OPTIMASI AGROINDUSTRI SALAK Achmad Ganjar Nugraha1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Riantin Hikmahwidi, Ir., M.Si.2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] Hj Rina Nuryati, Ir., M.P. 3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karangtinggal Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, dengan tujuan untuk mengetahui : (1) Kondisi aktual agroindustri berbahan baku Salak pada UKM Binangkit, (2) Kondisi optimal agroindustri berbahan baku Salak pada UKM Binangkit, (3) Selisih penerimaan sebelum dan setelah dilakukan optimasi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Metode Studi Kasus pada sebuah agroindustri yaitu UKM Binangkit, yang berlokasi di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Analisis yang digunakan adalah analisis linear programming. Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Juni sampai Bulan Agustus 2013.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kondisi aktual agroindustri berbahan baku Salak pada UKM Binangkit berdasarkan penggunaan bahan baku adalah 30 kg untuk keripik salak, 20 kg untuk dodol salak dan 4 kg untuk manisan salak. Berdasarkan penggunaan tenaga kerja adalah 13,53 JKO untuk keripik salak, 47,5 JKO untuk dodol salak dan 50,97 JKO untuk manisan Salak, sehingga dengan 3,75 kg keripik, 9,5 kg dodol dan 4 kg manisan Salak diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 732.000,00. (2) Kondisi optimal agroindustri berbahan baku Salak pada UKM Binangkit berdasarkan penggunaan bahan baku adalah 34,26 kg untuk keripik salak, 40,74 kg untuk dodol salak dan tidak memproduksi manisan salak. Berdasarkan penggunaan tenaga kerja adalah 15,46 JKO untuk keripik salak, 96,54 JKO untuk dodol salak, sehingga dengan 4,28 kg keripik, 19,31 kg dodol diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 960.457,00. (3) Perbedaan penerimaan setelah dilakukan optimasi sebesar Rp. 228.457,00. Jika perusahaan dihadapkan pada kasus yang sama, disarankan untuk menggunakan solusi optimal, dengan jumlah penerimaan sebesar Rp. 960.457,00.
Kata Kunci : Agroindustri Salak, Penerimaan maksimal, Optimasi
1
ABSTRACT The research conducted in agro-industry at the Village of Karangtinggal, Manonjaya Subdistrict on Tasikmalaya District. This study aimed to determine: Actual condition of the agro-industry zalacca raw material of UKM Binangkit. Optimal conditions of the agro-industry zalacca raw material of UKM Binangkit. Difference in revenues before and after optimization.
in (1) (2) (3)
This research was conducted using the case study method on an agro-industry in UKM Binangkit, which is located in subdistrict Manonjaya Tasikmalaya regency of West Java. The analysis used is linear programming analysis. Time study conducted in June through August 2013. The results showed that (1)Actual condition of the agro-industry zalacca raw materials in UKM Binangkit based on the use of raw materials is 30 kg for chips, 20 kg to 4 kg lunkhead and and 4 kg for zalacca candied. Based on the use of labor is 13.53 JKO for chips, jko 47.5 JKO for lunkhead and 50.97 JKO for zalacca sweets, so with chips 3.75 kg, lunkhead 9.5 kg and sweets 4 kg, earned total revenue is Rp. 732,000.00. (2)Optimal condition of agro-industry zalacca raw material in UKM Binangkit, based on the use of raw materials is 34.26 kg for chips, 40.74 kg for lunkhead and do not produce candied. Based on the use of labor is 15.46 JKO for chips and 96.54 JKO for lunkhead, so with chips 4.28 kg, lunkhead 19.31 kg, earned total revenue is Rp. 960,458.00.(3)Differences revenue after analysis of Rp. 228.458,00. If the company is faced with the same case, it is recommended to use the optimal solution, which the amount of revenue is Rp. 960,457.00. Key Word: Zalacca Agro-industry, Maximum Revenue, Optimization PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dari suatu keadaan yang lebih baik dari sebelumnya demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu hidup suatu masyarakat (dan individu-individu didalamnya). Menurut Mosher (1991), pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan kepada negara serta menjamin bahwa pembangunan menyeluruh (overall development) akan benar-benar bersifat umum, dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani yang jumlahnya besar dan dalam beberapa tahun mendatang di berbagai negara akan terus hidup dari bertani. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan bila terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan yang lebih baik. Agroindustri merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari pada produk pertanian dijual mentah. Agroindustri adalah industri pengolahan yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian. Mengingat 2
produk pertanian menurut Buchari Alma (2004), memiliki karakteristik produk seperti mudah rusak atau cepat busuk (perishable), produksinya terpencar-pencar, dan bersifat musiman maka upaya untuk menanggulanginya adalah melalui pengolahan hasil pertanian tersebut atau lebih dikenal sebagai agroindustri. Pembangunan perusahaan berbasis agroindustri akan menciptakan
produk-produk baru yang
inovatif dan
mendatangkan keuntungan baik itu untuk perusahaan maupun negara. Industri pengolahan makanan adalah salah satu jenis agroindustri yang dipandang strategis untuk dikembangkan. Oleh sebab itu industri pengolahan makanan adalah salah satu yang memiliki prospek yang menjanjikan cukup tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu komoditas pertanian yang bisa dijadikan bahan baku dalam agroindustri yaitu dari jenis buah-buahan, diantaranya adalah buah Salak. Buah Salak (Salacca edulis L) adalah tanaman asli Indonesia. Orang Jawa, Sunda, Madura, Malaysia, Inggris dan Belanda menyebutnya Salak, orang Jerman menyebutnya Zalacca palmae, dan beberapa suku di Indonesia memberinya sebutan yang berbeda, misalnya Saloobi (Batak), Hakam, Loosoom (Dayak), Sekomai (Jambi), serta Sala (Minangkabau, Bugis dan Makasar) (Nur Tjahjadi, 1991). Buah Salak memiliki ragam varietas di Indonesia seperti Salak Pondoh, Bali, Swaru dan Condet oleh sebab itu dari eksotika rasa buah Salak memiliki perbedaan rasa, ada yang sangat manis, agak masam, ada juga yang sepet. Salah satu kabupaten di Indonesia yang merupakan sentral komoditas Salak adalah Kabupaten Tasikmalaya. Perkembangan Realisasi Tanam, Panen, Produksi, Produktivitas Salak Lokal dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Realisasi Tanam, Panen, Produksi, Produktivitas Salak Lokal 2007-2012 Kabupaten Tasikmalaya No 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tanam Phn 40.793 151.460 7.762 7.762 58.349 6.568
Ha 20 76 4 4 29 3
SALAK LOKAL Panen Phn Ha 18.476.876 9.238 18.435.940 9.218 18.913.736 9.457 18.913.736 9.457 7.998.861 3.999 14.422.428 7.211
Produksi Kw 1.103.203 1.120.918 1.238.368 1.238.368 433.767 878.883
Produktivitas Kw/Ha 119,41 121,60 130,95 130,95 108,46 121,88
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Tasikmalaya 2007-2012
Pada Tabel 1 dijelaskan bahwa sampai tahun 2012, terjadi kenaikan hasil produksi Salak menjadi 878.883 kwintal setelah pada tahun sebelumnya mengalami penurunan hasil produksi. Ini mengindikasikan bahwa produktivitas Salak lokal di Tasikmalaya berkembang kembali. Salah satu daerah penghasil dan pengembang Salak 3
di Tasikmalaya adalah Kecamatan Manonjaya, sehingga dikenal dengan Salak Manonjaya yang merupakan salah satu buah khas Tasikmalaya. Perusahaan yang bergerak dalam agroindustri Salak banyak dijumpai dalam bentuk UKM atau Usaha Kecil dan Menengah. Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu pada jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan usaha yang berdiri sendiri (Wikipedia,2013). UKM di bidang agroindustri pada umumnya dihadapkan pada aktifitas penggunaan modal. Modal yang dikorbankan harus mampu menghasilkan kepentingan perusahaan baik itu kepentingan produksi maupun orientasi pada penerimaan maksimal. Bagi perusahaan yang memiliki modal tidak terbatas tentunya peluang untuk meningkatkan hasil produksi akan besar salah satunya adalah dengan menambah skala usaha, tetapi perusahaan yang memiliki modal terbatas, tentunya perusahaan harus mampu mencari kombinasi yang tepat dalam penggunaan faktor-faktor produksi. Modal yang terbatas ini maksudnya adalah kemampuan perusahaan untuk menyediakan jumlah bahan baku dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk membuat output. Walaupun demikian perusahaan dituntut untuk tetap berproduksi secara maksimal dengan membuat sebuah keputusan dari keterbatasan sumberdaya yang tersedia. Melalui optimasi, perusahaan akan mampu mengkombinasikan faktor-faktor produksi agar penerimaan maksimal tetap diperoleh. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kondisi aktual agroindustri berbahan baku Salak pada UKM Binangkit? (2) Bagaimana kondisi optimal agroindustri berbahan baku Salak pada UKM Binangkit? (3) Berapa selisih penerimaan sebelum dan setelah dilakukan optimasi? METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Metode Studi Kasus pada sebuah industri pengolahan makanan yang bernama UKM Binangkit, yang berlokasi di Kecamatan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Pemilihan lokasi
dilakukan dengan alasan UKM Binangkit adalah salah satu dari industri pengolahan makanan di Tasikmalaya
yang
menggunakan
buah Salak sebagai bahan baku
pembuatan beberapa produknya yaitu keripik, dodol dan manisan Salak dan juga
4
keberadaan usahanya masih berlangsung sampai saat ini sehingga dapat dikatakan layak untuk diteliti. Linear Programming adalah salah satu teknis analisis dari kelompok teknik riset operasional yang menggunakan model matematik. Tujuannya adalah untuk mencari, memilih dan menentukan alternatif yang terbaik dari sekian alternatif grafis dan metode analisis secara aljabar (metode simpleks). Dengan demikian dapat diartikan sebagai salah satu teknik dari Riset Operasi untuk memecahkan persoalan optimasi (maksimasi atau minimasi) dengan menggunakan persamaan dan ketidaksamaan linear dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum dengan memperhatikan pembatasanpembatasan yang ada, melalui program solver. Solver merupakan extension yang terdapat pada Microsoft excel yang mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk penyelesaian optimasi program linier. Tujuan dari pada optimasi tidak harus dalam konsep pendapatan atau keuntungan maksimal. Soekartawi (1992), menyatakan bahwa setiap penyelesaian cara Linear Programming untuk maksud mendesain perencanaan yang baik agar memaksimumkan
tujuan
dapat
diperoleh
salah
satunya
dengan
program
memaksimumkan total penerimaan. J. Supranto (1983) menambahkan untuk menentukan fungsi tujuan, harus ditentukan nilai variabel x melalui persamaan fungsi kendala. Kendala yang berpengaruh terhadap fungsi tujuan dibedakan menjadi dua yaitu ketersediaan bahan baku, dan jumlah tenaga kerja. Kendala bahan baku yaitu banyaknya bahan baku (
) yang dibutuhkan untuk
pembuatan kripik Salak, dodol Salak dan manisan Salak. Menurut Pangestu Subagyo, dkk (2000), Formulasinya ditulis sebagai berikut : (
.
)+(
.
)+(
.
)≤
Kendala tenaga kerja, yaitu banyaknya tenaga kerja (
) yang dibutuhkan untuk
mengerjakan kegiatan memproduksi keripik Salak, dodol Salak dan manisan Salak. Rumus matematikanya adalah : (
.
)+(
.
)+(
.
)≤
Setelah data dikumpukan, selanjutnya data dianalisis dengan program solver. Maka dapat dicari nilai dari total penerimaan pada fungsi tujuan yang dapat diformulasikan sebagai berikut.
5
Z=
+
+
Keterangan : Z = Total Penerimaan = Harga jual keripik Salak = Jumlah produksi keripik Salak = Harga jual dodol Salak = Jumlah produksi dodol Salak = Harga jual manisan Salak = Jumlah produksi manisan Salak Persamaan di atas, menghasilkan bentuk matrik dasar Linear Programming. Dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Matrik Dasar Linear Programming Aktifitas atau Kegiatan
Penggunaan Faktor Produksi per Unit Kegiatan
RHS Faktor Produksi yang Tersedia
Tingkat Kegiatan
N
Fungsi Tujuan (Z)
→
Fungsi Batasan/Kendala :
Rata-rata
Kebutuhan Faktor Produksi
1
≤
2
≤
Model LP tersebut merupakan bentuk dan susunan yang mempunyai masalah-masalah yang akan dipecahkan dengan teknik LP. Keterangan : = Nilai yang dioptimalkan yaitu nilai maksimasi, total penerimaan agroindustri buah Salak setelah adanya optimasi. Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp) 1 2
= = = = = = = = = = = = =
Kendala bahan baku (Kg) Kendala tenaga kerja (JKO) Jumlah produksi keripik Salak (Kg) Jumlah produksi dodol Salak (Kg) Jumlah produksi manisan Salak (Kg) Penerimaan Keripik Salak (Kg) Penerimaan Dodol Salak (Kg) Penerimaan Manisan Salak (Kg) Kebutuhan bahan baku untuk pembuatan keripik Salak (Kg) Kebutuhan bahan baku untuk pembuatan dodol Salak (Kg) Kebutuhan bahan baku untuk pembuatan manisan Salak (Kg) Ketersediaan bahan baku Salak (Kg) Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembuatan keripik Salak (JKO)
6
= Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembuatan dodol Salak (JKO) = Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pembuatan manisan Salak (JKO) = Ketersediaan tenaga kerja (JKO) HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Aktual Agroindustri Berbahan Baku Salak Pada UKM Binangkit Data yang digunakan berdasarkan
produksi terakhir yang dilakukan UKM
Binangkit pada saat dilakukan penelitian. Tercatat jumlah bahan baku yang dikorbankan oleh perusahaan untuk memproduksi keripik, dodol dan manisan Salak adalah 75 kg. Jumlah bahan baku ini hampir sama setiap 1 kali produksi, karena kemampuan perusahaan dalam membelanjakan modal tidak hanya untuk komoditas Salak saja, mengingat perusahaan ini juga memproduksi output-output lainnya seperti kue bangket dari bahan baku jahe, keripik pisang, manisan pala dan banyak lainnya. Walaupun demikian produk-produk berbahan dasar buah Salak merupakan produk yang diunggulkan karena identitas Manonjaya sebagai penghasil buah Salak khas Tasikmalaya a. Penggunaan bahan baku Penggunaan bahan baku untuk pembuatan keripik, dodol dan manisan Salak secara aktual atau sebelum dilakukan optimasi, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 3. Penggunaan Bahan Baku (BB) Aktual Nama
Jumlah BB
Hasil Produksi
Kebutuhan BB per 1 Kg Output
Produk
(Kg)
(Kg)
(Kg)
Keripik
30
3,75
8,00
Dodol
20
9,50
2,11
Manisan
25
4,00
6,25
Jumlah
75
17,25
-
Tabel 3. menunjukkan bahwa dari 75 kilogram bahan baku yang tersedia, perusahaan mengalokasikan 30 kilogram untuk keripik, 20 kilogram untuk dodol serta 25 kilogram untuk manisan, dan 30 kilogram bahan baku yang dialokasikan untuk produk keripik Salak diperoleh hasil produksi keripik Salak sebanyak 3,75 kilogram, sehingga untuk menghasilkan 1 kilogram keripik Salak dibutuhkan 8 kilogram buah Salak. Bahan baku sejumlah 20 kilogram yang dialokasikan untuk pembuatan dodol Salak, diperoleh hasil produksi dodol Salak sebanyak 9,5 kilogram, oleh karena itu setiap 1 kilogram dodol
7
Salak dibutuhkan 2,11 kilogram buah Salak. Lain halnya dengan pembuatan Manisan Salak, dari 25 kilogram buah Salak diperoleh manisan Salak sebanyak 4 kilogram, dengan demikian setiap 1 kilogram manisan Salak dibutuhkan 6,25 kilogram buah Salak. Keripik Salak merupakan produk yang paling banyak menyerap bahan baku, karena terjadi penyusutan yang paling besar dalam proses produksinya, sedangkan dodol dan manisan Salak tidak mengalami penyusutan yang banyak seperti produksi keripik Salak. Pengurangan bobot pada keripik Salak terjadi karena banyak bagian buah Salak yang terbuang seperti kadar air, biji, cangkang dan anakan Salak yang kecil juga melalui tahap penggorengan. Penyusutan pada dodol Salak hanya terjadi saat dilakukan pembuangan biji dan cangkang. sedangkan kadar air tidak menyusut. Manisan Salak juga mengalami penyusutan seperti pembuatan keripik Salak karena buah Salak semakin mengerucut setelah melalui beberapa proses seperti proses pemasakan dan penjemuran. Kondisi tersebut menjadi alasan perusahaan untuk menyediakan bahan baku lebih banyak untuk produksi keripik Salak.
b. Penggunaan Tenaga Kerja Penggunaan
Tenaga
kerja
aktual
sebelum
dilakukan
optimasi
untuk
memproduksi keripik, dodol dan manisan salak dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penggunaan Tenaga Kerja (TK) Aktual Nama
Penggunaan TK
Hasil Produksi
Kebutuhan TK per 1 Kg Output
Produk
(JKO)
(Kg)
(JKO)
Keripik
13,53
3,75
3,61
Dodol
47,50
9,50
5,00
Manisan
50,97
4,00
12,74
Jumlah
112,00
17,25
-
Ketersediaan tenaga kerja sebanyak 112 JKO, diperoleh dari aktivitas produksi untuk menghasilkan ketiga output tersebut. Proses produksi berlangsung selama 7 hari yang dilakukan oleh dua orang pegawai dan waktu yang dipergunakan untuk tiap harinya adalah 8 jam. Kondisi ini disesuaikan dari sistem perusahaan yang menggaji tenaga kerjanya untuk ke 3 produk tersebut selama 7 hari.
8
Tabel 4. menunjukkan, produksi keripik sebanyak 3,75 kilogram dibutuhkan tenaga kerja 13,53 JKO. sehingga diketahui setiap 1 kilogram hasil produksi dibutuhkan 3,61 JKO. Produksi 9,5 kilogram dodol Salak dibutuhkan tenaga kerja 47,5 JKO oleh karena itu diketahui setiap 1 kilogram hasil produksi dibutuhkan 5 JKO dan produksi 4 kilogram manisan dibutuhkan tenaga kerja 50,97 JKO, maka untuk menghasilkan 1 kilogram hasil produksi dibutuhkan 12,74 JKO. c. Penerimaan Agroindustri Salak Berdasarkan analisis aktual mengenai penggunaan bahan baku dan tenaga kerja, diperoleh total penerimaan dari ketiga hasil produksi tersebut, dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Penerimaan Tanpa Solusi LP Jumlah Produksi
Harga
Penerimaan
(Kg)
(Rp/Kg)
(Rp)
Keripik
3,75
80.000,-
300.000,00
Dodol
9,50
32.000,-
304.000,00
Manisan
4,00
32.000,-
128.000,00
Total Penerimaan
17,25
-
732.000,00
Output
Tabel 5. menunjukkan, total produksi yang dihasilkan sebesar 17,25 kilogram dengan total penerimaan sebesar Rp. 732.000,- untuk satu kali produksi atau setiap minggunya. Produk total terdiri dari 3,75 kilogram keripik Salak dengan harga jual Rp. 80.000,- per kilogram maka diperoleh penerimaan sebesar Rp 300.000,-. Produksi 9,50 kilogram dodol Salak dengan harga jual Rp. 32.000,- per kilogram maka diperoleh penerimaan sebesar Rp. 304.000,-. Produksi 4,00 kilogram manisan Salak dengan harga jual Rp. 32.000,00 per kilogram maka diperoleh penerimaan sebesar Rp. 128.000,-, Kondisi Optimal Agroindustri Berbahan Baku Salak Pada UKM Binangkit Data seperti kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan baku, harga jual produk, ketersediaan bahan baku, dan ketersediaan tenaga kerja telah terkumpul, kemudian diolah dan dianalisis dengan Linear Programming. Hasil analisis tersebut dapat dijelaskan dari poin-poin berikut. a. Penggunaan Bahan baku Penggunaan bahan baku optimal menurut analisis Linear Programming untuk produksi keripik, dodol dan manisan Salak adalah dengan mengkalikan hasil produksi
9
tiap produk yang telah diketahui dari perhitungan solver dengan penggunaan bahan baku per 1 kilogram dari masing-masing output. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penggunaan Bahan Baku Optimal Nama Produk
Hasil Produksi
Penggunaan BB per 1 Kg Output
Jumlah BB
(Kg)
(Kg)
(Kg)
Keripik
4,28251
8,00
34,26
Dodol
19,30800
2,11
40,74
Manisan
0,00000
0,00
0,00
Jumlah
23,59051
-
75,00
Tabel 6. menunjukkan dari hasil analisis linnear programming melalui program solver perusahaan dianjurkan untuk memproduksi keripik Salak sejumlah 4,28251 atau 4,28 kilogram, dodol Salak 19,30800 atau 19,31 kilogram dan tidak memproduksi manisan Salak. Untuk memproduksi 4,28 kilogram keripik Salak, perusahaan harus mengalokasikan bahan baku sejumlah 34,26 kilogram diperoleh dari hasil kali hasil produksi dengan penggunaan bahan baku per 1 kilogram output seperti yang diketahui dari kondisi aktualnya untuk tiap 1 kilogram keripik salak yaitu 8,00 kilogram. Begitu juga untuk 19,31 kilogram dodol Salak perusahaan harus mengalokasian 40,74 kilogram bahan baku diperoleh dari hasil produksi di kali 2,11 kilogram penggunaan bahan baku per 1 kilogram outputnya. Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada aktifitas produksi manisan Salak, karena semua ketersediaan tenaga kerja dan bahan baku telah habis terserap oleh produksi keripik dan dodol Salak. Manisan Salak dinilai kurang memberikan penerimaan yang besar sebab, dianggap tidak sebanding dengan penyerapan bahan baku yaitu 25 kilogram dan menghasilkan output hanya 4 kilogram jika dibandingkan dengan dodol Salak yang hanya membutuhkan bahan baku 20 kilogram tetapi menghasilkan output lebih banyak sebesar 9,50 kilogram dilihat pada kondisi aktualnya. Dengan harga yang ditawarkan untuk setiap 1 kilogramnya yaitu Rp. 32.000,00 manisan Salak hanya memberikan keuntungan sebesar Rp 128.000,00 lebih kecil dari output keripik dan dodol salak. Output yang paling optimal dari hasil optimasi dengan linnear programming adalah Dodol Salak. Pada kondisi aktualnya UKM Binangkit mengalokasikan bahan
10
baku untuk output berupa dodol Salak sejumlah 20 kilogram. Jumlah tersebut merupakan jumlah terkecil dibanding yang dialokasikan untuk keripik dan manisan Salak. walaupun demikian jumlah output yang dihasilkan lebih besar jika dibandingkan dengan keripik dan manisan Salak yaitu sebesar 9,50 kilogram dengan harga yang ditawarkan sebesar Rp 32.000,00 memberikan sumbangan penerimaan terbesar yaitu Rp 304.000,00. Oleh sebab itu kombinasi penggunaan ketersediaan tenaga kerja dan bahan baku di perusahaan Binangkit akan lebih optimal apabila digunakan untuk dodol Salak dan keripik Salak. b. Penggunaan Tenaga kerja Penggunaan Tenaga kerja menurut Linear Programming untuk produksi keripik, dodol dan manisan Salak dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penggunaan Tenaga Kerja (TK) Optimal Nama
Hasil Produksi
Penggunaan TK per 1 Kg Output
Penggunaan TK
Produk
(Kg)
(Kg)
(JKO)
Keripik
4,28251
3,61
15,46
Dodol
19,30800
5,00
96,54
Manisan
0,00000
0,00
0,00
Jumlah
23,59051
-
112,00
Tabel 7. menunjukkan, hasil produksi keripik sebanyak 4,28251 atau 4,28 kilogram, diketahui penggunaan tenaga kerja per 1 kilogram output dibutuhkan 3,61 JKO sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 4,28 kilogram output adalah sebanyak 15,46 JKO, sementara itu diketahui untuk menghasilkan 1 kilogram dodol Salak dibutuhkan 5 JKO sehingga untuk memproduksi output 19,30800 atau 19,31 kilogram membutuhkan tenaga kerja 96,54 JKO. Dari penjelasan di atas tentunya ketersediaan tenaga kerja habis untuk memproduksi keripik dan dodol Salak, karena jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tenaga kerja pembuatan keripik Salak dan dodol Salak adalah sebesar 112 JKO. c. Penerimaan Agroindustri Salak Diketahui formulasi untuk mencari total penerimaan adalah sebagai berikut : Z= + + Z = 80.000,00(4,28251) + 32.000,00(19,30800) + 0 Z = 342.601,00 + 617.856,00 Z = 960.457,00 Pengaplikasian formulasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. 11
Tabel 8 . Penerimaan Agroindustri Salak dengan LP Harga/Kg
Penerimaan
(Rp)
(Rp)
4,28251
80.000,00
342.601,00
Dodol
19,30800
32.000,00
617.856,00
Manisan
0,00000
32.000,00
0
Total
23,59051
-
960.457,00
Nama Produk
Jumlah Output (Kg)
Keripik
Tabel 8. menunjukkan, hasil optimasi akan memberikan penerimaan kepada perusahaan sebesar Rp. 960.457,00 dari total produksi olahan buah Salak yaitu 23,59 kilogram, dengan rincian untuk output keripik Salak sebesar 4.28251 atau 4,28 kilogram dan dodol Salak sebesar 19.30800 atau 19,31 kilogram. Yang mana harga jual keripik Salak adalah Rp. 80.000,00 maka penerimaan keripik Salak sebesar Rp. 342.601,00 dan harga jual dodol Salak sebesar Rp. 32.000,00 maka penerimaan dari dodol Salak adalah Rp. 617.856,00. Selisih Penerimaan Sebelum dan Setelah Dilakukan Optimasi Terdapat perbedaan besar penerimaan antara yang menggunakan solusi optimal dengan keadaan aktualnya, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Selisih Penerimaan Sebelum dan Setelah Optimasi Sebelum Optimasi Output
Harga
(Kg)
(Rp/Kg)
Setelah Optimasi Selisih
Jumlah
Penerimaan
Jumlah
Penerimaan
Penerimaan
Output
(Rp)
Output
(Rp)
(Rp)
(Kg)
(Kg)
Keripik
80.000
3,75
300.000,00
4,28251
342.601,00
42.601,00
Dodol
32.000
9,50
304.000,00
19,30800
617.856,00
313.856,00
Manisan
32.000
4,00
128.000,00
0
0
128.000,00
17,25
732.000,00
23,59051
960.457,00
228.457,00
Total
Tabel 9. menunjukkan, secara aktual jumlah produksi agroindustri Salak menjadi keripik, dodol serta manisan Salak adalah sebesar 17,25 kilogram dengan rincian 3,75 kilogram untuk keripik Salak, 9,50 kilogram untuk dodol Salak dan 4,00 kilogram untuk manisan Salak. Berbeda dengan hasil optimasi yang menunjukkan jumlah dari ketiga output tersebut adalah 23,59 kilogram dengan rincian produksi keripik Salak sebanyak
12
4,28 kilogram dan dodol Salak 19,31 kilogram. Jika dilihat dari jumlahnya, output secara aktual lebih kecil dibanding secara optimal. Perbedaan yang mencolok dari kedua analisis tersebut adalah tidak adanya aktifitas produksi manisan Salak pada solusi optimal, sedangkan pada aktualnya perusahaan memproduksi manisan sebanyak 4,00 kilogram, walaupun demikian jika dilihat dari besarnya penerimaan, solusi optimal jauh lebih besar dibandingkan dengan aktual. Dilihat dari penggunaan tenaga kerja kedua analisis ini menunjukkan bahwa semua ketersediaan tenaga kerja dan bahan baku habis digunakan untuk kegiatan produksi yaitu bahan baku sebanyak 75 kilogram dan tenaga kerja sebanyak 112 jam kerja orang. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8. tentang hasil analisis aktual dan optimal. Secara optimal perusahaan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 960.457,00 dari output-output berbahan baku Salak. Berbeda dengan secara aktual, dimana jumlah nominal yang diterima perusahaan adalah sebesar Rp. 732.000,00 dari ketiga output berbahan baku Salak. sehingga selisih antara aktual dengan solusi optimal sebesar Rp. 228.457,00 per satu kali produksi. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)
Kondisi aktual agroindustri berbahan baku Salak pada UKM Binangkit berdasarkan penggunaan bahan baku adalah 30 kg untuk keripik Salak, 20 kg untuk dodol Salak dan 25 kg untuk manisan Salak. Berdasarkan penggunaan tenaga kerja adalah 13,53 JKO untuk keripik Salak, 47,50 JKO untuk dodol Salak dan 50,97 JKO untuk manisan Salak, sehingga dengan 3,75 kg keripik, 9,50 kg dodol dan 4,00 kg manisan Salak diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 732.000,00
2)
Kondisi optimal agroindustri berbahan baku Salak pada UKM Binangkit berdasarkan penggunaan bahan baku adalah 34,26 kg untuk keripik Salak, 40,74 kg untuk dodol Salak dan tidak memproduksi manisan Salak. Berdasarkan penggunaan tenaga kerja adalah 15,46 JKO untuk keripik Salak, 96,54 JKO untuk dodol Salak, sehingga dengan 4,28 kg keripik dan 19,31 kg dodol diperoleh total penerimaan sebesar Rp. 960.457,00
13
3) Perbedaan penerimaan setelah dilakukan analisis sebesar Rp. 228.457,00. Saran Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dihasilkan dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran yaitu jika perusahaan dihadapkan pada kasus yang sama, disarankan untuk menggunakan solusi optimal, apabila tujuan dari perusahaan tersebut adalah mencari total penerimaan yang maksimum maka produk yang harus diproduksi adalah keripik dan dodol salak yang mana jumlah total penerimaan yang akan diterima oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 960.457,00. Secara optimal perusahaan harus mengorbankan atau tidak memproduksi manisan salak karena ketersediaan bahan baku dan tenaga kerja akan habis oleh produksi keripik dan dodol salak. Tetapi jika kondisi perusahaan mengharuskan untuk melakukan lebih banyak diversifikasi produk berbahan baku buah salak untuk memperluas pangsa pasar dan tujuan dari perusahaan itu tidak hanya ingin mencari penerimaan yang maksimum maka, perusahaan bisa melaksanakan proses produksinya sesuai kondisi aktualnya yaitu dengan tetap memproduksi manisan salak dengan total penerimaan yang didapat seperti dari kondisi aktualnya yaitu sebesar Rp. 732.000,00.
DAFTAR PUSTAKA Astri Indah Sari.2007.Analisis nilai tambah dan Efisiensi Pemasaran Keripik dan Dodol Salak, Skripsi ( tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Balai Pertanian. 2013. Realisasi Tanam, Panen, Produksi, Produktivitas Salak Lokal Kabupaten Tasikmalaya 2007-2012. Kab. Tasikmalaya Bayu Krisnamurthi. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta. Buchari Alma. 2004. Dasar-Dasar Bisnis dan Pemasaran. Alfabeta. Bandung
14
J. Supranto. 1983. Linear programming. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta J. Supranto. 1983. Teknik Pengambilan Keputusan. Rineka Cipta. Jakarta Koprindag. 2013. Potensi Sentra IKM Makanan Kabupaten Tasikmalaya 2011. Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kab. Tasikmalaya. Muslimin Nasution. 2002. Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan untuk Agroindustri. IPB PRESS. Bogor Nur Tjahjadi. 1991. Bertanam salak. Kanisius. Yogyakarta Pangestu Subagyo, Marwan Asri, Titani Handoko. 2000. Dasar-Dasar Operations Research Edisi 2. yogyakarta : BPFE Rina
kusniawati. (2010). “Penarikan Sampel”. http://METODOLOGI%20PENEL ITIAN%20%20PENARIKAN%20SAMPEL.htm [10 Mei 2013].
(online).
Santi Pelitawati. 2007. Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya pada Agroindustri beras ketan dalam meningkatkan pendapatan pengusaha, skripsi ( tidak di publikasikan). Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi. Tasikmalaya Soekartawi.1992.Linear programming.CV Rajawali.Jakarta Utara Soewartoyo. (http://www.scribd.com/doc/118546817/Pengaruh-Laba-Bersih-TerhadapMo dal-PT-tambang-Batubara-Bukit-Asam-Tbk-Dan-Anak-PerusahaanHusnul-Khoti mah-Dan-Novianti-Wulansari. 10/05/2013) Sri Mulyono. 2007. Reset Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Tarmizi. 2005. (http://kuliahitukeren.blogspot.com/2013/03/pengertian-optimasi-danlinear.html. 10/05/2013) Widji Anarsis. 1996. Agribisnis Komoditas Salak. Bumi Aksara. Jakarta. Wikipedia. 2013. “Usaha Kecil dan Menengah”. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Usah a Kecil_dan_Menengah. [10 Mei 2013]. Wikipedia. 2013. “Salak”. (online). http://id.wikipedia.org/wiki/salak. [25 Mei 2013].
15