1
Perbandingan Waktu dan Biaya Konstruksi Pekerjaan Bekisting Menggunakan Metode Semi Sistem Dengan Metode Table Form (Studi Kasus: Proyek FMipa Tower ITS Surabaya) Muhammad Fandi, Yusroniya Eka Putri, ST, MT Jurusan S1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
Abstrak— Perkembangan teknologi dalam dunia manajemen konstruksi bangunan gedung salah satunya adalah dengan adanya inovasi di cetakan beton atau bekisting, yaitu penggunaan metode sistem table form yang bisa menjadi alternatife menguntungkan dari segi waktu dan biaya. Penggunaan metode sistem table form akan menjadikan pekerjaan pemasangan dan pembongkaran bekisting bisa lebih cepat karena metode sistem table form tidak harus membongkar komponen – komponen yang ada di bekisting dibandingkan dengan metode semi sistem. Tentu saja dengan perbedaan kedua metode ini akan mempengaruhi dari biaya yang dikeluarkan. Tugas akhir ini membandingkan penggunaan metode bekisting yang berbeda yaitu metode bekisting sistem table form dengan metode semi sistem yang di tinjau dari aspek waktu dan biaya. Dari analisa perhitungan perbandingan kedua metode di proyek FMIPA – ITS Surabaya didapatkan bahwa pada pekerjaan bekisting menggunakan metode table form lebih cepat dibandingkan metode semi sistem dengan selisih waktu 42 hari. Sedangkan untuk biaya metode table form juga lebih murah daripada metode semi sistem dengan selisih Rp. 194.228.703 Kata kunci : metode bekisting table form
I. PENDAHULUAN
S
EIRING dengan perkembangan teknologi dalam dunia manajemen konstruksi bangunan gedung salah satunya adalah dengan adanya inovasi – inovasi di cetakan beton atau bekisting. Pada awalnya pekerjaan bekisting menggunakan bahan penyusun berupa kayu atau yang biasa dikenal dengan metode konvensional. Kayu adalah bahan utama dari penyusun bekisting menggunakan metode konvensional. Hal ini membuat bahan mudah didapat di pasaran dibandingkan bahan lain seperti besi, baja, ataupun aluminium. Karena sering digunakan harga kayu meningkat setiap tahunnya, oleh karena itu para kontraktor mengembangkan metode – metode pelaksanaan dalam pekerjaan bekisting dari konvensional menjadi semi sistem dan sistem table form.Pemilihan metode pelaksanaan yang tepat akan berdampak terhadap kecepatan pelaksanaan dan biaya yang ditimbulkan. Penggunaan metode bekisting semi sistem dan metode table form menjadi alternative. Metode semi sistem ini adalah metode yang menggunakan hollow sebagai perkuatannya, untuk balok suri dan balok gelagar masih menggunakan kayu sama seperti metode konvensional.. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan cara yang kasar oleh para pekerja, sehingga menyebabkan lapisan plywood cepat hancur dan mengurangi investasi karena kapasitas pengulangan pemakaian plywood akan menjadi lebih sedikit. Metode bekisting sistem table ini maksudnya adalah metode pemasangan bekisting untuk plat dan balok yang menggunakan perancah dari vertical support dan horizontal support sebagai alternative lain dari penggunaan scaffolding. Untuk penggantian plywood dalam metode sistem table tidak terlalu rumit karena
tidak harus membongkar keseluruhan dari penyusun bekisitng, yaitu dengan cara membongkar bagian atas dari perancah, lalu mengganti plywood yang lama dengan yang baru. Sistem pembongkaran juga lebih ramah lingkungan dan lebih cepat dari metode semi sistem. Pembongkaran metode sistem table dilakukan dengan cara mengendurkan jack base sebagai kaki dari perancah lalu diganti dengan roda dan secara otomatis perancah dan bekisting tersebut ikut turun juga tanpa membongkar semua perancah yang sebelumnya dilakukan dalam metode konvensional dan metode semi sistem. Hal ini mengurangi kontak fisik bekisitng plywood dengan alat – alat para pekerja yang akan menghemat banyak waktu dalam membongkar bekisting yang akan digunakan lagi untuk zona selanjutnya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bekisting Semi Sistem Metode bekisting setengah sistem ( semi sistem ) adalah sebuah bekisting yang dirancang untuk satu proyek, yang ukuran – ukurannya disesuaikan pada bentuk beton yang bersangkutan. Biasanya bekisting setengah sistem ( semi sistem ) terdiri dari elemen – elemen yang lebih besar, yang dibuat oleh pihak pemborong. Persyaratan untuk digunakannya bekisting semi sistem ini adalah adanya kemungkinan yang cukup bagi pengulangan dalam pekerjaan. Konstruksi untuk penopang dan bekisting tergantung dari pengulangan yang diinginkan. B. Bekisting Sistem Metode bekisting sistem adalah merupakan perkembangan lebih lanjut ke sebuah bekisting yang universal, yang dengan segala kemungkinannya dapat digunakan pada berbagai macam bangunan. Untuk dinding, lantai dan kolom telah dikembangkan bekisting – bekisting sistem, dan terdapat pula kemungkinan bahwa elemen – elemen bekisitng bekisting untuk tujuan ini dapat ditukar – tukar penggunaannya. Bekisting – bekisting sistem dibuat di pabrik dan dimontasikan pada bangunan bersangkutan dengan elemen – elemen pembantu yang merupakan bagian dari sistem ini. Karena penotasiannya sudah sangat disederhanakan, seni kerja teknisnya pun menjadi cukup ringan. Akan tetapi, pembelian bekisting – bekisting sistem memerlukan biaya yang cukup tinggi. Biaya investasi bisa dikatakan tinggi karena upah kerja yang rendah pada pengerjaannya. C. Spesifikasi Bekisting Pada umumnya sebuah bekisting serta alat-alat penopangnya merupakan sebuah konstruksi yang bersifat sementara dengan tiga fungsi utama ( F.Wigbout), yaitu : 1. Untuk memberikan bentuk kepada sebuah konstuksi beton 2. Untuk memperoleh struktur permukaan yang diharapkan
2 3. Untuk memikul beton, hingga konstruksi tersebut cukup keras untuk dapat memikul diri sendiri, peralatan dan tenaga kerja Konstruksi-konstruksi bekisting sebaiknya direncanakan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga konstruksi beton yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan seperti : a. Kualitas Ukuran harus sesuai dengan yang diinginkan Posisi letak acuan dan perancah harus sesuai rencana Hasil akhir permukaan beton harus baik, tidak ada acuan yang bocor b. Keamanan Acuan dan perancah harus stabil pada posisinya Kokoh yang berarti acuan dan perancah harus kuat menahan beban yang bekerja Acuan dan perancah harus kaku tidak bergerak dan bergeser dari posisinya c. Ekonomis Mudah dikerjakan dengan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja Mudah dipasang atau dirangkai untuk menghemat waktu Dapat menghemat biaya III. METODE PENELITIAN 1. Studi Literatur Untuk mendukung penelitian ini maka literatur-literatur yang berkaitan antara lain buku tentang, besi hollow, ataupun manajemen proyek sangat dibutuhkan. 2. Pengumpulan Data Proyek Data – data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut : a. Gambar struktur gedung b. Daftar harga material untuk bekisting c. Metode kerja bekisting yang digunakan 3. Identifikasi Alat dan Material Bekisting Dari data-data yang ada, dilakukan identifikasi alat dan material bekisting seperti perancah, dan multiplek. 4. Metode Pelaksanaan Awal dari pekerjaan metode bekisting setengah sistem ( semi sistem ) menurut pengamatan langsung di lokasi proyek FMIPA ITS Surabaya adalah menginstall perancah pada tempat yang akan di pasang bekisting dengan urutan : 1. Penempatan jack base pada tempat yang disediakan yang berfungsi sebagai kaki dari scaffolding 2. Pemasangan main frame di atas jack base yang akan berfungsi sebagai penahan beban yang terjadi akibat pengecoran 3. Pemasangan cross brace di tepi main frame agar main frame lebih kuat pada saat menerima beban 4. Pemasangan jack u ( u – head ) di atas main frame yang berfungsi sebagai pengikat antara perancah dengan balok suri 5. Pemasangan balok suri yang berfungsi sebagai penumpu hollow memanjang 6. Pemasangan Multiplex Untuk pengerjaan pembongkaran dari metode semi sistem ini terbilang rumit dikarenakan pembongkaran dilakukan dengan cara membongkar keseluruhan perancah dan akan merangkainya kembali untuk digunakan ke zona lainnya. Pembongkaran multiplexnya dilakukan dengan kasar oleh pekerja dengan cara mencongkel tepi dari multiplex sampai multiplex terjatuh dari
ketinggian lantai dengan keras. Hal ini menyebakan daya pakai dari multiplek itu akan berkurang. Awal dari pekerjaan metode sistem table menurut pengamatan langsung di lokasi proyek Senopati dan Ciputra di Jakarta adalah menginstall perancah pada tempat yang akan di pasang bekisting dengan urutan : 1. Penempatan jack base pada tempat yang disediakan yang berfungsi sebagai kaki dari scaffolding 2. Pemasangan vertical support di atas jack base yang akan berfungsi sebagai penahan beban yang terjadi akibat pengecoran 3. Pemasangan horizontal support di sekeliling vertical support agar vertical support lebih kuat pada saat menerima beban 4. Pemasangan base plate di atas vertical support yang berfungsi sebagai pengikat antara perancah dengan hollow double 5. Pemasangan hollow double yang berfungsi sebagai penumpu hollow memanjang 6. Pemasangan Multiplex yang sudah difabrikasi ( dengan cara multiplek disambung dengan sekrup ke hollow memanjang ) Untuk pengerjaan pembongkaran dari metode sistem ( table ) ini lebih mudah dibandingkan dengan metode semi sistem dikarenakan pembongkaran tidak dilakukan dengan membongkar keseluruhan perancah dan akan merangkainya kembali untuk digunakan ke zona lainnya melainkan hanya mengendurkan jack base lalu menggantinya dengan roda. Penggantian dari jack base ke roda membuat perbedaan tinggi dari perancah berubah menjadi lebih rendah. Hal ini akan memudahkan pekerja untuk membongkar multiplex tanpa banyak mencongkel multiplex dan multiplex yang sudah terlepas tidak akan terjatuh ke lantai. 5. Perhitungan Kebutuhan Alat dan Material Perhitungan kebutuhan material pada masing-masing komponen bekisting. Metode Bekisting Semi Sistem Yang dimaksud dengan alat berupa satu set scaffolding ( cross frame, main frame, jack base, u – head ), kayu gelagar, kayu suri, dan hollow , untuk material yang dihitung adalah Multiplek. Perhitungan kebutuhan alat bekisting berdasarkan pada metode rotasi perputaran bekisting yang digunakan di proyek FMIPA ITS Surabaya. Kebutuhan alat dan material dihitung per luasan lantai dan balok lalu dikalikan dengan luasan zona. Metode Bekisting Table Form Yang dimaksud dengan alat berupa satu set perancah ( Horisontal Support, Vertical Support,Inner Support, jack base, Plat- head ), material yang dihitung adalah Multiplek. Perhitungan kebutuhan alat bekisting berdasarkan pada metode rotasi perputaran bekisting yang digunakan di proyek FMIPA ITS Surabaya. Kebutuhan alat dan material dihitung per luasan lantai dan balok lalu dikalikan dengan luasan zona. 6. Analisa Produktivitas dan Durasi Acuan untuk menghitung produktivitas pekerjaan bekisting metode table form dilakukan dengan pengamatan di proyek Senopati di Jakarta, dengan cara volume dari satu zona dibagi dengan cycle time satu zona lalu dibagikan lagi dengan jumlah pekerja. Sedangkan untuk metode semi sistem menggunakan SNI 7394:2008 (6.23).Cycle time,dan volume yang akan digunakan untuk Tugas Akhir ini adalah cycle time dan volume yang digunakan di proyek FMIPA ITS Surabaya. Menghitung durasi waktu pekerjaan bekisting adalah mengalikan produktivitas pekerja dengan volume satu zona. 7. Analisa Biaya Menghitung biaya dari kedua metode bekisting adlah dengan berdasarkan jumlah alat dan material yang dibutuhkan lalu
3 mengalikannya dengan harga beli atau harga sewa kemudian dijumlahkan denga upah kerja pelaksanaan. IV. ANALISA PEMBAHASAN A. Identifikasi Bekisting Metode Semi sistem
7 6 5 4 3
2
4 = Vertical support 5 = Jack – U / U - head 6 = Hollow suri – suri double 50/100 7 = Hollow 40/60 7 = Multiplek B. Metode Pelaksanaan Di proyek Fmipa – Its Surabaya dibagi menjadi empat zona setiap lantai. Para pekerja harus melengkapi kebutuhan bekisting untuk sektor 1 lantai 1 sampai selesai sesuai dengan cycle time yang sudah direncanakan. Dengan metode kerja zona 1 ke zona 2 ke zona 3 dan ke zona 4. C. Analisa Kebutuhan Material Setelah mengidentifikasi beiksting, selanjutnya dilakukan analisa kebutuhan material. Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah kebutuhan material yang digunakan dengan tepat. Berikut ini adalah hasil analisa kebutuhan material bekisting : Tabel 4.2 Rekapitulasi Jumlah Multiplek Plat Setiap Zona
1 Gambar 4.1 Identifikasi Bekisting Untuk Plat Metode Semi Sistem Ket : 1 = Jack base 2 = scaffolding 3 = Jack – U / U - head 4 = Kayu gelagar 6/12 5 = Suri – suri 6/12 6 = Hollow 50.50.1.6 7 = Multiplek Metode Table Form
No
Bahan
Zona 1 (lembar)
Zona 2 (lembar)
Zona 3 (lembar)
Zona 4 (lembar)
1
Multiplek
170
205
170
41
Tabel 4.4 Rekapitulasi Jumlah Multiplek Balok Setiap Zona No Bahan Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 1 Multiplek 162 194 131 37 D. Analisa Perhitungan Alat Setelah menghitung material, selanjutnya dilakukan analisa kebutuhan alat. Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah kebutuhan alat yang digunakan dengan tepat. Berikut ini adalah hasil analisa kebutuhan alat untuk bekisting : a. Perhitungan kebutuhan alat bekisting semi sistem Tabel 4.9 Perhitungan Kebutuhan Alat Plat Metode Semi Sistem untuk 1,5 Lantai NO.
ALAT
Jumlah
Satuan
7 6 5
1
Main Frame T 190
770
Pcs
2
Main Frame T 170
770
Pcs
3
Lader Frame T 90
770
Pcs
4
4
Cross Brace 220
1131
Pcs
5
Hollow 50.50.20.4,5 m
6
Hollow 50.50.20.3m
7
Hollow 50.50.20.2,5 m
8
Hollow 50.50.20.2 m
9
Kayu MC Klas 6/12
427
Batang
10
Jack Base 60
1540
Pcs
11
U - Head 60
1540
Pcs
12
Join Pin
1540
Pcs
3 2 1 Gambar 4.2 Identifikasi Bekisting Untuk Plat Metode Table Form Ket : 1 = Jack base 2 = Inner support 3 = Horizontal support
0
m
1539
m
8
m
439
m
Tabel 4.10 Perhitungan Kebutuhan Alat Balok Metode Semi Sistem untuk 1,5 Lantai NO. 1
ALAT Main Frame T 190
Jumlah
Satuan
542
Pcs
4 2
Main Frame T 170
542
Pcs
3
Lader Frame T 90
542
Pcs
4
Cross Brace 220
1077
Pcs
5
Cross Brace 193
4
Pcs
6
Hollow 50.50.20.1,5 m
3976
m
7
Kayu MC Klas
375
Batang
8
Jack Base 60
1085
Pcs
9
U - Head 60
1085
Pcs
10
Join Pin
1085
Pcs
E. Analisa Perhitungan Perkuatan Alat Komponen – komponen bekisting yang telah diidentifikasi akan dihitung kekuatan strukturnya agar fungsi dari sebagai penahan beban sementara dapat berlangsung sesuai rencana F. Analisa Waktu a. Perhitungan waktu untuk metode table form Untuk zona 1 Volume = 770,24 m2 Kapasitas produksi = 7,62 m2 / orang / hari Durasi pekerjaan = 770, 24 m2 / 7,62 m2 / hari= 101 hari Dengan memakai jumlah pekerja sebanyak 25 orang, maka,untuk zona 1 pekerjaan bekisting dapat diselesaikan dalam waktu:
b. Perhitungan kebutuhan alat bekisting table form Tabel 4.6 Perhitungan Kebutuhan Plat Metode Table Form untuk 1,5 Lantai NO.
ALAT
Panjang
Jumlah
1
HS
2m
1178
2
HS
1,5 m
868
3
HS
0,9 m
212
4
VS
1,8 m
2060
5
Inner Support
2m
1030
6
Hollow 4/6
3,6 m
7
Hollow 4/6
3m
8
Hollow 4/6
2,5 m
9
Hollow 4/6
2m
10
Hollow 4/6
1,5 m
11
Hollow double 5/10
4,5 m
12
Hollow double 5/10
4m
13
Hollow double 5/10
3,7 m
168
14
Hollow double 5/10
2,7 m
182
15
Jack Base
0,60 m
1114
16
Plat Head
15 187 1432 27 440 2 52
1114
Tabel 4.7 Perhitungan Kebutuhan Balok metode Table Form untuk 1,5 Lantai NO.
ALAT
Panjang
HS
1,5 m
3962
2
HS
0,9 m
280
3
VS
1,8 m
4348
4
Inner Support
2m
2174
5
Hollow 4/6
1,5 m
3872
6
Hollow double 5/10
4m
284
7
Hollow double 5/10
3m
130
8
Hollow double 5/10
2,7 m
260
9
Hollow double 5/10
2m
Jack Base
0,60 m
11
Plat Head
4 hari yang dimaksudkan disini adalah durasi pekerjaan bekisting tanpa pekerjaan pembesian dan pengecoran. Penambahan durasi pembesian dan pengecoran akan menambah durasi sebanyak 2 hari menjadi 6 hari dengan cycle time sebagai berikut : Tabel 4.13 Cycle Time Zona 1 Metode Table Form Aktifitas
1
2
Hari ke 3 4 5
6
Marking Sepatu kolom Besi kolom Cor kolom Pasang perancah Pasang bodeman Pasang besi balok Pasang tembereng Pasang bekisting plat Pasang besi plat Levelling Cor Plat dan balok ket : = Bukan pekerjaan bekisting = Pekerjaan bekisting
Jumlah
1
10
= 4 hari
76 2174 2174
b. Perhitungan waktu untuk metode semi sistem Untuk zona 1 Volume = 770,24 m2 Kapasitas produksi = 3 m2 / orang / hari Durasi pekerjaan = 770, 24 m2 / 3 m2 / hari= 256 hari Dengan memakai jumlah pekerja sebanyak 25 orang, makauntuk zona 1 pekerjaan bekisting dapat diselesaikan dalam waktu:
= 10 hari 10 hari yang dimaksudkan disini adalah durasi pekerjaan bekisting dengan pekerjaan pembesian dan pengecoran. cycle time pekerjaan bekisting metode semi sistem adalah sebagai berikut :
5 Tabel 4.17 Cycle Time Zona 1 Metode semi sistem Aktifitas Marking Sepatu kolom Besi kolom Cor kolom Pasang perancah Pasang bodeman Pasang besi balok Pasang tembereng Pasang bekisting plat Pasang besi plat Levelling Cor Plat dan balok
1
2
3
Hari ke 5 6 7
4
8
9
10
KESIMPULAN Dari analisa perhitungan perbandingan kedua metode di proyek FMIPA – ITS Surabaya didapatkan bahwa pekerjaan bekisting menggunakan metode table form lebih cepat dibandingkan metode semi sistem dengan selisih waktu 42 hari. Sedangkan untuk biaya metode table form juga lebih murah daripada metode semi sistem dengan selisih Rp. 194.228.703
Rekapitulasi durasi untuk kedua metode adalah sebagai berikut :
Zona Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Durasi Metode Semi Sistem (Hari) 135 143 54 47
Durasi Metode Table Form (Hari)
Selisih (Hari)
95 101 40 41
40 42 14 6
G. Analisa Biaya Perhitungan biaya yang ditinjau adalah meliputi alat,material dan upah pekerja. Dari perhitungan sebelumnya, kebutuhan alat dan material metode table form langsung dikalikan dengan harga sewa (untuk alat) dan harga beli (untuk material). Untuk perhitungan alat dan bahan zona 1, zona 2, zona 3, dan zona 4 akan di tampilkan pada lampiran. Berikut adalah tabel rekapitulasi total harga alat dan bahan sampai dengan proyek selesai; a. Perhitungan biaya untuk metode table form Tabel 4.27 Rekapitulasi Jumlah Biaya Metode Table Form Zona Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Biaya Alat (Rp) 264.116.572 163.553.396 48.512.267 13.053.899
Biaya Bahan (Rp) 138.704.531 83.151.745 62.139.594 16.275.043
Biaya Upah (Rp) 85.800.000 102.960.000 14.400.000 7.920.000 Total
Total Biaya (Rp) 488.621.103 349.665.141 125.051.860 37.248.942 1.000.587.048
Jadi total biaya yang dikeluarkan sampai dengan proyek selesai adalah Rp. 1.000.587.048 (Satu milyar lima ratus delapan puluh ribu rupiah) b. Perhitungan biaya untuk metode semi sistem Tabel 4.31 Rekapitulasi Jumlah Harga Upah Pekerja Metode Semi Sistem Zona Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Biaya Alat (Rp) 198.547.785 124.682.405 41.671.506 13.103.139
Jadi total biaya yang dikeluarkan sampai dengan proyek selesai adalah Rp 1.194.815.749 (Satu Milyar Seratus Sembilan Puluh Empat Juta Delapan Ratus LimaBelas Ribu Tujuh Ratus Empat Puluh Sembilan Rupiah)
Biaya Bahan (Rp) 138.704.531 83.151.745 62.139.594 16.275.043
Biaya Upah (Rp) 210.600.000 223.080.000 51.840.000 31.020.000 Total
Total Biaya (Rp) 547.852.317 430.914.150 155.651.100 60.398.182 1.194.815.749
DAFTAR PUSTAKA Wigbout, F. Ing. ( 1992 ). Bekisting ( Kotak Cetak ). Jakarta : Penerbit Erlangga Ervianto, Wulfram I. ( 2006 ). Eksplorasi teknologi dalam proyek konstruksi ; beton pratekan dan bekisting ; edisi I. Yogyakarta : Penerbit Andi Soeharto, Iman (1995). Manajemen Proyek. Jakarta : Penerbit Erlangga Clarasinta, E. ( 2012 ).Tugas Akhir : Analisa biaya dan waktu dan bekisting metode semi sistem (besi hollow) dengan konvensional pada proyek Puncak Kertajaya Apartement. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Saraswati, Y.D. ( 2012 ) Jurnal : Analisa perbandingan penggunaan bekisting semi konvensional dengan bekisting sistem table form pada konstruksi gedung bertingkat. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember