Kantor Bahasa Provinsi NTT
Edisi II, Desember 2014
Malam Puncak Bengkel Sastra 2014
“Inilah Sastrawan-Sastrawan Kita…”
Pengantar Redaksi LOTI BASASTRA Majalah Bahasa dan Sastra Nusa Tenggara Timur Edisi II Desember 2014 ISSN
Penanggung Jawab M.Luthfi Baihaqi Pemimpin Redaksi Mezra E. Pellondou Penyunting Robert Fahik Desain Grafis & Tata Letak Irwan Pellondou Sekretariat Erwin, Septi, Christina Alamat Redaksi Kantor Bahasa Provinsi NTT Jl. Raya Eltari No. 17, Kupang-NTT Telepon/Faksimile : 0380-821191, Pos-el :
[email protected] Laman: www.kantorbahasantt.org
2 Edisi I/ Agustus 2013
Puji dan Syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Esa atas terbitnya majalah Loti Basastra edisi II bulan Desember di tahun 2014 ini. Pada edisi ini kami tidak menerbitkan hasil karya para sastrawan berupa cerpen atau puisi seperti edisi-edisi sebelumnya, tapi karya hasil pelatihan bengkel sastra 3 sekolah binaan dari Kantor Bahasa NTT yang kami terbitkan pada rubrik Cerpen dan Puisi. Kami juga menambahkan satu rubrik tambahan, yaitu drama yang memuat hasil karya bengkel sastra siswa SMA. Redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah menyumbangkan tulisan dan hasil karyanya di dalam majalah ini, semoga para penulis semakin maju dalam karyanya. Akhir kata, redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian hingga penerbitan majalah Loti Basastra bisa terlaksana, semoga majalah ini turut memajukan kecerdasan bangsa. Saran dan kritikan bisa disampaikan ke pos-el kami. Kupang, 1 Desember 2014 Salam Redaksi
Daftar Isi Pengantar redaksi 2 Artikel Yohanes Sehandi 4
Info Kegiatan Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru Bahasa Indonesia se-Kabupaten Timor Tengah Selatan 53 Malam Pucak Bengkel Sastra 2014 54
Kritik Sastra Mezra E. Pellondou 14
Revitalisasi Tradisi Lisan NTT: Bonet 57 Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional 59 Info Penelitian Tahun 2014 60
Puisi Nadya Nofi Shafira 27
Lomba Penulisan Majalah Dinding 61 Semarak Bulan Bahasa 2014 62
Ramadhani Priam Budi 29 Devi Logo 30 Fernanda I. Menge Rugu 30
Resensi Natal dan Paskah Perspektif Penyair 65
Marlin Sole 31
Tokoh Cerpen
A.G. Hadzarmawit Netti 67
Anita Indu 32 Fransiska Tapo’ona 34 Paula Desy Lamablawa 37
Sisi Lain Sang Komikus Cerita Rakyat 71
Cherryl Charita Dida 40
Drama Senja Kelima 42 Mentari yang Terbenam 50
Laman: www.kantorbahasantt.org
Kantor Bahasa NTT
3 KantorBahasaNTT
Artikel
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
Menulis Artikel Opini Oleh Yohanes Sehandi Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Flores, Ende
Pendahuluan Kita tentu sudah terbiasa membaca surat kabar (koran) dan majalah. Kalau kita perhatikan, tulisan-tulisan yang terdapat di dalamnya dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni kelompok berita (news) dan kelmpok pendapat (views). Jenis tulisan yang kedua yang berisi pendapat (views) itulah yang dikenal umum dengan sebutan “artikel opini.” Istilah “artikel” berasal dari bahasa Inggris article. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat KBBI), “artikel” diartikan sebagai “karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya” (KBBI, 2001, halaman 66), sedangkan “opini” diartikan sebagai “pendapat, pikiran, pendirian” (KBBI, 2001, halaman 800). Dengan demikian, artikel opini adalah sebuah karya tulis lengkap yang berisi pendapat, pikiran atau pendirian seseorang yang dimuat dalam surat kabar atau majalah. Dalam buku Mahir Menulis (2009, halaman 67-68), Mudrajad Kuncoro menyatakan, artikel opini adalah “tulisan yang menyajikan pemikiran, pendapat, ide, dan pandangan penulisnya tentang berbagai fakta dan kejadian.” Artikel opini biasanya diterbitkan dalam koran atau majalah. Karena tempatnya terbatas, artikel
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
opini tidak terlalu panjang, hanya sekitar 4-6 halaman kuarto spasi ganda. Menurut Slamet Soesno dalam buku Teknik Penulisan Ilmiah Populer (1993, halaman 4), artikel opini adalah “tulisan tentang suatu masalah, berikut pendapat dan pendirian penulis tentang masalah itu.” Artikel opini seringkali disebut sebagai tulisan ilmiah populer. Slamet Soeseno juga membedakan artikel opini dengan artikel ilmiah. Artikel ilmiah adalah jenis karya tulis yang bersifat ilmu atau berisi ilmu pengetahuan yang disusun secara lengkap dan dipublikasikan dalam majalah ilmiah atau jurnal ilmiah. Yang membedakan artikel opini dengan artikel ilmiah terletak pada dua hal. Pertama, artikel opini dimuat dalam surat kabar (koran) dan majalah berita, sedangkan artikel ilmiah dimuat dalam majalah ilmiah atau jurnal ilmiah. Kedua, artikel opini kadar atau bobot keilmuannya agak longgar, disajikan dalam ragam bahasa ilmiah populer, sedangkan artikel ilmiah disajikan dalam ragam bahasa ilmiah, penuh istilah teknis keilmuan, membahas bidang keilmuan tertentu, dan mengikuti norma penulisan artikel ilmiah. Artikel opini menekankan pada pendapat seorang penulis atas suatu informasi, fakta, dan data berdasarkan analisis atau pandangannya. Artikel opini dimuat setiap hari dalam berbagai
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
media massa, baik media cetak dan elektronik maupun media online (cybermedia). Kita di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mempunyai peluang untuk mempublikasikan artikel-artikel opini kita lewat berbagai surat kabar yang terbit di NTT. Yang terbit di Kupang, ada Pos Kupang (Grup Kompas-Gramedia), Timor Express (Grup Jawa Pos), dan Victory News (Media Grup). Yang terbit di Ende, Flores, ada Flores Pos (milik SVD) harian kebanggaan orang Flores. Daya Sihir Artikel Opini Pada era informasi dan komunikasi sekarang ini, artikel opini mempunyai daya tarik bahkan daya sihir yang luar biasa. Artikel opini termasuk jenis tulisan favorit di media massa, digemari banyak pembaca di manapun. Tulisan jenis opini ini juga sangat efektif dan efisien dalam menyebarluaskan gagasan atau pandangan kepada masyarakat umum tanpa ada batasnya. Menulis artikel opini di media massa pada era sekarang sungguh membanggakan dan mendatangkan kepuasan batin yang tak dapat diukur dengan uang. Mereka yang tulisannya sering tembus media massa, apalagi media itu oplahnya besar dan jangkauan peredarannya luas, tentu dibaca banyak orang dengan beragam latar belakang sosial dan tingkat pendidikan. Wacana publik pun terbentuk antara lain setelah orang membaca artikel-artikel opini di media massa. Artikel opini juga dinilai sebagai cerminan tingkat peradaban, kecerdasan, dan keluasan wawasan penulisnya. Banyak orang berusaha dan bercita-cita menjadi penulis, mau menggeluti dunia tulis-menulis, terutama menjadi penulis artikel opini. Artikel opini memang termasuk hasil kreativitas masyarakat modern yang penuh pesona.
Artikel
Harus diakui, banyak tokoh di berbagai level, baik level lokal, regional, nasional maupun internasional menjadi terkenal bahkan sangat terkenal dan dihormati pada levelnya masingmasing, karena menulis artikel opini di surat kabar atau majalah. Ini suatu fenomena universal dalam masyarakat modern yang terjadi di belahan dunia manapun. Artikel opini berperan besar pada era sekarang ini. Artikel opini dapat menawarkan solusi guna memecahkan masalah krusial yang tengah dihadapi masyarakat. Artikel opini bisa menyatukan pendapat yang berbeda, bisa pula mengundang kontroversi atau perbedaan pendapat. Artikel opini bisa menyulut perang, bisa pula mendatangkan perdamaian antara sesama, bangsa, dan negara. Artikel opini bisa mengalahkan pedang, senjata, bom, dan alat perang lainnya. Ingatlah ungkapan: “Pena bisa lebih tajam daripada pedang!” Pena maksudnya tulisan atau artikel.
Ciri Khas Artikel Opini Kalau kita perhatikan secara saksama, artikel-artikel opini yang dimuat dalam berbagai surat kabar dan majalah, memiliki ciri-ciri yang khas, antara lain sebagai berikut. Pertama, lugas. Lugas artinya mengenai hal yang pokok-pokok saja atau yang perlu-perlu saja. Dalam artikel opini, kalimat yang digunakan adalah kalimat sederhana, tanpa basa-basi, yang pokok-pokok saja, yang maknanya mudah dimengerti oleh para pembaca umum tanpa menimbulkan pengertian yang lain. Kedua, tuntas. Tuntas artinya selesai menyeluruh, semuanya selesai. Dalam artikel opini, topik yang menjadi inti pembahasan
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Artikel
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
dikemukakan secara tuntas, selesai, dan menyeluruh, tidak ada lagi yang tersisa. Misalnya, artikel tentang bahaya narkoba dilihat dari aspek tertentu. Uraian tentang bahaya narkoba dari aspek itu harus selesai. Setelah membaca artikel itu orang tidak perlu bertanya-tanya lagi tentang hal itu. Ketiga, logis. Logis artinya sesuai dengan logika, dapat diterima akal sehat. Dalam artikel, seluruh pembahasan dari awal sampai akhir, dapat diterima akal sehat, logis, sesuai dengan logika atau penalaran. Logis menunjukkan, setiap artikel mengandung pengertian yang lengkap, disusun secara sistematis. Kelogisan uraian sebuah artikel antara lain ditentukan oleh tingkat kecerdasan sang penulisnya. Keempat, objektif. Objektif artinya mengenai keadaan yang sebenarnya, tidak dikarang-karang. Dalam artikel opini, informasi, data, dan fakta yang digunakan adalah yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Ciri artikel yang objektif haruslah berlandaskan pada informasi, data, dan fakta atau kenyataan sebenarnya. Kelima, cermat. Cermat artinya teliti dengan saksama. Dalam artikel opini, penulis artikel harus cermat, teliti dengan segala sesuatu yang disampaikannya. Menulis artikel membutuhkan kecermatan, harus sesuai dengan informasi, data, dan fakta yang sebenarnya. Tidak terjadi plagiasi (penyontekan) dan copy paste (ambil alih) artikel orang lain. Keenam, jelas dan padat. Dalam artikel opini, bahasa yang digunakan jelas dan padat. Orang yang membacanya dapat langsung memahami isi artikel itu tanpa harus berpikir lama atau bertanya kepada orang lain. Jelas dan padat ini sangat ditentukan oleh kecermatan penggunaan unsur bahasa. Unsur bahasa itu,
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
meliputi penggunaan ejaan, penggunaan kata, penyusunan kalimat, paragraf, ungkapan, dan kutipan.
Artikel Opini Umum Secara garis besar, artikel opini dibagi menjadi dua jenis, yakni artikel opini umum dan artikel opini khusus. Artikel opini umum ditulis oleh masyarakat umum, dari mana dan oleh siapa saja, yang dikirim ke redaksi media massa untuk dipublikasikan. Masyarakat umum menyebut artikel opini umum ini dengan “artikel opini” bahkan “opini” saja. Pada setiap artikel opini umum tercantum nama penulis, identitas singkat penulis, terkadang dengan pasfotonya. Kita ambil contoh, harian Kompas (terbitan Jakarta), pada saat ini artikel opini terdapat pada halaman 6 dan 7, berdampingan dengan Tajuk Rencana (editorial) dan Surat Kepada Redaksi (surat pembaca). Harian Pos Kupang (terbitan Kupang, NTT) artikel opini pada halaman 4 bersama dengan Salam (editorial) dan Hotline Public Service (surat pembaca). Harian Victory News (terbitan Kupang) artikel opini pada halaman 4 bersama dengan News Forum (surat pembaca). Sedangkan Flores Pos (terbitan Ende, Flores, NTT) artikel opini pada halaman 12 bersama dengan Bentara (editorial) berdekatan dengan Aspirasi (surat pembaca) halaman 13. Artikel opini umum biasanya tidak terlalu panjang, sekitar 3-4 halaman folio 1,5 spasi atau 4-6 halaman folio 2 spasi. Ada pula artikel opini yang panjang, namun dimuat secara berseri (bersambung) oleh redaksi media yang bersangkutan. Ada surat kabar dan majalah yang mencantumkan ketentuan panjang artikel opini
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
yang diterimanya, misalnya 600 kata, 750 kata, 1.000 kata, atau 1.500 kata. Misalnya, harian Pos Kupang mencantum ketentuan panjang artikel maksimal 600 kata, harian Flores Pos dan Victory News 1.000 kata.
Artikel Opini Khusus Artikel opini khusus ditulis oleh orangorang khusus, baik orang dalam media itu maupun orang luar. Artikel opini khusus terdiri atas beberapa jenis, antara lain editorial, esai, kolom, dan resensi. Pertama, artikel opini khusus editorial. Biasa disebut “editorial” saja. Editorial adalah artikel opini khusus dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian media atau pimpinan media tersebut mengenai beberapa pokok masalah (KBBI, 2001, halaman 284). Editorial merupakan artikel utama sebuah media yang berisi pandangan redaksi terhadap peristiwa atau isu penting menyangkut kepentingan masyarakat banyak. Dalam editorial biasanya diungkapkan adanya masalah aktual, penegasan akan pentingnya masalah itu, pandangan redaksi tentang pemecahan masalah, kritik, dan saran atas permasalahan, serta harapan redaksi akan peran serta para pembaca (Ariwibowo, 2009). Editorial yang ditulis pihak redaksi mewakili pandangan redaksi dan sikap resmi media bersangkutan. Artikel editorial Kompas bernama Tajuk Rencana terdapat pada halaman 6, Pos Kupang bernama Salam pada halaman 4, Victory News bernama Editorial pada halaman 1, sedangkan harian Flores Pos bernama Bentara pada halaman 12.
Artikel
Kedua, artikel opini khusus esai. Biasa disebut “esai” saja. Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya (KBBI, 2001, halaman 308). Artikel jenis esai ini biasanya mengulas hal-hal yang berkaitan dengan seni dan budaya, misalnya seni sastra, seni musik, seni tari, seni drama, dan lain-lain. Esai mengutarakan keinginan, perasaan, kesan, sikap terhadap suatu masalah yang menarik perhatian penulis esai (esais). Sebagian besar esai, kalau diperhatikan, penyajiannya bergaya sastra. Penempatan esai biasanya bersama dengan rubrik seni dan budaya dan dianggap rubriknya para seniman atau budayawan. Pada harian Kompas, artikel opini jenis esai dimuat pada halaman 20 edisi hari Minggu, satu halaman dengan cerita pendek yang merupakan salah satu genre karya sastra. Ketiga, artikel opini khusus kolom. Biasa disebut “kolom” saja. Kolom adalah bagian khusus dalam surat kabar atau majalah (KBBI, 2001, halaman 581). Sebagai rubrik khusus, kolom ditulis oleh orang khusus yang memiliki keahlian dalam bidangnya. Penulis kolom disebut kolumnis. Harian Kompas memiliki kolom Politik Ekonomi yang biasa diisi Budiarto Shambazy dan James Luhulima, dan kolom Olahraga biasa diisi oleh Anton Sanjoyo. Artikel opini jenis kolom hampir sama dengan esai atau artikel opini umum, hanya artikel kolom lebih pendek, meskipun akhir-akhir ini ada juga kolom yang panjang. Penulisan kolom tidak menggunakan struktur tertentu, bisa langsung ke inti permasalahan. Judul kolom juga biasanya singkat, tetapi menarik. Keempat, artikel opini khusus resensi. Biasa disebut “resensi” saja. Hampir semua surat kabar edisi hari Minggu menyediakan
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Artikel
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
rubrik resensi. Pada awalnya resensi ini khusus membahas atau mengulas sebuah buku, disebut resensi buku. Dalam perkembangannya, artikel resensi tidak hanya untuk mengulas buku, juga untuk mengulas musik, lagu, film, sinetron, dan drama, sehingga disebut resensi musik, resensi lagu, resensi film, resensi sinetron, dan resensi drama. Pada akhir-akhir ini resensi sudah menjadi artikel opini yang relatif tetap di media massa. Harian Kompas edisi hari Minggu memuat resensi buku pada halaman 22 bersama dengan puisi. Victory News edisi hari Minggu memuat resensi buku pada halaman 7. Selain menjelaskan isi buku, resensi juga memberikan ulasan mengenai kelebihan dan kekurangan sebuah buku.
Teknik Menulis Artikel Opini Menurut Mudrajad Kuncoro dalam bukunya Mahir Menulis (2009, halaman 67), untuk kalangan penulis pemula, sebaiknya menggunakan dua teknik menulis artikel opini ini, yakni teknik free-writing (menulis bebas) dan teknik re-writing (menulis ulang). Kedua teknik menulis ini gampang diikuti dan dikembangkan oleh siapa saja, baik oleh para penulis pemula maupun penulis kaliber. Pertama, teknik free-writing (menulis bebas). Dengan teknik free-writing seorang penulis artikel secara bebas memilih topik atau pokok masalah yang menarik perhatiannya, tanpa mempedulikan bagus atau tidaknya artikel yang sedang digarapnya. Pokoknya mulai saja menulis, terus menulis, menulis sampai tidak ada lagi yang mau ditulis.
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Menurut Kuncoro, seseorang dalam kondisi tertentu, misalnya sedang emosi (marah) atau gembira, atau dalam keadaan tertekan, secara psikologis, pikiran dan perasaannya terbuka. Pada momen tersebut adalah peluang untuk menulis opini dengan teknik free-writing. Tentu saja hasilnya belum dapat dikatakan memuaskan karena tidak ditulis dengan teratur dan sistematis. Setelah artikel itu selesai ditulis, siapkan waktu khusus untuk mengedit atau menyuntingnya. Tahap penyuntingan ini mutlak diperlukan dalam teknik free-writing ini. Kedua, teknik re-writing (menulis ulang). Menurut Mudrajad Kuncoro (2009, halaman 68) teknik re-writing adalah teknik menulis yang paling mudah. Proses yang dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan referensi (bahan pustaka), seperti surat kabar, majalah, kliping, dokumen, buku-buku, dan bahan pustaka yang lain. Materi juga bisa berasal dari hasil diskusi, seminar, ceramah, pertemuan, wawancara, pengalaman pribadi, dan lain-lain. Bahan-bahan yang sudah tersedia itu menjadi sumber gagasan atau pendapat kita yang akan kita tuangkan dalam artikel opini kita. Kita tinggal menuangkannya dalam tulisan kita.
Proses Menulis Artikel Opini Agar penulisan artikel opini menjadi mudah, seorang penulis perlu memahami proses kreatif yang dilewatinya. Adapun proses kreatif menulis opini sebagai berikut. Pertama, proses menggali ide. Proses menggali ide atau gagasan adalah proses awal yang sangat mendasar dalam kegiatan penulisan artikel atau penulisan jenis yang lain. Ada banyak hal yang bisa menjadi sumber ide untuk menulis artikel opini. Sumber ide yang tak habis-habisnya
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
Artikel
adalah dengan jalan membaca. Sumber ilmu yang paling banyak dan tak akan habis-habisnya ada dalam bahan bacaan, apakah buku, majalah, surat kabar, atau internet, tinggal mau membaca atau tidak.
(1) judul dan paragraf pertama 10%, (2) isi atau tubuh artikel 80%, dan (3) kesimpulan atau penutup 10%. Namun, pertimbangan penulis sendiri tetap diutamakan agar artikel itu menarik dan menawan hati para pembaca.
Selain membaca banyak, beragam peristiwa atau kejadian juga bisa menjadi pemicu munculnya ide atau gagasan untuk menulis. Dalam keseharian kita, baik yang dialami sendiri mapun diketahui dari media massa dan cerita orang lain, bisa menjadi sumber ide yang aktual yang menarik untuk dituliskan. Sumber ide yang lain adalah menonton televisi, film, berdiskusi, seminar, mendengar radio, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, merenung atau membuat peta pemikiran.
Ketiga, proses memberi judul. Judul adalah merek dagang (trade mark) pertama sebuah artikel, yang dilihat pertama oleh pembaca. Judul akan sangat menentukan bagi seorang pembaca untuk terus membaca atau behenti membaca. Oleh karena itu, judul mesti dibuat semenarik mungkin dengan tanpa mengabaikan isi.
Ketika ide atau inspirasi muncul di kepala, ide tersebut mesti segera diamankan atau dirumuskan agar tidak mudah hilang. Semua inspirasi itu perlu segera direkam (ditulis) agar menjadi jelas dan tidak mudah hilang. Ide atau masalah tersebut selanjutnya dianalisis dan jika memungkinkan dilakukan riset informasi, data, dan fakta. Informasi, data, dan fakta yang dapat dijadikan pendukung ide atau gagasan tersebut perlu diamankan juga agar terjamin akurasi isi artikel secara keseluruhan. Kedua, proses brainstorming. Brainstorming adalah proses memetakan ide-ide secara garis besar dan sistematis agar menjadi teratur dan berwujud. Dalam proses ini, seorang penulis membuat daftar hal-hal yang terkait dengan ide atau topik yang akan ditulis. Setelah tertuang dalam tulisan, ide yang tercecer itu mesti diurutkan dalam sebuah kerangka tulisan (komposisi) agar menjadi sistematis dan utuh. Wardhana (2007) menawarkan sebuah rumus brainstorming dalam membuat komposisi artikel opini yang bisa dipertimbangkan, yakni
Judul sebaiknya dibuat sependek mungkin, namun harus tetap jelas maknanya. Judul yang ideal menurut para ahli sekitar 3-5 kata. Cara yang paling mungkin adalah dengan menemukan beberapa kata kunci dari isi artikel opini, lantas merangkainya dalam sebuah frasa atau klausa. Sebagian besar judul dengan bentuk klausa dimulai dengan kata kerja untuk membuat kesan lugas. Keempat, proses menulis paragraf pertama. Paragraf pertama adalah merek dagang kedua sebuah artikel, setelah judul. Jika disampaikan dengan menarik, pambaca akan putuskan untuk terus membacanya. Jika penulis gagal mencitrakan artikelnya pada paragraf pertama, kemungkinan besar pembaca akan membuka tulisan lainnya. Paragraf pertama yang biasanya disebut lead berfungsi untuk menyapa pembaca. Lead mesti mencerminkan fokus dari tulisan yang akan dibahas. Lead juga mesti dipoles sedemikan rupa sehingga tampak jelas dan menggugah minat para pembaca. Meski diletakkan pada bagian awal, lead tidak harus disusun terlebih dahulu, bisa dibuat setelah seluruh artikel selesai disusun. Jangan ragu-ragu untuk sering menyempurnakan
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Artikel
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
paragraf pertama, agar terjamin citranya yang menarik. Kelima, proses menulis tubuh artikel. Mudrajad Kuncoro (2009) menyarankan agar tubuh artikel itu dibuat “ramping dan penuh asesoris!” Maksudnya agar sebuah tulisan bisa dinikmati pembaca dengan tanpa mengerutkan dahi karena ada kejanggalan di dalamnya. Masalah yang sering muncul dalam tulisan adalah rangkaian kalimat dalam artikel tidak elegan, misalnya hubungan antara kalimat satu dengan kalimat lainnya tidak koheren dan runtun. Juga hubungan ide dalam paragraf yang satu dengan yang lain tidak mengalir berkesinambungan. Menulis tubuh artikel yang baik dimulai dengan memilih kalimat yang tepat. Kalimat yang dipilih sebaiknya tidak terlalu panjang. Hindari penggunaan kalimat majemuk. Oleh karena itu, penulis mesti menjelaskan hal yang diamaksud dengan ringkas, padat, dan senyaman mungkin. Keenam, proses menyusun paragraf. Kalimat-kalimat disusun terangkai dalam paragraf. Agar paragraf mudah dipahami, penulisannya mesti teratur dan sistematis. Kalimat pertama mengemukakan apa yang akan disampaikan. Kalimat berikutnya menjelaskan satu sisi spesifik dari kalimat pertama. Jika tampak tulisan belum jelas, kalimat sebelumnya mesti dijelaskan kembali pada paragraf berikutnya. Dalam teori paragraf, kalimat pertama adalah kalimat topik (topic sententece), sedangkan kalimat berikutnya adalah kalimat pendukung (supporting sentence). Kalimat-kalimat tersebut mesti disusun sesuai dan selaras mungkin. Semua kalimat yang ada dalam paragraf itu harus mendukung satu gagasan pokok yang merupakan inti paragraf tersebut. Penempatan kalimat topik bisa pada awal (deduktif) bisa pula pada akhir (induktif) paragraf bergantung pada penulis. Kepaduan atau
10
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
koherensi antara kalimat bisa ditandai dengan adanya kata ganti, kata sambung atau konjungsi, atau pengulangan kata tertentu dari kalimat sebelumnya. Kalimat di dalam paragraf sebaiknya juga jangan terlalu banyak agar paragraf tidak terlalu panjang. Paragraf yang ideal cukup terdiri atas 3 atau 4 kalimat saja. Pergantian dari satu paragraf juga mesti dibuat sewajar dan semengalir mungkin. Pembahasan sebuah bagian sebaiknya tuntas dalam satu paragraf dilanjutkan pada paragraf selanjutnya. Pergantian antara paragraf yang satu juga ditandai dengan adanya kata sambung dan pengulangan kata kunci dari paragraf sebelumnya. Pergantian antara paragraf bisa dengan menggunakan pengulangan kata kunci (kata-kata transisi) dari paragraf sebelumnya agar terasa lebih soft dan tidak kaku. Dalam penyusunan paragraf juga dikenal istilah deduksi, induksi, sebab-akibat, akibat-sebab, bahkan pro-kontra. Istilah penuh aksesoris yang dimaksudkan Kuncoro di atas maksudnya agar artikel itu penuh berwarnawarni yang menarik dan menawan. Warna-wani itu bisa muncul dari kosakata yang beragam. Akan lebih baik jika dalam satu artikel, penulis menggunakan istilah yang mirip untuk menyebut hal atau arti yang sama. Warna-warni pada artikel juga bisa muncul dari data valid yang digunakan untuk memperkuat bangunan opini kita. Ketujuh, proses menulis bagian akhir. Sebuah artikel opini perlu memberikan solusi atas masalah yang tengah dibahas. Bagian ini menjadi penting karena mencerminkan dedikasi dan antusiasme penulis dalam menawakan solusi penyelesaian masalah. Bagian penutup juga merupakan kesempatan penulis pamit dengan pembacanya. Berilah kesan khusus pada benak pembaca atas isi artikel opini yang baru selesai
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
dibacanya. Kesan khusus itu akan terus diingat pembaca setelah membaca artikel opini kita.
Gaya Penulisan Artikel Opini Setiap tulisan, termasuk artikel opini, memiliki gaya penulisan. Yang dimaksud dengan gaya penulisan adalah kecenderungan metode atau teknik penyajian artikel oleh penulis dalam mengemukakan gagasan yang disampaikannya kepada pembaca. Secara umum, dikenal empat jenis gaya penulisan karangan, termasuk penulisan artikel opini, yakni gaya penulisan eksposisi, deskripsi, argumentasi, dan narasi. Masing-masing gaya penulisan mempunyai ciri-ciri tersendiri. Keempat jenis gaya penulisan ini seringkali disebut masyarakat awam sebagai jenis-jenis tulisan, sebuah sebutan yang salah. Mudrajad Kuncoro dalam buku Mahir Menulis (2009, halaman 71-81) memberi catatan bahwa gaya penulisan artikel opini tidaklah boleh membuat penulis artikel merasa terikat dalam proses penulisan yang membuatnya kaku. Disarankan agar menulis saja secara bebas sesuai dengan kecendrungan gaya penulisan, setelah itu baru disempurnakan lewat proses pengeditan atau penyuntingan. Setiap artikel opini ada gaya penulisan yang dominan yang mewarnai keseluruhan artikel tersebut. Gaya penulisan yang menonjol itu biasanya ditunjang pula oleh jenis gaya penulisan lain. Pertama, gaya penulisan eksposisi. Eksposisi adalah uraian atau paparan yang bertujuan menjelaskan maksud dan tujuan (KBBI, 2001, halaman 290). Gaya penulisan eksposisi adalah gaya penulisan yang bertujuan menguraikan, menjelaskan, mendidik,
Artikel
mengklarifikasi, atau mengevaluasi sebuah topik atau persoalan yang dibahas. Dengan gaya ini penulis berusaha memberi penguraian, pemaparan, penjelasan, keterangan informasi dan petunjuk atas suatu topik kepada para pembaca. Eksposisi mengandalkan strategi pengembangan paragraf dengan memberi contoh, proses, sebab-akibat, kalasifikasi, definisi, analisis, komparasi, dan kontras. Artikel opini eksposisi biasanya muncul untuk menjelaskan sebuah topik atau permasalahan agar lebih bisa diselami oleh publik dan kemudian memunculkan solusi atas persoalan tersebut. Tulisan eksposisi terkadang dilengkapi dengan grafik, gambar, atau statistik untuk memperjelas uraian. Kedua, gaya penulisan deskripsi. Deskripsi adalah penggambaran dengan katakata secara jelas dan terperinci (KBBI, 2001, halaman 258). Gaya penulisan deskripsi adalah gaya penulisan yang bertujuan untuk memberi penggambaran atau pelukisan dengan kata-kata (secara verbal) terhadap suatu objek atau topik, baik menyangkut manusia, benda, penampilan, pemandangan, peristiwa atau kejadian. Gaya penulisan deskripsi berusaha menggambarkan suatu objek sehingga pembaca dibuat seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami sendiri objek yang dideskripsikan itu. Artikel opini jenis deskripsi sangat mengandalkan pencitraan yang konkret dan mendetail sehingga cenderung impresif dan hidup yang dapat memberi kesan atau menggugah hati para pembacanya. Menulis dengan gaya deskripsi mirip menggambar, tetapi menggunakan kata-kata. Ketiga, gaya penulisan narasi. Narasi adalah pengisahan suatu cerita atau kejadian (KBBI, 2001, halaman 774). Gaya penulisan narasi
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
11
Artikel
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
adalah gaya penulisan artikel yang bertujuan untuk mengisahkan atau merangkai kejadian atau peristiwa secara kronologis, baik yang berupa fakta (kenyataan) maupun yang berupa fiksi (rekaan). Kata narasi sendiri berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang dikemukakan secara kronologis, bermula pada awal peristiwa terus berkembang menuju puncak (klimaks), kemudian menurun, akhirnya berakhir. Dalam artikel opini, gaya penulisan narasi sering digunakan untuk menjelaskan sebuah permasalahan atau kejadian yang tengah terjadi, dari awal sampai akhir. Keempat, gaya penulisan argumentasi. Argumentasi adalah alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan (KBBI, 2001, halaman 64). Gaya penulisan argumentasi adalah gaya penulisan artikel yang bertujuan untuk menunjukkan bukti kebenaran atau ketidakbenaran sebuah hal atau pernyataan. Dalam tulisan jenis ini penulis menggunakan berbagai strategi dan retorika sebagai alat untuk meyakinkan pembaca tentang suatu kebenaran atau ketidakbenaran tersebut. Tulisan argumentasi mengandalkan berbagai jenis pertimbangan untuk menguatkan argumentasi tersebut. Informasi, data, dan fakta menjadi variabel penting untuk menguatkan argumentasi yang dibangun. Biasanya tulisan jenis ini dilakukan oleh orang-orang yang menguasai persoalan atau ahli dalam bidangnya. Tulisan bergaya argumentasi secara tradisional terbagi atas dua karegori, yakni bersifat deduktif (umum ke khusus) dan induktif (khusus ke umum). Keempat jenis gaya penulisan di atas, bukan saja berlaku dalam penulisan artikel opini, juga berlaku dalam penulisan berbagai jenis karangan atau karya tulis yang lain. Masing-
12
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
masing gaya penulisan tersebut juga bukan norma kaku yang mesti dipilih satu dan wajib ditaati. Pengetahuan ihwal tentang gaya penulisan diperlukan sekadar sebagai pemandu agar penulis memiliki kepekaan gaya dalam proses penulisan artikel sehingga gagasan yang disampaikan berhasil dimengerti oleh para pembaca. Pemahaman atas pokok permasalahan yang akan diangkat dalam artikel lebih penting untuk kemudian dibeberkan dengan menggunakan gaya penulisan yang sesuai. Jika diibaratkan artikel opini adalah barang dagangan, sebagai penjual barang dagangan si penulis harus menghidangkan jualannya dengan cara yang semenarik mungkin agar para calon pembeli tertarik untuk membeli barang dagangannya. Cara yang menarik itulah yang disebut gaya penulisan.
Mengedit Artikel Opini Disarankan kepada siapa saja yang menulis artikel opini untuk tidak perlu takut salah dalam menulis. Saat menulis seorang penulis yang piawai tidak boleh terjerembab dalam penyesalan dari setiap kesalahan pada setiap proses penulisan. Teruslah menulis sampai akhir dengan mengalir tanpa harus merisaukan kesalahan apapun. Kesalahan yang terjadi dalam menulis nanti ada waktu tersendiri untuk memperbaikinya, yakni pada saat melakukan proses pengeditan atau penyuntingan. Ada dua jenis pengeditan, yakni pengeditan secara redaksional dan pengeditan secara substansial. Pengeditan secara redaksional bertujuan untuk memastikan bahwa artikel opini yang telah disusun tidak memiliki kesalahan penggunaan bahasa, seperti kesalahan pengetikan, kesalahan penggunaan tanda baca,
Menulis Artikel Opini, Yohanes Sehandi
penulisan huruf, penulisan huruf miring dan hurif tebal, penggunaan kata, penulisan singkatan dan akronim, dan lain-lain. Ingat, artikel opini akan dipublikasikan kepada masyarakat luas sehingga kesalahan sekecil apapun harus dihindari. Pengeditan secara substansial bertujuan untuk memastikan bahwa artikel opini itu terhindari dari kesalahan isi atau substansi yang dibahas. Pengeditan ini sangat penting agar kekuatan atau bobot artikel yang disusun bisa terjaga dan terjamin benar isinya. Hal yang mesti diperiksa adalah koherensi atau kepaduan dari keseluruhan isi artikel dari awal sampai akhir. Setiap kata dalam kalimat, setiap kalimat dalam paragraf, dan setiap paragraf dalam artikel harus memiliki kepaduan atau koherensi mendukung inti gagasan pokok yang diangkat dalam artikel. Jika semua unsur itu dirasa belum padu, editlah sekali lagi. Proses mengedit adalah proses yang terus-menerus dilakukan seorang penulis sampai merasa bahwa semua unsur dalam artikel itu tidak ada lagi yang cacat, siap untuk dikirim ke surat kabar atau majalah. Ada banyak artikel opini yang ditolak oleh redaktur media massa karena tidak cermat dalam proses pengeditan. Sangatlah disayangkan, jika ide bernas dan brilian yang terdapat dalam artikel opini kita yang perlu diketahui banyak orang, menjadi gagal dimuat media massa hanya karena kesalahan penyuntingan atau karena proses penyuntingan artikel yang tidak matang. *
Artikel Tentang Penulis Yohanes Sehandi. Lahir pada 12 Juli 1960 di Dalong, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT. Pendidikan formal diselesaikan di SDK Dalong (1973), SMPK Rekas (1976), SPP/SPMA
Boawae (1980) ketiganya di Flores, Sarjana (S1) bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Negeri Semarang (kini Universitas Negeri Semarang, 1985), dan Magister (S2) bidang Sosiologi di UMM Malang (2003). Sejak Oktober 2010 sampai sekarang menjadi dosen tetap di Universitas Flores (Uniflor), Ende. Mengasuh mata kuliah Teori Sastra, Menulis Artikel, Retorika, Keterampilan Menulis, Bahasa Indonesia, dan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD). Sejak Februari 2012 diangkat menjadi Kepala Lembaga Publikasi Uniflor, dan sejak Maret 2012 diangkat menjadi Ketua Dewan Penyunting Majalah Ilmiah Indikator terbitan Uniflor. Telah menerbitkan beberapa judul buku, yakni (1) Mengenal 25 Teori Sastra (Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2014); (2) Antologi Opini Suara Uniflor 2012-2013 (sebagai Editor, Penerbit Ombak, Yogyakarta, 2014); (3) Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2012); (4) Bahasa Indonesia dalam Penulisan di Perguruan Tinggi (Penerbit Widya Sari, Salatiga, 2013, cetakan ke-2, 2014); (5) Pengantar Ilmu Sosial & Budaya Dasar bersama kawan-kawan (Penerbit Widya Sari, Salatiga, 2013, cetakan ke-2, 2014); dan (6) Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (Penerbit Gita Kasih, Kupang, 2010). Tulisan-tulisannya dapat dibaca dalam Blog: www.yohanessehandi.blogspot.com, HP 081339004021.
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
13
Kritik Sastra
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA, KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI: (Sebuah Tinjauan Ilmiah Model Analisis Ritual untuk Menginterpretasi Gejala-Gejala Kultural Tokoh-Tokoh Perempuan dalam Karya Sastra) Oleh: Mezra E. Pellondou, S.Pd., M.Hum.
PENDAHULUAN Seorang kritikus bernama H.L. Mecken mengutip Kipling dengan mengatakan “Seorang perempuan adalah hanya perempuan tetapi sebuah cerutu yang baik adalah sebuah asap” Kalimat ini lucu sebab mengaburkan batas antara kualitas analitik dan sintetik. Anak kalimat Seorang perempuan adalah hanya perempuan, kelihatannya analitik tetapi tidak sama sekali, karena kita dapat menyangkal tanpa kontradiksi (seorang perempuan bukan saja seorang perempuan merupakan penilaian sintetik karena perempuan itu tidak lebih dari pada seorang perempuan). Anak kalimat sebuah cerutu adalah asap secara analitis termasuk dalam konsep cerutu baik adalah analitik karena sebagai asap (kenikmatan) adalah termasuk dalam konsep ‘cerutu bagus’. Menurut ajaran filsafat yang mengikuti formulasi Hume, semua penilaian (apriori analitik maupun apriori sintetik) tidak membuka kesempatan untuk kemungkinan lain. Buat Hume, Cuma ada dua kemungkinan. Tetapi Kant percaya bahwa ada kemungkinan ketiga. Menurut Kant, Sintetik apriori akan mengkombinasikan kemampuan informasi dari
14
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
sintetik dengan ketentuan mutlak apriori. Apriori adalah pra kondisi dari semua pengalaman atau pola pemikiran. Rupanya inilah yang hendak diangkat Cristo Ngasi lewat kumpulan cerita Ndaina. Seperti yang sering saya katakan (terakhir ketika saya membedah novel Roby Fahik Likurai untuk Mempelai (2013)), bahwa dunia ini adalah panggung kehidupan dengan tiga tokoh yang bermain di atasnya. Tokoh pertama kesadaran (kerinduan) manusia untuk menyatu dengan tokoh kedua (dunia) tetapi tidak mungkin memperoleh kesatuan itu karena pertemuan kesadaran dengan dunia (masyarakat, pemerintah, isteri, anak, teman, pacar, alam semesta,) selalu timbul kontradiksi (konversi, paradox, antinomi, konflik, sengketa, dsb) yang akhirnya melahirkan ketidakmungkinan untuk menyatu secara mutlak, dan manusia hanyalah bertemu dengan kontroversi yang disebut sebagai kendala absurd sebagai tokoh ketiga. Bahkan absurditas pun hadir ketika kita berhadapan dengan dunia, bahkan dunia yang bernama diri sendiri. Jalan keluar mana yang dipilih manusia? (1) Membunuh satu atau dua di antara tga tokoh itu untuk mencapai apa yang namanya monistik? (2) Membiarkan absurditas eksis di antara dua tokoh lainnya (kesadaran dan
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
dunia) agar manusia dapat keluar dari alienasi atau tidak jatuh dan terpuruk pada alienasi?. (3) menerima ketiga tokoh itu dalam kehidupan manusia sebagai kenyataan eksistensial? Hidup yang bermoral adalah menerima ketiga tokoh itu dalam kehidupan manusia sebagai kenyataan eksistensial sehingga manusia lebih bijaksana, berhikmah, tidak panik apalagi menghancurkan atau berlaku sadisme. Karena jika ketiga tokoh itu disatukan pun (monistik; kecenderungan ke arah itu sering terjadi dalam perkembagan dunia), atau salah satu dari ketiga tokoh tersebut dibunuh demi monistik maka manusia akan berhadapan dengan yang namanya nihilisme. Untuk menerima ketiga tokoh itu dengan eksistensi masing-masing dibutuhkan logika rasional dan logika hati nurani (irasional). Tulisan ini berusaha menginterpretasi gejala-gejala kultural tokoh-tokoh perempuan dalam kumpulan cerita Ndaina karya Cristo Ngasi untuk melihat bagaimana perempuan menghadapi kendala absurd ketika berhadapan dengan dunia, bahkan dunia yang bernama diri sendiri. Analisis eksistensi perempuan ini juga menggambungkan dengan model analisis proses ritual yang dikembangkan oleh Victor Turner (1969) dalam budiman, 1994:28-40), sebuah elaborasi lanjutan dari model analisis Arnold van Gennep yang pernah diperkenalkan dengan judul The rites de Passage (1909 dalam Danadana: 137, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 21 Nomor 1 Edisi Januari-Maret 2003/ISSN 0126-1444) Ada pun pola dasar analisis proses ritual dibedakan tiga tahap berurutan: (1) tahap pemisahan (separtian) tau praliminal; (2) tahap marginal atau liminal; (3) tahap penyatuan (aggregation atau integration) atau pascaliniminal (Turner, 1969:94)
Kritik Sastra
Lewat tigabelas cerita Cristo Ngasi dalam Ndaina, ia mengajak pembaca untuk memanggil masa lalu, seperti yang diungkapkannya dengan begitu polos pada catatan pembuka kumpulan ceritanya. Tetapi benarkah cuma itu? Atau memang pengarang cuma sekadar memberi jawab dan menghentikan kegelisahan-kegelisahan akan realitas, suka dan duka masa lalu saat bercerita? Cerita dimulai dari Tanah Kutukan dan diakhiri dengan Surga di kolong Jembatan. Pilihan diksi kontradiksi, kutukan (neraka) dengan Surga cukup menarik untuk mengatakan pengaruh sosiologi, dan kultural bahkan mungkin ajaran agama membentuk persepsi pengarang atas pilihan diksi tersebut. Bahkan lewat tokohtokoh ceritanya, khususnya tokoh perempuan (saya memang memfokuskan pembahasan pada tokoh perempuan), Cristo masih berkutat membangun persepsi tentang perempuan berdasarkan “ideologi Adam-Eva” bahwa perempuan itu “by origin” bukan hanya lemah fisik, tetapi lemah imannya. Cerita Cristo, melalui bebagai cara mengingatkan perempuan untuk menjaga tingkah lakunya dan tidak mendorong lelaki untuk bertindak melanggar hukum, dan etika kesantunan lainnya. Bahkan tokoh-tokoh perempuan ciptaan Cristo, nyaris tidak ada yang cerdas apalagi tangguh dan kuat imannya. Hampir semuanya mudah dipengaruhi, rapuh dan mudah sekali terjatuh bahkan beberapa di antaranya hidup dalam dunia “kenikmatan” ragawi hingga cenderung licik dan memperdayai lelaki. Hampir semua ajaran agama-agama besar dunia, ideologi Adam-Eva berpengaruh pada cara keluarga mendidik anak perempuan dan cara masyarakat menilai dan menghargai perempuan. Perempuan yang dipersonifikasi dalam diri Eva diciptakan oleh Tuhan dari tulang rusuk Adam, yang kadang keliru dipersonifikasi yang akhirnya menjadi aksioma hidup yang tanpa kita sadari besar pengaruhnya terhadap persepsi
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
15
Kritik Sastra
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
masyarakat hingga saat ini. Persepsi masyarakat semakin kuat jika hal itu juga dilakukan oleh pengarang. Persepsi masyarakat dikendalikan oleh fakta cerita bahwa lelaki diciptakan langsung oleh Tuhan dari “bahan baku” yang lengkap dan sempurna, sedangkan perempuan diciptakan dari “bahan yang telah ada dari lelaki” berupa tulang rusuk. Persepsi itu semakin kokoh ketika kita gariskan pada deskripsi agama-agama tentang dosa asal manusia. Dosa asal berasal dari Eva yang tidak kuat imannya terhadap bujukan setan untuk memakan “buah Pengetahuan Baik dan Jahat” di taman Firdaus, bahkan dalam kejatuhannya, Eva pun membujuk Adam hingga Adam ikut jatuh. Berkembanglah pandangan bahwa selain rapuh, perempuan semata-mata hanya mahluk pencari kenikmatan dan kenikmatan itu sendiri. Kehidupan terus berjalan bahkan ketika memasuki abad 19, pun masyarakat dunia masih menekankan kedudukan perempuan sebagai ibu rumah tangga. Dalam rumusan pendidikan bagi kaum perempuan pun yang dipentingkan adalah menyenangkan suami, mengembangkan keteraturan rumah tangga, membuka jalan bagi pendidikan anak, mengurangi kelahiran, meningkatkan kesehatan serta merintangi poligami. Secara tegas, seorang inspektur pendidikan untuk golongan Indonesia masa kolonial C. Lekerker mengatakan tujuan pendidikan untuk membuka jalan bagi kaum perempuan masuk dalam sektor publik merupakan suatu hal yang paling kurang penting dibanding yang lain (Kompas 21 Maret 1989, dalam Soetrisno). Beberapa pandangan tentang perempuan seperti itu telah memarginalkan perempuan. Perempuan diposisikan tidak lebih sebagai sosok yang berperan pada dunia domestik untuk menyenangkan suami, mengurus
16
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
anak, dan sumber “kenikmatan” seperti layaknya asap cerutu.
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA, KUMPULAN CERITA CRISTO NGASI Tiga belas cerita dalam Kumpulan Cerita Cristo Ngasi adalah Tanah Kutukan, Lakilaki Pemegang Brevir, Bangku Taman, Lonceng, Ndaina, Ningga Perempuan Kuas, Perempuanku Diambil, Wajah di Balik Lentera, Wajah-Wajah Palsu, Laki-Laki yang Kalah di Tempat Tidur, Mozalaki dan Roh Ketujuh Perempuan, Syair Pesisir untuk Bidadari Pesisir, Surga di Kolong Liliba. Saya mulai membaca Kumpulan Cerita ini dari cerita yang paling akhir, karena memang saya tidak terbiasa membaca cerita yang dipilih sebagai judul buku. Alasan saya sederhana saja, tidak satu pun cerita dalam sebuah kumpulan cerita menduduki posisi penting untuk diistimewakan. Bagi saya semua cerita istimewa untuk dibaca. Surga di Kolong Jembatan, menghadirkan sosok perempuan yang rapuh, membiarkan diri jatuh, dan rela bersekutu dengan kejahatan. Anisa berpacaran dengan Mulyadi selama tiga bulan, tetapi Anisa menolak dilamar oleh Mulyadi karena memiliki pria lain (Laksono) teman selingkuhnya. Suatu malam Mulyadi memergoki Anisa bersama Laksono di rumah kontrakan Anisa. Mereka bertengkar. Tidak sanggup menahan beban yang dialaminya, Mulyadi rela mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan dirinya dari jembatan Liliba dan kondisi mayatnya teramat mengenaskan. Cerita ini membuktikan bahwa kendala absurd hadir ketika Anisa berhadapan dengan dunia (Mulyadi sebagai pacarnya) , bahkan dunia
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
yang bernama diri sendiri (Anisa menghadapi dirinya yang berkhianat atau tidak setia). Jalan keluar mana yang dipilih Anisa? (1) Perempuan (Anisa) memang tidak bermaksud membunuh satu di antara dua kekasihnya itu di mana Mulyadi sebagai sebuah kesadaran bagi Anisa dan Laksono sebagai sebuah kendala absurd. Anisa telah membiarkan kendala absurd eksis di antara kesadarannya (memacari dua lelaki sekaligus). Justru sebaliknya, dalam kondisi seperti itu tokoh Mulyadi tidak sanggup menerima Anisa dan Laksono sebagai kenyataan eksistensial. Mulyadi menghilangkan eksistensinya. Mulyadi telah pergi (Anisa telah kehilangan dunia kesadaran), perempuan Anisa harus berurusan dengan kompleksitas kendala absurd ciptaannya yaitu kerinduan (dunia kesadaran) Anisa untuk menyatu dengan Mulyadi (dunia itu sendiri) tidak mungkin memperoleh kesatuan itu karena hubungan keduanya telah menimbulkan kontradiksi paradoks, konflik, sengketa, dsb karena kehadiran Laksono yang sengaja dibiarkan atau sengaja diciptakan oleh Anisa (dunia kendala absurd). Baik Anisa maupun Laksono sama- sama mengetahui eksistensi Mulyadi sebagai kekasih Anisa, sayangnya Mulyadi baru belakangan mengetahuinya, akhirnya melahirkan ketidak-mungkinan untuk menyatu secara mutlak antara Anisa dan Mulyadi (kompleksitas dunia kendala absurd) sehingga ketika para tokoh cerita Surga di Kolong Liliba tersebut (dua lelaki dan satu perempuan) menghadapi kontroversi yang disebut sebagai kendala absurd hasil ciptaan perempuan Anissa tersebut dengan segala kompleksitasnya, salah seorang tokoh lelaki (Mulyadi) menghilangkan eksistensi dirinya. Mengapa Laksono tidak menghilangkan eksistensinya seperti halnya Mulyadi? Karena hubungan Anisa Mulyadi adalah hubungan sama-sama cinta sedangkan hubungan Anisa-Laksono adalah hubungan sama-sama suka.
Kritik Sastra
Perbedaan hubungan itulah yang membuat tokoh perempuan berada dalam posisi nihilisme. Jika semula Mulyadi mungkin oleh Laksono sebagai penyebab perintang hubungannya dengan Anissa, sekarang sebaliknya kematian Mulyadi yang sulit dilupakan Anissa justru tetap menjadi kendala absurd bagi Laksono karena berulangkali Anissa menolak untuk dinikahi untuk alasan tersebut. Cerita ini mempertegas posisi perempuan sebagai sumber asal dosa dan kejatuhan manusia. Walau begitu cerita tidak berakhir saat Mulyadi meninggal, karena hubungan keduanya didasarkan oleh sama-sama cinta, berakibat Anisa terus saja berada dalam posisi perasaan telah berkhianat pada Mulyadi. Perasaan itu pun diungkapkan terang-terangan kepada Laksono. Namun karena hubungan Anissa-Laksono berdasarkan sama sama suka, maka Laksono tidak melakukan tindakan apa pun terhadap keberadaan Anissa maupun dirinya. Justru sebaliknya bukti rasa bersalah Anissa pada Mulyadi semakin besar ketika Jessy seorang korban bunuh diri dari jembatan Liliba selamat karena ditolong “roh” Mulyadi, dan cerita itu didengar langsung oleh Anissa dari mulut Jessy berakibat Anissa pun semakin terpuruk dalam rasa bersalahnya. Akibatnya Anissa ikut menghilangkan eksistensi dirinya dan cara itu diyakini sebagai bentuk penyatuan dirinya dengan Mulyadi. Cerita ini mempertegas posisi perempuan sebagai sosok yang cenderung bertindak irasional ketika kesadaran menghampirinya. Dengan demikian, kondisi tersebut mengkondisikan perempuan selalu dalam dunia ketidaksadaran dalam bertindak. Kesadaran justru melahirkan ketidaksadaran tindakan. Cerita kedua yang saya baca adalah Tanah Kutukan (cerita pertama dalam buku ini,
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
17
Kritik Sastra
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
cerita ini dimulai dari halaman 11 buku). Cerita ini mengisahkan tentang rasa penasaran tokoh aku tentang Tanah Kutukan yang selalu hadir dalam mimpinya. Rasa penasaran itu terobati oleh cerita kakeknya tentang tanah kutukan itu tidak lain adalah nama yang diberikan para misionaris pada tanah Sumba ketika kapal mereka dibakar dan mereka diusir oleh beberapa suku di tanah tersebut. Cerita ini kurang begitu menarik karena cara pengisahannya yang yang cenderung mendikte dengan mamaparkan kisah sejarah seperti seorang guru sejarah sedang mengajar di kelas. Namun karena fokus tulisan ini pada tokoh perempuan, saya tidak menemukan perspektif perempuan dalam cerita ini, namun menarik adalah perspektif lelaki generasi tua (diwakili oleh kakek) dan perpsektif generasi muda (diwakili tokoh aku) tentang perempuan. Bagi generasi tua, dalam cerita ini, usia bukanlah kendala keterikatan hubungan perempuanlelaki. Keberhasilan hubungan ditentukan oleh pendekatan diri dan kesiapan menerima, cinta tidak dibutuhkan rasa takut untuk mendekati yang dicintai (halaman 17-18) . Pandangan lelaki generasi muda pada perempuan yang menjadi kekasihnya adalah tidak boleh berusia lebih tua, meskipun perempuan itu cantik dan pandai. Lelaki generasi muda juga memiliki kecenderungan belajar dari cara generasi muda menghadapi perempuan sehingga tokoh lelaki muda dalam cerita ini cenderung menganggap perempuan adalah makhluk yang harus ditaklukan agar lelaki terlihat gagah dan pemberani. Dan modalnya pasti ketampanan. (halaman 13) Perempuan, entah sebagai tokoh utama dalam cerita maupun tokoh yang diceritakan tetap sebagai perempuan yang tidak berdaya, dan dunianya berada dalam dunia lelaki. Lelaki penentu dan penakluk. Cerita ini masih mengisyartkan hal itu.
18
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Cerita ketiga yang saya baca adalah Ndaina (halaman 65,cerita kelima sesuai urutan buku). Banyak tokoh perempuan dihadirkan pengarang dalam cerita ini yang hidupnya mengenaskan sebagai perempuan. Tokoh pertama, adalah Bunda, perempuan yang sangat licik. Perempuan ini juga berhadapan dengan kendala absurd yang diciptakannya sendiri akibat hubungannya dengan banyak lelaki, bahkan anaknya (perempuan pula) Magdala, menjadi “piala bergilir” dalam ‘pembiaran’ sang Bunda. Ketika kesadaran Bunda membangun hubungan dengan Milla yang telah melepaskan kepercakaannya pada perempuan tersebut, kendala muncul ketika suatu ketika Milla menolaknya. Tolakan Milla menimbulkan keinginan tokoh perempuan (Bunda) itu untuk menghilangkan eksistensi Milla (tokoh lelaki) dengan cara licik yakni menuduh Milla telah mengintipnya saat mandi. Tokoh perempuan ciptaan Cristo dalam cerita ini masih berurusan dengan dunia yang sama dengan cerita Surga di Kolong Liliba. Cerita ini mempertegas pandangan pengarang tentang perempuan cenderung berkhianat, dan menjadikan dirinya sumber masalah dan lelaki cenderung dikorbankan. Bedanya, Bunda dalam cerita ini bukanlah perempuan biasa, tetapi perempuan yang memiliki “kekuasaan dan pengaruh” karena dengan cara yang sadis perempuan ini meminta pihak keamanan mencungkil mata Milla, sedangkan lelaki dalam Surga di Kolong Liliba, lelaki (Mulyadi) sendiri yang menghilangkan eksistensinya. Walau begitu penegasan bahwa perempuan sebagai asal berasalnya masalah (dosa) cenderung ditegaskan kembali dalam karakter Bunda ini. Perempuan sebagai makhluk lemah dan cenderung pasrah jika tergoda dan digodai juga ditegaskan berulang kali dalam cerita ini. Seperti lingkaran setan, muncul
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
tokoh Leda, perempuan keturunan maramba yang konon “rela” dihamili oleh Ana Ndara (istilah untuk anak/lelaki penjaga kuda) yang berasal dari golongan ata (hamba). Akibat keberaniannya mengawini keluarga maramba (bangsawan), Ana Ndara ini akhirnya meninggal dipenggal kepalanya. Leda adalah perempuan, tetapi dalam kekuasaan tradisi maramba, Leda bisa menghilangkan eksistensi Lelaki Ana Ndara. Hegemoni kekuasaan maramba menghilangkan eksistensi ata (-yang sesungguhnya dalam lingkup ata, yang namanya kemerdekaan tidak pernah ada-). Terbukti tidak ada sedikit pun reaksi nyata para ata terhadap hegemoni maramba, sekalipun cerita dari mulut ke mulut mengatakan banyak versi perihal kehamilan Leda yang melibatkan seorang pengusaha Cina, namun karena kejadiannya terjadi di kandang kuda (tempat Ana Ndara) maka lelaki itulah yang menjadi satu-satunya tertuduh, dipaksa oleh perempuan (Leda) atas kendali kekuasaan maramba sebagai bentuk kesetiaan seorang ata pada maramba. Leda melahirkan Koni (perempuan). Siklus kehamilan di luar nikah berlanjut pada diri Koni , namun kasus kali ini menjadi unik dan rumit karena Koni dihamili oleh sepupunya sendiri yang memiliki darah Ata Ndaina (orang suanggi). Posisi Koni sebagai perempuan tidak memiliki “kekuasaan apa-apa” ketika berhadapan dengan kasus Ndaina. Karena Koni harus berhubungan dengan masyarakat yang selalu memarginalkan perempaun yang dalam darahnya mengandung darah seorang suanggi (Ndaina). Koni disingkirkan oleh keluarganya, karena dianggap telah mati. Tidak diceritakan bagaimana nasib sepupunya, sang lelaki sebagai sumber asal darah Ndaina. Dalam cerita ini perempuan masih diposisikan sebagai ‘yang bersalah, yang menyebabkan semua ini terjadi, sumber masalah atau penyebab masalah” karena kehamilannya. Keluarga yang mengusirnya pasti keluarga sang
Kritik Sastra
lelaki itu dan juga keluarga Koni (bukankah mereka bersaudara?) Tetapi hanya Koni yang diusir dan disingkirkan ke hutan dan dianggap telah mati. Eksistensi Koni yang dihilangkan, bukan oleh lelaki tetapi oleh hegemoni keluarga dan kekuasaan adat dan tradisi masyarakat yang menolak ata ndaina (orang suanggi). Di hutan Koni melahirkan anaknya dan diberi nama Diana. Koni bertemu dengan Milla yang matanya telah tercungkil. Diana yang cantik membuat Milla ‘memanfaatkan” kecantikannya menjadi sumber rejeki untuk membantunya berjualan sayur dan ubi. Dagangannya laris dan dikerubuni banyak orang. Bahkan Diana disukai oleh seorang anak lelaki kecil berusia delapan tahun bernama Mbenak sehingga ibu anak tersebut (Ningga), tanpa sepengetahuan bahwa Diana berdarah ndaina, ia mempekerjakan Diana di rumahnya untuk mengasuh dan menjaga Mbenak. Hubungan Diana-Mbenak sangat dekat seperti ibu-anak, dan setelah Mbenak menjadi remaja SMP, hubungan Diana-Mbenak seperti hubungan kekasih. Bahkan Diana-Mbenak pernah dipergok oleh seorang perempuan pedagang gado-gado bernama Mbok Titik, mereka sedang mandi telanjang bersama seperti suami-isteri. Perubahan besar juga terjadi pada diri Mbenak yang kadang bermata merah seperti Diana, dan mereka berdua sering bersiur menyerupai burung hutan saat bulan purnama dan saat malam Jumad. Cerita ini menampakkan sikap seorang ibu (Ningga) yang menganggap enteng kekhwatirannya terhadap hubungan DianaMbenak. Terbukti ketika kejadian mandi di kamar serta perubahan besar yang terjadi pada sang anak akibat kehadiran perempuan (Diana) berdarah Ndaina itu, Ningga tetap merasa tidak memiliki alasan untuk memberhentikan Diana (halaman 78).
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
19
Kritik Sastra
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
Ningga terus mengkuatirkan Mbenak anaknya. Ia mencari alasan supaya Diana bisa diberhentikan namun belum ada alasan yang tepat. (Halaman 78). Sosok Ningga sebagai sosok ibu ciptaan pengarang dalam cerita ini sangat tidak peduli dan kurang waspada terhadap perkembangan seksualitas anaknya hingga anak lelakinya menjadi ‘korban’ perempuan (Diana). Ningga sangat rentan pengawasannya pada sang anak yang masih berusia wajar untuk diawasi. Sebagai ibu, Ningga lebih memercayai omongan orang-orang di pasar tentang Diana yang adalah keturunan Ndaina namun bukan karena kekhwatirannya pada Mbenak anaknya yang telah menjadi korban “Diana”. Rupanya urusan jangan sampai anaknya Mbenak masuk dalam keturunan Ndaina, jauh lebih penting bagi Ningga dari kenyataan yang sesungguhnya bahwa jiwa Mbenak telah dirusak oleh Diana.Ningga telah menyerahkan anak lelakinya (Mbenak) sepenuhnya pada seorang pengasuh perempuan (Diana) yang telah “merampas” banyak hal baik dalam diri anak lelaki tersebut, namun sang ibu belum merasa memiliki alasan untuk memberhentikan pengasuh itu. Justru Diana yang menghilangkan eksistensi dirinya (berlari sejauh mungkin untuk menghindar) dari kehidupan Mbenak dan Ningga, juga Milla karena mengetahui bahwa dirinya berdarah Ndaina dan ia tidak bisa menerimanya. Selanjutnya saya mulai membaca sisa sepuluh cerita dalam buku ini secara berurutan dan menemukan tokoh perempuan bernama Palina dalam (Laki-laki Pemegang Brevir, hl 26-39). Pengarang masih mengangkat perempuan sabagai sosok yang rapuh, bahkan kali ini perempuan ditegaskan sebagai sosok “penggoda” . Untuk memperkokoh karakter itu, Palina disandingkan dengan lelaki (Jhon) mantan frater yang masih mengingat perkataan dosen psikologinya saat
20
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
masih berstatus frater bahwa Jangan terlalu lama menatap perempuan. Lima menit saja kamu akan jatuh ke dalam dosa. (halaman 33). Palina digambarkan pengarang sebagai sosok yang gampang dan cepat sekali merasa nyaman dalam dekapan seorang lelaki mantan frater( Jhon) (halaman 37) lantaran Jhon membiarkan Paulina tertidur di pangkuannya selama dua jam sebelum pagi datang. Kata-kata sang dosen, telah mempertegas bahwa dunia pendidikan pun lama berkutat memarginalkan perempuan sebagai sumber asal dosa. Bagi Jhon, selain kata-kata sang dosen adalah tameng baginya untuk menjauhi diri dari godaan perempuan, yang walau pun telah mantan frater Jhon masih beranggapan bahwa gembala tugasnya mengarahkan domba yang tersesak bukan membunuh domba ketika tersesat. Gembala yang baik tahu kalau dombanya butuh arah untuk kembali ke jalan yang benar (halaman 36) Selama dua jam seorang perempuan tidur di pangkuan lelaki, namun karena lelaki itu adalah mantan frater yang masih memiliki belas kasihan dan hati nurani luhur sebagai implementasi dari cinta. Bagi lelaki Jhon, manusia dibutuhkan sebagai sandaran jika cinta itu digunakan dengan baik. Bagaimana pun tokoh perempuan dalam cerita ini pun masih digambarkan sebagai tokoh yang mudah sekali jatuh, kurang waspada dan mudah percaya pada laki-laki yang baru dikenal. Sedangkan Jhon dalam cerita ini mampu menaklukan dirinya bukan karena dia mantan frater namun karena perspektif lelaki itu tentang perempuan sebagai sumber dosa harus diwaspadai yang diperolehnya dari pendidikannya. Tokoh perempuan lainnya adalah Rose, dalam cerita Bangku Taman, 42-53). Pegarang masih menggunakan seksualitas sebagai sumber jatuhnya perempuan. Perempuan rapuh,
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
gampang menyerah, mudah jatuh masih terihat dalam tokoh perempuan ciptaan Cristo Ngasi. Bedanya, Rose dalam cerita ini sangat setia karena terikat dengan kenangan akan kekasih yang dicintainya. Cinta bagi perempuan ini adalah abadi (pertama dan terakhir). Tak ada cinta kedua dan seterusnya. Rose digambarkan sebagai perempuan tua, keriput yang sejak remaja tiga belas tahun telah direnggut kesuciannya oleh kekasihnya Christian. Tidak tanggung-tanggung, perbuatan “kebinatangan” itu dilakukan di atas sebuah bangku di taman kota yang selalu diduduki perempuan tua itu hingga tubuhnya keriput. Penggambaran kisah Rose ini, mempertegas kesetiaan seorang perempuan walau pun telah dikhianati. Seorang perempuan akan sulit memutuskan sesuatu untuk hidupnya jika dia masih merasa terikat dengan janji seseorang. Christian berjanji akan kembali, dan Rose menunggunya hingga tua dan keriput di taman kota. Angelina adalah sosok perempuan dalam cerita Lonceng (56-63). Seperti namanya, pengarang menghadirkan sosok perempuan ini bak malaikat, rajin berdoa, ke gereja dan selalu siap berteman bahkan mendengar kisah seorang lelaki bernama Carlito yang kehilangan isterinya Maria Delima dan anaknya Anjelo De Arojo saat kerusuhan Timor-Timor. Lelaki Carlito meninggalkan Lorosae ke tanah Merapu. Orang mengenalnya sebagai lelaki yang selalu memakai lonceng di kakinya, lonceng hadiah ulang tahun untuk anaknya yang tidak pernah diterima sang anak karena kematian telah terlebih dahulu menjemput sang anak. Carlito sering mengunjungi pohon beringin angker yang sangat ditakuti masyarakat sebagai tempatnya para arwah. Dengan demikian orang menganggapnya gila. Berbeda dengan Angela yang bersedia bersahabat dan menerima lonceng pemberian Carlito ketika lelaki itu meninggalkan Merapu.
Kritik Sastra
Bahkan ketika menikah dengan Gaina, Angela memberikan nama Carlito pada putera mereka. Satu dari tiga belas cerita dalam buku ini yang memperlihatkan perempuan sebagai tokoh yang tidak bersentuhan dengan ujian terhadap hubungan lelaki-perempuan yang menyimpang secara seksualitas. Cerita ini mempertegas kesan bahwa Hidup yang bermoral adalah ketika sang tokoh (Angela) menerima kesadaran diri untuk berhubungan dengan dunia (Carlito, representatif dari persahabatan sejati) dengan segala persoalan hidup Carlito mulai dari kematian keluarganya, ketidakberterimaan masyarakat pada Carlito, termasuk ketakutan Jose kakak Angela terhadap persahabatan Angela-Carlito sebagai kendala absurd bagi Angela. Penerimaan akan kehidupan manusia sebagai kenyataan eksistensial membuat perempuan (Angela) menjadi perempuan bijaksana, berhikmah, tidak panik apalagi menghancurkan atau berlaku sadism terhadap Carlito, juga masyarakat. Untuk menerima Carlito dengan eksistensinya dibutuhkan logika rasional akan nasib Carlito kehilangan keluarganya dan logika hati nurani (irasional) perempuan Angela akan lonceng yang dipakai Carlito untuk mengingatkan Carlito pada isteri dan anaknya , serta kebiasaan Carlito mengunjungi pohon beringin berarwah yang membuatnya dianggap gila oleh masyarakat. Kisah berakhir dengan Angela-Carlito tetap menjalin hubungan persahabatan yang indah (pengiriman kartu Natal dari Carlito) tanpa harus ada yang dikorbankan, baik Angela maupun Carlito. Ningga Perempuan Kuas (halaman 84-98) mengangkat tokoh perempuan cerdas dan mandiri bernama Ningga yang dengan konsistensinya melahirkan,membesarkan, dan mendidik anaknya dan memotivasinya kuliah hingga berhasil menjadi sarjana dengan bertindak
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
21
Kritik Sastra
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
(membuka usaha jasa) sebagai penerjemah bagi yang membutuhkan. Ningga memberi nama Bulan pada anaknya walau suaminya, bernama Kuas, seorang pelukis pernah memberi nama Bintang pada anak mereka. Setelah akhirnya Kuas meninggalkan Ningga dan Bulan karena pekerjaannya sebagai pelukis menuntutnya harus berkembang. Cara Ningga mendidik anak lelakinya membuat Bulan mengagumi Kuas sebagai seorang pelukis ternama. Ningga juga wujud sosok perempuan mandiri yang melahirkan di saat sumianya tidak bersamanya bahkan hingga anaknya wisuda. Namun anaknya bisa bertemu dengan Kuas lewat lukisan yang menggambarkan Ningga sedang menghadiri wisuda Bulan sesuai harapan Bulan untuk bisa berfoto bersama dengan sang ibu saat dirinya memakai pakaian wisuda. Perempuanku diambil Orang (halaman 110-113) memperlihatkan untuk kesekian kalinya tipikal perempuan sebagai korban kejahatan seksual yakni Neni dan Udis , oleh lelaki bernama Ceng. Ceng sendiri adalah anak dari perempuan yang rapuh dan bersedia menjadi gundik seorang lelaki tua bernama Ongko Lee Kong. Walaupun Udis adalah tante Neni namun kedua perempuan ini ditampilkan pengarang sebagai perempuang “bodoh” yang sungguh tidak tahu telah ditipu oleh lelaki yang sama. Yang mengenaskan adalah perempuan bernama Ninla, yang merupakan ibu dari Neni yang menganggap Ceng adakah lelaki baik dan sukses. Sampai cerita ini berakhir Ninla tidak pernah mengetahui bahwa anaknya telah menjadi korban kejahatan seksual dan penipuan Ceng. Yang diketahuinya adalah anaknya tekah diambil orang menjadi pembantu di Malaysia. Semua perempuan dalam cerita ini, sangat memercayakan hidupnya pada lelaki bernama Ceng, tanpa berusaha menyelidiki, apalagi menggugat Ceng.
22
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Hal yang mirip juga terjadi pada tokoh perempuan ibu-dan dua anaknya (Dewi dan Maya) dalam cerita Wajah Di Balik Lentera (116-129). Masalah seksual serta tipikal tokoh perempuan masih mirip dengan hamper keseluruhan cerita dalam buku ini. Walau sampai cerita ini berakhir masih mengundang pertanyaan siapa lelaki dibalik Lentera yang telah melakukan pelecehan seksual pada Maya? apakah Yodi, lelaki yang pernah ditampar Maya? Yang pasti bahwa perempuan (Dewi) yang diciptakan pengarang dalam cerita ini memiliki pengalaman diduakan oleh Andra kekasihnya setelah tiga bersama, sehingga membuatnya tidak memiliki kepercayaan pada lelaki. Namun begitu Dewi memiliki pikiran bahwa..apa yang akan dilakukan perempuan jika tidak memiliki uang. Positifnya perempuan itu akan meminjam dan berjanji untuk mengganti. Negatifnya lagi perempuan itu akan nekat mencuri dan di saat nama baiknya diabaikan, ia tidak lagi menjaga keperawanannya (halaman 123). Untuk pikiran itu, Dewi memiliki sikap sangat hati-hati dan bersifat membeban ketika menasihati adiknya Maya. Adapun Maya yang pada akhir cerita menjadi korban pelecehan seksual juga digambarkan sebagai perempuan manja, malas dan cengeng, dan kejam serta memiliki persepektif lebih pada seksualitas. Beberapa dialog antara Dewi dan Maya menunjukkan kualitas tokoh perempuan yang ditampilkan pengarang. “Oh.. ia, Maya ingat. Maya mau jadi guru tapi jadi ibu guru yang seksi..he..he..he…..” (halaman 120) Atau perhatikan kutipan: “Maya…,kenapa kamu tidak memilih Kupang untuk kuliah biar jaraknya dekat dan tidak terlalu membutuhkan biaya” tawar Dewi. “Kakak..Maya takut. Banyak kakak kelas Maya gagal. Sebagian hamil di luar nikah dan ada juga yang tidak bertanggungjawab (halaman 120).
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
Ibu dalam cerita ini, Wulan terlalu percaya pada kehadiran lelaki (Satri) untuk menginap di rumah mereka. Walau Satria itu anak sahaabat ayah mereka yang kebetulan secara tidak sengaja berjumpa dengan Dewi di jalan dalam insiden kerusakan mobil. Namun Satria sekarang adalah seorang pemuda, bukan lagi anak-anak. Dan begitu bersemangatnya Dewi mengatakan bahwa Satria berencana menginap di rumah mereka (126). Mengapa Satria (lelaki yang baru berjumpa setelah menjadi pemuda itu) yang merencanakan ingin menginap? Dan tuan rumah (Dewi) hanya meminta restu sang ibu (Wulan)? Cerita ini menggambarkan pengarang menggambarkan rentannya kehidupan berkeluarga dalam kendali ibu. Banyak terjadi permisif terhadap berbagai kemungkinan pengaruh nilai-nilai kehidupan bebas dalam kehidupan berkeluarga. Juga tidak konsistennya sikap Dewi dalam pengisahan yang selalu meminta adiknya berhati-hati pada lelaki, justru memberi peluang lelaki menginap di rumah. Walau Satria mungkin bukan pelaku kekerasan seksual tehadap Maya namun, sikap permisif perempuan kadang berakibat kurang baik. Tiga cerita yang lain, Wajah-wajah Palsu (halaman 131-140), dengan menghadirkan tokoh perempuan bernama Dini (baby sister) yang dihamili; Nelly yang diupayakan tokoh Pedro untuk dimanfaatkan oleh kakeknya untuk sebuah praktik KKN lantaran Pedro merasa itu sebuah bentuk balas jasa bahwa Nelly pernah dibantu beasiswa oleh tokoh kakek untuk kuliah ke luar negeri. Ada pula tokoh, dalam cerita Laki-Laki yang Kalah di Tempat Tidur (halaman 142-152). Cerita ini menarik karena lewat lukisan pengarang menyampaikan ide-idenya tentang perempuan pada dasarnya adalah mahkluk pecemburu. Sebuah lukisan bisa menjadi sumber protes karena hanya menampakkan maskulinitas saja. Bahkan sosok Allah yang juga diprotes
Kritik Sastra
kaum perempuan karena terkesan maskulin tanpa sisi feminim. Perempuan adalah tokoh pecemburu juga digambarakan lewat sosok Ibu, yang mencemburui suaminya dengan cara tidak menceritakan masa lalu suaminya karena dalam masa lalu itu terdapat banyak perempuan yang menyukai suaminya. Kecemburuan tokoh ibu, sebagai perempuan juga muncul ketika anaknya memiliki kekasih bernama Kartika. Bahkan ibunya senang ketika sang anak memutuskan hubungan dengan Kartika yang jauh lebih tua usianya dari sang anak. Selain menarik, cerita ini juga menampilkan cara pandang perempuan tetang lelaki. Bagi perempuan dalam cerita ini, lelaki yang banyak perempuan atau cenderung memiliki banyak kekasih, dan ingin menguasai(manaklukan) banyak perempuan sesungguhnya adalah lelakilelaki yang kalah karena mereka tidak pernah puas dengan kekuasaannya. Lelaki seperti itu akan mati dengan ketidakpuasannya tetapi perempuan tetap ada. (halaman 151) Dalam Mozalaki dan Roh Ketujuh Perempuan (halaman 154-161) tujuh perempuan menjadi korban, tumbal dan kutukan karena menertawakan raja yang menjelma menjai katak. Perempuan dalam cerita ini sebagai sumber mitos. Tokoh Ibu perempuan yang setia, mendampingi suami dan anak-anak menghadapi berbagai kesulitan ekonomi diperlihatkan pengarang lewat cerita Syair Pesisir untuk Bidadari Pesisir (halaman 164-173) Sebenarnya, ketika ibu ini akan kehilangan harapan saat menghadapi masalah (halaman 166) suami dan anak-anak mendukungnya. Ketangguhan, ketabahan dan kesetiaan perempuan terbentuk karena pengaruh suaminya (laki-laki) yang yang gigih dan pekerja keras sebagai seorang pelaut hingga kematian menjemput, lelakinya mati tersapu gelombang. Juga anak-anaknya yang
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
23
Kritik Sastra
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
selalu mendukung sang ibu dan selalu bersyukur dengan apa yang mereka miliki.
Esten Mursal. 1978. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah . Bandung: Angkasa.
Berkaitan dengan liminal tokoh perempuan dalam kumpulan cerita Ndaina, secara keseluruhan memperlihatkan:
Luxemburg, Jan Van. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.
Pada (1) tahap pemisahan selalu ditandai dengan akibat kejatuhan perempuan pada halhal yang berkaitan dengan seksualitasnya, serta ketidakmampuan perempuan berhadapan dengan kendala absurd dan kompleksitasnnya. (2) tahap marginal atau liminal akan terjadi ketika perempuan melewati suatu cultural atau dunia yang membuatnya teralienasi , bisa disebabkan oleh tradisi, bisa disebabkan oleh hegemoni kekuasaan. Misalnya tokoh Koni dan Diana dalam Ndaina. Sebaliknya dalam cerita ini terdapat pula perempuan yang misalnya karena hegemoni kekuasaan maramba akhirnya memarginalkan golongan ata yang sesungguhnya sudah marginal, misalnya tokoh Leda. (3) Tahap penyatuan (pascaliminal), tokoh perempuan kembali berada dalam keadaan yang relative stabil karena masa peralihan telah selesai. Sayangnya hampir semua cerita Crsito Ngasi dalam Ndaina ini sulit dideskripsikan pascaliminalnya lantaran Cristo cenderung menarasikan ceritanya, tanpa membiarkan cerita bergerak lewat tokohtokohnya. Dengan demikian hamper semua cerita tentang perempuan dalam Nadina dimulai dan diakhiri dengan kondisi perempuan yang tetap terliminasi. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. M.Pd. 1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra . Bandung: Sinar Baru Algesindo Danadana. 2003. Model Analisis Proses Ritual. Jakarta: Jurnal Bahasa dan sastra Volume 21. Nomor 1 Edisi Januari-Maret 2003/ ISSN.
24
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Mido, Frans. 1984. Cerita Rekaan dan Seluk Beluknya . Ende,NTT: Nusa Indah. Moleong, Lexy. 1995. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ngasi, Cristo. 2014. Ndaina. Yogyakarta: Indie Book Corner Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rustapa, K. Arita dkk. 1986. Tema Cerpen Indonesia Tahun 1950 – 1960. Jakarta : Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Surakhmad Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito. Sukada, Made. 1993. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi . Bandung: Angkasa. Teeuw. A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Edisi II 1991 Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka. Tjahjono, T. L. 1987. Sastra Indonesia Pengantar Toeri dan Apresiasi. Ende-NTT: Nusa Indah.
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
Kritik Sastra
Tentang Penulis Mezra E. Pellondou, lahir di Kupang Nusa Tenggara Timur, 21 Oktober 1969. Guru yang penulis, penulis yang guru..begitulah yang sering diungkapkan pembaca tentang Mezra. Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia pada SMA Negeri 1 Kupang serta pada sore harinya mengajar sebagai dosen tidak tetap pada Universitas PGRI NTT. Di dunia tulis menulis Mezra memperoleh sejumlah penghargaan karya sastra, karya jurnalistik, dan karya tulis diantaranya: Pemenang Pertama Nasional Penghargaan Sastra untuk Pendidik (2012) dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Nasional RI atas konsistensi berkarya pada bidang sastra. Penghargaan sebagai Pamong Bahasa dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan nasional (2012). Finalis Nasional Lomba Kreatifitas Guru (2012) yang diselenggerakan Badan Satndar Nasional Pendidikan (BSNP). Menulis naskah film anak-anak perbatasan, Nama Saya Dominggas dan menyutradarainya hingga menjadi sebuah film pendidikan (2013). Pemimpin redaksi majalah bahasa dan Sastra, Loti Basastra, kantor bahasa NTT (2013). Pembimbing dan editor kumpulan cerpen anak-anak perbatasan Indonesia-Timor Leste, Lima Dolar (2013). Pembimbing dan editor kumpulan cerpen anak-anak kepulauan Nemberalla Rote, Anak Gerbang Selatan (2013). Cerpen, Mainkan padaku Bolelebo, Kekasih masuk dalam antalogi cerpen Temu 1 Sastrawan NTT Kematian Sasando (2013) . Tiga Puisi, Teriakan Perempuan Batu, Orang-orang Gila itu Memanggilnya Gila, Sakit Christmas, masuk dalam antalogi Temu 1 Sastrawan NTT, Senja di Kota Kupang (2013). Menerbitkan Kumpulan Puisi, Kekasih Sunyiku (2013), serta buku pelajaran menulis drama Jangan Takut Menulis Drama (2013). Ketua
Cabang NTT Perhimpunan Sastra Budaya Negara Serumpun (PSBNS) yang dideklarasikan di Bukit Tinggi Sumatera Barat 2013. Mengikuti Kongres Bahasa Indonesia X, Oktober 2013. Mengikuti dan aktif membacakan karya puisi di Temu Sastrawan MPU VIII di Banten, perkampungan Badui 2013. Meraih Penghargaan dari Pusat Bahasa Depiknas RI atas karya Naskah Drama berjudul Sasando Keseratus (2011) sebagai naskah terbaik empat se- Indonesia dalam sayembara nasional penulisan naskah drama 2011. Penghargaan sebagai penulis naskah terbaik atas karya drama berjudul Laposin, pada lomba Krida NTT 2011 diselenggerakan Deppen (Infokom) NTT. Penghargaan karya sastra dari Depdiknas RI bagian peningkatkan perpustakaan sekolah atas karya cerpen Manusia-Manusia Jendela (2006) sebagai cerpen terbaik pertama se- Indonesia 2006 dalam sayembara nasional penulisan cerpen 2006. Cerpen Manusia- Manusia Jendela bersama 22 naskah terbaik lainnya dibukukan dan diterbitkan oleh Depdiknas RI untuk didistribusikan pada sepuluh ribu perpustakaan terbaik se- Indonesia. Penghargaan karya tulis sastra terbaik dari Depdiknas RI bagian peningkatan perpustakaan sekolah, atas karya ulasan berjudul Naturalisme Anafora dan Epifora, Suatu Pencaharian Peta Tuhan (Ulasan atas seratus puisi Taifiq Ismail:
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
25
Kritik Sastra
LIMINALITAS PEREMPUAN DALAM NDAINA KUMPULAN CERITA KARYA CRISTO NGASI Mezra E. Pellondou, S.Pd.,M.Hum.
Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2005), sebagai 17 karya terbaik dalam Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) 2005 kategori reguler tingkat nasional. Penghargaan dari pusat perbukuan (dari 2006-2011) atas partisipasi aktif dalam sayembara penulisan buku pengayaan. Novelet Pulang (2000) dan Klise Hitam Putih (2002) Pemenang penghargaan karya novelet yang diselenggarakan oleh majala Femina Jakarta. Karya jurnalistik dari gubernur Bali berkaitan dengan penulisan Pesta Kesenian Bali (1995). Cerpen Maria (1994) meraih juara pertama sayembara menulis cerpen oleh majalah Bahana Yogyakarta bekerja sama dengan Universitas Dr Soetomo. Karya-karya yang sudah terbit: 1) Karya puisi: terhimpun dalam Antologi Wanita Penulis Indonesia (2010), Nyanyian Pulau-Pulau, Antologi Puisi Guru (2006); Aku Telah Menjadi Beo, Bahasa Langit , Janji, Menghitung Setia, Sebuah, Ziarah Pukuafu, Jangan Atas Nama Cinta. Karya Cerpen: Dua Puluh Tiga Naskah Cerpen Terbaik 2006; Prayawang diterbitkan Jurnal Cerpen Indonesia 09 (2009). Ata Djama’mah masuk dalam buku Jalan Menikung Ke Bukit Timah, Antologi Cerpen Temu Sastrawan Indonesia 2009. Maramba masuk dalam kumpulan cerpen Indonesia bertema lokalitas 2011, Perayaan Kematian Liu Siu. Selain itu berbagai cerpen lepas diterbitkan dan dipublikasikan oleh berbagai media yakni Jurnal Cerpen Indonesi Yogyakarta, HU Pos Kupang, Harian Timeks, Jurnal sastra Santarang, Majalah Lotibasastra, Harian Nusa Tenggara Denpasar, majalah Bahana Yogyakarta, Majalah Femina Jakarta. Karya Novel: Surga retak (2006), Loge (2007), Nama Saya Tawwe Kabotta (2008 ), Perempuan Dari Lembah Mutis (2012). Sejak 2009 Menggagas Uma Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM) dan Kelas Menulis UKIM telah
26
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
menghasilkan dua karya kumpulan cerita pendek siswa SDK Tunas Gloria, 13 Karya dari Tangantangan Kecil (2012), kumpulan cerita pendek siswa SMA Negeri 1 Kupang Kabut di Lelenbala dan Teriakan dari Tanah Hawu Mehara (2012) Mezra juga membimbing beberapa kelas penulisan kreatif, dan menjadi penanggungjawab beberapa bengkel teater yakni Teater Akar, Amsal Putih, dan Teater Engkel Universitas PGRI. Tiga karya film telah dihasilkan Mezra, yakni Manusia Cuma Debu (2009), dan Mimpi Natan (2012) dan Nama Saya Dominggas (2013). Juara satu Lomba Guru berprestasi Kota Kupang (2011), Juara satu Lomba Guru Berprestasi Nusa Tenggara Timur (2011), finalis Guru Berprestasi Indonesia Tingkat Nasional (2011). Bagi Mezra, dari semua hal terbaik dalam hidupnya adalah menjadi ibu dari dua orang anak lelaki dan seorang puteri cantik, karena kenikmatan yang paling berharga adalah nikmatnya melahirkan tiga orang anak dan menyaksikan mereka bertumbuh setiap harinya. Ketiga anaknya adalah Mujizat Messakh (13 tahun). Amzal Xavier Messakh (9 tahun) . Kyrieleison Putri Mezra (3 tahun). Mezra juga membantu Kantor Bahasa NTT dalam penerbitan majalah kantor, dan terpilih menjadi pemimpin redaksi sejak 2013 sampai sekarang.
Nadya Nofi Shafira Nama Ayah : Toni Nama Ibu : Samina Kelas : IV B TTL : Tarus, 25 November 2004
BUAT IBU TERCINTA
MATI LAMPU
Ibu, Kala aku beranjak dewasa Kala aku membutuhkan tempat bertanya Kenapa ibu pergi?
Uuuhhh... Sungguh menyebalkan... Sangat membosankan... Mengapa harus terjadi pada malam hari Gelap gulita dan tak terlihat
Ibu, Ibu tahu tidak kalau aku sedih? Ibu tahu tidak kalau aku takut? Tapi kenapa ibu pergi? Ibu, Bicara dong, kenapa cuma diam saja? Memang beban ini cuma milikku saja? Ibu, Kalau memang begitu adanya Doakan aku supaya kuat Doakan aku supaya bijak Dan tidak terinjak-injak Ibu... Aku beruntung memiliki engkau Terima kasih kuucapkan Air mata menitik di pipiku
Ingin rasanya aku marah Tapi percuma, tak ‘kan mengubah keadaan. Hanya lilin-lilin kecil yang siap menerangi. Hingga lampu menyala kembali Mati lampu, Membuatku tak bisa belajar Mengganggu semua aktivitasku Di rumah... Oh, lampu Cepatlah kau menyala kembali
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
27
TERIMA KASIH, AYAH Ayah... Aku tahu tubuhmu tak sekekar yang kulihat, namun jiwamulah yang menjadi kuat. Kau abaikan alis keriputmu yang berkeringa demi sesuap nasi yang kami dapat. Ayah... Kau ajarkanku tentang kebaikan Kau tunjukkanku tentang arti cinta Kau jelaskanku tentang makna kehidupan Dan kau mendidikku dengan sungguh kasih sayang Ayah... Andaiku bisa Akan kupinta engkau tidak bekerja Biarlah dirimu menjadi raja Bertahta di atas dunia Ayah... Aku malu dengan semangatmu yang menggebu Ayah... Aku ragu Bisakah aku membahagiakanmu Sebelum angin berhenti menderu I love you, Ayah
28
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
PAHLAWAN TANPA TANDA JASA Ialah guruku... Yang mendidikku Yang membekaliku ilmu Senyummu memberikan semangat untuk kami Menyongsong masa depan yang lebih baik/ cerah Setitik peluhmu... Menandakan sebuah perjuangan yang sangat besar Untuk murid-muridnya. Terima kasih, Guru Perjuanganmu sungguh berarti bagiku Tanpamu ku tak ‘kan tahu dunia ini Akan selalu kupanjatkan doa untukmu Terima kasih, Guru
Ramadhani Priam Budi Nama Ayah : Budi Siswoyo Nama Ibu : Darwati Kelas : IV B TTL : Blora, 15 Oktober 2004
KARANG
KAMPUNG HALAMANKU Bukit indah menjulang Air bening mengalir Hamparan padi menguning Alam permai mempesona Itulah kampung halamanku Oh, kampung halamanku, kau begitu indahnya.
Kau tegak berdiri Walau dipukul ombak Dan dihempas badai Namun kau tetap tegak.
Imelda Kristin Wulandari Tansa Nama Ayah : Simeon Tansa Nama Ibu : Tolfiana Tansa – Djo Mage Kelas : IV A TTL : Kupang, 10 Mei 2004
PANTAI LASIANA Pantai Lasiana ada banyak pohon kelapa... Yang menyejukkan pantai yang panas... Anak-anak bermain ayunan... Aku ingin tahu di pantai Lasiana ada ikan paus? Apakah ada? Kalau ada ikan paus saya jadi takut... Saya melihat ada orang yang bilang kalau laut itu dalam ternyata benar... Jadi anak-anak janganlah mendekati laut itu... Karena bisa berbahaya bagi anak-anak...
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
29
Devi Logo Nama Ayah Nama Ibu Kelas TTL
: Daniel J. Logo : Naomi O. Logo-Tuulima : IV B : Kupang, 27 Januari 2006
BURUNG MERPATI Burung merpati Kau terbang tinggi Di angkasa yang sunyi Di bawah sinar matahari Tetapi kini, Mengapa kau jatuh Rupanya kau ditembak pemburu Oh kasihan... Sayapmu luka Dekatlah ke mari hai burung merpati Biar kuobati luka sayapmu 07/09/2014
30
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Fernanda Inggrit Menge Rugu Nama Ayah : Stanislaus Bumber Nama Ibu : Monika Mooi Meo Kelas : IV B TTL : Kupang, 5 Februari 2005
INDAHNYA KOTAKU (KUPANG) Kupang... Kota terindah bagiku Di sini kutemukan kebahagiaanku Kupang... Tempat lahirku Warganya pun Baik dan ramah Kupang... Pohon-pohon yang menghiasi kotaku Begitu banyak kenangan Begitu banyak cerita Di kota Kupang
Marlin Sole Nama Ayah Nama Ibu Kelas TTL
: Wellhelmus Sole : Marselina Sole – Taek : IV A : Soe, 13 Mei 2004
BUNGA Bunga... Kau begitu indah... Membuat orang-orang... Tergila denganmu... Bunga... Warnamu sungguh menarik ada warna merah... Yang sangat cerah... Warna kuning, warna putih dan warna ungu... Kecerahanmu sungguh menarik para lebah untuk mendekatimu... Dan kecerahanmu juga menarik para kupu-kupu yang berwarna-warni... Oh bunga... Kau akan selalu menjadi bunga yang sangat cantik dan menawan...
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
31
Dua Matahariku Cerpen: Anita Indu
Aku mempunyai dua matahari yang sangat aku sayangi, siapa lagi kalau bukan kedua orang tuaku. Mereka bagaikan matahari yang menyinari dan menghansgatkan tubuhku. Tapi kini sedikit mulai redup dan aku harus terbiasa hidup dengan satu matahari. Matahariku yang pertama adalah ayahku, dan Matahariku yang kedua adalah ibuku. Dia mengandung aku dan melahirkanku dengan susah payah. Namun, Matahariku yang pertama telah tiada sejak aku masih dalam Kandungan. Kejadian itu terjadi pada suatu pagi saat ayah pulang dari Pasar mengendarai motor tiba-tiba ditabrak oleh mobil yang langsung melarikan diri. “ Septi...Septi....suamimu di Rumah Sakit” kata Tanta Mia adik Ibuku. “ apa yang terjadi Mia ?” tanya Ibu sambil memegang perut yang sedang mengandungku 9 bulan. “ayo kita pergi cepat!” kata Tanta Mia sambil mengantar Ibuku ke Rumah Sakit. Sesampai di Rumah Sakit banyak orang telah menunggu, dan dokter pun keluar dari UGD. “apakah ada Keluarga dari korban?”tanya Dokter. Sambil melangkah ke depan tiba-tiba ibu jatuh pingsan, lalu ditolong oleh orangorang sekitar ruangan itu. Saat sadar tanta Mia hanya bisa menangis dan memberitahukan kepada Ibu “ Kakak Septi, Om Jeki sudah pergi” sambil memeluk Ibuku Tanta Mia pun menguatkan Ibuku. Beberapa saat kemudian Ibu merasa sakit perut akhirnya melahirkanku tepat setelah beberapa jam kepergian ayah. Pemakaman pun dilakukan oleh keluarga sambil menanti ibu pulih. Namun penyakit gangguan jiwa yang melanda ibuku setelah kepergian ayah membuat sedikit redup sinarnya bagiku. 13 tahun yang lalu menyisakan cerita, dan saat
32
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
ini aku hanya dapat melihat ibu terbaring bahkan terkadang berbicara sendiri sambil memanggil nama ayah. Namun aku tidak berputus asa, aku terus berusaha menggapai cita-citaku meskipun ibuku yang bisa berbaring di tempat tidur. “Ibu, ini minumlah obat agar cepat sembuh.”kataku sambil membantu memberikan obat ke mulut ibu untuk diminum. Cita-citaku ingin menjadi seorang pendeta agar aku dapat menyaksikan kasih Tuhan bagi semua orang. Setiap kali aku duduk di samping ibu aku selalu ingin mengajak ibu untuk pergi jalan-jalan bersamaku menghirup udara segar di luar rumah. Aku tinggal bersama dengan orang tua angkatku utuk mengapai cita-citaku. Aku mulai bekerja dengan keras meskipun orang mengatakan hal-hal yang negatif tetang diriku dan keluargaku. Namun aku terus berjuang dan berharap suatu saat aku dapat menghasilkan uang yang cukup banyak sehingga ibuku mendapat perawatan yang baik dari dunia medis atau kesehatan. Ketika aku ke sekolah aku iri dengan teman-temanku yang memiliki ayah dan ibu yang selalu mengantar dan menjemput mereka untuk pergi dan pulang sekolah. Beberapa teman selalu datang dan bercanda bersamaku dan aku sangat merasa terhibur namun hatiku tetap sedih mengingat keadaan ibuku.
Tentang Penulis Nama saya Anita Lasiana Indu, biasa dipanggil Anita lahir di Kupang, 27 April 2002. Kedua orang tuaku telah tiada sejak aku masih kecil, namun Tuhan memberikan kepadaku kedua orang tua angkat yang sangat baik, yakni Bapak Nino A.V Banamtuan dan Ibu Erlina Indu. Saya Bersekolah di SMPN 13 Kupang. Terima kasih.
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
33
Kue Pisang
Cerpen: Fransiska Tapo’ona
Mentari pagi menunjukkan kehebatannya, ayam berkokok menunjukkan kejantanannya. “sungguh sebuah pagi yang sempurna” kata tante Mery kepada keponakannya yang bernama Epi. Tante Mery, seorang pedang kue pisang terlaris di kawasan Sekolah Menegah Pertama yang tidak jauh dari rumahnya, itu juga tempat Epi bersekolah. Setiap pagi ketika hendak ke sekolah Epi selalu membawa bokor berisi kue pisang yang nantinya dititipkan di kantin sekolah. “Syalom, tante Epi berangkat dulu” kata Epi sambil mengangkat bokor berisi kue pisang. Tepat pukul tujuh pagi bel sekolah berbunyi dan Epi sudah selesai meyerahkan bokor berisi kue pisang kepada pemilik kantin sekolah, dengan cepat Epi berlari ke lapangan sekolah untuk mengikuti apel pagi, setiap hari Epi melakukannya hingga dia terbiasa menghitung langkahnya sendiri. Barisan bubar dan para murid serta guru-guru mulai menjalankan aktivitasnya sebagaimana biasanya. Saat di kelas Epi langsung disapa temannya Ceril, “Hai, Epi. . . kamu terlihat begitu bersemangat, kamu tidak dengar ya kemarin saat pulang sekolah, Manggi menyampaikan ke beberapa teman bahwa kue pisang buatan tantemu itu ada ramuan gaibnya, makanya laris” “haa. . .apa maksudmu Ceril?” kata Epi dengan kaget “ah, itu kata Manggi bahwa kue buatan tantemu menggunakan ramuan gaib biar laris, kamu tidak percaya ya tanya saja . . .” Epi dengan cepat memotong pembicaran Ceril “he. . . Ceril kamu jangan mengarang ya, aku kemarin pulang bersama Manggi” Ceril dengan wajah meyakinan terus melanjutkan pembicaraannya “ya, sudah kalau kamu tidak percaya, ya... aku pikir Manggi benar, terbukti kue pisang itu setiap hari laris bahkan diistirahat pertama saja kue tersebut sudah habis terjual. Kata Manggi, dia
3
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
mengetahui rahasia ramuan gaib itu karena waktu dia ke rumahmu, tante Mery di ruangan khusus meramu adonan untuk membuat kue pisang” kata ceril dengan mengangkat sedikit alis matanya dan melirik penuh sindiran pada Epi. “stop berkata demikan Ceril, sebentar aku akan ke kelasnya Manggi untuk menanyakan tentang maksudnya berbicara tentang ramuan gaib, “ dengan ketegasan Epi berbicara. Sepanjang pembelajaran hari itu Epi tidak tenang, dia menunggu waktu berjumpa Manggi dan terus berpikir mengapa Manggi bisa seenaknya memfitnah tante Mery? memang kita bertetangga dan selama ini baik-baik saja, bahkan Epi sering menyelesaikan tugas sekolah bersama Manggi. Walau di sekolah kita berbeda kelas, tapi kita sama-sama menyandang gelar sebagai siswa kelas tujuh. “ada yang janggal dari cerita Ceril” kata Epi pada dirinya . “bukankah kemarin Manggi pulang bersamaku” lagi-lagi Epi berbicara sendiri, sampai dia dikejutkan oleh suara ibu Bet guru Bahasa Indonesianya “Hei . . Epi, kamu tidak dengar, ibu memintamu membacakan pantun di depan kelas” “iiiiya. . . ibu” sambil mengaruk-garukkan kepalanya Epi tampil di depan kelas. “Epi, selesai ini kamu ke ruangan guru ya” kata ibu Bet dengan serius. “baik bu”kata Epi dengan kebinggungan, apaplagi yang akan menimpanya, “bukankah aku harus segera menjumpai Manggi, tapi ibu Bet juga menungguku di ruangan guru” Epi bicara lagi pada dirinya sambil berjalan menuju ruang guru, “Epi. . .Epi” Lina teman sekelas Epi memanggilnya Epi berbalik ke arah suara tersebut “ada apa Lina?” Lina memberitahukan pada Epi, bahwa dia tidak harus ke ruangan guru tapi ke ruangan kepala sekolah, Epi semakin kebinggungan. Epi mengetuk pintu ruangan kepala sekolah “silahkan masuk” suara dari dalam ruangan tersebut. Epi membuka pintu dan semakin terkejut karena yang telah duduk di ruangan tersebut adalah Manggi, ibu Bet, pemilik kantin dan kepala sekolah. “duduklah Epi” kata bu Bet dengan wajah tenang Bapak kepala sekolah membuka pembicaraan dengan suaranya yang berat
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
3
menyampaikan “Epi, bapak langsung saja pada pokok persoalan, bapak mendapat informasi dari penjaga kantin dan juga teman baikmu manggi bahwa. . .” Epi langsung memotong pembicaraan bapak Kepala Sekolah “Bapak, semua itu tidak benar pak... tidak benar, kue pisang itu dibuat dengan baik oleh tante saya, Bapak ... bila tidak percaya Bapak dapat tanyakan pada tante saya, Bapak... Bapak... saya mohon” Sambil terus memohon, tapi samar-samar Epi mendengar suara tante Mery “Epi... Epi... Epi, Hei Epi bangun, kamu kesiangan” Epi terkejut ternyata Epi hanya bermimpi.
Tentang Penulis Nama saya Fransiska Tapo’ona, biasa dipanggil Fransiska, saya anak ke enam dari tujuh bersaudara. Orang tua saya bernama Gabriel Tapo’ona dan Mariana Sekar Puspawati Tapo’ona. Saya sekarang bersekolah di SMP Negeri 13 Kupang.
3
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Hari Senin
Cerpen: Paula Desy Lamablawa
Aku dan Yuni teman yang karib. Yuni adalah anak yang hebat dalam bidang pelajaran matematika, dia memiliki sifat yang baik, perhatian dan selalu jujur tapi dia cukup tegas dalam bersikap. Kami selalu bersama-sama dalam kegembiraan dan kesedihan. Persahabatan ini sudah terjalin sejak kami masih di taman kanak-kanak. Tepat di hari senin, saat mendengar hasil kelulusan SD, kami saling bertanya mau melanjutkan ke SMP mana? Aku dengan mempertimbangankan jarak rumah dengan sekolah maka aku bilang bahwa aku memilih melanjutkan studi di SMP Negeri 13, sedangkan Yuni akan memilih bersekolah di SMP Negeri 2. Perbedaan pilihan ini membuat Yuni kesal, dia ingin agar aku juga memilih bersekolah di tempat yang sama dengannya, hingga ia membentakku di depan teman-teman yang lain, bahkan menghina sekolah pilihanku. Perbedaan ini membuat kami memilih untuk tidak saling bicara lagi, membatasi waktu bersama kami. Hari terus berlalu, masa orientasi sekolah bisa aku nikmati bersama beberapa teman baruku yang tidak kalah serunya, aku dengan mudah melupakan keberadaan Yuni. Senin siang itu, saat aku pulang sekolah aku mendapatkan secarik kertas yang bertulisan pesan permohonan maaf dari Yuni, dia menyampaikan bahwa dia terlalu egois untuk memintaku harus memilih sekolah yang sama dengannya, meski banyak teman di sekolahnya tapi tidak ada yang seperti aku baginya. Dengan sengaja aku membuang surat itu di keranjang sampah, kembali di benakku mengingat Yuni membentakku dan menghina sekolah pilihanku aku masih cukup sakit hati, kecewa dengan seorang yang bernama Yuni itu. Aku sudah berjanji untuk tidak bersahabat lagi dengannya. Hujan mulai jadi bagian Desember, empat bulan sudah aku tidak berbicara dengan Yuni. Aku benar-benar telah melupakan Yuni, meski dia tidak pernah bosan-bosannya setiap hari senin mengirimkan pesan singkat di secarik kertas padaku. Pesannya selalu sama, permohonan maaf, hari yang sama hah... aku jadi bisa menghafal isi pesan itu
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
3
kadang aku mengulangi isinya hanya dengan melihat amplopnya.
Desy, aku minta maaf aku terlalu egois memintamu berada satu sekolah denganku. Maafkan aku, di sekolahku banyak teman tapi tidak ada yang seperti dirimu Desy. Maafkan aku. Bisakah kita kembali berteman? Tertanda sahabatmu YUNI
Selama berteman dengannya aku yang selalu mengalah, mengikuti semua kemauannya, kali ini aku benar-benar terbebas aku sudah punya teman yang akrab sekarang bernama Nety dan cukup baik untuk apa harus memberi maaf teman seperti Yuni. Senin kali ini aneh aku hanya menerima pesan kosong di secarik kertas. Mengapa? Meski aku sudah menghafal isinya tapi mengapa Yuni mengirimkan kertas kosong apa dia tau bahwa aku setiap menerima suratnya aku selalu saja kubuang? Memang aku tidak peduli tapi dia telah membiasakanku menerima pesannya dengan baik di setiap hari senin. Aku lalu berpikir untuk pergi menemui Yuni, yang jaraknya bisa di tempuh dengan berjalan kaki membutuhkan waktu sepuluh menit. Aku melangkahkan kakiku menuju rumah Yuni, kini aku berada tepat di depan pintu pagar rumahnya, tapi rumah itu terlihat sunyi, seperti tanpa penghuni. Aku berusaha mengetuk pintu pagar rumahnya ternyata ada gembok besar. Ya sudahlah aku pulang saja, ketika membalikan badanku untuk pulang aku berjumpa papa Yuni yang baru saja pulang dengan mengendari avansa hitamnya. Tanpa ragu aku menjumpai papa Yuni dan bertanya di mana Yuni. Papanya Yuni menjelaskan bahwa baru saja Yuni dan ibunya diantar ke bandara, karena Yuni akan berangkat ke Surabaya mengikuti kemoterapi karena Yuni mengidap sakit kanker otak. Betapa terkejutnya aku, sedih bercampur penyesalan.
3
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Setiap senin selalu aku abaikan surat Yuni, hari ini dengan sepucuk surat kosong aku baru ingin mengetahui kabar sahabatku yang menyayangiku dengan caranya, meski kadang tak baik bagiku tapi seharusnya aku tetap ada untuknya, di saat-saat sulitnya melawan sakitnya. Senin berikutnya aku mendapat kabar bahwa Yuni tidak dapat tertolong lagi. Aku begitu menyesal belum memberinya maaf secara langsung, aku yang sebenarnya terlalu egois, aku terlalu gengsi untuk mendatanginya. Kukubur senin dengan sepenggal pesan “maafkan aku Yuni”.
Tentang Penulis Halo.. nama saya Paula Desy Lamabiawa, biasa disapa Desy. Saya lahir di Kupang, 16 Desember 2001 anak ke dua dari empat4 bersaudara, dari orangtua Yohanes Masan Samon dan Maria Do Santo, pekerjaan ayah saya seorang PNS dan ibu saya seorang Ibu Rumah Tangga.
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
3
Pak Thomas Cerpen: Cherryl Charita Dida
Bel sekolah berbunyi, semua murid langsung berbaris di lapangan sekolah. Pagi itu pak Thomas yang memimpin Apel. Dengan serius pak Thomas memberi arahan kepada para murid, ternyata ada dua orang murid yang tidak serius mendengarkan tapi asik bercanda, sehingga pak Thomas memberi disiplin kepada mereka. Kedua murid itu bernama Adibu dan Allo. “Adibu dan Allo, Kalian mendapat disiplin menari di depan semua murid. Ayo lakukan sekarang” kata pak Thomas tegas. Dengan terpaksa Allo dan Adibu melakukan displin itu, mereka merasa malu tapi tetap saja melakukannya. Apel pagi pun berakhir, saat masuk di kelas Allo berbisik pada Adibu, sebaiknya kita balas perbuatan pak Thomas gendut itu, usul Allo. Adibu menasehatinya agar tidak memdendam kepada guru, tapi Allo terus membujuk Adibu untuk mengikut rencananya, kata Allo. “Adibu, kita hanya memberi pak Thomas pelajaran agar jangan seenaknya dia memberi disiplin, ayolah Adibu jangan sok baik” Adibu akhirnya mengangguk dan menyetujui rencana Allo. Saat istirahat pertama Allo langsung mengajak Adibu ke tempat parkiran mencari motor pak Thomas, saat menemukan motor tersebut langsung mereka beraksi memecahkan ban motor pak Thomas. Aksi itu berjalan dengan baik. Sambil bersiul Allo meninggalkan tempat parkiran, Adibu masih merasa takut jangan-jangan ada yang mengawasi mereka. Keesokan harinya Allo masih mengajak Adibu melakukan hal yang sama, tapi Adibu menolak kata . “cukup kemarin Allo, aku kasihan melihat pak Thomas harus mendorong motornya sampai ke bengkel untuk tambal bannya”. “ah. . .kamu jangan terlalu bego, itu juga latihan yang baik supaya pak Thomas
0
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
sedikit lebih langsing, lihat saja perutnya hari ini sedikit turun. Ha. . . ha. . .ha” Allo tertawa puas. Adibu menggelengkan kepalanya, tanda tidak setuju dengan sikap Allo. “ya, sudah bila kamu tidak mau ikut aku akan melakukannya sendiri” kata Allo sedikit kesal. Allo berlalu ke tempat parkiran, Adibu hanya mengawasinya dari jauh tidak ingin mengikutinya. Kali ini semua berjalan mulus seperti kemarin. Kembali Allo bersiul. Saat pulang Allo puas melihat pak Thomas mendorong motornya ke bengkel. Tiba-tiba, bruk. . . Allo tertabrak motor dari belakang karena dia tidak sadar saat menyebarang keasikan mengamati pak Thomas sampai dia tidak berhati-hati. Pak Thomas yang tidak jauh dari tempat kejadian langsung menolong Allo menahan kendaran lain untuk membawa Allo ke rumah sakit terdekat. Allo dapat tertolong, kata dokter untuk segera dibawa ke rumah sakit, kalau tidak pasti tidak selamat. Saat keluarga Allo datang pak Thomas ternyata masih ada dan menjaga Allo dengan baik. Beberapa hari kemudian, meski masih terbaring di tempat tidur tapi Allo mengakui kesalahannya pada pak Thomas, dia meminta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya bahkan dia meminta maf pada Adibu karena sudah mengajak Adibu melakukan hal yang tidak benar. Pak Thomas, berkata bahwa dia sudah memaafkan muridnya Allo.
Tentang Penulis Halo.. nama saya Cheryl Clarita Dida, biasa dipanggi Cheryl. Lahir di Kupang, 5 Mei 2003, saat ini saya tinggal di Maulafa, saya anak ke empat dari empat bersaudara. Nama ayah saya Dominggus Dida dan Ibu saya Ibrahimer Dida Anabokay. Pekerjaan ayah saya sebagai PNS dan ibu saya sebagai Ibu Rumah Tangga
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
1
Drama Senja Kelima Tokoh : Ibu, Titin, Andre, Vanny, Rian, Dr. Adriana
-Senja PertamaPerlahan, Sang Mentari merangkak kembali ke peraduannya. debur ombak bergema dari kejauhan menemani sosok wanita paruh baya yang menatap langit sore anugerah Sang Esa. Ini sudah jadi kebiasaanya. Tatapanya lurus melayang, pikirannya terbang jauh entah ke mana. Terkadang raut wajahnya berubah memunculkan berbagai tanya. “Sedih, senang atau takutkah ia? Rentetan suara serak motor menggetarkan telinganya. Sosok lelaki muda dengan seragam putih abu-abu yang melekat pada tubuhnya, melangkah masuk ke dalam rumah kecil sederhana, bercat putih kecoklatan tanah. Ibu : (Menyambut dengan senyuman) Bagaimana sekolahmu hari ini, nak? Andre : (Duduk dan melepas sepatunya. Menoleh sebentar ke ibu dengan raut wajah masam)
2
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Ibu : Eh, kenapa… ada masalah kah di sekolah… dengan guru? Atau dengan teman mu? (sambil berjalan menuju Andre) Andre : Tidak. (menjawab cepat dan ketus lalu langsung bangkit dari duduknya kemudian bergegas menuju kamar dan langsung membanting pintu) Ibu
: Andre…
Senyum ibu yang tadinya mekar segera layu ketika menatap andre yang tak sedikit pun membalas senyumannya. Setetes air mata jatuh menyapu pipinya. Titin datang. Titin : “aku pulang. Ibu : “sudah pulang ya? bagaimana sekolahmu hari ini?” Titin : (Duduk dan membuka sepatunya, bertingkah seakan-akan tak ada yang menyapanya. Namun ada dorongan lain juga yang berkecamuk di hatinya. Tak ingin kegelisahan ini tampak oleh ibu, Titin pun bergegas keluar)
Drama Ibu : (Menunduk air matanya terjatuh lagi, melihat Titin tak sedikitpun berniat membalas sapaanya) Malam tiba, bersamaan dengan Vanny yang berlenggak-lenggok memasuki rumah. Tak mempedulikan ibu yang sedang menantinya dan menatapnya dengan raut kesedihan. Vanny : (berbicara dengan benda-benda di sekitarannya) selamat malam sofa butut nan bau… pantat siapa sajakah yang telah membelaimu seharian ini?! (tertawa. Lalu berpaling) heeiii… (sambil meraih vas bunga di meja) bagaimana kabarmu kembang jelek..?! kenapa kau tampak kusam… apa sudah waktunya air mu diganti..?! atau karena memang sudah waktunya kau untuk dibuang..?! kau memang sudah keliatan tua…sudah waktunya untuk masuk liang sampah (tertawa) Hmm…coba kau lihat aku. Pandang aku baik-baik… masih segar, cantik dan wangi bukan?! Meskipun sudah seharian ini bekerja. Lalu pulang dengan naik bis yang penuh sesak, berhimpitan dengan orang-orang bertampang jelek dan bau keringat. Kau tahu…baru tiga hari ini magang di kantor itu, pak direktur sudah mencuri-curi pandang padaku… lima kali. Lima kali aku memergokinya sedang melirik padaku. Entah jadi berapa kali bila dijumlah dengan yang tak sempat kupergoki… (Ceria
dan tertawa kecil) Kau tahu apa artinya itu? Hmm? itu artinya… Rahasiaa..! (tertawa). Ah, sudahlah, aku capek ngobrol dengan mu. Bisa mu cuma mengangguk-angguk saja! (lalu melemparkan vas bunga itu begitu saja) Aku mau mandi, berendam air hangat yang lama… kemudian memberi perawatan khusus buat tubuhku sebelum tidur… biar bisa lebih cantik lagi! (Tertawa. Melangkah keluar)
MUSIK FADE IN Ibu : (meratap lirih dan sedih) Ya, Tuan Deo ee… Maafkan aku. Maafkan aku…
-Senja KeduaAlunan musik memenuhi ruang serba putih itu, musik yang terdengar sedih tetapi juga terasa menguatkan bagi orangorang yang percaya. Ini ruang praktek dr. Adriana. Dokter pribadi keluarga. Ibu
: Selamat sore, Dok
Dr. Adriana duduk
: Sore Ibu… Mari, silahkan
Ibu : Dok.., apa saya sudah bisa ambil hasilnya? Dr. Adriana
:
(Sedikit
menunduk.
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
3
Drama Terdiam murung dan sedih) Ibu : Maaf, anda tak seperti biasanya, Dok... Sedang punya masalah? Dr. Adriana : Ah, tidak. Tidak... maafkan saya… (menggeleng dan masih murung) : Lalu?
Ibu
Ibu : Saya juga takut, tapi mau bagaimana lagi, Dok… Toh, pada akhirnya saya memang akan meninggal juga. Dr. Adriana : Mengapa Ibu tidak ingin memberitahukannya kepada anak-anak Ibu? Apakah Ibu tidak menyesal nantinya?
bisa
Ibu : (Hening memenuhi ruangan itu. Bimbang dalam hatinya.) Entahlah, Dok. Saling menyapa pun kami tak pernah. Selama 6 bulan ini, setelah memutuskan untuk berhenti dari kantor dan sekian kesibukan organisasi yang saya urusi, saya terus berusaha membangun kedekatan kembali dengan anak-anak. Tapi mereka sepertinya belum juga mau menerima dan memaafkan saya. Seperti ada kabut dendam yang teramat tebal dalam hati mereka. Saya sadar, semua ini memang juga salah saya. Apalagi setelah kematian Rian, anak sulung saya, kemarahan mereka pada saya semakin memuncak. Karena itu saya takut… khawatir…kalau memberitahukan anakanak soal sakit saya ini, nanti mereka hanya akan berpikir kalau saya hanya sekedar berpura-pura... sengaja menarik perhatian dan meminta belas kasihan mereka… (terisak) memaafkan saya…
Dr. Adriana : Tentu, tapi cepat atau lambat semua akan terungkap. Apa ibu tidak takut?
Dr. Adriana : (tersenyum simpatik) Semua terserah pada Ibu. Lakukanlah apa yang terbaik menurut ibu. Saya sekedar menyarankan saja… tetapi, kalau boleh saya
Dr. Adriana : Entahlah, Bu… Maaf, kalau boleh jujur (sambil meraih dan membuka berkas pemeriksaan), saya ini sebenarnya agak sedikit bingung dengan hasil pemeriksaan ini. Ini cukup jauh di luar perkiraan saya. Tapi… Ibu yang salah?
: Kenapa dokter? Apa ada
Dr. Adriana : (Membuka map plastik hijau dihadapanya) Kalau menurut hasil pemeriksaan lengkap dari laboratorium ini dan diagnosa saya, seharusnya, maaf, waktu Ibu sudah habis. Tapi mungkin Tuhan sedang berkehendak lain. (Memegang tangan ibu dan tersenyum) Sang Maha Kuasa dan Maha Kasih, sepertinya masih ingin memberikan ibu kesempatan lebih lama bersama orang-orang yang Ibu sayang. Ibu : Dokter merahasiakan ini kan?
masih
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Drama sedikit berpendapat… boleh saya sedikit cerewet..? (menatap ibu dengan pandangan meminta/memohon untuk melanjutkan bicara). Ibu : (mengangguk pelan) Silahkan, dok… Dr. Adriana : (penuh simpati) Menurut saya, memang wajar kalau anak-anak punya kemarahan seperti itu. Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka sama sekali sudah kehilangan rasa sayang terhadap orangtuanya… apalagi, terhadap ibunya sendiri. Hanya mungkin memang moment yang tepat, waktu yang pas, untuk saling berbagi kasih sayang itu belum kunjung tiba. Tapi saya yakin, bu, waktu untuk itu pasti tidak akan lama lagi… Sudah tidak saatnya lagi ibu terus membuang tenaga hanya untuk bersedih dan pesimis. Tetaplah optimis untuk terus membangun kebahagiaan bersama anak-anak. Toh, bukankah ibu telah diberi kesempatan oleh sang Maha Kuasa untuk terus melakukannya kan?! (sambil menyodor-kan map hijau dan tersenyum lebar, menggenggam tangan ibu). Ibu : (Tersenyum dan mengangguk-angguk kecil) Terima kasih untuk semuanya, Dok. (melepas genggaman tangan dokter dan mengambil map) Saya optimis. (ibu beranjak pergi, diantar dokter sampai ke ambang pintu).
-Senja KetigaMentari itu tak pernah jenuh terbenam. Malam di luar, malam di dalam. Sibuk dengan pikiran masing-masing, mereka duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Ibu memulai pembicaraan. Ibu : Ibu selalu merasa ada jarak antara kita (mencoba untuk tetap tenang) Vanny : (terheran) Jarak?! Bukankah selama ini Ibu yang selalu menjauhi kami?! (memukul meja). Ibu tidak pernah punya waktu untuk kami. Ibu egois. Apa ibu sudah lupa?! Dengan apa yang terjadi pada kak Rian dan Ayah? Ibu : Tapi, itu sudah 2 tahun yang lalu Vanny. Janganlah mengungkit masa lalu. (tetap tenang) Ibu : Tapi, itu sudah 2 tahun berlalu. Janganlah mengungkit masa lalu. (tetap tenang) Andre : Apa ibu sangat mudah untuk melupakan kejadian itu? Andre : Mudah saja bagi ibu untuk melupakan semuanya. (tertawa sinis) Vanny : Ya begitulah ibu kita. Ibu yang tidak pernah ada untuk kita. Ibu : Harus berapa kali lagi ibu harus minta maaf ke kalian agar kalian bisa
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Drama memaafkan ibu? Ibu menyesal.
Andre : Ya iyalah. Tepatnya sebelum kak Rian dan ayah meninggal.
Saat penerimaan raport atau undangan pertemuan di sekolah lainnya ibu tidak pernah ada untuk kami, yang menghadiri semua itu pasti kak Rian, sampai-sampai dia harus pergi saat jam kuliahnya. Lalu saat kak Rian dan Vanny dipanggil ke depan saat upacara kelulusan, apa ibu hadir? Tidak kan.
Ibu : Ia sayang, ibu tahu. Kata maaf ini sudah sangat terlambat untuk diucapkan. Tapi…
Titin : (dengar suara nyaring) Tolong dong berhenti. Aku capek dengar kalian berantem terus.
Vanny : (memotong pembicaraan ibu dengan suara nyaring) Tapi, tapi, tapi… hanya kata itu saja yang bisa ibu ucapkan! Kemana saja ibu saat aku, kak Rian, Andre, dan Titin waktu penerimaan raport? Kemana saja ibu saat aku dan Kak Rian mengikuti upacara kelulusan, saat nama kami dipanggil ke depan? Bagi aku sosok ibu hanyalah khayalan yang tidak akan pernah jadi kenyataan. TIDAK AKAN PERNAH.
Vanny : Aku juga capek untuk meladeni ibu! (bergerak meninggalkan ibu)
Titin : (menyela pembicaraan) Gak capek apa berantem mulu? Vanny : Harusnya kata penyesalan itu muncul sebelum kak Rian meninggal.
Andre : Ibu, ibu… menyesal sekarang pun tidak ada gunanya! Benar yang dikatakan Vanny, ibu itu hanya khayalan. Ibu : Ibu bukan khayalan. Ibu disini anak-anakku, tepat di depan mata kalian. Andre : (nada menyindir) Ibu gak ngerti atau memang pura-pura gak ngerti? Ya sudah biar aku yang jelaskan.
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Ibu : (meraih tangan Vanny) Tunggu dulu… Vanny : (menepis pegangan ibu) Sudahlah, bu. Aku tidak ingin lagi berperan sebagai anak yang gembira di depan teman-temanku. Sejak kecil aku hanya dapat melihat anak lain bersama ibu yang menyayangi mereka. Kesenangan merekalah yang sekarang membuatku semakin membenci ibu.” Ibu : Ibu tahu, tapi ijinkan ibu untuk memulainya dari awal lagi. Ibu mohon lupakanlah kejadian dulu.” Vanny : (sangat marah) Saya tidak akan pernah melupakan kejadian itu Ibu. Dan saya tidak akan pernah bisa memaafkan
Drama Ibu. (bersama andre meninggalkan ruang makan)
sebenarnya aku pun tak tega. Tapi ibu terlalu egois”.
Andre : Dan gara-gara ibu juga kita harus kehilangan ayah dan kak Rian. Jadi, jangan harap aku pun mau memaafkan ibu. (meninggalkan ibu)
Malam semakin larut, Andre yang saat itu melewati ruang keluarga hendak pergi ke luar rumah, hanya menatap ibunya dengan raut wajah sedih, dan kemudian beranjak pergi. Tanpa sepengetahuan mereka, Titin menyimak semua itu dari balik pintu kamarnya.
Titin : “Kak Vanny…. Kak Andre…” ( berteriak dan mengejar kedua kakaknya ) Ibu : “Tolong dengarkan Ibu!” (bangun dari duduknya dan mulai terisak.)
Titin : Dasar keras kepala. Kenapa selama ini mengabaikan Ibu, jika masih menyayanginya? (kemudian menutup pintu kamarnya dan beranjak tidur)
-Senja KeempatHari ini, ibu menyiapkan makan malam istimewa, niatnya ingin merayakan hari ulang tahun bersama putera-puterinya. Namun semua tak seperti harapannya, ia terus menunggu hingga jam dinding menunjukkan pukul delapan malam. Ibu : (Sambil menatap hasil kerja kerasnya) Akhirnya, selesai juga. Semoga mereka senang. (Ibu tertunduk, perlahan air mata mulai membasahi wajahnya, dan ia pun terisak.Tak seorang pun dari putraputrinya menghampiri dia) Vanny : (mendengar isakan tersebut Vanny membuka pintu kamarnya, melihat ibu dan tanpa sadar air matanya ikut terjatuh) “ibu,
-Senja KelimaMatahari lagi-lagi terbenam, meninggalkan haru dan senyum lalu menyambut pekatnya malam diiringi desir ombak yang selalu merisaukan.” Titin menatap kedua kakaknya yang sedang duduk di ruang keluarga, kemudian menghampiri mereka dan mengajak bicara Titin : Kenapa kakak mengabaikan Ibu? (dengan penasaran) Andre : Kakak tidak pernah mengabaikan Ibu. Ibulah yang mengabaikan kita. Titin : Ibu tidak pernah mengabaikan kita, Kak. Kakaklah yang
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Drama mengabaikan Ibu. Ibu selalu memperhatikan kita.”
Vanny Dokter?
Vanny : Tapii..
Dr. Adriana : Saya hanya ingin menyampaikan, kalau Ibu anda sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Dan keadaannya sangat tidak memungkinkan lagi. Saya harap anda segera ke sini.
Titin : Jangan menyelaku dulu Kak. Dulu Ibu memang tidak memperdulikan kita. Tapi sekarang Ibu selalu memperhatikan kita. Semalam Ibu bahkan menyiapkan makan malam untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi karena keegoisan Kakak, kakak bahkan tidak menyampaikan ucapan selamat kepada Ibu. Dan jika saya tidak salah, Kakak bahkan menangis melihat Ibu yang kesepian seperti itu. kenapa kakak tidak menghampiri ibu, jika masih menyayangi Ibu? “
: Saya Vanny, ada apa
Vanny : (Vanny segera mematikan ponselnya) “ kita ke rumah sakit sekarang !” Andre : Siapa yang sakit? Mengapa kita harus ke sana? Vanny
: Ibu..! Ayo berangkat..
Vanny dan Andre saling melihat satu sama lain ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Titin.
Mereka tertegun di depan kamar, menatap ibu mereka yang kini sedang berbaring di tempat tidur pasien
Vanny : Bagaimana mungkin kamu dapat berpikiran lebih dewasa dari kami? Apa yang terjadi? Kenapa kami tidak bisa memaafkan ibu? “
Vanny : (Sambil merangkul Ibunya sambil menangis tersedu-sedu) Ibu, maafkan Vanny. Vanny janji tidak akan menyusahkan Ibu lagi. Ibu jangan pergi yah…
Suasana kembali hening, tiba-tiba ponsel Vanny berdering. Nomor baru tertera di layar ponsel tersebut. Vanny ini?
: Halo, selamat sore.. Siapa
Dr. Adriani : Selamat sore, maaf mengganggu. Saya Dokter Adriana. Dan saya ingin berbicara dengan saudari Vanny.
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Titin : (Ikut merangkul Ibu sambil menangis) Andre : (Menyeka air mata di wajahnya dan berjalan menghampiri Ibunya ) Ibu maafkan saya. Maafkan keegoisan saya selama ini. Ibu
: Ibu sudah memaafkan
Drama kalian. (ikut menangis) Dalam jeda yang tak lama kemudian, Ibu menghembuskan nafas terakhirnya.
SELESAI
Tim Penulis: 1. Christin R. Milu 2. Cornelia C. Temu 3. Kristin Santoso 4. Arswin E. Lofa 5. Vicaria Hayr 6. Christin Y. M. Lalu
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Drama Mentari yang Terbenam Narator : Pagi ini alam bahagia, membungkus hangat bahagia di sebuah rumah. secangkir
cahayanya ia memancarkan kedukaan yang meramu gelisah.
sinar mentari yang sudah terseduh di atas piring langit biru, seakan menghipnotis seorang remaja untuk menatapnya
Ibu : Wendy, Ibu tidak sedang ingin menulis sebuah puisi. (tertawa kecil)
Ibu : (Membawa secangkir teh) Apa yang dikatakannya hari ini?
***
Wendy : (Sedang menatap langit dari beranda) Dia sangat bahagia… (lalu menyeruput teh) Ibu
: Benarkah?
Wendy : Ya. Tapi...apakah Ibu tahu makna kebahagiaannya? Ibu : (Bingung) Tidak. Memangnya, apa maknanya? Wendy : Ibu tentu tahu, tidak semua bahagia menggenggam keabadian. Ada pula bahagia yang bertamu demi mengucapkan selamat tinggal. Ibu : Apa maksudmu, nak? (Semakin bingung) Wendy : Dia selalu bersinar. Sekilas aku melihat dia tersenyum. Namun, dari
0
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Wendi : (Tersenyum tipis)
Narator : Paginya, wendy berjalan memasuki ruang kelas dengan wajah berseri-seri. Mikha : Hai? (Katanya sambil tersenyum manis). Apa yang dikatakannya hari ini? Wendy : Dia sangat bahagia Mikha : Benarkah? Wendy : Ya Mikha : Mengagumkan! (Percakapan terhenti untuk sejenak. Hening dalam pikiran mereka sendiri) Kamu tahu, aku ingin menjadi mentari... Wendy : (Menatap Mikha seolah bertanya: Mengapa) Mikha : ...yang terbenam Wendy : (Menatap Mikha semakin erat)
Drama Mikha : Jangan melihatku seperti itu. Kamu tak akan mendapatkan jawabannya hanya dengan menatapku, kan?! Wendi : (Wendy sedikit salah tingkah) Mengapa? Mikha : Aku ingin menghilang dari sini untuk menerangi yang lain. Tapi, meskipun menghilang aku ingin meninggalkan sesuatu yang indah bagi semua orang, tetapi sangat berkesan dan menyentuh bagi seseorang. Wendy : Wah! Itu sangat indah. *** Narator : Di pagi yang jingga, tak terdengar kicauan burung yang bernyanyi merdu. Seolah ada kabut yang menyamari jingga. Ada pesan langit yang tak terterka. Pagi itu Wendy merasa ada yang aneh. Ia sama sekali tak memiliki semangat untuk pergi ke sekolah. Ibu
: Apa yang dikatakannya hari ini?
Wendy : Maaf, Bu. Aku tidak tahu. Kabut menutupi pikiranku. Aku tak dapat memikirkan apapun. Ibu : Mungkinkah kau kesepian? Alam mengatakannya pada Ibu.
Wendy) Wendy : Tapi, bagaimana bisa? Ibu : Ayahmu. Dia pernah mengatakan ini pada Ibu, “Aku ingin menjadi mentari.... yang terbenam. Aku ingin menghilang dari sini untuk menerangi yang lain...” Wendy : (Menyela pembicaraan ibunya) Tapi, meskipun menghilang aku ingin meninggalkan sesuatu yang indah bagi semua orang, tetapi sangat berkesan dan menyentuh bagi seseorang. Ibu : Hei! Bagaimana kau dapat mengetahuinya? Wendy : padaku. Ibu
Seseorang
mengatakannya
: Seseorang?
Wendy : Ya. Mikha yang mengatakannya padaku.Tapi, beberapa hari ini dia tidak masuk sekolah. Katanya dia sakit. Mungkin alam juga mengetahui akan semua ini. Tak ada kecerahan beberapa hari ini. (Suasana hening seketika) Ibu : (Tertunduk seperti memikirkan sesuatu) Wendy : Ada apa, Bu?
Wendy : Ibu dapat membacanya?
Ibu : Ah...tidak. Tidak ada apa-apa. Ibu masuk dulu. Badan ibu kurang sehat.”
Ibu : (Tersenyum penuh arti lalu mengangguk pelan. Dan duduk di samping
Wendy : Ibu sakit?
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
1
Drama Ibu : (Ibunya menggeleng dan berlalu begitu saja) *** Narator : Hari berganti. Wendy telah tiba di sekolah. Namun, langit terlihat sangat mendung di matanya. Tiada lagi wajah yang berseri. Seolah sahabat-sahabatnya membungkam dalam kedukaan dan tangis. Ada semburat kegelisahan yang mengapung di dasar hati Wendy. Dia berlari menuju kelasnya. Setibanya di sana, dia melihat seorang gadis yang sangat dia rindukan selama beberapa hari ini. Mikha : Wendy..., Aku sangat merindukanmu! (Menggenggam tangan Wendy sambil berlinang air mata)
Wendy : Apa maksudmu? Pergi ke mana? Dewi : dia pergi, sangat jauh... pergi ketempat dimana tak ada rasa sakit, dia... gadis itu telah pergi ke surga... Mikha telah meninggal wendy! ( kata dewi dengan mata berkaca-kaca, menahan tangis) Wendy : Ini tidak mungkin. Lalu, yang berbicara denganku tadi...siapa? ( wendi mulai menangis sejadi-jadinya). Narator: langit temaram. Matahari seolah bersembunyi pada awan hitam. Setitik kesedihan telah merenggut matahari kami. Dia, gadis matahari itu telah pergi, membawa segala keindahan yang ada padanya ketempat dimana rasa sakit bahkan tak dapat menyentuhnya.
Wendy : Ada apa, Mikha? Mengapa kamu menangis? (Melepas genggaman Mikha) Kiki : Mikha? Kamu berbicara dengan siapa? Wendy : Mikha! Tidakkah kau melihatnya di sini? (Menunjuk ke arah Mikha)
SELESAI
Tim Penulis: 1. Soeharty Megawaty Konay
Kiki : (Menggeleng) Wendy, dia tidak ada di sini! Apa kamu gila?
2. Frederika Tunggadewi
Wendy : Tidak ada? Lalu, ini siapa? (Menoleh ke arah Mikha, sebelum akhirnya tersadar bahwa Mikha memang tidak ada di situ)
4. Dede
Dewi : Dia sudah pergi.
2
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
3. Shanaz Rosari Putri
5. Fatima 6. Randy
Info Kegiatan Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru Bahasa Indonesia se-Kabupaten Timor Tengah Selatan
Kegiatan ini diselenggarakan sebagai wujud partisipasi Kantor Bahasa Prov. NTT terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 dan rasa peduli terhadap guru bahasa Indonesia. Kegiatan ini mengundang 70 orang guru mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP se-Kabupaten Timor Tengah Selatan, dibuka secara resmi oleh kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Mahsun M.S, dan dihadiri oleh Kepala dinas PPO Kab. TTS, Kepala LPMP Prov. NTT, Kepala Kantor Bahasa Prov. NTT, dan narasumber dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang juga sebagai penyusun buku teks bahasa Indonesia Kurikulum 2013, antara lain Bapak Maryanto, M.Hum dan Ibu Nur Hayati.
penyambutan secara adat yang disebut dengan Natoni, serta tarian penyambutan, dilanjutkan dengan pengalungan salempang adat masyarakat TTS sebagai bentuk kehormatan dan ungkapan kebahagiaan menyambut tamu yang datang.
Kepala Badan Bahasa, Prof.Dr. Mahsun, M.S. membuka acara Peningkatan Kompetensi Pedagogis bagi Guru Bahasa Indonesia di TTS
Setelah selesai acara pembukaan, Prof. Dr. Mahsun M.S langsung membawakan materi tentang Kebijakan Bahasa dan Kurikulum Nasional 2013, dan dilanjutkan oleh Bapak Maryanto, M.Hum. Kegiatan ini mendapatkan sambutan yang positif dari para peserta, sehingga peserta yang hadir melebihi dari jumlah yang diundang, yaitu mencapai 85 orang. (iwa) Kepala Badan Bahasa, Prof.Dr. Mahsun, M.S. disambut dengan Tarian Penyambutan dan Natoni di Kabupaten TTS
Selanjutnya acara pembukaan diawali dengan
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
3
Info Kegiatan
Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur mengadakan kegiatan Peningkatan Kompetensi Pedagogis Guru Bahasa Indonesia se-Kabupaten Timor Tengah Selatan yang diselenggarakan di Soe pada tanggal 2—5 September 2014, bertempat di Hotel Bahagia 2 Soe.
Info Kegiatan Malam Puncak Bengkel Sastra 2014
“Inilah Sastrawan-Sastrawan Kita…”
Info Kegiatan
Catatan Robert Fahik, M.Si.
Sabtu (1/11/2014) siang kami tiba di Sekolah Lapangan Nekamese, Kupang. Tim dari Kantor Bahasa Provinsi NTT Nampak sudah ada di sana bersama puluhan siswa. Para siswa ini berasal dari SDN 2 Oesapa Kecil (20 siswa), SMPN 3 Kota Kupang (20 siswa), dan SMAK Giovani Kupang (20 siswa). Mereka adalah peserta kegiatan Bengkel Sastra yang diselenggarakan Kantor Bahasa Provinsi NTT dengan melibatkan dua komunitas sastra di Kota Kupang yakni Komunitas Sastra Dusun Flobamora dan Uma Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM). Para sastrawan yang tergabung dalam dua komunitas ini dengan sabar dan penuh dedikasi telah mendampingi para siswa dari tiga binaan tersebut selama lebih dari dua bulan (tatap muka seminggu sekali). Para siswa diberikan ilmu, pengalaman, serta motivasi dalam hal menulis (sastra). Siswa SD diarahkan dalam menulis puisi. Siswa SMP didampingi dalam menulis cerpen. Sedangkan siswa SMA ditempa dalam menulis naskah drama. Tidak hanya menulis, para siswa juga digenjot dengan berbagai latihan untuk bisa menampilkan karya tulisnya dalam bentuk gerak (pembacaan, musikalisasi puisi, serta pementasan cerpen dan drama). Dan inilah hari yang paling dinanti. Malam Puncak Bengkel Sastra. Sekolah Lapangan Nekamese menjadi saksi bisu lahirnya generasi muda NTT yang mencoba mengenal dan
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
mencintai dunia menulis khususnya sastra. Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTT, M. Luthfi Baihaqi, S.S., M.A., dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan meningkatkan sikap positif siswa terhadap sastra, meningkatkan kreatifitas anak dalam menulis, dan mendorong komunitas sastra untuk berkembang. Dirinya juga menjelaskan bahwa selain pementasan, hasil tulisan siswa juga akan dibukukan dalam antologi puisi (SD), antologi cerpen (SMP), dan antologi naskah drama (SMA). Selain itu, penampilan para siswa yang diabadikan dalam video akan ditampilkan dalam Jambore Sastra tahun 2015 di Kupang. “Sepuluh tahun lagi kita akan dengan bangga mengatakan bahwa ‘inilah sastrawansatrawan kita’. Dengan membaca, kita mengenal dunia. Tetapi dengan menulis, kita menguasai dunia,” tutur Baihaqi. Sembari memberi apresiasi dan rasa terima kasih mendalam bagi komunitas sastra, para sastrawan, para siswa, pihak sekolah, dan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan ini, dirinya berharap agar kegiatan ini tidak berhenti di sini. Kerja sama semua pihak sangat diharapkan ke depan. Harapan yang sama diutarakan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kota Kupang yang diwakili Kabid. Kebudayaan, Bpk. Mage Hae, S.Pd., dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan secara resmi. Dikatakannya, kehadiran Kantor Bahasa NTT dengan berbagai
Info Kegiatan
Penampilan Peserta Bengkel Sastra dari SD Negeri 2 Oesapa Kecil dalam pementasan puisi kolaboratif.
Penampilan Peserta Bengkel Sastra dari SMP Negeri 13 Kupang dalam pementasan penceritaan ulang cerita rakyat, kolaborasi teater, musik, dan tarian.
Penampilan Peserta Bengkel Sastra dari SMAK Giovani Kupang dalam pementasan drama.
kegiatan selama ini patut diapresiasi. Pemerintah melalui dinas terkait, jelasnya, membuka pintu untuk bekerja sama dalam memajukan pendidikan khususnya dalam bidang bahasa dan sastra. “Tanpa bahasa Indonesia, persatuan sulit. Untuk siswa, mari belajar mencintai mencintai bahasa Indonesia. Mari bangga berbahasa Indonesia yang baik dan benar, bangga menjadi anak Indonesia,” tegas Mage Hae.
Kecil, mengaku bangga karena Kantor Bahasa mau bekerja sama dengan pihak sekolah. Para siswa sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini. Katanya, selama ini mungkin ada siswa yang punya potensi tetapi belum diperhatikan. “Karya anak-anak mungkin ada tapi kurang publikasi. Belum ada wadah. Kami berharap, kegiatan ini tidak berhenti tahun ini saja,” katanya.
Terima kasih Kantor Bahasa NTT Langkah Kantor Bahasa NTT dalam menanamkan budaya cinta bahasa dan sastra bagi para sisawa lewat Bengkel Sastra ternyata mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak. Bapak Niron, perwakilan guru dari SDN 2 Oesapa
Sekar Manafe, siswa SMPN 3 Kupang, mengungkapkan hal yang sama. Ia sangat berterima kasih karena mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. “Terima kasih Kantor Bahasa, terima kasih semuanya. Kami mendapat banyak hal hal yang baik. Dulu tidak percaya diri, tapi sekarang bisa tampil di depan dan bisa menulis. Karena para pembimbinglah
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Info Kegiatan
Foto Bersama 3 Sekolah Binaan Bengkel Sastra, Komunitas Sastra dan Kantor Bahasa NTT.
Info Kegiatan
Info Kegiatan
Mario F. Lawi, salah satu sastrawan NTT sedang membacakan puisi di acara api unggun, malam puncak kegiatan bengkel sastra
Para peserta bengkel sastra dari 3 sekolah binaan sedang duduk berbaur dengan para sastrawan.
kami bisa seperti ini,” ungkap Manafe. Mewakili komunitas sastra, Rm. Amanche Frank Oe Ninu, Pr., menyampaikan terima kasih kepada dinas terkait yang telah memberi ruang bagi sekolah-sekolah untuk berkembang. Ungkapan terima kasih juga disampaikannya kepada Kantor Bahasa NTT yang telah mengadakan Bengkel Sastra. “Kegiatan ini membantu para sastrawan untuk mengembangkan diri. Apa yang kami miliki, kami bagikan. Anak-anak milik masa depan, sebagaimana masa depan milik mereka,” kata Koordinator Komunitas Dusun Flobamora ini. Pada Malam Puncak Bengkel Sastra tersebut, para siswa menampilkan berbagai pertunjukkan. Ada pembacaan puisi tunggal, puisi berantai, puisi dalam bahasa Indonesia
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Kegiatan Outbound untuk bina akrab dari 3 sekolah binaan
dan bahasa daerah, serta musikalisasi puisi, yang dibawakan para siswa SDN 2 Oesapa Kecil. Para siswa SMPN 3 Kupang menampilkan pementasan cerpen berjudul “Pohon Asam” karya salah seorang siswa yang mengangkat legenda tentang pohon asam dari Kabupaten Malaka. Dikolaborasikan dengan musik dan tarian, pementasan cerpen ini menjadi istimewa dan mengundang decak kagum penonton. Pementasan malam itu ditutup dengan sajian dua drama singkat hasil karya para siswa SMAN Giovani Kupang yang tidak kalah menarik. Penghayatan karakter serta kreatifitas busana siswa yang dimotori sastrawan Ragil Sukriwul menambah semaraknya pementasan drama tersebut. Usai pementasan, semua peserta dan panitia membentuk lingkaran mengelilingi api unggun, tak jauh dari aula pentas. Beberapa lagu dinyanyikan bersama selain pembacaan puisi oleh beberapa sastrawan muda seperti Mario Lawi, Amanche Frank, Robert Fahik, dan Saddam HP. Tidak hanya mementaskan hasil karyanya, dalam kegiatan yang berlangsung dua hari (1 – 2/11/2014) tersebut para siswa juga disuguhi berbagai permainan in door dan out door yang langsung dipandu instruktur professional. Panitia juga memberikan berbagai hadiah menarik bagi peserta seperti buku tulis, perlengkapan minum, serta buku antologi cerpen terbaru terbitan Kantor Bahasa NTT.
Info Kegiatan Revitalisasi Tradisi Lisan NTT : Bonet
Pembukaan kegiatan dilangsungkan pada Selasa (25/11/2014) malam. Hadir dalam pembukaan kegiatan tersebut, Kepala Dinas Pndidikan dan Kebudayaan (P & K) Prov. NTT, yang diwakili Kabid. Kebudayaan, Bpk. Valen, Kepala Kantor Bahasa Prov. NTT, M. Luthfi Baihaqi, S.S., M.A., Koordinator Tim Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Denda Rinjaya, serta akademisi Universitas Nusa Cendana, Prof. Felix Sanga. Dalam sambutannya, Kabid. Kebudayaan, Dinas P & K Prov. NTT, Bpk. Valen, menekankan pentingnya mewariskan tradisi lisan terutama di kalangan generasi muda. Karena itu dirinya mengapresiasi langkah yang dilakukan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Ia berharap, agar kegiatan serupa bisa dilakukan di waktu-waktu mendatang karena NTT memiliki begitu banyak tradisi yang harus dilestarikan. Sementara itu Kepala Kantor Bahasa Prov. NTT, M. Luthfi Baihaqi, S.S., M.A., dalam sambutannya mengharapkan agar para peserta dapat menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin. Menurutnya, kegiatan ini
merupakan bentuk nyata perhatian pemerintah pusat terhadap kekayaan budaya yang ada di NTT. Mewakili Dinas PPO Kab. TTS, Yerfiana A. D. Boimau, S.Pd., mengungkapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini serta kepercayaan yang diberikan kepada Kab. TTS khususnya para guru pendamping, pelatih, dan siswa peserta. Dijelaskannya, perserta kegiatan ini berjumlah 40 siswa yang berasal dari 10 sekolah di Kab. TTS. Sepuluh sekolah tersebut yakni SMA Kristen Kapan, SMAN Kapan, SMAN Benlutu, SMA Kristen 1 Soe, SMA Kristen 2 Soe, SMKN 1 Soe, SMK Kristen Soe, SMA PGRI Soe, SMAN Amanuban Tengah, dan SMA Al-Iqhlas Soe. Sedangkan tim pendamping dan pelatih, jelasnya, terdiri dari guru dan praktisi sanggar yakni Aksamina Tlonaen, Nehemia Ottu, dan Anderias Nenokeba. Keesokan harinya, Rabu (26/11/2014), Prof. Felix Sanga, tampil sebagai pembicara dengan materi tentang sejarah tradisi lisan di NTT khususnya Bonet. Materi Prof. Felix merupakan satusatunya materi dalam kegiatan ini. Selanjutnya selama tiga hari (26 – 28/11/2014) para siswa ditempa dengan berbagai latihan, seperti memainkan alat musik gong dan juk, sapaan adat; natoni, serta tarian bonet. Puncak kegiatan diwarnai dengan pementasan tradisi lisan sebagaimana yang telah dilatih. Pementasan berlangsung apa Sabtu (29/11/2014) pagi di arena Car Free Day, Jln. El Tari Kupang. Hadir pada kesempatan tersebut, Wali Kota Kupang, Jonas Salean, S.H., M.Si., Wakil Wali Kota Kupang, dr. Hermanus Man,
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Info Kegiatan
Dalam rangka menanamkan semangat cinta budaya NTT khususnya tradisi lisan di kalangan generasi muda, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, mengadakan kegiatan Revitalisasi Tradisi Lisan: Bonet di Kupang. Kegiatan yang berlangsung selama hampir sepekan ini (25 – 30/11/2014) berlangsung di Hotel On the Rock. Kegiatan tersebut melibatkan 40 siswa dari SMA dan SMK yang berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Info Kegiatan
Info Kegiatan
Foto Bersama peserta Revitalisasi Tradisi Lisan Bonet, asal Kabupaten TTS
Natoni saat acara pembukaan Revitalisasi Tradisi Lisan Bonet di Hotel On the Rock Kupang
Pementasan Musik Juk dan Gong di arena Car Free Day jalan raya El Tari Kota Kupang
Natoni penyambutan yang dituturkan oleh seorang peserta Revitalisasi Tradisi Lisan Bonet kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang
Sekda Kota Kupang, Bernadus Benu, S.H., M.Si., serta ratusan anggota masyarakat. Tidak hanya menonton, Wali Kota dan Wakil Wali Kota, dan Sekda Kota Kupang serta masyarakat yang hadir ikut mengambil bagian dalam berbagai pertunjukkan para siswa. Hal ini menambah meriah suasana pagi di Jl. El Tari. Dalam sambutannya ketika membuka acara pementasan, Wali Kota Kupang, Jonas Salean, S.H., M.Si., mengungkapkan rasa bangga atas semangat yang dimiliki generasi muda untuk melestarikan budayanya. Dirinya memberi apresiasi kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memberi perhatian terhadap tradisi lisan di NTT. “Kegiatan ini merupakan upaya pelestarian tradisi lisan di NTT yang hampir punah. Dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan agar kegiatan ini tidak berhenti di sini,” tegas Salean.
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Koordinator Tim Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Denda Rinjaya, mengungkapkan, dirinya tidak menyangka kegiatan akan semeriah ini. Sebelumnya, kegiatan yang sama pernah dilakukan di provinsi lain. Namun di Kupang, menurutnya, yang paling meriah karena mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Pendamping peserta, Aksamina Tlonaen, mengaku bangga karena para siswa bisa menampilkan yang terbaik dan mendapat apresiasi dari masyarakat. Walaupun masih terdapat berbagai kekurangan karena keterbatasan waktu, ia berharap agar para siswa terus berlatih ke depan. “Terima kasih kepada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa serta Kantor Bahasa NTT yang telah member kesempatan kepada anak-anak kami. Kami berharap dapat dilibatkan dalam kegiatankegiatan mendatang,” tutur pembina sanggar Tutmuni-TTS ini. (Robert Fahik)
Info Kegiatan PEMILIHAN DUTA BAHASA TINGKAT NASIONAL
Pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional tahun 2014 secara umum bertujuan meningkatkan peran generasi muda dalam memantapkan fungsi bahasa Indonesia, daerah dan asing sesuai dengan ranah penggunaannya masing-masing guna memperkuat karakter, martabat, dan daya saing bangsa. Pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional tahun 2014 ini dilaksanakan di Hotel Mercure Ancol, Jakarta pada 25—31 Oktober 2014. Kegiatan ini dilaksanakan melalui tiga tahap kegiatan, yaitu pembekalan peserta dengan materi kebahasaan dan kesastraan, peserta akan mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang nasionalisme, pengembangan karakter, dan integritas dari sejumlah narasumber. Kemudian dilanjutkan dengan tahap penilaian, yaitu dinilai dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Penilaian pengetahuan dilaksanakan melalui pengamatan, baik terhadap pemahaman materi pembekalan, presentasi makalah, maupun aktivitas dalam diskusi. Penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian terhadap keterampilan berbahasa lisan dan tulis baik bahasa Indonesia,
Foto Bersama peserta pemilihan duta bahasa tingkat nasional tahun 2014
Peserta pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional Tahun 2014 adalah pasangan duta utusan provinsi. Peserta melalui seleksi di tingkat provinsi pada tahun 2014 dan telah ditetapkan sebagaia duta bahasa provinsi masing-masing. Duta bahasa perwakilan provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Andreas Yoseph Olak Witak dan Maya Riyanti Therik. Kegiatan yang diikuti oleh 28 pasangan dari berbagai provinsi ini akhirnya berhasil menjaring peserta terbaik hasil seleksi dewan juri yang akhirnya ditetapkan sebagai pemenang, yaitu Juara 1 dari Provinsi Bali (Ayu Indah Karolina dan Made Adi Suadnyana), Juara 2 dari Provinsi Kepulauan Riau (Sunarto dan Kristie Onasis), Juara 3 dari Provinsi Jawa Tengah (Ghoniyati Rahmah dan Muhammad Irfan), Juara Harapan I dari Provinsi Jambi (Aruqmana Rasyid dan Heti Prima Anggara), Juara Harapan II dari Provinsi NTB (Amy Shientiarizki dan Hilman Qudratuddarsi), dan Juara Harapan III dari Provinsi Jawa Barat (Yanti Silviana dan Retu Surya Dinagara). (Andre Witak)
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Info Kegiatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2006 telah menyelenggarakan pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional. Kegiatan tersebut dilandaskan dengan misi untuk senantiasa melahirkan kader-kader muda yang siap menerjemahkan dan menyelaraskan cita-cita pemuda Angkatan 1928 daalam tindakan nyata sesuai dengan dinamika perkembangan zaman.
daerah maupu asing. Sementara itu, penilaian sikap dilakukan melalui penilaian perilaku peserta selama mengikuti kegiatan. Kemudian hasil dari penilaian peserta dengan jumlah skor tertinggi ditetapkan sebagai pemenang I akan dianugerahi gelar Duta Bahasa Nasional Tahun 2014. Dan ditetapkan pula pemenang II dan III serta pemenang harapan I, II dan III.
Info Kegiatan
Info Kegiatan
INFO PENELITIAN TAHUN 2014 Penelitian Kantor Bahasa tahun 2014 ini mengambil judul “Evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP dan SMA pada sekolah sasaran di 4 kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Timur” Adapun 4 kabupaten yang menjadi sumber data yaitu Kabupaten/Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui seberapa jauh penerapan kurikulum 2013 mempengaruhi proses belajar mengajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMP dan SMA pada sekolah sasaran di empat kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(2) untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran bahasa Indonesia di tingkat SMP dan SMA pada sekolah sasaran di empat kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. (3) untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan siswa SMP dan SMA pada sekolah sasaran di empat kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan Kurikulum 2013, (4) untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013 dengan menggunkan bahan ajar berbasis teks pada pelajaran bahasa Indonesia pada tingkat SMP dan SMA pada sekolah sasaran di empat kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. (CTW)
Kegiatan Penelitian sedang berlangsung di salah satu sekolah sasaran
0
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Info Kegiatan Lomba Penulisan Majalah Dinding Dari hasil penjurian ditetapkan sebagai juara dalam Lomba Penulisan Majalah Dinding bagi SMP dan SMA/SMK di Kota Kupang ini adalah Pemenang I (SMA Negeri 3 Kupang), Pemenang II (SMP Kristen Tunas Bangsa), Pemenang III (SMP Negeri 2 Kupang), Harapan I (SMP Negeri 13 Kupang), Harapan II (SMP St. Familia), Harapan III (SMP Kristen Mercusuar). Melalui kegiatan ini diharapkan dapat membudayakan budaya menulis bagi generasi muda kita untuk terus menulis, dan media paling sederhana sebagai tempat berekspresi adalah majalah dinding yang ada di sekolah masing-masing. (iwa)
Proses penjurian lomba penulisan majalah dinding tahun 2014 di salah satu sekolah peserta
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
1
Info Kegiatan
Kegiatan Lomba Penulisan Majalah Dinding bagi SMP dan SMA/SMK di Kota Kupang dilakukan di Kota Kupang, dan dilaksanakan di sekolah masing-masing yang sudah terdaftar sebagai peserta lomba. Berikut adalah jadwal kegiatan Lomba Penulisan Majalah Dinding bagi SMP dan SMA/SMK di Kota Kupang, berdasarkan tanggal pelaksanaannya: Penyebaran informasi lomba melalui poster yang diantar langsung ke sekolah-sekolah (1—7 Oktober 2014), Pendaftaran peserta (8—17 Oktober 2014), Waktu pengelolahan majalah dinding di sekolah masing-masing (13—21 Oktober 2014), Penilaian ke sekolah masing-masing (22—24 Oktober 2014). Kegiatan ini dikuti oleh 7 sekolah peserta dari SMP dan SMA Negeri maupun swasta yang ada di Kota Kupang.
Info Kegiatan
Info Kegiatan
SEMARAK BULAN BAHASA 2014 Memperingati bulan bahasa pada Oktober 2014, Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tenggara Timur menyelenggarakan berbagai perlombaan. Kegiatan ini melibatkan para pelajar di kota Kupang mulai tingkat dasar hingga menengah atas serta guru PAUD. Ada 4 perlombaan yang dilombakan yaitu; lomba menulis dongeng dan mendongeng untuk guru PAUD, lomba bercerita cerita rakyat untuk siswa SD, lomba menulis resensi buku cerita rakyat untuk siswa SMP, dan lomba menulis esai untuk siswa SMA. Kegiatan ini diselenggarakan bertepatan dengan peringatan hari sumpah Pemuda yaitu tanggal 28 Oktober 2014 bertempat di halam Kantor Bahasa NTT.
Semarak Bulan Bahasa 2014 dibuka secara resmi oleh Sekretaris Dinas PPO Kota Kupang (Drs. Filmon Lulupoy)
2
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Kegiatan yang diberi nama “Semarak Bulan Bahasa 2014” ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Kupang, Drs. Filmon Lulupoy. Setiap peserta berusaha menampilkan yang terbaik, sesuai dengan lomba yang diikuti. Ada pun jumlah peserta untuk setiap jenis lomba bervariasi karena disesuaikan dengan batas waktu lomba untuk lomba mendongeng dan bercerita serta ketersediaan waktu juri untuk memeriksa hasil lomba meresensi buku dan menulis esai. Juri yang terlibat dalam kegiatan ini adalah perwakilan dari media massa yang ada di Kota Kupang baik media cetak maupun elektronik, yaitu, Pos Kupang, Victory News, TVRI Stasiun Kupang, RRI Stasiun Kupang. Sementara juri yang mewakili instansi pemerintah dan akademisi berasal dari Dinas Pendidikan Kota Kupang, PLS Kota Kupang, UPTD Bahasa Dinas Pendidikan Prov. NTT dan Undana. Kantor Bahasa Provinsi NTT juga menggandeng Bank NTT dan Toko Buku Gramedia sebagai sponsor untuk kegiatan ini.
Tim Juri Semarak Bulan Bahasa yang Berasal dari Dinas PPO Kota Kupang, Media Pers, dan Akademisi.
Info Kegiatan
Peserta Lomba Meresensi Cerita Rakyat Tingkat SMP pada Semarak Bulan Bahasa 2014
Salah satu peserta Lomba Mendongeng bagi Guru PAUD pada Semarak Bulan Bahasa 2014
Kepala Kantor Bahasa NTT (M. Luthfi Baihaqi, S.S.,M.A.) menyerahkan hadiah kepada Pemenang Lomba Bercerita Cerita Rakyat Tingkat SD pada Semarak Bulan Bahasa 2014
Salah satu juri dari Media Pers menyerahkan hadiah kepada Pemenang Lomba Meresensi Cerita Rakyat Tingkat SMP pada Semarak Bulan Bahasa 2014
Salah satu juri dari Akademisi menyerahkan hadiah kepada Pemenang Lomba Menulis Esai Tingkat SMP pada Semarak Bulan Bahasa 2014
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
3
Info Kegiatan
Salah satu peserta Lomba Bercerita Cerita Rakyat Tingkat SD pada Semarak Bulan Bahasa 2014
Info Kegiatan Daftar juara untuk masing-masing lomba; 1. Lomba menulis dongeng dan mendongeng bagi guru PAUD
Info Kegiatan
Juara I : Sherly A. Laya, S.Pd asal sekolah TK Kristen Kefas Juara II : Sari Dewi Astuti asal sekolah TK Baru Nawati Juara III : Febriana Margaritha, S.Kom asal sekolah TK Kaisarea 2. Lomba bercerita cerita rakyat bagi siswa SD
Salah satu juri dari Dinas PPO Kota Kupang menyerahkan hadiah kepada Pemenang Lomba Mendongeng bagi Guru PAUD pada Semarak Bulan Bahasa 2014
Juara I : Stevani Aprilia Wanda, asal sekolah SDK Don Bosko 4 Juara II : Maharani Neonufa, asal sekolah SD Kristen Tunas Gloria Juara III : Heru Aldi Benu, asal sekolah SDN Bertingkat Naikoten 3. Lomba meresensi buku cerita rakyat bagi siswa SMP Juara I : Esther Pidu Dimu, asal sekolah SMP Kristen Tunas Bangsa Juara II : Irvandi Kadja Ludji, asal sekolah SMPN 4 Kupang Juara III : Ratih Melita Kapitan, asal sekolah SMP Kristen Mercusuar 4. Lomba menulis esai bagi siswa SMA Juara I : Adveni H. Altisari Lada asal sekolah SMAN 4 Kupang, Juara II : Syakhyla R. H. Koso asal sekolah SMA Katolik Giovanni Kupang, Juara III : Fransisca Hornai asal sekolah SMA Katolik Giovanni Kupang.
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Antusias penonton yang datang menghadiri acara Semarak Bulan Bahasa 2014 yang berlangsung di halaman Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur, 28 Oktober 2014.
Selain untuk memeriahkan bulan bahasa tahun 2014, melalui kegiatan yang bertema “Bahasa dalam Karya, Karya dalam Bahasa” ini diharapkan mampu memotivasi generasi muda, khususnya pelajar SD—SMA untuk mencintai tradisi lisan yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, seperti cerita rakyat, dan juga menumbuhkan budaya baca dan budaya tulis. Sedangkan untuk guru PAUD diharapkan melalui kegiatan ini lebih termotivasi untuk lebih kreatif dalam menulis dongeng dan mendongeng di lingkungan PAUD. (Ardy)
Resensi Natal dan Paskah Perpsektif Penyair Robert Fahik*)
Judul
: Natal dan Paskah dalam Kontemplasi Penyair
Penulis : A. G. Hadzarmawit Netti Penerbit : B You Publishing, Surabaya Tahun : 2013 Tebal
: xii + 134 halaman
ISBN
: 978-9-7917-9117-5
Perayaan keagamaan merupakan rutinitas manusia yang tak pernah luput dari perhatian. Berbagai persiapan dilakukan menyongsong perayaan tersebut. Seiring dengan itu, pemaknaan akan hari raya keagamaan pun sering menjadi tuntutan bagi setiap orang. Hal ini penting untuk menepis anggapan bahwa perayaan keagamaan hanyalah rutinitas belaka. Dalam konteks hidup umat Kristiani, Natal dan Paskah merupakan dua moment penting yang selalu dirayakan secara meriah. Kekhasan masing-masing hari raya tersebut sudah menjadi pemandangan tersendiri ketika hari tersebut dirayakan. Inti dari masing-masing perayaan pun tentu bukan merupakan hal asing atau baru bagi
umat Kristiani. Namun bagaimana Natal dan Paskah “dirayakan” oleh para penyair? Pesan apa yang ada di balik Natal dan Paskah perspektif penyair? A. G. Hadzarmawit Netti menjawabnya dengan menghadirkan buku ini. Secara keseluruhan buku ini terdiri dari 22 bagian (bab) yang berisi ulasan sang penulis tentang puisi bertema Natal dan Paskah dari beberapa penyair, selain 6 bagian yang berisi puisi penulis sendiri (bab 8, 9, 10, 11, 12, dan 14). Beberapa penyair yang puisinya diulas penulis dalam buku ini yakni Fridolin Ukur (bab 1, 2, 7, 13, 15, 16, dan 17), Poppy Hutagalung (bab 3, 4, dan 5), Mezra E. Pellondou (bab 6 dan 18), Viktus Murin (19 dan 20), dan Hans Ch. Louk (bab 21). Selain itu, yang juga menarik untuk disimak adalah puisi Gwyneth Adinda Christiani Mandala, gadis berusia 9 tahun (ketika buku ini terbit). Ada pun puisi Gwyneth dipersembahkan kepada sang penulis ketika merayakan HUT ke-70 (9/10/2011).
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
65
Resensi Selain 22 bab yang berisi ulasan penulis terhadap puisi-puisi karya beberapa penyair, dalam buku penulis juga memuat sebuah lampiran yang diberi judul: Sorot Balik Tentang Kehadiran Buku Kristen Dalam Sastra Indonesia (BPK. Gunung Mulia, Jakarta 1977). Buku Kristen Dalam Sastra Indonesia adalah karya pertama sang penulis yang kala itu mendapat banyak sorotan. Seperti apa sorotan tersebut, bagaimana proses lahirnya buku tersebut, apa tanggapan pembaca, serta apa jawaban sang penulis, semuanya tersaji dengan jelas dalam bagian ini (Lampiran/hlm. 113 – 131). Hadirnya buku ini mengaskan bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari sastra. Sastra selalu memberi warna tersendiri. Bahkan perayaan keagamaan pun semisal Natal dan Paskah dapat diteropong lewat jendela sastra. Berbagai karya sastra khususnya puisi yang bertema Natal dan Paskah bisa menjadi referensi permenungan umat Kristiani dan pembaca secara umum yang mau menghayati pesan Natal dan Paskah. Tentu masing-masing pembaca memiliki pandangan dan penilaian berbeda terhadap sebuah karya. Namun beberapa ulasan sang penulis kiranya memberi “contoh” bagi pembaca dalam mengapreasiasi berbagai karya sastra (puisi). Dengan mengapreasiasi karya-karya (puisi) lainnya, pembaca boleh “memperkaya” isi buku ini yang hanya memuat puisi karya beberapa penyair. Kiranya buku ini menjadi kado Natal dan Paskah yang istimewa dan berharga bagi umat Kristiani dan pembaca serta peminta sastra umumnya. *) Penulis Novel Badut Malaka dan Novel Likurai Untuk Sang Mempelai
66
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
A. G. Hadzarmawit Netti
“Strong desire to be successful” Sosoknya yang sederhana membuat banyak orang tak mengira bahwa dirinya adalah salah seorang pujangga kelas wahid yang dimiliki bumi Flobamora. Kediamannya di sudut NaikolanKupang yang jauh dari kebisingan dan keramaian kota, menjadikan sosok kelahiran Soe (Timor Tengah Selatan), 9 Oktober 1941 ini jauh dari kepopuleran. Namun namanya beserta beberapa karya tulisnya (buku) yang sudah tercatat dalam Virtual International Authority File, dan BookerWorm.com: The Home Of Great Writing, membuat kita patut bertanya-bertanya. Siapakah sosok A. G. Hadzarmawit Netti sesungguhnya? Bagaimana sepak terjangnya dalam dunia menulis? Seperti apa buah pemikirannya tentang perkembangan budaya menulis (dan membaca) di NTT? Berikut petikan wawancara penyunting Loti Basastra,, Robert Fahik, dengan A. G. Hadzarmawit Netti (akrab disapa Opa) beberapa waktu lalu.
Apa kesibukan Opa sekarang? Pada usia di atas tujuh puluh tiga tahun sekarang ini, saya masih tetap sibuk membaca dan menulis. Sesuai latar belakang pendidikan formal saya yang hanya menamatkan pendidikan di SMA Negeri Kupang Bagian A (Jurusan Sastra) pada tahun 1963,
dengan sendirinya saya senang membaca bukubuku sastra dan bahasa. Karena saya tidak melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi, maka sejak tahun 1963 saya bertekad untuk kelak menjadi seorang autodidak ( orang yang mendapat keahlian dengan belajar sendiri), autodidaktik (dengan belajar sendiri). Untuk itu saya menekuni (mempelajari dengan tekun): sastra, filsafat, teologi, psikologi, dan sejarah. Opa sudah menulis di berbagai media massa, dan juga menulis beberapa buku. Sejak kapan Opa mulai menekuni dunia menulis? Saya mulai menekuni dunia menulis (puisi dan kritik sastra) sejak masih di bangku SMA Negeri Kupang tahun 1960 – 1963. Pada waktu itu saya sudah memiliki tiga buku kumpulan puisi manuskrip (tulisan tangan dengan pena), masingmasing berjudul: “Surat dari Seberang Jalan”; “Suara Celah-Celah Tahun”; dan “Tiada Mentari Bulan Redup”. Namun, ketiga buku kumpulan puisi manuskrip tersebut hilang pada tahun 1964. Dengan demikian saya gagal dikenal sebagai penyair, karena tidak ada karya tulis puisi yang berhasil diterbitkan. Saya juga mulai menulis artikel kritik sastra ketika masih di bangku SMA. Antara bulan Oktober 1962 sampai Juni 1963 saya aktif mengisi acara siaran Serambi Sastra PERSADA SMA Negeri Kupang di RRI Stasiun Kupang. Acara siaran, dua kali dalam sebulan, yaitu pada malam minggu pekan pertama dan pekan keempat. Pada waktu itu, saya sebagai Ketua PERSADA (Persatuan Sastrawan
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
Muda) SMA Negeri Kupang, yang mengoordinasi aktivitas sastra siswa-siswa sekolah menengah atas yang ada di Kota Kupang. Dengan demikian, puisi-puisi dan artikel kritik sastra yang saya tulis banyak yang disiarkan pada waktu itu melalui RRI Stasiun Kupang. Ketika saya “mengembara” di pulau Rote, menjadi guru bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di beberapa sekolah antara bulan Agustus 1963 sampai tahun 1982, saya terus menekuni dunia menulis dan membaca, karena saya bertekad menjadi autodidak, autodidaktik. Apa yang mendorong Opa dalam menulis? Yang mendorong saya untuk menulis ialah “hasrat (keinginan yang kuat) untuk mewujud-nyatakan diri” sesuai dengan bidang-bidang ilmu yang saya tekuni. Saya sebagai ada, niscaya harus mengada. Ini berarti: saya sebagai ada, hanya baru dapat dikenal dan diakui sebagai ada melalui meng-ada sesuai dengan potensi yang dimiliki. Berdasarkan pengalaman Opa sejauh ini, bekal apa yang perlu dimiliki seorang penulis? Setiap orang memiliki ambisi. Tetapi orang perlu menginsafi dua sisi dari ambisi. Pertama, ambisi sebagai “strong desire to be famous” (keinginan yang kuat untuk terkenal, termasyhur, ternama). Kedua, ambisi sebagai “strong desire to be successful” (keinginan yang kuat untuk berhasil; sukses) dalam bidang yang ditekuni. Saya mengandalkan sisi yang kedua dari ambisi, yaitu: “strong desire to be successful” dalam berkarya sebagai seorang penulis, sesuai dengan potensi yang saya miliki. Dengan tekad menjadi autodidak, autodidaktik, saya telah berhasil menghadirkan buku Kristen dalam Sastra Indonesia (BPK Gunung Mulia Jakarta 1977); Vibrasi Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan Vibrasi Eksistensi Bangsa Indonesia (B You Publishing Surabaya 2010); SajakSajak Chairil Anwar dalam Kontemplasi (B You
68
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Publishing Surabaya 2011). Ketiga buku ini bukan saja sukses masuk dalam Virtual International Authority File, dikenal dan dikomentari secara positif dalam dua puluh empat bahasa oleh penelaah buku di mancanegara, melainkan lebih dari pada itu, melalui ketiga buku itu, saya diakui dan mendapat tempat sebagai Author di BookerWorm.com: The Home Of Great Writing yang berpusat di Amerika. Bagaimana Opa melihat perkembangan budaya menulis dan membaca di NTT? Saya melihat, “budaya menulis dan membaca” di daerah NTT berada pada perkembangan yang baik. Semua nama sastrawan yang disebutkan oleh Yohanes Sehandi dalam bukunya, Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (Penerbit Universitas Sanata Dharma 2012) dan/atau nama-nama dan karya tulis yang telah diabadikan dalam buku Kematian Sasando – Antologi Cerita Pendek Sastrawan Nusa Tenggara Timur dan Senja di Kota Kupang – Antologi Puisi Sastrawan Nusa Tenggara Timur, yang diterbitkan oleh Kantor Bahasa Provinsi NTT (Kupang, Agustus 2013), yang dipimpin oleh Bapak M. Luthfi Baihaqi, S.S., M.A., telah manjadi petunjuk adanya budaya menulis dan budaya membaca yang baik di daerah NTT. Kenyataan ini pun memberi gambaran tentang perkembangan sastra di NTT. Dengan adanya beberapa komunitas sastra di Kota Kupang dan beberapa kota di daerah-daerah kabupaten Flores, sesungguhnya sangat baik demi menumbuhkembangkan budaya menulis dan budaya membaca pada umumnya, khususnya demi perkembangan sastra. Bagaimana Opa melihat perkembangan penulispenulis di NTT? Daerah NTT memiliki banyak penulis atau pengarang yang nama dan karya tulisnya tercatat di Virtual International Authority File. Mereka telah mengangkat nama daerah NTT di level
internasional (antar bangsa). Mereka antara lain: Philipus Tule, Paul Budi Kleden, Gregor Neonbasu, Daniel Dhakidae, Dami N. Toda, John Dami Mukese, Maria Matildis Banda, Yohanes Sehandi, Herman Musakabe, Frans Obon, Marsel Robot, Jeladu Cosmas, Felysianus Sanga, Isidorus Lilijawa, Tony Kleden, Gerson Poyk, Fanny J. Poyk, Robert Fahik, Fredrik Lukas Benu, J. L. Ch. Abineno, A. A. Yewangoe, Eben Nuban Timo, Gerzon Tom Therik, Frederiek Djara Wellem, Yop Pandie, Peter A. Rohi, Aco Manafe, dan masih banyak nama lain yang tidak dapat disebutkan semuanya di sini. Namun untuk sementara—dari seribu tujuh puluh penulis/pengarang Indonesia, termasuk nama-nama penulis/pengarang yang disebutkan di atas ini yang saya lacak keberadaan mereka di level paling tinggi, yaitu BookerWorm.com: The Home Of Great Writing yang berpusat di Amerika—hanya ada dua puluh sembilan orang penulis atau pengarang asal Indonesia yang tercatat sebagai Authors, yaitu: Sitor Situmorang, Pramoedya Ananta Toer, Yaakub Idrus, Budiman S. Hartoyo, Zainuddin Fananie, Harun Nasution, Koentjaraningrat, F. Rahardi, Mudji Sutrisno, Sindhunata, Heru Kesawa Murti, Maman S. Mahayana, Faruk H. T., Sunardian Wirodono, Iverdixon Tinungki, M. SHOIM Anwar, Binhad Nurrohmat, H. Ahmad Basuni, Ba., Lukman Ali, T. Fatimah Djajasudarma, Rizal Mustansyir, Damardjati Supadjar, Alfian Malik, Mangasa Augustinus Sipahutar, dan lima orang lainnya asal daerah NTT, yaitu: Stephanus Djawanai, Yoseph Yapi Taum, Willy A. Hangguman, Yohanes Manhitu, dan A. G. Hadzarmawit Netti. Lima orang Authors asal daerah NTT dan dua puluh empat Authors asal daerah lain di Indonesia yang disebutkan di atas ini—dalam Author Profile BookerWorm.com—berada dalam level yang sama dengan Authors Charles Dickens, William Shakespeare, Harbans Lal Badhan, Abdessaid
Cherkaoui, Delfin Fresnosa, Armando Salvatore, Anna Maria Rose Wright, Diane Dunwell-Hoffman, dan masih sangat banyak Authors level dunia yang tidak dapat disebutkan di sini. Saya yakin, masih ada penulis atau pengarang asal daerah NTT yang mungkin sudah terdaftar sebagai Authors di BookerWorm.com namun belum sempat dilacak. Dan saya yakin pula bahwa pada waktu yang akan datang, akan ada pengarang asal daerah NTT yang tercatat sebagai Authors di BookerWorm.com: The Home Of Great Writing. Apa harapan Opa bagi generasi sekarang khusunya dalam upaya mengembangkan budaya menulis? Bagi generasi muda dan/atau generasi sekarang yang telah, sedang, dan berhasrat menekuni sastra untuk menulis buku, saya ingin berpesan begini: jangan terbuai dan merasa puas dengan anak tangga keberhasilan yang telah anda capai sekarang ini. Masih ada anak tangga keberhasilan berikutnya yang dapat dicapai melalui ketekunan. Anda pasti punya ambisi. Akan tetapi ambisi dalam arti “strong desire to be famous” sebagai penulis atau pengarang, janganlah menjadi prioritas. Utamakanlah ambisi dalam arti “strong desire to be successful”. Ambisi ini akan membuat Anda senantiasa hadap diri, tahu diri, terima diri, dan siap berkarya sesuai potensi yang dimiliki. Sementara ambisi dalam arti “strong desire to be famous” sering menjerumuskan orang sehingga menjadi lupa diri, tidak hadap diri, tidak tahu diri, dan tidak dapat menerima diri sebagaimana adanya. Selain itu, hendaklah selalu ingat: janganlah duduk di atas pundak orang lain apabila hendak menapaki anak tangga keberhasilan. Capailah puncak anak tangga keberhasilan dalam dunia kepengarangan dengan kaki sendiri. Itulah rumus hidup dan kerja para Authors. (Robert Fahik)
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
69
Biodata A. G. Hadzarmawit Netti Nama lengkap Tempat/Tgl. Lahir Pendidikan Istri Anak
: Almodat Godlief Hadzarmawit Netti : Soe, 9 Oktober 1941 : SMA Negeri Kupang (1060-1963) : Maria Magdalena Nge : Pietro T. M. Netti & Rhymma B. Netti
Pengalaman Karier : - Guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia pada SMP PGRI Kupang dan SMP Taruna Kupang (1962–1963) - Guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sekaligus pemimpin SMP Trikora Papela, Rote Timur (1964–1966) - Pemimpin SMP Kristen Olafuliha’a di Pantaibaru, Rote (1966–1968) - Pemimpin Sekolah Teknik Nasional do Ba’a, Rote, dan SMEA Nasional Ba’a, serta menjadi guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia pada Kursus Pendidika Guru (Persamaan Pendidikan Guru [SPG] bagi guru-guru Sekolah Dasar yang berijazah SGB) di Ba’a, Rote (1969–1971) - Tahun 1975 diutus oleh Sinode GMIT untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Pelayanan Darma Cipta Dewan Gereja Indonesia (DC-DGI) Angkatan III di Pusat Pendidikan & Pelatihan Bojong, Cikembar, Sukabumi dan Salemba Raya 46 Jakarta (Ia menjadi satu dari sepulug lulusan terbaik angkatan III) - Guru bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sekaligus pemimpin SMP Trikora dan SMEP Trikora (1976 – 1982) Karya Tulis : - Kristen Dalam Sastra Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977) - Kupang Dari Masa Ke Masa (Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kupang, 1997) - Vibrasi Sejarah Pergerakan Kemerdekaan dan Vibrasi Eksistensi Bangsa Indonesia (Surabaya: B You Publishing, 2010) - Sajak-Sajak Chairil Anwar Dalam Kontemplasi (Surabaya: B You Publishing, 2011) - Bilangan Super Dalam Konteks Religi dan Budaya Etnis Rote Ndao (Surabaya: B You Publishing, 2012) - Natal dan Paskah dalam Kontemplasi Penyair (Surabaya: B You Publishing, 2013) - Sejak tahun 1885 artiekl-artikelnya dimuat di berbagai media cetak lokal maupun nasional (Majalah BUSOS Surabaya, Surat Kabar Harian Pos Kupang, Majalah OIKUMENE PGI Jakarta, Mingguan ASAS Surabaya, Majalah BAHANA Yogyakarta, Buletin Akademi Leimena Jakarta, Mingguan DIAN Ende-Flores, Harian Nusa Tenggara Denpasar, Surat Kabar NTT Ekspres, dan Surat Kabar Timor Express)
70
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
SiSi Lain
Sang Komikus Cerita Rakyat Tradisi lisan, seperti halnya cerita rakyat bukan hanya milik seorang budayawan, tokoh adat, atau seorang peneliti tradisi lisan, tapi tradisi lisan yang adalah warisan budaya merupakan milik kita semua. Hal ini dibuktikan oleh Johanis Regang, seorang pensiunan guru Keterampilan dan Menggambar di Bajawa, Kabupaten Ngada. Di masa tuanya beliau mengisi waktunya dengan hobby dan keterampilan yang dia miliki, yaitu melukis. Keterampilan yang sudah dimilikinya sejak kelas 3 SD ini adalah bakat alam yang diturunkan dari Ayahnya yang juga adalah seorang Guru dan pelukis. Namun bakat alam yang dimilikinya tidak membuatnya merasa puas, tapi beliau kemudian dibimbing lagi oleh seorang Pastor Jepang yang bernama Kiono saat beliau mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Katolik Aimere. Setelah banyak menghasilkan lukisan bertema tradisi rakyat bajawa, seperti lukisan yang berjudul Loka Tua, Para, Dero, Bhei Ngadhu, Toa Kaba, Sagi, Rori Lako, dan Reba, Beliau akhirnya terpanggil untuk lebih dalam melestarikan tradisi rakyat Ngada melalui talenta melukisnya. Ayah dari 6 orang anak ini akhirnya memutuskan untuk mengabdikan masa tuanya sebagai seorang komikus cerita rakyat. Keinginan untuk menjadi seorang komikus cerita rakyat ini muncul karena keprihatinannya pada minimnya buku-buku anak yang bertema cerita rakyat, dan kalau pun ada, tapi penyajiannya yang tidak menarik, karena mirip ensiklopedia, dan terlalu berat untuk
dibaca oleh anak-anak. Sedangkan di sisi lain ia melihat komik-komik di toko yang begitu laris terjual, padahal isi pesan dalam cerita yang tidak mendidik bagi anak-anak. Ironi ini yang membuat beliau yang akrab disapa dengan sebutan Bapak Nani, tergerak untuk mengkonversi cerita-cerita rakyat dari buku yang penyajiannya terlalu rumit menjadi lebih sederhana melalui gambar-gambar komik yang menarik. Sumber-sumber cerita dikumpulkan dari buku-buku yang sudah ada, seperti buku Paul Arndt, SVD yang kemudian dikonversi ke dalam bentuk komik. Proses kreatif yang beliau butuhkan untuk satu judul cerita rakyat yang akan dikonversi ke dalam bentuk komik biasanya membutuhkan waktu 3-4 hari pengerjaan. Dan setelah sebuah buku komik yang terdiri dari beberapa judul cerita selesai dikerjakan, maka hasilnya dibawa ke tempat foto kopy untuk digandakan dan dijilid. Komik yang seluruhnya dikerjakan dengan tangan dan diterbitkan secara mandiri ini dijual ke guru-guru dan anak-anak sekolah dengan harga yang terjangkau. Hasil penjualannya dipakai untuk biaya produksi selanjutnya untuk kelanjutan beliau berkarya. Sejak komik pertamanya yang dibuat tahun 2002, beliau berharap agar komiknya tidak hanya dinikmati oleh guru-guru dan anak-anak sebagai bacaan lepas, tapi juga dapat digunakan di sekolah-sekolah sebagai salah satu materi muatan lokal.
Edisi II/ Desember 2014 Loti Basastra
1
Sisi Lain
Johanis Regang dan berbagai komik hasil karyanya
Beberapa Komik yang sudah jadi dan yang masih dalam tahap pengerjaan
Lukisan Johanis Regang bertema tradisi rakyat bajawa
Walau di usianya yang sudah mencapai 78 tahun, beliau tetap tekun dengan bakatnya, karena beliau percaya kalau beliau dapat menggunakan kekuatan komik secara visual untuk menyampaikan pesan-pesan moral, dan cerita rakyat merupakan cerita yang kuat dengan pesan moral, serta sarat dengan nilai-nilai pendidikan. Dan beliau berhasil membuktikan sisi lainnya sebagai seorang pelukis, yaitu beliau juga telah menjadi seorang pelestari cerita rakyat. Johanis Regang, seorang komikus yang mencintai tradisi lisan, dan menuangkannya secara visual untuk dapat dinikmati dengan cara yang lebih sederhana oleh semua kalangan, karena cerita rakyat adalah milik kita semua. (Iwa)
72
Loti Basastra Edisi II/ Desember 2014
Terbitan 2014