kriteria yang memuat kompetensi yang penting dan dengan cara mencatat penilaian tersebut secara sistematik. Kriteria penilaian yang jelas merupakan dasar dari petunjuk penilaian proyek yang jelas. Ada tiga cara yang umum digunakan oleh pendidik untuk mencatat nilai laporan proyek, yaitu: skala penilaian holistik, skala penilaian analitik, dan pencatatan dengan checklist. Skala Penilaian Holistik
Penilaian ini berdasarkan pada sekumpulan aspek/kriteria penilaian yang memungkinkan mutu laporan proyek dapat dinilai secara keseluruhan.Dalam hal ini, pendidik biasanya memberikan format penilaian diri kepada peserta didik.
Skala Penilaian Analitik
Dalam hal ini, pendidik membuat penilaian berdasarkan kriteria tertentu yang dibuat baik secara rinci maupun tidak.Kriteria ini dapat disertai beberapa pertanyaan dan perilaku yang diharapkan.Tujuannya agar dapat meningkatkan reliabilitas penilaian pendidik terhadap kerja peserta didik.
Pencatatan ‘features’ proyek
Dalam hal ini, ada-tidaknya ‘features’ proyek dicatat oleh pendidik. Skala penjenjangan ini digunakan untuk menilai presentasi poster dari suatu proyek lintas-kurikulum. Informasi mengenai prestasi peserta didik pada target pembelajaran tertentu dapat diperoleh melalui proyek. Manfaat proyek sebagai sumber informasi dapat ditingkatkan melalui perencanaan serta melalui desain tabel pencatatan yang hati-hati.
97
Pusat Penilaian Pendidikan
4) Hal-hal yang Berkaitan dengan Komparabilitas Penting sekali untuk diketahui bahwa proyekpeserta didik dapat dibandingkan antarpeserta didik, penilai, dan sekolah.Untuk keperluan komparabilitas, beberapa hal perlu mendapat pertimbangan, yaitu: perencanaan penilaian proyek yang meliputi spesifikasi proyek (topik, jadwal, bahan, dll); penilaian proyek yang meliputi pertimbangan mengenai spesifikasi kriteria, reliabilitas antarpenilai; dan objektivitas dalam meringkas dan melaporkan nilai peserta didik. D. PENILAIAN PORTOFOLIO Penilaian portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan peserta didik di sekolah, selain pendekatan penilaian yang telah lama digunakan.Di beberapa negara, portofolio telah digunakan dalam dunia pendidikan secara luas, baik untuk penilaian di kelas, daerah, maupun untuk penilaian secara nasional.Secara nasional portofolio digunakan sebagai bahan untuk standarisasi.Penilaian portofolio digunakan di kelas tentunya tidak serumit yang digunakan untuk penilaian portofolio secara nasional.Penilaian portofolio merupakan satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik (student achievement) melalui evaluasi umpan balik dan penilaian diri (self assessment). Dalam dunia pendidikan, kumpulan atau hasil kerja tersebut berisi pekerjaan peserta didik selama waktu tertentu yang dapat memberi informasi bagi suatu penilaian yang objektif, yang menunjukkan apa yang dapat dilakukan peserta didik dalam lingkungan dan suasana belajar yang alami. Hasil kerja dimaksud menjadi ukuran tentang seberapa baik tugas yang diberikan kepada peserta didik telah dilakspeserta didikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum. Penilaian portofolio dapat terfokus pada proses belajar mengajar yang dapat memberikan informasi tentang kelebihan 98
Pusat Penilaian Pendidikan
dan kekurangan peserta didik. Portofolio dapat menggambarkan perkembangan berkelanjutan peserta didik untuk menunjukkan perubahan diri peserta didik sejak awal sampai akhir dalam satu perode tertentu. Portofolio dapat memberi kesempatan kepada peserta didik dan pendidik untuk menelaah kesesuaian pekerjaan dengan tujuan pembelajaran. Portofolio mampu merefleksikan perubahan penting dalam proses kemampuan intelektual peserta didik dari waktu ke waktu.Dalam penilaian portofolio peserta didik memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.
Tujuan Portofolio Tujuan portofolio ditetapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan menggunakan jenis portofolio. Dalam penilaian di kelas, portofolio dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:
mengetahui perkembangan yang dialami peserta didik; mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung; memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik; merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan ekperimentasi meningkatkan efektifitas proses pembelajaran; bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan pendidik lain; membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta didik; meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri; dan membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.
Prinsip Portofolio
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan sebagai pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain: 99
Pusat Penilaian Pendidikan
Saling percaya (mutual trust) antara pendidik dan peserta didik Dalam proses penilaian portofolio pendidik dan peserta didik harus memiliki rasa saling mempercayai. Mereka harus merasa sebagai pihak-pihak yang saling memerlukan, dan memiliki semangat untuk saling membantu. Oleh karena itu, mereka harus saling terbuka dan jujur satu sama lain. Dengan demikian, akan terwujud hubungan yang wajar dan alami, yang memungkinkan proses pendidikan berlangsung dengan baik.
Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara pendidik dan peserta didik Kerahasiaan hasil pengumpulan bahan dan hasil penilaiannya perlu dijaga dengan baik, tidak disampaikan kepada pihakpihak lain yang tidak berkepentingan. Pelanggaran terhadap norma ini, selain menyangkut etika, juga dapat memberi dampak negatif kepada proses pendidikan peserta didik/peserta didik.
Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan pendidik Pendidik dan peserta didik perlu merasa memiliki bersama berkas portofolio. Oleh karena itu, pendidik dan peserta didik perlu menyepakati bersama di mana hasil karya yang telah dihasilkan peserta didikakan disimpan, dan bahan-bahan baru yang akan dimasukkan. Dengan demikian peserta didikakan merasa memiliki terhadap hasil kerjanya, dan akhirnya akan tumbuh rasa tanggung jawab pada dirinya. Kepuasan (satisfaction) Hasil kerja portofolio seyogyanya berisi keteranganketerangan dan/atau bukti-bukti yang memuaskan bagi pendidik dan peserta didik.Portofolio hendaknya juga merupakan bukti prestasi cemerlang peserta didik dan keberhasilan pembinaan pendidik.
Kesesuaian (relevance) Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang sesuai 100
Pusat Penilaian Pendidikan
dengan tujuan pembelajaran dalam kurikulum.
Penilaian proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian peserta didik(anecdot) mengenai sikapnya dalam belajar, antusias tidaknya dalam mengikuti pelajaran dan sebagainya. Aspek lain dari penilaian portofolio adalah penilaian hasil, yaitu menilai hasil akhir suatu tugas yang diberikan oleh pendidik.
Fungsi Portofolio
Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik, tetapi juga merupakan sumber informasi untuk pendidik dan peserta didik.Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik. Portofolio memberikan bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan peserta didik, sehingga pendidik dan peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Portofolio dapat pula berfungsi sebagai alat untuk melihat (a) perkembangan tanggung jawab peserta didik dalam belajar, (b) perluasan dimensi belajar (c) pembaharuan kembali proses belajar-mengajar, dan (d) penekanan pada pengembangan pandangan peserta didik dalam belajar.
Bentuk Portofolio
Secara umum penilaian portofolio dapat dibedakan menjadi lima bentuk, yaitu portofolio ideal (ideal portfolio), portofolio penampilan (show portfolio), portofolio dokumentasi (documentary portfolio), portofolio evaluasi (evaluation portfolio), dan portofolio kelas (classroom portfolio) (Nitko, 2000). Sedangkan Fosters dan Masters (1998) membedakan penilaian portofolio kedalam tiga kelompok, yaitu: portofolio kerja (working portfolio), portofolio dokumentasi (documentary portfolio), dan portofolio penampilan (show portfolio). 101
Pusat Penilaian Pendidikan
Bentuk portofolio tersebut memiliki deskripsi dan penekanan yang berbeda satu sama lain. Tetapi, untuk membedakan bentuk portofolio tersebut diperlukan karakteristik dan format ideal. Dalam buku ini, hanya akan diuraikan tiga macam portofolio, yaitu: portofolio kerja, portofolio dokumentasi, dan portofolio penampilan.
1) Portofolio Kerja
Portofolio kerja (working portfolio) sangat identik dengan pekerjaan para artis, pelukis atau fotografer seperti sketsa, catatan, draft setengah jadi, dan pekerjaan yang telah jadi yang digunakan untuk memonitor perkembangan dan menilai carapeserta didik mengatur atau mengelola belajar mereka. Hasil pekerjaan peserta didik yang paling baik dapat menjadi petunjuk apakah peserta didik telah memahami program pembelajaran dan dapat merupakan bahan masukkan bagi pendidik, baik untuk mengetahui pencapaian kurikulum maupun sebagai alat penilaian formatif. Berbagai macam tugas yang setara atau yang berbeda disajikan kepada peserta didik.Peserta didik boleh memilih tugas-tugas yang dianggapnya cocok untuk mereka.Pendidik juga dapat memutuskan apa yang harus dikerjakan peserta didik. Peserta didik dapat bekerja sama dengan peserta didik lain dalam mengerjakan tugas tertentu. Portofolio kerja menyediakan data tentang carapeserta didik mengorganisasikan dan mengelola kerja.
Portofolio kerja adalah usaha mandiri yang telah dilakukan peserta didik, atau usaha bersama dari kelompok peserta didik. Hal-hal yang harus dilakukan peserta didik dan dinilai dalam penilaian portofolio antara lain berupa draft, pekerjaan yang belum selesai, atau pekerjaan terbaik / kerja bisa dilakukan peserta didik.Hasil kerja peserta didik dalam penilaian portofolio jenis ini digunakan dalam diskusi antara peserta didik dan pendidik. Ini akan membuat pendidik mengetahui kemajuan peserta didik, dan memungkinkan pendidik menolong peserta didik untuk mengidentifikasi kelemahan, kelebihan, serta 102
Pusat Penilaian Pendidikan
kelayakan dalam merancang dan meningkatkan pengajaran. Beberapa keuntungan portofolio kerja antara lain: Bagi peserta didik:
mengendalikan pekerjaannya; merasa bangga atas pekerjaannya; merefleksikan strategi; merancang tujuan; dan memantau perkembangan.
Bagi pendidik: kesempatan untuk memikirkan kembali arti suatu hasil pekerjaan; meningkatkan motivasi mengajar; dan memperbaiki proses pembelajaran.
Fokus pada penilaian formatif dan diagnostik Keberhasilan portofolio kerja bergantung pada kemampuan untuk merefleksikan dan mendokumentasikan kemajuan dalam proses belajar mengajar baik dari sudut pandang peserta didik maupun sudut pandang pendidik. Portofolio kerja harus memungkinkan peserta didik untuk melakukan “refleksi diri”, yaitu peserta didik mampu belajar tentang diri mereka sendiri sebagai pemikir, sebagaimana juga mereka dapat mengembangkan kemampuannya dalam hal-hal khusus. Portofolio kerja harus memungkinkan peserta didik untuk melihat dan mengevaluasi langsung perkembangan yang terjadi pada peserta didik, dan juga untuk melihat keefektifan proses belajar mengajar yang ia lakukan. Portofolio kerja yang baik akan menunjukkan pencapaian
103
Pusat Penilaian Pendidikan
program pengajaran yang optimum selain juga dapat merupakan masukan bagi pendidik. Portofolio kerja merupakan hal yang utama dalam kurikulum dan merupakan alat untuk penilaian formatif. Kerjasama yang efektif antara pendidik dan peserta didik merupakan sesuatu yang sangat penting dalam portofolio kerja. Pendidik harus meyakinkan peserta didik bahwa apa yang dilakukan peserta didik harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, sehingga perkembangan peserta didik dapat dipantau dari waktu ke waktu. Hal yang paling penting adalah untuk menemukan sesuatu yang seimbang antara peserta didik dan pendidik untuk mengontrol isi portofolio.
Pertemuan pendidik dan peserta didik Hal yang paling utama dalam penilaian portofolio adalah adanya pertemuan antara pendidik dan peserta didik. Pertemuan reguler antara pendidik dan peserta didik dapat menyajikan rencana untuk penilaian diri yang dilakukan peserta didik.
Pertemuan antara pendidik dan peserta didik bertujuan untuk melihat perkembangan peserta didik lebih awal dan memberikan masukan kepada peserta didik apabila dipandang perlu. Selama pertemuan pendidik memberikan perhatian penuh pada pemilihan hasil kerja peserta didik. Dalam proses ini dapat juga diajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: (1) Bagaimana kamu mengorganisasikan portofolio? (2) Mengapa kamu melakukannya dengan cara ini?
104
Pusat Penilaian Pendidikan
Pertemuan Portofolio Beberapa pertanyaan berikut mungkin dapat diajukan kepada peserta didik dalam pertemuan antara pendidik dengan peserta didik. Seringkali kamu menulis dalam kegiatan membaca dan menulis (membuat ringkasan dari buku tertentu)? o Bacaan mana yang paling kamu sukai? o Mengapa kamu menyukai bacaan tertentu dibandingkan dengan yang lainnya? o Tulisanmu yang mpeserta didikah yang paling baik? o Mengapa kamu pikir tulisanmu itu yang paling baik? Ceritakan tentang tulisan yang kamu buat! o Mengapa tulisanmu ini sangat penting bagimu? o Mengapa kamu memutuskan tulisan semacam ini? o Dari peserta didikah kamu memperoleh gagasan (ide) untuk menulis semacam ini? o Maukah kamu membacakan tulisanmu? o Apakah kamu menemukan kesulitan waktu menulis ini? o Apakah kamu mendapat bantuan dari orang lain ketika kamu menulis? Bagaimana perkembangan tulisanmu sejak
Pendidik perlu memperhatikan kemampuan dan proses belajar peserta didik. Peserta didik perlu dimotivasi tentang apa yang harus mereka lakukan. Pertemuan portofolio memungkinkan untuk merancang prioritas tujuan. Apa yang harus dilakukan kemudian, apa yang harus dipelajari kemudian? Jawabannya mungkin sangat sederhana seperti membaca buku atau belajar menulis puisi.
105
Pusat Penilaian Pendidikan
Pernyataan Peserta didik Saya telah mencoba untuk memahami apa yang harus saya lakukan dari semua gambar dan tulisan yang telah saya kerjakan dalam waktu yang cukup lama. Saya mendapatkan banyak gagasan yang tidak dapat saya lupakan.Tetapi, terkadang saya bingung untuk memilih tulisan dan gambar yang perlu saya masukkan ke portofolio. Saya merasa tidak yakin dengan apa yang saya pahami dan saya tulis. Haruskah saya membuang tulisan-tulisan dan gambar-gambar ini? Komentar pendidik Bisa saja kamu tidak mengambil tulisan dan gambar yang telah kamu hasilkan, jika kamu merasa ragu untuk memasukkannya.Tetapi ada baiknya saya simpan dalam portofolio.Banyak sekali gagasan yang baik dalam gambar dan tulisanmu itu.Kamu bisa saja memasukkan gagasanmu itu ke dalam bab-bab tertentu. Saya melihat gambar yang kamu buat sangat bagus. Jadi sayang jika dibuang. Akan lebih bagus kalau kamu buat tulisan lain dari gambar yang bagus itu? Tetapi, mengapa kamu menggambar keempat gambar itu?
Sumber portofolio kerja
106
Proses pengumpulan (collecting), refleksi (reflecting), dan diskusi tidak selalu menjamin kualitas portofolio yang dihasilkan. Portofolio kerja menolong pendidik untuk secara terus menerus, melakukan penilaian informal tentang kemajuan belajar peserta didik. Namun hal tersebut bergantung kepada kualitas isi portofolio yang menggambarkan hasil belajar. Karena itu tantangan untuk Pusat Penilaian Pendidikan
pendidik adalah bagaimana mengembangkan portofolio kerja yang menyajikan hasil kerja tentang hasil belajar yang relevan, untuk mengembangkan kegiatan belajar (kelas) yang didefinisikan secara luas yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan mereka secara optimum (Kathy Mclean dan Helen CampagnaWildash,1994). Selain itu, portofolio kerja yang dihasilkan hendaknya memungkinkan peserta didik untuk memiliki jumlah tugas yang cukup untuk memantau perkembangan kemampuan dirinya.
Pendidik memerlukan peserta didik untuk menyediakan pengenalan umum pada portofolio mereka atau komentar terhadap hasil karya yang terpilih. Hal ini akan menolong peserta didik untuk lebih memfokuskan pada pikirannya. Hal ini juga menyediakan tahap awal bagi peserta didik untuk berdiskusi dan mengevaluasi kemajuannya.
Pendidik biasanya menyediakan penilaian diri (self assessment) dan kuesioner yang digunakan oleh pendidik maupun oleh peserta didik. Penilaian diri adalah penilaian yang digunakan peserta didik untuk menilai hasil kerja mereka. Peserta didik harus memiliki kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge),dan keyakinan diri (confidence) untuk mengevaluasi kegiatan yang sedang dia kerjakan, dan perkembangan hasil kerjanya ketika dia bekerja sebagai pelajar yang mandiri.
2) Portofolio Dokumentasi Portofolio dokumentasi adalah koleksi hasil kerja peserta didik yang khusus digunakan untuk penilaian. Tidak seperti portofolio kerja yang pengkoleksiannya dilakukan dari hari ke hari, dokumentasi portofolio adalah seleksi hasil kerja terbaik peserta didik yang akan diajukan dalam penilaian. Dengan demikian portofolio dokumentasi adalah koleksi dari 107
Pusat Penilaian Pendidikan
sekumpulan hasil kerja peserta didik selama kurun waktu tertentu.
Portofolio dokumentasi tidak hanya berisi hasil kerja peserta didik, tetapi semua proses yang digunakan oleh peserta didik untuk menghasilkan karya tertentu. Portofolio dokumentasi misalnya dalam penilaian portofolio bahasa Inggris, mungkin tidak hanya berisi tentang hasil akhir tulisan peserta didik, tetapi juga berbagai macam draf dan komentar peserta didik tentang hasil tersebut, termasuk juga proses sampai di hasilkannya tulisan tersebut. Draf dan komentar peserta didik harus di pilih untuk menyajikan draf yang paling bagus dari yang dihasilkan peserta didik. Semua ini dilakukan dalam rangka menunjukan proses penulisan, dan pendidik dapat menggunakannya sebagai bahan penilaian dan pengkajian tentang bagaimana peserta didik merencpeserta didikan, dan menghasilkan tulisan serta cara mereka menulis.
Isi penilaian portofolio harus menyajikan suatu bukti yang berkaitan dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan. Untuk menunjukan hal ini, kegiatan belajar mengajar harus sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan. Jika kemampuan problem solving sebagai salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelajaran matematika misalnya, tetapi kegiatan belajar mengajar di kelas hanya memfokuskan pada latihan menghitung, maka hasil kerja peserta didik tidak akan menunjukkan hasil kerja yang berkaitan dengan problem solving sebagai bagian dari portofolio dokumentasi, melainkan hanya menghitung. Kriteria koleksi dapat digunakan untuk meyakinkan bahwa isi dari portofolio dokumentasi sudah sesuai dengan indikator hasil pembelajaran.Jika tujuan instruksional sangat luas, maka hasil kerja yang diperlukan juga sangat luas. Tujuan instruksional terkadang termasuk tujuan pembelajaran yang lebih luas ketimbang hanya kemampuan dan pengetahuan. Dengan demikian, portofolio dokumentasi juga mencakup usaha peserta didik dan aplikasi seperti: perilaku, partisipasi 108
Pusat Penilaian Pendidikan
dalam kegiatan di kelas, inisiatif, kerjasama; dan ketekunan mengerjakan tugas Aturan dalam pemilihan hasil kerja
Tujuan utama dilakukannya portofolio dokumentasi adalah untuk penilaian, maka pendidik harus mampu menentukan hasil kerja peserta didik sebagai salah satu bukti yang dapat menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. Dalam proses seleksi peserta didik memilih dan menyatukan semua pekerjaan mereka dal am dokumentasi portofolio. Pendidik kemudian menyeleksi hasil kerja tersebut.Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada pendidik dan peserta didik dalam memilih hasil kerja peserta didik yang telah memenuhi kategori tertentu. Partisipasi peserta didik dalam proses seleksi memberikan kesempatan kepada mereka untuk merefleksikan kerja mereka. Jika kriteria untuk portofolio dokumentasi telah disetujui bersama antara peserta didik dan pendidik, maka peserta didik telah terlibat dalam proses penilaian portofolio. Menilai dan mencatat portofolio
Portofolio dokumentasi berisi hasil kerja berdasarkan metode penilaian yang luas. Portofolio musik misalnya, pendidik harus mengembangkan kriteria untuk menilai kelengkapan, keaslian, dan ketepatan notasi dalam komposisi, tetapi dapat juga tidak menilai daftar penampilan selama satu semester. 3) Portofolio Penampilan
Portofolio penampilan (show fortfolio) digunakan untuk memilih hal-hal yang paling baik yang menunjukan bahan/pekerjaan terbaik yang dihasilkan oleh peserta didik. Tidak seperti portofolio dokumentasi, portofolio penampilan hanya berisi pekerjaan peserta didik yang telah selesai. Portofolio penampilan tidak mencakup proses pekerjaan, perbaikan, dan penyempurnaan pekerjaan peserta didik. 109
Pusat Penilaian Pendidikan
Portofolio penampilan digunakan untuk tujuan seperti seleksi, sertifikasi, maupun penilaian kelas. Untuk tujuan yang lebih rumit, yang memerlukan perbandingan, validitas perbandingan haruslah benar-benar diperhatikan oleh beberapa penilai salah satunya reliabilitas, yaitu apakah sektor yang diberikan kepada hasil kerja peserta didik konsisten.
Perencanaan Portofolio Penampilan Portofolio penampilan dirancang untuk menunjukkan hasil kerja peserta didik yang terbaik dalam mengukur kompetensi tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Portofolio penampilan sangat berguna untuk penilaian sumatif yang bergantung seberapa baik isi portofolio mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, dan seberapa baik hasil kerja peserta didik telah menunjukkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Keaslian hasil kerja peserta didik
Penilaian yang valid haruslah menjadi ciri penilaian portofolio.Oleh karena itu, portofolio penampilan juga haruslah menggambarkan hasil kerja peserta didik yang asli.Pendidik haruslah memperhatikan seberapa bagus pekerjaan peserta didik yang telah diselesaikan.Apakah hasil pekerjaan itu merupakan karya sendiri atau kelompok?Apakah ada hubungan antara bimbingan pendidik dengan hasil kerja peserta didik? Hasil kerja yang asli merupakan hal yang paling penting dalam penilaian portofolio.Oleh karena itu, penilaian haruslah konsisten dan adil bagi setiap peserta didik dan yang dilakukan oleh penilai yang berbeda. Dengan kata lain, kesepakatan bersama antarpenilai yang berbeda. Salah satu pendekatan untuk meningkatkan tingkat inter-rater reliability adalah merumuskan kriteria yang spesifik yang akan digunakan dalam penilaian portofolio. Dalam pengembangan kriteria penilaian pendidik hendaknya dipertimbangkan konsistensi dan ketepatan kriteria penilaian yang akan digunakan. 110
Pusat Penilaian Pendidikan
Merancang Penilaian Portofolio Hal-hal yang perlu diperhatikan pendidik ketika mereka merancang penilaian portofolio : 1) Penentuan Tujuan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penentuan tujuan penilaian portofolio sebagai berikut : Pendidik harus menentukan tujuan portofolio, apakah pendidikakan memantau proses atau mengevaluasi hasil akhir. Pendidik harus menetapkan apakah pengunaan portofolio untuk proses mengajar atau sebagai alat untuk penilaian.
Pendidik harus menetapkan apakah portofolio dilakukan dalam memantau perkembangan peserta didik ataukah pendidik hanya bermaksud mengoleksi hasil kerja peserta didik.
Penentuan tujuan potofolio akan sangat berpengaruh terhadap penggunaan jenis portofolio (penilaian portofolio kerja, penilaian portofolio dokumentasi, atau penilaian portofolio penampilan).
Jika pendidik ingin mengevaluasi baik proses maupun hasil portofolio peserta didik, mungkin pendidikakan menggunakan portofolio dokumentasi.
Pendidik harus menentukan pihak yang akan terlibat untuk apakah portofolio digunakan? Apakah portofolio digunakan untuk menunjukkan proses belajar mengajar yang sedang berlangsung kepada orang tua, penilaian pada akhir tahun pembelajaran, pada akhir jenjang pendidikan, atau untuk memantau sistem Tujuan utama dilakukannya portofolio adalah untuk menentukan hasil kerja dan proses bagaimana hasil kerja peserta didik tersebut diperoleh sebagai salah satu bukti yang dapat menunjukkan pencapaian belajar peserta didik, yaitu telah 111
Pusat Penilaian Pendidikan
mencapai kompetensi dasar dan indikator sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Dalam proses seleksi untuk meningkatkan peserta didik dan juga partisipasi pendidik. Peserta didik memilih dan menyatukan semua pekerjaan mereka dalam portofolio.Misalnya, jika peserta didik menulis paragraf, mereka diminta untuk menjelaskan mengapa peserta didik melakukan penulisan paragraf tersebut.Pendidik kemudian menyeleksi hasil kerja peserta didik yang lainnya.Hal ini dilakukan untuk memberi kesempatan kepada pendidik dan peserta didik dalam memilih hasil kerja peserta didik yang telah memenuhi kategori tertentu. Penilaian yang valid tentunya tidak boleh mencampurbaurkan standar kemampuan dan kemampuan dasar dengan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kemampuan peserta didik yang hendak dicapai dalam kurikulum. 2) Isi Portofolio
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam penentuan isi penilaian portofolio sebagai berikut :
Pendidik harus menentukan bentuk portofolio yang akan dilakspeserta didikan.
Pendidik harus menentukan relevansi antara hasil karya peserta didik dengan tujuan yang akan dinilai. Apakah penilaian diri (self assessment), open ended, esai, audio, akan digunakan sebagai bagian penilaian portofolio? Apakah pendidikan memperbolehkan hasil kerjasama peserta didik? Pendidik harus menunjukkan hubungan antara pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan dalam kurikulum.
Pendidik harus menentukan hasil-hasil karya peserta didik yang akan digunakan sebagai bahan penilaian. 112
Pusat Penilaian Pendidikan
3) Seleksi Beberapa hal yang sangat penting dalam evaluasi hasil belajar peserta didik untuk portofolio adalah sebagai berikut:
Pendidik harus menentukan cara penyeleksian terhadap hasil karya peserta didik.
Pendidik harus menentukan pihak yang melakukan seleksi terhadap hasil karya peserta didik. Apakah peserta didik atau pendidik yang akan bertanggung jawab dalam melakukan seleksi hasil karya peserta didik atau apakah peserta didik bekerjasama dengan pendidik dalam melakukan seleksi hasil karya peserta didik?
Pendidik harus menentukan dengan cara apakah pemilihan hasil karya peserta didik dilakukan, khususnya dalam rangka meningkatkan refleksi diri dan penilaian diri. Apakah pendidikan mengembangkan prosedur untuk melakspeserta didikan pemilihan? Dapatkah pendidik menggunakan proses pemilihan ini untuk melihat lebih dalam tentang kemampuan peserta didik?
Pendidik harus menentukan proses penilaian portofolio di kelas. Sistem apakah yang digunakan untuk melakspeserta didikan portofolio? Siapakah yang memiliki akses ke portofolio dan kapan? (Lihat penilaian portofolio dokumentasi). 4) Pengamatan dan Penilaian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengamatan dan penilaian adalah:
Pendidik harus membedakan antara penilaian portofolio secara individual dan secara kelompok. Untuk memahami hal ini perhatikan kembali bab tentang penilaian portofolio dokumentasi dan penilaian portofolio penampilan. Pendidik harus membuat penilaian portofolio individu dan kelompok ini sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan. 113
Pusat Penilaian Pendidikan
Pendidik harus memastikan dengan benar kriteria yang akan digunakan dalam penilaian portofolio baik yang akan digunakan untuk kelompok maupun untuk peserta didik secara individu. Kriteria yang dikembangkan harus sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Kriteria yang dikembangkan harus mencakup rentang kemampuan yang jelas mulai dari kemampuan yang kurang sampai kemampuan yang baik.
Kriteria yang dikembangkan juga harus mudah dikomunikasikan kepada peserta didik, orang tua, atau pun pihak lain sehingga mereka dapat dengan mudah memahami kriteria yang dimaksud. Kriteria penilaian haruslah terbebas dari perbedaan jenis kelamin peserta didik.
Kriteria penilaian harus dapat digunakan oleh siapa saja (pendidik yang berbeda) dan dapat menghasilkan pengertian yang sama untuk hasil kerja yang sama. 5) Kriteria Penilaian Ketika tujuan penggunaan portofolio sudah ditentukan, dan isi penilaian portofolio juga sudah ditentukan, maka hal berikutnya adalah menentukan kriteria penilaian yang digunakan untuk mengukur tujuan tersebut? Strategi apa yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan? Hal-hal apa yang akan dipilih untuk dimasukkan kedalam portofolio dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan? Kriteria penilaian, sangat bergantung kepada karakteristik kompetensi dasar yang telah ditentukan. Kriteria penilaian yang akan digunakan dalam portofolio harus mencerminkan isi yang akan dimasukkan kedalam portofolio telah benar-benar mengandung bukti kejadian yang diharapkan dalam indikator pencapaian hasil belajar. 114
Pusat Penilaian Pendidikan
Penggunaan penilaian portofolio dapat menjamin mutu pendidikan apabila kriteria tentang proses dan hasil yang ingin dicapai dirumuskan dengan jelas. Seperti hal-hal berikut ini:
apa saja yang perlu dilakukan oleh peserta didik; bagaimana peserta didik melakukannya; waktu yang diperlukan; prasyarat yang perlu dimiliki; dan sarana dan prasarana yang harus digunakan.
6) Format Penilaian
Tahapan berikutnya setelah penentuan kriteria penilaian adalah menentukan format penilaian. Format penilaian yang disajikan dalam bab ini dapat digunakan untuk menilai pencapaian kemampuan peserta didik sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar. Contoh 1 format penilaian portofolio
Berikut ini akan disajikan contoh format penilaian bahasa Indonesia yang menggunakan lima kriteria, yaitu kurang sekali, kurang, sedang, baik, dan baik sekali, contoh format untuk penilaian matematika yang menggunakan angka 1 sampai dengan 10. Penggunaan kriteria seperti contoh tersebut tidaklah baku. Bisa saja bervariasi.Hal yang paling penting adalah, biasanya penilaian portofolio tidak menggunakan angka seperti contoh penilaian matematika.Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pemahaman pendidik dan peserta didik, bahwa segala sesuatu harus senantiasa dinyatakan dengan angka. Ke dua tabel berikut ini menunjukkan contoh format penilaian portofolio. Format penilaian selengkapnya yang disertai dengan tugas yang harus dilakukan peserta didik untuk setiap mata pelajaran akan disajikan dalam buku terpisah.
115
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh Penilaian Portofolio Bahasa Indonesia Kelas 2 SD Kompetensi Dasar Menceritakan pengalaman pribadi Indikator
Menceritakan pengalaman pribadi, misal: pengalaman berenang di sungai dengan teman, belajar naik sepeda, dll. Menjawab pertanyaan tentang isi cerita teman dengan jelas Dicapai melalui:
Pertolongan pendidik Seluruh kelas
Kelompok kecil Sendiri
Nama Tanggal
Kurang sekali
: Anwar : 26 Maret 2005 PENILAIAN
Kurang
Sedang
Baik
Komentar Pendidik: Anwar sangat baik sekali dapat menceritakan pengalaman yang betulbetul dialami sendiri di depan kelas.
Komentar Orang tua:
116
Baik Sekali
Pusat Penilaian Pendidikan
Tabel ... Contoh Penilaian Portofolio Matematika Kelas 2 SD Kompetensi Dasar Memahami konsep urutan bilangan cacah Indikator
Nama Tanggal
: Hafidz : 4 Februari 2005 PENILAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Menentukan bahwa kumpulan benda lebih banyak, lebih sedikit, atau sama dengan kumpulan lain
Menentukan suatu bilangan lebih besar, lebih kecil, atau sama besar dengan bilangan lain Dicapai melalui: Pertolongan pendidik Seluruh kelas
Komentar Pendidik: Hafidz berkemampuan cukup dalam membandingkan bilangan.
Kelompok kecil Sendiri
Komentar Orang tua
117
Pusat Penilaian Pendidikan
Dengan memperhatikan beberapa contoh format beberapa penilaian portofolio tersebut, seluruh peserta didikakan berusaha untuk mencapai kompetensi dasar maupun indikator yang telah dituangkan dalam format tersebut secara bersamasama atau sendiri-sendiri atas bantuan pendidik. Hal yang perlu dilakukan adalah pendidik harus menyajikan tugas yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar.Dengan diketahuinya tujuan dilakukannya portofolio, peserta didik cenderung bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kompetensi dasar maupun indikator tersebut. Dengan demikian kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar harus dikomunikasikan kepada peserta didik agar mereka mengetahui dengan pasti untuk apa dan target apa yang harus dicapai. Apalagi, setelah hasil tugas dikembalikan kepada peserta didik dan hasil penilaian serta komentar pendidik sudah disampaikan.Peserta didikakan dengan mudah mengetahui berhasil tidaknya mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator.
Bahan Penilaian
Hal-hal yang dapat dijadikan sebagai bahan penilaian portofolio di sekolah antara lain sebagai berikut: penghargaan tertulis penghargaan lisan hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas-tugas oleh peserta didik daftar ringkasan hasil pekerjaan catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok contoh hasil pekerjaan catatan/laporan dari pihak yang relevan daftar kehadiran hasil ujian/tes presentase tugas yang telah selesai dikerjakan catatan tentang peringatan yang diberikan pendidik mpeserta didikala peserta didik melakukan kesalahan Bahan-bahan tersebut dapat dipilih dan ditentukan yang dipandang relevan saja dan dapat pula dengan berbagai bahan 118
Pusat Penilaian Pendidikan
lain apabila dipandang relevan dan perlu. Untuk menentukan bahan apa saja yang perlu dikumpulkan, ada dua pertanyaan pokok yang harus dijawab, yaitu : Bahan apa sajakah yang dapat memberikan informasi tentang perkembangan yang dialami peserta didik?
Bahan apa sajakah yang dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kurikulum dan pengajaran?
Pendidik diharapkan tidak menentukan secara sepihak dalam menentukan bahan penilaian tersebut, tetapi harus melibatkan peserta didik dengan melalui proses diskusi. Melalui proses diskusi tersebut perlu dicapai kesepakatan bersama tentang bahan yang perlu dikumpulkan, cara mengumpulkannya, kriteria penilaian dan bobot penilaian untuk masing-masing bahan yang ditentukan. Hal ini penting supaya peserta didik mempunyai kesempatan untuk menyatakan kesulitan atau masalah yang mungkin mereka hadapi ketika mengumpulkan bahan-bahan tersebut.Namun yang lebih penting dari itu, proses pengambilan keputusan dengan diskusi semacam ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri peserta didik untuk bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Setelah ditentukan dan dipastikan bahwa setiap peserta didik telah membuat dan memilih berkas portofolio, selanjutnya perlu ditentukan caramengumpulkan dan menyusunnya dalam berkas portofolio yang telah disediakan, kemudian menentukan dimana dan bagaimana menyimpannya. Waktu pengumpulan bahan perlu juga ditentukan dengan jelas, kapan dimulai, dan kapan berakhir.Sepanjang waktu tersebut peserta didik diminta untuk mengumpulkan bahan yang dapat diperolehnya secara terus menerus.Hasil kerja peserta didik atau bahan yang diperolehnya perlu diberi keterangan tentang waktu dan tanggalnya.Hal ini penting, supaya setiap perkembangan yang di capai peserta didik dari waktu ke waktu dapat teramati dengan baik. 119
Pusat Penilaian Pendidikan
Penggunaan penilaian portofolio dapat menjamin mutu pendidikan apabila dapat dirumuskan kriteria yang jelas tentang proses dan hasil yang ingin dicapai. Oleh karena itu, pendidik perlu dapat merumuskan kriteria yang jelas, baik berhubungan dengan proses pembelajaran maupun hasil yang diharapkan dapat dicapai.
5. Hambatan Penilaian Portofolio
Ada beberapa hambatan dalam penilaian portofolio di sekolah. Hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi dalam kondisi-kondisi, antara lain sebagai berikut:
120
Apabila pendidik memiliki kecenderungan untuk memperlihatkan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti proses tidak mendapat perhatian sewajarnya. Dengan demikian, peserta didikpun akan hanya berorientasi pada pencapaian akhir semata dengan kecenderungan melakukan berbagai upaya dan strategi, dan bahkan mungkin dengan menghalalkan segala cara. Dengan demikian, penggunaan portofolio dalam hal ini tidak dapat mengubah sikap dan perilaku peserta didik, yang sebenarnya diharapkan dapat terjadi dengan menjalani dan mengalami proses pembelajarannya. Apabila pendidik dan peserta didik terjebak dalam suasana hubungan top-down, maka inisiatif dan kreativitas peserta didik akan hilang. Pada akhirnya peserta didik hanya menjadi manusia penurut dan mengikuti perintah. Suasana pembelajaran akan tidak bergairah. Segala sesuatu yang berlangsung dalam kelas akan sangat bergantung kepada pendidik. Pada akhirnya, pendidikan sekolah hanya akan menghasilkan manusia-manusia pasif, yang tidak memiliki inisiatif dan kreativitas. Penyediaan format yang digunakan secara lengkap dan detail, dapat juga menjebak. Peserta didik akan terjerumus ke dalam suasana yang kaku dan mematikan, yang pada akibatnya juga akan mematikan kreativitas. Pusat Penilaian Pendidikan
Menyita waktu dan memerlukan tempat penyimpanan berkas yang memadai, bila jumlah peserta didik cukup besar.
Oleh karena itu, pendidik perlu mewaspadai beberapa hambatan tersebut. Apabila kondisi ini dapat diwaspadai dan dihindari, maka penggunaan penilaian portofolio akan bermanfaat sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebagaimana yang kita harapkan.
6) Analisis Hasil Penilaian
Penilaian portofolio lebih menekankan pada penilaian proses dan hasil sehingga hasil penilaian portofolio memberikan penilaian kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mengadakan negosiasi mengenai pola pembelajaran dan pendewasaan peserta didik. Karena itu dalam pelaksanaannya portofolio dituntut memberikan informasi secara menyeluruh mengenai: perkembangan pemahaman dan pemikiran peserta didik dalam kurun waktu tertentu tentang konsep, topik, dan isu; hasil karya peserta didik yang berkaitan dengan bakat dan keterampilan khusus; dokumen kegiatan peserta didik selama periode dan kurun waktu tertentu (setahun misalnya); dan
refleksi nilai-nilai peserta didik sebagai individu baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil penilaian portofolio pada umumnya dapat berbentuk skor, grafik, atau deskriptif. Pekerjaan pendidik selanjutnya adalah membuat suatu rumusan bagaimana skor itu akan dianalisis dan ditafsirkan sehingga kesimpulan akhir tentang kemampuan peserta didik sudah merupakan nilai keseluruhan berbagai aspek. Dengan kata lainpendidik dituntut untuk mengolah nilai setiap aspek itu dihargai dan diberi bobot tertentu, serta bagaimana membuat kesimpulan akhir yang bersifat komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan. 121
Pusat Penilaian Pendidikan
7) Pelaporan hasil penilaian dan pemanfaatannya. Pada umumnya pendidik sering memandang bahwa laporan yang berbentuk pencapaian nilai peserta didik secara individual dan rata-rata kelas sudah dianggap memadai untuk dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan, walaupun dalam laporan seperti ini belum tergambarkan secara rinci apakah peserta didik mampu mencapai kriteria yang telah ditentukan.
Ini berarti bahwa laporan yang diberikan pendidik tentang peserta didiknya belum dikatakan cukup kalau sekedar menginformasikan nilai yang diperoleh. Sebab bila laporan hasil penilaian pendidik itu tidak dapat dibaca dan dianalisis secara jelas, maka mereka yang berkepentingan dalam pendidikan baik peserta didik, pendidik, orang tua, kepala sekolah, atau pihak lain yang menggunakan informasi hasil penilaian tidak akan mampu memanfaatkan informasi keseluruhan peserta didik, khususnya keberhasilan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Secara sistematis laporan hasil penilaian portofolio dan pemanfaatannya dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, pendidik, dan orang tua a.
Laporan Untuk Peserta didik
Penilaian portofolio sangat berguna bagi peserta didik untuk mengetahui kemajuan dan kemajuan belajarnya terutama dalam hal: Umpan balik kemampuan pemahaman dan penguasaan peserta didik tentang tugas yang diberikan pendidik selama kurun waktu tertentu:
Mendorong peserta didik untuk meningkatkan proses pembelajaran agar lebih menguasai materi tertentu yang dianggap masih lemah khususnya melalui bahan-bahan yang telah dikumpulkannya;
122
Umpan balik dalam mempertahankan prestasi yang telah dicapainya;
Pusat Penilaian Pendidikan
Memahami keterbatasan kemampuan untuk menguasai materi tertentu atau bidang kajian tertentu;
b. Laporan Untuk Pendidik
Penilaian Portofolio sangat berguna bagi pendidik untuk mengetahui kemajuan dan kemampuan belajar peserta didiknya terutama dalam hal: Umpan balik kemampuan pemahaman dan penguasaan peserta didik tentang tugas yang diberikan pendidik selama kurun waktu tertentu: Mengetahui bagian yang belum diketahui peserta didik Memperoleh gambaran tingkat pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakspeserta didikannya: Menentukan strategi pengajaran baik dalam menyampaikan materi maupun pemberian tugas dan penilaian kepada peserta didik; Menentukan penempatan peserta didik dalam program studi baik dalam individu maupun kelompok; dan Memperoleh kecenderungan prilaku belajar peserta didik terutama dikelas saat berinteraksi dengan pendidik dan peserta didik lainnya; c.
Laporan untuk orang tua/wali peserta didik Penilaian portofolio sangat berguna bagi orang tua peserta didik untuk mengetahui kemajuan dan kemampuan belajar putera-puterinya antara lain dalam hal: Pemahaman tentang kelebihan dan kelemahan puteraputerinya dalam belajar Penentuan program studi dan pendidikan lanjutan yang mungkin bisa dimasuki putera-puterinya;
123
Pusat Penilaian Pendidikan
Peningkatan bimbingan yang hendak dilakukan orang tua peserta didik untuk meraih prestasi puteraputerinya; dan Peningkatan komunikasi dengan pihak sekolah dalam mendidik putera-puterinya.
124
Pusat Penilaian Pendidikan
BAB 4 PENGOLAHAN, PELAPORAN DAN PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN
Pedoman Penilaian Kelas oleh Pendidik
Penilaian oleh pendidik pada dasarnya digunakan untuk memantau proses belajar, menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran, mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar pada peserta didik secara berkesinambungan, dan bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar peserta didik. Lingkup penilaian difokuskan pada tiga aspek yaitu: sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada kurikulum 2013 tiga aspek tersebut dijabarkan menjadi empat kompetensi inti yaitu kompetensi inti 1(satu): sikap spiritual, kompetensi inti 2(dua): sikap sosial, kompetensi inti 3 (tiga): pengetahuan, dan kompetensi inti 4 (empat): keterampilan. Pengolahan hasil penilaian dilakukan untuk mendapatkan ketercapaian hasil penilaian pada peserta didik yang akan digunakan sebagai bahan pelaporan. Pengolahan dilakukan dengan memperhatikan skor hasil penilaian untuk penilaian pengetahuan dan keterampilan dan catatan hasil observasi untuk penilaian sikap spiritual dan sosial yang diperoleh peserta didik dari seluruh penilaian-penilaian yang diperoleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Pelaporan hasil penilaian peserta didik merupakan kegiatan menginformasikan hasil pencapaian kompetensi peserta didik. Pelaporan diberikan dalam bentuk laporan atau buku rapor yang meliputi capaian sikap, pengetahuan, dan keterampilanpeserta didik yang diberikan kepada pihak-pihak terkait (peserta didik, orang tua, dan kepala sekolah) dalam kurun waktu tertentu. Pelaporan hasil penilaian disusun berdasarkan prinsip berikut. 125
Pusat Penilaian Pendidikan
1. 2. 3. 4.
Objektif, berarti laporan hasil penilaian berbasis pada standard dan kriteria yang telah ditetapkan serta tidak dipengaruh faktor subjektivitas penilai. Akuntabel, berarti laporan hasil penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. Transparan, berarti standar, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dalam laporan hasil penilaian, dapat diakses oleh semua pihak. Informatif, berarti laporan hasil penilaian harus mampu memberikan informasi hasil pencapaian kompetensi dengan jelas, tepat, dan akurat
Selain digunakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang kemudian dilaporkan dalam bentuk laporan/buku rapor, hasil penilaian dimanfaatkan juga untuk mendeteksi kelemahan atau potensi lebih jauh peserta didik yang bergunasebagai dasar program remedial atau pengayaan. Disamping itu hasil penilaian juga digunakan sebagai pertimbangan kenaikan kelas. A.
Pengolahan Hasil Penilaian
1. Pengolahan Nilai Sikap Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan metode observasi perilaku dengan menggunakan instrumen lembar observasi atau jurnal. Penilaian diri dan penilaian antar teman dapat juga digunakan untuk melihat sikap peserta didik, tetapi capaian hasil penilaian sikap terutama diperoleh dari hasil observasi perilaku peserta didik selama proses pembelajaran.Hasil dari penilaian diri dan penilaian antar teman digunakan sebagaialat evaluasi diri tentang sikap dankemampuan peserta didik untuk memperbaiki proses pembelajaran atau dapat juga digunakan sebagai data konfirmasi perilaku peserta didik. Sedangkan jurnal/catatan 126
Pusat Penilaian Pendidikan
guru selain juga untuk memperkuat catatan perilaku peserta didik juga dapat digunakan untuk mengisi saran-saran pada buku rapor. Pengolahan hasil penilaian sikap dapat dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam satu semester, yaitu pada pertengahan dan akhir semester. Pada pertengahan semester atau akhir semester, guru kelas dan wali kelas berkewajiban melaporkan hasil penilaian sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial secara deskriptif berdasarkan catatancatatan hasil observasi yang dilakukan oleh guru mata pelajaran selama proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Laporan penilaian sikap dibuat dalam bentuk deskripsi berdasarkan rapat dewan guru. Pengolahan hasil observasi untuk membuat deskripsi sikap dilakukan dengan pendekatan evaluative judgment guru terhadap perilaku peserta didik berdasarkan catatan catatan hasil observasi dan jurnal. Pengolahan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: a. Holistik Judgment terhadap perilaku siswa secara menyeluruh dengan deskripsi yang eksplisit dari perilaku ideal (sangat baik) sampai perilaku kurang ideal (kurang baik) yang mencakup semua aspek sikap yang dinilai. b. Analitik judgment terhadap perilaku siswa secara rinci untuk aspek sikap yang dinilai dengan indikator perilaku yang eksplisit yang menggambarkan perilaku ideal (sangat baik) sampai perilaku kurang ideal (kurang baik).
127
Jadi dalam pengolahan sikap/perilaku peserta didik, sejak dari awal pembelajaran guru kelas/wali kelas/ sekolah harus sudah mengembangkan indikator-indikator perilaku yang menggambarkan nilai-nilai perilaku yang ideal sampai perilaku kurang ideal yang akan dikembangkan di sekolah. Indikatorindikator inilah yang menjadi acuan untuk mendeskripsikan perilaku peserta didik.Deskripsi perilaku secaraHolistikatau indikator perilaku untuk analitik, bentuk formatnya dapat dirumuskan secara bersama antara guru dan sekolah dengan mengacu kepada nilai (values) yang ingin dikembangkan yang Pusat Penilaian Pendidikan
disesuaikan dengan tahapan perkembangan moral peserta didik.Rumusan yang dijabarkan tersebut merupakan rubric untuk melakukan penilaian. Nilai
Contoh Format Holistik Deskripsi Perilaku
Catatan
Sangat Baik (A) Baik (B)
Agak Baik (C)
Kurang baik (D)
*Catatan: Nilai dalam format ini tidak baku, bisa disesuaikan dengan kondisi sekolah Aspek Kejujuran
Disiplin
Contoh Format Analitik
Indikator Perilaku (4 level)
Nilai
Catatan
Sangat Baik (A) Baik (B) Agak Baik (C) Kurang Baik (D)
Tanggung jawab
Kesantunan 128
Pusat Penilaian Pendidikan
Berikut ini contoh hasil observasi terbuka yang dilakukan guru untuk sikap spiritual dan sosial. Tabel 4.1: Catatan hasil observasi terbuka untuk sikap spiritual No
Waktu
1.
21/07/14
2.
3.
129
22/09/14 4
18/11/14
Nama Peserta Catatan Perilaku didik Ahmad Tidak mengikuti sholat Jumat yang diselenggarakan di sekolah. Ramdani Mengganggu teman yang sedang berdoa sebelum makan siang di kantin. Burhan Mengajak temannya untuk berdoa sebelum pertandingan sepakbola di lapangan olahraga sekolah. Andi Mengingatkan temannya untuk melaksanakan sholat Dzuhur di sekolah. Dona Ikut membantu temannya untuk mempersiapkan perayaan
Butir Sikap
Ketaqwaan
Ketaqwaan
Ketaqwaan
Toleransi beragama
Toleransi beragama
Pusat Penilaian Pendidikan
4.
5.
13/12/14
23/12/14
Rudi
Ani
keagamaan yang berbeda dengan agamanya di sekolah. Menjadi anggota panitia perayaan keagamaan di sekolah. Mengajak temannya untuk berdoa sebelum praktik memasak di ruang keterampilan.
Ketaqwaan
Ketaqwaan
*Format observasi tidak baku dan dapat diubah sesuai dengan kebutuhan guru Tabel 4.2: Catatan hasil observasi terbuka untuk sikap sosial Nama Butir No Tanggal Peserta Catatan Perilaku Sikap didik 1 21/07/14 Dona Menyelesaikan tugas Tanggung lebih cepat dari jawab waktu yang ditentukan 2 Mengerjakan tugas Jujur 6/08/14 Badrun menulis dengan melihat pekerjaan temannya 3 22/09/14 Yamin - Mengomunikasikan percaya Dodi hasil tanpa ragu dan diri
130
Pusat Penilaian Pendidikan
4
9/10/14
Agus
5
18/11/14
Amri
6
13/12/14
Sita Diah Dini
bangga dengan karyanya - Menjawab pertanyaan dengan tepat dan tegas - tidak mendengarkan teman lain yang mengemukakan pendapatnya dalam diskusi Mau merespon presentasi/ ungkapan pendapat teman dengan bahasa yang tidak menyakiti/ menyinggung -Menulis dengan ide yang orisinal -Mengomentari presentasi teman dari -berbagai sudut pandang -Memberikan berbagai solusi dari masalah yang disajikan
Peduli
Santun
Kreatif
*Format observasi tidak baku dan dapat diubah sesuai dengan kebutuhan guru
Langkah-langkah pengolahan hasil observasi untuk membuat deskripsi nilai/perkembangan sikap selama 131
Pusat Penilaian Pendidikan
pertengahan semester dan atau satu semester adalah sebagai berikut: Wali kelas mengumpulkan catatan-catatan sikap yang dibuat guru mata pelajaran dan guru BK. Wali kelas mengelompokkan (menandai) catatan-catatan sikap yang dibuat guru mata pelajaran dan guru BKke dalam indikator-indikator sikap spiritual dan sikap sosial yang sudah ditetapkan. Wali kelas membuat rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial berdasarkan indikator-indikator sikap spiritual dan sosial yang teramati dan dibandingkan dengan acuan indikator-perilaku yang dibuat sekolah (Rubrik). Hasil penilaian diri, penilaian antar teman, dan catatan guru dapat digunakan untuk memperkuat hasil observasi. 2. Pengolahan Nilai Pengetahuan (KI-3) Pengolahan hasil penilaian pengetahuan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengolahan secara kualitatif dilakukan terutama untuk keperluan diagnosis kelemahan peserta didik yang dapat dilakukan melalui penilaian secara lisan maupun tertulis. Pada pengolahan secara kualitatif, hasil penilaian tidak ditekankan pada nilai dari hasil penilaiannya, tetapi lebih kearah evaluasi deskriptif tentang kemampuan peserta didik. Sedangkan penilaian secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui capaian pengetahuan peserta didik, sehingga dalam hal ini nilai hasil penilaian sangat diperhatikan. Penghitungan hasil penilaian secara kuantitatif dilakukan pada skor-skor hasil penilaian yang diperoleh dari hasil ulangan harian (UH), ulangan tengah semester (UTS), dan ulangan akhir semester (UAS) yang dilakukan dengan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian.Hasil penilaian diberikan dalam bentuk angka dengan menggunakan skala 0 – 100, predikat (A, B, C, dan D), atau deskripsi.
Penghitungan nilai capaian kompetensi peserta didik dalam satu semester secara kuantitatif, dilakukan dengan langkah132
Pusat Penilaian Pendidikan
langkah sebagai berikut: a). Menghitung nilai ulangan harian (NUH). Nilai ulangan harian merupakan nilai rata-rata yang diperoleh dari hasil penilaian ulangan harianmelalui tes tertulis dan/atau penugasan untuk setiap KD. Dalam perhitungan nilai rata-rata DAPAT diberikan pembobotan untuk nilai tes tertulis dan penugasan MISALNYA 60% untuk bobot tes tertulis dan 40% untuk penugasan. Ulangan harian dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk KD yang gemuk (cakupan materi yang luas) sehingga ulangan harian tidak perlu menunggu selesainya pembelajaran KD tersebut. Materi dalam suatu ulangan harian untuk KD gemuk mencakup sebagian dari keseluruhan materi yang dicakup oleh KD tersebut. Bagi KD dengan cakupan materi sedikit, ulangan harian dapat dilakukan setelah pembelajaran lebih dari satu KD. Tabel 4.3 Contoh Pengolahan Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran : ... Kelas/Semester : ... UH-1
No.
Nama
1
Ani
3
Dst
2
Budi
3.1 75 71
3.2 60 78
UH-2
3.3 80 67
UH-3
3.4 68 69
KD 3.5 66 91
UH4
UH5
3.6 80
3.6 79
76
66
UH-6
3.7 67 87
3.8 90 75
b). Menghitung nilai Ulangan Tengah Semester (NUTS). Nilai UTAS diperoleh dari hasil tes tulis yang dilaksanakan pada tengah semester. Materi Ulangan Tengah Semester mencakup seluruh kompetensi yang telah dibelajarkan sampai dengan saat pelaksanaan UTS. 133
Pusat Penilaian Pendidikan
RataRata
73,88 75,55
c). Menghitung nilai Ulangan Akhir Semester (NUAS). Nilai UAS diperoleh dari hasil testulis yang dilaksanakan di akhir semester. Materi UAS mencakup seluruh kompetensi pada semester tersebut. d). Penghitungan Nilai Pengetahuan diperoleh dari rata-rata Nilai Harian (NH), Ulangan Tengah Semester (NUTS), Ulangan Akhir Semester (NUAS). Selanjutnya NUHpada Tabel 4.3 digabung dengan NUTS dan NUAS untuk memperoleh nilai akhir seperti pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Contoh Pengolahan Nilai Akhir Nama
NUH
NUTS
NUAS
NA
Ani
73,89
90
80
79,45
Budi ...
75,56
75
80
76,53
NA Pembulatan 79 77
Pada contoh di atas (Tabel 4.4), NUTS dan NUAS dimasukkan ke dalam tabel pengolahan nilai akhir semester tanpa dipilahpilah nilai per KD berdasarkan nilai NUTS dan NUAS. Sebelum memasukkan ke dalam tabel tersebut, guru dapat memilah-milah nilai per KD hasil UTS dan UAS. Pemilahan nilai per KD tersebut berguna untuk mengetahui KD mana saja yang sudah dan belum mencapai ketuntasan belajar untuk keperluan pemberian pembelajaran remedial dan pendeskripsian capaian pengetahuan dalam rapor. Penghitungan nilai akhir dapat dilakukan dengan pemberian bobot.Pemberian bobot diserahkan sepenuhnya pada satuan 134
Pusat Penilaian Pendidikan
pendidikan. Berdasarkan data skor pada tabel 4.4, apabila dilakukan pembobotan NUH : NUTS : NUAS = 2 : 1 : 1, penghitungan nilai akhir (NA) Ani adalah:
NA
(2 73,89) (1 90) (1 80) = 79,45 4
Pada jenjang SD, proses pembelajaran dilakukan secara tematik.Bentuk instrumen penilaian dapat dirancang dengan mengacu pada stimulus yang bersifat tematik tetapi materi yang ditanyakan untuk setiap butir soal tetap mengukur kompetensi yang diukur untuk mata pelajaran-tertentu yang terkait dengan stimulus tersebut,atau penilaian dapat dirancang terpisah untuk masing-masing kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. Penilaian yang mengacu pada stimulus tematik perlu menggunakan instrumen yang lebih mendalam untuk menggali lebih jauh kompetensi peserta didik, yaitu tes uraian. Berikut ini contoh format pengolahan nilai pegetahu- an untuk tingkat SD:
Tabel 4.5: Contoh format pengolahan nilai pengetahuan untuk tingkat SD
Nama:
NO
ESENSI MAPEL
1
PPKn
3
MTK
2
135
KOMPETENSI DASAR/ indikator
Tema 1 Skor tes tertulis/ lisan/ penugasan 1 2 3 4
Rata -rata
Tema 1 Skor tes tertulis/ lisan/ penugasan 1
2
3
4
BAHASA INDONESIA
Pusat Penilaian Pendidikan
Rata -rata
4
IPS
6
SBDP
5 7.
IPA
Penjaskes
3. Pengolahan Nilai Keterampilan Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (praktik dan produk), projek dan portofolio. Keempat bentuk penilaian ini tidak harus dilakukan semuanya untuk setiap KD, tetapi dipilih dan ditentukan dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran dan kompetensi dasar yang sesuai untuk bentuk penilaian tersebut, waktu yang tersedia, dan koordinasi dengan mata pelajaran dalam satu rumpun atau mata pelajaran lainnya untuk memastikan peserta didik tidak terlalu banyak mendapatkan tugas keterampilan. Dari beberapa kali penilaian keterampilan yang dilakukan pada peserta didik, nilai keterampilan dapat menggunakan nilai optimum apabila nilai-nilai yang diperoleh berasal dari penilaian yang mengukur kemampuan yang sama, misalnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik diminta untuk membuat karangan anekdot sebanyak 3 kali, sehingga nilai yang diperoleh diambil nilai yang tertinggi (optimum). Nilai akhir keterampilan diperoleh dari nilai rerata hasil penilaian yang diberikan pada peserta didik. Penilaian kinerja dapat disinergikan dengan penilaian pengetahuan untuk kompetensi dasar yang sesuai dan juga observasi aspek sikap tertentu yang dapat teramati pada saat peserta didik melakukan kinerja.Penilaian portofolio tidak dinilaikan kalau hanya dalam bentuk hasil karya terbaik karena hasil karya tersebut sudah ternilaikan pada saat pembuatan hasil 136
Pusat Penilaian Pendidikan
karya tersebut.Dalam hal ini portofolio hasil karya dapat dideskripsikan dalam pelaporan. Portofolio dapat diberikan nilai apabila diberikan dalam bentuk tugas atau projek yang sama secara berkalasehingga akan menggambarkan perkembangan kemajuan dari tugas yang diberikan dalam rentang waktu tertentu. Berikut ini contoh pengolahan hasil penilaian keterampilan (tabel 4.6): Tabel 4.6: Contoh Pengolahan Nilai Keterampilan
KD
Praktik
4.1
92
4.2 4.3
66
Produk
75
4.4
75
4.6
85
4.5
Catatan: 1.
137
Proyek
Portofolio
75
87
87
87
80
78,50 80
Nilai Akhir Semester Pembulatan
ℎ
=
Skor Akhir KD* 92
85
82,916 83
3,1 + 2,9 + 3,5 = 3,17 3
Penilaian KD 4.2 dilakukan 2 (dua) kali dengan teknik dan tugas yang sama. Oleh karena itu skor akhir adalah skoroptimum. Penilaian untuk KD 4.4 dilakukan 2 (dua) kali tetapi dengan teknik yang berbeda. Oleh karenanya skor Pusat Penilaian Pendidikan
2. 3. 4.
akhir adalah rata-rata dari skor yang diperoleh melalui teknik yang berbeda tersebut. KD 4.3 dan KD 4.4 dinilai melalui penilaian proyek. Nilai yang diperoleh untuk kedua KD tersebut sama (dalam contoh di atas 87). Nilai portofolio tidak ada nilainya, tetapi ada deskripsi hasil dari beberapa penilaian yang dilakukan untuk menggambarkan perkembangan kompetensi yang dicapai peserta didik Nilai akhir semester diperoleh berdasarkan rata-rata skor akhir keseluruhan KD keterampilan yang dibulatkan ke bilangan bulat terdekat.
Nilai Akhir keterampilan peserta didik dapat pula diberi pembobotan untuk setiap bentuk penilaian, misalnya projek lebih tinggi dibandingkan dengan praktik. Contoh pembobotan penilaian kompetensi ketrampilan. Teknik Tes Praktik Projek Penilaian Portofolio Jumlah Bobot
Bobot 2 1 1 4
Nilai akhir untuk penilaian kompetensi keterampilan dengan pembobotan tersebut dihitung dengan rumus sebagai berikut. Nilai Akhir =
(2 x Praktik) + (1 x Projek) +(1 x Penilaian Portofolio) 4
Berikut ini 2 (dua) contoh format pengolahan hasil penilaian keterampilan pada jenjang SD/MI: 138
Pusat Penilaian Pendidikan
Format 1 rekapitulasi nilai keterampilan untuk setiap muatan pelajaran (mapel) untuk setiap peserta didik. Nama: ………
NO
ESENSI MAPEL
1
PPKn
3
MTK
2
4 5 6
KOMPETENSI DASAR/ indikato r
Tema 1 Skor praktik/produk / projek 1
2
3
4
skor optimum /rerata 3
Tema 1 Skor praktik/produk/ projek 1
2
3
Skor optimum/ rerata
4
BAHASA INDONESIA IPA IPS
SBDP
Catatan: Skor optimum/rerata diisi sesuai dengan hasil penilaian yang diperoleh apakah optimum atau rerata
139
Pusat Penilaian Pendidikan
Format 2: rekapitulasi hasil penilaian keterampilan pada jenjang SD/MI REKAPITULASI PENILAIAN KETERAMPILAN SEMESTER I NO
NAMA
Indikator Keterampilan
I
1
II
TEMA III
IV
Skor optimum /ratarata
Deskripsi
2 3
Dst
Catatan: indikator keterampilan dijabarkan dengan menggunakan kata kerja operasional yang sesuai dengan bentuk penugasannya, misal: Peserta didik dapat menyajikan teks laporan investigasi , Peserta didik dapat menyampaikan teks pidato B. Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil Penilaian 1. Pelaporan Hasil Penilaian Pelaporan hasil penilaian peserta didik terdiri dari buku laporan hasil pencapaian kompetensi dan portofolio. Buku laporan hasil pencapaian kompetensi merupakan ringkasan hasil penilaian terhadap seluruh aktivitas pembelajaran yang dilakukan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Laporan perkembangan dan hasil Pencapaian Kompetensi peserta didik secara rinci, disajikan dalam portofolio yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta Didik ini. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan kepada orang tua dan Pemerintah. 140
Pusat Penilaian Pendidikan
Laporan hasil penilaian oleh pendidik berisi:
a.
b.
Capaian kompetensi peserta didik yang diberikan minimal dalam bentuk angka 0 – 100, dan deskripsi untuk capaian pengetahuan dan keterampilan. Apabila akan ditambahkan predikat (A, B, C, dan D) maka perlu ditetapkan rentang untuk masing-masing predikat tersebut. Deskripsi sikap, untuk hasil penilaian sikap spiritual dan sosial.
Berikut adalah rambu-rambu dalam merumuskan deskripsi sikap selama satu semester: a. Deskripsi sikap menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Hindari frasa yang bermakna kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih perlu bimbingan dalam hal ... b. Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan sikap/perilaku peserta didikyang sangat baik dan/atau baik dan yang mulai/sedang berkembang. c. Apabila peserta didik tidak ada catatan apapun dalam hasil observasi maupun jurnal, sikap peserta didik tersebut diasumsikan BAIK. d. Dengan ketentuan bahwa sikap dikembangkan selama satu semester, deskripsi nilai/perkembangan sikap peserta didik didasarkan pada sikap peserta didik pada masa akhir semester. Oleh karena itu, sebelum deskripsi sikap akhir semester dirumuskan, guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas harus memeriksa catatan-catatan sikap peserta didik secara keseluruhan hingga akhir semester untuk melihat apakah telah ada catatan yang menunjukkan bahwa sikap peserta didik tersebut telah menjadi sangat baik, baik, atau mulai berkembang. e. Apabila peserta didik memiliki catatan sikap KURANG baik dalam hasil observasi dan peserta didik tersebut belum menunjukkan adanya perkembangan positif, deskripsi sikap 141
Pusat Penilaian Pendidikan
peserta didik tersebut dirapatkan dalam rapat dewan guru pada akhir semester.
Berikut adalah contoh rumusan deskripsi capaian sikap spiritual dan sosial: Sikap spiritual:
Selalu bersyukur, selalu berdoa sebelum melakukan kegiatan, dan toleran pada pemelukagama yang berbeda; ketaatan beribadah mulai berkembang. Sikap sosial: Sangat santun, peduli, dan percaya diri; kejujuran, kedisiplinan, dan tanggungjawab meningkat.
Penulisan capaian pengetahuan dan keterampilan pada rapor dalam bentuk angka (NA) menggunakan angka yang sudah dibulatkan pada skala 0 – 100. Penggunaan predikat, dan deskripsi hasil capaian. Berikut adalah rambu-rambu rumusan deskripsi capaian pengetahuan dalam rapor. a.
b.
142
Deskripsi pengetahuan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Hindari frasa yang bermakna kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih perlu bimbingan dalam hal .... Deskripsi berisi beberapa pengetahuan yang sangat baik dan/atau baik dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya belum optimal. Pusat Penilaian Pendidikan
c.
Deskripsi capaian pengetahuan didasarkan pada bukti-bukti pekerjaan siswa yang didokumentasikan dalam portofolio pengetahuan. Apabila KD tertentu tidak memiliki pekerjaan yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD tersebut didasarkan pada skor angka yang dicapai.
Contoh pengolahan dan pelaporan nilai pengetahuan pada mata pelajaran Matematika kelas X semester I. No
Nama
KD
1
Ani
3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
Hasil Penilaian ke 1 2 3 4 75 68 70 60 66 70 86 80 90 80 80 95 88 80 Nilai RAPOR
...
Rata2 71 65 84 88 84 78
Keterangan: 1. Penetapan batas ketuntasan oleh satuan pendidikan = 70 2. KD 3.1 dilakukan tagihan penilaian sebanyak 3 kali, maka nilai pengetahuan pada KD 3.1
143
75 68 70 71 3
3.
Nilai akhir rapor:
4.
Nilai predikat peserta didik diperoleh dengan menentukan nilai tersebut kedalam rentang predikat yang ditetapkan sekolah.
71 65 84 89 83 78 5
Pusat Penilaian Pendidikan
Contoh skala nilai untuk penetapan predikat:
5.
Skala 86 – 100 70 – 85 56 – 69 ≤ 55
Predikat Sangat baik (A) Baik (B) Cukup (C) Kurang (D)
Deskripsi berisi beberapa kompetensi yang sangat baik dikuasai oleh siswa dan kompetensi yang masih perlu ditingkatkan. Pada nilai diatas yang kuasai siswa adalah KD 3.4 dan yang perlu ditingkatkan pada KD 3.2. Contoh deskripsi dari hasil penilaian di atas:
Memiliki kemampuan mendeskripsikan operasi aritmetika pada fungsi, namun perlu peningkatan pemahaman masalah kontekstual menggunakan konsep sistem persamaan linear tiga variabel
Berikut adalah rambu-rambu rumusan deskripsi capaian keterampilan. a. Deskripsi keterampilan menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Hindari frasa yang bermakna kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu peningkatan dalam ... atau ... namun masih perlu bimbingan dalam hal .... b. Deskripsi berisi beberapa keterampilan yang sangat baik dan/atau baik dikuasai oleh siswa dan yang penguasaannya belum optimal. 144
Pusat Penilaian Pendidikan
c. Deskripsi capaian keterampilan didasarkan pada bukti-bukti karya siswa yang didokumentasikan dalam portofolio keterampilan. Apabila KD tertentu tidak memiliki karya yang dimasukkan ke dalam portofolio, deskripsi KD tersebut didasarkan pada skor angka yang dicapai. Portofolio tidak dinilai (lagi) dalam bentuk angka.
Contoh pengolahan dan pelaporan nilai kompetensi keterampilan.
Berikut cara pengolahan nilai keterampilan mata pelajaran Seni Tari kelas X yang dilakukan melalui praktik pada KD 4.1 sebanyak 1 kali dan KD 4.2 sebanyak 2 kali, KD 4.4 melalui produk sekali, dan Proyek 1 kali, kemudian untuk KD 4.3 dan 4.4 melalui proyek secara bersamaan. KD
Praktik
4.1
87
4.2 4.3
66
4.4
Produk
Proyek
Porto-
Skor
folio
Akhir
87
75 75
92 82
Rerata
75 92
78,50
83,12 5
Keterangan:
145
Pada KD 4.1, 4.2, dan 4.3 Skor Akhir diperoleh berdasarkan nilai optimum, sedangkan untuk 4.4 diperoleh berdasarkan rata-rata karena menggunakan teknik yang berbeda. Nilai akhir semester didapat dengan cara merata-ratakan skor akhir pada setiap KD. Pusat Penilaian Pendidikan
Nilai keterampilan NA 83 (pembulatan).
92 75 87 78,50 83,125 4
Nilai predikat diperoleh dengan menentukan nilai tersebut kedalam rentang predikat yang ditetapkan sekolah.
Contoh skala nilai untuk penetapan predikat: Skala Predikat 86 – 100 Sangat baik (A) 70 – 85 Baik (B) 56 – 69 Cukup (C) ≤ 55 Kurang (D) Nilai akhir keterampilan dilengkapai deskripsi kompetensisingkat yang menonjol berdasarakan histori pencapaian KD pada KI-4 selama satu semester.
Deskripsi nilai keterampilan diatas adalah:
Memiliki keterampilan sangat baik dalam memeragakan ragam gerak tari sesuai dengan iringan musik
2. Pemanfaatan Hasil Penilaian Melalui hasil penilaian kita dapat mengetahui kemampuan dan perkembangan peserta didik, selain itu hasil penilaian dapat memberi gambaran tingkat keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.Berdasarkan hasil penilaian, kita dapat menentukan langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Pendidik, Satuan Pendidikan, Orang Tua, Peserta didik, dan Pemerintah harus memanfaatkan hasil penilaian formatif dan sumatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan mutu lulusan. 146
Pusat Penilaian Pendidikan
Hasil penilaian formatif dapat dimanfaatkan antara lain untuk: a.
b. c.
d.
Memperbaiki rencana pembelajaran di masa mendatang, terutama dalam merumuskan tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik penilaian; Memperbaiki proses pembelarajan yang lebih aktif, kreatif, efektif, efisien, dan menarik;
Mengulang kompetensi daras yang belum dikuasai peserta didik sebelum melanjutkan dengan kompetensi dasar baru;
Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan pembelajaran, misalnya mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik pada suatau materi atau kompetensi dasar tertentu. Hasil diagnosis ini dapat dijadikan bahan dalam memberikan bantuan dan bimbingan belajar pada peserta didik tertentu.
Hasil penilaian sumatif dapat dimanfaatkan anatara lain untuk: a. Membuat laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dalam bentuk rapor setiap semester b. c.
Menata ulang seluruh rencana pembelajaran berdasarkan hasil penilaian sumatif terutama kelompok materi yang sulit dan belum dikuasainya Melakukan perbaikan dan penyempurnaan istrumen penilaian sumatif yang telah digunakan berdasarkan data emprik yang telah diperoleh peserta didik.
Penilaian yang dilakukan dengan dimanfaatkan oleh pendidik untuk:
147
profesional
dapat
menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Pendidik mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai Pusat Penilaian Pendidikan
148
bentuk penilian agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh peserta didik.
mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian, baik yang bersifat formal maupun informal pendidik melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang peserta didik telah kuasai dan apa yang belum dikuasai.
mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Pendidik harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.
menyimpulkan apakah peserta didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan pendidik, khususnya pada saat pendidik diminta melaporkan hasil kemajuan belajar peserta didik kepada orang tua, satuan pendidikan, atau pihak lain seperti di akhir semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk rapor atau bentuk lainnya.
Pusat Penilaian Pendidikan
BAB V PENUTUP
Pedoman Penilaian Kelas oleh Pendidik
Penilaian hasil belajar oleh pendidik sangat besar pengaruhnya pada pembelajaran siswa, bagaimana mereka belajar, motivasi belajar, dan bagaimana guru mengajar karena tujuan penilaian kelas tidak hanya untuk penilaian sumatif saja, tetapi juga untuk keperluan diagnostik dan formatif. Untuk mencapai tujuan penilaian tersebut maka penilaian harus dirancang tidak hanya dilakukan di akhir proses pembelajaran atau hanya menilai hasil belajar (assessment of learning) tetapi juga harus dirancang menyatu dengan pembelajaran sehingga penilaian juga merupakan proses belajar (assessment for learning), apalagi jika proses penilaian tersebut dengan melibatkan siswa, maka siswa akan belajar menjadi penilai dirinya sendiri (assessment as learning). Pada hakikatnya, penilai terbaik bagi seorang siswa dalam proses belajar adalah dirinya sendiri. Bila penilaian dilakukan dengan tiga pendekatan di atas (assessment of, for, dan as learning) maka penilaian tidak hanya terfokus pada hasil yang cenderung berdimensi kognitif, tetapi pasti juga menilai proses yang berdimensi keterampilan dan sikap.
Kurikulum 2013 sebetulnya merupakan hasil evaluasi terhadap kurikulum 2004 dan menjadi penguat dalam peningkatan kompetensi yang seimbang antara sikap (attitude), keterampilan (skill/psikomotor), dan pengetahuan (knowledge). Pada kurikulum 2013 selain ditekankan perlunya penilaian sikap yang bertujuan untuk membina dan membentuk sikap peserta didik melalui penilaian sikap spiritual dan social selama proses pembelajaran, juga perlu dikembangkan teknik-teknik penilaian yang bervariasi dan terintegrasi untuk mengukur capaian kompetensi peserta didik. Penilaian harus mengukur tingkat berfikir siswa mulai dari rendah sampai tinggi (high-order thinking), menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan), mengukur proses kerja siswa bukan hanya hasil kerja siswa, dan menggunakan 149
Pusat Penilaian Pendidikan
portofolio pembelajaran siswa. Tujuan akhir dari penilaian oleh pendidik adalah membantu siswa berkembang menjadi pembelajar sejati sepanjang hayat yang secara teratur memonitor dan menilai kemajuannya (Manitoba Education and Youth, 2003)
Perubahan pola pemikiran dalam kurikulum ini akan mengubah proses pembelajaran dan penilaian dalam implementasi kurikulum 2013. Penilaian harus dilakukan untuk mengukur ketiga ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara seimbang dan terintegratif. Oleh sebab itu pendidik perlu merancang dan mengembangkan berbagai instrumen penilaian untuk mengukur ketiga ranah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan puspendik, kesiapan pendidik di SD, SMP, dan SMA khususnya pemahaman mengenai penilaian pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 masih belum memuaskan (masih kurang jauh dari 75). Beberapa pelatihan terkait dengan penilaian telah diikuti, namun pemerolehan pemahaman belum cukup jelas. Pendidik telah berusaha menerapkan penilaian pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 tetapi belum optimal karena menghadapi berbagai kendala dan kesulitan antara lain merencanakan penilaian sikap dan keterampilan, kesulitan melaksanakan penilaian sikap dan portfolio, pengaturan waktu untuk melaksanakan penilaian, tidak mempunyai cukup waktu menindaklanjuti hasil penilaian, kesulitan melaporkan hasil penilaian, dan kesulitan mendeskripsikan hasil penilaian. Cukup banyaknya kendala yang dihadapi pendidik di lapangan dalam implementasi kurikulum menuntut adanya buku pedoman penilaian yang dapat dijadikan acuan oleh pendidik untuk merancang dan mengembangkan model-model penilaian pada kurikulum 2013. Oleh sebab itu adanya buku pedoman ini sangat ditunggu tunggu oleh para pendidik di lapangan. Buku pedoman ini berisi gambaran teoritis tentang modelmodel penilaian yang dapat dilakukan pendidik untuk 150
Pusat Penilaian Pendidikan
merancang dan mengembangkan model-model penilaian sesuai dengan kurikulum 2013 dan kemudian akan disertai dengan buku petunjuk teknis untuk setiap mata pelajaran pada tingkat SMP dan SMA. Untuk tingkat SD buku pedoman teknis dibuat jadi satu buku, tetapi berisi contoh-contoh untuk beberapa mata pelajaran, karena pada tingkat SD proses pembelajarannya tematik. Mudah-mudahan buku pedoman ini dapat memberi gambaran tentang model-model penilaian yang dapat dikembangkan oleh pendidik di sekolah
151
Pusat Penilaian Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. (1982). Psychological testing.Fifth Edition. New York: MacMillan Publishing, Co., Inc. Airasian, P.W. (1994). Classroom assessment. New York: McGrawHill, Inc. Association Educator (2000).Competency-Based Education: What, Why, and How?American Society of Association Executives, Washington, DC. Arter, J.A. (1994).Performance ceriteria, the heart of the matter. (Available From: Northwest Regional Educational Laboratory, 101 S.W. Main, suite 500, Portland, Oregon 97204) Bandura, A. (1977). Social learning theory. New Jersey: PrenticeHall, Inc. Baron, R.A. & Byrne, D. (1981). Social psychology: understanding human relation. Third Edition. Boston: Allyn an Bacon, Inc. Birren, J. E., Kinney, D. K., Schaie, K. W., & Woodruff, D. S. (1981).Developmental psychology: A life span approach. Boston: Houghton-Mifflin. Chaiken, S. & Stangor, C. (1987). Attitude and attitude change. Annual Review of Psychology38:575-630. Coleman, J.C. Morris, C.G. & Glaros, A.G. (1987). Contemporary and psychology effective behavior. Illinois: Scott, Foresman and Company De Fina,A. (1992).Portfolio Assesment: Getting Started.scholastic. Ebel, Robert L. and Frisbie, David A. (1991). Essentials of Educational Measurement. Fifth Edition. Engelwood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, 1991. Fernandes, HJX. (1984). Testing and Measurement. Jakarta: National Education Planning, Evaluation and Curriculum Dev. Forster, M & G. Masters, (1996). Performance Assessment Resource Kit. Commonwealth of Australia. Fraenkel, J.R. 1977.How to teach about values: an analytic approach. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 2
Pusat Penilaian Pendidikan
Fraenkel, J.R. 1980.Helping students think and value: strategies for teaching the social studies.Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Frederiksen,N.,Glaser,R.,Lesgold,a.,& shafto,M.G (eds) (1990). Diagnostic Monitoring of skill and Knowledge Aquisition. Hilsdale,NJ: Lawrence Erlbaum. Gronlund, N.E. Constracting Achievement Tests. Englewood Cliffs New Jersey:Prentice Hall, 1977. Gredler, M.E (1996). Program Evalution. Prentice – Hall, Inc, A Simon & Schuster Company, Englewood Cliffs, New Jersey. Grabe, W,& .Kaplan. 1996. Theory and Prachtice of Writing. Addison Wesley, Longman. Garman, N. and Prantanida, M. (1991).The Academic/Professional Portofolio. The Australian Administrator, A. Professional Publication for Educational Administrators, School of Education, Deakin University. Gronlund, N.E. (1998). Assessment of Student Achievement. Needhan Heights, MA: A Viacom Company Gonczi, A. (1992). Developing a Competent Workforce. Needhan Heights, MA: A Viacom Company. Haladyna, Thomas M. Developing and Validating MultipleChoice Test Items. New Jersey: Laurence Erlbum Associates. Publishers, 1994 Hill, B.C. and Ruptic, C. (1994).Practical Aspects of Authentic Assessment: Putting The Pieces Together. ChristoperGordon Publisher, Inc. Noerwood, MA. Klausmeier, H.J. 1985. Educational psychology.Fifth Edition. New York: Harper & Row Publishers Linn, Robert L. and Gronlund, N.E. (1990). Measurement and Assessment in Teaching.Macmillan Publishing Company. ___ (1995). Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey:Englewood Cliffs, Prentice-Hall, Inc. Mehrens, William A. and Irvin, J. Lehman.(1991). Measurement and Evaluation in Education and Psychology. Holt, Rinehart and Winston,Inc., 3
Pusat Penilaian Pendidikan
Merrell, K. W., & Gimpel, G. A. (1998).Social skills of children and adolescents: Conceptualization, assessment, treatment. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc Nitko, Anthony J. (1996).Educational Assessment of Students. Second Edition. New Jersey, Meanil, an imprint of Practice Hall, Nitko, Anthony.J. (1983). Educational tests and measuremen. New York: Harcourt Brace Javonovich, Inc. Nitko, A.J. & Hsu. T. (1996). Teacher’s guide to better classroom testing A Judgemental approach. Jakarta: Madecor Career Systems and Pusat Pengembangan Agribisnis. Olson, J.M. & Zanna, M.P. (1993). Attitude and attitude change. Annual Review of Psychology44:117-154. Popham, W. James. (1995). Classroom assessment: what teachers need to know. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon, A Simmon & Schuster Company Perrone, V. (Ed.). (1991). Expanding Student Assessment, Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), Alexanderia Virginia. Stiggins, R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. Merril, Imprint of Mc Millan College, Publsher Co, Ny. Tierney, R.J. (1991). Portofolio Assessment in the Reading Writing Classroom. Christopher Gordon Publishers, Inc. Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian. (2000). Bahan Penataran Pengujian Pendidikan, Pusat Sistem Pengujian.
4
Pusat Penilaian Pendidikan