KASUS ETIKA PROFESI LAPAS CEBONGAN “SERDA Ucok Tigor Simbolon, Cs.”
A. IDENTIFIKASI ISU 1. ISU FAKTUAL
APA YANG TERJADI? Penyerangan lapas cebongan, Sleman, Yogyakarta yang dilakukan oleh sejumlah kopasus terhadap tahanan titipan POLDA DIY.
DIMANA DAN KAPAN TERJADI Kejadian ini terjadi di Lapas Cebongan, Sleman - Yogyakarta. Pada tanggal 23 Maret 2013.
SIAPA YANG TERLIBAT Penyerangan tersebut dilakukan oleh 11 orang yaitu Serda Ucok Tigor Simbolon, Serda Sugeng Sumaryoto, koptu kodik. Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rahmanto, Sertu Ikhmawan Suprapto, Sertu Marthinus Roberto Paulus, Sertu Herman Siswoyo. Serma Rokhmadi, Serma
Muhammad
Zaenuri,
dan
Serma
Sutar.
MENGAPA HAL ITU TERJADI Hal ini terjadi bermula dari tindak penganiayaan oleh sejumlah preman yang menewaskan anggota kopasus Serka Heru Santosa di Hugos Cafe Yogyakarta.
BAGAIMANA HAL INI TERJADI Kejadian ini berdasarkan rasa “setia kawan” dan menjujung tinggi jiwa korsa yang bermula dari sejumlah preman menghilangkan nyawa serka Heru, sehingga penyerangan ini bermotif balas dendam.
2. ISU KONSEPTUAL
Pembunuhan ? Pembunuhan berarti perkara atau perbuatan membunuh hingga menghilangkan nyawa orang.
Konsep Pembunuhan ? Perbuatan
yang
dikatakan melakukan
pembunuhan
adalah
perbuatan oleh siapa saja yang sengaja merampas nyawa orang lain. Jika pembunuhan berencana, pelaku tersebut dapat diancam dengan pidana penjara selama waktu tertentu paling lama 20 tahun atau seumur hidup, atau dapat diancam dengan pidana mati (pasal 30 KUHP). Unsur–unsur pembunuhan berencana adalah dilakukan sengaja, dengan cara merencanakan pembunuhan terlebih dahulu, yang akhirnya dapat menghilangkan nyawa orang lain lain.
Kenapa disebut Korban ? Korban atas orang lain adalah akibat perbuatan yang disebabkan oleh orang lain (tersangka) kepada orang yang maksud menjadi objek penderita (korban). Selain itu, korban atas diri sendiri adalah akibat perbuatan (tersangka) yang secara sengaja atau tidak sengaja ikut menjadi objek penderita (korban).
B. STAKEHOLDER HUGO’S CAFÉ Yogyakarta Masyarakat
Pemerintah
Keluarga Korban dan Pelaku
KASUS LAPAS CEBONGA N
Korban LAPAS CEBONGAN
Kopassus Kandang Menjangan Kartosuro
Petugas LAPAS CEBONGAN
POLDA DIY
Note : Yang terkait dengan kasus lapas cebongan yaitu oknum kopasus kertosuro diantaranya Serda Ucok Tigor Simbolon(sebagai otak penyerangan), Serda Sugeng Sumaryoto, koptu kodik (pelaku utama lainnya), Sertu Tri Juwanto, Sertu Anjar Rahmanto, Sertu Ikhmawan Suprapto, Sertu Marthinus Roberto Paulus, Sertu Herman Siswoyo (pelaku pendukung), Serma Rokhmadi, Serma Muhammad Zaenuri, dan Serma Sutar (bawahan yang tidak melaporkan) Pada kasus tersebut Petugas LAPAS CEBONGAN menjadi korban oleh anggota Kopasus yang meminta untuk bertemu dengan tahanan titipan, karena Petugas tersebut tidak mau menunjukan keberadaan tahanan titipan tersebut, sedangkan Polda DIY menjadi korban karena anggota Kopasus tersebut membawa bon tahanan dengan kop surat atas nama “POLDA DIY”, Setelah beberapa kopasus melumpuhkan sipir (yang mana sipir tidak dibekali dengan senjata ), mereka langsung menuju ruang Tahanan titipan tersebut dan langsung mengeksekusi hingga tewas tahanan titipan tersebut. Korban (Tahanan titipan POLDA DIY) yang mana seharusnya mendapatkan perlindungan dari negara (sesuai dengan hukuman dari penegak keadilan ) tetapi yang terjadi malah dihabisi. Keluarga dari korban tahanan titipan tersebut meminta kejelasan dari kejadian tersebut secara terbuka, tidak lain yaitu untuk menegakkan keadilan bagi seluruh korban. Gambaran kasus LP Cebongan mencerminkan bahwa bobroknya pertahanan keamanan dan perlindungan di negeri ini dan pada akhirnya citra citra pemerintah rusak khususnya instansi yang terkait dengan pertahanan keamanan dan perlindungan negri ini. Dengan demikian masyarakat merasa tidak aman dan nyaman karena orang – orang yang berada di pertahanan keamanan dan perlindungan di negeri ini tidak memberikan perlindungan terhadap masyarakat sepenuhnya yang ada ancaman bagi warga Negara di negeri ini. Tahanan titipan tersebut bermula menghabisi serka Heru Santosa yang mana termasuk anggota kopasus kertosuro di Hugo’s Café, dengan kejadian
tersebut maka teman dari Serka Heru Santosa melakukan pembunuhan terhadap 4 tahanan titipan tersebut atas dasar balas dendam.
C. PARADIGMA NEGATIF DAN PARADIGMA POSITIF Beberapa Hipotesa / Kemungkinan Terjadi: 1. Pembunuhan berencana dengan motif balas dendam (-) 2. Menjunjung tinggi jiwa korsa yang ditanamkan oleh pendidikan Militer yang merupakan kepatuhan dan kesetiaan. (+) 3. Penyerangan yang dilakukan secara sengaja. (-) 4. Membela kehormatan kesatuan. (+) 5. Rasa setia kawan. (+) 6. Hancurnya citra pembela Negara dimata masyarakat. (-) 7. Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) karena telah menghilangkan nyawa orang lain. (-) 8. Lemahnya Standar Operasional Prosedur (SOP) pengamanan lapas. (-) 9. Memberantas preman. (+) D. DIAGRAM GARIS PN
PP
1
3
7
6
8
p
9
5
2
4
E. FLOW CHART Mulai
Kasus Lapas Cebongan
Apakah perlu menjujung jiwa korsa dan setia kawan?
YA
Tidak Jiwa korsa dan setia kawan tidak ditunjukkan dengan kekerasan
Apakah sikap tersebut membela kehormatan kesatuan?
YA
Tidak Sikap tersebut merusak citra kesatuan militer
YA
Apakah sikap tersebut melanggar HAM ?
Tidak
Jika prosedur yang dilakukan kesatuan benar
YA
Apakah dengan memberantas preman?
Tidak
Tidak dengan motif balas dendam
Kopasus Melakukan Pembunuhan Berencana
ISU MORALITAS : Sejumlah kopasus kertosuro melakukan pembunuhan atas dasar balas dendam terhadap empat tahanan titipan POLDA DIY. Pembunuhan adalah perbuatan yang tidak manusiawi dan tidak baik karena perbuatan membunuh sama halnya dengan menghilangkan nyawa orang. Seharusnya oknum kopasus kertosuro tidak melakukan balas dendam dengan asas jiwa korsa, karena suatu tindak kejahatan tidak sepantasnya juga dibalas dengan kejahatan. Dengan perbuatan tersebut oknum kopasus berarti tidak membela kehormatan kesatuan karena perbuatan tersebut pada akhirnya merusak citra oknum kopasus kertosuro pada khususnya. Pelanggaran HAM yang dilakukan oknum kopasus kertosuro yaitu melakukan perbuatan pembunuhan yang tidak sesuai dengan prosedure. Sebaiknya oknum kopasus kertosura mengikuti aturan hukum yang dilakukan penegak keadilan terhadap tahanan tersebut yaitu cukup dengan memberikan hukuman penjara atas perbuatan empat tahanan titipan tersebut. Dengan adanya kejadian tersebut, menunjukkan bahwa pembela negara tidak memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.