EVALUASI PENERAPAN PROGRAM MY BBS BERDASARKAN UNSAFE ACT DI PE BAGGING DAN WAREHOUSE PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL, TBK Maryam Afra Jamilah, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat Email:
[email protected] ABSTRAK Berdasarkan penelitian dan data kecelakaan kerja yang dimiliki PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk sekitar 90% kecelakaan kerja yang terjadi diakibatkan oleh unsafe act. Sehingga cara yang efektif untuk mencegah kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya unsafe act. Program Behaviour Based Safety (BBS) berperan penting dalam menciptakan zero accident. Implementasi dari program Behaviour Based Safety adalah dengan memfokuskan observasi perilaku sebagai proses meningkatkan perilaku kerja yang aman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan program My BBS berdasarkan unsafe act di PE Bagging dan Warehouse PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan input-proses-output program My BBS yaitu terapan dari program BBS PT.Chandra Asri Petrochemical, Tbk (CAP) tahun 2015 dan 2016 sehinga dapat diketahui hambatan-hambatan yang ada di dalamya demi perbaikan yang berkelanjutan. Objek dalam penelitian ini adalah karyawan yang berada di PE Bagging dan Warehouse CAP. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa yang terutama adalah faktor kualitas dalam melakukan observasi My BBS sehingga perubahan perilaku belum terjadi secara optimal. Hal tersebut diindikasikan dari jumlah unsafe act yang ditemukan meskipun banyak jumlah observasi yang dilakukan.Untuk itu perlu diadakan pembekalan kepada seluruh observer agar proses komunikasi saat pelaksanaan observasi dapat menurunkan jumlah unsafe act secara signifikan. Kata Kunci : Behaviour Based Safety, Unsafe Act, Kecelakaan Kerja ABSTRACT Most accidents are caused by unsafe action. Based on research and accident data owned by PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk approximately 90% of workplace accidents that occur due to unsafe act. So that an effective way to prevent workplace accidents is to avoid unsafe act. Behaviour Based Safety Program plays an important role in creating a zero accident. Implementation of Behaviour Based Safety program is to focus on observations of behavior as the process of improving safe behavior. This research purposed for evaluating My BBS program based on unsafe act in PE Bagging and Warehouse PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. This research is a qualitative descriptive study that aims to describe the input-process-output program My BBS is applied on the Behaviour Based Safety program PT.Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) in 2015 and 2016 so that it can be seen barriers in for continuous improvement. The object of this research is the employees who are in PE Bagging and Warehouse CAP. Based on the results that the main thing is the quality factor in making observations My BBS that behavior change has not happened yet optimal. This is indicated on the number of unsafe act are found even more the number of observations made. For it is necessary briefing to all observers
that the communication process during the implementation of observation can reduce the number of unsafe act significantly. Keyword: Behaviour Based Safety, Unsafe Act, Workplace Accident
PENDAHULUAN Banyak organisasi dan perusahaan menghabiskan banyak waktu, uang dan tenaga untuk menekan angka kecelakaan kerja. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan management system, termasuk audit terhadap unsafe act dan unsafe condition (Cooper, 2001). Selain itu Geller (2001) menggambarkan pentingnya pendekatan perilaku yang didasari keselamatan (behaviour based safety) dalam upaya meningkatkan keselamatan kerja baik reaktif maupun proaktif. Dalam perspektif reaktif upaya keselamatan ditelusuri dari perilaku yang berisiko atau tidak aman (at risk behaviour) yang berakibat pada kerugian. Hal ini dapat diartikan bahwa upaya reaktif menunggu terjadinya suatu kejadian tidak aman dulu. Sedangkan dalam perspektif proaktif upaya keselamatan kerja ditelusuri dari perilaku aman (safe behaviour) yang menghasilkan suatu kesuksesan pencegahan kecelakaan kerja. Dengan meningkatnya keselamatan kerja maka dapat meningkatkan produktivitas pekerja pada akhirnya dapat meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan. PT. Chandra Asri Petrochrmical, Tbk telah menerapkan program BBS sejak May 2013. Sebelumnya CAP menerapkan traditional safety management sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja. Namun traditional safety management dinilai belum optimal dan masih menyisakan residual accident. Pada Agustus 2015 CAP melakukan update program BBS yang diuji cobakan di PE Bagging dan Warehouse yaitu program My BBS. Program My BBS diharapkan dapat meningkatkan efektifitas program BBS dalam mengurangi kecelakaan kerja. Saat ini CAP memiliki dua program BBS yaitu BBS Overall dan My BBS. BBS Overall diberlakukan diseluruh plant CAP, sedangkan My BBS baru diberlakukan di PE Bagging dan Warehouse. Berdasarkan latar belakang yang ditemukan bahwa penerapan Behaviour Based Safety berperan penting dalam mengurangi unsafe act yang kemudian berpengaruh terhadap keberhasilan pencegahan kecelakaan kerja, maka permbaharuan dari program BBS yaitu My BBS Project perlu diteliti lebih lanjut agar diketahui nilai evaluasi penerapan program berdasarkan unsafe act. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan program My BBS berdasarkan unsafe act di PE Bagging dan Warehuose PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. Jl. Raya Anyer Km.123, Ciwandan, Cilegon, Banten, pada tanggal 1-29 April 2016.
B. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih faktual dan akurat mengenai penerapan program My BBS berdasarkan unsafe act di PE Bagging dan Warehouse PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk. Sehingga dapat diketahui hambatan-hambatan yang yang ada demi perbaikan yang berkelanjutan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Input My BBS 1. Kebijakan Management Dalam penelitian ini kebijakan management yang dimaksud adalah bentuk prosedur yang dibuat, komitmen, dan dukungan yang diberikan untuk pelaksanaan program My BBS. Dari hasil penelitian melalui wawancara mendalam dapat diketahui bahwa management telah membuat prosedur pelaksanaan program My BBS. Kemudian management memiliki komitmen yang tinggi untuk menerapkan program karena management mengetahui manfaat pelaksanaan program dan akibat jika tidak melaksanakan program My BBS. Selain itu management juga memberikan dukungan secara materil dan moril terhadap keberlangsungan program dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan dan training. Sebagaimana hal yang dikemukakan oleh Cooper dalam Tarwaka (2015) bahwa dukungan management sangat penting karena kegagalan dalam penerapan behaviour based safety biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan dan komitmen dari management. Komitmen management terhadap proses behaviour based safety biasanya ditunjukan dengan memberi keleluasaan pada observer dalam melaksanakan tugasnya, memberikan saran dan bantuan bagi tindakan yang harus segera dilakukan, membantu menyusun dan menjalankan umpan balik, serta meningkatkan inisiatif untuk melakukan safety behaviour dalam setiap pekerjaan.
2. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua orang yang berada di PE Bagging dan Warehouse. Sumber daya manusia dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu observer dan observed. Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan telaah dokumen dapat diketahui bahwa kualitas sumber daya manusia dalam program My BBS dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan sumber daya manusia mengenai konsep dasar My BBS, kesadaran sumber daya manusia untuk melakukan safety performance dan partisipasi sumber daya manusia yang semakin meningkat. Tingkat pengetahuan, kesadaran dan keterlibatan merupakan indikator dari kualitas sumber daya manusia dalam suatu program. Sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan cukup cenderung memiliki kesadaran yang tinggi untuk ikut berpartisipasi dalam suatu program. Sebagaimana penjelasan yang
diberikan oleh WHO bahwa pengetahuan akan menimbulkan kesadaran sesorang berperilaku sesuai dengan pengetahuanya. Menurut Cooper dalam Tarwaka (2015) salah satu sebab keberhasilan behaviour based safety adalah dengan melibatkan seluruh tenaga kerja dalam safety management. Hal ini berarti para tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan unsafe behaviour dilibatkan dalam proses perbaikan safety performance. Behaviour based safety menerapkan sistem bottom-up, sehingga individu yang berpengalaman di bidangnya terlibat langsung. Dengan keterlibatan workforce secara menyeluruh dan adanya komitmen, ownership seluruh pekerja terhadap program safety maka proses improvement akan berjalan dengan baik. Meskipun kualitas sumber daya manusia dapat dikatakan baik, namun masih terdapat kendala di dalamnya. kendala yang ada pada sumber daya manusia dalam penerapan program My BBS antara lain adalah masih adanya SDM yang belum mengerti tujuan penerapan program My BBS, kurangnya partisipasi observer khususnya observer dari pihak kontraktor karena belum terbiasa mengisi My BBS Observation Card dan kurangnya skill dari observer untuk melakukan observasi yang berkualitas. Kendala yang disebutkan di atas pada sumber daya manusia dalam program My BBS memang kerap terjadi. Untuk mengatasi hal tersebut Friend dan Kohn (2007) mengatakan komponen yang harus ada dalam penerapan behaviour safety antara lain adalah melatih setiap orang dan observer dalam melakukan observasi, dan membangkitkan semangat keterlibatan individu dalam kegiatan BBS dengan memberikan penghargaan bagi individu maupun tim. 3. My BBS Observation Card Observation card yang dimaksud dalam penelitian ini adalah My BBS Observation Card yang berisi behaviour yang spesifik sesuai dengan area kerja PE Bagging dan Warehouse. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa critical behaviour yang terdapat dalam My BBS Card dapat dikatakan cukup karena critical behaviour yang dicantumkan sudah spesifik, dan jika behaviour yang dimasukan terlalu banyak maka observasi akan menjadi tidak fokus. Critical behaviour yang dicantumkan juga berdasarkan analisa dari top finding BBS Overall. Selain itu critical behaviour yang berada di dalam observation card dapat dikatakan sudah sesuai karena critical behaviour yang dicantumkan pada My BBS Card adalah berdasarkan hasil brainstorming karyawan PE Bagging dan Warehouse. Sebagaimana penjelasan Cooper dalam Tarwaka (2015) bahwa alasan lain keberhasilan behavioural safety adalah memfokuskan pada unsafe behaviour yang menjadi penyumbang terbesar terjadinya kecelakaan kerja di perusahaan. Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan yang memicu terjadinya unsafe behaviour para praktisi menggunakan teknik behaviour analyze. Unsafe dan safe behaviour yang teridentifikasi disusun dalam check list dalam format tertentu. Kemudian hasil observasi atas perilaku kerja dirangkum dalam data
jumlah safety behaviour. Berdasarkan data tersebut bisa diketahui hambatan yang dihadapi. Data tersebut bisa menjadi dasar untuk mengoreksi unsafe behaviour yang sulit dihilangkan. B. Proses My BBS 1. Identifikasi Critical Behaviour dan Pembuatan My BBS Observation Card Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa proses identifikasi critical behaviour dan pembuatan My BBS Card dilakukan oleh internal karyawan PE Bagging dan Warehouse dengan cara brainstorming. Kemudian critical behaviour yang sudah ditentukan dibuat skala prioritas, selanjutnya dipilih crucial behaviour berdasarkan highlight finding. Hal tersebut dilakukan karena karyawan PE Bagging dan Warehouse mengetahui dengan jelas potensi bahaya yang ada di area kerjanya, sehingga diharapkan behaviour yang dicantumkan pada kartu sesuai dan dapat mengurangi unsafe action dan bag damage. Peran HSE dalam proses identifikasi critical behaviour dan pembuatan BBS Card hanya sebagai pendamping. Sebagaimana penjelasan Geller (2005) bahwa tahapan pertama yang harus dilakukan dalam behaviour based safety adalah mendefinisikan/mengidentifikasi target-target perilaku pekerja yang akan dihilangkan atau dipertahankan. Dalam menentukan target perilaku ada beberapa metode yang dapat dilakukan. Di antaranya adalah dengan brainstorming, group diskusi, analisis terhadap berbagai penyebab kecelakaan yang pernah terjadi, dan pihak management harus menentukan perilaku beresiko yang menjadi prioritas utama. 2. Observation Training Sebelum dilakukan pelaksanaan observasi di lapangan maka perlu adanya training mengenai tatacara yang benar dalam observasi, agar pelaksanaan observasi bisa berjalan dengan baik dan berkualitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa observation training sudah pernah dilakukan. Namun salah satu informan utama mengatakan bahwa untuk menjadi observer yang handal diperlukan beberapa tahapan training yang harus diikuti, tetapi training yang diberikan untuk program My BBS baru diberikan satu kali. Pada training yang sudah diberikan, observer mendapatkan informasi mengenai konsep dasar My BBS, tujuan penerapan program, akibat bila program tidak dilaksanakan dan cara melakukan observasi BBS secara umum. Kendala yang disebutkan di atas memang wajar terjadi, mengingat program My BBS baru berjalan efektif selama empat bulan. Menurut Geller (2005) sebelum melakukan pengamatan, observer harus diberikan pengarahan dan penjelasan tentang apa yang harus diamati dan berapa lama pengamatan harus dilakukan. Kemudian Friend dan Kohn (2007) menyebutkan bahwa salah satu komponen yang harus ada dalam penerapan behaviuoural safety adalah melatih setiap orang dan observer dalam melakukan observasi. Selain itu, untuk mencapai usaha behavioural safety yang berhasil ada sejumlah faktor yang turut bekerja, di antaranya adalah pemilihan, pelatihan dan
pembimbingan dari tim implementasi yang berperan dalam memprediksi keberhasilan, pelatihan dan komunikasi harus cocok untuk semua level, dan harus ada perbaikan yang berkesinambungan. Sehingga disarankan observation training diadakan kembali dalam waktu dekat untuk meningkatkan kemampuan observer dalam melakukan observasi. 3. Implementasi My BBS Implementasi merupakan bagian terpenting dalam suatu program. Dalam program My BBS implementasi tersebut mencakup tahapan sosialisasi dan pelaksanaan observasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sosialisasi mengenai program My BBS sudah pernah diberikan dan telah dilakukan dengan baik. Bahkan poin-poin penting dalam My BBS selalu dijelaskan pada safety talk/tool box meeting yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai.sebagaimana menurut Buhler dalam Henslin (2006) sosialisasi adalah proses yang membantu individu untuk belajar dan beradaptsi dengan cara hidup dan berpikir suatu organisasi, sehingga ia dapat memaikan peran dan fungsi dalam kelompok. Selanjutnya Gerson (1989) menegaskan bahwa sosialisasi program promosi kesehatan harus menggambarkan dan menjelaskan bagaimana program promosi kesehatan tersebut akan disertakan dalam aktifitas. Pelaksanaan observasi merupakan inti penting dari program My BBS. Sehingga tahapan observasi perlu diketahui dan diperhatikan dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tahapan observasi My BBS adalah dengan melakukan persiapan (prepare), pengamatan (observe), komunikasi sebagai bentuk intervensi (communicate), pencatatan (record) dan tindak lanjut (follow up). Hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan observer mengenai tahap-tahap observasi dan hal-hal yang dijadikan fokus utama dalam observasi My BBS.Namun peneliti masih menemukan perbedaan hal yang menjadi fokus utama observasi salah satu observer dengan fokus utama observasi yang tercantum pada prosedur observasi My BBS. Fokus utama dalam observasi My BBS yang ditulis pada prosedur adalah unsafe action, terutama pada critical behaviour yang ada dalam kartu. Sedangkan salah satu observer menyebutkan bahwa yang menjadi fokus utamanya dalam observasi adalah akurasi stock kuantitas dan lokasi produk, serta kecerobohan pekerja dalam menggerakan forklift yang dapat menimbulkan bag damage. Menurut Friend dan Kohn (2007) langkah-langkah observasi keselamatan di tempat kerja adalah dengan melakukan persiapan, berhenti di dekat objek yang diamati untuk melakukan observasi, memantau dan menganalisa pekerja secara seksama dan sistematis, bertindak dengan mengkomunikasikan hal-hal yang tidak aman kepada pekerja, dan melaporkan hasil temuan dengan mengisi kartu observasi. Kemudian menurut Geller (2005) hasil observasi yang telah dilakukan selanjutnya dilakukan intervensi untuk memperbaiki perilaku beresiko. Dalam membuat program intervensi sebaiknya melibatkan pekerja di area terkait. Masukan dari pekerja yang melakukan aktifitas tersebut sangat penting dalam merancang program intervensi yang efektif.
4. Evaluasi dan Improvement BBS adalah suatu program yang bersifat continual improvement, maka dari itu agar program dapat berjalan dengan baik maka diperlukan adanya evaluasi sebagai penilaian terhadap efektifitas program. Kemudian improvement dapat dilakukan berdasarkan nilai dari evaluasi program. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa evaluasi program My BBS belum pernah dilakukan. Hal tersebut dikarenakan berjalanya program belum mencapai satu tahun, sehingga evaluasi belum diperlukan. Terlebih program My BBS sempat terhenti ketika pelaksaan shut down pabrik/turn arround maintenace yang berlangsung dari bulan September-Desember 2015. Program My BBS baru berjalan kembali pada awal Maret 2016. Meskipun evaluasi program My BBS belum pernah dilakukan namun disarankan evaluasi program dilakukan dalam beberapa waktu ke depan. Sebagaimana penjelasan Hikmat (2004) bahwa evaluasi sangat diperlukan dalam keberlanjutan program. Evaluasi juga dilakukan sebagai perhitungan ketepatan dalam suatu program, sehingga program dapat memberikan investasi yang memadai. C. Output My BBS Tujuan CAP dalam penerapan program My BBS adalah Zero Lost Time Accident, Zero Medical Treatment Accident dan menurunkan persentase bag damage per movement. Namun output yang dilihat pada penelitian ini dari penerapan program My BBS adalah jumlah unsafe act. Berdasarkan hasil telaah dokumen dapat diketahui bahwa unsafe finding terbanyak adalah kurangnya kepatuhan dan kesadaran pekerja dalam menggunakan APD, kemudian yang terbanyak kedua adalah unsafe action, dan yang terakhir adalah unsafe conditon Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa unsafe act terbanyak adalah pengendara forklift tidak membunyikan horn di pertigaan jalan dan cara mengemudikan forklift. Kemudian hasil wawancara tersebut diperkuat oleh hasil analisa data unsafe action My BBS Evaluation yang menunjukan bahwa unsafe act banyak dilakukan pada saat pekerja mengemudikan forklift. Dan trend record dari unsafe action terbanyak adalah pengendara forklift tidak membunyikan klakson di pertigaan jalan, unsafe act terbanyak ke-dua adalah forklift bergerak saat mengambil atau meletakan produk, unsafe act terbanyak ke-tiga adalah melakukan aktifitas di atas truck tanpa menggunakan body harness, kemudian unsafe act yang terakhir adalah mengemudi forklift dengan kecepatan tinggi, memarkirkan truck tanpa pengganjal roda dan signalman, dan mengendarai forklift dengan posisi fork melebihi 10cm dari lantai. Dengan adanya program My BBS dapat dilihat bahwa jumlah unsafe act yang ditemukan cenderung menurun setiap bulanya. Sebagaimana menurut Heinrich dalam Colling (2007) kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja lebih banyak disebabkan oleh perilaku kelalaian manusia. Kemudian Reason dalam Heni (2011) menyebutkan fungsi budaya keselamatan antara lain adalah meningkatkan kesadaran individu akan bahaya melakukan unsafe action, mendorong pekerja untuk melakukan setiap prosedur dalam semua tahapan pekerjaan, mendorong pekerja melaporkan kesalahan sekecil apapun untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
KESIMPULAN 1. Kesimpulan dari faktor-faktor input yang berperan dalam program My BBS yaitu: a. Kebijakan management dalam program My BBS adalah berupa prosedur, dukungan baik secara moril dan metril, dan pemberian feedback atas report yang disampaikan. b. Secara keseluruhan SDM yang ada pada program My BBS sudah memahami konsep dasar My BBS dan ikut terlibat dalam program. Namun masih ada observer yang belum ikut serta membuat laporan observasi dalam My BBS Observation Card. c. Critical behaviour yang terdapat di dalam My BBS Observation Card sudah sesuai dan dapat dikatakan cukup, karena program My BBS bersifat continual sehingga behaviour yang terdapat pada kartu bisa berubah sesuai dengan keadaan lapangan. 2. Kesimpulan dari proses dalam program My BBS yaitu: a. Proses identifikasi critical behaviour dan pembuatan My BBS Card dilakukan oleh internal karyawan PE Bagging dan Warehouse dengan cara brainstorming. Sedangkan peran HSE dalam proses ini hanyalah sebagai pendamping. b. Sebelum implementasi observasi My BBS dilakukan, orang yang terpilih menjadi observer harus mengikuti observation training. c. Sosialisasi program My BBS sudah pernah dilakukan dan selalu dijelaskan kembali padad safety talk/tool box meeeting. d. Tahapan observasi My BBS adalah prepare, observe, communicate, record dan follow up. Hal yang menjadi fokus utama saat melakukan observasi adalah behaviour yang terdapat pada My BBS Observation Card. e. Secara keseluruhan proses implementasi sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih terdapat kendala didalamnya yaitu masih ada SDM yang menganggap program tidak penting karena belum paham tujuan dari penerapan program, kurangnya konsistensi dan skill dari observer sehingga observasi belum semuanya berkualitas, dan kurangnya kecepatan dalam follow up. f. Evaluasi program My BBS belum pernah dilakukan karena program ini belum berjalan satu tahun, sehingga dianggap belum diperlukan. g. Upaya HSE untuk meningkatkan efektifitas program adalah dengan memberikan social punishment dan reward. 3. Kesimpulan dari output program My BBS yaitu a. Unsafe act terbanyak dilakukan saat pekerja mengemudikan forklift. Unsafe act yang dilakukan pekerja disebabkan oleh kebiasaan dari pekerja itu sendiri. b. Unsafe act yang ditemukan cenderung menurun setiap bulanya.
SARAN 1. Perusahaan disarankan untuk melakukan evaluasi critical behaviour yang dicantumkan pada My BBS Card 3 bulan sekali berdasarkan finding agar dapat meningkatkan safety behaviour di PE Bagging dan Warehouse. 2. Perusahan disarankan untuk mengadakan observation training kembali setiap 2 atau 3 bulan sekali untuk dapat mengingatkan dan meningkatkan kemampuan observer dalam melakukan observasi. 3. Perusahaan disarankan untuk melakukan sosialisasi/refresh training kepada kepala kontraktor agar lebih menanamkan pemahaman pekerjanya mengenai program My BBS. 4. Perusahaan disarankan tidak menerapkan sistem punishment terhadap observed yang tercatat melakukan unsafe action. 5. Perusahaan disarankan untuk mempertahankan program safety talk dan selalu menjelaskan tentang My BBS di dalamnya untuk meningkatkan kesadaran pekerja dalam melakukan safe behaviour. DAFTAR PUSTAKA Bpjs Ketenagakerjaan. 2015.“Angka Kasus Kecelakaan Kerja Menurun”. http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/2943/Angka-Kasus-Kecelakaan-KerjaMenurun.html, diakses tanggal 24 Februari 2016 pukul 21.04 Colling, David A. 2007. Industrial Safety-Management and Technology. Cooper, Dominic. 2001. Improving Safety Culture. British Library Cataloguing. Cooper, Dominic. 2007. Behavioural Safety Approaches. USA: CEO BSMS Inc. Francelin Departemen Kesehatan. 2014. “1 orang pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja”. http://www.depkes.go.id/article/view/201411030005/1-orang-pekerja-di-dunia-meninggalsetiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html, diakses tanggal 24 Februari 2016 pukul 20.55 Friend, M.A dan Kohn. 2007. Fundamental of Occupational Safety and Health. Fourth Edition. Goverment Institutes. Lanham. Maryland. Toronto Geller, E Scoot. 2001. The Pshychology Of Safety Handbook. USA: Lewis Publisher. Henslin, James. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Mebum., Edisi 6. Jakarta: Eirlangga Mahzun, R. 2006. Pembudayaan K3 Melalui Implementasi Program BBS (Behviour Based Safety) di Tempat Kerja. Jakarta Mckinnon, Ron C. 2014. Changing the Workplace Safety Culture. US: CRC Press. Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surkarta: Harapan Press Tarwaka. 2015. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Ergonomi (K3E) dalam Perspektif Bisnis. Surkarta: Harapan Press Winardi.2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenada Media Group Winarsunu. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press