Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA AGAR BAKTO DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN Physical And Chemical Characteristics of Agar Bacto with Addition Of Chitosan Asadatun Abdullah*, Pipih Suptijah, Ruddy Suwandi Departemen Teknologi Hasil PerairanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB, Darmaga, Bogor 16680 Diterima April 2006/ Disetujui Februari 2008
Abstrak Agar adalah bentuk koloid dari suatu polisakarida kompleks yang diekstrak dari beberapa kelompok alga merah (Rhodophyceae). Salah satu pemanfaatan dari agar adalah sebagai media untuk pertumbuhan mikroba. Agar bakto adalah salah satu medium kultur yang digunakan untuk membantu menggelifikasi berbagai jenis larutan medium atau larutan kaldu (broth). Penambahan kitosan sebagai absorben pada proses pemurnian agar diharapkan dapat menghasilkan agar yang murni (refine agar) yang dapat digunakan untuk agar bakto sebagai media pertumbuhan mikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah memodifikasi berbagai konsentrasi kitosan dan waktu proses absorbsi dalam pembuatan agar bakto sebagai media pertumbuhan mikroba. Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yang pertama adalah tahapan proses isolasi kitin dan deasetilasi kitin menjadi kitosan dan penelitian utama yang dilakukan yaitu pembuatan agar bakto dengan menambahkan berbagai konsentrasi kitosan (0,5 %, 1 %, 1,5 %) sebagai absorben terhadap agar yang dihasilkan dari Gracilaria sp. dan agar batang. Perlakuan kedua yang diberikan yaitu waktu proses absorbsi setelah dilakukan penambahan kitosan. Proses absorbsi yang dipilih 0 menit, 15 menit, 30 menit, dan 45 menit. Kombinasi perlakuan paling optimum untuk agar bakto berbahan baku Gracilaria sp. adalah pada konsentrasi kitosan 1 % dengan lama pemanasan lanjutan ekstraksi selama 45 menit. Kombinasi perlakuan paling optimum untuk agar bakto berbahan baku agar batang adalah pada konsentrasi kitosan 0,5 % dengan tanpa pemanasan lanjutan. Kata kunci: agar bakto, Gracilaria sp. , kitosan
PENDAHULUAN Makroalga laut atau yang sering disebut sebagai rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil kekayaan laut Indonesia yang banyak dijumpai di seluruh perairan wilayah Nusantara. Makroalga laut mengandung karbohidrat dalam jumlah yang besar, protein sedikit, dan berbagai vitamin. Di Indonesia makrolaga laut digunakan sebagai bahan tambahan makanan, industri obat-obatan, kosmetika dan sebagai bahan baku pembuatan agar. Agar adalah bentuk koloid dari suatu polisakarida kompleks yang diekstrak dari beberapa kelompok alga merah (Rhodophyceae). Polisakarida kompleks tersebut berupa suatu
asam
sulfonik
(ester
dari
galaktosa
linier)
yang
berbentuk
gel
(Afrianto dan Liviawati 1993). *
Korespondensi: telp/fax (022) 91574358, E-mail:
[email protected]
28
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
Salah satu pemanfaatan dari agar adalah sebagai media untuk pertumbuhan mikroba. Penggunaan agar pada media mikrob yang semula diusulkan oleh laboratorium Koch pada awal 1880-an tetap digunakan secara luas sampai kini (Pelczar dan Chan, 1986). Agar bakto adalah salah satu medium kultur yang digunakan untuk membantu menggelifikasi berbagai jenis larutan medium atau larutan kaldu (broth). Agar yang digunakan untuk kebutuhan bakteriologis merupakan bagian penting dalam industri penghasil koloid dari alga merah. Namun pemanfaatan agar bakto dalam bidang mikrobiologis tidak sebanding dengan produksinya di dalam negeri. Salah satu solusi yang digunakan adalah membuat agar bakto produksi dalam negeri dengan karakteristik mutu yang diharapkan sama dengan agar bakto impor. Kitosan merupakan salah satu contoh produk hasil pemanfaatan limbah udang yang merupakan hasil deasetilasi dari kitin. Kitosan mempunyai manfaat yang cukup banyak dalam berbagai bidang kehidupan. Contohnya, adalah kitosan dapat menghilangkan kontaminan, memisahkan petroleum dari air limbah, pelapis benih yang akan ditanam (pertanian), bahan anti kolesterol, anti koagulan dalam darah, absorben logam berat (Afrianto dan Liviawati 1993) dan pembentuk gel yang baik dalam pembuatan bakso (Nurimala et al. 2007). Dalam penelitian ini media agar atau kultur media yang dibuat adalah agar bakto yang secara umum memiliki karakteristik mutu yang setara dengan agar bakto impor. Untuk mendapatkan agar bakto dengan kandungan NaCl, pigmen, dan komponenkomponen pengotor yang rendah diperlukan adanya suatu perlakuan khusus. Penambahan kitosan sebagai absorben pada proses pemurnian agar diharapkan dapat menghasilkan agar yang murni (refine agar) yang dapat digunakan untuk agar bakto sebagai media pertumbuhan mikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah memodifikasi berbagai konsentrasi kitosan dan waktu proses absorbsi dalam pembuatan agar bakto sebagai media pertumbuhan mikroba. METODOLOGI Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, wadah, timbangan, desikator, cawan porselin, destilator, erlenmeyer, kertas saring, pemanas listrik, oven, cawan petri, inkubator, dan alat-alat gelas lainnya.
29
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga laut Gracilaria sp., agar batang, kulit udang, bahan-bahan kimia untuk analisis kadar sulfat, kadar garam, dan TPC. Analisis mutu yang dilakukan meliputi kadar air, abu, garam, nilai pH, sulfat, kekuatan gel, dan uji total bakteri (total plate count). Metode Penelitian Penelitian dibagi menjadi dua tahap, pertama adalah proses isolasi kitin dan deasetilasi kitin menjadi kitosan dan penelitian utama yang dilakukan yaitu pembuatan agar bakto dengan menambahkan berbagai konsentrasi kitosan (0,5 %, 1 %, 1,5 %) sebagai absorben terhadap agar yang dihasilkan dari Gracilaria sp. dan agar batang. Perlakuan kedua yang diberikan yaitu waktu proses absorbsi setelah dilakukan penambahan kitosan. Waktu proses absorbsi yang dipilih 0 menit, 15 menit, 30 menit, dan 45 menit. Agar bakto hasil penelitian yang terpilih adalah yang paling mendekati karakteristik mutu agar bakto komersial. Pembuatan kitosan Tahapan penelitian pendahuluan adalah proses isolasi kitin dan deasetilasi kitin menjadi
kitosan
dengan
menggunakan
metode
yang
telah
dilakukan
oleh
Suptijah et al.(1992). Pembuatan agar bakto Bertujuan untuk membuat agar bakto dan membandingkan pengaruh penambahan berbagai konsentrasi kitosan sebagai absorben. Kitosan yang ditambahkan memiliki tiga kombinasi perlakuan yaitu pada konsentrasi 0,5 %, 1 %, dan 1,5 %, sedangkan untuk proses lanjutannya dilakukan pemanasan kembali pada larutan agaragar yang telah ditambah kitosan yaitu selama 0 menit, 15 menit, 30 menit, dan 45 menit. Bahan agar batang dimasak atau dipanaskan dalam panci masak dengan kisaran suhu 90-100 ºC sampai agar batang tersebut menjadi lumer menggunakan air aquades perbandingan 1:30 (aquades terhadap berat kering agar-agar batang). Setelah proses pemasakan selesai dapat dilakukan proses pemurnian agar dengan menambahkan kitosan dengan konsentrasi 0,5 %, 1 %, dan 1,5 %, dengan suhu pemasakan 90-92ºC dengan dua kali pengamatan atau dua kali ulangan perlakuan. Waktu proses absorbsi dilakukan untuk melihat pengaruh kitosan sebagai absorben terhadap logam yang 30
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
menempel di alga laut dan zat-zat pengotor lainnya selama 0 menit, 15 menit, 30 menit, dan 45 menit pada setiap perlakuan dan ulangan perlakuan atau ulangan pengamatan. Selanjutnya agar batang dan kitosan disaring untuk dapat memisahkan agar murni dengan serbuk kitosan. Kemudian dilakukan penjedalan agar yang telah dimurnikan dengan suhu rendah pada freezer (alat pembeku), agar ditempatkan dalam pan pencetak (loyang). Thawing atau pencairan kembali dan pengeringan dengan menggunakan oven. Makroalga laut (Gracilaria sp) kering dibersihkan dan disortir dari kotorankotoran yang menempel, (contohnya pecahan-pecahan karang, pasir laut, spesies lainnya dan teritip) dan dicuci berulang-ulang sampai benar-benar bersih. Selanjutnya Gracilaria direndam dan dipucatkan dengan menggunakan CaO 0,5 %, selama kurang lebih 5 menit. Penetralan dilakukan selanjutnya dengan mencuci di air mengalir sampai pH netral ( pH = 7). Pra perlakuan asam dilakukan dengan merendam Gracilaria sp. dengan menggunakan asam asetat 1 % selama 1 jam. Selanjutnya Gracilaria dicuci bersih sampai pH netral dan dihancurkan dengan blender sampai cukup homogen untuk memudahkan proses pengekstraksian makroalga laut (Gracilaria sp). Tahapan proses selanjutnya sama dengan pada bahan baku agar batang. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Kitosan Hasil analisis yang didapatkan terhadap produk kitosan dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil analisis kadar air kitosan adalah 8,4 % lebih rendah apabila dibandingkan dengan standar mutu kitosan yaitu
≤ 10 %.
Tabel 1. Hasil uji karakteristik mutu kitosan Parameter Ukuran Partikel
Hasil Butiran/bubuk
Kadar air (% berat basah)
8,40 %
Kadar abu (% berat kering)
0,08 %
Derajat deasetilasi (%)
82,60 %
Viskositas
1400 cps
Warna larutan
Jernih
31
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
Rendemen agar bakto Nilai rata-rata rendemen yang diperoleh pada agar bakto dari Gracilaria sp. berkisar antara 15,65 % sampai dengan 22,45 %. Nilai rata-rata rendemen pada agar bakto dari agar batang berkisar antara 29,25 %y sampai dengan 47,13 %, apabila dilihat secara visual maka rendemen tertinggi 47,13 %. Rendemen agar selain dipengaruhi oleh cara ekstraksi, dipengaruhi pula oleh spesies makroalga laut, iklim, waktu pemanenan, dan lokasi budidayanya (Chapman dan Chapman, 1980). Perbandingan nilai rata-rata rendemen berdasarkan berat kering pada agar bakto hasil penelitian untuk masingmasing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
50 45
47,13
45,73
44,41
43,02
42,12
40,14
35,93 34,03
35 R en d em en ( % B K )
41,21 38,77
40
32,17 29,25
30 25
22,45
21,23
20
17,96 16,14
15,65
20,38
21,39
19,05
20,72
20,3
16,72
Gracilaria sp.
16,3
15 Agar-agar batang
10 5 0 0'
15'
30'
0,50%
45'
0'
15'
30'
45'
0'
15'
30'
45'
1% 1,50% Konsentrasi khitosan dan w aktu absorbsi
Gambar 1. Pengaruh penambahan kitosan dan waktu proses absorbsi terhadap rendemen agar bakto dari Gracilaria sp dan agar-agar batang Kadar air agar bakto Perbandingan nilai rata-rata kadar air berdasarkan berat kering pada agar bakto hasil penelitian untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2. Analisis ragam yang dilakukan pada agar bakto dari Gracilaria sp. menunjukkan bahwa hanya perlakuan pemanasan kembali yang memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air agar bakto yang dihasilkan, sedangkan diantara kedua faktor perlakuan tidak ditemukan adanya pengaruh interaksi yang nyata. Uji lanjut Duncan’s multiple range test pada perlakuan waktu proses absorbsi selama 15 menit dan tanpa waktu absorbsi tidak ditemukan adanya pengaruh yang nyata untuk pasangan perlakuan tersebut. Pada perlakuan pemanasan kembali selama 30 menit dan 45 menit juga tidak ditemukan
32
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar air agar bakto yang dihasilkan dari Gracilaria sp. 30
K a d a r a i r (% B K )
25
24,46 25,06 22,72 23,01
25,38
24,62 22,09
19,80
19,62
20
25,24
23,79
23,37 20,07
20,37
18,70 16,89 16,05
14,72
15
16,88
18,18 16,97
17,21
Gracilaria sp.
14,34 14,44
Agar-agar batang Dif co
10,64
10
5
0 0'
15'
30'
0,50%
45'
0'
15'
30'
45'
0'
1%
15'
30'
1,50%
45' Dif co
Konsentrasi khitosan dan waktu absorbsi
Gambar 2. Pengaruh penambahan kitosan dan waktu proses absorbsi terhadap kadar air agar bakto dari Gracilaria sp. dan agar-agar batang Hasil analisis ragam yang dilakukan pada agar bakto dari agar batang menunjukkan bahwa ke dua belas perlakuan penambahan berbagai konsentrasi kitosan dan waktu proses absorbsi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air agar bakto dari agar batang. Apabila dilihat dari hasil uji lanjut Duncan’s multiple range test pada perlakuan berbagai waktu proses absorbsi menyatakan bahwa hanya kombinasi perlakuan waktu proses absorbsi 15 menit dan 45 menit yang tidak berbeda nyata. Kadar abu agar bakto Perbandingan nilai rata-rata kadar abu berdasarkan berat kering pada agar bakto hasil penelitian untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3. Analisis ragam menunjukkan bahwa kedua belas perlakuan yang diterapkan pada pembuatan agar bakto dari Gracilaria sp. baik pada penambahan berbagai konsentrasi kitosan maupun pada berbagai waktu proses absorbsi memberikan hasil yang berbeda nyata. Pada uji lanjut Duncan’s multiple range test untuk perlakuan waktu proses absorbsi ditemukan seluruh kombinasi perlakuan memberikan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh waktu proses absorbsi yang digunakan
33
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
memberikan pengaruh terhadap nilai kadar abu dari agar bakto yang dihasilkan dari Gracilaria sp. 8 7
7,13 6,13
6,31
6,11
6 K a d a r a b u (% B K )
5,25
5,02
5
5,82 5,36
5,11
4,65 4,50
4,18
3,81
4
3,45
Gracilaria sp. Agar-agar batang Dif co
3,21
3 2,16
2
1,76
1,59 0,78
0,94
1
1,03
1,20
0,90
1,00 0,67
0 0'
15'
30'
45'
0'
0,50%
15'
30' 1%
45'
0'
15'
30'
1,50%
45' Dif co
Konsentrasi khitosan dan waktu absorbsi
Gambar 3. Pengaruh penambahan kitosan dan waktu proses absorbsi terhadap kadar abu agar bakto dari Gracilaria sp. dan agar-agar batang Analisis ragam menunjukkan bahwa ke dua belas perlakuan penambahan berbagai konsentrasi kitosan dan waktu proses absorbsi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar abu agar bakto dari agar batang. Hasil uji lanjut Duncan’s multiple range test menunjukkan hanya perlakuan waktu absorbsi 15 menit dan waktu absorbsi 30 menit tidak memberikan pengaruh yang nyata untuk kombinasi kedua perlakuan tersebut. Sedangkan pada perlakuan penambahan berbagai konsentrasi kitosan, terdapat perbedaan yang nyata untuk konsentrasi kitosan sebesar 0,5 % dan 1 % yang digunakan. Kadar Garam (NaCl) agar bakto Perbandingan nilai rata-rata kadar garam (NaCl) berdasarkan berat kering pada agar bakto hasil penelitian untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. Menurut Harrigan (1998), kadar garam yang dikondisikan sebagai NaCl pada agar bakto atau agar media bakteriologis maksimum adalah 0,05 %, dengan demikian kadar garam agar bakto yang dihasilkan pada penelitian ini masuk dalam standar maksimum kadar garam yang diperbolehkan.
34
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
0,1400 0,1213 0,1149
0,1200
0,1137
% N aCl
0,1000
Gracilaria sp. Agar-agar batang
0,0800
Dif co
0,0600
0,05
0,0400
0,0335 0,0215
0,0200
0,0200
0,0092
0,0089 0,0056 0,0045 0,0063 0,0039 0,0041 0,00320,0029 0,0024 0,0025 0,0022 0,0028
0,0069 0,0076 0,0024 0,0036 0,0034
0,0000 0'
15'
30'
0,50%
45'
0'
15'
30'
45'
0'
15'
30'
45'
1% 1,50% Konsentrasi khitosan dan w aktu absorbsi
Difco
Gambar 4. Pengaruh penambahan kitosan dan waktu proses absorbsi terhadap kadar garam agar bakto dari Gracilaria sp. dan agar-agar batang Nilai pH agar bakto Nilai pH medium pertumbuhan mikroorganisme sangat mempengaruhi jasad renik yang dapat tumbuh. Perbandingan nilai rata-rata pH berdasarkan berat kering pada agar bakto hasil penelitian untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5. 6,4 6,27
6,25 6,18
6,2
6,14 6,07
6,06
Gracilaria sp.
6 5,9
N ila i p H
5,88
Agar-agar batang
5,88
5,87
Difco
5,8
5,75
5,74 5,56
5,6
5,62
5,66
5,67
5,75
5,71 5,62
5,65 5,59
5,6
5,58
5,72
5,56
5,4 5,2 0'
15'
30'
0,50%
45'
0'
15'
30' 1%
45'
0'
15'
30'
1,50%
45' Dif co
Konsentrasi khitosan dan waktu absorbsi
Gambar 5. Pengaruh penambahan kitosan dan waktu proses absorbsi terhadap nilai pH agar bakto dari Gracilaria sp. dan agar-agar batang Kadar Sulfat agar bakto Kadar sulfat dalam agar dapat dipengaruhi oleh perbedaan jenis dan asal rumput laut, metode ekstraksi, serta umur panen. Peningkatan umur panen dapat memberi respon terhadap penurunan kandungan sulfat (Suryaningrum, 1988). Perbandingan nilai
35
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
rata-rata kadar sulfat berdasarkan berat kering pada agar bakto hasil penelitian untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6. 2,5
1,98
K a da r s ulfa t (% )
2
1,82
1,76
1,72
Gracilaria sp.
1,66
Agar-agar batang
1,44
1,5 1,24
1,23
1,19 0,97
1
Difco
1,22 1,13
1,1
1,13 0,98
1,03
0,91
0,86 0,7 0,52
0,58 0,48
0,58
0,43
0,5
0,49
0 0'
15'
30'
0,50%
45'
0'
15'
30' 1%
45'
0'
15'
30'
1,50%
45' Dif co
Konsentrasi khitosan dan waktu absorbsi
Gambar 6. Pengaruh penambahan kitosan dan waktu proses absorbsi terhadap kadar sulfat agar bakto dari Gracilaria sp. dan agar-agar batang Berdasarkan grafik batang di atas dapat terlihat bahwa secara umum nilai kadar sulfat yang didapatkan mengalami penurunan untuk setiap kenaikan konsentrasi kitosan yang ditambahkan dalam proses pembuatan agar bakto. Adapun peningkatan nilai kadar sulfat yang tidak relevan dengan kenaikan konsentrasi kitosan dapat disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan pada saat melakukan pengendapan sulfat dari agar bakto yang tidak sempurna, sehingga nilai sulfat pada konsentrasi kitosan yang lebih tinggi menjadi semakin meningkat. Analisis ragam yang dilakukan menunjukkan bahwa ke dua belas perlakuan penambahan berbagai konsentrasi kitosan dan waktu proses absorbsi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar sulfat agar bakto dari Gracilaria sp. Sedangkan antara dua faktor perlakuan ditemukan adanya pengaruh interaksi yang nyata. Uji lanjut Duncan’s multiple range test hanya pada waktu proses absorbsi 30 menit dan 45 menit tidak ditemukan adanya suatu pengaruh perlakuan yang berbeda nyata. Analisis ragam yang dilakukan menunjukkan bahwa ke dua belas perlakuan penambahan berbagai konsentrasi kitosan dan waktu proses absorbsi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar sulfat agar bakto yang dibuat agar batang. Sedangkan antara dua faktor perlakuan ditemukan adanya pengaruh interaksi yang nyata. Dari hasil uji lanjut Duncan’s multiple range test pada seluruh kombinasi
36
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
perlakuan berbagai waktu proses absorbsi dan penambahan berbagai konsentrasi kitosan, terdapat perbedaan yang nyata. Kekuatan gel agar bakto Kekuatan gel merupakan beban maksimum yang dibutuhkan untuk memecahkan matriks polimer pada daerah yang dibebani, dan dapat dinyatakan sebagai “breaking force”. Perbandingan nilai rata-rata kekuatan gel berdasarkan berat kering pada agar bakto hasil penelitian untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7. 800
750
750 716,7
700
K eku atan g el (g r am / cm 2)
700
660,48
600 500
659,52
653,33
583,33 545,5
544 494,7
483,33
350
400
Gracilaria sp. 383,93
341,01
343,75 276,78
232,14
300 205,36 169,64
200 160,71
178,57 178,57
Agar-agar batang Difco
196,43
116,07
100 0 0'
15'
30'
0,50%
45'
0'
15'
30' 1%
45'
0'
15'
30'
1,50%
45' Dif co
Konsentrasi khitosan dan waktu absorbsi
Gambar 7. Pengaruh penambahan kitosan dan waktu proses absorbsi terhadap kekuatan gel agar bakto dari Gracilaria sp. dan agar-agar batang Analisis ragam yang dilakukan menunjukkan bahwa ke dua belas perlakuan penambahan berbagai konsentrasi kitosan dan lama pemanasan yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kekuatan gel agar bakto dari Gracilaria sp. Sedangkan antara dua faktor perlakuan ditemukan adanya pengaruh interaksi yang nyata. Hasil uji lanjut Duncan’s multiple range test hanya pada pemanasan kembali 30 menit dan 45 menit tidak ditemukan adanya suatu pengaruh perlakuan yang berbeda nyata. Sedangkan pada seluruh kombinasi perlakuan penambahan berbagai konsentrasi kitosan, terdapat perbedaan yang nyata. Analisis ragam yang dilakukan menunjukkan bahwa ke dua belas perlakuan penambahan berbagai konsentrasi kitosan dan lama pemanasan yang berbeda-beda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kekuatan gel agar bakto dari agar batang. Sedangkan antara dua faktor perlakuan ditemukan adanya pengaruh interaksi yang nyata. Dari hasil uji lanjut Duncan’s multiple range test seluruh perlakuan pada pemanasan kembali ditemukan adanya suatu pengaruh perlakuan yang berbeda nyata.
37
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penambahan kitosan sebagai absorben dalam proses pembuatan agar bakto Gracilaria sp. dan agar batang menghasilkan agar bakto yang mempunyai karakteristik mutu fisik dan kimia yang tinggi. Kombinasi perlakuan paling optimum untuk agar bakto berbahan baku Gracilaria sp. adalah pada konsentrasi kitosan 1 % dengan lama pemanasan lanjutan ekstraksi selama 45 menit. Kombinasi perlakuan ini memberikan hasil terbaik, karena memiliki karakteristik fisik dan kimia paling mendekati kontrol agar bakto komersial produksi Difco, dengan kandungan sulfat 1,10 %, kadar air 16,89 %, kadar abu 3,65 %, kadar garam (NaCl) 0,0215 %, nilai pH 5,88, rendemen yang dihasilkan adalah 21,39 % dan kekuatan gel 341,01 gram/cm2. Kombinasi perlakuan paling optimum untuk agar bakto berbahan baku agar batang adalah pada konsentrasi kitosan 0,5 % dengan tanpa pemanasan lanjutan. Kombinasi perlakuan tersebut memberikan hasil optimum (terbaik), karena memilki karakteristik fisik dan kimiawi paling mendekati kontrol agar bakto komersial produksi Difco, dengan kandungan sulfat 1,24 %, kadar air 24,46 %, kadar abu 4,18 %, kadar garam (NaCl) 0,0335 %, nilai pH 6,25, rendemen yang dihasilkan adalah 43,02 % dan kekuatan gel 483,33 gram/cm2. Saran Sebagai kelanjutan dari penelitian ini penulis menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan kajian terhadap pembuatan agar bakto dari jenis algae laut yang berbeda dengan karakteristik mendekati bahan baku dari agar bakto komersial. Perlu dilakukan juga analisis terhadap kemampuan agar bakto untuk menumbuhkan mikroorganisme pada berbagai agar media di mikrobiologi. Penilaian terhadap nilai ekonomis dari agar bakto yang diproduksi sendiri jika dibandingkan dengan agar bakto komersial produksi pabrik juga perlu untuk dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E dan E. Liviawati. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Jakarta:Penerbit Bhratara. Angka, S.L & M.T. Suhartono. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Penerbit PKSPL-Institut Pertanian Bogor. Bogor.
38
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol XI Nomor 1 Tahun 2008
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis. The Association of Official Analytical and Chemist. 16th ed. AOAC. Virginia:Inc. Arlington. Chapman, V.J. dan D.J. Chapman. 1980. Seaweed and Their Uses. Chapman and Hall. London.333p. Fellow, J.P. 1990. Food Processing Technology. Principles and Practise. New York: Ellis Horwod Published Fennema, O.R. 1985. Food Chemistry. 2nd edition. New York: Marchel Dekker Inc. Fujita, T., 1970. Japanese Patent No. 7. , 013, 500. G.O. Phillips dan P.A. Williams. 2000. Handbook of Hidrocolloids. CRC Press. WoodHead Publishing Limited. England: Cambridge. Glicksman, M. 1969. Gum Technology in The Food Industry. New York: Academic Press. . 1982. Food Hydrocolloids, volume II,CRC Press, Tarrytown. New York 1983. Gelling Hydrocolloids in the Food Product Application. Butterworth&Co. Publishers Ltd. London. Harrigan, F.W. 1998. Laboratory methods in food microbiology. Third edition. Academic Press (AP). San Diego. California. USA Hirano, S. 1989. Production and Aplication of Chitin and Chitosan in Japan. Dalam Chitin and Chitosan, Sources, Chemistry. Biochemistry. Physicallproperties and Aplications(Gudmadd et al). Elsevier Science Published Ltd. England. Hal 56-58. Nurimala M, Suptijah P, Nurfianti D. 2007. Pembentukan kitosan sebagai pembentuk gel pada bakso ikan kurisi (Nemipterus nemathoporus). Buletin Teknologi Hasil Perikanan 10(1):35-46. Pelczar. M.J.dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jilid I. Jakarta: Gramedia. Selby, H.H. dan W.H. Wyne. 1973. Agar. Dalam Industrial Gums. R.L. Whistler dan J.M. Be Miller (eds.). Academic Press. New York. 807p. Steel, P.G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu Pendekatan Geometrik. Terjemahan B. Sumantri. Jakarta: PT Gramedia. Suptijah, P. E. Salamah, H. Sumaryanto, S. Purwaningsih dan J. Santoso. 1992. Pengaruh Berbagai Metode Isolasi Kitin Kulit udang terhadap Kadar dan Mutunya. Laporan Akhir Penelitian. Fakultas Perikanan IPB.
39