ISSN: 2089-7553
UPACARA MANYANGGAR MAMAPAS LEWU MENURUT MASYARAKAT HINDU KAHARINGAN DI KELURAHAN RANTAU PULUT KABUPATEN SERUYAN Oleh: Ni Made Ratini* Abstrak Upacara Manyanggarmamapaslewu merupakan salah satu jenis upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan Rantau pulut Kecamatan Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan. Upacara Manyanggarmamapaslewu dilaksanakan untuk mengucapkan terima Kasih kepada RanyingHatalla serta roh suci leluhur karena beliau telah menjaga dan memberikan keselamatan kepada masyarakat yang tinggal di kampung tersebut. Upacara dipimpin oleh tiga orang Rohaniwan yang disebut Tukang Rukun/ Basir. Pelaksana upacara melibatkan seluruh masyarakat bergabung secara gotong royong bersama-sama menjalin kerja sama menjunjung tinggi asas kekeluargaan maupun musyawarah mufakat mulai dari mempersiapkan sarana sampai proses terselenggaranya upacara manyanggarmamapas Lewu di Rantau Pulut. Upacara manyanggarmamapaslewu bermakna untuk membersihkan/ menetralisirkekuatan yang disebabkan oleh pengaruh makhluk gaib yang bersifat negatif yang dapat mengancam keselamatan warga masyarakat di kampung tempat mereka tinggal. Sehingga terjaga keseimbangan dan keharmonisan hidup. Sesuai dengan konsep ajaran Tri HitaKarana yaitu Menjaga keharmonisan dengan Tuhan Yang Maha Esa (RanyingHatalla Langit) sebagai sumber segala yang ada di dunia ini, Menjaga keharmonisan dengan sesama manusia karena manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup dan menjaga keharmonisan dengan alam Lingkungan sekitarnya.Dengan terwujudnya keseimbangan berarti terwujud pula keharmonisan hidup yang didambakan oleh setiap orang di dunia ini. Kata kunci: Upacara Manyanggarmamapas Lewu dan Religi
*
Dosen Pada Jurusan Dharma Sastra STAHN-TP Palangka Raya
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
43
I. PENDAHULUAN Kabupaten Seruyan merupakan salah satu Kabupaten di Daerah Propinsi Kalimantan Tengah, dengan penduduk aslinya bernama suku Dayak. Suku Dayak khususnya di Kelurahan Rantau Pulut Kecamatan Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah sebagian besar menganut agama Hindu Kaharingan, yang memiliki berbagai Tradisi,adat istiadat dan budaya yang diwarisi oleh nenek moyang (leluhur) mereka yang masih kental dengan nuansa Kaharingan. Dengan demikian peneliti bermaksud untuk mengkaji salah satu dari sekian banyak warisan budaya leluhur mereka di Kabupaten Seruyan. Adapun penelitian yang akan kami lakukan berjudul “Upacara Manyanggarmamapaslewu menurut masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan Rantau Pulut Kecamatan Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan” Upacara Manyanggarmamapaslewu adalah salah satu implementasi ajaran Hindu Kaharingan dalam mewujudkan rasa hormat (bhakti) dan terima kasih kepada Tuhan (RanyingHatalla Langit), Roh leluhur sebagai penjaga kampung serta para bhuta kala. Salah satunya dengan melaksanakan upacara yadnya/ ritual, karena kehidupan manusia menurut ajaran Hindu tidak terlepas dari yadnya . Alam semesta beserta segala isinya tercipta karena adanya yadnya dari Tuhan. Jadi yadnya yang bermula dari Tuhan itu patut diteruskan agar kehidupan di dunia ini berlanjut terus dengan saling beryadnya. Pelaksanaan Yadnya menurut Hindu berorientasi kepada tiga kerangka dasar yang meliputi: (1) Tatwa adalah mengisi kecerdasan otak, melatih kemampuan memandang rahasia-rahasia yang dimiliki oleh Tuhan dan rahasia-rahasia yang terdapat dalam diri serta rahasia-rahasia yang dalam alam lingkungan. (2) Etika (susila) adalah menyuguhkan ajaran untuk melatih tingkah laku yang berperan menumbuhkan peningkatan rasa pada setiap pemeluk. (3) Ritual (upacara yadnya) adalah menyuguhkan ajaran rela berkorban yang pada hakekatnya untuk memelihara hidup. Ketiga kerangka di atas merupakan landasan bagi umat Hindu untuk mencapai ketenangan, kedamaian dan ketenteraman. Demikian juga dengan masyarakat Hindu Kaharingan di Rantau pulut tidak lepas dengan aturan yang telah ditentukan dengan oleh Tuhan/RanyingHatalla. Mereka menerapkan nilai-nilai agama yang menjalin integrasi sosial dengan semangat kebersamaan, kekeluargaan bergotong royong dalam prosen melaksanakan Upacara Manyanggarmamapaslewu.Sesungguhnya Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
44
Masyarakat Hindu Kaharingan telah diwariskan oleh leluhur mereka konsep hidup kebersamaan di dalam rumah Betang yang disebut Falsafah budaya Betang yang berbunyi “ PenyangHinjeSimpe” artinya Rumah Betang atau rumah panjang telah membentuk dan mempersatukan penghuninya dalam komunitas.Ungkapan tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh oleh setiap individu dalam hidup bersama di masyarakat. Juga dari pernyataan tersebut menunjukkan adanya jalinan kerjasama yang baik, saling hormat menghormati, saling harga menghargai, baik mengenai pandangan pendapat, sikap prilaku maupun tindakan dan menjunjung tinggi asas kekeluargaan maupun musyawarah mufakat dalam upaya terselenggaranya upacara manyanggarmamapas Lewu di Kelurahan rantau Pulut. Menurut Keyakinan Masyarakat Hindu Kaharingan di Rantau Pulut Upacaramanyanggarmamapaslewu bermakna untuk membersihkan/ menetralisir dan menjaga dari pengaruh-pengaruh tidak baik yang dapat mengancam keselamatan warga masyarakat di kampung tempat mereka tinggal. Sehingga terjaga keseimbangan dan keharmonisan hidup. Sesuai dengan konsep ajaran Tri HitaKarana yaitu Menjaga keharmonisan dengan Tuhan Yang Maha Esa (RanyingHatala Langit) sebagai sumber segala yang ada di dunia ini, Menjaga keharmonisan dengan sesama manusia karena manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup dan menjaga keharmonisan dengan alam Lingkungan sekitarnya. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Upacara ManyanggarMamapas Lewu Upacara berasal dari dua suku kata yaitu Upa dan cara. Upa berarti berhubungan dengan. Cara berasal dari kata car yang berarti gerak, kemudian mendapat akhiran “a” menjadi cara yang berarti gerakan.Jadi upacara adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan atau kegiatan (surayin,2004: 9). Upacara juga berarti pelaksanaan dari yadnya dan disebut “Upacara Yadnya”. Yadnya berasal dari kata Yaj artinya korban. Yajnya berarti yang berhubungan dengan korban. Dalam hal ini korban yang dimaksud adalah korban yang berdasarkan pengabdian dan cinta kasih. Yadnya adalah korban suci yang dilakukan dengan hati yang tulus dan iklas tanpa mengikatkan diri pada hasilnya. Walaupun pelaksanaan yajnya tidak terikat pada hasilnya akan tetapi mempunyai tujuan-tujuan sepiritual antara lain: Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
45
1) Untuk menghubungkan diri kehadapan Ida sanghangwidhiwasa / ranyingHatala langit. 2) Sebagai Ucapan terima kasih atas segala Rahmat yang telah dilimpahkanNya kepada kita. 3) Untuk mencapai kesucian, membebaskan diri dari segala dosa serta mencapai kesempurnaan baik lahir maupun batin ( Putra, 2001: 4). Di dalam kitab Bagawadgita III.12 disebutkan; IshtamBhogamhivo dewa, Dsyanteyajnyabhavitah Tairdattanapradayaibhyo Yobhunktestenaeva sah (S Pendit, 2001; 71) Artinya; Dipelihara oleh Yajnya para dewa akan memberikan kamu kesenangan yang kamu inginkan. Ia yang menikmati pemberian itu tanpa memberi balasan kepadaNYa adalah pencuri. Berdasarkan uraian sloka di atas kita harus menyadari bahwa kesenangan dan kenikmatan hidup telah Tuhan berikan kepada kita, Maka wajib dilakukan upacara yadnya. Di dalam pelaksanaan upacara yadnya sudah tentu diperlukan sarana/ perlengkapan untuk mendukung upacara dimaksud. Demikian juga halnya dengan Upacara Manyanggarmamapaslewu di Kabupaten Seruyan sudah tentu memerlukan perlengkapan Upacara yang disebut dengan Sesajen (pakanan Sahur Lewu) yaitu beberapa jenis perlengkapan yang diatur sedemikian rupa sehingga indah dilihat dan mempunyai arti simbolis keagamaan sesui dengan fungsinya. Di Samping itu juga Umat Hindu Kaharingan dalam melaksanakan upacara selalu berpedoman dengan hari yang baik sesuai petunjuk yang telah diwariskan oleh leluhur mereka. Manyanggar berasal dari bahasa Sangiang yaitu dari kata “Sanggar” yang artinya Sanggah/ menahan/ menolak. Jadi Manyanggar artinya menyangga/ menahan/ menolak roh-roh jahat atau wabah penyakit yang memngganggu wilayah atau daerah dari pengaruhpengaruh perbuatan jahat atau perbuatan buruk, baik yang dilakukan oleh manusia maupun oleh roh- roh jahat (gaib). Agar kehidupan manusia dan alam sekitarnya menjadi aman dan harmonis. Sedangkan Mamapas Lewu berasal dari bahasa Dayak Ngaju, Mamapas berati menyapu atau membersihkan dan lewu berati kampung atau kota tempat tinggal manusia. jadi mamapas lewu berati sebagai upacara membersihkan kampung atau membersihkan kota tempat tinggal, dengan kata lain Mamapas Lewu sama dengan Upacara tolak bala.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
46
Upacara Manyanggarmamapaslewu dapat dilakukan karena adanya suatu kejadian yang berhubungan pembunuhan, sering terjadi kecelakaan, ancaman keselamatan atau kejadian yang menimpa seluruh masyarakat kampung atau kota atau juga membayar hajat atau niat baik jika keinginan tercapai, upacara ini dilakukan oleh masyarakat yang meyakininya. Jadi Upacara manyanggarmamapaslewu adalah upacara wajib dilakukan oleh masyarakat Hindu Kaharingan di desa Rantau Pulut Kecamatan Seruyan tengah Kabupaten Seruyan untuk membersihkan/ menetralisir dan menjaga dari pengaruh-pengaruh yang bersifat negatif yang dapat mengancam keselamatan warga masyarakat di kampung tempat mereka tinggal. B. Sarana Upacara ManyanggarmamapasLewu Dalam pelaksanaan upacara Menyanggarmamapaslewu diperlukan beberapa sarana dan prasarana serta sesajen untuk mendukung kegiatan upacara tersebut. Adapun sarana yang dipersiapkan adalah: 1) Sepundu untuk mengikat binatang korban, 2) Mendirikan balai Pandung yang dibuat dari bambu berbentuk segi empat bujur sangkar dengan tinggi 1 (satu) meter, lebar 1,5 meter yang digunakan untuk menyimpan Penyang, pusaka, guci, mandau dan sarana mamapas, 3) Bendera berwarna merah, biru, kuning, merah putih yang ditancapkan di setiap sudut balai pandung sebagai pertanda ada upacara ManyanggarmamapasLewu, 4) Guci dari Keramik 2 buah, 5) Alat /sarana mamapas Lewu Yang dibuat dari daun: Kapusi, tawa, kajunjung, sawang, katibu diikat menjadi satu, 6) Parapen untuk tempat menyalakan api pada saat upacara berlangsung. 7) Baskom diisi air dimasukan kayu katabah ditambah darah sebagai sarana mamapas, 8) Mendirikan Kramat, 9) Tambak Hambaruan, 10) Behas tawur (beras tawur), 11) Tampung Tawar, 12) 1 lembar kain, 13) Seperangkat gong, 14) Sangku, 15) Dandang Tingang (bulu ekor tingang)
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
47
16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 23) 24) 25) 26) 27)
28) 29) 30) 31) 32)
SingahHambaruan, Baskom sebagai tempat sesajen, Kapar (talam besar) sebagai tempat sesajen, 2 ekor ayam dan 2 ekor babi, Selendang untuk menari Riam panjang, 1 mangkok Pulut ( beras ketan), 1 (satu) mangkok beras kuning untuk menawur, Giling Pinang Rukun Tarahan, 7 (tujuh) gelas kecil malaga, 1 (satu) baskom sesajen berisi nasi dicampur lauk pauk + kepala sapi, 1 (satu) talam/ kapar sesajen berisi nasi dicampur lauk pauk + kepala babi, 5 (lima) buah ancak yang dibuat dari bambu masing-masing diisi nasi, daging babi mentah +daging babi masak+ telor ayam kampung+1 gelas malaga, 2 (dua) piring nasi dicampur lauk pauk, 1 (satu) baskom daging babi mentah + 1 ekor ayam putih yang sudah dibersihka, 1 (satu) mangkok nasi dicampur lauk pauk, 7 (tujuh buah lamang, 1 (satu) baskom air,
C. Tata Cara Upacara Manyanggarmamapaslewu Setelah sarana dan prasarana untuk upacara Manyanggarmamapaslewu terkumpul semua, tempat telah ditentukan dan waktunya yang direncanakan telah tiba maka proses upacara Manyanggarmamapaslewu dimulai secara bertahap dengan membutuhkan waktu tiga hari. Adapun tahap- tahap pelaksanaanya sebagai berikut: 1. Sehari sebelum hari puncak pelaksanaan upacara menyanggarmamapaslewu, Penyang-penyang dan benda-benda pusaka warisan Nenek moyang yang disakralkan oleh masyarakat Hindu Kaharingan dituntun/ dijemput dari rumah penduduk dibawa ke tempat upacara menyanggarmamapasLewu,diletakkan di balai pandungbersama dengan Guci dua buah. Masyarakat meletakan sesajen dan sarana yang akan digunakan untuk upacara manyanggarmamapaslewu di dekat balai pandung. Pada malam hari Tukang Rukun (rohaniwan) melaksanakan menawur Memohon kehadapan RanyingHatalla Langit untuk hadir menyaksikan upacara menyanggarmamapaslewu dengan pekikan Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
48
lo......lo......lo......sebanyak tiga kali ditambah pukulan gong sebanyank tiga kali juga. Dan memohon kehadapan RanyingHatalla serta manivestasi beliau termasuk roh-roh penyang penjaga kampung supaya bangun yang diyakini oleh umat Hindu Kaharingan di kelurahan Rantu pulut dapat membantu masyarakat bila ada kerusuhan dan bencana yang mengancam masyarakat di kampung mereka. Kemudian disambut dan dihibur dengan tari yang disakralkan oleh umat Hindu Kaharingan yaitu tari nganjan dan tari Riam panjang semalam suntuk. 2.
Pada hari puncak upacara Manyanggarmamapaslewu
Jika semuanya sudah lengkap dan siap maka Basir (Rohaniwan) memulai upacara dengan rentetan sebagai berikut : 1) Pada pagi hari masyarakat Hindu Kaharingan di kelurahan Rantau Pulut berkumpul di tempat upacara manyanggarmamapaslewu untuk melaksanakan pemotongan hewan korban ayam, babi dan sapi yang didahului dengan doa oleh pemimpin Upacara. Darah hewan korban diambil sedikit dicampur ke dalam baskom yang sudah diisi air dan kayu katabah, dilanjutkan dengan menawur dan mamapas dengan mencipratkan air campuran di atas dengan daun papas yang dibuat dari daun kayu posi, daun sawang, daun kajunjung, daun bungi dan daun tawa. Dengan menggunakan tangan kiri terlebih dahulu kemudian diganti dengan tangan kanan. Diawali dari tempat upacara manyanggar dilanjutkan mamapas keliling kampung dan mamapas di tempat mendirikan kramat di dekat Balai Basarah Hindu Kaharingan di kelurahan Rantau pulut. Tujuanya untuk menyuruh iblis/ buta Kala/ mahluk yang jahat pindah dari kampung agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Kemudian roh-roh yang bersifat baik sebagai penjaga kampung yang telah diundang untuk hadir pada upacara manyanggarmamapaslewu dipersembahkan sesajen. 2) Binatang Korban yang telah dipotong dibiarkan sedikit yang mentah terutama daging babi yang lainnya dimasak oleh anggota masyarakat untuk sesajen dan dijadikan menu makan bersama oleh masyarakat yang hadir pada upacara manyanggarmamapaslewu. 3) Pada siang hari setelah olahan binatang korban masak pemimpin upacara bersama anggota masyarakat menyiapkan sesajen yang akan dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa / RanyingHatala langit serta manivestasi beliau serta roh-roh Penyang sebagai penjaga kampung.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
49
Sesajen yang akan dipersembahkan disebut pakanan menurut masyarakat setempat. Adapun sesajen yang dipersembahkan antara lain: a) Sesajen yang beralaskan baskon isinya nasi dicampur lauk pauk b) Sangku tambah raja diisi beras tambak, beras hambaruan, sirih giling pinang rukun tarahan dan bulu burung tinggang. c) Sesajen beralaskan Talam besar/nampan diisi nasi lauk pauk d) 1 (satu) mangkok Pulut ( beras ketan) e) 1 (satu) mangkok beras putih f) 1 (satu) mangkok beras kuning untuk menawur g) Giling Pinang Rukun Tarahan (Sipa Ruku) h) Undus Tanak (minyak kelapa) i) Tampung Tawar (Tirta) j) 7 (tujuh) gelas kecil malaka k) 1 (satu) baskom sesajen berisi nasi dicampur lauk pauk + kepala sapi l) (satu) talam/ kapar sesajen berisi nasi dicampur lauk pauk + kepala babi m) 2 (dua) piring nasi + lauk pauk n) 5 (lima) buah ancak yang dibuat dari bambu masing-masing diisi nasi, daging babi mentah + daging babi masak+ telor ayam kampung + 1 gelas Malaga o) 2 (dua) piring nasi dicampur lauk pauk p) 1 (satu) baskom daging babi mentah + 1 ekor ayam putih yang sudah dibersihkan. q) 1 (satu) mangkok nasi dicampur lauk pauk r) 7 (tujuh) buah lamang s) 1 (satu) baskom air t) 7 (tujuh) gelas malaga u) Parapen dinyalakan Setelah sesajen siap ditata/ diatur maka pemimpin upacara (Tukang Rukun) berjumlah 3 orang duduk di atas gong berdoa sambil menawur menghaturkan/ mempersembahkan sesajen kepada RanyingHatalla langit serta manifestasi beliau yang diundang hadir pada upacara tersebut. Dengan disambut tari sakral Riam panjang dan tari nganjan diiringi musik tradisional. Kemudian salah satu tokoh agama Hindu Kaharingan pergi ke sungai dekat upacara manyangarmamapaslewuberlangung membawa satu buah ancak yang lengkap diisi nasi, lauk pauk mentahdan masak, telor kampung, malaga dipersembahkan kepada Jatadengan maksud memohon air suci untuk tampung tawar (tirta) Sedangkan ancak yang lainnya dipersembahkan kepada penjaga kampung di hilir, di Ulu Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
50
seberang dan di kramat. Setelah Tukang Rukun mengantarkan persembahan di tempat upacara manyanggarmamapaslewudilanjutkan mempersembahkan sesajen di kramat bersama anggota masyarakat untuk memeriahkan upacara mamapaslewu. Sesajen yang dihaturkan di kramat pada bagian atas 1 buah ancak lengkap dengan nasi dan lauk pauknya, 1 piring sesajen lengkap dengan lauk pauknya ditambah 1 buah kepala babi, 1 mangkok sirih giling pinang, satu gelas malaga, 1 buah lamang. Sesajen di maksud dipersembahkan kepada manifestasi RanyingHatalla sebagai penjaga Kampung. Sedangkan di bawah kramat dipersembahkan sesajen 1 piring nasi lengkap dengan lauk pauknya, 1 gelas malaga, parapen, satu mangkok sirih giling pinang, bulu binatang korban, dan kulit lamang. Sesajen ini dipersembahkan kepada Buta kala (mahluk yang bersifat jahat menurut bahasa masayrakat setempat) (MarjaniSakung wawancara tgl 5 Oktober 2013). Upacara di kramat dipimpin oleh dua orang basir dengan diiringi alunan musik tradisinal dan tari nganjan mengelilingi kramat oleh masyarakat yang hadir pada upacara tersebut. Seusai upacara di kramat seluruh masyarakat kembali ke tempat upacara manyanggarmamapaslewu makan bersama. Pada malam harinya masyarakat berkumpul kembali di tempat upacara manyanggar untuk memeriahkan acara tersebut. 4) Sehari setelah upacara manyanggarmamapaslewu dilaksanakan pembongkaran balai pandung dan mengembalikan penyang-penyang serta benda pusaka kepada pemiliknya. D. Fungsi Upacara Manyanggarmamapaslewu di Kelurahan Rantau Pulut Sebelum membahas tentang Fungsi Upacara Manyanggarmamapaslewu menurut masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan Rantau Pulut, marilah kita menengok pengertian fungsi secara umum. Kata fungsi berarti guna, faedah, manfaat (Harianto: 196). Fungsi dalam sistem Kebudayaan dapat dibedakan atas fungsi keagamaan dan fungsi Visual. Fungsi keagamaan merupakan sarana ekspresi simbolis untuk mewujudkan konsepsi-konsepsi keagamaan khususnya yang berhubungan dengan kekuatan-kekuatan gaib tertentu. Sedangkan fungsi Visual merupakan ekpresi simbol untuk menyalurkan tanggapan-tanggapan kesan atas alam maupun atas konsep-konsep budaya tertentu melalui bentuk-bentuk visual yang terancana (Sedyawati, 1993: 1-2). Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
51
Dengan demikian pengertian fungsi di atas berkaitan erat dengan fungsi yang berhubungan dengan penelitian tentang fungsi Upacara Manyanggarmamapaslewu menurut Masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan Rantau Pulut. Adapun Fungsi dalam penelitian ini adalah: 1.
Fungsi Religius
Rangkaian ritus dan upacara sepanjang tahap-tahap pertumbuhan lingkungan hidup individu itu sebagai hal yang paling penting dan mungkin paling tua dalam masyarakat dan kebudayaan manusia (Koentjaraningrat, 1987: 75). Ritus dan Upacara menjadi kegiatan manusia sejak jaman Prasejarah sampai kini, bahkan menjadi titik sentral kegiatan manusia dalam mengatasi diri dari ketidakberdayaan hidup dari hal-hal yang gaib. Koentjaraningrat, secara umum juga mengatakan mengenai asal mula dan inti Religi ada bermacam-macam yang berhubungan dengan prilaku manusia yang bersifat religi itu karena (1) manusia mulai sadar akan adanya konsep roh, (2) manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tidak dapat dijelaskan dengan akal, (3) manusia menghadapi berbagai krisis yang senantiasa dialami sepanjang hidupnya, (4) kejadian yang luar biasa dialami manusia di alam lingkungan sekelilingnya, (5) adanya getaran (emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa manusia sebagai warga masyarakat, (6) manusia menerima Firman dari Tuhan. (Koentjaraningrat, 2002: 194). Penulis menggunakan teori Relegi untuk membedah masalah fungsi Relegi dalam Upacara Manyanggarmamapaslewu menurut Masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan Rantau Pulut Kecamatan Seruyan Tengah Kabupaten Seruyan Popinsi Kalimantan Tengah. Sesuai dengan kepercayaan Hindu Kaharingan bahwa selain manusia yang menempati alam semesta ini masih ada makhluk-makhluk halus dan rohroh gaib, baik yang bersifat jahat maupun bersifat baik yang tidak dapat dijangkau oleh mata manusia. Untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan makhluk halus (gaib), maka Umat Hindu Kaharingan melaksanakan Upacara manyanggarmamapaslewu agar tercapai keharmonisan hubungan antara manusia dengan RanyingHatalla Langit, antara manusia dengan manusia lainnya dan antara manusia dengan alam lingkungan di sekitarnya.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
52
Upacara Manyanggarmamapaslewu sebagai tindakan ritual yang mempunyai fungsi religius untuk memuja Tuhan (RanyingHatalla Langit) serta dengan manifestasi Beliau karena telah menjaga dan memelihara alam ini dengan segala isinya. Upacara Manyanggarmamapaslewu dengan menggunakan berbagai sarana bersifat sakral dan kaya akan simbol. Sarana yang digunakan dan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu Kaharingan merupakan simbol rasa cinta kasih dan bhakti untuk memuja Tuhan (RanyingHatalla Langit) serta leluhur untuk mencapai kesucian. Menurut Triguna (2005:12) kesucian lahir batin hidup di dunia penting dan harus dikakukan oleh setiap manusia yang ingin hidup sejahtera dan bahagia. Kesucian pikiran, perkataan dan pembuatan menjadi dasar perilaku manusia menjadikan hidup yang penuh rahmat dan kasih sayang. Bahkan dinyatakan lebih jauh dalam hidup bermasyarakat kesucian harus dilaksanakan, karena dengan kesucian manusia mencapai keunggulan. Upacara Manyanggarmamapaslewu dilakukan untuk menetralisir, membersihkan dan menyucikan alam (kampung) termasuk manusia dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik agar mereka mendapatkan keselamatan, keharmonisan dan kesejahteraan dalam menjalankan kehidupannya. 2. Fungsi sosial Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Mereka membutuhkan orang lain yang ada di lingkungan mereka hidup. Mereka mencita-citakan keselarasan hidup baik di dunia maupun di akhirat, Untuk mencapai hal tersebut maka fungsi agama memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi agama tersebut sesuai dengan fungsi sosial upacara Manyanggarmamapaslewu sebagai aplikasi ajaran agama Hindu Kaharingan. Fungsi agama dibidang sosial adalah fungsi penentu, dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota masyarakat maupun kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Nilai-nilai agama yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah komunitas merupakan pranata sosial yang berpengaruh terhadap realitas lainnya. Tak kalah pentingnya dengan aktivitas Masyarakat Hindu Kaharingan di Kelurahan Rantau Pulut juga menerapkan nilai-nilai agama yang menjalin integrasi sosial dengan Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
53
semangat kebersamaan, kekeluargaan bergotong royong dalam prosen melaksanakan Upacara Manyanggarmamapaslewu. Sesungguhnya Masyarakat Hindu Kaharingan telah diwariskan oleh leluhur mereka konsep hidup kebersamaan di dalam rumah Betang yang disebut Falsafah budaya Betang yang berbunyi “ PenyangHinjeSimpe” artinya Rumah Betang atau rumah panjang telah membentuk dan mempersatukan penghuninya dalam komunitas (Derson, wawancar 5 Oktober 2013). Ungkapan tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh oleh setiap individu dalam hidup bersama di masyarakat. Juga dari pernyataan tersebut menunjukkan adanya jalinan kerjasama yang baik, saling hormat menghormati, saling harga menghargai, baik mengenai pandangan pendapat, sikap prilaku maupun tindakan dan menjunjung tinggi asas kekeluargaan maupun musyawarah mufakat dalam upaya terselenggaranya upacara manyanggarmamapas Lewu di Kelurahan rantau Pulut. E. Makna Upacara Manyangarmamapaslewu Mengkaji tentang makna upacara Manyanggarmamapaslewu yang dilaksanakan di kelurahan Rantau pulut, makna memandang sebagai sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan atau secara khusus dengan dunia simbol berupa pengetahuan, kepercayaan, ekspresi yaitu pengungkapan perasaan yang tersembunyi yang ada dibalik yang lain. Ada tiga makna yang akan kami bahas dalam Upacara ManyanggarMamapas Lewu antara lain: 1.
Makna Religi
Adanya keyakinan dalam suatu religi dalam pikiran dan gagasan manusia yang menyangkut keyakinan tentang adanya: Tuhan, dunia akhirat, kekuatan sakti, roh-roh nenek moyang dan mahluk-mahluk/ rohroh halus yang bersifat baik atau pun bersifat buruk. Keyakinan itu timbul karena memaknai Ketuhanan, bahwa Tuhanlah sebagai awal dan akhir dari segala yang ada di dunia ini. Dengan adanya keyakinan seperti tersebut di atas maka masyarakat Hindu Kaharingan di kelurahan Rantau pulut melaksanakan Upacara. Salah satu Upacara yang dilaksanakan adalah Upacara Manyanggarmamapaslewu. Upacara Manyanggarmamapaslewu termasuk Upacara BhutaYandnya dan Dewa Yadnya. Bila Upacara itu ditujukan kepada para bhuta kala atau mahluk halus yang bersifat Negatif/ jahat tergolong buta yadnya. Dan bila upacara
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
54
itu ditujukan kepada RanyingHatalla/ Tuhan, roh Nanek moyang dan mahluk halus yang bersifat baik tergolong upacara Dewa Yadnya. Upacara Manyanggarmamapaslewu dilaksanakan dengan makna membersihkan dan menyucikan tempat, alam, kampung termasuk masyarakat yang tinggal di kampung itu dari pengaruh-pengaruh buruk yang disebabkan oleh bhuta kala ( Mahluk halus yang bersifat Jahat) serta menetralisir sifat-sifat buruk yang ada padanya. Kemudian diharapkan sifat-sifat baik muncul yang memiliki kekuatan yang berguna untuk kesejahteraan manusia dan alam lingkungan ( MarjaniSakung, wawancara Tanggal 4 Oktober-2013). Melaksanakan upacara bhutayadnya dalam bentuk manyanggarmamapaslewu, bukanlah berarti kita menyembah setan, jin dan roh-roh halus yang bersifat jahat, tetapi kita menghormati dengan memanggil/ mengundang dan memberikan persembahan sesajen yang disiapkan oleh umat Hindu Kaharingan sebagai makanan dan bekal agar tidak mengganggu serta pergi dari kampung sehingga tercipta keharmonisan antar manusia dengan Tuhan, antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam lingkungan sekitarnya di dalam ajaran Hindu disebut Tri Hitakarana = 3 penyebab keharmonisan yaitu Tuhan, manusia dan lingkungan alam (DioIjap, wawancara tanggal 8 Maret 2013). RanyingHatalla serta manifestasinya termasuk roh-roh halus yang bersifat baik juga dipanggil dan diundang datang untuk menyaksikan upacara tersebut dengan memberikan persembahan sesajen yang telah disiapkan oleh masyarakat Hindu Kaharingan dengan maksud memohon agar Beliau tetap tinggal untuk menjaga dan memelihara kampung mereka. Jadi pada intinya upacara manyanggarmamapaslewu bermakna untuk membersihkan dan menyucikan alam, kampung tempat tinggal dari pengaruh-pengaruh buruk agar tercipta keseimbangan, kedamaian, kesejahteraan, keselamatan bagi yang tinggal di kampung tersebut. Adapun makna sarana upacara Manyanggarmamapaslewu adalah sebagai berikut: 2. Makna Estetika Makna Estetika dalam upacara Manyanggarmamapaslewu tidak terlepas dari sitem kepercayaan masyarakat dari sejak dulu kala sehingga menjadi sebuah tradisi yang diwarisi secara turun temurun. Estetika adalah kesenian yang mendukung pelaksanaan ajaran agama Hindu.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
55
Kesenian telah dikenal sejak jaman pra sejarah, bahkan di dalam Weda ada khusus kitab suci yang membahas tentang seni yaitu Kitab suci Gandarwa Weda. Di dalam upacara (ritual) agama Hindu kesenian/ Estetika selalu ada untuk mendukungnya. Demikian juga dalam upacara Manyanggarmamapaslewu di kelurahan Rantau pulut kabupaten seruyan, untuk mendukung kegiatannya tak lepas dari kesenian yang bersifat sakral seperti: 1) Seni tari Riam panjang dan tari nganjan yang mengiringi upacara.Tari Riam panjang merupakan tari sakral yang ditarikan oleh 4 orang pada saat upacara manyanggarmamapaslewu berlangsung. Adapun makna tari ini adalah untuk menghibur para leluhur yang di undang hadir pada saat upacara tersebut. 2) Seni suara mantra yang diucapkan oleh 3 orang Tukang Rukun (Rohaniwan) yang mengantarkan upacara manyanggarmamapaslewu menggunakan bahasa Sanghyang bermakna untuk menyampaikan maksud dari upacara yang dilakukan. 3) Seni musik berupa gong garantung, kacapi dan katambung mengiringi upacara bermakna mendukung tari yang dilaksanakan pada saat upacara berlangsung dan untuk menghibur leluhur yang diundang hadir pada saat upacara tersebut. 4) Dan seni menata tempat upacara dan menata sarana upacara bermakna untuk memberi pelajaran/ mendidik generasi penerus supaya memahami upacara manyanggarmamapaslewu sehingga bisa berlanjut terus (Ribut, wawancara 3 Oktober 2013). 3.
Makna Pendidikan Makna Pendidikan terlihat mulai dari persiapan upacara manyanggarmamapaslewu hingga selesai. Dalam pelaksanaan upacara melalui proses yang panjang untuk dapat mewujudkannya . seperti sebelum upacara dilakukan musyawarah (rapat), dari situ sudah ada makna pembelajaran untuk saling menghargai pendapat orang lain dalam mencari solusi yang terbaik. Proses pembelajaran juga dilihat pada saat mempersiapkan sarana dan cara mengerjakan bahan-bahan yang akan digunakan untuk upacara manyanggarmamapaslewu yang dilaksanakan secara bergotongroyong, bahu membahu bersama-sama secara otomatis orang yang lebih tua atau orang yang sudah berpengalaman dapat mengajar / membimbing generasi muda sebagai pewaris tradisi/ budaya. seprti membuat balai pandung, membuat ancak untuk tepat sesajen, menata sesajen dan lain-lain. Di sana terlihat proses pembelajaran yang
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
56
berpengalaman dapat mengerjakan terlebih dahulu kemudian diikuti oleh yang lain (Jonsi, Wawancara 4 Oktober 2013). III.
PENUTUP Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat kami simpulkan sebagai berikut: Upacara Manyanggarmamapaslewu adalah salah satu implementasi ajaran Hindu Kaharingan dalam mewujudkan rasa hormat (bhakti) dan terima kasih kepada Tuhan (RanyingHatalla Langit), Roh leluhur sebagai penjaga kampung. Tata cara pelaksanaan Upacara manyanggarmamapaslewu dimulai dari persiapan, musyawarah menentukan waktu dan tempat pelaksanaan, mempersiapkan sarana dan prasarana. Sehari sebelum hari puncak upacara, Penyang-penyang dan benda-benda pusaka warisan Nenek moyang yang disakralkan dituntun/ dijemput dari rumah penduduk dibawa ke tempat upacara diletakkan di balai pandung. Pada malam hari Tukang Rukun (rohaniwan) melaksanakan menawur Memohon kehadapan RanyingHatalla Langit serta manifestasi beliau untuk hadir menyaksikan upacara menyanggarmamapaslewu dengan pekikan lo......lo......lo......sebanyak tiga kali ditambah pukulan gong sebanyak tiga kali juga. Pada Puncak upacara dilaksanakan pemotongan hewan korban dilanjutkan dengan Mamapas keliling kampung, mendirikan kramat dan mempersembahkan sesajen kepada para leluhur yang diundang hadir. Sehari setelah Upacara dilaksanakan pembongkaran Balai Pandung. Fungsi Religius upacara manyanggarmamapaslewu untuk memuja Tuhan (RanyingHatalla Langit) serta dengan manifestasi Beliau karena telah menjaga dan memelihara alam ini dengan segala isinya. Upacara Manyanggarmamapaslewu bermakna untuk membersihkan dan menyucikan alam, kampung tempat tinggal dari pengaruh-pengaruh buruk agar tercipta keseimbangan, kedamaian, kesejahteraan, keselamatan bagi yang tinggal di kampung tersebut.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
57
Daftar Pustaka Harianto. 1991. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya; Kepiting Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta; Cipta Media. -----------2002. Sejarah Teori Antropologi, Jakarta; Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J. 1999. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung; PT Remaja Rosidakarya. Milles, Matthew, dkk. 1992. Analisis Data Kualitatif buku Sumber MetodeBari, Jakarta; Universitas Indonesia (UI Press). O Dea, Thomas F. 1985. Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal, Jakarta; Rajawali Pendit Nyoman S, 1989. Bhagawadgita. Jakarta,Dharma sarati. Putra Ny.IGst.Agung Mas. 2001. Upakara Yadnya, Denpasar, Pemerintah Daerah Bali. Ritzer, George dan Douglas J Goodman. 2007. Teori Sosiologi ModernEdisi ke enam, Jakarta; Kencana Riwut ,Nila. 2007. ManeserTatuHiang Menyelami kekayaan Leluhur, Palangka Raya; Pustaka Lima. Sugiyono, 2005, Memahami penelitian kualitatif, Bandung : CV. Alfa Beta. Surayin Ida ayu Putu, 2004. Melangkah ke arah persiapan Upakara- Upacara Yadnya, Surabaya; Paramita. Titib, I Made. 2003. Teori & Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu, Surabaya; Paramita. Tim penyusun, 1994. Panatura, Palangka Raya; Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan Pusat. Triguna Yudha Ida Bagus Gde 2000. Teori Tentang Simbol, Denpasar; Widya Dharma. Usma, Usaini, Dkk. 2004. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta; Bima banua.
Belom Bahadat: Volume V Nomor 2, Juli-Desember 2015
58