PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MELAKUKAN THAHARAH DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS PADA PELAJARAN PAI KELAS VII.2 SMP NEGERI 3 MRANGGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Sofwan Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Mranggen, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ kerjasama dengan Kementrian Agama RI Abstrak Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam bentuk penelitian tindakan kelas (Action Research) yang terdiri atas tiga siklus dengan prosedur (1) persiapan tindakan; (2) implementasi tindakan; (3) pengamatan (observasi); dan (4) analisis refleksi. Melakukan thaharah dilakukan dengan menggunakan tes prestasi dan observasi serta metode dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012 sejumlah 42 peserta didik yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas. Analisis data menggunakan metode deskriptif persentase. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada (1) siklus pertama sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan setelah diberi tugas nilainya meningkat menjadi rata-rata 68,88 atau naik 30,96%; (2) siklus kedua sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan setelah diberi tugas nilainya meningkat menjadi rata-rata 72,52 atau naik 38,10%; (3) siklus ketiga sebelum diberi tugas nilai rata-rata 62,98 dan setelah diberi tugas nilainya meningkat menjadi rata-rata 76,89 atau naik 42,86%. Hasil pengamatan guru terhadap peserta didik selama proses belajar mengajar terjadi peningkatan yang signifikan terutama pada keaktivan peserta didik dalam mengikuti proses kegiatan belajar, kebiasaan membaca buku pelajaran, kebiasaan mengajukan pertanyaan dan menjawab, membuat catatan, serta kebiasaan mengerjakan tugas. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah kepada guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya dapat menggunakan metode pemberian tugas dalam proses belajar mengajar, mengingat materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materinya cukup luas dan perlu pembelajaran aplikasi di lapangan.
Kata-kunci : Metode, pemberian tugas, Thaharah (bersuci).
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Membangun pribadi seseorang, masyarakat, bangsa, dan lingkungan hidup dapat berhasil dengan baik jika melalui proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang baik adalah terciptanya suatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau sekelompok orang dapat terjadi. Pada keperluan tersebut seorang guru sedapat mungkin diharapkan mampu menciptakan suatu sistem lingkungan sedemikian rupa sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat tercapai secara efektif dan efisien (Sunaryo,1989:23). Kegiatan belajar mengajar pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sejak diberlakukan
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 143
Penelitian Tindakan Kelas Kurikulum 2006 yang dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berbasis kontekstual, pada kenyataan di lapangan terlihat masih bersifat masih konvensional. terdapat kecenderungan menggiring peserta didik untuk mempelajari teori yang berbelit-belit untuk merangkai materi yang bermuara pada tes kognitif, namun tes tersebut tidak mengukur pencapaian proses. Pada kurikulum Pendidikan Agama Islam tahun 2006 dijelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah (1) mengembangkan kemampuan berpikir, inquiri, pemecahan masalah, dan keterampilan yang agamis; (2) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan; dan (3) meningkatkan kemampuan berkompetisi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional. Sistem penilaian yang digunakan seharusnya juga bervariatif yakni penilaian tes yang bersifat kognitif dan penilaian proses yang bersifat afektif dan psikomotorik. Dengan demikian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di samping mengkaji teori-teori, diharapkan akan lebih memberdayakan atau membangkitkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang bersifat kontekstual. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam melakukan thaharah dapat dimungkinkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah; 1. 2. 3.
input kemampuan akademik yang rendah; penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat; dan lingkungan internal dan eksternal yang kurang mendukung.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar bukan semata berdasarkan kemauan guru, tetapi hendaknya didasarkan pada kebutuhan peserta didik dalam proses belajar. Disamping itu perlu juga diperhatikan bahwa semua metode yang digunakan untuk proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah baik. Tidak ada satupun metode yang dipandang paling baik dan tepat atau sebaliknya untuk mata pelajaran tertentu termasuk mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Dengan demikian kesesuaian metode yang telah direncanakan hendaknya dipahami dengan baik dan dicobakan berulang kali, sehingga diperoleh seperangkat data tentang kelemahan atau kelebihan metode tersebut dan kemudian dapat digunakan sebagai pedoman untuk memodifikasi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Metode pengajaran yang dapat digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar secara umum terdapat beberapa macam yakni, 1. 2. 3. 4. 5. 6.
metode metode metode metode metode metode
ceramah; tanya jawab; diskusi; pemberian tugas; karya wisata; bermain peran; dan
144 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
7.
metode sosiodrama.
Melihat banyaknya metode yang ditawarkan dalam suatu interaksi belajar mengajar, maka guru dapat memilih metode yang paling efektif guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Akhmadi, 1994:25). Disamping itu, dalam memilih metode pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan, hendaknya memungkinkan peserta didik dapat mencerminkan perilaku yang dirumuskan dalam tujuan, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengalaminya, serta ada dalam batas-batas kemampuan peserta didik untuk mengerjakannya. B.
Rumusan masalah Dari uraian di atas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
2.
C.
Apakah metode pemberian tugas secara individual dan secara kelompok yang berhubungan dengan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat meningkatan kemampuan Peserta didik terhadap pengetahuan thaharah? Berapa persenkah peningkatan penguasaan peserta didik terhadap pemahaman thaharah setelah diterapkan metode pemberian tugas jika dibandingkan dengan sebelumnya?
Tujuan dan Manfaat 1.
Tujuan Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
2.
a.
Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk pemahaman materi thaharah dengan benar, sehingga tingkat kesalahan dalam pelaksanaan thaharah dihindari
b.
Mengetahui besaran peningkatan penguasaan peserta didik terhadap pemahaman thaharah setelah diterapkan metode pemberian tugas jika dibandingkan dengan sebelumnya
c.
Memelihara aktivitas belajar peserta didik dengan segenap potensinya di luar jam pelajaran tatap muka, agar kedalaman dan keluasan bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik.
d.
Mengatasi kesulitan belajar yang dirasa terlalu sarat sehingga tidak mungkin dapat dicapai jika hanya berdasarkan alokasi waktu yang tersedia saja. Maka dengan pemberian tugas hal tersebut dapat dicapai khususnya bahan pelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka.
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan agama Islam. Secara terperinci hasil dari penelitian ini memiliki dua manfaat yakni manfaat secara praktis dan manfaat bagi ilmu pengetahuan. a.
Manfaat Praktis 1) Bagi guru
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 145
Penelitian Tindakan Kelas
2)
Dapat meningkatkan keterampilan menyusun strategi atau metode pembelajaran yang bervariasi Dapat memperbaiki sistem pembelajaran di kelas sehingga dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada peserta didik. Memberi motivasi kepada guru agar terbiasa melaksanakan penelitian yang bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran. Bagi peserta didik Memberikan
motivasi
kepada
peserta
didik
untuk
lebih
meningkatkan kemampuan dalam memahami materi thaharah 3)
Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran kepada sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas nilai hasil evaluasi belajar peserta didik
b.
Manfaat Teoritis 1) Dapat digunakan untuk bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya yang tertarik meneliti permasalahan yang terkait dengan penelitian ini 2)
Dapat memberikan informasi intensif dalam mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3)
Dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Mata Pelajaran PAI, karena metode pemberian tugas merupakan bagian dari kegiatan belajar mengajar yang memiliki kadar cara belajar peserta didik aktif cukup tinggi
KAJIAN TEORI A.
Hakikat Belajar Belajar menurut Sudjana (1989:5), adalah proses aktif terjadinya perubahan pada diri individu atau kelompok peserta didik baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Menurut Arikunto (1980:19), dalam belajar selalu ada usaha yang berupa latihan sehingga belajar merupakan proses yang ditandai oleh perubahan yang ada pada diri seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang melalui latihan. Para ahli merumuskan pengertian belajar dengan sudut pandang dan pendekatan yang berbeda-beda. Perbedaan beberapa rumusan belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian belajar secara umum dan pengertian belajar secara khusus. 1.
Hakikat belajar secara umum Secara umum pengertian belajar yang dirumuskan oleh para ahli dengan masing-masing sudut pandang secara umum sehingga dapat menghasilkan
146 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
rumusan yang bersifat umum.
Beberapa ahli yang merumuskan
pengertian belajar secara umum antara lain: a.
b. c. d. e.
f. g.
2.
Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik secara aktual maupun secara potensial yang berlaku dalam waktu relatif lama yang terjadi karena berusaha (Sumadi, 1983:29) Belajar merupakan suatu tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman. (Shaffer, 1985:18) Belajar merupakan suatu proses yaitu suatu organisme yang berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Berlinger, 1988:35) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman (Ismanto, 1987:21) Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, pengetahuan keterampilan dan nilai sikap yang bersifat konstan (Winkel, 1989:46) Belajar adalah proses secara aktif yang merupakan suatu interaksi terhadap situasi yang ada di sekitar individu (Sudjana, 1989:5) Belajar merupakan teknologi yang digunakan untuk menjelaskan proses mencakup perubahan tingkah laku melalui pengalaman (Bropy, 1990:49)
Hakikat belajar secara khusus Pengertian belajar secara khusus adalah rumusan pengertian belajar yang didasari dengan pendekatan psikologi. Beberapa aliran psikologi yang digunakan untuk merumuskan definisi belajar secara khusus adalah aliran behavioristik, kognitif, dan humanistik. a.
b.
c.
d.
Aliran behavioristik adalah aliran yang melaksanakan penyelidikan tingkah laku manusia berdasarkan kenyataan dan dapat diukur serta dapat disimpulkan. Pengertian belajar di sini lebih menekankan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati karena adanya hubungan stimulus respons (Seifart, 1983:53). Aliran kognitif menurut Barliner (1988:71) dijelaskan bahwa tingkah laku seseorang tidak semata-mata oleh stimulus yang datang dari luar dirinya tetapi faktor internal yang merupakan potensi untuk mengenal dan memberi respon terhadap stimulus, shehingga pengertian belajar menurut aliran kognitif adalah menekankan ada unsur pikiran yaitu proses pengorganisasian berpikir. Aliran gestalt adalah aliran yang menyatakan bahwa keseluruhan kegiatan internal yang mengatur atau mengorganisasikan sebagiansebagian yang mempergunakan pola struktur yang bermakna internal dalam mempersepsi serta mengorganisasikan stimulus. Aliran psikologi humanistik adalah suatu kegiatan untuk memahami sesuatu dengan persepsi dan pandangan yang akan dipelajarinya. Aliran ini sangat menghargai kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 147
Penelitian Tindakan Kelas Belajar
merupakan
suatu
kegiatan,
dimana
seseorang
membuat
atau
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku yang positif dalam hubungannya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Proses perubahan tingkah laku dalam belajar pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. 1.
Faktor Internal Faktor internal adalah kondisi yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar yang berasal dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah lakunya. Beberapa hal yang termasuk faktor internal dapat diuaraikan sebagai berikut. a.
Faktor kecerdasan (Intelegensia) Faktor kecerdasan seseorang merupakan modal dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang di atas rata-rata, maka semakin besar pula kemungkinannya untuk berhasil dalam belajarnya, demikian pula sebaliknya.
b.
Faktor Bakat (Aptitude) Bakat merupakan pembawaan yang dimiliki seseorang dengan sendirinya. Manusia lahir memiliki bakat masing-masing yang berbeda antara seseorang dengan lainnya. Misalnya seseorang mempunyai bakat dibidang teknologi akan kesulitan bila belajar menari. Seorang peserta didik yang berbakat dibidang sosial akan cenderung tidak menyukai bidang-bidang eksakta, teknologi, dan sebagainya.
c.
Faktor kecakapan ( Vocational) Kecakapan adalah kemampuan seseorang untuk memahami dengan cepat sekaligus dapat bereaksi melalui tingkah laku dengan tepat dan benar. Semakin tinggi tingkat kecakapan seseorang, akan semakin tinggi pula keberhasilannya dalam belajar.
d.
Faktor minat Minat disebut pula konsentrasi atau perhatian seseorang terhadap sesuatu hal yang dipandang menarik. Konsentrasi adalah pemusatan tenaga psikis dalam menghadapi tugas-tugas (belajar). Sedangkan perhatian adalah perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari. Konsentrasi belajar dipengaruhi oleh perasaan dan perhatian atau minat. Seseorang yang tidak senang menghadapi suatu pelajaran akan tidak berminat untuk mempelajari bidang keilmuan tertentu. Hal ini akan menjadi hambatan untuk mencapai hasil belajarnya dari bidang keilmuan tersebut.
148 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
e.
Faktor motivasi belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri peserta didik yang menimbulkan dorongan untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi ini menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi tercapai tujuan pembelajaran. Motivasi menunjuk pada suatu motif atau dorongan yang sudah diaktualisasikan.
f.
Faktor kondisi fisik dan mental Kondisi fisik adalah potensi yang menunjukkan kekuatan energi seseorang dan berkaitan dengan daya hidup jasmani. Orang yang tidak memiliki vitalitas tinggi, kondisinya tampak lemah, letih, lesu dan akan kurang bergairah dalam proses belajarnya. Demikian pula ketenangan batin atau stabilitas batin seseorang memberikan sumbangan besar dalam keberhasilan belajarnya.
2.
Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah berbagai kondisi di luar individu yang dapat mempengaruhi belajarnya. eksternal adalah. a.
Beberapa kondisi yang termasuk faktor
Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah merupakan tempat persemaian bagi peserta didik untuk merubah dan menumbuh kembangkan perilakunya. Lokasi sekolah yang baik dan didukung oleh guru-guru yang memiliki kualifikasi yang baik merupakan faktor pendorong mantapnya proses belajar peserta didik. Sebaliknya lingkungan sekolah yang kurang baik, misalnya terlalu dekat dengan jalan raya, pasar, gedung bioskop, akan kurang memberikan iklim yang baik dalam upaya meningkatkan proses belajar peserta didik. Lingkungan sekolah yang tertib merupakan dukungan moral bagi peserta didik untuk dapat belajar lebih tertib pula.
b.
Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan tempat dimana peserta didik bertempat tinggal. Keluarga dalam hal ini adalah terdapatnya anggota keluarga yang dapat bertindak sebagai orang tua. Peserta didik yang berasal dari keluarga yang harmonis akan memberikan motivasi belajar yang lebih baik, jika dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga yang berantakan. Peserta didik yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya mempunyai kecenderungan ingin diperhatikan oleh orang lain atau lingkungannya. Apabila
ternyata
dari
mereka
belum
memperoleh
apa
yang
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 149
Penelitian Tindakan Kelas diinginkannya (perhatian) maka ia akan berbuat nekat dan lebih cenderung menunjukkan sikap kebrutalan. c.
Lingkungan Masyarakat Peserta didik yang belum memiliki tingkat kedewasaan yang cukup mantap, pengaruh lingkungan sangat mudah merasuk ke dalam jiwanya. Pengaruh itu positif atau negatif akan ditirunya tanpa melalui proses pertimbangan berpikir. Peserta didik yang ditempatkan pada lingkungan yang baik, maka ia akan berkembang sesuai dengan perkembangan fisiknya dalam arti positif.
B.
Faktor Pendukung Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar peserta didik yang maksimal merupakan suatu kebanggaan dan harapan oleh setiap peserta didik, orang tua dan guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal membutuhkan penunjang belajar yang baik pula. Withering (1982:28) berpendapat bahwa keberhasilan belajar dapat didukung oleh beberapa hal berikut: 1.
Situasi belajar Situasi belajar adalah suatu kondisi belajar yang mengajak peserta didik untuk menciptakan suatu keadaan yang dapat mendukung peningkatan prestasi. Beberapa indikator yang dapat mendukung situasi belajar yang baik meliputi; (1) kesehatan lingkungan yang baik; (2) tidak ada gangguan yang mendasar; (3) motivasi diri peserta didik untuk belajar secara pribadi; (4) motivasi belajar secara mandiri.
2.
Penguasaan intelektual Setiap individu memiliki kemampuan penguasaan intelektual baik secara kwantitatif maupun kualitatif untuk mendukung keberhasilan belajar. Kemampuan intelektual yang dimiliki setiap individu dapat berupa penguasaan membaca, menulis, menganalisis, memahami makna pendidikan kualitatif yang tinggi, berbahasa yang baik dan benar, menyampaikan pendapat dan menanggapi pendapat orang lain, serta mampu berpikir logis.
3.
Pengetahuan Istilah pengetahuan dapat dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
Knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian pengetahuan tersebut masih harus difokuskan lebih lanjut menurut kebutuhan karena istilah knowledge menjangkau untuk pengetahuan faktual di samping pengetahuan hapalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, dan nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya.
150 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
dasar
bagi
C.
Hakikat Prestasi Belajar 1.
Pengertian prestasi belajar Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam usaha seseorang untuk mendapatkan kepandaian (Depdikbud, 1995:63). Prestasi belajar jika dihubungkan dengan pertumbuhan hidup manusia yang menuju kearah kedewasaan dan selalu dapat berubah-ubah dapat dikatakan bahwa tingkah laku merupakan hakikat dari prestasi belajar seseorang (Winarno, 1986:14). Tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Kedua hal tersebut dapat membentuk situasi dan kondisi lingkungan belajar yang baik jika dikemas dengan kemampuan yang maksimal dalam menerapkan metode pengajarannya.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Karo-karo (1975:46) belajar mata pelajaran PAI yang berhubungan dengan thaharah senantiasa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang memiliki rasa ingin tahu. Sedangkan faktor dari luar adalah bahan-bahan yang dipelajari, alat-alat yang tersedia, banyaknya waktu yang tersedia atau yang dibutuhkan, serta cara belajar yang efektif dan efisien. Disamping itu, beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi : a.
Kondisi fisiologis Kondisi fisiologis meliputi kondisi umum seperti kondisi kesehatan dan kondisi panca indera terutama indera penglihatan dan pendengaran. Kondisi indera tersebut sangat penting artinya untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sangat membutuhkan indera penglihatan dan pendengaran. Misalnya mempelajari thaharah (bersuci) harus menggunakan indera penglihatan yang cermat. Jika kondisi mata yang sedang sakit akan terganggu dalam proses kegiatan belajar mengajar. Demikian pula jika seseorang yang sedang terganggu dalam indera pendengarannya mendengar apa yang ditugaskan oleh guru.
b.
tentu
tidak
dapat
Kondisi Psikologis Kondisi psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang dapat dipengaruhi faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor psikologis dari dalam diri seseorang meliputi; (1) kecerdasan; (2) bakat; (3) minat; (4) motivasi dan emosi; serta (5) kemampuan kognitif.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 151
Penelitian Tindakan Kelas Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar berasal dari luar diri peserta didik adalah lingkungan alam dan instrument pembelajaran. 1)
Faktor lingkungan Lingkungan hidup terdiri dari lingkungan fisik atau lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Lingkungan fisik atau lingkungan alam adalah kondisi alamiah yang dapat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar seperti kondisi suhu udara, cuaca, dan kelembaban udara. Lingkungan sosial adalah lingkungan antar manusia atau antar kelompok mulai dari keluarga, tetangga, kampung, desa, kota, propinsi, negara dan dunia. Misalnya norma, aturan, dan adat istiadat. Sedangkan lingkungan budaya adalah lingkungan yang dipengaruhi oleh hasil ciptaan manusia yang bersifat abstrak dan konkret. Misalnya ide, gagasan, bahasa, perilaku, pakaian, bangunan rumah, radio, audio visual, dan media komunikasi.
2)
Faktor instrumen pembelajaran Faktor instrumen pembelajaran adalah faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi antara lain kurikulum, program, sarana dan prasarana serta guru atau tenaga pengajar. Pembagian faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, masyarakat, dan keluarga (Roestijah, 1986:145).
D.
Metode Pemberian Tugas Menurut Dhari (1997:75) metode pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan peserta didik untuk melakukan serangkaian kegiatan di luar jam pelajaran tatap muka. Sedangkan Depdikbud (1994:14), dijelaskan bahwa metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui penugasan peserta didik untuk melakukan suatu pekerjaan. Serangkaian kegiatan yang ditugaskan dapat berbentuk; 1. 2. 3. 4. 5. 6.
membuat kliping; majalah diding; ikhtisar atau ringkasan dari buku; mengerjakan soal-soal; membuat peta; mencari data statistik dan sebagainya.
Pelaksanaan tugas dilakukan secara individu atau kelompok, dengan pemberian tugas dalam diri peserta didik akan tumbuh kreativitas dan kebiasaan untuk melakukan serangkaian latihan dan kegiatan belajar di luar tatap muka di samping memperoleh serangkaian pengetahuan atau keterampilan. Metode pemberian tugas diterapkan dalam bagian kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk :
152 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
1.
2.
3.
Memelihara aktivitas belajar peserta didik dengan segenap potensinya di luar jam pelajar tatap muka, agar kedalaman dan keluasan bahan pelajaran dapat dikuasai dengan lebih baik. Mengatasi bahan pelajaran yang dirasa terlalu sarat sehingga tidak mungkin dapat dicapai jika hanya berdasarkan alokasi waktu yang tersedia saja. Maka dengan pemberian tugas hal tersebut dapat dicapai khususnya bahan pelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka. Meninjau kembali pelajaran yang sudah diajarkan, untuk latihan dengan tugas dengan mengumpulkan bahan, dan untuk memecahkan suatu masalah.
Manfaat atau keunggulan penggunaan metode pemberian tugas dalam bagian kegiatan belajar mengajar adalah dapat : a.
b.
c.
Melatih peserta didik melaksanakan serangkaian kegiatan agar menemukan sendiri pengalaman belajarnya dan selanjutnya akan mendorong tumbuhnya sikap tekun, teliti dan kreatif Mendorong perkembangan sikap dan kemampuan peserta didik dalam memikirkan dan melakukan sesuatu yang dianggap sulit, tanpa campur tangan pihak lain. Mendorong peserta didik untuk menilai sendiri seberapa jauh kelebihan dan kekurangan kemampuannya dalam mengerjakan tugas.
Dhari (1997:76) menjelaskan bahwa metode pemberian tugas yang menjadi bagian dari kegiatan belajar mengajar agar memiliki generalisasi yang baik perlu disusun langkah-langkah penggunaannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa langkah-langkah penggunaan metode pemberian tugas dapat disusun sebagai berikut : 1.
2.
E.
Membuat persiapan meliputi : a. Merumuskan tujuan pembelajaran b. Menetapkan topik. Ketika menentukan topik dapat diutamakan topiktopik yang diangkat dari kompetensi dasar yang diperkirakan dapat dipelajari sendiri oleh peserta didik tanpa melalui jam pelajaran tatap muka di kelas c. Menetapkan prosedur penyajian bahan pelajaran untuk mendukung tercapainya kompetensi dasar dengan metode pemberian tugas d. Menetapkan waktu untuk menyelsaikan tugas. Pelaksanaan metode meliputi : a. Menginformasikan kompetensi dasar yang hendak dicapai selama proses pembelajaran b. Menjelaskan topik yang menjadi tugas peserta didik termasuk ruang lingkupnya. c. Menginformasikan prosedur penyelesaian tugas.
Thaharah Thaharah merupakan syarat wajib bagi seseorang yang akan menunaikan ibadah shalat, sehingga thaharah perlu diajarkan dan dilatihkan kepada anak-
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 153
Penelitian Tindakan Kelas anak sejak usia dini. Ulama fiqih sendiri berpendapat bahwa thaharah adalah salah satu syarat pokok sahnya ibadah. Dalam hal ini Rasulullah Saw, menegaskan: “Kunci salat adalah bersuci, salat tanpa wudu tidak diterima, dan
kesucian adalah setengah iman.” (HR Muslim). 1.
Pengertian Thaharah Thaharah secara etimologi artinya bersih. Menurut fuqaha thaharah berarti membersihkan hadas atau menghilangkan najis jasmani seperti darah, air kencing, dan tinja. Seseorang yang terkena hadas ini dilarang untuk menunaikan shalat, dan untuk menyucikannya diwajibkan wudhu, mandi, dan/atau tayammum. Dalam literature Arab, thaharah artinya bersuci. Bersuci berdasarkan hukum Islam termasuk bagian ilmu dan amalan yang sangat penting. Bersuci dari hal-hal yang bersifat bathiniah merupakan upaya membersihkan diri dari noda kemusyrikan, kedengkian, takabur, riya’ dan berbagai bentuk dosa dan maksiat lainnya, yang dapat dilakukan dengan bertaubat secara sungguh-sungguh, penuh keikhlasan, tawadhu dan mendedikasikan seluruh aktivitas hidupnya hanya kepada Allah SWT. Sementara bersuci dari hal-hal yang bersifat lahir adalah menghilangkan segala kotoran (najis) dan hadas yang melekat pada diri, tempat dan pakaian yang dikenakan oleh seseorang. Dasar diperintahkanya untuk thaharah adalah firman Allah Surat Al Maidah ayat 6, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian, dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki” (QS. AlMaidah : 6). Secara umum, thaharah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu thaharah lahir dan thaharah batin. a.
Thaharah lahir Thaharah lahir adalah bersuci dari najis dan dari hadats terhadap kotoran yang dapat dihilangkan dengan cara berwudu, mandi, atau tayammum. Thaharah terhadap najis dan hadast menggunakan air yang suci terhadap pakaian, badan, dan tempat salat bagi seseorang yang hendak menunaikan salat.
b.
Thaharah batin Thaharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat dengan cara bertobat dengan sebenar-benarnya dari semua dosa dan maksiat, dan membersihkan hati dari kotoran syirik, ragu-ragu, dengki, khianat, sombong, ujub, riya, dan sum'ah dengan ikhlas, yakin, cinta kebaikan, lemah lembut, benar, tawadu, dan mengharapkan keridaan Allah SWT dengan semua niat dan amal saleh.
154 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Sarana yang digunakan dalam berthaharah dapat menggunakan dua macam cara yaitu: a.
Air mutlak Air mutlak adalah air asli yang tidak tercampuri oleh sesuatu apa pun dari najis, seperti air sumur, air dari mata air, air lembah, air sungai, air salju, dan air laut, berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut. “Dan Kami turunkan dari langit air yang amat suci.” (Al-Furqan: 48). Rasulullah Muhammad SAW. bersabda,“Air itu suci, kecuali bila sudah berubah aromanya, rasanya, atau warnanya karena kotoran yang masuk padanya.” (HR Al-Baihaqi).
b.
Tanah yang suci, pasir, batu, atau tanah berair. Rasulullah Muhammad SAW. bersabda, “Dijadikan bumi itu sabagai masjid dan suci bagiku.” (HR Ahmad:288). Tanah dijadikan sebagai alat thaharah jika tidak ada air, atau tidak bisa menggunakan air karena sakit, dan berfirman, ”…kemudian
karena
sebab
lain.
Allah
SWT.
kalian tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kalian dengan tanah yang suci.” (An-Nisa: 43). Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya tanah yang baik (bersih)
adalah alat bersuci seorang muslim, kendati ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. Jika ia mendapatkan air, maka hendaklah ia menyentuhkannya ke kulitnya.” (HR Tirmizi:251). 2.
Najis Najis adalah sesuatu benda yang keluar dari organ manusia, berupa tinja dan air kencing, atau mazi (lendir yang keluar dari kemaluan karena syahwat), atau wadi (cairan putih yang keluar selepas kencing), air mani, air kencing, dan kotoran hewan yang dagingnya tidak boleh dimakan, darah, nanah, air muntahan yang telah berubah, bangkai dan organ tubuhnya kecuali kulitnya, karena jika disamak kulitnya menjadi suci. Rasulullah SAW. bersabda, “Setiap kulit yang sudah disamak, maka menjadi suci.” (HR Muslim). Najis berupa kotoran yang wajib dibersihkan oleh setiap muslim, dengan mencuci benda yang terkena. Najis dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu: 1)
2) 3)
Air kencing, tinja manusia, dan hewan yang tidak halal dagingnya dan telah disepakati oleh para ulama. Sedangkan kotoran hewan yang halal dimakan dagingnya, hukumnya najis menurut madzhab Hanafi dan Syafi’i; dan suci menurut madzhab Maliki dan Hanbali. Madzyi, yaitu cairan putih lengket yang keluar ketika seseorang sedang berpikir tentang seks dan sejenisnya. Wadi, yaitu air putih yang keluar setelah buang air kecil.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 155
Penelitian Tindakan Kelas 4)
5) 6) 7)
Darah yang mengalir, sedangkan yang sedikit di-ma’fu. Menurut madzhab Syafi’i darah nyamuk, kutu, dan sejenisnya dima’fu jika secara umum dianggap sedikit. Anjing dan babi Muntahan. Bangkai, kecuali mayat manusia, ikan dan belalang, dan hewan yang tidak berdarah mengalir.
Najis yang mengenai badan, pakaian manusia, atau benda lainnya wajib dibersihkan. Jika najis tidak terlihat, maka wajib dibersihkan di tempatnya sehingga dugaan kuat najis telah dibersihkan. Demikian pula untuk pembersihan bejana yang pernah dijilat anjing, wajib dibasuh dengan tujuh kali dan salah satunya dengan debu. Sentuhan anjing dengan fisik manusia, tidak membutuhkan pembersihan melebihi cara pembersihan yang biasa. Najis sedikit yang tidak memungkinkan dihindari hukumnya dapat dimaafkan. 3.
Wudlu Wudhu adalah thaharah yang wajib dilaksanakan oleh karena hadats kecil, seperti buang air kecil, buang air besar, keluar angin dari dubur (kentut), tidur nyenyak, dan memakan daging onta. Cara berwudhu adalah sebagai berikut: a.
b. c. d. e.
f.
g.
h.
i.
Niat wudhu di dalam hati, tanpa diucapkan, karena Nabi Muhammad SAW tidak pernah melafadhkan niat dengan lisan dalam berwudhu, shalat, dan ibadah apapun. Allah SWT mengetahui apa yang ada di dalam hati tanpa pemberitaan kita. Membaca “ Basmallah”. Membasuh kedua telapak tangan sebamyak 3 (tiga) kali Berkumur serta menghirup air ke hidung sebanyak 3 (tiga) kali. Membasuh seluruh muka sampai batasan muka dengan telinga dan dari tempat pertumbuhan rambut kepala sampai jenggot bagian bawah sebanyak 3 (tiga) kali. Membasuh kedua tangan, dari ujung jari sampai siku-siku. Di awali dengan tangan kanan, kemudian tangan kiri sebanyak 3 (tiga) kali. Mengusap kepala, yaitu dengan membasahi tangan kemudian menjalankannya dari kepala bagian depan sampai bagian belakang, kemudian mengembalikannya ( mengembalikan tangan tersebut dari belakang sampai ke depan lagi) sebanyak 1 (satu) kali. Mengusap kedua telinga dengan memasukkan jari telunjuk dalam lubang telinga, dan mengusap bagian luar (belakang) dengan jempol sebanyak 3 (tiga) kali. Membasuh kedua kaki, yaitu dari ujung jari sampai mata kaki, diawali kaki kanan, kemudian kaki kiri sebanyak 3 (tiga) kali.
156 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
4.
Tayamum Tayammum adalah thaharah (sesuci) yang wajib dilakukan dengan menggunakan tanah (debu) sebagai pengganti wudhu dan mandi bagi orang yang memang tidak memperoleh air atau sedang dalam kondisi berbahaya bila menggunakan air. Cara bertayammum adalah sebagai berikut: Niat bertayammum sebagai pengganti wudhu atau mandi. Kemudian menepukkan kedua telapak tangan pada tanah atau yang berhubungan dengannya seperti tembok, lalu mengusap wajah dan kedua telapak tangannya. Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafadz, tayammum itu satu tepukan, untuk wajah dan kedua telapak tangan (HR. Abu Dawud : 327). Dishahihkan pula oleh Al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil : 161, bahwa anggota tayammum hanya wajah dan telapak tangan.
5.
Mandi Wajib Mandi wajib adalah thaharah (bersuci) yang wajib dilakukan dari hadats besar, seperti janabat dan haidh. Cara melaksanakan mandi wajib adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Niat mandi tanpa diucapkan. Membaca “ Basmalah”. Melaksanakan wudhu dengan sempurna. Menciduk air untuk kepala, dan bila sudah merata, maka barulah mengguyurkannya sebanyak 3 (tiga) kali. Membasuh seluruh badan.
METODE PENELITIAN A.
Seting penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, dengan lokasi penelitian di SMP Negeri 3 Mranggen Kabupaten Demak, dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.
Gambaran umum penelitian (siklus tindakan) Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik terhadap pemahaman thaharah dengan menggunakan metode pemberian tugas yang terdiri atas pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu. Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Sesuai dengan rencana variabel-variabel yang diselidiki masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu : 1.
Persiapan Tindakan a. membuat skenario dengan metode pemberian tugas;
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 157
Penelitian Tindakan Kelas b. c.
2.
membuat lembar kerja peserta didik yang berfungsi untuk pedoman peserta didik; membuat lembar observasi untuk mengamati keterampilan proses yang dilaksanakan setiap peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung;
Implementasi Tindakan Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) berdasarkan skenario yang telah disusun. Pada setiap konsep, sebagian sub konsep disampaikan melalui penugasan dan presentase hasilnya, namun sebagian yang lain menggunakan metode lainnya yang dipilih. Untuk sub konsep yang pembelajarannya dilengkapi dengan penugasan dan presentase hasil dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut : a.
b. c.
d. 3.
Pada waktu jam terjadwal menjelang pemberian tugas peserta didik dibagi menjadi (6) enam kelompok, kepada semua kelompok dibagikan atlas. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk membaca, bila terdapat hal-hal yang belum dipahami diberi kesempatan untuk bertanya jawab dengan guru, selain itu peserta didik dibimbing cara melakukan thaharah. Pada waktu di luar jam pelajaran setiap kelompok menyelesaikan tugas Pada waktu jam terjadwal berikutnya melalui diskusi hasil tugas dari salah satu kelompok untuk dibahas di depan kelas, kelompok lain memberi tanggapan terhadap kelompok penyaji sehingga terjadi diskusi, guru berperan sebagai pengarah. Berdasarkan hasil diskusi guru membimbing peserta didik untuk memahami thaharah yang telah dipelajari
Pemantauan dan Evaluasi Pada tahap ini dilaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap : a.
b.
4.
Tingkat keterlaksanaan rencana pembelajaran melalui observasi dan rencana yang dibuat oleh guru. Hal yang dipantau meliputi bagian rencana yang belum dapat dilaksanakan, yang perlu ditambah, dan hambatan-hambatan yang dihadapi. Tingkat pelaksanaan keterampilan proses melalui observasi menggunakan lembar observasi pada saat diskusi, penilaian, pemberian tugas, dan tes tertulis. Observasi dilakukan oleh dua tim (selain guru pengajar), pada setiap pertemuan tatap muka atau jam pelajaran terjadwal dengan mengisi skor pada keterampilan-keterampilan yang teramati pada kelompok atau peserta didik sesuai dengan identitasnya, sedangkan tes tertulis digunakan pada akhir seluruh siklus.
Analisis dan Refleksi Hasil yang didapatkan dalam tahap pemantauan dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis melalui diskusi. Peneliti berdasarkan hasil analisis dapat merefleksi untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan oleh
158 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
peserta didik dapat mewujudkan tujuan yang direncanakan. Hasil refleksi yang direncanakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Perolehan Nilai Sebelum Siklus (Kondisi Awal) Sebelum tindakan siklus I dimulai, telah dilaksanakan ulangan harian dengan hasil nilai yang diperoleh peserta didik sebagai berikut: nilai terendah 60, nilai tertinggi 70, nilai rata-rata 62,98, ketuntasan klasikal 57,14%. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65,00. Dengan demikian nilai yang diperoleh peserta didik masih relatif rendah dan perlu pemecahan lebih lanjut. Solusi yang digunakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman peserta didik berdasarkan rendahnya rata-rata nilai hasil evaluasi belajar peserta didik adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dilaksanakan dengan tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahap meliputi persiapan tindakan, implementasi tindakan, pemantauan dan evaluasi serta analisis refleksi.
B.
Deskripsi Data Hasil Penelitian 1.
Hasil Siklus Pertama Siklus pertama dilaksanakan dengan standar kompetensi mengidentifikasi informasi macam-macam najis dan cara menyucikannya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut telah di persiapkan skenario pembelajaran sebagaimana yang terlampir pada daftar lampiran 1. Skenario pembelajaran ini dilaksanakan selama dua jam pelajaran atau 80 menit. a.
Persiapan tindakan 1) Menyusun rencana pengajaran untuk standar kompetensi mengidentifikasi macam-macam najis dan cara menyucikannya, tentang najis mukhoffafah (ringan) najis mutawasithoh (sedang), najis mugholadhoh (berat) 2) Membuat alat tes diagnosa evaluasi awal 3) Menyusun lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan tugas secara berkelompok 4) Guru menjelaskan materi/kegiatan yang akan disajikan kepada peserta didik 5) Sejumlah peserta didik dibagi menjadi tujuh kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas enam peserta didik. Pemilihan anggota kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan jenis kelamin dan kemampuan belajar, dalam arti setiap kelompok terdiri atas putra dan putri dengan kemampuan yang bervariasi.
b.
Implementasi tindakan Pada skenario pembelajaran ini setiap kelompok mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan materi hadast kecil dan cara
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 159
Penelitian Tindakan Kelas mensucikannya, tentang hal yang menyebabkan hadast kecil dengan cara wudlu dan tayamum. Setelah diskusi kelompok selesai, masingmasing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lainnya siap untuk memberikan tanggapan. Pada akhir presentase kelompok, Guru memberikan penekanan terhadap hasil yang diharapkan dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dengan cara memberikan tugas. c.
Pemantauan Pelaksanaan Pelaksanaan skenario pembelajaran berdasarkan pemantauan melalui observasi langsung pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang dibuat guru, dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat peserta didik melaksanakan proses diskusi kelompok dapat diuraikan sebagai berikut : 1) 2)
3)
4)
Belum semua peserta didik berperan aktif dalam kegiatan tugas kelompok Kelompok yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya tampak belum terbiasa menyajikan materi diskusi yang diharapkan, sehingga memerlukan waktu persiapan yang cukup lama Aktivitas pada saat penyajian materi oleh kelompok penyaji yang dilanjutkan dengan tanya jawab, masih didominasi oleh peserta didik tertentu dengan penampilan yang masih canggung dan menggunaan bahasa pengantar yang kurang lancar Pada saat proses kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa peserta didik yang pasif, bahkan terkesan acuh tak acuh untuk mengikuti proses diskusi.
Pada akhir presentase penyajian hasil diskusi, guru menyampaikan tagihan atas pemberian tugas kepada peserta didik saat kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Tagihan atas pemberian tugas pada siklus pertama terdapat sebagian besar peserta didik yang mengerjakan dan menyerahkan hasil kerjanya, namun terdapat beberapa peserta didik yang belum melaksanakan. Hasil evaluasi proses belajar mengajar pada siklus pertama dengan diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan metode pemberian tugas dapat diuraikan sebagai berikut : a.
b.
Aktivitas peserta didik yang mengerjakan tugas sebanyak 37 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau telah mencapai 88%. Dengan demikian peserta didik yang belum mengerjakan tugas sebanyak 5% Peserta didik yang antusias untuk menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 31 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 73,81%. Peserta
160 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
didik yang belum dapat menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 26,19% Dari sembilan pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik, terdapat 32 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 76,19% yang menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 23,81% Peserta didik yang berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 19 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 45,24%. Peserta didik yang belum berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 54,76% Berdasarkan buku catatan peserta didik yang disusun pada saat akhir pelajaran, terlihat bahwa peserta didik yang mencatat hal penting sebanyak 32 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 76,19%. Sedangkan peserta didik yang tidak mencatat hal penting sebanyak 23,81% Aktivitas peserta didik yang berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 34 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 80,95%. Peserta didik yang belum berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 19,05% Keterampilan intelektual peserta didik pada siklus pertama berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan deskriptif persentase dapat diuraikan sebagai berikut : Peserta didik yang mengumpulkan tugas secara individual sebanyak 37 peserta didik atau sekitar 88,10% dari sejumlah 42 peserta didik. Sedangkan peserta didik yang tidak mengumpulkan tugas individual sejumlah 5 peserta didik atau 11.90%. Peserta didik yang mengumpulkan tugas secara kelompok sebanyak 6 kelompok dari sejumlah 7 (tujuh ) kelompok yang ada. Dengan demikian kerja kelompok peserta didik hasil seluruhnya belum menyerahkan kepada guru terdapat satu kelompok.
Berdasarkan hasil analisis refleksi peserta didik pada siklus pertama tersebut di atas lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut : a. b. c.
Peserta didik masih terbiasa mengikuti proses belajar dengan menggunakan metode ceramah. Peserta didik belum terbiasa atau terlatih untuk menerima tugas dalam bentuk membuat peta Peserta didik belum terbiasa menerima tugas untuk memroses atau menganalisis data yang dikerjakan secara kelompok ataupun secara individu
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 161
Penelitian Tindakan Kelas d.
d.
Peserta didik yang berinisiatif mengajukan pertanyaan kepada guru jumlahnya masih relatif kecil karena belum terbiasa
Hasil Belajar Hasil belajar peserta didik pada siklus pertama sebelum diberi tugas rata-rata memperoleh nilai sebesar 62,98 dan seluruhnya belum memperoleh ketuntasan belajar minimal secara individual, artinya belum memperoleh nilai 65 keatas. Sedangkan hasil belajar peserta didik setelah diberi tugas rata-rata memperoleh nilai sebesar 68,88. Peserta didik yang sudah tuntas belajar dengan standar ketuntasan minimal dengan memperoleh nilai 65 sejumlah 37 (tujuh) orang peserta didik atau 88,10%, sedangkan selebihnya sebesar 11,90% dari
sejumlah
peserta
didik
belum
tuntas
secara
individual
berdasarkan standar ketuntasan belajar minimal. Peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik antara sebelum diberi tugas pada aktivitas siklus pertama ini jika dibandingkan dengan setelah diberi tugas oleh guru terdapat peningkatan 30,96% 2.
Hasil Siklus Kedua Siklus kedua dilaksanakan dengan standar kompetensi mengidentifikasi informasi hadast kecil dan cara mensucikannya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut telah di persiapkan skenario pembelajaran sebagaimana yang terlampir pada daftar lampiran 1. Skenario pembelajaran ini dilaksanakan selama dua jam pelajaran atau 80 menit a.
Persiapan tindakan 1) Menyusun rencana pengajaran untuk standar kompetensi mengidentifikasi informasi hala-hal yang menyebabkan hadast kecil dan cara mensucikannya dengan cara wudlu dan tayamum. 2) Membuat alat tes diagnosa evaluasi awal 3) Menyusun lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan tugas secara berkelompok 4) Guru menjelaskan materi/kegiatan yang akan disajikan kepada peserta didik 5) Membagi sejumlah peserta didik yang ada menjadi tujuh kelompok dan setiap kelompok anggotanya masing-masing terdiri atas enam peserta didik. Pemilihan anggota kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan jenis kelamin dan kemampuan belajar, dalam arti setiap kelompok terdiri atas putra dan putri dengan kemampuan yang bervariasi. 6) Setiap kelompok mendapat tugas untuk didiskusikan dengan materi : hal-hal yang menyebabkan hadast kecil dan cara mensucikannya dengan wudlu atau tayamum
b.
Implementasi tindakan
162 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Pada skenario pembelajaran ini setiap kelompok mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan materi hal-hal yang menyebabkan hadast kecil dan cara mensucikannya dengan wudlu atau tayamum. Setelah diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lainnya siap untuk memberikan tanggapan. Pada akhir presentase kelompok, Guru memberikan penekanan terhadap hasil yang diharapkan dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dengan cara memberikan tugas. c.
Pemantauan Pelaksanaan Pelaksanaan skenario pembelajaran berdasarkan pemantauan melalui observasi langsung pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang dibuat oleh guru, dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat peserta didik melaksanakan proses diskusi kelompok dapat berjalan dengan lancar dan berdasarkan pemantauan peneliti dapat diuraikan sebagai berikut : 1)
2)
3)
4)
Semua kelompok dapat melaksanakan tugas, membuat laporan lengkap dan menyajikan materi tentang hal-hal yang menyebabkan hadast kecil dan cara mensucikannya dengan wudlu atau tayamum Kelompok yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya tampak lebih siap untuk menyajikan materi diskusi yang diharapkan, sehingga ketika diminta satu kelompok untuk tampil sebagai penyaji terlihat siap. Aktivitas pada saat penyajian materi oleh kelompok penyaji yang dilanjutkan dengan tanya jawab, masih terlihat didominasi oleh peserta didik tertentu yang memiliki keterampilan berbicara cukup baik dan berpengetahuan lebih luas. Pada saat proses kegiatan belajar mengajar, peserta didik yang pasif mulai berkurang jumlahnya dan mulai memiliki motivasi diri sehingga dapat mengikuti proses diskusi lebih baik.
Pada akhir presentase penyajian hasil diskusi, guru menyampaikan tagihan atas pemberian tugas kepada peserta didik saat kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Tagihan atas pemberian tugas pada siklus kedua ini terdapat seluruh peserta didik dapat mengerjakan dan menyerahkan hasil kerjanya kepada guru, namun terdapat beberapa peserta didik yang hasil kerjanya belum maksimal. Hasil evaluasi proses belajar mengajar pada siklus kedua dengan diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan metode pemberian tugas dapat diuraikan sebagai berikut : 1)
Aktivitas peserta didik yang mengerjakan tugas sebanyak 39 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau telah mencapai
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 163
Penelitian Tindakan Kelas
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
92,86%. Dengan demikian peserta didik yang belum mengerjakan tugas sebanyak 7,14% Peserta didik yang antusias untuk menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 37 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 88,10%. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 11,90% Dari sepuluh pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik, terdapat 37 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 88,10% yang menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 12,90% Peserta didik yang berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 26 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 61,90%. Peserta didik yang belum berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 38,10% Berdasarkan buku catatan peserta didik yang disusun pada saat akhir pelajaran, terlihat bahwa peserta didik yang mencatat hal penting sebanyak 36 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 85,71%. Sedangkan peserta didik yang tidak mencatat hal penting sebanyak 14,29% Aktivitas peserta didik yang berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 39 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 92,86%. Peserta didik yang belum berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 7,14% Keterampilan intelektual peserta didik pada siklus kedua berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan deskriptif persentase dapat diuraikan sebagai berikut : Peserta didik yang mengumpulkan tugas secara individual sebanyak 40 peserta didik atau sekitar 95,24% dari sejumlah 42 peserta didik. Sedangkan peserta didik yang tidak mengumpulkan tugas individual sejumlah 2 peserta didik atau 4,76%. Pada siklus kedua ini peserta didik yang mengumpulkan tugas secara kelompok sebanyak 6 kelompok dari sejumlah 7 (tujuh) kelompok yang ada. Dengan demikian kerja kelompok peserta didik hasil seluruhnya diserahkan kepada guru.
Berdasarkan hasil analisis refleksi aktivitas peserta didik pada siklus kedua tersebut di atas lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut : 1)
2) 3)
Peserta didik sudah mulai berminat atau terbiasa mengikuti proses belajar dengan menggunakan metode pemberian tugas meskipun belum seluruh peserta didik. Peserta didik sudah mulai terampil atau terlatih untuk menerima tugas dalam bentuk melakukan thaharah Peserta didik sudah mulai mengenal atau menerima tugas untuk memroses atau menganalisis data yang dikerjakan secara kelompok ataupun secara individu yang diberikan oleh guru
164 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
4)
d.
Peserta didik yang berinisiatif mengajukan pertanyaan kepada guru jumlahnya masih sudah mulai meningkat karena senantiasa diberi motivasi oleh guru.
Hasil Belajar Hasil belajar peserta didik pada siklus kedua sebelum diberi tugas rata-rata memperoleh nilai sebesar 62,98 dan seluruhnya belum memperoleh ketuntasan belajar minimal secara individual, artinya belum memperoleh nilai 65 keatas. Sedangkan hasil belajar peserta didik setelah diberi tugas memperoleh nilai rata-rata sebesar 72,52. Peserta didik yang sudah tuntas belajar dengan standar ketuntasan minimal dengan memperoleh nilai 65 sejumlah 41 orang peserta didik atau 95,25%, sedangkan selebihnya sebesar 4,75% dari sejumlah peserta didik belum tuntas secara individual berdasarkan standar ketuntasan belajar minimal. Peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik dalam aktivitas siklus kedua ini antara sebelum diberi tugas jika dibandingkan dengan setelah diberi tugas oleh guru terdapat peningkatan 7,14%
3.
Hasil Siklus Ketiga Siklus ketiga dilaksanakan dengan standar kompetensi mengidentifikasi informasi hal-hal yang menyebabkan hadast besar dan cara mensucikannya. Langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut telah di persiapkan skenario pembelajaran sebagaimana yang terlampir pada daftar lampiran 1. Skenario pembelajaran ini dilaksanakan selama dua jam pelajaran atau 80 menit a.
Persiapan tindakan 1) Menyusun rencana pengajaran untuk standar kompetensi mengidentifikasi informasi hal-hal yang menyebabkan hadast besar dan cara mensucikannya. 2) Membuat alat tes diagnosa evaluasi awal 3) Menyusun lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan tugas secara berkelompok 4) Guru menjelaskan materi/kegiatan yang akan disajikan kepada peserta didik 5) Membagi sejumlah peserta didik yang ada menjadi tujuh kelompok dan setiap kelompok anggotanya masing-masing terdiri atas enam peserta didik. Pemilihan anggota kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan jenis kelamin dan kemampuan belajar, dalam arti setiap kelompok terdiri atas putra dan putri dengan kemampuan yang bervariasi. 6) Setiap kelompok mendapat tugas untuk didiskusikan dengan materi: hal-hal yang menyebabkan hadast besar dan cara mensucikannya
b.
Implementasi tindakan
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 165
Penelitian Tindakan Kelas Pada skenario pembelajaran ini setiap kelompok mendapat kesempatan untuk berdiskusi dengan materi hal-hal yang menyebabkan hadast besar dan cara mensucikannya. Setelah diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil kerjanya dan kelompok lainnya siap untuk memberikan tanggapan. Pada akhir presentase kelompok, Guru memberikan penekanan terhadap hasil yang diharapkan dan memberikan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dengan cara memberikan tugas. c.
Pemantauan Pelaksanaan Pelaksanaan skenario pembelajaran berdasarkan pemantauan melalui observasi langsung pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana yang dibuat guru, dapat diketahui bahwa sebagian besar kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Pada saat peserta didik melaksanakan aktivitas melalui proses diskusi kelompok dapat diuraikan sebagai berikut : 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Semua peserta didik telah berperan aktif dalam kegiatan tugas kelompok dan secara indivual telah terlihat memiliki motivasi diri yang baik. Kelompok yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerjanya tampak sudah terbiasa untuk menyajikan materi diskusi yang diharapkan, sehingga hanya memerlukan waktu persiapan yang singkat Aktivitas pada saat penyajian materi oleh kelompok penyaji yang dilanjutkan dengan tanya jawab, semua peserta didik berperan aktif dengan penampilan dan menggunaan bahasa pengantar yang sudah lancar Pada saat proses kegiatan belajar mengajar semua peserta didik mengikuti dengan baik, bahkan sudah terkesan mampu untuk menghidupkan suasana proses diskusi. Pada akhir presentase penyajian hasil diskusi, guru menyampaikan tagihan atas pemberian tugas kepada peserta didik saat kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Tagihan atas pemberian tugas pada siklus ketiga terdapat semua peserta didik telah mampu mengerjakan dan menyerahkan hasil kerjanya kepada guru. Hasil evaluasi proses belajar mengajar pada siklus ketiga dengan diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan metode pemberian tugas dapat diuraikan sebagai berikut : Aktivitas peserta didik yang mengerjakan tugas sebanyak 42 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau telah mencapai 100%. Dengan demikian seluruh peserta didik telah mampu mengerjakan tugas sepenuhnya.
166 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
8)
Peserta didik yang antusias untuk menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 40 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 95,24%. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan sesama peserta didik sebanyak 4,76% 9) Dari dua puluh pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik, terdapat 39 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 92,86% yang menjawab pertanyaan dari guru. Peserta didik yang belum dapat menjawab pertanyaan dari guru sebanyak 7,14% 10) Peserta didik yang berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 32 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 76,19%. Peserta didik yang belum berminat mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 23,81% 11) Berdasarkan buku catatan peserta didik yang disusun pada saat akhir pelajaran, terlihat bahwa peserta didik yang mencatat hal penting sebanyak 40 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau rata-rata 95,24%. Sedangkan peserta didik yang tidak mencatat hal penting sebanyak 4,76% 12) Aktivitas peserta didik yang berminat mendiskusikan materi pelajaran sebanyak 42 peserta didik dari sejumlah 42 peserta didik atau mencapai 100%. Dengan demikian seluruh peserta didik aktif mengikuti diskusi kelompok Keterampilan intelektual peserta didik pada siklus ketiga berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan deskriptif persentase dapat diuraikan sebagai berikut : 1)
2)
Peserta didik yang mengumpulkan tugas secara individual sebanyak 42 peserta didik atau mencapai 100% dari sejumlah 42 peserta didik. Dengan demikian seluruh peserta didik telah mampu dan menyerahkan tugas individu kepada guru Peserta didik yang mengumpulkan tugas secara kelompok sebanyak 7 (tujuh) kelompok dari sejumlah 7 (tujuh) kelompok yang ada. Dengan demikian kerja kelompok peserta didik hasil seluruhnya diserahkan kepada guru.
Berdasarkan hasil analisis refleksi peserta didik pada siklus ketiga tersebut di atas lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut : 1)
2) 3)
Peserta didik sudah terbiasa mengikuti proses belajar dengan menggunakan metode pemberian tugas dan hasilnya jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan sebelumnya. Peserta didik sudah terbiasa atau terlatih untuk menerima tugas dari guru Peserta didik menerima tugas untuk memproses atau menganalisis data kuantitatif dan kualitatif yang dikerjakan secara kelompok ataupun secara individu yang diberikan oleh guru Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 167
Penelitian Tindakan Kelas 4)
d.
Peserta didik yang berinisiatif mengajukan pertanyaan kepada guru hampir seluruhnya memiliki keberanian dan sudah terlihat terbiasa.
Hasil Belajar Hasil belajar peserta didik pada siklus ketiga sebelum diberi tugas rata-rata memperoleh nilai sebesar 62,98 dan seluruhnya belum memperoleh ketuntasan belajar minimal secara individual, artinya belum memperoleh nilai 65 keatas yang distandarkan. Sedangkan hasil belajar peserta didik setelah diberi tugas rata-rata memperoleh nilai sebesar 76,89. Peserta didik yang sudah tuntas belajar dengan standar ketuntasan minimal dengan memperoleh nilai 65 sejumlah 42 orang peserta didik atau 100%. Dengan demikian seluruh peserta didik telah memperoleh nilai tuntas belajar secara individual sesuai yang distandarkan secara minimal.
C.
Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian tentang upaya peningkatan kemampuan peserta didik dalam thaharah dengan metode pemberian tugas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) semester ganjil peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dibahas bahwa berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diketahui aktivitas peserta didik pada siklus petama belum sebaik pada siklus kedua. Demikian pula pada siklus ketiga jauh lebih baik jika dibandingkan dengan siklus kedua. Pembahasan di setiap siklus dalam proses kegiatan belajar mengajar selama tiga siklus dapat dibahas sebagai berikut : 1.
Pada siklus pertama nilai rata-rata yang diperoleh seluruh peserta didik sebelum diterapkan metode pemberian tugas sebesar 65,67, sedangkan setelah diterapkan metode pemberian tugas nilainya meningkat menjadi 69,93. Peningkatan nilai tersebut masih terlihat relatif kecil meskipun dapat membuktikan bahwa telah terdapat peningkatan nilai yang signifikan dengan digunakannya metode pemberian tugas. Nilai yang diperoleh peserta didik kelas VII dengan peningkatan yang relatif masih rendah tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik belum dapat memanfaatkan waktu belajar secara intensif karena belum memperoleh strategi atau sistem pembelajaran yang intensif dengan metode pemberian tugas secara tepat. Pada siklus pertama ini penampilan peserta didik dalam menerima tugas secara individu dari guru masih terlihat ragu-ragu, lebih-lebih dalam melaksanakan tugas kelompok. Hal ini dapat dimaklumi oleh guru karena peserta didik kelas VII.2 merupakan peserta didik yang baru mengenal materi thaharah (bersuci) dari najis, hadast kecil, dan hadast besar, serta hal-hal yang menyebabkannya.
2.
Pada siklus kedua nilai rata-rata yang diperoleh seluruh peserta didik sebelum diterapkan metode pemberian tugas sebesar 65,67, sedangkan
168 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
setelah diterapkan metode pemberian tugas nilainya meningkat menjadi 72,95. Peningkatan nilai tersebut telah terlihat relatif baik dan dapat membuktikan bahwa telah terdapat peningkatan nilai yang signifikan dengan digunakannya metode pemberian tugas. Nilai yang diperoleh peserta didik kelas VII.2 pada siklus kedua ini dengan peningkatan yang relatif baik tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik telah mulai dapat memanfaatkan waktu belajar secara intensif karena telah memperoleh strategi atau sistem pembelajaran yang intensif dengan metode pemberian tugas secara tepat meskipun belum dapat diperoleh secara maksimal. Pada siklus kedua ini penampilan peserta didik dalam menerima tugas secara individu dari guru terlihat mulai mantap, demikian pula dalam melaksanakan tugas kelompok. Hal ini dapat dipahami oleh guru karena para peserta didik dapat menimba pengalaman atau memperoleh pengetahuan dari siklus sebelumnya. Pada siklus ini para peserta didik mulai mendapatkan bentuk cara melaksanakan tugas yang diberikan guru secara benar dan azas manfaat metode pemberian tugas itu sendiri terhadap prestasi belajarnya 3.
Pada siklus ketiga nilai rata-rata hasil evaluasi yang diperoleh seluruh peserta didik sebelum diterapkan metode pemberian tugas sebesar 65,67, sedangkan setelah diterapkan metode pemberian tugas nilainya meningkat menjadi 77,63. Pada siklus ketiga nilai hasil evaluasi yang diperoleh peserta didik sesudah diterapkan metode pemberian tugas semua peserta didik telah memperoleh nilai ketuntasan belajar minimal yang distandarkan yakni 75. Peningkatan nilai tersebut telah terlihat jauh baik dan dapat membuktikan bahwa telah terdapat peningkatan nilai yang signifikan dengan digunakannya metode pemberian tugas ini. Nilai yang diperoleh peserta didik kelas VII.2 pada siklus ketiga ini dengan peningkatan yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya dapat diketahui bahwa peserta didik telah mampu memanfaatkan waktu belajar secara intensif karena telah memperoleh strategi atau sistem pembelajaran yang intensif dengan metode pemberian tugas secara tepat . Pada siklus ketiga ini penampilan peserta didik dalam menerima tugas secara individu dari guru sudah mantap, demikian pula dalam melaksanakan tugas kelompok. Hal ini dapat dilihat oleh guru karena para peserta didik dapat menimba pengalaman atau memperoleh pengetahuan dari kedua siklus sebelumnya. Pada siklus ketiga ini para peserta didik sudah mendapatkan bentuk cara melaksanakan tugas yang diberikan guru secara benar dan azas manfaat metode pemberian tugas itu sendiri terhadap prestasi belajar yang diperolehnya.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 169
Penelitian Tindakan Kelas
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Simpulan Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian tentang upaya peningkatan kemampuan peserta didik dalam melaksanakan thaharah dengan metode pemberian tugas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) semester genap peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
B.
1.
Semua peserta didik berdasarkan data kuantitatif menunjukkan data peningkatan yang sangat signifikan dalam berthaharah dengan metode pemberian tugas yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik.
2.
Peningkatan kemampuan peserta didik dalam berthaharah dapat terjadi karena sebelum proses pembelajaran berlangsung, peserta didik dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu, sehingga pada saat proses pembelajaran para peserta didik dapat memahami materi pelajaran. Dengan demikian pengetahuan thaharah yang diperlukan untuk mendukung penyajian materi pelajaran dapat dipahami peserta didik sesuai dengan yang diharapkan.
3.
Hasil pengamatan guru terhadap aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran menunjukkan hasil peningkatan yang tajam terutama pada keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses kegiatan belajar, kebiasaan membaca buku pelajaran, kebiasaan mengajukan pertanyaan dan menjawab, membuat catatan, serta kebiasaan mengerjakan tugas.
4.
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang menyajikan materi di kelas VII.2 menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran melalui siklus pertama, kedua, dan ketiga mampu memberikan motivasi kepada peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran, menguasai skenario pembelajaran, mampu dalam pengelolaan kelas, dan mampu memberikan motivasi belajar terhadap peserta didik untuk menyelesaikan tugasnya.
Saran Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian tentang upaya peningkatan kemampuan peserta didik dalam berthaharah dengan metode pemberian tugas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam semester gasal peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 3 Mranggen Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1.
Guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) hendaknya dapat menggunakan metode pemberian tugas dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Hal ini dapat dikemukakan mengingat materi pelajaran Pendidikan Agama Islam materinya cukup luas dan perlu pembelajaran aplikasi di lapangan melalui berthaharah
2.
Upaya untuk meningkatkan prestasi peserta didik dalam pemahaman thaharah, Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam hendaknya dapat
170 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
menggunakan metode pemberian tugas dalam proses belajar mengajar pada standar kompetensi atau kompetensi dasar lainnya 3.
Upaya untuk mencapai kebenaran dan kesempurnaan dalam penelitian, maka penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan subjek yang sama dalam waktu yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. 1993. Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Srtategi. Bandung : Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 1993a. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. ----- 1995b. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara ----- 1996c. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta Dhari, Aboe. 1997. Metodologi Pembelajaran. Malang : Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS. Hadi, Sutrisno. 1989a. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset. Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Jakarta : Puspa Swara. Hamalik. Oemar. 2000. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo. Karo-Karo, Ulih Bukit. 1989. Metodologi Pengajaran. Salatiga : CV Saudara. Nawawi, Hadari. 1985. Organisasi dan Pengelolaan Kelas. Jakarta : Gunung Agung. Poerwodarminto, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN. Balai Pustaka. Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang : IKIP Semarang Press. Satmoko, Retno Sriningsih. 1999. Landasan Pendidikan. Semarang : IKIP Semarang Press. Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1987. Metodologi Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES. Sirait, Bistok. 1985. Menyusun Tes Hasil Belajar. Semarang : IKIP Semarang Press. Soeprapto. 1996. Pengantar Pendidikan. Malang : Pusat Pengembangan Penataran Guru Sudjana, Nama. 1989a. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : CV. Sinar Baru
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 171
Penelitian Tindakan Kelas -----. 1989b. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : CV. Sinar Baru ----- 1990c. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Suryobroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Usman, Moch User. 1989. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Zaini, Hasan. 1997. Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) Malang : Pusat Pengembangan Penataran Guru.
172 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012