ABSTRAK
Arna Susilowati 2013 Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perpindahan energi panas melalui metode eksperimen di kelas IV SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabapaten Gorontalo Utara. Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I Prof. Dr H. Abd. Haris PanaI, M.Pd. dan Pembimbing II Djotin Mokoginta, S.Pd, M.Pd. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode eksperimen hasil belajar siswa pada materi perpindahan energi panas dapat meningkat. Adapun tujuan penelitian adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Perpindahan Energi Panas Melalui Metode Eksperimen Di SDN 2 Titidu Kecamatan. Kwandang Kabupaten. Gorontalo Utara.Metode penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan metode eksperimen, dan subjek dalam penelitian ini adalah 15 orang siswa kelas IV SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Untuk memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan kepentingan penjelasan maka penulis menggunakan tehnik pengumpulan data melalaui data hasil belajar siswa, dan data hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus. Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika digunakan metode eksperimen pada pembelajaran energi panas maka hasil belajar siswa meningkat.Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus dapat di simpulan bahwa dengan menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas IV SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara hasil belajar siswa pada materi perpindahan panas meningkat.
Kata kunci : Hasil Belajar dan Metode Eksperimen
ABSTRACT
Arna Sosilowati 2013 Improving student learning outcomes in heat transfer material through the experimental method in class IV Elementary School District 2 Titidu Kwandang Kabapaten North Gorontalo. S1 Studies Program School Teacher Education, Faculty of Education, State University of Gorontalo, First adviser was: I Prof. Dr. H. Abd. Haris PanaI, M.Pd. and Second adviser was: II Djotin Mokoginta, S. Pd, M.Pd Formulation of the problem in this research is to use the experimental method Is student learning outcomes in heat transfer material can be improved The purpose of the study was to Improve Student Learning Outcomes At the Fourth Grade Material Thermal Energy Transfer Objects Through Experimental Methods in Elementary School District 2 Titidu. Kwandang District. North Gorontalo The research method is Classroom Action Research using experimental methods, and the subjects in this study were 15 fourth grade students of SDN 2 Titidu District Kwandang Gorontalo regency. To obtain the desired data and in accordance with the interests of explanation, the authors use data collection techniques melalaui student learning outcomes data, and the data observations of student learning activities in each cycle. Conclusions based on the results of action research conducted during two cycles can be concluded that by using the experimental method in the fourth grade students of SDN 2 Titidu Kwandang Gorontalo district student learning outcomes in increased heat transfer material.
Keywords: Learning Outcomes and Methods Experiment
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belejar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti behwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi anatara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merancang kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Harapan yang tidak pernah sirna adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagi makhluk sosial dengan latar belakang berlainan. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir sainstifik (ilmiah). Fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditujukan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka di mana mereka hidup. IPA Sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA 1 menjadi penting, selanjutnya model belajar yang cocok untuk anak Indonesia adalah belajar melalui pengalaman langsung (Learning by doing). Tisno Hadisubroto (dalam Samatowa, 2010:5) Piaget
mengatakan bahwa ”Pengalaman langsunglah yang memegang peran terpenting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak”. Pengalaman langsung anak yang berlangsung spontan sampai 12 tahun, efesiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan bahan pelajaran yang dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak-anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi persyaratan yakni perkembangan kognitif yang bersifat hierarkis dan intekratif. Mencermati peranan IPA yang semakin di perhitungkan, menuntut peran maksimal dari semua pihak untuk mengantisipasi tantangan kedepan. Dalam hal ini guru harus mampu mengarahkan peserta didik agar terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Namun hal ini, kurang mendapat perhatian yang serius sehingga berdampak pada siswa di kelas yang nampak bosan dalam menerima pelajaran hal ini ditunjukan pada beberapa indikator. Misalnya rendahnya respon siswa selama pembelajaran berlangsung yang diakibatkan oleh minimnya kreativitas guru dalam menyajikan materi pelajaran. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa. Proses pembelajaran di kelas perlu menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Artinya adalah proses belajar tersebut guru dituntut untuk memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar belakang sosial siswa untuk mencapai kompetensi. Kegiatan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPA di SD kelas IV pada materi energi panas diperlukan upaya guru dalam memahami metode atau pendekatan apa yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, salah satu diantaranya yang dapat digunakan oleh guru untuk mengakomodasi seluruh keunikan karakteristik siswa adalah dengan menggunakan metode eksperimen. Metode ini akan membawa siswa kedalam suasana yang lebih santai, penuh semangat dan kebersamaan. Karena setiap siswa dalam metode ini
diajak untuk berkreasi dalam menemuian ide dan pendapatnya dalam mengkaji meteri yang akan diajarkan. Berdasarkan kenyataan bahwa yang ada di lapangan ternyata di SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara pelaksanaan proses pembelajaran belum maksimal dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah sedangkan siswa tidak dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran hal ini menimbulkan ke jenuh dari siswa untuk menerima pelajaran sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa ini sesuaia hasil observasi awal dalam penelitian ini yang dilakukan pada minggu pertama di bulan April tepatnya tahun ajaran 2012/2013 nampak dari 15 orang siswa yang memperoleh nilai 70 keatas hanya 5 orang siswa atau sekitar 33 % sedangkan daya serapnya hanya 67 % dari jumlah seluruh siswa yang dikenai tindakan. Dari uraian di atas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Perpindahan Energi Panas Benda Melalui Metode Eksperimen Di SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, meka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Guru hanya menggunakan metode ceramah, 2. Siswa tidak dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran, 3. Siswa jenuh dalam mennerima pelajaran yang diberikan oleh guru, 4. Hasil belajar siswa masih jauh dari harapan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah sebagaimana yang dikemukakan di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Apakah dengan menggunakan metode eksperimen pada materi perpindahan energi panas hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo dapat meningkat ?”
1.4 Cara pemecahan masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas maka solusi yang tepat untuk meningkatkan Hasil belajar siswa pada materi perpindahan energi panas adalah dengan menggunakan metode eksperimen yang akan dilakukan dengan Langkah-langkah yang dikemukakan Ramyulis (2009 : 2324) sebagai berikut:
1. Guru Memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam kegiatan eksperimen 2. Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa dengan eksperimen 3. Sebelum eksperimen di laksanakan terlebih dahulu guru harus menetapkan: a.
Alat-alat apa yang diperlukan
b. Langkah-langkah apa yang harus ditempuh c.
Hal-hal apa yang harus dicatat
d. Variabel-variabel mana yang harus dikontrol 4.
Setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow-up (tindak lanjut) eksperimen contohnya : a.
Mengumpulkan laporan mengenai kegiatan eksperimen tersebut
b. Mengadakan tanya jawab tentang proses c. 1.5
Melaksanakan teks untuk menguji hasil belajar siswa
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
Pada Materi Perpindahan Energi Panas Benda Melalui Metode Eksperimen Di SDN 2 Titidu Kecamatan. Kwandang Kabupaten. Gorontalo Utara.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Guru, Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesionalis dalam meningkatkan hasil belajar siswa tentang perpindahan energi panas melalui metode eksperimen. 2. Siswa, Tindakan kelas ini menjadikan siswa akan lebih memahami pelajaran IPA dengan mudah khususnya perpindahan energi panas karena metode eksperimen adalah pendekatan yang membuat siswa dapat melakukan dan menemukan sendiri. 3. Sekolah, Sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran di SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara demi kelangsungan pelajaran IPA khususnya, dan pembelajaran di SD pada umumnya. 4. Peneliti,Menambah wawasan dalam hal pengetahuan dan keterampilan dalam membelajarkan IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan metode eksperiman.
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakikat Hasil Belajar Energi Panas 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Skinner Belajar adalah Suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Sedangkan menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Sedangkan belajar menurut pandangan piaget bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terusmenerus dengan lingkungan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin berkembang. (dalam dimyanti 2010:9-13). Hal senada diungkapkan oleh
Burton dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Avtivities”, yang dikutip oleh (Aunurrahman 2010:35) merumuskan pengertian belajar senagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Slameto ( 2010:2 ) secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Definisi ini menyiratkan dua makna: pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu 7 sendiri merupakan hasil belajar. Menurut Dimyati dan Mujiono (2010:3) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa
memperoleh suatu hasil belajar. dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajar, dan dampak pengiring. Dampak pengajar adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka raport, angka dalam izasah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahun dan kemampuan di budang lain, suatu transfer belajar. Menurut Gagne Hasil belajar adalah berupa kapabilitas. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi
verbal, keterampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. (dalam dimyanti 2010:11) sedangkan menurut (Modjiono 2010:20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar mengajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar adalah suatu perubahan pada diri individu siswa setelah mengalami proses belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membutuhkan kecakapan, kebiasaan, pengertian, penghargaan, sikap, penguasaan diri dalam pribadi individu yang belajar 2.1.2 Materi Energi Panas Menurut Rositawaty (2008:126) energi panas biasa juga disebut kalor. Sumber energi panas yang terbesar di dunia adalah matahari. Selain matahari sebagai sumber energi panas terbesar, energi panas juga dapat ditimbulkan karena adanya api dan gesekan. Menurut Wahyono,budi (2008:98) Semua yang dapat menimbulkan panas disebut energi panas. Energi panas dapat berpindah melalui tiga cara, yaitu konduksi adalah peristiwa perambatan panas yang memerlukan suatu zat/medium tanpa disertai adanya perpindahan bagian-bagian zat/medium tersebut. Misalnya sendok terasa panas untuk mengadukan kopi panas. Energi panas juga dapat berpindah melalui konveksi adalah perpindahan panas dengan disertai aliran zat perantara. Misalnya air yang panas akan bergerak naik, dan perpindahan energi panas yang terakhir adalah melalui radiasi adalah perpindahan panas tanpa medium perantara. Misalnya panas matahari sampai ke bumi dan panas api dapat kita rasakan.
Semua yang dapat menimbulkan energi panas disebut sumber energi panas. Kamu akan merasa hangat jika berada di dekat api unggun. Hal ini disebabkan tubuhmu menerima energi panas dari api unggun tersebut. Panas yang berpindah disebut kalor. Api kompor dapat mematangkan makanan karena terdapat energi panas yang berpindah dari api kemakanan.
Energi panas dapat berpindah melalui tiga cara yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi menurut Nurachmandani, (2008:98) adalah sebagai berikut : 1. Konduksi adalah peristiwa perambatan panas yang memerlukan suatu zat/medium tersebut. 2. Konveksi adalah perpindahan panas dengan disertai aliran zat perantaranya. 3. Radiasi adalah perpindahan panas tanpa medium perantara. 2.1.3 Hasil Belajar Energi Panas Sebagaimana yang telah dijabarkan diatas menurut Dimyati dan Mujiono (2010:3) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan energi panas adalah semua yang dapat menimbulkan panas. Jadi hasil belajar energi panas adalah hasil capain yang diperoleh siswa setelah diadakannya tindakan mengajar yang dilakukan oleh guru tentang energi panas, yaitu berupa meningkatnya pengetahuan siswa tentang sumber energi panas, dan perpindahan panas dengan tiga cara. Hal ini tentunya ditunjukan dengan nilai perolehan siswa setelah guru memberikan pengajaran.
2.2 Hakikat Penggunaan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Energi Panas 2.2.1 Pengertian metode eksperimen Menurut Djamarah (2010:84) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Kemudian Mulyani Sumantri, dkk (2001:34) mengatakan bahwa metode eksperimen diartikan sebagai cara belajara mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan. Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Schoenherr yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu. Dari uraian diatas maka terlihat bahwa metode eksperimen berbeda dengan metode eksperimen berbeda dengan metode demonstrasi. Kalau metode demonstrasi hanya menekankan pada proses terjadinya dan mengabaikan hasil, sedangkan pada metode eksperimen penekanannya adalah kepada proses sampai kepada hasil.
2.2.2 Penerapan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Energi Panas Menurut Palendeng (2003:82) Tahapan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi energi panas yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa yang terjadi berupa panas dapat berpindah melalui 3 cara. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok.
Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep, setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. 2.2.3 Kelebihan dan kekurangan metode eksperimen Menurut Djamarah (2010:84-85) Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia. Sedangkan kekurangan metode eksperimen : (a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian. 2.3 Kajian penelitian yang relevan Penelitian tentang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Materi Perpindahan Energi Panas Benda Melalui Metode Eksperimen Di SDN 2 Titidu Kecamatan. Kwandang Kabupaten. Gorontalo Utara. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Liana Otuhu pada tahun 2009 dengan judul “Meningkatkan pemahaman siswa tentang Energi panas melalui metode demonstrasi di kelas IV SDN 85 Kota Tengah Kota Gorontalo.
Penelitian ini tidak sama karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV melalui metoe eksperimen, sedangkan penelitian sebelumnya meningkatkan pemahaman siswa tentang energi panas melalui metode demonstrasi. Namun
secara jelas efek dari penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan pemahaman siswa dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Di dalam laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Liana Otuhu (2009), dinyatakan dengan penggunan pembelajaran metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN 85 Kota Tengah Kota Gorontalo. 2.4 Hipotesis tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teoritis diatas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika digunakan metode eksperimen pada pembelajaran energi panas pada siswa kelas IV SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara maka hasil belajar siswa meningkat. 2.5 Indikator kinerja Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegiatan proses belajar, lebih dari 70 % siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran b. Untuk hasil belajar siswa nilai rata-rata, seluruh siswa di kelas IV dengan memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 dengan daya serapnya 75 % dari jumlah keseluruhan siswa yang dikenai tindakan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Latar dan Karakteristik Penelitian 3.1.1 Latar Penelitian
Adapun penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Titidu Kec. Kwandang Kab. Gorontalo Utara. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV yang berjumlah 15 orang dengan 8 orang siswa perempuan dan 7 orang siswa laki-laki yang mempunyai tingkat kemampuan yang berpariasi. Setiap anak didik berasal dari latar belakang ekonomi yang berbeda, ada yang berpropesi sebagai petani, buruh harian, pedagang, pembawa bentor, dan pegawaai negeri sipil. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini pada tahun ajaran 2012/2013. 3.1.2 Karakteristik Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalaah penelitian tindakan kelas. Hal ini penuliss lakukan karena prosedur yang dirancang untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaraan di kelas. Artinya semua proses penelitian dilakukan di dalam kelas, termasuk pengumpulan data, analisis, serta pelaksanaan tindakan.
3.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang menjadi titik sasaraan untuk menjawab permasalahan daalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.2.1
Variabel input
1) Siswa : Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada materi perpindahan energi panas melalui metode eksperimen 2) Guru : Skenario pembelajaran dan rencana pembelajaran yang memuat kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran.
3) Alat/Media : Media pemebelajarn yang bersifat visual yang relvan dengan bahasan materi yang akan disajikan dengan menggunakan metode eksperimen 3.2.2 Variabel Proses 1. Mempersiapkan Rencana pemebelajaran dan skenario tindakan yang menggambarkan referensi pengetahuan dan kompetensi pemahaman siswa dengan pengolahan informasi visual dan non visual. 2. Mongoptimalkan interaksi belajar siswa dengan metode eksperimen pengaruh pada hasil belajar siswa dalam materi perpindahan energi panas melalui kegiatan yang menyenangkan. 3. Mengamatai jalannya proses pembelajaran berdasarkan sistem semantik, sintektis, grafologis, serta konteks situasi yang dapat membangkitkan siswa untuk mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. 4. Melakukan kegiatan untuk membangkitkan suasana menyenagkan dalam pembelajaran, atau untuk mengatasi kejenuhan di dalam kelas yang merupakan ciri khas dari metode ini. 5. Menganalisis hasil pembelajaran sebagi acuan bahasan selanjutnya dalam merancang tindakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. 3.2.3 Variabel Output Berupa hasil capain siswa yang diukur dari peningkatan hasil belajar siswa dalam perpindahan energi panas berdasarkan indikator sebagai berikut:
-
Melalui konduksi
-
Melalui konveksi
-
Melalui Radiasi
3.3 Prosedur peneltian Rancangan penelitian ini dilakukan melalui prosedur sebagai berikut: 3.3.1
Persiapan Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan berupa
kegiatan berikut:
a.
Melakukan observasi keadaan lokasi penelitian
b.
Konsultasi dengan guru kelas mengkaji masalah yang akan diteliti
c.
Menyiapkan administrasi pembelajaran berupa alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan serta fasilitas penunjang lainnya, dan
d.
Mengadakan wawancara dengan semua pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar untuk pelaksanaan tindakan
3.3.2 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanan tindakan penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus, dan setiap siklus dilakukan melalui tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah: tahap observasi, tahap pemantauan, dan evaluasi serta tahap analisis pada setiap tahap dijelaskan pada uraian beikut: 3.3.2.1 Tahap observasi Pada tahap ini peneliti di bantu oleh guru kelas yang bertindak sebagai observer atau pengamat, pengamatan ini dilakukan dengan berpandu pada lembar observasi yang telah disiapkan. Aspek-aspek yang diamati meliputi: -
Perpindahan panas melalui konduksi
-
Perpindahan panas melalui konveksi
-
Perepindahan panas melalui Radiasi
3.3.2.2 Tahap Pemantauan dan evaluasi
Berdasarkan data hasil observasi yang diperoleh selanjutnya peneliti bersama pengamat melakukan koloborasi untuk melakukan pemantauan. Pemantauan dilakukan dengan maksud untuk mengetahui aspek-aspek apa yang belum atau sudah dikembangkan. Selain mengadakan pemantauan, pada tahap ini dilakukan pula evaluasi terhadap hasil capain siswa yang diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar siswa. Dengan demikian, akan terlihat jelas ketrkaitan antara hasil observasi dan hasil evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan.
3.3.2.3 Tahap Analisis dan refleksi Bentuk dari hasil pantauan dan ahsil evaluasi yang diperoleh, kemudian akan dilakukan penganalisiian terhadap upaya-upaya yang telah di lakukan perbaikan dalam proses pembelajaran guna menindaklanjuti hasil evaluasi capain siswa selain itu, dilaksanakan pula penganalisaan terhadap bagimana perbaikan itu dilakukan. Hasil analisis yang diperoleh pada tahap ini menjadi dasar untuk menentukan ketetapan terhadap refleksi (perbaikan) apa saja yang dilakukan utuk perbaikan pada siklus selanjutnya. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagi berikut: a.
Observasi Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah untuk mengukur aktifitas siswa
pada proses pembelajaran dengan metode eksperimen lembar observasi yang di gunakan menggunakan LKS pada proses pembelajaran.Aspek yang dinilai adalah keaktifan dan ketidakaktifan siswa melalui proses pembelajaran yang dapat di lihat pada table berikut in;
Tabel 1.Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.
No
Aspek yang dinilai Nama siswa Aktif
Tidak aktif
1
2
Keaktifan dan ketidakaktifan siswa melalui proses pembelajaran yang berupa hasil kerja siswa yang diberikan melalui LKS berikut ini. Langkah-langkah LKS Siklus 1
1.
Nyalakan lilin dengan korek api!
2.
Pegang ujung penggaris besi yang akan dibakar bagian ujung yang lainnya menggunakan kain!
3.
Panaskan ujung penggaris besi diatas lilin yang telah menyala!
4.
Setelah sekian lama, letakan penggaris diatas meja. Coba raba bagian ujung yang tidak dipanasi di atas lilin. Apa yang kamu rasakan?
5.
Mengapa ujung yang tidak dipanasi juga terasa hangat ketika dipegang ?.
6.
Apa yang dapat kamu simpulkan dari kegiatan tersebut ?
Langkah-langkah LKS Siklus 2
1.
Siapkan kertas koran bekas yang sudah tidak digunakan dan kumpulkan menjadi satu!
2.
Bakar kertas koran bekas tersebut dengan menggunakan korek api, hati-hati pada saat membakar kertas!
3.
Setelah api menyala dekatkan kedua tanganmu di sekitar api. Apa yang kamu rasakan?
4.
Apa kesimpulanmu dari kegiatan tersebut?
b. Tes Tes Tulis dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa dan diberikan setelah melaksanakan pembelajaran. Tes tulis yang diberikan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa setelah menerima pelajaran yang di berikan oleh guru. c. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi yang lengkap. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua data tentang hasil belajar siswa yang di peroleh dari lembar kerja siswa (LKS). Dari proses yang dinilai pada hasil belajar siswa yaitu siswa dapat memahami perpindahan energi panas seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Table 2. Hasil dokumentasi hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperiman
No
Nama Siswa
Nomor Soal / Skor Nilia pada masing-masing butir soal 1 2 3 4 5 3 3 3 3 3
Jlh
Perolehan Nilai
15
1. 2 Jumlah (%) (%) Ketuntasan Daya Serap
70 75
3.5 Teknik Analisis data a.Observasi Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dioleh sedemikian rupa sehingga hasilnya dideskripsikan. Deskripsi data pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hasil belajar siswa dan ketuntasan belajarnya setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen. Penilaian untuk mengetahui siswa yang aktif dan tidak aktif yaitu dengan cara menceklist siswa yang aktif dan tidak aktif dalam proses pembelajaran. b.Tes a.Skoring Hasil tes diperiksa,diberi skor dan disusun ke dalam tabel.format tabel dapat dilihat seperti dibawah ini
Tabel 3 Hasil Evaluasi Siswa
No
Nama Siswa
Nomor Soal / Skor Nilia pada masing-masing butir soal 1 2 3 4 5 3 3 3 3 3
Jlh
Perolehan Nilai
15
1. 2 Jumlah (%) (%) Ketuntasan Daya Serap
70 75
b. Menghitung rata-rata skor dengan rumus : M = ∑X / N Keterangan : siklus
M = indikator yang dicapai pada setiap
∑X = Total nilai yang diperoleh N = Jumlah siswa c. Dokumentasi
Pada penelitian ini, siswa diberi penskoran berdasarkan skor yang telah ditentukan oleh guru pada setiap indikator soal yang diujikan yakni 3 jika jawaban tepat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitan
Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) melalui metode eksperimen diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1.1 Observasi Awal Dari hasi pengamatan dan wawancara observasi awal dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti di SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara, maka dapat diperoleh data awal untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebagai mana yang nampak pada lampiran 1 Halaman 31. Setelah dianalisis hasilnya sebagaimana nampak pada tabel 1 Berikut ini:
Tabel 4 Analisis Hasil Belajar Siswa Observasi Awal Nilai
Jumlah siswa
Nilai total
40
1
40
50
5
250
55
1
55
60
2
120
65
1
65
70
5
350
Jumlah
15
880
Nilai 70 ke atas
5
33 %
Daya serap
59 %
(Data Primer 2013)
24
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I a. Hasil Pengamatan Aktifitas belajar Siswa Hasil pengamatan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I menggunakan lembar pengamatan aktifitas belajar siswa dalam melakukan kegiatan eksperimen dari 23 aspek yang diamati hanya terdapat 15 aspek atau (65%) menunjukan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan guru melalui metode eksperimen. Untuk hasil observasi aktifitas belajar siswa sebagaimana terlampir pada lampiran 1b halaman 43
b. Hasil Observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran Dari hasil observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran siklus I dengan menggunakan lembar pengamatan dari 22 aspek nampak yang masuk pada ketegori Baik nampak 9 aspek atau 41 %, untuk kategori Cukup nampak masih mendominasi dengan 12 aspek atau 55 % sedangkan kategori kurang terdapat 1 aspek atau 4 % sebagimana nampak pada lampiran 1c halaman 45 c. Hasil Belajar Siswa Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I pada mata pelajaran IPA tentang perpindahan energi panas kelas IV yang berjumlah 15 orang dalam proses pembelajaran setelah dievaluasi dan dianalisis ketuntasan hasil belajar maupun daya serap siswa, sebagaimana nampak pada lampiran 1d Halaman 38 dan untuk analisis hasil pada tabel 1 halaman 46.
Tabel 5 Hasil Analisis Data Pada Siklus 1
Perolehan Nilai
Siswa yang belum berhasil
< 70
5 Orang
> 70
-
(%) Ketuntasan
Siswa yang telah berhasil 10 Orang 67
Berdasarkan tabel dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa tersebut dengan menerapkan metode eksperimen pada materi perpindahan energi panas di kelas IV dapat dijelaskan bahwa Dari jumlah 15 orang jumlah keseluruhan siswa, siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70 ada 5 orang atau 33 %, dan siswa yang memperoleh nilai minimal 70 ada 10 orang siswa atau 67 %, Daya serap siswa kesuruhan telah mencapai 72 %. Dengan demikian sesuai hasil analisis data pada siklus I, dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan yang diberikan pada siklus I ini dengan menggunakan metode eksperimen pada materi perpindahan energi panas telah terjadi peningkatan sebesar 34 % dari hasil kegiatan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya akan tetapi hasil pada tindakan siklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dan untuk mencapai ketuntasan hasil belajar maka akan dilanjutkan pada siklus II sebagai bentuk penyempurnaan tindakan melalui metode eksperiman. c. Refleksi Setelah dievaluasi, dilakukan refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi disimpulkan perlunya perbaikan dan peyempurnaan pada beberapa aspek terutama pada lembar observasi keaktifan siswa terdapat 6 aspek atau 26 % yang masih harus ditindak lanjuti pada siklus berikutnya dari 23 aspek yang menjadi acuan dalam penilaian keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan proses pembelajaran dengan metode eksperimen. Sedangkan 17 aspek yang menunjukan keaktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan metode eksperimen atau 74 %. Dari hasil refleksi pada keaktifan siswa masih belum mencapai ketuntasan sesuai pada indikator kinerja yang telah
ditetapkankan sehingga masih perlu ditindaklanjuti pada tindakan selanjutnya sebagai bentuk penyempurnaan dari tindakan sebelumnya (siklus I) . Sedangkan untuk hasil belajar siswa yang dinilai melalui tes pada akhir pembelajaran masih terdapat siswa yang hasil belajarnya rendah, melihat hasil yang diperoleh baik pelaksanaan keaktifan siswa saat proses belajar mengajar dengan metode eksperimen maupun hasil belajar siswa, maka perlu adanya tindakan selanjutnya pada siklus II sebagai pemantapan siklus I.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II a. Hasil Pengamatan Aktifitas belajar Siswa Hasil pengamatan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II menggunakan lembar lembar pengamatan aktifitas belajar siswa dari 23 aspek yang diamati nampak menunjukan 100 % keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan guru dengan menggunakan metode eksperimen. Untuk lembar lembar pengamatan aktifitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 2b halaman 52
b. Hasil observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran Setelah ditindak lanjuti pada kegiatan siklus II hasil observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran nampak dari 22 aspek pengamatan terdapat 13 aspek masuk pada kategori sangan baik atau 59 %, sedangkan 9 aspek atau 41 % masuk pada kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2c halaman 54. c. Hasil belajar siswa Setalah ditindaklanjuti pada siklus II, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen maka hasil belajar siswa sudah memperoleh nilai baik dan sudah mencapai ketuntasan belajar yang ditetapkan pada indikator kinerja setelah dievaluasi dan dianalisis
dari hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen maka diperoleh hasil sebagaimana yang nampak pada lampiran lampiran 2d halaman 55
Tabel 6 Hasil Analisis Data Pada Siklus II
Perolehan Nilai
Siswa yang belum berhasil
< 70
1 Orang
> 70
-
(%) Ketuntasan
Siswa yang telah berhasil 14 Orang 93 %
Berdasarkan tabel hasil analisis data pada siklus II terhadap hasil belajar siswa tersebut dengan menerapkan metode eksperimen pada materi perpindahan energi panas dikelas IV dapat dijelaskan bahwa dari jumlah 15 orang siswa yang memperoleh nilai kurang dari 70 nampak ada 1 orang siswa atau 7 % sedangkan siswa yang memperoleh nilai minimal 70 keatas ada 14 orang atau 93 % dengan daya serap telah mencapai 92 % c. Refleksi Setelah dievaluasi, dilakukan refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi disimpulkan bahwa pada kegiatan aktifitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen sesuai hasil pengamatan nampak seluruh siswa telah aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan persentase 100 % siswa aktif mengikuti kegiatan proses pembelajaran dengan metode eksperimen, demikian juga pada hasil belajar siswa nampak siswa yang memperoleh nilai lebih dari 70 juga telah mendominasi dengan persentase ketuntasan hasil belajar telah mencapai 93 % dan daya serapnya telah mencapai hingga 92 %. Dengan melihat hasil yang diperoleh pada tindakan siklus II ini baik dari aktifitas belajar siswa maupun hasil belajar siswa dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak perlu lagi dilanjutkan pada tindakan selanjutnya melihat hasil yang diperoleh telah melampaui indikator kinerja yang telah ditetapkan.
4.1
Pembahasan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA di kelas IV pada materi
perpindahan energi panas
SDN 2 Titidu Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo, melalui
metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I telah menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, untuk kegiatan aktifitas belajar siswa sesuai hasil pengamtan dengan menggunakan lembar pengamatan siswa yang aktif nampak 15 aspek dari 23 aspek yang diamati atau sekitar 65 % dari data yang diperoleh nampak belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan yakni 70 % siswa aktif mengikutu proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar siswa yang dicapai 67% Dari hasil evaluasi ini, menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar dari tindakan pada observasi awal yakni sebesar 34 % akan tetapi hasil yang diperoleh pada tindakan siklus I ini dengan menggunakan metode eksperimen ini belum mencapai standar indikator kinerja yang telah ditetapkan, dimana untuk keaktifan siswa dalam mengikuti kegitan proses pembelajaran dengan metode eksperimen sebesar 70 % dan untuk hasil belajar siswa minimal 70 dan ketuntasan belajar sebesar 75 % dari jumlah keselurahan siswa yang dikenai tindakan. Jadi, dari hasil refleksi yang dilaksanakan bersama guru mitra bahwa masih terdapat kelemahan terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I, yaitu: pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dimana sesiau hasil pengamatan nampak siswa belum mapu menjawab pertanyaan yang diajukan pada kegiatan apersepsi dan siswa kurang mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, dan untuk hasil belajar siswa pada siklus I siswa yang telah berhasil memperoleh nilai minimal 70 keatas 10 orang siswa atau 67% dari siswa yang dikenai tindakan dan daya serapnya telah mencapai 72 % . Setelah melihat hasil diatas, telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari hasil observasi awal namun belum mencapai standar indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini maka perlu dilakukan tindakan selanjutnya sebagai bentuk penyempurnaan aspek-aspek melalui pelaksanaan tindakan siklus II, agar aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat didasari atas
kesepakatan yang telah didiskusikan dengan guru mitra pada saat pelaksanaan refleksi bersama. Siklus II dilaksanakan sebagai pemantapan terhadap kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dengan tetap fokus pada keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Setelah diadakannya tindakan pada siklus II untuk lembar aktivitas siswa dari 23 aspek yang diamati nampak sekali keseriusan siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen hal ini ditunjukan dengan 100 % siswa aktif dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh guru melalui metode eksperimen. Dan untuk hasil belajar siswa berdasarkan hasil capaian pada siklus II siswa yang memperoleh nilai 70 keatas berjumlah 14 orang atau 93 % dari jumlah siswa yang dikenai tindakan sedangak daya serapnya telah mencapai hingga 92 %. Dari uraian siklus I dan II diatas menandakan bahwa siswa memahami bukan sekedar mengetahui apa yang dipelajarinya. Hal ini nampak pada seluruh siswa merespon dengan baik tentang materi perpindahan energi panas melalui metode eksperimen yang telah ditampilan guru. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini, terlihat bahwa pembelajaran IPA khusunya pada materi perpindahan energi panas melalui metode eksperimen memberikan dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan demikian hipotesis tindakan yang dirumuskan sebelumnya yaitu “ jika dalam pembelajaran tentang energi panas guru menggunakan metode eksperimen, maka hasil belajar siswa akan meningkat” dinyatakan “diterima” sesuai dengan dukungan dari indikator kinerja yang telah ditetapkan.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama dua siklus seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapatlah dikemukakan simpulan melalui metode eksperimen, hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA pada materi perpindahan energi panas dapat meningkat, yang ditunjukkan dengan indikataor kinerja yang telah ditetapkan, yakni: Untuk aktifitas belajar siswa dalam proses belajar lebih dari 70 % siswa aktif dalam mengikuti proses pembalajaran, sedangkan untuk hasil belajar siswa memperoleh nilai 70 keatas dengan rincian perolehan sebagai berikut: siklus I mencapai 72 % dan pada siklus II mencapai 93 %. Dilaksanakannya penelitian tindakan kelas sampai pada Siklus II karena pada siklus I telah terjadi peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode eksperimen akan tetapi belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.
5.2 Saran
32
Kegiatannya dengan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut: 1). Pemahaman mengenai konsep pembelajaran dengan metode eksperimen tidak hanya terbatas pada kerangka teoritisnya saja, tetapi yang diperlukan bagaimana melibatkan dunia nyata pada pembelajaran dimaksud dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Karena itu, pihakpihak yang menyelenggarakan khususnya sekolah perlu memiliki informasi dan pemahaman yang komprehensif mengenai pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen 2). Memperhatikan manfaat yang diberikan dalam pembelajaran, maka sebaiknya metode eksperimen ini tidak hanya diterapkan pada satu materi atau pembelajaran tertentu tetapi sangat perlu dikembangkan pada semua materi yang memerlukan penalaran anak melalui kegiatan penemuan langsung atau bahkan pada mata pelajaran lainnya, baik yang bersifat eksakta maupun sosial. 3). Guru dalam meningkatkan kualitas pengajaran dengan menggunakan metode eksperimen, maka diperlukan profesionalisme guru dalam mendidik siswa serta pihak sekolah harus mampu melibatkan dunia nyata untuk peningkatan mutu pembelajaran disemua bidang studi pelajaran yang diajarkan.