i
KATA PENGANTAR
Laporan Akhir Koordinasi Pendanaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) disusun dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban atas pelaksanaan Program/Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan, sesuai dengan Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas No. 1/M.PPN/2012 tentang Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran. Pelaksanaan Koordinasi Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penaggulangan Bencana dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) ini dimaksudkan untuk terciptanya koordinasi yang baik antara pemerintah dengan mitra pembangunan dalam menghadapi bencana, terlaksananya penetapan prioritas, dan adanya evaluasi. Hasil-hasil yang telah dicapai dalam penerapan proses perencanaan, koordinasi dan pelaksanaan program, akan dilihat, serta permasalahan dan kendala apa saja yang dihadapi untuk kemudian diupayakan pemberian saran sebagai perbaikan proses perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan pada tahun yang akan datang. Laporan Akhir Kegiatan Koordinasi Pendanaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) tahun 2016 ini masih terdapat kekurangan sehingga belum sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritiknya sebagai penyempurnaan dalam pelaksanaan pemantauan perencanaan dan program/kegiatan pembangunan daerah tertinggal dan perbatasan pada tahun berikutnya.
Jakarta,
Desember 2016
Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan
Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA. Ph.D
ii
DAFTAR ISI
IDF
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1.
Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2.
Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 4
BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN....................................................................... 6 2.1.
Ruang Lingkup Kegiatan .............................................................................. 6
2.2.
Pelaksanaan Kegiatan.................................................................................. 7
2.3.
Keluaran Yang Diharapkan ......................................................................... 7
BAB III HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA (INDONESIA DISASTER FUNDIDF) ........................................................ 8 3.1.
Koordinasi dan Penguatan Sekretariat IDF ................................................ 8
3.2.
Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan IDF .........................................10
3.3.
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan IDF .................................................15
3.4.
Pelaksanaan Program Dukungan Pemulihan di Sinabung ........................16
3.5.
Pelaksanaan Program Dukungan Pemulihan di Kelud...............................29
3.6.
Pelaksanaan Window World Bank ..............................................................41
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .......................................................... 46 4.1.
Kesimpulan ..................................................................................................46
4.2.
Rekomendasi ...............................................................................................48
ii
DAFTAR TABEL
IDF
DAFTAR TABEL Tabel 3. 1: Agenda Pertemuan Sekretariat IDF ....................................................................................... 9 Tabel 3. 2: Pending Issues IDF ............................................................................................................... 11 Tabel 3. 3: Penerima Manfaat SID ......................................................................................................... 28 Tabel 3. 4: Bantuan Bibit Pisang dan Kelompok Petani Penerima Bantuan Bibit Pisang ....................... 31 Tabel 3. 5: Kegiatan pengembangan bantuan ternak komunal ............................................................. 34 Tabel 3. 6: Kegiatan penangkaran burung hantu dan penerima manfaat ............................................. 36 Tabel 3. 7: Dukungan Kegiatan di Sinabung .......................................................................................... 43 Tabel 3. 8: Daftar invetarisasi masalah World Bank window ................................................................. 44
iii
DAFTAR GAMBAR
IDF
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1: Struktur Kelembagaan IDF ................................................................................................. 4 Gambar 3. 1: Workshop UNDP dan BPBD Karo dalam Pelaksanaan Renaksi RR dan Liputan media ..... 20 Gambar 3. 2: Koordinasi dengan BPBD Provinsi Sumut dan BPBD Kabupaten Karo .............................. 23 Gambar 3. 3: ToT Pengelolaan Keuangan dan ToT Pengembangan Keterampilan Kewirausahaan oleh ILO ......................................................................................................................................................... 26 Gambar 3. 4: Pelatihan Manajemen Keuangan Keluarga dan Pelatihan Keterampilan dan Kewirausahaan ...................................................................................................................................... 27 Gambar 3. 5: Penangkaran burung hantu untuk mengatasi hama tikus tanaman dan pemakan buah nenas ..................................................................................................................................................... 36 Gambar 3. 6: Pengembangan Sistem Informasi Desa untuk Ketangguhan Ekonomi Masyarakat Berbasis Pertanian (kegiatan bersama FAO dan UNDP) ........................................................................ 38 Gambar 3. 7: Pertemuan pada Sistem Informasi Bencana Kabupaten (DDIS) formulasi grand design di Kabupaten Kediri ................................................................................................................................... 38 Gambar 3. 8: Pelatihan pengumpulan data untuk tim survei di Malang dan Blitar ............................... 39 Gambar 3. 9: Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Evakuasi Ternak untuk Kesiapsiagaan Erupsi Gunung Kelud ............................................................................................................................. 40
iv
PENDAHULUAN
IDF
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia Multi Donor Fund Facility for Disaster Recovery (IMDFF-DR) merupakan fasilitas pendanaan yang dibangun oleh Pemerintah Indonesia bersama-sama dengan mitra pembangunan. Tujuan pembentukan fasilitasi ini adalah untuk mendukung penguatan kebijakan penanggulangan bencana di Indonesia, khususnya dalam pemulihan pasca bencana. Pembentukan merupakan embrio dari pengalaman Indonesia dalam pendanaan pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh tahun 2004 dan pasca bencana gempa bumi di yang melanda di Yogyakarta dan Jawa Tengah tahun 2006. Melalui fasilitas pendanaan Multi Donor Fund Aceh-Nias (MDF-AN) memberikan kontribusi yang besar dalam pemulihan Aceh-Nias dan Java Reconstruction Fund (JRF) juga turut membantu pemerintah Indonesia dalam memulihkan pasca bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah serta pasca bencana tsunami di Pangandaran, Jawa Barat, tahun 2006-2011. Berawal dari kejadian bencana gempa bumi yang melanda Provinsi Sumatera Barat pada 30 September 2009, menjadi gagasan awal pembentukan fasilitas pendanaan sebagai upaya untuk menghimpun dukungan internasional untuk pemulihan adalah bencana gempa bumi di Sumatera Barat pada 30 September 2009. Namun, tidak hanya fokus pada pemulihan di Sumatera Barat, namun secara nasional sesuai dengan status bencana dan kebutuhan pemerintah terhadap bantuan internasional. Secara resmi dibentuk pada November 2009, dengan penandatangan Memorandum of
Understanding (MoU) antara Pemerintah Indonesia bersama United Nations dan World Bank.
beroperasi dengan menggunakan sistem dua window yang masing-masing akan
dikelola oleh Bank Dunia sebagai wali amanah (trustee) dan UNDP mewakili PBB sebagai
administratif agent. Pemanfaatan dua windows dimaksudkan untuk mengoptimalkan keahlian dan pengalaman serta jejaring yang dimiliki oleh PBB dan Bank Dunia. Selain itu, dua window ini digunakan untuk mengakomodasikan sistem pengadministrasian dana yang berbeda-beda agar dapat dilakukan secara sinergis dan saling memperkuat. merupakan
fasilitas
pendanaan
yang
bertujuan
untuk
memobilisasi
dana
dan
mengkoordinasikan bantuan internasional dalam rangka mendukung dan melengkapi upaya Pemerintah Indonesia dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai UU No. 24 Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
1
PENDAHULUAN
IDF
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Berperan dalam mengisi gap (gap filler) dan menjadi katalisator sehingga kualitas penanggulangan bencana dapat terus meningkat dengan memanfaatkan jejaring, keahlian dan pengalaman mitra internasional. Pada akhir tahun 2010 secara resmi diaktifkan sebagai respon untuk pasca bencana gempa bumi dan tsunami di Kepulauan Mentawai pada Oktober 2010 dan erupsi Gunung Merapi November 2010. Sejak
resmi diaktifkan, pemerintah New Zealand merupakan
negara kontributor pertama yang memberikan bantuan untuk proses pemulihan di Mentawai dan Merapi sebesar NZD 6,5 juta yang diberikan secara bertahap, yakni NZD 4 juta pada bulan Juli 2011 dan NZD 2,5 juta Juli 2012 dan telah disalurkan melalui World Bank Window sebesar NZD 2,5 juta dan Window UN sebesar NZD 4 juta dan pemanfaatannya telah ditindaklanjuti dengan penandatanganan Programme Document Mentawai Islands Livelihood
Recovery dan Merapi Volcano Eruption Livelihood Recovery pada tanggal 31 Januari 2012. Sesuai programme document (prodoc) yang telah di tandangani oleh Ketua Steering
Committee, Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB selaku National Lead Agency dan UN Resident Coordinator, pelaksanaan kegiatan UNJP Mentawai dan Merapi dilaksanakan pada Februari 2012 s.d Februari 2013. Dukungan untuk pemulihan Mentawai didukung oleh FAO, UNDP, dan ILO. Sedangkan pemulihan wilayah Merapi didukung oleh UNDP, IOM dan FAO. Seiring dengan dinamika pelaksanaan dilapangan, pelaksanaan UNJP Mentawai dan UNJP Merapi telah mengalami beberapa kali perpanjangan baik no-cost extension maupun dengan perpanjangan dengan tambahan pendanaan (top-up funding). Hal ini dilakukan untuk mencapai target yang direncanakan dan memenuhi kebutuhan sesuai perkembangan dilapangan dan tentunya yang disesuaikan dengan ketersediaan alokasi dana serta penyelesaian laporan akhir UNJP Mentawai dan UNJP Merapi baik dari sisi substansi maupun adminitrasi termasuk penyelesaian pelaporan asset. Dengan berakhirnya dukungan IDF untuk pemulihan pasca bencana di Mentawai dan Merapi pada 31 Desember 2014, IDF sebagai fasilitas pendanaan diharapkan dapat terus meningkatkan perannya sebagai katalis dan gap filler dalam memperkuat penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia. Seiring dengan banyaknya kejadian bencana yang melanda berbagai wilayah di Indonesia pada tahun 2014, diantaranya bencana banjir bandang di Kota Manado dan sekitarnya, erupsi Gunung Kelud di Provinsi Jawa Timur serta erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dan adanya kebutuhan segera untuk dapat memulihkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena dampak di wilayah terdampak tersebut, Pemerintah New Zealand melalui IDF memberikan tambahan kontribusi pendanaan sebesar NZD 4,1 juta (USD 3,5 juta) untuk mendukung upaya penanggulangan bencana di daerah Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
2
PENDAHULUAN
IDF
tersebut yang telah disetujui oleh Tim Pengarah IDF pada pertemuan Tim Pengarah tanggal 13 Mei 2014. Hingga tahun 2015, total kontribusi Pemerintah New Zealand melalui IDF telah mencapai NZD 10,6 juta (eq. USD 8,5 juta) yang disalurkan melalui window United Nations sebesar NZD 6 juta (USD 4,8 juta) dan window Bank Dunia sebesar NZD 4,6 juta (USD 3,7 juta). Sesuai dengan dokumen program UNJP Sinabung dan UNJP Kelud yang telah ditandatangani pada Desember 2014, masa pelaksanaan kegiatan kedua UNJP Sinabung dan UNJP Kelud masih tetap berlangsung hingga pada tahun 2016 melalui window UN. Sementara
pelaksanaan
window
Bank
Dunia
masih
terkendala
dengan
proses
penandatanganan Grant Agreement yang baru ditandatangani pada Mei 2016. Kegiatan IDF baik melalui window UN dan window Bank Dunia difokuskan untuk mendukung pemulihan pasca bencana di Manado, Sinabung dan Kelud serta penyelesaian laporan serah terima asset kegiatan UNJP Mentawai dan Merapi. Selain itu, Sekretariat IDF juga melakukan fasilitasi pembahasan dan penandatanganan perpanjangan program document (prodoc) UNJP Sinabung dan UNJP Kelud. Pada awal tahun 2016, pelaksanaan IDF untuk mendukung pemulihan di wilayah pasca bencana erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dan erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Malang, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar di Provinsi Jawa Timur telah dimulai dengan ditandatanganinya Programme Document
(Prodoc) Mt. Sinabung Recovery Support Programme (SIRESUP) dan Support to Mt. Kelud Post-Eruption Recovery pada November 2014. Sehingga dukungan IDF untuk pemulihan di wilayah pasca bencana tersebut telah mulai efektif berjalan pada awal 2015. Selain itu, dukungan IDF untuk dalam penguatan penanggulangan bencana di Indonesia, telah mulai berjalan
dengan
ditandatanganinya
dukungan
untuk
non-pemulihan
(non-recovery
intervention) Programme Document Enhancing the National Recovery Framework: Strengthening the Recovery Governance, yang telah efektif pada tanggal 1 May 2015 sampai dengan 30 April 2016. Struktur Kelembagaaan IDF, Ruang Lingkup sesuai dengan mandat UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, dan penyederhanaan proses-proses pelaksanaan dalam penyelenggaraan
termasuk mekanisme pelaksanaan dan pengusulan kegiatan dan
monitoring dan evaluasi.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
3
PENDAHULUAN
IDF
Gambar 1. 1: Struktur Kelembagaan IDF
1.2. Tujuan dan Manfaat Secara umum pembentukan Sekretariat Tim Koordinasi bertujuan untuk mendukung tersusunnya langkah-langkah penting dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tertimpa bencana dan juga untuk memperkuat kerjasama antara pemerintah dan mitra pembangunan dalam menghadapi bencana, melalui :
Melaksanakan koordinasi upaya-upaya peningkatan kerjasama antara pemerintah dan mitra pembangunan dalam menghadapi bencana dan upaya pengurangan risiko bencana.
Melaksanakan koordinasi dalam rangka penyusunan skema dukungan pendanaan dari negaralembaga donor melalui mekanisme yang cepat dimobilisasi, fleksibel, transparan dan akuntabel bersama-sama dengan kementerian lembaga terkait;
Melaksanakan koordinasi perencanaan, fasilitasi dan pemantauan skema pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana di lokasi kejadian bencana dan pasca bencana.
Melaksanakan koordinasi antar kegiatan untuk pemanfaatan dana yang efektif dan efisien.
Melaksanakan penetapan prioritas dan kebijakan serta arahan strategis bagi pemanfaatan dana.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
4
PENDAHULUAN
IDF
Melaksanakan evaluasi terhadap kinerja pelaksanaan dan pengawasan terhadap porto folio.
Sementara itu manfaat benefit yang didapat dari hasil Koordinasi adalah: (1) Terpenuhinya bentuk skema pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana yang berdayaguna, berhasilguna dan dapat dipertanggungjawabkan; (2) Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan bantuan bencana antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, mitra pembangunan dan donor internasional; (3) Meningkatnya kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan terhadap pentingnya pengelolaan bantuan bencana yang sistematis dan terintegrasi. Dampak yang didapat adalah meningkatkan koordinasi dan kemampuan pemangku kepentingan di dalam upaya-upaya mencapai bentuk pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana yang berdayaguna,
berhasilguna
dan
dapat
dipertanggung
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
jawabkan.
5
RUANG LINGKUP KEGIATAN
IDF
BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN
2.1. Ruang Lingkup Kegiatan Adapun lingkup kegiatan Koordinasi Pendanaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF), secara substansi kegiatan dikelompokkan ke dalam penetapan kebijakan, pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh IDF. Sementara itu dalam pelaksanaan koordinasi dalam rangka perencanaan, pemantauan, pengawasan dan evaluasi kegiatan yang didanai oleh IDF, maka lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan melalui sekretariat adalah: a.
Membantu Tim Pengarah dan Tim Pelaksana dalam hal mengkoordinasikan dan mengkonsolidasikan tugas-tugas dan kewenangan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana IDF;
b.
Mendukung dan membantu Tim Pelaksana dalam mengkoordinasikan perumusan kebijakan strategis pemanfaatan dana IDF;
c.
Mendukung dan membantu Tim Pelaksana dalam menyusun masukan isu strategis, prioritas dan kebijakan strategis kepada Tim Pengarah;
d.
Mendukung dan membantu Tim Pelaksana dalam melakukan evaluasi terhadap proyek kegiatan yang diusulkan kepada IDF sebelum dimintakan persetujuan kepada Tim Pengarah;
e.
Mendukung dan membantu Tim Pelaksana dalam melakukan evaluasi terhadap laporan pelaksanaan proyek kegiatan yang memanfaatkan dana IDF;
f.
Mendukung dan membantu Tim Pelaksana dalam menyusun Petunjuk Operasional sesuai kebijakan penanggulangan bencana;
g.
Mendukung dan membantu Tim Pelaksana dalam pelaksanaan koordinasi dengan
Trustee, Administrative Agent dan Implementing Agency dalam pelaksanaan IDF; h.
Mendukung dan membantu Tim Pelaksana dalam menyusun kerangka pemantauan dan evaluasi pelaksanaan proyek kegiatan yang memanfaatkan dana IDF;
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
6
RUANG LINGKUP KEGIATAN
IDF
2.2. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Koordinasi Pendanaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam The
Indonesia Disaster Fund (IDF) dilaksanakan dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: Penanggungjawab adalah Deputi Bidang Pengembangan Regional; Ketua Tim Koordinasi adalah Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan (d/h Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal); Wakil Ketua adalah Direktur Pendanaan Luar Negeri Multilateral yang dibantu oleh anggota dari Kementerian/Lembaga terkait dan tenaga pendukung yang berjumlah 14 (empat belas) orang. Ketua Tim Koordinasi bertugas untuk mengatur dan mengendalikan bidang secara keseluruhan dan melaporkan kepada tim teknis. Ketua Sekretariat Tim Koordinasi juga bertanggungjawab memimpin dan memonitor serta mengarahkan secara substantif pada laporan dan pertemuan-pertemuan yang diadakan serta melaksanakan kegiatan penyusunan rencana, koordinasi, pengawasan, pemantauan dan evaluasi pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, serta penyusunan laporan hasil koordinasi pelaksanaan sekretariat, baik secara substansi maupun dari segi keuangannya Sedangkan anggota tim pelaksana dan Sekretariat kegiatan koordinasi strategis IDF, bertanggungawab atas pelaksanaan koordinasi, pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan akhir final atas pelaksanaannya.
2.3. Keluaran Yang Diharapkan Keluaran yang diharapkan, yang akan disusun oleh Tim Pelaksana Koordinasi Pendanaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF), adalah sebagai berikut : 1.
Terlaksananya rapat-rapat koordinasi, dan lokakarya konsinyering skema pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana yang efektif dan efisien;
2.
Terlaksananya penyusunan data dan informasi pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh IDF.
3.
Tersusunnya laporan pelaksanaan koordinasi, pengawasan, pemantauan dan evaluasi pada pelaksanaan kegiatan yang didanai oleh IDF.
4.
Tersusunnya laporan akhir pelaksanaan kegiatan Koordinasi Pendanaan Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF).
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
7
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
BAB III HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA (INDONESIA DISASTER FUNDIDF)
3.1.
Koordinasi dan Penguatan Sekretariat IDF Sekretariat IDF mempunyai peranan yang sangat strategis sebagai supporting
system dalam pengambilan keputusan oleh Tim Teknis dan Tim Pengarah, termasuk melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah, Trustee, Administrative Agent, mitra pembangunan, lembaga pelaksana dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, kapasitas Sekretariat perlu ditingkatkan dengan melengkapi dirinya dengan kemampuan analisis dan data yang memadai. Sekretariat harus mampu dan diberikan kewenangan untuk melaksanakan policy analysis, pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan agar dapat memberikan masukan kebijakan kepada Tim Teknis dan Tim Pengarah. Organ-organ Sekretariat harus lengkap sesuai dengan kebutuhan, dengan mekanisme kerja yang dapat menjamin pelaksanaan tugas dan kewajibannya dengan lebih sistematis. Penguatan IDF sebagai catalytic support dan gap filler dalam mendukung Pemerintah untuk penguatan penyelenggaraan penanggulangan bencana mempunyai konsekuensi adanya hubungan koordinasi yang kuat dengan pelaksanaan program yang terkait dengan upaya penanggulangan bencana yang dibiayai oleh rupiah murni. Oleh karena itu, diperlukan adanya arahan-arahan kebijakan yang lebih kontinu dari BNPB dan pemerintah daerah (BPBD) agar pelaksanaan kegiatan yang dibiayai IDF bisa selalu sejalan dengan arahan kebijakan penanggulangan bencana nasional baik dalam tahap prabencana maupun pascabencana. Berkaitan dengan hal ini diperlukan adanya penguatan koordinasi pelaksanaan antara kegiatan yang dibiayai IDF dengan proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan bencana. Agar IDF dapat bergerak secara dinamis sesuai dengan kebutuhan dan kondisi, perlu juga didukung dengan adanya SOP yang lebih sederhana dan fleksibel agar proses-proses yang dilakukan tidak membutuhkan waktu yang lama. Sistem perencanaan dan penilaian usulan kegiatan perlu lebih disederhanakan, monev perlu dilakukan dengan lebih sistematis dan menghubungkan antara monev kebencanaan dan monev PHLN. Kelembagaan IDF juga perlu ditataulang agar lebih fleksibel. Mekanisme koordinasi dengan mitra pembangunan, administrative agent dan trustee juga perlu untuk mendapatkan perhatian agar terjalin koordinasi yang lebih kuat. Dalam rangka Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
8
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
peningkatan koordinasi dan penguatan Sekretariat IDF dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, telah dilakukan kegiatan seperti: 1)
Pertemuan koordinasi rutin internal sekretariat dilaksanakan minimum satu kali dalam satu bulan dengan dipimpin oleh Kepala Sekretariat dan Wakil Kepala Sekretariat.
2)
Pertemuan koordinasi tambahan dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan berdasarkan arahan Kepala Sekretariat.
3)
Koordinasi rutin internal untuk membahas progress pelaksanaan program kerja Sekretariat IDF, termasuk membahas permasalahan yang dihadapi dan solusi pemecahannya.
4)
Koordinasi
rutin
dengan
kementerian
lembaga,
mitra
pembangunan,
Trustee,
Administrative Agent, lembaga pelaksana dan pemerintah daerah. 5)
Melaporkan hasil pertemuan koordinasi internal dilaporkan kepada Ketua Tim Teknis untuk ditindaklanjuti.
6)
Penyusunan rencana kerja Sekretariat IDF.
Pada tahun 2016, beberapa kegiatan rapat koordinasi dan penguatan Sekretariat yang dilakukan adalah: Tabel 3. 1: Agenda Kegiatan Sekretariat IDF Agenda
Tujuan Pertemuan
8 Januari 2016
Menindaklanjuti hasil Pertemuan Tim Pengarah yang telah dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2015 yang lalu, melakukan update terhadap progress pelaksanaan IDF di bawah Window UN dan Bank Dunia, serta menyepakati rencana kerja Sekretariat IDF
26 Januari 2016
29 Januari 2016
Pertemuan bertujuan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Indonesia Disaster Fund (IDF) yang disalurkan melalui Window Bank Dunia untuk mendukung pemulihan pascabencana erupsi Gunung Sinabung di Kab. Karo dan pemulihan pascabencana banjir bandang di Kota Manado. Tindak lanjut persiapan kegiatan pemulihan Sinabung dan Manado sesuai kesepakatan rapat tanggal 26 dan 28 Januari 2016 di BNPB Persiapan kegiatan penguatan kebijakan penanggulangan bencana melalui Window Bank Dunia
11 Februari 2016
Penyelesaian laporan-laporam IDF yang masih pending, Antara lain adalah laporan berita acara serah terima (BAST) asset kegiatan yang didanai oleh IDF melalui window UN di Mentawai, Merapi, Sinabung dan Kelud. Identifikasi sisa dana dukungan non-recovery intervention pada UN window dan penyusunan rencana kerja secretariat IDF sesuai dengan
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
9
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND Agenda
Tujuan Pertemuan
22 Februari 2016
3-5 Maret 2016 23 Maret 2016
11 – 13 Mei 2016
22 Juli 2016
27 Juli 2016
25-26 Agustus 2016 15-16 September 2016 20 September 2016 11-14 Oktober 2016 17 Oktober 2016 28 Oktober 2016
IDF
ketersediaan dana tersebut. Penyelesaian laporan BAST IMDFF-DR yang dilaksanakan melalui UN Joint Programme Mentawai Livelihood Recovery Programme dan Mt. Merapi Eruption Livelihoods Recovery Programme) Rapat Project Board Meeting UNJP Kelud di Malang, Jawa Timur Pembahasan Draft grant agreement Replication and Mainstreaming of REKOMPAK (Community-based Settlement Rehabilitation and Reconstruction) Project Project Board Meeting UNJP Sinabung di Kabupaten Karo dan Kunjungan Lapangan ke Lokasi Pelaksanaan Kegiatan UNJP Sinabung Rapat Koordinasi Pembahasan tindak lanjut pendampingan kegiatan relokasi mandiri pascabencana erupsi G. Sinabung di Kab. Karo Rapat Sekretariat IDF tentang Pembahasan Isu Pelaksanaan IDF di Sinabung dan Kelud Rapat Sekretariat IDF tentang Pembahasan Isu Pelaksanaan IDF di Sinabung dan Kelud di Bandung Pembahasan Persiapan Rapat Tim Teknis IDF dan Workshop Tata Kelola dan Pendanaan Penanggulangan Bencana Workshop Kajian Tata Kelola dan Pendanaan Penanggulangan Bencana Pembahasan persiapan keikutsertaan IDF dalam Bulan PRB di Kota Manado 11-14 Oktober 2016 Persiapan Donor Coordination Meeting IDF Pembahasan Amandemen Perjanjian Hibah Kegiatan Replikasi dan Mainstreaming REKOMPAK
Selain kegiatan diatas, Sekretariat juga melakukan pertemuan-pertemuan internal dan eksternal dalam rangka: 1. Persiapan pelaksanaan rapat-rapat Tim Teknis dan Tim Pengarah IDF tahun 2016 2. Koordinasi mekanisme pelaporan dan pengadministrasian hibah dengan BNPB dan Kementerian Keuangan. 3. Pembahasan usulan perpanjangan (No-cost extension) pelaksanaan UNJP Sinabung dan Kelud.
3.2.
Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan IDF Dalam pelaksanaannya IDF terus menekankan untuk membangun dan memperkuat sinergi
antara kegiatan-kegiatan yang baik yang dilakukan melalui window UN dan window Bank Dunia maupun dengan program kegiatan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Berdasarkan pengalaman di Mentawai dan Merapi, sinergi antar kegiatan yang dilaksanakan oleh UN dengan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Dunia merupakan pembelajaran yang perlu diperkuat dalam kerangka dukungan penguatan penanggulangan bencana di Indonesia, walaupun hal tersebut tidak mudah dilaksanakan. Dimana, masing-masing lembaga mempunyai sistem dan prosedur yang
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
10
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
berbeda-beda. Demikian halnya dengan fokus dan arahan kebijakan masing-masing dalam melakukan operasi kerjasamanya di Indonesia. Hal berikutnya adalah menciptakan koordinasi dan hubungan kerja dengan mitra pembangunan, pemerintah daerah agar program yang sudah dibangun dapat melembaga dan berkesinambungan. Mekanisme koordinasi dan kerja antara UNJP, Rekompak dan pemerintah daerah terkait perlu untuk terus diperkuat. Mekanisme koordinasi yang dilakukan perlu dari awal dibangun agar perencanaan dan implementasi dari program-program yang ada dapat diinternalisasi oleh setiap SKPD terkait. Mekanisme koordinasi terdiri dari Tim Teknis, pelaksana program, SKPD dan juga mitra pembangunan dalam bentuk Project Board Meeting (PBM) terkait lainnya untuk memudahkan koordinasi dalam pencapaian hasil-hasil program serta menjaga sinergitas dengan program lainnya. Pertemuan rutin dilakukan untuk memantau perkembangan capaian pelaksanaan di kedua pasca bencana tersebut. Forum koordinasi sejak awal sudah dibangun dengan semua pihak, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasi pelaksanaan IDF dengan maksud untuk mengoptimalkan hasil dan pencapaian sasaran. Berhubung alokasi pendanaan IDF tidak signifikan, dukungan IDF harus tetap dapat menunjukkan perannya sebagai katalis dan gap filler yang benarbenar bermanfaat dan mendukung penguatan pemulihan pasca bencana. Tabel 3. 2: Pending Issues IDF Window UN Window
Isu
Status
1. Perpanjangan UNJP a. Prodoc UNJP Sinabung akan Sinabung dan berakhir pada 31 Agustus Mekanisme 2016, masih terdapat Perubahan Lead beberapa kegiatan yang belum Agency UNJP selesai. Sinabung dari UNDP b. Wacana perpanjangan kembali ke FAO Prodoc UNJP Sinabung telah disampaikan oleh UNRC pada Rapat Sekretariat IDF di Bappenas tgll 27 Juli 2016. c. Usulan perpanjangan UNJP Sinabung (FAO dan ILO) dilakukan untuk penyelesaian kegiatan yang belum terlaksana, a.l: - Organic Chicken dan manajemen peternakan ayam - Menindaklanjuti dukungan pengolahan kopi dan
Follow up UNJP Sinabung NCE untuk kegiatan FAO dan ILO untuk pelaksanaan kegiatan yang belum selesai (organic chicken dan manajemen peternakan ayam dan kopi). Perubahan coordinating agency akan dimasukkan dalam justifikasi. Business Roadmap terkait kegiatan yang belum selesau pada NCE Perlu disepakati secara bersama antara Sekretariat IDF, BNPB, dan UN untuk NCE UNJP Sinabung hingga bulan apa?
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
11
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND Window
Isu
Status
-
-
-
-
-
2. Perpanjangan UNJP Kelud dan Project Board Meeting Kelud
IDF
Follow up
pemasaran melalui kerjasama dengan Starbuck. Adanya permintaan dari pemda Kab. Karo untuk tetap mendukung pemulihan di Sinabung. Dukungan pertanian holtikultura di tingkat rumah tangga Kegiatan UNDP (selaku coordinating agency UNJP Sinabung) diperkirakan akan selesai sesuai jadwal pada 31 Agustus 2016, sehubungan dengan itu, diperlukan perubahan coordinating agency dari UNDP kepada FAO. pelaksanaan project evaluation pada bulan Desember 2016 – Maret 2017 Penyusunan business road map pelaksanaan project documentation, penyusunan lesson learned dan technical assistance kepada pemerintah daerah, penguatan lembaga keuangan sebagai penopang bisnis-bisnis mikro di Siosar.
Prodoc UNJP Kelud akan berakhir pada 31 Agustus 2016., masih terdapat beberapa kegiatan yang belum selesai. Wacana perpanjangan kembali Prodoc UNJP Kelud telah disampaikan oleh UNRC pada Rapat Sekretariat IDF di Bappenas tgl 27 Juli 2016. Usulan perpanjangan UNJP Kelud (FAO) dilakukan untuk penyelesaian kegiatan yang belum terlaksana, a.l:
Sesuai dengan hasil diskusi bersama BNPB, ada baiknya UNJP Sinabung dan Kelud diperpanjang hingga September 2016. Perlu didiskusikan lagi dengan UN mengenai Work Plan perpanjangan UNJP Kelud jika disepakati masa perpanjangan hingga bulan September 2016 saja. Perlu disepakati secara bersama antara Sekretariat
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
12
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND Window
Isu
Status
IDF
Follow up
a. Kegiatan yang dilaksanakan IDF, BNPB, dan UN untuk oleh UNDP pada UNJP Kelud NCE UNJP Kelud hingga telah diselesaikan pada bulan bulan apa? Mei 2016. b. Perpanjangan pertama Prodoc UNJP Kelud telah dilakukan s.d Agustus 2016 c. Kegiatan yang dilaksanakan oleh FAO baru sekitar 75-80%. d. FAO mengusulkan perpanjangan (no-cost extension) dalam rangka penyelesaian administrasi dan project evaluation s.d Maret 2017. e. Rencana NCE Kelud proses penyelesaian administrasi dilaksanakan pada bulan September 2016, sementara untuk kegiatan project evaluation akan dilaksanakan pada bulan Desember 2016 – Maret 2017. f. Pelaksanaan Project Board Meeting Closing UNJP Kelud akan dijadwalkan pada tanggal 30 – 31 Agustus 2016. 3. Pelaporan penyelesaian administrasi
dan
a. Penyelesaian BAST UNJP Mentawai dan Merapi Proses penyusunan laporan BAST telah lakukan oleh UNRC dan BNPB, namun hingga saat ini proses pengesahan di Kementerian Keuangan belum dapat dilaksanakan karena memerlukan dokumen prodoc UNJP Mentawai dan Merapi (yang masih aktif) sebagai dasar penyelesaian. Prodoc UNJP Mentawai dan Merapi telah berakhir Desember 2014.
Penyelesaian BAST UNJP Mentawai, Merapi, Kelud, dan Sinabung. Laporan kwartal II 2016 UNJP Sinabung dan Kelud
b. UNRC akan menyampaikan surat kepada DJPPR Kementerian Keuangan c.q Direktorat EAS untuk perpanjangan register UNJP Mentawai sebagai dasar Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
13
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND Window
Isu
Status
IDF
Follow up
penyelesaian BAST. c. Penyelesaian BAST UNJP Kelud yang akan berakhir pada Agustus 2016 dan UNJP Sinabung. d. Laporan kwartal II 2016 untuk UNJP Sinabung dan Kelud belum disampaikan kepada Sekretariat. World Bank Window
Sekretariat
4. REKOMPAK Sinabung
a. Saat ini proses revisi DIPA di Kementerian PUPR sedang berlajan dan diperkirakan akan selesai pada pertengahan Agustus 2016. b. proses lelang konsultan pendamping dan diperkirakan dana IDF baru efektif akan dapat dilaksanakan pada Oktober 2016, mengingat proses lelang membutuhkan waktu yang lama. c. Anggaran yang dialokasikan pada Dana Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemda Karo untuk Kegiatan RR TA 2015 pada kegiatan pendampingan hanya cukup untuk 4 (empat) bulan, yaitu April – Juli 2016. d. Kegiatan pendampingan dan pembangunan huntap akan berlangsung sampai dengan November 2016. Sementara Dana dukungan IDF diperkirakan baru akan efektif dapat dilaksanakan Oktober 2016.
a. Pelaksanaan FGD dan sosialiasi 5. Pelaksanaan FGD belum dilaksanakan karena Kajian Tata Kelola prodoc telah berakhir pada Penanganan April 2016 lalu. Pascabencana dan b. NCE Prodoc Enhancing NRF Pendanaan telah ditandatangani pada Juli Pemulihan 2016 dan diperpanjang s.d Pascabencana Agustus 2016. c. Hingga saat ini belum disepakati jadwal pelaksanaan FGD
Diperlukan kesepakatan langkah-langkah mengisi gap pendanaan (kurang lebih selama 2 bulan) untuk kegiatan pemdampingan pembangunan huntap di Sinabung hingga dana IDF efektif dapat dilaksanakan pada Oktober 2016 mendatang.
Kesepakatan pelaksanaan FGD dan Sosialisasi Kajian Tata Kelola Penanganan Pascabencana dan Pendanaan Pemulihan Pascabencana
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
14
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND Window
Isu
Status
IDF
Follow up
6. Review IDF & Belum dilaksanakan. Strategi IDF 20142016. 7. Strategi Penguatan dan Keberlanjutan IDF
3.3.
a. Dana non-recovery dialokasikan untuk strategi penguatan dan keberlanjutan IDF b. Bahan sosialisai IDF untuk donor coordination sudah dibuat c. Hingga saat ini belum disepakati jadwal pelaksanaan FGD terkait strategi penguatan dan keberlanjutan IDF
Kesepakatan pelaksanaan FGD dan Sosialisasi Kajian Tata Kelola Penanganan Pascabencana dan Pendanaan Pemulihan Pascabencana
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan IDF IDF berfungsi sebagai pengisi kesenjangan (gap-filler), katalisator dan komplemen program
Pemerintah dalam penanggulangan bencana, khususnya dalam mendukung kebijakan pemerintah dalam pemulihan di Sinabung, Kelud dan Manado. Dalam melaksanakan perannya tersebut, kegiatan IDF difokuskan untuk mendukung pemulihan ekonomi dan memperkuat kapasitas pemerintah daerah pasca bencana di Sinabung dan Manado, sementara dukungan di Manado dilakukan pada bantuan teknis penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam membangun rumah tahan gempa, layak huni dan sehat. UN Joint Programme Sinabung dengan lembaga pelaksana FAO, ILO dan UNDP maupun Joint Program Kelud yang dilaksanakan oleh UNDP dan FAO, dalam melaksanakan kegiatan tetap mengedepankan pendekatan programatik yang telah disepakati bersama dan terkoordinasi dalam upaya mendukung kebijakan rehabilitasi dan rekonstruksi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam proses pemulihan masyarakat yang terkena dampak bencana di wilayah sekitar Gunung Sinabung, Gunung Kelud dan Manado. Program ini diharapkan dapat mengisi gap dalam Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi (Renaksi RR) yang telah disusun pemerintah. Disamping itu, dalam desain dan pelaksanaan kegiatan, program ini juga diharapkan dapat memainkan peranan sebagai katalisator dengan menginisiasi berbagai kegiatan yang dapat berdampak langsung kepada masyarakat, guna meletakkan fondasi bagi pemerintah dalam pelaksanaan pemulihan selanjutnya. Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
15
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Dari serangkaian kegiatan yang direncanakan, beberapa kegiatan telah selesai dilaksanakan dengan hasil yang baik. Namun, dalam pelaksanaannya tidak jarang ditemui beberapa hambatan dan permasalahan yang dapat memperlambat proses pemulihan di kedua wilayah tersebut. Berikut ini dipaparkan beberapa capaian, serta hambatan maupun pembelajaran yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan UNJP Sinabung, UNJP Kelud dan Manado dalam dalam kurun waktu pelaksanaan di tahun 2016.
3.4.
Pelaksanaan Program Dukungan Pemulihan di Sinabung
Hingga saat ini Gunung Sinabung terus menunjukkan aktivitas vulkanik. Kondisi tersebut memaksa warga sekitar Gunung Sinabung yang berada pada kawasan rawan bencana (KRB) 3 masih menetap di titik-titik pengungsian dan mengungsi ke rumah sanak saudara. Berdasarkan data BNPB per 8 November 2016, terdapat 9 posko penampungan dengan jumlah pengungsi mencapai 2.592 kk (9.319 jiwa). Pemerintah telah memberikan bantuan kebutuhan dasar pengungsi, seperti: bantuan pangan, kesehatan, keperluan anak sekolah, listrik, sewa jambur dan operasional lainnya. Berdasarkan kebijakan pemulihan yang tertuang dalam Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana Sinabung, proses pemulihan akan dilakukan melalui 4 tahapan, yaitu: 1. Relokasi Tahap pertama
370 KK dari 3(tiga) desa dalam zona merah radius 3 Km dari kawah Gunung Sinabung direlokasi (dibangunkan hunian tetap/huntap) di kawasan Area Penggunaan Lain (APL) Siosar seluas 250 Ha (termanfaatkan 30 Ha) masih tersisa 220 Ha .
Huntap sudah dilengkapi dengan prasarana lingkungan permukiman, fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Diberikan bantuan Lahan Usaha Tani (LUT) seluas 0,5 Ha/KK melalui ijin pinjam pakai kawasan hutan produksi dari Kementerian LHK seluas 416 Ha, (termanfaatkan 316 Ha) masih tersisa 100 Ha.
Sedang diusulkan kepada Kemenkeu untuk pemenuhan kebutuhan livelihood (bantuan sektor sosial dan ekonomi produktif) melalui dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi (RR) TA 2016.
2. Tahap kedua, relokasi dan dan pembangunan rumah bagi 1.683 KK dari 4 desa, Berastepu, Guru Kinayan, Gamber dan Kuta tonggal. 3. Tahap ketiga, pelaksanaan pemulihan bagi desa-desa yang terdampak dan yang tidak direlokasi, total 25 desa.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
16
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
4. Tahap keempat, pelaksanaan pemulihan bagi 648 KK dari 4 desa (Jeraya, Kuta Tengah, Pintu Besi dan Tiga Pancur ) yang berpotensi untuk direlokasi. Akan tetapi, untuk pelaksanaan fase terakhir ini masih diperlukan waktu yang panjang dan pertimbangan lebih lanjut serta rekomendasi dari PVMBG untuk menyertakan 3 desa tambahan untuk relokasi, yaitu Mardinding, Sukanalu dan Sigarang-garang. Dalam konsultasi publik terkait rencana relokasi untuk desa yang berpotensi, BNPB telah menyampaikan bahwa proses relokasi akan membutuhkan waktu 3-5 tahun. Sehingga, BNPB telah meminta untuk membangun perumahan sementara yang dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2015 tentang Satuan Tugas Percepatan Relokasi Korban Terdampak Bencana Erupsi Gunung Sinabung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. UNJP Sinabung telah berkontribusi dengan memberikan dukungan kepada Pemerintah Kabupaten Karo dalam pemulihan Sinabung dengan fokus dukungan penguatan kapasitas pemerintah daerah Kabupaten Karo (Output 1 dan 2), pemulihan dan peningkatan ekonomi masyarakat yang terkena dampak (Output 3) dan pelaksanaan pemulihan dengan pendekatan penguranga risiko bencana (Output 4). United Nations Development Programme (UNDP) UNDP telah melaksanakan serangkaian kegiatan lokakarya guna fasilitasi dan penguatan kapasitas BPBD Kabupaten Karo dan BPBD Provinsi Sumatera Utara dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring rehabilitasi dan rekosntruksi Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Sinabung. Melalui dukungan fasilitasi terhadap forum koordinasi di Kabupaten Karo untuk melaksanakan pemantauan pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR). Pengembangan Sistem Informasi Desa dan Sistem Informasi Kebencanaan Kabupaten secara terpadu. Piloting direncanakan akan dikembangkan di 27 Desa terdampak erupsi Gn. Sinabung, namun hingga akhir tahun 2016 hanya 7 desa yang yang menjadi pilot project pengembangan SID. Selain karena keterbatasan dana, hal ini untuk merespon kebutuhan Pemda Kabupaten Karo yang meminta agar dukungan difokuskan kepada desa-desa yang akan direlokasi pada tahap I dan tahap II dan desa terdampak banjir lahar dingin. Di tingkat provinsi, kerjasama UNJP Sinabung dan BPBD Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk mewujudkan tiga fungsi utama, yaitu penelitian dan review, koordinasi dan monitoring; dukungan penyusunan rencana strategi kesiapsiagaan menghadapi bencana, road map pelaksanaan strategi kesiapsiagaan bencana; pemetaan dan koordinasi stakeholders yang terkait dengan pemulihan pasca-bencana, telah didisusun dan dijadwalkan di tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi yang akan dilaksanakan dengan melalui Letter of Agreement (LoA). Dimana kerangka LoA kerangka telah disepakati bersama dan ditandatangani oleh
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
17
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
UNJP Sinabung denan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (BPBD Provinsi Sumatera Utara) dan Pemerintah Kabupaten Karo (BPBD Kabupaten Karo).
Food and Agriculture Organization (FAO) Pelaksanaan kegiatan dukungan pemulihan yang dilaksanakan oleh FAO mengalami keterlambatan akibat aktivitas vulkanik Gunung Sinabung yang masih sering menyemburkan awan panas. Proses relokasi yang tidak kunjung selesai menjadi kendala dalam penentuan intervensi, kesiapan masyarakat dan ketersediaan lahan pertanian menghambat kegiatan tidak bisa segera dilaksanakan. Sesuai hasil telah melakukan value chain analisys (VCA) yang dilakukan FAO, bahwa komoditas yang akan diintervensi adalah komoditas kopi dan dukungan peternakan Ayam Kampong Siosar. Sejauh ini masih pada tahapan pengumpulan data, koordinasi dengan pemerintah setempat dan diharapkan akan dapat diselesaikan pada akhir Desember 2015. Hasil VCA ini akan disosialisasikan dengan pemerintah provinsi dan kabupaten Karo, dunia usaha, dan organisasi non-pemerintah. FAO telah melakukan Analisis Rantai Nilai komoditas pertanian pada November 2015 untuk mengidentifikasi potensi komoditi yang dikembangkan di daerah-daerah yang terkena dampak dekat Sinabung dan di daerah relokasi Siosar. Tim konsultan telah melakukan pengumpulan data lapangan yang diperlukan melalui koordinasi dengan mitra-mitra terkait yang relevan. Hasil VCA, pertanian kopi lebih tahan terhadap material erupsi. Berdasarkan hasil VCA ini, FAO akan meng-intervensi komoditas kopi untuk meningkatkan produktivitas kopi sebagai bagian dari pendekatan untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus meningkatkan nilai ekonomis produk kopi. penanganan yang tepat dari pengolahan kopi akan provide added nilai produk sehingga akan menghasilkan pendapatan meningkat dari masyarakat yang terkena dampak. Hasil VCA awal telah disampaikan kepada pemangku kepentingan terkait dari pemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten, sektor swasta dan organisasi non-pemerintah (NGO) pada bulan Januari 2016. Persiapan kegiatan 'konsep pertanian terpadu dengan menggabungkan praktek tata cara pertanian dan peternakan yang baik sejalan dengan VCA hasil telah dilakukan melalui diskusi dengan kelompok tani dan mitra pemerintah terkait. Pengembangan demplot berdasarkan komoditas VCA telah dilakukan. Untuk komoditas pengembangan kopi, dilakukan di Desa Simbang dengan mengidentifikasi lokasi yang berpotensi untuk demo plot yang akan menerapkan sistem pertanian disesuaikan dengan komoditas pertanian yang tahan terhadap material erupsi gunung berapi. Pelatihan ayam lokal organik telah dilakukan pada 28-29 Maret 2016, diikuti oleh 40 orang (14 wanita dan 26 wanita). Pelatihan ini akan diikuti oleh demplot pengembangan ayam lokal organik mengacu pada standar FAO di daerah direlokasi Siosar. Pelatihan Good Agriculture Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP) kopi sudah siap. Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
18
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Bentuk dukungan lainnya adalah pengenalan konsep pertanian dan peternakan terpadu sesuai dengan hasil VCA; pembentukan demplot untuk komoditas berdasarkan hasil VCA; pembentukan forum koordinasi bidang pemulihan ekonomi dan pelatihan penguatan kapasitas dalam pemulihan ekonomi dan pemaduan kegiatan-kegiatan ekonomi dengan aspek pengurangan risiko bencana.
International Labour Organization (ILO) Sejauh ini dukungan yang diberikan oleh ILO adalah penguatan kapasitas dan keterampilan dalam kewirausahaan dan pelatihan manajemen keuangan wirausaha. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas keluarga dan usaha mikro dalam pengelolaan keuangan dan merencanakan usaha. ILO telah melakukan Vocational Training Needs Assessment (VTNA) di 5 (lima) desa yang dipilih dalam relokasi dan daerah yang terkena, yaitu Siosar (Bekerah, Simacem, dan Sukameriah), Payung, Ujung Payung, Cimbang dan Gung Pinto. Berdasarkan VTNA, tiga jenis kejuruan pelatihan / keterampilan yaitu perbaikan sepeda motor perbaikan, pengolahan makanan (makanan ringan) dan pelatihan keterampilan menjahit. Disamping itu ILO juga telah melakukan pemetaan terkait penyedia layanan pelatihan lokal dan telah memilih tiga penyedia pelatihan di Sumatera Utara, yaitu (1) BBPLK untuk pelatihan perbengkelan sepeda motor, BBPLK adalah pusat pelatihan nasional untuk industri yang dimiliki oleh Departemen Tenaga Kerja, terletak di Medan; (2) UNIMED (Universitas Negeri Medan) untuk pelatihan pengolahan makanan yang berbasis di Medan; dan (3) KWK untuk pelatihan menjahit, itu adalah penyedia pelatihan swasta yang berbasis di Kabanjahe, Kabupaten Karo. Pelatihan ini telah dilakukan pada periode Mei-Juni 2015 dan dihadiri oleh total 50 peserta yang terpilih.
Output 1: Meningkatnya kapasitas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mengkoordinasikan pemulihan awal dan rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca bencana. 1. Capaian •
Telah dilaksanakan serangkaian workshop, pertemuan dan diskusi untuk membangun koordinasi antar berbagai pihak, termasuk pemetaan pemangku kepentingan yang terlibat dalam pemulihan di sekitar Gunung Sinabung dan Siosar. UNJP telah selesai melaksanakan pada Juni 2016, adapun capaian kegiatannya a.l: pertemuan koordinasi bulanan dalam rangka konsolidasi pelaksanaan RENAKSI; dukungan pelaksanaan koordinasi pemulihan didelegasikan kepada BPBD Provinsi Sumatera Utara dan BDPD Kabupaten Karo melalui mekanisme LoA telah berakhir pada Juni 2016.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
19
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND •
IDF
Membentuk forum multi-stakeholder melalui fasilitasi Sekretariat Bersama (Sekber) di BPBD Karo. Forum koordinasi ini belum berjalan dengan intensif dan efektif sebagaimana yang diharapkan karena pelaksanaan kegiatan pemulihan yang tertuang dalam RENAKSI belum berjalan.
•
BPBD Karo telah mampu memfasilitasi BNPB dan TPN-BNPB dan K/L Kabupaten secara umum dalam berkoordinasi untuk pemulihan bencana.
•
BPBD Provinsi Sumatera Utara rutin melakukan kunjungan dan mendirikan sekretariat di Kabupaten Karo
•
BPBD Provinsi Sumatera Utara rutin melakukan pendampingan dan berpartisipasi aktif dalam pertemuan-pertemuan koordinasi dan kegiatan – kegiatan BPBD Karo.
•
BPBD Provinsi Sumatera Utara berperan dalam mendampingi kajian-kajian Pengurangan Resiko Bencana yang akan dilaksanakan BPBD Karo
2. Komponen Keberlanjutan •
Menggalakkan program-program diklat BNPB kepada mitra BPBD regional.
•
Perlunya menggalakkan saluran-saluran komunikasi kepada SKPD dan legislasi dalam merumuskan proporsi peran dari tiap SKPD dalam pemulihan Bencana. Selayaknya peran-peran ini dioperasionalkan dalam APBD (contoh: alokasi dana pemulihan bencana yang ada di tubuh SKPD)
•
Menggiatkan analisis-analisis dan kajian dari Biro Hukum dalam menelusuri ‘aturan main’ (regulasi) kebencanaan dalam proses koordinasi antar Pemerintah
Gambar 3. 1: Workshop UNDP dan BPBD Karo dalam Pelaksanaan Renaksi RR dan Liputan media
Liputan media pada pelaksanaan Workshop dan Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
20
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Workshop UNDP dan BPBD Karo dalam Pelaksanaan deklarasi stakeholder di Kantor Sekretariat Bersama di BPBD Karo. Renaksi RR
3. Tantangan •
Erupsi Gunung Sinabung merupakan permanent hazard yang masih terus berlangsung dan kemungkinan akan terjadi di masa mendatang. Hal ini sangat menyita sumber daya dan kapasitas pemerintah daerah terutama untuk kegiatan tanggap darurat dan menghambat proses pemulihan. Letusan yang masih terus terjadi menempatkan pendanaan pemulihan Sinabung menjadi dilema antara pendanaan pada Fase Tanggap Darurat dan fase pemulihan. Pada Fase Tanggap Darurat memungkinkan untuk menggunakan dana On-Call yang dapat diakses dengan segera untuk memberikan bantuan langsung kepada korban, sementara fase pemulihan (recovery) tidak memiliki ketentuan hukum yang memungkinkan dapat segera menggunakan anggaran yang ada masing-masing kementerian/lembaga untuk mendukung pemulihan karena dengan persepsi pemulihan baru dapat dilakukan setelah tanggap darurat kejadian bencana diselesaikan atau kondisi normal artinya mengikuti semua mekanisme perencanaan maupun penganggaran normal. Untuk itu, Pemerintah Indonesia telah berusaha menyusun peraturan yang memungkinkan kegiatan pemulihan awal didanai menggunakan dana On-Call. Hal ini diharapkan dapat diupayakan sebagai skenario ideal untuk situasi di penanganan Sinabung saat ini maupun kondisi kejadian serupa dimasa mendatang.
•
Adanya suatu kesadaran bahwa bencana adalah milik BPBD dan BNPB, diantara K/L pada tingkat Kabupaten dan Provinsi. (APBD-P 2014-2015, APBD 2014-2016)
•
Terbatasnya Kapasitas dan sumber daya Pemda Karo dalam Berkoordinasi dan manajemen bencana (pemulihan dan PRB) dengan sektor lain.
•
Kurangnya diseminasi pada faktor hukum, perundangan dan regulasi kebencanaan (UU, PP, Kepres, Perkaban dan Kepkaban) yang menyebabkan terbatasnya pengetahuan dari pelakupelaku pemulihan pada tingkat Kabupaten dalam memahami regulasi-regulasi kebencanaan itu.
Output 2: Meningkatnya kapasitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. 1. Capaian
Terlaksananya lokakarya yang melibatkan SKPD terkait update dan penyesuaian data untuk desa yang berpotensi direlokasi (Tahap III dari RENAKSI);
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
21
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Membangun konsensus dengan para pembuat kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten untuk pelaksanaan RENAKSI;
Mengidentifikasi kesenjangan dan kesempatan untuk mendukung partisipasi masyarakat dalam / monitoring sosial masyarakat pada saat pemulihan awal dan program pemulihan.
Telah terselenggara enam rapat koordinasi bulanan yang membahas tentang penanganan erupsi gunung Sinabung, relokasi mandiri serta sosialisasi Juknis Relokasi mandiri melibatkan SKPD, masyarakat dan TPN - BNPB
Memfasilitasi rapat koordinasi antara Dansatgas Percepatan (Kepres 21/2015) dengan anggota – anggotanya
Memfasilitasi TPN-BNPB dan BPBD Karo dalam mobilisasi relokasi 3 desa di Siosar dan mediasi keengganan desa Simacem untuk menghuni Siosar
Telah terselenggara Lokakarya Pelayanan publik untuk 33 desa terdampak
Bersinerji dengan BPBD dan TPN – BNPB memobilisasi masyarakat supaya mau pindah Ke Siosar
Melaksanakan CBM Training dan Spatial Risk Mapping yang melibatkan masyarakat dari tiga Desa relokasi
Pelaksanaan Lokakarya Pengenalan SID untuk 27 desa terdampak
Lokakarya Pelatihan SID untuk 7 Desa dan Implementasi Pembuatan SID di 7 Desa terpapar
Serangkaian workshop diseminasi & konsolidasi Pelaksanaan RENAKSI telah dilakukan dengan melibatkan SKPD pemerintah daerah dan pelaku pemulihan lokal (INGO/NGO) untuk menyebarluaskan kebijakan Pemerintah Nasional terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana Letusan Gunung Sinabung. Mengingat arahan BNPB untuk mendukung pemulihan dilokasi huntap di Siosar, maka agenda utama forum koordinasi ditekankan pada upaya mencari alternatif pemulihan ekonomi yang segera dapat memberikan dampak kepada masyarakat yang direlokasi di Sioasar. Untuk tujuan ini, komitmen telah dibuat dengan beberapa LSM untuk mendukung kebutuhan pemulihan mata pencaharian di semua daerah yang terkena dampak serta relokasi berada di Siosar.
2. Komponen Keberlanjutan Selain kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi, forum koordinasi telah dibentuk untuk memfasilitasi koordinasi antar pelaku pemulihan, termasuk berbagai tingkat lembaga pemerintah serta organisasi masyarakat sipil, LSM dan kelompok pemuda. Forum koordinasi ini dipimpin oleh kapasitas lokal sebagai strategi untuk mengembangkan kapasitas dan membangun jaringan dengan pelaku yang Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
22
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
berbeda. Dengan adanya peluang kemitraan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan dan mempromosikan kapasitas sumber daya lokal dalam melakukan pemulihan di Sinabung. Sekber (Sekretariat Bersama Sinabung) sekarang beroperasi sebagai titik pertemuan Koordinasi dan berbagi informasi dari berbagai pelaksana program pemulihan yang terkait di Sinabung. Komponen keberlanjutan antara lain:
Menyempurnakan regulasi-regulasi penanganan bencana.
Ketika penyempurnaan regulasi-regulasi penanganan bencana belum bisa dilaksanakan, maka terobosan-terobosan dalam sisi regulasi (seperti Kepres 21/2015; Keputusan Kepala BNPB 160B dan 171 mengenai renaksi; dan lain sebagainya) perlu digiatkan tanpa melupakan aspek diseminasi (sosialisasi).
Pemkab Karo mengintegrasi pendanaan kebutuhan rehab-rekon, mitigasi dan kesiapsiagaan kedalam perencanaan dan penganggaran daerah.
Memberikan diklat kepada BPBD-BPBD regional (diklat BNPB)
RENAKSI menjadi shoping list untuk Program RR Gambar 3. 2: Koordinasi dengan BPBD Provinsi Sumut dan BPBD Kabupaten Karo
Koordinasi BPBD Provinsi Sumut, BPBD Kab. Karo terkait pelaksanaan Renaksi RR
3. Tantangan
Pelaksanaan Program pemulihan komprehensif masih tertahan terutama rekonstruksi perumahan permanen serta diseminasi RENAKSI (No. 160B dan Perubahan kesatu No. 171).
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
23
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
BPBD Karo sebagai lembaga yang baru terbentuk (April 2014) dengan keterbatasan kapasitas dan SDM yang dimiliki, pelaksanaan penanganan darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilakukan di waktu bersamaan, menjadi beban kerja dan menyebabkan kesulitan.
Potensi tumpang tindih dan peran antara BPBD, TPN, Tentara Nasional, dan Satuan Tugas Nasional untuk Relokasi Siosar (SATGAS Percepatan). Penguatan Kemitraan dan pengembangan kapasitas lokal. Membangun hubungan, mempromosikan keterlibatan, dan memfasilitasi forum koordinasi konsultasi untuk memetakan dan menegaskan kembali pemangku kepentingan regional dan
atau pelaku utama bersama dengan fungsi
kelembagaan dan peran untuk memastikan sumber daya yang efektif dan manajemen proyek. Salah satu yang sangat mendesak adalah dukungan kepada pemerintah daerah dalam penyusunan SOP, penguatan kebijakan; potensi hambatan yang mungkin ditemui terkait tanggung jawab pemda di lokasi relokasi di Siosar sebagai sub-ordinat dari SATGAS Percepatan.
Saat ini kapasitas dan sumber daya difokuskan pada kegiatan menyelesaikan relokasi siosar dan memulai relokasi mandiri. Fokus pada kegiatan keiapsiagaan dan tanggap darurat perlu ditingkatkan untuk menghadapi bencana sekunder lahar hujan yang akan mencapai titik curah hujan paling tinggi di bulan September-November 2016).
Adanya celah regulasi dan batasan-batasan organisasi yang menyebabkan keraguan pemangku-pemangku kepentingan dan aktor-aktor pemulihan bencana dalam melaksanakan inisiatif-inisiatif pemulihan bencana.
OUTPUT 3 – Pemulihan Mata Pencaharian dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat 1. Capaian
FAO telah mulai melaksanakan Value Chain Analysis (VCA) untuk komoditas dan aktivitas mata pencaharian yang terkena dampak letusan Gunung Sinabung dan komoditi yang akan ditingkatkan nilai tambahnya adalah kopi dan jeruk. Kegiatan ini dimulai pada minggu ke-2 bulan November 2015 dan diproyeksikan akan selesai pada minggu ke-2 Desember 2015 untuk hasil dan temuan presentasi melibatkan mitra lokal untuk menyebarkan dan memperoleh masukan yang diperlukan. Berdasarkan hasil VCA telah dihasilkan 3 (tiga) komoditas yang akan dikembangkan yang tahan terhadap abu vulkanik, yaitu kopi, jeruk dan pisang di tiga lokasi prioritas (Cimbang, Ujung Payung, dan Siosar).
Pembentukan demplot untuk peternakan ayam organik telah dilakukan di daerah direlokasi dari Siosar selama Mei-Juni 2016. Kegiatan dimulai dengan pelatihan manajemen kandang ayam, pakan ternak dan kesehatan hewan, pembentukan harian demoplot dan bantuan
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
24
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
teknis produksi untuk memanen. Intervensi yang disediakan sedikitnya 200 ayam, bahan kandang dan dukungan pakan.
FAO telah membentuk demplot pertanian hortikultura organik di Siosar selama Juni 2016 yang diikuti sebanyak 20 petani dan telah dilatih dan belajar mengenai pertanian hortikultura organik di daerah demoplot. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan petani bagaimana mengurangi penggunaan bahan kimia selama tahap produksi
Di daerah dampak non-relokasi, FAO telah melakukan pelatihan Good Agriculture Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) untuk komoditas kopi. Berdasarkan hasil VCA, komoditas ini selamat dari bahan vulkanik Sinabung dan telah menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat di daerah yang terkena. Petani diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam produksi kopi. Pelatihan ini dilakukan di 18 - 23 April 2016 yang melibatkan 20 peserta dari beberapa desa , yaitu Kutarayat, Gung Pinto, Cimbang dan Ujung Payung. Narasumber berasal dari Starbucks sebagai sektor swasta dan terlibat stakeholder terkait beberapa , yaitu Petugas extention, lembaga pertanian, bencana dan lembaga mitigasi (BPBD).
Pelatihan pengolahan kopi untuk meningkatkan nilai produksi telah dilakukan. Selama bulan Juni 2016, FAO dan ILO mengadakan kegiatan bersama pada peningkatan kapasitas petani di beberapa pelatihan yaitu; pelatihan pemasaran dan pendidikan keuangan untuk keluarga. FAO telah memfasilitasi kelompok pengolahan kopi untuk mempromosikan produk mereka di acara lokal yang disebut "Pesta Mejua - Mejuah"
Kegiatan lain untuk masyarakat yang direlokasi di Siosar adalah demplot pertanian ayam organik yang berfungsi sebagai sumber alternatif mata pencaharian sambil menunggu ketersediaan lahan pertanian. Distribusi input komoditas yang dipilih akan disebut VCA hasil dan Panduan untuk Penilaian Penerima Hasil Intervensi Pertanian Darurat oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
ILO telah melakukan serangkaian pelatihan untuk manajemen keuangan dan kewirausahaan. Kegiatan ini dilakukan melalui Training of Trainers dan Pelatihan Penerima Manfaat Kewirausahaan Pengembangan Keterampilan menggunakan modul ILO tentang GET Ahead, dan Pendidikan Keuangan untuk Keluarga. Pelatihan untuk pelatih dihadiri oleh pejabat pemerintah terkait, LSM dan lembaga keuangan, dan pelatihan dari penerima manfaat dihadiri oleh keluarga dan UMK dari desa-desa yang terkena dampak. Pelatihan bagi keluarga dan UMK yang difasilitasi oleh pelatih lokal yang telah berpartisipasi dalam ToT dan strategi ini akan memastikan kapasitas dan pengetahuan tetap di masyarakat setempat.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
25
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Jumlah peserta mengikuti pelatihan dari pelatih tentang Pendidikan Keuangan untuk Keluarga yang 20 peserta terdiri dari 8 laki-laki dan 12 perempuan, dan pelatihan pengembangan keterampilan kewirausahaan yang dihadiri oleh 20 peserta terdiri dari 11 laki-laki dan 9 perempuan (16 dari 20 peserta telah mengikuti kedua latihan).
ILO telah melatih 80 orang (47 perempuan) dari 200 yang ditargetkan (40%) pada pengembangan keterampilan kewirausahaan menggunakan modul ILO tentang GET Ahead, dan 100 orang (77 perempuan) dari 100 yang ditargetkan (100%) pada pendidikan keuangan bagi keluarga dari 7 desa direlokasi.
Gambar 3. 3: ToT Pengelolaan Keuangan dan ToT Pengembangan Keterampilan Kewirausahaan oleh ILO
2.
Keberlanjutan Komponen
Keterlibatan dalam Sekretariat Bersama akan memberikan pengembangan kapasitas untuk koordinasi ini di daerah mata pencaharian yang berkelanjutan di daerah. Linking ke potensi pasar dan memberikan arahan dalam pengemasan (jenis kemasan, warna kemasan, design logo dan harga yang sesuai permintaan pasar).daerah pasca bencana, pengembangan organisasi, analisis sosial dan mobilisasi sumber daya. 3.
Tantangan
Berhubung belum tersedianya lahan pertanian dan pembangunan fasilitas umum (sekolah, klinik medis dan fasilitas umum lainnya) belum selesai mengakibatkan sebagian besar masyarakat yang telah menerima rumah permanen di Siosar masih enggan untuk menempatinya, hal ini mengakibatkan keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan proyek.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
26
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Karena sebagian besar masyarakat dari 7 desa direlokasi terutama 3 desa direlokasi yang telah menerima rumah permanen tidak lagi tinggal di kamp atau rumah permanen di Siosar, ini telah menyebabkan kesulitan dalam melakukan koordinasi, sosialisasi, penilaian dan bantuan yang berkaitan dengan kegiatan proyek. Aktivitas vulkanik yang terus menerus, status waspada, dan proses pemukiman kembali yang berlarutlarut berdampak terhadap jangka waktu pelaksanaan, pemilihan daerah intervensi, kesiapan penerima manfaat, dan ketersediaan lahan pertanian pertanian. Gambar 3. 4: Pelatihan Manajemen Keuangan Keluarga dan Pelatihan Keterampilan dan Kewirausahaan
Output 4: Penerapan pengurangan risiko bencana dalam langkah-langkah pemulihan 2. Capaian Penilaian awal dari Sistem Informasi Desa telah dilakukan di 27 desa yang terkena dampak; 5 desa yang terkena dampak lahar dingin dingin (Mardinding, Perbaji, Sigaranggarang, Sukatendel dan Kutambaru), 15 desa yang terkena dampak abu gunung berapi (Sukanalu, Temburun, Pintu Besi, Slandi, Jeraya, Payung, Lau Kawar, Tiga Pancur, Kuta Rakyat, Naman, Tiganderket, Tj Morawa, Kuta Gugung, Kuta Tengah) dan 7 desa direlokasi (Sukameriah, Bekerah, Simacem, Berasitepu, Kutatonggal, Gurukinayan). VIS akan berfungsi sebagai data dan instrumen kesiapan informasi, tidak hanya untuk tujuan manajemen risiko bencana seperti untuk mendukung EWS dan contingency plan tetapi juga bisa melayani kebutuhan dalam pembangunan reguler. Misalnya untuk mendukung perencanaan pembangunan desa dengan data potensi desa dan demografi. VIS sistem akan diadopsi dari VIS di Merapi dengan beberapa modifikasi untuk menyesuaikan dengan konteks lokal di Sinabung.
Fasilitator SID Kabupaten dari 5 (lima) SKPD (BPBD, Dukcapil, Bagian Pemerintahan Desa & Kelurahan, BPMPD, Kominfo) telah “dilatih” SID (ToT SID)
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
27
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Tujuh desa dari empat kecamatan terpilih sebagai Pilot Project SID. Jejaring fasilitator SID Desa telah terbentuk dan diberi pendampingan di tujuh desa terdampak
Anggota SEKBER Sinabung telah mengikuti training SID
Assesment awal untuk pengumpulan data sekunder telah dilakukan. Renkon akan disusun secara partisipatif di 5 Desa paling rawan lahar hujan di lingkar Sinabung dengan melibatkan komponen masyarakat dan SKPD.
Telah tersedianya Peta Lokasi Desa Terdampak Lahar Hujan
Tim Renkon Kabupaten lahar hujan dalam proses pembentukan Tabel 3. 3: Penerima Manfaat SID
No
Desa
Kecamatan
∑ Laki-laki
∑ Perempuan
∑ Populasi
∑ KK
1
Perbaji
Tiganderket
251
295
546
186
2
Payung
Payung
855
842
1.697
576
3
Pintubesi
Simpang Empat
122
112
234
63
4
Kuta Rakyat
Naman Teran
1.229
1.088
2.317
623
5
Sukameriah
Payung
201
193
394
120
6
Bekerah
Naman Teran
174
162
336
99
7
Simacem
Naman Teran
210
199
409
130
3.042
2.891
5.933
1.797
TOTAL
Mengacu pada keluaran 4, FAO akan melakukan integrasi perencanaan pertanian yang sensistif terhadap pengurangan risiko bencana ke dalam perencanaan kontinjensi Kabupaten, analisis ancaman dan kerentanan bidang pertanian, penilaian kerusakan dan indikator dan lokakarya dengan topik mengintegrasikan ukuran pengurangan bencana di pertanian.
3. Keberlanjutan Komponen Menempatkan tindakan-tindakan kesiapan untuk risiko yang muncul (banjir lahar dingin) di masyarakat. Pendekatan ini akan dilakukan melalui pengembangan rencana kontingensi untuk memungkinkan masyarakat melakukan tindakan mitigasi risiko ketika bencana terjadi dan Sistem Informasi Desa untuk memastikan ketersediaan data dasar yang relevan dan informasi untuk intervensi respon dan pemulihan bila diperlukan. Komponen keberlanjutan:
Dukungan pemerintah daerah (pimpinan) sangat penting untuk kebelanjutan SID yang telah dikembangkan.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
28
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Tim fasilitator SID Kabupaten dari lima SKPD bersinergi dengan fasilitator pendamping desa.
Komitmen Pemkab Karo untuk mereplikasi SID melalui APBD 2016.
4. Tantangan
Kendala utama SID adalah akses data kependudukan
Terbatasnya Infrastruktur dan peralatan IT seperti jaringan internet, laptop dan desktop di desa dan kecamatan
Akses terbatas ke beberapa wilayah sasaran penilaian karena aktivitas peningkatan di Gunung Sinabung. Menanggapi situasi ini SIRPO telah melakukan penyesuaian wilayah sasaran, kerangka waktu, pendekatan penilaian dan menilai kemungkinan untuk merancang strategi khusus untuk desa-desa yang mungkin berpotensi direlokasi seperti pengenalan inisiatif CBDRM.
Keputusan untuk merelokasi kedua desa tidak teguh belum karena keduanya tidak termasuk dalam program relokasi RENAKSI sehingga termasuk mereka dalam pembangunan CP tidak akan efektif. SIRPO akan fokus untuk memfasilitasi pengembangan CP di 5 desa dan mengeksplorasi kemungkinan untuk melakukan pengembangan kapasitas CBDRM untuk 2 masyarakat direlokasi mungkin seperti itu mereka akan memiliki kesempatan untuk menerapkan kegiatan CBDRM di daerah direlokasi.
3.5.
Pelaksanaan Program Dukungan Pemulihan di Kelud
Output 1. Kapasitas nasional dan lokal untuk mengkoordinasikan pemulihan dini pascabencana dan pemulihan langkah-langkah yang diperkuat. 1.
Memfasilitasi BPBD untuk melakukan rapat koordinasi perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi, penganggaran, pelaksanaan dan pemantauan.
Sampai tahun 2016, target output 1 telah dicapai seluruhnya. Forum koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi, baik perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pemantauan untuk kabupaten dan tingkat provinsi telah dilakukan. BNPB, kementerian/lembaga terkait, pemerintah provinsi dan kabupaten, masyarakat sipil dan sektor swasta yang terlibat dalam empat pertemuan koordinasi tingkat kabupaten dan 2 koordinasi tingkat provinsi. Setidaknya 3 forum koordinasi di setiap 3 kabupaten dan 1 koordinasi forum di provinsi yang telah dilakukan melibatkan, pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten, perwakilan masyarakat sipil dan sektor swasta di bawah kepemimpinan pemerintah daerah setempat dengan dukungan teknis oleh BNPB. Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
29
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
BNPB, BPBD Provinsi Jawa Timur, Kabupaten BPBD telah melakukan pendekatan pemulihan dari paket pemulihan khusus yang disebut RENAKSI menjadi pendekatan rekonstruksi dan rehabilitasi reguler. BNPB telah menyalurkan dana rehabilitasi dan rekonstruksi untuk perbaikan infrastruktur jembatan di Ngantang Kecamatan di Malang dan instalasi air di Garum Kecamatan di Blitar. Dukungan dilaksanakan melalui mekanisme hibah rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan PMK 162/2015. Mekanisme ini lebih akuntabel dan transparan tetapi beban administrasi lebih tinggi untuk BPBD sebagai koordinasi pelaksana kegiatan. Untuk pelaksanaan dan pemantauan program rehabilitasi dan rekonstruksi reguler di Malang dan Blitar akan dilaksanakan 2016. Tindak lanjut agenda untuk kegiatan ini adalah rapat koordinasi untuk pelaksanaan dan pemantauan program rehabilitasi dan rekonstruksi reguler di Malang dan Blitar yang harus dilaksanakan untuk keberlanjutan pemulihan melalui dukungan APBD. 2. Dukungan teknis dan administratif diberikan kepada BPBD setempat untuk koordinasi multipihak dan pertukaran informasi UNDP telah memberikan dukungan kepada BPBD Malang, Blitar dan Kediri untuk merumuskan usulan skema RR reguler yang didanai oleh BNPB. UNDP juga memberikan dukungan kepada BPBD untuk bantuan teknis dan sosialisasi PMK 162/2015 mengenai Bantuan Hibah dana Rehabilitasi
dan
Rekontruksi kepada daerah. BPBD Kabupaten Malang dan BPBD Kabupaten Blitar telah menunjukkan peningkatan kapasitas untuk rehabilitasi dan rekonstruksi baik dari sisi penyusunan, implementasi dan monitoring. Sementara BPBD Kabupaten Kediri yang baru dibentuk masih memerlukan dukungan lebih lanjut untuk merumuskan usulan rehabilitasi dan rekonstruksi. Di sisi lain, BPBD Malang dan Blitar juga menunjukkan kapasitas koordinasi yang baik untuk mengkonsolidasikan program pemulihan antar SKPD. Sementara BPBD Kediri masih membutuhkan dukungan lanjutan untuk mengkonsolidasikan dukungan pemulihan dari SKPD terkait di Kediri.
Output 2. Kapasitas pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan pemulihan pasca-bencana yang diperkuat 1.
Melakukan lokakarya dan konsultasi untuk mendukung BNPB, Provinsi Jawa Timur, dan BPBD di tiga kabupaten yang terkena dampak untuk menyesuaikan pelaksanaan program RENAKSI.
Beberapa program pemulihan akan dilaksanakan selama tahun fiskal 2016. Dukungan koordinasi lebih lanjut akan diperlukan untuk mensinergikan program kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat. Malang dan Blitar telah menunjukkan kapasitas yang cukup untuk melakukan koordinasi pemulihan tingkat kabupaten. Sementara Kediri membutuhkan dukungan untuk meningkatkan kapasitas Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
30
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
koordinatif melalui penyusunan kebijakan penanggulangan bencana, Perencanaan Strategis dan perumusan Peraturan Bupati terkait dengan penanggulangan bencana. Di sisi lain, karena kurangnya perhatian dari BPBD Provinsi untuk mendukung proses pemulihan Kelud. Dukungan eksternal untuk koordinasi pemulihan tingkat provinsi masih diperlukan. Tindak lanjut untuk kegiatan ini adalah: 1. Melanjutkan untuk memberikan bantuan teknis untuk BPBD Malang dan Blitar untuk merumuskan program RR dan integrasi PRB ke program RR untuk 2017. 2. Melanjutkan dukungan kepada BPBD Kediri untuk pelatihan penanggulangan bencana, membangun jaringan dengan legislatif, SKPD dan masyarakat sipil melalui program LoA serta mendukung perencanaan strategis PB. Output 3. Pemulihan mata pencaharian dan pengembangan ekonomi masyarakat 1. Memfasilitasi BPBD untuk melakukan rapat koordinasi penyusunan konsep, strategi dan implementasi pemulihan ekonomi. Project Board Meeting pada tanggal 3 Maret 2016. Hasil pertemuan ini adalah:
Update perkembangan pelaksanaan UNJP Kelud (FAO & UNDP)
Masukan dari berbagai pihak
Penyusunan startegi pasca berakhirnya dukungan UNJP Kelud
FAO dan UNDP telah bekerjasama mengembangkan dan menyusun rencana penanganan darurat berbasis masyarakat untuk ternak dan sistem informasi terkait pertanian desa.
2. Mengembangkan Budidaya Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Kediri Berdasarkan penilaian dan diskusi dengan Dinas Pertanian setempat, pisang akan dibudidayakan di Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung dan Desa Puncu, Kecamatan Puncu. Kegiatan ini sudah dikomunikasikan kepada BPBD Kediri dan Dinas Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kediri. Pisang dipilih sebagai komoditas yang akan dikembangkan karena pisang lebih tahan terhadap erupsi dan pemeliharaannya yang mudah, tidak memerlukan biaya tinggi dan ketersediaan pasar. Bahan baku untuk olahan makanan lokal, yaitu pisang gethuk. Dinas Pertanian telah mendistribusikan bibit pisang ke petani, tapi hancur akibat erupsi. Oleh karena itu, FAO dan Dinas Pertanian akan bekerja sama untuk mempercepat pengembangan budidaya pisang. FAO akan memberikan pelatihan tentang Good Agriculture Practice (GAP), Good Handling Practice (GHP), pengembangan bisnis dan pemasaran serta didistribusikan 10.000 bibit pisang (Ambon Kuning, Ambon TW dan Raja Nangka). Tabel 3. 4: Bantuan Bibit Pisang dan Kelompok Petani Penerima Bantuan Bibit Pisang
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
31
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND NO.
Kelompok Tano
Desa/Dusun
Jenis Pisan
IDF
Jumlah
1
Tani Mulyo
Kebonrejo
Ambon TW
1,000
2
Tani Mulyo
Kebonrejo
Raja Nangka
1.000
3
Harapan Jaya
Kebonrejo
Ambon Kuning
1.000
4
Harapan Jaya
Kebonrejo
Ambon TW
1.000
5
Wanita Tani Lestari Kelud
Kebonrejo
Ambon Kuning
6
Wanita Tani Lestari Kelud
Kebonrejo
Ambon TW
7
Wanita Tani Lestari Kelud
Kebonrejo
Raja Nangka
8
Tani Mulyo
Wonorejo
Ambon Kuning
1.340
9
Rukun Santoso
Puncu
Ambon Kuning
1.330
10
Suko Tani
Puncu
Ambon Kuning
1.330
500 1.000 500
3. Melakukan Analisis Rantai Nilai Pisang Hasil VCA telah disebarluaskan pada 7 April 2016. Tujuannya adalah untuk mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan untuk merancang intervensi masa depan yang lebih efektif dan efisien. Output yang diharapkan dari penyebaran VCA dibagi masukan dan berpikir presentasi berikut, juga berbagi pengetahuan untuk mengembangkan budidaya pisang di Kabupaten Kediri. Analisis rantai nilai dilakukan secara partisipatif dalam rangka mengembangkan budidaya pisang (Musa spp.) di Kabupaten Kediri. VCA ini bertujuan untuk menggali potensi komoditas (pisang / Musa spp.) di Kediri dan kemungkinan untuk memperluas budidaya pisang di daerah lain. Penelitian dilakukan di Kabupaten Kediri selama Januari-Maret 2016. Sebelum melakukan survei kepada petani dan pedagang, terlebih dahulu dilakukan diskusi dengan para petani pisang dan pedagang, untuk mendapatkan gambaran tentang ketersediaan petani dan pedagang. Ada 13 jenis pisang di Kabupaten Kediri: Ambon Kuning, Ambon TW, Kepok, Raja Bulu, Raja Nangka, Candi, Barlin, Berkel (Kitiran / Kawak), Agung, byar, Pisang ijo, Susu dan Masan. Salah satu jenis pisang memiliki prospek yang luas untuk dikembangkan adalah Raja Nangka, karena dapat digunakan untuk industri makanan dalam bentuk gethuk, keripik, dll. Daerah produksi pisang di Kediri tersebar di dua kecamatan, yaitu Kepung dan Puncu. Jenis pisang yang paling disukai oleh petani adalah jenis Candi, karena mudah untuk memelihara, pendek usia (panen cepat) dan mudah dijual karena untuk bahan baku membuat keripik pisang, pisang goreng, dan campuran gethuk pisang. Petani juga lebih menyukai pisang jenis Ambon Kuning dan Raja Bulu karena harga yang mahal. Biasanya harga pisang pada Februari-Maret 2016 meningkat, hal ini disebabkan kurangnya pasokan pisang kurang dibanding ketersediaan. Untuk pemasarannya, petani umumnya menjualnya-pedagang-pengecer-konsumen dengan marjin pemasaran dari 3%. Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
32
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Masalah utama dalam pertanian pisang adalah hama dan penyakit, terutama Fusarium, penyakit darah dan virus. Sebagian besar petani tidak tahu nama jenis hama dan penyakit. Cara mengatasinya masih tradisional, petani meninggalkan pisang atau menghancurkannya. Untuk mengatasi masalah ini, perlu diadakan rangakian pelatihan tehnik-tehnik budidaya pisang yang baik (Good Agriculture Practices), Meningkatkan Budidaya pisang, Praktek Penanganan panen dan pasca-panen Good Handling and Manufacturing Practices untuk mengatasi masalah ini. Berdasarkan analisis rantai nilai, pengembangan sektor agribisnis pisang di Kediri, diharapkan menghasilkan dan memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Kediri, terutama petani. Ambon Kuning dan Raja memiliki harga tertinggi dari yang lain, pemasaran pisang yang paling efisien adalah melalui pengempul desa dengan efisiensi 3,06%. Keuntungan dari perdagangan pisang ini lebih banyak dinikmati oleh grosir / kabupaten dibandingkan dengan bisnis lain. Di masa depan itu akan diperlukan dikaji lebih lanjut tentang pemasaran dan sistem agribisnis yang dapat memberikan manfaat lebih kepada petani lokal dan pengusaha di bidang pengembangan komoditas pisang di Kediri. Gambar 3. 5: Pengembangan Budidaya Pisang
4. Mengembangkan Ternak Komunal Capaian utama dalam periode ini adalah kesepakatan tentang jenis ternak, pembentukan tim seleksi, identifikasi vendor dan kesepakatan lokasi kandang komunal. Ternak yang akan diberikan untuk penerima bantuan di Kampung Baru dan Pondokagung adalah "Peranakan Ongole", sementara penerima manfaat dari Desa Pandansari dan Besowo akan menerima domba dan kambing peranakan lokal yaitu Bligon Jawa Randu Kambing. Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
33
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Ada tantangan selama pelaksanaan. Perubahan penyedia ternak karena konflik internal. Hal ini mempengaruhi kesepakatan awal antara FAO dan kelompok penerima manfaat. FAO dan Dinas Peternakan akan membahas lagi dengan kelompok penerima manfaat. Tantangan lain adalah perubahan kebutuhan masyarakat di Desa Pandansari, yang semula menginginkan ternak domba berubah menjadi ternak kambing. Hal itu terjadi karena ada sektor swasta akan memberikan bantuan ternak sapi, dimana Petani harus membayar Rp 400.000 untuk mengakses program ini. Banyak petani telah membayar meskipun tidak ada kejelasan mengenai program tersebut. Pemerintah desa dan petani yang ditargetkan telah meminta FAO untuk mendukung domba daripada sapi. Gambar 3. 6: Bantuan kandang komunal dan bantuan ternak kambing dan sapi
Tabel 3. 5: Kegiatan pengembangan bantuan ternak komunal Kegiatan
Lokasi
Penerima Manfaat
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
34
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND Pengembangan Ternak Komunal a. Sosialisasi Pengembangan Ternak Kambing dan Domba b. Pelatihan Pengelolaan Kandang Komunal c. Pelatihan Manajemen Pakan d. Pelatihan Kesehatan Hewan e. Pembuatan 3 kandang kelompok ternak sapi f. Distribusi 53 sapi Peranakan Ongole, 30 Domba Ekor Gemuk dan 175 kambing Bligon/Jawa Randu g. Distribusi 3 alat pengolahan pupuk organik (APPO) h. Pembangunan 3 instalasi biogas
IDF
Desa Kampung 271 KK terdiri dari 11 kelompok Baru, Kepung, ternak : Kediri Estu Karya Jaya Desa Besowo, Wijaya Karya Mandiri Kepung, Kediri Gesang Mulyo Desa Rodjo Mulyo Pondokagung, Sumber Rejeki, Besowo Malang Argo Makmur Harapan Sejahtera Rejeki Lancar Ternak Rejo Semulur Sumber Rejeki, Pandansari
5. Pengembangbiakan Burung Hantu (Tyto Alba) untuk anti hama tikus di Kabupaten Kediri Seperti direncanakan dalam laporan awal, FAO telah mendukung pengembangbiakan burung hantu (Tyto alba) untuk mengurangi hama tikus di Desa Babadan, Kecamatan Ngancar. Tahap awal telah dilakukan diskusi awal dengan Dinas Pertanian, petani nanas dan para ahli. Kemudian kunjungan ke peternakan burung hantu di Desa Keling, Kecamatan Kepung dan Desa Cancangan di Kecamatan Cangkringan. Nantinya akan dilakukan kegiatan sosialisasi, diskusi kelompok terfokus, survei lapangan, studi lapangan, kerja lapangan dan bantuan teknis. Integrasi penanganan hama tanaman dengan menggunakan predator alami burung hantu (Tyto alba) untuk mengurangi serangan hama tikus pada lahan pertanian di Kabupaten Kediri telah dimulai sejak November 2015. Kegiatan ini diharapkan akan dapat memperkuat strategi pengembangan pertanian dan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah rawan bencana (KRB I) Gunung Kelud. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, beberapa kegiatan awal telah dilaksanakan antara lain: Survei Lapangan sebanyak dan bantuan Teknis. Berdasarkan hasil temuan dari kegiatan survei lapangan dan diskusi dengan kelompok petani, dengan adanya penangkaran burung hantu tersebut dapat mengurangi tingkat kerusakan tanaman (nenas) yang diakibatkan oleh hama tikus dari 80-90% menjadi sekitar 15-25%. Hal ini penting, bagaimana membuat intervensi yang baik dan membangun fungsi alami dari burung hantu (Tyto Alba) untuk mengendalikan populasi hewan pengerat. Kelompok tani yang berpartisipasi di lapangan juga terlibat dalam melaksanakan beberapa kegiatan, seperti: •
Mengembangkan knowledge transfer antar sesama petani
•
Meningkatkan rasa kepemilikan terhadap kegiatan
•
Mengumpulkan informasi tentang situasi keberadaan burung hantu Barn owl (Tyto alba) lain di daerahnya dan perubahan cuaca yang cukup drastis
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
35
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
•
Memastikan titik pemasangan sarang-kotak di lahan pertanian mereka.
•
Re-check dan mendiskusikan rencana aksi mereka
•
Mengembangkan dengan detil strategi metode reintroduksi dan langkah-langkah pembiasaan (adaptasi) burung hantu (Tyto alba)
Melalui kegiatan lapangan ini baik inisiasi, diskusi, koordinasi dan kolaborasi diharapkan akan dapat mengurangi kesenjangan kapasitas (pengetahuan dan keterampilan) antar kelompok tani dan pihak terkait dalam menerapkan penanganan hama tikus secara terpadu yang ramah lingkungan. Meningkatkan kesinambungan dan penguatan kapasitas "pertanian tangguh (strategi pengurangan risiko bidang pertanian) di daerah rawan bencana gunung api, terutama dalam menghadapi hama tikus yang menyerang tanaman masa depan dan bencana gunung berapi di masa depan. Gambar 3. 7: Penangkaran burung hantu untuk mengatasi hama tikus tanaman dan pemakan buah nenas
Tabel 3. 6: Kegiatan penangkaran burung hantu dan penerima manfaat Kegiatan Penangkaran Burung Hantu (Tyto alba) untuk Mengatasi Serangan Hama Tikus a. Sosialisasi Kegiatan b. Focus Group Discussion (FGD) Perencanaan Partisipatif c. Praktek Lapangan Introduksi Burung Hantu d. Pendampingan dan Monitoring e. FGD Evaluasi dan Rencana Aksi Keberlanjutan Mandiri f. Pembuatan 16 pagupon (rumah burung hantu), 1 kandang habituasi, introduksi 8 pasang Burung Hantu dan membuat 10-20 tenggeran di 8 titik area
Lokasi
Penerima Manfaat
Desa Babadan, 131 KK Ngancar, Kediri Desa Manggis, Ngancar, Kediri Desa Sempu, Ngancar, Kediri Desa Kaumrejo, Ngantang, Malang
Output 4. Penerapan prinsip pengurangan risiko bencana dalam pemulihan. Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
36
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND 1.
IDF
Ketersediaan perangkat lunak MIS/GIS di desa berisiko tinggi dan kabupaten yang terkena dampak untuk mendukung dalam kesiapsiagaan darurat dan pemulihan.
Pembentukan Sistem Informasi Desa (VIS) mengisi celah kebutuhan untuk informasi. Website (media online) merupakan salah satu saluran utama yang dapat digunakan untuk menyediakan dan pertukaran informasi antara para pemangku kepentingan. Hal ini sejalan dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 86 tentang Sistem Informasi Desa dan Pedesaan. Sistem informasi desa (SID) ini dihubungkan dengan sistem yang ada di BPBD, BNPB, Dinas Kominfo, Bappeda dan stakeholder terkait lainnya, seperti BMKG, BBWS, PVMBG, LSM dan organisasi berbasis masyarakat lainnya. Kualitas data menjadi hal yang sangat penting sebagai bahan analisis, informasi peringatan dini atau prakiraan serta meningkatkan kualitas informasi yang diberikan antara para pemangku kepentingan dan masyarakat. Beberapa perwakilan desa telah menerima keterampilan dasar terkait sistem manajemen data informasi seperti pengumpulan data, penggunaan Sistem Informasi Desa (SID) dan pemanfaatan media sosial (twitter, blog, facebook). Keterampilan lebih lanjut mengenai produksi konten website akan dibutuhkan, yang akan memberikan mereka keuntungan untuk pemasaran. SID akan memperkaya kebutuhan informasi mengenai layanan pemerintah desa, sistem peringatan dini, dan promosi desa hasil-hasil ekonomi desa. FAO akan melakukan Pelatihan Komunikasi Kreatif dan Pemasaran Online untuk meningkatkan kualitas Sistem Informasi Desa dan sekaligus promosi produk-produk hasil pertanian. Tujuannya adalah memperkuat keterampilan dan memberikan pengetahuan, cakupan dan kualitas informasi desa; juga meningkatkan keterampilan dalam menghasilkan konten website yang baik, pemasaran dan memperluas jaringan pemasaran. UNDP telah melakukan instalasi software MIS/GIS dan pengembangan SID di 6 desa yang desa risiko tinggi di 3 kabupaten dampak. Selanjutnya FAO akan menindaklanjuti SID dengan memasukkan data penghidupan dan promosi produk unggulan desa melali website pemerintah desa. Telah dilakukan sosialisasi, pelatihan untuk pengumpulan data dan input data dengan dukungan dari pemerintah desa. Pemerintah desa mengharapkan percaya bahwa sistem akan mendorong kualitas pelayanan publik melalui integrasi basis data kependudukan dan penerbitan dokumen lebih cepat hukum. Di sisi lain, pengembangan sistem juga didukung oleh anggota komunitas di tingkat desa (tim Siaga Bencana) untuk mendukung sistem peringatan dini yang efektif dan basis data pengungsi. Selama kuartal ini, pengumpulan data dan input data telah dilakukan di 6 desa. Untuk mendukung pelaksanaan VIS, pemerintah desa mendukung penyediaan internet. Tantangannya adalah kurangnya akurasi basis data penduduk yang tersedia. Untuk tim VIS Teamworks harus memperbarui dan mengkonsolidasikan data penduduk di tingkat desa dan tingkat kabupaten.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
37
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Gambar 3. 8: Pengembangan Sistem Informasi Desa untuk Ketangguhan Ekonomi Masyarakat Berbasis Pertanian (kegiatan bersama FAO dan UNDP)
UNDP juga memberikan bantuan teknis kepada pemerintah daerah dalam mengembangkan Sistem Informasi Bencana Kabupaten (DDIS), manajemen sistem data, kapasitas, dan kelembagaan. Kegiatan yang telah dilakukan adalah: 1. Lokakarya untuk memetakan kebutuhan stakeholder untuk mendukung Sistem Informasi Bencana telah dilakukan di 3 kabupaten. 2. Lokakarya pengkajian kebutuhan untuk mendukung sistem informasi bencana kabupaten telah dilakukan di 3 kabupaten 3. Tim DDIS yang terdiri dari berbagai pihak telah dibentuk di daerah yang terkena dampak. Gambar 3. 9: Pertemuan pada Sistem Informasi Bencana Kabupaten (DDIS) formulasi grand design di Kabupaten Kediri
Sistem Informasi Desa (SID) dan Sistem Informasi Kebencanaan Kabupaten sebagai sistem informasi mendukung untuk penanggulangan bencana telah disosialisasikan. Kesepakatan dari Desa dan Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
38
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
Kecamatan pemerintah telah diperoleh. Kebutuhan Sistem Informasi Kebencanaan Kabupaten sesuai dengan konten lokal telah diidentifikasi. Di sisi lain, harmonisasi database antar SKPD menjadi tantangan untuk memfungsikan software DDIS berjalan dengan baik. 2. Ketersediaan rencana kontinjensi dan penilaian risiko banjir lahar dingin Lokakarya penyebarluasan informasi ancaman bencana lahar dingin telah dilakukan di 3 kabupaten, melibatkan desa-desa yang berisiko tinggi, BBWS, PVMBG, BPBD dan LSM lokal. Penyusunan rencana kontinjensi untuk banjir lahar dingin telah disepakati untuk dilakukan di Malang-Blitar-Kediri. Diseminasi telah dilakukan di tiga kabupaten, tim penyusun rencana kontingensi terdiri dari pemerintah desa telah dibentuk, kesepakatan strategi, proses dan rencana kerja yang telah dibuat. Kegiatan yang disebutkan di atas dilanjutkan dengan pelatihan penilaian risiko yang telah dilakukan di tiga kabupaten, peninjauan lapangan untuk menilai risiko telah dilakukan dengan melibatkan pemerintah desa, masyarakat, BPBD, Jangkar Kelud, ahli dari universitas, BBWS dan PVMBG. Tujuan pelatihan adalah untuk mengumpulkan data risiko dari 3 sungai berisiko tinggi di tiga kabupaten termasuk data sekunder penduduk, data ternak, data mata pencaharian, dan layanan dasar. Gambar 3. 10: Pelatihan pengumpulan data untuk tim survei di Malang dan Blitar
Pelatihan pengumpulan data untuk tim survei di Malang
Pelatihan pengumpulan data untuk tim survei di Blitar
UNDP juga memberikan bantuan teknis untuk merumuskan rencana kontinjensi bagi sebagian besar daerah berisiko sepanjang DAS Kelud untuk penyusunan rencana kontinjensi. Memobilisasi para ahli dari Universitas, BBWS, BMKG dan PVMBG. Konsultan akan memberikan bantuan teknis untuk BPBD di 3 kabupaten yang terkena dampak untuk penyusunan rencana kontingensi. Transfer pengetahuan dan proses pembelajaran telah dilakukan bersama dengan staf BPBD.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
39
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
3. Penyusunan Rencana kontingensi termasuk manajemen ternak dalam situasi darurat FAO telah mulai mengembangkan rencana kontingensi berbasis masyarakat pada ternak dengan membentuk tim pada tanggal 9 September 2015. Tim ini terdiri dari pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. tantangan untuk mengembangkan rencana ini karena BPBD Kediri dan BPBD Malang belum memperbarui rencana kontingensi pasca letusan lalu. Oleh karena itu, FAO dan UNDP telah mendorong BPBD untuk memperbaruinya. BPBD Kediri bersedia untuk menyusun penilaian risiko pada tahun 2016. Penilaian tersebut akan digunakan oleh FAO sebagai dasar untuk mengembangkan rencana kontingensi pada ternak. Gambar 3. 11: Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Evakuasi Ternak untuk Kesiapsiagaan Erupsi Gunung Kelud
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
40
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
3.6.
IDF
Pelaksanaan Window World Bank
Sesuai dengan Nota Kesepahaman tentang pembentukan yang ditandatangani pada Desember 2009, ruang lingkup kegiatan Bank Dunia (juga dikenal sebagai Disaster Management Fund -DMF) meliputi: -
Rehabilitasi dan Rekonstruksi perumahan, permukiman dan infrastruktur, dan
-
Peningkatan kapasitas untuk pemulihan dan pengurangan risiko bencana
Dalam SOP
telah ditetapkan bahwa pelaksana dari kegiatan pada window Bank Dunia adalah
kementerian/lembaga dengan modalitas pelaksanaan sesuai dengan proses perencanaan dan penganggaran pemerintah. Dengan memperhatikan koridor-koridor yang telah ditetapkan, kegiatan awal dilakukan dengan dukungan dana dari Pemerintah Selandia Baru adalah difokuskan pada dukungan untuk upaya Pemerintah dalam melembagakan pengalaman dan praktek terbaik dalam rehabilitasi perumahan dan permukiman dan rekonstruksi, yang telah ada sejak Tsunami Aceh 20042009 sampai dengan pemulihan pasca erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Pendekatan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan permukiman berbasis masyarakat (yang dikenal sebagai REKOMPAK) telah menjadi pendekatan yang digunakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam pemulihan perumahan untuk pemulihan berbagai kejadian bencana beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2016, dukungan IDF melalui window World Bank dilakukan pada kegiatan penguatan dan replikasi pengalaman untuk mendukung rehabilitasi perumahan dan permukiman di daerah bencana yang terjadi belakangan ini maupun daerah yang terkena dampak di Indonesia di masa mendatang. Pada Rapat Tim Pengarah 5 Desember 2015, telah disepakati alokasi dana untuk beberapa kegiatan untuk mendukung kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Manado dan Sinabung. Dukungan window World Bank akan difokuskan adopsi skema REKOMPAK ke skema pendanaan saat ini. Ada beberapa peristiwa penting yang mencerminkan perubahan dalam pelaksanaan (terutama dana) prosedur serta mandat dan kebijakan kelembagaan dari instansi pemerintah yang terkait dengan rehabilitasi perumahan dan permukiman. Perubahan ini meliputi: a. Kebijakan direktif Presiden pasca kunjungan ke Sinabung pada 29 Oktober 2014, di mana rekonstruksi perumahan dilakukan oleh TNI, menandakan pergeseran pendekatan berbasis masyarakat (termasuk REKOMPAK) yang sebelumnya telah diadopsi oleh BNPB; b. Arahan Kementerian Keuangan terkait menarik pemanfaatan Dana On-Call telah dialokasikan untuk rekonstruksi perumahan di Manado, menandakan bahwa dalam periode penanganan darurat singkat (seperti dalam kasus banjir bandang), Dna On-Call tidak dapat digunakan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi; Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
41
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
c. Perubahan besar pada skema rehabilitasi dan rekonstruksi dimana dana sebelumnya langsung dikelola oleh BNPB, tapi dieksekusi oleh pemerintah lokal. Dengan skema hibah daerah di mana dana diberikan kepada pemda melalui mekanisme APBD; dan d. Perubahan struktural internal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sebagai instansi yang berwenang dalam memberikan bimbingan teknis untuk rehabilitasi perumahan dan permukiman, di mana unit kerja sebelumnya (Satker) proyek REKOMPAK direstrukturisasi, sehingga proyek di bahwa Unit kerja sebelumnya harus ditutup dan dibubarkan dan pembentukan unit proyek baru yang membutuhkan waktu lama.
Replikasi dan Pengarusutamaan REKOMPAK di Sinabung dan Manado; dan intervensi non-pemulihan Beberapa perubahan yang telah diuraikan diatas berdampak pada persiapan pelaksanaan proyek dan persiapan kegiatan baru "Pengarusutamaan dan Replikasi REKOMPAK". Selain keterlambatan dalam pendanaan di Manado dan kurangnya kejelasan program pemulihan di Sinabung juga telah berdampak terhadap penundaan pelaksanaan kegiatan melalui window World Bank. Setelah kejelasan dalam struktur internal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (pada awal Mei 2015), yang penyusunan program Pengarusutamaan dan Replikasi REKOMPAK dimulai pada tanggal 19 Mei 2015. Namun, perubahan skema dana hibah masyarakat yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dan BNPB juga telah menunda pemrosesan kegiatan ini. Pada awal September 2015 bahwa Peraturan Menteri Keuangan tertanggal 21 Agustus 2015 tentang Hibah untuk Pemerintah Daerah memungkinkan proyek yang akan disesuaikan dengan skema baru. Saat ini kedua proses tersebut secara paralel dilaksanakan, yaitu: a) persiapan hibah baru yang didanai melalui anggaran (DIPA) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan b) pemrosesan Perjanjian Hibah baru. Beberapa kegiatan intervensi termasuk koordinasi yang telah dilakukan, yaitu: a. Penilaian awal tentang status dan kesiapan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan dan permukiman di Manado. Penilaian tersebut meliputi survei pendahuluan terhadap lokasi relokasi di daerah Pandu, dan konsultasi dengan SKPD terkait di Kota Manado a.l BAPPEDA, Badan Pertanahan (BPN), BPBD, dan Dinas Pekerjaan Umum. b. Diskusi kebijakan terkait mekanisme hibah sebagai menjadi modalitas baru dalam memberikan hibah kepada masyarakat untuk rekonstruksi pasca bencana. Secara umum kemungkinan akan ada implikasi yang signifikan terhadap pendekatan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan berbasis masyarakat, karena hibah masyarakat kini diperlakukan hanya sebagai penyediaan pendanaan tunai atau pengadaan barang dan jasa, yang bertentangan dengan konsep
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
42
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
IDF
pemberdayaan masyarakat yang terlibat dalam merencanakan dan melaksanakan keputusan serta melaksanakan pembangunan.
Tabel 3. 7: Dukungan Kegiatan di Sinabung Kegiatan PEMBENTUKAN KELOMPOK PEMUKIM / KP
Uraian
PENCARIAN ALTERNATIF LAHAN OLEH KELOMPOK
VERIFIKASI ADMINISTRATIF DAN VERIFIKASI LAPANGAN (OLEH TIM VERIFIKATOR)
PENYUSUNAN SITE PLAN PARTISIPATF
PEMATANGAN LAHAN (Land clearing, pematokan, pengkaplingan dll)
Masyarakat yang telah terverifikasi (by name, by addres) difasiltasi oleh fasilitator untuk membentuk 1 kelompok pemukim. Pembentukan kelompok ini dilakukan agar mempermudah sistim komunikasi dan manajemen pengelolaan. Masyarakat mulai diperkenalkan dengan mekanisme Huntap Mandiri secara lebih detil Masyarakat difasilitasi untuk mencari lahan sendiri maupun kelompok Dilakukan pendataan warga yang sudah memiliki tanah sendiri Masyarakat diajak untuk berembug menetukan site plan, perletakan rumah, jalan, fasum-fasos, dan menentukan letak rumah sejak dini, sehingga sejak awal pembangunan masyarakat telah mengetahui letak rumahnya. Masyarakat telah mulai diperkenalkan tentang proses dan tata cara membangun rumah, dengan demikian masyarakat akan bertanggungjawab terhadap rumahnya sendiri. Data alternatif lahan yang telah di dapat oleh masyarakat diverifikasi admisnitratif maupun verifikasi fisik lapangan. Verifikasi administratif setidaknya menyangkut hak milik asal usul tanah dan kondisi lahan ( tidak dalam sengketa) Verifikasi lapangan untuk melakukan pengecekan langsung. Verifikasi lapangan setidaknya menyangkut : Kesesuaian dengan arahan BMKG terutama untuk penentuan wilayah rawan bencana. Kesesuaian peruntukan lahan berdasarkan RTRW dan RDTR. Kesesuaian wilayah terhadap aturan-aturan permukiman Lahan yang ditunjuk bukan merupakan obyek sengketa, dan tidak menimbulkan potensi sengketa di belakang hari Jika hasil verifikasi dinyatakan layak maka dilanjutkan proses berikutnya, namun jika tidak layak maka harus mencari alternatif tanah yang lain Masyarakat diajak untuk berembug menetukan site plan, perletakan rumah, jalan, fasum-fasos, dan menentukan letak rumah sejak dini, sehingga sejak awal pembangunan masyarakat telah mengetahui letak rumahnya. Masyarakat telah mulai diperkenalkan tentang proses dan tata cara membangun rumah, dengan demikian masyarakat akan bertanggungjawab terhadap rumahnya sendiri. Proses ini meliputi pembersihan lahan (termasuk pengangkatan sisa tanaman dan humus agar tanah menjadi layak untuk dibangun
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
43
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND Kegiatan
IDF
Uraian
PEMBUATAN DESAIN RUMAH dan PELATIHAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN
PROSES PEMBANGUNAN RUMAH (pondasi dan atap) dan Infrastruktur lingkungan PROSES PENYUSUNAN LAPORAN
Dilanjutkan pengukuran dan pematokan peak tanah sehingga lahan telah berbentuk petak untuk tapak rumah, maupun jalan serta lahan fasilitas umum yang lain Masyarakat diajak mendesain rumahnya sendiri (diawali dengan mendiskusikan alternatif desain yang sudah dikembangkan terlebih dahulu), serta memahami bagaiman harus mengelola pembangunan secara partisipasi. (termasuk memahami keuntungan maupun kerugiannya) Masyarakat melakukan proses pembangunan dan atau mengendalikan, mengawasi pembangunan rumahnya sendiri Masyarakat di dampingi oleh fasilitator pertanggungjawaban pemanfaatan dana pertanggungjawaban kualitas bangunan
menyusun maupun
Isu Pelaksanaan RR Sinabung:
Perlu Tim Verifikasi untuk pembebasan tanah untuk relokasi mandiri;
Administrasi pembebasan tanah untuk relokasi mandiri memerlukan proses cukup panjang dan biayanya dibebankan pada siapa;
Kepastian hukum tentang Tata Ruang dan peruntukan lahan calon lokasi Huntap;
Pembangunan Hunian Tetap berpotensi Menyebar;
Kesepakatan tipe rumah. (pasal 22 UU No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan ukuran minimal rumah adalah 36 m²)
Batasan jumlah KK dalam satu permukiman yang dapat difasilitasi pembangunan infrastruktur permukimannya;
Keberadaan Fasilitator yang mendampingi masyarakat sekaligus jembatan informasi yang akan meminimalisir gejolak sosial.
Tabel 3. 8: Daftar invetarisasi masalah World Bank window STATUS PERMASALAHAN TINDAK LANJUT RETF : Kegiatan Replication and Mainstreaming of REKOMPAK sebesar USD 1,62 juta, melalui DIPA Kementerian PUPR - Grant Agreement di tandatangani 1. Sesuai desain awal jangka waktu Diperlukan perpanjangan 20 Mei 2016 oleh WB – pemanfaatan dana IDF sebesar masa closing date s.d 31 Kementerian Keuangan Proses USD 1,62 juta (USD 1.480.000 + Desember 2017 penganggaran dalam DIPA Kemen USD 139.000*) ini diperkirakan PUPR dan lelang pengadaan jasa selama 18 bulan (Juli 2015 s.d 31 konsultan, dana dapat Desember 2016). Namun karena dilaksanakan Oktober 2016 proses pengajuan hibah, - Kementerian PU telah penganggaran dan pengadaan Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
44
HASIL PELAKSANAAN KOORDINASI INDONESIA DISASTER FUND
-
STATUS menglakokasikan dana hibah IDF ini dalam DIPA Kemen. PUPR TA 2016 sebesar Rp 4.995.000.000 (USD 359.352) Sejak Juli– September 2016, Kementerian PU telah memobilisasi tim tenaga ahli ke Sinabung sebagai bridging (menggunakan dana APBN Kemen PUPR 2016) sampai dana IDF bisa dimanfaatkan (diperkirakan Oktober 2016)
PERMASALAHAN jasa konsultan, hibah IDF efektif dapat dilaksanakan pada Oktober 2016. Dengan sisa Waktu hanya tinggal 2 bulan, kemungkinan pemanfaatan dana tersebut tidak dapat terealiasi sesuai rencana semula. 2. *untuk untuk DIY-Jawa Tengah, sudah sejauh mana pemanfaatan dana USD 139 ribu tersebut?
IDF TINDAK LANJUT
RR Manado - Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana TA 2015 melalui alokasi anggaran dana Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Kota Manado sebesar Rp. 213.304.000.000,(Dua ratus tiga belas miliar tiga ratus empat juta rupiah). - Sesuai Hibah Perjanjian Daerah(PHD) Nomor 062/PK/2015 TGL. 6 Oktober 2015 diterima di rekening Kas daerah tanggal 22 Desember 2015 melalui ABBDP 2015 DPA : 1.1.13.02 Tanggal 7 Oktober 2015 RR Sinabung: Rp 190.674.100.000 BETF : Kegiatan mendukung Replication and Mainstreaming of REKOMPAK (USD 169.750) Assessment pengkajian kebutuhan Karena kondisi lapangan di Manado Perlu dilakukan dukungan pendampingan IDF di yang tidak kondusif, kegiatan assessment lebih lanjut Manado telah dilakukan pada tanggal assessment dan kunjungan lapangan mengenai kebutuhan 11-12 Oktober 2016di Kota Manado tidak dapat dilaksanakan. untuk mendukung Assessment kebutuhan di Sinabung pemulihan di Sinabung belum dilakukan dan Manado Penguatan Sekretariat IDF - Proses rekruitmen konsultan - WB agar - Dukungan penguatan secretariat pendukung secretariat IDF, menindaklanjuti IDF untuk Knowledge management Monev dan Knowledge proses rekrutmen dan Monev belum dilaksanakan management (KM) belum konsultan pendukung - Dukungan untuk donor dilaksanakan. secretariat IDF, Monev coordination meeting - donor coordination meeting, 8 dan KM belum november 2016 (tentative) dilaksanakan - Dukungan donor coordination meeting
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
45
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
IDF
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1.
Kesimpulan Berdirinya fasilitas pendanaan pemerintah dalam penanggulangan bencana di Indonesia
melalui proses yang cukup panjang dan dinamis yang telah dimulai sejak tahun 2009. IDF bertujuan untuk memobilisasi dana dan mengkoordinasikan bantuan internasional dalam rangka mendukung dan melengkapi upaya Pemerintah Indonesia dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Maka peran IDF adalah mengisi gap (gap filler) dan menjadi katalisator sehingga kualitas penanggulangan bencana dapat terus meningkat dengan memanfaatkan jejaring dan keahlian dan pengalaman mitra internasional. Fasilitas pendanaan IDF ini ditujukan untuk lebih mengefektifkan pemanfaatan pendanaan luar negeri bagi penanggulangan bencana, dengan menerapkan pendekatan kepemilikan pemerintah dalam kesepakatan bersama serta fleksibilitas yang lebih besar dalam pemanfaatannya, dengan tetap mengedepankan prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam penggunaannya. Pada tahun 2015, kegiatan IDF difokuskan pada dukungan pemulihan pasca bencana di Sinabung, Kelud dan Manado serta penyelesaian pembangunan infrastruktur perumahan dan lingkungan permukiman pasca bencana erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Window United Nations melalui UNJP Sinabung dan UNJP Kelud 1. Proses pelaksanaan dukungan IDF di Sinabung mengalami keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan. Aktivitas Gunung Sinabung yang masih terus menyemburkan abu vulkanik dan status penanganan darurat yang berkepanjangan menjadi kendala utama kegiatan dukungan IDF tidak bisa segera dilaksanakan. Sementara kendala pelaksanaan UNJP Kelud terkendala dengan RENAKSI yang akan dirujuk sebagai pedoman pemulihan bagi semua pihak belum juga ditetapkan. 2. Proses relokasi dan pembangunan rumah bagi pengungsi di Sinabung serta ketersediaan lahan pertanian di Siosar mengakibatkan dukungan pemulihan livelihoods tidak bisa segera dilakukan. Hal yang sama juga terjadi di Manado, ketidakjelasan kebijakan relokasi dan pencairan dana pemerintah pusat menjadi kendala pelaksanaan dukungan IDF melalui window Bank Dunia tidak bisa segera dilakukan. Pemanfaatan dana pada window Bank Dunia sebagai komplemen pendanaan (co-financing) program rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah membuat proses persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan sangat tergantung pada waktu dan ketersediaan Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
46
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
IDF
anggaran pemerintah. Beberapa perubahan terjadi pada skema pendanaan pemerintah Skema rehabilitasi dan rekonstruksi, dan perubahan struktural internal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyata sebagai instansi pelaksana hibah telah mengakibatkan penundaan pelaksanaan kegiaan. Melalui lebih koordinasi yang intensif, diharapkan penundaan dimasa mendatang dapat dihindari. 3. Kebijakan Kementerian Keuangan terkait pemanfaatan dana On-Call, yang menetapkan bahwa pemanfaatan dana on-call hanya diperuntukkan untuk penanganan darurat dan tidak diperkenankan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. Disamping itu, perubahan kebijakan baru terkait mekanisme pelaksanaan Dana Bantuan Sosial Berpola Hibah untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi menjadi Hibah Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana sesuai dengan PMK 162PMK.072015 yang membutuhkan Waktu untuk proses penyusunan pedoman teknis dan pelaksanaannya. 4. Meskipun pelaksanaan UNJP Sinabung dan UNJP Kelud mengalami keterlambatan, beberapa kegiatan yang tidak terkait langsung dengan aktivitas pemulihan fisik sudah dapat dilaksanakan, seperti kegiatan-kegiatan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maupun pihak-pihak terkait lainnya. Selain itu, kegiatan-kegiatan pelatihan penguatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat calon penerima manfaat telah dilakukan baik di Sinabung dan Kelud. 5. Selanjutnya, pelaksanaan dukungan IDF untuk Sinabung, Kelud dan Manado pada tahun 2016 masih difokuskan pada penyelesaian kegiatan-kegaitan yang tertunda atau yang belum selesai dilaksanakan pada tahun 2015. 6. Pendekatan yang digunakan. Model pendekatan UNJP Sinabung dan Kelud, dan replikasi program REKOMPAK jauh lebih mudah dikembangkan karena skalanya kecil dan bersifat pilot project dibandingkan dengan RENAKSI yang skalanya besar. Dengan demikian, berbagai pembelajaran yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan sebelumnya dapat digunakan sebagai masukan bagi pelaksanaan Program RENAKSI Pemerintah melalui dialog intensif dalam kerangka koordinasi program RR di tingkat lokal. 7. Sebagai katalisator, pelaksanaan dukungan IDF perlu didorong dan dibutuhkan komitmen Pemerintah guna mendorong masyarakat agar lebih cepat membangun kehidupan perkonomian di wilayah hunian tetap. Kolaborasi dengan kelompok-kelompok untuk pengembangan livelihood, jaringan produser ke pemasaran dan pelaku dunia usaha serta pembentukan forum-forum diharapkan akan dapat meningkatkan peluang untuk menumbuhkan penghidupan masyarakat yang terdampak. Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
47
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
IDF
8. Kegiatan dukungan IDF untuk REKOMPAK dapat menjadi pembelajaran kegiatan pemulihan mendatang. Lahan yang ditinggalkan di Merapi dan dilarang digunakan untuk permukiman, telah dilakukan penataan ulang dan konsolidasi lahan, berkoordinasi dengan BPN untuk mencegah konflik. Selain itu, fasilitasi yang dilakukan IDF telah membantu pelembagaan REKOMPAK agar dapat menjangkau lokasi pascabencana lainnya di Indonesia. 9. Kegiatan dukungan di Mentawai kurang optimal, karena tidak sesuainya jadwal antara pendampingan fasilitator dan pelaksanaan RR. 10. Untuk kegiatan baru di Sinabung dan Manado, saat ini masih terdapat kendala peraturan mengenai pencairan dana huntap, sehingga rehab/rekon belum dapat dilaksanakan.
4.2.
Rekomendasi
Upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam penguatan IDF dalam meningkatkan perannya sebagai katalisator dan gap filler dalam memperkuat sistem penanggulangan bencana di Indonesia, khususnya dalam mendukung upaya pemulihan di Sinabung, Kelud dan Manado adalah: 1.
Belajar dari pengalaman di Mentawai dan Sinabung, Bank Dunia perlu mencari pola kegiatan gap filler yang dapat merespon lebih cepat tanpa terlalu tergantung dengan kegiatan pemerintah. Misalnya pola relokasi mandiri di Merapi (yang tidak tergantung penyediaan lahan dari pemerintah), atau fokus untuk rehab/rekon untuk masyarakat yang tidak relokasi. Terkait hal ini, Sekretariat sedang mengupayakan vehicle yang lebih fleksibel supaya lebih cepat mengantisipasi kondisi di lapangan. Ke depan, akan sangat baik jika ada umbrella project yang fleksibel baik di REKOMPAK maupun BNPB untuk meliputi kegiatan pemulihan dan kesiapsiagaan.
2.
Membentuk, forum koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memfasilitasi koordinasi antar pelaku pemulihan, termasuk berbagai tingkat lembaga pemerintah serta organisasi masyarakat sipil, dan LSM dengan menggunakan kapasitas lokal. Dengan adanya peluang kemitraan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan dan mempromosikan kapasitas sumber daya lokal dalam melakukan pemulihan di Sinabung, Kelud dan Manado.
3.
Potensi tumpang tindih dan peran antara BPBD, TPN, Tentara Nasional, dan Satuan Tugas Nasional untuk Relokasi Siosar (SATGAS Percepatan). Penguatan Kemitraan dan pengembangan kapasitas lokal serta membangun komunikasi dan penetapan kewenangan para pemangku kepentingan sesuai dengan fungsi dan peran kelembagaan untuk memastikan sumber daya yang efektif.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
48
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 4.
IDF
Salah satu yang sangat mendesak adalah dukungan kepada pemerintah daerah dalam penyusunan SOP, penguatan kebijakan, dukungan penyusunan
juknis dan juklak terkait
mekanisme baru pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. 5.
Perluasan dukungan pendanaan dari IDF ke lokasi lainnya. Selama ini dukungan IDF lebih difokuskan kepada wilayah pasca bencana yang dinyatakan oleh Pemerintah Indonesia membutuhkan dukungan internasional. Namun, melihat banyaknya kawasan rawan bencana dan daerah pasca bencana yang membutuhkan dukungan, perlu dilakukan perluasan dukungan baik pada tahap pra-bencana maupun pada pascabencana.
6.
Perluasan ruang lingkup IDF disesuaikan dengan perubahan ruang lingkup yang lebih luas dari kegiatan pasca bencana dan memperbaiki business process, pembagian peran dan peningkatan fungsi koordinasi
dalam perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan bencana
dengan harapan dapat memberikan masukan terhadap model aid instrument yang efektif dimasa depan. 7.
Pembentukan Tim Koordinasi IDF dengan tujuan untuk mendukung tersusunnya langkah-langkah penting dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tertimpa bencana dan juga untuk memperkuat kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan mitra pembangunan dalam menghadapi bencana.
8.
Peningkatan peran IDF sebagai gap filler dan katalisator dalam merespon pemulihan bencana dan mendukung implementasi Renaksi di daerah pasca bencana. Pemulihan mata pencaharian dengan mengembangkan potensi lokal, peningkatan kapasitas masyarakat sasaran dan pemerintah serta mengembangkan jaringan pemasaran terhadap produk-produk yang dihasilkan merupakan intervensi yang tepat. Masalah sustainability tetap menjadi isu untuk ditindaklanjuti.
9.
Promosi IDF penting agar dikenal lebih luas baik oleh masyarakat dan stakeholder di Indonesia maupun Internasional untuk memberikan dukungan penanggulangan bencana di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan leaflet, laporan, pembelajaran, cerita-cerita sukses, pemutakhiran website dan pertemuan-pertemuan koordinasi donor stakeholder.
Laporan Akhir Koordinasi Strategis Hibah Luar Negeri Untuk Penanggulangan Bencana Dalam The Indonesia Disaster Fund (IDF) Tahun 2016
49