METODE BILDBESCHREIBUNG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JERMAN SISWA Annissa Ramdhani*), Drs. Amir., M. Pd., Dra. Hafdarani., M. Pd. ABSTRAKSI Ramdhani, Annissa, 2015. Metode Bildbeschreibung dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman. Bandung. Skripsi Departemen Pendidikan Bahasa Jerman, FPBS. Universitas Pendidikan Indonesia. Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar dalam pelajaran bahasa Jerman adalah berbicara. Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Pasundan 3 Cimahi, diketahui bahwa siswa memiliki keterampilan berbicara yang kurang dalam pembelajaran bahasa Jerman. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan metode yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara adalah metode Bildbeschreibung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) keterampilan berbicara siswa sebelum penerapan metode Bildbeschreibung, (2) keterampilan berbicara siswa setelah penerapan metode Bildbeschreibung, (3) efektifitas penerapan metode Bildbeschreibung dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu dengan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Pasundan 3 Cimahi tahun pelajaran 2014/2015, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas XII IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XII IPA 1 sebagai kelas kontrol. Instrumen utama penelitian ini adalah tes dan instrumen pelengkapnya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Uji signifikansi dengan menggunakan uji-t independen digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai tes awal dan tes akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki keterampilan yang sama dalam berbicara bahasa Jerman sebelum penerapan metode Bildbeschreibung, (2) kelas eksperimen memiliki keterampilan berbicara yang lebih baik daripada kelas kontrol setelah penerapan metode pembelajaran Bildbeschreibung, dan (3) metode Bildbeschreibung efektif diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini dibuktikan dengan uji-t independen terhadap hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menghasilkan t Hitung > t Tabel (2.5432 > 2.0739) dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Hasil uji-t independen sekaligus menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi: terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah penerapan metode pembelajaran Bildbeschreibung, terbukti. KATA KUNCI: Metode, Bildbeschreibung, Berbicara. PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa mencakup empat keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan memiliki hubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan cara latihan yang cukup. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara memang harus dipelajari dengan serius karena manusia lebih banyak berkomunikasi secara lisan daripada secara tulis. Seseorang dapat bertukar pikiran, perasaan, gagasan dan keinginannya melalui berbicara. Dalam pembelajaran bahasa, pengajar harus mengajarkan dan melatih siswa agar dapat berbicara dengan baik dan benar.
1
Pembelajaran bahasa Jerman di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi salah satu pelajaran bahasa asing kedua selain bahasa Jepang, Arab, Perancis, dan Mandarin, sedangkan bahasa Inggris masih menjadi pelajaran bahasa asing yang pertama di setiap SMA. Di beberapa sekolah, pembelajaran bahasa asing kedua terkadang tidak begitu diperhatikan oleh siswa. Kondisi ini membuat siswa tidak serius dalam kegiatan belajar mengajar bahasa asing. Sudah menjadi tugas guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang optimal, tapi terkadang guru menghadapi kendala-kendala tertentu baik yang berasal dari guru itu sendiri maupun dari siswa. Kendala yang berasal dari guru misalnya tingkat penguasaan bahasa Jerman guru yang terbatas sehingga kemampuan berbicara guru kurang, perbedaan kemampuan mengajar guru, dan kesediaan guru dalam menerapkan metode dan media pembelajaran yang variatif dan menarik. Kemampuan belajar tiap siswa yang berbeda, minat siswa belajar bahasa Jerman, dan motivasi belajar siswa yang berbeda merupakan kendala yang berasal dari siswa. Kendala tersebut juga berpengaruh terhadap pembelajaran bahasa Jerman termasuk keterampilan berbicara. Untuk mengatasi hal tersebut guru perlu memberikan latihan. Salah satu bentuk latihan berbicara adalah dengan melakukan dialog sederhana. Namun siswa kurang antusias melakukannya karena mereka mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat, kurang menguasai kosakata, dan tata bahasa. Kesulitan-kesulitan tersebut menyebabkan mereka tidak mampu menyampaikan pikiran dan gagasan dengan baik sehingga siswa menjadi enggan untuk berbicara. Seperti pernyataan yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kesediaan guru menerapkan metode dan media pembelajaran menjadi kendala dalam menciptakan suasana belajar yang optimal. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam menerapkan metode pembelajaran tertentu, guru biasanya juga menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, khususnya untuk menarik perhatian siswa. Dalam pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif. Salah satu media yang dapat digunakan guru dalam upaya meningkatkan hasil keterampilan berbicara siswa adalah media gambar. Media gambar digunakan sebagai stimulus untuk siswa agar dapat menyampaikan responsnya dengan lebih baik. Dengan media gambar guru dapat menggali pengetahuan awal siswa, siswa dapat menyebutkan hal-hal yang mereka lihat pada gambar tersebut sehingga menjadi lebih aktif. Media gambar dalam pembelajaran bahasa Jerman bisa dianggap sebagai salah satu metode pembelajaran yang dalam bahasa Jerman disebut Bildbeschreibung (Niehl, 1992,
dan
Sauer, 2
2001
dalam http://www.studienseminar.info/dokumente/material_fachsitzungen/bildquellen.pdf ) yang merupakan salah satu metode penggunaan gambar dalam pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui gambaran keterampilan berbicara siswa sebelum penerapan metode Bildbeschreibung, untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa setelah penerapan metode Bildbeschreibung, dan untuk mengetahui efektifitas penerapan metode Bildbeschreibung dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
LANDASAN TEORITIS A. Metode Pembelajaran 1.
Pengertian Metode Metode menurut Rösler (2012: 66) ‘‘Methode ist der Weg, der eingeschlagen werden muss,
um ein bestimmtes Lernziel zu erreichen‘‘. Artinya 'metode adalah cara yang harus digunakan untuk mencapai satu tujuan belajar.’ Senada dengan penjelasan di atas, Iskandarwassid (2008:56) dalam bukunya menjelaskan pendapat yang lebih rinci tentang metode, yakni metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Sklizmantaitè (2006:83) menjelaskan metode dalam pembelajaran bahasa asing: Beim
Unterrichten
einer
Fremdsprache
is
es
wichtig,
Methoden
des
Fremdspracheunterrichts zu kennen, um eine Methode des Unterrichts nach dem Niveau und Bedürfnissen der entsprechenden Gruppe optimal zu wählen. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa ‘hal yang penting dalam pengajaran suatu bahasa asing adalah untuk mengenali metode pengajaran agar dapat memilih satu metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat kebutuhan kelompok belajar secara optimal.’ Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa metode merupakan salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan proses belajar mengajar, maka dari itu sangat penting bagi guru untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dalam mengajar. Metode merupakan cara atau langkah kerja yang di dalamnya terdapat prosedur yang sistematik tentang pembelajaran dan pengembangan materi pembelajaran. Prosedur tersebut dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. B. Hakikat Bildbeschreibung 1. Pengertian Gambar Reinfried (2003:416) menjelaskan pengertian dari media visual sebagai berikut: “Visuelle Medien im weiteren Sinne sind alle im Unterricht genutzen Informationsträger, die von den 3
Lernenden mit dem Gesichtssinn erfasst werden können.” Dengan kata lain bahwa media visual dalam arti luas merupakan semua yang digunakan oleh si penyandang informasi yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat diterima dengan bantuan pengelihatan para pembelajar. Schatz (2006:145) mengemukakan bahwa “Bilder spielen im Fremd-sprachenunterricht eine groβe Rolle, z.B bei der Semantisierung und Festigung von Wortschatz, bei der Visualisierung von dialogischen Inhalten oder bei Visualisierung von Grammatik.” Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pengajaran bahasa asing gambar memiliki peranan yang sangat penting misalnya pada pemahaman makna dan pengokohan kosakata pada visualisasi isi dialog atau visualisasi tatabahasa. Pengertian dari gambar dalam Wahrig (1978:273) yaitu “Das Bild ist Darstellung von etwas oder jemandem auf einer Fläche, Darstellung einer Sache durch eine andere Zeichen, Symbol”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gambar merupakan gambaran dari sesuatu atau seseorang yang berkaitan dengan sebuah bidang, atau gambaran dari suatu bendayang lain, simbol. Macaire dan Hosch (2004:104) juga mengemukakan tentang gambar, “... dass Bilder als leichter verständlich gelten als Texte, weil Bilder im Gehirn kognitive Schemata aktivieren.” Artinya bahwa gambar-gambar lebih mudah dipahami daripada teks,karena gambar mengaktifkan pola kognitif di dalam otak. Oleh karenanya media gambar menjadi media dalam penelitian ini karenagambar sebagai media visual dapat mengaktifkan pola kognitif pembelajardan kemudian memotivasi pembelajar untuk berbicara. 2. Pengertian Bildbeschreibung Pengertian
Bildbeschreibung
dalam
http://artikel.schuelerlexikon.de/
Deutsch/Bildbeschreibung.htm “Die Bildbeschreibung ist eine in Sprache umgesetzte bildliche Darstellung (als gemaltes Bild, als Grafik usw.), die genaue Nachzeichnung dessen, was auf dem Bild zu sehen ist.”. ‘Bildbeschreibung ialah suatu gambaran visual yang diubah dalam bentuk bahasa (sebagai gambar lukisan, sebagai grafik, dll), penggambaran kembali dari sesuatu yang dilihat dalam gambar secara teliti. Masih dalam situs yang sama, dijelaskan pula penjelasan tentang Bildbeschreibung, yaitu “Eine Bildbeschreibung erfolgt im Präsens. Bei der Beschreibung ist darauf zu achten, dass keine Blicksprünge vorkommen, Aufzählungen vermieden werden und keine Wiederholungen verwendet warden”. ‘Bildbeschreibung diungkapkan dalam bentuk masa sekarang, present tense. Dalam penggambaran tidak digunakan pengulangan kata dan harus fokus menceritakan secara runtut.’ Dalam situs http://wortwuchs.net/bildbeschreibung/menjelaskan bahwa: “Die Bildbeschreibung ist Bestandteil des Deutschunterrichts, findet aber auch im Fachbereich Kunst und in Fremdsprachen Verwendung. Die Bildbeschreibung dient dazu, 4
ein Bild in seiner Gesamtheit zu erfassen, wobei wir die wesentlichen und wichtigsten Merkmale möglichst detailliert herausstellen sollten.” Dari pernyataan diatas dapat diartikan bahwa Bilbeschreibung/deskripsi gambar merupakan bagian dari pelajaran bahasa Jerman akan tetapi ditemukan juga di pelajaran seni dan pemakaian bahasa asing. Deskripsi gambar berfungsi juga untuk memaknai gambar secara keseluruhan dimana kita seharusnya menjelaskan tanda yang penting dan paling penting secara detail. Menurut Farreira dalam situs http://www.helpster.de/so-screiben-sie-eine-bildbeschreibungin-kunst_12728 menjelaskan bahwa “Eine Bildbeschreibung ist im Grunde kein Hexenwerk. Dennoch denken viele Schüler viel zu kompliziert und erwähnen gerne einmal einiges, was gar nicht so wichtig für die Beschreibung ist.” Artinya suatu deskripsi gambar pada dasarnya bukanlah sesuatu yang luar biasa dan rumit.Namun kebanyakan siswa berpikir terlalu rumit dan sering menyebutkan sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting dalam penggambaran itu. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Bildbeschreibung adalah cara yang digunakan untuk melatih kegiatan berbicara siswa dengan menyebutkan poin poin penting yang ada pada gambar. Bildbeschreibung sering diberikan guru untuk tes berbicara, walaupun terlihat mudah, masih banyak siswa yang kesulitan melakukannya. C. Redemittel Wahyuni (2011:8) mengatakan bahwa Redemittel adalah kalimat-kalimat yang dapat mempermudah siswa menguasai keterampilan berbahasa. Plews dan Schmenk (2013:95) menjelaskan pengertian Redemittel lebih rinci sebagai berikut “Redemittel
oder
Diskursmittel
sind
die
sprachlichen
Mittel,
mit
denen
wir
unsere
,,Sprechintention’’, d.h. unsere Absichten, unsere Ziele und Zwecke, die wir mit der sprachlichen Äuβerung verbinden, realisieren wollen.’’ Pendapat Plews dan Schmenk tersebut dapat dipahami sebagai beikut: ‘ujaran atau media wacana adalah alat kebahasaan untuk merealisasikan intensi berbicara atau artinya maksud, tujuan, dan niat yang dihubungkan dengan ungkapan kebahasaan’. Dengan kata lain Redemittel merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk mengemukakan maksud dan tujuan dalam berbicara. Redemittel adalah ujaran, yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kalimat atau bagian kalimat yang dilisankan. Ujaran selalu berupa lisan, sementara representasi dari ujaran adalah dalam bentuk tertulis. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Redemittel adalah ujaran yang diberikan untuk mempermudah seseorang dalam mengemukakan maksud dan mempermudah seseorang dalam berbicara bahasa Jerman. Dalam pembelajaran bahasa Jerman Redemittel biasa digunakan dalam presentasi, mendeskripsikan gambar, menjelaskan grafik, ataupun diagram. 5
Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan Redemittel untuk deskripsi gambar/ Bildbeschreibung situs
sesuai
dengan
konsentrasi
penelitian.
Figueras
http://www.xtec.cat/sgfp/llicencies/200506/memories/1121m.pdf#page=92
dalam
memaparkan
Redemittel yang dapat digunakan dalam deskripsi gambar ialah sebagai berikut : REDEMITTEL ZUR BILDBESCHREIBUNG Man sieht…
bunt
Neben…
blau
Hinter…
+ AKKUSATIV
Schwarz-weiβ
Über…
Man kann…sehen
grau
Unter… + DATIV
Bildbeschreibung
Auf… An
Auf dem Bild ist/sind …
Zwischen
Das Bild ist…
Im Vordergrund ist/sind…
realistisch + NOMINATIV
abstrakt
Im Hintergrund…
expressive
Unten…
sachlich
Oben… In der Mitte… ist/ sind
Vorne…
steht / stehen
Hinten…
liegt / liegen
Rechts…
hängt/ hängen
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan Redemittel harus disesuaikan dengan kasus yang dihadapi. Oleh karena itu, dalam melakukan Bildbeschreibung siswa terlebih dahulu harus mengetahui kasus apa yang akan digunakan. Dalam hal ini, penulis mengembangkan Redemittel sesuai dengan penguasaan bahasa Jerman siswa tingkat A1. D. Hakikat Berbicara 1. Pengertian Berbicara
6
“Sprechen ist die Haupttätigkeit, wenn man die Aufmerksamkait anderer auf sich lenken möchte, wenn man in der Interaktion mit anderen etwas erreichen möchte, wenn man Situationen oder das Verhalten von Gesprächpartnern den einigen Intentionen gemäß beeinflussen möchte, sei es unten vier Augen oder von einen Gruppe, sei es privat oder öffentlich, sei es miteinen Vorgesetzten oder Lehrer oder mit Gleichgestellten.” Huneke (2010:150). Definisi di atas mengandung arti bahwa ‘berbicara merupakan sesuatu kegiatan pokok, ketika seseorang ingin menarik perhatian orang lain untuk memperoleh sesuatu dalam interaksi dengan orang lain, ketika seseorang ingin memengaruhi suasana atau sikap mitra bicara menurut kehendaknya, baik antara empat mata maupun didalam suatu kelompok, baik secara pribadi ataupun umum, baik dengan atasan, guru, maupun dengan kolega yang posisinya sama.’ Pengertian lainnya dari istilah berbicara dikemukakan Iskandarwassid (2010:34) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan dimana didalam nya harus terdapat penyimak, pembicaraan, media, sarana, dan pembicara. Menurut Battachi et al. (1997:66) “Sprechen ist Sprachgebrauch oder die Andwendung des Sprachsystems. Sprechen ist ein Vorgang der Phonemmerzeugung, der Verwicklung einer Einzelsprache” ‘Berbicara adalah penggunaan bahasa atau penggunaan dari sistem bahasa. Berbicara merupakan proses melahirkan fonem atau proses merealisasikan sebuah bahasa.’ Dari pendapat pendapat di atas dapat disimpulkan Huneke dan Iskandarwassid memiliki pendapat yang hampir sama tentang pengertian berbicara. Mereka menjelaskan pengertian berbicara secara lebih umum, sedangkan Schatz menggambarkannya secara lebih spesifik pada jenis keterampilan berbicara yang dilihat dari pengetahuan seseorang terhadap bahasa. 2. Indikator Keterampilan Berbicara Adapun
uraian
kemampuan
(Kannbeschreibungen)
untuk
keterampilan
berbicara
(Sprechfertigkeit) pada taraf A1 yang terdapat dalam buku Profile Deutsch oleh Glaboniat (2005:108) sebagai berikut: 1.
Kannbeschreibungen A1 ‘Uraian Kemampuan A1’.
1) Globale Kannbeschreibungen: Interaktion mündlich. ‘Uraian Kemampuan Global: Interaksi lisan’ a.
Kann auf einfache Art kommunizieren, wenn der Partner langsam und klar in Standardsprache
spricht, zu langsameren Wiederholungen und Umformulierungen bereit ist und jederzeit beim Formulieren hilft.
7
‘Mampu berkomunikasi dalam bentuk sederhana, ketika mitra bicara berbicara perlahan-lahan dan jelas dengan memakai bahasa baku, dalam arti dia telah siap untuk melakukan pengulangan lebih perlahan-lahan dan mengubahnya dan kapanpun dapat membantu dalam perubahan kalimat.’ b.
Kann einfache Kontakte aufbauen und erhalten, im er/sie die einfachsten Formen von Grüβen,
Verabschiedungen und Höflichkeitsformeln verstehen und anwenden kann. ‘Mampu mengerti dan menggunakan komunikasi dengan mudah, baik dalam menyusun dan menerima dalam bentuk termudah dari salam, perpisahan dan bentuk sopan.’ c. Kann in sehr vertrauten Situationen einfache Wörter, alltägliche Ausdrücke und sehr einfache Strukturen anwenden, um auf direkt an ihn/sie gerichtete Fragen zu reagieren, und kann selbst sehr einfache Fragen stellen. ‘Mampu menggunakan kata-kata dalam situasi sederhana, ungkapan-ungkapan sehari-hari dan menggunakan struktur sederhana, dapat menjawab pertanyaan yang diajukan langsung, dan dapat mengajukan pertanyaan.’ d. Kann mit kurzen, unverbundenen und meist vorgefertigten Äuβerungen kommunizieren, wobei er/sie viele Pausen macht, um Begriffe zu suchen oder schwierigeWörter zu artikulieren. ‘Mampu mengatasi ketidaksesuaian berkomunikasi dan biasanya dapat diatasi didalamnya, banyak berpikir untuk mencari atau mengartikan kata-kata yang sulit.’ e. Kann Wörter, Wortgruppen oder kurze Sätze einfach verknüpfen, z. B. Mit Konnektoren wie ‘’und’’, ‘’oder’’, und dann’’. ‘Mampu menggabungkan kata-kata, kumpulan kata atau kalimat-kalimat pendek, misalnya dengan kata penghubung ’’dan’’, ‘’atau’’ dan ‘’kemudian’’.’ f. Kann mit wenigen, einfachen und auswendig gelernten Ausdrücken und Sätzen vertraute Situationen bewältigen, die ganz alltägliche und konkrete Bedürfnisse betreffen, wobei es zu Missverständnissen kommen kann. ‘Mampu mengatasi situasi-situasi pada umumnya dengan beberapa ungkapan dan kalimat-kalimat sederhana yang telah dihafalkan, yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari yang konkret, dimana hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman.’ g. Kann einige wenige einfache grammatische Strukturen und Satzmuster, die er/sie auswendig gelernt hat, in seinen/ihren Äuβerungen verwenden. ‘Mampu menggunakan paling sedikit struktur gramatik dan pola kalimat sederhana yang telah dipelajari sebelumnya.’ h. Kann ein begrenztes Repertoire an Wörtern und Wendungen so aussprechen, dass er/sie, trotz starken Akzents und manchmal auch nur mit Mühe, verstanden wird, wobei klärendes Nachfragen durch den Kommunikationspartner oft nötig ist. 8
‘Mampu sedikit membatasi mengucapkan kata-kata dan perubahannya, terkadang dia bisa melafalkan dengan tinggi, juga dapat melafalkannya dengan suara yang perlahan-lahan tetapi dapat dimengerti. Bagaimanapun juga memberikan pertanyaan kepada mitra berbicara sering dibutuhkan.’ i. Kann in seinen/ihren Äuβerungen die Intonation so einsetzen, dass diese meist als Aussagen, Fragen oder Aufforderungen erkannt werden können. ‘Mampu menempatkan intonasi berupa ungkapan, pertanyaan, ataupun permintaannya yang dapat dikenali.’
2. Detaillierte Kannbeschreibungen: Interaktion mündlich ‘Uraian Kemampuan Detail: Interaksi lisan’. a. Kann einfache Begrüβungen und Verabschiedungen verstehen und diese erwidern. ‘Mampu memahami salam dan salam perpisahan dan dapat menjawabnya.’ b. Kann sich selbst und andere vorstellen und reagieren, wenn er/sie vorgestellt wird. ‘Mampu memperkenalkan diri dan memperkenalkan orang lain.’ c. Kann auf einfache, direkt an ihn/sie gerichtete Fragen mit einfachen Antworten reagieren. ‘Mampu menjawab pertanyaan dengan mudah, ketika ada yang bertanya langsung kepadanya.’ d. Kann nach dem Befinden fragen und auf Information dazu reagieren bzw. Fragen danach beantworten. ‘Mampu bertanya dan menanggapi informasi yang menunjukkan pada pertanyaan tersebut kemudian menjawabnya.’ e. Kann in Alltäglichen Situationen elementare Angaben, die auf Zahlen basieren, verstehen und machen. ‘Mampu memahami dan melakukan penghitungan dasar berdasarkan pada situasi umum.’ f. Kann in alltäglichen Situationen bei Unklarheiten auch mit Hilfe von Gesten um Wiederholung bitten. ‘Mampu meminta pengulangan penjelasan juga bantuan dalam situasi yang belum jelas atau tidak mengetahui suatu hal.’ g. Kann mit einfachen Ausdrücken über vorlieben und Abneigungen kommunizieren. ‘Mampu berkomunkasi dengan ungkapan sederhana tentang kegemaran dan ketidaksukaan.’ h. Kann andere um alltägliche Dinge bitten, verstehen, wenn Dinge verlangt werden, und sich bedanken. ‘Mampu meminta barang-barang kepada yang lainnya untuk kebutuhan sehari-hari.’
3. Faktor-faktor Penunjang Keterampilan Berbicara Menurut Arsjad dan Mukti (1988: 17) keefektifan dalam berbicara dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut: a. Ketepatan ucapan
9
Dalam berbicara seseorang harus membiasakan diri untuk mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat.Begitupula dengan pengucapan tiap suku kata. b. Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai dapat menjadi faktor penentu dalam proses berbicara. Hal tersebut juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pendengar atau lawan bicara. c. Pilihan Kata (Diksi) Dalam pemilihan kata sebaiknya tepat, jelas, dan bervariasi. Dengan begitu pendengar akan lebih mudah memahami apa yang disampaikan pembicara. d. Ketepatan sasaran pembicaraan Penggunaan kalimat yang efektif dapat menimbulkan pengaruh serta menimbulkan kesan bagi pendengarnya. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat diketahui bahwa untuk menjadi pembicara yang baik, dibutuhkan pengetahuan mengenai faktor-faktor kebahasaan apa saja yang dapat mengefektifkan pembicaraan. Pembicara hendaknya memiliki artikulasi yang jelas agar kata-kata yang diucapkan dapat didengar dengan jelas. Selain itu intonasi, pemilihan kata dan ketepatan sasaran pembicaraan sangat penting untuk dikuasai agar pendengar merasa tertarik dengan apa yang disampaikan.
4. Jenis-jenis Latihan Berbicara Schatz (2006:43) dalam bukunya yang berjudulFertigkeit Sprechen menyatakan bahwa terdapat tiga kriteria pokok untuk latihan berbicara, yaitu: 1.
Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation vorbereiten. ‘Latihan dan tugas untuk mempersiapkan komunikasi lisan’. Adapun yang termasuk ke dalam
tipe latihan ini yaitu: a. Aussprache: Artikulation und Intonation ‘Artikulasi dan intonasi’ Adapun yang termasuk ke dalam latihan pelafalan yaitu (1) Satzmelodie ‘Melodi kalimat’ (2) Satzakzent ‘Aksen pada kalimat’, (3)
Wortakzent ‘Aksen pada kata, (4) Einzellaute ‘Bunyi tunggal’,
(5)
Lautkombinationen ‘Kombinasi bunyi’. b. Aufbau und Festigung eines Mitteilungswortschatzes ‘Pembentukan dan kosa kata untuk memberi informasi’. di antaranya adalah (1) Verstehenswortschatz und Mitteilungswortschatz ‘Kosakata untuk memahami dan kosa kata untuk memberi informasi’, (2) Orientierungshilfe Wortschatzkartei ‘Kartu kosa kata untuk menentukan arah’, (3) Kontext und Assosiagramm ‘Konteks dan asosiogram’, (4) Übungen um flüssig sprechen zu lernen ‘Latihan untuk belajar 10
berbicara dengan lancar’, antara lain: (a) Kettenübungen ‘Latihan berantai’, (b)Partnerübungen ‘Latihan dengan pasangan’, (c)Bildgesteuerte Übungen ‘Latihan dengan bantuan gambar sebagai orientasi’. c. Diskursmittel ‘Bantuan dalam wacana’ di antaranya adalah (1) Progression bei der Vermittlung von Diskursmittel ‘Tingkat kesulitan cara penyampaian bantuan dalam wacana;, (2) Situationsund adressatengerechte Anwendung der Diskursmittel ‘Penggunaan bantuan dalam wacana yang sesuai dengan situasi dan mitra bicara’, (3) Diskursmittellisten ‘Daftar bantuan dalam wacana’ (4) Kompensationsstrategie ‘Strategi kompensasi’. d. Grammatik und Sprechen ‘Tata bahasa dan berbicara’ di antaranya adalah (1) Visualisierung von Regeln, ‘Visualisasi aturan tata bahasa’, (2) Übungen mit Bildern ‘Latihan dengan gambar’ yaitu (a) Bildgesteuerte Grammatikübungen ‘Latihan tata bahasa yang diarahkan oleh gambar’, (b) Bildbeschreibung ‘Deskripsi gambar’ e. Spiele ‘Permainan’ di antaranya adalah (1) Ratespiele ‘Permainan tebakan’ (2) Kartenspiele ‘Permainan kartu’, (3) Würfelspiele ‘Permainan dadu’. 2.
Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation aufbauen und strukturieren. ‘Latihan dan tugas-tugas untuk mengembangkan dan menata komunikasi lisan’
a. Merkmale gesprochenerdialogischer Sprache ‘Ciri-ciri bahasa dalam dialog lisan’ di antaranya adalah (1) Partikelgebrauch ‘Penggunaan partikel’, (2) Gambits ‘Gambit’, (3) Ellipsen ‘Elipsis’. b. Dialogarbeit und Dialoggeländer ‘Penyusunan dialog dan skema dialog’ di antaranya adalah (1) Vom Modelldialog zum Dialoggeländer zum Dialogvarianten ‘Dari dialog model menuju skema dialog dan menuju variasi dialog’. c. Übungen und Aufgaben zum Telefonieren ‘Latihan dan tugas untuk menelefon’ d. Fragen stellen und Interviews vorbereiten ‘Mengajukan pertanyaan dan mempersiapkan wawancara’ di antaranya adalah (1) Fragen üben mit Kärtschen ‘Berlatih bertanya dengan bantuan kartu kecil’, (2) Fragen üben mit Bildern ‘Berlatih bertanya dengan bantuan gambar’, (3) Interviews ‘Wawancara’ e. Diskutieren und argumentieren ‘Berdiskusi dan beragumentasi’ di antaranya adalah (1) Pro-und Kontra-Diskussion ‘Diskusi pro dan kontra’, (2) Klärungsgespräche ‘Percakapan yang bertujuan memberikan penjelasan’. f. Monologische Redebeiträge und erzählen ‘Pidato monolog’ di antaranya adalah (1) Erzählen und strukturieren ‘Bercerita dan menata’, (2) Erzählen auf der Grundlage von Stichpunkten ‘Bercerita berdasarkan kata kunci’, (3) Erstellen von Wortgeländern ‘Membuat skema kata’, (4) Geschichte zu Ende erzählen ‘Menceritakan suatu kisah hingga akhir’, (5) Perspektivenwechsel
11
‘Perubahan perspektif’, (6) Geschichten zu Bildern und Bildgeschichten ‘Cerita tentang gambargambar dan cerita bergambar’. 3.
Übungen und Aufgaben, die mündliche Kommunikation simulieren. ‘Latihan dan tugas-tugas yang mensimulasikan komunikasi lisan’
1) Möglichkeiten und Wirkung von Rollenspielen ‘Kemungkinan dan efek bermain peran’. 2) Rollenspiele als Vorbereitung auf Alltagssituationen ‘Bermain peran sebagai persiapan untuk situasi sehari-hari’. 3) Rollenspiele mit fiktiven Rollen ‘Bermain peran dengan peran yang fiktif’ 4) Planspiele ‘Permainan merencanakan sesuatu’ Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis latihan berbicara sangat variatif. Dalam berbicara seharusnya diperhatikan komponen-komponen seperti : kosakata, pelafalan, intonasi dan tata bahasa. Dalam penelitian ini digunakan bentuk latihan berupa pembicaraan dalam kelompok untuk menentukan jawaban yang paling tepat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen pada saat tes awal adalah sebesar 57.19 dan kelas kontrol sebesar 60,74 menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki keterampilan berbicara bahasa Jerman yang sama. Setelah penerapan metode pembelajaran Bildbeschreibung pada kelas eksperimen, nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas eksperimen meningkat menjadi 72,81, sedangkan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda pada saat tes awal yaitu 64.53. Perbedaan keterampilan berbicara bahasa Jerman kela eksperimen dan kelas kontrol juga terlihat dari hasil uji t independen yang menunjukkan bahwa nilai t hitung > t tabel (2.5432 > 2.0739). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah menerima perlakuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Bildbeschreibung merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara bahasa Jerman. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setelah dilakukan penelitian mengenai penerapan metode Bildbeschreibung dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jerman, maka dapat diambil simpulan berikut: 1.
Nilai rata-rata hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas eksperimen sebelum perlakuan yaitu sebesar 57.19, dengan nilai tertinggi sebesar 75 dan nilai terendah sebesar 43.75 (dalam skala 1-100), sedangkan nilai rata-rata hasil belajar keterampilan berbicara siswa dikelas kontrol yaitu 60.74, dengan nilai tertinggi 72, dan nilai terendah 50. Berdasarkan tabel kategori penilaian menurut Arikunto, nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen dan kelas control tersebut termasuk ke dalam kategori cukup dengan rentang nilai (56-65). Oleh karena itu, dapat 12
disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Jerman dikelas eksperimen dan kelas kontrol sama. 2.
Sesudah perlakuan, kelas eksperimen memperoleh nikai rata-rata sebesar 72.81 dengan nilai tertinggi 93.75 dan nilai terendah sebesar 50 dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman. Berdasarkan tabel kategori penilaian menurut Arikunto, nilai rata-rata tes tersebut termasuk ke dalam kategori baik dengan rentang nilai (66-79), sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas control yaitu 64.53 dengan nilai tertinggi sebesar sebesar 75 dan nilai terendah 50. Berdasarkan tabel kategori penilaian menurut Arikunto, nilai rata-rata tes tersebut termasuk ke dalam kategori cukup dengan rentang nilai (56-65). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas eksperimen memiliki keterampilan berbicara bahasa Jerman yang lebih baik daripada siswa kelas kontrol setelah diberikan perlakuan.
3.
Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan nilai uji-t independen sebesar 2.5432. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa t hitung > t tabel (2.5432 > 2.0195). Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keterampilan siswa berbicara bahasa Jerman dikelas eksperimen dan siswa dikelas kontrol setelah menerima perlakuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode Bildbeschreibung efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran berbicara bahasa Jerman.
B. Saran Untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa bahasa, dapat dilakukan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan metode dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disampaikan beberapa saran berikut: a.
Berdasarkan hasil penghitungan uji-t diketahui bahwa metode pembelajaran Bildbeschreibung dapat meningkatkan keterampilan siswa berbicara bahasa Jerman. Oleh karena itu, metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran berbicara.
b.
Berdasarkan kendala yang ditemukan di lapangan, siswa sebaiknya dibiasakan melakukan latihan-latihan berbicara dengan rutin, baik secara individual maupun secara kelompok. Dengan demikian siswa terbiasa untuk mengungkapkan ide dalam bahasa Jerman dengan baik yang sekaligus dapat meningkatkan kemampuan melafalkan ujaran-ujaran dalam bahasa Jerman dengan tepat dan meningkatkan penguasaan kosakata dan tata bahasa.
c.
Peneliti lain yang tertarik dengan penggunaan metode Bildbeschreibung dapat menerapkan metode ini dalam pembelajaran bahasa Jerman untuk keterampilan berbahasa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
13
Anonim. (2014) Bildbeschreibung. Bibliographisches Institut GmbH [Online] Tersedia di : http://artikel.schuelerlexikon.de/Deutsch/Bildbeschreibung.htm [ 16 Juni 2014] Arikunto, S. (2009) Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Arsyad, M.G dan Mukti, U.S. (1987) Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Battachi, M. W. et al. (1997). Emotion und Sprache. Frankfurt : P. Lang. ISBN 3631499027, 9783631499023 Djamarah dan Zain. (2006) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Asdi Mahasatya. Farreire,
L.G.
(2010).
So
Schreiben
Sie
eine
Bildbeschreibung
in
Kunst
[Online].
Tersedia http://www.helpster.de/so-schreiben-sie-eine-bildbeschreibung-in-kunst_12728 [16 Juni 2014] Figueras, J.B. (2006). Activitats D’Aprenentatge En Llengua Alemanya A Partir D’Imatges Artistiques.
[Online].
Tersedia
: http://www.xtec.cat/sgfp/llicencies/200506/memories/1121m.pdf#page=92 Fricke, Harald. (2000) Bildbeschreibung. [Online]. Tersedia : http://wortwuchs.net/bildbeschreibung/ [16 Juni 2014] Gemina, Irfani. (2009). Metode Pembelajaran dengan Kartu Bergambar dalam Keterampilan Berbicara. Glaboniat, Manuela. et al. (2005). Profile Deutsch. Berlin und München : Langenscheidt. Hafdarani dan Warningsih (2013) Pengajaran Kosakata dan Keterampilan Berbicara yang Berorientasi Pada “Projekt Arbeit”. Universitas Pendidikan Indonesia. [Tidak diterbitkan] Hecke, Carola. (2010). Bilder im Fremdsprachunterricht. Tübingen: Gunter Narr Verlag. Huneke, H. W. (2010) Deutsch als Fremdsprache: eine Einführung. Berlin: Erich Schmidt verlag GmbH. Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang (2008) Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset Marcus, Reinfried. (2003) Das Bild im Deutschunterricht Tübingen : Gunter Narr Verlag Macaire. Dominique dan Horsch, Wolfram. (2004). Bilder in der Landeskunde. München : Langendscheidt. Mettge, C. (1998). Unterrichtsmaterialien Fach Deutsch (ab Klasse 5. [Online]. Tersedia : http://www.deutschstunden.de/Material/Bildbeschreibung.html [12 Januari 2014] Neuner dan Hunfeld. 1993. Methoden des Fremdsprachlichen Deutschunterricht. Berlin: Langenscheidt.
14
(Niehl, 1992, dan Sauer, 2001. Bilder im Unterricht – Methoden der Arbeit mit Bildern [Online]. Tersedia : http://www.studienseminar.info/dokumente/material_fachsitzungen/bildquellen.pdf. [18 Desember 2014] Plews, J.L dan Schmenk, B. (2013). Tradition and Transition. Wilfrid Laurier University Press. Waterloo. Ontario. Canada. Rosgiyana, R.M. (2011) Analisis Latihan Berbicara Dalam Buku Ajar Bahasa Jerman Studio d A1. Skripsi. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Universitas Pendidikan Indonesia. [Tidak diterbitkan] Reinfried, M. Bausch, Karl-Richard, Christ, H. Krumm, Hans-Jürgen. (2003). Visuelle Medien. HandbuchFremdsprachenunterricht. Vol 4: 416-420 Rösler, D. (2012) Deutsch als Fremdsprache. Stuttgart: d B Metzle’sche Verlagsbuchhandlung und Carl Ernst Poeschel Verlag GmbH. Schatz, H. (2006) Fertigkeit Sprechen. München: Manuela Beisswenger, Mechthild Gerdes. Schilder, Hanno. (1995). Handbuch Fremdsprachunterricht. Tübingen: A Francke Verlag Tübingen und Basel. Sklizmantaitѐ, R. (2006) Methoden Des Fremdsprachenunterrichts. Vilnius [Online] Tersedia di:
http://www.cpe.vgtu.lt/index.php/cpe/article/view/coactivity.2006.48/0
[18
November
2014] Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, CV. Wahrig. (1978). Deutsches Wörterbuch. München: Langenscheidt. Wahyuni, M.E. (2011). Model Pengajaran Redemittel Tema Kegemaran/Hobi dan Wisata dengan Menggunakan Rallye-Spiel. Skripsi. Jakarta. Universitas Negeri Jakarta. [Tidak diterbitkan]
15