GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) ANAK DI BANGSAL IBNU SINA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh: RETNO CAHYANI 20040320109
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2008
GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) ANAK DI BANGSAL IBNU SINA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh: RETNO CAHYANI 20040320109
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2008 i
HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) ANAK DI BANGSAL IBNU SINA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada tanggal: 08 November 2008
RETNO CAHYANI 20040320109
Dosen Pembimbing
(dr. Kusbariyanto, M. Kes)
ii
HALAMAN PANGESAHAN Karya Tulis Ilmiah GAMBARAN PERAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) ANAK DI BANGSAL IBNU SINA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal: 08 November 2008 Oleh: RETNO CAHYANI NIM 20040320109 Dewan Penguji: dr. Kusbariyanto., M. Kes
(………………….)
Noor Ariyani R., S.Kep, Ns
(...........................)
Mengetahui Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M. Kes)
iii
“Sesungguhnya, dalam menciptakan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : YA Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q. S Ali Imron: 190-191) Ya Rabb, jauhkan hati ini dari sombong dan angkuh ketika diri berilmulindungi hati ini dari malas putus asa ketika diri bodohsebagai tanda syukurku atas nikmatNYA berupa :
Ibu,Ibu,Ibu,dan Bapak, mereka yang bahagianya kunanti dan kusayang, karena tanda pengorbananya aku tidak bisa seperti sekarang ini.mereka yangkusayang:
kak’Solihin dan kak’Andry (yang selalalu menemaniku dalam suka dan duka baik dorongan spiritual dan moril tanpa mengenal lelah),Yu’Fatim, M’Fandi,M’munir,Agus saudara-saudaraku yang tinggal di Jogja;harapan dan keindahan persaudaraan Sahabat-Sahabat Dalam Hidup: Afni,Cory,Dije,Dieca,Sundari,Rini,ipoeng(geng AsramaMenurIndah),T’Susan,Yuli,Selvy,Imadan temen-temen lain yang belum Kusebut namanya atas dorongan,nasehat,dan bantuanya; keteladanan dan kebersamaan Bunga Keberanian yang menjaga; kesabaran dan kelembutan TERIMA KASIH….
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr. Wb. Alhamdulillaahirabbil’aalamin, segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Rabb Semesta Alam, Allah S. W. T, yang atas izin dan kehendak-Nya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa, shalawat dan salam juga Penulis haturkan kepada manusia teladan terbaik Rasul-Nya Muhammad S.A.W, serta kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia akhir zaman. Penulisan skripsi yang berjudul GAMBARAN PERAN PERAWAT TERHADAP PERAWATAN PASIEN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) ANAK DI BANGSAL IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Oleh karenanya, Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada: 1.
dr. H. Erwin Santosa, Sp.A., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah ini. 2. Uswatun Khasanah, MNS, selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 3. dr. Kusbariyanto, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini. 4. Sri Sumaryani, S.Kep, Ns MKep, Sp.Mat, yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengujian, koreksi dan saran terhadap Karya Tulis ini. 5. Bapak Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Teman-temanku semua yang telah memberikan support dan do’a yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membantu demi penyempurnaan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan Taufik, Hidayah serta Inayah-Nya kepada kita. Amin. Wassalamu allaikum Wr.Wb. Yogyakarta, 08 November 2008
Retno Cahyani
v
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………….………………...………..……..i HALAMAN PERSETUJUAN………………....…..….……………….……..……..ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………..……….iii HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................iv KATA PENGANTAR…..…………………………………….………….…….........v DAFTAR ISI…………………………………………………………………….......vi DAFTAR TABEL …………………………………………….…………….…........xi DAFTAR SKEMA………………………………………………………………....xiii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….…...xiv INTISARI …………………………………….…………………………………….xv ABSTRACT ……………………………………………………….….……...…....xvi BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………..….1 A. Latar Belakang Masalah……………….………………….……...……..1 B. Rumusan Masalah………………………….…………………………....4 C. Tujuan Penelitian………………...…………...………………..…..........5 D. Manfaat Penelitian………………..................………………..…………5
vi
E. Ruang Lingkup Penelitian..……………………..……………..……..…6 F.
Keaslian Penelitian………………………………………………….......7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...….9 A. Peran Perawat ………………………………………………………….....9 B. Proses Asuhan Keperawatan……………………………..…….……......12 1. Pengkajian keperawatan……………………………………………..13 2. Diagnosis keperawatan………………………………………………13 3. Rencana keperawatan………………………………………………..15 4. Implementasi keperawatan…………………………………..………15 5. Evaluasi keperawatan………………………………………………..16 6. Dokumentasi asuhan keperawatan…………………………………...17 C. Asuhan keperawatan Demam Berdarah Dengue ………………………..18 D. Demam Berdarah Dengue………………………………………………..32 1. Definisi………………………………………………………..……..32 2. Patofisiologi…………...……………………………………………..32 3. Gambaran klinis……………………………………………………...36 4. Diagnosis…………………………………………………………….38 5. Penatalaksanaan……………………………………………………...39 6. Pencegahan…………………………………………………………..42 E. Kerangka Konsep……….………………….………………….….……...43 F. Pertanyaan Peneliti………………………………………………………43 vii
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………………..44 A. Desain Penelitian……………….………….………………….………….44 B. Populasi dan Sampel Penelitian………….…………….……..…………..44 C. Lokasi dan Waktu Penelitian…….…………………..…………..……….45 D. Variabel dan Definisi Operasional…….………………….…….………...46 1. Variabel………………………………………………………………46 2. Definisi operasional……………………………………………….....46 E. Instrumen Penelitian.………………………………………..…...………..47 F. Cara Pengumpulan Data….…...……………………….…….…...……….48 G. Uji Validitas dan Reliabilitas….……………………….…….…………...49 1. Uji validitas…………………………………………………………..49 2. Reliabilitas…………………………………………………………...49 H. Metode Analisis Data…………………………………….……….………51 I. Kesulitan Penelitian……………………….……………….……………...52 J. Etika Penelitian………………………….………………….……...…......53 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………………55 A. Hasil Penelitian …………………………………………………………..55 1.
Gambaran umum lokasi penelitian ………………………………….55
2.
Karakteristik responden ……………………………………………..56
3.
Distribusi pada pasien DBD di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta………………………………………...58
viii
4.
Lama perawatan pada pasien DBD di bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta............………………………………...59
5.
gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta…………………………………………………………...59 a. Gambaran
peran
perawat
dalam
pelaksanaan
pengkajian
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta……… …………………………...59 b. Gambaran
peran
perawat
dalam
pelaksanaan
diagnosis
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta …………………………………...60 c. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta …………………….……………..62 d. Gambaran
peran
perawat
dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta …………………………………...63 e. Gambaran
peran
perawat
dalam
pelaksanaan
evaluasi
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta …………………………………...64
ix
f. Gambaran peran perawat
dalam pelaksanaan dokumentasi
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta …………………………………...65 B. Pembahasan……………………………………………………………….66 1. Karakteristik responden ……………………………………………..66 2. Distribusi pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta….. ………...……………………69 3. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu Sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta ………………………………………..70 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………83 A. Kesimpulan ..............................................................................................83 B. Saran..........................................................................................................83 C. Kekuatan dan kelemahan penelitian.........................................................85 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….86 LAMPIRAN………………………………………………………………………...
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
Tabel 4.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, dan lama kerja Bangsal Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta…………............………………...........................……56
Tabel 4.2
Distribusi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Bangsal Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta…...................................................................................57
Tabel 4.3
Distribusi pasien DBD anak berdasarkan jenis kelamin di Bangsal Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta……....................58
Tabel 4.4
Lama perawtan pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta…………...…………………………59
Tabel 4.5
Gambaran peran perawata dalam pelaksanaan pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta……...………………………...60
Tabel 4.6
Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan diagnosis keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta……………………………......60
Tabel 4.7
Gambaran diagnosis keperawatan pada pasien DBD……………..61
Tabel 4.8
Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta……………….....63
Tabel 4.9
Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta …………………………...…..63
DAFTAR TABEL (Lanj.)
Tabel 4.10
Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta …………...………………...64
Tabel 4.11
Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta …………...…..65
xii
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
xiii
Kerangka Konsep Penelitian………...………………………...…43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat ijin penelitian dari PSIK UMY.
Lampiran 2
Surat ijin penelitian dari RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Lampiran 3
Surat permohonan bersedia menjadi responden.
Lampiran 4
Kuesioner penelitian
Lampiran 5
Data penelitian gambaran peran perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pasien DB/DBD anak di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
xiv
Retno Cahyani. (2008). Gambaran Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak di Bangsal Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pembimbing : dr. Kusbariyanto, M. Kes INTISARI Peran perawat merupakan tugas utama dalam peningkatan pelanyanan sebuah rumah sakit, termasuk dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan menjadi salah satu tolak ukur dalam pemberian perawatan pasien terutama pasien DBD. Peran perawat terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advocat, kolaborator, konsultan, pendidik dan peneliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah gambaran peran perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pasien demam berdarah dengue anak di Bangsal Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode diskriptif non eksperimen, jumlah sampel 12 perawat yang diambil dari semua jumlah populasi perawat di Bangsal Ibnu Sina. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar isian dan disajikan dalam bentuk kuissoner. Hasil penelitian peran perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD anak rata-rata kategori baik. Hasil pengamatan peran perawat dalam pelaksanaan pengkajian seluruhnya baik, perawat dapat memperhatikan respon klien sehingga masalah yang dihadapi oleh pasien teridentifikasi. Diagnosis seluruhnya baik karena perawat telah melakukan pengkajian mendalam pada pasien maka penyusunan diagnosis dapat optimal, rencana tindakan 91,7% dan tindakan keperawatan 75% cukup masih ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan rencana tindakan dan implementasi pelaksanaan asuhan keperawatan, evaluasi dan dokumentasi 91,7% baik perawat telah memperhatikan hasil tindakan yang telah dilakukan, dengan peran perawat yang professional sesuai standar asuhan keperawatan yang baik mampu membawa perubahan pada pasien. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, penulis mengharapkan agar peran perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya perawatan pasien demam dengue dan demam berdarah dengue di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta lebih ditingkatkan. Kata kunci: DBD, peran perawat, penatalaksanaan asuhan keperawatan.
xv
Retno Cahyani. (2008). Description of Nursing Role on intervention of nursing treatment of DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) to child patient in Ibnu Sina Class PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta. Adviser: dr. Kusbariyanto, M. Kes
ABSTRACT Nursing role is priorities task on intervention of nursing treatment in hospital, so advocate to patient, education, coordination, consultation, and research. Dengue fever (DF) and dengue hemorrhagic fever (DHF) represent endemic disease some region in Indonesia especially _ certain month of the rains moment. In Yogyakarta in the year 2006-2007 number painfulness of tired dengue 16.803 per 10.000 resident. Target of this research is to know how biro ration nurse role on intervention of nursing treatment of DHF to child patient in Ibnu Sina class PKU Muhammadiyah hospital of Yogyakarta. This study using method of descriptive non experiment, amount of sample 12 take nurse, from all nurse population in Ibnu Sina class. Intake of date done by using stuffing sheet and presented in the from of cuisine. Result of this study, nurse role on treatment to upbringing execution with child patient of DF/DHF on category level of the good. Result of perception of study 100% good, nurse can paying attention of client respond so that the problem of which is possible faced by patient identify, diagnosis 100% good because nurse after circumstantial study hence compilation of diagnosis is optimal. The action plan 91,7% and treatment action 75% enough still many matter which must be paid attention in executing action plan and implementation execution of treatment upbringing, nurse on evaluation and documentation 91,7% good have pain attention result of action which have been done, by perceiving it action can bring change at patient or still require furthermore action. By considering result of this study, writer expect nurse role on intervention of nursing especially treatment of DHF patient in PKU Muhammadiyah hospital of Yogyakarta more improved.
Keyword: DHF, nurse role, intervention of nursing treatment.
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengan penyakit demam, pilek, diare, yaitu sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Namun sejak timbulnya wabah DBD (Demam Berdarah Dengue) di Manila pada Tahun 1953-1954, yang disertai renjatan (syok) dan pendarahan gastrointestinal yang berakhir dengan kematian penderita, pandangan ini berubah. Kenyataan sekarang ialah bahwa virus dengue menempati urutan kedelapan sebagai penyebab kesakitan di Negaranegara kawasan Asia Tenggara Barat dan Pasifik Barat. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini dari kenyataan yang ada di seluruh wilayah di Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD. Sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas diperumahan penduduk maupun fasilitas umum di seluruh Indonesia (Sungkar. S, 2005). Laporan yang ada sampai saat ini penyakit DBD sudah menjadi masalah yang endemis pada 122 daerah Tingkat II, 605 daerah Kecamatan dan 1800 Desa atau Kelurahan di Indonesia (Widodo Darmowandowo, 2001). Di Indonesia Demam Berdarah Dengue pertama kali dicurigai muncul di Surabaya tahun 1968 tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970.
1
2
Di Jakarta dilaporkan pertama kali oleh Kho et al (1969), kemudian berturut-turut di Bandung dan Yogyakarta, sejak tahun 1973 penyakit dengue tidak hanya menyerang daerah urban tetapi juga menyerang daerah rural (Eran et al, 1988). Insiden tertinggi kasus yang dilaporkan ialah pada tahun 1998 (45.548 kasus dengan kematian sebanyak 1414 orang), tahun 1999 (21.134 kasus), tahun 2000 (33.443 kasus ), tahun 2001 (45.904 kasus), tahun 2002 (40.377 kasus), tahun 2003 (50.131 kasus), tahun 2004 (26.015 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang), dan pada tahun 2006-2007, kasus demam berdarah di Indonesia mencapai 16.803 kasus dan kasus yang meninggal akibat DBD sebanyak 267 kasus (Depkes, 2007). Dan data sementara selama kurun waktu bulan Januari sampai September tahun 2008 kasus demam dengue di Yogyakarta mencapai 1.768 penderita dengan 15 orang meninggal dunia (Depkes Provinsi DIY, 2008). Saat ini DBD (Demam Berdarah Dengue) menjadi endemis di kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini berjangkit dipedesaan. Menurut Suroso (cit, Prakitri 1999), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai terjangkit penyakit DBD pada tahun 1970 dengan 41 penderita dan 5 orang diantaranya meninggal, sehingga pada tahun 1986 dilaporkan bahwa Kotamadya Yogyakarta merupakan daerah endemis DBD. Karena letaknya pada jalur yang menghubungkan antara Jawa bagian Barat dengan Jawa bagian Timur, sehingga membuat kota Yogyakarta cukup rentan terhadap masuknya
penyakit-penyakit
Yogyakarta, 2002).
menular
termasuk
DBD
(Depkes
Kota
3
Pada tahun 2006-2007 angka kesakitan DBD di kota Yogyakarta mencapai 16.803 perseribu penduduk, dari data tersebut telah membuktikan bahwa kasus DBD di Yogyakarta masih cukup tinggi, terutama menyerang pada anak-anak dibawah umur 15 tahun dan juga menyerang orang dewasa. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, serta instansiinstansi yang terkait dalam sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk, akan tetapi angka kesakitan setiap tahun cenderung meningkat (Depkes, 2007). Hal ini yang membuat DBD tetap merupakan masalah kesehatan yang rumit, biasanya jumlah kasus DBD meningkat bersamaan dengan peningkatan curah hujan, oleh karena itu puncak jumlah kasus setiap daerah berbeda. Pada umumnya di Indonesia meningkat pada musim hujan sejak bulan Desember sampai dengan bulan April-Mei, maka deteksi dini penderita dan pengawasan sangat penting artinya (Hardiono D.Pusponegoro, 2004). Berdasarkan data-data diatas kasus DBD merupakan masalah kesehatan yang sangat endemik di Indonesia, maka penyakit DBD memerlukan suatu penanganan pelayanan kesehatan yang melibatkan peran seorang perawat dan tenaga-tenaga medis lainnya. Perawat merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan di bidang kesehatan, oleh karena itu perawat sekaligus merupakan bagian integral dari sistem kesehatan nasional. Dalam memberikan pelayanan dalam asuhan
keperawatan,
perawat
dituntut
untuk
meningkatkan
mutu
pelayanannya (Mundakir, 2006). Fokus utama keperawatan adalah kesehatan masyarakat dengan target populasi total dimana manusia tidak dipandang
4
hanya dari aspek fisik tetapi juga dipandang sebagai makhluk bio-psikososial-spiritual (Arwani, 2002). Perawat juga merupakan mitra yang sangat dekat dengan dokter dituntut dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang seimbang dengan profesi kedokteran sesuai dengan standar yang ada. Dalam memberikan pelayanan yang seimbang maka diperlukan adanya pengetahuan, kemauan dan ketrampilan sikap profesional mulai dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien, dengan mitra kerjanya sampai cara pengambilan keputusan (Arwani, 2001). Peran perawat sangat penting yaitu sebagai ujung tombak di ruang rawat inap dan merupakan tenaga yang paling lama kontak atau berhubungan dengan pasien yaitu selam 24 jam Penelitian ini dilakukan untuk melihat dan mengetahuai sejauh mana gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak yang dilakukan di Bangsal Ibnu sina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta terutama dalam pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi. Hal ini juga bertujuan untuk mengetahuai apakah penatalaksanaan asuhan keperawatan sudah sesuai dengan standar model acuhan asuhan keperawatan. B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu Sina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2008 ?
5
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak terutama dalam pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi. D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi ilmu keperawatan Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan dalam keperawatan untuk membentuk praktek keperawatan profesional terutama dalam penatalaksanaan DBD dan upaya-upaya seperti promosi, preventif, kuratif dan rehabilitatif
2. Bagi perawat Dapat memberikan informasi dan sumbangan ilmu pengetahuan kepada perawat-perawat di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
terutama
tentang
gambaran
peran
perawat
dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan DBD (Demam Berdarah Dengue) anak, sehingga nantinya diharapkan dapat membantu upaya peningkatan promosi, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 3. Bagi pihak rumah sakit Memberikan informasi kepada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
sebagai salah
satu
bahan evaluasi terhadap
proses
penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan lebih meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
6
4. Bagi peneliti Sebagai regenerasi perawat, peneliti diharapkan mampu melaksanakan tehnik penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan benar 5. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan acuhan dan diharapkan dapat menjadi acuhan dalam mengembangkan penelitian yang serupa baik tentang gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD anak, maupun penelitian sejenisnya. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Responden Responden dalam penelitian ini adalah semua perawat yang ada di Bangsal Ibnu Sina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Waktu Waktu penelitan ini akan dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Agustus sampai September 2008. 3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Bangsal Ibnu sina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Alasan pemilihan lokasi penelitian Alasan pemilihan lokasi tersebut dilihat dari lokasinya yang sangat strategis berada di kota di Jl. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta, terletak dipinggir jalan raya dan mudah dijangkau dengan kendaraan. Dilihat dari rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sendiri, menyediakan
7
fasilitas dan sarana yang memadai bagi pasien dan pelayanannya cepat, mutu, nyaman, ringan, islami. Dan alasan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran perawat di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien anak DBD. 5. Materi Materi dari peneliti ini adalah gambaran peran perawat
dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak. F. Peneliti Terkait 1. Frekuensi penderita DBD pada pasien anak di RS PKU Muhammadiyah Solo periode Januari 2002 – 31 Juni 2002 oleh Lilik Prabowo (2002). Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian diskriptif yang dilakukan secara retrospektif, data penelitian diambil secara sekunder dari catatan rekam medis. Peneliti ingin mengetahui frekuensi penderita DBD pada pasien anak yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Solo menurut golongan umur dalam kurun waktu mulai 1 Januari – 31 Juni 2002. Hasil penelitian bahwa frekuensi DBD pada pasien anak di RS PKU Muhammadiyah Solo dalam periode Januari 2002- 31 Juli 2002 jumlah penderita meningkat. 2. Peneliti Deny Nuryadi (2000), tentang Pola Distribusi Penderita DBD pada Pasien Anak di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2000, penelitian ini dilakukan dengan rancangan metode penelitian diskriptif
8
dengan cara pearson chi square dengan mengumpulkan data dan melihat kembali catatan status rekam medis penderita DB/DBD pasien anak di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta. Peneliti ingin mengetahui pola distribusi penderita DBD pada anak yang dirawat di RSUD Dr. sardjito pada kurun waktu 1 Januari – 31 Desember 2000. 3. Peneliti Sumarni (2005), tentang gambaran penatalaksanaan keperawatan pasien DB dan DBD (DF/DHF) pada anak usia 4-15 tahun di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2005, peneliti ini dilakukan dengan rancangan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang merupakan penelitian kuantitatif bertujuan untuk mendiskripsikan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak dengan diagnosis medis (data sekunder) DHF yang dirawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Oktober 2003-Maret 2004. Hasil penelitian bahwa
penatalaksanaan keperawatan pasien DHF pada
anak usia 4-15 tahun di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2005 dalam karegori kurang. Penekanan pada perawat-perawat yang merawat pasien anak DB/DBD di Bangsal Ibnu Sina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dengan metode penelitian dan pengumpulan data yang berbeda yaitu bersifat deskriptif atau gambaran dengan jenis rancangan kualitatif pengumpulan data menggunakan kuissonner dan melihat catatan rekam medis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran perawat Peran adalah perilaku yang diharapkan, sedangkan perawat adalah orang yang telah lulus dalam pendidikan formal keperawatan (PUSBANKES, 2008). Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan masing-masing individu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan. Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advocat klien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti (Hidayat, 2004). Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian utama dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam per hari dan 7 hari per minggu menjalin kontak dengan klien, maka perawat harus mengetahui dan memahami tentang paradigma kesehatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai seorang perawat agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal (Perry & Potter, 2005). Peran perawat dalam Care giver adalah peran yang dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar klien yang membutuhkan.
Melalui
pemberian
9
pelayanan
keperawatan
dengan
10
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar klien, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks (Hidayat, 2004). Menurut Potter & Perry (2005), peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan perawat dapat membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh dari penyakit tertentu, sekali pun keterampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Dan perawat diharapkan lebih memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial. Peran sebagai advokat klien dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian (Hidayat, 2004). Perawat sebagai educator atau pendidik dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit
11
bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Metode pengajaran yang digunakan oleh perawat adalah metode yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan orang-orang yang dekat dengan klien seperti keluarganya (Perry & Potter, 2005). Peran
sebagai
koordinator
dilaksanakan
dengan
mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. Bekerja melalui tim kesehatan penting dilakukan perawat sebagai peran kolaborator. Perawat dapat menjalin kerjasama dengan dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan, termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. Peran sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan tugas perawat sebagai seorang pembaharu (Hidayat, 2004). Perawat juga mempunyai peran sebagai penyuluh dan komunikator, peran ini sangat dibutuhkan dalam sosialisasi terutama di rumah sakit dan masyarakat. Peran sebagai penyuluh, perawat dapat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti
12
aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Dan peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Peran sebagai komunikasi juga dapat dilakukan dengan memberikan perawatan yang efektif, memberikan perlindungan bagi klien dari ancaman terhadap kesehatannya, mengoordinasi dan mengatur asuhan keperawatan, membantu klien dalam rehabilitasi, memberi kenyamanan, membantu
klien
dan keluarga dalam membuat keputusan. Komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas (Potter & Perry, 2005). B. Proses Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Penatalaksanaan asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai pelayanan kesehatan, dengan menggunakan metodologi proses asuhan keperawatan (yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi) berpedoman pada standar keperawatan dilandasi etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawabnya (Nursalam, 2003). Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (Nursalam, 2003), proses keperawatan terdiri dari:
13
1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien, yang terdiri dari beberapa komponen, yaitu: a. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara (data subyektif),
observasi
(data
obyektif),
pemeriksaan
fisik
dan
mempelajari data penunjang. Pencatatan data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian. Kriteria dalam pengumpulan data adalah kelengkapan data, sistematis, menggunakan format, aktual (baru), absah (valid). b. Pengelompokan data Kriteria dalam pengelompokan data adalah data biologis, data psikologis, data sosial dan data spiritual. c. Pengkajian data dilakukan dari pasien masuk sampai pulang. d. Perumusan masalah Kriteria dalam perumusan masalah adalah masalah dirumuskan berdasarkan masalah yang telah ditemukan. 2. Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan dari pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yang
14
pemecahannya dapat dilakukan dalam batas kewenangan perawat untuk melakukannya. Masalah nyata adalah masalah yang sudah ada pada waktu pengkajian. Sedangkan masalah potensial/resiko merupakan masalah yang mungkin
timbul
bila
pemecahannya
tidak
dilaksanakan.
Untuk
menghindari kekeliriuan antara diagnosis medis dengan diagnosis keperawatan, perlu diketahui perbedaan antara kedua diagnosis tersebut. Diagnosis medis berfokus pada keadaan patologis/pengobatan dan penyembuhan penyakit, sedangkan diagnosis keperawatan berfokus pada respon pasien terhadap penyakit atau faktor lain yang mempengaruhi. Kategori
diagnosis
komponen
yang
lain
diperlukan
untuk
pengajuan: a. Nama: Bagian ini memberikan nama untuk diagnosis, sebuah frase, istilah atau label singkat. b. Definisi: Bagian ini memberikan definisi yang jelas dan tepat dari nama diagnosis yang disebutkan dan menguraikan artinya. c. Karakteristik definisi: karaktristik klinik yang menunjukkan adanya kategori diagnosis: d. Bahan-bahan subtansial dan pendukung: bagian ini menberikan dokumentasi yang mempekuat keberadaan, sifat dan karakteristik fenomena perhatian. Dokumentasi yang minimal adalah sebuah narasi rujukan yang menunjukan dukungan pada diagnosis yang diusulkan (Rothrock C Jane, 1998).
15
3. Rencana keperawatan Perencanan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhunya kebutuhan pasien. Tujuan perencanaan keperawatan adalah sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan tenaga kesehatan lain, dan meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi: a. Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan b. Prioritas
masalah,
dengan
kriteria:
masalah
yang
mengancam
kehidupan merupakan prioritas pertama. Masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua. Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga. c. Tujuan asuhan keperawatan. d. Rencana tindakan. 4. Pelaksanaan keperawatan (Implementasi) Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal, yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemilihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dengan keluarganya. Kriteria pelaksanaan keperawatan: a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
16
b. Mengamati keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien. c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada pasien/keluarga. d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. e. Menggunakan sumber daya yang ada. f. Menerapkan
prinsip
aman,
nyaman,
ekonomi,
privasi,
dan
menguntungkan keselamatan pasien. g. Mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan. h. Melakukan perbaikan tindakan keperawtan berdasarkan respon pasien. i.
Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
j.
Mencantumkan tanda tangan dan nama perawat yang melakukan tindakan.
k. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur tetap yang telah ditentukan. 5. Evaluasi keperawatan Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan terencana untuk menialai perkembangan pasien setelah pelaksanaan tindakan keperawatan. Kriteria evaluasi keperawatan: a. Kriteria tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi. b. Evaluasi hasil penggunaan indicator perubahan fisiologi dan tingkah laku perubhan tingkah laku pasien.
17
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan untuk diambil tindakan selanjutnya. d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain. 6. Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi keperawatan dalam masa ini telah banyak diyakini oleh perawt bahwa semakin lengkap akan semakin baik pula pembelaannya dalam hukum. Namun perawat juga mengenal sistem dokumentasi yang efisien, komprehensif dapat mendokumentasikan lebih banyak data dalam waktu dan tempat yang lebih sedikit. Dokumentasi keperawatan harus obyektif dan komprehensif dan harus secara akurat mencerminkan status pasien dan apa yang telah terjadi. Dokumentasi keperawatan mempunyai tujuan professional administrasif dan klinis, yaitu sebagai berikut: a. Untuk mendokumentasikan fokus keperawatan bagi klien dan kelompok. b. Untuk membedakan tanggung gugat perawat dari tanggung gugat anggota pelayanan kesehatan lain. c. Untuk memberikan kriteria penelaahan pengevaluasian asuhan. d. Untuk memberikan kriteria klasifikasi pasien. e. Untuk memberikan data untuk tinjauan administrasi dan legal. f. Untuk memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan profesionalis. g. Untuk memberikan data penelitian dan tujuan pendidikan.
18
C. Asuhan Keperawatan Demam Berdarah Dengue Pasien yang mempunyai keluhan terhadap penyakitnya, mempunyai harapan yang besar untuk mendapat perawatan lebih baik ketika di rawat di rumah sakit. Perawat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam
perawatan pasien karena secara terus-menerus berhubungan dengan pasien. Perawat berkewajiban memberikan asuhan keperawatan yang optimal, bertanggung jawab, dan tanggung gugat. Untuk itu perawat harus mengetahui peran dan fungsinya secara tepat dan selalu mempertahankan hubungan terapeutik dan kerjasama yang di tandai dengan tukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1987 cit Effendy 1995). Sama seperti kasus penyakit pada umumnya, proses keperawatan yang diberikan kepada pasien DB/DBD adalah dengan tahap-tahap, yaitu tahap pengkajian, diagnosis, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi atau pelaksanaan
tindakan,
dan
evaluasi
serta
diakhiri
dengan
tahap
pendokumentasian. 1. Pengkajian a. Data subyektif Data subyektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan yang dinyatakan oleh pasien. Pada pasien DBD/DBD data subyektif yang sering ditemukan adalah: 1) Lemah 2) Panas dan demam 3) Sakit kepala 4) Anoreksia (tidak nafsu makan), mual, haus sakit saat menelan.
19
5) Nyeri ulu hati 6) Nyeri pada otot atau sendi 7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh 8) Konstipasi (sembelit) a. Data obyektif Data
obyektif
adalah
data
yang
diperolah
berdasarkan
pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DB/DBD antara lain: 1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan (flushing) 2) Mukosa mulut kering, pendarahan gusi, lidah kotor. 3) Tampak bintik merah pada kulit (petekie), uji torniquet (+): epistaksis
(pendarahan
pada
hidung/mimisan),
ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena. 4) Hyperemia pada tenggorokan. 5) Nyeri tekan pada epigastrik 6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa. 7) Pada rejatan (derajat IV), nadi cepat dan lemah, hipotensi, 8) Ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal. b. Data penunjang 1) Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboraturium digunakan untuk menegakkan diagnosisi
DB/DBD,
perlu
adanya
berbagai
laboraturium antara lain pemeriksaan darah dan urine.
pemeriksaan
20
Pada pemeriksaan darah akan dijumpai: a) Ig G dengue positif. b) Trombositopenia. c) Hemoglobin meningkat >20% d) Hemokonsentrasi (Hematokrit meningkat). e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. f) SGOT/SGPT mungkin meningkat. g) Ureum dan pH darah mungkin meningkat. h) Waktu pendarahan memanjang. i) Pada pemeriksaan analisis gas darah arteri menunjukan asidosis metabolik: pCO2<35-40 mmHg, HCO3 rendah,Base excess (-). j) Pada hari kedua dan ketida terjadi lekopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit dan basofil. Sedangkan
pada
pemeriksaan
urin
akan
ditemukan
albuminuria ringan. 2) Pemeriksaan serologi Pada pemeriksaan serologi, melakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara Haemaglutination inhibition Test (HI tets) atau dengan uji pengikatan komplemen (Complement fixation test). Pada pemeriksaan serologi dibutuhkan 2 bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan pada masa penyembuhan (1-
21
4 minggu setelah gejala penyakit). Untuk pemeriksaan serologi ini diambil darah vena 2-5 ml. Pemeriksaan diagnosis penunjang antara lain foto thorak mungkin dijumpai pleural effusion, pada pemeriksaan USG akan ditemukan hepatomegali dan splenomegali. 3) Pemeriksaan hematologi. a) Nilai limfosit plasma biru pada sediaan apus darah tepi. Suvatte
dan
Longsaman
(1979)
melaporkan
bahwa
penemuan limfosit plasma biru (LPB) dalam presentase yang tinggi (20-50%) pada sedian apus bufycoat penderita deman berdarah dengue
sangat
khas
karena
berbeda
dengan
persentase LPB sebanyak 0-10% yang terjadi pada infeksi virus lain. b) Pemeriksaan hemoglobin metode hematin asam dengan hemometer sahlin. Pemeriksaan
ini penting
untuk
memperkirakan
nilai
hematokrit yang sangat penting dalam pengelolaan penderita DBD, karena biasanya pemeriksaan hematokrit dengan cara mikro tidak tersedia di semua rumah sakit tipe C lebih-lebih di Puskesmas (Sumarmo, 2000). c) Leukosit Leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali. Pasa saat suhu meningkat
22
kedua kalinya sel limfosit relative sudah bertambah. Sel eosinofil sangat berkurang. d) Trombosit Pada DBD umumnya dijumpai trombositopenia. Uji torniquet yang positif merupakan pemeriksaan yang penting. Masa pembekuan masi dalam batas normal, tetapi masa pendarahan biasanya memanjang (Sumarmo, 2000). e) Hematokrit Pemeriksaan hematokrit secara berkala mempunyai tujuan yaitu (1) pada saat pertama kali seorang penderita dicurigai menderita DBD, pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya penderita tersebut dirawat, (2) pada penderita DBD tanpa rejatan, pemeriksaan hematokrit berkala ikut menentukan perlu atau tidaknya penderita tersebut diberi cairan intravena, dan (3) pada penderita DSS pemeriksaan ini menentukan perlu atau tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan secara tepat untuk menghentikan pemberian cairan intravena, dan menentukan saat
yang
tepat
untuk memberikan darah
(Sumarmo, 2000). 2. Diagnosis keperawatan a. Peningkatan suhu tubuh (hypertermi) berhubungan dengan proses penyakit (viremia) Tujuan :
23
Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh pasien akan kembali normal yaitu pada suhu 36,5 – 37,5 C. Kriteria hasil : 1) Suhu tubuh kembali normal 2) Pasien bebas dari demam Rencana tindakan Kaji saat timbulnya demam. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
Rasional Untuk mengidentifikasi pola demam pasien. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien dapat membantu pasien atau keluarga mengurangi kecemasan yang timbul. Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit.
Berikan penjelasan pada pasien atau keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan pasien atau keluarga untuk kooperatif. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi Penjelasan yang diberikan pada pasien dan akibat yang timbul jika hal itu pasien atau keluarga akan tidak dilakukan. memotivasi pasien untuk kooperatif. Anjurkan pasien untuk banyak minum + Peningkatan suhu tubuh 2,5 liter per 24 jam dan jelaskan mengakibatkan penguapan manfaatnya bagi pasien. tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. Berikan kompres air hangat (pada daerah Kompres hangat akan axilla dan lipatapaha). mempercepat menurunkan suhu tubuh. Anjurkan pasien untuk tidak memakai Pakaian yang tipis akan selimut atau pakain tebal. membantu mengurangi penguapan. Lakukan pencatatan asupan dan Untuk mengetahui adanya pengeluaran cairan tubuh. ketidak seimbangan cairan tubuh. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain Pemberian cairan sangat untuk pemberian cairan vena dan terapi penting bagi pasien dengan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan. suhu tinggi. Pemberian obatobatan adalah wewenang dokter sehingga perlu adanya kolaborasi.
24
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari normal berhubungan dengan nafsu makan menurun, mual, muntah, dan rasa sakit saat menelan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi akan kembali normal. Kriteria Hasil : 1) Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makannya sesuai dengan porsi yang diberikan/dibutuhkan. Rencana tindakan Kaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang dialami pasien. Kaji bagaimana makanan yang dihidangkan. Berikan makan yang mudah ditelan seperti: bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat. Berikan makanan dalam porsi yang kecil dan frekuensi yangs sering. Jelaskan manfaat mkanan/nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit. Berikan umpan balik positif saat pasien mau berusaha menghabiskan makanannya. Lakukan pencatatan jumlah/porsi makanan pasien yang dihabiskan setiap harinya. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian makanan parenteral (jika intake peroral tidak adequate).
Rasional Untuk menetapkan cara mengatasi. Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien. Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan. Untuk menghindari mual dan muntah. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat. Memotivasi dan meningkatkan semangat pasien. Untuk mengetahui nutrisi pasien.
pemenuhan
Nutrisi parenteral sangat bermanfaat terutama pada pasien yang intake per orainya sangat kurang. Jenis dan junlahnya harus dikolaborasikan dengan dokter. Kolaborasi pemberian antasida. Obat antasida membantu pasien mengurangi mual dan muntah dengan pemberian obat ini diharapkan intake nutria pasien meningkat. Lakukan pengukuran berat badan Untuk mengetahui status gizi pasien. pasien.
25
c. Resiko terjadi syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan hebat. Tujuan : Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
pasien
mampu
mengenali tanda-tanda pendarahan sehingga apabila terjadi pendarahan pasien dan keluarga dapat segera melaporkan pada perawat sehingga dapat ditangani dengan cepat. Kriteria hasil : 1) Tidak terjadi syok hipovolemik. 2) Tanda – tanda vital dalam keadaan batas normal. 3) Kadaan umum baik. Rencana Tindakan Monitor keadaan umum pasien.
Rasional Untuk memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama saat terjadi pendarahan. Dengan memonitor keadaan umum pasien, perawat segera mengetahui jika terjadi tanda-tanda pre syok atau syok sehingga dapat segera ditangani. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-3 Tanda-tanda vital dalam batas jam. normal menandakan keadaan umum pasien baik, perawat perlu memantau tanda-tanda vital selama pasien mengalami pendarahan untuk memastikan tidak terjadi presyok atau syok. Monitor tanda-tanda pendarahan. Pendarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi sehingga pasien tidak sampai ke tahap syok hipovolemik akibat pendarhan hebat. Jelaskan pada pasien dan keluarga Dengan memberi penjelasan dan tentang tanda-tanda pendarahan yang melibatkan keluarga diharapkan mungkin dialami oleh pasien. tanda-tanda pendarahan dapat diketahui lebih cepat sehingga pasien dan keluarga menjadi lebih kooperatif selama psien dirawat.
26
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian infuse, beri terapi cairan intravena jika terjadi pendarahan. Segera puasakan jika terjadi saluran pencernaan.
Cek Hb, Ht, trombosit.
Perhatiakan keluhan pasien seperti mata berkunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas Perhatikan keluhan pasien seperti mata berkunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas. Monitor masukan dan keluaran, catatdan ukur pendarahan yang terjadi, produksi urin.
Pemberian cairan intravena sangat diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh yang hebat yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik. Puasa membantu mengistirahatkan saluran pencernaan untuk sementara selama pendarhan berasal dari saluran cerna. Untuk mengetahui tingkat kebocoran penbuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut terhadap pendarahan tersebut. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pendarhan tersebut pada pasien sehingga tim kesehatan lebih waspada. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pendarhan tersebut pada pasien sehingga tim kesehatan lebih waspada. Pengukuran dan pencatatan sangatpenting untk mengetahui jumlah pendarahan yang dialami pasien. Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh. Produksu urin yang lebih pekat dan lebih sedikit dari normal menunjukan pasien kekurangan cairan dan mengalami syok, hati-hati terhadap pendarahan di dalam tubuh. Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk.
Bila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang atau posisi datar. Berikan terapi oksigen sesuai dengan Pemberian oksigen akan membantu kebutuhannya. oksigenasi jaringan karena dengan terjadinya pendarhan hebat maka suplai oksigen ke jaringan akan terganggu. Segera lapor dokter jika tampak tanda- Untuk mendapatkan penenganan tanda syok hipovolemik dan observasi sesegera mungkin. ketat pasien serta percepat tetesan infuse.
27
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan berpindahnya cairan intravascular ke ekstravaskular. Tujuan : Pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan selama dilakukan perawatan dirumah sakit. Kriteria hasil : 1) Tidak terjadi kekurangan volume cairan. Rencana tindakan Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi), serta tanda-tanda vital.
Rasional Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dengan keadaan normal. Observasi adanya tanda-tanda syok. Agar dapt segera dilakukan tindakan untuk menangani syok yang dialami pasien. Berikan cairan intravena sesuai Pemberian cairan intravena sangat dengan program dokter. penting bagi pasien yang mengalami deficit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah. Anjurkan pasien untuk banyak Asupan cairan diperlukan untuk minum. menambah volume cairan. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/ Untuk mengetahui penyebab deficit hipovolemik (riwayat muntah, volume cairan. Jika urin < 25 diare, kehausan, turgor jelek). ml/jam maka pasien mengalami syok. Kaji perubahan keluaran urin (urin Untuk mengetahui keseimbangan output < 25 ml/jam atau 600 cairan. ml/jam). Monitor asupan-keluaran.
e
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan diberikan informasi, pasien dan keluarga lebih memahami tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan.
28
Kriteria hasil : 1) Pengetahuan pasien atau keluarga tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan bagi pasien DBD meningkat dan pasien atau keluarga mampu mencerminkan kembali. Rencana tidakan Rasional Kaji tingkat pengetahuan pasien Untuk memberikan informasi pada keluarga tentang penyakit demam pasien dan keluarga, perawat perlu berdarah. mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan tentang penyakit demam berdarah, serta kebenaran tentang informasi tersebut. Kaji latar belakang pendidikan Agar perawat dapat memberikan pasien. informasi penjelasan sesuai tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang derencanakan dapat dicapai. Jelaskan tentang proses penyakit, Agar informasi dapat diterima diet, perawatan pada pasien dengan dengan mudah dan tepat sehingga bahasa yang mudah dimengerti oleh tidak meninbulkan pasien. kesalahpahaman. Jelaskan semua prosedur yang akan Dengan mengetahuai prosedur atau dilakukan dan manfaat bagi pasien. tindakan yang akan dialami, pasien akan lebih kooperatif dan kecemasan menurun. Berikan kesempatan pada pasien atau Mengurangi kecemasan dan keluarga untuk menanyakan hal-hal memotivasi pasien untuk kooperatif yang ingin diketahui sehubungan selama masa perawatan dan dengan proses penyakit dalam hal ini penyembuhan. demam berdarah. Gunakan leaflet atau gambar-ganbar Gambar-gambar atau media cetak dalam memberikan penjelasan. seperti leaflet dapat membantu mengingat penjelasan yang diberikan karena dapat diliahat atau dibaca berulang kali.
f Gangguan aktifitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. Tujuan : Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
pasien
maupun
29
Kriteria hasil : 1) Kebutuhan aktivitas sehari-hari. 2) Pasien mampu mandiri setelah bebas demam. Rencan tindakan Kaji keluhan pasien
Rasional Untuk mengidentifikasi keluhankeluhan pasien. Kaji hal-hal yang mampu dan tidak Untuk mengetahui tingkat mampu dilakukan oleh pasien ketergantungan pasien dalam sehubungan dengan kelemahan memenuhi kebutuhannya. fisiknya. Berikan bantuan kepada pasien untuk Pemberian bantuan sangat memenuhi kebutuhan aktivitasnya diperlukan oleh pasien pada saat sehari-hari sesuai dengan tingkat kondisinya melemah dan perawt keterbatasan pasien seperti mandi, mempunyai tanggung jawab dalam makan, eliminasi. pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa membuat pasien mengalami ketergantungan pada perawat. Berikan bantuan pada pasien untuk Dengan melatih kemandirian pasien mandiri sesuai dengan perkembangan maka pasien tidak mengalami kemajuanfisiknya. ketergantungan pada perawat. Berikan penjelasan tentang hal-hal Dengan penjelasan yang diberikan yang dapat membantu dan kepada pasien, maka pasien meningkatkan kekuatan fisik pasien. termotivasi untuk kooperatif selam perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya seperti pasien mau menghabiskan porsi makannya. Letakkan barang-barang yang mudah Akan membantu pasien untuk terjangkau olah pasien. memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa mengandalkan orang lain. Siapkan bel didekat pasien. Agar pasien dapat segera meminta bantuan perawat saat membutuhkan.
g. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyaman pasien dapat terpenuhi, dan nyeri berkurang.
30
Kriteria hasil : 1) Rasa nyaman pasien terpenuhi. 2) Nyeri dapat berkurang atau hilang Rencan tindakan Kaji tingkat nyeri yang di alami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10), berikan pasien menentukan tingkat nyeri yang dialaminya, tetapkantipe nyeri yang dialami pasien, respon terhadap nyeri yang dalami. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri (budaya, pendidikan dll).
Rasional Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dalami pasien.
Reaksi pasienterhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktorfaktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah klien. Respon individu terhadap nyeri sangat berbeda atau bervariasi, sehingga perawat perlu mengkaji lebih lanjtu untjk menghindari kesalahan persepsi terhadap kondi yang dialami pasien. Berikan posisi yang nyaman, Untuk mengurangi rasa nyeri. usahakan situasi ruangan yang tenang. Berikan suasana gembira bagi pasien, Dengan melakukan aktifitas lain, alihkan perhatian pasien dari rasa pasien dapat sedikit melakukan nyeri (libatkan keluarga). perhatiannya terhadap nyeri yang Menganjurkan pasien untuk dirasakan. membaca buku, mendengar music, menonton televise (mengalihkan perhatian). Berikan kesempatan pada pasien Tetap berhubungan dengan oranguntuk berkomunukasi dengan teman- orang terdekat atau teman-teman temannya atau orang terdekat. membuat pasien gembira dan dapat mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri. Kolaborasi dengan dokter untuk Obat-obat analgesik dapat menekan pemberian obat analgesik. atau mengurangi nyeri pasien.
31
h. Kecemasan ringan sedang berhubungan dengan kondisi pasien yang buruk. Tujuan : Setelah diberikan penjelasan tentang perawatan kecemasan dapat berkurang. Kriteria hasil : 1) Kecemasan berkurang. Rencana tindakan Kaji rasa cemas yang dialami pasien atau keluarga. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. Tunjukkan sikap empati. Gunakan sentuhan pada saat yang tepat.
Rasional Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien atau keluarga. Agar pasien dan keluarga bersikap terbuka kepada perawat. Sikap empati akan membuat pasien atau keluarga merasa diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Berikan kesempatan pada psien atau Meringankan beban pikiran pasien keluarga untuk mengungkapkan rasa atau keluarga. cemasnya. Gunakan kominikasi teraputik. Agar segala sesuatu yang disampaikan, diajarkan pada pasien atau keluarga memberikan hasil yang efektif. Jawab semua pertanyaan pasien atau Jawaban yang jujur dan benar akan keluarga dengan jujur dan benar. mempertahankan kepercayaan pasien pada perawat. Ini sangat penting agar pasien atau keluarga tetap bersikap terbuka pada perawat. Berikan kenyakinan pada pasien Sikap positif yang ditunjukan tim bahwa perawat, dokter dan tim kesehatan akan membantu kesehatan lain selalu berusaha menurunkan kecemasan pasien. memberikan pertolongan yang terbaik dan optimal pada pasien. Berikan penjelasan tiap prosedur atau Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada proses pemyakit. Menjelaskan pasien dan manfaatnya bagi pasien. tentang kemungkinan pemberian perawatan intensif jika memang diperlikan oleh pasien untuk mendapat perawatan yang lebih optimal. Berikan kesempatan keluarga untuk Pasien akan merasa lebih tenang jika mendampingi pasien secara ada anggota keluarga yang bergantian. menemani.
32
D. Demam Berdarah Dengue 1. Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue famili flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Karena virus dengue ditularkan melalui gigitan arthropoda maka virus dengue dapat digolongkan ke dalam golongan B Arbovirus (arthropoda borne virus), (Hardiono et al, 2004). Namun nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor utama penyakit DBD di daerah tropis dan subtropis. Virus dengue mempunyai 4 serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Dengue satu dan dua ditemukan di Irian ketika berlangsung perang dunia II, sedangkan dengue tiga dan empat ditemukan pada saat wabah Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu 70 derajat (Hendarwanto, 1994). 2. Patofisiologi Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai DBD (Demam Berdarah Dengue). Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya.
33
Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar ke jaringan lain, terutama ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virusantibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen C3 dan C5 yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah (Mansjoer, 2001). Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (promtombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan hebat, terutama pendarahan saluran gastrointestinal pada DBD. Kondisi yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan deatesis hemoragik. Renjatan terjadi
secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolumik. Apabila tidak diatasi biasa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian (Aziz, 2006 ).
34
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat ringannya penyakit
dan membedakan DBD dengan demam dengue adalah
meningkatnya
permeabilitas
dinding
pembuluh
darah,
menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik (Tuchinda, 1973). Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut, nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit pada penderita dengan renjatan menimbulkan dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak dengan berakibat menurunnya volume plasma dan meningginya nilai hematokrit. Bukti yang mendukung dugaan ini adalah ditemukannnya cairan yang tertimbun di dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura, dan pericardium yang pada autopsy ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus (Bhamarapravati, dkk, 1967). Rejatan hipovolumik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik, dan kematian (Hendarwanto, 1994). Pemeriksaan radiologi paru pada 140 orang penderita DBD dengan 76 di antaranya menderita renjatan. Pada kurang lebih tiga perempat jumlah kasus DBD ditemukan adanya bendungan darah paru (pulmonary vascular congestion) dengan efusi pleura terutama pada paru sebelah kanan. Efusi pleura ditemukan pada 59 di antara 76 penderita DSS (77,6%) dan pada 13 di antara 63 penderita DBD tanpa renjatan (20,3%) (Sumarmo, 2002).
35
Renjatan yang terjadi akut dan perbaikan klinis yang drastis setelah pemberian plasma atau pengganti plasma yang efektif, sedangkan pada autopsy tidak ditemukan kerusakan dinding pembuluh darah yang destruktif atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional dinding pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakologis yang bekerja singkat (Bharmarapravati, dkk, 1967). Sebab lain kematian DBD adalah pendarahan hebat, yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi (Nelson, dkk, 1999; Sumarmo,
dkk,
1999). Pendarahan pada DBD umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit, dan kelainan sistem koagulasi. Nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan, kemudian akan kembali naik pada masa konvalesen (Nelson, 1999). Trombositopeni yang dihubungkan dengan meningkatnya megakariosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya destruksi trombosit yang terjadi sistem retikuloendotelial, limpa, dan hati (Mitrakul, dkk, 1997). Masalah terjadi tidaknya DIC pada DBD dan DSS, terutama pada penderita dengan pendarahan hebat, sejak lama telah menjadi bahan perdebatan (Hendarwanto, 1994). Telah dibuktikan bahwa DIC secara potensial dapat terjadi juga pada penderita DBD tanpa renjatan. Dikatakan pada masa dini DBD, peran DIC tidak menonjol dibanding dengan perembesan plasma, tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka renjatan akan
36
memperberat DIC sehingga peranannya akan menonjol (Hendarwanto, 1994). 3. Gambaran klinis Infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau simptomatik berbentuk fever, demam berdarah dengue atau DBD. Gambaran klinis amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD sampai ke DBD dengan manifestasi demam akut, pendarahan serta kecenderungan terjadi rejatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari atau rata-rata 5-8 hari. Gambaran klinis demam dengue sering kali bergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak biasanya didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja. Pada anak besar dan dewasa mungkin didapatkan demam ringan atau gambaran klinik lengkap dengan demam tinggi mendadak disertai peningkatan suhu secara tiba-tiba, dengan gejala-gejala tidak khas, seperti keluhan saluran cerna (mual, muntah, diare, konstipasi), sistam syaraf (nyeri kepala hebat, nyeri bagian belakang kepala, nyeri otot dan sendi serta tulang), flasing, ruam, dan nyeri menelan. Selain mendadak, demam bersifat tinggi, kontinyu dan lamanya berkisar 2-7 hari (Samsi dan susanto, 1999). Pada saat demam kesadaran penderita baik, suhu tubuh kemudian lisis menjadi normal atau subnormal dan sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Pada nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan dan pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia,
37
otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kembali pada hari ke 3-6 berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu keseluruh tubuh. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan. Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan, juga dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala pendarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan darah. Rejatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-3 dan ke-7 penyakit (Mansjoer, 2001). Kasus DBD ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, pendarahan terutama pendarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah (sumarmo, 2002). Menurut WHO (1999), gejala klinis demam berdarah dengue dibagi menjadi 4 derajat :
38
a. Derajat I (ringan) : demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas dengan manifestasi pendarahan teringan, yaitu uji torniquet positif. b. Derajat II (sedang) : derajat I dan disertai pendarahan spontan di kulit dan atau pendarahan lain. c. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat, lembut, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, penderita gelisah. d. Derajat IV : rejatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan penurunan tekanan darah yang tidak dapat diukur. 4. Diagnosis Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO (1999), yaitu : a. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis, demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan kepala. b. Manifestasi pendarahan, yaitu : 1) Uji torniquet positif. 2) Petekie, purpura, ekimosis. 3) Epistaksis, pendarahan gusi. 4) Hematemesis, melena. c. Pembesaran hati (hepatomegali) dengan nyeri tekan, tanpa ikterus.
39
d. Dengan atau tanpa rejatan. Rejatan biasanya terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk. e. Trombositopenia. f. Kenaikan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%. 5. Penatalaksanaan Penatalaksanaan dengue memerlukan evaluasi tanda-tanda vital segera, serta renjatan hemokonsentrasi, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemantauan yang seksama penting, paling tidak selama 48 jam, karena syok dapat terjadi atau terjadi kembali secara cepat pada awal penyakit. Pemberian oksigen pada penderita sianosis atau sulit bernafas harus dilakukan. Penggantian cairan dan elektrolit intravena secara cepat sering
kali
dapat
mempertahankan
penderita,
sehingga
terjadi
penyembuhan spontan. Bila peningkatan hematokrit menetap setelah penggantian cairan maka sedian-sedian plasma atau koloid merupakan indikasi. Transfusi darah segar atau suspense trombosit yang mungkin diperlukan untuk mengatasi pendarahan, tidak boleh diberikan selama hemokosentrasi, tetapi hanya setelah dilakukan evaluasi nilai-nilai hemoglobin atau hematokrit. Paraldehid atau khopraldehid mungkin diperlukan untuk anak-anak dengan agitasi nyata.
40
Heparin dapat digunakan secara hati-hati pada penderita dengan bukti objektif adanya DIC. Diuretika seperti furosemid, harus diberikan dan kemungkinan diperlukan digitalisasi apabila terjadi hipervolemi selama fase reabsorbsi cairan yang ditandai dengan penurunan hematokrit dan tekanan nadi yang melebar (Berhman dan Vaughn, 1992). Penatalaksanaan DD atau DBD tanpa penyulit (Mansjoer, 2001) adalah: a. Tirah baring b. Makanan lunak dan bila nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula, atau sirup) atau air tawar ditambah garam c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan dengan kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena bahaya pendarahan. d. Antibiotik diberikan bila terdapat
kemungkinan terjadi infeksi
sekunder. Menurut Ngastiyah (1995), penatalaksanaan DBD dapat juga dibedakan menjadi lebih sederhana lagi, yaitu didasarkan derajat DBD : 1) Derajat I a) Pengobatan symtomatik, minum cukup dan makan seimbang. b) Pemantauan yang teratur dan ketat. c) Buah-buahan biasa diberikan, tapi berupa sari buahnya saja.
41
2) Derajat II a) Pemasangan infus, kadang melalui 2 jalur yaitu satu untuk pemberian plasma dan satu lagi untuk pemberian cairan. b) Minum dan makan diberikan sebanyak yang pasien mau. c) Pengobatan DIC dengan heparin, namun jarang digunakan sebagai terapi standar untuk sekarang ini. d) Pemberian komponen darah yaitu suspensi trombosit atau darah lengkap sesuai kebutuhan. 3) Derajat III dan IV (DSS): a) Mengatasi syok. b) Memperbaiki gangguan balance – basa dan elektrolit. c) Memberi komponen darah atau darah lengkap yang sesuai dengan indikasinya. d) Pemberian antipiretik. e) Obat inotropik bila syok belum teratasi. f) Pengawasan terhadap pemberian cairan untuk mencegah terjadinya overloading. g) Menghindari tindakan invasive yang berlebihan. Kasus-kasus fatal biasanya terjadi akibat keterlambatan diagnosis dan atau kurangnya perawatan. Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation /WHO), 20% penderita DHF atau DBD akan meninggal dunia jika tidak terdiagnosis dan dirawat dengan benar.
42
Dengan perawatan yang baik, angka tersebut berkurang sebanyak 12 % dari penyakit sebelumnya. Penderita yang harus diwaspadai adalah jika penderita mengalami pendarahan atau syok maka hal ini harus mendapatkan perawatan yang lebih dan harus segera di bawa ke rumah sakit. 6. Pencegahan Pada saat ini satu-satunya cara pencegahan DBD adalah dengan memberantas nyamuk penularnya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah. Cara pemberantasan yang paling mudah, aman, dan murah adalah memusnahkan jentik-jentik nyamuk ditempat
perindukannya.
Cara
ini
dikenal
dengan
nama
PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk). Cara pemberantasan ini didukung dengan penyuluhan kesehatan masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat berpartisipasi dalam pembersihan sarang nyamuk. Pencegahan atau pemberantasan DBD dapat dilakukan dengan membasmi nyamuk dan sarangnya dengan melakukan tindakan 3M (Hardiono, 2004), yaitu: a.
Menguras tempat-tempat penampung air secara teratur seminggu sekali atau menaburkan bubuk larvasida (abate).
b.
Menutup rapat-rapat penampungan air.
c.
Mengubur atau menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air.
43
E. Kerangka Konsep Baik
Peran perawat DBD
Pemberi asuhan keperawatan
Cukup
Pendidik
Kurang
Advocat klien Konsultan Kolaborator Peneliti
Skema 2.1 Keterangan :
Diteliti Tidak Diteliti
F. Pertanyaan penelitian Bagaimanakah gambaran peran perawat dalam proses penatalaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) yang dirawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang meliputi tahap
pengkajian,
diagnosis keperawatan,
implementasi, evaluasi dan dokumentasi?
rencana tindakan,
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental, bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang merupakan penelitian kuantitatif bertujuan untuk mendeskripsikan peran perawat dalam pelaksanaan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak dengan diagnosis medis demam dengue atau demam berdarah dengue yang dirawat inap di Bangsal Ibnu RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. B. Populasi dan Sampel Penelitian Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian. Sedangkan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini disebut sampel, penelitian ini digunakan dengan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik ini biasanya disebut teknik sampling. Didalam penelitian survey teknik sampling ini sangat penting dan sangat diperhitungkan masak-masak. Sebab teknik pengambilan sampel yang tidak baik akan mempengaruhi validitas hasil penelitian tersebut (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini, populasinya adalah perawat diseluruh Bangsal Ibnu Sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sedangkan yang
44
45
berlaku sebagai sampel adalah 12 perawat di Bangsal Ibnu Sina di rumah sakit Muhammadiyah Yogyakarta. Kriteria inklusi untuk sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perawat di Bangsal Ibnu Sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. b. Perawat yang pernah merawat pasien anak DBD (Demam Berdarah Dengue). c. Bersedia menjadi responden selama penelitian berlangsung. Kriteria eklusi untuk sample dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a
Perawat selain di Bangsal Ibnu sina
b
Siswa praktek/tenaga yang melakukan magang (KOAS)
c
Perawat yang sedang dalam masa cuti
d
Perawat yang tidak bersedia menjadi subyek penelitian
C. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di Bangsal Ibnu sina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang terletak di Jalan KH. Ahmad Dahlan no. 20 Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi tersebut dilihat dari lokasinya yang sangat strategis berada di kota, terletak dipinggir jalan raya dan mudah dijangkau dengan kendaraan. Dilihat dari rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sendiri, menyediakan fasilitas dan sarana yang memadai bagi pasien dan pelayanannya cepat, mutu, nyaman, ringan, islami. Waktu penelitian dilakukan pada akhir bulan Agustus sampai September 2008.
46
D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak. 2. Definisi Operasional Definisi
Operasional
adalah
mendefinisikan
variabel
secara
operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati (Arikunto, 2002), yang dimaksud dengan : a. Peran perawat adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan masing-masing individu dalam memberikan asuhan keperawatan, advocat klien, pendidikan, koordinasi, kolaborasi, konsultan dan peneliti (Hidayat, 2004). Sedangkan peran perawat DBD adalah usaha yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan pelayanan secara langsung pada pasien di Rumah Sakit yang menderita penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) maupun yang berisiko. b. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan DBD adalah segala tindakan pelayanan keperawatan yang diberikan
perawat secara langsung di
rumah sakit pada pasien di Bangsal Anak yang telah di diagnosis DBD (Demam
Berdarah
Dengue).
Pelaksanaan
perawatan
dengan
menggunakan proses asuhan keperawatan (yang terdiri dari lima tahap
47
yaitu
pengkajian,
diagnosis
keperawatan,
perencanan
tindakan
keperawatan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi). E. Instrument Penelitian Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dari responden yaitu subyek penelitian diberi kuisioner yang berisi identitas subyek dan pertanyaan untuk mengetahui gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan perawatan pasien anak dengan DBD (Demam Berdarah Dengue). Kuisioner dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari beberapa pertanyan dengan menggunakan skala linkert yang berisi lima alternative jawaban (tidak pernah dilakukan, pernah dilakukan, jarang dilakukan, sering dilakukan, selalu dilakukan). Jumlah pertanyan sejumlah 35 item, yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 30 pertanyaan favorable (positif) dan 5 pertanyaan unfavorable (negatif) yang berupa check list tindakan keperawatan yang harus dijawab oleh responden sesuai dengan keadaan pengetahuan responden. Skor penilaian untuk pertanyaan favourable adalah Tidak pernah dilakukan mendapat skor 1, Pernah dilakukan mendapat skor 2, Jarang dilakukan mendapat skor 3, Sering dilakukan mendapat skor 4, Selalu dilakukan mendapat skor 5. Dan skor penilaian untuk semua pertanyaan unfavourable adalah tidak pernah dilakukan mendapat skor 5, Pernah dilakukan mendapat skor 4, Jarang dilakukan mendapat skor 3, Sering dilakukan mendapat skor 2, Selalu dilakukan mendapat skor 1. Untuk menginterpretasikan nilai presentasi yang diperoleh maka nilai tersebut dimasukan kedalam standar kriteria objektif (Arikunto, 2006), yaitu dengan cara membandingkan skor data dengan skor yang ada dalam standar
48
sehingga didapatkan persentase, kemudian ditafsirkan kedalam kalimat yaitu baik cukup dan kurang, dengan kriteria: 1. Baik bila persentasi 76 – 100 % 2. Cukup bila persentase 56 -75% 3. Kurang bila persentase < 55 % F. Cara Pengumpulan Data Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti pertama yaitu peneliti melakukan studi pendahuluan, kemudian dilakukan menyusun proposal penelitian dan instrument penelitian, kemudian pengurusan perijinan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pendekatan kepada pihak Pimpinan Rumah Sakit yang ada di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang akan dijadikan subyek penelitian, khususnya kepada Kepala Bangsal, dan perawat-perawat yang akan dijadikan responden. Pengumpulan data disini dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari subyek penelitian melalui pengisian keisioner, yang ditujukan pada perawat-perawat di Bangsal Ibnu Sina yang melakukan perawatan anak DBD di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, yang berjumlah sebanyak 12 responden. Setelah data dikumpul kemudian dilakukan cheking data, rekapitulasi data, editing dan tabulasi data. Selanjutnya dengan penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi serta analisisnya. Dan juga data dikelompokkan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Tahap akhir adalah penyusunan laporan hasil penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing
49
dan dilanjutkan seminar hasil penelitian kemudian diakhiri dengan revisi (perbaikan) laporan hasil penelitian. G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Sebelum kuesioner yang berfungsi sebagai instrument pengambilan data digunakan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner tersebut. Pengukuran validitas instrumen dilakukan dengan cara teknik korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel dinyatakan valid bila skor variabel berkolerasi secara signifikan dengan skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi Person Product moment (r) yaitu dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Uji reliabilitas yang digunakan adalah nilai alpha (α) (Aziz Hidayat, 2007). Rumus korelasi Pearson Product Moment (Arikunto, 2002) yaitu : rxy =
{N X
N Σ X Y − (Σ X) (Σ Y) 2
} {
− (ΣX 2 ) − N Σ Y 2 − (Σ Y 2 )}
Keterangan : rxy = Nilai validitas tiap item instrumen N = Jumlah responden X = Skor jawaban dari masing-masing pertanyaan Y = Skor total dari tiap responden
50
Penggunaan rumus tersebut untuk menentukan hubungan antara dua gejala interval dan untuk menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total. Suatu
instrument
dikatakan
valid
apabila
nilai
probabilitas
signifikansinya kurang dari 5% atau 0,05. Hasil uji validitas dengan metode pearson correlations didapatkan bahwa kuesioner yang diujikan pada responden, dengan pertanyaan yang valid (sahih) berjumlah 35 butir pertanyan. Item pertanyaan memiliki yang nilai signifikan lebih kecil dari 0,05. 2. Reliabilitas Uji reliabilitas adalah ukuran konsistensi instrument penelitian. Instrument dikatakan reliable jika alat ukur tersebut menujukan hasil yang konsisten, sehingga instrument dapat digunakan dengan aman karena dapat bekerja dengan baik pada waktu dan kondisi yang berbeda. Dalam penelitian ini penulis melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan Cronbach Alpha. Rumus dari koefisien reliabilitas Cronbrach Alpha (Sugiyono, 2003) yaitu: 2 K ∑ σb R11 = 1 − σ 2 K − 1 1
Dimana:
R1
= Reliabilitas instrument
K
= Banyaknya butir pertanyaan
∑ σb 2 = Jumlah varian butir σ1
2
= Varian Total
51
Suatu instrument dikatakan reliabel apabila memilki nilai cronbach alpha lebih besar atau sama dengan 0,6 (Sugiyono, 2003). Hasil perhitungan dengan menggunakan komputer program SPSS didapatkan hasil bahwa nilai Cronbach Alpha dalam uji reliabilitas ini adalah 0,997. Alat ukur yang digunakan dinyatakan reliabel karena mempunyai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6. H. Metode Analisis Data Menurut Arikunto (2006), proses analisa data meliputi langkah-langkah yaitu persiapan, tabulasi dan analisa data. Persiapan meliputi editing yaitu peneliti memeriksa data yang telah terkumpul yang berasal dari responden yang meliputi kesesuaian jawaban dan kelengkapan pengisian, melakukan pengecekan
kembali
data-data
yang
diperoleh
untuk
selanjutnya
diklasifikasikan. Tabulasi data meliputi scoring yaitu pemberian skor atau nilai pada tiap-tiap item pertanyaan. Pertanyaan dalam kuesioner yang diujikan terhadap responden mempunyai nilai (skala) 1-5. Jawaban Tidak pernah dilakukan mendapat skor 1, Pernah dilakukan mendapat skor 2, Jarang dilakukan mendapat skor 3, Sering dilakukan mendapat skor 4, Selalu dilakukan mendapat skor 5, dan alternatif jawaban yang unfavorable nilai adalah tidak pernah dilakukan mendapat skor 5, Pernah dilakukan mendapat skor 4, Jarang dilakukan mendapat skor 3, Sering dilakukan mendapat skor 2, Selalu dilakukan mendapat skor 1.Setelah itu, langkah selanjutnya yaitu master sheet ( tabel induk) yaitu memasukkan semua data ke dalam tabel induk kemudian data di masukkan komputer (entry data).
52
Pengolahan data kuesioner seperti skala likert (tidak pernah dilakukan, pernah dilakukan, jarang dilakukan, sering dilakukan, selalu dilakukan) yang telah diubah dalam bentuk angka seperti yang tertera pada score.
x P = x100% n Dimana: P : prosentase (%) x : jumlah jawaban yang dipilih n : jumlah responden Kemudian hasilnya dimasukkan kedalam kategori kualitatif. Penilaian kategori kualitatif menurut Arikunto (2002) Sehingga dapat diketahui persentase dari masing-masing pertanyaan yang dipilih, sebagai berikut: 1. Baik bila persentase 76-100% 2. Cukup bila persentasenya 56-75% 3. Kurang bila persentasenya <55% I. Kesulitan penelitian 1. Keterbatasan memakai instrument seperti skala likert dengan pilihan (tidak pernah dilakukan, pernah dilakukan, jarang dilakukan, sering dilakukan, selalu dilakukan) yang mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan hasil yang sedang dan kebanyakan responden memilih jawaban yang cenderung lebih aman dengan jawaban (sering dilakukan, selalu dilakukan) sehingga hasil yang didapatkan kurang optimal.
53
2. Hambatan yang sering ditemui dilapangan berupa kesulitan dalam menentukan waktu yang tepat bagi responden. Hal tersebut bisa dicontohkan seperti adanya perubahan jadwal piket responden penelitian yang semula sudah dijadwal. 3. Kesulitan penelitian ini juga ditemukan dalam pengisian kuissoner, kebanyakan responden tidak mau mengisi kuissoner sehingga penelitian ini membutuhkan waktu lebih lama dari waktu yang sudah direncanakan peneliti. J. Etika penelitian Dalam
mengadakan
penelitian
dengan
memperhatikan
hak-hak
responden sebagai subyek penelitian, yaitu: 1. Informed Consent Memberi informasi tentang mekanisme atau proses penelitian sebagai calon responden. Sehingga mampu memahami dan diharapkan dapat berpartisipasi secara sukarela dan tidak ada unsure paksaan. Saat bersedia
menjadi
responden
peneliti,
lembar
informed
consent
ditandatangani oleh responden dalam hal ini adalah perawat-perawat. 2. Anonymily (Tanpa Nama) Untuk
menjaga
kerahasiaan
responden
peneliti
mencatumkan nama responden pada kuesioner penelitian.
tidak
akan
54
3. Confidentiality (Kerahasiaan) Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden. Peneliti memberitahukan jaminan rahasia pada saat sebelum Kuesioner dibagikan dan saat mengisi lembar informed consent.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta yang merupakan amal usaha Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berstatus akreditasi penuh sesuai SK. Menkes, No: YM.00.03.2.2.15 pada tahun 1998. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki tenaga keperawatan sebanyak 230 0rang yang terdiri dari 15 orang lulusan Sarjana (S1) Keperawatan, 169 orang lulusan D3 Keperawatan, 13 orang lulusan D3 Kebidanan, 3 orang lulusan D3 Anastesi, 12 orang lulusan D1 Kebidanan, 10 orang lulusan SPK, 2 orang lulusan setara SPK dan 1 orang lulusan Penjenang Kesehatan. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta memiliki unit pelayanan Rawat Inap, Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang ICU/ICCU dan fasilitas penunjang medis lainnya. Instalasi Rawat Jalan terdiri dari poliklinik umum, poli bedah, poli penyakit dalam, poli kebidanan, poli anak, poli THT, poli mata, poli kulit dan kelamin, poli gigi dan mulut, poli jiwa, poli syaraf, poli kardiologi, poli paru, poli rematologi dan poli rehabilitasi medik.
55
56
Bangsal Rawat Inap terdiri dari 10 bangsal dengan jumlah kapasitas tempat tidur pada tahun 2007 sebanyak 218 tempat tidur dengan angka pemanfaatan tempat tidur atau bed occupation rate (BOR) rata-rata 77%, angka bed turn over (BTO) sebesar 57,24 dan rata-rata length of stay (LOS) akhir tahun 2007 adalah 4 hari. 2. Karakteristik Responden Penelitian
tentang
gambaran
peran
perawat
terhadap
penatalaksanaan keperawatan pasien DBD anak di bangsal Ibnu Sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan selama periode Agustus 2008-September 2008. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 12 responden. Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik responden sebagai berikut: a. Berdasarkan
tabulasi
data
distribusi responden
menurut
jenis
kelamin,usia dan lama kerja dapat dilihat dalam tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Lama Kerja di Bangsal Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008 No
Karakteristik
1.
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Umur <30 Tahun 30-40 Tahun >40 Tahun Lama masa kerja < 10 Tahun 10-20 Tahun > 20 Tahun Jumlah
2.
3.
Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Frekuensi N = 12
Prosentase %
0 12
0% 100 %
1 9 2
8,3 % 75 % 16,7 %
1 11 0 12
8,3 % 91,7 % 0 % 100 %
57
Responden dalam penelitian ini sebanyak 12 perawat di Bangsal Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 12 responden semuanya perempuan yaitu sebanyak 12 perawat (100%). Dilihat dari umur responden sebagian besar berumur antara 30-40 tahun yaitu ada 9 orang (75%), adapun jumlah responden yang paling sedikit adalah responden mempunyai umur kurang dari 30 tahun yaitu ada 1 orang (8,3%). Sementara responden berumur lebih dari 40 tahun yaitu ada 2 orang (16,7%). Sementara bila dilihat dari lama masa kerja jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan lama masa kerja 10-20 tahun sebanyak 11 orang (91,7%). Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit adalah yang lama masa kerjanya kurang dari 10 tahun yaitu 1 orang (8,3%). b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Bangsal Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008 Tingkat Pendidikan SPK AKPER S1 KEPERAWATAN Total Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Jumlah 0 10 2 12
Prosentase (%) 0 83,3 16,7 100
58
Distribusi berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menempuh pendidikan sampai jenjang AKPER yaitu ada 10 perawat (83,3%). Persentase paling kecil adalah responden yang menempuh pendidikan sampai jenjang S1 Keperawatan dengan jumlah responden sebanyak 2 perawat (16,7%). 3. Distribusi pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu sina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) yang dirawat inap di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, diambil dengan menggunakan data yang ada. Tabel 4.3 Distribusi pasien DBD anak usia 4-15 tahun berdasar jenis kelamin di Bangsal Ibnu sina RS PKU Mumammadiyah Yogyakarta bulan Juni – Agustus 2008
Kelompok usia (tahun) 4-6 7-9 10-12 13-15 Jumlah
Perempuan
Laki – laki
Kasus DBD
%
Kasus DBD
%
0 6 5 1 12
0 50 41,66 8,33 100
4 7 6 1 18
22,22 38,88 33,33 5,55 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Dari tabel 4.3, diketahui bahwa pasien yang dirawat inap di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah paling tinggi pada usia 7-9 tahun baik pada anak laki-laki ataupun anak perempuan.
59
4. Lama perawatan pasien DBD anak rawat inap di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Lama perawatan yang dijalani anak di rumah sakit. Data diambil untuk mengetahui berapa lama rata-rata pasieb dirawat inap di rumah sakit. Tabel 4.4 Lama perawatan pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008 Lama perawatan (hari)
Jumlah
%
1–3 4–7 8 - 11
12 17 1
40 56,66 3,33
Jumlah
30
100
Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Dari tabel 4.4, lama perawatan paling tinggi adalah 4 - 7 hari yaitu sebanyak 56,66 %, dan paling rendah adalah pada lama perawatan 8-11 hari yaitu sebanyak 3,33%. 5. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. a. Gambaran
peran
perawat
dalam
pelaksanaan
pengkajian
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Peran perawat dalam pelaksanaan pengkajian keperawatan pada pasien DBD anak
di Bangsal Ibnu
sina rumah sakit
PKU
60
Muhammadiyah Yogyakarta yang diambil dengan menggunakan kuissoner. Tabel 4.5 Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Bulan Agustus-September 2008 No.
Nilai
Kategori
Frekuensi
(%)
12
100
1
76-100
Baik
2
56-75
Cukup
0
0
3
<56
Kurang
0
0
12
100
Jumlah Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Dilihat dari tabel 4.5, hasil pengamatan peran perawat dalam pengkajian pasien DBD anak diperoleh frekuensi tertinggi peran perawat dalam pengkajian keperawatan adalah kategori baik yaitu sebanyak 12 perawat (100%) dari semua total populasi dan frekuensi terendah adalah kategori cukup dan kategori kurang yaitu sebanyak 0 perawat (0%). b. Gambaran
peran
perawat
dalam
pelaksanaan
diagnosis
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh perawat selama melakukan perawatan pada pasien DBD diambil dengan menggunakan kuissoner.
61
Tabel 4.6 Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan diagnosis keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008. No. 1 2 3
Nilai 76-100 56-75 <56 Jumlah
Kategori Baik Cukup Kurang
Frekuensi 12 0 0 12
(%) 100 0 0 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan gambaran peran perawat dalam diagnosis keperawatan pada 12 perawat didapatkan frekuensinya 12 perawat termasuk dalam kategori baik (100%). Hasil penelitian gambaran diagnosis dan rencana tindakan keperawatan pasien DBD anak, sebagai berikut: Tabel 4.7 Gambaran diagnosis keperawatan pasien DBD Variabel Item 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit 2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun 3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan berhubungan dengan kurangnya informasi 4. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh lemah 5. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses penyakit 6. Resiko terjadi syok hipovolumik berhubungan dengan pendarahan hebat 7. Resiko kekurangan volume cairan Jumlah Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Kategori Baik
Frekuensi 12
(%) 100
Baik
12
100
Baik
12
100
Baik
12
100
Baik Cukup baik
11 1 12
91,7 8,3 100
Baik Cukup
11 1 12
91,7 8,3 100
62
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan diagnosis keperawatan pasien DBD yang terdiri dari 7 item dapat diketahui hasilnya adalah peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit didapatkan frekuensi sebanyak 12 yang termasuk dalam kategori baik (100%). Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun didapatkan frekuensi sebanyak 12 yang termasuk dalam kategori baik (100%). Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit diet, perawatan dan obat-obatan
berhubungan dengan kurangnya informasi didapatkan
frekuensi sebanyak 12 yang termasuk dalam kategori baik (100%). Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh lemah didapatkan frekuensi sebanyak 12 yang termasuk dalam kategori baik (100%). Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses penyakit didapatkan frekuensi sebanyak 11 yang termasuk dalam kategori baik (91,7%) dan dalam kategori cukup (8,3%) dengan frekuensi sebanyak 1. Resiko terjadinya syok hipovolumik berhubungan dengan pendarahan hebat didapatkan frekuensi sebanyak 12 yang termasuk dalam kategori baik (100%). Resiko kekurangan volume cairan didapatkan frekuensi sebanyak 11 yang termasuk dalam kategori baik (91,7%) dan dalam kategori kurang (8,3%) dengan frekuensi sebanyak 1.
63
c. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan keperawatan pada pasien DBD anak diambil dengan menggunakan kuissoner. Tabel 4.8 Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008 No. 1 2 3
Nilai 76-100 56-75 <56 Jumlah
Kategori Baik Cukup Kurang
Frekuensi 11 1 0 12
(%) 91,7 8,3 0 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan gambaran peran perawat dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan pada 12 responden didapatkan frekuensinya 12 perawat termasuk dalam kategori baik (100%). d. Gambaran
peran
perawat
dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pasien DBD anak
di Bangsal Ibnu
sina rumah sakit
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, yang diambil dengan menggunakan kuissoner.
64
Tabel 4.9 Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008 No. 1
Nilai 76-100
Kategori Baik
Frekuensi 1
(%) 8,3
2
56-75
Cukup
9
75
3
<56 Jumlah
Kurang
2 12
16,7 100
Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan gambaran peran perawat terhadap pelaksanaan tindakan keperawatan pada 12 responden didapatkan frekuensi tertinggi adalah kategori cukup yaitu sebanyak 9 perawat (75%). Sementara didapatkan frekuensi terendah adalah kategori baik yaitu sebanyak 1 perawat (8,3%) dan dalam kategori kurang yaitu sebanyak 2 perawat (16,7%). Data diatas sama dengan data rencana tindakan keperawatan karena tindakan keperawatan (implementasi) merupakan langkah nyata dari rencana tindakan keperawatan. e. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina PKU Muhammadiyah Yogyakarta, yang diambil dengan menggunakan kuissoner.
65
Tabel 4.10 Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008 No.
Nilai
Kategori
Frekuensi
(%)
1 2
76-100 56-75
Baik Cukup
11 1
91,7 8,3
3
<56
Kurang
0
0
12
100
Jumlah Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Dari tabel 4.10, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan gambaran peran perawat terhadap pelaksanaan evaluasi keperawatan frekuensi tertinggi adalah kategori baik yaitu sebanyak 11 perawat (91,7%) dari total sampel sebanyak 12 perawat
dan frekuensi terendah adalah
kategori cukup yaitu sebanyak 1 perawat (8,3%). f. Gambaran
peran
perawat
dalam pelaksanaan
dokumentasi
keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, yang diambil dengan menggunakan kuissoner.
66
Tabel 4.11 Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan dokumentasikeperawatan yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008 No.
Nilai
Kategori
Frekuensi
(%)
1
76-100
Baik
11
91,7
2 3
56-75 <56
Cukup Kurang
1 0
8,3 0
12
100
Jumlah Sumber : Data Primer Terolah, 2008
Dari tabel 4.11, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan gambaran peran perawat terhadap pelaksanaan dokumentasi keperawatan frekuensi tertinggi adalah kategori baik yaitu sebanyak 11 perawat (91,7%) dari total sampel sebanyak 12 perawat
dan frekuensi terendah adalah
kategori cukup yaitu sebanyak 1 perawat (8,3%).
B. PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan masing-masing individu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan. Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advocat klien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti (Hidayat, 2004).
67
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian utama dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam per hari dan 7 hari per minggu menjalin kontak dengan klien, maka perawat harus mengetahui dan memahami tentang paradigma kesehatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai seorang perawat agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, maka dibutuhkan seorang perawat yang profesional dalam menangani setiap kasus yang ada di rumah sakit. Sementara faktor umur, faktor pendidikan dan lamanya kerja sangat menentukan cara kerja perawat dalam skill dan pengalaman yang lebih baik (Hidayat, 2004). Distribusi karakteristik responden di Bangsal Ibnu Sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008, pada tabel 4.1, dari hasil pengamatan karakteristik umur responden menunjukkan bahwa sebagian besar berumur antara 30-40 tahun yaitu sebanyak 9 orang (75%), adapun jumlah responden yang paling sedikit adalah responden mempunyai umur kurang dari 30 tahun yaitu ada 1 orang (8,3%). Sementara responden berumur lebih dari 40 tahun yaitu ada 2 orang (16,7%). Usia sangat berpengaruh pada tingkat kerja seorang perawat, hal ini dapat dilihat bahwa umur semakin tua maka tingkat kerja semakin menurun karena manusia mempunyai keterbatasan fisik dan mental. Usia
68
juga dapat di pengaruhi oleh sosio kultural dan kesehatan (Petter & Perry, 2005). Sementara distribusi karakteristik lama masa kerja responden di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Agustus-September 2008, pada tabel 4.2 dari hasil pengamatan karakteristik lama kerja responden yang paling tinggi adalah responden dengan lama masa kerja 10-12 tahun sebanyak 11 orang (91,7%). Sedangkan jumlah responden yang paling rendah adalah yang lama masa kerjanya kurang dari 10 tahun yaitu ada 1 orang (8,3%). Lama masa kerja sangat berpengaruh pada kemampuan dan pengalaman perawat,
kemampuan perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan akan meningkat karena menggunakan pengalaman masa lalu dan menerapkan pengetahuan yang relevan dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan (Potter & Perry, 2005). Distribusi
karakteristik
tingkat
pendidikan
responden,
menunjukkan bahwa sebagian besar responden menempuh pendidikan sampai jenjang AKPER dengan frekuensi 12 atau (83,3%) yaitu sebanyak 10 responden dari 12 responden. Presentasi paling kecil adalah responden yang menempuh pendidikan sampai jenjang S1 Keperawatan dengan jumlah responden sebanyak 2 orang (16,7%). Tingkat
pendidikan
akan
mempengaruhi
seseorang
dalam
mempersepsikan sesuatu. Menurut The American Association of Colleges of
Nursing
(AACN)
menyatakan
bahwa
sikap
individu
dalam
69
mempersepsikan obyek dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan, cakrawala, keyakinan dan nilai, kualitas diri, proses belajar dan tergantung juga dari pendapat atau keyakinan individu mengenai obyek yang diterimanya, hal ini berkaitan dengan segi kognisi dan afeksi. Hasil kognitif terhadap suatu obyek disebut hasil evaluatif, yang dapat bersifat positif atau negatif serta dapat juga bersifat baik maupun tidak baik. Tingkat pendidikan semakin tinggi diharapkan dapat mempengaruhi pola pikir yang kritis dan pandangan yang luas tentang profesi keperawatan. 2.
Distribusi pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu sina Rumah Sakit PKU Muhammadayah Yogyakarta. Deman berdarah dengue merupakan infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat
di
Indonesia
karena
prevalensinya
yang
tinggi
dan
penyebarannya yang cukup luas (Sungkor.S, 2005). Seperti pada penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, maka demam berdarah dengue (DBD) juga merupakan penyakit virus yang dapat sembuh sendiri dalam waktu 2-7 hari, namun 50 % dari penyakit ini akan terjun kedalam syok dan menyebabkan kematian. Untuk menurunkan angka kematian akibat syok, maka penderita dapat dirawat di rumah sakit atau dilakukan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya syok. Jika sudah
70
terjadi syok harus segera ditangani dengan pemberian cairan secara cepat (Sri rezeki.S, 2004). Dari tabel 4.3, diketahui bahwa distribusi pasien DBD yang dirawat inap di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2008 antara laki-laki dan perempuan tidak mengalami perbedaan yang mencolok. Pasien anak laki-laki adalah 60% dan pada anak perempuan adalah 40%, dan presentasi tertinggi sama-sama terdapat pada anak usia 7-9 tahun. Namum dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa presentase penderita DBD antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama, atau dalam kata lain penyakit ini tidak memandang jenis kelamin antara laki-laki maupun perempuan. Pernyataan tersebut antara lain terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2005). Lama perawatan pasien DBD dipengaruhi oleh proses asuhan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit, keadan umum pasien yang memburuk,
adanya komplikasi penyakit, lingkungan yang kurang
mendukung, kurangnya dukungan dari orang terdekat dan keadaan ekonomi keluarga. Dalam survay penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata 56,66% pasien DBD dirawat inap selam 4-7 hari di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan kejadian demam pada penyakit demam berdarah dengue yaitu terjadi demam sekitar 2-7 hari (WHO, 1999). Jika demam turun lebih cepat pada pasien DBD yang dirawat inap diperbolehkan pulang, karena masalah utamanya telah teratasi. Namun apabila ada pasien yang didapatkan
71
perawatan lebih dari hari tersebut kemungkinan pasien mengalami komplikasi penyakit lain selain demam. 3. Gambaran peran perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu Sina rumah sakit Muhammadiyah Yogyakarta. Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan masing-masing individu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan. Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advocat klien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti (Hidayat, 2004). Berbagai peran perawat diatas sangat menentukan keberhasilan dalam pemecahan masalah kesehatan dan pemberian pelayanan pada pasien. Pada dasarnya pasien DBD yang menjalani rawat inap di pelanyanan kesehatan mempunyai banyak masalah yang harus segera diatasi dan diselesaikan oleh perawat. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam perawatan pasien, karena perawat secara terusmenerus selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu berhubungan dengan pasien. Sehingga perawat mempunyai peran dan kewajiban yang sangat besar dalam memberikan asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasien secara optimal, bertanggung jawab dan tanggung gugat. Asuhan keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek
72
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan diberikan secara bertahap mulai dari tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi (Nursalam, 2001). Sementara dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien sangat dibutuhkan kerjasama antara perawat dengan keluarga pasien, hal ini bertujuan agar keluarga dapat ikut serta berperan dalam pemberian tindakan sehingga selain diperhatikan oleh tim kesehatan pasien juga merasa diperhatikan oleh pihak keluarga serta orang-orang terdekat dengan pasien. Tahap pertama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah tahap pengkajian. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian juga merupakan pedoman yang sangat penting dalam penegakan diagnosis keperawatan yang tepat dan juga dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien agar cepat terselesaikan dengan optimal. Peran perawat dalam pelaksanaan pengkajian yang dilakukan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta rata-rata dalam kategori baik dari standar asuhan keperawatan, yang diambil menggunakan data primer (kuissoner) dengan data yang
73
digunakan adalah setiap pasien yang tiba di Bangsal anak pasien dengan diagnosis DBD dilakukan kembali penilaian ulang kondisi umum, pemeriksaan fisik, pelaporan langsung dari tim medis dan melakukan pengkajian dasar pada pasien anak DBD yang baru tiba di bangsal. Dilihat dari tabel 4.5, bahwa hasil pengamatan menunjukkan 100% peran perawat dalam pelaksanaan pengkajian keperawatan diatas sudah dilaksanakan dengan baik oleh perawat. Keadaan ini menunjukan bahwa perawatperawat di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah melakukan pengkajian pada pasien DBD anak sesuai dengan standar acuhan asuhan keperawatan. Sementara hasil penelitian dengan melihat kembali catatan rekam medis didapatkan bahwa di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta data pengkajian disusun menjadi 9 item, yaitu terdiri dari identitas, riwayat penyakit, keadaan fisik, keadaan emosional, kemampuan aktivitas sehari-hari seperti BAK/BAB, keadaan spiritual, informasi penunjang, catatan khusus dan pengelompokan data yang terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Dalam catatan pengkajian yang paling banyak dituliskan para perawat adalah identitas pasien,
informasi
penunjang
yang
berisi
diagnosis
medis,
hasil
pemeriksaan laboraturium, hasil rontgen dan hasil pemeriksaan lain, suhu tubuh pasien. Pengkajian terhadap keadaan fisik dan keluhan-keluhan yang dialami pasien masih jarang dilakukan perawat, mungkin saja pasien
74
pernah
mengeluh
dan
mendapat
perhatian
tapi
perawat
tidak
mendokumentasikan tindakannya tersebut (Sumarni, 2005). Tahap kedua dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah perumusan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan adalah suatu pertanyaan dari pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpukkan, yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas kewenangan perawat untuk melakukannya. Perumusan diagnosis ditentukan dari hasil pengkajian awal (Nursalam, 2001). Peran perawat sangat penting dalam menegakkan suatu diagnosis keperawatan pada pasien karena perawat bertanggung jawab dalam pendokumentasian setiap tindakan yang dilakukan. Dilihat dari tabel 4.6, dapat dilihat bahwa peran perawat dalam pelaksanaan diagnosis keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu Sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta rata-rata dalam kategori baik dari standar prosentase yang ditentukan peneliti. Perumusan diagnosis pada pasien DBD yang dirawat inap di rumah sakit dapat mengalami kurang lebih 12 diagnosis yang muncul (Effendy, 1995). Sementara diagnosis keperawatan pada pasien DBD anak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 diagnosis (tabel 4.7) yang terdiri dari, pertama peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit merupakan diagnosis yang paling sering muncul pada pasien demam berdarah dengue, bahkan dipastikan mencapai 100% karena merupakan suatu gejala paling awal dari penyakit tersebut. Diagnosis
75
kedua, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun, dipastikan sebagian besar pasien akan mengalami penurunan nafsu makan hal ini disebabkan adanya gejala –gejala yang sering terjadi pada pasien DBD seperti mual, muntah, dan rasa sakit saat menelan. Sehingga asupan makan yang masuk ketubuh akan berkurang, maka peran perawat yang harus dilakukan adalah dengan memberikan makanan yang mudah ditelan (bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat) dan memberi makanan dalam porsi yang kecil dengan frekuensi yang sering. Diagnosis ketiga, resiko terjadi syok hipovolumik berhubungan dengan pendarahan hebat, diakibatkan kehilangan plasma darah sangat banyak atau terjadinya pendarahan hebat akibat kebocoran pembuluh darah. Hal ini bisa terjadi pada pasien DBD dan berakibat fatal apabila penanganan tidak segera diberikan oleh perawat, maka peran perawat yang harus segera dilakukan adalah mengatasi agar tidak terjadi tanda – tanda syok pada pasien dengan cara monitor keadaan umum, tanda-tanda vital, tanda-tanda pendarahan dan pemberian infuse atau memberikan terapi cairan intravena segera jika didapatkan pasien terjadi pendarahan. Sementara
diagnosis
keempat,
resiko
kekurangan
volume
cairan
diakibatkan oleh pendarahan hebat, keluarnya keringat yang berlebih akibat demam yang tinggi, kurangnya asupan cairan yang masuk ketubuh, maka peran perawat adalah memberikan terapi cairan intravena dan
76
mengkaji terus perubahan intake-output, hal ini bertujuan agar pasien tidak terjadi dehidrasi berat. Diagnosis kelima, gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses penyakit, hal ini timbul akibat gejala-gejala penyerta seperti nyeri otot, tulang, sendi, faring (susah menelan), dan nyeri tekan pada hepar diakibatkan adanya pembesaran hepar (splenomegali) yang sering ditemui pada kasus pasien syok, maka peran perawat adalah mengkaji tingkat nyeri pasien dan mengurangi rasa nyeri dengan memberikan respon yang baik (terapi musik, membaca buku), pemberian obat analgesik sesuai petunjuk dokter. Dari diagnosis diatas akan timbul diagnosis gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh lemah, sehingga sangat membutuhkan peran perawat dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (makan, mandi, BAK/BAB, dll). Diagnosis selanjutnya, Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Hal ini, merupakan diagnosis yang sering muncul pada pihak keluarga karena kurangnya informasi dan penjelasan dari perawat dalam setiap tindakan yang dilakukan, maka peran perawat dalam hal ini adalah memberikan informasi dan penjelasan dalam setiap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien. Dari hasil penelitian tersebut bahwa gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasie DBD anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta rata-rata
77
dalam kategori baik (100%). Keadaan ini menunjukan bahwa perawatperawat di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah melakukan perumusan diagnosis keperawatan pada pasien DBD anak dengan standar acuhan asuhan keperawatan. Tahap ketiga, perencanaan keperawatan atau rencana tindakan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien.
Dalam
perencanaan keperawatan pasien sangat membutuhkan peran perawat untuk memenuhi tujuan keperawatan dalam mengatasi suatu masalah. Dilihat dari tabel 4.8, bahwa hasil pengamatan menunjukan 91,7% peran perawat dalam pelaksanaan rencana keperawatan pada pasien DBD di bangsal Ibnu Sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta rata-rata dalam karegori baik. Keadaan ini menunjukan bahwa perawat-perawat di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah melakukan rencana tindakan pada pasien DBD anak sesuai dengan standar acuhan asuhan keperawatan. Sementara hasil pengamatan peran perawat dalam pelaksanaan rencana tindakan keperawatan dilihat dari catatan rekam medis masih dalam rata-rata cukup dari standar asuhan keperawatan . Dari hasil diatas dapat dilihat suatu perbedaan peran perawat dalam perencanaan keperawatan antara keadaan sebenarnya dengan catatan rekam medis, hal ini mungkin disebabkan pada setiap pelaksanan rencana tindakan yang
78
telah dilakukan perawat terkadang perawat lupa tidak mencatat di rekam medis. Dari rencana tindakan yang telah ditentukan oleh perawat, maka langkah selanjutnya tahap empat yaitu peran perawat dalam melakukan implementasi keperawatan. Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan dengan maksud agar semua kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal, yang mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan, dan pemilihan kesehatan (Potter & Perry, 2005). Dilihat dari tabel 4.9, bahwa gambaran peran perawat dalam pelaksanaan implementasi keperawatan pada pasien DBD anak di Bangsal Ibnu Sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta rata-rata dalam kategori cukup (75%). Hal ini dapat dilihat pada beberapa diagnosis dan rencana tindakan yang telah disusun oleh perawat dirumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang telah mengacu pada pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai standar asuhan keperawatan, contohnya dalam rencana tindakan dan implementasi pada diagnosis “Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit”. Tindakan peran perawat dalam menyusun rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan telah mengarah pada tindakan untuk mengatasi masalah secara tepat dan cepat, dengan pemberian kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh pada pasien DBD.
79
Untuk
diagnosis
“Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan penurunan nafsu makan”dapat diatasi dengan mengkaji pola makan, mengobservasi keadaan umum, menganjurkan pasien untuk makan sering dengan porsi yang sedikit-sedikit, menyajikan makanan dalam keadaan hangat. Tindakan diatas sebagian besar sudah dilaksanakan oleh perawat di Bangsal Ibnu Sina. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Masalah yang harus diselesaikan pada diagnosis diatas adalah gangguan rasa nyaman: nyeri, nyeri yang dihadapi oleh pasien biasanya merupakan respon yang berbeda dari masing-masing individu, antara pasien satu dengan pasien yang lain mempumyai persepsi nyeri yang berbeda, sehingga tindakan yang dilakukan juga berbeda. Untuk pasien di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tindakan yang dilakukan perawat untuk mengatasi nyeri adalah mengatur posisi tubuh pasien agar merasa nyaman dan tidak mengeluh nyeri, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik. Tindakan ini sebagian sudah dilaksanakan dengan baik oleh perawat di Bangsal Ibnu sina. Diagnosis lain yang muncul pada pasien yang dirawat inap di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah “Kurangnya aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh lemah”. Kondisi tubuh lemah pada pasien disebabkan oleh perjalanan penyakit sehingga aktivitas terbatas, perawat di Bangsal Ibnu Sina telah melaksanakan
80
perannya dengan memberikan bantuan pada pasien dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien seperti mandi, makan, eliminasi (BAK/BAB). Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Diagnosis ini merupakan masalah yang sering kali ditemukan pada keluarga pasien, hal ini disebabkan kurangnya penjelasan setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat pada keluarga pasien. Namun sebagian perawat di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta sudah cukup baik dalam memberikan informasi pada pasien dan keluarga dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. Diagnosis terakhir adalah “Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan
berpindahnya
cairan
intravaskuler
ke
ekstravaskuler”. Tindakan untuk mengatasi masalah kekurangan cairan harus cepat, karena masalah ini dapat menyebabkan syok hipovolumik. Dalam diagnosis ini 50% tindakan telah dilakukan oleh perawat untuk menolong pasien terhindar dari resiko dehidrasi. Dari penelitian ini menunjukan bahwa perawat-perawat di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah melakukan tindakan keperawatan/ implementasi pada pasien DBD anak sesuai dengan standar acuhan asuhan keperawatan. Setelah perawat melakukan tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien, tindakan selanjutnya yang
81
harus dilakukan perawat adalah melakukan evaluasi dan dokumentasi keperawatan terhadap hasil tindakannya. Evaluasi keperawatan adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, tahap evaluasi ini 91,7% telah dilakukan dengan baik. Seluruh tindakan yang telah dilakukan oleh perawat benar-benar diperhatikan, baik tindakan tersebut membawa perubahan atau tidak. Dalam catatan evaluasi, apabila tindakan telah membawa perubahan maka perawat akan menulis dicatatan rekam medis dengan‘masalah telah diatasi’ dan apabila masalah belum diatasi maka perawat akan menulis dicatatan rekam medis dengan ‘masalah belum diatasi, rencana tindakan dilanjutkan’. Dari sini dapat dilihat bahwa evaluasi yang dilakukan oleh perawat pelaksana dapat dijadikan alat komunikasi untuk perawat jaga selanjutnya. Tahap terakhir dalam asuhan keperawatan DBD adalah tahap dokumentasi. Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Tahap dokumentasi ini 91,7% telah dilakukan dengan baik oleh perawat di bangsal Ibnu Sina. Seluruh tindakan yang telah dilakukan oleh perawat dan semua hasil pemeriksaan pasien sudah didokumentasikan dengan baik, hal ini bertujuan untuk professional administrasif dan klinik. Dan juga sebagai laporan bagi tim medis terakhir
82
yang bersifat obyektif, komprehensif dan akurat yang mencerminkan status pasien (Potter & Perry, 2005). Dari keadaan diatas menunjukan bahwa perawat-perawat di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU muhammadiyah Yogyakarta telah melakukan evaluasi dan dokumentasi pada pasien DBD anak sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Dari penelitian ini dapat diketahuai bahwa gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta terutama dalam pengkajian,
diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan/implementasi, evaluasi dan dokumentasi keperawatan telah sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa gambaran peran perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah sesuai dengan standar asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil, peran perawat dalam pengkajian keperawatan pada pasien DBD anak 100% termasuk kategori baik. Peran perawat dalam perumusan diagnosis keperawatan pada pasien DBD anak 100% termasuk kategori baik, peran perawat dalm rencana tindakan keperawatan pada pasien DBD anak 91,7% termasuk dalam kategori baik, peran perawat dalm tindakan keperawatan 75% termasuk kategori cukup, peran perawat dalam evaluasi dan dokumentasi keperawatan 91,7% termasuk kategori baik. B. Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
gambaran
peran
perawat
dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, maka saran yang disampaikan:
83
84
1. Bagi ilmu keperawatan Khususnya bagi keperawatan anak dan penyakit dalam agar meningkatkan standart pelayanan asuhan keperawatan terhadap pasien DBD, khususnya pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak. 2. Bagi perawat Khususnya bagi perawat agar meningkatkan standart penatalaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien. Dan diharapkan perawat dapat memenuhi hak-hak pasien. 3. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Bagi rumah sakit khususnya dalam bidang keperawatan diharapkan untuk lebih memperhatiakn pelaksanaan proses asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana terutama untuk hal evaluasi dan pendekumentasian, evaluasi keperawatan dapat sebagai acuhan tindakan keperawatan selanjutnya dan pendokumentasian dapat sebagai bahan pembelajaran. 4. Bagi peneliti Sebagai regenerasi perawat, peneliti diharapkan mampu melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan baik. 5. Bagi peneliti selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, sebagai bahan masukan dan pertimbangan, sehingga tercipta penelitian yang lebih baik lagi dan lebih bermanfaat bagi pengembangan profesi keperawatan, misalnya saja melakukan penelitian dengan materi penatalaksanaan keperawatan pasien deman dengue dan
85
demam berdarah dengue dengan mengambil data primer secara observasi langsung tindakan perawat. C.
Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan
penelitian
tentang
gambaran
peran
perawat
dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah penelitian ini dengan pendekatan kepada perawat-perawat. 2. Kelemahan
penelitian
tentang
gambaran
peran
perawat
dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) anak di Bangsal Ibnu sina rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah penelitian ini tidak menggunakan cara
observasi
tindakan
keperawatan
secara
langsung
hanya
menggunakan kuissoner saja, sehingga hasil penelitian yang diperoleh kurang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S, 2002. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta. Arwani, 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Penerbit EGC, Jakarta. Aziz, 2006. Asuhan Keperawatan Anak 2. Penerbit Info Medika Jakarta, Jakarta. Aziz hidayat, 2006, Konsep dan Prosedur Penelitian, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Bhamarapravati, dkk, 1967, Kegawatan Pada Demam Berdarah Dengue, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Carpenito, L. J, 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Edisi 2, Penerbit Buku EGC, Jakarta. Deny Nuryadi, 2000, Pola Distribusi Penderita DB/DBD pada Pasien Anak di RSUD dr. Sarjito Yogyakarta, FK UMY Yogyakarta. Departemen Kesehatan RI, 2002, Demam Berdarah Dengue, http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052002/demam berdarah.htm Departemen Kesehatan RI, 2007, Demam Berdarah Dengue, http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052007/demam berdarah.htm Departemen Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 2008, Demam
Berdarah
dan
Demam
Berdarah
Dengue,
http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052008/demam berdarah.htm Elizabet J. Crowh, 2001, Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Effendy, C, 1995, Perawatan Pasien DHF, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hardiono, dkk, 2004, Standar Pelayanan Media Kesehatan Anak Edisi I, Penerbit: Badan Penerbit IDAI, Jakarta. Hendarwanto, 1994, Dengue, Ilmu Penyakit Dalam I, Bagian Penyakit Dalam FK UI, Jakarta. Hidayat, A. Aziz Alimul, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi I, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
86
87
Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Penerbit Media Aesculapius FK UI, Jakarta. Mitrakul, dkk, 1997. Diagnosis Laboraturium Infeksi Virus Dengue. http://www.doktertomi.com/1997/04/08/demam-berdarah-dengue/-54k/html. Mundakir,
2006,
Komunikasi
Keperawatan
Aplikasi
Dalam
Pelayanan.
Yogyakarta: Graha ilmu. Nelson, MD Waldo E, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Ngastiyah, 1995, Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue, Penerbit FK UI, Jakarta. Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan, pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian keperawatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Perry, Potter, 2005, Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek Vol. 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Prabowo lilik, 2002, Frekuensi Penderita DB/DBD pada pasien anak di RSU PKU Muhammadiyah Solo periode Januari 2002 – 31 Juli 2002, FK UMY Yogyakarta. Rothrock C Jane, 1998, Perioperative Nursing Care Planing, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Samsi, Susanto. dkk, 1999, Gambaran Klinis Demam Berdarah Dengue, Penerbit FK UI, Jakarta. Stuad & Sundeen, 1987. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Missouri: Mosby Year Book Sumarmo, 2002, Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Penerbit FK UI Jakarta, Jakarta. Sugiyono, 2003, Statistika untuk Penelitian, Penerbit Alfa Beta, Bandung. Sumarni, 2005, Gambaran Penatalaksanaan Keperawatan Pasien DB/DBD (DF/DHF) pada Anak Usia 4-15 tahun di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta, PSIK FK UMY Yogyakarta.
88
Sungkar. S, 2005, Majalah Kedokteran Indonesa Bionomik Aedes Aegepty, Vector Demam Berdarah Dengue, Departemen Parasitologi FK UI, Jakarta. Sri Rezeki, 2000, Tatalaksana Demam Berdarah/Demam Berdarah Dengue pada Anak, Penerbit FK UI, Jakarta. Tuchinda, 1973, Patofisiologi Demam Berdarah Dengue, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Widodo. D, 2001, Presentase Penderita Demam Berdarah Dengue di Indonesia, http://www.doktertomi.com/2001/04/08/demam-berdarah-dengue/-54k/html. WHO (World Health Organization), 1999, Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Retno cahyani
NIM
: 20040320109
Alamat
:Jl. Menjangan no. 51 Kuncen, Wirobrajan, Yogyakarta
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Program A Fakultas kedokteran UMY yang sedang malakukan penelitian dengan judul “ Gambaran Peran Perawat terhadap Perawatan Pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) Anak di Bangsal Ibnu Sina Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta” Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila
Bapak/Ibu
menyetujui,
maka
mohon
kesediaannya
untuk
mendatangani lembar persetujuan. Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya telah diberi informasi dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Yogyakarta,
PENELITI
Retno Cahyani
RESPONDEN
.......................
2008
Lampiran 4
KUISSONER PENELITIAN GAMBARAN PERAN PERAWAT (Pelaksanaan keperawatan) I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
:……………………………….
2. Usia
:……………….tahun
3. Jenis kelamin
: laki-laki/perempuan
4. Alamat
:……………………………….
5. Pekerjaan
:………………………………..
6. Pendidikan terakhir
:
(
) SPK
(
) AKPER
(
) S1 KEPERAWATAN
7. Lama kerja
:……………………bulan/tahun
II. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET 1. Bacalah semua pertanyaan didalam tabel. 2. Jawablah sesuai dengan pengetahuan bapak/ibu/saudara. 3. Jawab dengan memberi tanda (√ ) pada kolom yang disediakan. 4. Teliti sekali lagi untuk memastikan semua pertanyaan sudah dijawab.
Lampiran 4
Cheklest Penatalaksanan Keperawatan DBD Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar menurut Ibu/Bapak/Saudara dengan memberi tanda ( √ ) pada kolom jawaban.
A. 1
2
B. 1.
a. b.
PERTANYAAN (pelaksanaan tindakan) Pengkajian Setiap pasien yang tiba di Bangsal Anak dengan diagnosis DBD dilakukan kembali penilaian ulang kondisi klien, pemeriksaan fisik, dan pelaporan langsung dari tim medis. Perawat di Bangsal Anak perlu melakukan pengkajian dasar pada pasien anak dengan diagnosis DBD yang baru tiba di Bangsal Diagnosis keperawatan Peningkatan suhu tubuh (hypertermi) berhubungan dengan proses penyakit. Perawat Mengkaji saat timbulnya demam Mengobservasi tandatanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering.
Tidakpernah dilakukan
Pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
Lampiran 4
PERTANYAAN (pelaksanaan tindakan) c.
d.
e.
f.
g.
h.
Memberikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh. Perawat tidak memberikan penjelasan pada pasien atau keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan pasien atau keluarga untuk kooperatif Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibat yang timbul jika hal itu tidak dilakukan. Menganjurkan pasien untuk banyak minum + 2,5 liter per 24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien. Memberikan kompres air hangat (pada daerah axilla dan lipatapaha). Menganjurkan pasien untuk tidak memakai selimut atau pakain tebal Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian cairan vena dan terapi obat-obatan sesuai dengan kebutuhan
Tidakpernah dilakukan
Pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
Lampiran 4
Pertanyaan 2.
a.
b.
c.
d. 3
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun (mual, muntah, rasa sakit saat menelan Perawat tidak mengkaji keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang dialami pasien. Memberikan makan yang mudah ditelan seperti: bubur, tim dan dihidangkan saat masih hangat Memberi makanan dalam porsi yang kecil dan frekuensi yangs sering. Dan Mencatat jumlah/porsi makanan pasien yang dihabiskan setiap harinya Kolaborasi pemberian antasida Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obatobatan b.d kurangnya informasi.
Tidakpernah dilakukan
Pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
Lampiran 4
Pertanyaan
a.
b. c.
d.
4.
a.
b.
Perawat tidak mengkaji tingkat pengetahuan pasien keluarga tentang penyakit demam berdarah Mengkaji latar belakang pendidikan pasien Memberikan kesempatan pada pasien atau keluarga untuk menanyakan halhal yang ingin diketahui sehubungan dengan proses penyakit dalam hal ini demam berdarah. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan pada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. Ganguan aktivitas sehari-hari b.d kondisi tubuhlemah Perawat tidak mengkaji hal-hal yang mampu dan tidak mampu dilakukan oleh pasien sehubungan dengan kelemahan fisiknya Membantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien
Tidak pernah dilakukan
Pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
Lampiran 4
PERTANYAAN
Tidakpernah dilakukan
5.
Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d proses penyakit
a.
Mengkaji tingkat nyeri yang di alami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10), berikan pasien menentukan tingkat nyeri yang dialaminya, tetapkantipe nyeri yang dialami pasien, respon terhadap nyeri yang dalami
b.
Perawat tidak mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri (budaya, pendidikan dll).
c.
Memberi posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang
d.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgesik
6.
Resiko terjadi syok hipovolemik b.d pendarahan hebat
a.
Monitor keadaan umum pasien
b.
Observasi TTV tiap 2-3 jam
Pernah dilakukan
Jarang
Sering
Selalu
dilakukan
dilakukan
dilakukan
Lampiran 4
PERTANYAAN c.
Monitor tanda-tanda pendarahan
d.
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk pemberian infuse, beri terapi cairan interavena jika terjadi pendarahan.
e.
Monitor masukan dan keluaran, catat dan ukur pendarahan yang terjadi. Produksi urin
7.
Resiko kekurangan volume cairan Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi), serta tanda-tanda vital
a.
a.
Mengkaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi), serta tanda-tanda vital
b.
Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi/ hipovolemik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor jelek
c.
Mengkaji perubahan keluaran urin (urin output < 25 ml/jam atau 600 ml/jam). Monitor asupankeluaran.
Tidakpernah dilakukan
Pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
Lampiran 4
PERTANYAAN d.
Memberikan cairan intravena sesuai dengan program dokter
C.
Evaluasi Apakah perawat melaksanakan penilaian ulang dan pengamatan kembali kondisi pasien dan fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan pemulangan pasien.
D.
Dokumentasi Apakah perawat telah melaksanakan pendokumentasian pasien anak BDB meliputi identifitas pasien, status fisik, tanda-tanda vital, hasil laboraturium (golongan darah, Hb, Ht, leukosit, trombosit, urin)
Tidakpernah dilakukan
Pernah dilakukan
Jarang dilakukan
Sering dilakukan
Selalu dilakukan
Hasil Reliabilitas Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
11 1 12
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .997
N of Items 35
% 91.7 8.3 100.0
Item Statistics P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 P33 P34 P35
Mean 4.4545 4.3636 4.2727 4.2727 4.2727 4.2727 4.3636 4.3636 4.3636 4.4545 4.3636 4.3636 4.3636 4.3636 4.3636 4.3636 4.4545 4.3636 4.3636 4.3636 4.3636 4.3636 4.3636 4.2727 4.4545 4.3636 4.3636 4.4545 4.3636 4.4545 4.3636 4.3636 4.3636 4.3636 4.3636
Std. Deviation .52223 .50452 .46710 .64667 .46710 .46710 .50452 .50452 .50452 .52223 .50452 .50452 .50452 .50452 .50452 .50452 .52223 .50452 .50452 .50452 .50452 .50452 .50452 .64667 .52223 .50452 .50452 .52223 .50452 .52223 .50452 .50452 .50452 .50452 .50452
N 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11
Frequency Table A. Pengkajian
Valid
Baik
Frequency 12
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
B1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan penyakit
Valid
Baik
Frequency 12
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
B2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
Valid
Baik
Frequency 12
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
B3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
Valid
Baik
Frequency 12
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
B4. Gangguan aktivitas sehari-hari
Valid
Baik
Frequency 12
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
B5.Gangguan rasa nyaman: nyeri proses panyakit
Valid
Cukup Baik Total
Frequency 1 11 12
Percent 8.3 91.7 100.0
Valid Percent 8.3 91.7 100.0
Cumulative Percent 8.3 100.0
B6. Resiko terjadi syok hipovolemik pendarahan hebat
Valid
Bailk
Frequency 12
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Frequency Table B7. Resiko kekurangan volume cairan
Valid
Kurang Baik Total
Frequency 1 11 12
Percent 8.3 91.7 100.0
Valid Percent 8.3 91.7 100.0
Cumulative Percent 8.3 100.0
C. Evaluasi
Valid
Kurang' Baik Total
Frequency 1 11 12
Percent 8.3 91.7 100.0
Valid Percent 8.3 91.7 100.0
Cumulative Percent 8.3 100.0
D. Dokumentasi
Valid
Kurang Baik Total
Frequency 1 11 12
Percent 8.3 91.7 100.0
Valid Percent 8.3 91.7 100.0
Cumulative Percent 8.3 100.0