EVALUASI PENERAPAN K3 PROYEK UPGRADING TANGKI TIMBUN 61 DENGAN PENDEKATAN FAULT TREE ANALYSIS (Studi Kasus : Instalasi Surabaya Group -Unit V Pertamina Surabaya) Fendi Arifianto , Arief Rahman Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email :
[email protected] ;
[email protected];
[email protected] ABSTRAK Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang memiliki tingkat resiko kerugian akibat dampak kecelakaan yang besar, proyek upgrading tangki timbun 61 dilaksanakan di ISG Perak unit Pemasaran V Pertamina Surabaya. Pelaksanaan konstruksi proyek ini memiliki potensi kecelakaan yang besar. Hal ini membutuhkan evaluasi untuk mengidentifikasi kecelakaan, mengetahui dampak yang terjadi, serta memberikan solusi sebagai langkah antisipasi terjadinya kecelakaan yang sama maupun kecelakaan yang lain. Evaluasi yang digunakan adalah dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA) untuk mengetahui penyebab - penyebab dan juga kombinasi penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Hasil analisa dari penelitian adalah bahwa angka frequensi rate dan severity rate tertinggi pada bulan November sebesar 952 dan 2857. Data kecelakaan kerja selama proyek berlangsung sebanyak 29 kejadian dikelompokkan menjadi 9 jenis kecelakaan kerja, dengan analisa resiko didapatkan 4 top event jenis kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan kerja tergelincir, terjatuh, tertimpa benda, dan terpukul. Kata Kunci : K3, Fault Tree Analysis, Kecelakaan Kerja
ABSTRACT Pertamina is one company that has the highest risk of loss due to the impact of a large accident, piled tank 61 upgrading projects implemented in the ISG Perak Surabaya Pertamina V Marketing unit. The construction of this project has great potential for accidents. It requires an evaluation to identify the accident, knowing the impact that occurred, and provide solutions as a precaution the occurrence of similar accidents or other accidents. Evaluation that is used is to use Fault Tree Analysis (FTA) to find the cause - the cause and also the combination of causes that can cause accidents. Analysis results of the study is that the frequency rate and severity rate is the highest rate in November at 952 and 2857. Data occupational accidents during the project as much as 29 events are grouped into 9 types of occupational accidents, with a risk analysis obtained four top event type of work accidents, occupational accidents are slips, falls, falling objects, and hit. Keywords : Safety and Health, Fault Tree Analysis, Accidents
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Suatu kegiatan proses produksi di perusahaan, manusia memegang peranan yang sangat penting selain faktor mesin dan bahan baku. Oleh karena itu manusia sebagai karyawan perlu diperhatikan dan dipertahankan, usaha mempertahankan karyawan ini tidak hanya menyangkut masalah mengenai pencegahan kehilangan karyawan-karyawan tersebut tetapi juga untuk mempertahankan sikap kerjasama dan kemampuan bekerja dari para karyawan tersebut. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996, Bab III Pasal 3, menyatakan: “Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3”.Pertamina merupakan salah satu perusahaan BUMN yang juga mempekerjakan lebih dari seratus pekerja dan potensi bahaya sehingga harus menerapkan sistem manajemen LK3. Instalasi Surabaya Group (ISG) Perak adalah salah satu unit instalasi yang mempunyai fungsi utama yaitu melakukan penerimaan, penimbunan dan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Unit Pemasaran (UPms) V Pertamina Surabaya.Aktivitas yang berlangsung di unit ini adalah saat kapal tanker merapat kemudian menyalurkan BBM ke tangki timbun dan melakukan pendistribusian.Selain itu ISG Perak juga bertanggung jawab atas segala aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan perbaikan sarana dan fasilitas pendukung lainya,salah satunya upgrading tangki timbun yang mengalami 1
kerusakan.Pertamina sebagai perusahaan perseroan dan perubahan mengenai ketentuan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan, khususnya mengenai penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja (outsourcing), melatarbelakangi perlunya Perusahaan mengevaluasi kebijakan pelaksanaan progam Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LK3) untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja yang di atur pada PER.05/MEN/1996 Bab III Pasal 4, serta menciptakan kondisi kerja yang aman. Untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan progam LK3 perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaanya. Dalam pembangunan proyek upgrading tangki timbun 61 yang di kerjakan oleh rekanan PT. Putera Domas Perkasa terdapat risiko yang besar, dimana dalam pembangunan proyek risiko terbesar terjadi di awal pembangunan proyek, sedangkan mendekati akhir pembangunan proyek risiko yang dihasilkan semakin kecil (Santosa, 2003). Berdasarkan identifikasi awal di lapangan didapatkan faktor-faktor yang berpengaruh adalah kebijakan manajemen perusahaan seperti pengaturan shift kerja dan lembur. Faktor lainialah kesadaran dan inisiatif dari para pekerja untuk mematuhi aturan baik saat berada di area kerja, maupun saat mengoperasikan mesin atau alat sesuai dengan SOP (Standard Operation Procedur). Selama terjadi pembangunan tangki timbun 61 kecelakaan sebesar 29 kali dengan frekuensi yang terbesar yaitu tergelincir, terjatuh dan terkena percikan las. Penelitian ini mencoba mengevaluasi penerapan LK3 didalam proyek upgrading tangki timbun 61 dengan melakukan work breakdown structure, risk breakdown structure, membuat matrik resiko dan melakukan pendekatan dengan Fault Tree Analysis(FTA) untuk mencari kegagalan/kecelakaan yang terjadi dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dan diselesaikan dalam penelitian ini adalah melakukan evaluasi K3 untuk melakukan analisa terhadap frequency rate, severity rate dan menentukan faktor penyebab kecelakaan sehingga didapatkan rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan risiko dengan Work Breakdown Structure (WBS) dan Risk Breakdown Structure (RBS). 2. Membangun model Fault Tree Analysis(FTA) untuk mengidentifikasi akar penyebab kecelakaan. 3. Menghitung frequency rate, severity rate dan safe T score. 4. Memberikan rekomendasi perbaikan sistem LK3 di perusahaan berdasarkan evaluasi yang di peroleh. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Pada ruang lingkup penelitian akan dibahas mengenai batasan-batasan dari penelitian ini. 1. Ruang lingkup penelitian hanya pada aktivitas proyek. 2. Pembahasan yang dilakukan adalah mengenai bahaya-bahaya yang terjadi yang disebabkan oleh manajemen, pekerja, peralatan dan lingkungan kerja. 1.5 Manfaat Penelitian Dapat mengetahui ancaman bahaya yang ada di ISG Perak – UPms V Surabaya, dan Sebagai bahan masukan bagi perusahaan di ISG Perak – UPms V Surabaya dalam usaha mencapai dan meningkatkan produktivitas kerja. Metodologi Penelitian Pada metodologi penelitian dijelaskan mengenai tahapan-tahapan proses penelitian yang dilakukan. 2.1 Tahap Identifikasi Tahap identifikasi akan menjabarkan tahapan untuk observasi lapangan, penentuan objek penelitian, serta studi literatur dan studi lapangan yang dilakukan. 2.2 Observasi Lapangan, Menetapkan Objek Penelitian, Studi Literatur dan Studi Lapangan Tahap ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan di UPms V Pertamina Surabaya. Dari pengamatan ini, diketahui hal-hal yang berhubungan dengan bahaya yang mungkin terjadi dalam lingkungan kerja. Setelah mendapatkan perumusan masalah, maka tahapan selanjutnya adalah penentuan objek penelitian yang akan dilakukan yaitu evaluasi 2.
2
proyek upgrading tangki timbun 61. Adapun tujuan penelitian ini telah dijabarkan pada Bab I Pendahuluan. Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada secara scientific, maka diperlukan sebuah studi literatur yang digunakan sebagai pedoman untuk menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan penelitian. Studi pustaka yang digunakan sebagai penuntun langkah-langkah dari tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diambil dari berbagai buku teks dan jurnal yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata lapangan yang menjadi pembahasan pada penelitian ini. Studi lapangan dilakukan secara langsung dengan mengamati secara langsung kondisi lapangan di ISG Perak Surabaya yang ada pada permasalahan penelitian. 2.3 Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini akan dijabarkan mengenai data-data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun data-data yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini antara lain: 1.Analisis Kuantitatif: a. Jumlah jam Hilang karyawan b. Jumlah Kecelakaan Kerja c. Jumlah Jam Kerja karyawan 2. Analisis kualitatif : a. Jenis-jenis Kecelakaan Kerja b. Faktor - faktor Penyebab Kecelakaan Kerja 2.4 Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan data yang telah dikumpulkan. Tahap pengolahan data dimulai dengan Langkah-langkah yang harus di kerjakan adalah: Melakukan breakdown pekerjaan proyek tangki timbun ke beberapa level dari tiap level di identifikasikan resiko yang terjadi, dari tiap resiko di ukur frekuensi kecelakaan dan tingkat konsekuensi, kemudian membuat matrik resiko dari hasil pembuatan matrik yang mempunyai bobot terbesar di lakukan pendekatan fault tree analysis. 1) Tingkat Frekuensi/Kekerapan Kerja Frekuensi menyatakan Tingkat banyaknya kecelakaan yang terjadi tiap sejuta jam kerja manusia. 2) Tingkat Severity Atau Keparahan Kecelakaan Kerja Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka
beratnya kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja karyawan. 3) Nilai T Selamat Untuk membandingkan hasil tingkat kecelakaan suatu unit kerja pada masa lalu dan masa kini, sehingga dapat diketahui tingkat penurunan kecelakaan pada unit tersebut, di gunakan nilai T Selamat yang berdasarkan pada uji pengawasan mutu secara statistik. Metode yang di gunakan adalah pengujian “ t ” atau Student Test. Dengan Produktivitas 4) Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan “mutu kehidupan ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini” Secara umum. 2.5 Tahap Analisa dan Interpretasi Data Hasil yang diperoleh dari Tahap Pengolahan Data selanjutnya akan dianalisis dan diinterpretasikan hasilnya, sehingga dapat menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini. 2.6 Tahap Kesimpulan dan Saran Pada tahap akhir penelitian, akan ditarik suatu kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, juga akan dilakukan pemberian saran untuk penelitian selanjutnya dan kepada pihak UPms V Pertamina Surabaya. 3. Hasil Penelitian. 3.1 Deskripsi Proyek Deskripsi proyek berisi tentang gambaran detail dari proyek yang akan dijadikan objek penelitian pada laporan tugas akhir ini. Dalam hal ini proyek yang menjadi objek penelitian adalah proyek upgrading tangki timbun 61 Pertamina ISG Surabaya. Proyek upgrading tangki timbun 61 yang dikerjakan oleh PT. Putera Domas Perkasa ini merupakan proyek pembangunan upgrading tangki timbun 61 atas permintaan PT. Pertamina Pemasaran (upms) V Surabaya. Proyek ini direncanakan akan selesai 4 bulan sejak tanggal kontrak. Gambaran umum proyek adalah sebagai berikut: 1. Nama proyek : Upgrading tangki timbun 61 PT. Pertamina 2. Pemilik proyek : (Persero) Surabaya 3. Kontraktor : PT. Putera Domas Perkasa 3
4. Lingkup pekerjaan : A. Perkerjaan Persiapan - Pembersihan lahan - Pembongkaran bangunan existing B. Pekerjaan Tanah - Pekejaan tanah - Pekerjaan pondasi - Pekerjaan beton - Pekerjaan baja C. Pekerjaan Tangki -Pekerjaan meninggikan tangki -Pekerjaan pembersihan D. Pekerjaan Pengelasan -Pengelasan tangki E. Pekerjaan Finishing -Pengecatan -Percobaan
Tabel 3.1 Kecelakaan Kerja November 2010 – Maret 2011 TANGGAL 5/11/2010 8/11/2010 10/11/2010 13/11/2010 15/11/2010 19/11/2010 24/11/2010 26/11/2010 6/12/2010 8/12/2010 9/12/2010 13/12/2010 16/12/2010 25/12/2010 28/12/2010 7/1/2011 14/1/2011 16/1/2011 18/1/2011 20/1/2011 23/1/2011 27/1/2011 28/1/2011 8/2/2011 12/2/2011 18/2/2011 3/3/2011 5/3/2011 19/3/2011
JENIS KECELAKAAN Tertimpa benda Terbentur Tergelincir Tertusuk Tertusuk Terjatuh Terbentur Terpukul Tergelincir Terkena percikan las Sesak nafas Tertimpa balok kayu Tertusuk besi Tergelincir Terkena percikan las Terkena percikan las Tergelincir Jatuh dari ketinggian Tersentuh aliran listrik Sesak nafas Terpukul Sesak nafas Tertimpa benda Terkena percikan las Tersentuh aliran listrik Terjatuh Jatuh dari ketinggian Tertimpa benda Tergelincir
LUKA PADA kaki kepala kaki kaki tangan tangan, kaki kepala tangan kaki tangan dada kaki tangan kaki,tangan kaki kaki kaki kaki, tangan tangan dada tangan dada kaki, tangan tangan tangan kaki tangan,kaki kepala kaki,tangan
Sumber LK3
Gambar 3.1 instalasi ISG
3.2 Data Kecelakaan Data kecelakaan yang dipakai untuk analisa fault tree diambil dari pekerjaan proyek selama 5 bulan pelaksanaannya. Berikut ini adalah tabel 4.1 data kecelakaan kerja yang terjadi selama proyek berlangsung:
3.3 Identifikasi Kecelakaan, Dampak dan Penyebab Kecelakaan Data kecelakaan yang digunakan untuk analisa fault tree diperoleh dari pihak kontraktor upgrading tangki timbun 61 selama pelaksanaan dimulai dari bulan November 2010 - Maret 2011. Data kecelakaan yang diperoleh sebanyak 29 jumlah kejadian kecelakaan kerja. Data kecelakaan kerja dikelompokkan berdasarkan jenis kecelakaan yang sama. Perhitungan tidak berdasarkan jam kerja, perhitungan berdasarkan hari kerja. Pehitungan hari kerja hilang didasarkan pada hari kerja yang tidak digunakan untuk pekerja bekerja, melainkan untuk pekerja melakukan perawatan lukanya. PT. Putera Domas Perkasa sebagai kontraktor membagi klasifikasi kecelakaan sebagai berikut: a. Jenis kecelakaan 1. C1 = Terbentur 2. C2 = Tertimpa benda 3. C3 = Jatuh dari ketinggian 4. C4 = Tergelincir 5. C5 = Penghisapan/penyerapan 6. C6 = Terkena percikan laz 4
7. C7 = Tertusuk 8. C8 = Terpukul 9. C9 = Tersentuh aliran listrik
Tabel 3.3 Resume Kecelakaan Kerja
b. Luka pada bagian Untuk mempermudah identifikasi luka pada bagian maka diklasifikasikan kecelakaan luka pada bagian anggota badan sebagai berikut: 1. KK = Kaki 2. KP = Kepala 3. BD = Badan 4. TG = Tangan Selengkapnya keterangan kecelakaan kerja pada proyek upgrading tangki timbun 61 dapat dilihat pada tabel 4.2 dan resume kecelakaan kerja pada tabel 4.3. Berikut ini adalah tabel klasifikasi kecelakaan kerja dan resume kecelakaan kerja yang terjadi pada proyek upgrading tangki timbun 61 ISG perak Surabaya: Tabel 3.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja JENIS KECELAKAAN
LUKA PADA TANGGAL
KK KK Tergelincir (C4) KK,TG KK KK,TG KK,TG KK,TG Terjatuh (C3) KK KK,TG TG KK Terkena Percikan Laz (C6) KK TG KK KK Tertimpa Benda (C2) KK,TG KP KK Tertusuk (C7) TG TG DD Sesak (C5) DD DD KP Terbentur (C1) KP TG Terpukul (C8) TG TG Tersentuh Aliran Listrik (C9) TG
Ket:
10/11/2010 6/12/2010 25/12/2010 14/1/2011 19/3/2011 19/11/2010 16/1/2011 18/2/2011 3/3/2011 8/12/2010 28/12/2010 7/1/2011 8/2/2011 5/11/2010 13/12/2010 28/1/2011 5/3/2011 13/11/2010 15/11/2010 16/12/2010 9/12/2010 20/1/2011 27/1/2011 8/11/2010 24/11/2010 26/11/2010 23/1/2011 18/1/2011 12/2/2011
KEHILANGAN BIAYA HARI KERJA KONSEKUENSI (Rp) Rp 50,000 Rp 50,000 1 Rp 150,000 Rp 50,000 Rp 200,000 2 Rp 200,000 Rp 100,000 Rp 60,000 1 Rp 85,000 Rp 20,000 Rp 20,000 Rp 30,000 Rp 20,000 Rp 50,000 Rp 30,000 1 Rp 150,000 1 Rp 100,000 Rp 20,000 Rp 30,000 Rp 30,000 Rp 30,000 Rp 30,000 Rp 30,000 Rp 50,000 Rp 40,000 1 Rp 250,000 Rp 50,000 Rp 30,000 Rp 50,000
JUMLAH BIAYA FREKUENSI KONSEKUENSI (Rp)
No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Kecelakaan
Tergelincir Terpeleset karena licin Terjatuh Jatuh pada ketinggian tertentu Terkena percikan laz Terpecik api/bunga api dari pengelasan Terjatuhnya benda yang mengenai anggota Tertimpa benda badan yang mengakibatkan luka Masuknya benda tajam /keras kedalam tubuh Tertusuk sehingga menimbulkan kesakitan Pernapasan yang sulit akibat menghirup Sesak debu/asap Pada umumnya menunjukkan kontak atau Terbentur persinggungan dengan benda tajam/keras
8
Terpukul
9 Tersentuh aliran listrik
500,000
Rp
445,000
Rp
90,000
Rp
330,000
Rp
80,000
Rp
90,000
Rp
90,000
Rp
300,000
Rp
80,000
4
Frekuensi 5 4 4 4
Kehilangan Total Biaya Hari Kerja 1 Rp 500,000 3 Rp 445,000 Rp 90,000 2
3 3 2 2
1
2 29
7
Rp
330,000
Rp
80,000
Rp
90,000
Rp
90,000
Rp
300,000
Rp
80,000
Rp 2,005,000
Sumber : LK3
Jumlah tenaga kerja dibulan Februari berkurang hal ini terjadi karena semakin mendekati akhir proyek, pekerjaan yang dikerjakan semakin sedikit/ringan, jumlah kecelakaan dan jumlah hari hilang terbesar di bulan November ketika awal proyek berlangsung. Berikut ini adalah tabel jumlah tenaga kerja dan jam kerja: Tabel 3.4 Data Jam Kerja dan Jam Hilang Bulan
4
Pada umumnya karena terkena benda jatuh, melayang, bergerak, dan lainnya Tersengat listrik/tersetrum Total
5 Rp
Keterangan
November Desember Januari Februari Maret
Jumlah Tenaga Jumlah Hari Jam Jumlah Kehilangan Total Jumlah Jam Hilang Kerja (orang) Kerja Kerja/Hari Kecelakaan Hari Kerja Jam kerja 35 30 8 8 3 24 8400 35 31 8 7 1 8 8680 35 31 8 8 1 8 8680 30 28 8 3 0 0 6720 30 31 8 3 2 16 7440
4
3.4 Evaluasi K3 3
3
KK = Kaki KP = Kepala BD = Badan TG = Tangan Sumber : Data LK3
2
1. Pengukuran Frequency Rate Untuk mendapatkan tingkat frekuensi, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
2 2
Dimana : F = Tingkat frekuensi kecelakaan n = Jumlah kecelakaan yang terjadi N = Jumlah jam kerja karyawan 8 X 1,000,000 8,400 = 952.4 per 1,000,000 jam kerja
F (November 2010) =
Tingkat frekuensi pada periode ini menunjukkan bahwa dalam satu bulan, kira5
kira 952 kecelakaan yang menyebabkan luka telah terjadi untuk setiap satu juta jam kerja. Dengan cara yang sama hasil pengukuran tingkat frekuensi kecelakaan kerja adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi Kecelakaan Kerja Jumlah Kecelakaan Kerja 8 7 8 3 3
Bulan November Desember Januari Februari Maret
Jumlah Jam Kerja (Jam) 8400 8680 8680 6720 7440
F 952.4 806.5 921.7 446.4 403.2
Dari tabel 3.5 di atas dapat dijelaskan bahwa utuk 35 karyawan yang bekerja selama 1,000,000 jam pada bulan November telah terjadi 952 kecelakaan. 2. Pengukuran Severity Rate Untuk mengukur pengaruh kecelakaan, juga harus dihitung angka beratnya kecelakaan untuk sejuta jam kerja dari jumlah jam kerja karyawan
Dimana : S = Tingkat severity H = Jumlah total jam hilang karyawan N = Jumlah jam kerja karyawan 24 X 1,000,000 8,400 = 2,857.1 jam per 1,000,000 jam kerja
S (November 2010) =
Ini berarti bahwa dalam satu bulan kira-kira 2,857.1 jam yang hilang untuk setiap 1.000.000 jam kerja yang dijalankan atau 2,857.1 jam per satu juta jam kerja yang dijalankan. Dengan cara yang sama hasil pengukuran Tingkat severity adalah sebagai berikut : Tabel 3.6 Hasil Pengukuran Tingkat Severity Bulan November Desember Januari Februari Maret
Jumlah Jam Hilang (Jam) 24 8 8 0 16
Jumlah Jam Kerja (Jam) 8400 8680 8680 6720 7440
S 2857.1 921.7 921.7 0 2150.5
3. Pengukuran Safe-T-Score (STS) Nilai F1 diambil dari bulan sebelumnya dan nilai F2 adalah nilai pada bulan yang akan diukur. Tabel 3.7 Data-data Pengukuran STS Bulan November Desember Januari Februari Maret
Jumlah Jam Kerja (Jam) 8400 8680 8680 6720 7440
F1
F2
0 952.4 806.5 921.7 446.4
952.4 806.5 921.7 446.4 403.2
Pada pengukuran ini, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Dimana : STS = Nilai T Selamat F1 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa lalu F2 = Tingkat Frekuensi kecelakaan kerja masa kini N = Jumlah jam kerja karyawan 3.5 Work Breakdown Structure (WBS) metode suatu WBS adalah pengorganisaian proyek menjadi struktur pelaporan hierarkis. WBS digunakan untuk melakukan Breakdown atau memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail. Pada prinsipnya Work Breakdown Structure (WBS) adalah pemecahan atau pembagian pekerjaan ke dalam bagian yang lebih kecil (subkegiatan), alasan perlunya WBS adalah : 1. Pengembangan WBS di awal Project Life Cycle memungkinkan diperolehnya pengertian cakupan proyek dengan jelas, dan proses pengembangan WBS ini membantu semua anggota untuk lebih mengerti tentang proyek selama tahap awal. 2. WBS membantu dalam pengawasan dan peramalan biaya, jadwal, dan informasi mengenai produktifitas yang meyakinkan anggota manajemen proyek sebagai dasar untuk membuat perundingan. Berikut ini adalah tabel 3.8 hasil dari work breakdown structure proyek upgrading tangki timbun 61 : 6
Tabel 3.8 Work Breakdown Structure Proyek Upgrading Tangki Timbun 61 No
Work Breakdown Structure
1 1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.4 1.4.1 1.4.2 1.4.3 1.5 1.5.1 1.5.2 1.5.3
Upgrading Tangki Timbun 61 Persiapan Bahan dan Alat2 pembuatan tempat alat2 timbunan sirtu pembuatan selang air Pembongkaran Siring/Beton pembuatan pintu masuk ke tangki membongkar siring menggali 16 titik pengusungan sirtu pembongkaran plat bawah Menaikkan Tangki mendongkrak tangki pengisian pasir perataan pembuatan siring Pengelasan pengelasan plat bawah/atas pengelasan dinding pengelasan pipa2 Finishing pengecatan pengujian kebocoran plat pengujian tangki
Nov 2010 Des 2010 Jan 2011 Feb 2011 Mar 2011 Tgl Penyelesaian M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M5 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 2/11/2010 27/3/2011
Tgl Mulai
3/11/2010 7/11/2010 3/11/2010 17/11/2010 4/11/2010 13/11/2010 4/11/2010 11/11/2010 5/11/2010 21/11/2010 20/11/2010 2/12/2010 29/11/2010 22/12/2010 5/12/2010 27/1/2011 25/12/2010 3/1/2010 10/1/2011 15/1/2011
2/1/2011 10/1/2011 15/1/2011 28/1/2011
5/12/2010 6/11/2010 18/12/2010
16/1/2011 3/3/2011 7/2/2011
4/3/2011 16/3/2011 21/3/2011
18/3/2011 20/3/2011 27/3/2011
36 Risk Breakdown Structure (RBS) Risk breakdown structure digunakan terutama dalam upaya untuk melakukan kategorisasi masing-masing risiko. RBS adalah pengelompokan risiko dalam suatu komposisi hirarkis risiko organisasi yang logis, sistematis dan terstruktur secara alami sesuai dengan struktur organisasi atau proyek.
3.7 Menentukan Top Event Top event adalah situasi penuh resiko yang teridentifikasi secara spesifik. Top event diidentifikasi berdasarkan data kecelakaan yang diperoleh selama masa pekerjaan. Untuk analisa fault tree analysis diambil dari hasil penelitian prioritas penanganan yang mempunyai tingkat prioritas penanganan yang sangat mendesak. Nilai tingkat resiko (T) adalah hasil perkalian antara skala tingkat konsekuensi (C) dengan skala tingkat frekuensi (F). Dimana penilaian skala tingkat resiko (T) dapat dilihat pada tabel 2.4 hal 27. Sedangkan tingkat konsekuensi (C) didasarkan pada jumlah biaya perawatan yang dikeluarkan kontraktor yang terdapat pada tabel 4.2 hal 47, untuk skala penentuan tingkat konsekuensi dapat dilihat pada tabel 2.4 hal 26. Tingkat kemungkinan (F) didasarkan pada data jumlah kecelakaan yang terjadi selama pekerjaan berlangsung ( 5 bulan) yang terdapat pada tabel 4.2 hal 47 Secara sederhana hal ini dapat dipaparkan sebagai berikut: T=CxF Dimana: T = Skala tingkat resiko C = Skala tingkat F = Skala tingkat frekuensi
Tabel 3.9 Risk Breakdown Structure No 1 1.1 1.1.1
Work Breakdown Structure
Area/Lokasi Pekerjaan
pembuatan tempat alat2
Pinggir/luar tangki
1.1.2 timbunan sirtu 1.1.3 pembuatan selang air 1.2 Pembongkaran Siring/Beton
Pinggir/luar tangki Pinggir/luar tangki
1.2.1
pembuatan pintu masuk ke tangki
Pinggir/luar tangki
1.2.2 1.2.3 1.2.4
membongkar siring menggali 16 titik pengusungan sirtu
Pinggir/luar tangki Pinggir/luar tangki Pinggir/luar tangki
1.2.5
pembongkaran plat bawah
Dalam tangki
1.3 Menaikkan Tangki 1.3.1 mendongkrak tangki 1.3.2 pengisian pasir 1.3.3 perataan
Pinggir/luar tangki Pinggir/luar dan dalam tangki Pinggir/luar dan dalam tangki
1.3.4
Pinggir/luar tangki
1.4
Potensi Kecelakaan
Upgrading Tangki Timbun 61 Persiapan Bahan dan Alat2
pembuatan siring
Terjatuh, tertimpa benda, tertusuk, terkena percikan laz Terbentur, tergelincir Terpukul, tertusuk, terkena percikan laz Terbentur, terkena percikan laz, terpukul, tersentuh aliran listrik Terpukul, tergelincir, terjatuh Terbentur, terpukul, tertusuk Terjatuh, tergelincir Terbentur, tergelincir, tersentuh aliran listrik, terkena percikan laz, menghisap debu, tertimpa benda Terbentur, tertimpa benda Tergelincir, terjatuh Tergelincir, terjatuh Tergelincir, tertimpa benda, terpukul, tertusuk
Pengelasan
1.4.1
pengelasan plat bawah/atas
Pinggir/luar dan dalam tangki
1.4.2
pengelasan dinding
Pinggir/luar dan dalam tangki
1.4.3
pengelasan pipa2
Pinggir/luar dan dalam tangki
1.5 Finishing 1.5.1 pengecatan 1.5.2 pengujian kebocoran plat 1.5.3 pengujian tangki
Pinggir/luar tangki Dalam tangki Pinggir/luar dan dalam tangki
Terjatuh, tersentuh aliran listrik, terkena percikan laz, menghisap debu Terjatuh, tersentuh aliran listrik, terkena percikan laz, menghisap debu Terjatuh, tersentuh aliran listrik, terkena percikan laz, menghisap debu Terjatuh, tertimpa benda Terjatuh, tergelincir Terjatuh, tergelincir
Analisa perhitungan tingkat resiko dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.10 Analisa Tingkat Resiko No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Top Event (1) Tergelincir Terjatuh Terkena Percikan Laz Tertimpa Benda Tertusuk Sesak Terbentur Terpukul Tersentuh Aliran Listrik
Consequences Jumlah Biaya Skala Tingkat Kecelakaan Konsekuensi (2) (3) Rp 500,000 4 Rp 445,000 4 Rp 90,000 2 Rp 330,000 3 Rp 80,000 2 Rp 90,000 2 Rp 90,000 1 Rp 300,000 3 Rp 80,000 1
Frequences Jumlah Tingkat Skala Tingkat Resiko Kecelakaan Kemungkinan (5) (6) = 3x5 (4) 5 5 20 4 5 20 4 5 10 4 5 15 3 5 10 3 5 10 2 5 5 2 5 15 2 5 5
3.8 Menentukan Top Event Top event adalah situasi penuh resiko yang teridentifikasi secara spesifik. Top event diidentifikasi berdasarkan data kecelakaan yang diperoleh selama masa pekerjaan. Untuk analisa fault tree analysis diambil dari hasil penelitian prioritas penanganan yang 7
mempunyai tingkat prioritas penanganan yang sangat mendesak. Nilai tingkat resiko (T) adalah hasil perkalian antara skala tingkat konsekuensi (C) dengan skala tingkat frekuensi (F). Dimana penilaian skala tingkat resiko (T) dapat dilihat pada tabel 2.4 hal 27. Sedangkan tingkat konsekuensi (C) didasarkan pada jumlah biaya perawatan yang dikeluarkan kontraktor yang terdapat pada tabel 4.2 hal 47, untuk skala penentuan tingkat konsekuensi dapat dilihat pada tabel 2.4 hal 26. Tingkat kemungkinan (F) didasarkan pada data jumlah kecelakaan yang terjadi selama pekerjaan berlangsung ( 5 bulan) yang terdapat pada tabel 4.2 hal 47 Secara sederhana hal ini dapat dipaparkan sebagai berikut: T=CxF Dimana: T = Skala tingkat resiko C = Skala tingkat konsekuensi F = Skala tingkat frekuensi Analisa perhitungan tingkat resiko dapat dilihat pada tabel 3.11 dibawah ini: Tabel 3.11 Analisa Tingkat Resiko No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Top Event (1) Tergelincir Terjatuh Terkena Percikan Laz Tertimpa Benda Tertusuk Sesak Terbentur Terpukul Tersentuh Aliran Listrik
Consequences Jumlah Biaya Skala Tingkat Kecelakaan Konsekuensi (2) (3) Rp 500,000 4 Rp 445,000 4 Rp 90,000 2 Rp 330,000 3 Rp 80,000 2 Rp 90,000 2 Rp 90,000 1 Rp 300,000 3 Rp 80,000 1
Frequences Tingkat Jumlah Skala Tingkat Kecelakaan Resiko Kemungkinan (5) (4) (6) = 3x5 5 5 20 4 5 20 4 5 10 4 5 15 3 5 10 3 5 10 2 5 5 2 5 15 2 5 5
Tabel 3.12 Analisa Skala Tingkat Resiko dan Prioritas Penanganan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Top Event Tergelincir Terjatuh Terkena Percikan Laz Tertimpa Benda Tertusuk Sesak Terbentur Terpukul Tersentuh Aliran Listrik
Tingkat Resiko (T) 20 20 10 15 10 10 5 15 5
Skala Tingkat Resiko E E T E T T M E M
Prioritas Penanganan Sangat mendesak Sangat mendesak Mendesak Sangat mendesak Mendesak Mendesak Tidak mendesak Sangat mendesak Tidak mendesak
3.9 Menentukan Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Dari top event diatas maka langkah selanjutnya adalah mencari kemungkinan penyebab-penyebab yang dapat timbul akibat adanya top event tersebut. Faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan tersebut terdiri dari intermediate event dan basic event. Dimana intermediate event adalah suatu kondisi yang masih memungkinkan untuk ditelusuri lagi penyebab lainya. Basic event adalah kondisi penyebab kecelakaan yang paling bawah atau dasar yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk diidentifikasi lagi dikarenakan tidak memungkinkan ditelusuri lagi penyebab lainnya atau karena kurangnya informasi yang dibutuhkan. Tujuan mengidentifikasi intermediate event dan basic event adalah untuk menggambarkan pohon kesalahan yang tersruktur, diantara penyebab yang satu dengan penyebab yang lainnya sehingga diketahui kemungkinan terjadinya kecelakaan secara sistematis. Intermediate event dari masing-masing kecelakaan untuk tahap pertama pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi
Setelah nilai dari tingkat resiko didapatkan, maka langkah selanjutnya adalah penentuan skala dari tingkat resiko dan juga tingkat prioritas penanganan. Hasil skala tingkat resiko ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Gambar 3.2Top Event
Langkah-langkah menentukan intermediate event dan basic event antara lain dengan melakukan wawancara pada pihak Pertamina ISG perak (pengawas LK3, bapak supri) dan pihak kontraktor ( 8
pelaksana/mandor, bapak isman) tentang penyebab-penyebab terjadinya top event tersebut yang didasarkan pada standart safety plan kontraktor tersebut. Hasil wawancara tersebut tertuang dalam diagram dibawah ini: Top Event : Tergelincir dan Terjatuh Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya top event antara lain:
3.10 Penggambaran Fault Tree Analysis (FTA) Setelah top event (pada 4.9) dan faktor penyebab-penyebab kecelakaan (pada 4.10) didapatkan maka langkah selanjutnya adalah melakukan penggambaran FTA tersebut. Penggambaran konstruksi FTA dimulai dari top event kemudian intermediate event sampai dengan basic event sesuai dengan hasil yang diperoleh pada bab berikutnya (4.9 dan 4.10) berikut ini adalah hasil dari penggambaran FTA sebagai berikut:
Gambar 4.8 Model Fault Tree Terjatuh
Gambar 4.5 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Top Event Tergelincir dan Terjatuh Sumber : Hasil wawancara dengan manajer LK3
Gambar 4.9 Model Fault Tree Tergelincir
9
4. Analisa Data 4.1 Analisa Frequency Rate Dari perhitungan yang dilakukan dari data kecelakaan kerja lima bulan terakhir (bulan November – Maret) diketahui nilai frekuensi terbesar pada bulan November yaitu awal bulan pelaksanaan proyek dengan nilai frekuensi sebesar 952.4 hal ini dapat terjadi karena jumlah kecelakaan sebanyak 8 kali kecelakaan (tertimpa benda, terbentur, tergelincir, tertusuk, terjatuh, terbentur, dan terpukul) dengan jumlah pekerja 35 orang. Untuk bulan Desember 2010 terjadi penurunan tingkat frekuensi sebesar 806.5 menurunnya tingkat frekuensi kecelakaan di bulan ini karena kecelakaan yang terjadi di bulan Desember sebanyak 7 kali dengan 35 pekerja, sedangkan pada bulan Januari terjadi peningkatan tingkat frekunsi kecelakaan sebesar 921.7 dengan jumlah pekerja 35 hal ini terjadi karena jumlah kecelakaan kerja terjadi sebanyak 8 kali dengan 35 pekerja. Tetapi pada bulan Februari dan Maret dimana pekerjaan proyek dalam tahap finishing tingkat frekuensi kecelakaan kerja menurun sebesar 446.4 dan 403.2 hal ini bisa terjadi karena tingkat pekerjaan yang dikerjakan tidak berisiko kecelakaan besar dengan jumlah kecelakaan 3 kali dan jumlah pekerja 33 orang. Untuk lebih jelasnya hasil pengukuran tingkat frekuensi kecelakaan kerja dapat di lihat pada tabel 4.4 Dari tabel 4.4 di ketahui bahwa nilai frekuensi tertinggi adalah pada bulan November yaitu 952.4 per 1,000,000 jam kerja. Nilai ini menunjukkan bahwa pada periode ini untuk setiap satu juta jam kerjanya terdapat 952 kali jumlah kecelakaan. Pada kondisi di lapangan terdapat 8 kali kecelakaan yang terjadi di bulan November dengan jumlah pekerja 35 orang atau jumlah jam kerja 8400 jam. Namun kecelakaan yang terjadi disini adalah kecelakaan ringan tidak sampai menimbulkan cacat dan korban jiwa. Sedangkan nilai frekunsi terendah adalah 403.2 yaitu pada akhir selesainya proyek bulan Maret 4.2 Analisa Severity Rate Dari hasil perhitungan severity rate terhadap data kecelakaan kerja selama lima bulan terakhir didapatkan nilai Tingkat severity rate tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 2857.1 hal ini terjadi pada kecelakaan kerja sebanyak 8 kali dan terjadi kehilangan hari kerja sebanyak 3 hari (jumlah jam hilang 24 jam) yaitu pada jenis kecelakaan
terjatuh yang mengakibatkan luka pada tangan dan kaki dengan kehilangan hari kerja 2 hari dan jenis kecelakaan terpukul yang mengakibatkan luka pada tangan dengan kehilangan hari kerja 1 hari. Severity rate pada bulan Desember 2010 sampai bulan Maret 2011 mengalami penurunan severity sampai nilai 0 pada bulan Februari. Ini berarti pada bulan Februari terjadi kecelakaan yang tidak menimbulkan kehilangan hari kerja atau kecelakaan terjadi sebanyak 3 kali tetapi tidak mengakibat kan jam/hari hilang. 4.3 Analisa Safe T Score (STS) Untuk menghitung safe t score di dapatkan dari nilai frekuensi kecelakaan masa lampau dikurangi nilai frekuensi masa kini (November-Maret). Pada bulan Maret belum bisa dilakukan pengukuran nilai t selamat di karenakan pekerjaan awal, nilai t selamat di ukur pada bulan Desember yaitu pengurangan frekuensi kecelakaan pada bulan November di kurangi frekuensi kecelakaan bulan Desember yang menghasilkan nilai -433.39. pada bulan Januari nilai t selamat di dapatkan + 377.96, ini dapat di artikan pada bulan Januari tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini mengalami penurunan terhadap prestasi masa lalu/keadaan pada bulan Januari memburuk dari pada bulan Desember. Kondisi ini dikarenakan kecelakaan kerja pada bulan Januari terjadi 8 kali sedangkan pada bulan desember terjadi 7 kali. Untuk bulan Februari dan Maret nilai t selamatnya mengalami peningkatan prestasi tingkat frekuensi kecelakaan kerja pada masa kini jika di bandingkan masa lalu dengan nilai t selamatnya -1458 dan -167 nilai ini semakin membaik karena jumlah kecelakaan semakin kecil terjadi 3 kali kecelakaan pada bulan Februari dan Maret. 4.4 Analisa Work Breakdown Structure (WBS) Dari hasil WBS proyek upgrading tangki timbun 61 terdapat 5 sub pekerjaan (persiapan bahan dan alat2, pembongkaran siring/beton, menaikkan tangki, pengelasan dan finishing) dengan tiap sub mempunyai level-level pekerjaan dan waktu yang berbeda. Waktu pekerjaan yang paling lama yaitu pada sub pekerjaan 1.4 proses pengelasan dilaksanakan pada minggu kedua bulan November dan berakhir pada minggu pertama bulan Maret. Untuk lebih jelas WBS proyek 10
upgrading tangki timbun dapat dilihat pada tabel 4.7 4.5 Analisa Risk Breakdown Structure (RBS) Setelah di dapatkan hasil dari WBS langkah selanjutnya Risk breakdown strukture digunakan terutama dalam upaya untuk melakukan kategorisasi masing-masing risiko dari setiap aktivitas pekerjaan. Risk breakdown ini di buat untuk mengantisipasi kecelakaan yang akan terjadi pada proyek yang sama di kemudian hari atau untuk meminimalisasi kecelakaan yang akan terjadi bila proyek yang sama dikerjakan. Pekerjaan yang mempunyai resiko kecelakaan yang besar pada proyek upgrading tangki timbun 61 yaitu pekerjaan/aktivitas pada pembuatan tempat alat, pembongkaran siring, pengusungan sirtu, pembongkaran plat bawah, pengisian pasir, perataan pasir, pembuatan siring, pengelasan plat bawah/atas, pengelasan dinding, pengecatan, dan finishing. 4.6 Analisa Top Event Pada tahap ini diawali dengan identifikasi kecelakaan kerja berdasarkan data kecelakaan yang diperoleh selama masa bekerja (5 bulan) nilai top event ini di dapat dari nilai tingkat resiko yang mempunyai bobot terbesar yaitu dari hasil perkalian antara skala tingkat konsekuensi dengan skala tingkat frekuensi. Dari hasil perhitungan terdapat 4 nilai tingkat resiko yang terbesar untuk di analisa fault tree analysis yaitu kecelakaan tergelincir, terjatuh, tertimpa benda dan terpukul yang mempunyai nilai tingkat resiko ≥ 15 dan prioritas penanganan yang mendesak. 4.7 Analisa Fault Tree Analysis (FTA) Analisa fault tree digunakan untuk menggambarkan hubungan sebab-sebab kecelakaan. Grafik top event dan faktor kecelakaan sudah penyebab-penyebab didapatkan maka langkah selanjutnya adalah melakukan penggambaran FTA. Penggambaran konstruksi FTA dimulai dari top event kemudian intermediate event sampai dengan basic event sesuai dengan hasil yang diperoleh sebelumnya. Penggambaran juga menentukan gerbang logika (Logic Gate) adalah suatu model logika yang digambarkan dalam bentuk simbol (and gate/or gate) yang menghubungkan kejadian pada konstribusi pertama dan juga konstribusi kedua.
4.8 Upaya Perbaikan Sistem Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Perusahaan Berdasarkan Analisis Yang Di Peroleh Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan adalah : A. Manusia/pekerja 1. Bagi pekerja hendaknya benar-benar mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental dalam melakukan pekerjaan. Perusahaan juga tentunya dapat meningkatkan motivasi pekerjanya. 2. Setiap pekerja wajib menggunakan perlindungan diri dan merawat alat perlindungan diri yang telah diterima. 3. Pendidikan bagi karyawan mendapat perhatian penuh dari perusahaan, dan mengutamakan proses pendidikan karyawan untuk bertindak, berfikir dan bekerja dengan aman. Adapun cara yang di tempuh untuk melakukan pendidikan ini adalah: a. Pelantikan karyawan baru. b. Penekanan titik-titik keselamatan selama latihan, khususnya dalam pelatihan ditempat. c. Pengadaan rapat-rapat khusus tentang keselamatan karyawan. 4. Pembentukan seksi kesehatan dan keselamatan kerja yang bertugas antara lain : a. Memberi saran atau pertimbangan mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja kepada perusahaan baik diminta maupun tidak. b. Mengadakan review masalah keselamatan dan kesehatan kerja untuk mendapatkan data tentang bahaya potensial yang ada serta pencegahannya. c. Meneliti dan menganalisa setiap kecelakaan guna mencari pencegahan yang tepat. d. Mengadakan dan penyimpanan catatan statistik kecelakaan kerja. e. Berhak memerintah dan memaksakan perintahnya untuk menjalankan peraturan-peraturan dalam bidang keselamatan kerja. 5. Perbaikan-perbaikan di bidang pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan kerja, dapat menumbuhkan motivasi kerja dan 11
meningkatkan karyawan.
kemampuan
fisik
6. Pelaksanaan peraturan Pelaksanaan peraturan di PT. Putera Domas Perkasa diharapkan agar program keselamatan lebih efektif, pendekatan terhadap program keselamatan pada hakekatnya bersifat positif. Peringatan, denda, pemberhentian sementara, dan pemecatan dalam keadaan tertentu agar karyawan lebih disiplin dalam melaksanakan peraturan-peraturan keselamatan. B. Mesin, Peralatan, dan Perlengkapan Kerja. 1. Setiap kerusakan dan kehilangan alat perlindungan diri harus di laporkan kepada seksi kesehatan dan keselamatan kerja guna perbaikan atau penggantian dengan alat perlindungan diri yang baru. 2. Menambah alat perlindungan diri untuk mata yaitu kaca mata yang berfungsi sebagai alat perlindungan mata dari debu dan percikan api las dan gerinda. 3. Memakai sepatu pada saat bekerja bagi semua karyawan agar kaki terlindung dari benda yang terjatuh dan terpeleset pada lantai akibat pasir yang berserakan dan jalan yang licin. 4. Mengatur peralatan dan perlengkapan yang bersih dan rapi serta aman bagi karyawan bekerja. 5. Setiap karyawan di wajibkan menggunakan pakaian kerja yang telah diberikan oleh perusahaan dalam setiap aktivitas kerja. 6. Pemasangan tanda-tanda peringatan pada bagian produksi seperti : peringatan berhati-hati terhadap jalan yang licin, mesin yang berbahaya, selalu menggunakan alat perlindungan diri setiap akan bekerja. 7. Memberikan peringatan berupa tulisan dan gambar pada dinding mengenai hukuman dan sangsi berupa denda terhadap karyawan yang bertanggung jawab (ketua regu) masing-masing bagian jika ada yang lalai membersihkan lantai, memakai alat perlindungan diri, dan merapihkan peralatan dan mesin. Misalnya :
”Bersihkan lantai jika tidak ingin kena denda”, ”Pakailah alat keselamatan jika tidak ingin celaka”, ”Rapikan alat dan mesin setelah bekerja”. C. Lingkungan kerja 1. Pencegahan kebisingan dapat menggunakan alat-alat perlindungan diri yang berupa alat pelindung pendengaran, yaitu : a) Ear plug (sumbat telinga), alat pelindung pendengaran ini harus dipakai dalam melaksanakan tugas, dimana kebisingan yang relatif masih rendah. Alat ini dapat menurunkan tingkat kebisingan kurang lebih 15 dB (A). b) Ear muffs (tutup telinga), alat yang pelindung pendengaran sedikit peka dari ear plug dimana alat ini dapat menurunkan tingkat kebisingan antara 20-25 dB (A). 2. Setelah proses produksi selesai, sebaiknya tempat kerja selalu dalam keadaan bersih. 3. Sistem ventilasi yang dapat di gunakan untuk keperluan operasi adalah : Clean Room Ventilation adalah sistem pertukaran udara dari beberapa ruangan yang saling berhubungan di pasang filter yang mempunyai efisiensi tinggi untuk memberi udara segar yang ditempatkan sedekat mungkin kepada tempat kerja. Filter mungkin akan menutup salah satu dinding (sisi ruangan atau atap ruangan), dan lubang untuk mengeluarkan di sisi lain atau di lantai ruangan. 4. Penerangan Sistem penerangan yang digunakan sebelumnya adalah penerangan dengan cahaya matahari atau terangnya langit. Untuk meningkatkan keselamatan kerja maka sistem penerangan dengan penerangan buatan yaitu lampu. dengan demikian untuk perbaikan sumber penerangan menggunakan penerangan langsung (direct lighting) dari lampu listrik jenis TL dimana hampir seluruh sinar diarahkan ke bawah. Keuntungan dari 12
penggunaan sistem penerangan ini cara yang paling efisien karena banyaknya cahaya yang mencapai permukaan kerja maksimal. Penerangan yang baik perlu pemeliharaan yang baik pula dilakukan dengan cara : pembersihan lampu secara teratur, pengecatan kembali permukaan-permukaan dalam ruangan, penggantian lampu-lampu yang kurang atau tidak berfungsi. D. Tata cara kerja Adanya pelaksanaan program keselamatan kerja dalam periode pertahun. Program keselamatan kerja menekankan pada penguatan positif pada training. Pertama kali disusun suatu tujuan keselamatan yang artinya pelaksanaan kerja yang dilakukan dengan aman dan tujuan ini di komunikasikan kepada para karyawan untuk memastikan bahwa mereka tahu hal-hal yang diharapkan dari mereka dalam kaitannya dengan prestasi yang baik. Kemudian, diadakan sesi training dimana disajikan informasi tentang keselamatan kerja 30 menit kepada para karyawan. Dalam training ini para karyawan diperlihatkan gambaran tata ruang dalam proyek. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengukuran dan analisis data yang telah dilakukan di PT Pertamina (PERSERO) ISG Perak Surabaya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengukuran frequency rate kecelakaan kerja bahwa pada bulan November sampai Desember 2010 mengalami penurunan tingkat frekuensi dari 952.4 menjadi 806.5 tetapi di bulan Januari 2011 terjadi peningkatan frekuensi sebesar 921.7 dimana pada akhir proyek yaitu bulan Februari dan Maret 2011 terjadi penurunan tingkat frekuensi kecelakaan sebesar 446.4 sampai 402. 2. Hasil pengukuran severity rate kecelakaan kerja selama proyek berlangsung mengalami penurunan dan kenaikan tingkat keparahan kerja dimana pada bulan November 2010 sebesar 2857,1. Pada bulan Desember
2010 dan Januari 2011tingkat keparahan menurun sebesar 921.7 3. Hasil pengukuran safe t score (STS) bulan Desember 2010 diketahui – 433.39 dan pada bulan Januari 2011 sebesar 377.96. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam bulan Dsember 2010 ke bulan Maret 2011 nilai frekuensi kecelakaan masa kini mengalami penurunan terhadap nilai frekuensi kecelakaan masa lalu. 4. Dari hasil WBS terdapat lima sub aktivitas dari kelima sub aktivitas mempunyai aktivitas yang penting yaitu persiapan bahan dan alat-alat, pembongkaran siring, menaikkan tangki, pengelasan dan finishing. 5. Dalam pelaksanaan pembangunan proyek upgrading tangki timbun 61 terdapat 29 kali kecelakaan yang terjadi selama kurun waktu 5 bulan pelaksanaan pembangunan. Setelah dikelompokkan terdapat 9 jenis accident yang dapat dipakai sebagai top event. 4 top event dengan prioritas penanganan sangat mendesak yang digunakan untuk analisa FTA selanjutnya adalah tergelincir, terjatuh, tertimpa benda, dan terpukul. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, kami mencoba memberikan saran sebagai bahan pertimbangan yang mungkin berguna dalam penelitian tugas akhir ini selanjutnya. Adapun saran yang dapat saya berikan adalah: 1. Perlu adanya pengawasan dan pengarahan yang ketat dari perusahaan tentang pemakaian alat perlindungan diri pada waktu mengoperasikan mesin atau sewaktu bekerja. Mengingat faktor pekerja masih sebagai penyebab kecelakaan kerja, sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari sedini mungkin. 2. Mengadakan safety talk dan training pada setiap 3 bulan sekali untuk diberikan pengarahan dan kegunaan alat perlindungan diri yang mereka pakai setiap hari. 3. Hasil dari pendekatan risk assessment agar di jadikan panduan (history) untuk proyek yang sama di masa yang akan datang agar kecelakaan kerja dapat di minimalisir. 13
4. Hasil analisis fault tree dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan penyebab kecelakaan kerja sehingga dapat mencegah kecelakaan terulang kembali dalam usaha menurunkan jumlah kecelakaan yang terjadi pada proyek upgrading tangki timbu 61. 6. Referensi Direktorat Pembekalan dan pemasaran dalam Panduan (1993). Buku negeri Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan, Pertamina Edhi Sulistyoko.(2008). Analisis Penerapan Progam Keselamatan Kerja Dalam Usaha Meningkatkan Produktivitas Kerja Dengan Pendekatan Fault Tree Analysis.(Studi Kasus:CV. Permata 7,Wonogiri). Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah. Surakarta Kurniadi, H. (2005). Pengukuran Tingkat Kinerja Implementasi Progam Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (LK3) dan Perangkingan Hazard Dengan Pendekatan Risk Assessment. Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri. Institute Tekonologi Sepulu November. Panduan K3LL.(2008). Manajemen Keselamatan Kerja. Revisi ke 3 Pemasaran dan Niaga Pertamina. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Razzif Ekka.(2009). Identifikasi Penyebab Kecelakaan Kerja Menggunakan Fault Tree Analysis Pada Proyek Pembangunan The Adhiwangsa Surabaya. Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Sipil. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Santosa, B. (2003). Manajemen Proyek. Guna Widya, Surabaya. Silalahi, Bennet MA, DR & Silalahi, Rumondang B. MPH, (1985).
ManajemenKeselamatan dan Kesehatan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Suma’mur, P. K. (1987). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan pertama. CV. Haji Mas Ahung. Jakarta. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 : Tentang Keselamatan Kerja Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta : Gunawidya.
14