KARAKTERISTIK PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Nur Khakimatul Faizah NIM: 1113103000019
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini ditulis sendiri atau hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 1 Oktober 2016 Materai Rp 6000
Nur Khakimatul Faizah
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING KARAKTERISTIK PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RSU KOTA KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Oleh Nur Khakimatul Faizah 1113103000019
Pembimbing I
Pembimbing II
dr. Silvia Dewi, Sp.PD
dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, KGEH
NIP. 19770403 200804 2 007
NIP. 19731005 2006042 001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M iii
LEMBAR PENGESAHAN Laporan penelitian berjudul KARAKTERISTIK PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015 yang diajukan oleh Nur Khakimatul Faizah (NIM: 1113103000019), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada Oktober 2016. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Ciputat, 18 Oktober 2016 DEWAN PENGUJI Ketua Sidang
dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, KGEH NIP. 19731005 200604 2 001 Pembimbing I
Pembimbing II
dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, KGEH
dr. Silvia Dewi, Sp.PD
NIP. 19731005 2006042 001
NIP. 19770403 200804 2 007
Penguji 1
Penguji 2
dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM
dr. Merry Nitalia, Sp.PK
NIP. 19660629 199803 1 001
NIP. 19781230 200604 2 001
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Kaprodi PSK PD FKIK UIN
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes
dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT
NIP. 19650808 198803 1 002
NIP. 19780507 200501 1 005 iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “KARAKTERISTIK PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015” ini dengan baik sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang program sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan kita dengan sebaik-baiknya akhlak. Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan penelitian ini butuh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Bersama ini, peneliti menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih kepada 1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Kepala Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD, KGEH dan dr. Silvia Dewi, Sp.PD selaku dosen pembimbing satu dan dua dalam yang selalu membimbing, mengarahkan, dan memberi motivasi kepada peneliti mulai awal sampai akhir penelitian 4. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM dan dr.Merry Nitalia, Sp.PK selaku penguji sidang pertama dan kedua pada laporan penelitian ini yang telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk menguji penelitian ini dalam sidang skripsi 5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab riset Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013 yang telah memberikan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian tepat pada v
waktunya 6. Pihak Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Tangerang Selatan, Direktur rumah sakit beserta jajarannya, Mbak Fina dan seluruh pegawai bagian rekam medik RSU Kota Tangerang Selatan yang telah mengijinkan kepada peneliti untuk mengambil data sesuai dengan penelitian ini 7. Orang tua saya, Abah Muhammad Subchan dan Umi Istiqomah tercinta dan terhebat yang selalu memberikan waktu, kasih sayang, dukungan baik moral maupun materi kepada peneliti dalam menempuh pendidikan dokter di FKIK UIN Jakarta 8. Saudara kandung saya Ahmad Salmanun Najih, Ahmad Maulal Kholis, Nur Aula Muflichah, dan Ahmad Nasrul Aziz yang senantiasa mendoakan dan mendukung saya dalam menempuh pendidikan dokter di FKIK UIN Jakarta 9. Teman saya Sri Purwanti dan Achmad yang telah mengajarkan cara menganalisis data penelitian ini 10. Kelompok riset saya, Ahmad Sisjufri, Rohman Sungkono, Raudya Iwana, Charifa Sama, dan Azmi Jabbar Nassution yang telah berjuang bersama dan saling membantu dalam menyelesaikan penelitian ini 11. PJ Modul Riset Mahasiswa, Wahyu Arifianti Haryoso yang telah membantu dalam berkoordinasi dengan dengan pihak dosen demi berjalannya modul riset dan penelitian mahasiswa 12. Teman teman Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2013 yang telah membuat saya terus termotivasi dalam menyusun penelitian ini 13. Sahabat saya Sakinah Mawaddah, Wahyu Arifianti, Zaima Dzatul, Nihayatul Kamila, Ana Khurnia, Rahmei Shofia, Latifatul Bariyah dan Kartika
Rosiana
yang
senantiasa
memberikan
dukungan
dalam
penyusunan dan memberi semangat untuk segera menyelesaikan penelitian ini 14. Serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. vi
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam laporan penelitian ini, maka dari itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penelitian ini. Akhir kata, peneliti berharap Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua dan menambah ilmu bagi yang membaca.
Ciputat, 1 Oktober 2016
Nur Khakimatul Faizah
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............………………………ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................ v DAFTAR ISI……………………. ....................................................................... viii ABSTRAK…….. ................................................................................................... xi DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2
Rumusan masalah ................................................................................. 2
1.3
Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.3.1
Tujuan Umum ............................................................................... 3
1.3.2
Tujuan Khusus .............................................................................. 3
1.4
Manfaat Penelitian................................................................................ 4
1.4.1
Bagi Peneliti ................................................................................. 4
1.4.2
Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................... 4
1.4.3
Bagi RSU Kota Tangerang Selatan ............................................... 4
BAB II TINAJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5 2.1
Landasan Teori ..................................................................................... 5
2.1.1
Definisi dan Epidemiologi ............................................................ 5
2.1.2
Etiologi .......................................................................................... 6
2.1.3
Penularan ....................................................................................... 6
2.1.4
Klasifikasi ..................................................................................... 6
2.1.5
Patogenesis dan Patofisiologi ........................................................ 9
2.1.6
Gambaran Klinis ......................................................................... 12
2.1.7
Diagnosis ..................................................................................... 13
2.1.8
Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 14
2.1.9
Diagnosis Banding ...................................................................... 15
2.1.10
Tata Laksana ............................................................................... 15 viii
2.1.11
Indikasi Rawat Inap Pasien ......................................................... 21
2.1.12
Komplikasi .................................................................................. 21
2.1.13
Prognosis ..................................................................................... 21
2.1.14
Pencegahan .................................................................................. 21
2.2
Kerangka Teori ................................................................................... 25
2.3
Kerangka Konsep ............................................................................... 26
2.4
Definisi Operasional ........................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 32 3.1
Desain Penelitian ................................................................................ 32
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 32
3.3
Populasi dan Sampel .......................................................................... 32
3.3.1
Kriteria Sampel ........................................................................... 32
3.3.2
Jumlah Sampel ............................................................................ 33
3.3.3
Tehnik sampling .......................................................................... 33
3.4
Cara Kerja Penelitian ......................................................................... 34
3.4.1 3.5
Pengumpulan Data ............................................................................. 35
3.5.1 3.6
Alur Penelitian ............................................................................ 34 Variabel Penelitian ...................................................................... 35
Rencana Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36 4.1
Sebaran Sosio-Demografi pasien DBD .............................................. 36
4.1.1
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Jenis Kelamin .................... 36
4.1.2
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Usia ................................... 38
4.1.3
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Alamat ............................... 41
4.1.4
Distribusi pasien DBD berdasarkan Bulan Kejadian .................. 44
4.1.5
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Lama Rawat Inap .............. 47
4.2
Gambaran Klinis Pasien ..................................................................... 49
4.2.1
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Gejala Klinis ..................... 49
4.2.2
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Diagnosis ........................... 53
4.2.3
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Kadar Hematokrit .............. 55
4.2.4
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Jumlah Trombosit.............. 58
4.3
Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 61 5.1
Kesimpulan......................................................................................... 61
5.2
Saran ................................................................................................... 62 ix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63 LAMPIRAN……. ................................................................................................. 66
x
ABSTRAK Nur Khakimatul Faizah. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue Yang Menjalani Rawat Inap Di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015. Latar Belakang: Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan utama banyak negara di dunia. Sejak tahun 1968-2009, WHO mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD terbanyak di Asia Tenggara. Pada Tahun 2009, DBD menempati urutan kedua dari 10 besar penyakit yang dirawat inap di rumah sakit. Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional dengan tehnik total sampling. Jumlah sampel adalah 194 pasien dari 293 rekam medis pasien yang terdaftar dari 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2015 di ruang rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan dan memenuhi kriteria penelitian. Hasil: Pada tahun 2014 terdapat 91 pasien dan tahun 2015 terdapat 103 pasien. Berdasarkan demografi pasien pada tahun 2014 laki-laki 51,6% dan perempuan 48,4% sedangkan pada tahun 2015 laki-laki 43,7% dan perempuan 56,3%. Berdasarkan usia pasien, tahun 2014 kelompok 25-34 tahun (28,6%) dan kelompok usia 18-24 tahun (26,2%) pada tahun 2015. Berdasarkan bulan kejadian, tahun 2014 adalah Januari sedangkan pada tahun 2015 adalah Mei dan Juni. Berdasarkan alamat pada tahun 2014 dan 2015 kebanyakan tinggal di Pamulang yaitu 35,2% dan 37,9%. Mayoritas pasien memiliki lama rawat inap 1-3 hari pada tahun 2014 (52,7%) dan pada tahun 2015(49,5%). Gejala klinis tersering yaitu demam (97,8%) pada tahun 2014 dan (99%) pada tahun 2015. Hasil laboratorium berupa trombositopenia pada tahun 2014 adalah 95,6% dan pada tahun 2015 adalah 91,3%, sedangkan hematokrit normal pada tahun 2014 adalah 70,3% dan pada tahun 2015 adalah 70,9%. Diagnosis pasien mayoritas DBD derajat II pada tahun 2014 (61,5%) dan pada tahun 2015 (51,5%) . Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, Karakteristik, Rawat Inap
xi
ABSTRACT Nur Khakimatul Faizah. School of Medicine. Characteristics of Dengue Hemorraghic Fever Patient were Hospitalized at General Hospital of South Tangerang in 2014-2015. Background: Dengue hemorrhagic fever (DHF) is one of the major health problems of many countries in the world. Since 1968-2009, WHO noted that Indonesia as the country with the highest dengue cases in Southeast Asia. In 2009, dengue ranks second out of 10 major diseases that are hospitalized in the hospital. Methods: This study was a descriptive observational research with cross sectional approach with total sampling technique. The sample was 194 patients from 293 medical records of patients registered from 1st January 2014 until 31stDecember 2015 in the inpatient unit RSU Tangerang Selatan and met the study criteria. Results: In 2014 there were 91 patients and in 2015 there were 103 patients. Based on the demographics of patients in 2014 males 51.6% and females 48.4% and in 2015 43.7% male and 56.3% female. Based on the patient's age, in 2014 a group of 25-34 (28.6%) and the 18-24 age group (26.2%) in 2015. Based on the months of the incident, was in January 2014 and in 2015 was in May and June , Based on residence, in 2014 and 2015 mostly stayed in Pamulang was 35.2% and 37.9%. The majority of patients had a length of stay of 1-3 days in 2014 (52.7%) and 2015 (49.5%). The most common clinical symptoms include fever (97,8%) in 2014 and (99%) in 2015. The result of laboratorium was thrombocytopenia in 2014 was 95.6% and in 2015 was 91.3%, while normal hematocrit in 2014 was 70.3% and in 2015 was 70.9%. The majority of diagnosis was DHF grade II in 2014 (61.5%) and 2015 (51.5%). Keywords: Dengue hemorraghic fever, characteristics, hospitalization
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori Bagan 2.2 Kerangka Konsep Bagan 3.1 Alur Penelitian
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Klasifikasi derajat infeksi dan keparahan DBD
Tabel 2.2
Kebutuhan cairan berdasarkan badan ideal
Tabel 2.3
Kecepatan cairan pada anak dan dewasa
Tabel 2.4
Profil kandidat vaksin dengue
Tabel 2.5
Definisi Operasional
Tabel 4.1
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan jenis kelamin tahun 2014
Tabel 4.2
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan jenis kelamin tahun 2015
Tabel 4.3
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan usiatahun 2014
Tabel 4.4
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan usia tahun 2015
Tabel 4.5
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan alamat tahun 2014
Tabel 4.6
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan alamat tahun 2015
Tabel 4.7
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan bulan kejadian tahun 2014
Tabel 4.8
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan bulan kejadian tahun 2015
Tabel 4.9
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan lama rawat inap tahun 2014
Tabel 4.10 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan lama rawat inap tahun 2015 Tabel 4.11 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan gejala klinis tahun 2014 Tabel 4.12 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan gejala klinis tahun 2015 Tabel 4.13 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan diagnosis tahun 2014 Tabel 4.14 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan diagnosis tahun 2015 Tabel 4.15 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan kadar hematokrit tahun 2014 Tabel 4.16 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan kadar hematokrit tahun 2015 Tabel 4.17 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan jumlah trombosit tahun 2014 Tabel 4.18 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan jumlah trombosit tahun 2015
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Patogenesis demam berdarah dengue
Gambar 2.2
Perjalanan penyakit dengue
Gambar 2.3
Waktu perkiraan infeksi virus dengue primer dan sekunder dan metode diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi
Gambar 2.4
Triase untuk pasien dengan dugaan infeksi dengue
Gambar 2.5
Tata laksana DBD dengan syok
Gambar 4.1
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan jenis kelamin tahun 2014
Gambar 4.2
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan jenis kelamin tahun 2015
Gambar 4.3
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan usiatahun 2014
Gambar 4.4
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan usia tahun 2015
Gambar 4.5
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan alamat tahun 2014
Gambar 4.6
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan alamat tahun 2015
Gambar 4.7
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan bulan kejadian tahun 2014
Gambar 4.8
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan bulan kejadian tahun 2015
Gambar 4.9
Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan lama rawat inap tahun 2014
Gambar 4.10 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan lama rawat inap tahun 2015 Gambar 4.11 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan gejala klinis tahun 2014 Gambar 4.12 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan gejala klinis tahun 2015 Gambar 4.13 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan diagnosis tahun 2014 Gambar 4.14 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan diagnosis tahun 2015 Gambar 4.15 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan kadar hematokrit tahun 2014 Gambar 4.16 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan kadar hematokrit tahun 2015 Gambar 4.17 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan jumlah trombosit tahun 2014 Gambar 4.18 Disrtribusi Pasien DBD berdasarkan jumlah trombosit tahun 2015
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat ijin pengambilan data Lampiran 2 Hasil analisis data Lampiran 3 Daftar riwayat hidup
xvi
DAFTAR SINGKATAN
ADP
: Adenin-di-fosfat
ALT
: Alanine Amino Transferase
AST
: Aspartate Amino Transferase
CCL
: Chemokine CC motif Ligand
CFR
: Case Fetality Rate
DBD
: Demam Berdarah Dengue
DD
: Demam Dengue
DENV
: Dengue Virus
DIC
: Disseminated Intravascular Coagulation
DSS
: Dengue Shock Syndrome
FKIK
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kedokteran
IFN
: Interferon
Ig G
: Imunoglobulin G
Ig M
: Imunoglobulin M
IL
: Interleukin
IR
: Incidence Rate
KLB
: Kejadian Luar Biasa
LAV
: Live Attenuated Vaccine
LED
: Laju Endap Darah
MCP
: Monocyte Chemottractant Protein
NO
: Nitric Oxide
RSU
: Rumah Sakit Umum
SSD
: Sindrom Syok Dengue
TH
: T-Helper
TNF
: Tumor Necrosis Factor
TGF
: Transforming Growth Factor
VEGF
: Vascular Endothelial Growth Factor
WHO
: World Health Organization xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang sering terjadi di daerah tropis dan sub tropis.1 Musim yang sesuai untuk perkembangbiakan nyamuk penyebab penyakit ini membuat angka kejadian di Indonesia cukup banyak. Gejala yang sering adalah demam tinggi yang mendadak, sehingga banyak pasien berobat ke rumah sakit akibat penyakit ini. Diagnosis penyakit demam beradarah dengue ditegakkan jika telah didapatkan hasil pemeriksan fisik berupa demam tinggi yang mendadak dan adanya hasil laboratorium yang menunjukkan kebocoran plasma seperti trombositopenia dan atau peningkatan hematokrit. Tidak hanya itu, banyak manifestasi klinis yang lain yang menyertai penyakit ini seperti gusi berdarah, letargi, nyeri perut, dan lain-lain.2 World Health Organization (WHO) tahun 2009 mengestimasi bahwa 2,5 miliar manusia tinggal di daerah endemik dengue. Lebih dari 70% atau 1,8 miliar dari populasi dunia berisiko untuk DBD.2 Insidensi DBD telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir dengan perkiraan setiap tahun, 50 juta infeksi virus dengue dapat terjadi di dunia, 500 ribu diantaranya membutuhkan perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan.2 WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.1 Pada Tahun 2014 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 100.347 kasus dengan jumlah kematian 907 orang, IR (Incidence Rate) 39,8 per 100.000 penduduk dan CFR (Case Fatality Rate) sebesar 0,9%.4 Jumlah Kabupaten/Kota terjangkit DBD pada tahun 2014 mengalami peningkatan dari 412 menjadi 433 Kabupaten/Kota (87,74%). Pada tahun 2012 jumlah kasus DBD di Kabupaten/Kota Tangerang Selatan sebanyak 780 kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 5 orang, dan IR 31,5 per 100.000 penduduk.5 1
2
Penyakit DBD dapat menyerang pada semua golongan umur, terutama pada anak dan remaja. Awalnya insidensi anak lebih banyak dibandingkan dengan dewasa. Namun, seiring berjalannya waktu kini kejadian DBD lebih banyak terjadi pada dewasa dengan prevalensi tertinggi pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu 0,7% dan terendah pada bayi yaitu 0,2%.6 Demam berdarah dengue tidak membedakan jenis kelamin karena faktor risiko antara laki-laki dan perempuan sama saja.5 Perubahan iklim dapat memperpanjang masa penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah luas geografinya, dengan kemungkinan menyebar ke daerah yang kekebalan populasinya rendah atau dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang kurang. Selain perubahan iklim faktor risiko lain yang mungkin mempengaruhi penularan adalah faktor lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk dan transportasi.1 Penanganan pasien DBD membutuhkan perawatan intensif di instalasi kesehatan. Penyakit DBD masuk dalam urutan kedua dari 10 besar penyakit yang dirawat inap di rumah sakit pada tahun 2009 dengan 121.334 kasus dan 898 kematian.7 Tingginya jumlah rawat inap di instalasi kesehatan pada tahun 2008 akibat penyakit DBD ini mencapai 90.466 kasus sehingga menjadi beban yang cukup besar.8 Banyaknya pasien yang dirawat inap karena demam berdarah dengue dan berdasarkan data yang menunjukkan adanya peningkatan tiap tahun pasien yang meninggal akibat demam berdarah dengue ini melatarbelakangi peneliti untuk mengangkat judul “KARAKTERISTIK PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RSU KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2014-2015”. 1.2
Rumusan masalah Dengan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penilitian sebagai berikut: “Bagaimana karakteristik pasien DBD yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015?”
3
1.3 1.3.1
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui sebaran gambaran klinis pasien DBD yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015
1.3.2
Tujuan Khusus Untuk mengetahui berapa jumlah pasien yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan karena mengalami demam berdarah dengue Untuk mengetahui gambaran sosio-demografi pasien DBD yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015 berdasarkan: a. Jenis kelamin b. Usia c. Alamat d. Bulan kejadian e. Lama rawat inap Untuk mengetahui sebaran gambaran klinis pasien DBD yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015 berdasarkan: a. Gejala klinis b. Diagnosis c. Kadar hematokrit d. Jumlah trombosit
4
1.4 1.4.1
Manfaat Penelitian Bagi Peneliti : Memperoleh ilmu dan pengalaman dalam melakukan penelitian Mengaplikasikan ilmu medis maupun non medis yang telah didapat Menjadi syarat kelulusan Strata 1 di Perkuliahan Kedokteran
1.4.2
Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Sebagai salah satu wujud tridarma perguruan tinggi dalam kontribusi terhadap penelitian dan pengembangan keilmuan Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi peneliti selanjutnya
1.4.3
Bagi RSU Kota Tangerang Selatan Data sebaran pasien DBD berdasarkan sosio demografis dan gambaran klinis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 2.1.1
Landasan Teori Definisi dan Epidemiologi Demam berdarah dengue (DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit DBD ditemukan endemik pada wilayah tropis dan subtropis dimana kondisi dan iklim cocok untuk perkembangbiakan vektor Aedes aegypti. Terdapat tiga faktor yang berperan dalam penularan virus dengue ini yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Aedes aegypti merupakan vektor perantara paling banyak mengakibatkan penyakit DBD ini. 1 Pada Tahun 2014 jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 100.347 kasus dengan jumlah kematian 907 orang, IR 39,8 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,9%.4 Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1968 ketika terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di Surabaya dan Jakarta.1 Sejak dilaporkan, kasus DBD meningkat terus bahkan pada tahun 2013 dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2012 telah terjadi peningkatan sebanyak 90.425 kasus. Akan tetapi, angka kesakitan DBD yang ditargetkan Kementrian Kesehatan republik Indonesia pada tahun 2013 telah tercapai, yakni ≤52 kasus per 100.000 penduduk.9 Distribusi kasus DBD per kelompok umur dari tahun 1993 sampai 2009 terjadi pergeseran dari kelompok kasus DBD terbesar adalah umur <15 tahun, namun tahun 1999 sampai 2009 kelompok umur terbesar yaitu ≥15 tahun. Persentase penderita laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu pada laki-laki (53,78%) dan perempuan (46,23%).10 Demam berdarah dengue biasanya paling banyak terjadi 5
6
pada musim hujan, ketika kelembabannya mendukung untuk perkembangbiakan dari vektornya.11 2.1.2
Etiologi Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty, dan Anopheles. Virus ini memiliki 4 serotipe yang beredar khususnya di Indonesia yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, DENV-4 dengan bentuk batang, termolabil, dan stabil di suhu 70°C. Keempat serotipe tersebut ditemukan di Indonesia terutama DENV-3. Urutan serotipe yang menyebabkan DBD berat di Indonesia adalah DENV-3, disusul DEN-2, DENV-1, dan DENV-4.11
2.1.3
Penularan DBD ditularkan melalui vektor nyamuk betina Aedes aegypti ataupun Aedes albopictus. Nyamuk ini harus mendapatkan virus dengue dari manusia yang terinfeksi dengue dan menggigit manusia pada fase viremia, yaitu 2 hari sebelum timbul demam hingga 4-5 hari setelah gejala demam muncul. Nyamuk yang sudah menghisap darah yang mengandung virus dengue akan terinfeksi pada sel epitel usus dan virus akan bereplikasi di sel tersebut. Setelah itu virus dengue akan menyebar ke kelenjar liur nyamuk dan akan masuk ke dalam air liur. Ketika nyamuk menggigit manusia, maka nyamuk akan mengeluarkan air liurnya dan virus dengue pun akan masuk ke peredaran darah manusia dan memulai siklusnya di dalam tubuh manusia.2
2.1.4
Klasifikasi Dalam mengklasifikasikan penyakit demam berdarah dengue telah ada kesepakatan bahwa DBD dibagi atas dengue tanpa tanda bahaya, dengue dengan tanda bahaya, dan dengue berat.1
7
Kriteria dengue tanpa/dengan tanda bahaya : Dengue probable : a. Bertempat tinggal di /bepergian ke daerah endemik dengue b. Demam disertai 2 dari hal berikut : 1)
Mual, muntah
2)
Ruam
3)
Sakit dan nyeri
4)
Uji torniket positif
5)
Leukopenia
6)
Adanya tanda bahaya
c. Tanda bahaya adalah : 1)
Nyeri perut atau kelembutannya
2)
Muntah berkepanjangan
3)
Terdapat akumulasi cairan
4)
Perdarahan mukosa
5)
Letargi, lemah
6)
Pembesaran hati > 2 cm
7)
Kenaikan hematokrit seiring dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat
Dengue dengan konfirmasi laboratorium (penting bila bukti kebocoran plasma tidak jelas) Kriteria dengue berat : a. Kebocoran plasma berat, yang dapat menyebabkan dengue shock syndrome (DSS), akumulasi cairan dengan distress pernafasan b. Perdarahan hebat, sesuai pertimbangan klinisi c. Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran, gangguan jantung dan organ lain) Menurut WHO (2011), derajat keparahan DBD dibagi menjadi 4 tingkatan.2
8
Tabel 2.1. Klasifikasi derajat infeksi dan keparahan DBD Demam
Tingkat Tanda dan Gejala
Hasil Laboratorium
Dengue (DD/DBD) Leukopenia (≤5.000 sel/mm3) Trombositopenia (hitung trombosit < 150.000 sel/mm3) Peningkatan hematokrit (510%) Tidak ada bukti kebocoran plasma
DD
Demam dengan 2 gejala berikut:
DBD
Sakit kepala Nyeri daerah belakang mata Nyeri otot Nyeri sendi/nyeri tulang Bercak kemerahan Manifestasi perdarahan Tidak ada bukti kebocoran plasma Demam dan manifestasi
Trombositopenia <100.000
perdarahan ( positif pemeriksaan
sel/mm3; peningkatan
torniket) dan adanya kebocoran
hematokrit ≥20%
I
plasma DBD
DBD
II
III
Sama seperti pada tingkat I dan
Trombositopenia <100.000
ditambah dengan perdarahan
sel/mm3; peningkatan
spontan
hematokrit ≥20%
Sama seperti pada tingkat I dan II
Trombositopenia <100.000
dan ditambah dengan kegagalan
sel/mm3; peningkatan
sirkulasi (nadi lemah, selisih
hematokrit ≥20%
antara sistol-diastol ≤ 20 mmHg, hipotensi, restlessness) DBD
IV
Sama seperti pada tingkat III dan
Trombositopenia <100.000
ditambah dengan syok yang
sel/mm3; peningkatan
berkepanjangan dengan tekanan
hematokrit ≥20%
darah dan nadi yang tidak dapat dideteksi Sumber : WHO 2011
9
2.1.5
Patogenesis dan Patofisiologi Infeksi virus dengue dimulai saat vektor mengambil darah host dan memasukkan virus ke dalam tubuh host. Virus dengue ini akan berikatan dan masuk dalam sel host melalui proses endositosis yang dimediasi oleh sel dendritik. Selama internalisasi dan asidifikasi endosom, virus berfusi dengan membran vesikuler sehingga nukleokapsid masuk menuju sitoplasma dengan genome tanpa amplop (uncoating genome).12 DEN-V akan bereplikasi didalam sel langerhans
dan
makrofag
dalam
limpa.
Selanjutnya,
akan
menstimulasi pengaturan sel T, reaksi silang sel T aviditas rendah dan reaksi silang sel T spesifik, yang akan meningkatkan produksi spesifik dan reaksi silang antibodi.13 Antibodi terhadap virus dengue akan mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Infeksi virus dengue akan menyebabkan tubuh kita akan mengaktivasi sel T. Limfosit T, baik Thelper (CD4) dan T-sitotoksik (CD8) berperan dalam patogeneis ini. Diferensiasi TH1 akan memproduksi interferon gamma (IFN γ), interleukin-2 (IL-2) dan limfokin. Sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10. 13 Limfosit T akan memproduksi beberapa mediator kimia sehingga meningkatkan permeabilitas vaskular yang menyebabkan terjadinya manifestasi klinis berupa capillary leakaege dan akan menemukan tanda-tanda klinis berupa hipotensi/ syok, asites, efusi pleura, perdarahan, dan lain-lain. Adanya reaksi antigen antibodi dengan aktivasi sistem komplemen menyebabkan terjadinya disposisi pada pembuluh, jaringan sekitar dan platelet yang menyebabkan terjadinya manifestasi klinis berupa perdarahan.14 Pada tahap berikutnya terjadi secara simultan yaitu reaksi silang antibodi dengan trombosit, reaksi silang antibodi dengan plasmin dan produk spesifik. Proses ini kemudian akan meningkatkan peran antibodi dalam meningkatkan titer virus dan di sisi lain antibodi
10
bereaksi silang dengan endotheliocytes. Pada tahap berikutnya terjadi efek replikasi sel mononuklear. Di dalam sel endotel, terjadi infeksi dan replikasi selektif dalam endotheliocytes sehingga terjadi apoptosis yang menyebabkan disfungsi endotel. Di sisi lain, akan terjadi stimulasi mediator yang dapat larut (soluble), yaitu TNF α, IFN γ, IL1, IL-2, IL-6, IL-8, IL-10, IL-13, IL-18, TGF β, C3a, C4b, C5a, MCP1,CCL-2, VEGF, dan NO yang menyebabkan ketidakseimbangan profil sitokin dan mediator lain yang menyebabkan terjadinya gangguan koagulasi dan disfungsi endotel.13 Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus sehingga meningkatkan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag. Selain itu, aktivasi oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya senyawa proaktivator C3a dan C5a, sementara proaktivator C1, C4, C5-C8 dan C3 menurun yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadi ekstravasasi plasma dari intravaskular menuju ekstravaskular.15,16 Peningkatan C3a dan C5a juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma melalui anafilaktosin yang dihasilkannya.15 Pada hati, akan terjadi replikasi dalam hepatosit dan sel Kuppfer kemudian terjadi nekrosis dan atau apoptosis yang menurunkan fungsi hati kemudian melepaskan produk toksik ke dalam darah yang meningkatkan fungsi koagulasi sehingga meningkatkan konsumsi trombosit, aktivasi sistem fibrinolitik, dan akhirnya menyebabkan gangguan koagulasi.13 Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum tulang yang terjadi setelah replikasi virus dalam sel stroma, serta destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi virus dengue, konsumsi trombosit
11
selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan senyawa adenin-di-fosfat (ADP), peningkatan kadar β-tromboglobulin dan faktor prokoagulator IV yang merupakan penanda degranulasi trombosit.15 Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor XIa namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex).15
Gambar 2.1. Patogenesis demam berdarah dengue Sumber: Martina 2009
12
2.1.6
Gambaran Klinis Gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3 fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan.1 Pada fase febris biasanya demam mendadak tinggi 2 – 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, infeksi faring dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa. Walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.1 Fase kritis terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh. Kebocoran plasma sering didahului oleh leukopenia progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.1 Fase pemulihan terjadi bila fase kritis terlewati dan terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik stabil dan diuresis membaik.1
Gambar 2.2 Perjalanan penyakit dengue Sumber: WHO 2009
13
2.1.7
Diagnosis Penegakkan diagnosis DBD meliputi kriteria klinis dan laboratoris:2 Kriteria klinis terdiri atas: a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2 –7 hari, biasanya bifasik b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut : 1) Uji bendung positif. 2) Ptekie, ekimosis, atau purpura 3) Perdarahan mukosa (tersering epistaksis dan perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat lain 4) Hematemesis atau melena c. Hepatomegali d. Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (≤20 mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah Kriteria laboratoris: a. Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/mm3). b. Terdapat hemokonsentrasi sebagai berikut : Peningkatan hematokrit >20 % dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin. Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan, a.
Dua kriteria klinis pertama ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi / peningkatan hematokrit ≥20%
b.
Dijumpai hepatomegali sebelum terjadi perembesan plasma
c.
Dijumpai tanda perembesan plasma Efusi pleura (foto toraks/ ultrasonografi) Hipoalbuminemia
14
d.
Perhatian2 Pada
kasus
syok,
hematokrit
yang tinggi
dan
trombositopenia yang jelas, mendukung diagnosis DSS Nilai LED (Laju Endap Darah) rendah (<10mm/jam) saat syok membedakan dari syok sepsis 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 2 Laboratorium a. Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hematokrit, dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke -1 setelah demam dan akan menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari 5-6. b. Uji serologi IgM dgn IgG anti dengue Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari ke -5 dan mencapai puncaknya pada hari ke 10-14. IgM ini akan menurun pada minggu ke empat Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat terdeteksi pada hari ke -14 dan menghilang setelah 6 bulan sampai 4 tahun. Sedangkan pada infeksi sekunder akan terdeteksi pada hari ke -2 Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi sekunder dan primer. Apabila >1,2 menunjukkan infeksi primer namun apabila <1,2 menunjukkan infeksi sekunder
15
Gambar 2.3 Waktu perkiraan infeksi virus dengue primer dan sekunder dan metode diagnostik yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi Sumber: WHO 2009
2.1.9
Diagnosis Banding Diagnosis banding dari penyakit DBD adalah.3 a.
Campak
b.
Chikungunya
c.
Malaria
d.
Demam tifoid
e.
Leptospirosis
f.
Influenza
2.1.10 Tata Laksana Dalam mentriase primer pasien DBD kita dapat melihat bagan dibawah ini2
16
Gambar 2.4 Triase untuk pasien dengan dugaan infeksi dengue Sumber: WHO 2011
Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit infeksi dengue, seperti berikut: Tidak ada perbaikan klinis / perburukan saat sebelum atau selama masa transisi ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit Muntah yang menetap, tidak mau minum Nyeri perut hebat Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi yang hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria) atau hematuria Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh) Pucat, tangan-kaki dingin dan lembab Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam Monitor perjalanan penyakit DD/DBD harus melakukan beberapa parameter. Parameter yang harus dimonitor mencakup, Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda dan gejala lain
17
Perfusi perifer sesering mungkin karena sebagai indikator awal tanda syok, serta mudah dan cepat untuk dilakukan Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal setiap 2-4 jam pada pasien non syok dan 1-2 jam pada pasien syok. Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih sering pada pasien tidak stabil / tersangka perdarahan. Diuresis setiap 8-12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada pasien dengan syok berkepanjangan / cairan yang berlebihan. Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam (berdasarkan berat badan ideal) Indikasi pemberian cairan intravena17,18 Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral atau muntah Hematokrit meningkat 10%-20% meskipun dengan rehidrasi oral Ancaman syok atau dalam keadaan syok Prinsip umum terapi cairan pada DBD Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis. Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat, dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan. Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga volume dan cairan intravaskular yang adekuat. Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuan untuk menghitung volume cairan.
18
Tabel 2.2 Kebutuhan cairan berdasarkan badan ideal berat badan
cairan rumatan
cairan rumatan +
ideal (kg)
(ml)
5% defisit (ml)
5
500
750
10
1000
1500
15
1250
2000
20
1500
2500
25
1600
2850
30
1700
3200
35
1800
3550
40
1900
3900
45
2000
4250
50
2100
4600
55
2200
4950
60
2300
5300
Sumber : WHO 2011
Kecepatan cairan intravena harus disesuaikan dengan keadaan klinis.
Tabel 2.3 Kecepatan cairan pada anak dan dewasa Keterangan
Kecepatan cairan untuk anak (ml/kg/jam)
Kecepatan cairan untuk dewasa (ml/kg/jam)
Setengah rumatan/2
1.5
40-50
Rumatan
3
80-100
Rumatan + 5% defisit
5
100-120
Rumatan + 7% defisit
7
120-150
Rumatan + 10% defisit
10
300-500
Sumber: WHO 2011
19
Transfusi
suspensi
trombosit
pada
trombositopenia
untuk
profilaksis tidak dianjurkan Pemeriksaan laboratorium baik pada kasus syok maupun non syok saat tidak ada perbaikan klinis walaupun penggantian volume sudah cukup, maka perhatikan ABCS yang terdiri dari, A – Acidosis: gas darah, B – Bleeding: hematokrit, C – Calsium: elektrolit, Ca++ dan S – Sugar: gula darah (dekstrostik) Berdasarkan fase- fase perjalanan penyakit, DBD memiliki tata laksana yang berbeda.1 Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan atau cairan oral apabila anak masih mau minum, dan pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam18 Medikamentosa 1. Antipiretik
dapat
diberikan,
dianjurkan
pemberian
parasetamol bukan aspirin. 2. Diusahakan
tidak
memberikan
obat-obat
yang
tidak
diperlukan (misalnya antasid, anti emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. 3. Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat perdarahan saluran cerna, dan kortikosteroid tidak diberikan. 4. Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati. Supportif 1. Cairan: cairan per oral + cairan intravena rumatan per hari + 5% defisit 2. Diberikan untuk 48 jam atau lebih 3. Kecepatan
cairan
IV
disesuaikan
dengan
kecepatan
kehilangan plasma, sesuai keadaan klinis, tanda vital, diuresis, dan hematokrit Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan rumatan + defisit, disertai monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-6 jam.19
20
Gambar 2.5 Tata laksana DBD dengan syok Sumber: WHO 2011
DBD dengan syok berkepanjangan (DBD derajat IV) Cairan: 20 ml/kg cairan bolus dalam 10-15 menit, bila tekanan darah sudah didapat, cairan selanjutnya sesuai algoritma pada derajat III Bila syok belum teratasi: setelah 10ml/kg pertama diulang 10 ml/kg, dapat diberikan bersama koloid 10-30ml/kgBB secepatnya dalam 1 jam dan koreksi hasil laboratorium yang tidak normal Transfusi
darah
segera
dipertimbangkan
sebagai
langkah
selanjutnya (setelah review hematokrit sebelum resusitasi) Monitor ketat (pemasangan katerisasi urin, katerisasi pembuluh darah vena pusat / jalur arteri) Inotropik dapat digunakan untuk mendukung tekanan darah Apabila jalur intravena tidak didapatkan segera, coba cairan elektrolit per oral bila pasien sadar atau jalur intraoseus. Jalur intraoseus dilakukan dalam keadaan darurat atau setelah dua kali kegagalan mendapatkan jalur vena perifer atau setelah gagal pemberian cairan melalui oral. Cairan intraosesus harus dikerjakan secara cepat dalam 2-5 menit.
21
2.1.11 Indikasi Rawat Inap Pasien Penderita infeksi dengue yang harus dirawat inap adalah seperti berikut:1 a. bila ditemukan tanda bahaya, keluhan dan tanda hipotensi, b. perdarahan, c. gangguan organ (ginjal, hepar, jantung dan neurologik), d. kenaikan hematokrit pada pemeriksaan ulang, e. efusi pleura, f. asites, g. komorbiditas (kehamilan, diabetes mellitus, hipertensi, tukak peptik dll), h. kondisi sosial tertentu (tinggal sendiri, jauh dari fasilitas kesehatan, transportasi sulit). 2.1.12 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien DBD adalah ensefalopati, kegagalan fungsi hati, miokarditis, gagal ginjal akut, sindrom uremik akut, dan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) yang menyebabkan perdarahan masif. Tetapi komplikasi-komplikasi ini jarang terjadi.2 2.1.13 Prognosis Mortalitas dapat diturunkan jika manajemen medis yang cepat dan tepat yaitu dengan memonitor trombosit dan hematokrit serta terapi cairan yang adekuat. DBD dapat terjadi fatal bila kebocoran plasma tidak dideteksi lebih dini dan apabila trombosit <100.000/ul dan hematokrit meningkat maka harus cepat waspadai DSS.2 2.1.14 Pencegahan Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini sangat menentukan. Oleh karenanya program
22
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program PSN , yaitu: 1. Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain 2. Menutup,
yaitu
menutup
rapat-rapat
tempat-tempat
penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya 3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular demam berdarah dengue. Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.20 PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan KLB terutama pada saat musim penghujan. Selain PSN 3M Plus, sejak Juni 2015 Kemenkes sudah mengenalkan program 1 rumah 1 Jumantik (juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat DBD. Gerakan ini merupakan salah satu upaya preventif mencegah DBD dari mulai pintu masuk negara sampai ke pintu rumah.20 Selain program PSN dan 3M Plus, 60 tahun terakhir telah banyak usaha yang dilakukan peneliti untuk mengembangkan vaksin dengue namun pencapaian optimal dari pengembangan
23
tersebut baru sekitar 10 tahun ini. Meskipun hingga sekarang vaksin tersebut belum dipasarkan, terdapat vaksin yang telah sampai pada uji klinis tahap akhir yang memberikan harapan besar dalam pencegahan DBD. Harapan tersebut tercermin pada uji awal pre-klinis saat dilakukan evaluasi efektivitas vaksin dengan melihat kemampuannya untuk menstimulasi antibodi penetralisir dan mengurangi viremia. Pengurangan viremia, tidak hanya berasosiasi dengan berkurangnya keparahan penyakit seseorang, tetapi juga terkait dengan berkurangnya efisiensi transmisi virus yang selanjutnya berkontribusi dalam penurunan jumlah infeksi.21 Live Attenuated Vaccine (LAV) merupakan vaksin yang paling ekonomis dan dapat dijangkau khususnya di negara berkembang. Dua kandidat vaksin tetravalen telah dikembangkan secara terpisah yaitu di Universitas Mahidol di Thailand dan Walter Reed Research Army di Amerika Serikat. Vaksin tersebut dikembangkan dengan mekanisme spesifik menggunakan sel ginjal anjing, monyet, dan fetal. Ke-2 vaksin tersebut mempunyai tingkat imunitas yang tinggi terhadap ke-4 tipe DENV dalam dua sampai tiga dosis, tetapi perlu diperhatikan kemungkinan replikasi virus dalam kombinasi vaksin ini. Dikuatirkan dapat terjadi peningkatan keparahan penyakit akibat ketidakseimbangan respons imun yang mungkin terjadi. Formulasi dosis dan jadwal pemberian vaksin berperan penting pada imunogenisitas ke-4 vaksin tersebut. Terkait isu reaktogenisitas, studi kandidat vaksin oleh Avantis Pasteur untuk sementara ditunda. Sementara itu, studi fase II oleh Glaxo Smith Kline menunjukkan reaktivitas yang sangat kecil pada subjek penelitian. Respons antibodi penetralisir tetravalen juga telah dicapai pada 63% subjek dalam dua dosis penggunaan. Hingga sekarang, studi telah dilakukan sampai fase III. Sekitar tahun 2015, LAV akan selesai dan siap dipasarkan sesuai dengan rekomendasi WHO dalam program pengembangan vaksin.21
24
Sampai saat ini, terdapat empat jenis vaksin yang telah dikembangkan yaitu LAV, vaksin chimera, vaksin DNA dengue, dan vaksin DENV terinaktifasi. Vaksin itu mampu menghasilkan respons imun protektif terhadap ke-4 tipe DENV. Uji klinis masih terus dilakukan untuk mengembangkan vaksin secara optimal. Pada tahun 2015, LAV akan rampung dan siap dipasarkan sesuai rekomendasi WHO dalam pengembangan vaksin.21
Tabel 2.4 Profil kandidat vaksin dengue
Sumber: Departemen parasitologi FKUI 2013
25
2.2
Kerangka Teori
26
2.3
Kerangka Konsep Sosio-Demografi Pasien -
Pasien demam berdarah dengue
Jenis kelamin Usia Alamat Bulan Kejadian Lama rawat inap
Gambaran Klinis - Gejala klinis - Diagnosis - Hasil laboratorium Kadar hematokrit Jumlah trombosit
2.4
Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Alat ukur
Demam
Pasien terdiagnosis DBD Lembar
berdarah
oleh dokter tanpa disertai ceklis rekam
dengue
penyakit infeksi lain yang medis dibuktikan
dengan
pemeriksaan
Hasil Ukur
Skala
Baca
Kategorik
Laki-laki
Nominal
hasil
laboratorium
dan dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan4 Jenis kelamin
Perbedaan antara laki-laki Lembar dan
perempuan
biologis
sejak
secara ceklis rekam Perempuan seseorang medis
lahir dan sesuai dengan yang tercantum pada rekam medis pasien di RSU Kota Tangerang Selatan22
Pada
tahun
2014 dan 2015
27
Usia
Usia pasien saat terdiagnosa Lembar
18-24 tahun
Ordinal
DBD yang tercantum pada ceklis rekam 25-34 tahun rekam medis pasien di RSU medis
35-44 tahun
Kota Tangerang Selatan
45-54 tahun 55-64 tahun >65 tahun Pada
tahun
2014
dan
201523 Alamat
Domisili
tempat
tinggal Lembar
Di
Tangerang Kategorik
pasien DBD yang tercantum ceklis rekam Selatan pada rekam medis di RSU medis
meliputi:
Kota Tangerang Selatan
Pamulang Ciputat Ciputat Timur Serpong Setu Serpong Utara Pondok Aren Di
luar
Tangerang Selatan Pada
tahun
2014 dan 2015 Trombosit
Trombosit
merupakan Lembar
≤100.000/µl
fragmen megakariosit yang ceklis rekam >100.000/µl ditemukan pada darah tepi medis
Pada
dan ikut berperan dalam
2014 dan 20152
proses pembekuan darah.24 Jumlah trombosit dinyatakan
setiap sebagai
tahun
Nominal
28
Trombosit
konsentrasi,
yaitu
sel-sel Lembar
per unit volume darah.
25
≤100.000/µl
ceklis rekam >100.000/µl
Jumlah trombosit berasal medis
Pada
dari
2014 dan 20152
histogram
plt
Nominal
dan
tahun
dikalikan dengan konstanta kalibrasi sebagai n x 103 sel/µl.26 masuk
Dihitung ke
RSU
saat Kota
Tangerang Selatan Hematokrit
Persentase sel darah merah Lembar
Normal
(laki- Nominal
terhadap volume darah total ceklis rekam laki 40-50 % yang diperiksa saat masuk medis
dan perempuan
ke RSU Kota Tangerang
35-45%)
Selatan27
Menurun (lakilaki <40% dan perempuan <35%) Meningkat (laki-laki >50% dan perempuan >45%) Pada
tahun
2014 dan 2015 Bulan
Waktu
dimana
kejadian
didiagnosis DBD di
pasien Lembar RSU ceklis rekam
Kota Tangerang Selatan
medis
1.
Januari
2.
Februari
3.
Maret
4.
April
5.
Mei
6.
Juni
7.
Juli
8.
Agustus
Ordinal
29
Bulan
Waktu
dimana
pasien Lembar
kejadian
didiagnosis DBD di
RSU ceklis rekam
Kota Tangerang Selatan
medis
9.
September
Ordinal
10. Oktober 11. November 12. Desember Pada
tahun
2014 dan 2015 Demam
Demam didefinisikan suhu Lembar
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
tubuh biasanya antara 39ºC ceklis rekam dan
40ºC,
dan
demam medis
bifasik, yang berlangsung 5-7 hari di sebagian besar kasus2 Malaise
Didefinisikan
sebagai Lembar
perasaan tidak nyaman yang ceklis rekam samar28 Mual
medis
Mual didefinisikan sebagai Lembar sensasi
tidak ceklis rekam
menyenangkan yang samar medis pada
epigastrium
abdomen, kecenderungan
dan dengan untuk
muntah28 Muntah
Muntah adalah pengeluaran Lembar isi lambung melalui mulut28
ceklis rekam medis
Anoreksia
Didefinisikan
sebagai Lembar
menurunnya atau hilangnya ceklis rekam nafsu makan28 Sakit kepala
medis
Nyeri pada kepala bagian Lembar frontal dan retroorbital 2
ceklis rekam medis
30
Nyeri perut
Ketidaknyamanan bagian
pada Lembar
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
DBD derajat I
Ordinal
epigastrium, ceklis
tenderness pada bagian sub-
rekam medis
costal kanan2 Epistaksis
Perdarahan
dari
hidung, Lembar
biasanya akibat pecahnya ceklis rekam pembuluh darah kecil yang medis terletak
pada
bagian
anterior
septum
nasal
kartilaginosa28 Perdarahan
Keluarnya darah dari gusi
gusi
Lembar ceklis rekam medis
Nyeri sendi
Nyeri pada daerah sendi
Lembar ceklis rekam medis
Melena
Keluarnya
feses
hitam Lembar
akibat diwarnai oleh darah ceklis rekam yang berubah28 Ptekie
Bintik
merah
medis keunguan Lembar
kecil dan bulat sempurna ceklis rekam yang tidak menonjol akibat medis perdarahan intradermal atau submukosa28 Derajat DBD
Tingkat keparahan penyakit Lembar
DBD yang dialami oleh ceklis rekam DBD derajat II pasien DBD selama dirawat medis
DBD derajat III
inap
DBD derajat IV
di
RSU
Tangerang Selatan
Kota
Pada
tahun
2014 dan 20152
31
Lama Rawat Lama pasien di rawat inap Lembar Inap
dan dihitung dalam hari
1-3 hari
Ordinal
ceklis rekam 4-6 hari medis
7-10 hari Pada
tahun
2014
dan
201529
3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan retrospektif cross-sectional dengan mengumpulkan data di bagian rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui karakteristik pasien demam berdarah dengue yang menjalani rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatandari 1 Januari 2014 sampai 31 Desember2015.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2016.
3.3
Populasi dan Sampel Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien demam berdarah dengue yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 20142015. Sedangkan penelitian ini menggunakan rekam medis pasien demam berdarah dengue yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun yang terdaftar dari 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2015 yang dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi .
3.3.1
Kriteria Sampel a. Faktor Inklusi Pasien memiliki usia ≥18 tahun Pasien memiliki catatan medis yang menunjukkan jenis kelamin, usia, alamat, bulan kejadian, lama rawat inap, gejala klinis, diagnosis, jumlah trombosit, dan kadar hematokrit Pasien dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan karena demam berdarah dengue 32
33
b. Faktor Eksklusi Pasien memiliki usia ≤18 tahun Pasien yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan karena DBD dengan catatan medis tidak lengkap Pasien memiliki penyakit infeksi lain seperti tuberkulosis, hepatitis, dan tifoid 3.3.2
Jumlah Sampel Jumlah sampel yang dijadikan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus besar hitung sampel untuk data nominal, yaitu:30 zα2PQ
n=
d2 =
1,962x0,5x0,5 0,052
=
385 sampel
Keterangan : n = besar sampel minimal zα = tingkat kemaknaan (ditetapkan peneliti) P = proporsi penyakit ( dari pustaka) Q = 1-P D = tingkat ketepatan relative (ditetapkan peneliti) 3.3.3
Tehnik sampling Pengambilan sampel diambil secara total sampling yaitu seluruh populasi penderita DBD yang rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan pada periode 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2015
34
3.4 3.4.1
Cara Kerja Penelitian Alur Penelitian Persiapan penelitian
Mengurus perizinan kepada pihak administrasi
Menyaring rekam medis pasien demam berdarah dengue
Total sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi Rekam medis memenuhi kriteria
Pengambilan data Analisis
Kesimpulan
1. Peneliti datang ke bagian instalasi rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan. 2. Peneliti memilih dan menetapkan sampel. 3. Peneliti mengumpulkan data dari rekam medis pasien. 4. Melakukan analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS 22.
35
3.5
Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data sekunder pasien demam berdarah dengue yang dirawat inap di ruang rawat inap Ilmu Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan mulai dari 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2015 dengan melihat jenis kelamin, usia, alamat, bulan kejadian, lama rawat inap, gejala klinis, diagnosis, jumlah trombosit, dan kadar hematokrit saat masuk rumah sakit.
3.5.1
Variabel Penelitian Variabel bebas : Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, alamat, bulan kejadian, lama rawat inap, gejala klinis, diagnosis, kadar hematokrit, dan jumlah trombosit. Variabel terikat : Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pasien demam berdarah dengue.
3.6
Rencana Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara bertahap berupa editing, coding, tabulating, dan entering data. Data yang diperoleh dilakukan analisis univariat dan disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan diagram.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan. Pengumpulan data dimulai pada 25 Juli 2016 sampai 28 Agustus 2016. Proses pengumpulan data dilakukan dengan melihat data sekunder rekam medis pasien DBD yang rawat inap di ruang rawat inap Ilmu Penyakit Dalam dan teregistrasi pada periode 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2015. Perhitungan sampel minimal pada penelitian ini adalah 385 responden. Namun, setelah pengambilan data di rumah sakit diperoleh data 194 rekam medis yang memenuhi kriteria dari penelitian ini. Dimana pada tahun 2014 terdapat 91 kasus dan tahun 2015 terdapat 103 kasus. Data-data yang dikumpulkan diolah menggunakan Excel dan SPSS 22 yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut 4.1 4.1.1
Sebaran Sosio-Demografi pasien DBD Distribusi Pasien DBD berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi pasien DBD berdasarkan jenis kelamin tahun 2014 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah 47 44 91
36
Persentase (%) 51,6 48,4 100
37
Jenis Kelamin
perempua n 48,4%
laki-laki 51,6%
Gambar 4.1 Distribusi pasien DBD berdasarkan jenis kelamin Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Dari tabel dan diagram di atas, tampak bahwa tidak ada perbedaan jauh antara pasien DBD berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Jumlah pasien DBD berjenis kelamin laki-laki pada tahun 2014 adalah 47 kasus (51,6%) dan perempuan adalah 44 kasus (48,4%). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dimana jumlah pasien DBD laki-laki adalah 10.463 orang sedangkan perempuan berjumlah 8.991 orang. Hal ini menggambarkan bahwa risiko terkena DBD untuk laki-laki dan perempuan hampir sama.1
Tabel 4.2. Distribusi pasien DBD berdasarkan jenis kelamin tahun 2015 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah 45 58 103
Persentase (%) 43,7 56,3 100
38
Jenis Kelamin
perempua n 56,3%
laki-laki 43,7%
Gambar 4.2 Distribusi pasien DBD berdasarkan jenis kelamin Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Hasil tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa jumlah pasien DBD berjenis kelamin laki-laki pada tahun 2015 adalah 45 kasus (43,7%) dan jumlah pasien DBD berjenis kelamin perempuan adalah 58 kasus (56,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Makassar oleh Erni Herawati tahun 2015 dimana ditemukan kasus pasien DBD berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding laki-laki dikarenakan perempuan lebih sering berada di dalam rumah dibandingkan laki-laki dan rumah merupakan tempat potensial nyamuk, dimana terdapat benda yang tergantung di dalam rumah.31 Perbedaan hasil yang didapatkan ini kemungkinan disebabkan data yang diambil oleh peneliti merupakan data sekunder berupa rekam medis bukan survei epidemiologi sehingga data yang diperoleh peneliti hanya data rekam medis pasien yang datang dan dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan saja. 4.1.2
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Usia Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut:
39
Tabel 4.3. Distribusi pasien DBD berdasarkan usia tahun 2014 Usia
Jumlah
Persentase (%)
18-24 tahun
24
26,4
25-34 tahun
26
28,6
35-44 tahun
18
19,8
45-54 tahun
12
13,2
55-64 tahun
6
6,6
>65 tahun
5
5,5
Total
91
100
35 30
26,4
28,6
25 19,8
20
13,2
15 10
6,6
5,5
55-64 tahun
>65 tahun
5 0 18-24 tahun
25-34 tahun
35-44 tahun
45-54 tahun
Usia Gambar 4.3 Distribusi pasien DBD berdasarkan usia Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Dari 91 sampel pasien di tahun 2014, didapatkan jumlah pasien terbanyak dari kelompok usia 25-34 tahun sebanyak 26 pasien (28,6%), dan jumlah kasus terendah pada kelompok usia >65 tahun dengan 5 kasus (5,5%). Bila dibandingkan dengan penelitian serupa di Singapura yang memiliki sampel 4152 didapatkan jumlah kasus tertinggi pada kelompok usia 35-44 tahun yaitu sebanyak 25,2%.23
40
Tabel 4.4. Distribusi pasien DBD berdasarkan usia tahun 2015 Usia
Jumlah
Persentase (%)
18-24 tahun
27
26,2
25-34 tahun
24
23,3
35-44 tahun
25
24,3
45-54 tahun
16
15,5
55-64 tahun
9
8,7
>65 tahun
2
1,9
103
100
Total
30
26,2 23,3
25
24,3
20 15,5 15 8,7
10 5
1,9
0 18-24 tahun
25-34 tahun
35-44 tahun
45-54 tahun
55-64 tahun
>65 tahun
Usia Gambar 4.4 Distribusi pasien DBD berdasarkan usia Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Dari 103 sampel pasien di tahun 2015, didapatkan jumlah pasien terbanyak dari kelompok usia 18-24 tahun sebanyak 27 pasien (26,2%), dan jumlah kasus terendah pada kelompok usia >65 tahun dengan 2 kasus (1,9%). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasary di RS Universitas Hasanuddin dimana didapatkan 30 pasien (65,21%) pada usia 18-30 tahun.32 Hal ini kemungkinan dikarenakan golongan usia tersebut merupakan golongan usia dewasa muda yang cenderung lebih
41
produktif dan aktif serta memiliki banyak kegiatan tambahan di luar rumah sehingga lebih berisiko untuk tergigit nyamuk Aedes aegypti.32 4.1.3
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Alamat Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.5. Distribusi pasien DBD berdasarkan alamat tahun 2014 Alamat Luar Tangerang Selatan Pamulang Ciputat Pondok Aren Serpong Setu Ciputat Timur Serpong Utara Total 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Jumlah 8 32 20 5 15 10 0 0 91
Persentase (%) 8,8 35,2 22 5,5 16,5 11 0 0 100
35,2 22 16,5 11 5,5 0
0
Alamat Gambar 4.5 Distribusi pasien DBD berdasarkan alamat Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
8,8
42
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa pasien DBD yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014 mayoritas pasien dari Pamulang terdapat 32 pasien (35,2%), Setu 10 pasien (11%), Serpong 15 pasien (16,5%), Pondok Aren 5 pasien (5,5%), Ciputat 20 pasien (22%), dan pasien yang dari daerah Ciputat Timur dan Serpong Utara tidak ditemukan. Sedangkan yang dari luar Tangerang Selatan terdapat pasien dari Tasikmalaya 1 pasien (1,1%), Depok 3 pasien (3,3%), Bojong Sari 1 pasien (1,1%), dan Bogor 3 pasien (3,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Najib Askar di Cengkareng dimana 70,1 % pasien beralamatkan Cengkareng karena letak RSUD ada di daerah tersebut.29
Tabel 4.6. Distribusi pasien DBD berdasarkan alamat tahun 2015 Alamat Luar Tangerang Selatan Pamulang Ciputat Pondok Aren Serpong Setu Ciputat Timur Serpong Utara Total
Jumlah 7 39 16 7 14 12 5 3 103
Persentase (%) 6,8 37,9 15,5 6,8 13,6 11,7 4,9 2,9 100
43
40 35 30 25 20 15 10 5 0
37,9
15,5
13,6 4,9
6,8
11,7 2,9
6,8
Alamat Gambar 4.6 Distribusi pasien DBD berdasarkan alamat Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 96 kasus (93,2%) yang tinggal di Tangerang Selatan dan 7 kasus (6,8%) yang tinggal di Luar Tangerang Selatan. Sebagian besar pasien DBD yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan berasal dari kecamatan Pamulang dimana didapatkan 39 pasien (37,9%), Ciputat 16 pasien (15,5%), Ciputat Timur 5 kasus (4,9%), Pondok Aren 7 pasien (6,8%), Serpong 14 pasien (13,6%), Serpong Utara 3 pasien (2,9%), dan Setu 12 pasien (11,7%). Sedangkan pasien yang berada di Luar Tangerang Selatan yaitu daerah Depok 2 pasien (1,9%), Bojong Sari 2 pasien (1,9%), Tangerang 1 pasien (1%), Cempaka Putih 1 pasien (1%), dan Luar Tangerang Selatan 1 pasien (1%). Hal ini dikuatkan dengan penelitian Erni Herawati tahun 2015, bahwa pasien DBD yang dirawat di RSUD Makassar mayoritas merupakan penduduk yang tinggal di wilayah Makassar.31 Daerah Tangerang Selatan terutama Pamulang merupakan daerah yang padat penduduk, sehingga tidak heran jika pasien yang banyak berobat di RSU adalah masyarakat dari Tangerang Selatan sendiri dan merupakan pusat rujukan puskesmas yang ada di daerah Tangerang Selatan. Adanya
44
pasien yang berasal dari daerah lain kemungkinan disebabkan pemanasan global dan perubahan lingkungan yang merupakan variabel utama penyebab meluasnya kasus DBD diberbagai belahan dunia.1 4.1.4
Distribusi pasien DBD berdasarkan Bulan Kejadian Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7 Karakteristik pasien DBD berdasarkan bulan kejadian tahun 2014 Bulan Kejadian Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Jumlah 16 10 3 10 2 12 13 9 5 2 3 6 91
Persentase (%) 17,6 11,0 3,3 11,0 2,2 13,2 14,3 9,9 5,5 2,2 3,3 6,6 100
45
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
17,6 13,2 11
11
14,3
9,9 6,6
5,5 3,3
2,2
2,2
3,3
Bulan Kejadian Gambar 4.7 Distribusi pasien DBD berdasarkan bulan kejadian Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 jumlah kasus DBD di bulan Januari adalah 16 kasus (17,6%), bulan Februari 10 kasus (11%), menurun pada bulan Maret yaitu 3 kasus (3,3%), meningkat kembali menjadi 10 kasus (11%) pada bulan April, kemudian menurun kembali di bulan Mei yaitu 2 kasus (2,2%). Pada bulan Juni didapatkan 12 kasus (13,2%) dan di bulan Juli terdapat 13 kasus (14,3%), kemudian menurun terus hingga akhir tahun yaitu menjadi 9 kasus (9,9%) di bulan Agustus, menurun lagi di bulan September yaitu 5 kasus (5,5%), dan 2 kasus (2,2%) di bulan Oktober. Kemudian meningkat menjadi 3 kasus (3,3%) di bulan November dan 6 kasus (6,6%) di bulan Desember. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erna Herawati di Makassar tahun 2015 dimana kejadian tertinggi terjadi pada bulan Februari.31
46
Tabel 4.8 Distribusi pasien DBD berdasarkan bulan kejadian tahun 2015 Bulan Kejadian Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Jumlah 7 9 13 11 16 16 6 4 3 8 4 6 103
Persentase (%) 6,8 8,7 12,6 10,7 15,5 15,5 5,8 3,9 2,9 7,8 3,9 5,8 100
15,5 15,5 12,6 10,7 8,7 6,8
7,8 5,8
5,8 3,9
2,9
3,9
Bulan Kejadian Gambar 4.8 Distribusi pasien DBD berdasarkan bulan kejadian Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Sepanjang tahun 2015 pasien DBD yang dirawat inap juga bervariasi. Pada bulan Januari terdapat 7 kasus (6,8%) kemudian bulan Februari menjadi 9 kasus (8,7%), meningkat lagi menjadi 13 kasus (12,6%) di bulan Maret, kemudian menurun di bulan April menjadi 11 kasus (10,7%), meningkat kembali menjadi 16 kasus (15,5%) pada bulan Mei dan bulan Juni 16 kasus (15,5%), kemudian menurun sampai bulan
47
September dimana jumlah pasien DBD yang dirawat inap di bulan Juli 6 kasus (5,8%), bulan Agustus 4 kasus (3,9%), dan bulan September 3 kasus (2,9%). Pada bulan Oktober meningkat kembali menjadi 8 kasus (7,8%), kemudian menurun lagi di bulan November 4 kasus (3,9%), dan bulan Desember 6 kasus (5,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasary di Makassar dimana didapatkan angka kejadian DBD tertinggi terjadi pada bulan Mei.32 Berdasarkan hasil penelitian 2 tahun yaitu tahun 2014 dan 2015 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 kasus terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu 16 kasus (17,6%) dan pada tahun 2015 kejadian DBD mencapai puncaknya pada bulan Mei dan Juni yaitu 16 kasus (15,5%). Hal ini diduga musim hujan di Indonesia jatuh di bulan November sampai Maret dimana curah hujan tertinggi di Tangerang Selatan terjadi di bulan Januari.33 Sedangkan pada bulan setelahnya banyak terbentuk genangan air yang menyebabkan perkembang biakan dari nyamuk Aedes aegypti sangat baik. Kementrian kesehatan mencatat beberapa tahun terakhir, kasus DBD seringkali muncul di musim pancaroba yang jatuh pada bulan Mei dan Juni ditandai dengan hujan yang tidak deras namun ketika sudah turun hujan maka cukup lama sehingga populasi perkembangbiakan nyamuk banyak ditemukan di bulan tersebut.29 4.1.5
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Lama Rawat Inap Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.9 Distribusi pasien DBD berdasarkan lama rawat inap tahun 2014 Lama Rawat Inap
Jumlah
Persentase (%)
1-3 hari
48
52,7
4-6 hari
40
44
7-10 hari
3
3,3
Total
91
100
48
60
52,7
50
44
40 30
20 10
3,3
0 1-3 hari
4-6 hari
7-10 hari
Lama Rawat Inap Gambar 4.9 Distribusi pasien DBD berdasarkan lama rawat inap Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa pasien DBD yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014 memiliki rentang rawat inap terbanyak pada rentang 1-3 hari, yaitu sebanyak 48 pasien (52,7%), diikuti oleh rentang 4-6 hari yaitu 40 kasus (44%), dan rentang 7-10 hari sebanyak 3 kasus (3,3%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Najib Askar di RSUD Cengkareng dimana didapatkan lama rawat inap terbanyak terdapat pada rentang 4-6 hari sebesar (68,7%).29 Tabel 4.10 Distribusi pasien DBD berdasarkan lama rawat inap tahun 2015 Lama Rawat Inap
Jumlah
Persentase (%)
1-3 hari
51
49,5
4-6 hari
43
41,7
7-10 hari
9
8,7
Total
103
100
49
60 50
49,5 41,7
40 30 20 8,7
10 0
1-3 hari
4-6 hari
7-10 hari
Lama Rawat Inap Gambar 4.10 Distribusi pasien DBD berdasarkan lama rawat inap Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Bila dilihat dari diagram di atas, pasien DBD di RSUD Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015 memiliki rentang rawat inap terbanyak pada rentang 1-3 hari, yaitu sebanyak 51 pasien (49,5%), diikuti rentang 4-6 hari sebanyak 43 pasien (41,7%), dan rentang 7-10 hari sebanyak 9 pasien (8,7%). Hal ini kemungkinan dikarenakan pasien telah mendapat perawatan sebelumnya dari puskesmas ataupun klinik sehingga pasien kemungkinan besar telah membaik setelah dilakukannya terapi tambahan di rumah sakit. Lama rawat inap juga sangat berhubungan dengan imunitas dari masing-masing individu sehingga tidak dapat menjadi tolak ukur apabila pasien datang pada fase awal maka akan dirawat lebih lama daripada pasien pada fase kritis. 4.2 4.2.1
Gambaran Klinis Pasien Distribusi Pasien DBD berdasarkan Gejala Klinis Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut:
50
Tabel 4.11. Distribusi pasien DBD berdasarkan gejala klinis tahun 2014 Gejala Klinis Demam Malaise Nyeri perut Mual Muntah Anoreksia Gusi berdarah Epistaksis BAB hitam Sakit kepala Nyeri sendi Ptekie
Jumlah 89 10 3 67 38 6 13 3 10 26 2 22
Persentase (%) 97,8 11 3,3 73,6 41,8 6,6 14,3 3,3 11 28,6 2,2 24,2
120 100
97,8 73,6
80 60
41,8
40 20
28,6 11
3,3
6,6
14,3 3,3
11
24,2 2,2
0
Gejala Klinis Gambar 4.11 Distribusi pasien DBD berdasarkan gejala klinis Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Berdasarkan diagram di atas tampak dimana keluhan utama pasien DBD sewaktu datang ke RSU Kota Tangerang Selatan adalah demam yaitu 89 kasus (97,8%) dan 2 kasus yang lain dating dengan keluhan sesak napas dan bintik merah atau ptekie, kemudian mual 67 kasus (73,6%) dan muntah 38 kasus (41,8%). Diikuti oleh malaise 10 kasus (11%) dimana pasien mengeluh cepat lelah dan lemas kemudian
51
anoreksia 6 kasus (6,6%). Hasil penelitian mengenai gejala klinis berupa manifestasi perdarahan didapatkan 13 kasus (14,3%) berupa gusi berdarah, epistaksis 3 kasus (3,3%), BAB hitam 10 kasus (11%), dan ptekie 22 kasus (24,2%). Kemudian untuk gejala klinis berupa nyeri sendi didapatkan 2 kasus (2,2%), nyeri perut 3 kasus (3,3%), dan sakit kepala 26 kasus (28,6%). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Najib Askar di Cengkareng dimana yang menjadi keluhan utama pasien saat masuk adalah demam dan diikuti dengan gangguan gastrointestinal berupa mual dan muntah.29
Tabel 4.12. Distribusi pasien DBD berdasarkan gejala klinis tahun 2015 Gejala Klinis Demam Malaise Nyeri perut Mual Muntah Anoreksia Gusi berdarah Epistaksis BAB hitam Sakit kepala Nyeri sendi Ptekie
Jumlah 102 19 3 88 45 7 10 9 13 40 2 10
Persentase (%) 99 18,4 3,3 85,4 43,7 6,8 9,7 8,7 12,6 38,8 1,9 9,7
52
120 100
99 85,4
80
60
43,7
38,8
40 20
18,4 3,3
12,6 6,8 9,7 8,7
1,9
9,7
0
Gejala Klinis Gambar 4.12 Distribusi pasien DBD berdasarkan gejala klinis Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Berdasarkan diagram di atas tampak dimana keluhan utama pasien DBD sewaktu datang ke RSU Kota Tangerang Selatan adalah demam yaitu 102 kasus (99%) dan 1 kasus pasien datang dengan keluahan sakit kepala kemudian mual 88 kasus (85,4%) dan muntah 45 kasus (43,7%). Diikuti oleh malaise 19 kasus (18,4%) dimana pasien mengeluh cepat lelah dan lemas kemudian anoreksia 7 kasus (6,8%). Hasil penelitian mengenai gejala klinis berupa manifestasi perdarahan didapatkan 10 kasus (9,7%) berupa gusi berdarah, epistaksis 9 kasus (8,7%), BAB hitam 13 kasus (12,6%), dan ptekie 10 kasus (9,7%). Kemudian untuk gejala klinis berupa nyeri sendi didapatkan 2 kasus (1.9%), nyeri perut 3 kasus (3,3%), dan sakit kepala 40 kasus (38,8%).. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh V.J Lee di Singapura dimana 100% pasien mengalami demam.34 Gejala tersebut sesuai dengan gejala umum pada penyakit infeksi virus seperti demam, sakit kepala, lemah, mual, muntah, dan nyeri sendi. Dalam mencari keluhan pasien, peneliti harus mencari keseluruhan halaman rekam medis pasien, walaupun ada formulir yang berisi daftar
53
keluhan pasien pada saat di UGD, namun tidak semua formulir terisi lengkap dan hanya diisi seadanya. Oleh karena itu, peneliti mencari keluhan yang dikeluhkan pasien di bagian catatan dari puskesmas ataupun klinik yang merujuk. 4.2.2
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Diagnosis Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.13. Distribusi pasien DBD berdasarkan diagnosis tahun 2014 Diagnosis DBD derajat I DBD derajat II Total
Jumlah 35 56 91
70
Persentase(%) 38,5 61,5 100
61,5
60 50 40
38,5
30 20 10 0 DBD derajat I
DBD derajat II Diagnosis
Gambar 4.13 Distribusi pasien DBD berdasarkan diagnosis Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Berdasarkan diagram dapat dilihat bahwa pasien DBD yang rawat inap pada tahun 2014 kebanyakan terdiagnosis DBD derajat II dibandingkan DBD derajat I. Hasilnya adalah pasien DBD derajat II
54
berjumlah 56 kasus (61,5%) dan DBD derajat I sebanyak 35 kasus (38,5%). Kejadian DBD derajat III dan IV tidak ditemukan di RSU Kota Tangerang Selatan. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erni Herawati yang mendapatkan hasil bahwa kebanyakan terdiagnosis DBD derajat I dan terdapat DBD derajat III dan IV yang ditemukan di RSUD Makassar.31
Tabel 4.14. Distribusi pasien DBD berdasarkan diagnosis tahun 2015 Derajat DBD DBD derajat I DBD derajat II Total 53,5 53 52,5 52 51,5 51 50,5 50 49,5 49 48,5
Jumlah 50 53 103
Persentase (%) 48,5 51,5 100
53
50
DBD derajat I
DBD derajat II Diagnosis
Gambar 4.14 Distribusi pasien DBD berdasarkan diagnosis Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Dari diagram di atas didapatkan bahwa pada tahun 2015 juga terjadi hal yang sama yaitu pasien dengan diagnosis DBD derajat II lebih banyak yaitu 53 kasus (51,5%) dan diikuti oleh DBD derajat I sebanyak 50 kasus (48,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
55
Kurniasary tahun 2015 bahwa berdasarkan derajat DBD yang terbanyak adalah DBD derajat II kemudian DBD derajat I.32 Adanya perbedaan data ini dapat disebabkan kelompok umur yang terinfeksi virus dengue dimana di Indonesia lebih banyak dialami oleh dewasa daripada anak-anak dan jenis dari serotipe virus yang menginfeksi pasien. Hal ini juga kemungkinan dapat disebabkan karena adanya pemahaman masyarakat dan kekhawatiran yang tinggi mengenai penyakit DBD sehingga masyarakat segera datang mengunjungi tempat pelayanan kesehatan untuk berobat. Namun hasil data gejala klinis kurang sinkron dengan diagnosis pada pasien, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi mengenai diagnosis pasien. Dimana manifestasi perdarahan spontan tidak banyak ditemukan pada pasien. Hal ini kemungkinan karena kurang lengkapnya dalam pengisian rekam medis pasien sehingga beberapa gejala klinis tidak dituliskan. 4.2.3
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Kadar Hematokrit Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.15 Distribusi pasien DBD berdasarkan kadar hematokrit tahun 2014 Kadar Hematokrit Menurun Normal Meningkat Total
Jumlah 17 64 10 91
Persentase (%) 18,7 70,3 11 100
56
80
70,3
70 60 50 40
30 20
18,7 11
10 0 Menurun
Normal
Meningkat
Kadar hematokrit Gambar 4.15 Distribusi pasien DBD berdasarkan kadar hematokrit Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Berdasarkan diagram di atas didapatkan pasien DBD yang datang ke RSU paling banyak masih berada dalam batas normal yaitu 64 kasus (70,3%), dan pasien dengan kadar hematokrit yang menurun 17 kasus (18,7%) serta pasien dengan kadar hematokrit yang meningkat sebanyak 10 kasus (11%). Hasil ini tidak sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa pada pasien DBD dapat terjadi peningkatan hematokrit sebesar 20% dan merupakan penentu diagnosis itu sendiri. Namun, hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erni Herawati dimana didapatkan kebanyakan pasien hematokritnya normal.31
Tabel 4.16 Distribusi pasien DBD berdasarkan kadar hematokrit tahun 2015 Kadar Hematokrit
Jumlah
Menurun Normal Meningkat Total
19 73 11 103
Persentase (%) 18,4 70,9 10,7 100
57
80
70,9
70 60 50 40
30 20
18,4 10,7
10 0 Menurun
Normal
Meningkat
Kadar Hematokrit Gambar 4.16 Distribusi pasien DBD berdasarkan kadar hematokrit Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Berdasarkan diagram di atas didapatkan pasien DBD yang datang ke RSU paling banyak masih berada dalam batas normal yaitu 73 kasus (70,9%), dan pasien dengan kadar hematokrit yang menurun 19 kasus (18,4%) serta pasien dengan kadar hematokrit yang meningkat sebanyak 11 kasus (10,7%). Mengenai kadar hematokrit patut dipertimbangkan karena jumlah hematokrit sangat berkaitan erat dengan keadaan cairan tubuh. Hematokrit dapat meningkat jika sudah terjadi perembesan cairan dari intravaskular ke interstitial dan ini dapat terjadi dalam hari ke 3 sampai hari ke 5. Sedangkan, sebagian pasien DBD yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan datang ke rumah sakit pada saat demam hari ke 6 atau 7 sehingga cairan sudah kembali ke intravaskular.Dari hasil data yang ditemukan, peneliti kurang setuju jika pasien harus dirawat inap padahal hematokrit pasien mayoritas masih dalam batas normal. Namun, peneliti berpikir alasan pasien dirawat kemungkinan adalah agar tidak berkembang menjadi wabah.
58
4.2.4
Distribusi Pasien DBD berdasarkan Jumlah Trombosit Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2014 didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.17 Distribusi pasien DBD berdasarkan jumlah trombosit tahun 2014 Jumlah Trombosit <100.000 >100.000 Total
Jumlah
Persentase (%)
87 4 91
95,6 4,4 100
120 100
95,6
80 60 40 20 4,4 0 ≤100.000
>100.000 Jumlah trombosit
Gambar 4.17 Distribusi pasien DBD berdasarkan jumlah trombosit Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Berdasarkan diagram di atas, jumlah trombosit yang telah diperiksa saat pasien DBD masuk ke RSU mayoritas mengalami trombositopenia dimana pada tahun 2014 didapatkan pasien yang trombosit ≤100000/mm3 yaitu sebanyak 87 kasus (95,6%) dan terdapat 4 kasus (4,4%) yang >100000/mm3. Hal inisesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ing-
59
Kit Lee di Singapura dimana 100% pasien mengalami trombositopenia pada kelompok usia 19-64 tahun.35 Tabel 4.18 Distribusi pasien DBD berdasarkan jumlah trombosit tahun 2015 Jumlah Trombosit <100.000 ≥100.000 Total
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Jumlah 94 9 103
Persentase (%) 91,3 8,7 100
91,3
8,7
≤100.000
>100.000 Jumlah Trombosit
Gambar 4.18 Distribusi pasien DBD berdasarkan jumlah trombosit Sumber : Rekam medis RSU Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Hasil di tahun 2015 sama dengan tahun 2014 dimana didapatkan bahwa pasien DBD yang rawat inap kebanyakan jumlah trombositnya ≤100.000/mm3 yaitu sebanyak 94 kasus (91,3%), kemudian terdapat 9 kasus (8,7%) yang >100.000/mm3. Hasil ini juga membuat peneliti menanyakan kembali alasan pasien harus dirawat inap sedangkan beberapa
pasien
>100.000/mm
3
mendapatkan
walaupun
hasil
mayoritas
laboratorium
pasien
memang
trombosit mengalami
trombositopenia dimana sesuai dengan teori bahwa salah satu kriteria pasien yang harus dirawat inap adalah jika jumlah trombosit
60
pasien≤100.000/mm3. Trombositopenia terjadi pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh. dimana sifat dari virus dengue yang menyebabkan supresi sum-sum tulang, pemendekan masa hidup trombosit dan reaksi imun yang menyebabkan terjadinya destruksi trombosit sehingga menimbulkan keadaan yang cukup berbahaya berupa perdarahan. Namun melihat rujukan dari pusat laboraorium RSUD yang menyatakan bahwa trombosit normal itu adalah 150.000-440.000/mm3. Sehingga benar adanya jika pasien dianggap trombositopenia walaupun masih di atas 100.000/mm3. 4.3
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah desain penelitian yang masih cross sectional descriptive sehingga hanya dapat menampilkan hasil dalam bentuk gambaran saja. Cara pengambilan sampel yang masih menggunakan data sekunder juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini sehingga cukup banyak sampel yang tidak diambil sebab ketidaklengkapan isi dari rekam medis. Selain itu sampel yang digunakan tidak semua kalangan umur, hanya dilakukan pada pasien dewasa saja sehingga jumlah sampel yang didapatkan belum memenuhi sampel minimal. Dalam proses pengambilan data terdapat faktor-faktor keterbatasan yaitu waktu untuk pengambilan data rekam medis di RSU Kota Tangerang Selatan dan mobilitas tinggi dari rekam medis sehingga beberapa rekam medis tidak ditemukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU Kota Tangerang Selatan pada periode 1 Januari 2014 sampai 31 Desember 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Jumlah pasien DBD yang dirawat inap di ruang rawat inap Ilmu Penyakit Dalam RSU Kota Tangerang Selatan sebanyak 293 kasus
2.
Gambaran sosio-demografi pasien DBD yang rawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan tahun 2014-2015 didapatkan hasil berupa
Berdasarkan berjenis kelamin, didapatkan laki-laki sebanyak 47 pasien dan perempuan 44 pasien pada tahun 2014 sedangkan pada tahun 2015 pasien DBD didapatkan perempuan sebanyak 58 pasien dan laki-laki 45 pasien
Berdasarkan kelompok usia, didapatkan bahwa pada tahun 2014 mayoritas adalah 25-34 tahun (28,6%) sedangkan pada tahun 2015 kelompok usia pasien DBD terbanyak adalah 1824 tahun (26,2%)
Bulan kejadian tertinggi pada tahun 2014 adalah Januari (17,6%) sedangkan tahun 2015 adalah pada bulan Mei dan Juni (15,5%)
Insidensi tertinggi penyakit DBD terjadi di Tangerang Selatan terutama di daerah Pamulang yaitu 35,2% pada tahun 2014 dan 37,9% pada tahun 2015
Mayoritas lama rawat inap dari pasien DBD adalah dalam rentang waktu 1-3 hari baik pada tahun 2014 (52,7%) dan tahun 2015 (49,5%)
3.
Berdasarkan gambaran klinis dari pasien DBD yang dirawat inap di RSU Kota Tangerang Selatan didapatkan hasil
61
62
Hampir semua pasien datang dengan keluhan utama demam pada tahun 2014 (97,8%) dan tahun 2015 (99%)
Diagnosis pasien DBD yang dirawat inap terbanyak adalah DBD derajat II baik pada tahun 2014 (61,5%) dan tahun 2015 (51,5%)
Hasil laboratorium pasien mayoritas dengan kadar hematokrit normal yaitu 70,3% pada tahun 2014 dan 70,9% tahun 2015
Jumlah trombosit pasien DBD yang rawat inap kebanyakan mengalami trombositopenia baik pada tahun 2014 (95,6%) dan tahun 2015 (91,3%).
5.2
Saran 1. Menyarankan kepada Dinas Kesehatan atau jajaran yang terkait untuk selalu waspada dan melakukan usaha pencegahan terjadinya DBD terutama pada musim penghujan yang terjadi di bulan Januari dan musim pancaroba di bulan Mei dan Juni dengan fogging rutin, abatisasi, sosialisasi serta edukasi maupun perbaikan sarana dan prasarana dalam kota 2. Menyarankan kepada pihak RSU Kota Tangerang Selatan untuk melengkapi data rekam medis pasien mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan diagnosis serta menyimpan data tersebut dengan rapi 3. Menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penilitian terkait DBD ini dengan variabel-variabel baru yang mungkin berhubungan dengan faktor risiko penyakit ini dan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak di lokasi yang berbeda.
63
DAFTAR PUSTAKA 1.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi. Buletin Jendela Epidemiologi: Topik Utama Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2010. H.1, 6, 9, 21-24,
2.
World
Health
Organization-South
East
Asia
Regional
Office.
Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011. P. 1, 12, 20, 24, 26-27, 32, 36-38, 42-43, 47,49 3.
Nathan MB et al. Dengue Guidlines for Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. New Edition. World Health Organization: Geneva; 2009.
4.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
5.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Banten 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
6.
Balitbangkes-DEPKES RI. Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar 2007; 2008
7.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
8.
Allosamba T. Cost of Illness Demam Berdarah Dengue di RSUD Tarakan DKI Jakarta Tahun 2004. Jakarta: Perpustakaan UI; 2004
9.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2014.
10.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.
11.
Directorate of National Vector Borneo Diseases Control Programme. Guidlines
for
Clinical
Management
of
Dengue
Fever,
Dengue
Haemorrhagic Fever and Dengue Shock Syndrome. Delhi: Directorate General of Health Services Ministry of Health & Family Welfare; 2008 12.
Clyde K, Kyle J, Harris. Recent advances in deciphering viral and host determinant of dengue virus replication and pathogenesis. Journal virology; 2006.
64
13.
Martina
B.E.E.,
Koraka
P.,
Osterhaus
A.D.M.E.
Dengue
Virus
Pathogenesis: an Integrated View. Clinical Microbiology Reviews; 2009. 14.
Dennis, L, Stephen, L, dkk. Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA : Mc. Graw Hill; 2011.
15.
Sudoyo Aru W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
16.
Oishi K, Saito M, Mapua CA, Nativadad FF. Dengue Illness: Clinical Features and Pathogenesis. J Infect Chemother; 2007.
17.
Soegijanto, Soegeng. Demam Berdarah Dengue Edisi II. Surabaya: Airlangga University; 2008
18.
Hadinegoro SRH, dkk. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2006
19.
Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et al. Harrison’s Manual of Medicine 17 th Edition. USA: MC Graw Hill; 2009
20.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kendalikan DBD Dengan PSN 3M Plus. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. H. 1-2
21.
Amin, Hilman Zulkifli, dan Saleha Sungkar. Perkembangan Mutakhir Vaksin Demam Berdarah Dengue Volume 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013. H. 230-32
22.
Hungu. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Penerbit Grasindo; 2007
23.
Yew YW. Seroepidemiology of Dengue Virus Infection Among Adult in Singapore. Singapore: Ann Acad Med; 2009. P. 669-671
24.
World Health Organization. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Jakarta: EGC; 2011. H. 258
25.
McPherson RA, Pincus MR. Henry’s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. China: Elseiver; 2011. P. 509-35
26.
National Center for Health Statistics. Complete Blood Count. 2008. Available from: http://www.cdc.gov/nhcs/data/nhanes 07 08/cbc e met.pdf
27.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta; Departemen Kesehatan; 2011
65
28.
Mahode AA, Hartanto YB, dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi. 28. Jakrta: EGC; 2011. H. 65, 395, 500, 503, 662, 729, 803, 849, 1190
29.
Askar, Najib. Profil Pasien demam Berdarah Dengue Di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Tahun 2014. Jakarta: Skripsi Sarjana, Universitas Islam Negeri Jakarta; 2015. H. 27, 32, 35,
30.
Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 4. Jakarta; Sagung Seto; 2011
31.
Herawati, Erna. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daya Makassar Periode 1 Januari Sampai 31 Desember 2014. Makassar: Skripsi Sarjana, Universitas Hasanuddin; 2015
32.
Rerung, Kurniasary. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue Pada Dewasa Di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Periode 1 Januari-31 Desember 2014. Makassar: Skripsi Sarjana, Universitas Hasanuddin; 2015
33.
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan Dalam Angka Tangerang Selatan in Figure 2015, Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan; 2015
34.
V.J. Lee, Lye. D.C, et al. Decision tree algorithm in deciding hospitalization for adult patients with dengue haemorraghic fever in Singapore Vol. 14. Singapore: Tropical Medicine and International Health; 2009. P. 1156
35.
Ing-Kit Lee, Jien-Wei Liu, et al. Clinical and Laboratory Characteristics and Risk Factors for Fatality in Elderly Patients with Denue Hemorraghic Fever. Taiwan: American Society of Tropical Medicine and Hygene; 2008. P.151
66
LAMPIRAN Lampiran 1
67
Lampiran 2 Tahun 2014 Jenis_kelamin Frequency Percent Valid Laki-laki 47 51.6 Perempuan 44 48.4 Total 91 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 51.6 51.6 48.4 100.0 100.0
Klasifikasi_usia Valid Percent
Frequency Percent Valid 18-24 25-34 35-44 45-54 55-64 >65 Total
24 26 18 12 6 5 91
26.4 28.6 19.8 13.2 6.6 5.5 100.0
26.4 28.6 19.8 13.2 6.6 5.5 100.0
Cumulative Percent 26.4 54.9 74.7 87.9 94.5 100.0
Alamat
Valid Pamulang Ciputat Pondok Aren Serpong Setu Bogor Bojong sari Depok Tangerang Selatan Tasikmalaya Total
Frequency Percent 32 35.2 20 22.0 5 5.5 15 16.5 10 11.0 3 3.3 1 1.1 3 3.3
Valid Percent 35.2 22.0 5.5 16.5 11.0 3.3 1.1 3.3
Cumulative Percent 35.2 57.1 62.6 79.1 90.1 93.4 94.5 97.8
1
1.1
1.1
98.9
1 91
1.1 100.0
1.1 100.0
100.0
68
(lanjutan) Bulan_kejadian
Valid Januari Oktober November Desember Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Total
Frequency Percent 16 17.6 2 2.2 3 3.3 6 6.6 10 11.0 3 3.3 10 11.0 2 2.2 12 13.2 13 14.3 9 9.9 5 5.5 91 100.0 Diagnosis Frequency Percent
Valid DHF grade I DHF grade II Total
Valid Menurun Normal Meningka t Total
Valid Percent 17.6 2.2 3.3 6.6 11.0 3.3 11.0 2.2
Cumulative Percent 17.6 19.8 23.1 29.7 40.7 44.0 54.9 57.1
13.2 14.3 9.9 5.5 100.0
70.3 84.6 94.5 100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
35
38.5
38.5
38.5
56
61.5
61.5
100.0
91 100.0 Hematokrit
100.0
Frequency Percent 17 18.7 64 70.3
Valid Cumulative Percent Percent 18.7 18.7 70.3 89.0
10
11.0
11.0
91
100.0
100.0
100.0
69
(lanjutan) Trombosit Valid Percent Cumulative Percent 95.6 95.6 4.4 100.0 100.0
Frequency Percent Valid <100000 87 95.6 >100000 4 4.4 Total 91 100.0
Lama_rawat_inap Valid Frequency Percent Percent 48 52.7 52.7
Valid 1-3 hari 4-6 hari 7-10 hari Total
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
40 3 91
44.0 3.3 100.0
Cumulative Percent 52.7
44.0 3.3 100.0
Frequency 13 78 91
gusi_berdarah Valid Percent Percent 14.3 14.3 85.7 85.7 100.0 100.0
Frequency 89 2 91
demam Valid Percent Percent 97.8 97.8 2.2 2.2 100.0 100.0
96.7 100.0
Cumulative Percent 14.3 100.0
Cumulative Percent 97.8 100.0
Mual Frequency Percent Valid ya tidak Total
67 24 91
73.6 26.4 100.0
Valid Percent 73.6 26.4 100.0
Cumulative Percent 73.6 100.0
70
(lanjutan)
Valid ya tidak Total
Frequency 38 53 91
Muntah Valid Percent Percent 41.8 41.8 58.2 58.2 100.0 100.0
Cumulative Percent 41.8 100.0
Anoreksia Frequency Percent Valid ya tidak Total
6 85 91
6.6 93.4 100.0
Valid Percent 6.6 93.4 100.0
Cumulative Percent 6.6 100.0
Epistaksis
Valid ya tidak Total
Frequency Percent 3 3.3 88 96.7 91 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 3.3 3.3 96.7 100.0 100.0
BAB_hitam
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
Frequency Percent 10 11.0 81 89.0 91 100.0
Frequency 26 65 91
Valid Cumulative Percent Percent 11.0 11.0 89.0 100.0 100.0
sakit_kepala Valid Percent Percent 28.6 28.6 71.4 71.4 100.0 100.0
Cumulative Percent 28.6 100.0
71
(lanjutan) nyeri_sendi
Frequency Percent Valid Ya 2 2.2 Tidak 89 97.8 Total 91 100.0
Valid Percent 2.2 97.8 100.0
Cumulative Percent 2.2 100.0
Ptekie Frequency Percent Valid Ya 22 24.2 Tidak 69 75.8 Total
91
100.0
Valid Cumulative Percent Percent 24.2 24.2 75.8 100.0 100.0
nyeri_perut Frequency Percent Valid Ya 3 3.3 Tidak 88 96.7 Total
91
100.0
Valid Cumulative Percent Percent 3.3 3.3 96.7 100.0 100.0
Malaise Frequency Percent Valid Ya 10 11.0 Tidak 81 89.0 Total 91 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 11.0 11.0 89.0 100.0 100.0
72
(lanjutan) Tahun 2015 JENIS KELAMIN Frequency Percent Valid Laki-laki 45 43.7 Perempuan 58 56.3 Total 103 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 43.7 43.7 56.3 100.0 100.0
Klasifikasi_usia
Valid 18-24 25-34 35-44 45-54 55-64 >65 Total
Frequency Percent 27 26.2 24 23.3 25 16 9 2 103
Valid Cumulative Percent Percent 26.2 26.2 23.3 49.5
24.3 15.5 8.7 1.9 100.0
24.3 15.5 8.7 1.9 100.0
73.8 89.3 98.1 100.0
ALAMAT
Valid Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Serpong Serpong Utara Setu Luar Tangerang Selatan Bojong sari Cempaka putih Depok Total
Frequency Percent 39 37.9 16 15.5 5 4.9 7 6.8 14 13.6 3 2.9 12 11.7
Valid Cumulative Percent Percent 37.9 37.9 15.5 53.4 4.9 58.3 6.8 65.0 13.6 78.6 2.9 81.6 11.7 93.2
3
2.9
2.9
96.1
2
1.9
1.9
98.1
1 1 103
1.0 1.0 100.0
1.0 1.0 100.0
99.0 100.0
73
(lanjutan) DIAGNOSIS Frequenc y Percent Valid DHF grade I DHF grade II Total
Valid Percent
Cumulative Percent
50
48.5
48.5
48.5
53
51.5
51.5
100.0
103
100.0
100.0
BULAN KEJADIAN
Valid Januari Oktober November Desember Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Total
Frequency Percent 7 6.8 8 7.8 4 3.9 6 5.8 9 8.7 13 12.6 11 10.7 16 15.5 16 15.5 6 4 3 103
5.8 3.9 2.9 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 6.8 6.8 7.8 14.6 3.9 18.4 5.8 24.3 8.7 33.0 12.6 45.6 10.7 56.3 15.5 71.8 15.5 87.4 5.8 3.9 2.9 100.0
93.2 97.1 100.0
HEMATOKRIT
Valid Menurun Normal Meningka t Total
Frequency Percent 19 18.4
Valid Cumulative Percent Percent 18.4 18.4
73
70.9
70.9
89.3
11
10.7
10.7
100.0
103
100.0
100.0
74
(lanjutan) TROMBOSIT Valid Frequency Percent Percent Valid <100000 94 91.3 91.3 >100000 9 8.7 8.7 Total 103 100.0 100.0 Lama_rawat_inap Valid Frequency Percent Percent Valid 1-3 hari 51 49.5 49.5 4-6 hari 7-10 hari Total
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
43 9 103
Frequency 10 93 103
41.7 8.7 100.0
41.7 8.7 100.0
gusi_berdarah Valid Percent Percent 9.7 9.7 90.3 90.3 100.0 100.0 Demam
Frequency Percent 102 99.0 1 1.0 103 100.0 Mual Frequency Percent 88 85.4 15 14.6 103 100.0
Cumulative Percent 91.3 100.0
Cumulative Percent 49.5 91.3 100.0
Cumulative Percent 9.7 100.0
Valid Percent 99.0 1.0 100.0
Cumulative Percent 99.0 100.0
Valid Percent 85.4 14.6 100.0
Cumulative Percent 85.4 100.0
75
(lanjutan) Muntah
Valid ya tidak Total
Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 45 43.7 43.7 43.7 58 56.3 56.3 100.0 103 100.0 100.0 Anoreksia Frequency Percent
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
7 96 103
6.8 93.2 100.0 Epistaksis
Frequency Percent 9 8.7 94 91.3 103 100.0 BAB_hitam Frequency Percent 13 12.6 90 87.4 103 100.0
Valid Percent 6.8 93.2 100.0
Cumulative Percent 6.8 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 8.7 8.7 91.3 100.0 100.0 Valid Cumulative Percent Percent 12.6 12.6 87.4 100.0 100.0
sakit_kepala
Valid ya tidak Total
Frequency Percent 40 38.8 63 61.2 103
100.0
Valid Percent 38.8 61.2 100.0
Cumulative Percent 38.8 100.0
76
(lanjutan) Nyeri sendi
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
Valid ya tidak Total
Valid Percent 1.9 98.1 100.0
Cumulative Percent
Valid Frequency Percent Percent 10 9.7 9.7 93 90.3 90.3 103 100.0 100.0 nyeri_perut Valid Frequency Percent Percent 3 2.9 2.9 100 97.1 97.1 103 100.0 100.0 Malaise Valid Frequency Percent Percent 19 18.4 18.4 84 81.6 81.6 103 100.0 100.0
Cumulative Percent
Frequency Percent 2 1.9 101 98.1 103 100.0 Ptekie
1.9 100.0
9.7 100.0
Cumulative Percent 2.9 100.0
Cumulative Percent 18.4 100.0
77
Lampiran 3 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nur Khakimatul Faizah
Tempat, tanggal lahir
: Demak, 23 Maret 1994
Alamat
: Jl. Semboja No.3 Bintoro Demak, Jawa Tengah
No.HP
: 085313204477
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan: 2000-2006
: MI SULTAN FATAH DEMAK
2006-2009
: SMP N 2 DEMAK
2010-2011
: Madrasah Persiapan Aliyah (MDPA) Raudlatul Ulum Guyangan, Pati
2010-2013
:Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum Guyangan, Pati
2013-sekarang
: Fakultas Kedokteran dan Profesi Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta