FAKTOR RISIKO SANITASI LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2013 Nur Ifka Wahyuni NIM 811409109 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Abstrak. Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, pada tahun 2013 kasus DBD terus meningkat Wilayah kerja puskesmas limboto, hal ini menyebabkan beberapa kelurahan yang berada di wilayah kerja puskesmas limboto termasuk daerah endemis DBD. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survei analitik dengan rancangan Case Control study. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari kasus 32 penderita DBD dan kontrol 128 bukan penderita DBD, dan populasi berjumlah 160 jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto yang ditentukan dengan teknik Purposive sampling. Hasil analisis besar risiko Odds Ratio (OR) menunjukkan variabel yang merupakan faktor risiko yaitu saluran pembuangan air limbah dengan nilai OR 1,42 (OR>1), dan hasil analisis menunjukan variabel yang bukan merupakan faktor risiko yaitu variabel penyediaan air bersih dengan nilai OR 0,18 (OR<1) dan pengolahan sampah padat dengan nilai OR 0,39 (OR<1) di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan limboto Kabupaten Gorontalo. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Limboto untuk lebih mengupayakan dan mingkatkan pelaksanaan-pelaksanaan program yang terkait dengan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan melihat kasus yang terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto masih cukup tinggi. Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko
I. PENDAHULUAN Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan, jika kondisi lingkungan tidak baik maka dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada masyarakat. Menurut Achmadi (2005), Sanitasi lingkungan yang buruk dapat menyebabkan penularan penyakit terus menyebar. Beberapa penyakit menular diantaranya penyakit malaria, TBC, filariasis, demam berdarah dengue, kolera, diare dan sebagainya. Penyakit demam berdarah disebut juga dengue haemorrhagic fever ( DHF) karena disertai gejala demam dan pendarahan, sedangkan penyebabnya adalah virus yang tergolong virus dengue. Penyakit ini merupakan penyakit yang baru bagi Indonesia yakni baru pada tahun tujuh puluhan masuk ke Indonesia. Berdasarkan data dari Puskesmas Limboto pada Tahun 2010 terdapat kasus demam berdarah dengue sebanyak 103 penderita (2.2%), pada tahun 2011 terjadi penurunan kasus di Wilyah Kerja Puskesmas Limboto yaitu hanya 1 penderita dan di tahun 2012 kasus DBD kembali meningkat dari tahun 2011 yaitu sebanyak 55 penderita (1.1%). (Puskesmas Limboto, 2012). Pada tahun 2013 terjadi kasus DBD di Wilayah kerja Puskesmas Limboto yaitu sebanyak 32 penderita yang tercatat pada bulan Januari-Maret. Hal ini menyebabkan beberapa Kelurahan yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto termasuk daerah endemis DBD. Kondisi sanitasi lingkungan di beberapa rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo masih terlihat belum baik, masih terdapat tempat-tempat perindukan vektor penularan penyakit di daerah tersebut seperti adanya tempat penampungan air bersih yang tidak selalu di bersihkan dan pengolahan sampah padat yang masih terlihat buruk, serta masih kurangnya kepemilikan saluran pembuangan air limbah, sehingga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penelitian ini bertujuan ntuk mengetahui faktor risiko antara sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. II. Metode Penelitian Jenis penelitian adalah jenis penelitian Survei Analitik. Rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian Case Control study tentang faktor risiko sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian penyakit Demam berdarah
Dengue (DBD) di wilayah kerja puskesmas limboto. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DBD pada bulan Januari-Maret tahun 2013 dan bukan penderita DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Sementara sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 160 jiwa yang terdiri sampel kasus yaitu penderita DBD sebanyak 32 jiwa dan sampel kontrol yaitu bukan penderita DBD yang merupakan tetangga terdekat dalam satu lingkungan sebanyak 128 jiwa. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan untuk melihat besar faktor risiko menggunakan Odds Ratio dengan menggunakan rumus OR=ad/bc, dengan interpretasi sebagai berikut: OR < 1 : Variabel independen merupakan faktor protektif kerja variabel dependen OR = 1 : Variabel independen bukan merupakan faktor risiko OR ≥ 1 : Variabel Independen merupakan faktor risiko III. Hasil dan Pembahasan 2.1 Hasil Penelitian Hasil yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yaitu faktor risiko sanitasi lingkungan rumah yang dilihat dari beberapa aspek yaitu penyediaan air bersih (PAB), pengolahan sampah padat, saluran pembungan air limbah (SPAL) terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo. Jenis analisis yang digunakan adalah analisis unuvariat dan besar risiko (Odds Rasio). 2.1.1 Faktor Risiko Penyediaan Air Bersih (PAB) Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Faktor risiko penyediaan air bersih terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) pada kelompok kasus dan kontrol ditunjukan pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Faktor Risiko Penyediaan Air Bersih Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Kelompok Kasus Dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
Penyediaan Air Bersih (PAB) Tidak Baik Baik Jumlah
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Total OR Kasus Kontrol n % n % n % 95 % CI 10 31.25 91 71.09 101 63.13 0,18 22 68.75 37 28.91 59 36.88 32 100.00 128 100.00 160 100.00 0,080-0,428
Sumber : Data Primer n = Jumlah, % = Prosentase Hubungan Penyediaan Air Bersih Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), OR = Odds Rasio, 95% CI = LowerUpper
Nilai Odds Rasio (OR) yaitu sebesar 0,18 (nilai OR < 1) dengan nilai Lower 0,080 dan Upper 0,428 artinya penyediaan air bersih bukan merupakan faktor risiko melainkan merupakan faktor protektiv kerja atau faktor pendukung terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Kemungkinan orang yang menderita DBD penyediaan air bersihnya tidak baik memiliki risiko 0,18 kali dibanding yang tidak menderita DBD dengan penyediaan air bersih yang baik. 2.1.2 Faktor Risiko Pengolahan Sampah Padat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Faktor risiko Pengolahan sampah padat terhadap kejadian demam berdarah dengue (DBD) pada kelompok kasus dan kontrol ditunjukan pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Faktor Risiko Pengolahan Sampah Padat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Kelompok Kasus Dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
Pengolahan Sampah Padat Tidak Baik Baik Jumlah
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Total OR Kasus Kontrol n % n % n % 95 % CI 11 34.38 73 57.03 76 47.50 0,39 21 65.63 55 42.97 84 52.50 32 100.00 128 100.00 160 100.00 0,176-0,889
Sumber : Data Primer 2013 n = Jumlah, % = Prosentase Hubungan Pengolahan Sampah Padat Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), OR = Odds Rasio, 95% CI = Lower-Upper
Nilai Odds Rasio (OR) yaitu sebesar 0,39 (nilai OR < 1) dengan nilai Lower 0,176 dan Upper 0,889 artinya pengolahan sampah padat bukan merupakan faktor risiko melainkan merupakan faktor protektiv kerja atau faktor
pendukung terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Kemungkinan orang yang menderita DBD pengolahan sampah padatnya tidak baik memiliki risiko 0,39 kali dibanding yang tidak menderita DBD dengan pengolahan sampah padat yang baik. 2.1.3 Faktor Risiko Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Faktor risiko saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) pada kelompok kasus dan kontrol ditunjukan pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Faktor Risiko Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Pada Kelompo Kasus Dan Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Tidak Baik Baik Jumlah
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Kasus Kontrol n % n % 10 31.25 31 24.22 22 68.75 97 75.78 32 100.00 128 100.00
Total n 40 120 160
OR
% 95 % CI 25.00 1,42 75.00 100.00 0,608-3,327
Sumber : Data Primer 2013 n = Jumlah, % = Prosentase Hubungan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), OR = Odds Rasio, 95% CI = Lower-Upper
Nilai Odds Rasio (OR) yaitu sebesar 1,42 (nilai OR > 1) dengan nilai Lower 0,608 dan Upper 3,327 artinya saluran pembuangan air limbah merupakan faktor risiko terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Kemungkinan orang yang menderita DBD saluran pembuangan air limbahnya tidak baik memiliki risiko 1,42 kali dibanding yang tidak menderita DBD dengan saluran pembuangan air limbah yang baik. 2.2 Pembahasan 2.2.1 Faktor Risiko Penyediaan Air Bersih (PAB) Terhadap Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Besar faktor risiko didapatkan dengan nilai Odds Rasio (OR) yaitu sebesar 0,18 (OR < 1) yang artinya penyediaan air bersih bukan merupakan faktor risiko dari penyakit demam berdarah, melainkan merupakan faktor protektif kerja (faktor pendukung) terhadap
kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), kemungkinan orang yang menderita DBD yang memiliki penyediaan air bersih tidak baik memiliki risiko 0,18 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD yang memiliki penyediaan air bersih yang baik. Hal ini disebabkan karena sarana penyediaan air bersih yang digunakan oleh kelompok kasus dan kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto bermacam-macam baik melalui perpipaan (PDAM) maupun sumber lain seperti sumur, sehingga masih memerlukan tempat penampungan air baik bak besar maupun bak kecil serta ember dan loyang. Tempat penampungan air merupakan media untuk berkembang biak nyamuk Aedes aegypti. Untuk menghindari agar nyamuk tidak meletakkan telurnya pada tempat penampungan air agar melakukan pengurasan tempat penampungan air minimal 2 kali seminggu sehingga telur nyamuk tidak dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa yang siap menularkan DBD. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dengan simpanan air ini timbul bersaman masalah perkembang biakan Aedes aegypti dan peningkatan resiko inveksi dengue. Karenanya, air yang dapat diminum harus diberikan dalam kuantitas, kualitas, yang cukup dan konsistensi untuk mngurangu penggunaan wadah penyimpan air yang bertindak sebagai habitat larva, seperti drum, tangki, dan gentong. Pipa air ke rumah tangga lebih dipilih ketimbang air sumur, pipa komunal, penampung diatas atap, dan sistem pengiriman lainnya. Bila tangki, drum, dan gentong penyimpan diperlukan untuk penyimpanan air, wadah ini harun ditutup dengan rapat atau menggunakan penyaring. Banyak orang tidak menutup wadah airnya karena penutupnya tidak didesain dengan tepat sehingga menyulitkan pengguna untuk mengambil air dari wadah tersebut. Namun demikian, sistem penyimpinan air, dapat didesain untuk menjegah penyimpanan telur atau timbulnya nyamuk dewasa Aedes. aegypti (WHO, 1999). 2.2.2 Faktor Risiko Pengolahan Sampah Padat Terhadap Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Besar faktor risiko didapatkan dengan nilai Odds Rasio (OR) yaitu sebesar 0,39 (OR < 1) yang artinya pengolahan sampah padat bukan merupakan faktor risiko dari penyakit
demam berdarah, malinkan merupkan faktor protektif kerja (faktor pendukung) terhadap kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), kemungkinan orang yang menderita DBD yang memiliki pengolahan sampah padat tidak baik memiliki risiko 0,39 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD yang memiliki pengolahan sampah padat baik. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap responden ada yang tidak memilki tempat sampah dan sebagian besar memiliki tempat sampah. Sampah yang telah dikumpulkan ditempat sampah tidak selalu diangkut oleh petugas pengangkut sampah sehingga sampah terus menumpuk, dan terjadi pembakaran sampah. selain itu dari hasil observasi yang telah dilakukan terdapat beberapa sampah padat seperti kaleng-kaleng bekas disekitar lingkungan rumah yang secara tidak langsung dapat menampung air hujan dan dapat menimbulkan perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti. Menurut WHO (1999), upaya pengendalian vektor harus mendorong penanganan sampah yang efektif dan memperhatikan lingkungan dengan meningkatkan aturan dasar “mengurangi, menggunakan ulang, dan daur ulang.” Ban bekas adalah bentuk lain dari sampah padat yang sangat penting untuk pengendalian Aedes aegypti perkotaan ; ban bekas ini harus didaur ulang atau dibuang dengan pembakaran yang tepat dalam fasilitas transformasi sampah (misalnya alat pembakar, tumbuhan penghasilenergi). 2.2.3 Faktor Risiko Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Terhadap Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Besar faktor risiko didapatkan dengan nilai Odds Rasio (OR) yaitu sebesar 1,42 (OR > 1) yang artinya saluran pembuangan air limbah merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), kemungkinan orang yang menderita DBD yang memiliki saluran pembunagan air limbah tidak baik memiliki risiko 1,42 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita DBD yang memiliki saluran pembuangan air limbah baik. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pada kelompok kasus yang memiliki saluran pembuangan air limbah tidak baik sebanyak 10 (31,25 %) dan yang memiliki saluran pembuangan
air limbah baik sebanyak 22 (68,75 %). Dari hasil tersebut dilihat yang mendapatkan prosentase lebih banyak pada saluran pembungan air limbah yang baik dari pada yang tidak. Hal ini disebakan karena pada kelompok kontrol sebagian besar memiliki saluran pembuangan air limbah yang tidak tertutup, dan sering membersihkan saluran pembuangan air limbah sehingga air limbah dapat mengalir dengan lancar, mereka juga membuang air limbah langsung ke tempat pembuangan air limbah yang tidak menimbulkan air limbah tergenang atau merembes ke sekitar lingkungan rumah sehingga tidak akan menyebabkan perindukan vektor penularan penyakit khusunya demam berdarah. Begitupun halnya pada kelompok kontrol yang memiliki jumlah porsentase lebih besar pada saluran pembuangan air limbah yang baik sebesar 75,78 % dan tidak baik sebesar 24,22 %. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa sebagian besar responden pada kelompok kasus dan kontrol memiliki saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan SPAL yang mereka gunakan air limbahnya mengalir dengan lancar, selain itu mereka juga sering membersihkan SPAL disekitar lingkungan mereka, sehingga tidak akan menimbulkan perindukan vektor nyamuk demam berdarah dengue dan tidak menyebabkan penyakit DBD. Selain itu ada juga yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah, yang air limbahnya langsung dibuang disekitar lingkungan sehingga air yang tergenang tidak langsung meresap ketanah akan menimbulkan perkembangan vektor demam berdarah. Kemungkinan lebih besar terdapat faktor risiko pada saluran pembuangan air limbah yang tidak baik maupun yang baik terhadap kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
terhadap kejadian penyakit demam berdarah dengan nilai OR sebesar 1,42 (OR>1). Diharapkan bagi instansi terkait khususnya kepada pihak Puskesmas Limboto untuk lebih mengupayakan dan mingkatkan pelaksanaanpelaksanaan program yang terkait dengan kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan melihat kasus yang terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto masih cukup tinggi Alangkah baiknya dilakukan tindakan preventif atau pencegahan untuk keadaan ini dengan pelaksana kegiatan yang optimal. Serta dapat melakukan perbaikan dan peningkatan sanitasi lingkungan rumah khususnya penyediaan air bersih, pengolahan sampah padat, dan saluran pembuanagan air limbah.
IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian faktor risiko sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo dapat ditarik kesimpulan yaitu penyadiaan air bersih bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit demam berdarah dengue dengan nilai OR sebesar 0,18 (OR<1), pengolahan sampah padat bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) dengan nilai OR sebesar 0,39 (OR<1), dan saluran pembuangan air limbah merupakan faktor risiko
Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, UF. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : PT Kompos Media Nusantara Kalyanamitra. 2012. Menciptakan Sanitasi Lingkungan Yang Baik. www.getbookee.org/sanitasi-lingkunganyang-baik/, diaksses pada tanggal 12 Maret 2013 Kasjino HS dan Yasril. 2009. Teknik sampling Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Munawaroh. 2008. Pengaruh Perilaku Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Keluarga Di Desa Sukabakti Tangerang. Skripsi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia Esa Unggul
Puskesmas Limboto. 2012. Profil Puskesmas Limboto 2012. Gorontalo : Puskesmas Limboto Roose A, 2008. Hubungan Sosiodemografi Dan Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Dikecamatan Bukit Raya Kota Pecan Baru. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara
World
Health Organization (WHO). 1999. Demam berdarah dengue diagnosis, pengobatan, pencegahan dan pengendalian. Jakarta : EGC