Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016 Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
ISSN 1979-827X Halaman i
Kata Pengantar Daftar Isi
ii
Hubungan Kompetensi Sintaksis dengan Performansi Sintaksis Agus Hamdani ………………………………………………………………………………………….
1
Kajian tentang Rancangan Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia oleh Guru Madrasah Aliyah di Jawa Barat Tahun 2016 Ika Berdiati ……………………………………………………………………………………………..
12
Kajian Struktural dan Sosiologis terhadap Novel Karya Penulis Perempuan Tahun 2000-an dan Pemanfaatannya untuk Menyusun Bahan dan Kegiatan Pelatihan Menulis Cerpen di Sanggar Sastra Dewan Kesenian Cianjur Sri Rini Wahyuni ………………………………………………………………………………………
26
Pendekatan Saintifik Berbasis Imagine dalam Pembelajaran Menulis Puisi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Cimahi Ilham Ansori Padila …………………………………………………………………………………..
36
Analisis Wacana dalam Blog Jurnal Online serta Pemanfaatannya dalam Menyusun Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran Menulis Karya Ilmiah Agusriati………………………………………………………………………………………………..
47
Struktur, Fungsi, dan Nilai-nilai yang Terkandung dalam Cerita Rakyat di Kecamatan Cugenang sebagai Bahan dan Kegiatan Pembelajaran Menulis Dongeng di SMP untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter Eutik Julaeha …………………………………………………………………………….…………….
56
Kajian Nilai Pendidikan Karakter pada Biografi Tokoh serta Penerapan Pembelajarannya dengan Metode Discovery Learning Berbasis Hypnoteaching pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Cimahi Castinah……………………………………………………………………………...............................
65
Penggunaan Kata Berimbuhan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SD Negeri Hanjawar 3 Kecamatan Cibeber Tahun Pelajaran 2015-2016 Agus Suhendin………………………………………………………………………………………….
76
Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Script dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskripsi Nyimas Dewi …………………………………………………………………………………………………
90
Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual Rochmat Tri Sudrajat…………………………………………………………………………………………..
101
Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
ii
`
0
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
HUBUNGAN KOMPETENSI SINTAKSIS DENGAN PERFORMANSI SINTAKSIS
oleh Agus Hamdani STKIP Garut
Abstrak Tulisan ini berisi ringkasan hasil penelitian yang mengungkap hubungan antara kompetensi sintaksis dengan performansi sintaksis. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Garut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes pilihan ganda untuk mengukur kompetensi sintaksis dan tes esai untuk mengukur performansi sintaksis. Pengolahan data dilakukan secara statistik melalui program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi sintaksis dan performansi sintaksis mahasiswa tergolong cukup serta terdapat hubungan yang positif dan siginifikan antara penguasaan kompetensi sintaksis dengan performansi sintaksis. Dengan kata lain, jika penguasaan kompetensi sintaksis tinggi maka performansi sintaksisnya pun akan tinggi pula. Kata kunci: hubungan, kompetensi sintaksis, performansi sintaksis
Abstract This paper summarizes the results of studies that reveal the relationship between syntactic competence and the performance of syntax. This research is a descriptive correlational. Research subject is students of Indonesian Language and Literature Education STKIP Garut. Data collection techniques used is a multiple choice test to measure the competence of syntax and an essay test to measure the performance of syntax. The data were processed statistically with SPSS version 16.0 The results showed that the mastery of syntactic competence and syntactic performance is quite and there is a positive and significant relationship between mastery of syntactic competence with syntactic performance. In other words, if mastery of syntactic competence is a high then his syntactic performance will be high as well. Keywords: relationships, syntactic competence, syntactic performance
Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
1
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
Pendahuluan
merupakan dua unsur yang tak dapat dipisahkan
Istilah “penguasaan” terhadap suatu bahasa
dalam performansi bahasa. Untuk dapat menulis
yang dipelajari terbagi atas (1) penguasaan
dan berbicara dengan baik, misalnya, kita harus
terhadap
(2)
menguasai secara aktif kaidah bahasa yang
penguasaan terhadap kemampuan menggunakan
bersangkutan yang akan dipergunakan sebagai
bahasa
wadah untuk menampung pikiran yang akan
1.
elemen-elemen
untuk
bahasa
kegiatan
dan
berkomunikasi.
Penguasaan yang pertama sering disebut dengan Penguasaan
Penguasaan terhadap kompetensi bahasa
kompetensi bahasa lebih bersifat teoretis, diskrit,
belum tentu berarti menguasai bahasa itu untuk
dan kurang secara langsung berkaitan dengan
kebutuhan komunikasi. Meskipun demikian,
fungsi komunikatif bahasa. Penguasaan yang
kompetensi bahasa tetap penting untuk dikuasai
kedua sering disebut dengan istilah “performansi
karena hal itu akan mempengaruhi performansi
bahasa”. Penguasaan performansi bahasa lebih
berbahasa. Apalagi bagi pembelajar bahasa
bersifat praktis, artinya menguasai bahasa target
kedua, tanpa kompetensi bahasa hampir tidak
untuk maksud komunikasi sesuai dengan fungsi
mungkin seseorang dapat melakukan tindak
komunikatif bahasa.
berbahasa yang baik, baik yang bersifat reseptif
istilah
“kompetensi
bahasa”.
dikemukakan.
Menurut Brown (1980:27-28), kompetensi kebahasaan
seseorang
berkaitan
dengan
maupun
produktif.
”performansi
Dengan
bahasa
merupakan
demikian, manifestasi
pengetahuan tentang sistem bahasa, struktur, kosa
nyata kompetensi kebahasaan seseorang. Tinggi
kata, atau seluruh aspek kebahasaan itu, serta
rendahnya kompetensi kebahasaan seseorang
bagaimana tiap aspek itu saling berhubungan.
pada umumya tercermin dari kemampuan atau
Dengan menguasai kompetensi bahasa, seseorang
keterampilan
akan mampu membedakan antara bahasa dan
2001:167).
berbahasanya”
(Nurgiyantoro,
bukan bahasa. Dengan kata lain, ia akan mampu
Kompetensi berbahasa pada dasarnya dapat
membedakan antara bunyi bahasa dengan yang
dikelompokkan menjadi dua aspek, yaitu struktur
bukan bunyi bahasa, antara kosakata bahasanya
dan kosakata. Semua tindak berbahasa pada
dengan yang bukan kosakata bahasanya, antara
hakikatnya
struktur kalimat yang gramatikal dengan struktur
aspek tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan
kalimat yang tidak gramatikal, dan sebagainya.
bahwa
Performansi
bahasa
merupakan
tindak
mempergunakan bahasa secara nyata untuk maksud dapat
berkomunikasi. juga
diartikan
Performansi sebagai
bahasa
merupakan
kompetensi
pengoperasian
struktur
dan
kedua
kosakata
merupakan prasyarat untuk melakukan kegiatan berbahasa. Struktur
suatu
bahasa
pada
umumnya
kegiatan
dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu
menghasilkan bahasa untuk mengkomunikasikan
morfologi dan sintaksis. Menurut Nurgiyantoro
ide atau pikiran kepada orang lain, baik secara
(2001:166), struktur sintaksis merupakan hal
lisan maupun tulisan. Unsur bahasa dan pikiran
yang lebih penting daripada morfologi karena
Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
2
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
sintaksis
merupakan
struktur
bahasa
yang
dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas
tertinggi. Karena cakupan sintaksis lebih luas dari
proses
perkuliahan
pada morfologi maka tes struktur sintaksis perlu
perkuliahannya.
dan
kualitas
hasil
lebih ditekankan daripada morfologi. Berkaitan dengan hal di atas, penelitian ini berusaha untuk mengungkap hubungan antara
2. Landasan Teoretis Kata ”sintaksis” dalam bahasa Indonesia
dengan
merupakan kata serapan dari bahasa Belanda,
performansi sintaksis. Dengan menggunakan
syntaxis. Dalam bahasa Inggris kata yang
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan
digunakan adalah syntax. Berdasarkan asal usul
Sastra Indonesia STKIP Garut sebagai subjek
katanya, kata sintaksis berasal dari bahasa
penelitiannya, rumusan masalah penelitian ini
Yunani, yaitu dari kata ”sun” yang berarti dengan
adalah sebagai berikut.
dan ”tattein” yang berarti menempatkan. Jadi,
1) Bagaimana kompetensi sintaksis mahasiswa
secara etimologis kata sintaksis mengandung arti
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi
Indonesia STKIP Garut?
kelompok kata atau kalimat dan kelompok-
penguasaan
kompetensi
sintaksis
kelompok
kata
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
1989:70;
Pateda,
Indonesia STKIP Garut?
1959:10-11). Hal ini sejalan dengan pendapat
2) Bagaimana performansi sintaksis mahasiswa
menjadi
kalimat
1988:85;
(Verhaar,
Slametmujana,
kompetensi
O’Grady dan Dobrovolsky (1989:126) bahwa
sintaksis dengan performansi sintaksis pada
sintaksis adalah ”... the system of rules and
mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
categories that allows words to be combined to
dan Sastra Indonesia STKIP Garut?
form sentences”.
3) Adakah
hubungan
antara
Sesuai dengan rumusan masalah di atas,
Dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia,
tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh
Keraf (1984:137) menjelaskan bahwa sintaksis
gambaran
adalah ”... bagian dari tata bahasa yang
mengenai
kompetensi
sintaksis,
performansi sintaksis, dan hubungan antara
mempelajari
dasar-dasar
kompetensi sintaksis dan performansi sintaksis
pembentukan kalimat dalam suatu bahasa”.
pada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Selanjutnya,
Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Garut.
pembicaraan tentang sintaksis mencakup tiga
ia
dan
proses-proses
mengemukakan
bahwa
ini
tataran bahasa, yaitu: frasa, klausa, dan kalimat.
diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan
Hal ini sejalan dengan pendapat Parera (1988:xi)
penyusunan
yang mengemukakan, ”Yang kami masukkan
Secara
teoretis
teori
hasil
penelitian
mengenai
hubungan
kompetensi sintaksis dan performansi sintaksis.
dalam
bidang
sintaksis
ialah
pembicaraan
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengenai unit bahasa: kalimat, klausa, dan
menjadi bahan masukan bagi dosen pengampu
frase”.
mata kuliah Sintaksis dan mata kuliah Menulis Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
3
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
Sementara
itu,
Ramlan
(2001:18)
dikemukakan Keraf, Parera, dan Ramlan di atas,
mengemukakan, ”Sintaksis ialah bagian atau
terdapat dua buah kesamaan mendasar. Pertama,
cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
kalimat merupakan satu kesatuan dari sebuah
seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa
bentuk kebahasaan. Hal itu ditandai dengan
...”. Dimasukkannya wacana oleh Ramlan sebagai
munculnya ungkapan satu bagian ujaran dalam
bagian dari tataran sintaksis merupakan pendapat
definisi
yang cukup menarik. Namun, hal itu belum dapat
ketatabahasaan yang maksimal dalam definisi
meyakinkan banyak pihak karena pembahasan
dari Parera, dan satuan gramatik dalam definisi
yang dilakukan dalam bukunya Ilmu Bahasa
dari
Indonesia: Sintaksis (2001) hanya meliputi
ketatabahasaan itu dalam teori linguistik modern
tataran kalimat, klausa, dan frasa, sedangkan
disebut sebagai bentuk ekspresi atau unsur
tataran wacana tidak sedikit pun disinggung
segmental. Kedua, kalimat itu muncul karena
apalagi sampai dibahas secara panjang lebar.
adanya unsur intonasi. Unsur intonasi ini terlihat
dari
Ramlan.
Keraf,
Satu
sebuah
kesatuan
bentuk
bentuk
Bertolak dari beberapa pengertian sintaksis
pada kata kesenyapan dan intonasi dalam definisi
di atas, terdapat dua hal pokok yang harus
dari Keraf, kesenyapan final dalam definisi dari
digarisbawahi. Pertama, sintaksis merupakan
Parera, serta nada dan jeda panjang dalam
salah satu cabang ilmu bahasa di samping ilmu
definisi dari Ramlan. Dalam linguistik modern,
bahasa yang lainnya, seperti fonologi, morfologi,
unsur
dan semantik. Kedua, objek sasaran yang dibahas
suprasegmental.
dalam sintaksis meliputi seluk-beluk kalimat, klausa, dan frasa.
intonasi
ini
disebut
juga
unsur
Klausa ialah ”... suatu konstruksi yang di dalamnya
terdapat
beberapa
kata
yang
Kalimat menurut Keraf (1984:141) adalah
mengandung hubungan fungsional, yang dalam
”Satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti
tata bahasa lama dikenal dengan pengertian
oleh
intonasinya
subjek, predikat, objek, dan keterangan” (Keraf,
menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah
1984:138). Dari definisi ini dapat ditarik dua hal
lengkap”. Dengan menggunakan redaksi yang
pokok.
berbeda, Parera (1988:4) menjelaskan, ”Sebuah
konstruksi yang terdiri atas beberapa kata.
bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak
Konstruksi yang dimaksud adalah gabungan dua
merupakan bagian dari bentuk ketatabahasaan
buah kata atau lebih yang bersifat gramatikal.
yang lain yang lebih besar dan mempunyai ciri
Kedua, gabungan dua buah kata atau lebih yang
kesenyapan final yang menunjukkan bentuk itu
ada dalam klausa haruslah tersusun secara
berakhir adalah sebuah kalimat”. Sementara itu,
fungsional. Walaupun Keraf mengakui bahwa
Ramlan (2001:23) mengemukakan bahwa kalimat
fungsi inti yang menandai adanya sebuah klausa
merupakan ”... satuan gramatik yang dibatasi oleh
adalah fungsi subjek dan predikat sedangkan
adanya jeda panjang disertai nada akhir turun
fungsi yang lain bersifat fakultatif, tetapi hal itu
atau
tidak tersurat secara tegas di dalam definisi
kesenyapan
naik”.
Dari
sedangkan
definisi
kalimat
yang
Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
Pertama,
klausa
merupakan
suatu
4
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
klausanya.
Definisi
yang
cukup
tegas
Ada dua hal pokok dalam definisi frasa dari
mencantumkan syarat minimal fungsi yang harus
Ramlan di atas, yaitu (1) frasa merupakan satuan
ada dalam sebuah klausa dikemukakan oleh
bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih, dan
Ramlan. Menurut Ramlan (2001:79), klausa
(2) frasa hanya menduduki salah satu fungsi
adalah ”... satuan gramatik yang terdiri dari S, P,
dalam kalimat. Karena frasa merupakan dua kata
baik disertai O, PEL, dan KET ataupun tidak”.
atau lebih maka bisa dipastikan bahwa perbedaan
Definisi ini sejalan dengan apa yang dijelaskan
kata dengan frasa terletak pada jumlah unsur
dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
segmentalnya. Unsur segmental frasa selalu lebih
(Alwi et.al, 2003:313) bahwa ”Setiap konstruksi
besar dari satuan bentuk bahasa yang dinamakan
sintaksis yang terdiri atas unsur subjek dan
kata. Dengan melihat hal pokok ke dua, yakni
predikat (tanpa memperhatikan intonasi atau
frasa menduduki salah satu fungsi dalam kalimat
tanda baca akhir) adalah klausa”.
maka bisa dipastikan bahwa frasa berbeda dengan
Istilah frasa tergolong istilah yang relatif
klausa. Walaupun frasa dan klausa sama-sama
baru. Sama halnya dengan istilah klausa, istilah
dibentuk oleh dua kata atau lebih, unsur-unsur
frasa belum dikenal dalam teori tatabahasa
yang membentuk frasa tersebut tidak memiliki
tradisional. Istilah ini baru populer setelah teori
hubungan
tata bahasa struktural berkembang dengan pesat.
klausa memiliki hubungan fungsional. Klausa
fungsional,
sedangkan
antarunsur
Menurut Keraf (1984:138), frasa adalah ”...
paling sedikit mengandung dua fungsi, yakni
suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau
subjek dan predikat, sedangkan frasa hanya
lebih yang membentuk suatu kesatuan”. Hal
mengandung satu fungsi, bisa subjek, predikat,
senada dikemukakan oleh Parera (1988:32)
objek, pelengkap, atau bisa keterangan saja.
bahwa frasa adalah ”... suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak”. Dari dua pengertian frasa ini terdapat sebuah kesamaan yang mendasar, yakni frasa merupakan suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih. Namun, ciri utama yang membedakan frasa dengan klausa tidak tersurat dalam kedua definisi tersebut. Rumusan definisi yang cukup tegas menyertakan ciri utama yang membedakan frasa dengan klausa dikemukakan oleh Ramlan (2001: 138) bahwa frasa adalah ”... satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa”. Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode
korelasional
korelasional.
merupakan
”Penelitian
penelitian
yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.” (Arikunto, 2005:247). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dihubungkan, yaitu variabel kompetensi sintaksis dengan variabel performansi sintaksis.
Data kedua variabel
tersebut dijaring melalui teknik tes. Untuk mendapatkan
data
kompetensi
sintaksis
digunakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda 5
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
yang berjumlah 60 soal, terdiri atas 20 soal
16.0. Kegiatan yang dilakukan dengan program
pengetahuan frasa, 20 soal pengetahuan klausa,
SPSS versi 16.0 ini antara lain menguji
dan 20 soal pengetahuan kalimat. Setiap butir
normalitas
soal diberi bobot skor 1 sehingga rentang skor
korelasi. Cara yang ditempuh untuk menguji
kompetensi sintaksis adalah 0-60, sedangkan
normalitas
untuk mendapatkan data performansi sintaksis
Kolmogorof-Smirnov
digunakan
yang
menentukan koefisien korelasi dilakukan melalui
sebuah
teknik analisis Korelasi Bivariat Parametrik
tes
menghendaki
esai
berbetuk
mahasiswa
tugas
menulis
komentar terhadap salah satu topik dari beberapa
data
dan
data
menentukan
dilakukan
koefisien
melalui
sedangkan
uji untuk
Pearson Product Moment.
topik aktual yang disediakan. Aspek yang
Lebih lengkapnya, langkah-langkah untuk
dijadikan bahan penilaian soal ini meliputi
mengolah data penelitian ini adalah sebagai
penggunaan frasa, penggunaan klausa, dan
berikut:
penggunaan kalimat. Rentang skor masing-
1) memberi skor pada setiap lembar jawaban
masing aspek 0-15 sehingga rentang skor
mahasiswa sesuai dengan sistem penskoran
keseluruhan performansi sintaksis ini 0-45.
yang telah ditetapkan;
Subjek
penelitian
ini
adalah
semua
2) mentabulasi skor;
mahasiswa tingkat III Program Studi Pendidikan
3) menentukan persentase hasil tes mahasiswa
Bahasa dan Sastra Indonesia Tahun Akademik
dengan berpedoman pada perhitungan skala
2013/2014 yang berjumlah 136 orang dan terbagi
lima seperti tertera pada tabel berikut ini
atas empat kelas. Dari 136 orang ini, penulis menetapkan 32 orang mahasiswa untuk dijadikan sampel penelitian. Karena subjek penelitian ini tidak betul-betul homogen maka penentuan sampel penelitian ini dilakukan secara acak
Tabel 1 Penentuan Patokan dengan Perhitungan Persentase untuk Skala Lima Interval Persentase Tingkat Penguasaan
dengan menggunakan teknik sampel random bertingkat (stratified random sampling) melalui data IPK setiap mahasiswa selama lima semester. Cara seperti ini dilakukan agar subjek yang
85% 75% 60% 40% 0%
(1) - 100% - 84% - 74% - 59% - 39%
Nilai Ubahan Skala Lima 0-4 E-A (2) (3) 4 A 3 B 2 C 1 D 0 E
Keterangan (4) Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal
menjadi sampel representatif terhadap populasi sehingga
rangkaian
proses
penilaian
untuk
(Nurgiyantoro, 2001:399)
menjawab pertanyaan penelitian atau pengujian hipotesis dapat dipertanggungjawabkan dengan benar.
4)
menguji normalitas data hasil tes dengan taraf signifikasi α sebesar 0,05;
Pengolahan data penelitian ini dilakukan secara statistik dengan menggunakan perangkat lunak (sofware) berupa program SPSS
versi
Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
6
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016 Tabel 2 Hasil Tes Kompetensi Sintaksis dan Performansi Sintaksis
Penguasaan Sintaksis (1) Kompetensi Sintaksis
Performansi Sintaksis 5)
menentukan
Aspek (2) Pengetahuan Frasa Pengetahuan Klausa Pengetahuan Kalimat Jumlah Penggunaan Frasa Penggunaan Klausa Penggunaan Kalimat Jumlah koefisien
korelasi
Σ Skor
Rata-rata Skor
(3) 454 383 443 1280 351 316 298 965
(4) 14,19 11,97 13,84 40 10,97 9,88 9,31 30,16
antara
Rata-rata Persen (5) 70,94 59,84 69,22 66,67 73,12 65,83 62,08 67,01
Kategori (6) Cukup Kurang Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
kalimat dan pengetahuan klausa. Skor rata-rata
kompetensi sintaksis dengan performansi
yang
sintaksis melalui teknik analisis Korelasi
pengetahuan klausa. Secara berurutan skor rata-
Bivariat
rata ketiga aspek tersebut adalah pengetahuan
Parametrik
Pearson
Product
paling
rendah
adalah
skor
rata-rata
Moment.
frasa 14,19 atau 70,94%, pengetahuan kalimat
6)
menguji hipotesis;
13,84 atau 69,22%, dan pengetahuan klausa
7)
menafsirkan hasil uji hipotesis.
11,97 atau 59,84%. Berdasarkan hasil ini maka dapat dikatakan bahwa penguasaan mahasiswa untuk aspek pengetahuan frasa dan pengetahuan
4. Hasil Penelitian Hasil
tes
kalimat tergolong kategori cukup karena berada
kompetensi
sintaksis
dan
performansi sintaksis terlihat pada Tabel 2.
klausa tergolong kurang karena berada pada
Berdasarkan Tabel 2 di atas bisa dilihat bahwa rata-rata persentase skor kompetensi sintaksis hampir sama dengan performansi sintaksis. Dari skor total ideal 60, rata-rata skor kompetensi sintaksis 40 atau 66,67% sedangkan rata-rata skor performansi sintaksis 30,16 atau 67,01% dari skor total ideal 45. Dengan demikian,
kategori
penguasaan
kompetensi
sintaksis dan performansi sintaksis mahasiswa termasuk ke dalam kategori cukup karena berada pada rentang 60%-74%.
pengetahuan
rentang 40%-59%.. Dari ketiga aspek performansi sintaksis, skor rata-rata
penggunaan
frasa
paling
tinggi
dibandingkan dengan dua aspek lainnya. Bila diurutkan mulai dari skor rata-rata terbesar, skor rata-rata untuk ketiga aspek tersebut secara berturut-turut adalah penggunaan frasa 10,97 atau 73,12%, penggunaan klausa 9,88 atau 65,83%, dan penggunaan kalimat 9,31 atau 62,08%. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan mahasiswa untuk ketiga aspek performansi sintaksis ini
Dari ketiga aspek kompetensi sintaksis, skor rata-rata
pada rentang 60%-74%, sedangkan pengetahuan
frasa
lebih
tinggi
masing-masing berada pada kategori cukup karena berada pada rentang 60%-74%.
dibandingkan dengan skor rata-rata pengetahuan Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
7
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
Dalam
bentuk
diagram,
gambaran
Kriteria pengujian yang digunakan adalah
penguasaan tiap aspek kompetensi sintaksis dan
jika nilai probabilitas atau signifikansi (Sig) lebih
performansi sintaksis mahasiswa ini terlihat pada
besar dari α = 0,05 maka Ho diterima. Dengan
Gambar 1.
kata lain,
data skor penguasaan kompetensi
sintaksis dan performansi sintaksis tersebut ditafsirkan berdistribusi normal. Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Skor Penguasaan Sintaksis dan Performansi Sintaksis Kolmogorov-Smirnov Test Kompetensi Sintaksis
Performansi Sintaksis
32
32
N Normal Parametersa
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan
antara
penguasaan
kompetensi
sintaksis dan performansi sintaksis digunakan
Mean
Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z
40.00
30.16
6.988
3.629
.065
.118
.061 -.065
.118 -.067
.366
.669
teknik analisis Korelasi Bivariat Parametrik Pearson Product Moment. Namun, sebelumnya dilakukan pengujian normalitas sebaran data terlebih dahulu. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui apakah data skor penguasaan kompetensi sintaksis dan performansi sintaksis mahasiswa berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini
dilakukan
dengan
menggunakan
uji
Kolmogorof-Smirnov melalui SPSS versi 16.0. Pasangan hipotesis nol (Ho) yang diuji melawan hipotesis tandingannya (H1) adalah sebagai berikut. Ho : Sampel berdistribusi normal. H1 : Sampel tidak berdistribusi normal.
Rangkuman
hasil
penghitungan
uji
normalitas sebaran data ini terlihat pada Tabel 3. Berdasarkan
hasil
penghitungan
yang
disajikan pada Tabel 3 di atas terlihat bahwa semua nilai probabilitas atau signifikansi yang tertera pada baris Asymp.Sig.(2-tailed) hasil perhitungan melalui uji Kolmogorof-Smirnof lebih besar dari taraf nyata pengujian (α) 0,05. Hal ini berarti Ho diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data skor penguasaan kompetensi sintaksis dan performansi sintaksis berdistribusi
normal.
Gambar
kenormalan
masing-masing data di atas terlihat pada grafik di bawah ini.
Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
8
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
0 > 0-0,25 > 0,25- 0,5 > 0,5-0,75 > 0,75-0,99 1
: Tidak terdapat korelasi : Korelasi sangat lemah : Korelasi cukup : Korelasi kuat : Korelasi sangat kuat : Korelasi sempurna (Sarwono, 2009:59)
Pasangan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis tandingannya (H1) dalam teknik analisis korelasi ini adalah sebagai berikut. Ho :
Tidak ada hubungan signifikan antara penguasaan pengetahuan sintaksis dengan tindak sintaksis.
H1 : Terdapat hubungan signifikan antara penguasaan pengetahuan sintaksis dengan tindak sintaksis. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas atau signifikansi (Sig) lebih kecil dari α = 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan
kata
lain,
penguasaan
kompetensi
sintaksis memiliki hubungan yang signifikan
Gambar 2 Model Normal Q-Q Plot Penguasaan Kompetensi Sintaksis dan Performansi Sintaksis
dengan penguasaan performansi sintaksis. Rangkuman hasil penghitungan korelasi
Berdasarkan
hasil
penghitungan
pada
Gambar 2 dapat kita lihat bahwa semua grafik di atas menunjukkan bahwa sebaran data berada pada posisi di sekitar garis lurus yang membentuk garis miring dari arah kiri bawah ke kanan atas.
antara penguasaan kompetensi sintaksis dengan performansi
sintaksis
dengan
menggunakan
Korelasi Bivariat Parametrik Pearson Product Moment melalui SPSS versi 16.0 tersaji pada Tabel 4.
Hal ini menunjukkan bahwa sebaran kedua data Tabel 4
di atas adalah normal. Setelah kedua
kelompok data terbukti
berdistribusi normal, langkah berikutnya yang dilakukan adalah menentukan koefisien korelasi. Interpretasi kuat atau lemahnya korelasi dilakukan
dengan
melihat
angka
koefisien
Hasil Analisis Korelasi Penguasaan Kompetensi Sintaksis dan Performansi Sintaksis Koefisien Korelasi (3) 0,514
Sig. (2-tailed)
Taraf Signifikansi
(5)
(4) 0,003
0,05
Kesimpulan (6) Signifikan
korelasi hasil penghitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
9
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
Tabel
4
menunjukkan
bahwa
angka
penguasaan
kompetensi
sintaksis
dengan
koefisien korelasi antara penguasaan kompetensi
performansi sintaksis. Dengan kata lain, jika
sintaksis dengan performansi sintaksisnya adalah
penguasaan kompetensi sintaksis tinggi maka
0,514. Angka positif ini menunjukkan adanya
performansi sintaksis pun akan tinggi pula.
korelasi yang tergolong cukup dan searah. Nilai
Dengan demikian, hasil penelitian ini semakin
probabilitas korelasinya yang tercantum pada
menguatkan teori seperti yang dikemukakan oleh
kolom Sig. (2 tailed) sebesar 0,003. Nilai
Nurgiyantoro (2001:167) bahwa ”performansi
probabilitas ini lebih kecil dari taraf siginifikansi
bahasa merupakan manifestasi nyata kompetensi
(α) = 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.
kebahasaan
Jadi, terdapat hubungan yang siginifikan antara
kompetensi kebahasaan seseorang pada umumya
penguasaan
tercermin dari kemampuan atau keterampilan
kompetensi
sintaksis
dengan
performansi sintaksis. Dengan kata lain, jika
seseorang.
Tinggi
rendahnya
berbahasanya”.
penguasaan kompetensi sintaksis tinggi maka performansi sintaksis pun akan tinggi pula. Daftar Pustaka 5. Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi sintaksis dan performansi sintaksis mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Garut relatif sama. Dari skor total ideal 60, rata-rata skor kompetensi sintaksis 40 atau 66,67% sedangkan rata-rata skor performansi sintaksis 30,16 atau 67,01% dari skor total ideal 45. Dengan demikian,
kategori
penguasaan
kompetensi
sintaksis dan performansi sintaksis mahasiswa masing-masing termasuk ke dalam kategori cukup karena berada pada rentang 60%-74%. Angka koefisien korelasi antara penguasaan kompetensi sintaksis
sintaksis
adalah
0,514.
dengan Angka
performansi positif
ini
menunjukkan adanya korelasi yang tergolong cukup dan searah. Nilai probabilitas korelasinya sebesar 0,003. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari (α) = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
Alisyahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia Djilid 1. Jakarta: Pustaka Rakjat. _____. 1976. Tata Bahasa Baru Indonesia 2. Jakarta: Dian Rakyat.
Bahasa
Alwi, Hasan et.al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. _____. 1993. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ary, Donald et.al. 1982. Introduction to Research in Education. Terjemahan Arief Furchan. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional. Bloomfield, Leonard. 1995. Language. Terjemahan I. Sutikno. Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fraenkel, Jack R. dan Wallen, Norman E. 1990. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Inc. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah Mees, C. A. 1953. Tatabahasa Indonesia. Bandung: G. Kolff & Co. Bandung 10
Dinamika, Tahun VIII, Nomor 16, Juli 2016
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. O’Grady, William dan Dobrovolsky, Michael. 1989. Contemporary Linguistics: An Introduction. New York: St. Martin’s Press. Parera, Jos Daniel. 1988. Sintaksis. Jakarta: Gramedia. Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Slametmuljana. 1959. Kaidah Bahasa Indonesia I. Jakarta: Djambatan _____. 1960. Kaidah Bahasa Indonesia II. Jakarta: Djambatan Verhaar, J.W.M. 1989. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yohanes, Yan Sehandi. 1991. Tinjauan Kritis Teori Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: PT Gramedia
Riwayat Penulis
Sapani, Suardi et.al. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Dr. Agus Hamdani, S.Pd., M.Pd. lahir di Bandung, 5 Agustus 1969. Dosen Kopertis IV yang diperbantukan di STKIP Garut sejak tahun 1994.
Sarwono, Jonathan. 2009. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
’
Hubungan Kompetensi Sintaksis…/ Agus Hamdani
11