KARYA ILMIAH PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelompok B PAUD SAKURA Kota Lubuklinggau)
Oleh : ROMLAH NPM A1I 112 019
PROGRAM SARJANA (S1) KEPENDIDIKAN BAGI GURU DALAM JABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014
PEMBELAJARAN DENGAN TEKNIK BERCERITA MELALUI GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DALAM BERBAHASA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA ANAK PAUD SAKURA KOTA
LUBUKLINGGAU) ABSTRAK ROMLAH NPM. A1I 112 019 Skripsi Program Studi S1 Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu 2014 Masalah yang dianalisa dalam skripsi ini adalah apakah melalui pembelajaran dengan bercerita melalui gambar dapat meningkatkan kosakata anak dalam berbahasa. Subjek penelitian anak PAUD SAKURA kota lubuklinggau yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan 3 siklus. Alat pengumpulan data dengan teknik observasi, foto. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah teknik persentase. Setelah melakukan penelitian maka diperoleh data pada siklus I peningkatan kosakata anak dalam teknik bercerita melalui gambar 30 %, siklus II 79 % dan siklus III 85 % terjadi peningkatan belajar dan keberhasilan, kemampuan meningkatkan pembelajran juga sebagai peningkatan keaktifan dan keterlibatan dalam pembelajaran. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan tehnik bercerita melalui gambar dapat meningkatkan kosakata anak dalam berbahasa pada anak PAUD SAKURA Kota Lubuklinggau.
Kata Kunci: kosakata dalam berbahasa melalui cerita bergambar..
ii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan lembaga pendidikan Nonformal sebelum anak memasuki sekolah dasar, lembaga ini dianggap penting karena bagi anak usia ini merupakan golden age (usia emas) yang di dalamnya terdapat “masa peka” yang hanya datang sekali. Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab, itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal (Permendiknas No 58 Tahun 2009). Bahasa merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain. Mustakim (2005:123) berpendapat bahwa bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Hal ini dimaksudkan bahwa semua pernyataan pikiran, perasaan, dan kehendak seseorang kepada orang lain menggunakan bahasa. Kemampuan berbahasa menjadi sebuah kebutuhan anak usia dini, mereka dapat berkomunikasi dengan orang lain lewat bahasa yang ia pelajari dari proses mendengar dan melihat sehingga mereka dapat mengenal bahasa dan mengucapkan bahasa tersebut. Bercerita merupakan salah satu kegiatan yang anak senangi. Ketika bercerita anak menyimak dan belajar bagaimana hubungan kata-kata yang didengar dalam peristiwa tersebut. Dengan kata lain anak memperoleh kosakata langsung dengan makna kata yang terkandung didalamnya. Menurut Musfiroh (2008:86), mendengar cerita sama artinya dengan melakukan serangkaian kegiatan fonologis, sintaksis, semantic, dan pragmatic. selama menyimak cerita, anak belajar bagaimana bunyi-bunyi yang bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata-kata disusun secara logis dan mudah dipahami. Selain itu, dari kegiatan bercerita si pencerita mengeluarkan banyak kosakata sehingga anak-anak memperoleh kata-kata baru dari kegiatan menyimak cerita tersebut. Bercerita dapat disampaikan kepada anak-anak melalui media atau non media. Salah satu bercerita dengan media adalah menggunakan gambar, dengan adanya media akan mempermudah materi sampai kepada anak karena proses pengajaran tidak membosankan. Pengajaran juga akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar (Nana Sudjana, 2007:2). Selama melaksanakan proses belajar mengajar di PAUD SAKURA Kota Lubuklinggau khususnya kelompok B (4-6 tahun), Peneliti menemukan kenyataan bahwa anak-anak belum cukup menguasai kosakata dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari prilaku anak yang jika menginginkan sesuatu benda di dalam kelas seperti mistar, penghapus , kertas, dan sebagainya, ia hanya menunjuk dan tidak bisa menyebutkan nama benda-benda tersebut. Sehubungan dengan hal ini, dipandang penting mengembangkan metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan anak dalam penguasaan kosakata. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Pembelajaran dengan teknik Bercerita Melalui
Gambar untuk Meningkatkan Kosakata Anak dalam Berbahasa di Kelompok B PAUD SAKURA Kota Lubuklinggau”. II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Kosakata Kosakata anak adalah kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahapan perkembangannya. Selanjutnya anak dapat mengekspresikan melalui bernyanyi, bersyair, menulis ataupun gambar yang menjadi bahan yang mudah di ekspresikan. Kemampuan tersebut adalah hasil dari proses menyimak dalam tahap perkembangan bahasa anak (Dikbud, 1996:25). Soedjito (dalam Tarigan 1994:447) mengatakan bahwa kosakata merupakan a. Semua kosakata yang terdapat dalam satu bahasa, b. Kekayaan kata yang dimiliki oleh seseorang pembicara, c. Kata yang dipakai dalam satu bidang ilmu pengetahuan dan, d. Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah keseluruhan atau serangkaian kata-kata yang disusun seperti kamus dan menjadi suatu bahasa. 2. Jenis-jenis Kosakata Berdasarkan Tarigan (2011:3), kosakata dasar adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Kosakata dasar terdiri atas: a. Istilah Kekerabatan; misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak, nenek, kakek dan sebagainya. b. Nama-nama bagian tubuh manusia ; misalnya: Kepala, rambut, mata, telinga, hidung, dan sebagainya. c. Kata ganti (diri, Penunjuk); misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sini, situ, sana dan sebagainya. d. Kata bilangan pokok; misalnya: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, Sembilan, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, dan sebagainya. e. Kata kerja pokok; misalnya: makan, minum, tidur, bangun, bangun, berbicara, melihat, mendengar, menggigit, dan sebagainya. f. Kata keadaan pokok; misalnya: suka, duka, senang, susah, lapar, kenyang, dan sebagainya. g. Benda-benda universal; misalnya: tanah, air, api, udara, langit, bulan, binatang, matahari, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. 3. Pengertian Metode Bercerita Metode berasal dari bahasa Yunani ”methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Wahab (2007:736) menyatakan bahwa metode dianggap sebagai cara atau prosedur yang keberhasilannya adalah di dalam belajar, atau sebagai alat yang menjadikan mengajar efektif. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini menurut Gordon & Brownie (Moeslichatoen, 2004:24) adalah metode bercerita yaitu,
cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan. Bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan (Montolalu, 2007:102) menyatakan bahwa Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau hanya sebab, dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan. 1. Media Gambar Nana Sudjana (2007:2) menjelaskan bahwa bercerita dapat disampaikan kepada anak-anak melalui media atau non media. Salah satu bercerita dengan media adalah menggunakan gambar, dengan adanya media akan mempermudah materi sampai kepada anak karena proses pengajaran tidak membosankan. Pengajaran juga akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Agar lebih menarik dan menyenangkan dalam belajar, alangkah baiknya menggunakan gambar, karena media visual merupakan sarana dalam menyampaikan pesan / materi dalam kegiatan pembelajaran walaupun itu hanya media yang sederhana tetapi itu sangat membantu komunikasi menjadi efektif. Gambar dapat memberikan nilai yang sangat berarti, terutama dalam membentuk pengertian baru dan untuk memperjelas pengertian baru. disamping itu, penggunaan media gambar seri dapat menimbulkan daya tari tersendiri bagi siswa, merangsang minat siswa, sehingga siswa lebih senang mengikuti kegiatan bermain sambil belajar disekolah. Cerita yang diceritakan peneliti adalah sebuah cerita tentang kegiatan sehari-hari anggota keluarga dengan menggunakan gambar seri keluarga. Dengan harapan dapat menimbulkan ransangan pada anak yaitu, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berusaha untuk mengerti tugas-tugas para anggota keluarga di sekitarnya. Dengan cara mengajak anak duduk membuat lingkaran sambil bernyanyi kemudian bercerita sambil memegang dan memperlihatkan gambar seri keluarga tersebut kepada anak didik di Kelompok B PAUD SAKURA Kota Lubuklinggau. III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berjenis (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wardani dan Kuswaya, 2008:134). Peneliti tindakan kelas akan adalah suatu bentuk refleksi dari kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik tersebut. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wardani dan Kuswaya, 2008:134), ada empat langkah, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) observasi, (c) dan refleksi. Namun sesudah siklus selesai diimplementasikan, kemudian diikuti adanya perencanaan ulang implementasi siklus sebelumnya dan ini merupakan kelebihan model ini. Metode dan rancangan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) difokuskan pada anak-anak, untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pelajaran di kelas (Wardani, 2008:134). Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi dalam proses belajar mengajar di kelas dari masalah yang nampak dalam mengatasi agar dapat terlaksana perencanaan belajar mengajar yang baik, untuk
memecahkan ini penelitian membuat rencana baru yang lebih mendorong pencapaian tujuan. Prosedur yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini akan menggunakan 3 siklus, setiap siklus menggunakan langkah berikut yaitu: 1. Perencanaan perbaikan pembelajaran. 2. Pelaksanaan tindakan melalui intervensi di dalam kelas. 3. Melakukan observasi dan evaluasi terhadap intervensi tindakan di dalam kelas. 4. Melakukan refleksi berdasakan hasil evaluasi. (PTK) terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) observasi, (4) refleksi Rancangan yang digunakan dengan (PTK) dilaksanakan melalui 3 siklus, dalam 1 siklus terdiri atas 4 langkah Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis statistik sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut: X=
x 100 %
Keterangan: X = Nilai rata-rata Σ X = Jumlah nilai yang diperoleh anak N = Jumlah nilai ideal siswa (Anas Sudjiono 2005:43) 100% = Bilangan Konstanta IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di PAUD SAKURA di kota lubuklinggau pada kelompok B dengan subjek penelitian berjumlah 15 orang anak terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan sebanyak tiga siklus yang menjadi acuan antara lain perencanaan, pelaksanan tindakan, observasi, refleksi. Adapun hasilnya sebagai berikut. 1. Deskripsi Siklus pertama Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilakukan pada kompetensi dasar: anak mampu menyimak, mengingat, dan menyebutkan kosakata dasar secara sederhana. siklus 1 kegiatan pembelajaran mengekspresikan cerita melalui gambar yang di ceritakan oleh peneliti. Setelah anak diajak bercerita melalui gambar masing-masing anak memperoleh skor atau nilai sesuai dengan kemampuan anak. 2 . Deskripsi Siklus Kedua Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilakukan pada kompetensi dasar: anak mampu mengekspresikan, mengingat, dan menyebutkan cerita pada gambar dengan benar.
siklus 2 kegiatan pembelajaran mengingat cerita yang diceritakan oleh peneliti melalui gambar ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengekspresikan, mengingat, dan menyebutkan kosakata dengan baik melalui cerita bergambar yang di perlihatkan peneliti. 1. Deskripsi Siklus ketiga Kegiatan pembelajaran pada siklus III dilakukan pada kompetensi dasar: anak mampu mengekspresikan, mengingat, dan menyebutkan cerita pada gambar dengan baik dan benar. siklus 3 kegiatan pembelajaran mengingat cerita yang diceritakan oleh peneliti melalui gambar ternyata dapat lebih meningkatkan kemampuan mengekspresikan, mengingat, dan menyebutkan kosakata dengan baik dan benar melalui cerita bergambar yang di perlihatkan peneliti.
Berdasarkan dari hasil penelitian terjadi peningkatan pada siklus pertama ke siklus dua dan ke tiga, pada tiap aspek perkembangan anak dalam mengekspresikan, mengingat dan menyebutkan cerita bergambar terjadi peningkatan. Berdasarkan data dari siklus I, II, dan III dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada setiap aspek dari siklus I sampai siklus III. Dalam aspek perkembangan anak dalam mengekspresikan, mengingat, dan menyebutkan cerita bergambar dapat dikatakan berhasil sangat baik terbukti dan dapat dilihat pada tabel peningkatan siklus I, siklus II dan Siklus III. Hal ini dibuktikan bahwa: 1. Anak mampu mengekspresikan dan menyebutkan cerita melalui gambar 2. Anak mampu berariasi mengingat kosa kata cerita melalui gambar 3. Anak sangat percaya diri dalam menunjukkan keberaniaanya sendiri. Pada siklus ketiga berdasarkan hasil refleksi menunjukkan bahwa semua aspek yang diamati sudah mencapai tingkat keberhasilan yang diinginkan yaitu 80 %, maka menurut peneliti tidak ada lagi tindakan pada siklus berikutnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran dengan teknik bercerita melalui gambar dapat meningkatkan kemampuan kosakata anak dalam berbahasa. anak dapat mengekspresikan gambar cerita dengan benar, mengamati, menghayati, dan bermakna. Hal ini terbukti dari hasil tabel pengukuran data. B. Pembahasan Rendahnya capaian kinerja RKH pada siklus I antara lain disebabkan oleh ketidak pastian anak untuk belajar dengan bercerita melalui gambar. Ketidak siapan ini antara lain karena faktor lingkungan yang justru membuat anak menjadi manja Karena orang tua yang menunggu anaknya justru turut mengintervensi kerja peneliti dan guru tampa tahu maksud di balik pembelajaran tersebut. Akibatnya, anak justru tidak mampu mandiri dan hal ini mengganggu proses belajar selanjutnya. Maka wajar apabila ketercapaian indikator pembelajaran juga akan rendah karena rendahnya aktivitas dan interaksi anak dalam proses belajar. Hal lain yang juga menjadi sebab tidak berhasilnya siklus I mencapai sasaran indikator adalah kendala bahsa dan kebiasaan. Anak-anak mempunyai bahasa dan sebutan sendirir terhadap suatu gambar cerita tertentu. Kendala bahasa juga sangat berpengaruh besar atas ketidak berhasilan siklus I.
Karena itulah dalam siklus II kemudian peneliti bersama guru mengupayakan persamaan persepsi. Komunikasi kemudian dilakukan bersama dengan orang tua terhadap maksud dilaksanakan pembelajaran cerita melalui gambar, agar mereka paham bahwa cerita bergambar di sekolah bukan sekedar bercerita namun juga proses belajar. Penyamaan persepsi juga dilakukan antara peneliti dengan guru pembimbing/pengawas, hal ini dilakukan dalam bentuk briefing singkat sebelum bercerita bersama anak sehingga terciptanya kesepahaman antara guru dan peneliti. Namun demikian peneliti tidak serta merta menyuruh para guru bercerita sendiri. Peneliti tetap harus bercerita sendiri sambil di dampingi para guru untuk dapat melihat perkembangan aktivitas anak dan melakukan evaluasi sesuai dengan intrumen penelitian yang dimiliki. Selanjutnya, dalam siklus III yang metode bercerita melalui gambar kendala pemahaman anak tetap ditemui. Antara lain kesulitan membedakan gambar bentuk anggota keluarga dan lainnya. Namun hasil yang dicapai juga cukup memuaskan karena anak-anak sangat antusias mendengarkan cerita bergambar tersebut setelah di siklus I mereka merasa asyik dan lucu mereka mencoba di rumah. Antusias anak-anak ini membuat mereka bersemangat dan serius mendengarkan cerita tiap-tiap gambar yang diceritakan dengan penuh perhatian. Tujuannya agar lebih mempertajam pengenalan anak terhadap seluruh namanama anggota keluarga beserta kegiatannya sehari-hari. Sekaligus meningkatkan kemampuan kosakata anak dalam berbahasa yang masih lemah di siklus I dan II yang lalu. V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan tehnik bercerita melalui gambar dapat meningkatkan kosakata anak dalam berbahasa. Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa dari hasil tindakan siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan yang baik hal ini dinyatakan dalam bentuk persentase. Dan berdasarkan penelitian di atas terjadi peningkatan pada siklus pertama ke siklus dua, dan ke tiga pada aspek perkembangan anak meningkatkan kosakata dalam berbahasa anak terjadi peningkatan. Hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan bercerita dapat menanamkan sikap-sikap positif dan meningkatkan kosakata anak sesuai perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA Agus Sholeh. (2002). Fungsi dan Manfaat Media Visual. Jakarta: Erlangga Anas Sudjiono. (2005). Tehnik Penilaian Nilai Ideal. Jakarta: Gramedia Arief. (1986). Gambar Adalah Media Umum Bahasa. Bandung: Refika Aditama Dikbud. (1996). Perkembangan Bahasa Anak. Jakarta: Erlangga Kemmis, Mc Taggart, dkk. (2008), Desain Penelitian PTK. Jakarta: Universitas Terbuka. Moeslichatoen. (2004). Metode Pembelajaran Karakteristik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Musfiroh. (2008). Manfaat Sebuah Cerita Bergambar. Jakarta: Gagas Media Rineka Mustakim. (2005). Bahasa Adalah Alat Komunikasi. Jakarta: Erlangga. Mountolalu. (2007). Pengertian Metode Bercerita. Jakarta: Gramedia Mardalis. (2010). Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: erlangga. Nana Sudjana (2007). Pengembangan Kreativitas Seni rupa Anak TK. Jakarta: Gramedia’
Pemendiknas. No. 58. Tahun (2009). Jurnal Ilmiah PAUD.Jakarta: Depdiknas Tarigan. (2011). Pengembangan Kosa Kata AUD. Bandung: Angkasa. Yuniarti. (2012). Meningkatkan Kosakata Anak melalui Video Anak Usia 4-5 Tahun Pada Playgroup Tunas Bangsa Mojokerto Download pada tanggal 10 Oktober 2013. (htt.//Apriyana.com,2013:10)