KARYA TULIS PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP OVARIUM MENCIT (Mus musculus L.)
Oleh: Dwi Ariani Yulihastuti, S.Si., M.Si. Ni Wayan Sudatri, S.Si.,M.Si.
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016
i
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa karena atas berkatNya penulis berhasil menyelesaikan karya tulis yang berjudul ” Kualitas pengaruh radiasi sinar gamma terhadap ovarium mencit (mus musculus L.) ” tepat pada waktunya. Dalam
kesempatan
ini
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada: 1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana yang telah mendanai penelitian ini melalui dana PNBP Hibah Dosen Muda Tahun Anggaran 2015. 2. Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si. selaku pembimbing yang banyak memberikan arahan kepada penulis selama penelitian berlangsung. 3. Ni Made Suartini, S.Si.M.Si. atas bantuannya selama penelitian. 4. Bapak I Wayan Balik, selaku teknisi di bagian Radiologi RSUP Sanglah atas kerjasamanya. Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar di dalam penulisan-penulisan berikutnya menjadi lebih sempurna. Dan semoga tulisan ini dapat memberikan mamfaat bagi pihak yang memerlukannya.
Denpasar, Januari 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
3
BAB III.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………………..
5
BAB IV. METODE PENELITIAN……………………………………………… 5 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN…….………………………………
7
5.1 Hasil……………………………………………......…………….......
7
5.2. Pembahasan……………………………………………..............
9
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….
11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
12
iii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Hasil rata-rata dan standar error bobot badan awal dan mencit betina (Mus musculus L.)yang terpapar radiasi sinar gamma secara berulang……..6 Tabel 2. Hasil rata-rata dan standar error bobot uterus & ovarium (gr) serta panjang siklus estrus (hari) mencit betina (Mus musculus L.)yang terpapar radiasi sinar gamma secara berulang…………………………………………………………..……… 6
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Gambaran epitel vagina mencit betina (Mus musculus L.) yang diradiasi sinar gamma pada tahapan siklus estrus……………. Gambar 2. Ovarium mencit betina (Mus musculus L.) yang diradiasi sinar gamma Keterangan : A. Korpus luteum (pembesaran 40x)….
7 8
iv
BAB 1. PENDAHULUAN Sinar gamma sudah biasa digunakan dalam bidang kedokteran, industri, hidrologi, pengawetan pangan dan beberapa bidang lainnya. Sinar ini termasuk ke dalam radiasi pengion dengan daya tembus tinggi seperti halnya sinar x. Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila melalui suatu materi akan mengionkan materi yang dilaluinya (Teddy, 2009) Dalam bidang kedokteran, terutama kedokteraan nuklir, preparat radioaktif yang memancarkan
radiasi gamma dipakai mendiagnosis penyakit dan
terapi kanker.
Dengan adanya tehnik terapi radioaktif ini, harapan hidup pasien yang menderita kanker menjadi meningkat (Baker, 2008). Namun, segala sesuatu ada sisi positif ada pula sisi negatifnya. Begitu juga halnya sinar gamma, selain memberi manfaat positif, efek negatifnya terhadap kesehatan juga sering diperbincangkan. Oleh karena sinar ini tergolong ke dalam radiasi pengion, maka sinar ini akan mengionkan bahan-bahan yang dilaluinya, termasuk bahan biologi yaitu sel. Ketika dilakukan terapi, tidak hanya selsel kanker yang terbunuh, namun kadang-kadang sel-sel yang sehat juga ikut mati/rusak. Bila sel tersebut tidak langsung mati namun di dalam inti selnya telah terjadi perubahan, kemungkinan dalam waktu tertentu ia akan berubah menjadi sel-sel kanker baru (Balentova, 2007). Sel-sel dan jaringan mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap pengaruh radiasi. Sel-sel yang sedang aktif membelah seperti; sel-sel pembentuk sel darah, sel-sel embrio dan sel-sel gonad (ovarium dan testis) termasuk sel-sel yang sangat peka terhadap paparan radiasi. Hasil penelitian Sudatri dkk (2015) tentang kualitas sperma yang terpapar radiasi sinar x menunjukkan bahwa radiasi sinar x secara berulang berpengaruh nyata terhadap kualitas sperma mencit. Demikian juga hasil penelitian Suharjo (2002), menunjukkan bahwa mencit jantan yang diiradiasi dengan radiasi sinar X
dosis tunggal 200 rad mengalami penurunan jumlah dan diameter Tubulus
Seminiferus. Berat badan dan berat testis tikus jantan yang diradiasi dengan dosis 2 sampai 5 gray juga mengalami penurunan (Yamasaki, et al. 2010). Sedangkan hasil penelitian Zhang et al.(1999) menunjukkan motilitas reaksi akrosomal sperma manusia yang diberikan radiasi tinggi 16, 32, dan 64 gray dikombinasikan dengan ion 16O+ 6 mengalami penurunan yang sangat tajam. Pasien kanker anak-anak yang menerima kemoterapi dan pengobatan radiasi berulang menerima resiko untuk mengalami
1
kemandulan lebih besar di masa dewasanya dibandingkan dengan yang normal ( Lawrenz et.al., 2012). Dengan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh radiasi sinar gamma secara berulang terhadap sistem reproduksi betina, khususnya panjang siklus estrus dan jumlah gambaran ovarium mencit betina.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Sinar Gamma Sinar gamma mempunyai kemiripan dengan sinar x, yaitu radiasi pengion yang mempunyai daya tembus tinggi dan tidak bermuatan. Perbedaan antara sinar gamma dan sinar x terletak pada frekuensi dan panjang gelombangnya. Sinar gamma mempunyai frekuensi 10 20–1025Hertz dan panjang gelombangnya jauh lebih pendek dari sinar X yaitu
10-11– 10 -8cm sedangkan sinar x frekuensi 106–1020 Hertz dan
panjang gelombangnya 10-9– 10-6cm. Perbedaan lainnya adalalah sinar X dibangkitkan melalui pesawat sinar X sehingga kekuatan sinarnya dapat diatur dengan menaikkan dan menurunkan voltase listrik, sedangkan sinar gamma dipancarkan langsung oleh inti atom radioaktif (Sumardika, 2009; Muklis, 2000). Efek radiasi pada tubuh tergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka pendek tapi dosisnya besar) atau diberikan secara kronis (dalam jangka panjang namun dosisnya rendah). Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi. Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda (Zubaidah, 2011). Jika dosis terserap 5 Gy diberikan secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul. Hasil Penelitian Cahyati dkk (2012) menunjukkan bahwa disfungsi ovarium karena penurunan kadar estrogen akibat radiasi, kembali pulih setelah diberikan konsumsi isoflapon.
Reproduksi mencit Salah satu cara untuk mengetahui status reproduksi hewan adalah dengan melihat siklus estrusnya. Siklus estrus merupakan gambaran perubahan kadar hormon 3
reproduksi akibat aktivitas ovarium yang dikontrol oleh hormon gonadotropin. Perubahan hormon reproduksi ini akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan penyusun organ reproduksi, salah satunya adalah lapisan epitel vaginanya (Janika, 2013). Siklus estrus pada mencit dan tikus terjadi dalam 2 fase, yaitu; fase follicular yang terdiri dari fase proestrus dan estrus, serta fase luteal yang terdiri dari fase medestrus dan diestrus. Pada fase pro estrus, sel epitel vagina berbentuk oval berwarna biru dengan inti berwarna merah muda pada pewarnaan giemsa, sedangkan pada fase estrus sel epitel vagina mengalami penandukan (kornifikasi), tanpa inti dan berwarna pucat. Pada fase medestrus, sel epitel vagina mengalami kornifikasi disertai adanya sel-sel leukosit. Dan pada fase diestrus, sel epitel berinti disertai dengan adanya sel leukosit. Perubahan epitel pada siklus estrus ini disebabkan karena adanya perubahan hormon reproduksi, terutama hormon estrogen (Janika, 2013). Mencit adalah hewan poliestrus, maksudnya hewan ini dapat mengalami banyak siklus estrus dalam satu tahunnya. Dan setiap kali estrus, jumlah ovum yang dihasilkan lebih dari satu, bahkan bisa mencapai 15 sehingga setiap kali beranak mencit bisa mencai 15 ekor. Jumlah folikel yang berkembang menjadi folikel de Graaf dan akhirnya menghasilkan ovum sangat tergantung dari pengaruh hormonal dan beberapa faktor luar seperti makanan, paparan radiasi dan sebagainya. Sel-sel dan jaringan mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap pengaruh radiasi. Sel-sel yang sedang aktif membelah seperti; sel-sel pembentuk sel darah, sel-sel embrio dan sel-sel gonad (ovarium dan testis) termasuk sel-sel yang sangat peka terhadap paparan radiasi. Radiasi berulang dengan dosis tertentu telah terbukti menyebebabkan mandul makluk hidup. Hasil penelitian Sudatri dkk (2015) tentang kualitas sperma yang terpapar radiasi sinar x menunjukkan bahwa radiasi sinar x secara berulang berpengaruh nyata terhadap kualitas sperma mencit. Penelitian Setyanningsih dkk(2014) menunjukkan telur mandul yang terbentuk disebabkan karena nyamuk jantan mandul tidak berhasil melakukan perkawinan dengan nyamuk betina karena terjadinya perubahan morfologi dari alat kelamin nyamuk jantan akibat proses iradiasi, perubahan morfologi alat kelamin ini dapat menyebabkan transfer sperma ke nyamuk betina akan terhambat,sehingga dapat berakibat pada tidak dibuahinya sel telur yang dihasilkan. Demikian juga hasil penelitian Setyaningsih dkk (2015) menunjukkan bahwa telur yang dihasilkan dari perkawinan nyamuk Culex jantan yang diradiasi dengan sinar gamma dosis 70 Gy menjadi steril. 4
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh radiasi sinar gamma secara berulang terhadap ovarium mencit (Mus musculus L.).Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai landasan pengetahuan dan dapat memberikan sumbangan informasi tentang efek radiasi sinar gamma terhadap ovarium, sehingga pada manusia, diagnosis maupun terapi dengan sinargamma dilakukan lebih hati-hati .
BAB 4. METODE PENELITIAN Pemeliharaan hewan coba dilakukan di kandang percobaan dan laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi UNUD serta radiasi dilakukan di Bagian Radiologi RSUP Sanglah Denpasar. Pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dilakukan selama kurang lebih 2 bulan dan dilanjutkan dengan pengumpulan data. Alat alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dissecting set, hand counter, timbangan, bak paraffin, gelas ukur, cawan, petri, pipet tetes, , kaca preparat dan gelas penutup, mikroskop cahaya dan mikroskop stereo, serta pesawat Radio Gamma merek Stabilipan buatan Siemens (bagian Radiologi RSUP Sanglah). Bahan- bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah NaCl 0.9%, pewarna Geimsa 2% dalam aquades, Eosin, Hematoxylin, NBF 10%, alkohol absolute, alkohol 70% dan xylol. Sedangkan hewan coba yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 40 ekor mencit betina (Mus musculus L.) galur Swiss, umur 3 bulan, berat badan 25-30 gram yang diberi makan pelet standar untuk ayam dan air minum ad libitum. Rancangan Percobaan Dalam penelitian ini dipergunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dimana : 30 ekor mencit betina diradiasi, sedangkan 10 ekor sebagai kontrol (K). -
Kelompok pertama (P1)10 ekor diradiasi dengan sinar Gamma dosis 1x 2 gray
-
Kelompok kedua (P2)10 ekor diradiasi dengan sinar Gamma dosis 2 x 2 gray
-
Kelompok ketiga (P3)10 ekor diradiasi dengan sinar Gamma dosis 3 x 2 gray
5
Apusan vagina dibuat dengan metode oles, yaitu dengan memasukkan ujung cotton bud yang telah dicelupkan ke dalam larutan fisiologis NaCl 0.9%, diputar-putar sedikit di dalam vagina mencit. Cotton bud kemudian dioleskan di atas gelas objek yang telah ditetesi NaCl 0.9%, lalu dibuat preparat apusan, selanjutnya difiksasi dengan alkohol 70% selama 5 menit. Preparat selanjutnya diberi pewarna Giemsa dan dibiarkan beberapa menit, kemudian preparat dicuci dengan air mengalir dan dibiarkan kering angin . Preparat diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10. Apabila mencit dalam keadaan sedang mengalami estrus, maka 75% sel epitel vaginanya akan ditemukan dalam keadaan kornifikasi (menanduk) dan sisanya (25%) adalah sel epitel kornifikasi menumpuk (Rina, 2013). Jarak antara
fase estrus dengan fase estrus berikutnya dihitung dengan
mengamati apusan vagina selama dua kali siklus setelah dilakukan radiasi sesuai dosis percobaan. Dan setelah pengamatan siklus estrus, mencit dibiarkan selama 12 jam untuk mencapai fase metestrus. Mencit kemudian dibedah, organ ovarium diambil dan difiksasi dengan NBF 10%. Selanjutnya dibuat preparat. Preparat kemudian diamati di bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 10 x 5 dan dihitung jumlah korpus luteum di permukaan ovarium. Peningkatan jumlah korpus luteum menunjukkan banyaknya sel telur (ovum) yang dihasilkan
atau dengan kata lain semakin meningkatnya
kesuburan. Pengolahan data Data kuantitatif yang didapatkan akan diolah secara statistik dengan analisis sidik ragam One Way ANOVA dengan menggunakan program komputer. Dan Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka untuk menguji perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan uji LSD. Sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk gambar dan table diskripsi.
6
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pemaparan radiasi sinar gamma dengan dosis 2 gray (gy)secara berulang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap beberapa variabel
yang diamati. Hasil pengamatan dan uji one way ANOVA
ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut. Tabel 1. Hasil rata-rata dan standar error bobot badan awal dan bobot akhir mencit betina (Mus musculus L.)yang terpapar radiasi sinar gamma secara berulang No 1
Perlakuan K (Kontrol)
Bobot badan awal (gram) 21.12 ± 0.85 a
Bobot badan akhir (gram) 25.70 ± 1.25 a
2
P1 (30 hari)
26.6 ± 1.55
a
27.48 ± 0.73
a
3
P2 (50 hari)
23.28 ± 0.41
a
24.88 ± 1.0
a
4
P3 (70 hari)
22.28 ± 0.91
a
26.26 ± 1.84
a
Tabel 2. Hasil rata-rata dan standar error bobot uterus & ovarium (gr) serta panjang siklus estrus (hari) mencit betina (Mus musculus L.)yang terpapar radiasi sinar gamma secara berulang No
Perlakuan
Panjang siklus estrus (hari)
K (Kontrol)
Bobot ovarium&uterus (gram) 120 ± 6.32 a
1 2
P1 (30 hari)
120 ± 7.74
a
3.70 ± 0.30
3
P2 (50 hari)
132 ± 15.6
a
5.10 ± 0.24 a
4
P3 (70 hari)
152 ± 6.63
a
7.20 ± 0.96
4.40 ± 0.29 a a b
Hasi uji ANOVA menunjukkan bahwa bobot ovarium dan uterus mencit betina (Mus musculus L.yang terpapar radiasi sinar gamma secara berulang menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P=0.60). Sedangkan hasil uji ANOVA terhadap siklus estrus mencit betina (Mus musculus L.) yang terpapar radiasi sinar gamma secara berulang menunjukkan perbedaan yang nyata (P=0.002).
7
A
C
B
D
Gambar 1. Gambaran epitel vagina mencit betina (Mus musculus L.) yang diradiasi sinar gamma pada tahapan siklus estrus Keterangan : A. proestrus B. Estrus C. Medestrus D.Diestrus (pembesaran 100x, pewarnaan Giemsa, foto opticlab)
8
A
Gambar 2. Ovarium mencit betina (Mus musculus L.) yang diradiasi sinar gamma Keterangan : A. Korpus luteum (pembesaran 40x foto opticlab) 5.2. Pembahasan Bobot badan awal dan bobot badan akhir mencit betina yang diradiasi dengan sinar gamma dosis 2 gy secara berulang tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Demikian juga halnya dengan bobot basah ovarium dan uterusnya. Sedangkan panjang siklus estrus tikus betina yang diradiasi sinar gamma menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini kemungkinan disebabkan karena rusaknya sel-sel ovarium yang terkena radiasi dosis berulang. Seperti diketahui bahwa radiasi gamma merupakan radiasi pengion, yang artinya radiasi ini mampu mengionkan materi yang dilaluinya, dalam hal ini adalah sel-sel ovarium. Sel-sel yang sedang aktif membelah seperti sel-sel pembentuk darah dan sel-sel gamet termasuk ovarium sangat sensitif
terhadap
pengaruh radiasi. Hasil penelitian Qomariah dkk (2013) menunjukkan terjadinya penurunan kuantitas sel-sel hemopoitik yaitu sel CD34 dan sel B220 yang diradiasi sinar gamma. Dan penurunan kuantitas ini sejalan dengan meningkatnya dosis sinar gamma yang digunakan.Penurunan kuantitas sel ini terjadi akibat rusaknya DNA di kromosom sehingga sel menjadi nekrotik (Diaz et al. 1997). Radiasi mengubah karakteriktik inti dan sitoplasma sel. Dan sel sel Follikel De Graaf sangat sensitif terhadap pengaruh radiasi. Radiasi juga memicu perubahan produksi horman yang dihasilkan oleh kelenjar gonad yang berperan terhadap perkembangan sel-sel ovarium. Kerusakan sel-sel ovarium ini berpengaruh terhadap 9
hormon-hormon reproduksi yang dihasilkan seperti estrogen dan progesterone. Penurunan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron dalam plasma akan mempengaruhi siklus estrus mencit tersebut. Kadar hormone estrogen yang rendah akan membuat siklus estrus mencit menjadi lebih panjang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lee et.al.(1998) menunjukkan terjadinya penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada mencit yang diradiasi. Penurunan hormon ini disebabkan karena inaktifnya enzim hydroxy steroid dehydrogenase dan atau enzim isomerase di sel-sel theca dan memblokade aktivitas sel-sel granulose di dalam folikel. Hasil penelitian Cahyati dkk. (2012) juga sejalan dengan pernyataan di atas bahwa terjadi disfungsi ovarium dan stress serta penurunan hormone estrogen yang dialami mencit akibat paparan radiasi. Dan juga efek radiasi lain yg apabila mengenai sel telur adalah menopause dini. Penurunan hormon ini akibat terjadinya peningkatan radikal bebas dari paparan radiasi ggama sehingga terjadi peningkatan pemakaian enzim oksidan dan sebagai akibatnya selpun menjadi rusak. Demikian juga hasil penelitian Dicu et. al.(2008) menunjukkan terjadi peningkatan jumlah sel ovarium yang mati akibat paparan radiasi gamma yang bersifat meracuni sel. Banyaknya sel-sel ovarium yang mati akibat radiasi berpengaruh terhadap hormone estrogen dan progesterone yang dihasilkan. Hormon estrogen dan progesterone yang dihasilkan berpengaruh terhadap siklus estrus. Kadar estrogen yang rendah akan memperpanjang siklus estrus, atau dengan kata lain menurunkan fertilitas. Dan bahkan kadar estrogen yang terlalu rendah bias memicu terjadinya menopause dini.
10
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan maka pemaparan radiasi sinar
gamma dosis 200 rad
dapat disimpulkan bahwa
yang dilakukan secara berulang
memberikan pengaruh yang nyata terhadap semakin panjangnya siklus estrus mencit (Mus musculus L.).
6.2. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh radiasi sinar gamma secara berulang terhadap profil hormon reproduksi mencit betina.
11
DAFTAR PUSTAKA Baker, Mike, 2008. Role of Epigenic Change in Direct and Indirect Radiation Effects. Univercity of Lethbrigde. Canada.pp. 144. Bigsby, Robert M. Shailaja Valluri, Jennifer Lopez, Marc S. Mendonca, Andrea Caperell-Grant, Colleen DesRosiers, and Joseph R. Dynlacht.2009. Ovarian Hormone Modulation of Radiation-Induced Cataractogenesis: Dose-Response Studies IOVS 50( 7):3304-3310 Cahyati, Y., Didik rahadi Setyo, Unggul . PJuswono. 2012. Efek Radiasi pada Penurunan Estrogen yang Disertai Konsumsi Isoflavopon untuk Mencegah Menopause Dini pada TerapiRradiasi. Jurnal Natur B. Available at : http://natural-b.ub.ac.id Dias, F. da Luz, Lusânia M.G. Antune and Catarina S. Takahashi.. 1997. Effect of taxol on chromosome aberrations induced by gamma radiation or by doxorubicin in Chinese hamster ovary cells . Braz. J. Genet..20 (3) Dicu T.,Brie I.,Virag P.,Perde M. 2008.Genotoxic effects of Cobalt-60 on Chinese Hamster Ovary Cell. Nucleotika. 53(4): 161-165 Lawrenz B. , R. Rothmund, E. Neunhoeffer, S. Huebner, M. Henes. 2012. Fertility Preservation in Prepubertal Girls Prior to Chemotherapy and Radiotherapy— Review of the Literature. Journal of Pediatric and Adolescent Gynecology. 25(5): 284-288 Lee Y-K., Hwa-Hyoung, Chang, Won-Rok Kim1, Jin Kyu Kim,And Yong-Dal Yoon. 1998. Gamma-Radiation And Ovarian Folliclesarh Hig Rada.. Toksikol. 49 ( 2),:147–153 Mukhlis A., 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi.Penerbit Rineka Cipta. Jakarta, hal 3133. Janika Sitasiwi, Agung. 2013. Hubungan Kadar Hormon Estradiol 17-β dan Tebal Endometrium Uterus Mencit selama satu Siklus Estrus. Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP. Available at: http://eprints.undip.ac.id/6192/1/Agung_JS,_Hubungan_Antar_Kadar_Hormon _Estrogen_Dengan_Kete%E2%80%A6.Pdf Qomariyah N., Muhaimin Rifa’I,Unggul P. Juswono.2013. Efek Paparan Radiasi Gamma Terhadap Sel Hematopoietik pada Sumsum Tulang. Natural B. 2, (1). Rina, P., Intan Wiratmini, Ni Wayan Sudatri. 2013. Pengaruh Pemberian Rhodamin B Terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L) Betina .Jurnal Biologi. XVII(1):21-23 Setyaningsih R., Maria Agustini, Damar Tri Boewono,, Ali Rahayu 2014. Aplikasi Teknik Serangga Mandul (Tsm) Terhadap Sterilitas Telur Dan Penurunan Populasi Aedes Aegypti Di Daerah Urban Kota Salatiga. Bul. Penelit. Kesehatan 42(1): 15 - 24 Setyaningsih R., Widiarti, Bambang Heriyanto. 2015. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Co-60 Terhadap Sterilisasi dan Perkembangan Embrio Culex quinquefasciatus . Media Litbangkes.25(1): 51-58
12
Sudatri,N.W. ,Ni Made Suartini, Anak Agung Sagung Alit Sukmaningsih, Dwi Ariani Yulihastuti .2015. Kualitas Spermatozoa Menc it yang Terpapar Radiasi Sinar-X Secara Berulang .Jurnal Veteriner 16(1): 51-56 .Sumardika, Alit I.B., 2009. Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia. Jurnal Teknologi Elektro.Vol 8 (1). Suharjo, 2002. Efek Radiasi Dosis Tunggal Pada Sel Spermatogenik Mencit Dewasa Strain Quacker Bush (CSL). Jurnal Bionatura. Vol 4 (2). 87-95. Tedy. 2009. Radioaktivitas-Sinar gamma. .Available at: http://kliktedy.wordpress.com/2009/10/20/radioaktivitas-sinar-gamma/ Yamasaki, Hideki., Moses A. Sandrof, and Kim Boekelheide. 2010. Suppression of Radiation-Induced Testicular Germ Cell Apoptosis by 2,5-Hexanedione Pretreatment. I. Histopathological Analysis Reveals Stage Dependence of Attenuated Apoptosis. Toxicological Sciences 117(2), 449–456 Zhang H, Wei ZQ, Li WJ, Li Q, Dang BR, Chen WQ, Xie HM, Zhang SM, He J, Huang T, Zheng RL.1999. Effects of 16O+6 ion irradiation on human sperm spontaneous chemiluminescence, motility,acrosome reaction and viability in vitro. Pubmed 32(1):1-6. Zubaidah, Alatas. 2011. Paradigma Baru Radiasi Dosis Rendah. .Buletin Alara 11(2): 97-103
13