PENGARUH PERASAN BUAH LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.) TERHADAP KADAR MALONDIALDEHID (MDA) MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN (STZ) Soyadesita, Betty Lukiati, Nugrahaningsih Program Studi Biologi, FMIPA e-mail:
[email protected] Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Indonesia ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perasan buah labu siam terhadap kadar malondialdehid (MDA) pada pankreas dan hepar mencit. Mencit diabetes diperoleh dengan injeksi multiple low dose streptozotocin (MLD-STZ) 20mg/kgBB secara intraperitoneal selama lima hari berturut-turut. Pada penelitian ini mencit dibagi menjadi 6 kelompok masingmasing 4 ulangan (mencit normal sebagai kontrol negatif, mencit yang diinjeksi MLD-STZ tanpa terapi sebagai kontrol positif, dan kelompok tikus yang diinjeksi MLD-STZ dan diterapi dengan perasan buah labu siam dengan dosis yang berbeda, yaitu 121, 242, 363, dan 484 mg/20gBB yang diberikan secara oral selama 14 hari berturut-turut). Pada akhir perlakuan semua mencit dibedah dan diambil organ pankreas dan heparnya untuk diukur kadar malondialdehid (MDA). Pemeriksaan kadar MDA menggunakan metode Thiobarbituric Acid Reactive Substances (TBARS) dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 532 nm. Kadar MDA dianalisis dengan analisis varian satu arah dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (α=0,05). Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian perasan buah labu siam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar MDA pankreas dan hepar mencit hasil induksi MLD-STZ. Dosis perasan buah labu siam yang dapat menurunkan kadar MDA pankreas dan hepar paling baik adalah 121mg/20gBB meskipun tidak secara signifikan. Kata kunci: perasan Sechium edule (Jacq.) Sw., diabetes mellitus tipe 1, malondialdehid, streptozotocin, mencit ABSTRACT: The objectives of this research was to examine the effect of Sechium edule (Jacq.) Sw. squash to decrease pancreas and hepar malondialdehyde (MDA) levels in streptozotocin-induced mices. Diabetic mices were obtain by intraperitoneally injected the mices with 20mg/kgBW multiple low dose streptozotocin (MLD-STZ) for 5 days. In this research, mices were divided into 6 treatments groups with 4 replications (normal mices as negative control, streptozotocin-induced mices as positive control, and streptozotocininduced mices with orally treated Sechium edule (Jacq.) Sw. squash with varying doses of 121, 242, 363, and 484 mg/20gBW). Mices in each group were sacrifices and dissected at the end of the treatment. Pancreas and hepar were collected for MDA level measured. Malondialdehyde level was measured by spectrophotometer UV-Vis at a wavelength of 532 nm using Thiobarbituric Acid Reactive Substances (TBARS) method. Malondialdehyde level were analyzed using one way ANOVA and continued with LSD test (α=0,05). The results showed that Sechium edule (Jacq.) Sw. squash influences pancreas and hepar MDA levels (P<0,05) on mice which induced by STZ. Dose 121mg/kgBW of Sechium edule (Jacq.) Sw. squash can reduce MDA levels but not significantly. Keywords: Sechium edule (Jacq.) Sw. squash, diabetes mellitus type 1, malondialdehyde, streptozotocin, mice
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia akibat kurangnya sekresi hormon insulin. Diabetes mellitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) merupakan diabetes yang terjadi karena kekurangan insulin secara absolut. Diabetes mellitus tipe 1 menyerang anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Penderita dinyatakan mengalami diabetes jika kadar glukosa darah puasanya ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L), atau kadar glukosa darah dua jamnya ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L) (American Diabetes Association (ADA), 2013). Penderita diabetes di seluruh dunia sebanyak 171 juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030 (Bilous & Donelly, 2014). Penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan sebanyak 8,4 juta dan diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (World Health Organization (WHO), 2016). Pengobatan penyakit DM dibutuhkan dalam waktu lama bahkan seumur hidup (Andayani, 2006). Pengobatan DM dapat dilakukan dengan penggantian insulin melalui subkutan secara multiple, maupun terapi transplantasi sel pankreas, namun hasilnya kurang memuaskan (Bilous & Donelly, 2014). Obat kimia antidiabetes oral golongan sulfonilurea, meglitinida, dan biguanida memiliki efek samping selain menyembuhkan DM (Muchid, et. al., 2005; Dharmayudha & Anthara, 2013). Pengobatan penyakit diabetes dengan memanfaatkan bahan alami saat ini mulai berkembang, karena bahan alami dianggap tidak menimbulkan efek negatif bagi tubuh jika dibandingkan obat yang menggunakan bahan kimia (Aurelia, 2006; Dharmayudha & Anthara, 2013). Pengobatan DM menggunakan bahan alami yang telah diteliti antara lain menggunakan ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness) (Yulinah, et. al., 2001), ekstrak etanol buah naga daging putih (Hylocereus undatus) (Dharmayudha & Anthara, 2013), ekstrak etanol kulit batang kayu manis (Cinamomum burmanii) (Alusinsing, et. al., 2014). Bahan alami lain yang dapat digunakan sebagai terapi DM yaitu labu siam. Penelitian menggunakan buah labu siam untuk menurunkan kadar glukosa darah yang telah dilakukan antara lain oleh Mashfufah (2010), Putri (2012), dan Lukiati, et. al. (2014). Labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia karena biasa dikonsumsi sebagai sayur. Pada penderita DM, kadar radikal bebas dalam tubuh biasanya meningkat. Peningkatan radikal bebas menyebabkan stres oksidatif yang memicu peningkatan peroksidasi lipid pada membran sel yang menghasilkan malondialdehid (MDA). Kadar MDA dapat digunakan sebagai indikator adanya radikal bebas dalam tubuh (Quijano, 2004). Penelitian ini akan mengungkap potensi perasan buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) sebagai bahan terapi untuk menurunkan kadar malondialdehid pankreas dan hepar mencit yang diinduksi multiple low dose streptozotocin (MLD-STZ). METODE Penelitian ini dilakukan pada Bulan Oktober 2015 – Januari 2016. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Kandang Pemeliharaan Hewan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Pengukuran kadar malondialdehid (MDA) dilakukan di Laboratorium Ilmu Faal Universitas Brawijaya Malang.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu parutan kelapa, neraca digital, saringan tahu, gelas ukur 10ml, beaker glass 100ml, pipet tetes, suntikan (syringe) steril 1 dan 3 ml, feeding tube, kandang hewan coba, tempat minum mencit, alat bedah, papan bedah, mortar dan pistil, mikropipet, white tip, yellow tip, blue tip, tabung eppendorf, vortex, incubator Binder, microcentrifuge 200 Hettich, dan spektrofotometer UV-Vis 1601 Shimadzu. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) yang diperoleh dari UPT Materia Medica Batu; berwarna hijau muda; dan dalam usia panen (±1-2 bulan), mencit (Mus musculus) jantan galur Balb/c; berat 20±2 gram; umur 8-10 minggu yang diperoleh dari Laboratorium Biosains Universitas Brawijaya Malang, streptozotocin (STZ), pakan pellet susu A, serbuk kayu, larutan Phosphate Buffer Saline (PBS), larutan kit MDA, akuades, trichloroacetic acic (TCA) 20%, HCl 1N, Na-Thio TBA 1%, NaCl 0,9%, balok es. Prosedur Persiapan dan Perlakuan Hewan Coba Penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit jantan. Mencit diaklimatisasi selama 14 hari, selanjutnya dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok K(kontrol negatif: mencit normal dengan pemberian akuades); K+ (kontrol positif: mencit yang diinjeksi MLD-STZ dengan pemberian akuades); P1, P2, P3, dan P4 (mencit diinjeksi MLD-STZ dengan pemberian 121, 242, 363, dan 484 mg/20gBB perasan buah labu siam). Masing-masing kelompok sebanyak 4 ulangan. Dosis perasan buah labu siam yang digunakan yaitu berdasarkan penelitian Mashfufah (2010) yang dimodifikasi. Perasan buah labu siam sebagai bahan terapi diperoleh dengan cara buah labu siam diparut, kemudian disaring menggunakan saringan tahu. Mencit K+, P1, P2, P3, dan P4 diinjeksi MLD-STZ dengan dosis 20 mg/kg BB (Dewi, et. al., 2013) secara intraperitoneal selama lima hari berturut-turut hingga mengalami kenaikan kadar glukosa darah. Terapi perasan buah labu siam diberikan secara oral satu kali sehari selama 14 hari berturut-turut. Hewan coba diukur kadar glukosa darahnya menggunakan glukometer sebanyak tiga kali yaitu sesudah aklimatisasi, sesudah injeksi MLD-STZ selama lima hari, dan sesudah pemberian perasan buah labu siam selama 14 hari. Mencit didislokasi dan dibedah pada akhir perlakuan, selanjutnya diambil organ pankreas dan heparnya untuk pengukuran kadar Malondialdehid (MDA). Prosedur Pembuatan Kurva Standar Malondialdehid Kurva standar MDA digunakan sebagai patokan pengukuran kadar MDA pankreas dan hepar hewan coba, dari kurva standar diperoleh persamaan regresi linier. Prosedur pembuatan kurva standar MDA yaitu larutan standar MDA dengan konsentrasi 16,125; 31,25; 62,5; 125; 250; 500; 1000; dan 2000 μg/mL diambil masing-masing 200 μL, dimasukkan dalam tabung eppendorf yang berbeda. Ditambahkan 200 μL TCA 20%, 200 μL Na-Thio TBA 1%, 1000 μL aquades, dan 200 μL HCl 1N. Dihomogenkan dengan vortex. Diinkubasi dalam incubator dengan suhu 95°C selama 30 menit. Didinginkan pada suhu ruangan. Diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm, kemudian dibuat kurva standar MDA.
Prosedur Pengukuran Kadar Malondialdehid menggunakan Uji Thiobarbituric Acid Reactive Substances (TBARS) Organ pankreas dan hepar segar masing-masing 100 mg dipotong kecilkecil lalu digerus menggunakan mortar pada kondisi dingin dengan diletakkan di atas balok es. Ditambahkan 1 mL NaCl 0,9 %. Homogenat dipindahkan dalam tabung eppendorf dan disentrifugasi pada kecepatan 8000 rpm selama 20 menit dan diambil supernatannya dan dipindahkan ke tabung eppendorf baru. Supernatan sebanyak 200 µL ditambahkan dengan 200 µL TCA 20%, 200 µL NaThio TBA 1%, 1000 µL akuades, dan 200 µL HCl 1N pada setiap penambahan reagen larutan dihomogenkan dengan vortex. Diinkubasi pada incubator dengan suhu 95°C selama 30 menit kemudian dibiarkan pada suhu ruang hingga dingin. Disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit. Sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm dan diplotkan pada kurva standar yang telah dibuat untuk menghitung konsentrasi sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Glukosa Darah Hasil pengukuran selisih rerata kadar glukosa darah menunjukkan bahwa mencit normal (K-) mengalami penurunan kadar glukosa darah sebanyak 13,75mg/dL. Pada mencit yang diinjeksi MLD-STZ tanpa terapi perasan buah labu siam (K+) mengalami kenaikan kadar glukosa darah sebanyak 9mg/dL. Mencit yang diinjeksi MLD-STZ dan diterapi perasan buah labu siam dosis 121, 242, 363, 484mg/20gBB (P1, P2, P3, dan P4) masing-masing mengalami penurunan kadar glukosa darah berturut-turut sebanyak 53, 17, 30, dan 15mg/dL (Tabel 1). Tabel 1. Rerata Selisih Kadar Glukosa Darah Mencit Sebelum dan Sesudah Terapi Perasan Buah Labu Siam
Perlakuan
Selisih Kadar Glukosa Darah (mg/dL)
K- (normal) K+ (diabetes) P1 (121mg/20gBB) P2 (242mg/20gBB) P3 (343mg/20gBB) P4 (484mg/20gBB)
-13,75 +9 -53 -17 -30 -15
Keterangan: tanda + artinya mengalami kenaikan kadar glukosa darah, tanda - artinya mengalami penurunan kadar glukosa darah, K- : tanpa injeksi MLD-STZ dan tanpa terapi perasan buah labu siam K+ : tanpa terapi perasan buah labu siam
Kadar Malondialdehid (MDA) Pankreas Mencit yang diijeksi MLD-STZ (K+) memiliki rerata kadar MDA pankreas lebih tinggi dari mencit diabetes yang diterapi perasan buah labu siam dosis 121mg/20gBB (P1) (Gambar 1). Mencit K+ juga mengalami kenaikan kadar glukosa darah (Tabel 1). Hal tersebut diduga karena streptozotocin sebagai senyawa diabetogenik menyebabkan mencit mengalami kenaikan kadar glukosa darah. Kenaikan kadar glukosa darah tersebut diduga diakibatkan rusaknya sel β
pankreas akibat streptozotocin (Szkuldelski, 2001). Streptozotocin juga akan meningkatkan stress oksidatif (Goud, et. al., 2015) yang selanjutnya dapat meningkatkan kadar MDA (Quijano, 2004). Mencit yang diterapi perasan buah labu siam 121mg/20gBB (P1) memiliki kadar MDA pankreas paling rendah (Gambar 1). Rendahnya kadar MDA pada pankreas mencit P1 mengindikasikan bahwa jumlah radikal bebas berkurang. Buah labu siam mengandung senyawa antioksidan yaitu flavonoid (Mukminin, 2016). Flavonoid akan mengikat nitrogen oksida (NO) sehingga kadar radikal bebas menurun (Cotelle, 2001). Kadar MDA pankreas mencit yang diterapi perasan buah labu siam dosis 242, 363, dan 484mg/20gBB (P2, P3, dan P4) lebih tinggi dari K+ (Gambar 1). Perasan buah labu siam dosis P2, P3, dan P4 meskipun dapat menurunkan kadar glukosa darah (Tabel 1) ternyata belum mampu menurunkan kadar MDA pada pankreas. Hal tersebut diduga karena efek negatif dari bahan alami yang diberikan dalam jumlah yang besar, karena bahan alami mengandung sekitar 400 campuran senyawa kimia (George, 2011), namun diperlukan penelitian lebih lanjut. Senyawa flavonoid yang terkandung dalam buah labu siam (Mukminin, 2016) termasuk dalam golongan senyawa fenol (Vermerris & Nicholson, 2008). Senyawa kimia fenol terdapat hampir disemua tanaman. Senyawa fenol dapat menyebabkan kerusakan DNA, mutasi kromosom, dan bersifat karsinogen jika dikonsumsi terus-menerus setiap hari (George, 2011). Senyawa fenol yang berlebihan ini diduga menyebabkan kerusakan DNA pada gen-gen yang mengkode enzim yang mengatur metabolisme malondialdehid (MDA). Efek sinergis antarsenyawa menghasilkan toksisitas yang lebih tinggi dibandingkan jika senyawa tersebut bekerja sendiri, sebaliknya efek antagonis menghasilkan toksisitas yang semakin rendah. Efek sinergis terjadi lebih sering pada tanaman dibandingkan efek antagonis (Nelson & Kursar, 1999). Toksisitas tinggi tersebut diduga menyebabkan kerusakan sel β pankreas, sehingga akan meningkatkan kadar MDA pada mencit P2, P3, dan P4.
Kadar Malondialdehid (MDA) Pankreas 1400 1200
1126.6abc
1088.8ab
1022.3a
1109.8ab
1163.8bc
1245.3c
1000
Kadar Malondialdehid (MDA) Pankreas
800 600 400 200 0 K-
K+
P1
P2
P3
P4
Gambar 1. Diagram Rerata Kadar Malondialdehid (MDA) Pankreas
Data kadar MDA pankreas selanjutnya dianalisis statistik menggunakan analisis varian satu arah. Hasil analisis statistik kadar MDA pankreas dengan ANOVA satu arah menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 3,260 > Ftabel 3,056 dengan signifikasi 0,029. Hal tersebut berarti bahwa pemberian perasan buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) berpengaruh nyata terhadap kadar malondialdehid (MDA) pankreas mencit (Mus musculus) yang diinduksi MLDSTZ (Tabel 2). Uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) selanjutnya dilakukan untuk mengetahui perbedaan antarperlakuan dari hasil penelitian. Tabel 2. Ringkasan ANOVA Kadar Malondialdehid (MDA) Pankreas
Kadar MDA Pankreas
Jumlah Kuadrat
db
Perlakuan Galat Total
112246.507 123942.363 236188.870
5 18 23
Rerata Kuadrat 22449.301 6885.687
Fhitung
Ftabel 5%
Sig.
3.260
3.056
0.029
Hasil uji BNT kadar MDA pankreas menunjukkan bahwa perasan buah labu siam dosis P1 dan P2 tidak berbeda pengaruhnya dari K- dan K+. Perasan buah labu siam dosis P2 dan P3 tidak berbeda pengaruhnya dari K- dan K+. Perasan buah labu siam dosis P3 dan P4 tidak berbeda pengaruhnya dari K-. Perasan buah labu siam dosis P4 berbeda secara nyata pengaruhnya dari K+, hal tersebut menunjukkan bahwa perasan buah labu siam dosis P4 dapat menaikkan kadar MDA pankreas secara signifikan. Rerata kadar MDA pankreas yang paling rendah yaitu mencit yang diterapi perasan buah labu siam 121 mg/20gBB (P1). Perasan buah labu siam dosis P1 cenderung lebih baik dibandingkan dosis yang lain untuk menurunkan kadar MDA pada pankreas (Gambar 1). Kadar Malondialdehid (MDA) Hepar Kadar MDA pada hepar mencit K-, K+, P1, P2, P3, dan P4 lebih rendah dari kadar MDA pankreas. Hal tersebut diduga karena ekspresi Glucose Transporter 2 (GLUT-2) yang merupakan transporter glukosa pada hepar lebih sedikit daripada di sel β pankreas (Vilarnau & Juez, 2012). Hasil pengukuran kadar MDA hepar mencit normal (K-) lebih rendah dari K+, P1, P2, P3, dan P4 (Gambar 2). Mencit K- tidak diinjeksi MLD-STZ sehingga memiliki kadar MDA hepar paling rendah. Mencit yang diinjeksi MLD-STZ (K+) memiliki kadar MDA hepar lebih tinggi dari mencit P1, P2, dan P3 (Gambar 2). Hal tersebut diduga karena mencit K+ diinjeksi MLD-STZ yang merupakan senyawa diabetogenik tanpa terapi perasan buah labu siam, sehingga meningkatkan kadar glukosa darah. Peningkatan kadar glukosa darah diduga akibat kerusakan sel β pankreas oleh STZ (Szkuldelski, 2001). Streptozotocin juga akan meningkatkan stress oksidatif (Goud, et. al., 2015) yang selanjutnya dapat meningkatkan kadar MDA (Quijano, 2004). Mencit yang diterapi perasan buah labu siam 121 mg/20gBB, 242 mg/20gBB, dan 363 mg/20gBB (P1, P2, dan P3) (Gambar 2). Kadar MDA pada hepar mencit P1, P2, dan P3 rendah diduga karena buah labu siam mengandung senyawa flavonoid yang merupakan antioksidan (Mukminin, 2016). Senyawa
antioksidan tersebut akan mengikat NO yang selanjutnya menurunkan kadar radikal bebas (Cotelle, 2001). Mencit yang diterapi perasan buah labu siam dosis 484 mg/20gBB (P4) memiliki kadar MDA hepar paling tinggi dibandingkan dosis terapi yang lain (Gambar 2). Perasan buah labu siam dosis P4 meskipun dapat menurunkan kadar glukosa darah (Tabel 1) namun ternyata belum mampu menurunkan kadar MDA pada hepar. Hal tersebut diduga akibat adanya efek sinergis antarsenyawa yang ada pada perasan buah labu siam, sehingga menghasilkan toksisitas yang tinggi (Nelson & Kursar, 1999), namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Kadar Malondialdehid (MDA) Hepar 600
573.8b
580 560 540
537.3a 516.4a
519.8a
519.8a
520.3a
P1
P2
P3
Kadar Malondialdehid (MDA) Hepar
520 500 480 460 K-
K+
P4
Gambar 2. Diagram Rerata Kadar Malondialdehid (MDA) Hepar
Data kadar MDA hepar selanjutnya dianalisis statistik menggunakan analisis varian satu arah. Hasil analisis statistik kadar MDA hepar dengan ANOVA satu arah menunjukkan bahwa nilai Fhitung 3,704 > Ftabel 3,056 dengan signifikasi 0,018. Hal tersebut berarti bahwa pemberian perasan buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) berpengaruh nyata terhadap kadar malondialdehid (MDA) hepar mencit (Mus musculus) yang diinduksi STZ (Tabel 3). Uji BNT selanjutnya dilakukan untuk mengetahui perbedaan antarperlakuan dosis perasan buah labu siam. . Tabel 3. Ringkasan ANOVA Kadar Malondialdehid (MDA) Hepar
Kadar MDA Hepar
Jumlah Kuadrat
db
Perlakuan Galat Total
9797.902 9521.750 19319.652
5 18 23
Rerata Kuadrat 1959.580 528.986
Fhitung
Ftabel 5%
Sig.
3.704
3.056
0.018
Hasil uji lanjut BNT kadar MDA hepar menunjukkan bahwa perasan buah labu siam dosis 121 mg/20gBB, 242 mg/20gBB, dan 363 mg/20gBB (P1, P2, dan
P3) tidak berbeda pengaruhnya dari mencit K- dan K+. Perasan buah labu siam dosis 484 mg/20gBB (P4) berbeda pengaruhnya secara nyata dari K+, hal tersebut menunjukkan bahwa dosis P4 secara signifikan dapat menaikkan kadar MDA pada hepar. Perasan buah labu siam dosis 121, 242, dan 363mg/20gBB (P1, P2 dan P3) dapat menurunkan kadar MDA hepar meskipun tidak secara signifikan. Perasan buah labu siam dosis P1, P2, dan P3 dapat menurunkan kadar MDA hepar lebih baik daripada kadar MDA pankreas. Perasan buah labu siam dosis P1 dan P2 cenderung lebih baik dibandingkan dosis yang lain untuk menurunkan kadar MDA pada hepar (Gambar 2). PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pemberian perasan buah labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar malondialdehid (MDA) pankreas dan hepar mencit (Mus musculus) hasil induksi Streptozotocin (STZ). Perasan buah labu siam dosis P1 cenderung lebih baik dibandingkan dosis yang lain untuk menurunkan kadar MDA pada pankreas. Perasan buah labu siam dosis P1 dan P2 cenderung lebih baik dibandingkan dosis yang lain untuk menurunkan kadar MDA pada hepar. DAFTAR RUJUKAN Alusinsing, G., Bodhi, W. & Sudewi, S. 2014. Uji Efektifitas Kulit Batang Kayu Manis (Cinamomum burmanii) terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi, 3 (3): 273-278. American Diabetes Association. 2013. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 36 (1): 67-74. Andayani, T. M. 2006. Analisis Biaya Terapi Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia, 17 (3): 130-135. Aurelia. 2006. Pengaruh Pemberian Rebusan Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag pada Mencit Balb/c yang Diinfeksi Salmonella typhimurium. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Universitas Diponegoro. Bilous, R. & Richard, D. 2014. Buku Pegangan Diabetes. Jakarta: Bumi Medika. Cotelle, N. 2001. Role of Flavonoids in Oxidative Stress. Current Topics in Medicinal Chemistry, 1 (6): 569-590. Dewi, D. R., Aulanni’am. & Roosdiana, A. 2013. Studi Pemberian Ekstrak Rumput Laut Coklat (Sargassum prismaticum) terhadap Kadar MDA dan Histologi Jaringan Pankreas pada Tikus Rattus norvegicus Diabetes Melitus Tipe 1 Hasil Induksi MLD-STZ (Multiple Low DoseStreptozotocin. Kimia Student Journal, 2 (1): 351-357. Dharmayudha, A. A. G. O. & Anthara, M. S. 2013. Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dan Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Naga Daging Putih (Hylocereus undatus) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Serta Bobot Badan Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) yang diinduksi Aloksan. Buletin Veteriner Udayana, 5 (1): 31-40.
George, P. 2011. Concerns Regarding the Safety and Toxicity of Medicinal Plants. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 1 (6): 40-44. Goud, B. J.; Dwarakanath, V.; & Swamy, B. K. C. 2015. Streptozotocin- a Diabetogenic Agent in Animal Models. International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical Research, 3 (1): 253-269. Lukiati, B., Nugrahaningsih & Maslikah, S. I. 2014. Potensi Ekstrak Etanol Labu Siam (Sechium edule) untuk Terapi Tikus Wistar DM Hasil Induksi Streptozotocin. 1st National Symposium, 1 (3): 35-40. Mashfufah, A. 2010. Pengaruh Perasan Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq,) Swartz) terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit (Mus musculus L.) Balb-c. Skripsi. Jember: Universitas Jember. Muchid, A., Umar, F., Ginting., M. N., Basri, C., Wahyuni, R., Helmi, R., Istiqomah, S. N., Purnama, N. R., Masrul., Lestari, S. B., Syamsudin, F., Pamela, D. S., Astuti, F. B., Retnohidayanti, D., Sinaga, E., Kasim, F., Suryanto, A., Muhtar, A., Hudoyo., Triwara, B., Kisdarjono, H., Bakhtiar, L., Pradjitno, A., Atijah, U. & Ikawati, Z. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan RI. Mukminin, L. H. 2016. Identifikasi Senyawa Bioaktif dan Uji Antioksidan Perasan Buah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) untuk Terapi Mencit Balb/c Diabetes Hasil Induksi Streptozotocin. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang. Nelson, A. C. & Kursar, T. A. 1999. Interaction Among Plant Defense Coumpound: a Method for Analysis. Chemoecology, 9: 81-92. Putri, O. B. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam (Sechium edule) terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Universitas Diponegoro. Quijano, P. S., Notario, B. R., Quijano, T. J., Ramirez, A. L., Velez, O. E. & Gil, G. M. A. 2004. Theoretical Study of the Malondialdehyde-Adduct Formed by Reaction with DNA-Bases. Vitae, 11 (1): 5-12. Szkuldelski, T. 2001. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B Cells of the Rat Pancreas. Physiological Research, 50 (1): 536-546. Vermerris, W. & Nicholson, R. 2008. Phenolic Compound Biochemistry. Gainesville: Springer. Vilarnau, J. P. & Juez, R. M. 2012. Studies on the Function and Regulation of Glucose Transporters GLUT2 and GLUT4 in Teleost Fish. Barcelona: Universitat de Barcelona. World Health Organization. 2016. Country and Regional Data on Diabetes. (Online), (http://www.who.int/diabetes/facts/world_figures/en/index5.html), diakses 01 Februari 2016. Yulinah, E., Sukrasno. & Fitri, M. N. 2001. Aktivitas Antidiabetika Ekstrak Etanol Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness (Acanthaceae)). Jurnal Matematika dan Sains, 6 (1): 13-20.