KESAN MINAT KEWIRAUSAHAAN SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN SISTEM KOLOID MELALUI PENDEKATAN MODEL HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENGAJARAN (CTL) DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI Mahmud*), Albinus Silalahi*), Faderina Komisia**), Marpongahtun***) *) Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan **) Alumni Prodi Magister Pendidikan Kimia Pascasarjana Universitas Negeri Medan ***) Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kesan penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (2) kesan penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode demonstrasi pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (3) pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa; (4) pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa; dan (5) perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan pengambilan sampel secara purposive. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa SMA kelas XI IPA semester genap tahun ajaran 2011/2012. Sampel penelitian adalah siswa SMA Santa Maria yang terdiri dari 2 kelompok yaitu kelas XI IPA-1 dan XI IPA-2 yang homogen berdasarkan hasil pretes. Instrumen penelitian terdiri dari: (1) tes hasil belajar (untuk mengetahui hasil belajar siswa); dan (2) angket (untuk mengetahui minat berwirausaha siswa). Teknik statistik yang digunakan adalah uji beda nyata untuk mengetahui tujuan item (1) dan (2), uji analisis regresi linear untuk mengetahui tujuan item (3), (4) dan (5). Manakala, persyaratan analisis digunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk uji normalitas dan uji Levene’s untuk uji homogenitas. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan pada tingkat signifikansi 5 persen disimpulkan bahwa: (1) penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (2) penerapan pendekatan kontekstual (CTL) dengan metode demonstrasi pada pelajaran sistem koloid dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa; (3) terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa; (4) terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa; dan (5) terdapat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem koloid dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Kata kunci: hasil belajar, sistem koloid, minat berwirausaha, kontekstual (CTL), eksperimen, demontrasi.
Pendahuluan Pada era globalisasi dan industrialisasi saat ini, bangsa Indonesia menghadapi masalah dalam menangani pendidikan berkualitas, pertambahan penduduk dan pengangguran terutama pada pengangguran pemuda yang termasuk kategori usia produktif (16-30 tahun). Sejalan dengan ini Badan Pusat Statistik pada Februari 2012 melaporkan jumlah pengangguran terbuka dari setiap tamatan adalah SD ke bawah (3,69 persen), SMP (7,80 persen), SMA (10,34 persen), SMK (9,51 persen), Diploma I/II/III (7,50 persen), dan Universitas (6,96 persen). Kenyataan ini menunjukan bahwa lulusan SMA menjadi kelompok terbesar sebagai penganggur. Pembiaran pada kenyataan ini umumnya dapat menimbulkan masalah sosial seperti narkoba, kriminalitas, pergaulan bebas, premanisme, penjualan manusia, dan lain sebagainya, dan kondisi ini akan mengganggu pembangunan di segala bidang dan stabilitas nasional. Oleh kerana itu, perlu penangan serius dari pemerintah untuk mempekerjakan atau menciptakan pekerjaan yang layak dan produtif memalui pendidikan kewirausahaan. Bidang wirausaha mempunyai kebebasan berkarya untuk mandiri sehingga mampu menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain. Pengangguran tidak hanya disebabkan terbatasnya kesempatan kerja, tetapi juga oleh ketidakmampuan pencari kerja untuk memenuhi persyaratan/kualifikasi yang diminta oleh dunia usaha sehingga seorang pencari kerja perlu berbekal pengetahuan, keterampilan dan sikap wirausaha. Seorang wirausaha harus mempunyai beberapa ciri-ciri percaya diri, berorientasi ke masa depan dan kreatif (Alma, 2006). Minat wirausaha merupakan gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya dan orang lain (Santoso, 1993). Minat wirausaha seseorang pada dasarnya merupakan suatu kehendak atau keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan sebagai wirausaha yang diukur melalui sikap motivasi untuk berprestasi, berbekal keterampilan untuk berwirausaha, bermental dan berjiwa kewirausahaan.
Peningkatan pendidikan yang berkualitas berdampak pada peningkatan bidang lain diantaranya pada mutu pendidikan, kesiapan tenaga kerja terlatih dan terdidik, fasilitas bekerja dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pada masyarakat berkembang, pendidikan diposisikan sebagai sarana untuk peningkatan kesejahteraan melalui pemanfaatan kesempatan kerja yang tersedia. Tujuan akhir program pendidikan bagi masyarakat pengguna jasa pendidikan adalah mendapatkan lapangan kerja yang diharapkan atau lulusan yang dapat bekerja di sektor formal yang memiliki nilai gengsi atau nilai yang lebih tinggi dibanding sektor informal (Trihantoyo, 2007). Untuk memenuhi hal ini, pemerintah Indonesia mempunyai program dalam sarana
pendidikan, yaitu 70 persen SMK dan 30 persen SMA (Trihantoyo, 2007). Hal ini dipicu data di lapangan bahwa pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMA, karena pada dasarnya SMA diprogramkan untuk siswa yang melanjutkan ke tingkat universitas sehingga pembekalan skill siswa SMA masih minim, manakala siswa SMK dituntut untuk menguasai skill serta diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri setelah lulus SMK. Melihat kondisi di atas, maka pendidikan IPA khususnya pembelajaran kimia pada saat ini diharapkan dapat memberi bekal bagi siswa SMA baik untuk melanjutkan pendidikan atau tidak melanjutkan. Mata pelajaran kimia sebagai salah satu cabang sains mempunyai dua hal yang tidak terpisahkan yaitu, (1) kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan, dan (2) kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Hal ini menunjukkan bahwa siswa membutuhkan keterampilan proses sains baik dalam penyelidikan ilmiah maupun dalam proses pembelajaran sains (Gabel, 1999). Kimia sebagai proses dan produk harus mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatakan kecerdasan dan prestasi belajar siswa. Proses belajar kimia dapat dikaitkan langsung dengan berbagai objek yang bermanfaat di sekitar kehidupan manusia (siswa) agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah (Conpolat, 2003). Salah satu konsep kimia yang diterapkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia adalah sistem koloid, dan tanpa disadari telah digunakan dengan menguntungkan atau merugikan manusia dan lingkungan. Usaha pengawasan untuk penggunaan sistem koloid dalam kehidupan diperlukan pengetahuan mengenai jenis-jenis koloid, sifat-sifat koloid dan dampaknya pada manusia dan lingkungan. Bahan kimia saat ini banyak digunakan secara luas dalam kehidupan seharian sebagai penerapan sistem koloid seperti susu, mentega, kosmetik, plastik, obat-obatan, pupuk, pestisida, cat, semen, hair spray, ban, karet, bahan bakar dan jenis-jenis makanan. Manakala, penanfaatan bahan kimia akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan keinginan manusia akan bahan-bahan baru. Sistem koloid diajarkan pada siswa kelas XI SMA semester genap, dengan standar kompetensi bahwa siswa mampu menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pemerhatian yang mendalam dari siswa pada keanekaragaman produk-produk kimia yang dihasilkan melalui mata pelajaran kimia koloid dan manfaatnya diharapkan dapat menumbuhkan semangat atau minat berwirausaha siswa. Beberapa peneliti (Wiseman, 1981; Nakhleh, 1992; Carter, 1989; Kirkwood, dan Symington, 1996; dalam Rusmansyah, 2001), mengemukakan bahwa banyak siswa yang dapat dengan mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Karena banyaknya konsep kimia bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas sehingga menjadikan ilmu kimia merupakan
salah satu pelajaran tersulit bagi siswa saat ini, akibatnya banyak siswa SMU yang gagal dalam belajar kimia (Rumansyah, 2001). Hal ini disebabkan karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu-ilmu lain, sehingga cara mempelajari kimia tidak sama, tetapi guru harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Dalam pembelajaran kimia sangat dibutuhkan suatu kegiatan yang melibatkan siswa aktif, mampu berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah sehingga dengan metode ceramah guru perlu menggunakan media pembelajaran yang mendukung proses belajar mengajar di kelas dan berpusat pada buku (teks book), dan dilanjutkan dengan pemberian tugas atau latihan.
Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, pembelajaran sains yang dihubungkan dengan kehidupan seharian belum banyak digunakan. Untuk itu dibutuhkan suatu pembelajaran yang sesuai dengan nafas kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dianggap paling tepat mengatasi masalah tersebut dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sistem koloid adalah pembelajaran melalui pendekatan model Hubungan Antara Konteks Pengetahuan dan Pengajaran (contextual teaching and learning, CTL) (Smith, 2006). Pembelajaran CTL muncul dengan tujuan agar konsep-konsep kimia yang dipelajari menjadi lebih nyata dan akrab dengan kehidupan seharian siswa. Pembelajaran model CTL diharapkan dapat membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap pelajaran kimia. Pendekatan kontekstual adalah ‘mukanya’ Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Krikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), artinya kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan KBK atau KTSP (Sanjaya, 2005). Pada pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL), guru bertugas untuk membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa), dan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata guru’ (Mariana, 2011).
Pembelajaran model kontekstual (CTL) dapat diterapkan dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan (Kilinc (2002). Manakala, metode eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu yang dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar
laboratorium (Kilinc, 2002). Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Melalui pembelajaran dengan pendekatan model kontekstual (CTL) dengan metode eksperimen dan demonstrasi dalam pembelajaran materi sistem koloid, materi ini diajarkan akan dikaitkan dengan objek nyata sehingga selain dididik siswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi produk yang berguna dan bernilai ekonomi, juga dalam proses belajar menumbuhkan semangat siswa untuk berwirausaha diantaranya kreatif, inovatif, berwawasan luas, mandiri dan pantang menyerah, dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan.
Metode Penelitian ini dilakukan secara eksperimen, dan populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI IPA, semester genap tahun ajaran 2011/2012, dan sampel penelitian diupayakan homogen terdiri dari dua kelompok siswa kelas XI/1 IPA (36 orang) dan siswa kelas XI/2 IPA (36 orang) SMA Santa Maria Medan, dan penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga April 2012. Kerangka penelitian dilakukan dengan mengikut langkah yang ditunjukkan pada Tabel 1. Sampel yang diambil telah dipilih secara purposive yang dilakukan secara claster random sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes hasil belajar berupa item objektif tes dan item tes uraian dalam bentuk esai, dan instrument non-tes berupa angket minat berwirausaha siswa dalam pembelajaran sistem koloid. Tes objektif disusun dalam bentuk soal pilihan berganda dengan lima item, dan tes uraian dalam bentuk esai. Seluruh butir tes hasil belajar dirancang hingga mencakup wawasan kognitif menurut Bloom yaitu aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5). Teknik pemberian skor masing-masing item test tersebut dilakukan secara dikotomi, yaitu untuk soal pilihan berganda, jawaban salah diberi skor 0 (nol) dan jawaban benar diberi 1 skor (satu). Begitu pula untuk soal bentuk uraian, setiap jawaban diberi skor yang berbeda-beda. Untuk analisis dilakukan pemberian skor dalam rentang 0- 100. Instrumen tes objektif dan uraian lebih dahulu divalidasi oleh validator ahli. Kemudian tes hasil belajar terlebih dahulu divalidasikan dengan melihat uji validitas butir tes, uji reabilitas, uji daya beda, dan uji tingkat kesukaran butir tes. Manakala, instrument angket minat berwirausaha siswa dikembangkan berdasarkan indikator-indikator minat belajar pada bagian kerangka teoritis, dengan kisi-kisi instrumen seperti pada Tabel 2 (Koplak, 2009). Tabel 1: Kerangka Pelaksanaan Penelitian.
Angket PrePembelajaran Kelompok Sampel
Angket PascaPembelajaran
Minat Berwirausaha
Pretes
Minat Berwirausaha
Postes
A1.1
T1.1
A1.2
T1.2
A2.1
T2.1
A2.2
T2.2
Eksperimen 1 Pembelajaran dengan Pendekatan CTL + metode eksperimen
Eksperimen 2 Pembelajaran dengan Pendekatan CTL + metode demontrasi
Tabel 2: Kisi-kisi Instrumen Angket Minat Berwirausaha Siswa (Koplak, 2009). No.
Indikator
Σ Butir Angket
1
Harapan untuk berhasil dalam berwirausaha
4
2
Berusaha mencari ide- ide baru untuk mengembangkan wirausaha
8
3
Usaha Keras dalam membangun perencanaan wirausaha
5
4
Melihat peluang berwirausaha
Total
3
20
Beberapa langkah yang dilakukan dalam pengambilan data adalah mempersiapkan instrument tes hasil belajar dan instrument kuesioner minat berwirausaha siswa, menentukan sampel, merpersiapkan media pembelajaran yang ditentukan, mempersiapkan RPP untuk kedua kelas masing-masing kelas menggunakan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan metode demontrasi, sebelum pembelajaran melaksanakan pretes dan angket minat berwirausaha siswa, melaksanakan pembelajaran sesuai disain pada kelas kedua kelas, melaksanakan postes dan pengambilan angket minat berwirausaha siswa. Data peneltian berupa kumpulan nilai hasil belajar dalam lembar jawaban siswa berupa jawaban pretes dan postes, dan lembar isian angket minat berwirausaha siswa. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adalah Uji normalitas dengan menggunakan Uji Chi-Kuadrat untuk mengetahui kenormalan populasi setiap variabel. Untuk mengetahui bahwa data berasal dari populasi yang homogen (bervarians sama) digunakan uji homogenitas varians (uji kesamaan) F dua varians). Untuk menguji hipotesis digunakan uji t dua pihak. Untuk mengetahui persentase peningkatan hasil belajar digunakan Gains ternormalisasi menurut Meltzer, 2002. Secara singkat semua langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.
POPULASI
SAMPEL
PRETES DAN ANGKET
KELAS EKSPRIMEN 1
KELAS EKSPRIMEN 2
Pembelajaran Sistem Koloid Dengan Pendekatan CTL Menggunakan Metode Praktikum
Pembelajaran Sistem Koloid Dengan Pendekatan CTL Menggunakan Metode Demontrasi
POSTES DAN ANGKET
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
Gambar 1. Cartaalir desains pelaksanaan penelitian.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan proses pelaksanaan penelitian yang dilakukan (Gambar 1), maka dapat dipaparkan beberapa hasil, analisis dan pembahasan yang berkaitan dengan langkah-langkah dalam penelitian ini.
1. Analisis Instrumen Dari hasil analisis kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Hal ini diperoleh dari hasil uji validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Uji validitas pada tingkat kepercayaan diperoleh rhitung > rtabel, di mana 23 butir soal dari 25 butir soal yang disediakan memenuhi dan dinyatakan valid. Reabilitas tes dihitung menggunakan rumus yang baku dan diperoleh rhitung > rtabel, ini menunjukkan bahwa soal yang valid sudah reabel. Analisis tingkat kesukaran dan daya pembeda menunjukkan bahwa soal yang dipersiapkan sudah memenuhi dan dapat digunakan sebagai instrumen.
2. Analisis Data Penelitian Pada bahagian ini data penelitian yang dianalisis meliputi data minat berwirausaha siswa yang diukur dengan menggunakan angket, dan data pretes dan postes hasil belajar sistem koloid dari siswa dengan pendekatan kontekstual (CTL) menggunakan metode eksperimen (kelas eksperimen 1) dan metode demonstrasi (kelas eksperimen 2). Analisis data pretes dan postes
hasil belajar siswa, dan minat berwirausaha siswa sebelum dan sesudah pembelajaran ditunjukkan (Tabel 3 untuk kelas eksperimen 1 dan Tabel 4 untuk kelas eksperimen 2). Tabel 3: Analisis Data Pretest dan Postes sert Minat Berwirausaha Siswa Kelas Eksperimen 1. Kenyataan Kelas Eksperimen 1 Hasil Belajar Pretes Postes Gain (persen) Minat Berwirausaha Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Gain Minat Berwirausaha (persen)
N
Min.
Maks.
Jumlah
Rerata
Standar Dev.
36 36 36
5 55 36
40 90 100
940 2685 2704
26,11 74,53 75,11
11,55 9,37 10,25
36 36 36
25 75 50
50 100 100
1335 3231 2987
37,08 89,76 82,98
1,113 8,34 7,35
Tabel 4: Analisis Data Pretest dan Postes sert Minat Berwirausaha Siswa Kelas Eksperimen 2. Kenyataan Kelas Eksperimen 2 Hasil Belajar Pretes Postes Gain (persen) Minat Berwirausaha Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Gain Minat Berwirausaha (persen)
N
Min.
Maks.
Jumlah
Rerata
Standar Dev.
36 36 36
5 31 15
35 63 100
737 1679 2156
20,47 46,64 59,91
8,07 5,91 5,47
36 36 36
25 31,25 9,52
37,50 66,25 90,91
1142 1691 1448
27,47 46,11 40,25
3,53 9,44 4,54
Berdasarkan data dalam Tabel 3 (kelas eksperimen 1) diperoleh rereta nilai pretes siswa 26,11, rerata nilai postes 74,53, dan rerata hasil belajar siswa (gain) sebesar 75,11 persen. Manakala hasil angket minat berwirausaha siswa kelas eksperimen 1, rerata sebelum perlakuan, rerata setelah perlakuan dan gain minat berwirausaha masing-masing adalah 37,08; 89,76 dan 82,98 persen. Hasil yang ditunjukkan dalam Tabel 4 (kelas eksperimen 2) diperoleh rereta nilai pretes siswa 20,47, rerata nilai postes 46,64, dan rerata hasil belajar siswa (gain) sebesar 59,91 persen.Sementara itu, hasil angket minat berwirausaha siswa kelas eksperimen 2, rerata sebelum perlakuan, rerata setelah perlakuan dan gain minat berwirausaha masing-masing adalah 27,47; 46,11 dan 40,25 persen.
3.
Uji Persyaratan Analisis Data Pengujian persyaratan data sebagai syarat untuk pengujian statistik infrensial telah
dilakukan, terdiri dari uji normalitas data (uji Kolmogorov Smirnov) diuji dengan program SPSS 17.00 pada tingkat signifikansi 0,05 dan uji homogenitas varians data (uji Lavene) diuji dengan program SPSS 17.00 pada tingkat signifikansi 0,05.
3.1.
Uji Normalitas Data
a.
Uji Normalitas Data Pretes Kelompok Sampel Hasil uji normalitas data pretes kelompok sampel menggunakan uji Kolmogorov-
Sminornov ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Sampel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kelas Eksperimen 1 N
Parameter Normal a,b Perbedaan Sangat Nyata
Rerata Standar Deviasi Mutlak Positif Negatif
Kolmogorov-Smirnov Z Asimtot Signifikansi (2-tailed)
Kelas Eksperimen 2
36 26,11 11,55 0,17 0,13 -0,17 1,02 0,25
36 20,47 8,07 0,17 0,11 -0,17 1,03 0,24
Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa asimtot signifikansi (2-tailed) untuk pretes siswa kelas eksperimen 1 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen) adalah 0,25, dan asimtot signifikansi (2-tailed) untuk pretes siswa kelas eksperimen 2 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demontrasi) adalah 0,24; ternyata hasil pretes kedua asimtot signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka diketahui bahwa populasi pretes siswa kelas eksperimen 1 dan siswa kelas eksperimen 2 berdistribusi normal.
b.
Uji Normalitas Data Postes Kelompok Sampel Hasil uji normalitas data pretes kelompok sampel menggunakan uji Kolmogorov-
Sminornov ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji Normalitas Data Postes Belajar Kelompok Sampel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kelas Eksperimen 1 N 36 Parameter Normal a,b Rerata 74,53 Standar Deviasi 9,37 Perbedaan Sangat Nyata Mutlak 0,19 Positif 0,11 Negatif -0,19 Kolmogorov-Smirnov Z 1,12 Asimtot Signifikansi (2-tailed) 0,16
Kelas Eksperimen 2 36 46,64 5,91 0,17 0,16 -0,17 1,03 0,24
Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa asimtot signifikansi (2-tailed) untuk postes siswa kelas eksperimen 1 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen) adalah 0,16, dan asimtot signifikansi (2-tailed) untuk postes siswa kelas eksperimen 2 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demontrasi) adalah 0,24; ternyata hasil
postes kedua asimtot signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka diketahui bahwa populasi postes siswa kelas eksperimen 1 dan siswa kelas eksperimen 2 berdistribusi normal.
c.
Uji Normalitas Data Minat Berwirausahas Kelompok Sampel Hasil uji normalitas data minat berwirausaha kelompok sampel menggunakan uji
Kolmogorov-Sminornov ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Uji Normalitas Minat Berwirausaha Kelompok Sampel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kelas Eksperimen 1 N
Parameter Normal
a,b
Perbedaan Sangat Nyata
Rerata Standar Deviasi Mutlak Positif Negatif
Kolmogorov-Smirnov Z Asimtot Signifikansi (2-tailed)
Kelas Eksperimen 2
36 89,76 8,34 0,22 0,22 -0,20 1,31 0,07
36 46,11 9,44 0,18 0,18 -0,16 1,08 0,19
Berdasarkan data pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa asimtot signifikansi (2-tailed) untuk minat berwirausaha siswa kelas eksperimen 1 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen) adalah 0,07, dan asimtot signifikansi (2-tailed) untuk minat berwirausaha siswa kelas eksperimen 2 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demontrasi) adalah 0,19; ternyata hasil minat berwirausaha kedua asimtot signifikansi (2-tailed) > 0,05 maka diketahui bahwa populasi postes siswa kelas eksperimen 1 dan siswa kelas eksperimen 2 berdistribusi normal.
3.2.
Uji Homogenitas Data Hasil uji homogenitas dari data pretes siswa untuk kelompok sampel menggunakan uji
Levene pada tingkat signifikansi 0,05 ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas Data Pretes Kelompok Sampel Tes Homogenitas dari Variansi
Pretes Siswa Kelompok Sampel
Rerata Dasar Menengah Dasar Median Dasar dengan df yang sesuai Dasar pemotong Menengah
Levene Statistik 1,28 0,71 0,71
df1
df2
Signifikansi
5 5 5
27 27 27
0,20 0,30 0,30
1,15
5
27
0,29
Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk pretes siswa kelas eksperimen 1 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen) dan
signifikansi untuk pretes siswa kelas eksperimen 2 (diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demontrasi) adalag 0,20 > 0,05 yang berarti bahwa data pretest kedua sampel berasal dari populasi yang homogeny.
4.
Pengujian Hasil Penelitian Untuk menguji data hasil penelitian digunakan uji beda nyata dan analisis regresi linear.
Uji beda nyata digunakan untuk mengetahui kesan pembangkitan minat berwirausaha siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi. Manakala, uji analisis regresi linear digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh minat berwirausaha siswa terhadap hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi.
4.1.
Kesan pembangkitan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa
melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode eksperimen. Berdasarkan hasil uji beda nyata minat berwirausaha siswa diperoleh nilai thitung adalah 23,90; dan nilai hasil belajar siswa diperoleh thitung adalah 20,88; manakala nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 2,04, sehingga thitung > ttabel. Kenyataan ini menunjukkan bahwa melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dapat membangkitkan minat berwirausaha dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4.2.
Kesan pembangkitan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa
melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode demontrasi. Berdasarkan hasil uji beda nyata minat berwirausaha siswa diperoleh nilai t hitung adalah 5,31; dan nilai hasil belajar siswa diperoleh thitung adalah 17,60; manakala nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 2,04, sehingga thitung > ttabel. Kenyataan ini menunjukkan bahwa melalui penerapan pendekatan CTL dengan metode demontrasi dapat membangkitkan minat berwirausaha dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pendekatan CTL dengan metode eksperimen dan demonstrasi merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat (Sanjaya, 2006), sehingga dapat menimbulkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa.
4.3.
Kesan pembangkitan minat berwirausaha melalui penerapan pendekatan CTL
dengan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil uji analisis regresi liniar dengan α = 0,05 diperoleh harga R atau koefisien regresi (β) sebesar 0,71 dan nilai Rsquare/ R2 sebesar 0,51. Berdasarkan hasil ini (β ≠ 0) menunjukkan bahwa terdapat kesan pembangkitan minat berwirausaha melalui penerapan pendekatan kontekstual menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,51 yang berarti kontribusi minat berwirausaha terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen sebesar 51 persen. Hal ini berarti sebesar 51 persen dari hasil belajar siswa dapat dijelaskan oleh variabel minat berwirausaha, manakala 49 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini dan akan diteliti oleh peneliti lain.
4.4.
Kesan pembangkitan minat berwirausaha melalui penerapan pendekatan CTL
dengan metode demontrasi terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil uji analisis regresi liniar dengan α = 0,05 diperoleh harga R atau koefisien regresi (β) sebesar 0,46 dan nilai Rsquare/ R2 sebesar 0,21. Berdasarkan hasil ini (β ≠ 0) menunjukkan bahwa terdapat kesan pembangkitan minat berwirausaha melalui penerapan pendekatan kontekstual menggunakan metode demontrasi terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai R2 sebesar 0,21 yang berarti kontribusi minat berwirausaha terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi sebesar 21 persen. Hal ini berarti sebesar 21 persen dari hasil belajar siswa dapat dijelaskan oleh variabel minat berwirausaha sedangkan sisanya sebesar 79 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, dan akan diteliti oleh peneliti lain.
4.5.
Perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran sistem
koloid dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Untuk mengetahui tingkat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dari perbedaan nilai koefisien regresi (β) dan koefisien determinasi. Dari hasil perhitungan nilai koefisien regresi pertama (β1) dari kelas yang diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen sebesar 0,713 dan nilai koefisien regresi kedua (β2) dari kelas yang diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi
sebesar 0,455. Ditunjukkan bahwa nilai β1 > β2, ini berarti terdapat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa. Nilai R2 pada kelas eksperimen I sebesar 0,51 yang berarti kontribusi minat berwirausaha terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen sebesar 51 persen, sedangkan nilai R2 pada kelas eksperimen 2 sebesar 0,21 yang berarti kontribusi minat berwirausaha terhadap hasil belajar siswa yang diajar menggunakan CTL dengan metode demonstrasi sebesar 21 persen.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Penerapan pendekatan CTL dengan metode eksperimen dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa pada tingkat signifikansi 0,05.
2.
Penerapan pendekatan CTL dengan metode demonstrasi dapat membangkitkan minat berwirausaha dan meningkatkan hasil belajar siswa pada tingkat signifikansi 0,05.
3.
Terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa pada tingkat signifikansi 0,05..
4.
Terdapat pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada tingkat signifikansi 0,05.
5.
Terdapat perbedaan pengaruh minat berwirausaha yang dibangkitkan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran dengan pendekatan CTL menggunakan metode demonstrasi terhadap hasil belajar siswa pada tingkat signifikansi 0,05.
Daftar Pustaka Alma, B., (2004), Wirausahaan. Bandung, Alfabeta, Arikunto, S., (1999), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, BPS (2012). Keadaan Ketenaga Kerjaan Pebruari 2012, Berita Resmi Statistik, No. 33/05/Th. XV, 1 - 5. Budiningsih (2005). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, Conpolat, N., (2003). Student’s Understanding Of Chemistry Concepts. Journal Of Chemical Education, 80 (11), 1328 - 1331.
Dahar, R. W., (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. (2003). Kurikulum Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas Gabel, D., (1999), Improving Teaching and Learning through Chemistry Education Research: a Look to the Future. Bloomington Journal of Chemical Education. 24 (2), 124-132. Gagne, R. M., (1977). The Condition Of Learning (3rd Ed ). New York: Hall Rinehart and Winston. Gulo, W., (2004). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo. Herdani, Y., (2010). Diakses dari http://www.dikti.go.id. pada tanggal 15 Januari 2012. Kilinc, A., (2002), The Opinions Of Turkish Highschool Pupils On Inquiry Based Laboratory Activities, NewYork. Journal of Chemical Education, 79 (9), 1028 - 1036. Koplak, U., (2009). Tujuan Praktik Kerja Industri. Artikel. Diakses dari
http://uya-koplak.
blogspot.com/2009/12/tujuan-praktik-kerja-industri.html pada tanggal 15 Januari 2012. Mariana, W., (2011). Pengaruh Contextual Teaching And Learning Approach dan Minat Berwirausaha terhadap Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia di SMA pada Pokok Bahasan Sistem Koloid. Tesis. Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. Medan. Murdoch, K., (2005). Inquiry Learning – Journeys Through the Thinking Processes, Seastar Education, Melbourne. Noventi, V., (2009). Pengaruh Kreativitas dalam Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Pokok Bahasan Koloid. Tesis. Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. Medan William, R., (1992). Essentials Of Chemistry. Chemistry Department, California Polytechnic State University: California. Riznayani, N., (2009), Pembelajaran Sistem Koloid Melalui Media Komputer dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Tesis. Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan. Medan. Rumansyah, I., (2001). Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Kimia Karbon melalui
Strategi
Peta
Konsep
(Concept
mapping),
2
Februari
2012,
http://www.depdiknas.go.id /jurnal/42/Rumansyah. Htm Poedjiaji, A., (2005). Sains Tehnologi Masyarakat Model Pembelajaran Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Santoso, (1993). Lingkungan Tempat Tinggal Menentukan Minat Berwirausaha. Skripsi, FKIP Universitas Negeri Surakarta, Surakarta. Slameto., (1998). Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Penerbit Bina Aksara,
Smith, B. P., (2006). Contextual Teaching And Learning Practices In The Family And Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education, 24 (1), 156164. Sudjana, N., (1996). Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sumarsono, S., (2010). Kewirausahaan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Trihantoyo,
(2001).
Program
dalam
Dunia
Pendidikan,
5
Februari
2012,
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/30/Trihantoyo. htm. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2009). Pengantar Statistika. PT Bumi Aksara: Jakarta . Wahid, A., (2006). Membangun Karakter dan Kepribadian Kewirausahaan. Graha Ilmu, Yogyakarta. Wahyuningsih, A., (2009). Panduan Kewirausahaan. Esia Media, Bogor. Winkel, W. S., (1991). Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta.