i
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2013 disusun mengacu pada Keputusan Gubernur Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 12 Tahun 2002, tentang sistem pertanggung jawaban berjenjang dilingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010, tentang perbaikan pedoman penyusunan penetapan kinerja dan pelaporan akutanbilitas kinerja instansi pemerintah. Laporan ini disusun memuat hasil pelaksanaan tugas pemerintahan dan tugas pembangunan Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan selama Tahun 2013, sebagai wujud pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan, materi laporan disusun dari hasil kerja semua unit eselon III lingkup Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan yang berpedoman pada Rencana Kerja (RENJA) Tahun 2013 dan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2011 – 20115. Disadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik, serta saran semua pihak sangat diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Banjarbaru, Januari 2014 Kepala Dinas,
Ir.H. SUGIAN NOORBAH, MP Pembina Utama Muda NIP. 19610325 198803 1 003
i
IKHTISAR EKSEKUTIF
Misi, tujuan dan sasaran strategis kegiatan pembangunan perkebunan Tahun 2013 dalam rangka mewujudkan visi dinas dalam Renstra Dinas Perkebunan 2011-2015 yaitu “Menjadikan Kawasan Agribisnis Masyarakat Perkebunan Unggul, Sejahtera dan Berkelanjutan (Kimbun Gulraber)”, dengan sasaran strategis sebagai berikut : 1.
Terlaksananya usaha peremajaan, rehabilitasi, perluasan, intensifikasi dan diversifikasi tanaman tahunan dengan indikator kinerja : a. Pertumbuhan luas perkebunan rata-rata 3,66% pertahun, target yang ditetapkan pada tahun 2013 sebesar 639.500 ha setara dengan pertumbuhan 24.980 ha (4,06%). Sampai dengan tahun 2013 (angka sementara statistik perkebunan Kalimantan Selatan) capaian luas perkebunan sebesar 692.053 ha, selisih perkembangan luas dari target yang telah ditetapkan sebesar 52.553 ha (8,54%) sehingga capaian kinerja pertumbuhan luas perkebunan mencapai 210,34% dari target yang telah ditetapkan. b. Pertumbuhan produksi perkebunan rata-rata 4,5% pertahun, target yang ditetapkan pada tahun 2013 sebesar 4,49% atau setara dengan 33.910 ton. Sampai dengan tahun 2013 (angka sementara statistik perkebunan Kalimantan Selatan) pertumbuhan produksi perkebunan mencapai 830.240 ton, selisih perkembangan produksi perkebunan dari target yang telah ditetapkan sebesar 41.090 ton (5,44%) sehingga capaian kinerja pertumbuhan produksi mencapai 121,16%.
2.
Terlaksananya kemitraan, pemanfaatan unit pengolahan hasil dan usaha peningkatan mutu hasil perkebunan dengan indikator kinerja : Meningkatnya
mutu
hasil
unggulan
perkebunan
mencapai
95%
sesuai
SNI
(Renstra 2011-2015), target yang ditetapkan pada tahun 2013 mutu hasil unggulan perkebunan sesuai SNI sebesar 84,35% atau setara dengan jumlah produksi sebesar 97.435 ton. Dari hasil pengamatan petani karet di Kalimantan Selatan sebanyak 240 responden seluruh Kalimantan Selatan yang berproduksi dengan kualitas baik (memakai pembeku anjuran, tidak dicampur bahan lain, bokar bersih) sebesar 123 orang petani responden (51,25%). ii
Angka responden yang melaksanakan bokar bersih dikonversikan dengan target peningkatan mutu sesuai SNI tahun 2013 mencapai 97.435 ton, capaian peningkatan mutu sesuai SNI 51,25% setara dengan 59.199 ton sehingga capaian kinerja tahun 2013 peningkatan mutu sesuai SNI sebesar 60,68%. 3.
Terlaksananya penanganan pasca panen, promosi, dan informasi pasar hasil perkebunan dengan indikator kinerja : Meningkatnya efisiensi bidang sadap karet sesuai anjuran teknis mencapai 94% selama 5 tahun, target yang ditetapkan pada tahun 2013 pengelolaan bidang sadap sebesar 86,80% atau setara 112.647 ha. Luasan perkebunan karet milik petani pekebun (angka sementara 2013) dari hasil survei bidang sadap tahun 2013 dengan menggunakan 240 responden, yang melakukan penyadapan efisien (sesuai anjuran teknis) sebanyak 182 orang (75,83%), angka responden yang melaksanakan efisiensi bidang sadap dikonversikan dengan target peningkatan efisiensi pengelolaan bidang sadap tahun 2013 112.617 ha. Capaian efisiensi bidang sadap 75,83% setara dengan 98.410 ha. Sehingga capaian kinerja tahun 2013 peningkatan efisiensi bidang sadap adalah sebesar 87,36%.
4.
Terlaksananya pemanfaatan lahan dan air perkebunan secara optimal dengan indikator kinerja : Meningkatnya jumlah pemanfaatan lahan cadangan perkebunan 63,35% setara dengan 688.028 Ha dari luasan cadangan RTRWP 1.086.123 Ha, target yang ditetapkan pada tahun 2013 jumlah luas perkebunan yang harus dibangun sebesar 637.610 Ha setara dengan 58,70%. Realisasi pemanfaatan cadangan lahan sesuai RTRWP menurut angka sementara statistik perkebunan Kalimantan Selatan tahun 2013 adalah sebesar 692.053 ha (63,72%), kinerja pemanfaatan lahan sesuai RTRWP adalah 108,55%.
iii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................................
i
IKHTISAR EKSEKUTIF ............................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................
vi
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................
1
1.2 Kondisi Pembangunan Perkebunan .................................................................
5
1.3 Analisis Strategis .............................................................................................
14
II. RENCANA KERJA................................................................................................
18
2.1 Ringkasan Renstra ...........................................................................................
18
2.2 Penetapan Kinerja Tahun 2013 ........................................................................
24
III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................
25
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama ....................................................................
25
IV. PENUTUP ..............................................................................................................
35
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................
35
4.2 Saran-saran .......................................................................................................
38
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................................
40
iv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Jumlah PNS menurut Golongan Tahun 2013 ................................................
4
Tabel 1.2 Jumlah PNS menurut Pendidikan Tahun 2012 ..............................................
4
Tabel 1.3 Perkembangan luas areal perkebunan selama 10 tahun terakhir (tahun 2004 s/d Tahun 2013) .........................................................................
8
Tabel 1.4 Perkembangan produksi perkebunan selama 10 tahun (tahun 2004 s/d tahun 2013) ..........................................................................
9
Tabel 1.5 Matrik Analisis SWOT ..................................................................................
16
Tabel 3.1 Target pertumbuhan luas dalam Renstra 2011 – 2015 dan realisasi sampai dengan tahun 2013 ..............................................................
25
Tabel 3.2 Pertumbuhan luas komoditas unggulan Kalimantan Selatan tahun 2009 s/d 2013 .......................................................................................
26
Tabel 3.3 Luas perkebunan karet, kelapa sawit dan kelapa dalam secara Nasional dari tahun 2008 s/d 2012................................................................................
27
Tabel 3.4 Volume dan nilai ekspor hasil perkebunan melalui pelabuhan Banjarmasin selama 5 tahun terakhir ...........................................
28
Tabel 3.5 Pertumbuhan produksi 3 komoditi unggulan Kalimantan Selatan s/d tahun 2013 ................................................................................................
29
Tabel 3.6 Perkembangan produksi karet, kelapa sawit dan kelapa dalam secara Nasional dari tahun 2008 s/d 2012 .....................................................
30
Tabel 3.7 Potensi lahan untuk pengembangan sektor perkebunan menurut Kabupaten/kota ................................................................................
v
34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penetapan kinerja tahun 2013 Lampiran 2 Form rencana Kinerja tahun 2013 Lampiran 3 Form penetapan kinerja tahun 2013 Lampiran 3 Form pengukuran kinerja tahun 2013 Lampiran 4 Data capaian kinerja keuangan Lampiran 5 Rencana strategis tahun 2011 s/d 2015
vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi 1.1.1.1 Struktur Organisasi Dinas Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor : 6 Tahun 2008 tanggal 15 April 2008, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan dijabarkan lagi dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor : 032 Tahun 2009 tanggal 01 April 2009, tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Unsur-Unsur Organisasi Dinas Perkebunan dan Balai Pengembangan Kebun Induk dan Percontohan Tungkap Provinsi Kalimantan Selatan. Adapun struktur organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Kalimanyan Selatan adalah sebagai berikut : 1) Kepala Dinas; 2) Sekretariat Dinas, terdiri dari : a. Sub Bagian Program; b. Sub Bagian Keuangan; c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 3) Bidang Pengelolaan Lahan Sarana dan Sumber Daya : a. Seksi Pemanfaatan Lahan dan Air; b. Seksi Sarana Produksi, Alat dan Mesin; c. Seksi Kelembagaan dan Pelatihan; 4) Bidang Pengembangan dan Produksi, terdiri dari : a. Seksi Perbenihan; b. Seksi Budidaya Tanaman Tahunan; c. Seksi Budidaya Tanaman Rempah, Penyegar dan Semusim; 5) Bidang Pengembangan Usaha, Pengelolaan dan Pemasaran Hasil : a. Seksi Pengembangan Usaha dan Pembinaan PBS;
2
b. Seksi Panen, Pengolahan dan Pemasaran; c. Seksi Kemitraan Usaha; 6) Bidang Perlindungan : a. Seksi Perlindungan Tanaman; b. Seksi Perlindungan Usaha; c. Seksi Pengamatan dan Pengujian OPT; Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan perangkat Pemerintah
Provinsi
Kalimantan
Selatan
yang
diberikan
Tugas
untuk
melaksanakan urusan desentralisasi dan dekonsentrasi dibidang perkebunan serta tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah. Dalam rangka melaksanakan pelimpahan wewenang tugas tersebut Dinas Perkebunan mempunyai fungsi : 1) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) Pembinaan produksi dan pengembangan perkebunan; 3) Pembinaan dan koordinasi usaha perkebunan; 4) Pembinaan dan perlindungan perkebunan; 5) Pengelolaan urusan ketatausahaan; 6) Pengelolaan unit pelaksana teknis dinas. Balai Pengembangan Kebun Induk dan Percontohan Tungkap pada Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor : 8 Tahun 2008 Tanggal 12 Mei 2008, Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan Provinsi Kalimantan Selatan, dalam perkembangannya Balai Pengembangan Kebun Induk dan Percontohan Tungkap pada tahun 2013 berubah nomenklaturnya menjadi Balai Sertifikasi Benih dan Percontohan Perkebunan Tungkap sesuai peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 068 tahun 2013 tanggal 17 oktober 2013, dengan organisasi baru ini
balai Pengembangan Kebun Induk Dan
Percontohan Tungkap mendapat tugas-tugas baru disamping tugas yang telah diemban sebelumnya yakni : Melaksanakan penilaian varietas, klon, pengujian, sertifikasi dan pengawasan peredaran benih tanaman perkebunan.
3 Melaksanakan pengkajian percontohan, fasilitasi pelayanan bimbingan teknis dan
informasi
penerapan
teknologi
budidaya
pascapanen
komoditas
perkebunan. Dengan nomenklatur organisasi yang baru maka akan dipakai susunan organisasi yang baru pula yakni struktur organisasi Balai Sertifikasi Benih dan Percontohan Perkebunan Tungkap dipimpin oleh seorang kepala balai dibantu dengan satu subbagian tata usaha, seksi sertifikasi dan pengawasan benih, seksi kaji terap dan percontohan dengan ditunjang oleh kelompok jabatan fungsional, namun sampai sekarang belum ada pelantikan. Disamping itu juga terdapat kelompok tenaga fungsional meliputi Penyuluh, Pengawas Benih, Pengamat Hama dan Penyakit, serta kelompok PPNS. 1.1.1.2 Sarana dan Prasarana Dinas Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan dilengkapi dengan beberapa fasilitas dinas berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak antara lain : 1) Gedung Induk (di Jalan A. Yani Km.35,5 Nomor 29 Banjarbaru), terdiri dari 2 (dua) unit bangunan kantor dinas yaitu 1 (satu) unit bangunan induk kantor Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan, 1 (satu) unit bangunan kantor Instalasi Pengawasan Peredaran Mutu Benih (IP2MB), yang dilengkapi dengan 1 (satu) unit bangunan
Koperasi Karyawan dan
1 (satu) unit bangunan
Musholla. 2) Gedung Pelengkap (di Jalan RO. Ulin Loktabat Banjarbaru), terdiri dari 1 (satu) unit bangunan kantor Laboratorium Lapangan (LL), 1 (satu) unit asrama/mess, 1 (satu) unit kantor eks. Proyek Sektoral Three Crop Smallholder Sector Project. 3) Kebun produksi (kelapa sawit) Tungkap seluas 80 Ha di Kabupaten Banjar. 4) Fasilitas transportasi seperti kendaraan dinas roda 4 (empat) 15 unit, kendaraan dinas roda 3 (tiga) sebanyak 2 unit dan kendaraan dinas roda 2 (dua) sebanyak 21 unit. 5) Peralatan kantor lainnya seperti meja kursi, almari, komputer, LCD, mesin ketik, head projector dan fotocopy.
4
1.1.1.3 Personalia Dinas Perkebunan Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan termasuk Unit Pelaksana Teknis adalah sebanyak 99 orang, dengan rincian menurut Golongan sebagaimana pada Tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1 Jumlah PNS menurut Golongan Tahun 2013 No 1.
2. 3.
Jabatan
Jumlah
Struktural - Dinas - UPT Staf Fungsional Jumlah
Rincian Pergolongan (orang) Gol.IV Gol.III Gol.II Gol.I
21 4 69 5 99
9 1 1 2 13
12 3 40 3 58
25 25
3 3
Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian Disbun Kalsel Tahun 2013
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan termasuk Unit Pelaksana Teknis, dengan rincian menurut Pendidikan sebagaimana pada Tabel 1.2 dibawah ini. Tabel 1.2 Jumlah PNS menurut Pendidikan Tahun 2012 No. 1.
2. 3.
Jabatan Struktural - Dinas - UPT Staf Fungsional Jumlah
Jumlah 21 4 69 5 99
SD 1 1
Tingkat Pendidikan (orang) SLTP SLTA Dipl S1 3 3
2 28 3 33
8 8
12 28 40
S2 9 2 1 2 14
Sumber : Subbag Umum dan Kepegawaian Disbun Kalsel Tahun 2013
Dari Tabel 1.2 tersebut diatas, mayoritas pendidikan pada PNS Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan adalah SLTA dengan jumah pegawai berpendidikan ini 33 orang (33,33%) sedangkan pegawai yang berpendidikan Sarjana (S1) sebanyak 40 orang (40,40%), dan selanjutnya Pasca sarjana (S-2) 14 orang (14,14%), Sarjana Non Degree sebanyak 8 orang (8,08%), dan SLTP/SD sebanyak 4 orang (4,04%). Sedangkan berdasarkan latar belakang pendidikan, maka yang berpendidikan teknis (pertanian, perkebunan) sebanyak 75 orang (75,757%), non teknis sebanyak 24 orang (24,24%).
5
1.1.1.4 Pelimpahan Wewenang Dinas Pelimpahan wewenang dan penunjukkan pejabat yang mewakili Kepala Dinas dilaksanakan menurut ketentuan sebagai berikut : 1) Dalam hal Kepala Dinas, berhalangan, maka tugas dan fungsinya kepala dinas dilaksanakan oleh Sekretaris Dinas sebagai Pejabat Pengganti Sementara (Pgs); 2) dalam hal Kepala Dinas, dan Sekretaris Dinas berhalangan, maka ditunjuk seorang Kepala Bidang sebagai Pejabat Pengganti Sementara (Pgs). Dalam
penyelenggaraan
tugas
Dinas,
Susunan
Organisasi
Dinas
Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari atas; 1 (satu) Jabatan Kepala Dinas (Eselon II), 1 (satu) Jabatan Sekretaris Dinas dan 4 (empat) Jabatan Kepala Bidang (Eselon III), 15 (lima belas) Esolon IV (3 Sub bagian dan 12 Seksi). Dengan jumlah pegawai/karyawan sebanyak 150 orang terdiri atas 99 orang PNS, 32 orang Tenaga Kontrak Penyuluh (Pendamping Revit) APBN, 19 orang Honor (1 orang PTT dan 18 orang kontrak tahunan APBD). Dari 99 orang PNS karyawan Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan dalam tahun 2013 terdapat 7 karyawan yang memasuki masa purna tugas yakni 5 (lima) orang staff dan 2 (dua) orang kepala seksi, dengan banyaknya karyawan yang memasuki masa
purna tugas
mengakibatkan jumlah karyawan yang semakin sedikit, dilain pihak beban tugas yang dihadapi semakin berat baik dari sisi anggaran yang semakin bertambah dan capaian fisik perkembangan perkebunan yang semakin besar sehingga kedepan akan dituntut untuk bekerja lebih cepat dan tepat. 1.2 Kondisi Pembangunan Perkebunan 1.2.1 Lahan Potensi Perkebunan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi (RTRWP)
Kalimantan Selatan Perda No. 9 Tahun 2000, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas wilayah kurang lebih 37.530,52 km² (3.753.052 Ha), dengan rincian pencadangan pemanfaatan lahan antara lain sebagai berikut : Kawasan Lindung
: 842.228 Ha (22,44%).
Kawasan Budidaya
: 2.753.297 Ha (73,36%).
6
Kawasan Hutan Produksi
: 891.414 Ha (23,70%).
Kawasan Pertanian
: 1.861.883 Ha (49,61%).
- Lahan Basah
: 628.552 Ha (16,75%).
- Lahan Kering
: 147.208 Ha (3,92%).
- Tan. Tahunan/Perkebunan
: 1.086.123 Ha (28,94%).
Kawasan Perindustrian
: 8.157 Ha (0,22%).
Kawasan Pariwisata
: 3.407 Ha (0,09%).
Kawasan Lainnya
: 145.963 Ha (3,89%).
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Selatan Tahun 2000 tersebut kawasan yang dialokasikan untuk pengembangan perkebunan seluas ± 1.086.123 Ha, dari luasan yang dicadangkan tersebut sampai dengan akhir Tahun 2013 (data sementara) termanfaatkan seluas ± 692.053 Ha (63,72%), secara rinci luas perkebunan mencapai 692.053 Ha, meliputi Perkebunan Rakyat (PR) 367.191 Ha (53,06%), Perkebunan Besar Negara (PBN) 17.931 Ha (2,59), dan Perkebunan Besar Swasta 306.931 Ha (44,35%). Dari luasan tersebut komoditas Karet dan Kelapa Sawit merupakan komoditas dominan yang dikembangkan, kedua komoditas ini merupakan komoditas andalan Provinsi Kalimantan Selatan. Komoditas Karet sampai dengan tahun 2013 (data sementara) luasnya telah mencapai 257.978 Ha dimana seluas 232.399 Ha (90,08%) merupakan kebun yang dimiliki Rakyat, seluas 13.025 Ha (5,05%) dimiliki PBN, dan sisanya seluas 12.554 Ha (4,87%) merupakan usaha milik PBS, pembangunan kebun milik rakyat sebagian besar melalui pendanaan sharing APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan swadaya petani pekebun dengan melibatkan petani pemilik sebanyak 184.617 KK, Seiring dengan luas tanaman yang ada telah tersedia 9 buah pabrik karet Crum Rubber yang tersebar di Kalimantan Selatan dengan kapasitas terpasang sebesar 201.000 ton, sedangkan kapasitas terpakai baru sebesar 134.000 ton. Dari komoditas kelapa sawit sampai dengan tahun 2013 (data sementara) luasnya telah mencapai 367.708 Ha dimana seluas 294.377 Ha (80,06%) merupakan kebun yang dimiliki PBS, dan seluas 4.906 Ha (1,33%) dimiliki PBN
7
serta sisanya seluas 68.425 Ha (18,61%) merupakan usaha Perkebunan Rakyat (PR) pembangunan kebun kelapa sawit rakyat melalui pemanfaatan dana KKPA yang dilaksanakan oleh 5 PBS yang bertindak sebagai inti dan melibatkan petani plasma sebanyak 76.860 KK. Seiring dengan perkembangan tanaman, saat ini tengah dibangun 33 pabrik CPO dengan kapasitas terpasang 1.500 ton TBS/Jam, dan rencana pembunganan 2 (dua) pabrik minyak goreng sawit yang peresmian pencanangan tiang pertamanya telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009. Selain dari pada itu untuk komoditas lainnya dan termasuk andalan Provinsi Kalimantan Selatan seperti Kelapa Dalam yang cukup banyak diusahakan oleh rakyat yang menyebar hampir diseluruh kabupaten di Kalimantan Selatan, sampai dengan Tahun 2013 (data sementara)
luas komoditas Kelapa Dalam
42.966 Ha, yang seluruhnya diusahakan oleh perkebunan rakyat. Selain memenuhi kebutuhan untuk kelapa sayur, juga dikembangkan berbagai produk olahan yang berasal dari kelapa dan kopra untuk memenuhui bahan baku 1 (satu) pabrik minyak kelapa yang berada di Banjarmasin. Untuk komoditas lainnya yang cukup mendapat respon di tingkat nasional dan telah lama dikembangkan di Kalimantan Selatan adalah komoditas Kopi, Kakao dan nilam. 1.2.2 Pertumbuhan Luas dan Produksi Perkebunan Perkembangan luas kebun selama 10 (sepuluh) tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 ditunjukan sebagaimana Tabel 1.3 dibawah, pertambahan luas kebun selama sepuluh tahun tersebut sebesar 271.075 Ha atau 59,47% atau dengan rata-rata pertahunnya sebesar 27.108 Ha (5,95%) dari tahun 2004 perkembangan yang sangat pesat ini dikarenakan komoditas perkebunan dipasar regional maupun internasional diminati dan tidak bisa tergantikan olah produk sintentik. Bila diamati pertahunnya ada kenaikan terbesar pada tahun 2006 yaitu sebesar 74.718 Ha (17,28%) hal ini disebabkan karena akumulasi data perkembangan perkebunan besar swasta, secara keseluruhan pertumbuhan luas kebun selama sepuluh tahun terakhir mengalami trend menaik yaitu rata-rata sebesar 5,95 pertahun.
8
Tabel 1.3 Perkembangan luas areal perkebunan selama 10 tahun terakhir (tahun 2004 s/d Tahun 2013) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pola Pengusahaan PR PBN PBS 2004 249.868 9.202 161.908 2005 261.088 15.576 155.738 2006 273.503 17.951 215.666 2007 289.196 18.744 222.130 2008 304.296 19.410 250.282 2009 318.890 18.147 268.857 2010 324.792 18.188 308.118 2011 342.651 17.929 303.448 2012 353.681 17.931 302.040 2013* 367.191 17.931 306931 Rata-rata pertumbuhan luas kebun per tahun
Tahun
Luas Ha Pertmb % 420.978 7,48 432.402 2,71 507.120 17,28 530.070 4,53 573.988 8,29 605.893 5,56 651.098 7,46 664.068 1,99 673.651 1,44 692.053 2,73 5,95
Sumber : Statistik Perkebunan Kalsel tahun 2013 (sementara)
Produksi perkebunan Tahun 2013 (data sementara) tercatat sebesar 1.108.389 ton, terdiri atas Perkebunan Rakyat (PR) 330.887 ton atau 29,85%, Perkebunan Besar Negara (PBN) 18.015 ton atau 1,62 %, dan Perkebunan Besar Swasta 759.487 ton atau 68,52%. Komoditas yang dominan adalah karet, kelapa sawit dan kelapa dalam, produksi tiga komoditas andalan tersebut mencapai 1.096.182 ton atau 98,89% dengan rincian masing-masing karet mencapai 169.128 ton sheet atau 15,26%, kelapa sawit 894.482 ton Crude Palm Oil (CPO) atau 80,70% dan produksi kelapa dalam 32.572 ton setara kopra atau 2,94 %. (data sementara statistik perkebunan Kalimantan Selatan tahun 2013). Produksi dan Produktivitas tanaman perkebunan Kalimantan Selatan masih rendah bila dibandingkan dengan standar potensi produktivitas karet nasional yang rata-rata bisa mencapai 1.500 kg sheet/tahun, sedangkan produktivitas karet Kalimantan Selatan baru tercapai relatif 1.105 kg sheet/tahun atau 73,6% (lebih tinggi bila dibandungkan dengan produktifitas tahun 2012 yang hanya mencapai 1.086 kg sheet/hektar) dari potensi produktivitas karet, hal ini karena kondisi tanaman yang sebagian sudah tua dan rusak (30%), klon yang digunakan sebagian besar (85%) masih klon GT 1 yang sudah mengalami degeneratif, dan pernah
9
terserang Jamur Akar Putih (JAP) dan kering alur sadap (KAS) pada tanaman karet produktif. Perkembangan produksi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 ditunjukan sebagaimana Tabel 1.4 di bawah, pertambahan produksi selama sepuluh tahun tersebut sebesar 663.949 ton. Bila diamati pertahunnya ada penurunan pada tahun tahun 2012 sebesar minus 13,20% dibandingkan dengan tahun lalu, menurunnya produksi disebabkan karena adanya peremajaan dan berkurangnya luas komoditas cengkeh, kakao disamping faktor yang sangat menentukan sekali penurunan jumlah produksi adalah harga-harga komoditas perkebunan mulai dari paruh waktu tahun 2011 sampai dengan sekarang masih dirasakan, tingkat harga yang sangat rendah ini membuat pekebun kurang bergairah melaksanakan pemeliharaan dan pemupukan tanaman. Namun secara keseluruhan pertumbuhan produksi selama sepuluh tahun terakhir mengalami trend menaik yaitu rata-rata sebesar 10,61% pertahun. Tabel 1.4 Perkembangan produksi perkebunan selama 10 tahun (tahun 2004 s/d tahun 2013) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pola Pengusahaan Produksi PR PBN PBS Ton/Thn Pertmb % 2004 157.559 6.276 280.606 444.440 0,83 2005 163.764 9.937 243.839 417.541 - 6,05 2006 187.721 9.113 333.126 529.961 26,92 2007 207.859 11.685 349.334 568.878 7,34 2008 245.608 13.476 376.001 635.085 11,64 2009 262.771 13.511 402.568 678.850 6,89 2010 287.997 16.962 543.500 848.459 24,98 2011 313.346 17.634 825.475 1.156.455 36,30 2012 311.147 17.314 675.342 1.003.803 - 13,20 2013* 330.887 18.015 759.487 1.108.389 10,42 Rata-rata pertumbuhan produksi per tahun 10,61
Tahun
Sumber : Statistik Perkebunan Kalsel tahun 2013 (sementara)
Penurunan produksi pada tahun 2012 juga dipengaruhi oleh perubahan iklim curah hujan yang tinggi. Namun tidak demikian halnya dengan produksi kelapa sawit dan kelapa dalam, kedua tanaman ini akan terus berbuah dengan baik apabila pemeliharaan dan pemupukan dilakukan secara teratur dan terus menerus.
10
1.2.3 Mutu dan Pemasaran Hasil Perkebunan Secara umum mutu hasil perkebunan yang dihasilkan oleh para petani masih bermutu rendah, terutama pada bahan olah karet rakyat (bokar) yang diproduksi dengan berbagai bentuk seperti lump, slab, Rubber Sheet (sheet angin) dan Rubber Smoked Sheet (RSS). Dari ketiga jenis produksi tersebut lump merupakan jenis produksi yang rawan terhadap pencapaian kualitas sebagaimana diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Sedangkan pada kelapa sawit karena penjualannya dalam bentuk tandan buah segar (TBS) maka mutunya relatif bagus. Demikian pula pada kelapa dalam yang dijual dalam bentuk kelapa segar. Pada kopi, yang dihasilkan petani dalam bentuk kopi gelondong kering, dan telah dirintis produk olahan kopi seduh yang dicampur dengan berapa komoditi penyegar seperti pasak bumi dan jahe. Untuk produk menengah yang dihasilkan pabrik besar perkebunan umumnya mutunya sudah mengikuti Standar Nasional seperti Sheet Indonesion Rubber (SIR), Rubber Smoked Sheet (RSS) pada karet, Crude Palm Oil (CPO) pada kelapa sawit. Hal tersebut karena didukung oleh adanya peralatan pabrik yang memadai. Jumlah pabrik besar perkebunan di Kalimantan Selatan untuk karet Crumb Rubber (CR) 9 unit, Rubber Smoked Sheet (RSS) 2 unit, dan pada kelapa sawit pabrik CPO 33 unit, pabrik minyak kopra 1 unit (tidak aktif) 1 unit, sedangkan unit pengolahan hasil (UPH) karet rakyat secara manual sebanyak 860 unit yang tersebar di 13 (tiga belas) kabupaten/kota se Kalimantan Selatan. Dalam hal tata niaga, pada karet terdapat tiga model : (a) petani/kelompok tani menjual langsung ke pabrik; (b) petani/kelompok tani menjual kepabrik melalui UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) perkebunan; dan (c) petani menjual karet melalui pedagang pengumpul, pada komoditi kelapa sawit yang dihasilkan rakyat, penjualan tandan buah segar ke pabrik dilaksanakan langsung oleh perusahaan inti untuk penanganan plasma sedangkan petani swadaya melalui kelompok-kelompok petani / koperasi. Untuk komoditi kelapa dalam dan hasil perkebunan lainnya umumnya dijual melalui pedagang perantara.
11
1.2.4 Peluang Pasar Komoditas andalan perkebunan Kalimantan Selatan (karet dan kelapa sawit) merupakan komoditas yang prospektif. Kajian bisnis karet dan kelapa sawit internasional menunjukkan adanya trend konsumsi yang meningkat pada kedua komoditi tersebut. Permintaan karet diprediksikan terus meningkat, dari 16,5 juta ton pada tahun 2011 menjadi 21,5 juta ton pada tahun 2016 (Out look for elastomer 2008/2009). Apabila karet alam memperoleh porsi 40% dari total konsumsi karet maka akan terjadi lonjakan permintaan sebesar 2 juta ton per tahun. Hal tersebut akan menjadi peluang yang sangat baik bagi sentra karet di Indonesia termasuk Provinsi Kalimantan Selatan. Pasar karet yang prospektif justru berada di kawasan Asia Pasifik, demikian pula kelapa sawit yang produk utamanya CPO dan mempunyai multi fungsi dalam menghasilkan derivatif produk. Permintaan kelapa sawit dunia terus melonjak seiring dengan laju pertumbuhan konsumen minyak kelapa sawit, walaupun pada akhir 2012 permintaan menurun akibat adanya beberapa negara konsumen mengalami krisis ekonomi, tetapi berdasarkan analisa pakar dari komisi sawit Indonesia penurunan tersebut tidak bersifat permanen. 1.2.5 Kelembagaan Pelaku Agribisnis Kalimantan Selatan pada tahun 2012
mempunyai penduduk sebanyak
3.790.071 jiwa terdiri atas 1.918.132 orang laki-laki dan 1.871.939 orang perempuan dengan jumlah rumah tangga 993.702 KK dan yang menggantungkan nafkahnya dari usaha tani perkebunan berjumlah 406.155 KK atau sebesar 40,87% dari jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kalimantan Selatan. Keberhasilan pembangunan perkebunan selama ini ditunjang dari beberapa kelembagaan pelaku agribisnis perkebunan antara lain 48 buah koperasi perkebunan, 212 kelompok tani, 5 lembaga assosiasi petani komoditas, dan organisasi profesi perkebunan seperti Gapkindo, dan GAPKI.
12
1.2.6 Kemitraan Program kemitraan di Provinsi Kalimantan Selatan sudah berjalan sejak dimulainya
pembangunan
Perkebunan
Besar
Swasta/Negara.
Dengan
pertimbangan semakin strategisnya peranan khususnya budidaya kelapa sawit, maka mulai tahun 2006 dilakukan upaya percepatan pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat, yang didukung paket kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh Pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra dalam pengembangan perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil. Hal
ini
sesuai
dengan
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
:
26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan pasal 11 bahwa : (1) Perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B, wajib membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh per seratus) dari total luas areal kebun yang diusahakann oleh perusahaan. (2) Pembangunan kebun untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan antara lain melalui pola kredit, hibah, atau bagi hasil. Pola kemitraan di Provinsi Kalimantan Selatan sangat beragam dengan berbagai pola kredit, yaitu : 1. Pola Revitalisasi Perkebunan Program Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP). Pada program KPNE-RP ini pekebun dibebani bunga sebesar 6% (enam per seratus) selama pengembangan perkebunan yaitu maksimal 5 (lima) tahun untuk kelapa sawit dan kako sedangkan untuk karet maksimal 7 (tujuh) tahun. Selisih bunga komersial dengan bunga yang dibebankan kepada petani peserta selama masa pengembangan perkebunan menjadi beban pemerintah sebagai subsidi bunga, dan setelah masa pengembangan perkebunan petani peserta dibebani bunga komersial. Sampai dengan saat ini, Perusahaan Besar Swasta yang melaksanakan program KPEN-RP adalah PTPN XIII Pelaihari, PT. Kintap Jaya Wattindo, PT. Agri Bumi Sentosa, PT. Sawita Karya Manunggal dan PT. Hasnur Citra Terpadu.
13
2. Pola KKPA Program kredit dengan pola KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) adalah pembangunan kebun plasma menggunakan kredit bunga rendah sesuai ketentuan per bank an yang difasilitasi Bank Indonesia. Pola kredit KKPA ini tetap menggunakan pola inti-plasma, yang melaksanakan pola KKPA ini adalah
PTPN XIII Kotabaru, PT. Buana Karya Bakti Kabupaten Tanah
Bumbu, PT. Alam Raya Kencana Mas Kabupaten Kotabaru, PT. Sajang Heulang Kabupaten Tanah Bumbu dan PT. Sinar Kencana Inti Perkasa Kabupaten Kotabaru. 3. Pola Komersial Program kredit dengan pola komersial adalah pembangunan kebun plasma dengan menggunakan kredit komersial dengan bunga kredit sesuai ketentuan per bank an yang berlaku. Pola kredit komersial ini tetap menggunakan pola inti-plasma dengan syarat kebun yang diagunkan sudah terbangun, yang melaksanakan pola komersial adalah PT. Pola Kahuripan Inti Sawit Kabupaten Tanah Laut, PT. Kharisma Alam Persada Kabupaten Tapin, PT. Kharisma Inti Usaha Kabupaten Tapin, PT. Pesona Lintas Sura Sejati Kabupaten Kotabaru, PT. Jaya mandiri Sukses Kabupaten Kotabaru, PT. Surya Bumi Tunggal Perkasa Kabu[paten Kotabaru dan Pt. Bumi Raya Investindo Kabupaten Kotabaru. 4. Pola KUR Program kredit dengan pola KUR (Kredit Usaha Rakyat) adalah pembangunan kebun plasma dengan menggunakan kredit usaha rakyat dengan bunga kredit sesuai ketentuan per bank an yang berlaku. Pola kredit usaha rakyat ini tidak menggunakan pola inti-plasma tapi langsung petani/Koperasi yang kredit ke bank dengan mengagunkan sertifikat lahannya. Yang melaksanakan pola KUR adalah PT. Singaland Asetama Kabupaten Tanah Bumbu, PT. Gawi Makmur Kalimantan Kabupaten Tanah Laut, PT. Sinar Surya Jorong Kabupaten Tanah Laut, PT. Fass Foresh Development Kabupaten Tanah Bumbu dan PT. Agro Bukit Kabupaten Tanah Bumbu.
14
5. Pola Free Financing Program kredit dengan pola free financing adalah pembangunan kebun plasma dengan menggunakan dana perusahaan (inti), pola ini dilakukan untuk percepatan pembangunan kebun plasma sambil mencari peluang kredit yang akan digunakan dalam pembangunan kebun plasma selanjutnya. Dalam pola free financing ini petani sudah dibebani bunga kredit sesuai kredit yang diambil inti. Yang melaksanakan pola free financing adalah PT. Subur Agro Makmur Kabupaten Hulu Sungai Selatan, PT. Candi Antha Kabupaten Tanah Laut, PT. Paripurna Swakarsa Kabupaten Kotabaru, PT. Borneo Indo Tani Kabupaten Banjar, PT. Laguna Mandiri Kabupaten Kotabaru, PT. Jaya Mandsiri Sukdses kabupaten Tanah Bumbu, PT. Langgeng Muara Makmur Kabupaten Kotabaru, PT. Citra Putra Kebun Asri Kabupaten Tanah Laut, PT. Ladang Rumpun Subur Abadi Kabupaten Tanah Bumbu dan PT. Swadaya Andika kabupaten Kotabaru. Pola Non Kemitraan adalah program KPEN-RP yang tidak bermitra dengan perusahaan besar swasta, pola non kemitraan di khususkan untuk komoditas karet.
Sampai dengan saat ini, peserta program KPNE-RP Non
Kemitraan ada di Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 1.3 Analisis Strategis Strategi yang dilaksanakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran ditetapkan melalui analisis SWOT sebagai berikut : 1.
Faktor-faktor Strategi Internal 1.1. Kekuatan (Strengths) 1.1.1. Sumberdaya lahan masih luas, dimungkinkan untuk pengembangan tanaman seluas-luasnya. 1.1.2. Komoditas yang ada merupakan komoditas unggulan nasional. 1.1.3. Sumberdaya manusia, petugas teknis cukup dan pekebun/tenaga kerja sangat tersedia.
15
1.1.4. Bibit / benih dan penangkar tersedia dengan cukup. 1.1.5. Kelembagaan petani, koperasi dan pasar sangat mendukung. 1.2. Kelemahan (Weaknesses) 1.2.1. Tanaman tua/rusak sehingga produktivitas rendah. 1.2.2. Kualitas produksi rata-rata masih rendah. 1.2.3. Kualitas pekebun rata-rata masih rendah. 1.2.4. Modal pekebun sangat kecil/kurang modal. 1.2.5. Gangguan usaha perkebunan / OPT masih tinggi. 2.
Faktor-faktor Strategi Eksternal 2.1. Peluang (Opportunities) 2.1.1. Permintaan pasar tinggi baik pasar ekspor maupun domestik. 2.1.2. Meningktatnya jejaring kerja sama kemitraan pengusaha dan petani. 2.1.3. Meningkatnya mutu produk yang dikelola oleh petani/ kelompok tani. 2.1.4. Meningkatnya pembangunan di wilayah Asia. 2.1.5. Meningkatnya Investor di bidang perkebunan. 2.2. Ancaman (Threats) 2.2.1. Adanya persaingan antar negara produsen. 2.2.2. Negative compaign dengan isu lingkungan yang dilancarkan oleh negara konsumen. 2.2.3. Kepastian hukum belum mantap. 2.2.4. Kondisi iklim tidak mendukung (elnina, elnino). 2.2.5. Adanya isu lingkungan. Dalam menetapkan strategi yaitu berdasarkan pertimbangan kombinasi 4 (empat)
set faktor strategi yaitu; (a) Strategi SO yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang; (b) Strategi ST yaitu dengan kekuatan yang dimiliki dengan cara menghindari ancaman; (c) Strategi WO yaitu dengan memanfaatkan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki; (d) Strategi WT yaitu dengan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Matrik Analisis SWOT sebagaimana Tabel 1.5 dibawah ini.
16
Tabel 1.5 Matrik Analisis SWOT IFAS
Kekuatan (S). - Sumber daya lahan luas. - Komoditas unggulan nasional. - SDM petugas & pekebun cukup tersedia. - Benih / penangkat cukup tersedia. - Kelembagaan tersedia.
EFAS Peluang (O).
Kelemahan (W). - Tanaman tua / rusak. - Kualitas Produksi rendah. - Kualitas SDM / pekebun rendah. - Modal pekebun rata-rata kecil. - Gangguan usaha bun.
Strategi SO.
Strategi WO.
- Permintaaan pasar ekspor/ domistik. - Jejaring kemitraan usaha - Mutu produk 80% baik. - Pembangunan ekonomi Asia. - Investor bidang perkebunan meningkat. Ancaman (T).
- Ekstensifikasi komoditas unggulan melalui dana investasi. - Tingkatkan profesionalisme petugas & pekebun. - Tingkatkan kuantitas / kualitas benih sesuai deman pasar. Strategi ST.
- Peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi tanaman tua dan rusak. - Tingkatkan mutu produk perkebunan. - Perberdayaan pekebun melalui inti – plasma. Strategi WT.
- Adanya GAAT, AFTA. - Perekonomian/moneter belum stabil. - Kepastian hukum belum mantap. - Kondisi iklim tidak mendukung (elnina,elnino). - Adanya isu lingkungan.
- Penataan dan pemanfaatan potensi lahan bero. - Pengembangan kawasan agribisnis dgn mempertahankan kaidah-kaidah lingkungan. - Tingkatkan usaha dan permodalan usaha pekebun, kelompok tani.
- Pertahankan luas & produksi yang telah tercapai. - Penyuluhan dan bantuan modal pekebun. - Diversifikasi tanaman, pengendalian OPT.
Berdasarkan matrik analisis SWOT diatas dapat ditetapkan 4 (empat) stategi berdasarkan set faktor sebagai berikut: 3.
Strategi Alternatif 3.1. Strategi SO 3.1.1. Ekstensifikasi / perluasan komoditas unggulan melalui dana investasi. 3.1.2. Meningkatkan profesionalisme petugas & pekebun. 3.1.3. Meningkatkan kuantitas / kualitas benih sesuai deman / permintaan pasar. 3.2. Strategi ST 3.2.1. Penataan dan pemanfaatan potensi lahan bero. 3.2.2. Pengembangan kawasan agribisnis masyarakat perkebunan dengan mempertahankan kaidah-kaidah lingkungan.
17
3.2.3. Meningkatkan usaha dan permodalan usaha pekebun, kelompok tani dan koperasi primer perkebunan. 3.3. Strategi WO 3.3.1. Melakukan peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi tanaman tua dan rusak. 3.3.2. Meningkatkan mutu produk perkebunan khusunya di tingkat pekebun. 3.3.3. Perberdayaan pekebun melalui kerjasama / kemitraan inti–plasma yang saling menguntungkan. 3.4. Strategi WT 3.4.1. Pertahankan luas dan produksi yang telah tercapai sesuai target potensi dan meningkatkan produksi dibawah rata-rata potensi. 3.4.2. Melakukan penyuluhan dan bantuan modal usah pekebun. 3.4.3. Diversifikasi tanaman, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) perkebunan.
II. RENCANA KERJA
2.1 Ringkasan Renstra 2.1.1 Visi dan Misi Searah dengan visi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan 2011-2015 yakni “Kalimantan Selatan Berkembang, Maju, Unggul, Nyaman, Sejahtera dan Damai (BERMUNAJAD)” dan sejalan dengan Rencana Stratejik Pembangunan Perkebunan secara Nasional, serta mempertimbangkan potensi, kondisi dan tuntutan pembangunan kedepan maka Visi Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan adalah “KAMBUN GULRABER
(Kawasan Agribisnis
Masyarakat Perkebunan Unggul, Sejahtera dan Berkelanjutan)”. Adapun makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut : Kawasan Agribisnis. Kawasan Agribisnis mengandung makna bahwa suatu wilayah, desa atau hamparan yang mengusahakan komoditas perkebunan sesuai dengan skala usaha ekonomi akan berkembang usahanya dari kegiatan hulu, hilir dan pasar sehingga dapat menopang ekomomi lokal maupun nasional. Masyarakat Perkebunan. Masyarakat perkebunan mengandung makna bahwa petani pada umumnya dengan usaha domoninan komoditas perkebunan yang diintegrasikan dengan usaha tani lainnya yang saling menguntungkan seperti kebun-ternak (kelapa sawit-sapi), kebun-tanaman
pangan
(karet-padi,palawija,
kelapa-padi),
sehingga
dapat
meningkatkan daya saing produk pertanian dan pendapat petani. Unggul Unggul mengandung makna bahwa komoditas perkebunan yang dikembangkan merupakan komoditas andalan daerah maupun nasioanal, sehingga komoditas tersebut mempunyai peran dan dayasaing yang tinggi dalam pembangunan dibidang ekonomi baik di tingkat dearah maupun nasional bahkan di tingkat internasional.
19
Sejahtera Sejahtera mengandung makna bahwa hasil-hasil pembangunan perkebunan yang dilaksanakan dapat meningkatkan pendapatan kepada masyarakat, pelaku pekebun secara adil dan merata sehingga kesejahteraan dapat dicapai. Berkelanjutan. Berkelanjutan mengandung makna bahwa semua keberhasilan dan prestasi dalam pembangunan yang telah dicapai dapat dipertahankan, dilanjutkan dan bahkan ditingkat kembangkan yang lebih baik lagi. 2.1.2 Misi Guna mencapai harapan yang terkandung dalam visi tersebut di atas, maka Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan, menetapkan 3 (tiga) misi sebagai berikut : 1) Pengembangan Pembinaan dan Perlindungan Tanaman Unggulan Perkebunan. 2) Pengembangan Mutu, Pemasaran Hasil dan Sarana Prasarana Sumberdaya Perkebunan yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. 3) Pengembangan Pelayanan Kinerja Kebersamaan yang Profesional dan Bertanggungjawab. 2.1.3 Tujuan dan Sasaran 1) Misi 1 (Pertama) yaitu; Pengembangan Pembinaan dan Perlindungan Tanaman Unggulan Perkebunan, bertujuan : a. Fasilitasi peningkatan luas, produksi dan produktivitas tanaman unggulan perkebunan dengan sasaran;
Terselenggara
dan
berkembangnya
usaha
perbenihan
tanaman
perkebunan yang berkualitas.
Terselenggaranya
usaha
perluasan,
rehabilitasi.
peremajaan,
intensifikasi dan diversifikasi tanaman tahunan.
Terselenggaranya
usaha
perluasan,
rehabilitasi.
intensifikasi dan diversifikasi tanaman semusim.
peremajaan,
20
b. Fasilitasi Peningkatan perlindungan tanaman unggulan perkebunan dengan sasaran;
Terselenggaranya usaha pengendalian serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tepat waktu.
Terselenggaranya pengendalian bencana, gangguan usaha lahan dan tamanan perkebunan.
Terselenggaranya
pengamatan,
peramalan
serangan
organisme
pengganggu tanaman (OPT) dan pelaksanaan kaji terap teknologi. 2) Misi 2 (Kedua) yaitu Pengembangan Mutu, Pemasaran Hasil dan Pengelolaan Sarana Prasarana Sumberdaya Perkebunan yang Berkelanjutan, bertujuan : a. Fasilitasi peningkatan daya saing mutu dan pemasaran hasil perkebunan dengan sasaran;
Terselenggaranya tertib perizinan usaha dan kelembagaan usaha perkebunan besar swasta.
Terselenggaranya pemanfaatan sarana unit pengolahan dan usaha peningkatan mutu hasil perkebunan.
Terselengganya informasi harga pasar yang akurat dan promosi hasil komoditas perkebunan yang tepat sasaran.
b. Fasilitasi pengelolaan sarana prasarana sumberdaya perkebunan yang ramah lingkungan dengan sasaran;
Terselenggaranya pemanfaatan lahan dan air perkebunan secara optimal.
Terselenggaranya pemanfaatan sarana produksi, alat dan mesin yang ramah lingkungan.
Terselenggara dan berkembangnya kelompok tani, gapoktan, koperasi, kelembagaan usaha perkebunan rakyat.
3) Misi 3 (Ketiga) yaitu; Pengembangan Pelayanan Kinerja Kebersamaan yang Profesional dan Bertanggungjawab, bertjuan; a. Meningkatkan kinerja pelayanan dan tetib administrasi terhadap pelaku dan hasil pembangunan perkebunan, dengan sasaran;
21
Terselenggaranya tertib dokumen perencanaan yang up to date baik dan benar.
Terselenggaranya tertib laporan kinerja (fisik dan keuangan) yang akuntabel.
Terselenggaranya
tertib
administrasi,
pemeliharaan
aset
dan
kesejahteraan pegawai. 2.1.4 Strategi dan Sasaran 1) Kebijakan Umum Kalimantan Selatan memiliki potensi strategis bagi pengembangan berbagai komoditas perkebunan sesuai dengan permintaan pasar, dan dengan pembangunan perkebunan yang dilaksanakan secara adil dan berkelanjutan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan. Komoditas unggulan Kalimantan Selatan adalah karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Dengan memperhatikan tantangan dimasa depan, maka kebijakan umum Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut : a. Peningkatan kualitas
SDM terutama guna membentuk aparatur yang
professional; b. PeningkatanPeningkatan pelayanan dan pembinaan untuk mempertangguh daya saing usaha agribisnis melalui pemantapan usaha di tingkat “ onfarm” dan mendorong usaha ditingkat “ off-farm” secara berkelanjutan dan berorientasi pasar; c. Peningkatankapasitas kelembagaan masyarakat untuk mengoptimalkan pengusahaan dan pemantapan kawasan usaha perkebunan. 2) Kebijakan Teknis Arah Pembangunan perkebunan dilaksanakan dengan orientasi kawasan agribisnis masyarakat perkebunan dengan prioritas kepada. a. Pengembangan komoditas unggulan seperti dalam;
karet, kelapa sawit, dan kelapa
22
b. Pengembangan SDM dan kelembagaan serta dilaksanakan
melalui
penguasaan IPTEK
pendidikan, pelatihan, pendampingan, evaluasi
kinerja dan pengembangan karier aparatur; c. Peningkatan daya saing dilaksanakan melalui peningkatan produksi & produktivitas, peningkatahn jejaring pasar, efisiensi, mutu hasil, dan keragaman produk; d. Peningkatan investasi dilaksanakan melalui promosi potensi, debirokratisasi perizinan, klasifikasi & reklasifikasi Perusahaan Perkebunan Besar Swasta. 3) Kebijakan Alokasi Sumberdaya Pelaksana alokasi sumber daya terutama memanfaatkan sumberdaya yang telah ada antara lain : a. Sumberdaya manusia dengan meningkatkan kinerja pegawai negeri sipil yand ada dan bila masih diperlukan tambahan tenaga pembantu dengan spesifikasi tertentu Dinas dapat merekrut tenaga kontrak sesuai dengan tersedianya anggaran pada tahun berjalan; b. Barang inventaris Proyek dengan status dikuasai Departemen Pertanian, penggunaannya diatur dan ditetapkan oleh Kepala Dinas; c. Sertifikat tanah atas nama Pekebun ex Proyek lingkup Dinas Perkebunan Prop. Kalsel disimpan di brankas milik Dinas dan dikelola oleh salah satu pejabat eselon IV yang ditunjuk oleh Kepala Dinas. 4) Kebijakan Keuangan Pelaksana alokasi keuangan dengan memanfaatkan secara transparan, efisien dan efektif antara lain : a. Pengalokasian anggaran pada masing-masing sub unit kerja didasarkan pada kegiatan prioritas yang telah terakomodasi di dalam Dana APBD Provinsi dan Dana APBN; b. Dana pengembalian kredit eks proyek dipantau dan dievaluasi oleh Kepala Sub Bagian Keuangan pada Dinas Perkebunan Provinsi Kal-Sel; Selain dana resmi dari Pemerintah, Dinas dapat melakukan upaya penggalangan dari pihak lain untuk membiayai Program/kegiatan yang berkaitan dengan
23
pengembangan perkebunan sepanjang dilakukan secara sah menurut ketentuan perundangan yang berlaku. 5) Program dalam tahun 2013 Dalam tahun anggaran 2013 dinas perkebunan provinsi Kalimantan selatan terdapat 3 program dengan dengan 34 kegiatan dengan rincian sebagai berikut : a. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan Program ini mendukung indikator peningkatan luas dan peningkatan produksi perkebunan. Kegiatan yang mendukung pertumbuhan luas areal perkebunan adalah : Pengembangan/intensifikasi kelapa dalam rakyat; Pengembangan kebun entrys karet; Pengembangan kelapa sawit rakyat; Pengembangan pemeliharaan tanaman kakao; Penilaian penetapan blok penghasil tinggi; Pengembangan tanaman kopi; Peremajaan karet rakyat untuk mendukung PELD. Kegiatan yang mendukung pertumbuhan produksi adalah : Peningkatan produktifitas kelapa sawit rakyat; Peningkatan produktifitas karet rakyat; Sekolah lapang pengendalian OPT; Operasional laboratorium pengujian mutu benih dan proteksi tanaman; Pengamatan dan pengujian organisme pengganggu tanaman (OPT); Pengendalian kebakaran lahan kebun; Pengembangan dan pengendalian OPT; Pengembangan usahatani konservasi terpadu. b. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan. Program
ini
mendukung
indikator
meningkatnya
pengelolaan bidang sadap karet sesuai anjuran dengan kegiatan : Peningkatan panen dan pascapanen tanaman perkebunan;
efisiensi
24 Peningkatan kemitraan usaha perkebunan; Peningkatan mutu hasil olah karet perkebunan. Kegiatan yang mendukung peningkatan mutu hasil unggulan perkebunan dengan kegiatan : Penilaian usaha perkebunan besar tahap pembangunan; Operasional pengawasan produksi CPO/SP3; Pengembangan agro expo; Pengembangan informasi pasar. c. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/perkebunan. Program ini mendukung indikator pemanfaatan lahan perkebunan mencapai 58,70% dari cadangan RTRW dengan kegiatan sebagai berikut : Pelatihan dinamika kelompok; Pengembangan pengaktifan kelembagaan petani/gapoktan /koperasi perkebunan; Peningkatan penggunaan alat mesin pertanian; Pengawasan penggunaan pupuk dan pestisida; Survei identifikasi design pengembangan perkebunan. 2.2 Penetapan Kinerja Tahun 2013 Dalam rangka mencapai tujuan, sasaran, kebijakan dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra Tahun 20011-2015, ukuran keberhasilan pembangunan perkebunan Tahun 2013 ditetapkan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu sebagai berikut : 1. Pertumbuhan luas areal perkebunan sebesar rata-rata 4,06%. 2. Pertumbuhan produksi tanaman perkebunan rata-rata 4,49%. 3. Meningkatnya mutu hasil unggulan perkebunan mencapai 84,35 % dari SNI. 4. Meningkatnya efisiensi pengelolaan bidang sadap karet sesuai anjuran teknis 86,80 %. 5. Pemanfaatan lahan perkebunan mencapai 58,70% (637.610 Ha) dari luasan cadangan RTRWP sebesar 1.086.123 Ha.
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Dalam rangka untuk mengetahui keberhasilan pembangunan perkebunan Tahun 2013, dapat dijelaskan sejauh mana realisasi pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU). Adapun realisasi capaian IKU dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Target pertumbuhan luas areal tanaman perkebunan Tahun 2013 direncanakan sebesar 4,06% atau setara dengan luas 24.980 Ha. Dari data sementara luas areal perkebunan tahun 2013 luas tanaman perkebunan mencapai 692.053 Ha. Target yang ditetapkan dalam Renstra 2011-2015 luas perkebunan Kalimantan Selatan adalah sebesar 639.500 ha pada tahun 2013, selisih perkembangan luas perkebunan dari target yang telah ditetapkan sebesar 52.553 ha (8,54%). Sehingga capaian kinerja pertumbuhan luas tanaman perkebunan sebesar 210,34% dari target yang telah ditetapkan. Gambaran pertumbuhan luas selama 5 (lima) tahun kedepan yang tertuang dalam Renstra 2011-2015 adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Target pertumbuhan luas dalam Renstra 2011 – 2015 dan realisasi sampai dengan tahun 2013 Indikator Utama
Rencana (Ha) 2011
2012
2013
2014
2015
pertumbuhan 5 th
595.900
614.520
639.500
666.760
696.100
114.477
-
-
Pertumbuhan
Realisasi (Ha) 664.068
688.306
692.053
-
Sumber : Statistik Perkebunan Kalsel tahun 2013 (sementara)
Dari tabel 3.1 target dalam Renstra 2011-2015 komoditi perkebunan mengalami peningkatan luas areal terutama dari komoditas unggulan perkebunan Kalimantan Selatan yakni karet dan kelapa sawit, dari 21 (dua puluh satu) komoditas binaan Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan, komoditas yang mengalami penurunan luas areal antara lain kelapa dalam, kopi dan kakao.
26
a. Komoditi karet Luas areal perkebunan karet Kalimantan Selatan sampai dengan tahun 2013 adalah sebesar 254.008 ha dengan laju pertumbuhan pertahun sebesar 3,42%. Berikut perkembangan luas komoditas unggulan Kalimantan Selatan selama 5 tahun terakhir. Tabel 3.2 Pertumbuhan luas tahun 2009 s/d 2013
komoditas
unggulan
Kalimantan
Luas Areal (Ha)
Selatan
2009
2010
2011
2012
2013
Karet
218.283
224.521
239.442
254.008
257.978
Pertumbuhan rata-rata/thn (%) 3,43%
Kelapa sawit
312.719
353.724
353.724
366.847
367.708
3,41%
Kelapa dalam Komoditi lainnya Total komoditi (21 jenis)
46.319
45.089
44.238
42.982
42.966
-1,48%
28.573
27.764
26.664
24.469
23.401
-3,87
605.894
651.098
664.068
688.306
692.053
2,73%
Komoditi
Sumber : Statistik Perkebunan Kalsel tahun 2013 (sementara)
Bila dibandingkan dengan provinsi tetangga yakni Kalimantan Tengah, pertumbuhan luas areal karet Kalimantan Selatan masih lebih baik yakni 3,43% pertahun selama 5 tahun. Sedangkan pertumbuhan luas kebun karet Kalimantan Tengah dari data tahun terakhir sebesar 0,64% dan untuk provinsi Kalimantan Timur sebesar 8,06% (Statistik Pertanian tahun 2012).
Secara nasional
perkembangan luas perkebunan karet selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 0,81% pertahun. Dengan demikian pertumbuhan luas tanaman karet masih lebih baik di Kalimantan Selatan bila kita bandingkan dengan pertumbuhan luas kebun secara nasional. b. Komoditi kelapa sawit Luas perkebunan kelapa sawit sampai dengan tahun 2013 mencapai 367.708 ha dengan laju pertumbuhan pertahun rata-rata sebesar 3,41% (tabel 3.2), bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan luas kelapa sawit di provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,22% dan provinsi Kalimantan Timur sebesar 1,37% (Statistik Pertanian tahun 2012). Pertumbuhan luas kelapa sawit di Kalimantan
27
Selatan masih lebih baik bahkan secara nasional laju pertumbuhan luas hanya sebesar 0,91%. Tabel 3.3 Luas perkebunan karet, kelapa sawit dan kelapa dalam secara Nasional dari tahun 2008 s/d 2012
2008
2009
2010
2011
2012
Pertumbuhan antara 2012 terhadap 2011 (%)
Karet Kalteng Kaltim Nasional
264.203 57.855 3.424.220
264.947 64.626 3.435.270
264.989 60.025 3.445.415
265.657 60.528 3.456.128
267.357 65.407 3.484.073
0,64 8,06 0,81
Kelapa sawit Kalteng Kaltim Nasional
870.201 409.566 7.363.847
1.091.620 530.552 8.248.328
911.441 446.094 8.385.394
1.003.100 676.395 8.992.824
1.015.321 685.647 9.074.621
1,22% 1,37% 0,91%
Kelapa dalam Kalteng Kaltim Nasional
84.721 33.879 3.783.074
85.468 33.810 3.799.125
84.982 29.983 3.739.350
15.185 29.804 3.767.704
82.574 29.872 4.058.734
9,83% 0,23% 7,72%
Perkembangan luas areal (ha)
Komoditi/ Provinsi
Sumber : Statistik Pertanian Kementan tahun 2012
c. Komoditi kelapa dalam Luas pengembangan kelapa dalam sampai dengan tahun 2013 mencapai 42.982 ha dengan laju pertumbuhan rata-rata pertahun -1,48%. Luas areal kelapa dalam di Kalimantan Selatan menunjukan adanya penurunan/berkurang, hal ini disebabkan antara lain oleh : Banyaknya tanaman tua yang tidak produktif sehingga dilakukan penebangan diambil batangnya untuk diolah menjadi bahan bangunan. Kelapa dalam merupakan komoditi yang dipandang kurang menguntungkan oleh petani, sehingga banyak lahan yang dulunya ditanam kelapa dalam berubah menjadi tanaman kelapa sawit atau karet (alih komoditi). Harga jual kelapa dalam ditingkat petani sangat rendah sehingga kurang diminati untuk dikembangkan. Semakin sempitnya lahan untuk pengembangan perkebunan mengingat lahan yang belum dimanfaatkan untuk pengembangan komoditas merupakan daerah rawa dalam sehingga memerlukan investasi yang mahal.
28 Kemampuan daerah untuk membangun kebun kelapa dalam sangat rendah yakni rata-rata pertahun sebesar 150 ha, hal ini tidak bisa mengimbangi luasan tanam kelapa dalam yang ditebang. 2. Target kinerja pertumbuhan produksi tanaman perkebunan Tahun 2013 direncanakan sebesar 4,49% atau setara dengan 33.910 ton dari kondisi tahun 2012 sebesar 1.067.299 ton. Sampai dengan tahun 2013 (data sementara statistik perkebunan kalsel tahun 2013) produksi perkebunan sebesar 1.108.389 ton sehingga ada selisih produksi dari tahun 2012 sebesar 41.090 ton setara dengan 5,94%. Dengan demikian kinerja produksi perkebunan tahun 2013 mencapai 121,16%. Capaian produksi pada tahun 2013 menunjukan peningkatan yang cukup baik dibanding dengan tahun 2012, hal demikian memberi harapan dan peluang untuk pengembangan kedepan. Peningkatan produksi perkebunan ini juga tercermin dengan meningkatnya volume ekspor perkebunan dibanding dengan tahun 2011, berikut gambaran ekspor tahun 2012 dari sektor perkebunan. Tabel 3.4 Volume dan nilai ekspor hasil perkebunan Banjarmasin selama 5 tahun terakhir No I
II
Uraian Volume (Rp)
Nilai (US$)
Jenis Komoditas 1.Karet - RSS - SIR - lainnya 2.Kelapa Sawit - CPO - Kernel 1.Karet - RSS - SIR 2.Kelapa Sawit - CPO - Kernel
2008
2009
1.470.350 58.007.150 386.790
1.540.414 32.441.770 -
120.985.129
Tahun 2010
melalui
pelabuhan
2011
2012
49.162.567 -
49.757.963 -
81.774.024 -
289.498.183
259.058.663 56.249.458
774.816.715 88.908.220
976.938.024 -
2.978.620 152.948.660 603.400
2.201.015 50.167.677 -
139.412.950 -
231.420.286 -
229.034.304 -
96.139.538
189.040.175
214.454.683 62.657.714
738.461.015 137.000.126
1.103.182.533 -
Sumber : Statistik Perkebunan Kalsel tahun 2013 (sementara)
Dari tabel 3.4 diatas, volume ekspor komoditas perkebunan dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat menggembirakan, data terakhir 2012 volume ekspor karet melalui pelabuhan Banjarmasin 81.774.024 kg dengan nilai 229.034.304
29
US$ dan kelapa sawit tercatat 976.938.024 kg dengan nilai sebesar 1.103.182.533 US$, ini berarti bahwa sektor perkebunan memberikan andil yang cukup baik bagi perkembangan ekonomi lokal, besarnya ekspor komoditi baik karet maupun kalapa sawit berupa CPO mencerminkan tingginya produksi di Kalimantan Selatan. Produk perkebunan khususnya karet sangat dirasakan sekali bagi kesejahteraan pekebun karet khususnya sehingga memberikan multiplayer effect terhadap ekonomi pedesaan. Secara nasional penerimaan sektor perkebunan komoditas kelapa sawit US$ 17,26 milyard sedangkan untuk karet sebesar US$ 11,14 milyard., neraca perdagangan 12 komoditas unggulan perkebunan sampai dengan triwulan III tahun 2012 yaitu sebesar US$ 24,70 milyard mengalami peningkatan dibandingkan pada triwulan III tahun 2011 yang besarnya US$ 21,74 milyard, utamanya dari komoditas kelapa sawit, karet, kakao dan kopi. Demikian juga penyerapan tenaga kerja di subsektor perkebunan mengalami peningkatan dari 20,72 juta tenaga kerja tahun 2011 menjadi 21,12 juta pada tahun 2012. Sedangkan untuk Kalimantan Selatan melibatkan sedikitnya 406.155 petani pekebun untuk menghasilkan produksi 1.003.803 ton sektor perkebunan (angka sementara statistik perkebunan 2012). Seperti halnya luasan tanaman, dari sisi produksi perkebunan Kalimantan Selatan juga didominasi dari tiga komoditi unggulan yakni karet, kelapa sawit dan kelapa dalam. Berikut adalah data produksi perkebunan tahun 2009 sampai dengan 2013. Tabel 3.5 Pertumbuhan produksi 3 komoditi unggulan Kalimantan Selatan s/d tahun 2013 Jumlah produksi (Ton) 2009
2010
2011
2012
2013
Karet
132.593
135.951
141.797
159.675
169.128
Pertumbuhan rata-rata/thn (%) 6,34%
Kelapa sawit
424.309
516.266
757.808
865.328
894.482
21,5%
Kelapa dalam Komoditi lainnya Total komoditi (21 jenis)
30.832
29.296
28.154
28.834
32.572
1,6%
12.269
13.175
12.180
13.462
12.207
0,26%
600.003
694.688
939.939
Komoditi
1.067.299 1.108.389
Sumber : Statistik Perkebunan Kalsel tahun 2013 (sementara)
17,12%
30
Pertumbuhan produksi dari semua komoditi yang diusahakan masih mengalami kenaikan, hal ini dapat dilihat dari tabel 3.5 yang menggambarkan bahwa angka pertumbuhan rata-rata selama 5 tahun tidak minus (negatif). Pertumbuhan produksi paling tinggi terjadi pada komoditi kelapa sawit dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 21,50%.
Secara keseluruhan (21 jenis) komoditi maka kenaikan rata produksi
perkebunan selama 5 tahun terakhir meningkat sebesar 17,12%. Kalau dibandingkan dibandingkan dengan provinsi tetangga yang mengusahakan tanaman perkebunan adalah sebagai berikut : Tabel 3.6 Perkembangan produksi karet, kelapa sawit dan kelapa dalam secara Nasional dari tahun 2008 s/d 2012 Perkembangan produksi (Ton)
Komoditi/ Provinsi
Pertumbuhan rata-rata/thn (%)
2008
2009
2010
2011
2012
Karet Kalteng Kaltim Nasional
198.064 25.863 2.751.286
177.374 24.287 2.440.347
198.528 27.225 2.734.854
216.269 38.258 2.990.184
202.682 29.001 3.040.376
1,03% 5,58% 2,94%
Kelapa sawit Kalteng Kaltim Nasional
1.449.244 432.802 17.539.788
1.677.976 553.834 19.324.294
2.251.077 800.362 21.958.120
2.146.160 805.587 23.096.541
2.179.572 819.881 23.521.071
11,71% 18,72% 7,71%
Kelapa dalam Kalteng Kaltim Nasional
79.295 22.938 3.239.674
70.346 22.207 3.257.702
70.081 10.815 3.166.666
70.873 14.664 3.174.379
77.583 21.969 3.159.042
-0,27% 7,72% 0,62%
Sumber : Statistik Pertanian Kementan tahun 2012
Penambahan produksi karet Kalimantan Selatan selama 5 tahun rata-rata sebesar 6,34%, sedangkan di provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,03% dan Kalimatan Timur sebesar 5,58%, secara nasional produksi karet alam menunjukan angka sebesar 2,94%.
Dari ketiga banding produksi tersebut perkembangan karet Kalimantan
Selatan masih jauh lebih baik, demikian juga untuk produksi kelapa sawit dan kelapa dalam. 3. Target Kinerja Peningkatan efisiensi pengelolaan bidang sadap karet sesuai anjuran teknis tahun 2013 diharapkan mencapai 86,80% atau setara dengan 112.647 ha dari kebun menghasilkan milik petani.
31
Jumlah luasan kebun karet rakyat yang telah menghasilkan tahun 2013 adalah sebesar 141.503 ha.
Menurut data survei tahun 2012 yang dilaksanakan oleh Dinas
Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan bersama dengan petugas statistik perkebunan Kabupaten/Kota terhadap pekebun karet rakyat sebanyak 240 responden yang tersebar diseluruh Kabupaten/Kota, yakni yang melaksanakan penghematan terhadap bidang sadap karet dari 240 responden terpilih secara acak hanya 182 responden (75,83%). Petani karet yang melakukan penyadapan secara efisien dari survei sebesar 75,83% ini dikonversi kedalam tanaman menghasilkan tahun 2013, sehingga menghasilkan atau setara dengan 107.302 ha tanaman karet yang disadap secara efisien sesuai anjuran teknis. Capaian kinerja peningkatan efisiensi bidang sadap karet sesuai anjuran teknis dari target sebesar 86,80% hanya tercapai sebesar 75,83%, sehingga capaian kinerja indikator ini adalah sebesar 87,36%. Tingkat jumlah efisiensi pengelolaan bidang sadap sesuai anjuran teknis adalah pemakai bidang sadap karet yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis. Yang dimaksud efisiensi pengelolaan bidang sadap adalah bagaimana sebuah luasan (permukaan) bidang sadap dari batang karet dapat disadap (menyayat atau mengiris kulit batang dengan cara tertentu) selama 5 tahun berturut-turut. Yang dimaksud bidang sadap adalah permukaan kulit dari batang/pohon karet setinggi 1,40 cm diukur dari permukaan tanah (100 cm dari kaki gajah). Ada 2 (dua) permukaan bidang sadap yakni sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri yang masing-masing sisinya diperlukan minimal 5 tahun untuk menghabiskannya. Yang dimaksud sesuai anjuran teknis penyadapan adalah pohon karet setelah berumur 6 (enam) tahun dengan lilit batang telah mencapai 60 cm sudah siap untuk disadap. Secara teknis penyadapan pohon karet dilakukan 2 hari sekali (D2S1) dengan menggunakan pisau sadap. Tebal penyadapan kulit batang ± 1 mm dengan kedalaman menyesuaikan umur tanaman dan ketebalan kulit (kedalaman 0,5 cm tanpa mengenai cambium batang karet). Dikatakan efisien bidang sadap apabila seorang petani selama 5 tahun sadap tidak akan menghabiskan satu sisi bidang sadap karet, apabila petani memperlakukan bidang sadap seperti tersebut berarti petani yang bersangkutan sudah sesuai anjuran teknis.
32
Kenyataannya di lapangan setiap Pekebun akan mengeksploitasi bidang sadap karet semaksimal mungkin sehingga boros dalam pemakaian bidang sadap karena di pengaruhi oleh : Harga karet yang bagus (tinggi). Kebutuhan konsumtif Petani. Kurangnya perawatan (terutama pupuk dan pengendalian penyakit ) Kurangnya pembinaan Banyaknya tengkulak yang beroperasi di kebun. Kondisi seperti diatas akan memacu pekebun melakukan penyadapan lebih dari 2 kali dalam satu hari dimana tidak dianjurkan secara teknis, anjuran teknis penyadapan karet adalah 1S2D (Satu Kali Sadap Dua Hari). Terutama pada kondisi harga jual karet melonjak tinggi, setiap pekebun akan memanfaatkan momen seperti ini yang di anggapnya sebagai kesempatan menyebabkan batang karet dieksploitasi secara berlebihan. 4. Target Kinerja Peningkatan mutu hasil perkebunan 84,35 % sesuai standar SNI khususnya komoditas karet. Dalam
rangka menunjang Kebijakan Nasional yaitu
Bahan Olah Karet (Bokar) bersih tahun 2014 maka perlu terus ditingkatkan mutu karet Kalimantan Selatan. Produksi karet tahun 2013 terdiri dari produksi PBS sebesar 8.070 ton, dari PBN sebesar 5.810 ton dan dari produksi perkebunan rakyat sebesar 155.248 ton, sehingga jumlah produksi dari ketiga pengusahaan tersebut adalah sebesar 169.128 ton. Kondisi mutu Produk Karet yang di hasilkan oleh Perkebunan Besar Swasta dan Negara telah memenuhi standar (SNI) namun demikian volume yang dihasilkan sangat kecil (8,21%) dibandingkan produk dari petani perkebunan, secara umum produksi karet perkebunan yang diusahakan rakyat sangat rendah kualitasnya . Dari data hasil survei tahun 2013 yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan, petani yang menggunakan pembeku cair ramah lingkungan tidak bercampur bahan lain atau bahan olah karet bersih untuk menghasilkan bokar bersih adalah 51,25%. Angka 51,25% dari responden hasil survei yang melaksanakan bokar bersih ini digunakan untuk mengukur kinerja peningkatan mutu hasil perkebunan sesuai SNI ditahun 2013. Hasil survei 51,25% petani yang melaksanakan bokar bersih dikonversi kedalam produksi karet rakyat ditahun 2013 yang hasilnya adalah sebesar
33
79.565 ton produksi petani sudah sesuai standar, karena target kinerja peningkatan mutu hasil perkebunan sebesar 84,35% sesuai SNI, maka capaian kinerja hanya tercapai sebesar 60,76%. Peningkatan mutu hasil unggulan perkebunan sesuai SNI adalah untuk memperbaiki mutu bokar produksi petani yang selama ini jauh dari standar mutu, dengan demikian petani akan mendapat nilai tukar yang lebih baik bila produksinya sesuai standar. Capaian kinerja peningkatan mutu produksi perkebunan sesuai SNI tahun 2012 sebesar 76,33% sedangkan pada tahun 2013 hanya mencapai sebesar 60,76% terjadi penurunan angka capaian kinerja sangat tajam, hal ini disebabkan antara lain : Harga komoditi karet cenderung meningkat ditahun 2013 (ditingkat petani) sehingga petani akan memasukkan bahan lain kedalam bahan olah karet dengan tujuan menambah berat timbangan hasil panen. Harga ditingkat petani masih sama antara bokar bersih dengan bahan pada umumnya, artinya tidak ada nilai tambah (harga) yang diterima petani jika berproduksi dengan berkualitas baik dan produksi yang asal-asalan. Pabrik bokar yang dimiliki swasta untuk menampung bokar produksi petani tidak menerapkan standar produksi yang diterima di pabrik, mereka mementingkan dapat membeli dengan harga murah. Dengan alasan yang seperti tersebut diatas antara lain memicu petani untuk tidak menjaga mutu produksi bahan olah karet sehingga ditahun 2013 ini kinerja peningkatan mutu sesuai standar SNI mengalami penurunan dibanding tahun 2012. 5. Target pemanfaatan potensi lahan perkebunan sesuai RTRWP Kalimantan Selatan sampai dengan tahun 2013 seluas 637.610 ha atau 58,70% dari RTRWP Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2000 yang dicadangkan tanaman tahunan/perkebunan seluas 1.086.123 ha. Sampai dengan Tahun 2013 (data sementara statistik perkebunan Kalimantan Selatan tahun 2013) telah dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan seluas 692.053 ha atau 63,72% dari luas yang dicadangkan, sehingga capaian kinerja pemanfaatan potensi lahan tercapai sebesar 108,55%. Dari data perkembangan tanaman sampai dengan tahun 2013 baru termanfaatkan, 63,72% dari RTRWP, artinya masih ± 394.070 ha yang masih ada peluang untuk pengembangan tanaman perkebunan pada tahun-tahun yang akan datang. Berikut disajikan potensi pengembangan perkebunan di tiap Kabupaten/kota.
34
Tabel 3.7 Potensi lahan untuk pengembangan sektor perkebunan menurut Kabupaten/kota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kabupaten/ Kota Tabalong Balangan HS. Utara HS. Tengah HS. Selatan Tapin Tanah laut Kotabaru Tanah bumbu Banjar Barito kuala Banjarbaru Banjarmasin Jumlah
Luas cadangan lahan (ha) Karet Klp sawit Klp dalam Jumlah 60.250 49.583 2.462 112.795 45.090 26.232 1.351 72.673 2.015 2.705 1.601 6.321 28.171 6.109 34.280 13.970 36.350 9.479 59.799 25.848 79.921 1.648 106.467 24.812 177.097 1.437 203.346 11.515 254.790 2.767 269.072 22.245 73.660 3.495 99.400 38.088 34.777 3.357 76.822 2.849 25.929 14.422 43.200 1.280 250 147 1.677 271 271 276.733 760.294 49.096 1.086.123
Realisasi s/d 2013 (ha) 77.141 42.716 10.589 30.599 38.938 56.636 94.684 157.020 89.687 58.991 33.563 1.226 263 692.053
Potensi 35.654 29.957 -4.268 3.681 20.861 49.831 108.662 112.052 9.713 17.831 9.637 451 8 394.070
Sumber : Statistik Pertanian Kementan tahun 2012
Potensi yang diperuntukan dalam rangka pengembangan tanaman perkebunan sesuai yang diamanatkan dalam Perda No. 9 tahun 2000 RTRW Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan tahun 2013 masih seluas 394.070 ha. Potensi paling luas terdapat di Kabupaten Kotabaru sebesar 112.052 ha (41,64%) dari luas lahan yang dialokasikan untuk pengembangan tanaman perkebunan. Khususnya Kabupaten Hulu Sungai Utara realisasi luas tanaman perkebunan mencapai 10.589 ha sedangkan pencadangan yang diperuntukan terhadap perkebunan hanya sebesar 6.321 ha sehingga luas areal tanaman melebihi luas cadangan, hal ini disebabkan alih fungsi lahan yang semula lahan rawa kurang produktif berubah menjadi tanaman perkebunan, ditambah dengan keinginan masyarakat yang dengan sendirinya menanam tanaman karet/kelapa sawit yang telah terbukti lebih menguntungkan dibanding dengan komoditas lainnya.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan Pembangunan Sub Sektor Perkebunan Provinsi Perkebunan Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2013 secara umum berjalan dengan baik, hal ini ditunjukan sebagaimana realisasi capaian semua indikator kinerja di atas target yang telah ditetapkan. Dalam rangka untuk mencapai terwujudnya Visi dan Misi yang telah ditetapkan selama 5 (lima) tahun Renstra Tahun 2011-2015, maka diperlukan kesinambungan dan keberlanjutan dari suatu kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap. Pada beberapa pelaksanaan kegiatan masih ditemui masalah dan kendala yang harus dicarikan solusi pemecahannya melalui koordinasi, sinkronisasi dari berbagai stakeholder, sehingga di dapat pencapaian indikator yang maksimal khususnya kegiatan pada program peningkatan daya saing mutu hasil. Pengupayaan penyelesaian masalah dan kendala tidak terlepas dari itiked baik dari pelaku pembangunan perkebunan. Beberapa strategi pemecahan masalah sebagai berikut : 1. Umum a. Perlunya upaya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM aparatur maupun pelaku agribisnis perkebunan melalui kegiatan pembinaan dan penyuluhan yang berkesinambungan
serta
ditingkatkannya
kegiatan
pelatihan
yang
berkesinambungan serta ditingkatkannya kegiatan pelatihan/magang/sekolah lapang, temu usaha dan workshop. Sedangkan untuk aparat diberi kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui pendidikan formal maupun pelatihan yang bersifat teknis dan penjenjangan, sampai dengan saat ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan pendidikan Pasca Sarjana (S2) sebanyak 14 orang sampai dengan akhir Tahun 2013. b. Mengusulkan pengembangan sarana/prasarana untuk mendukung kegiatan pada sektor perkebunan dalam memanfaatkan potensi perkebunan yang relatif masih terbuka. c. Meyakinkan kepada calon investor dan semua pihak yang terkait termasuk lembaga sosial masyarakat lainnya tentang besarnya peluang dan terbuka luas
36
dalam usaha pengembangan pengolshsn dan pemasaran hasil perkebunan di Kalimantan Selatan. d. Mengupayakan adanya peningkatan kesadaran semua pihak yang terkait terhadap peningkatan daya saing kualitas hasil perkebunan, sehingga mendapatkan nilai tambah dan tidak mengurangi kepercayaan konsumen terutama untuk kualitas ekspor. 2. Khusus a. Perkebunan Rakyat -
Kesejahteraan masyarakat perkebunan akan bisa tercapai apabila usaha tani yang dilaksanakan tepat komoditas dengan skala luasan yang memenuhi standart usaha minimum, keadaan ini relatif terkendala karena luas kepemilikan lahan bagi petani terutama di Banua Enam sangat terbatas dan kecil, untuk itu perlu pengkajian secara khusus oleh instansi terkait tentang masalah ini, luasan minimum tersebut untuk komoditas karet, kelapa dalam dan kelapa sawit seluas 2 – 4 Ha/KK, sedangkan komoditas lainnya seperti kopi, kakao, lada dll 1-2 Ha/KK..
-
Pembinaan terhadap penangkar bibit perlu ditingkatkan agar bibit perkebunan khususnya komoditas karet selain untuk mencukupi keperluan di Kalimantan Selatan juga untuk mensuplai keperluan regional Kalimantan (Kaltim, Kalteng) dan provinsi lainnya yang memerlukan seperti Papua.
b. Perkebunan Besar Negara -
Koordinasi antara Dinas Perkebunan dengan pihak PTPN perlu ditingkatkan agar ada solusi yang tepat untuk mengatasi pengurangan areal akibat tanaman karet tua sehingga proses peremajaan menjadi seimbang.
-
Mengingat petani eks plasma PIR-Gula Pelaihari telah mengganti tanaman dari tebu menjadi tanaman kelapa sawit yang didukung dengan sharing pendanaan APBN dan APBD I/II yang tanam perdana dimulai pada tahun 2005, dan telah tertanam seluas ± 7.500 Ha yang secara bertahap sudah dan akan terus berproduksi, maka pihak PTP XIII dapat memfasilitasi pendanaan lanjutan
37
(pemeliharaan kebun), penampungan dan pembinaan penanganan pengolahan dan pemasaran hasil kelapa sawit plasma. c. Perkebunan Besar Swasta -
Memperhatikan luasan HGU dan izin lokasi yang ada pada PBS di Kalimantan Selatan masih banyak lahan yang belum termanfaatkan, disisi lain untuk permohonan izin baru bagi calon calon investor sudah sangat terbatas ketersediaannya. Berkaitan dengan itu perlu dikaji kendala–kendala yang dialami oleh PBS sehingga ada solusi dan percepatan pembangunan kebun dan diadakannya reklasifikasi bagi PBS serta adanya peninjauan kembali izin usaha bagi PBS berdasaran hasil reklasifikasi.
-
Perlunya pembinaan yang terus menerus sehingga terjadi peningkatan kesadaran PBS agar peduli dengan masyarakat sekitar ikut membantu membangun
kebun
rakyat,
sehingga
terjadi
kemitraan
yang
saling
menguntungkan tanpa mengharapkan fasilitas kredit dari pemerintah. -
Agar nilai tambah hasil kelapa sawit dapat lebih dinikmati oleh masyarakat Kalimantan Selatan, hendaknya segera terwujud adanya pabrik minyak goreng sawit dan derivat – derivat produk lainnya di Kalimantan Selatan.
d. Kelembagaan Petani -
Walaupun relatif cukup mendapat tantangan Dinas Perkebunan secara terus menerus berupaya mempersiapkan dan menggiring petani peserta proyek agar tergabung dalam kelompok tani menuju kepada pembentukan KUB yang selanjutnya sebagai cikal bakal menjadi koperasi primer pada giliranya dapat tergabung dalam koperasi sekunder perkebunan.
-
Meyakinkan kepada semua pihak terkait bahwa ke depan pembangunan perkebunan akan digerakkan oleh koperasi perkebunan, untuk itu perlu adanya kesempatan stake holder untuk memahami tentang hal ini.
e. Pemasaran -
Posisi tawar petani perkebunan rakyat sangat rendah, hal ini dengan rantai tataniaga yang panjang khususnya komoditas karet, untuk itu secara bertahap merubah tatanan yang sudah ada digiring untuk berbagi nilai tambah dengan
38
menjalin suatu kemitraan yang saling menguntungkan antara petani yang tergabung dalam koperasi dengan pedagang perantara serta pabrikan sebagai konsumen. f. Penanganan Pengembalian Kredit (Baldit) Proyek -
Adanya mekanisme dan sanki yang jelas tentang baldit perkebunan sehingga dapat dijadikan pedoman Dinas Perkebunan untuk melaksanakantugas baldit dimaksud.
-
Mengoptimalkan tugas aparat jajaran perkebunan baik di Kabupaten mapun Propinsi dalam menangani Baldit tanpa harus tergantung dengan petugas lapangan yang sebagian besar tenaga kontrak dan honor yang status kepegawaiannya belum jelas.
-
Masalah baldit ini sangat komplek dan karena yang berpengalaman / memahami petani dan lapangan sebagian besar adalah tenaga honor dan kontrak yang sebelumnya sebagai petugas lapang, perlu dipikirkan tentang status kepegawaian mereka dan dapat diangkat menjadi CPNS sehingga baldit dapat optimal.
g. Pengembangan (Kawasan Agribisnis Masyarakat Perkebunan (KAMBUN) -
Adanya kesepahaman semua pihak tentang program Kawasan Agribisnis Masyarakat Perkebunan (KAMBUN) di Kalimantan Selatan, tanpa adanya keterlibatan dan kepedulian seluruh stakeholder yang ada di Kalimantan Selatan program KAMBUN hanya sebagai sebuah konsep returika tanpa kejelasan hasil.
4.2 Saran-saran 1. Pembangunan sub sektor perkebunan yang dilaksanakan melalui pendekatan kewilayahan, hendaknya dapat didukung oleh sektor lainnya (Koperasi, Perindustrian dan perdagangan, Pekerjaan Umum) sehingga diharapkan segera dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi pedesaan dan peningkatan pendapatan petani yang pada akhirnya kesejahteraan dapat terwujud .
39
2. Pengembangan Agroindustri sebagai leading sector segera dapat diwujudkan dikalimantan Selatan, sehingga dapat memacu kegiatan disektor on-farm dan jasa penunjang lainnya, serta petani dapat menikmati nilai tambah dari usahataninya. 3. Promosi dan pasar produk pertanian umumnya dan khususnya produk perkebunan perlu diperluas dan mendapatkan perhatian dari semua pihak, sehingga kelangsungan dan harapan dalam berusaha tani dapat terjamin. 4. Peningkatan mutu produk perkebunan perlu terus dilakukan, hal ini diharapkan posisi rebut tawar produk perkebunan menjadi lebih kuat. 5. Peraturan dan perundangan dibidang perkebunan merupakan aspek yang mendapatkan perhatian, sehingga petani dan pengusaha dibidang perkebunan mendapatkan jaminan dan kepastian hukum, dengan demikian akan tercipta situasi yang kondusif dalam berusaha dibidang perkebunan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PERNYATAAN PENETAPAN KINERJA TINGKAT UNIT ORGAI\ISASI ESELON I / SATUAN KERJA KEMENTERIAN LEMBAGAISATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini
: :
Nama Jabatan
:
Ir. H. SUGIAN NOORBAH, MP Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan
Selanjutnya disebut Pihak Pertama
Nama Jabatan
: :
H. RUDY ARIFFIN Gubemur Kalimantan Selatan
Selaku atasan langsung Pihak Pertama. Selanjutnya disebut Pihak Kedua
pihak pertama pada tahun 2013 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian
ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan
dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab pihak pertama. pihak Kedua akan memberikan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi akuntabilitas kinerja terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
11 Pebruari 2013
H. RUDY ARIFFIN
gE iEEEfiBEEEE Efi
EEEEEEEEEE
EEEgEE
EEEE EEf;EE
EgggR gNgREEHR$H HH E$HEiH .: -: o\m
*snn ilHEHE
Ei
Nd
:
E
o c
ll o
oP 6=
to
GE> ..
E A*E '=5le@
EEt* Ep'zg
-9Y=!'i
6#-E
=oi:it
&E5E -Ene
6 t-z YF
cr<
ii
u< r<
EER
,=EEc g6Go oll!3
ise qCLz
=z) x<224
33* EE 'uE
Esss ts.j^i"i
(J
2 e
G!ltc .EEE.9
o
-M
G
o : m oo= oo =oOo
E
ru
o-
o'= o.= cco oH
C
Ecsc ooo!D addq
ridrod
(u 0,
.Fs _i€
\efo
aE
=
;Ex:?* b3:t.EA
a.rkc67 .E>t-EE.E -€
':'5;
^r
?
EEsi-EF
946-9sqs Eil:.Sh =er
;_EETEq
G.YcYE..c td6OioJ
.E
tr
F b P P P-9 B3e33,g &.ird;-ru;
6_d =E@ +.o! h
* B.f
6 APco
L6
-ou
e;coE@
c
c EG-
oc 4a =4 o+. Io agL Et!-
0, CL
o !
hEt 6 .- i.l
^-ooG UVF< c--o
at6: _9089
l-ao co o6o!
OG oE
EG.
pEe
.xd
E€E
u6
9-E -oo !E- Y P:L
Eol: tU acl -O i!
C! o!0 ooC
ii9
OE cbP EE !4.= Pg ou0 aO "bE3 triE tLdN
o o
EsFE 6';ci gG60 lIr!J
f,;
E
o
I
-P aa 6c
o o m
aO
_CC6 66ol CPP. ^66L .=rZ-YG
3
90 P'6 accc Oo O 0J Oo.o-a .i6id;<
xE nP
ol
ci
o o
6
Ee 60
He MG
u c
dI
6 N:O
-s 6< ES 6(o cd
c o c
g.i 9o
=
qJ
o
=P p! y6
dts cL
6-u G\
:}R -o a(o-
-c@ fc -of tr! =o ?r ru
.c6 ll)ij EO lr !G o6 dL j
EBoi
6C
iE E H= r
FHE 6lc L-=6
(U -c
TEE tqs 6=--
u
-*
N
o .i
o
o !o
cZ.
Es
EgE
i'e< 6GS!a=
fi i
:i
U '6 o
.l:o6ll =ij-'6c
s6
=E3 P-9 Eg o .=trEim :E c L-asoo@ 6 m
c o
G1 =Y}. 5Ei .5di o
6 o E-* i -o^ YYfr'=';!! bEF bBdi o6rr!+
d;
o a
6L
a6 GX co'; U6 EC dL
x= =O-
e B!
BE -:i.ot 66bts
9Qo 6E=
9
FO
'6 oo LPm-
6--
sBe
-o
Fo
6
>h5 g E! L.-'L GoO
g ai
E
3>d*
o
o
-.
E
69co.
.C
UI
z
)
5983
E
A-r CL
e2 (,0
EF
^v 69e CT.r o oD fc U F= a
G= o CA v 6G ,E o U u 96 d u .-'OOYE tr .!i J -oc =Y Oo f E = E E= o 'o d; c o EE6co o -> o. C6trc 5o g uc;id E 30 od -6Xo :zc 0, :z C G CG OE J o Go0 6 6o 6 C66r !
AEEE Eooo
-113
e2A rr=6
-@
a o
899< 9ccc E9Pb Es3"S it;=p =um@
ea9
*iz :z '[o
o
q
E5 iE .98
C
n lr,
-C
6q
t o
-
E.E
,i
EEEEEEEEEE EHREEHEEEE
()
c,
q rn
o!
(n
({
a !l
EISEHSHEhil
5
_b
=t E t o,= _eg E s. o:C'='= Co6
tkogEG o'bEctsfi
la-'9-ord OEYO_
S=[sg'E
;E+ee& c t6?i:X FEaaEn E6sF:=
F^-^v!!c= oc!ci-c
*gg€Ei $EE-EEE
&i6id;+u;
x
G N rcl T. di
o(o qo .ig obJ
GNNA
e9D=
EExb troF: Ucs-H o"co0
-@o .6E'6!9 tr!,06 JU9= =6Ga g;
cq 6F
EA co OG 60 o9 $o E6 oEo C'C o.f
st oo sd G
Jt 'i.
X6 o_ b6 Fu
E
6
s
qh(n
6rg
;cvd =Eaq i=N
E
uP5
E8 af:z
6r
$
c o g 3 J0) O6 -CG c.==
co
,!6 -C^N =ood sEJ@ o-06
-E
6
€ :, !G a o 0 6 J
J 6
o E
.;
EE EG
@
C
f vo -o
0,
o cG
@ G
E (u DO g o c
=6 =!
dE
'o
co
8E as 6q0 6-
o
J 6
{= J
CX 6I @p
6
Pr 3Etrt-
o(uc ail E o c;!s ! '6E6 o
o6
C:M oc.:l
o
co
G
!.I
oc
'6 (q6c -G
o\z
s'; of; o';
3.
EE3 e.E = A6€E ZEfiH
F-! .E C A3i5d 0, d{u A }zod.iri ddd rr cd
.9
S
6
G
.=6
6-C o:io -0.6L coc oyd !eE
c =o =EL!) xoo0
c
6 I 6 6 G @
1' 6
9ed
.o
6 f ll 0) I
:2
o
o-
oil
.A rl!.
FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH SKPD : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran : 2013 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
1
2
3
- Terlaksananya usaha peremajaan, rehabilitasi, perluasan, intensifikasi dan diversifikasi tanaman tahunan
1. Pertumbuhan luas perkebunan rata-rata 3,66%/th
4,06% setara dengan 24.980 Ha
2. Pertumbuhan produksi perkebunan rata-rata 4,50 %/th
4,49% (pertumbuhan produksi 33.910 ton)
- Terlaksananya penanganan panen, promosi, dan informasi pasar hasil perkebunan
4. Meningkatnya jumlah efisiensi pengolahan bidang sadap karet sesuai anjuran teknis rata-rata 94 % per tahun
86,80% setara dengan 112.647 Ha
- Terlaksananya kemitraan pemanfaatan unit pengolahan dan usaha peningkatan mutu hasil perkebunan
3. Meningkatnya jumlah mutu hasil unggulan perkebunan mencapai 95,00% sesuai SNI
84,35% setara dengan 97.435 ton
- Terlaksananya pemanfaatan lahan dan air perkebunan secara optimal
5. Jumlah pemanfaatan lahan cadangan perkebunan mencapai 63,35% (688.028 Ha) dari luasan cadangan RTWP 1.086.123 Ha
58,70% setara dengan 637.610 Ha
FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH SKPD : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran : 2013 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
RPJMD 2012
RPJMD 2015
1
2
3
4
5
- Terlaksananya usaha peremajaan, rehabilitasi, perluasan, intensifikasi dan diversifikasi tanaman tahunan
1. Pertumbuhan luas perkebunan rata-rata 3,66%/th
4,06% setara dengan 24.980 Ha
4,06% setara dengan 24.980 Ha
18,29%
2. Pertumbuhan produksi per kebunan rata-rata 4,50%/th
4,49% setara 33.910 ton
4,49% setara 33.910 ton
22,50%
- Terlaksananya penanganan panen, promosi, dan informasi pasar hasil perkebunan
3. Meningkatnya jumlah efisiensi pengolahan bidang sadap karet sesuai anjuran teknis mencapai 94 % dari kebun produksi
86,80% setara 112.647 Ha
86,80% setara 112.647 Ha
94,00%
- Terlaksananya kemitraan pemanfaatan unit pengolahan dan usaha peningkatan mutu hasil perkebunan
4. Meningkatnya jumlah mutu hasil unggulan perkebunan mencapai 95,00% sesuai SNI
84,35% setara 97.435 ton
84,35% setara 97.435 ton
95,00%
- Terlaksananya pemanfaatan lahan
5. Jumlah pemanfaatan lahan
58,70%
58,70%
63,35%
setara 637.610 ha
setara 637.610 ha
setara 688.028 ha
dan air perkebunan secara optimal
cadangan perkebunan mencapai 63,35% (688.028 Ha) dari luasan cad.RTWP 1.086.123 Ha
FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH SKPD : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran : 2013 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
prosentase (%)
1
2
3
4
5
- Terlaksananya usaha peremajaan, rehabilitasi, perluasan, intensifikasi dan diversifikasi tanaman tahunan
1. Pertumbuhan luas perkebunan rata-rata 3,66%/th
4,06% setara dengan 24.980 Ha
8,54% atau setara dengan 52.553 Ha
210,34%
2. Pertumbuhan produksi per kebunan rata-rata 4,50%/th
4,49% setara 33.910 ton
5,44 % atau setara dengan 41.090 Ton
121,16%
- Terlaksananya penanganan panen, promosi, dan informasi pasar hasil perkebunan
3. Meningkatnya jumlah efisiensi pengolahan bidang sadap karet sesuai anjuran teknis mencapai 94 % dari kebun produksi
86,80% setara 112.647 Ha
75,83 % atau setara dengan 107.302 ha
87,36%
- Terlaksananya kemitraan pemanfaatan unit pengolahan dan usaha peningkatan mutu hasil perkebunan
4. Meningkatnya jumlah mutu hasil unggulan perkebunan mencapai 95,00% sesuai SNI
84,35% setara 97.435 ton
51,25 % atau setara dengan 79.565 Ton
60,68%
- Terlaksananya pemanfaatan lahan dan air perkebunan secara optimal
5. Jumlah pemanfaatan lahan cadangan perkebunan mencapai 63,35% (688.028 Ha) dari luasan cad.RTWP 1.086.123 Ha
58,70% setara 637.610 ha
63,72 % atau setara dengan 692.053 ha
108,54%
DATA CAPAIAN KINERJA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN ANGGARAN 2013 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
- Terlaksananya usaha peremajaan, rehabilitasi, perluasan, intensifikasi dan diversifikasi tanaman tahunan
Target Tahun 2015
2011-
3
Target TA 2013
Program / Kegiatan
4
5
Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
Prosentase % 8
6
7
21.455.142.000
18.179.948.646
84,73
1. Pertumbuhan luas tanaman perkebunan rata rata pertahun (3,66%/th)
18,29 % setara dengan 114.477 Ha
4,06 % setara dengan 24.980 Ha
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 1. Pengembangan karet rakyat 2. Pengembangan kebun entrys karet rakyat 3. Pengemb./Intensifikasi kelapa rakyat 4. Pengembangan sawit rakyat 5. Pemurnian kebun entrys karet 6. Pengembangan tanaman kopi 7. Pengembangan / pemeliharaan tanaman kakao 8. Penilaian penetapan blok penghasil tinggi karet 9. Peremajaan kret memndukung PELD 10. Pemeliharaan kebun tungkap 11. Bimbingan dan pelayanan kebun Tungkap
9.915.667.000 3.995.000.000 303.000.000 247.000.000 2.558.500.000 80.000.000 378.000.000 212.000.000 82.000.000 935.000.000 962.637.000 162.530.000
8.844.460.260 3.413.761.170 275.599.380 232.530.050 2.407.299.120 70.724.000 364.813.480 199.691.790 71.258.500 832.319.600 872.104.870 104.358.300
89,20 85,45 90,96 94,14 94,09 88,41 96,51 94,19 86,90 89,02 90,60 64,21
2. Pertumbuhan produksi tanaman perkebunan rata-rata 4,50%/th
22,50 % setara dengan setara 171.052 ton
4,49 % setara 33.910 ton
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 1. Operasional Lab.Pengujian mutu benih dan proteksi proteksi tanaman 2. Pengamatan dan pengujian tanaman OPT 3. Pengendalian kebakaran lahan dan kebun 4. engembangan dan pengendalian OPT Perkebunan 5. Sekolah Lapang pengendalian OPT
2.950.500.000 432.000.000
2.092.896.802 417.170.500
70,93 96,57
255.000.000 614.000.000 1.122.800.000 526.700.000
247.738.760 133.088.350 769.864.692 525.034.500
97,15 21,68 68,57 99,68
831.600.000 97.000.000 351.000.000 383.600.000
580.447.795 33.377.200 209.550.460 337.520.135
69,80 34,41 59,70 87,99
2.369.650.000 296.000.000 1.110.650.000 963.000.000 156.000.000
2.050.301.925 232.557.570 1.010.564.620 807.179.735 126.081.586
86,52 78,57 90,99 83,82 80,82
- Terlaksananya penanganan panen, promosi, dan informasi pasar hasil perkebunan
3. Meningkatnya jumlah efisiensi pengelolaan bidang sadap karet sesuai anjuran teknis 94 % dari luas kebun produksi
94,00 % setara 120.903 Ha
86,80 % setara 112.647 Ha
Peningkatan Pemasaran hasil Pert./bun. 1. Pengembangan informasi pasar 2. Peningkatan kemitraan usaha perkebunan 3. Pengembangan agro ekspo
- Terlaksananya kemitraan pemanfaatan unit pengolahan dan usaha peningkatan mutu hasil perkebunan
4. Meningkatnya jumlah mutu hasil unggulan perkebunan sesuai SNI mencapai 95,00 %
95,00 % setara 108.089 ton
84,45 % setara 97.435 ton
Peningkatan Pemasaran hasil Pert./bun. 1. Operasional pengawasan Prod. CPO/SP3 2. Peningkatan mutu hasil bhn. olah karet perkebunan 3. Peningkatan panen dan pasca panen tan.bun 4. Penilaian usaha perkebunan tahap pembangunan
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
1
2
- Terlaksananya pemanfaatan lahan
5. Jumlah pemanfaatan lahan
dan air perkebunan secara optimal
Target Tahun 2015
2011-
Target TA 2013
Program / Kegiatan
Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
Prosentase %
4
5
6
7
8
3 63,35 %a
58,70 %
Program Penerapan Teknologi Pertanian
4.788.475.000
4.157.810.954
86,83
setara dengan 688.028 Ha
setara 637.610 Ha
1. Peningkatan penggunaan alat dan mesin pert.
116.000.000
83.250.000
71,77
capai 63,35% (688.028 Ha) dari
2. Pengawasan pupuk dan pestisida
275.500.000
267.423.880
97,07
luasan cad.RTWP 1.086.123 Ha
3. Pengembangan usahatani konservasi terpadu
599.250.000
454.030.910
75,77
4. Pelatihan dinamika kelompok tani
231.000.000
214.314.100
92,78
5. Pengembangan pengaktifan petani/gapoktan/
265.000.000
234.788.900
88,60
6. Pengembangan perkebunan terpadu
384.500.000
341.329.000
88,77
7. Kaji terpa lapangan pupuk dan pestisida
309.000.000
290.034.643
93,86
8. Peningkatan produktifitas karet rakyat
650.000.000
573.109.260
88,17
9. Peningkatan produktifitas kelapa sawit rakyat
937.000.000
821.955.861
87,72
10. Survey identifikasi dan desain (SID)
322.000.000
268.550.200
83,40
358.500.000
304.817.900
85,03
71.475.000
71.200.000
99,62
269.250.000
233.006.300
86,54
cadangan perkebunan men-
koperasi perkebunan
pengembangan perkebunan 11. Pelatihan dinamika petani penyadap dan petani okulasi 12. Pemiliharaan jalan kebun dan pembuatan jaringan distribusi air 13. Demplot percontohan dan penerapan teknologi Budidaya pada masyarakat
Jumlah Anggaran : Program penyedian dukungan administrasi, manajemen dan teknis lainnya = Rp. 3.762.700.000,-
Banjarbaru,
Januari 2013
Kepala Dinas
Ir. H. SUGIAN NOORBAH, MP NIP. 19610325 198803 1 003
MATRIK SKPD URUSAN
: RENSTRA TAHUN 2011 - 2015 : DINAS PERKEBUNAN : PILIHAN (PERTANIAN) VISI
Menjadikan Kawasan Agribisnis Masyarakat Perkebunan Unggul, Sejahtera, dan Berkelanjutan (Kambun Gulraber).
MISI 1. Mengembangan Membina dan Melindungi Tanaman Unggulan Perkebunan.
TUJUAN 1.1. Meningkatkan Luas, Produksi dan Produktivitas Tanaman Unggulan Perkebunan.
Lampiran 2 hal 1 dari 6 SASARAN
ARAH KEBIJAKAN
1.1.1.Terlaksananya usaha Upaya pengembangan komoditas peremajaan, rehabilitasi, perluasan, perkebunan yang merupakan andalan intensifikasi dan diversifikasi tanaman nasional dan daerah. tahunan.
KEBIJAKAN UMUM
URUSAN/PROGRAM
Fasilitasi bagi pengembangan usaha perkebunan secara sinergis, berkelanjutan sebagai bahan penopang industri dalam negeri dan ekspor nasional.
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Perlindungan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan.
1.1.2.Terlaksananya usaha Upaya rintisan pengembangan peremajaan, rehabilitasi, perluasan, komoditas perkebunan spesifik daerah intensifikasi dan diversifikasi tanaman rempah, penyegar dan semusim.
1.1.3. Berkembangnya usaha perbenihan tanaman perkebunan yang berkualitas.
Upaya peningkatan kualitas SDM penangkar dan mutu benih
1.1.4. Terlaksananya pengembangan Upaya peningkatan pelayanan kebun induk dan pemeliharaan kebun masyarakat perkebunan contoh kelapa sawit
1.2. Melindungi mutu tanaman dan usaha perkebunan
2. Mengembangkan Mutu, Pemasaran Hasil dan Pengel. Prasarana, sarana Sumberdaya Perkebunan.
2.1. Meningkatkan Dayasaing Mutu dan Pemasaran Hasil Perkebunan.
1.2.1.Terlaksanannya pengamatan dan pengujian terhadap organisme pengganggu tanaman.
Upaya peningkatan tindakan preventif Fasilitasi bagi perlindungan usaha terhadap serangan organisme perkebunan secara sinergis, pengganggu tanaman (OPT) berkelanjutan sebagai bahan penopang kebutuhan daerah.
1.2.2. Terlaksananya pengendal, penanganan gangguan usaha, kebakaran lahan/kebun & gangguan lainnya.
Upaya peningkatan antisipasi gangguan usaha, bencana alam dan perubahan iklim.
1.2.3. Terlaksananya pengendalian serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) tepat waktu.
Upaya peningkatan pengendalian dan penanggulangan hama penyakit tanaman perkebunan
2.1.1.Terlaksananya pembinaan, penilaian usaha perkebunan besar dan berkembangnya perkebunan rakyat.
Upaya peningkatan skala usaha Fasilitasi bagi usaha pendukung Peningkatan Pemasaran, Nilai minimum perkebunan rakyat dan pengembang perkebunan rakyat dan Tambah Daya Saing, Mutu tertib pelaksanaan perkebunan besar. perkebunan besar swasta/rakyat. Produk Hasil Perkebunan
2.1.2.Terlaksananya kemitraan pemanfaatan unit pengolahan dan usaha peningkatan mutu hasil perkebunan.
Upaya menekan biaya produksi dan pencapaian jumlah mutu hasil komoditas andalan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Fasilitasi bagi usaha peningkatan nilai tambah daya saing dan pemasaran dalam negeri dan ekspor.
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Perlindungan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan.
hal 2 dari 6
VISI
MISI
TUJUAN
SASARAN
2.2. Mengelola 2.2.1.Terlaksananya pemanfaatan Prasarana, Sarana dan lahan dan air perkebunan secara Sumberdaya optimal. Perkebunan yang Ramah Lingkungan.
3. Mengembangkan Pelayanan publik secara Profesional dan Bertanggungjawab.
3.1. Meningkatkan Kinerja Pelayanan secara tertib, cepat, tepat dan benar.
ARAH KEBIJAKAN Upaya peningkatan optimasi lahan melalui Investasi pemerintah dan swasta.
3.1.1. Terlaksananya administrasi Upaya peningkatan Kinerja Pelayanan yang tertib terhadap Pelaku dan Hasil secara Tertib Adm. Terhadap Pelaku Pembangunan Perkebunan. dan Hasil Pembangunan Perkebunan.
KEBIJAKAN UMUM
URUSAN/PROGRAM
Fasilitasi bagi usaha peningkatan pengadaan prasarana dan sarana perkebunan berkelanjutan.
Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Perkebunan
Fasilitasi usaha peningkatan pelayanan adm. Kantor dan pelaku pembangunan perkebunan secara berkelanjutan.
Dukungan Administrasi, Manajemen dan Teknis Lainnya.
KEGITAN PRIORITAS
PROGRAM PERMEN DAGRI 13 THN 2006
1. Pengembangan Tanaman Tahunan (karet, k.sawit, Peningkatan Produksi Pertanian/ kelapa, dll). Perkebunan
RINCIAN KEGIATAN Pengembangan Komoditas Karet Rakyat
6.691.000
6.640.000
7.100.000
7.240.000
446.000
535.000
562.000
573.000
688.000
4.230.000
4.290.000
4.460.000
5.630.000
6.915.000
Pengemb./Intensifikasi Kopi Rakyat
643.000
650.000
702.000
758.000
819.000
Pengembangan/Intensifikasi Kakao
279.000
290.000
375.000
410.000
467.000
Pengembangan Kebun Entrys Karet Rakyat
330.000
335.000
600.000
656.000
735.000
94.000
105.000
116.000
188.000
346.000
Penilian Penetapan Blok Penghasil Tinggi Karet
100.000
110.000
210.000
221.000
239.000
Pemeliharaan Kebun Produksi Tungkap
974.000
1.069.000
1.226.000
1.362.000
1.643.000
Pengembangan / Intensifikasi Kelapa Rakyat Pengembangan Kelapa Sawit Rakyat
Pemurnian Kebun Entrys Karet
Jumlah (1) 2. Perlindungan Usaha dan Pengembangan Tanaman Semusim, Rempah, Penyegar(nilam, dll).
Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan
13.787.000
14.024.000
15.351.000
17.038.000
19.239.000
401.000
424.000
538.000
582.000
635.000
Uji terap lapangan pupuk dan pestisida
161.000
176.000
215.000
282.000
320.000
Pengamatan dan Pengujian OPT
243.000
340.000
445.000
468.000
505.000
50.000
165.000
175.000
184.000
199.000
395.000
450.000
575.000
567.000
612.000
-
285.000
385.000
416.000
450.000
Pengawasan pupuk dan pestisida
142.000
145.000
174.000
186.000
200.000
Bimbingan dan Pelayanan Kebun Tungkap
218.000
220.000
224.000
300.000
310.000
Pengad.,Pemel. Jalan produksi kebun rakyat & UPT
549.000
600.000
660.000
730.000
800.000
Pengemb. dan Pengendalian OPT Perk. Pengend.Opersional Laboratorium Lapangan
Jumlah (2)
2.159.000
2.805.000
3.391.000
3.715.000
4.031.000
Peningkatan Kemitraan Usaha Perkebunan
135.000
240.000
288.000
350.000
395.000
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Bun
131.000
164.000
182.000
200.000
220.000
40.000
60.000
82.000
144.000
186.000
Jumlah (3)
306.000
464.000
552.000
694.000
801.000
Pasca Panen Peningkatan mutu Karet
281.000
300.000
360.000
505.000
587.000
Operasional Pengawasan Produksi CPO / SP-3
134.000
160.000
170.000
183.000
210.000
Pengembangan Informasi dan Agro Expo
252.000
302.000
356.000
372.000
440.000
Jumlah (4)
667.000
762.000
886.000
1.060.000
1.237.000
Peningkatan Penggunaan Alat dan Mesin Pertanian
4. Peningkatan peran kemitraan, mutu, daya saing, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan
Peningkatan Pemasaran hasil Pertanian/Perkebunan
7.387.000
Pengembangan Nilam Rakyat
Pengendalian kebakaran lahan dan Kebun
3. Peningkatan penataan, pengembangan usaha dan Peningkatan Pemasaran hasil penilaian usaha perkebunan. Pertanian/Perkebunan
hal 3 dari 6 PERKIRAAN KEBUTUHAN DANA (Rp. dlm ribuan) 2011 2012 2013 2014 2015
hal 4 dari 6
KEGITAN PRIORITAS 5. Inventarisasi dan pemanfaatan potensi lahan cadangan perkebunan, optimasi dan konservasi lahan, jalan kebun dan sarana air perkebunan.
PROGRAM PERMEN DAGRI 13 THN 2006
RINCIAN KEGIATAN
Pengendalian pemanfaatan ruang.
Invent. Pemanf. & Pengelolaan Lahan Bun Rakyat
125.000
140.000
150.000
175.000
200.000
Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan.
Peningkatan Penggunaan Lahan Perkebunan
111.000
135.000
162.000
195.000
234.000
Optimasi Lahan Perkebunan Rakyat
355.000
382.000
405.000
440.000
454.000
Pengembangan Usahatani Konservasi Terpadu
273.000
390.000
420.000
486.000
545.000
Pengemb. Pengaktifan Petani/Gapoktan/Koprs.Bun.
139.000
200.000
242.000
262.000
283.000
Pelatihan Dinamika Kelompok Tani Perkebunan
135.000
150.000
165.000
182.000
198.000
Penilaian Ush Perk. Besar Tahap Pembangunan
169.000
214.000
234.000
290.000
298.000
Klasifikasi Perkebunan Besar Swasta
-
200.000
-
-
250.000
Rehab ruang kerja ktr dinas & UPTD
191.000
240.000
300.000
420.000
600.000
1.498.000
2.051.000
2.078.000
2.450.000
3.062.000 272.000
Jumlah (5) 6 Penyediaan, pemeliharaan sarana prasarana kantor dan penyajian laporan Capaian kinerja Fisik, Keuangan Dinas.
PERKIRAAN KEBUTUHAN DANA (Rp. dlm ribuan) 2011 2012 2013 2014 2015
Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan.
Penyusunan Database Statistik Unggulan Perk.
244.000
246.000
258.000
265.000
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
135.000
140.000
170.000
178.000
190.000
Pelayanan Adm. Perkantoran.
Penyediaan Barang, Jasa adm perkantoran dinas
1.316.000
1.319.000
1.321.000
1.325.000
1.330.000
Penyediaan Barang, Jasa adm perkantoran UPT
353.000
355.000
358.000
362.000
365.000
Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
Pengadaan Pemel. Pasarana dan Sarana dinas
532.000
539.000
542.000
560.000
594.000
Pengadaan Pemel. Pasarana dan Sarana UPT
156.000
160.000
164.000
168.000
170.000
Peningkatan Disiplin Aparatur.
Pengadaan Pakaian kerja lapangan
5.000
5.000
5.000
6.000
6.000
Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur. Peningkatan Pengemb. Capaian Pelap. Kinerja dan Keuangan.
Kursus, Pelatihan, Sosialisasi, Bimtek PNS
233.000
242.000
243.000
295.000
350.000
Penyus. Penatausahaan Lap.Keu. & Kinerja Jumlah (6) Total SKPD Dinas Perkebunan
128.000
130.000
131.000
134.000
135.000
3.102.000
3.136.000
3.192.000
3.293.000
3.412.000
21.519.000
23.242.000
25.450.000
28.250.000
31.782.000
hal 5 dari 6 INDIKATOR KINERJA 1. Pertumbuhan luas perkebunan rata-rata 3,66%/thn.
2. Pertumbuhan produksi perkebunan rata-rata 4,5%/thn.
3. Peningkatan jumlah efisiensi pengelolaan bidang sadap karet sesuai anjuran teknis.
4. Peningkatan mutu daya saing hasil perkebunan (sesuai SNI).
SATUAN
KONDISI AWAL S/D TH. 2010
2011
RENCANA CAPAIAN KINERJA 2012 2013 2014
KETERANGAN
2015
%
5,98
2,45
3,12
4,06
4,26
4,40
3,66
Ha
581.623
595.900
614.520
639.500
666.760
696.100
696.100
Ha
45.204
14.277
18.620
24.980
27.260
29.340
114.477
15,81
4,27
4,35
4,49
4,59
4,82
4,50
ton/thn
%
694.098
723.740
755.240
789.150
825.400
865.150
865.150
ton/thn
109.740
29.642
31.500
33.910
36.250
39.750
171.052
%
76,00
79,60
83,20
86,80
90,40
94,00
94,00
%
4,80
3,60
3,60
3,60
3,60
3,60
Ha
101.307
104.954
108.732
112.647
116.702
120.903
120.903
%
68,45
73,75
79,05
84,35
89,65
95,00
95,00
5,20
5,30
5,30
5,30
5,30
5,35
83.451
87.874
92.531
97.435
102.599
108.089
18,00
26,55 108.089
hal 6 dari 6
INDIKATOR KINERJA 5. Pemanfaatan lahan perkebunan mencapai 63,35% (688.028 Ha) dari luasan cadangan RTRWP 1.086.123 Ha
6. Jumlah dan Kualitas Dokumen Perencanaan, Laporan Fisik, keuangan dan Kinerja Dinas 6 dok. per tahun.
SATUAN
KONDISI AWAL S/D TH. 2010
RENCANA CAPAIAN KINERJA 2012 2013 2014
2011
KETERANGAN
2015
Ha
581.623
595.858
614.015
637.610
662.445
688.028
688.028
Ha
12.348
14.235
18.157
23.595
24.835
25.583
106.405
%
2,24
2,45
3,05
3,84
3,90
3,86
3,42
Buah %
6
6
6
6
6
6
6
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Banjarbaru, 10 Pebruari 2011