KARAKTERISTIK UKM BATIK PADA KLASTER BATIK DI JAWA TENGAH 1. Agustine Eva Maria Soekesi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013 ___________________________________________________________________________

KARAKTERISTIK UKM BATIK PADA KLASTER BATIK 1 DI JAWA TENGAH Agustine Eva Maria Soekesi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang

ABSTRAKSI Industri batik di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, setidaknya lima tahun terakhir. Di Jawa Tengah ada tiga klaster batik yang telah tumbuh dan berkembang sejak lebih dari 50 tahun yang lalu yaitu Pekalongan (Klaster Pasirsari), Lasem, dan Surakarta (Klaster Laweyan). Homogenitas klaster sangat nampak pada ketiga klaster tersebut ditinjau dari system produksi, karakteristik produk, tujuan pasar, dan jalur distribusinya. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengembangan teori yaitu munculnya industri pengolah produk lebih lanjut sehingga lebih siap dikonsumsi pasar. Demikian juga dengan industri hilirnya yaitu pedagang perantara. Perkembangan ini menunjukkan bahwa ragam industri dalam klaster bersifat mendukung produk utama yang menjadi ciri klaster. Kata kunci, klaster batik, pola produksi, tujuan pasar, suplai material

1

Berdasarkan hasil penelitian yang didanai Dit.Litabmas Dikti Tahun Anggraran 2011 dengan judul Meta Analisis Pola Tumbuh Kembang Klaster Batik di Jawa Tengah. Pernah dipublikasikan dalam bentuk poster pada rangkaian acara Dies Natalis Unika Soegijapranata Semarang yang ke 32 tahun 2012.

67


LATAR BELAKANG Usaha kecil tumbuh dalam sebuah klaster (cluster) yang ada didalam suatu area geografis tertentu. Melalui cluster itulah kelompok pengusaha tumbuh dan berkembang. Berbagai upaya yang dilakukan banyak pihak seperti pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) banyak dilakukan melalui klaster usaha. Baik upaya yang berdampak langsung seperti bantuan (grand), soft loan, maupun yang berdampak tidak langsung seperti pelatihan, kegiatan pendampingan dan kegiatan penelitian. Walaupun sudah banyak dilakukan studi mengenai usaha kecil, namun pemahaman mengenai dinamika berusaha dalam sektor ini sesungguhnya masih sangat terbatas. Ada beberapa sikap atau pandangan umum yang berkembang dibanyak perumus kebijakan maupun para peneliti yang menganggap bahwa usaha kecil adalah homogen dan masalah utama yang dihadapi mereka adalah modal. Oleh karena itu tidak mengherankan bila intervensi seringkali seragam dan terfokus pada kebijakan perkreditan. Tumbuh kembang usaha kecil dalam sebuah klaster akan membentuk ciri khas dari pengembangan usaha yang dilakukan, disamping juga dipengaruhi oleh faktor kultur setempat dan juga faktor eksternal lain seperti lingkungan makro ekonomi. Karakteristik yang dimiliki oleh masingmasing klaster inilah yang seharusnya menjadi pegangan bagi pengambil kebijakan dan berbagai pihak concern terhadap pengembangan usaha kecil. Berbagai permasalahan umum yang dihadapi oleh usaha kecil adalah permasalahan produksi yaitu membuat produk yang dihasilkan adalah produk yang marketable dari tahapan input ,

proses sampai ke output (permasalahan supply chain), maupun masalah pemasaran produk atau pengantaran nilai produk kepada konsumen (value chain) termasuk masalah komunikasi pasarnya. Telah cukup banyak penelitian dilakukan yang mengidentifikasi rendahnya akses usaha kecil ke pasar sebagai akibat minimnya pengetahuan terhadap pembeli dan mengenai minimnya pengetahuan usaha kecil yang rentan terhadap perubahan yang terjadi secara kompetitif ini. Selain itu juga penelitian yang terkait dengan pengembangan produk di Klaster Batik Pasir Sari (Sitohang, dkk, 2009), model jalur distribusi usaha batik di Kampoeng Batik Laweyan (Retnawati, dkk, 2009). Salah satu sisi dari hasil penelitian tersebut adalah munculnya berbagai karakter yang berbeda dari masing-masing klaster yang dikaji. Terdapat tiga klaster yang relatif besar di Jawa Tengah, yaitu Kota Pekalongan yang kemudian menjadikan brand image bagi kota tersebut sebagai Kota Batik, Kota Surakarta yang mencoba kembali membangkitkan Kampoeng Batik Laweyan selain sebagai daerah batik juga menjadi daerah tujuan wisata, selain itu juga Kota Lasem yang terkenal dengan batik Laseman. Ketiga klaster tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakteristik produk dan kultur yang dibawanya. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pertumbuhan Klaster Industri Kecil Pengembangan industri kecil Indonesia yang diarahkan kepada klaster yang sudah ada telah menjadi perhatian serius baik bagi pemerintah maupun lembaga-lembaga donor. Hal pertama yang telah disadari dalam pengembangan klaster di Indonesia

68


adalah bahwa jumlah klaster sangat banyak sementara biaya pengembangannya sangat terbatas. Oleh karena itu, program dan sasaran industtri kecil juga harus tepat (Sandee, 1998 dalam Sitohang, dkk, 2009, 4) Selanjutnya, hal kedua yang dipertimbangkan dalam pengembangan klaster adalah terdapat keanekaragaman klaster di Indonesia. Kenanekaragaman klaster dapat dilihat atas berbagai dasar, antara lain jenis usaha, sifat, dan ukuran klaster, tingkat kemajuan klaster, lokasi klaster, dan lain-lain. Oleh karena itu, program pengembangan klaster industri kecil tidak selalu sama bagi seluruh klaster yang ada di Indonesia. Technical Assistance yang diberikan ADB-Small Medium Enterprise (SME) Development (2001) bagi Indonesia menyatakan bahwa keanekaragaman yang sangat tinggi dalam klaster menyebabkan pengembangan klaster perlu dirumuskan berdasarkan konsep tailor made terhadap klaster yang akan dituju. B.Penelitian Terdahulu Penelitian dengan judul Analisis Kebutuhan Informasi UKM berorientasi Eksport Studi pada UKM di Kota Pekalongan (Wulandari, dkk, 2006) yang mengkaji mengenai pentingnya informasi dan pengetahuan akan pasar yang akan dimasuki oleh pelaku usaha kecil dalam memasarkan produknya. Penelitian dengan judul Model Tahapan Proses Pengembangan Produk Baru pada Sentra Tenun ATBM di Kota Pekalongan (Wulandari, dkk, 2007) yang menganalisis mengenai proses pentahapan pengembangan produk baru pada sentra di Kota Pekalongan. Penelitian mengenai Model Jalur Distribusi Produk Batik Laweyan Solo

(Wulandari, dkk, 2008) yang mengkaji mengenai proses pendistribusian produk dari produk jadi ke pasar baik pasar bisnis maupun pasar konsumen yang selama ini dilakukan oleh para pengusaha batik di Kampoeng Batik Laweyan. Penelitian mengenai Model Supply Chain pada Usaha Kecil Menengah studi Kasus Kampoeng Batik Laweyan Solo (Retnawati, dkk, 2009), menganalisis mengenai pendekatan hulu hilir yaitu mulai dari input, proses output dan proses pemasaran produk yang dilakukan di Kampoeng Batik Laweyan selama ini. Pengembangan Model Product Development pada Klaster Batik Pasirsari Pekalongan (Sitohang, dkk, 2009), yang mengkaji mengenai pola dan model pengembangan produk berdasarkan segmentasi pasar yang dituju di klaster batik Pasirsari Kota Pekalongan. Diharapkan pola pengembangan produk yang dilakukan akan mempertimbangkan karakteristik pasar yang akan dimasuki. Penelitian mengenai Komunikasi Eksternal Hasil Pengembangan Produk UMKM Industri Batik Lasem (Soekesi, dkk, 2010). Penelitian ini mengkaji mengenai bagaimana komunikasi pemasaran dibangun oleh pengusaha batik untuk memperkenalkan, membangun merek terkait dengan produk yang dijual ke pasar sasaran

METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian adalah semua pengusaha bati skala usaha kecil menengah (rata-rata omzet per bulan antara Rp 10 juta – Rp 100 juta atau tidak lebih dari Rp 1 milyar per tahun). Masing-masing klaster ditetapkan 5 sampai dengan 7 pengusaha batik secara random dengan pertimbangan sifatnya relatif homogen. Dengan demikian proses rekrut data primer (observasi,

69


a.

b.

c.

d.

wawancara, dan FGD) dilakukan untuk Peneliti : Rustina Untari, Agustine Eva semua sampel tersebut. Maria Soekesi, dan Anastasia Posmaria Analisis dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan Setiasiwi metode descriptif analisis dengan pendekatan meta ana batik), rancangan produk batik (termasuk e. Komunikasi Eksternal Produk Batik kekhasan motif) dan kondisi awal Pengembangan Produk Batik Lasem Jawa pertumbuhan klaster, dikaitkan secara Tengah, Penelitian Monodisiplin Pusat komprehenshif dengan semua data primer Pengkajian dan pengembangan Manajemen yang telah diperoleh melalui metode Unika Soegijapranata Semarang (2010), observasi, wawancara dan dikonfirmasi Peneliti : Agustine Eva Maria Soekesi dan melalui FGD. Agustina Ratna Wulandari. Adapun sumber data sekunder adalah sebagai berikut : ANALISIS Model Suplai Chain Produk Usaha Kecil Berdasarkan data yang diperoleh dari (Studi Kasus Kampoeng Batik Laweyan penelitian terdahulu dan konfirmasi dengan Surakarta), Hibah Bersaing DP2M Dikti observasi dan FGD kajian karakteristiknya Tahun Pertama (2009), Tim Peneliti : sebagaimana yang ada pada tabel 1. Bertha Bekti Retnawati, Agustina Ratna Tabel 1 membuktikan bahwa Wulandari, dan Agustine Eva Maria homogenitas dalam klaster memang selalu Soekesi. ada, khususnya kesamaan jenis produk Model Suplai Chain Produk Usaha Kecil utama yang dihasilkan, skala usaha, pola (Studi Kasus Kampoeng Batik Laweyan produksi, tujuan pasar, dan juga jalur Surakarta), Hibah Bersaing DP2M Dikti distribusi, bahkan termasuk pengadaan Tahun Kedua (2010), Tim Peneliti : materialnya. Satu hal baru yang dihasilkan Bertha Bekti Retnawati, dan Agustine Eva dalam penelitian ini adalah adanya Maria Soekesi. keragaman jenis industri dalam satu Pengembangan Model Product klaster, tetapi masih berhubungan dengan Development pada Klaster Batik Pasirsari industri yang menghasilkan produk utama Pekalongan, Penelitian Fundamental klaster. Ragam industri tersebut adalah DP2M Dikti Tahun Pertama (2009), Tim produsen dan pemasok material sebagai Peneliti : Anastasia Posmaria Setiasiwi, bahan baku utama maupun pendukung, Rustina Untari, Agustine Eva Maria serta pemasok peralatan yang dibutuhkan Soekesi. produsen. Bahkan dalam perkembanganPengembangan Model Product nya mulai muncul jenis usaha yang Development pada Klaster Batik Pasirsari menyalurkan produk utama klaster sampai Pekalongan, Penelitian Fundamental kepada konsumen akhir. DP2M Dikti Tahun Kedua (2010), Tim

70


Tabel 1. Karakteristik Perkembangan Klaster Batik di Jawa Tengah Variabel Karakteristik Klaster

Laweyan Surakarta

Jenis produk batik

Klaster Batik Lasem

Tulis, Cap, beberapa printing (mesin) Setting kapasitas Pola produksi produksi dan pola Bergelombang. produksi Kapasitas terbatas dengan subkontrak Desain motif Spesifik untuk setiap pengusaha

Tulis

Tujuan pasar sistem distribusi

Domestik dan luar negri, jalur distribusi nol tingkat, dan satu tingkat.

Pola produksi Konstan. Kapasitas terbatas dengan subkontrak Spesifik dan dapat dimodifikasi untuk setiap pengusaha Tipe Industri dalam Produsen batik dan Produsen batik dan klaster pengolahan menjadi penjualan produk siap pakai untuk end user (dari hulu ke hilir), penjualan dan Domestik dan luar negri, jalur distribusi nol tingkat, satu tingkat, dan dua tingkat.

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan, kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik produk batik: a. Klaster Laweyan Surakarta adalah batik tulis, batik cap, dan sebagian kecil batik printing (tekstil bermotif batik). Sedangkan ragam produk akhirnya selain kain batik, lebih banyak berupa pakaian jadi. Selain itu juga ada sebagian kecil perlengkapan rumah tangga seperti set taplak meja, sprei, bed cover, dan lainnya. Untuk motif, ada komitmen di antara pengusaha bahwa tidak terjadi duplikasi (meniru) motif dari pengusaha lain. b. Demikian juga dengan klaster batik Pasirsari Pekalongan, yang

Pasirsari Pekalongan Tulis, Cap, beberapa printing (sablon). Pola produksi Bergelombang. Kapasitas terbatas dengan subkontrak Dapat diduplikasi di dalam maupun di luar klaster Produsen batik, industri pengolahan menjadi produk siap pakai untuk end user (dari hulu ke hilir), supplier bahan dan peralatan. Domestik dan luar negri, jalur distribusi nol tingkat, dan satu tingkat.

dihasilkan adalah batik tulis, batik cap, dan sebagian kecil batik printing (tekstil bermotif batik). Ragam produk akhirnya selain kain batik, lebih banyak berupa pakaian jadi maupun selendang untuk ekspor. Selain itu juga ada sebagian kecil perlengkapan rumah tangga seperti set taplak meja, sprei, bed cover, dan lainnya. Tetapi dalam industri terjadi duplikasi dalam rangka meningkatkan kuantitas produksi. c. Sedangkan klaster Lasem produknya adalah hanya batik tulis saja dengan motif khas yang ada sejak dahulu, kombinasi dari budaya Cina dan Jawa. 2. Untuk kapasitas produksi hampir semua pengusaha di setiap klasteryang diteliti

71


melakukan sub kontrak karena keterbatasan jumlah tenaga pembatik. Pola produksi untuk klaster Laweyan dan Pasirsari adalah bergelombang, sedangkan Lasem adalah pola produksi konstan. Suplai bahan dan peralatan pendukung untuk Laweyan diperoleh dari pemasok dalam dan luar klaster, sedangkan Lasem karena merupakan sebuah kota kecil hampir semuanya diperoleh dari dalam klaster kecuali untuk bahan kain. Untuk Pasirsari supali bahan dan peralatan diperoleh dari luar klaster. 3. Tujuan pasar dari semua klaster adalah pasar domestik dan luar negeri. Sedangkan jalur distribusi produknya untuk Laweyan adalah nol tingkat, satu tingkat dan dua tingkat. Sedangkan untuk Lasem dan Pasirsari keduanya sama yaitu nol tingkat dan satu tingkat. Homogenitas dalam produk dan produksi batik di tiga klaster tersebut memperkuat teori klaster yang sudah ada. Satu temuan baru yang memperkaya karakteristik klaster khusunya batik adalah munculnya industri pendukung baik dari hulu maupun hilirnya. Artinya tidak hanya pemasok dan pedagang perantara yang tumbuh berkembang dalam klaster, tetapi juga muncuk industri pengolahan hasil produksi lebih lanjut. Dengan demikian produk siap pakai atau siap konsumsi juga

tumbuh dan berkembang dalam klaster tersebut. REKOMENDASI Dari analisa dan kesimpulan dalam penelitian ini maka saran yang dapat direkomendasikan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Perlunya membangun ciri klaster sebagai pembeda produk batik dari klaster yang lain, sehingga dapat memberi keunggulan yang khas dan tidak mudah diperoleh dari produsen di luar klaster. 2. Sistem penjualan dan pemasaran dari klaster Lasem yang bisa diimplementasikan oleh klaster lain yaitu untuk saluran nol tingkat (penjualan langsung) perlu dijelaskan bagaimana proses produksi kain batik, terutama batik tulis. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi konsumen untuk menghargai proses kreatif yang dilakukan pengusaha batik. Dengan demikian konsumen dapat memahami penetapan harga produk batik yang wajar. 3. Perkembangan industri dalam klaster yang mulai memunculkan produsen pengolah produk lebih lanjut perlu diintegrasikan dalam hal kesamaan visi mengenai orientasi pasar, sehingga tidak memunculkan kekeliruan dalam pemahaman selera, kebutuhan, dan keinginan pasar.

DAFTAR PUSTAKA Gasperz, Vincent, 2002, Pedoman Implementasi Program Six Sigma, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

72


Haggblom, Ted, et.al., 2005, Do New Product Development Managers in Large Or Higharket-share Firms Perceive Marketing—R&D Interface Principles Differently? Journal of Product Innovation Management, vol 12. No 4 Karl T. Ulrich, Steven D. Eppinger, 2001, Perancangan dan pengembangan Produk, Salemba Teknika, Jakarta Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, Millenium Edition, Englewood Cliffs: Prentice Hall International, Inc. Kusdiartini, Veronica, Soekesi, Agustine Eva M, 2002, Analisis Kualitas Jasa Perhotelan di Semarang, P3M Unika Soegijapranata Semarang, Hasil Penelitian Render Barry, Heizer Jay, 2001, Prinsip-prinsip Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta Retnawati, Berta B, Agustine Eva M Soekesi 2010, Model Supply Chain Produk Usaha Kecil (Studi Kasus pada Kampoeng Batik Laweyan Solo, Tahun Kedua), Hibah Bersaing DP2M Dikti, Hasil Penelitian Retnawati, Berta B, Agustine Eva M Soekesi, Ratna Wulandari, 2009, Model Supply Chain Produk Usaha Kecil (Studi Kasus pada Kampoeng Batik Laweyan Solo, Tahun Pertama), Hibah Bersaing DP2M Dikti, Hasil Penelitian Sitohang, A. Posmaria, Rustina Untari, Agustine Eva M Soekesi, 2009, Pengembangan Model Product Development Pada Klaster Batik Pasirsari Pekalongan (Tahun Pertama), Fundamental DP2M Dikti, Hasil penelitian Soekesi, Agustine Eva M, Veronica Kusdiartini, 2003, Analisis Kualitas Jasa Perusahaan Percetakan di Semarang, P3M Unika Soegijapranata Semarang, Hasil Penelitian Soekesi, Agustine Eva M, Ratna Wulandari, 2010, Komunikasi Eksternal Produk Batik Lasem Jawa Tengah, P3M Unika Soegijapranata Semarang, Hasil Penelitian Untari, Rustina, Agustine Eva M Soekesi, A. Posmaria Sitohang, 2010, Pengembangan Model Product Development Pada Klaster Batik Pasirsari Pekalongan (Tahun Kedua), Fundamental DP2M Dikti, Hasil penelitian Wulandari, A Ratna, Retnawati, Berta B, Agustine Eva M Soekesi, 2008, Model Jalur Distribusi Batik Laweyan Solo, P3M Unika Soegijapranata Semarang, Hasil Penelitian Wulandari, A. Ratna, Ch. Tri Hadjanti, 2006, Analisis Kebutuhan Informasi UKM berorientasi Eksaport Studi pada UKM di Kota Pekalongan, Laporan Penelitian Dipublikasikan.

73


Wulandari, A. Ratna, Soekesi, A. Eva, 2007, Proses Pengembangan Produk Baru pada Sentra Tenun ATBM di Kota Pekalongan, Laporan Penelitian Dipublikasikan.

74

KARAKTERISTIK UKM BATIK PADA KLASTER BATIK DI JAWA TENGAH 1. Agustine Eva Maria Soekesi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang

Recommend Documents