1
EVALUASI FAKTOR ORGANISASI DALAM UPAYA PENINGKATAN PERFORMA SISTEM INFORMASI KESEHATAN : STUDI KASUS MUTU KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS PASIEN APPENDISITIS AKUT DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA EVALUATION OF ORGANIZATIONAL FACTORS IN IMPROVING HEALTH INFORMATION SYSTEMS PERFORMANCE : A CASE STUDY OF QUALITY OF MEDICAL RECORD COMPLETION OF ACUTE APPENDICITIS IN PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HOSPITAL Chandra Mukti Erryandari ¹, Erwin Santosa ² Program studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Email:
[email protected] ABSTRAK Latar belakang:. Sistem informasi yang baik akan berguna dalam memajukan sistem kesehatan lokal. Rekam medis merupakan bagian dalam sistem informasi rumah sakit. Menjadi sangat penting dalam dunia kesehatan karena sistem informasi rumah sakit akan memberikan data untuk menentukan keputusan guna meningkatkan kualitas pelayanan. Mutu kelengkapan rekam medis sebagai salah satu sistem informasi kesehatan masih banyak mengalami kekurangan karena berbagai macam kendala. Untuk itu, peneliti tertarik untuk mengevaluasi faktor organisasi dalam unit rekam medis dalam upaya peningkatan performa sistem informasi kesehatan. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan pendekatan mix method. Tujuannya adalah untuk mengetahui tentang faktor organisasi dalam unit sebagai bagian dari sistem informasi kesehatan. Hasil : Konsep peningkatan mutu kelengkapan rekam medis di RS ini sudah cukup baik. Namun, dari segi pelaksanaannya masih terdapat banyak kendala, seperti SDM kurang, proses sosialisasi tidak efisien, belum bekerjanya panitia sesuai tupoksi dan belum rutinnya proses pelaporan indikator mutu kepada direksi, serta belum adanya tindak lanjut dari direksi kepada dokter yang belum bisa lengkap dalam pengisian rekam medis. Kesimpulan : Konsep peningkatan mutu sebenarnya sudah tertanam dalam proses rumah sakit ini, tetapi dalam pelaksanaannya konsep ini masih menemui banyak permasalahan. Perlu kerja yang lebih keras lagi dari staf rekam medis, panitia rekam medis, panitia penjamin mutu, dan direksi dalam bersama-sama meningkatkan mutu kelengkapan rekam medis supaya lebih terintegrasi. Kata Kunci : sistem informasi kesehatan, faktor organisasi, rekam medis
2
ABSTRACT Background: A good information system will be useful in advancing the local health system. Medical record is part of the hospital information system. Become very important in the world of health for hospital information system will provide data to determine the decision to improve the quality of service. Quality completeness of medical records as one of the health information system is still a lot of shortage due to various constraints. To that end, researchers are interested in evaluating the organizational factors in medical records in an effort to improve the performance of health information systems. Methods: This study is a descriptive analytic. Descriptive analytic method done with mix approach method. The goal is to know about the organizational factors in the unit as part of the health information system. Results: The concept of improving the quality of the completeness of the medical record in the hospital is good enough. However, in terms of implementation, there are still many obstacles, such as HR less, the socialization process is inefficient, yet the workings of the committee in accordance duties and not routine reporting process quality indicators to the directors, and the lack of follow-up of the directors to the doctor who can not complete the charging medical record. Conclusion: The concept of quality improvement is already embedded in the hospital, but in practice this concept still encounter many problems. Need to work harder than the staff of medical records, medical records committee, quality assurance committee, and directors in jointly improve the quality of the completeness of the medical records in order to be more integrated. Keywords: Health Information Systems, Organizational Factors, Medical Record
3
bagi
PENDAHULUAN Sistem Informasi Kesehatan berkembang
pesat
berjalannya
waktu.
seiring Salah
satu
pemanfaatan teknologi informasi di bidang
layanan
medis
adalah
program pencatatan rekam medis. Rekam medis merupakan aktivitas pencatatan
informasi
pasien,
anamnesa, penemuan pemeriksaan fisik laboratorium, diagnosis segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan
kepada
pasien
dan
pengobatan baik yang dirawat inap, rawat
jalan,
mendapatkan
maupun
yang
pelayanan
gawat
Rekam medis adalah sumber informasi dan komunikasi yang membantu pasien dalam memilih yang
terbaik
dan
memungkinkan, mambantu tenaga kesehatan
manajemen
untuk
mendapatkan
informasi yang mereka butuhkan untuk memberikan perawatan yang baik kepada pasien, dan untuk menyediakan informasi yang akurat
guna
memajukan sistem kesehatan secara lokal.2 Dengan demikian, rekam medis memiliki kepentingan dalam mewujudkan pelayanan yang baik, dengan rekam medis yang baik, maka akan memperbaiki kualitas sistem informasi kesehatan rumah sakit yang mana sistem ini berguna untuk perbaikan kualitas rumah sakit. Selain itu, rekam medis juga dapat sebagai alat perlindungan hukum bagi pasien, rumah sakit, dokter maupun tenaga kesehatan lainnya terutama apabila rekam medis terisi dengan lengkap.3 Rerata
darurat.1
perawatan
pihak
angka
ketidaklengkapan rekam medis di salah satu RS di Yogyakarta adalah sebesar 36,8%.
4
Penelitian oleh
Fitriyani 2012 mengatakan bahwa kualitas rekam medis yang buruk dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor teknis dan faktor manusia.5 Kualitas kelengkapan rekam medis yang baik akan memberikan sistem informasi yang baik pula yangmana
4
akan
digunakan
sebagai
data
organisasi
dalam
mempengaruhi
karena
semua
berhubungan
kinerja
faktor
dengan
sistem
dalam rekam medis.
system informasi kesehatan penting dalam
performa
informasi kesehatan khususnya di
pengambilan keputusan. Faktor
peningkatan
ini
Berdasarkan latar belakang tersebut
dapat
perrmasalahan
dirumuskan
sebagai
berikut,
struktur
bagaimana gambaran aspek faktor
organisasi, sumber daya, prosedur,
organisasi RS PKU Muhammadiyah
layanan
Yogyakarta
dalam
upaya
pengembangan budaya, pengelolaan
meningkatkan
performa
sistem
dan
informasi kesehatan (rekam medis)?
dukungan,
perbaikan
proses
dan sistem
informasi dan kinerja.6 Kualitas bergantung
Tujuan penelitian ini adalah
rekam
dari
sistem
medis kerja
untuk
mengetahui
gambaran
penerapan aspek faktor organisasi
pencatatan rekam medis selain itu
dalam
didukung dengan pengawasan dari
performa
pihak manajemen untuk memantau
kesehatan di RS PKU Jogja.
kualitas
rekam
medis
secara
berkesinambungan
serta
memberikan
yang
pelatihan
berhubungan dengan kualitas rekam medis.7 dari
untuk
itu,
peneliti
meneliti
tentang
aspek organisasi yang ada di rumah sakit
meningkatkan
sistem
informasi
Manfaat dari penelitian ini adalah
menambah
peneliti dan
pengalaman
dapat memberikan
masukan bagi rumah sakit demi peningkatan kualitas pelayanan.
Maka tertarik
upaya
PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta berkaitan dengan upaya
Menurut Anwer Aqil dalam teorinya
yaitu
kerangka
PRISM
menyatakan bahwa kinerja sistem informasi
kesehatan
dipengaruhi
5
oleh 3 hal yaitu : faktor organisasi, faktor teknis, dan faktor perilaku.8 Konsep
ini
dapat
dilihat
pada
gambar 1. Faktor Organisasi 1. Governance/kepemi mpinan 2. Kebijakan & strategi 3. Ketersediaan Sumber Daya 4. Pelatihan 5. Komunikasi 6. Supervisi
Proses Sistem Informasi
Faktor Perilaku
Peningkatan kualitas system informasi karena penggunaan data informative
Koleksi Pemroses an Analisis Evaluasi kualitas data
1. Permintaan data 2. Kemampuan evaluasi data 3. Motivasi
Faktor Teknis 1. Kompleksitas form 2. Software 3. Komplesitas teknologi informasi
Peningkatan Kualitas Pelayanan
Gambar 1. PRISM (Performance of Routine Information System Management) framework Dari gambar diatas, dapat
proses
informasi
baik
secara
dilihat bahwa Teknis dan faktor-
langsung maupun tidak langsung
faktor penentu organisasi dapat
melalui
mempengaruhi proses RHIS dan
teknis
kinerja secara langsung atau tidak
contohnya
langsung melalui perilaku penentu.
format laporan dan prosedur yang
Faktor teknis dapat mempengaruhi
ada, rancangan standar operasional,
factor dalam
perilaku. hal
adalah
ini
Faktor sebagai
kompleksitas
6
proses
komputerisasi,
kompleksitas informasi.
dari
gaya
kebijakan,
terkumpul
selanjutnya
dianalisis
teknologi
secara deskriptif kuantitatif dan
Organisasi
kualitatif. Data kuantitatif digunakan
kepemimpinan,
sebagai dasar dalam wawancara
Faktor
meliputi
dan
komunikasi,
sumber
terhadap
3
informan.
Lokasi
daya, pelatihan, dan evaluasi. Dalam
penelitian dilakukan di RS PKU
penelitian ini peneliti mengambil
Muhammadiyah Yogyakarta, dengan
faktor organisasi sebagai variable
subjek penelitian adalah kepala
dalam penelitian.
bagian rekam medis, supervisor
METODE PENELITIAN
pengolahan data, dan dokter dengan
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian
deskriptif
triangulasi sumber yaitu manajer penjamin
mutu.
kualitatif dengan rancangan studi
wawancara
kasus.
instrumen
Alasan
didasarkan
pemilihan
menggunakan penilaian
tata
kelola
penggalian
manajemen yang diterbitkan oleh
informasi terhadap faktor organisasi
Hanevi Djasri.9 Objek penelitiannya
dalam pengaruhnya terhadap sistem
adalah berkas rekam medis yang
informasi kesehatan rumah sakit.
diteliti oleh peneliti yang dipilih
Tehnik data dikumpulkan dengan
secara simple random sampling.
teknik
pada
ini
Pedoman
wawancara
mendalam
Dari hasil observasi berkas
dengan 3 informan baik medis
rekam
maupun non-medis dan observasi
dilakukan koding untuk menarik
terhadap
kesimpulan dari tiap-tiap aspek.
rekam
kelengkapan
medis.
Data
pengisian yang
telah
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Kelengkapan Rekam Medis
medis
dan
wawancara
7
Dilihat dari presentase kelengkapan
dengan kelengkapan 35%, kemudian
per
informed
item,
kelengkapan
100%
consent
dengan
terdapat pada pengisian idEntitas,
anamnesis
dengan
laporan
terakhir
dengan
operasi,
fisiologis berlangsung.
dan
saat
catatan
pembedahan
Berikutnya
dengan
terapi
atau
tindakan,
kemudian
pemeriksaan fisik dan terapi dengan presentase
64%,
resume
medis
dengan 43%, nama & ttd dokter
dan
presentase
pengisian paling kecil adalah tanggal & waktu dengan 4,7%.
presentase 80% yaitu persetujuan tindakan, 75% adalah pengisian
11,9%,
29%,
Presentase
kelengkapan
pengisian rata-rata semua dokter bedah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah 63%. Nilai ini masih
kurang
dari
indikator
kelengkapan yang dibuat yaitu 90%.
Wawancara Tabel 1. Hasil Wawancara Mendalam Komponen Kepemimpinan/Governance
Q
Informan 1 Terdapat staf khusus Ada panitia rekam medis. peningkatan mutu RM Pelaksanaan belum maksimal.
Informan 2 Informan 3 Ada, Staf khusus ada Komdik dan bagian rekam medik
Terdapat tupoksi yang Tupoksi + jelas
Tupoksi +
Keterlibatan Staf
+
+
Tupoksi +
+
8
Dari tabel diatas dapat diambil inti
konsep peningkatan mutu. Namun
bahwa konsep peningkatan mutu
dalam
layanan sudah terkonsep dalam
rekam medis belum melaksanakan
rumah
sakit.
Terbukti
dengan
kewajibannya sesuai dengan tupoksi
adanya
staf
dalam
tujuan
yang
pelaksanaannya,
diberikan.
panitia
Sehingga
meningkatkan mutu rekam medis,
menyebabkan peningkatan kualitas
penjelasan tupoksi pegawai, dan
pelayanan terhambat.
keterlibatan staf dalam penerapan Tabel 2. Tabel Hasil Wawancara Komponen Kebijakan & Strategi Q
Informan 1 SOP/Kebijakan Keterlibatan staf Penerapan
Kebijakan medis
yang
Informan 2
Tidak dapat menjelaskan SOP. + Belum maksimal
Informan 3 Ada
+
+
Sosialisasi kurang
Belum maksimal
tentang
rekam
sebagai peraturan tertulis, belum
dibuat
sudah
diaplikasikan seluruhnya. Bahkan
mengikutsertakan berbagai unit dan
salah
seorang
informan
tidak
staf, tetapi kebijakan yang ada
mengerti akan SOP dalam unitnya
sampai saat inipun masih sekedar
sendiri.
9
Tabel 3. Tabel Hasil Wawancara Komponen Ketersediaan Sumber Daya Q
Informan 1 Tersedianya SDM SDM RM kurang dan sarpra per Ada
Anggaran tahun
Sumber daya manusia dalam
Informan 2 SDM kurang.
Informan 3 SDM kurang.
Ada
Ada
medis.
Untuk
perihal
anggaran
struktur rekam medis masih kurang
sumber daya sudah disiapkan oleh
dalam
rumah sakit.
jumlah
dan
kualifikasi
terutama dalam penelaahan rekam
Tabel 4. Tabel Hasil Wawancara Komponen Komunikasi Q
Informan 1 Informan 2 Informan 3 form Saat pertemuan Sosialisai Form Saat pertemuan Sosialisasi komdik RM belum komdik RM semuanya Sosialisasi kebijakan baru
Melalui edaran
Evaluasi pemahaman sosialisasi
Tidak ada
surat Melalui komdik Tidak ada
Proses sosialisasi kebijakan
Tidak ada pertemuan khusus Belum berjalan
pertemuan dan tanpa dilakukan
yang dilakukan di rumah sakit ini
evaluasi
tidak memiliki pertemuan khusus.
sosialisasi maupun monitoring di
Sosialisasi
lapangan.
dilakukan
saat
ada
mengenai
pemahaman
10
Tabel 5. Tabel Hasil Wawancara Komponen Pengembangan dan Pelatihan Q
Informan 1
Informan 2
Informan 3
sarpra
Ada
Ada jurnal
Ada
jadwal
Insidentil
Tidak ada
Ada anggaran
Mungkin ada
Transfer
Tersedia informasi Terdapat rutin Transfer ilmu
ilmu
informal
Pelatihan dan pengembangan
Melalui
pertemuan
bulanan
kurang maksimal dan tidak ada
staf sudah dianggarkan per tahun,
evaluasi
tetapi transfer ilmu yang dilakukan
sesudah
kinerja
sebelum
dan
pelatihan.
Tabel 6. Hasil Wawancara Komponen Evaluasi dan Supervisi Q
Informan 1 Evaluasi kinerja unit RM
Informan 2
Tidak ada
Laporan komdik
Laporan
ttg
diminta atau ada
indikator
kinerja
audit
Kendala mutu
Individual
saat
dan
I
nforman 3
Evaluasi
Laporan belakangan ini
informal
tidak rutin.
Ada, tapi tidak
Ada,
tapi
belakangan
rutin
tidak rutin
Individual
Otoritas dokter
direksi
Pelaporan
persentase
dalam unit rekam medis sendiri dan
kelengkapan pengisian rekam medis
kurangnya kebijakan yang tegas dari
belum
direksi.
dapat
dilakukan
secara
Beberapa
alasan
yang
periodik dan kontinyu dikarenakan
muncul sebagai kendalanya adalah
kurangnya sumber daya manusia di
otoritas dokter spesialis yang tinggi,
11
rasa malas atau enggan mengisi
Gambaran
rekam medis, beban kerja banyak,
Dalam
tidak tersedia cukup waktu, dan
Kesehatan : Unit Rekam Medis Di
faktor capai.
RS
Organisasi
Sistem PKU
Informasi
Muhammadiyah
Yogyakarta
PEMBAHASAN Gambaran pengisian
Faktor
Kelengkapan Rekam
Medis
Appendisitis Akut di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Panitia rekam medis bekerja sama dengan bagian rekam medis dalam hal peningkatan mutu rekam medis. Namun, dari informasi yang didapat, panitia rekam medis ini
Hasil observasi ini sesuai
sempat vakum sebelum dibuat lagi
dengan hasil wawancara peneliti
untuk kepentingan akreditasi 2012.
terhadap
Kepanitiaan
informan,
bahwa
ini
seharusnya
kelengkapan rekam medis rata-rata
bersama-sama unit rekam medis
belum mencapai 75%, menurut
melakukan
informan
penyebab
rekam medis secara periodic, tapi
kurangnya mutu kelengkapan rekam
dalam prakteknya panitia ini belum
medis di RS PKU Muhammadiyah
melaksanakan
antara lain : faktor individu yang
tersebut.
beberapa
kurang sadar terhadap kepentingan rekam medis, tidak memiliki cukup waktu, malas atau enggan, pasien yang banyak, beban kerja yang tinggi, capek, otoritas dokter yang tinggi,
evaluasi
yang
belum
kontinyu, sumber daya manusia yang masih kurang, dan punishment dari direksi belum terlaksana.
audit
kelengkapan
kewajibannya
Kebijakan dan strategi di dalam unit sebenarnya sudah ada tertulis
dalam
pedoman
mutu
rekam medis, kebijakan yang ada meliputi beberapa indikator kinerja rekam medis. Proses pembuatan kebijakannya dimulai
dari
juga unit
sudah
baik,
kemudian
12
diajukan
ke
pelaksanaan
manajemen, kebijakan
tapi
tersebut
pelaporan, admisi rawat jalan, dan sub divisi dari kearsipan.
yang masih dirasa kurang. Kualifikasi
Proses sosialisasi kebijakan
pendidikan
masih
menemui
kepincangan.
perekam medis meliputi: Diploma 3
Proses sosialisasi kebijakan dan
(D3) rekam medis dan informasi
strategi yang dilakukan oleh dalam
kesehatan yang ditempuh selama 6
unit rekam medis ini menurut
(enam) semester dengan gelar Ahli
informan tidak terdapat pertemuan
madya, Diploma 4 (D4) Manajemen
khusus dalam proses sosialisasinya,
informasi kesehatan yang ditempuh
biasanya proses sosialisasi melalui
selama
surat edaran dan disisipkan dalam
8
(delapan)
semester,
dengan gelar sarjana sains terapan
pertemuan
MIK, Strata 1 (S1) Manajemen
pertemuan-pertemuan
Informasi
Evaluasi
ditempuh
kesehatan selama
8
yang semester,
dengan gelar sarjana manajemen manajemen
informasi
kesehatan yang ditempuh selama 4 semester, dengan gelar magister manajemen informasi kesehatan.10 Kualifikasi
staf
rekam
medis
minimal adalah DIII rekam medis, dalam unit ini beberapa bagian yang belum memiliki lulusan DIII rekam medis antara lain sub divisi
tentang
kebijakan-kabijakan
medic
atau
harian. pemahaman juga
tidak
dinilai di sini.
informasi kesehatan, dan Strata 2 (S2)
komite
Profesi diharapkan
rekam
medis
harus
bisa
mengembangkan ilmu rekam medis itu
sendiri
sesuai
dengan
perkembangannya.11 Rumah sakit ini
mendukung
pengembangan
program
pelatihan
staf
dengan adanya anggaran pendidikan dan pelatihan yang dapat diajukan setiap program
tahunnya, pelatihan
akan
tetapi
ini
tidak
13
terjadwal,
terkadang
hanya
medis,
dokter
dihimbau
untuk
insidentil saja. Proses transfer ilmu
meningkatkan persentase pengisian
juga
rekam medis.
tidak
disampaikan
secara
formal di dalam suatu forum. Tidak terdapat proses evaluasi yang secara
KESIMPULAN
khusus untuk menilai kemajuan
Berdasarkan hasil penelitian
pelayanan setelah mengikuti proses
melalui observasi dan wawancara
pelatihan di rumah sakit ini.
mendalam pada responden di RSU
Pelaporan
kelengkapan
rekam medis oleh panitia rekam medis juga belum dilakukan secara periodik, laporan yang diberikan bersifat kondisional, saat diperlukan saja oleh direksi atau karena akan adanya
proses
audit.Belum
ada
pelaporan rutin di dalam forum komite medis tentang indikator klinis ini. Ketika ditanya mengenai grafik pencapaian, informan tidak dapat pencapaian
menunjukkan indikator.
pola Pelaporan
yang selama ini dilakukan adalah dengan memberikan rapot dokter, ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis yang dilakukan oleh dokter nantinya akan disampaikan di dalam rapat pertemuan komite
PKU dapat
Muhammadiyah disimpulan
Yogyakarta
beberapa
hal
sebagai berikut: 1. Rumah
Sakit
Muhammadiyah sudah
PKU Yogyakarta
menerapkan
konsep
peningkatan mutu rekam medis dengan adanya panitia rekam medis,
tapi
dalam
pelaksanaannya panitia rekam medis
belum
tupoksinya. mengakibatkan ganda
dalam
bekerja
sesuai
Hal
ini
beban unit,
kerja
sehingga
proses evaluasi menjadi tidak tepat waktu. 2. Kebijakan dan strategi sudah ada di dalam unit rekam medis. Namun, pelaksanaan kebijakan masih belum bisa maksimal.
14
3. Sumber daya manusia dianggap
5. Pengembangan
dan
pelatihan
masih kurang dari segi jumlah
bagi staf sudah dianggarkan
dan kualifikasinya di dalam unit
pertahun. Namun, transfer ilmu
rekam medis.
untuk
4. Sosialiasi dari kebijakan hanya
seluruh
staf
belum
dilakukan.
disampaikan saat ada pertemuan
6. Pengukuran efektivitas kinerja
dan melalui surat edaran, tanpa
melalui indikator mutu belum
ada pertemuan khusus. Tanpa
dilakukan
disertai
Kendala mutu ada pada dokter
adanya
evaluasi
pemahaman dan monitoring post
secara
dan
periodic. direksi
sosialisasi.
REFERENSI 1. Aqil,
A.,
2. Bahiyah, Nurul. 2010. Sistem Lippeveld,
Theo.,
Hozumi,Dairiku. 2009. PRISM framework: a paradigm shift for designing,
strengthening
and
evaluating
routine
health
information
systems.
Oxford
University Press in association with The London School of Hygiene
and
Tropical
MedicineUU no 36 tahun 2009.
Informasi Rekam Medis Rumah Sakit KIA PKU Muhammadiyah Kotagede. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga. 3. Djasri, Hanevi. 2006. Penerapan Clinical Governance Melalui ISO 9000:Studi Kasus Di Dua RSUD Provinsi JATIM. Yogyakarta : FK UGM
Pusat
Manajemen
Pelayanan Kesehatan.Gunawan,
15
Ketut. 2001. Kualitas Layanan dan Loyalitas Pasien (studi pada Rumah sakit Umum swasta di Kota Singaraja-Bali). Bali: Jurnal manajemen dan Kewirausahaan Vol.13, No.1. 4. Hanafiah, J., Amir, A. 2008.”Etika Kedokteran Kesehatan”
& edisi
Hukum keempat.
Jakarta:EGC
dan
Informasi
Kesehatan.Jakarta. 7. Sale, Diana. 2005. Understanding Clinical Governance and Quality Assurance. New York: Palgrave Macmillan. 8. Sam,
Fitriani.
2012.
“Thesis:Faktor-faktoryang mempengaruhi
mutu
blackford middleton, MD, MPH, MSc. 2001. Measuring the Quality of Medical Records: Method for Completeness
and
Correctness of Clinical Encounter Data: Review Literature and Arts Of The Americas, pp 408-412, Hillsboro, Oregon. 6. Permenkes No.377 tahun 2007 tentang Standar Profesi Perekam
rekam
medis pasien rawat inap di RSUD Anuntaloko
Parigi”.
Pascasarjana
5. Logan, JR., Paul, Gorman., MD,
Comparing
medis
Program Fakultas
Kedokteran UGM. Program Studi Ilmu
Kesehatan
Masyarakat:
UGM. 9. Suhartanto. Informasi Rumah
2007. Rekam
Sakit
“Sistem Medis
Umum
di PKU
Muhammadiyah Bantul”, diakses di http://elibrary.apikescm.ac.id/p df/ringkasan.pdf, pada tanggal 24 September 2015. 10. Sumbodo,
Edi.
(2005).
Kelengkapan Pengisian Rekam
16
medis
rawat
inap
dan
Yogyakarta,
pertanggungjawabannya secara
Pascasarjana
hukum
Yogyakarta.
di
RSUD
Kota
Tesis, IKM
Program UGM,