KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI Hal
Penurunan populasi ternak sapi potong diduga disebabkan oleh semakin sempitnya lahan pangonan, yang dikonversi menjadi lokasi pemukiman, industri atau lahan perkebunan. Penyebab lain adalah semakin kecilnya pemilikan lahan produksi tanaman pangan, sehingga tidak memungkinkan petani untuk memelihara ternak karena ketersediaan rumput dan limbah hasil pertanian tidak bisa mencukupi kebutuhan pakan. Dalam upaya penyediaan pakan ternak, selain kebutuhan bahan baku yang harus diperhitungkan, maka hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya dukungan teknologi dan alat mesin pengolahan pakan agar peternak dapat mengelola pakan dan mendapatkan hasil yang cukup dan baik mutunya. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun 2011 ini memfasilitasi kegiatan pengembangan dan penguatan alat dan mesin pengolah pakan dengan sasaran kelompok yang berada di lokasi integrasi sapi potong. Program pengembangan pakan ternak diarahkan pada pencapaian kemandirian suplai bahan pakan dan pakan serta peningkatan mutu pakan yang akan dilakukan melalui berbagai kegiatan, salah satunya adalah dengan aplikasi kegiatan integrasi ternak sapi potong yang diperkuat dengan penambahan alat mesin pengolah pakan. Pedoman Umum ini merupakan acuan pelaksanaan kegiatan di daerah yang mendapat alokasi dana bantuan sosial dari APBN untuk penguatan sarana pengolahan pakan. Agar tujuan dan sasaran kegiatan ini dapat berjalan baik, diperlukan optimalisasi peran pendampingan Dinas Peternakan agar peternak di lokasi integrasi dapat melaksanakan kegiatan ini dengan baik.
KATA PENGANTAR ................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ I.
PENDAHULUAN ............................................................ 1. Latar Belakang ........................................................... 2. Tujuan ......................................................................... 3. Sasaran ....................................................................... 4. Keluaran ......................................................................
1 1 3 3 4
II.
PELAKSANAAN TAHUN 2011 ........................................ 1. Prinsip Pelaksanaan .................................................... 2. Pelaksana .................................................................... 3. Lokasi Kegiatan ........................................................... 4. Pemanfaatan Dana ...................................................... 5. Tahap Pelaksanaan .....................................................
4 4 4 6 6 7
III.
INDIKATOR KEBERHASILAN .......................................
9
IV.
PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ............................
10
V.
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN ................................
11
VI.
PENUTUP .......................................................................
12
LAMPIRAN ................................................................................
13
Jakarta, Januari 2011 Direktur Pakan Ternak
Ir. Mursyid Ma’sum, M.Agr i
i ii iii
ii
PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN ALAT MESIN PENGOLAH PAKAN DI LOKASI INTEGRASI TERNAK SAPI TAHUN 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Hal I. PENDAHULUAN
1. 2. 3. 4.
Daftar lokasi penerima APBN 2011 Form laporan Provinsi Form laporan Kabupaten/Kota Jenis alat mesin pengolah pakan
14 16 17 18
1. Latar Belakang Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk ternak menyebabkan permintaan daging, telur dan susu juga meningkat, namun belum diimbangi dengan suplai dalam negeri yang cukup, sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut kita terpaksa harus melakukan importasi, yang tentu saja semakin menguras devisa negara. Kebutuhan akan daging ayam dan telur telah dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, baik dari ayam ras maupun unggas lokal (ayam lokal danitik), namun untuk pemenuhan kebutuhan akan daging sapi sebagian masih harus didatangkan dari negara lain, terutama Australia, New Zealand, Amerika dan Kanada.
Pemerintah telah melakukan banyak hal untuk mengatasi permasalahan kurangnya suplai daging sapi dalam negeri, meskipun hasilnya masih belum cukup signifikan untuk mengurangi impor daging atau sapi bakalan. Program kecukupan daging sapi merupakan program utama dari Kementerian Pertanian sejak tahun 2000 dan sampai tahun 2011 ini masih belum bisa tercapai. Selain laju peningkatan populasi yang lebih rendah daripada laju penambahan populasi manusia Indonesia, maka beberapa hal lain menjadi penyebab belum tercapainya tujuan swasembada daging sapi, sehingga tujuan pencapaian dimundurkan menjadi tahun 2014 dengan nama program PSDSK atau Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau. Didalam program utama tersebut, beberapa kegiatan operasional telah dan akan terus dilakukan, salah satunya adalah melalui penambahan populasi sapi potong melalui integrasi dengan tanaman yang didukung dengan sarana pengolahan pakan yang baik, sehingga diharapkan kontribusi dari kegiatan ini dapat berperan dalam pencapaian tujuan PSDSK.
iii
1
Sumber pakan ternak di lokasi integrasi adalah limbah pertanian berupa jerami, daun dan batang serta hasil ikutan pasca panen atau pasca pengolahan produk pertanian (dedak, kulit buah, ampas) yang masih dapat dimakan ternak. Untuk mengolah bahan limbah pertanian untuk pakan ini diperlukan peralatan dan mesin yang spesifik dan dapat menghasilkan bahan pakan atau pakan yang tidak berbahaya bagi ternak. Ketersediaan alat mesin pengolah ini dapat meningkatkan jumlah produksi pakan pada saat panen produksi hasil pertanian melimpah, selanjutnya bahan pakan dapat diawetkan dan disimpan untuk penyediaan kebutuhan di masa paceklik/kekurangan pakan. Komponen alat dan mesin pengolah pakan ternak yang nantinya akan dibeli harus disesuaikan dengan jenis limbah pertanian atau limbah agroindustri yang tersedia di lokasi integrasi ternak agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan oleh kelompok peternak. Pengelolaan ternak dan operasionalisasi dari alat mesin pengolah pakan dilaksanakan oleh keluarga petani yang dalam waktu yang bersamaan melaksanakan produksi tanaman. Oleh karena itu pasokan pakan untuk menunjang pengelolaan ternak sebagian besar diharapkan dapat diperoleh dari limbah atau hasil samping pertanian atau perkebunan, meskipun sebagian kecil pasokan masih diperoleh dari luar. Sebagai konsekuensinya adalah keluarga petani tanaman/perkebunan yang akan melaksanakan kegiatan integrasi ternak dalam tanamannya, harus menguasai teknik pemeliharaan dan pemanfaatan ternak secara baik, disamping pengetahuan praktek usahatani tanamannya, terutama pengetahuan dalam mengintegrasikan berbagai manfaat ternak pada tanaman dan sebaliknya. Oleh karena itu, suatu pendekatan Kelompok bahkan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) integrasi ternak dan tanaman perlu dilaksanakan untuk memudahkan proses fasilitasi dan akselerasi adopsi program integrasi ternak dalam usahatani tanaman ini.
3. Sasaran Melalui kegiatan pengembangan alat dan mesin pakan di lokasi integrasi ternak diharapkan tercapainya beberapa sasaran kegiatan, yaitu : (1)
Meningkatnya mutu pakan yang dihasilkan oleh kelompok
(2)
Pemanfaatan limbah atau hasil samping pertanian tanaman perkebunan, tanaman pangan atau hortikultura untuk bahan pakan/pakan ternak,
(3)
Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan peternak dalam membuat formulasi pakan dan pengelolaan alat mesin pengolah pakan.
4. Keluaran Keluaran atau output merupakan hasil yang didapat langsung dari adanya kegiatan ini adalah : (1) Penguatan alat mesin pengolah pakan di 69 kelompok sapi potong di lokasi integrasi sapi. (2) Pemanfaatan 5 jenis bahan pakan/pakan oleh kelompok penerima bantuan sosial (3) Terlaksananya pelatihan anggota kelompok
2. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah tecapainya program swasembada daging sapi kerbau (PSDSK) yang dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan integrasi ternak dan didukung alsin pengolah pakan untuk meningkatkan jumlah produksi pakan dan kualitas pakan secara kontinyu.
2
3
II. PELAKSANAAN TAHUN 2011
Kabupaten/Kota Dinas Peternakan atau Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan Kabupaten/Kota, mempunyai tugas :
1. Prinsip Pelaksanaan (1) Fasilitasi alat dan mesin pengolah pakan diarahkan pada kelompok yang telah melakukan usaha sapi potong dengan pola integrasi, baik integrasi dengan tanaman pangan (padi, jagung), tanaman hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan) ataupun dengan perkebunan (sawit, tebu, coklat, kopi). (2) Agar dalam pelaksanaannya, seluruh pihak yang terkait dengan kegiatan ini mematuhi semua peraturan terkait dan menghindari praktek KKN (3) Koordinasi dan sinergitas positif dengan semua pihak terkait
2. Pelaksana Pusat Direktorat Jenderal peternakan dan Kesehatan Hewan, dalam hal ini Direktorat Pakan Ternak selaku penanggungjawab kegiatan, mempunyai tugas : (1) Melakukan sosialisasi dengan pihak terkait (2) Menyusun Pedoman Umum (3) Melakukan pembinaan dan pemantauan Provinsi Dinas Peternakan atau Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan Provinsi, mempunyai tugas :
(1) Melakukan koordinasi dengan pihak/instansi terkait dengan kegiatan integrasi di Kabupaten/Kota (2) Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Juknis berisi antara lain : a. jenis dan spesifikasi alat mesin pengolah pakan yang akan dibeli, disesuaikan dengan jenis dan jumlah bahan baku yang ada di lokasi integrasi b. Jenis pelatihan c. pengelolaan administrasi kelompok d. petunjuk teknis lainnya (misalnya tentang perkandangan, formulasi pakan, kesehatan hewan, pengelolaan kotoran ternak, dsb) (3) Sebagai anggota Tim Teknis, melaksanakan proses identifikasi dan seleksi CPCL, pengawalan kegiatan dan pendampingan. (4) Memfasilitasi pelatihan teknis dan manajemen kelompok, bekerjasama dengan petugas lapangan setempat (5) Melakukan monitoring dan evaluasi, (6) Membuat dan mengirimkan laporan ke Provinsi Kelompok Kelompok penerima bantuan sosial adalah kelompok yang telah di identifikasi dan di seleksi oleh Tim Teknis sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, dan kelompok ini kemudian ditetapkan oleh Kepala Dinas Peternakan atau Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan Provinsi sebagai kelompok penerima bantuan sosial . Pemilihan kelompok agar dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Melakukan koordinasi dengan pihak/instansi terkait di Provinsi. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Membentuk Tim Teknis Menetapkan kelompok penerima bantuan sosial Melakukan pembinaan dan pendampingan Membuat dan mengirimkan laporan ke Pusat
(1) Kelompok sapi potong yang telah melakukan usaha budidaya sapi potong dengan pola integrasi (2) Diarahkan pada kelompok yang pernah mendapatkan bantuan sosial pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih perlu diperkuat aspek pengolahan pakannya dan memerlukan tambahan alat mesin pengolah pakan (3) Mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut (4) Lokasi mudah dijangkau untuk pendampingan 4
5
3. Lokasi Kegiatan Kegiatan integrasi ternak sapi potong pada tahun 2011 melalui dana bantuan sosial APBN dialokasikan di 65 kelompok pada 61 Kabupaten/Kota sebagaimana tercantum pada Lampiran-1.
4. Pemanfaatan Dana Dana bantuan sosial yang tersedia pada kegiatan pengembangan alat mesin pakan di lokasi integrasi digunakan untuk membiayai kegiatan yang disampaikan dibawah ini. Apabila kebutuhan alat mesin pengolah pakan atau sarana terkait lainnya masih belum bisa dipenuhi dari dana bantuan sosial ini, diharapkan dapat dipenuhi dari dana APBD atau swadaya kelompok sendiri.
alat penunjang produksi pakan lainnya seperti gerobak, kaitan/ganco, sekop, timbangan, pencetak mineral blok, dll
c.
Untuk menjamin mutu dari alat mesin pengolah pakan ini, maka dalam pengadaannya agar diupayakan membeli alat mesin yang memenuhi persyaratan teknis minimal (PTM) atau jika ada alsin yang telah ber SNI.
Apabila dana APBN tidak mencukupi untuk membeli alat mesin pengolah pakan yang dibutuhkan, agar dapat didukung dari dana APBD atau swadaya kelompok. (2)
Pelatihan Kelompok Dana bantuan sosial sebesar 10% dialokasikan untuk penyelenggaraan pelatihan bagi anggota kelompok yang dapat difasilitasi oleh petugas lapang Dinas atau PPL setempat.
5. Pemanfaatan Dana
Pakan yang baik mutunya dihasilkan dari formula yang baik yang disusun berdasarkan jenis bahan yang tersedia dan disesuaikan dengan jumlah kebutuhuan nutrisi ternak, oleh karenanya peternak harus mengetahui bagaimana cara menyusun formula pakan yang benar namun dengan teknik yang sederhana dan mudah dimengerti.
Dana bantuan sosial yang tersedia pada kegiatan integrasi ternak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan sebagai berikut : (1)
b.
Pengadaan alat mesin pengolah pakan Untuk itu diperlukan pelatihan bagi anggota kelompok, khususnya bagaimana cara membuat formulasi pakan dan pengenalan jenisjenis bahan pakan yang ada disekitar lokasi dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Dapat pula disampaikan materi mengenai cara pengelolaan dan pemeliharaan alat mesin pengolah pakan yang telah dibeli dari dana banstuan ini.
Tujuan inti dari bantuan sosial ini adalah untuk memperkuat kelompok dalam pengolahan pakan, oleh karenanya porsi terbesar dari dana bantuan diarahkan untuk pengadaan sarana pengolahan pakan, yaitu sebesar lebih kurang 80%. Untuk itu agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a.
Pemilihan jenis alat mesin disesuaikan dengan jenis bahan pakan yang dibutuhkan dan tersedia di lokasi integrasi. Contoh jenis alat pengolah pakan yang dapat dibeli antara lain; (a) alat pencacah hijauan pakan dan jerami (chopper) (b) alat pemecah (hammermill) (c) alat penepung (diskmill)
(3)
Administrasi Kelompok Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan dan dalam upaya penguatan kelembagaan kelompok, maka sisa dana bantuan sosial sebesar 10% dapat dipergunakan untuk mendukung administrasi kelompok seperti untuk pembelian alat tulis kantor, biaya fotocopy, biaya pelaporan, pembuatan papan nama, dll.
(d) alat pengaduk atau pencampur (mixer) 6
7
Kelembagaan kelompok sangat penting sebagai sarana bertemu dan berkomunikasi bagi seluruh anggota, untuk membantu anggota meningkatkan wawasan dan bertukar informasi melalui penyuluhanbaik yang dilakukan oleh PPL setempat, petugas lapangan Dinas Peternakan atau dari peternak ke peternak lainnya, dan sebagai sarana untuk meningkatkan usaha kelompok kearah yang lebih komersial (diversifikasi usaha). Hendaknya pertemuan dilaksanakan secara rutin dan kelompok mempunyai kas kelompok sebagai aset bersama untuk pengembangan usaha kelompok lebih lanjut.
Pembukaan rekening kelompok pada Bank terdekat Pencairan, penyaluran dana bantuan sosial Pelaksanaan kegiatan fisik Pembenahan administrasi kelompok Pelaksanaan pelatihan operasional alsin Pelaporan
(3) Tatacara pencairan, penyaluran dan perguliran dana bantuan sosial mengikuti peraturan/ketentuan yang berlaku pada tahun 2011. Agar diperhatikan termin pencairan dana sesuai ketentuan. (3) Tatacara pencairan, penyaluran dan perguliran dana bantuan sosial mengikuti peraturan/ketentuan yang berlaku pada tahun 2011.
5. Tahap Pelaksanaan Tahapan pelaksanaan kegiatan pengembangan alat mesin kelompok di lokasi integrasi ternak sapi tahun 2011 meliputi : (1) Pembentukan Tim teknis a. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan, perlu dibentuk Tim Teknis oleh Dinas Peternakan atau Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan Provinsi yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan ini. b. Tim Teknis terdiri dari unsur Dinas Peternakan Provinsi, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota, Dinas terkait dengan kegiatan integrasi di Kabupaten/Kota dan petugas lapangan di lokasi kelompok (misal PPL/KCD/mantri tani/Inseminator/ petugas pakan) c.
b. c. d. e. f. g.
Tim Teknis bertugas dan bertanggung jawab terhadap kegiatan, mulai dari proses identifikasi dan seleksi CPCL, pengawalan kegiatan dan pendampingan kelompok
(2) Pelaksanaan Kegiatan a. Pembuatan Rencana Kegiatan Kelompok/Rencana Usaha Kelompok (RKK/RUK) oleh kelompok difasilitasi oleh petugas lapang Dinas atau PPL setempat 8
(4) Pengembangan Usaha Untuk meningkatkan efisiensi usaha peternak (baik budidaya ataupun pembibitan ternak) dan pemanfaatan alsin pengolah pakan, maka pengembangannya dilakukan melalui usaha bersama kelompok dalam satu kawasan agribisnis peternakan. Implementasi dari pengembangan usaha tersebut adalah : a. Pengembangan usaha diarahkan pada pendekatan sistem agribisnis yang mencakup subsistem-subsistem yang saling terkait dan dilakukan secara terpadu, b. Untuk memperlancar pengadaan sarana/prasarana produksi dan pemasaran hasil, maka pengelolaan seluruh aspek kewirausahaan dalam subsistem-subsistem agribisnis sedapat mungkin dilakukan oleh kelompok. c.
Guna memperluas sasaran penerima manfaat, ternak yang diterima oleh para anggota kelompok dapat dikembangkan secara berkelanjutan dengan sistim pengembangan disepakati bersama antara kelompok dan Dinas peternakan kabupaten/kota yang bersifat spesifik lokal berdasarkan kondisi sosial budaya setempat.
9
III. INDIKATOR KEBERHASILAN
IV. PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN
Indikator keberhasilan dari kegiatan penguatan alat mesin di kelompok integrasi sapi potong dapat diukur dari beberapa indikator antara lain : 1. Aspek Teknis
1. Pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara berkelanjutan dan terkoordinasi dengan instansi terkait lainnya, sampai kelompok dapat melakukan usahanya secara mandiri.
2) Peningkatan mutu pakan karena pengolahan yang lebih baik
2. Pembinaan dan pendampingan dilakukan untuk menumbuhkan usaha ekonomi produktif di lokasi pedesaan serta meningkatnya produksi dan produktifitas ternak dan tanaman.
3) Peningkatan produktivitas ternak
3. Ruang lingkup pembinaan dan pendampingan meliputi :
1) Adanya pemanfaatan bahan pakan lokal yang tersedia di lokasi
1)
Pemanfaatan hasil samping produk tanaman/perkebunan untuk pakan ternak dan pengolahan kompos serta pupuk organik.
2)
Pembinaan kepada peternak untuk inovasi teknologi pengolahan pakan sesuai sumber daya lokal yang tersedia.
3)
Pembinaan reproduksi ternak baik melalui teknis IB atau intensifikasi kawin alam (INKA),
4)
Pelayanan jasa reproduksi IB, konsultasi pakan, kesehatan hewan dan penyuluhan dengan pola pelayanan terpadu
5)
Pengembangan kelembagaan dan usaha kelompok
2. Aspek Usaha 1) Peningkatan kemampuan anggota kelompok dalam pengelolaan usaha, dilihat dari kemampuannya membuat perencanaan, analisa usaha, melakukan usahanya dengan orientasi agribisnis 2) Adanya diversifikasi usaha kelompok dengan penjualan pakan.
3. Aspek kelembagaan 1) Peningkatan partisipasi anggota dalam pengelolaan pakan 2) Diterapkannya prinsip-prinsip dasar organisasi, seperti peraturan yang tercantum dalam AD/ART kelompok, struktur organisasi dan uraian tugasnya, mempunyai pencatatan yang baik, dinamika dari usaha dan sekretariat kelompok 3) Berperannya kelompok dalam organisasi pembelajaran (learning organization) bagi anggota dan masyarakat sekitarnya. 4) Kemandirian kelompok dengan indikasi tidak ada lagi bantuan pihak lain karena kelompok sudah dapat mengakses sendiri sumberdaya yang dibutuhkannya.
11 10
V. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN
VI. PENUTUP
1. Pemantauan 1) Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dan mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kelompok dalam pelaksanaan kegiatan, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota dan Provinsi agar melakukan pemantauan secara berkala. 2) Hasil pemantauan agar dianalisis dan dievaluasi menggunakan indikator yang telah ditetapkan dan dilaporkan ke pusat pada akhir kegiatan. 3) Pusat melakukan pemantauan (tahunan) dan evaluasi pada akhir pelaksanaan program (5 tahun). Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penentuan program selanjutnya.
2. Pelaporan 1) Pelaporan sangat diperlukan untuk mengetahui kemajuan kegiatan dan sebagai tolok ukur Pusat untuk penilaian dan keberlanjutan kegiatan di Provinsi ybs. 2) Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan Provinsi agar membuat laporan semesteran dan mengirmkannya ke Direktorat Jenderal peternakan up. Direktur Pakan Ternak (Lampiran2) pada bulan Juli dan Desember 2011. 3) Format laporan dari Provinsi merupakan rekapitulasi dari laporan Dinas Peternakan atau Dinas yang melaksanakan fungsi peternakan Kabupaten/Kota sebagaimana Lampiran-3 yang dikirim ke Provinsi pada bulan Juni dan Nopember 2011.
12
Pedoman umum kegiatan pengembangan alat mesin pengolah pakan di kelompok integrasi ternak sapi potong merupakan pedoman pelaksanaan kegiatan yang harus diacu oleh Dinas Peternakan atau Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Provinsi dan atau Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan pengembangan ternak sapi potong dengan pola integrasi. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendukung bagi kegiatan operasional dalam program PSDSK 2014 yang diharapkan dapat berkontribusi secara nyata dalam penambahan populasi ternak sapi potong di Indonesia. Oleh karenanya diharapkan agar seluruh Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mereplikasi kegiatan ini dengan dukungan dana APBD, kredit dari perbankan, mengeksplorasi dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan yang ada di Provinsi atau di Kabupaten/Kota ybs, dana yang berasal dari proyek bantuan luar negeri atau menggali kontribusi dari swasta lainnya seperti dari perusahaan perkebunan kelapa sawit. Untuk tindaklanjutnya Provinsi dapat membuat Petunjuk Pelaksanaan dan Kabupaten/Kota membuat Petunjuk Teknis yang dapat mendukung kelancaran operasionalisasi di daerah. Bersama kita mampu mensukseskan program PSDSK 2014.
Jakarta, Januari 2011 DIREKTORAT PAKAN TERNAK
13
Lampiran-1 DAFTAR LOKASI KEGIATAN PENGEMBANGAN ALAT MESIN PENGOLAH PAKAN DI LOKASI INTEGRASI TERNAK SAPI TA 2011
No
Provinsi
1.
NAD (4)
2.
Sumut (4)
3.
Sumbar (4)
4.
Riau (8)
5.
Jambi (3)
6.
Sumsel (4)
7.
Bengkulu (3)
8.
Lampung (2) Jabar (2) Jateng (2) DIY (2)
9. 10. 11.
No 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2.
Kabupaten/Kota Bireun Aceh Jaya Aceh Tengah Pidie Mandailing Natal Labuhan Batu Padang Lawas Serdang Bedagai Limapuluh Kota Pasaman Sijunjung Solok Selatan Rokan Hulu Palalawan Kampar Indragiri Hulu Tanjung Jabung Barat Muaro Jambi Merangin Muara Enim Banyuasin Musi Banyuasin OKU Timur Bengkulu Utara Muko-Muko Bengkulu Tengah Tanggamus Tulang Bawang Tasikmalaya Kuningan Temanggung Wonogiri Sleman Kota Yogya
No
Jumlah Paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Provinsi
12.
Jatim (3)
13.
Banten (1) Bali (3)
14.
15.
Kalbar (4)
16.
Kalteng (2) Kalsel (4)
17.
18.
Kaltim (3)
19.
Sulut (3)
20.
Sulteng (1) Sulsel (2) Sultra (2) Sulbar (3)
21. 22. 23.
22 Prov
No
Kabupaten/Kota
Jumlah Paket
1. 2. 3. 1.
Bojonegoro Pacitan Pasuruan Lebak
1 1 1 1
1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1.
Bangli Jembrana Karang Asem Sanggau Sekadau Sintang Kubu Raya Pulang Pisau Seruyan Tanah Laut Balangan Hulu Sungai Tengah Tanah Bumbu Bulungan Paser Panajam Paser Utara Minahasa Utara Bolmong Utara Minahasa Morowali
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1. 2. 1. 2. 1. 2. 3.
Pinrang Maros Konawe Konawe Selatan Mamuju Mamuju Utara Polewali Mandar
1 1 1 1 1 1 1
65 Kabupaten/Kota
69 paket
15 14
Lampiran-2
Lampiran-3
LAPORAN SEMESTERAN PENGEMBANGAN ALAT MESIN PENGOLAH PAKAN DI LOKASI INTEGRASI TERNAK TA 2011 TINGKAT PROVINSI
LAPORAN SEMESTERAN PENGEMBANGAN ALAT MESIN PENGOLAH PAKAN DI LOKASI INTEGRASI TERNAK TA 2011 TINGKAT KABUPATEN/KOTA
Provinsi Alokasi Dana Bansos 2011 Dana dekon pendukung Dana APBD pendukung
: .................................................... : Rp. ............................................. : Rp. ............................................. : Rp. .............................................
Kabupaten Provinsi Alokasi Dana Bansos 2011 Dana APBD pendukung
: .................................................... : .................................................... : Rp. ............................................. : Rp. .............................................
Jumlah Kelompok Penerima Jumlah Kabupaten/Kota RUK semua kelompok
: ......... kelompok : ......... kabupaten/kota : (harap lampirkan)
Jumlah Kelompok Jumlah Anggota Kelompok RUK Kelompok
: ......... kelompok : ......... orang/KK : (harap lampirkan)
Perkembangan Alsin Pengolah Pakan No
Kabupaten
Jenis alsin kelompk
Jenis bahan pakan
Perkembangan Ternak Materi pelatihan kelompok
Masalah Yang dihadapi
Solusi
No
1.
1.
2.
2.
3.
3.
4.
4.
16
Nama dan Alamat Kelompok
Jenis alsin kelompk
Jenis bahan pakan
Materi pelatihan kelompok
Masalah Yang dihadapi
Solusi
Prepared by TAF Kasubdit Pakan Januari 2011
17
Lampiran-4
b) Penepung (disk mill), kapasitas 500 kg/jam Merupakan alat penggiling, penghalus dan penepung bahan. Alat ini berfungsi untuk menghaluskan bahan seperti tepung agar lebuh mudah dicerna oleh ternak
JENIS ALAT MESIN PENGOLAH PAKAN TERNAK RUMINANSIA Alat mesin dan perlengkapan pendukung yang dipergunakan untuk memproduksi pakan harus disesuaikan dengan jenis pakan yang akan di produksi serta memenuhi persyaratan teknis minimal.
3)
1. Persayaratan alat mesin pengolah pakan
Alat mesin pencampur/pengaduk bahan pakan (mixer) Digunakan untuk mencampur bahan agar homogeny, terdiri dari 2 (dua) tipe, yaitu : a) b)
Persyaratan dari alat mesin pengolah pakan yang akan dibeli dan dipergunakan oleh kelompok peternak adalah : 1) Sesuai dengan jenis bahan pakan yang akan diproses 2) Permukaan yang berhubungan dengan bahan pakan yang di proses harus halus, tidak berlubang/bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air dan tidak berkarat. 3) Alat mesin tidak mencemari hasil produksi dengan jasad renik, unsur atau fragmen logam yang lepas atau pergeseran dari peralatan, minyak pelumas, bahan bakar, dsb. 4) Bentuk konstruksinya diupayakan agar bahan pakan tumpah/terbuang sewaktu diproses. 5) Dalam pengadaan mesin, agar dilakukan uji coba operasional sampai bisa memproduksi pakan. Oleh karena itu diperlukan jaminan atau garansi dari suplier sampai alat mesin dapat berfungsi dengan baik. 2. Jenis alat mesin pengolah pakan ruminansia Jenis alat mesin pengolah pakan yang akan dibeli oleh kelompok agar disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain : 1) Alat mesin perajang/pencacah hijauan pakan atau jerami (chopper) dengan kapasitas 1 ton/jam 2) Alat mesin penggiling bahan pakan (grinder) a) Pemecah (hammer mill), kapasitas 1 ton/jam Digunakan untuk memperkecil ukuran bahan pakan berupa bijibijian atau bahan lainnya 18
Tipe vertikal, kapasitas 1 ton/mix; Tipe horizontal, kapasitas 100 kg/mix
4)
Timbangan digital, kapasitas minimal 300 kg
5)
Mesin jahit karung/kemasan. Dengan mesin pengemas dan mesin jahit, bahan pakan dalam kemasan akan tertutup dan terlindung dengan baik, sehingga dapat meminimalisir penurunan mutu produk.
6)
Mesin pembangkit listrik (genset) dengan power minimal 35 PK, lengkap dengan panel listrik.
3. Peralatan pendukung lain terdiri dari : 1. Gerobak/troli Untuk memudahkan dan mempercepat membawa bahan pakan 2. Conveyor Berfungsi sebagai sarana untuk memindahkan bahan pakan yang diproses dari satu unit ke unit operasi lainnya. 3. Kaitan (gaco) Penggunaan gaco diperlukan pada saat menaikkan atau menurunkan karung/kemasan bahan pakan atau pakan yang di produksi. 4. Wadah atau bak penampung dan sekop 5. Peralatan bengkel Terdiri dari kunci, palu, obeng, tang, gergaji, dsb yang dapat digunakan jika ada masalah pada alat mesin pengolah pakan
19
4. Spesifikasi Teknis Alat Mesin Pengolah Pakan
2) Alat mesin penggiling bahan pakan (grinder).
Spesifikasi teknis alat mesin yang akan dipergunakan untuk memproduksi pakan ternak ruminansia antara lain adalah :
Digunakan untuk menggiling, menghaluskan dan menepung bahan pakan, ada dua jenis grinder yang dibedakan oleh model pemukul bahan pakan yang ada pada mesin tersebut, yaitu:
1) Alat mesin perajang/pencacah hijauan pakan (chopper) Alat ini digunakan untuk mencacah hijauan pakan ternak menjadi potongan-potongan kecil dengan bentuk yang seragam, sehingga mudah dimakan oleh ternak dan mudah disimpan. Chopper ada 2 (dua) tipe yaitu tipe vertikal dan horizontal, penamaan ini didasarkan pada peletakan pisau pencacah, dimana pisau pencacah dapat diletakkan pada posisi vertikal maupun horizontal. a.
Chopper tipe vertikal mempunyai kelebihan dibanding tipe horizontal karena tipe vertikal memerlukan tenaga lebih sedikit, hasil pemotongan lebih baik dan jarak lemparan hasil lebih jauh.
b.
Chopper tipe horizontal pengembangannya diarahkan pada pencacah pelepah kelapa sawit. Hal ini berkait dengan bentuk dari pelepah kelapa sawit yang mempunyai bentuk yang besar, keras dan struktur daun yang menyebar sehingga tipe horizontal lebih menguntungkan dari tipe vertikal yang lubangnya lebih kecil dan terbatas.
1) Pemecah (hammer mill), dapat menggiling bahan pakan dalam bentuk agak sedikit kasar, misalnya untuk menggiling jagung, onggok, bungkil kelapa, bungkil sawit, kulit coklat, kulit kopi. Hammer mill kapasitas minimal 1 ton/jam, hendaknya dilengkapi dengan conveyor agar memudahkan dalam memasukkan bahan yang akan digiling Contoh gambar hammer mill
2) Penepung (disk mill), dapat menggiling bahan pakan dalam bentuk mash yang paling halus/tepung, misalnya untuk menghaluskan jagung yang sudah digiling hammer mill
Contoh gambar chopper Contoh gambar disk mill
20
21
3) Alat mesin pencampur/pengaduk bahan pakan (mixer) b. Mixer Vertikal Mixer merupakan salah satu alat terpenting dalam rangkaian produksi pakan karena berfungsi sebagai alat pencampur bahan pakan agar merata (homogen). Dalam pencampuran bahan pakan perlu diperhatikan faktor-faktor yang menentukan kerataan pencampuran antara lain adalah ukuran butiran dan berat dari masing-masing bahan pakan yang akan dicampur disamping sistem kerja alat dalam mencampur. Berdasarkan hal tersebut maka mixer dibedakan menjadi 2 (dua) tipe yaitu tipe vertikal dan horizontal dimana perbedaan didasarkan pada arah gerakan pencampuran atau peletakan agitator di dalam mixer.
Mixer tipe vertikal berkapasitas produksi diatas 1000 kg/mix, digunakan untuk mencampur bahan pakan dalam keadaan kering. Satu kali mix memakan waktu berkisar 15-20 menit, tergantung bahan yang digunakan. Kelebihannya kebutuhan tenaga relatif lebih kecil, dan tidak memakan tempat dalam tata letak di ruang pabrik. Contoh gambar mixer horizontal
a. Mixer Horizontal Tipe mixer horizontal kecil biasa digunakan untuk pencampuran bahan yang porsinya kecil dalam formula konsentrat, misalnya: vitamin, mineral, dan feed suplemen, dan memiliki kapasitas produksi 100-200 kg/mix, satu kali mix berkisar sekitar 15 - 20 menit, tergantung spesifikasi bahan yang digunakan sehingga dapat tercampur secara homogen. Sedangkan tipe mixer horizontal besar dengan kapasitas produksi diatas 500 kg/mix biasa digunakan untuk pembuatan complete feed. Mixer ini juga dapat digunakan untuk mencampur bahan pakan dengan bahan cairan (misalnya tetes) yang tidak dapat dilakukan oleh mixer tipe vertikal.
4) Timbangan Digunakan untuk menimbang bahan pakan yang akan digunakan maupun pakan yang diproduksi. Sebaiknya dilakukan Tera oleh Badan yang berwenang menangani tera timbangan, setiap tahun guna menghindari penyimpangan bobot. Contoh gambar timbangan
Contoh gambar mixer horizontal
22
23
5) Mesin Jahit Karung Alat ini digunakan untuk menjahit karung isi pakan hasil produksi. Contoh Gambar Mesin Jahit Karung
HAMMER M COVEY MIXER VERTICAL
6) Mesin pembangkit listrik (genset). Mesin genset sebaiknya dirancang agar power generatornya (PK) mampu menggerakkan semua mesin yang digunakan, sehingga dipastikan ada jaminan mesin genset dapat digunakan lebih efisien dan efektif. Mesin genset perlu dilengkapi dengan panel listrik lengkap sebagai indikator operasional mesin. Sebaiknya, sebelum mesin-mesin pengolah pakan di jalankan, perlu dilakukan uji coba secara serentak untuk menghidupkan mesin no. 1 s/d 6, apakah kekuatan PK genset mampu menggerakkan mesin-mesin pengolah bahan pakan tersebut secara serentak. Oleh karena itu, perlu di kalkulasi total kebutuhan PK dari tiap-tiap mesin no 1 s/d 5 tersebut diatas. Contoh Gambar Mesin Genset
24
DISK MILL
MIXER horizontal