Karya Ilmiah
TINJAUAN GEOTEKNIK UNTUK PENGAMANAN PIPA GAS DI SUNGAI NILO
Oleh : Ir. Geni Firuliadhim, MT.
POLBAN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG JURUSAN TEKNIK SIPIL 2013
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAK
i ii iii
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1 2 5 6 7 12 13
Latar Belakang Permasalahan Kondisi Geoteknik Lokasi Studi Rencana Penanganan Perhitungan Awal Penimbunan Kembali Pipa Gas Kapasitas Tahanan Lateral Tiang Angka Keamanan Sistem Tanggul Reklamasi
DAFTAR PUSTAKA
iv
POLBAN
i
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Alloh SWT akhirnya saya dapat mempersembahkan karya ilmiah ini untuk teman-teman staf pengajar dan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung. Karya ini berisi contoh analisa geoteknik untuk pengamanan pipa gas di Sungai Nilo Propinsi Riau. Barangkali cara analisa dalam laporan karya ilmiah ini adalah tipikal untuk kasus-kasus yang sama dimana pipa gas berada dalam ancaman terapung (floating) akibat terkikisnya tanah penutup jalur pipa gas. Bila kondisi tersebut dibiarkan maka pipa gas dapat terputus oleh tekanan aliran Sungai Nilo. Atas segala kekurangan dalam laporan karya ilmiah ini, kritik dan saran kami nantikan untuk kesempurnaan. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. Penulis.
POLBAN
ii
TINJAUAN GEOTEKNIK UNTUK PENGAMANAN PIPA GAS DI SUNGAI NILO (GEOTECHNICAL ANALYSIS FOR FITNESS SERVICES PIPE GASES AT NILO RIVER)
Oleh : Ir. Geni Firuliadhim, MT. (Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung)
ABSTRAK Pipa gas di daerah aliran Sungai Nilo Propinsi Riau berada dalam ancaman terapung (floating) akibat terkikisnya tanah penutup pipa gas. Bila kondisi tersebut dibiarkan maka pipa gas dapat terputus oleh tekanan aliran Sungai Nilo. Kondisi di lokasi diperparah oleh tanah gambut sangat lunak terrendam air. Bila banjir datang muka air setinggi 2 meter di atas punggung pipa gas dan arusnya deras. Kata kunci : pipa gas terapung, tanah sangat lunak.
POLBAN ABSTRACT
Pipe gas in the area current of a Nilo River Riau Province be in floating threat from result scouring top soil cover of pipe gas. If that condition allowing then pipe gas can be broken because of the preassure from current of Nilo River. In serious condition on the location because of peat soil very soft water submerged. If the flood come surface of water be high 2 meters on top of pipe gas and current swift. Key word : pipe gases, floating, soft soil iii
1. Latar Belakang Permasalahan Histori dan permasalahan yang sedang dihadapi saat ini pipa gas di sekitar Sungai Nilo di lokasi studi antara lain : a. Pipa pernah ditanam pada kedalaman rata-rata 1 m dibawah muka tanah. Paling dangkal 0.76 m. b. Sebagian pipa melintasi Sungai di 2 tempat, Sungai Nilo sekitar 25 m dan lebar Sungai Kompor sekitar 50 m. c. Lokasi studi jauh dari muara (laut) sehingga muka airnya tidak signifikan dipengaruhi pasang-surut air laut. d. Tanah penutup tanah lunak bahkan separuhnya berupa gambut amorf, sekarang sudah terkikis air sungai, hingga sisanya tanah yang menutupi pipa gas tingga sekitar 10-20 cm saja, bahkan sudah ada yg terekspos. e. Pipa gas yang distudi sepanjang 3 km ini sering terrendam air sungai. f.
Kadang-kadang muncul binatang melata (buaya, ular) atau kerbau di areal ini.
g. Owner
lebih
memilih
mempertahankan
kedudukan
pipeline
saat
ini,
tidak
menginginkan re-route. h. Pipa sudah berusia 17 tahun. Lihat Gambar 1.1.
POLBAN (a) Di Areal KP 399+000
1
(b) Di Areal KP 401+000
(c) Di Areal KP 404+000 Gambar 1.1. Kondisi Areal Tanah Penutup Pipa Gas di KP 399+000
POLBAN
Permasalahan di masa yang akan datang yang mungkin dihadapi :
a. Pipa gas menjadi terekspos, pipa gas dapat terangkat (floating) terutama sewaktu tergenang air sungai. Keamanan terhadap gangguan manusia menjadi tidak terjamin. b. Pipa gas kehilangan pemberat (tanah urug) sehingga mudah berdeformasi terutama bila air sungai naik dan beromba tidak terlalu. 2. Kondisi Geoteknik Survey geoteknik berupa pemboran dangkal hingga kedalaman 6 m dan uji penetrasi tangan hingga tekanan maksimum 20 kg/cm2. Total titik survey sebanyak 16 pasang. Penyebaran titik-titik survey dapat dilihat dalam Gambar 1.2 ini. 2
KP 40 KP 2+ 25 40 0 2+ KP 00 0 40 KP 2+ 75 40 0 2+ 50 0 KP 40 3+ 00 KP 0 40 4+ 00 KP 0 40 6+ 00 0
KP KP 40 40 1+ 1+ 75 50 0 0
KP KP 40 40 1+ 1+ 25 00 0 0
SV 1305
KP KP 40 40 0+ 0+ 75 50 0 0
Su ng ai Ni lo KP KP 40 39 0+ 25 KP 3 7+7 0 99 00 +0 00
SV 1306
Perkampungan Sungai Kompor Perkampungan Keterangan : Titik Pemboran Tangan/Pengambilan Contoh Tanah Asli/Titik Uji Penetrasi Tangan
Gambar 1.2. Peta Penyebaran Titik-Titik Survey Geoteknik Profil muka tanah yang menempati areal studi pipa gas diantara Sungai Nilo dan Sungai Kompor berupa rawa relative datar. Tanah permukaan areal studi secara umum terbagi 2 jenis tanah yaitu tanah gambut dan bukan gambut termasuk organic. Penyebaran lapisan tanah penutup gambut dapat dilihat dalam Gambar 1.3. berikut ini. Tanah penutup gambut (Pt) : Tersebar di sekitar KP 397+700 s/d KP 399+00, KP 400+750 s/d KP 401+500 dan KP
POLBAN
402+000. Gambutnya berupa gambut amorf, gambut dengan tingkat pelapukan tinggi, konsistensi lunak s/d sangat lunak, non plastis, ketebalan 0.6 - 5 m, yang paling tebal terletak di tengah-tengah antara Sungai Nilo dan Sungai Kompor. Hasil pengujian laboratorium yang penting sebagai berikut : Berat isi
: = 0.995 - 1.514 ton/m3
Kohesi
: c = 0.039 – 0.091 kg/cm2
Sudut geser dalam : = 4.5 – 8.6 derajat Angka pori
: eo = 0.43 – 3.057
Kedalaman muka air dipengaruhi fluktusai muka air di sungai. Daya dukung tanah di lokasi studi areal tanah gambut berkisar 0.666 – 1.899 ton/m2 atau rata-rata 1.185 ton/m2. 3
Tanah penutup bukan gambut dan termasuk tanah organik : Tersebar di sekitar KP 400+250 s/d KP 400+500, KP 401+750, KP 402+250 s/d KP 406+000. Lapisan tanahnya berupa : lempung plastisitas rendah (CL), lempung lanauan plastisitas tinggi (CH), lempung kepasiran (CL), pasir kelempungan (SC) dan pasir kelanauan (SM), sebagian mengandung organic, konsistensi sangat lunak s/d sedang, ketebalan > 6 m. Hasil pengujian laboratorium yang penting sebagai berikut : Berat isi
: = 1.101 - 1.909 ton/m3
Kohesi
: c = 0.038 – 0.590 kg/cm2
Sudut geser dalam : = 1.824 – 29.36 derajat Angka pori
: eo = 0.608 – 4.108
Indeks kompresi
: Cc = 0.1456 – 0.901
Koefisien konsolidasi : Cv = 1.11 x 10-3 s/d 9.46 x 10-3 cm/detik Muka air tanah di lokasi proyek dijumpai pada kedalaman sekitar 0.2 – 0.5 m dari muka tanah setempat. Daya dukung tanah di lokasi studi areal tanah bukan berkisar 1.102 – 4.768 ton/m2 atau
KP 40 KP 2+ 25 40 0 2+ KP 00 0 40 KP 2+ 75 40 0 2+ 50 0 KP 40 3+ 0 KP 00 40 4+ 00 KP 0 40 6+ 00 0
KP KP 40 40 1+ 1+ 75 50 0 0
KP KP 40 40 1+ 1+ 25 00 0 0
SV 1305
KP KP 40 40 0+ 0+ 75 50 0 0
Su ng ai Ni lo
rata-rata 2.593 ton/m2.
KP KP 40 39 0+ 25 KP 3 7+7 0 99 00 +0 00
POLBAN Pt Pt
Pt
Pt
Pt
Pt
Pt
SV 1306
Perkampungan Sungai Kompor Perkampungan Keterangan : Top Soil Tanah Gambut, tebal 0.6 - 5 m PETA PENYEBARAN TANAH GAMBUT
Gambar 1.3. Peta Penyebaran Tanah Gambut 4
3. Lokasi Studi Lokasi studi pipa gas berada di antara 2 sungai yaitu Sungai Nilo dan Sungai Kompor. Kedua sungai tersebut terpisah sejarak sekitar 3000 m, dimana sisi pipa gas Sungai Nilo menuju ke SV 1305 dan sisi pipa gas Sungai Kompor menuju ke SV 1306. Setiap KP disegmenkan interval 250 m dimana sisi Sungai Nilo dimulai dengan KP 400+000 samoai dengan sisi Sungai Kompor di KP 403+000. Rute pipa gas dapat dilihat pada ilustrasi yang disajikan pada Gambar 1.4.
POLBAN
5
KP 40 3+ 00 0
KP KP 40 40 2+ 2+ 75 50 0 0
KP KP 40 40 2+ 2+ 00 25 0 0
KP KP 40 40 1+ 1+ 75 50 0 0
KP KP 40 40 1+ 1+ 00 25 0 0
SV 1305
KP KP 40 40 0+ 0+ 75 50 0 0
Su ng ai Ni lo
(a) Rute Pipa Gas
KP KP 40 40 0+ 0+ 25 00 0 0
SV 1306
POLBAN Perkampungan
Sungai Kompor
Perkampungan
(b) Peta Penyebaran Titik-Titik KP Dari Sungai Nilo s/d Sungai Kompor Gambar 1.4 – Peta Rute Pipa Gas & Penyebaran Titik-Titik KP 4. Rencana Penanganan Rencana penanganananya antara lain : a. Menutup kembali pipa gas dengan tanah setempat (tanggul) dengan ketebalan yang cukup. Tanah setempat diambil dari ROW (koridor 25 m) pipa gas di areal tanah non
6
gambut, ada di sekitar KP 400+250 s/d KP 400+500, KP 401+750, KP 402+250 s/d KP 406+000 b. Menyediakan jalan inspeksi di samping pipa gas. c. Menata lereng tanggul dengan kemiringan yang cukup aman. Di Lokasi banyak terdapat pohon kayu bakau/galam sehingga bisa dimanfaatkan untuk konstruksi pondasi. Untuk mendapatkan batang-batang kayu dapat menghubungi dinas kehutanan setempat dan atau penduduk setempat. Konstruksi yang bisa diterapkan seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.5.
Jalan Inspeksi Slab Beton
Badan Jalan/Tanggul Timbunan Tanah padat
Pipa Gas
(a) Penanganan pipa gas bila tanahnya stabil.
Muka Air Banjir Sungai Nilo Q5
Jalan Inspeksi Slab Beton
Badan Jalan/Tanggul Timbunan Tanah padat Geokomposit Horisontal Kayu Galam/Bakau
POLBAN Pipa Gas
Cerucuk Kayu Galam/Bakau
(b) Penanganan pipa gas bila tanahnya tidak stabil. Gambar 1.5. Penanganan Pipa Gas Sekitar Sungai Nilo 5. Perhitungan Awal Penimbunan Kembali Pipa Gas Pipa gas yang ditanam dalam tanah harus terhindar dari kemungkinan : 1. Deformasi yang berlebihan dan atau mleot (buckling) karena beban tanah urug dan kendaraan yang melintas. Hal ini dapat diatasi dengan tebal minimum tanah penutup dan atau penempatan slab beton. 7
2. Bahaya uplift (floating) sewaktu terrendam banjir. Hal ini dapat diatasi dengan pengangkeran pipa kedalam tanah. 3. Korosi akibat sifat kimia tanah yang agresif. Penempatan pipa yang cukup dalam dapat terhindar dari 2 ancaman yaitu bahaya uplift dan mleotnya pipa gas. Oleh karenanya akan dihitung kebutuhan tebal tanah penutup pipa minimum sehingga dapat terhindar dari bahaya yang dimaksud. Ketebalan minimum tanah timbunan diatas pipa seperti pada Gambar 1.6. untuk menahan uplift diturunkan secara mekanika tanah dan Hukum Hidrostatis dimana jumlah gaya vertikal sama dengan nol :
Ww Wsat W pipe Pup ................................. (1) Dimana : Ww = berat air = Hw w Wsat = berat tanah jenuh = H sat Wpipe = berat pipa dan gas = diabaikan Pup = gaya uplift = (Hw + H + d) w Masukan rumus-rumus keterangan diatas kedalam persamaan (1) menjadi : Hw w + H sat = (Hw + H + d) w .............................(2) Harga ketebalan tanah timbunan (H) untuk menahan gaya uplift dicari dengan
POLBAN
menurunkan dari persamaan (2), menjadi :
H
w d ......................(3) '
Diamana : ’ = berat isi tanah terrendam air = sat - w sat = berat isi tanah jenuh air w = berat isi air = 1 ton/m3 d = diameter pipa gas = 28” = 0.7112 m
8
Flood Surface Q5
W Ww Backfill
Density sat Original Soil
Design GL
Wsat Wpipe
Initial GL Pipe (weight negligilble)
Pup
Gambar 1.6. Ilustrasi Kondisi Pipa Sewaktu Banjir
Ketebalan minimum tanah timbunan diatas pipa seperti pada Gambar 1.7. untuk menahan tekanan roda buldozer 32 ton (aspek pelaksanaan/operasi alat berat nanti) dimana tegangan pada pipa tidak boleh melampaui q = 25 ton/m2 : H = 32/2q = 0.64 m
Load
Wheel
POLBAN Backfill
Density
Pipe
Gambar 1.7. Ilustrasi Penempatan Pipa Dalam Tanah
9
Ketebalan minimum tanah penutup adalah harga maximum diantara hasil hitungan persamaan (3) dan H=0.64 m. Hasil perhitungan di berbagai lokasi diperlihatkan dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Ketebalan minimum tanah penutup untuk mengatasi Uplift dan Mleotnya Pipa Diameter pipa d = 28” = 0.7112 m.
Non Peat
Soil Cover
Peat
Location
KP. 397+700 KP. 406 KP. 401 + 000 KP. 400 + 750 KP. 400 + 250 KP. 403 + 000 KP. 404 KP. 402 + 000 KP. 402 + 750 KP. 400 + 500 KP. 402 + 250 KP. 401 + 250 KP. 397+700 KP. 401 + 500 KP. 399
* t/m3
0.784 0.836 0.271 0.363 0.909 0.806 0.785 0.429 0.431 0.310 0.591 0.276 0.514 0.096 0.080
d (m)
Huplift (m)
Hload (m)
Hmin (m)
0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112 0.7112
0.71 0.67 2.06 1.54 0.61 0.69 0.71 1.30 1.29 1.80 0.94 2.02 1.09 5.79 6.98
0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64 0.64
0.71 0.67 2.06 1.54 0.64 0.69 0.71 1.30 1.29 1.80 0.94 2.02 1.09 5.79 6.98
Min (m)
Max (m)
Average (m)
0.64
2.06
1.12
1.09
6.98
3.97
Berdasarkan Tabel 1 menyatakan bahwa untuk mengatasi uplift/floating (pengapungan) sewaktu banjir dan aspek pelaksanaan/operasi alat berat sebagai berikut : Areal Non Peat (non gambut) : Tinggi timbunan minimum 2.06 m diukur dari puncak pipa Areal Peat (gambut) : Tinggi timbunan minimum 6.98 m diukur dari puncak pipa. Evaluasi angka kebutuhan tinggi timbunan : a. Di tanah gambut = 6.98 m dengan tegangan kontak = 6.98 m x 1.25 ton/m3 = 8.725
POLBAN
> 1.185 ton/m2 (daya dukung rata-rata di tanah gambut). Evaluasi : tanah setempat tidak bisa ditimbun langsung.
b. Di tanah non gambut = 2.06 m dengan tegangan kontak = 2.06 m x 1.5 ton/m3 = 3.09 > 2.593 ton/m2 (daya dukung rata-rata di tanah bukan gambut). Evaluasi : tanah setempat tidak bisa ditimbun langsung.
Jadi pilihan konstruksi terbaik untuk mengatasi kasus pipa gas di Sungai Nilo adalah konstruksi pondasi rakit cerucuk kayu, lihat Gambar 1.8. Dengan konstruksi tersebut pipa gas dipertahankan tidak mengalami pengapungan (floating) sewaktu banjir dan tanah sekitarnya tidak mengalami keruntuhan serta deformasi yang berlebihan. 10
Muka Air Banjir Sungai Nilo Q5
Jalan Inspeksi Slab Beton
Badan Jalan/Tanggul Timbunan Tanah padat Geokomposit Horisontal Kayu Galam/Bakau
Pipa Gas
Cerucuk Kayu Galam/Bakau
Gambar 1.8. konstruksi pondasi rakit cerucuk kayu Sehubungan dengan kebutuhan tinggi timbunan minimum untuk menahan gaya uplift sewaktu banjir dan elevasi muka air banjir Q5 (debit banjr S. Nilo kala ulang 5 tahun) adalah +1.5 m di atas rata-rata muka tanah setempat + freeboard 0.5 m maka tinggi timbunan ditetapkan 2 m. Data-data tanah timbunan ditetapkan : a. Berat isi tanah basah = 1.5 ton/m3 b. Berat isi kering = 1.2 ton/m3 c. Kemiringan lereng = 1V : 2H d. Kohesi tanah : c = 0.50 kg/cm2 e. Sudut geser dalam : = 15 derajat Data-data batang-batang kayu : a. Rakit kayu (horizontal) = diameter 10 cm tanpa spasi, 2 lapis.
POLBAN
b. Spasi cerucuk kayu = 40 cm
c. Diameter cerucuk kayu = 10 cm
d. Kedalaman pemancangan = 6 m e. Kayu kelas mutu III f.
Kayu kelas kuat II
-
Modulus elastisitas sejajar serat E = 100000 kg/cm2
-
Berat jenis kering udara = 0.9-0.6
-
Kukuh lentur mutlak = 1100 – 725 kg/cm2
-
Kukuh tekanan mutlak = 650 – 425 kg/cm2
11
Data-data Slab Beton untuk Jalan Operasi : a. Tebal 30 cm b. Lebar 3 m c. Mutu K-250 dan d. Besi tulangan U-24.
6.
Kapasitas Tahanan Lateral Tiang
Di bawah level bidang longsor sedalam 5 kali diameter memiliki rata-rata nilai qc = 2. Tahanan lateral tiang dihitung dengan rumus :
Ha
k.D
a
............................. (4)
Dimana : Ha = Daya dukung lateral (horizontal) yang diijinkan (kg) k = koefisien reaksi horisontal lapisan tanah bawah permukaan tanah (kg/cm3) = ko . y-0.5 Koefisien reaksi tanah untuk pergeseran 1 cm : ko = 0.2 x Eo x D-3/4 Modulus deformasi tanah lempung lunak : Eo = 3 N (kg/cm2) N = Nilai Standard Penetration Test N = qc / 3
POLBAN
qc = cone resistance uji penetrasi tangan D = Diameter tiang (cm)
δa = pergeseran normal (cm) β = faktor fleksibilitas =
4
k.D (cm-1) 4.EI
I = momen inersia penampang tiang = (1/64) π D4 E = modulus elastisitas tiang = 9600
fc' (kg / cm 2 )
fc’ = kuat tekan hancur beton
12
Gambar 1.9. Sketsa Tahanan Lateral Tiang Hasil perhitungan tahanan lateral tiang di level bidang longsor untuk berbagai diameter penampang tiang bila berpindah 1 cm disajikan dalam Tabel 2. berikut ini. Tabel 2. Harga-harga tahanan lateral tiang di level bidang longsor untuk berbagai diameter tiang batang kayu. Konstanta Elastis Tiang Batang Kayu : Mutu Kayu = E= qc = Diameter Tiang (m)
Kelas III 10000 3.0 Momen Inersia (m4)
Kelas Kuat II t/m2 kg/cm2 N =qc/3
1 ton =
10
Eo Ko (kg/cm2) (kg/cm3)
kN K (ton/m3)
(m-1)
Tahanan Lateral Hall (ton) 0.05 0.06 0.07 0.07 0.08 0.09 0.10 0.11
0.08
2.01062E-06
1.0
6.00
0.252
252.27
3.980
0.09
3.22062E-06
1.0
6.00
0.231
230.94
3.564
0.1
4.90874E-06
1.0
6.00
0.213
213.39
3.229
0.11
7.18688E-06
1.0
6.00
0.199
198.67
2.953
0.12
1.01788E-05
1.0
6.00
0.186
186.12
2.721
0.13
1.40198E-05
1.0
6.00
0.175
175.28
2.525
0.14
1.88574E-05
1.0
6.00
0.166
165.80
2.355
0.15
2.48505E-05
1.0
6.00
0.157
157.44
2.208
POLBAN
Jadi untuk tiang diameter 10 cm pada level bidang longsor memiliki tahanan lateral sebesar = 0.07 ton = 70 kg = 0.7 kN
7.
Angka Keamanan Sistem Tanggul Reklamasi
Sistem tanggul reklamasi dianalisa dengan menggunakan data penyelidikan tanah di 16 titik survey yang dikelompokan kedalaman 2 areal tanah penutup : tanah gambut dan tanah non gambut. Melihat sifat-sifatnya mendekati maka hanya dilakukan 1 kali analisa / 13
perhitungan. Lereng tanggul direncanakan memiliki kemiringan 1V : xH. Nilai x dicari dengan simulasi perhitungan program computer hingga menghasilkan angka factor keamanan 1.5. Perhitungan factor keamanan lereng tanggul menggunakan irisan Modifikasi Bishop dengan bantuan program computer. Penggunaan metoda ini memberikan safety faktor (SF) yang lebih tepat dibandingkan metoda-metoda yang lain. Persamaan yang digunakan pada metoda Modifikasi Bishop sebagai berikut :
SF
1 c1L ( W UB ) tan 1 W Sin
dimana :
sec .............. (5) tan tan 1 1 SF
SF = Faktor keamanan W= berat slice c’ = kohesi efektif ’ = sudut geser dalam efektif B= lebar slice 10. menunjukkan skema deskripsi parameter stabilitas lereng yang berkaitan dengan rumus (1.1).
o
Uraian Gaya : Pada Segmen Tanah
u
b
POLBAN r
B
En+1
B
m
Xn
W
1
En s = u l tg
Xn+1
p' = u l
a l
p
Sketsa Deskripsi Parameter Stabilitas Lereng
Gambar 1.10. Skema deskripsi parameter stabilitas lereng.
14
Dalam perhitungan ini dipakai : a. Bidang longsor berbentuk busur lingkaran. b. Jumlah garis singgung lingkaran longsor coba sebanyak 10 buah. c. Jumlah pusat lingkaran longsor coba sebanyak 10x10=100 titik d. Jadi total jumlah bidang longsor yang dicoba sebanyak = 10 x 1000 = 1000 buah. e. Jumlah irisan 30 buah dengan toleransi 0.01. f. Strength Model : Mohr-Coulomb Hasil perhitungan dengan program computer menunjukkan angka keamanan stablilitas lereng sebesar 1.758 > 1.5, lereng cukup aman.
POLBAN Gambar 1.11. Stabilitas Lereng Pantai Reklamasi
15
DAFTAR PUSTAKA 1. Bowles, J. E. (1988), “Principles of Geotechnical Engineering”, McGraw-Hill, Singapore. 2. Brinkgreve & Vermeer (1998), “PLAXIS: Finite Element Code for Soil and Rock Analyses”, A. A. Balkema, Rotterdam, Netherlands. 3. Carter & Bentley, “Correlations of Soil Properties”, Pentech Press, London. 4. Koerner, M.K., (1985), “Construction and Geotechnical Methods in Foundation Engineering”, McGraw-Hill. 5. Robertson & Companella (1983), “Interpretation of Cone Penetration Tests”, Canadian Geotechnical Journal.
POLBAN
iv