1
PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK BERBAHAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN (STUDI KASUS INDUSTRI MARNING GEPENG DI DESA KLAMPOK, KECAMATAN TONGAS, KABUPATEN PROBOLINGGO) (Studi Kasus Industri Marning Gepeng di Desa Klampok, Kecamatan Tongas, Probolinggo) Faza Wahmuda Staf Pengajar Jurusan Desain Produk - Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Abstrak Meningkatnya produksi jagung yang dikonsumsi menyebabkan semakin banyak limbah tongkol jagung yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Salah satunya produksi jagung yang ada di industri kecil marning gepeng terletak di Desa Klampok, Kabupaten Probolinggo. Saat ini limbah tongkol jagung tersebut hanya dimanfaatkan untuk bahan bakar memasak dan pakan ternak desa sekitar. Pemanfaatan tersebut tidak seimbang dengan produksi marning gepeng yang semakin banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi limbah berupa tongkol jagung di Desa Klampok sehingga mampu dimanfaatkan sebagai bahan alternatif pengganti material produk kerajinan dan mendapatkan hasil pengembangan desain produk dengan material tongkol jagung sehingga dapat memberikan nilai ekonomi lebih untuk masyarakat tersebut. Metode yang digunakan adalah pendekatan melalui eksperimen material dan proses untuk mencari alternatif pengembangan produk berbahan tongkol jagung. Hasil ekperimen digunakan untuk pengembangan produk berbahan tongkol jagung sebagai produk sederhana, yaitu tempat alat tulis dan jam dinding. Penelitian ini memuat proses eksperimen pada tongkol jagung yang terbagi dalam beberapa tahapan, yakni proses pembentukan, pemanasan, pengawetan, percampuran dan penggabungan material, serta pewarnaan. Konsep pemberdayaan masyarakat dan rekomendasi produksi produk disajikan dalam penelitian ini. Dilengkapi sosialisasi untuk alternatif desain baru dari bahan tongkol jagung yang mampu memberikan alternatif jawaban permasalahan yang dihadapi industri di Desa Klampok Probolinggo. Kata kunci : jagung, tongkol jagung, limbah, pencemaran lingkungan, pengembangan produk, produk sederhana, ekperimen produk. ABSTRACT The increased production of corns consumed by people causes the increase of corncob waste which will cause environmental pollutions. One of them is the small industry of cornflakes located in Klampok Village, Probolinggo. Currently the corncob waste is only used for a cooking fuel and animal feeds for the village. The use of the waste is not balanced compared to the increased production of the cornflakes. This study aims to determine the potency of the corncobs waste to be used as an alternative material for craft products and the development of the product design using the corncobs so that it will provide more economic value to the community. The method used in this study is a through material experiments and processes to look for alternative product developments made from corncobs. The experimental results are used to develop products made from corn cobs as simple products, such as stationery storages and wall clocks. This study includes experiment processes on corn cobs which are divided into several stages, namely the process of formation, heating, preservation, the mixing and merging processes of the materials, and coloring. The concept of community empowerment and recommendations on the production of products are presented in this study, equipped with the socialization for new design alternatives from corncobs which is able to provide alternative answers to the problems faced by industries in Klampok Village, Probolinggo. Keywords: corns (maize), corncobs, waste, environmental pollution, product development, simple products, product experimentations.
2
Pendahuluan Upaya penekanan jumlah limbah dengan konsep pengelolaan limbah saat ini telah bergeser dari pengolahan limbah (waste treatment) ke arah pencegahan timbulan limbah (waste prevention) dan pemanfaatan limbah menjadi produk (waste to product). Pengolahan limbah memerlukan biaya investasi dan operasi tinggi sehingga mengurangi keuntungan perusahaan. Pengolahan juga tidak memecahkan masalah lingkungan, karena pada beberapa proses pengolahan hanya memindahkan pencemar dari satu media ke media (Purwanto, 2011). Oleh karena itu, hubungan antara perkembangan produk dengan kondisi lingkungan menjadi tanggung jawab dari bangsa kita untuk memanfaatkan dengan baik sumber daya alam, agar tidak mencemari kondisi lingkungan sehingga terpelihara dengan baik dan juga menjadi program yang terkait dengan konsep produk yang berkelanjutan dan konsep green product, dengan penanganan isu internasional ‘global warming issue’ (Hadisoegondo, 2010). Dengan demikian kondisi tersebut dapat memberikan perhatian bagi pemerintah dengan menerapkan program sistem manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih, dan teknologi berwawasan lingkungan, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 31 tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih dan Teknologi Berwawasan Llingkungan di Daerah. Dari kebijakan-kebijakan tersebut, pemerintah telah menerapkan programprogram tersebut, salah satunya program pemanfaatan limbah dari sebuah industri besar maupun industri kecil sebagai bentuk kepedulian lingkungan. Diharapkan program-program pemanfaatan limbah tersebut untuk menghasilkan sebuah inovasi baru yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Salah satunya pada sektor agroindustri pada produksi jagung di Indonesia yang setiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia, produksi jagung di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Seperti pada table 1 di bawah ini. Tabel 1. Peningkatan Produksi Jagung (Sumber : BPS, 2009) Negara
Jenis Tanaman
Tahun
Luas Panen(Ha)
Produktivitas(K u/Ha)
Produksi(Ton)
Indonesia
Jagung
2005
3,625,987
34,54
12,523,894
Indonesia
Jagung
2006
3,345,805
34,70
11,609,463
Indonesia
Jagung
2007
3,630,324
36,60
13,287,527
Indonesia
Jagung
2008
4,001,724
40,78
16,317,252
Indonesia
Jagung
2009
4,160,659
42,37
17,629,748
Meningkatnya produksi jagung yang dikonsumsi menyebabkan semakin banyak limbah tongkol jagung yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Selama ini, masyarakat cenderung memanfaatkan limbah tongkol jagung sebagai bahan bakar dan terkesan terbuang percuma. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian guna mengurangi volume limbah tongkol jagung dan meningkatkan nilai tambahnya (Suryani, 2009).
3
Salah satu produk industri kecil marning gepeng dari jagung terletak di Desa Klampok, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. Di desa tersebut terdapat Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung sebagai pembinaan oleh Prima Tani BPTP. Dampak limbah dari kegiatan industri tersebut adalah tongkol jagung yang semakin banyak jumlahnya dan tidak terkendali. Potensi limbah tongkol jagung tersebut cukup menarik untuk dikembangkan dalam hal : 1. mengurangi limbah tongkol jagung 2. inovasi pengembangan produk 3. nilai ekonomi produk Sementara itu, saat ini limbah tongkol jagung hanya dimanfaatkan untuk bahan bakar memasak dan pakan ternak desa sekitar. Tinjauan Pustaka Untuk definisi limbah padat menurut Pranowo (2009), limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempattempat umum. Menurut Suprihatin dan Agung (1999), limbah padat juga disebut dengan sampah, yang memiliki pengertian suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Berdasar asalnya limbah (padat) dapat digolongkan sebagai : 1. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar sampah organik, termasuk sampah organik misalnya : sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit, buah dan daun. 2. Sampah anorganik yaitu sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya: botol kaca, botol plastik, tas plastik dan kaleng (Suprihatin dan Agung 1999). Murtadho dan Said (1988) mengklasifikasikan sampah organik menjadi 2 (dua) kelompok yaitu : (1) sampah organik yang mudah membusuk dan (2) sampah organik yang tidak mudah membusuk. Limbah akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak ada pengolahan yang baik dan benar, dengan adanya limbah padat didalam lingkungan hidup maka dapat menimbulkan pencemaran seperti : 1. timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2 S), amoniak (NH3), methan (CH4), C02 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbun dan membusuk karena diuraikan mikroorganisme. Adanya musim hujan dan kemarau, terjadi proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana aerob/anaerob.
4
2. dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang ditumpuk, akan terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 dan metana yang jika melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H2S 50 ppm dapat mengakibatkan mabuk dan pusing. 3. penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuang dalam perairan atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapat menyebabkan air menjadi keruh dan rasa dari air pun berubah. 4. kerusakan permukaan tanah. Pemanfaatan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tentunya dapat menjadikan limbah tersebut tidak berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan. Menurut sifatnya pengolahan limbah padat dapat dibagi menjadi dua cara yaitu pengolahan limbah padat tanpa pengolahan dan pengolahan limbah padat dengan pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang langsung ke lingkungan. Sedangkan limbah padat yang mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang lingkungan (Pranowo, 2009). Menurut Bishop (2000) tahapan dari program pencegahan pencemaran (pollution prevention) dapat dijelaskan seperti pada gambar 1 berikut : Pengurangan limbah pada sumbernya Daur Ulang (Recycle dan Pemanfaatan) Pengolahan (Treatment) Pembuangan
Gambar 1. Hirarki program pencegahan pencemaran ( Sumber : Bishop, 2000 dengan modifikasi ) 1. Pengurangan limbah pada sumbernya. Pencemaran harus dicegah atau dikurangi pada titik sumbernya dan harus diusahakan agar limbah tidak dihasilkan. 2. Daur ulang (Recycle) dan pemanfaatannya. Jika pengurangan limbah pada sumbernya tidak mungkin dilakukan, proses daur ulang harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan. 3. Pengolahan (Treatment). Pengelolaan limbah berbahaya tidak mungkin dilakukan dengan proses pengurangan limbah pada sumbernya ataupun di daur ulang sehingga satusatunya pilihan adalah dengan proses pengolahan. 4. Pembuangan (Disposal). Pembuangan limbah padat ke tempat pembuangan akhir (sanitary landfill) atau dengan proses pembakaran harus menjadi pilihan akhir. Komposisi kandungan tongkol jagung dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :
5
Tabel 2. Kandungan Tongkol Jagung (Sumber : Suryani, 2009)
Limbah jagung sebagian besar adalah bahan berlignoselulosa yang memiliki potensi untuk pengembangan produk masa depan. Seringkali limbah yang tidak tertangani akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Pada dasarnya limbah tidak memiliki nilai ekonomi, bahkan mungkin bernilai negatif karena memerlukan biaya penanganan. Namun demikian, limbah lignoselulosa sebagai bahan organik memiliki potensi besar sebagai bahan baku industri pangan, minuman, pakan, kertas, tekstil, dan kompos. Di samping itu, fraksinasi limbah ini menjadi komponen penyusun yang akan meningkatkan daya gunanya dalam berbagai industri. Lignoselulosa terdiri atas tiga komponen fraksi serat, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Dari ketiga komponen tersebut, selulosa merupakan komponen yang sudah dimanfaatkan untuk industri kertas, sedangkan hemiselulosa belum banyak dimanfaatkan (Richarna dan Suarni, 2004). Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Klampok, Tongas, Kabupaten Probolinggo dengan bagan alir dari penelitian ini adalah sebagai berikut (gambar 2) : Perumusan masalah dan tujuan penelitian TAHAP IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Studi kepustakaan berupa kajian permasalahan terkait tema Data primer ( data yang dikumpulkan dari lokasi )
TAHAP PENGUMPULAN DATA
Data sekunder ( Teori-teori dan literatur dari jurnal-jurnal desain, regulasi & Kebijakan-kebijakan pemerintah)
TAHAP ANALISA DAN DESAIN
TAHAP KESIMPULAN DAN SARAN
Eksperimen Karakterisasi Material Limbah Proses Desain Produk Analisa Pasar dari Produk Jadi Kesimpulan berupa rekomendasi bagi Masyarakat Desa Klampok
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
6
Sedangkan proses eksperimennya meliputi : a. Eksperimen Karakteristik Material Limbah. 1) Eksperimen melalui proses pembentukan (bentuk). Eksperimen ini dilakukan dengan tujuan mencari alternatif bentuk sehingga memungkinkan diolah menjadi produk dengan fungsi sederhana. Berikut langkah eksperimen melalui proses pembentukan (gambar 3) : Tongkol diutuhkan Memanjang Eksperimen Proses Pembentukan
Dipipil Melingkar Dipotong dengan pola
Menyilang
Gambar 3. Bagan Eksperimen Proses Pembentukan
2) Eksperimen melalui pemanasan. Eksperimen ini bertujuan untuk mencari perubahan fisik melalui proses pemanasan sehingga diharapkan memiliki karakter yang tahan lama dalam penggunaan produk. Berikut langkah eksperimen melalui proses pemanasan. Berikut langkah eksperimen melalui proses pemanasan (gambar 4): Alami
Eksperimen Proses Pemanasan
Dijemur 6 jam
Dijemur 2 x 6 jam
Buatan Di Bakar Gambar 4. Bagan Eksperimen Proses Pemanasan
3) Eksperimen melalui pengawetan material. Eksperimen ini bertujuan untuk mempertahankan dan mengawetkan karakter fisik tongkol jagung dengan menggunakan bahan yang alami atau kimiawi. Berikut langkah eksperimen melalui proses pengawetan (gambar 5) : Alami Eksperimen Proses Pengawetan
Dijemur 6 jam Buatan / Kimia
Gambar 5. Bagan Eksperimen Proses Pengawetan
Perendaman dengan Anti Hama dan pengeringan 48 jam
7
4) Eksperimen melalui pencampuran dan penggabungan material lain (mix media). Eksperimen ini untuk mendapatkan kemungkinan pencampuran material lain sehingga didapatkan material baru yang merupakan gabungan material dengan karakteristik yang berbeda dari sebelumnya. Berikut langkah eksperimen melalui proses pencampuran dan penggabungan material lain (mix media) (gambar 6) : Lem Castol Eksperimen Proses Pecampuran dan Penggabungan Material Lain
Lem fiber composit Lem Kayu Lem Kertas Resin catalis
Gambar 6. Bagan Eksperimen Proses Pencampuran dan Penggabungan Material lain
5) Eksperimen melalui proses pewarnaan dan penyelesaian akhir (finishing). Eksperimen ini bertujuan untuk mendapatkan warna dan penyelesaian akhir pada permukaan produk. Sehingga aman digunakan dan tidak merubah karakteristik tongkol jagungnya. Berikut langkah eksperimen melalui proses pewarnaan (gambar 7) : Warna Alami
Eksperimen Proses Pewarnaan
Warna Asli Warna Melalui Pembakaran
Warna Buatan
Warna berbasis Minyak Warna berbasis Air Warna Clear
Gambar 7. Bagan Eksperimen Proses Pewarnaan
Bentuk eksperimen diatas dilakukan berdasar hasil survei di Desa Klampok Probolinggo dan studi banding produk limbah sejenis di daerah Bogor tentang pemanfaatan limbah tongkol jagung. Sehingga hasil yang ada merupakan bentukan proses yang menghasilkan produk dengan karakteristik yang berbeda.
8
Industri Marning Gepeng di Desa Klampok Probolinggo Lokasi Penelitian di Desa Klampok, Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Di desa tersebut terdapat Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung sebagai pembinaan oleh Prima Tani BPTP. Hasil jagung terdiri atas : Jagung Pipilan : 70% Limbah Tongkol Jagung : 30% Dalam sehari dapat mengolah 10 Kg/orang dengan rincian : Jagung (marning) pipilan : 7 kg Limbah Tongkol Jagung : 3 Kg Untuk setiap kelompok tani jagung terdiri dari 20 orang, jadi hasil yang didapat adalah : Jagung (marning) pipilan : 140 kg/hari Limbah Tongkol Jagung : 60 Kg/hari Selama ini Limbah tongkol jagung dijual untuk bahan pakan ternak dengan harga Rp. 5000 / 15 kg Dari hasil perhitungan diatas, limbah tongkol jagung yang tersisa setiap harinya sebanyak 60 Kg per kelompok tani. Sedangkan selama ini, masyarakat cenderung memanfaatkan limbah tongkol jagung sebagai bahan bakar memasak. Sehingga pemanfaatan limbah tongkol jagung di Desa Klampok masih belum seimbang. Sedangkan apabila dilihat dari aspek ekonomi, dapat dijelaskan seperti dibawah ini : Untuk 1 kg jagung pipilan menghasilkan marning gepeng sebanyak 7 ons dan dijual seharga Rp. 9.000,-. Padahal apabila dijual pipilannya untuk 1 kg jagung pipilan hanya laku dijual seharga Rp. 2.000,-. Apabila telah digoreng, 1 kg dijual seharga Rp. 20 ribu. Hasil Eksperimen Tongkol Jagung a. Tongkol jagung yang dipotong dengan pola memanjang akan memudahkan penggabungan pada bahan yang datar, dikarenakan berbentuk setengah lingkaran. Oleh sebab itu eksperimen dengan pola ini sangat memungkinkan untuk dilanjutkan guna diaplikasikan dalam produk. b. Tongkol jagung yang dipotong dengan pola melingkar akan memudahkan penggabungan pada bahan lain. Oleh sebab itu eksperimen dengan pola ini sangat memungkinkan untuk dilanjutkan guna diaplikasikan dalam produk. c. Tongkol jagung yang dipotong dengan pola menyilang akan memudahkan penggabungan dengan pola yang lain. Oleh sebab itu eksperimen dengan pola ini memungkinkan untuk dilanjutkan guna diaplikasikan dalam produk. d. Tongkol jagung yang dipanaskan secara alami dengan cara dijemur 6 jam dengan temperature suhu rata-rata 34 derajat celsius, perubahan terletak pada berkurangnya berat tongkol dan menjadi kering. Tetapi lapisan luar tongkol jagung mudah mengelupas, sehingga dibutuhkan proses lanjutan untuk dapat mempertahankan karakter tongkol jagung.
9
e. Tongkol jagung yang diawetkan secara alami dengan cara dijemur 6 jam dan dibiarkan selama 30 hari, tongkol jagung tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau. Jadi kesimpulannya tongkol jagung ini tahan lama. f. Tongkol jagung yang yang digabungkan dengan menggunakan lem fiber composit, hasilnya tidak mudah lepas. Jadi kesimpulannya penggabungan tongkol jagung ini kuat dan dapat diaplikasikan pada perancangan produk. g. Tongkol jagung yang yang diwarna dengan menggunakan warna clear, tongkol jagung terlihat mengkilap, tekstur jagung terlihat. Sehingga karakternya terlihat natural. Disisi lain pewarnaan ini mendukung daya tahan tongkol jagung tersebut. Jadi kesimpulannya pewarnaan tongkol jagung ini sangat sesuai untuk diaplikasikan ke perancangan produk. Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan maka dapat dikembangkan menjadi produk dengan fungsi sederhana, seperti bagan dibawah ini (gambar 8) : Limbah Tongkol Jagung Studi Kasus Peneliti
Bapak Edie sebagai praktisi sebelumnya
Limbah berasal dari industri marning gepeng di Desa Klampok Probolinggo
Limbah berasal dari pasar-pasar tradisional di daerah Bogor
Bahan bakar memasak Dibuang
Peluang Limbah Tongkol Jagung di Desa Klampok Probolinggo Yaitu mencoba produk yang belum perah dibuat di bogor
Lampu Hias Lampu Gantung Tempat Koran Bahan Tas
Tempat Alat Tulis Jam Dinding
Gambar 8. Bagan peluang pengembangan produk tongkol jagung Sketsa Ide a. Tempat Alat Tulis (gambar 9)
Gambar 9. Sketsa Produk Tempat Alat Tulis
10
b.Jam Dinding (gambar 10)
Gambar 10. Sketsa Produk Jam Dinding Proses Perancangan Produk Tempat Alat Tulis Proses perancangan produk tempat alat tulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Tongkol jagung yang telah diawetkan dengan cara di jemur selama 6 jam, dipotong dengan pola memanjang menggunakan gergaji besi. b. Kemudian dilakukan penghalusan permukaan polanya dengan ampelas. c. Dilanjutkan dengan proses penggabungan dan pembentukan dari pola yang sudah dibuat dengan menggunakan lem fiber composite G-plast dengan tujuan memberikan perekat yang kuat antar polanya. d. Selanjutnya proses perapian produk dengan menggunakan gerinda atau ampelas dengan tujuan produk lebih halus permukaannya e. Tongkol jagung dari sisa potongan, dipipil dengan tangan atau dengan parutan yang kemudian digabungkan dengan material resin sebagai perekat dan membentuk pola alas produk. Sebelum diolah, resin harus dicampur dengan katalis sehingga dapat mengeras dengan perbandingan katalis dan resin 1:10. Untuk dapat mengeras memerlukan waktu kurang lebih 30-45 menit (tergantung suhu ruang, makin dingin makin lama). Katalis dapat di perbanyak menjadi 2:10 atau 3:10 sehingga pengerasannya akan lebih cepat. Gambar dibawah ini hasil jadi alas asbak dari sisa tongkol jagung yang dihaluskan di campur dengan resin dan katalis. f. Untuk proses akhir yaitu proses pewarnaan dengan menggunakan clear dengan teknik spray, dengan tujuan karakter tongkol jagung masih terlihat jelas. Dari proses diatas jumlah tongkol jagung yang dibutuhkan adalah 8 buah dalam setiap produknya. Dengan tidak menghasilkan limbah dalam proses produksinya, karena bahan sisa tongkol jagung digunakan sebagai bagian alas produk. Sehingga produksi bersihnya adalah nol.
11
Dibawah ini adalah hasil jadi produk tempat alat tulis berbahan tongkol jagung (gambar 11).
Gambar 11. Hasil jadi produk tempat alat tulis berbahan tongkol jagung Proses Perancangan Produk Jam Dinding Proses pembuatan produk jam dinding menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Tongkol jagung yang telah diawetkan dengan cara di jemur selama 6 jam, dipotong dengan pola melingkar menggunakan gergaji besi. b. Kemudian dilakukan proses penggabungan dan pembentukan dari pola yang dibuat dengan menggunakan lem fiber composite dengan tujuan memberikan perekat yang kuat antar polanya. c. Selanjutnya proses perapian produk dengan menggunakan gerinda atau ampelas dengan tujuan produk lebih halus permukaannya. d. Tongkol jagung dari sisa potongan, dipipil dengan tangan atau dengan parutan yang kemudian digabungkan dengan material resin sebagai perekat dan mambentuk pola bagian utama produk. Sebelum diolah, resin harus dicampur dengan katalis sehingga dapat mengeras dengan perbandingan katalis dan resin 1:10. Untuk dapat mengeras memerlukan waktu kurang lebih 30-45 menit (tergantung suhu ruang, makin dingin makin lama). Katalis dapat di perbanyak menjadi 2:10 atau 3:10 sehingga pengerasannya akan lebih cepat. Gambar dibawah ini hasil jadi alas asbak dari sisa tongkol jagung yang dihaluskan di campur dengan resin dan katalis. Setelah kering, bagian tengah jam dinding digabungkan dengan pola melingkar yang telah disusun membentuk angka pada jam. e. Untuk proses akhir yaitu proses pewarnaan dengan menggunakan clear dengan teknik spray, dengan tujuan karakter tongkol jagung masih terlihat jelas. Dari proses diatas jumlah tongkol jagung yang dibutuhkan adalah 7 buah dalam setiap produknya. Dengan tidak menghasilkan limbah dalam proses produksinya, karena bahan sisa tongkol jagung digunakan sebagai bagian tengah produk. Sehingga produksi bersihnya adalah nol.
12
Dibawah ini adalah hasil jadi produk jam dinding berbahan tongkol jagung (gambar 12).
Gambar 12. Hasil jadi produk jam dinding berbahan tongkol jagung Analisa Pasar terhadap Produk dari Limbah Tongkol Jagung a. Analisa Respon Pasar Secara umum hasil kuisioner ini menunjukkan respon positif masyarakat kepada produk dari limbah tongkol jagung ini. Hasil kuisioner ini bukan merupakan respon pasar secara langsung tetapi lebih pada respon pasar terhadap produk hasil eksperimen. Selain itu, responden juga memberikan masukan bahwa produk bisa dikembangkan menjadi berbagai macam produk lain. Untuk itu masih diperkukan kajian pasar lebih mendalam dan dengan teknik yang lebih akurat, sehingga nantinya pelaku industri atau IKM semakin yakin apabila produk limbah tongkol jagung ini diproduksi secara massal. b. Analisis Biaya Produksi Tabel 3 adalah daftar alat yang digunakan : Tabel 3. Alat Pembuatan Produk No. Alat Harga 1 Gergaji Besi Rp. 20.000,2 Mesin Gerinda Tangan Rp. 300.000,3 Ampelas Rp. 3.000,4 Spary Gun Rp. 125.000,5 Compressor Rp. 750.000,TOTAL Aset Rp. 1.198.000,Tabel 4 adalah bahan yang digunakan : Tabel 4. Bahan Pembuatan Produk No. Bahan Harga 1 Tongkol Jagung Rp. -,2 Lem Fiber G-plast (1 kg) Rp. 30.000,3 Resin 108 (1 kg) Rp. 20.000,³ Katalis 100 cc Rp. 7.000,5 Clear coat 1 liter Rp. 20.000,-
13
Untuk produksi 1 produk tempat alat tulis sebagai berikut : 1. Lama produksi setelah dijemur : 1 jam 2. Tabel 5 adalah daftar bahan dan harga : Tabel 5. Bahan Produksi Tempat Alat Tulis No. Bahan Jumlah Harga 1 Tongkol Jagung 8 buah Rp. -,2 Lem Fiber G-plast 100 cc Rp. 3.000,3 Resin 100 cc Rp. 2.000,4 Katalis 2 cc Rp. 140,5 Clear Coat 200 cc Rp. 4.000,TOTAL Rp 9.140,3. Kapasitas produksi 4. Upah tenaga 5. Harga jual (estimasi)
: 8 produk/ orang/ hari : Rp. 8.000/ orang/hari : Rp. 15.000,-
Untuk produksi 1 produk tempat alat tulis sebagai berikut : 1. Lama produksi setelah dijemur : 1 jam 2. Tabel 6 adalah bahan dan harga : Tabel 6. Bahan Produksi Jam Dinding No. Bahan Jumlah Harga 1 Tongkol Jagung 7 buah Rp. -,2 Lem Fiber G-plast 100 cc Rp. 3.000,3 Resin 130 cc Rp. 2.600,4 Katalis 3 cc Rp. 210,5 Clear Coat 200 cc Rp. 4.000,TOTAL Rp 9.810,3. Kapasitas produksi 4. Upah tenaga 5. Harga jual (estimasi)
: 8 produk/ orang/ hari : Rp. 8.000/ orang/hari : Rp. 25.000,-
c. Analisis Nilai Ekonomi Dari hasil perhitungan biaya produksi diatas, apabila diaplikasikan pada jumlah limbah di industri marning gepeng di Desa Klampok Probolinggo adalah : Berat tongkol jagung : 4 gr/tongkol Limbah Tongkol Jagung : 60 Kg/hari Jumlah limbah dalam sehari adalah: 60 x 1000 = 15000 tongkol/hari 4 Apabila limbah tongkol jagung dimanfaatkan untuk produk tempat alat tulis dan jam dinding dapat dihasilkan : 7000 tongkol / 7 tongkol = 1000 tempat alat tulis 8000 tongkol / 8 tongkol = 1000 jam dinding Pendapatan = Jumlah produksi x Harga Tempat alat tulis = 1000 x Rp.15000,= Rp. 15.000.000,Jam Dinding = 1000 x Rp.25000,= Rp. 25.000.000,-
14
Total Pendapatan sehari = Rp. 40.000.000, Keuntungan = pendapatan – ((biaya produksi + upah) x jumlah produksi) Tempat alat tulis = Rp. 15.000.000 - (Rp.10.140 x 1000) = Rp. 4.860.000,Jam Dinding = Rp. 25.000.000 - (Rp.10.810 x 1000) = Rp. 14.190.000,Dalam hal ini nilai ekonomi jauh lebih tinggi dibandingkan tongkol jagung yang dijual untuk pakan ternak dengan harga Rp.5000/15kg Rekomendasi Produksi dan Sosialisasi Produk dari Limbah Tongkol Jagung Secara garis besar, rancangan tertib produksi produk dari limbah tongkol jagung adalah sebagai berikut: a. Pertama, tahap persiapan. Tahapan ini limbah tongkol jagung disiapkan beserta area kerja yang nyaman, aman dan sehat dalam bekerja. b. Kedua, bahan limbah tongkol jagung dijemur 1 hari sebagai proses pengeringan dan pengawetan tongkol jagung. c. Ketiga, tahapan ini meliputi sketsa ide yang kemudian dilanjutkan pembuatan pola cetakan. d. Keempat, proses pembuatan pola produk yang selanjutnya masuk pada proses penggabungan dan pembentukan dari bentuk yang sudah dipola. e. Kelima, proses finishing. Tahapan ini telah menghasilkan bentuk produk baru tetapi produk harus melalui tahapan pensortiran yang berfungsi membedakan produk yang cacat dan yang baik. Sehingga produk yang cacat akan diperbaiki, sedangkan produk yang baik akan dikemas sebelum dipasarkan. Bentuk sosialisasi yang dikembangkan dalam alternatif desain baru produk dari limbah tongkol jagung ini adalah dengan beberapa langkah berikut: a. Penyampaian hasil temuan penelitian dan proses produksi kepada kelompok tani Jagung pada industri marning gepeng di Desa Klampok Probolinggo. Diharapkan melalui penyampaian ini industri tersebut paham akan nilai positif dan negatif produk dari limbah tongkol jagung. Setidaknya masyarakat memperoleh pemahaman tentang pentingnya pengendalian lingkungan melalui penggunaan limbah tongkol jagung untuk bahan kerajinan. b. Pemaparan teknologi informasi, yakni bentuknya membeikan pemahaman akan pentingnya memanfaatkan jaringan teknologi informasi sehingga masyarakat kelompok tani dengan mudah mendapat informasi terbaru termasuk desain berskala nasional maupun internasional. Sekaligus pelatihan ini nantinya akan berfungsi sebagai sarana komunikasi kelompok tani industri marning gepeng dengan pembeli (buyers) secara langsung melalui teknologi informasi seperti website. Sehingga diharapkan produk yang dihasilkan nantinya memiliki pasar internasional (import). c. Menjelaskan pentingnya mengikuti seminar produk kerajinan, yakni seminar yang bertujuan mensosialisasikan produk baru, mencari peluang pasar, pengembangan bisnis, dan juga sebagai bentuk evaluasi terhadap produk yang sudah ada. e. Menjelaskan juga akan pentingnya periklanan melalui media baik berupa media cetak maupun media televisi. Dengan harapan masyarakat umum lebih mengenal kelompok tani jagung di Desa Klampok Probolinggo dengan produk
15
dari limbah tongkol jagung dan masyarakat luas lebih mendapat gambaran tentang perubahan paradigma penggunaan limbah tongkol jagung yang digunakan bahan bakar masak telah beralih ke penggunaan limbah menjadi produk yang memiliki nilai jual. Analisa Pengurangan Pebcemaran Lingkungan Secara global, seperti methan (CH4) dan karbondioksida (CO2) serta senyawa lainnya ini merupakan salah satu penyebab menurunnya kualitas lingkungan (udara) karena mempunyai efek rumah kaca (green house effect) yang menyebabkan peningkatan suhu, dan menyebabkan hujan asam. Hal ini menunjukan bahwa efektifitas CH4 dalam menyerap panas kira-kira 21 kali lebih besar daripada CO2, meskipun CO2 mempunyai potensi pemanasan yang paling kecil, tetapi kiarena konsentrasinya di atmosfer adalah yang paling besar dibandingkan gas rumah kaca yang lain yaitu 55%, maka justru CO2 lah yang sekarang menjadi bahan perhatian dunia karena diisukan menjadi penyebab utama pemanasan global. Contoh, bila di atmosfer terdapat 100 ton GRK artinya didalamnya terkandung 55 ton CO2, 7 ton SF6, 17 ton CFC, 15 ton methan, dan 6 ton N2O, maka metana merupakan potensi penyerapan dan pemanasan lingkungan sebesar 315 ton CO2, sedangkan CO2 mempunyai potensi penyerapan dan pemanasan lingkungan sebesar 55 ton, jadi efek pemanasan yang ditimbulkan gas methan dalam atmosfer tersebut adalah 315 : 55 = 5,7 kali lebih panas dari gas CO2 (Stern, 2009). Limbah tongkol jagung yang terbuang, akan terdegradasi di udara berupa gas methan (CH4) dan karbondioksida (CO2). Dampak pencemaran lingkungan yang tersebut diatas, sangatlah berbahaya bagi masyarakat disekitar, sehingga apabila masyarakat menjadikan limbah sebagai bahan pembuatan produk sederhana, maka limbah tidak lagi dibuang tetapi dikumpulkan dan diolah. Pemanfaatan limbah tongkol jagung menjadi produk sederhana tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga dapat menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat tersebut. Kesimpulan Setelah melakukan tahap eksperimen dan pengembangan menjadi produk baru, penelitian ini menghasilkan : 1. Material limbah tongkol jagung dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan untuk produk dengan fungsi sederhana dalam proses produksinya menggunakan prinsip produksi bersih. Sisa tongkol jagung dalam pembuatan produk bisa dimanfaatkan secara maksimal dan tidak ada sisa (100% bahan limbah tongkol jagung dapat dimanfaatkan). Selain itu selama proses pembuatan produk, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan sehingga bisa dikategorikan produksi ramah lingkungan. Dibandingkan pemanfaatan limbah tongkol jagung sebagai bahan bakar memasak yang menimbulkan zat karbon yang dapat mencemari lingkungan khususnya gas rumah kaca atau pemanasan global. 2. Pengembangan produk berupa tempat alat tulis dan jam dinding yang melalui tahap proses desain. Dan memberikan solusi rencana tertib produksi, rekomendasi dan sosialisasi alternatif desain baru.
16
Melalui projek akhir ini limbah berupa tongkol jagung mampu memberikan nilai tambah (added value) bagi Industri kecil marning gepeng serta bentuk pengetahuan baru bagi kelompok tani dan usaha sejenis di wilayah sekitarnya. Daftar Pustaka Anonim, 2003. Buku Statistik Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta Anonim, 2007. Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Desa Klampok, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo. hlm. 318-344. Dalam Rancang Bangun Prima Tani Jawa Timur. Terbitan Khusus Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur No. 1-2007. Anonim, 2012. Tabel Luas Panen- Produktivitas- Produksi Tanaman Jagung Provinsi Indonesia, BPS, http://www.bps.go.id/index.php. Bishop, P.L. 2000. Pollution Prevention: Fundamentals and Practice. McGrawHill. Singapura Crawford, C.M dan Benedetto, C.A.D. 2003. New Products Management. 7th Edition, McGraw-Hill, New York. Hadisoegondo, S. 2010. Pengembangan Produk UMKM. Kementrian Koperasi dan UKMK, Jakarta Indonesia. Hidayat, Moch Junaidi. 2008. Pengembangan Produk Berbahan Sisa Cangkang Kerang Hijau. Program Magister Desain Institut Teknologi Bandung. Lachke, .A. 2002 “Biofuel from D-xylose, the second most abudant sugar” Laboratory National Chemical Pune. Murtadho, D dan Said, E.G. 1988. Penanganan Dan Pemanfaatan Limbah Padat. Penerbit PT. Melton Putra Jakarta. Nisandi, 2007. Pengolahan dan Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Briket Arang dan Asap Cair. Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT 2007) Yogyakarta, 24 November 2007. Pranowo, G. 2009. Makalah Tentang Limbah Padat. Jurusan Matematika Ilmu Komputer Fakultas Sains Terapan. Institut Sains & Teknologi Akprind. Yogyakarta. Prasetyo, L.H. dan Ketaren, P.P. 2002. Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas Terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari x Alabio (MA): 2. Masa Bertelur Fase Kedua Umur 44-67 Minggu. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Purwanto. 2011. Pendekatan bisnis dalam pengelolaan limbah industry. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Richana N dan Suarni. 2004. Teknologi Pengolahan Jagung. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen. Bogor
17
Sudaryono, T., Suhardjo, T. Siniati, D, Setyorini, A, Krismawati, dan Monawi. 2006. Laporan Hasil Participatory Rural Appraisal (PRA) Prima Tani Kabupaten Probolinggo, Desa Klampok, Kecamatan Tongas. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Malang. hlm.12. Suprihatin dan Agung, 1999, Sampah dan Pengelolaannya, Buku Panduan Pendidikan dan latihan, PPPGT/VEDC, Malang Suryani, A.M. 2009. Pemanfaatan Tongkol Jagung Untuk Pembuatan Arang Aktif Sebagai Adsorben Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Artikel Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Stern. 2006. Review on the economics of climate change. Ulrich, KT dan Eppinger, SD. 2001. Perancangan & Pengembangan Produk. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta.
18
I. IDENTITAS DIRI 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8.
Nama Lengkap (dengan gelar) Jabatan Fungsional NIP/NIK/No. identitas lainnya Tempat dan Tanggal Lahir Alamat Rumah Nomor Telepon/Fax Nomor HP Alamat Kantor
1.9. Nomor Telepon/Fax 1.10. Alamat e-mail 1.12 Mata Kuliah yg diampu
Faza Wahmuda, ST., MT. (L) Staf Pengajar 082031 Surabaya, 26 Agustus 1982 Jl. Manukan Mulyo Blok 5L – 12 Surabaya 085730198282 Jurusan Desain Produk Gedung G 210 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arief Rachman Hakim No. 100 Surabaya 60117 031-5945043 / 031-5994620
[email protected] 1. Studio Desain Produk 5 2. Desain dan Lingkungan Binaan 3. Desain Berwawasan Lingkungan 4. Eksperimen Produk
II. RIWAYAT PENDIDIKAN 2.1. Program: 2.2. Nama PT
S1 S2 Institut Teknologi Adhi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Tama Surabaya 2.3. Bidang Ilmu Desain Teknik Lingkungan 2.4. Tahun Masuk 2006 2010 2.5. Tahun Lulus 2008 2013 III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi) No
Tahun
1
2013
Judul Penelitian
Pendanaan
Pengembangan Desain Kemasan Sebagai anggota Penelitian Dosen Pemula Kerajinan Khas Daerah untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Meningkatkan Daya Saing Produk PKL (pedagang kaki lima) di kawasan Jembatan Suramadu
IV. PENGALAMAN PENGABDIAN MASYARAKAT No
Tahun
1
2010
Judul Pengabdian Masyarakat
Sumber
IbM Paguyuban Persatuan Sebagai anggota Pengabdian Masyarakat Pengrajin Kusen Dipan Jalan Kementrian Pendidikan Nasional Semarang-Surabaya menghadapi Persaingan melalui Penerapan Desain Produk1