PLYOMETRIC EXERCISE SINGLE LEG SPEED HOP DAN DOUBLE LEG SPEED HOP MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAK BOLA PHYSIO TEAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 1
M. Widnyana, 2Putu Sutha Nurmawan, 3Ni Wayan Tianing 1. Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali 2. Bagian Rehabilitasi Medik Sub Bagian Fisioterapi Rumah Sakit Sanglah, Denpasar Bali 3. Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali ABSTRAK Daya ledak otot adalah salah satu komponen kebugaran yang sangat diperlukan oleh seorang pemain sepak bola. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan plyometric exercie single leg speed hop dengan double leg speed hop terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Pre Test and Post Test Two Group Design. Sampel dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yang terdiri atas single leg speed hop 12 sampel dan double leg speed hop 12 sampel. Latihan dilakukan selama empat minggu dengan frekuensi tiga kali dalam satu minggu, dari Mei sampai Juni 2014 di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar dengan menggunakan standing long jump test untuk mengukur daya ledak otot tungkai. Hasil penelitian ini adalah, pada Kelompok 1 terjadi rata-rata peningkatan dengan p=0,000 (p<0,05), sedangkan pada Kelompok 2 terjadi rata-rata peningkatan dengan p=0,000 (p<0,05). Setelah dibandingkan Kelompok 1 dan Kelompok 2 didapatkan p=0,002 (p<0,05). Hal ini berarti bahwa pada setiap kelompok terjadi peningkatan daya ledak otot tungkai secara bermakna, namun lebih efektif pada Kelompok 1 dibandingkan dengan Kelompok 2. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa single leg speed hop lebih efektif dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai dibandingkan dengan double leg speed hop. Kata kunci: Plyometric exercise, single leg speed hop, double leg speed hop, daya ledak otot.
PLYOMETRIC EXERCISE SINGLE LEG SPEED HOP AND DOUBLE LEG SPEED HOP INCREASE THE POWER OF LEG MUSCLE OF PHYSIO TEAM FOOTBALL PLAYERS IN THE FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY ABSTRACT Muscle power is a component of fitness that is needed by a football player. The purpose of this research was to compare the plyometric exercise single leg speed hop and double leg speed hop to increase the power of leg muscles. This research used an experimental research with Pre and Post Test Two Group Design. Samples were divided into two treatment groups, which are single leg speed hop group that consists of 12 samples and double leg speed hop group that consists of 12 samples. The exercise was carried out for four weeks with a frequency of three times in one week, from May up to June 2014 at Niti Mandala Renon field Denpasar which use standing long jump test instrument to measure the power of leg muscles. The result of this research is, Group 1 occurring on average an increase with p = 0.000 (p < 0.05), while on Group 2 occurring on average an increase with p = 0.000 (p < 0.05), once compared Group 1 and Group 2 p=0.002 (p<0.05), meaning that there was a significant increase of muscle power in each group, however Group 1 is more effective than Group 2. From this research it can be concluded that single leg speed hop is more effective to increases the power of leg muscles compared with double leg speed hop. Key words: Plyometric exercise, single leg speed hop, double leg speed hop, muscle power.
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indo-
de Football Association (FIFA) pada
nesia sejak tahun 2010 berorientasi pada
tahun 2001 menyatakan bahwa sepak bola
upaya promotif dan preventif, tanpa
adalah olahraga paling populer dimainkan
mengabaikan
dan
saat ini. Survei ini menunjukkan bahwa
rehabilitatif.7 Olahraga adalah salah satu
lebih dari 240 juta orang memainkan
upaya preventif dalam menjaga kesehatan
olahraga sepak bola di lebih dari 200
tubuh. Olahraga adalah bentuk kegiatan
negara.10 Pengaruh sepak bola sangat kuat
fisik dengan cara dan aturan tertentu yang
dan begitu populer, bahkan olahraga ini
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
kini berkembang pesat dengan banyaknya
fungsi tubuh, yang dapat meningkatkan
kemunculan
kesegaran jasmani dan berpengaruh juga
berbagai
terhadap
universitas di Indonesia. Bahkan di Bali,
upaya
kuratif
peningkatan
prestasi
pada
cabang olahraga yang diikuti.5 Masing-masing
sekolah,
khususnya
di
sepak
bola
kantor-kantor
Universitas
di dan
Udayana,
olahraga
hampir setiap program studi dari masing-
memiliki karakteristik tertentu sesuai
masing fakultas memiliki tim sepak bola.
dengan gerak dan prosedur pelaksanaan-
Program Studi Fisioterapi sebagai bagian
nya. Olahraga memiliki beberapa tujuan,
dari Fakultas Kedokteran Universitas
diantaranya:
Udayana juga membentuk sebuah tim
kesehatan,
cabang
tim-tim
rekreasi,
pendidikan, dan
sepak bola yang diberi nama Physio
prestasi.9 Melihat tujuan dari melakukan
Team. Tim ini rutin mengikuti kejuaraan
kegiatan olahraga, pada masa sekarang ini
Porsehip (Pekan Olahraga dan Seni
banyak cabang olahraga yang menjadi
Hippocrates) yang digelar di lingkungan
kegemaran masyarakat, sebak bola adalah
Fakultas
salah satu yang terpopuler.
Udayana.
Sepak
kesegaran
merupakan
Kedokteran
Universitas
olahraga
Sepak bola adalah bentuk kegiatan
Kepopulerannya
fisik yang berpengaruh positif pada
mengalahkan cricet, field hockey, tennis
kebugaran tubuh, mental dan sosial,
dan volley ball.6 Hasil survei yang
bahkan
dilakukan oleh Fédération Internationale
profesional,
paling
bola
jasmani
populer.
apabila
dilakukan
olahraga
ini
secara dapat
memberikan prestasi yang membangga-
kekuatan
kan. Sepak bola adalah bentuk aktivitas
gerakan atau perubahan tiba-tiba yang
fisik yang terstruktur terencana dan
cepat.9
berkesinambungan dengan tujuan untuk
membutuhkan kemampuan daya ledak
kebugaran
baik,
otot yang baik, terutama daya ledak otot
dalam
tungkai, mengingat olahraga sepak bola
sehingga
tubuh sepak
yang bola
lebih masuk
aktivitas olahraga.3 Unsur
eksplosif
ditandai
Olahraga sepak
dengan
bola
sangat
adalah olahraga bola besar yang dominan
kebugaran
yang
menggunakan kaki. Daya ledak otot
termasuk dalam olahraga sepak bola
tungkai dalam hal ini adalah kemampuan
adalah:
kekuatan
jaringan tubuh berupa otot yang berada di
(strength), daya tahan otot kardiovaskuler
sepanjang ekstremitas atau anggota gerak
(endurance),
tubuh bawah untuk menghasilkan daya
kecepatan
daya
keseimbangan (flexibility),
tubuh
(speed),
ledak
(balance), kelincahan
(power), kelentukan
(agility)
koordinasi
(coordination).
kebugaran
tersebut
ledak.2
dan
Performa komponen kebugaran yang
Komponen
maksimal adalah syarat mutlak untuk
diperlukan
saat
mencapai
hasil
maksimum
dalam
bertanding untuk mencapai performa
olahraga sepak bola. Salah satu cara
yang
untuk meningkatkan performa komponen
maksimal.
Beberapa
bentuk
aktivitas yang terjadi di lapangan akan
kebugaran 11
tersebut
adalah
melalui
memperlihatkan secara jelas kebutuhan
latihan.
Latihan adalah usaha untuk
komponen-komponen di atas.3
memperbaiki sistem organ atau alat tubuh
Salah satu komponen terpenting
dan fungsinya yang bertujuan untuk
dalam olahraga, khususnya sepak bola
mengoptimalkan penampilan atau kinerja.
adalah daya ledak. Daya ledak yang
Latihan adalah aktivitas yang kompleks,
dimaksud adalah daya ledak otot. Daya
rangkaian
ledak otot adalah kemampuan otot untuk
dengan sistematis dalam durasi tertentu,
melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan
progresif dan bersifat individual, dengan
cepat
seluruh
tujuan untuk mendapatkan suatu bentuk
yang sangat
fungsi fisiologis dan psikologis tertentu
singkat.9 Daya ledak otot sering disebut
agar dapat memenuhi berbagai tuntutan
dengan
mengerahkan
kekuatan dalam waktu
kegiatan
yang
dilakukan
tugas sewaktu berolahraga.9 Diperlukan
ledak otot, kekuatan tungkai, akselerasi
kerjasama dari berbagai disiplin ilmu
dan kelincahan. Plyometric exercise
untuk meningkatkan performa kebugaran
lebih menekankan pada daya ledak otot
seorang pemain sepak bola. Salah satu
sehingga kapasitas daya ledak otot yang
disiplin ilmu yang berperan penting di
besar dapat meningkatkan kemampuan
dalamnya adalah fisioterapi.
kecepatan gerak dan kekuatan pada
Sesuai dengan Kepmenkes 1363,
atlet.8
seorang fisioterapis memiliki kemampuan
Plyometric exercise sendiri terdiri
untuk mengembangkan gerak dan fungsi
dari
tubuh seseorang. Kompetensi dan ruang
bounding, hopping, jumping, leaping,
lingkup seorang fisioterapis tidak terbatas
skipping
pada penyembuhan dan rehabilitasi saja.
masing mempunyai karakteristik dan
Fisioterapi sangat berperan dalam upaya
teknik yang berbeda. Adapun jenis
peningkatan
prestasi
plyometric
optimalisasi
kapasitas
fisik
dan
diterapkan oleh peneliti adalah tipe
kemampuan
fungsional
sesuai
hasil
hopping. Dimana dalam pelaksanaannya
olahraga
peneliti akan menerapkan latihan single
analisis
kebutuhan
sehingga
tercapai
atlet
melalui
jenis
prestasi
yang
maksimal. 2
tipe,
antara
richochet.12
dan
exercise
lain:
Masing-
yang
akan
leg speed hop dan double leg speed hop. Peneliti tertarik mengangkat tipe latihan
Salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan kebugaran
beberapa
performa
daya
ledak
komponen otot
adalah
ini karena tipe
latihan ini
secara
aplikatif tergolong baru diterapkan di dunia
sepak
bola.
Dalam
plyometric exercise. Kata plyometric
pelaksanaannya,
peneliti
akan
berasal dari bahasa Yunani yang berarti
membandingkan
efektivitas
dari
menambah ukuran. Dengan demikian
masing-masing tipe latihan terhadap
plyometric
peningkatan daya ledak otot tungkai.
dapat
diartikan
sebagai
bentuk latihan untuk menambah ukuran,
Berdasarkan
fakta-fakta
di
atas,
ukuran daya ledak otot. 9 Plyometric
peneliti akhirnya berkeinginan untuk
exercise terdiri dari beberapa komponen
mengangkat
latihan yang dapat merangsang daya
memberikan suatu kontribusi bermakna
judul
ini
sekaligus
terhadap peningkatan performa pemain
Universitas Udayana. Sampel berjumlah
sepak
24 orang berdasarkan hasil perhitungan
bola
Physio
Team
Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana untuk
besar
lebih mengangkat prestasi tim ini yang
sampling dari sampel yang memenuhi
selama
memberikan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian
yang menggembirakan, dan
dibagi menjadi dua kelompok, masing-
pada akhirnya akan membawa dampak
masing kelompok berjumlah 12 orang.
positif bagi dunia sepak bola dan dunia
Pembagian kelompok dilakukan dengan
fisioterapi.
cara
ini
prestasi
belum bisa
sampel,
dipilih
simple
secara
random
total
sampling,
selanjutnya Kelompok 1 akan menerima METODE PENELITIAN
pelatihan single leg speed hop dan
Rancangan Penelitian
Kelompok 2 akan menerima pelatihan
Penelitian ini bersifat eksperimen-
double leg speed hop.
tal. Rancangan penelitian yang digunakan Penelitian dilakukan pada pemain
adalah pre test and post test two group design
yang
bertujuan
untuk
membandingkan
plyometric
exercise
single leg speed hop dan double leg speed hop terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Peningkatan daya ledak otot tungkai
diukur
Standing
Long
dengan Jump
melakukan Test.
sepak
bola
Physio
Team
Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana selama 1 bulan, dari bulan Mei sampai juni 2104 dengan frekuensi latihan sebanyak tiga kali dalam satu minggu pada tiap sampel. Instrumen Penelitian
Hasil
Metode
yang
digunakan
untuk
pengukuran peningkatan daya ledak otot
mengukur daya ledak otot tungkai adalah
tungkai tersebut akan dianalisis dan
SLJT (Standing Long Jump Test). SLJT
dibandingkan antara Kelompok Perlakuan
mengukur daya ledak otot tungkai dengan
I dan Kelompok Perlakuan II.
menggunakan
Populasi dalam penelitian ini adalah pemain sepak bola yang tegabung dalam Team
Faktultas
ukur
untuk
menghitung hasil lompatan evaluasi daya
Populasi dan Sampel
Physio
meteran
Kedokteran
ledak
otot
dibentangkan bidang
tungkai.
Meteran
sedemikian
rupa
ukur pada
lompatan (lapangan rumput).
Tempat berdirinya sampel adalah titik nol
4. Analisis Komparasi data sampel
dan lokasi pendaratan sampel setelah
berdistribusi normal, digunakan:
melompat adalah hasil ukur daya ledak
a. Uji Parametrik related t-test
otot tungkai. Hasil ukur daya ledak otot
b. Uji Parametrik (Independent-T
tungkai dengan SLJT diuraikan dalam
test)
satuan jarak (cm). HASIL PENELITIAN Peneliti menggunakan beberapa uji statistik dalam menganalisis data, yaitu: 1. Uji Statistik
pemain sepak bola Physio Team Fakultas
Deskriptif untuk
menganalisis umur dan indeks massa tubuh. 2. Uji
Kedokteran Universitas Udayana, dalam pemberian pelatihan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Berikut ini deskripsi
normalitas
Saphiro
Subjek dalam penelitian ini pada
Wilk
data Test,
dengan bertujuan
untuk mengetahui distribusi data
data sampel yang terdiri atas karakteristik sampel berupa umur dan indeks massa tubuh (IMT).
pada masing-masing kelompok perlakuan. Digunakan α sebagai
Tabel 1 Karakteristik Sampel Rata-rataStandar
Batas Kemaknaan, dengan nilai 0,05 (α = 0,05). Hasilnya p > 0,05 menunjukkan
bahwa
data
Karakteristik Sampel
berdistribusi normal dan p < 0,05
Deviasi Kelompok
Kelompok
I (n=12)
II (n=12)
menunjukkan bahwa data tidak
Umur
20,580,79 20,830,08
berdistribusi normal.
IMT
20,831,01 20,551,28
3. Uji
homogenitas
data
dengan
Levene’s Test, bertujuan untuk
Dari Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa
mengetahui
data.
subjek penelitian Kelompok 1 memiliki
Batas
rerata umur (20,58+0,79) tahun dan pada
Digunakan
variasi α
sebagai
Kemaknaan, dengan nilai 0,05
(α
Kelompok
= 0,05). Hasilnya p > 0,05 maka
Berdasarkan
data homogen dan p < 0,05 berarti
Kelompok
data tidak homogen.
2
(20,830,08) karakteristik
1
memiliki
rerata
tahun. IMT, IMT
(20,831,01) tahun dan pada Kelompok 2
homogen. Data rerata nilai daya ledak otot
(20,551,28) tahun.
tungkai sesudah perlakuan menunjukkan
Untuk menentukan uji statistik yang
bahwa dari uji normalitas memiliki nilai p
akan digunakan maka terlebih dahulu
lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) dan dari uji
dilakukan uji normalitas dan homogenitas
homogenitas diperoleh nilai p lebih besar
data hasil test sebelum dan sesudah
dari 0,05 (p > 0,05), yang berarti data
perlakuan.
rerata nilai daya ledak otot tungkai
Uji
normalitas
dengan
menggunakan uji Saphiro Wilk Test,
berdistribusi normal dan homogen.
sedangkan uji homogenitas menggunakan
Untuk
Levene’s Test.
penurunan nyeri sebelum dan sesudah
mengetahui
penerapan Tabel 2 Hasil Uji Normalitas dan Uji
perbedaan
masing-masing
rerata
kelompok
digunakan paired sample t-test.
Homogenitas Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai sebelum dan sesudah
Samples T-test) Sebelum dan Sesudah
perlakuan Nilai SLJT
Tabel 3 Hasil Uji T-Berpasangan (Paired
Perlakuan
p. Uji Normalitas
p. Uji
(Saphiro Wilk Test)
Homogenita
Sebelum
Sesudah
s
Perlakuan
Perlakuan
Klp 1
362,83
475,42
112,58
0,000
Klp 2
380,25
427,25
47,00
0,000
Kelompok
Kelompok
1
2
Test)
Sebelum
0,350
0,062
0,469
Sesudah
0,478
0,631
0,562
(Levene’s
Selisih
P
Dari hasil perhitungan kelompok 1 Berdasar
hasil
uji
normalitas
didapatkan nilai p=0.000 (p<0.005) yang
(Shapiro Wilk Test) dan uji homogenitas
berarti
(Levene’s Test) data rerata nilai daya ledak
bermakna dari peningkatan daya ledak
otot
otot
tungkai
sebelum
perlakuan,
bahwa
tungkai
ada
perbedaan
sebelum
dan
yang
sesudah
menunjukkan bahwa kedua kelompok
pelatihan
perlakuan memiliki nilai p lebih besar dari
Sedangkan hasil perhitungan kelompok 2
0,05 (p > 0,05), yang berarti data rerata
didapatkan nilai p=0.000 (p<0.005) yang
nilai daya ledak otot tungkai sebelum
berarti ada perbedaan yang bermakna dari
perlakuan
peningkatan daya ledak otot tungkai
berdistribusi
normal
dan
single
leg
speed
hop.
sebelum dan sesudah pelatihan double leg speed hop.
Berdasarkan Tabel 4 diatas, untuk membandingkan hasil perhitungan beda
Untuk
membandingkan
rerata
rerata
peningkatan
daya
ledak
otot
peningkatan daya ledak otot tungkai
tungkai
sebelum pelatihan dan setelah pelatihan
pelatihan
antar kelompok pada kedua kelompok
menggunakan uji Independent sample t-
yang
test
diberikan
pelatihan
berupa
pada sebelum dan setelah antar
diperoleh
kelompok
nilai
selisih
dengan
p=0,002
plyometric exercise single leg speed hop
dimana p > 0,05. Maka dapat disimpulkan
dan double leg speed hop menggunakan
ada perbedaan yang signifikan pada
uji beda independent t-test.
perbandingan plyometric exercise single
Tabel 4 Hasil Uji Independent Samples T- test Kelompok
Rerata±SDP
Kel.1
112,58±
PEMBAHASAN 0,002
Kel.2
speed hop terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai.
56,116 Selisih
leg speed hop exercise dengan double leg
Karakteristik Sampel
47,00±
Deskripsi sampel pada penelitian
29,061
ini terdiri atas Kelompok 1 yang memiliki rerata umur (20,58 ± 0,79), dan pada Kelompok 2 (20,83 ± 0,08). Karakteristik
500
tersebut menunjukkan jumlah rerata umur
400
sampel relatif sama antara Kelompok 1
300 200 100
Kelompok 1
dan 2. Umur yang berkisar 17-22 tahun
Kelompok 2
meningkatkan performa daya ledak otot.8
merupakan puncak umur yang baik untuk
Berdasarkan
0 2 4 6 8 10 12
karakteristik
IMT
(Indeks Massa Tubuh) diperoleh nilai Kelompok 1 (20,83 ± 1,01), dan pada
Grafik Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai
Kelompok 2 (20,55 ± 1,28). Selisih nilai rerata IMT antara Kelompok 1 dan 2
tidak terlalu jauh (± 0,28), serta masih
untuk otot pinggul, tungkai dan punggung
memenuhi standar normal IMT untuk
bagian bawah, dan juga melibatkan otot-
orang Asia yang ditetapkan oleh WHO
otot yang menyeimbangkan lutut dan
(World
ankle. Hal ini terjadi karena dalam
Health
Organization)
yakni
18,50-22,90.1
pelaksanaannya hanya menggunakan satu
Hal tersebut menjelaskan bahwa
tungkai dimana beban dalam latihan
dalam penelitian ini, umur dan IMT tidak
hanya ditopang oleh satu tungkai saja,
memiliki kecenderungan tertentu yang
sehingga diperlukan juga peran dari otot-
dapat mempengaruhi aspek penilaian
otot penyeimbang lutut dan ankle untuk
dalam penelitian.
menjaga keseimbangan saat latihan agar tidak jatuh saat mendarat.4
Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai pada Pelatihan Single Leg Speed Hop Uji statistik menggunakan uji beda rerata t-berpasangan (paired sample ttest) pada Kelompok 1 dengan pelatihan single leg speed hop. Hasilnya p = 0,000 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna pada nilai rerata daya ledak tungkai sebelum dan sesudah pelatihan. Artinya, pelatihan single leg speed hop
memberikan
peningkatan
yang
Gerakan dalam latihan plyometric single leg speed hop sangat bermanfaat untuk mengembangkan daya ledak otot tungkai. Melalui latihan plyometric single leg speed hop, maka daya ledak otot tungkai sehingga
berkembang akan
lebih
mendukung
maksimal kegiatan
olahraga yang membutuhkan daya ledak otot tungkai.4
bermakna terhadap daya ledak otot
Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai pada Pelatihan Double Leg Speed Hop
tungkai. Latihan plyometric single leg
Dari hasil penelitian Kelompok 2
speed hop mengembangkan daya ledak
dengan menggunakan uji beda rerata t-
untuk otot-otot tungkai dan pinggul,
berpasangan (Paired Samples T-test)
khususnya otot-otot gluteals, hamstrings,
didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang
quadriceps dan gastrocnemius dengan
berarti
kecepatan yang tinggi dan penuh tenaga.
bermakna pada nilai rerata daya ledak
Latihan ini membutuhkan beban lebih
sebelum dan sesudah pelatihan double leg
bahwa
ada
perbedaan
yang
speed
hop.
Dengan
demikian
hasil
tersebut menunjukkan bahwa perlakuan pada
olahraga yang membutuhkan daya ledak otot tungkai.4
kelompok 2 juga memberikan
peningkatan yang bermakna terhadap daya ledak otot tungkai. Latihan
Perbandingan Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai antara Single Leg Speed Hop Dan Double Leg Speed Hop
plyometric double leg
Pada analisis perhitungan antara
speed hop mengembangkan daya ledak
Kelompok 1 dan Kelompok 2 dengan uji
untuk otot-otot tungkai dan pinggul,
beda
khususnya otot-otot gluteals, hamstrings,
didapatkan nilai p = 0.002 (p<0.05). Hasil
quadriceps dan gastrocnemius dengan
ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
kecepatan yang tinggi dan penuh tenaga.
yang bermakna antara peningkatan daya
Gerakan yang dilakukan dalam double leg
ledak otot tungkai Kelompok 1 dengan
speed
Kelompok 2.
hop
memiliki
distribusi
Independent
Samples
T-
test
pembebanan yang merata pada tungkai
Nilai rerata peningkatan daya ledak
bawah. Hal ini terjadi karena dalam
Kelompok 1 setelah perlakuan adalah
pelaksanaannya
dilakukan
dengan
475,42 cm, sedangkan nilai rerata pada
tungkai,
sehingga
Kelompok 2 adalah 427,25 cm. Selisih di
pembebanan tidak terbebani pada satu
antara kedua nilai rerata tersebut adalah
tungkai dan gerakan lebih stabil. Dalam
48,17 cm. Dapat disimpulkan bahwa
latihan ini peranan otot penyeimbang
terdapat perbedaan nilai daya ledak otot
lutut dan ankle tidak berperan terlalu
tungkai pada Kelompok 1 (single leg
besar dibandingkan pada latihan single
speed
menggunakan dua
leg speed hop.
4
hop)
dibandingkan
dengan
Kelompok 2 (double leg speed hop),
Gerakan dalam latihan plyometric
dengan nilai perbedaan yang signifikan.
doubel leg speed hop sangat bermanfaat
Hasil
untuk mengembangkan daya ledak otot
plyometric exercise single leg speed hop
tungkai.
plyometric
lebih baik dalam meningkatkan daya
double leg speed hop, maka daya ledak
ledak otot tungkai daripada double leg
otot tungkai dapat berkembang maksimal
speed hop.
sehingga
Melalui
akan
latihan
mendukung
kegiatan
tersebut
menunjukkan
bahwa
Hal ini didukung oleh penelitian Widhiyanti
yang
pengaruh
membandingkan
pelatihan
daya ledak otot tungkai yang signifikan
ledak
antara Kelompok 1 dengan Kelompok 2.
(plyometric) alternate leg bound dan
Hasil penelitian menunjukkan plyometric
double leg bound terhadap peningkatan
exercise single leg speed hop lebih baik
daya
ledak
otot
daya
diperoleh, yakni adanya perbedaan nilai
tungkai.
Penelitian
dalam meningkatkan daya ledak otot
dilakukan secara random,
14 orang
tungkai daripada double leg speed hop.
mendapatkan latihan alternate leg bound dan 14 orang mendapatkan latihan double leg bound. Setelah mendapatkan pelatihan selama
4
minggu,
menunjukan signifikan standing
ada pada
long
hasil
statistik
perbedaan hasil
peningkatan
jump
kelompok.
Hasil
menyimpulkan
bahwa
yang
SIMPULAN Berdasarkan
analisis
penelitian
yang telah dilakukan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Single
Leg
Speed
Hop
dapat
kedua
meningkatkan daya ledak otot tungkai
statistiknya
pada pemain sepak bola Physio Team
pada
alternate
leg
bound lebih baik dalam meningkatkan daya ledak otot tungkai dibandingkan dengan double leg bound..12 Sesuai dengan analisis biomekanik,
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Udayana. 2. Double
Leg
Speed
Hop
dapat
meningkatkan daya ledak otot tungkai pada pemain sepak bola Physio Team
gerakan single leg speed hop melibatkan
Fakultas
lebih banyak group otot pada tungkai
Udayana.
Kedokteran
Universitas
bawah dibandingkan dengan gerakan
3. Single Leg Speed Hop lebih baik
double leg speed hop. Gerakan single leg
dibandingkan dengan Double Leg
speed hop memberikan beban lebih untuk
Speed Hop untuk meningkatkan daya
otot pinggul, tungkai dan punggung
ledak otot tungkai pada pemain sepak
bagian bawah, dan juga melibatkan otot-
bola Physio Team Fakultas Kedokteran
otot yang menyeimbangkan lutut dan
Universitas Udayana.
ankle.4 Hasil analisis biomekanik ini sesuai dengan hasil penelitian yang
Universitas Sebelas Maret; 2002: h.
SARAN Pengembangan penelitian yang dilakukan selanjutnya agar menggunakan
10-50 5. Halim NI. Tes Dan Pengukuran
sampel dengan karakteristik yang berbeda
Kesegaran
dan dilakukan pada sampel dengan jenis
Penerbit
olahraga lain yang membutuhkan daya
Makassar; 2004: h. 1-15.
ledak otot tungkai.
Jasmani.
Makassar:
Universitas
Negeri
6. Hazzan N. 2013. Top Ten Most Popular Sports In The World. Diakses
DAFTAR PUSTAKA
dari:
1. Anuurad E, Shiwaku K, Nogi A,
http://www.sporteology.com/top-10-
Kitajima K. The New BMI Criteria
popular-sports-world
for Asians by the Regional Office for
tanggal 1 Februari 2014
the Western Pacific Region of WHO are
Suitable
for
Screening
of
7. Litbang Depkes, 2013. Indonesia Sehat
2010.
Diakses
dari
Overweight to Prevent Metabolic
http://www.depkes.co.id/litbang
Syndrome in Elder Japanese Workers.
tanggal 1 Februari 2014.
Journal
of
Occupational
Health.
Plyometric
2003; 45: 335–343. 2. Arga
K.
8. Miller J, Cooper D, Smith MD.
Pengaruh
Plyometric
Performance.
Exercise United
for
Best
Kingdom:
Exercise Terhadap Peningkatan Daya
Coaches Choice Books; 2006: h. 245-
Ledak
315.
Otot
Lower
Extremity.
[Skripsi]: UPN Veteran Jakarta: 2008. 3. Faruq M. Meningkatkan Kebugaran Jasmani Olahraga
melalui Sepak
Permainan Bola.
dan
Jakarta:
Grasindo; 2008: h.25-50 4. Furqon H, Doewes M. Pliometrik Untuk Meningkatkan Daya ledak. Surakarta: Program Pasca Sarjana
9. Nala GN. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga.
Denpasar:
Udayana
University Press; 2011: h.15-30. 10. Nonalisa E. Sekolah Sepak Bola di Yogyakarta. Diakses dari: http://ejournal.uajy.ac.id/3879/2/1TA10861.p dftanggal 1 maret 2014. 11. Rian, C. 2012. Status Kondisi Fisik Dan Keterampilan Bermain Sepak
Bola Siswa Kelas Khusus Olahraga Sepak Bola Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Yogyakarta. S1. [Tesis]:
Universitas
Yogyakarta.
Negeri
Diakses
eprints.uny.ac.id/8879
dari:
tanggal
1
Februari 2014. 12. Widhiyanti Tri. Peplyometric exercise Alternate Leg Bound dan Double Leg Bound Meningkatkan Daya Ledak Otot Tungkai Pada Siswa Putra Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Pelajaran
2012/2013.
Universitas Udayana; 2013.
[Tesis]: