http://nulisbuku.com/books/view/dua-sisi-di-dalam
14
Karakter Tak Pernah Berubah Setelah menemani Dede susup-menyusup di pasar—(Abie bertanya, untuk apa belanjaan yang Dede beli? Tapi Dede tetap merahasikannya. Dede sudah hafal bahwa sahabatnya itu tidak menyukai sesuatu yang terlalu jelas. Dulu Abie sering mengatakan bahwa ia hanya membutuhkan clue. Setelah Dede mencari artinya di kamus, barulah ia paham)—Abie (dan Dede) mengunjungi kompleks Masjid Agung Cisaat yang bernama … jreng, jreng, jreng … Qubbatul Islam—QUBBIS (kubis! Kol!)1. Jes, jes, jes …. Masyarakat sekitar terbiasa menyebut kompleks itu sebagai “alun-alun” saja—meski kadang juga terjadi salah pengertian—karena Masjid Agung Sukabumi—di Kota Sukabumi—disebut alun-alun juga—sesuai dengan istilah lama yang diwariskan untuk menyebut tempat pusat kegiatan masyarakat yang berupa atau memiliki tanah lapang. Maka jikalau ada orang yang mengatakan “saya akan ke alun-alun”, maka berarti orang itu akan pergi ke kompleks tersebut, entah untuk mendirikan salat di masjid Qubbatul
Entah ada perkara aneh apa di balik pembuatan nama tersebut. Bisa jadi karena dulu, tanah yang ditempati oleh masjid tersebut adalah lokasi Pasar Cisaat (sebelum Masjid Agung dibangun, dan pasar dipindahkan ke posisi yang lebih kaler [utara]). Dan di pasar pasti ada yang berjualan kubis. Pastilah. Jepatan, yuk!
1
Yalmove Pharadisze
Dua Sisi di Dalam
Islam, atau hanya sekadar berkunjung ke bagian lain kompleks. Abie menyapa aroma kehidupan masa SD-SMP-nya. Kemudian ia membagi kompleks tersebut—secara kasar— ke dalam empat partisi: 1. Partisi masjid (beserta beranda, tempat wudhu, dan sedikit halaman berumput sebagai rongga antara masjid dengan bagian lainnya). Bagi orang yang memandang kompleks dari jalan raya, maka masjid itu terletak di bagian paling depan dan paling kanan kompleks. Jadi, halaman depan masjid itu berbatasan langsung dengan trotoar jalan raya—namun kini halaman itu sudah menjadi tempat parkir kendaraan. Halaman samping kanan masjid—itu adalah arah kiblat—berbatasan dengan jalan aspal sela yang tidak terlalu lebar. Jalan itu mampu memuat satu mobil dalam satu waktu, namun tidak terlalu lumrah untuk digunakan untuk lintas kendaraan. Saat bulan Ramadan tiba—atau bulan-bulan biasa pun—tempat tersebut akan disulap menjadi warung makan untuk berbuka puasa (bukan disulap sebenarnya, hanya dialih-manfaatkan. Dan memang seperti itu setiap hari). Segala macam makanan berat dijual di situ. Empal, semur, balado, pepes, rendang, sampai petai juga—pokoknya beragam—dijual. Tentu tidak digratiskan—maksudnya itu adalah semacam kegiatan ekonomi—bukan ransum gratis untuk masyarakat. Sebagai manusia normal, kadang Abie terangsang juga untuk mencicipinya. Kemudian ia akan membeli salah satunya, lalu membawanya ke rumah—tentu saja untuk disantapnya. 151
Yalmove Pharadisze
Karakter Tak Pernah Berubah
2. Bergeser dari masjid ke arah sebelah kiri (dengan patokan pemerhati kompleks tadi), maka akan ditemukan sebuah beton lapang—dan itu adalah sejatinya alunalun (maksudnya, tempat paling lazim digunakan untuk berkumpulnya manusia). Di sebelah kiri lapangan itu (dengan kontur yang turun), terdapat petak tanah berumput dan berpohon, yang disampingnya ada jalan beraspal. Ketika bulan-bulan biasa, tempat itu kosong-melompong—kecuali waktu bakda Jumatan. Namun saat bulan Ramadan tiba, tempat itu akan berubah wajah secara drastis. Orang-orang—kebanyakan masih anakanak—akan menjejalinya. Maka tempat itu akan menjadi semacam kaleng yang disesaki oleh wafer. Padat berisi. Terlebih lagi saat waktu telah menjauhi waktu zuhur, akan seperti pasar tumpah-ruah-semua saja rupanya. Segala macam barang dagangan: mainan, ikan cupang2, balon-balonan, Tamiya,3 dan segala rupa—pokoknya 2 Cupang (Betta sp.): ikan air tawar yang berukuran kecil, agresif dalam mempertahankan wilayah, dan cenderung tahan terhadap kondisi lingkungan. Ikan ini berhabitat di beberapa wilayah Asia Tenggara, temasuk Indonesia. Terdiri dari jenis yang dapat dijadikan ikan hias dan ikan aduan.
Tamiya: selain sebagai nama perusahaan pembuatnya, Tamiya adalah merek mobil-mobilan mini 4WD yang memiliki bentuk dasar menyerupai mobil F1 (miniatur F1), dan bergerak menggunakan daya dari baterai. Dijalankan pada lintasan khusus untuknya, Tamiya dimainkan. Bahkan digandrungi oleh manusia dari segala usia. Karena harga Tamiya asli itu tidak sederhana, maka sebenarnya, yang dijual di situ adalah tamiya-tamiyaan (walaupun sesekali dijual juga merek Auldey—tapi tetap saja bukan Tamiya). Merek-merek tamiya-tamiyaan itu sukar dibaca karena ejaannya tidak lazim bagi lidah orang Indonesia (terlebih lagi Sunda). Kebanyakan merek selalu mengandung huruf X, Q,
3
152
Yalmove Pharadisze
Dua Sisi di Dalam
segala rupa—ada di situ. Juga termasuk permainan tembak (untuk mendapatkan hadiah), lotere anak, buku Teka-Teki Silang (yang gambar sampulnya hampir selalu wanita—kadang lumayan cantik), komik sewaan (komik jepang, komik Tatang S. [Salam manis tidak akan pernah habis buat semua pecinta karya saya!])4, Game Boy sewaan (yang jika anak penyewa Game Boy itu memainkan game Mario Bros, dan sudah memasuki stage “raja laut”, maka tanpa tedeng aling-aling, benda hiburan itu akan direbut oleh bapak-bapak yang menyewakannya. Alasannya sederhana: “permainan sudah berjalan lima belas menit” [walaupun belum lima belas menit, tapi kalau permainan sudah memasuki stage tersebut, maka fardu ain hukumnya disebut “sudah lima belas menit!”. Aneh? Ya!]5. Kecuali jika si mau anak membayar biaya tambahan, maka permainan bisa dilanjutkan [tapi itu pun harus cepat-cepat, sebelum power Game Boy dimatikan {dan permainan harus diulang dari awal <maka tragedi-berdarah “rebut” bisa terjadi lagi>}])—Pokoknya segala tetek-bengek ada di situ. dan J. Misalnya: Qi Jing, Ce Xing, Ji Qong, Qing Qong, dan Xian Jing. Memang, ada juga yang ejaannya lebih bersahabat, tapi tetap saja bukan ejaan bahasa Indonesia. Misalnya: Get & Go, Ī – Car, Me & Mex, € - We, atau seperti itulah. [Sumpah, itu bukan bahasa Indonesia] Ini adalah ucapan salam fenomenal dan bersejarah yang tidak akan pernah dilupakan oleh masyarakat Indonesia (khususnya Pulau Jawa [khususnya Jawa bagian barat]). 4
Tapi yang aneh lagi adalah, si bapak yang menyewakan mainan tersebut kok bisa tahu setiap kali permainan sudah memasuki stage “raja laut”? Padahal anda tahu sendiri, kalau layar Game Boy itu kecil (itu berarti, hanya pemainnya saja yang bisa melihatnya dengan jelas [tidak seperti tampilan game Playstation di televisi]). Ah, tapi tidak aneh. Mungkin Game Boy – Game Boy tersebut telah dimodifikasi dengan dipasangi kamera CCTV. 5
153
Yalmove Pharadisze
Karakter Tak Pernah Berubah
3. Partisi ketiga—bagian paling kiri kompleks—adalah sejenis taman surga untuk bermain atau sekadar bersantai. Tata dan dekorasinya cukup indah dan menenangkan. Sisi paling kiri bagian itu berbatasan dengan sungai. Di bagian tengah partisi itu terdapat sebuah kolam bulat ber-air-mancur. Di tengah kolam itu terdapat segerombol tembok batangan yang digunakan untuk menopang dua buah monumen—bukan monumen sebenarnya, hanya dua buah patung besar ikan mas. Karena kedua ikan tersebut berada di atas batangan tembok tadi, maka keduanya terlihat seperti sedang berenang di udara. Tidak terlalu dapat disebut berenang juga, sebenarnya—tapi lebih cocok disebut sedang bergaya ala model di catwalk. Namun karena patung itu adalah patung ikan, maka tetap saja—untuk kesederhanaan bahasa— orang-orang menyebut ikan-ikan itu sedang berenang. Orang Sukabumi terbiasa menyebut keduanya sebagai L.A.. Bukan singkatan dari “Los Angeles”, melainkan “Lauk Ageung” atau “Ikan Besar”. 4. Partisi terakhir adalah sebuah tanah lapang datar yang dilapisi aspal agak kasar—jadi namanya lapangan aspal. Tempat itu sering digunakan sebagai lahan parkir kendaraan. Berada di bagian terjauh pandangan mata pengamat yang berada di jalan raya tadi. Jika masjid, alunalun, dan taman, berjajar dari kanan ke kiri, maka lapangan itu terletak di belakang, dan memanjang mengikuti jajaran tersebut. Lapangan itu sekaligus juga digunakan sebagai halaman untuk kantor badan amil zakat, asrama haji—atau kantor pelatihan haji—atau kantor lembaga keagamaan yang lain. 154
Dua Sisi di Dalam
Yalmove Pharadisze
Abie tidak terlalu sering bermain di situ (bukankan itu sering digunakan untuk parkir? Jadi, berbahaya!). Hanya sesekali memang ia ke situ. Bermain sepeda, sepak bola, kejar-kejaran, atau towaf-towaf-an mengitari sebuah kubus hitam. Jika musim haji hampir tiba, di lapangan itu selalu disediakan replika Kabah sebagai alat bantu simulasi ibadah rukun Islam yang kelima di kota paling suci di muka bumi itu. Abie pernah beberapa kali melakukan simulasi tak resmi—seorang diri atau bersama temantemannya, towaf mengitari kubus hitam tersebut. Hanya saja, jika haji sesungguhnya (di Tanah Suci sana), karena pelakunya berputar sebanyak tujuh kali, insya Allah menjadi haji MAB-rur, maka Abie (di lapangan tersebut), karena mengitarinya sebanyak seratus kali, ia menjadi haji MAB-ok. ***** Usai melakukan penjelajahan terbatas kota masa silam selama setengah hari, Abie menyempatkan diri untuk mampir di kontrakkan Dede—sekedar untuk mengetahui lokasinya saja. Kemudian, Dede beranjak ke UKS, sementara Abie memulai pencarian kos-an-nya. Ia hanya memiliki waktu sekejap. Jadi ia harus memulainya sesegera mungkin. ***** Malamnya, sebelum menjadi garis horizontal di peraduan, Abie menafakuri kembali apa yang ia ucapkan kepada sahabatnya siang tadi. Ia mengakui dirinya sendiri tidak berubah, dan ia juga menyatakan bahwa sahabatnya itu telah berubah. Tadi ia menganggap konsep tersebut benar dan tak terbantahkan. Namun kini, setelah direnung-
155
Yalmove Pharadisze
Karakter Tak Pernah Berubah
kan kembali, ia menjadi skeptis. Sekarang, ia malah sampai pada sebuah konklusi: manusia tidak berubah. Katanya, “Ya, KARAKTER manusia tidak berubah.” Benar, pada dasarnya, karakter saya tidak berubah. Jika kini ia memiliki cara berpikir sendiri, dulu ia pun begitu. Ia membuat dan memecahkan rekor—datang ke sekolah pada jam sepuluh, itu karena ia memiliki cara berpikir sendiri. Jika sekarang ia tidak menyukai hal yang terlalu standar, dulu ia pun begitu. Ia masih ingat, saat kelas satu SD lalu, seisi kelas diwajibkan untuk tampil di muka kelas untuk menyanyikan lagu kanak-kanak: Lihat Kebunku. Tentu saja ia dapat melakukannya—sungguh mudah, bukan? Tapi ia merasa sumeng dan tidak puas jika harus melakukan sesuatu yang persis sama dengan orang lain (sekalipun itu hanya sebuah lagu). Maka iapun menyanyikan versi gubahan lagu itu (Lihat Kebun Binatangku), yang sudah amat lazim di kalangan orang-orang tengil: Lihat kebun-KU|NYUK Penuh dengan BUNGA|OK6 Ada yang MERAh|YAP Dan ada yang pu-TIh|ARAP Setiap HARI|MAU Baru saja ia sampai pada baris kelima, Bu Tia—gurunya—menghentikannya, kemudian menghukumnya. Ta6 (sunda) (slang) Bungaok: nama hewan yang penulis belum mengetahui suara, rupa, habitat, termasuk klasifikasi-nya. Bisa jadi hanya sekadar nama hewan imajinatif. Namun kalaupun ada, dilihat dari ejaannya, kondisinya pasti tidak lebih terhormat dibandingkan kunyuk.
156
Yalmove Pharadisze
Dua Sisi di Dalam
ngannya dijepret menggunakan seutas karet kecil yang berwarna hitam (biasanya untuk pinggang celana)7. Sakit? Lumayan. Tapi ada sesuatu lain yang didapatkannya. Ia merasa puas—benar-benar merasa puas. Jika sekarang ia mengganggap pahlawan harus datang di akhir peristiwa, dulu ia juga begitu. Di kampus, ia akan menikmati kemenangannya dengan menunggu otak teman-temannya—bahkan dosennya—macet. Barulah pada akhirnya, ia akan unjuk gigi, mengajukkan solusi dengan hangat, dan selesai sudah pembahasan. Titik kepuasan baginya, tidak terletak pada kemampuan ia dapat menjawab, tapi ketika tidak ada lagi orang lain yang mampu menjawab, ia datang dengan memberikan pencerahan. Hal itulah yang akan menjejali rongga dadanya. Itulah—berbeda dengan orang lain, itulah jawabannya. Sampai sekarang karakter saya memang seperti itu. Tidak berubah. TIDAK ADA YANG BERUBAH, kata Abie berteguh hati. Dede? Ia juga tidak berubah—tidak sungguh-sungguh berubah. Jika sekarang ia orang yang berpikiran cerdas, dulu ia juga tergolong cerdas. Jika sekarang ia berkarakter tenang, pendiam, dan (mungkin) tidak terlalu pemberani, Dulu ia pun seperti itu. Abie baru saja berhasil mengingatnya. Saat Abie dan gerombolannya menikam suasana khidmat upacara, Dede termasuk anak yang loyal pada kegiatan monoton itu—meski pada akhirnya ia ikut mengobrol juga. 7
Buset, ni guru merangkap jadi penjahit wanita, kali ya?
157
Yalmove Pharadisze
Karakter Tak Pernah Berubah
Dulu, pada saat acara “PENSI”8, Abie mengajaknya kabur—toh tidak ada KBM, hanya PENSI saja (apalah artinya PENSI bagi Abie)—Dede menolaknya (dengan halus). Kemudian manusia itu hanya diam dan menunggu hingga acara itu selesai—padahal ia terlihat tidak terlalu menikmatinya. Karakter Dede tidak berubah. Adapun perubahan yang (jika) terjadi pada karakter manusia, itu hanya meliputi perkara-perkara cabang saja. Hanya sekitar kulit luar, dahan, ranting, atau bunga-bunganya saja. Hanya seperti konsep revisi pada sebuah buku, sekedar penambahan, pengurangan, atau perbaikan pada beberapa bagian saja. Tidak untuk keseluruhan. Dan jikapun ada perubahan drastis pada karakter manusia, itu hal yang sangat jarang terjadi, dan (tentu) penyebabnya adalah hal luar biasa dan sangat jarang pula. Memang ada, tapi jarang—Abie mengistilahkannya sebagai perombakan, bukan lagi revisi. Seorang pemberani yang mengalami trauma, tentu disebabkan oleh pengalaman yang sangat buruk—yang sampai-sampai memangsa keberaniannya tersebut. Jika sejak kecil seseorang telah pemalu, maka kemungkinan besar saat dewasa nanti ia pun tetap memiliki sifat pemalu. Jika seorang bocah menyukai hal-hal yang ekstrim, maka kemungkinan besar ketika dewasa nanti ia akan tetap menyukai sesuatu yang ekstrim pula. Jika seorang anak menyukai hal-hal brutal, maka kemungkinan besar—ketika dewasa nanti—ia tidak akan terlalu menyukai keadaan aman, damai, dan tentram. Karena itulah, setiap orang tua harus menanamkan moral pada anaknya se8
Pensi: pentas seni.
158
Yalmove Pharadisze
Dua Sisi di Dalam
belum karakter anaknya terbentuk. Namun jika terlajur terbentuk [jika itu buruk], maka diusahakan harus ada sebuah revisi (bahkan perombakan). Revisi terjadi karena adanya pengetahuan, informasi, atau pengalaman baru yang ikut masuk ke dalam kehidupan manusia seiring dengan berjalannya waktu. Hanya saja, semakin muda usia seseorang, semakin mudah revisi dilakukan. Namun ketika semakin tua seseorang, maka sebaliknya, revisi akan semakin sulit dilakukan. Karakterkarakter buruk yang beresiden pada otak dan hati yang tua sudah sedemikian lama membeku, sehingga sudah menjadi darah dan dagingnya. Karakter yang sudah menjadi darah dan daging, kemudian akan berubah menjadi karat, sehingga untuk menghilangkannya, jika tidak diabaikan agar karat dan tubuh yang berkarat itu menemui kehancuran dengan sendirinya, tidak ada cara lain selain dibantu oleh orang lain dengan cara di-amplas—keadaannya sama saja—hingga hancur seluruhnya. Oleh karena itu, usaha mulia untuk mengubah karakter seseorang yang tua adalah usaha yang sia-sia dan bego. Ya, karena pada dasarnya, karakter manusia tidak berubah. Semakin tua, semakin tidak berubah, Abie memberi garansi seumur hidup untuk konsep itu. Ia sungguh-sungguh meyakini kesimpulannya. Pembaca bisa mendapatkan versi lengkap novel DUA SISI DI DALAM di:
http://nulisbuku.com/books/view/dua-sisi-di-dalam
159