e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016)
Pengaruh Side Hop dan Box Jump terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Ekstrakurikuler Bola Voli I Gede Arie Dharmawan Yana Putra, I Ketut Yoda, Ni Putu Dewi Sri Wahyuni Ilmu Keolahragaan FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja – Bali Tlp. (0362) 32559 e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan side hop dan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian the nonrandomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian sebanyak 39 orang yang dibagi menjadi tiga kelompok dengan teknik ordinal pairing berdasarkan hasil pre-test. Daya ledak otot diukur dengan jump md. Hasil analisis menggunakan uji t-independent test dan Uji-F one way anova. Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t-independent kelompok side hop dengan kelompok kontrol diperoleh nilai thitung 6,879 dengan signifikansi hitung 0,000 < 0,05, sedangkan kelompok box jump dengan kelompok kontrol diperoleh hasil thitung 3,552 dengan signifikansi hitung 0,002 < 0,05, dengan demikian ada peningkatan yang signifikan dari kedua kelompok. Dari hasil uji-F diperoleh nilai fhitung sebesar 20.656 dengan nilai signifikansi hitung 0,000 α < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok. Selanjutnya dilakukan uji least significant difference untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot. Dapat disimpulkan bahwa pelatihan side hop dan pelatihan box jump berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya ledak otot dimana pelatihan side hop lebih baik pengaruhnya untuk peningkatan daya ledak otot. Saran yang dapat disampaikan adalah agar penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelatihan ataupun penelitian selanjutnya. Kata-kata kunci: pelatihan side hop, pelatihan box jump, daya ledak otot tungkai.
Abstrak This research aimed to know the effect of side hop training and box jump training to increase muscle explosive power. It was an experimental design research with the nonrandomized pretestposttest control was devided into trhee group using ordinal pairing technique that based on the result of pre-test. The group design. The subject of this research was 39 male students participants of volleyball extracurricular which muscle explosive power was measurred by test jump md. The result of the analysis used t-Independent and F one way anova tests. Based on the result of the analysis using T-independent between side hop and control groups found Thitung 6,879 with significance arithmetic 0,000 < 0,05, meanwhile, in box jump and control groups found Thitung 3,552 with significance arithmetic 0,002 < 0,05, and F test found Fhitung 20.656 with significance arithmetic 0,000 α < 0,05, as a result, found the different effect of each group. Furthermore, least significant difference test was did, in order to know which training was had better effect in increasing the muscle explosive power. As conclusing, the side hop and box jump training was influential to the increasing of muscle explosive power, which side hop training was better for increasing the muscle explosive power. Hopefully this research can be used as a reference for the lecturers who teach in sport, especially that related with this study and also as reference for the future research Keywords: Side Hop training, Box Jump traing and explosive power endurance
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) PENDAHULUAN Saat ini perkembangan bolavoli di Indonesia khususnya di Bali sangat meningkat dan berkembang pesat, tidak hanya di daerah perkotaan, bolavoli saat ini sudah berkembang dan sangat digemari oleh anak muda dan juga orang. Itu dapat dilihat dari banyaknya kompetisi-kompetisi lokal yang diadakan di beberapa daerah di desa. Hal tersebut sangat menggembirakan untuk perkembangan bolavoli di Bali khususnya. Dengan banyaknya kompetisi yang diadakan dengan tipe-tipe umur yang berbeda, atlet-atlet berbakat akan banyak bermunculan dan sangat menguntungkan untuk Bali khususnya dan tentunya dapat mengharumkan nama Indonesia dalam Tim Nasional nantinya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam permainan bolavoli agar dapat berprestasi maksimal yakni pemahaman akan teknik-teknik dasar dan dapat melakukanya dengan baik. Ada beberapa macam teknik dasar dalam permainan bolavoli seperti: service, passing, umpan (set up), smash, bendungan (block). Smash merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam permainan bolavoli karena dari smash yang baik akan dapat menghasilkan sebuah poin. Untuk dapat melakukan smash yang baik dan maksimal tentunya harus diimbangi dengan loncatan dalam memukul bola di udara. Semakin tinggi seseorang dapat meloncat untuk memukul bola maka lawan akan sulit membendung smash atau pukulan yang dilakukan. Dengan adanya fase meloncat pada saat melakukan smash, daya ledak dari otot tungkai sangat berperan penting terhadap hasil loncatan pada saat melakukan smash. Daya ledak (power) merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat (Nala, 1998: 8). Dengan memiliki daya ledak yang maksimal dari otot tungkai, maka akan dapat menghasilkan loncatan yang tinggi dan itu akan memudahkan seorang pemain pada saat melakukan smash. Pelatihan dalam upaya peningkatan komponen kondisi fisik yaitu daya ledak otot tungkai perlu berhubungan langsung dengan cabang
olahraga yang akan dikembangkan yaitu olahraga bolavoli. Hal ini bertujuan pada saat pelatihan nanti tidak menyimpang jauh dari olahraga bolavoli dan juga tidak mengakibatkan kejenuhan saat berlatih. Dari hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru olahraga yang ada di SMAN 2 Mengwi mengatakan, bahwa dalam 5 tahun terakhir perkembangan siswa di cabang bolavoli mengalami naik turunnya prestasi, itu bisa dilihat dari perolehan prestasi pada pekan olahraga dan seni pelajar (porsenijar). Naik turunnya prestasi siswa disebabkan oleh kurangnya pembinaan teknik-teknik yang tepat dalam permainan bolavoli serta pelatihan komponen kondisi fisik. Seperti yang diketahui pencapaian prestasi yang optimal akan dapat dicapai dengan penguasaan teknik-teknik permainan yang maksimal dan tingkat kondisi fisik yang baik. Itu dapat dimiliki dengan dilakukannya pelatihan yang mengarah pada penguasaan teknik permainan bolavoli khususnya pada penguasaan teknik smash serta pelatihan komponen kondisi fisik. Pelatihan teknik yang diberikan sebelumnya masih sangat umum dan monoton yang mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Hal tersebut secara tidak langsung berdampak pada naik turunnya prestasi olahraga khususnya bolavoli di SMA Negeri 2 Mengwi. Berdasarkan tersebut, peneliti mencoba menawarkan suatu pelatihan fisik untuk dapat memberikan solusi dari permasalahan yang ada di sekolah SMA Megeri 2 Mengwi dengan pelatihan fisik yang sesuai dengan cabang olahraga yang dikembangakan. Pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai adalah pelatihan side hop dan box jump. Pelatihan side hop dan box jump merupakan bentuk pelatihan yang dapat meningkatkan salah satu komponen kondisi fisik yaitu komponen daya ledak otot tungkai. Daya ledak otot tungkai dalam permainan bolavoli sangat berperan penting dalam hasil gerakan smash. Selain itu, pelatihan tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan smash yang sangat menguntungkan dan
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) menghasilkan poin dalam permainan bolavoli. Pelatihan side hop dan box jump merupakan salah satu pelatihan plaiometrik. Plaiometrik adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan power pada berbagai cabang olahraga (furqon & Muschin, 2002: 2) dimana dari pelatihan ini sama-sama baik untuk meningkatkan daya ledak (power) pada berbagai cabang olahraga serta menekankan adanya gerakan dominan yaitu loncatan. Gerakan side hop yang dilakukan secara berulang-ulang mengakibatkan stres pada komponen otot tungkai sehingga akan mengalami pembesaran otot yang disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot dan otomatis akan terjadi peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai (Widarta Yasa, dkk., 2014). Dari uraian di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelatihan Side hop dan Box Jump terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Siswa Putra peserta Ekstrakurikuler Bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi Tahun Pelajaran 2015/2016”. Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah, 1) Apakah pelatihan side hop berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016? 2) Apakah pelatihan box jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016? 3) Apakah ada perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop dan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016? Tujuan dari penelitian ini adalah, 1) Untuk mengetahui apakah pelatihan side hop berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016. 2) Untuk mengetahui apakah pelatihan box jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada
siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016. 3) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh pelatihan side hop dan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa putra peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun ajaran 2015/2016. Pelatihan merupakan suatu gerak fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dalam jangka yang lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala,1998:1). Secara ringkas pelatihan fisik dapat diartikan sebagai suatu bentuk latihan yang terprogram, dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dalam durasi lama untuk meningkatkan kapasitas fungsional tubuh. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kondisi fisik guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam olahraga ada beberapa komponen fisik yang dapat meningkatkan prestasi atlet secara maksimal. Adapun komponen tersebut yaitu kekuatan, daya tahan, daya ledak, kelincahan, ketepatan, kecepatan, waktu reaksi, kelentukan, koordinasi dan keseimbangan. Prinsip pelatihan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelatihan agar tercapai tujuan dari latihan yang dilakukan. Prinsip-prinsip latihan akan mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Pelatihan ini menerapkan sistem beban berlebih karena, pemberian beban dalam pelatihannya dilakukan secara progresif dengan penambahan jumlah set di setiap minggu pemberian pelatihan, prinsip reversibility karena melihat situasi lapangan yang terbuka sehingga apabila hujan, ekstrakurikuler tidak dapat dilaksanakan. Inilah yang menyebabkan siswa berhenti berlatih selama beberapa hari bahkan bisa mencapai waktu yang lama, latihan bersifat progresif artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke sukar, sederhana ke komplek, umum ke khusus, bagian keseluruhan, ringan ke berat, dan
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) dari kuantitas ke kualitas dilaksanakan secara berkelanjutan, program latihan yang baik disusun secara variatif untuk menghindari kejenuhan, keengganan, dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis, keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh pembebanan yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan, sehingga beban latihan yang diberikan benar benar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, dan skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi latihan. Setiap periodisasi memiliki penekanan tujuan latihan yang berbeda baik dalam aspek fisik, teknik, taktik maupun psikologis. Suatu pelatihan akan memberikan dampak yang besar apabila latihan yang dilakukan sesuai dengan sistematika pelatihan. Selain untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penerapan sistematika pelatihan ini dilakukan untuk mengantisipasi cidera saat latihan berlangsung. Ada dua tahapan yang harus diterapkan dalam melaksanakan suatu pelatihan fisik yaitu tahap pemanasan (warm-up) yang bertujuan untuk meningkatkan panas tubuh melalui metabolisme dalam sel otot yang terdiri dari peregangan (stretching), calisthenics, formal activity, dan tahap pendinginan (warm-down). Dalam penelitian ini intensitas pelatihan yang digunakan adalah 70%-80% dari denyut nadi optimal (DNO), dengan pertimbangan subjek penelitian ini adalah orang-orang yang belum menjadi atlet dalam aktivitas olahraga yang memiliki umur berkisar 16-18 tahun. Dengan intensitas tersebut tidak akan membahayakan bagi tubuh karena pelatihan diberikan berdasarkan denyut nadi optimal. Predominan sistem energi yang digunakan dalam pelatihan ini adalah sistem anaerob karena dalam pelatihan ini menggunakan daya ledak dan kecepatan gerak yang tinggi. Menurut Nala (1998:45) “intensitas latihan ini berdasarkan atas durasi atau lama aktivitas dan sistem energi yang digunakan. Yang dipergunakan sebagai patokan ukuran adalah frekuensi denyut jantung atau denyut nadi”.
Gerakan side hop, merupakan bagian dari gerakan hopping pada plaiometrik yaitu menekankan pada loncatan untuk ketinggian maksimum kearah vertical dan kecepatan maksimum gerakan kaki. Latihan ini menggunakan 2 buah kerucut dengan tinggi 35 cm. Selain itu gerakan side hop yang dilakukan secara berulang-ulang mengakibatkan stres pada komponen otot tungkai sehingga mengalami pembesaran otot yang disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot tungkai.maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan otot tersebut. Dengan meningkatnya kekuatan otot tungkai maka akan terjadi peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai. Latihan ini mengembangkan otot-otot meliputi (1) fleksi paha, melibatkan otot-otot Sartorius dan gracilis; (2) ekstensi lutut, melibatkan otot-otot vastus lateralis, tensor fascia, dan rectus femoris; (3) ekstensi paha dan refleksi tungkai, melibatkan otototot biceps femoris, semitendinosus, dan semimembranosus; (4) fleksi lutut dan kaki, melibatkan otot-otot gastrocnemius, peroneus longus, dan soleus; (5) aduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-otot glutes medius, gluteus minimus, dan adductor longus. (Furqon & Doewes 2002: 13) Box jumps adalah latihan meloncat ke atas balok kemudian turun kembali ke belakang seperti sikap awal dengan menggunakan kedua tungkai bersamasama. Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya ledak otot. Tinggi box yang dipakai yaitu 40 cm. Dimana latihan daya ledak otot tungkai juga digunakan untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan. Latihan ini sangat berguna untuk membangun kekuatan ledakan dan kekuasaan di tubuh bagian bawah. James C.R & Robert C.F, (dalam Hasan, 2014) menyatakan box jump adalah salah satu latihan dengan tujuan utama adalah untuk mengembangkan daya ledak otot tungkai atau explosive power. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) sesuatu yang dikenakan pada subjek penelitian Jenis eksperimen yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu (quasi experimental) yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Kadang di dalam suatu penelitian, karena satu dan lain hal, randominasi tidak dapat dilaksanakan, sebaliknya dipihak lain randominasi dapat dilakukan tetapi tidak dapat diperoleh kelompok kontrol (Kanca, 2010: 93). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan the nonrandomized control group pretest posttest design (Kanca, 2010: 55). Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bolavoli SMA Negeri 2 Mengwi tahun pelajaran 2015/2016. Total keseluruhan jumlah subjek penelitian 39 orang. Dari total jumlah subjek yang berjumlah 39 orang, dibentuk tiga kelompok yakni kelompok perlakuan side hop dengan jumlah 13 orang, kelompok perlakuan box jump 13 orang dan kelompok kontrol dengan jumlah 13 orang. Pembentukan kelompok ini dilakukan setelah mendapatkan data hasil tes awal dengan menggunakan teknik ordinal pairing (OP) yaitu pembagian kelompok berdasarkan peringkat hasil tes awal yang bertujuan untuk memperoleh kelompok dengan kemampuan yang homogen atau relatif sama atau mendekati sama. Berdasarkan rancangan penelitian di atas, maka pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut: subjek penelitian diberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal, adapun tes yang digunakan adalah jump md untuk mengetahui kemampuan daya ledak otot tungkai. Pelatihan plaiometrik side hop dan box jump dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 12 kali pelatihan dengan frekuensi 3 (tiga) kali dalam seminggu sehingga waktu yang diperlukan 4 (empat) minggu. Adapun hari pelaksanaan program pelatihan ini yaitu setiap hari selasa, kamis dan sabtu sore yaitu mulai pukul 16.0018.00 WITA. Tempat pelaksanaan program
pelatihan ini yaitu di lapangan umum Desa Munggu. Pada pelatihan ini akan terjadi peningkatan beban latihan secara bertahap (progressive) yaitu intensitasnya akan ditingkatkan setiap minggu sesuai dengan the step type approach system. HASIL Deskripsi data dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen jump md terdiri dari data prettes dan posttest. Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subjek penelitian diberikan pelatihan sedangkan data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan side hop. Pelatihan diberikan sebanyak 12 kali pelatihan. Data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan side hop diperoleh nilai rata-rata 71,46 dengan nilai tertinggi 83 nilai terendah 55 dan standar deviasi 8,373. Dari data tersebut kelompok perlakuan side hop terdapat peningkatan yang signifikan terhadap daya ledak otot tungkai. Deskripsi data dari hasil penelitian daya ledak otot tungkai dengan intrumen jump md terdiri dari data pre-test dan posttest yang diambil dari subjek penelitian. Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subjek penelitian diberikan pelatihan sedangkan data posttest diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan. Data post-test diambil setelah subjek penelitian diberikan pelatihan. Pelatihan box jump diberikan sebanyak 12 kali pelatihan. Deskripsi data hasil post-test power otot tungkai pada kelompok perlakuan box jump diperoleh nilai rata-rata 62,23 dengan nilai tertinggi 72 nilai terendah 46 dan standar deviasi 8,833. Dari data kelompok perlakuan box jump tersebut terdapat peningkatan yang signifikan terhadap daya ledak otot tungkai. Deskripsi data hasil post-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 51,62 dengan nilai tertinggi 60 nilai terendah 37 dan standar deviasi 6.172. Dari data pre-test dan posttest pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan yang signifikan terhadap daya ledak otot tungkai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1,2 dan 3.
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) Tabel 1. Data Hasil Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai pada Kelompok Perlakuan Pelatihan side hop. Variable Jumlah Subjek Mean Median Mode Std. Deviation Variance Range Minimum Maximum Sum
Prettes 13 52,69 52,00 41 8,077 65,231 32 41 73 685
Posttes 13 71,46 74,00 77 8,373 70,103 28 55 83 929
Data 2. Data Hasil Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai pada Kelompok Perlakuan Pelatihan Box Jump. Variable Jumlah Subjek
Prettes 13
Posttes 13
Mean Median Mode Std. Deviation Variance
52,15 52,00 50 7,482 55,974
62,23 63,00 46 8,833 78,026
Range Minimum Maximum
30 39 69
26 46 72
Sum
678
809
Tabel 3. Data Hasil Penelitian Daya Ledak Otot Tungkai pada Kelompok Kontrol. Variable Jumlah Subjek
Prettes 13
Posttes 13
Mean
51,69
51,62
Median Mode
51,00
51,00
50,00
51
Std. Deviation Variance
6,142
6,172
37,731
38,090
Range
23,00
23
Minimum Maximum
37,00
37
60,00
60
Sum
672,00
671
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) Pengujian terhadap normalitas data penelitian dilakukan pada data post test dari data daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan side hop, box jump dan kelompok kontrol yang menggunakan uji lilliefors dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi 95% (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusannya,
yaitu jika signifikansi yang diperoleh > (sig > 0,05), maka subjek berdistribusi normal. Sebaliknya, jika signifikansi yang diperoleh < , maka subjek bukan berdistribusi normal. Rangkuman hasil uji normalitas data tersebut dapat dilihat pada table 4.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data
Sumber Data Daya Ledak Otot Tungkai Kelompok side hop Daya Ledak Otot Tungkai Kelompok box jump Daya Ledak Otot Tungkai Kelompok Kontrol
Lilliefors Kolmogorov-Smirnov Statistik df Sig. Hitung
Keterangan
0.168 13
0.200*
Normal
0.163 13
0.200*
Normal
0.125 13
0.200*
Normal
Dari hasil uji normalitas data yang menggunakan uji lilliefors dengan bantuan program statistic product service solution (SPSS) 16.0, untuk kelompok pelatihan side hop diperoleh hasil statistik sebesar 0,168 dengan signifikansi 0.200, sedangkan untuk kelompok box jump diperoleh hasil statistik sebesar 0,163 dengan signifikansi 0,200, dan pada kelompok kontrol diperoleh hasil statistik sebesar 0,125 dengan signifikansi 0,200. Berdasarkan kriteria pengujian tersebut di atas, dari analisis data nampak bahwa daya ledak otot tungkai ketiga kelompok memiliki nilai signifikansi hitung lebih besar dari pada α (0,05). Jadi data dari ketiga kelompok berdistribusi normal.
Uji homogenitas data dilakukan terhadap data post-test dari data daya ledak otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan side hop, box jump dan kelompok kontrol yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi levene lebih besar dari pada α (sig > α), maka variasi sampel adalah sama (homogen). sedangkan jika signifikansi levene lebih kecil dari pada α (sig < α) maka variasi sampel tidak sama (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 untuk uji homogenitas data dapat dilihat pada table 5.
Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Data
Sumber Data jump_md
Jumlah Kel.
Levene Statistik df1
Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
Dari hasil uji homogenitas data yang menggunakan uji levene dengan bantuan
1,277 ,998 ,998 1,207
df2
2 36 2 36 2 34,451 2 36
Sig. Ket. Hitung ,291 ,379 ,379 ,311
program statistic product service solution (SPSS) 16.0, diperoleh nilai uji 1,277
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) dengan signifikansi 0,291 untuk variabel daya ledak otot tungkai. Berdasarkan kriteria pengujian tersebut diatas, nilai signifikansi hitung 0,291 > 0,05, sehingga data yang diuji berasal dari data homogen Dari hasil analisis uji prasyarat, data post-test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Uji T-independent test bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dari pelatihan side hop dan box jump. Hasil analisis menggunakan uji t-independent kelompok side hop dengan kelompok kontrol diperoleh nilai thitung 6,879 dengan signifikansi hitung 0,000 < 0,05, sedangkan kelompok box jump
dengan kelompok kontrol diperoleh hasil thitung 3,552 dengan signifikansi hitung 0,002 < 0,05 dengan demikian hipotesis “pelatihan side hop dan box jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai diterima. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 6. Sedangkan untuk menguji ada tidaknya perbedaan pengaruh side hop dan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot digunakan uji F (one way anova) dan uji LSD dengan taraf signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan statistic product service solution (SPSS) 16.0.
Tabel 6. Hasil Uji T-Independent Test Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df daya_ledak Equal variances 2,115 ,159 6,879 24 assumed Equal variances 6,879 22,068 not assumed
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
,000 19,84615
2,88487 13,89207 25,80024
,000 19,84615
2,88487 13,86436 25,82794
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Sig. t df daya_ledak Equal variances 1,927 ,178 3,552 24 assumed Equal variances 3,552 21,461 not assumed
t-test for Equality of Means Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
,002
10,61538
2,98864 4,44714 16,78363
,002
10,61538
2,98864 4,40830 16,82247
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) Tabel 7. Hasil Uji One Way Anova
Sum of Squares
Df
Mean Square
Between Groups
2564,308
2
1282,154
Within Groups
2234,615
36
62,073
Total
4798,923
38
Hasil uji one way anova data daya ledak otot tungkai diperoleh nilai Fhitung sebesar 20,656 dengan nilai signifikansi
(I) Kelompok
Side Hop
Box Jump
Kontrol
F
Signifikansi
20,656
.000
sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan pengaruh dari masing-masing kelompok.
Tabel 8. Hasil Uji LSD (least significant difference ) 95% Confidence Mean Interval (J) Std. Difference Sig. Kelompok Error Lower Upper (I-J) Bound Bound Box Jump Kontrol Side Hop Kontrol Side Hop Box Jump
9,231*
3,090
,005
2,96
15,50
*
3,090
,000
13,58
26,11
*
3,090
,005
-15,50
-2,96
*
3,090
,002
4,35
16,88
-19,846*
3,090
,000
-26,11
-13,58
-10,615*
3,090
,002
-16,88
-4,35
19,846
-9,231 10,615
Hasil uji least significant difference (LSD) diperoleh perbedaan nilai signifikansi untuk semua kelompok yaitu untuk kelompok side hop sebesar 0,00, kelompok box jump sebesar 0,02 dan kelompok kontrol sebesar 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada semua kelompok. Selanjutnya, dilihat dari hasil mean difference daya ledak otot tungkai diperoleh perbandingan kelompok pelatihan side hop lebih besar dibandingkan dengan kelompok pelatihan box jump 9,231* dan kelompok pelatihan side hop lebih besar dibandingkan kelompok kontrol sebesar 19,846*. Hasil mean difference dari kelompok pelatihan box jump lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan side hop sebesar -9,231* dan kelompok pelatihan box jump lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 10,615*. Sedangkan hasil mean difference pada kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan pelatihan side hop sebesar -19,846* dan
kelompok kontrol lebih kecil dibandingkan kelompok pelatihan box jump sebesar 10,615* . Jadi, dari hasil uji least significant difference (LSD) maka pelatihan side hop mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai daripada pelatihan box jump dengan hasil mean difference sebesar 9,231*. PEMBAHASAN Secara teoritis hasil pelatihan side hop berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: side hop merupakan gerakan dari hopping yang menekankan loncatan ke samping melewati kerucut yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kecepatan maksimal gerakan kaki. Hal ini yang mengakibatkan kontraksi otot-otot yang melekat pada tungkai akan beradaptasi dalam artian akan terbiasa
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) untuk berkontraksi cepat sehingga salah satu unsur untuk melatih daya ledak yaitu kecepatan sudah terdapat dalam gerakan pelatihan side hop ini dan pada akhirnya akan terjadi pengaruh pada daya ledak otot tungkai. Selain itu gerakan side hop yang dilakukan secara berulang-ulang mengakibatkan stres pada komponen otot tungkai sehingga akan mengalami pembesaran otot atau hipertropi. Pembesaran otot ini disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot. Melalui peningkatan dalam ukuran dan jumlah selsel serta serabut-serabut otot tungkai, maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan otot tersebut. Dengan meningkatnya kekuatan otot tungkai maka akan terjadi peningkatan terhadap daya ledak otot tungkai. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh imade widartayasa dengan judul “pengaruh pelatihan side hop dan double leg bound terhadap daya ledak otot tungkai” (widartayasa,2014). Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa pelatihan side hop dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai bawah. Secara teoritis hasil pelatihan box jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: box jump merupakan gerakan naik ke atas box dan turun kembali kebelakang secepat mungkin seperti sikap awal dengan menggunakan kedua kaki secara bersama-sama dan dilakukan secara berulang-ulang. Dalam pelaksanaannya, box jump tidak memerlukan ruangan yang luas dan juga alat yang digunakan sederhana. Saat melakukan gerakan ini, dianjurkan untuk melakukan dipermukaan yang datar dan rata serta menggunakan sepatu yang ringan dan alas yang baik untuk mengurangi resiko terjadinya cidera. Dengan gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang akan mengakibatkan kontraksi otot-otot seperti pembesaran otot atau hipertropi otot, peningkatan ukuran sel-sel otot, Melalui peningkatan dalam ukuran dan jumlah sel-sel serta serabutserabut dan bertambahnya diameter serabut otot, maka akan menambah atau meningkatkan kekuatan otot serta dengan
gerakan yang cepat akan mengakibatkan otot untuk beradaptasi melakukan kontraksi cepat sehingga terdapat unsur yang dapat meningkatkan daya ledak otot tungkai. Latihan melibatkan otot-otot seperti otot pantat, paha, lutut, betis, femoralis, gastrocnemius, abductor dan ankle. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh mukhamad nurudin dengan judul “pengaruh latihan ropeskipping dan box jump terhadap kemampuan menggiring bola pemain ssb” (Januar, 2013). Secara teoritis hasil penelitian ada perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop dengan box jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dapat dijelaskan sebagai berikut: menurut Sukadiyanto, (2005: 6) mengemukakan bahwa pelatihan adalah penerapan dari suatu rencana untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pelatihan juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan fisik atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologi dan psikologi tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala 1998: 1). Pelatihan side hop dan pelatihan box jump memiliki mekanisme gerakan yang hampir sama yaitu gerakan meloncat, namun yang membedakan adalah gerakan side hop memerlukan tenaga yang lebih banyak karena mekanisme gerakannya adalah melakukan loncatan dengan posisi menyamping dan menjaga keseimbangan saat meloncat. Lain halnya dengan pelatihan box jump mekanisme gerakannya tidak bervariasi atau hanya satu arah yaitu dengan cara meloncat ke atas box. Dengan gerakan yang dilakukan secara berulangulang dan cenderung monoton mengakibatkan terjadinya respon fisiologis berupa peningkatan jumlah dan ukuran dari sel-sel serta serabut-serabut otot, pembesaran pada otot atau hipertropy otot
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) sehingga terjadi peningkatan daya otot tungkai. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan pelatihan side hop dan box jump berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan nilai signifikansi 0.000 < taraf signifikansi 0.05 pada peserta ekstrakurikuler bolavoli di SMA Negeri 2 Mengwi Tahun Pelajaran 2015/2016. Dan terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan side hop dengan box jump, dimana pelatihan side hop lebih berpengaruh dibandingkan pelatihan box jump dengan perbandingan nilai sebesar 9,231. SARAN Berdasarkan penelitian ini, dapat disarankan kepada pelatih, pembina olahraga, siswa dan peneliti disarankan dapat menggunakan side hop dan box jump sebagai salah satu pelatihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: RENIKA CIPTA. Ayuningtyas, D.P, dkk.2015. Pengaruh Latihan Side Hop dan Jump to Box terhadap power tungkai. Unnes Journal of Sport Science 4 (1). Tersedia pada http://journal.unnes.ac.id/sju/index.p hp/ujss. (diakses pada Kamis, 4 Februari 2016) Bompa, Tudor. 2009. Periodization Theory and Methodology of Training. Kanada: Human Kinetics. Chu, D.A. 1992. Jumping Into Plyometrics. California: Leisure Press Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: C.V. Tambak Kusuma.
Irianto,
Djoko Pekik. 2002. Dasar Kepelatihan. Yogyakarta: Surat Perjanjian Pelaksanaan Penulisan Diktat.
Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta. LPP UNS dan UNS Pres. Kanca, 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik Terhadap Absoersi Karbohidrat dan Protein di Usus Halus. Disertasi (tidak diterbitkan). Surabaya: Program Pasca Sarjana UNAIR --------,
2006. Metodelogi Penelitian Keolahragaan. Singaraja. Fakultas Olahraga dan Kesehatan UNDIKSHA.
--------, 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Mansur, 2009. Pelatihan Pelatih Fisik Level 2. Jakarta: Asdep Pengembangan Tenaga dan Pembina Olahraga. M.
Furqon. 2002. Plaiometrik untuk meningkatkan power. Surakarta: Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
Nala, Ngurah. 1988. Kesegaran Jasmani. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widhya Laksana. ------, 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: UNUD N. Agustina, 2013. Perbandingan Pengaruh Latihan Box Jump dan Latihan Depth Jump terhadap Daya Ledak Otot Tungkai pada Tim Voli Putra Mahasiswa Pendidikan Olahraga Universitas Riau. (diakses pada Kamis, 4 Februari 2016). Nurudin, M. 2015. Pengaruh Latihan RopeSkipping dan Box Jumps Terhadap Kemampuan Menggiring Bola
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016) Pemain SSB. Unnes Journal of Sport Science 4 (1) hal 50-59. Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Latihan Metodelogi Melatih Fisik. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. Sajoto.
1995. Perkembangan dan Pembinaaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Price.
Widarta, I Made. 2014. Pengaruh Pelatihan Plaiometrik Side Hop dan Doble Leg Bound terhadap Daya Ledak (power) Otot Tungkai. Tersedia pada http://journal.undiksha.ac.id/index.ph p/JJl. (diakses pada Kamis, 4 Februari 2016) Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta. PT Bumi Timur Jaya. Widjaja, Surya. 1998. The Anatomy of Motion. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Yoda, I Ketut. 2006. Buku Ajar Peningkatan Kondisi Fisik. (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
e-Journal Ilmu Keolahragaan Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Keolahragaan (Volume I Tahun 2016)